Lpj climbing am

81
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN (LPJ) ORIENTASI ROCK CLIMBING ANGGOTA MUDA PAITUA-Mapala Teknik Unand LOKASI KEGIATAN: Jorong Limpato, Nagari Tarantang, Kecamatan Harau Kabupaten 50 Kota, Sumatera Barat WAKTU PELAKSANAAN: Tanggal 28 – 30 September 2012 Oleh Anggota Muda Paitua MAPALA TEKNIK UNAND PAITUA MAPALA TEKNIK UNAND PADANG 2012

Transcript of Lpj climbing am

Page 1: Lpj climbing am

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN (LPJ)

ORIENTASI ROCK CLIMBING

ANGGOTA MUDA PAITUA-Mapala Teknik Unand

LOKASI KEGIATAN:

Jorong Limpato, Nagari Tarantang, Kecamatan Harau

Kabupaten 50 Kota, Sumatera Barat

WAKTU PELAKSANAAN:

Tanggal 28 – 30 September 2012

Oleh

Anggota Muda

Paitua MAPALA TEKNIK UNAND

PAITUA MAPALA TEKNIK UNAND

PADANG

2012

Page 2: Lpj climbing am

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mengingat tebing selain sebagai Sumber Daya Alam ciptaan Tuhan Yang

Maha Kuasa, yang memiliki berbagai fungsi dan nilai tambah, tebing juga sebagai

tempat sarana pendidikan dan petualangan kepecintaalaman. Bagi kami anggota

muda Paitua Mapala Teknik Unand, tebing merupakan sarana berkegiatan untuk

memenuhi salah satu beban orientasi untuk menjadi anggota biasa Paitua Mapala

Teknik Unand.

Panjat tebing dapat mengungkapkan potensi kepecintaalaman terhadap

tebing. Para pemanjat tebing (climber) harus sadar, bahwa bentukan alam pada tebing

dibentuk dalam waktu ribuan tahun. Setiap usaha merusak tebing dengan disengaja

ataupun tidak, tanpa tujuan yang jelas dan ilmiah selektif, akan mendatangkan

kerugian.

Jorong Limpato,Nagari Tarantang, Kecamatan Haru, Kabupaten 50 Kota,

Sumatera Barat, merupakan tempat yang memiliki potensi kawasan wisata alam yang

menarik untuk dikunjungi bagi wisatawan pada umumnya dan bagi khususnya bagi

pemanjat tebing pada khususnya. Selain tempatnya yang terletak dalam kawasan

Harau yang pemandangan alam sangat menarik, juga memiliki sangat banyak jalur

untuk pemanjat yang terdapat di tepi jalan dan tidak jauh dari pemukimam penduduk.

Hal ini lah yang membuat kami, Anggota Muda Paitua Mapala Teknik Unand

melakukan kegiatan “Orientasi Rock climbing Anggota Muda paitua Mapala Teknik

Unand” dan memilih Harau sebagai tujuan tempat Orientasi dan meningkatkan

kemampuan rock climbing Anggota Muda paitua mapala Teknik Unand, sekaligus

sebagai sarana memperkenalkan paitua mapala teknik unand kepada masyarakat.

Kegiatan ini juga dapat menambah membina kekeluargaan sesama anggota muda, dan

anggota muda dengan anggota biasa Paitua Mapala Teknik Unand.

Page 3: Lpj climbing am

1.2 Tujuan Kegiatan

1. Meningkatkan keimanan dan ketakwaaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

2. Mempelajari dan mengaplikasikan ilmu panjat tebing

3. Membina kekeluargaan sesama AM dan anggota biasa Paitua Mapala Teknik

Unand

4. Melatih manajemen organisasi

5. Memperkenalkan Paitua Mapala Teknik Unand kepada masyarakat

6. Memenuhi salah satu syarat dalam menjalani orientasi AM Paitua Mapala

Teknik Unand

1.3 Target

1. Bisa mengaplikasikan Artificial

2. Mampu menjadi Leader

3. Mampu menjadi Belay

4. Mampu melakukan Clean Down

5. Mampu melakukan Clean Pursik

1.4 Manfaat Kegiatan

1. Mensyukuri ciptaan Tuhan

2. Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam panjat tebing

3. Menambah pengalaman berorganisasi

4. Menjalin kekeluargaan antara sesama AM dan AB

5. Mengetahui secara langsung jalur-jalur yang ada di Harau secara langsung.

6. Ajang untuk Refreshing.

BAB II

DATA KEGIATAN

Page 4: Lpj climbing am

2.1 Umum

Nama Kegiatan : Orientasi Rock climbing Anggota Muda Paitua

Mapala Teknik Unanad

Tema Kegiatan : Aplikasi setitik ilmu untuk pengembangan diri

Lokasi Kegiatan : Jorong Limpato, Nagari Tarantang, Kecamatan Harau,

Kabupaten 50 kota, Sumatera Barat

Hari/Tanggal Pelaksanaan : 28 – 30 September 2012

Pelaksana : Dikky Andika AM-002-P

Eko Firmanto AM-003-P

Fadli Rizki AM-005-P

Fajri Mardhatillah AM-006-P

M. Arifin AM-009-P

Yuliana Febriani AM-017-P

Susunan Kepanitiaan : Lampiran 1

Total Biaya Masuk : Rp 1.390.000,00

Total Biaya Keluar : Rp 1.305.900,00

Dokumentasi : Lampiran 3

Rekomendasi (perizinan) :

2.2.1 Surat jalan dari paitua Mapala Teknik Unand

Page 5: Lpj climbing am

2.2.2 Surat izin masuk kawasan konservasi (SIMAKSI) dari BKSDA

2.2.3 Surat izin berkegiatan dari Wali Jorong

2.2 Khusus

2.2.1 Lokasi camp :

a. Bertempat di pasanggrahan Buk Atik

Pasangrahan buk Atik terletak di tepi jalan. D belakang sebuah rumah

yang berjarak kira-kira 100 m dari persimpangan.

2.2.2 Sumber air :

a. Sungai

Sungai terletak di belakang pasangrahan buk Atik yang jarak’na kira-kira

20 meter.

b. Keran air warga berjarak (+/-)5 meter.

Kran ini terletak di belakang rumah penduduk. Pemiliknya adalah

tetangga buk Atik. Kran ini biasa di pakai untuk berwudhu’ oleh

penduduk setempat.

BAB III

Page 6: Lpj climbing am

TEORI DASAR

3.1 Sejarah Panjat Tebing

3.1.1 Sejarah Panjat Tebing Dunia

- 1910 Kegiatan panjat tebing mulai dikenal pertama kali di kawasan Eropa,

tepatnya di pegunungan Alpen, sebelum PD I di Austria., Teknik pemanjatan tebing

dengan menggunakan tali baru dikenal pada tahun 1920. Tahun 1930 adalah tahun

keemasan pemanjatan di kawasan Alpen. Mulai daritebing kecil, menengah hingga

puncak -puncak tertinggi. Klimaksnya pada saat PD II meletus. PD menyebabkan

frekuensi pemanjatan menurun, akan tetapi setelah PD berakhir membawa pengaruh

pesat pada penciptaan dan pengadaan peralatan panjat tebing yang semakin mudah

didapatkan.

- 1970 Panjat Tebing , ketika para pemanjat Amerika mengembangkan teknik-

teknik baru di kawasan Yosemite. Teknik-teknik ini sampai saat ini masih digunakan

dalam pemanjatan tebing-tebing besar. Rata – rata yang mendomisili pengembangan

dunia olahraga ini adalah pemanjat Amerika dan Inggris yang kemudian

menggunakan sistem dan teknik yang sama, yang sebelumnya terkotak kotak menurut

negaranya masing masing. Selain itu juga turut berperan dalam pengembangan

kegiatan ini adalah negara Perancis yang menawarkan teknik pemanjatan yang

mengarah pada olahraga murni.

- 1980 Perkembangan panjat tebing semakin meluas mulai dari Eropa,

Amerika hingga Asia. Sehingga membuatnya terlepas dari induknya (mendaki

gunung) dan membentuk wujudnya sendiri yaitu olah raga panjat tebing.

3.1.2 Sejarah Panjat Tebing Indonesia

Page 7: Lpj climbing am

- 1960 Di Indonesia panjat tebing dikenal sejak tahun 60`an dimana berdiri

beberapa perkumpulan/kelompok Pecinta Alam Universitas Indonesia dan Wanadri

yang mempunyai akar kegiatan mendaki gunung.

- 1975 Kegiatan panjat tebing secara utuh dan tersendiri . Waktu itu beberapa

orang yang sekarang dikenal sebagai tonggak kebangkitanPanjat Tebing Indonesia

antara lain Harry Suliztiarto, Agus Resmonohadi, Heri Hermanu dan Deddy Hikmat

mulai latihan di tebing Citatah, Jawa Barat.

- 1988 Kantor Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga bekerjasama dengan

Pusat Kebudayaan Perancis (CCF) mengundang 3pemanjat profesional Perancis

yaitu; Patrick Bernhault, Jean Baptise Tribout dan Corrine Lebrune serta seorang

instruktur Teknis Panjat Tebing Jean Harau yang kemudian memunculkan inspirasi

untuk mendirikan FGTI

- 1989 Federasi Panjat Tebing Gunung Indonesia (FPTGI) dan melalui ikrar

yang dikeluarkan oleh sekitar40`an orang dari perkumpulan PA yang ada di Jakarta,

Bandung, Padang, Medan, Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Ujung Pandang di

Tugu Monas tanggal 21 April 1988.

- 1992 FPTGI kemudian berubah nama hanya menjadi Federasi Panjat Tebing

Indonesia (FPTI) dan FPTI diakui menjadi anggota Union Internationale des

Assosiations d`Alpinisme (UIAA) yang mewadahi organisasi panjat tebing dan

gunung internasional. UIIA merupakan organisasi olahraga dunia yangbertaggung

jawab pada semua kegiatan olahraga dunia termasuk Olimpiade.

- 1994 secara resmi FPTI diakui sebagai induk olahraga panjat tebing oleh

KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia)

- 1996 Sejak itu Olahraga Panjat Tebing diikutkan dalam PON

3.2 Jenis-Jenis Pendakian Dan Pemanjatan

Page 8: Lpj climbing am

Panjat tebing atau climbing merupakan bagian dari mountainnering.

Mountainnering merupakan kata lain dari olahraga mendaki. Mountainnering

mempunyai arti yang begitu luas sehingga tidak bisa bagi kita untuk

mendefenisikannya sebagai panjat tebing saja atau dengan artian lainnya.

Menurut bentuk dan jenis medan yang dihadapi mountainnering dapat dibagi :

1. Hill walking atau feel walking

Perjalanan mendaki bukit yang relative landai dimana jalur sudah ada dan

belum memerlukan peralatan teknis pendakian.

2. Scrambling

Pendakian pada tebing-tebing yang tidak begitu curam.

3. Mountainnering

Pendakian dengan sedikit alat bantu..

4. Climbing

Dikenal sebagai suatu perjalanan pendek yang tidak memakan waktu

lama, terbagi atas :

a. Rock Climbing

Pemanjatan pada tebing-tebing batu atau dinding karang. Jenis

pendakian ini umumnya ada di daerah tropis.

b. Snow and Ice Climbing

Pemanjatan pada es dan salju. Pada pendakian ini, peralatan-peralatan

khusus sangat diperlukan, seperti ice axe, ice screw, crampton dan

lain-lain.

c. Wall climbing

Pemanjatan pada dinding yang dibuat menyerupai tebing.

Climbing terbagi lima macam yaitu:

Page 9: Lpj climbing am

a. Bouldering

Pemanjatan tanpa menggunakan alat khusus dengan ketinggian

maksimal 5 meter. Pemanjatan ini dilakukan sebagai pemanasan untuk

pemanjatan yang lebih tinggi.

b. Aid climbing/Artifical Climbing (Direct Aid Climbing)

Pemanjatan tebing ini dilakukan dengan alat yang selengkap-

lengkapnya. Suatu keadaan tertentu dimana tebing tidak ada hold

(tonjolan batu) tetapi hanya ada rekahan kecil yang tidak padat

digunakan untuk pijakan atau pegangan, maka pendakian akan

menggunakan alat berupa piton, friend, chock serta etrier dalam

menampah ketinggian.

Dalam hal ini etries menjadi alat yang sangat fital sebagai pijakat.

Dengan cara menempatkan etrier pada chock/friend/piton yang

terpasang pada rekahan. Pendaki memasang lebih keatas lagi

chock/friend/piton, kemudian artier dipindahkan pada

chock/friend/piton yang terpasang tersebut. Demikian seterusnya

berulang – ulang sehingga pendaki mencapai ketinggian yang

diinginkan.

c. Bigwall Climbing (Indirect Aid Climbing)

Pemanjatan dengan menggunakan alat atau tidak, dengan maksimal

ketinggian 5 meter.

d. Free Climbing

Pemanjatan dengan menggunakan alat pengaman seadanya.

e. Free Soloing

Page 10: Lpj climbing am

Pemanjatan ini dilakukan tanpa pengaman sama sekali pada tebing-

tebing yang tinggi sehingga pemanjatan ini memerlukan pengetahuan

tentang climbing lebih jauh.

3.3 Sistem Pemanjatan

1. Alpine System / Alpine Push / Siege Tactic. Dalam alpine push , pemanjat

selalu ada di tebing dan tidur di tebing. Jadi segala peralatan dan

perlengkapan serta kebutuhan untuk pemanjatan dibawa ke atas. Pemanjat

tidak perlu turun sebelum pemanjatan berakhir. Pendakian ini baru

dianggap berhasil apabila semua pendaki telah mencapai puncak.

2. Himalayan System / Himalayan Tactic. Sistem pendakian yang biasanya

dengan rute yang panjang sehingga untuk mencapai sasaran (puncak)

diperlukan waktu yang lama. Pemanjatan big wall yang dilakukan sampai

sore hari, setelah itu pemanjat boleh turun ke base camp untuk istirahat

dan pemanjatan dilanjutkan keesokan harinya. Sebagian alat masih

menempel di tebing untuk memudahkan pemanjatan selanjutnya.

Pendakian tipe ini biasanya terdiri atas beberapa kelompok dan tempat-

tempat peristirahat. Sehingga dengan berhasilnya satu orang dari seluruh

tim, berarti pendakian ini sudah berhasil untuk seluruh tim.

a. Traditional / Trad / Adventure Climbing adalah suatu pemanjatan yang

lebih menekankan pada faktor petualangan. Pada Trad Climbing ,

dinding tebing bersih dari bolts dan hangers, tidak ada pengaman

buatan yang dipasang pada dinding. Biasanya dilakukan oleh dua

orang. Climber harus membawa alat pengaman sendiri dan

memasangnya pada saat memanjat. Ketika tali sudah hampir habis

Leader membuat stasiun belay untuk membelay Climber kedua.

Climber yang sebelumnya membelay pemanjat pertama mulai

memanjat tebing dan membersihkan (mengambil kembali) alat

pengaman yang dipasang di dinding tebing oleh pemanjat pertama.

3.4 Peralatan Panjat Tebing

Page 11: Lpj climbing am

1. Tali

Fungsi utama tali adalah untuk melindungi pendaki dari kemungkinan jatuh

sampai menyentuh tanah (

Tebing adalah :

a. Tali serat alam

Jenis tali ini sudah jarang digunakan. Kekuatan tali ini sangat rendah dan

mulai terburai. Tidak memiliki kelenturan, sehingga membahayakan pendaki.

b. Hawser Laid

Tali sintesis, plastic, yang dijalin seperti tali serat alam. Masih sering

digunakan terutama untuk berlatih turun tebing. Tali ini relative lebih kuat

disbanding tali serat alam dan tidak berserabut. Kelemahannya adalah kuarang

tahan terhadap zat kimia, sulit dibuat simpul dan mempunyai kelenturan rendah

serta berat.

Fungsi utama tali adalah untuk melindungi pendaki dari kemungkinan jatuh

sampai menyentuh tanah (freefall). Berbagai jenis tali yang digunakan dalam Panjat

ini sudah jarang digunakan. Kekuatan tali ini sangat rendah dan

mulai terburai. Tidak memiliki kelenturan, sehingga membahayakan pendaki.

Gambar 1: Tali serat alam

Tali sintesis, plastic, yang dijalin seperti tali serat alam. Masih sering

digunakan terutama untuk berlatih turun tebing. Tali ini relative lebih kuat

disbanding tali serat alam dan tidak berserabut. Kelemahannya adalah kuarang

tahan terhadap zat kimia, sulit dibuat simpul dan mempunyai kelenturan rendah

Fungsi utama tali adalah untuk melindungi pendaki dari kemungkinan jatuh

). Berbagai jenis tali yang digunakan dalam Panjat

ini sudah jarang digunakan. Kekuatan tali ini sangat rendah dan

mulai terburai. Tidak memiliki kelenturan, sehingga membahayakan pendaki.

Tali sintesis, plastic, yang dijalin seperti tali serat alam. Masih sering

digunakan terutama untuk berlatih turun tebing. Tali ini relative lebih kuat

disbanding tali serat alam dan tidak berserabut. Kelemahannya adalah kuarang

tahan terhadap zat kimia, sulit dibuat simpul dan mempunyai kelenturan rendah

Page 12: Lpj climbing am

c. Core dan Sheat Rope

Tali yang paling banyak digunakan saat ini, terdiri dari lapisan luar dan

dalam. Yang terkenal adalah buatan Edelrid, Beal dan Mammut. Ukuran tali yang

umum dipakai bergaris tengah 11mm

mudah, snow climbing

mm atau 7 mm. Tali ini memiliki sifat

Tidak tahan terhadap gesekan dengan tebing, terutama tebing laut (

dipakai untuk menurunkan barang, seba

dengan tali diberi alas (

Peka (tidak tahan) dengan zat kimia.

Tidak tahan terhadap panas. Bila tali telah dicuci sebaiknya dijemur di tempat

teduh.

Memilki kelenturan yang

jatuh, misalnya).

Gambar 2: Hawser Laid

Rope (Kernmantel Rope)

Tali yang paling banyak digunakan saat ini, terdiri dari lapisan luar dan

dalam. Yang terkenal adalah buatan Edelrid, Beal dan Mammut. Ukuran tali yang

umum dipakai bergaris tengah 11mm, panjang 50 m untuk pendakian yang

snow climbing, atau untuk menaikkan barang dipakai yang berdiameter 9

mm atau 7 mm. Tali ini memiliki sifat-sifat :

Tidak tahan terhadap gesekan dengan tebing, terutama tebing laut (

dipakai untuk menurunkan barang, sebaiknya bagian tebing yang bdergesekan

dengan tali diberi alas (padding). Tabu untuk mengunjak tali jenis ini.

Peka (tidak tahan) dengan zat kimia.

Tidak tahan terhadap panas. Bila tali telah dicuci sebaiknya dijemur di tempat

Memilki kelenturan yang baik bila mendapat beban kejut (karena pendaki

jatuh, misalnya).

Tali yang paling banyak digunakan saat ini, terdiri dari lapisan luar dan

dalam. Yang terkenal adalah buatan Edelrid, Beal dan Mammut. Ukuran tali yang

k pendakian yang

, atau untuk menaikkan barang dipakai yang berdiameter 9

Tidak tahan terhadap gesekan dengan tebing, terutama tebing laut (cliff). Bila

iknya bagian tebing yang bdergesekan

). Tabu untuk mengunjak tali jenis ini.

Tidak tahan terhadap panas. Bila tali telah dicuci sebaiknya dijemur di tempat

baik bila mendapat beban kejut (karena pendaki

Page 13: Lpj climbing am

Pada umumnya tali

simpul. Sebagai contoh, simpul delapan (

tali sampai 10%.

Karena sifat tali yang demikian, maka dibutuhkan perawatan dan perlakuan

yang baik dan benar. Cara menggulung tali juga perlu diperhatikan agar tidak kusut,

sehingga tidak mudah rusak dan

cara menggulung tali, antara lain :

- Mountainnering coil

- Skein coil

- Royal robin style

2. Webbing (tali pita) dan

Seringkali kita menyebut

memilikibentuk seperti pita dan ada dua macam. Pertama lebar 25 mm dan berbentuk

tubular, sering digunakan untuk:

Harness (tali tubuh),

Alat bantu peralatan lain, sebagai runners (titik pengaman), ta

atau untuk membawa per

Gambar 3: Tali karnmantel

Pada umumnya tali-tali tersebut akan berkurang kekuatannya bila dibuat

simpul. Sebagai contoh, simpul delapan (figure of eight) akan mengurangi kekuatan

Karena sifat tali yang demikian, maka dibutuhkan perawatan dan perlakuan

yang baik dan benar. Cara menggulung tali juga perlu diperhatikan agar tidak kusut,

sehingga tidak mudah rusak dan mudah dibuka bila akan digunakan. Ada beberapa

gulung tali, antara lain :

Mountainnering coil

Royal robin style

(tali pita) dan Sling

Seringkali kita menyebut webbing sebagai sling atau sebaliknya. Webing

memilikibentuk seperti pita dan ada dua macam. Pertama lebar 25 mm dan berbentuk

ubular, sering digunakan untuk:

(tali tubuh), swami belt, chest harness, atau

Alat bantu peralatan lain, sebagai runners (titik pengaman), ta

atau untuk membawa peralatan.

tali tersebut akan berkurang kekuatannya bila dibuat

) akan mengurangi kekuatan

Karena sifat tali yang demikian, maka dibutuhkan perawatan dan perlakuan

yang baik dan benar. Cara menggulung tali juga perlu diperhatikan agar tidak kusut,

mudah dibuka bila akan digunakan. Ada beberapa

atau sebaliknya. Webing

memilikibentuk seperti pita dan ada dua macam. Pertama lebar 25 mm dan berbentuk

Alat bantu peralatan lain, sebagai runners (titik pengaman), tangga (etrier)

Page 14: Lpj climbing am

Webbing yang lain memiliki lebar 50 mm dan berbentuk pipih, yang biasanya

digunakan untuk macam

sebagai flat rope adalah produk sampingan

3. Carabiners (snpring, snapling

Secara prinsip, carabiner digunakan untuk menghubungkan tali dengan

runners (titik pengaman), sehingga carabiner dibuat kuat untuk menahan bobot

pendaki yang terjatuh.

Persyaratan yang harus

mengharuskan carabiner dapat menahan bobot 1200 kilogram force (kp) atau sekitar

2700 pounds. Sedangkan beban maksimum yang diperbolehkan adalah sekitar 5000

pounds.

Carabiner yang terbuat dari campuran

dan cukup kuat, terutama yang berbentuk D. Carabiner yang terbuat dari baja

mempunyai kekuatansangat tinggi sampai 10.000 pounds tetapi relative berat bila

dibawa dalam jumlah banyak untuk suatu pendakian.

Gambar 4: Webbing

Webbing yang lain memiliki lebar 50 mm dan berbentuk pipih, yang biasanya

digunakan untuk macam-macam body slings. Webbing yang sering disebut juga

sebagai flat rope adalah produk sampingan perang dunia II.

snpring, snapling, cincin kait)

Secara prinsip, carabiner digunakan untuk menghubungkan tali dengan

runners (titik pengaman), sehingga carabiner dibuat kuat untuk menahan bobot

Persyaratan yang harus dibuat oleh assosiasi pembuat peralatan panjat tebing

mengharuskan carabiner dapat menahan bobot 1200 kilogram force (kp) atau sekitar

2700 pounds. Sedangkan beban maksimum yang diperbolehkan adalah sekitar 5000

Carabiner yang terbuat dari campuran alumunium (Alloy)ini sangat ringan

dan cukup kuat, terutama yang berbentuk D. Carabiner yang terbuat dari baja

mempunyai kekuatansangat tinggi sampai 10.000 pounds tetapi relative berat bila

dibawa dalam jumlah banyak untuk suatu pendakian.

Webbing yang lain memiliki lebar 50 mm dan berbentuk pipih, yang biasanya

. Webbing yang sering disebut juga

Secara prinsip, carabiner digunakan untuk menghubungkan tali dengan

runners (titik pengaman), sehingga carabiner dibuat kuat untuk menahan bobot

dibuat oleh assosiasi pembuat peralatan panjat tebing

mengharuskan carabiner dapat menahan bobot 1200 kilogram force (kp) atau sekitar

2700 pounds. Sedangkan beban maksimum yang diperbolehkan adalah sekitar 5000

alumunium (Alloy)ini sangat ringan

dan cukup kuat, terutama yang berbentuk D. Carabiner yang terbuat dari baja

mempunyai kekuatansangat tinggi sampai 10.000 pounds tetapi relative berat bila

Page 15: Lpj climbing am

Bagian-bagian carabiner:

Berikut adalah table daftar carabiners, pabrik pembuat dan kekuatan menahan

bobot.

Jika dilihat dari bentuknya, carabiner bisa dibedakan menjadi:

bagian carabiner:

Gambar 5: bagian-bagian carabiner

Berikut adalah table daftar carabiners, pabrik pembuat dan kekuatan menahan

Tabel 1: Kekuatan Carabiner

Jika dilihat dari bentuknya, carabiner bisa dibedakan menjadi:

Berikut adalah table daftar carabiners, pabrik pembuat dan kekuatan menahan

Page 16: Lpj climbing am

a. Carabiner Oval

Oval adalah bentuk asli dari carabiner, serba guna walaupun tidak

sekuat carabiner bentuk lain. Carabiner oval meiliki lekukan bagian atas dan

lekukan bagian bawah yang sama, sehingga beban yang diberikan pada

carabiner ini akan terpusat pada bagian tengah

juga akan terbatas pada bagian lekukan ini

b. Carabiner ‘D’

Carabiner berbentuk D dirancang untuk menggeser beban yang

diberikan kepada carabiner kea rah spine frame

jauh dari gerbang carabiner. Untuk carabiner, sisi ini merupakan bagian

terkuat untuk menahan beban dan sisi yang terdapat gerbang (

merupakan bagian terlemah. Carabiner D, lebih kuat jika dibandingkan

carabiner jenis oval dengan bahan dan ukuran

Oval adalah bentuk asli dari carabiner, serba guna walaupun tidak

sekuat carabiner bentuk lain. Carabiner oval meiliki lekukan bagian atas dan

lekukan bagian bawah yang sama, sehingga beban yang diberikan pada

carabiner ini akan terpusat pada bagian tengah carabiner dan pergeseran beban

juga akan terbatas pada bagian lekukan ini

Gambar 6: Carabiner oval

Carabiner berbentuk D dirancang untuk menggeser beban yang

diberikan kepada carabiner kea rah spine frame, sisi carabiner yang lurus dan

jauh dari gerbang carabiner. Untuk carabiner, sisi ini merupakan bagian

terkuat untuk menahan beban dan sisi yang terdapat gerbang (

merupakan bagian terlemah. Carabiner D, lebih kuat jika dibandingkan

carabiner jenis oval dengan bahan dan ukuran yang sama.

Gambar 7: Carabiner D

Oval adalah bentuk asli dari carabiner, serba guna walaupun tidak

sekuat carabiner bentuk lain. Carabiner oval meiliki lekukan bagian atas dan

lekukan bagian bawah yang sama, sehingga beban yang diberikan pada

carabiner dan pergeseran beban

Carabiner berbentuk D dirancang untuk menggeser beban yang

, sisi carabiner yang lurus dan

jauh dari gerbang carabiner. Untuk carabiner, sisi ini merupakan bagian

terkuat untuk menahan beban dan sisi yang terdapat gerbang (gate)

merupakan bagian terlemah. Carabiner D, lebih kuat jika dibandingkan

Page 17: Lpj climbing am

c. Carabiner Asymmetrical ‘D’

Prinsip kerjanya sama dengan carabiner D, tetapi carabiner ini

memiliki bentuk salah satu ujung yang lebih kecil dibandingkan ujung yang

lainnya untuk mengurangi berat dari carabiner itu sendiri

biasanya memiliki gerbang yang lebih besar dibandingkan dengan carabiner

biasa jenis D biasa sehingga lebih mudah untuk meng

d. Carabiner Pear

Carabiner pear biasanya digunakan untuk belay,

srew gate supaya lebih aman. Carabiner ini memiliki salah satu ujung yang

sangat sempit dan ujung yang lain sangat luas. Tujuannya, untuk ujung yang

kecil adalah bagian yang akan dikaitkan ke harness belay dan bagian yang

luas adalah bagian yang akan berhubungan dengan tali pemanjat. Bagian luas

ini memberikan keleluasan pada tali yang terhubungdengan pemanjat,

sehingga memudahkan pasa saat mengulur tali.

Carabiner Asymmetrical ‘D’

Prinsip kerjanya sama dengan carabiner D, tetapi carabiner ini

memiliki bentuk salah satu ujung yang lebih kecil dibandingkan ujung yang

lainnya untuk mengurangi berat dari carabiner itu sendiri. Carabiner jenis inin

biasanya memiliki gerbang yang lebih besar dibandingkan dengan carabiner

biasa jenis D biasa sehingga lebih mudah untuk meng-klik-nya.

Gambar 8: Carabiner Asymmetrical

Carabiner pear biasanya digunakan untuk belay, dilengkapi dengan

srew gate supaya lebih aman. Carabiner ini memiliki salah satu ujung yang

sangat sempit dan ujung yang lain sangat luas. Tujuannya, untuk ujung yang

kecil adalah bagian yang akan dikaitkan ke harness belay dan bagian yang

an yang akan berhubungan dengan tali pemanjat. Bagian luas

ini memberikan keleluasan pada tali yang terhubungdengan pemanjat,

sehingga memudahkan pasa saat mengulur tali.

Prinsip kerjanya sama dengan carabiner D, tetapi carabiner ini

memiliki bentuk salah satu ujung yang lebih kecil dibandingkan ujung yang

. Carabiner jenis inin

biasanya memiliki gerbang yang lebih besar dibandingkan dengan carabiner

dilengkapi dengan

srew gate supaya lebih aman. Carabiner ini memiliki salah satu ujung yang

sangat sempit dan ujung yang lain sangat luas. Tujuannya, untuk ujung yang

kecil adalah bagian yang akan dikaitkan ke harness belay dan bagian yang

an yang akan berhubungan dengan tali pemanjat. Bagian luas

ini memberikan keleluasan pada tali yang terhubungdengan pemanjat,

Page 18: Lpj climbing am

4. Piton (peg, paku tebing)

Terbuat dari bahan metal dalam

piton ini ditancapkan pada rekahan tebing. Sebagai kelengkapan untuk memasang

atau melepas piton digunakan hammer.

Pada umumnya piton dapat digolongkan dalam 4 jenis, yaitu:

- Bongs

Piton yang dibuat untuk rekahan

- Bugaboos

Piton yang dibuat khusus untuk rekahan horizontal atau vertical saja.

- Knife blades

Piton yang dibuat untuk rekahan horizontal maunpun vertical.

- Angle

Piton yang dibuat untuk rekahan horizontal maunpun vertical.

Gambar 9: Carabiner Pear

Piton (peg, paku tebing)

Terbuat dari bahan metal dalam berbagai bentuk.Berfungsi sebagai pengaman,

piton ini ditancapkan pada rekahan tebing. Sebagai kelengkapan untuk memasang

atau melepas piton digunakan hammer.

Pada umumnya piton dapat digolongkan dalam 4 jenis, yaitu:

Piton yang dibuat untuk rekahan horizontal maunpun vertical.

Bugaboos

Piton yang dibuat khusus untuk rekahan horizontal atau vertical saja.

blades

Piton yang dibuat untuk rekahan horizontal maunpun vertical.

Piton yang dibuat untuk rekahan horizontal maunpun vertical.

berbagai bentuk.Berfungsi sebagai pengaman,

piton ini ditancapkan pada rekahan tebing. Sebagai kelengkapan untuk memasang

horizontal maunpun vertical.

Piton yang dibuat khusus untuk rekahan horizontal atau vertical saja.

Piton yang dibuat untuk rekahan horizontal maunpun vertical.

Piton yang dibuat untuk rekahan horizontal maunpun vertical.

Page 19: Lpj climbing am

Cara pemasangan piton sangat sederhana. Setelah memeriksa rekahan yang

akan dipasang piton, kita memilih piton yang cocok dengan rekahan, lalu ditancapkan

dan pukul dengan hammer

rekahan tebing. Untuk mengetahui rapuh tidaknya rekahan yang akan kita pasang

piton adalah dengan memukulkan hammer pada tebing sekitar rekahan. Suara yang

nyaring menunjukkan rekahan tersebut tidak rapuh.

Cara melepas piton adalah dengan menggunakan hammer ya

pada mata piton searah dengan rekahan sampai pada akhirnya piton akan ditarik.

5. Chock

Disamping piton, chock juga berfungsi sebagai alat pengaman (runner).

Dibuat dalam beberapa jenis dan ukuran, dapat dibagi menjadi:

- Sling chock

- Wired

- Rope chock

Chock dibuat dari alumunium alloy sehingga sangat ringan. Cara memasang

chock adalah dengan menyangkutkan pada rekahan. Sangat disukai pemanjat yang

berpengalaman, karena mudah menempatkannya pada rekahan dan tidak memerlukan

tenaga serta waktu yang banyak seperti halnya memasang piton.

Gambar 10: Piton

Cara pemasangan piton sangat sederhana. Setelah memeriksa rekahan yang

akan dipasang piton, kita memilih piton yang cocok dengan rekahan, lalu ditancapkan

dan pukul dengan hammer. Salah besar kalau kita memilih piton dulu baru memilih

han tebing. Untuk mengetahui rapuh tidaknya rekahan yang akan kita pasang

piton adalah dengan memukulkan hammer pada tebing sekitar rekahan. Suara yang

nyaring menunjukkan rekahan tersebut tidak rapuh.

Cara melepas piton adalah dengan menggunakan hammer yang kita pukulkan

pada mata piton searah dengan rekahan sampai pada akhirnya piton akan ditarik.

Disamping piton, chock juga berfungsi sebagai alat pengaman (runner).

Dibuat dalam beberapa jenis dan ukuran, dapat dibagi menjadi:

Sling chock

Wired chock

Rope chock

Chock dibuat dari alumunium alloy sehingga sangat ringan. Cara memasang

chock adalah dengan menyangkutkan pada rekahan. Sangat disukai pemanjat yang

berpengalaman, karena mudah menempatkannya pada rekahan dan tidak memerlukan

waktu yang banyak seperti halnya memasang piton.

Cara pemasangan piton sangat sederhana. Setelah memeriksa rekahan yang

akan dipasang piton, kita memilih piton yang cocok dengan rekahan, lalu ditancapkan

. Salah besar kalau kita memilih piton dulu baru memilih

han tebing. Untuk mengetahui rapuh tidaknya rekahan yang akan kita pasang

piton adalah dengan memukulkan hammer pada tebing sekitar rekahan. Suara yang

ng kita pukulkan

pada mata piton searah dengan rekahan sampai pada akhirnya piton akan ditarik.

Disamping piton, chock juga berfungsi sebagai alat pengaman (runner).

Chock dibuat dari alumunium alloy sehingga sangat ringan. Cara memasang

chock adalah dengan menyangkutkan pada rekahan. Sangat disukai pemanjat yang

berpengalaman, karena mudah menempatkannya pada rekahan dan tidak memerlukan

Page 20: Lpj climbing am

Gambar 11

6. Ascendeur

Ascendeur digunakan sebagai alat bantu naik, merupakan perkembangan dari

prusi, mudah mendorongnya ke atas tapi dapat menahan beban. Dalam

ascendeur sebaiknya menggunakan sling terlebih dahulu sebelum disangkutkan pada

carabiner. Ascendeur terbagi menjadi 2 jenis yaitu:

a. Jumar

Merupakan alat bantu naik pertama, terbuat dari kerangka alumunium dan

baja. Alat ini dapat dipakai untuk tali berdiameter 7

berkekuatan 1100 pounds.

Jumar CMI 500 (Colorado Mountains Industries).

Jenis ini mempunyai kekuatan sekitar 5000 pounds

dapat langsung disangkutkan pada kerangkanya.

Gambar 11: chock stopper dan chock hexentric

Ascendeur digunakan sebagai alat bantu naik, merupakan perkembangan dari

prusi, mudah mendorongnya ke atas tapi dapat menahan beban. Dalam

ascendeur sebaiknya menggunakan sling terlebih dahulu sebelum disangkutkan pada

carabiner. Ascendeur terbagi menjadi 2 jenis yaitu:

Merupakan alat bantu naik pertama, terbuat dari kerangka alumunium dan

baja. Alat ini dapat dipakai untuk tali berdiameter 7

berkekuatan 1100 pounds.

mar CMI 500 (Colorado Mountains Industries).

Jenis ini mempunyai kekuatan sekitar 5000 pounds

dapat langsung disangkutkan pada kerangkanya.

Gambar 12: Jummar

Ascendeur digunakan sebagai alat bantu naik, merupakan perkembangan dari

prusi, mudah mendorongnya ke atas tapi dapat menahan beban. Dalam menggunakan

ascendeur sebaiknya menggunakan sling terlebih dahulu sebelum disangkutkan pada

Merupakan alat bantu naik pertama, terbuat dari kerangka alumunium dan

baja. Alat ini dapat dipakai untuk tali berdiameter 7-11 mm dan

Jenis ini mempunyai kekuatan sekitar 5000 pounds dan carabiner

Page 21: Lpj climbing am

b. Clog

Alat naik mekanis yang

seperti jumar. Alat ini banyak digunakan di Inggris.

7. Descender

Alat ini digunakan

menjaga agar pendaki tidak meluncur bebas.

tidak bergesek tali, sehingga tidak terasa panas.

Beberapa jenis descendeur:

a. Figure of eight

Alat naik mekanis yang lain, mempunyai prinsip kerja y

seperti jumar. Alat ini banyak digunakan di Inggris.

Gambar 13: clog

Alat ini digunakan turuntebing (Abseiling, rapeling). Pada prinsipnya untuk

menjaga agar pendaki tidak meluncur bebas. Keuntungannya lainnya adalah tubuh

li, sehingga tidak terasa panas.

Beberapa jenis descendeur:

Figure of eight

Gambar 14: Figure of eight

lain, mempunyai prinsip kerja yang sama

turuntebing (Abseiling, rapeling). Pada prinsipnya untuk

Keuntungannya lainnya adalah tubuh

Page 22: Lpj climbing am

b. Brake bar

c. Bobbin (petzl descendeur)

d. Single rope

Gambar 15: Brake Bar

Bobbin (petzl descendeur)

Gambar 16: Bobbin

Gambar 17: Single Rope

Page 23: Lpj climbing am

e. Double rope

8. Etrier (Tangga tali)

Bila rute yang akan dilalui ternyata sulit, karena tipisnya pijakan dan

pegangan, maka etrier ini sangat membantu untuk menambah ketinggian. Pada

Artifisial Climbing, etrier menjadi sangat

pendaki akan sulit sekali un

9. Harmness

Harmness sangat menolong untuk menahan tubuh, bila pendaki terjatuh. Juga

akan mengurangi rasa sakit dibandingkan bila kita menggunakan tali langsung ke

tubuh denagn simpul bowline on a coil.

Harmness yang baik tidak akan mengganggu gerak tubuh dari pendaki. Akan

tetapi sangat tersa gunanya bila pendaki dalam posisi istirahat.

Jenis-jenis harmness

Gambar 18: Double Rope

Etrier (Tangga tali)

Bila rute yang akan dilalui ternyata sulit, karena tipisnya pijakan dan

pegangan, maka etrier ini sangat membantu untuk menambah ketinggian. Pada

, etrier menjadi sangat IXtal, sehingga tanpa alat ini seorang

pendaki akan sulit sekali untuk menambah ketinggian.

Gambar 19: Eitrier

sangat menolong untuk menahan tubuh, bila pendaki terjatuh. Juga

akan mengurangi rasa sakit dibandingkan bila kita menggunakan tali langsung ke

bowline on a coil.

yang baik tidak akan mengganggu gerak tubuh dari pendaki. Akan

tetapi sangat tersa gunanya bila pendaki dalam posisi istirahat.

harmness:

Bila rute yang akan dilalui ternyata sulit, karena tipisnya pijakan dan

pegangan, maka etrier ini sangat membantu untuk menambah ketinggian. Pada

tal, sehingga tanpa alat ini seorang

sangat menolong untuk menahan tubuh, bila pendaki terjatuh. Juga

akan mengurangi rasa sakit dibandingkan bila kita menggunakan tali langsung ke

yang baik tidak akan mengganggu gerak tubuh dari pendaki. Akan

Page 24: Lpj climbing am

a. Full body harmness

Harmness ini melilit di sekitar tubuh, relative aman dan biasayana

dilengkapi dengan sa

medan salju/es.

b. Seat harmness

Harmness ini lebih sering dipakai, mungkin karena tidak begitu

mengganggu pendaki dalam bergerak.

Full body harmness

Harmness ini melilit di sekitar tubuh, relative aman dan biasayana

dilengkapi dengan sangkutanalat disekeliling pinggang. Sering dipakai di

medan salju/es.

Gambar 20: Full body Harness

Seat harmness

Harmness ini lebih sering dipakai, mungkin karena tidak begitu

mengganggu pendaki dalam bergerak.

Gambar 21: Seat harmness

Harmness ini melilit di sekitar tubuh, relative aman dan biasayana

ngkutanalat disekeliling pinggang. Sering dipakai di

Harmness ini lebih sering dipakai, mungkin karena tidak begitu

Page 25: Lpj climbing am

Sheat harmness juaga dapat dibuat dari webbing (swami belt) dan

diapersling atau denagan menggunakan

c. Chest Harmness

10. Helm

Bagian tubuh yang paling lemah adalah kepala, sehingga perlu mengenakan

helm untuk melindungi dari benturan tebing saat pendaki terjatuh atau bila ada batu

yang berjatuhan. Meskipun helm agak mengganggu, tetapi kita akan terhindar dari

kemungkinan terluka atau keadaa fatal.

11. Sepatu

Sheat harmness juaga dapat dibuat dari webbing (swami belt) dan

diapersling atau denagan menggunakan figure of eight sling.

Harmness

Gambar 22 : Chest Harmness

Bagian tubuh yang paling lemah adalah kepala, sehingga perlu mengenakan

melindungi dari benturan tebing saat pendaki terjatuh atau bila ada batu

yang berjatuhan. Meskipun helm agak mengganggu, tetapi kita akan terhindar dari

kemungkinan terluka atau keadaa fatal.

Gambar 23: Helm

Sheat harmness juaga dapat dibuat dari webbing (swami belt) dan

Bagian tubuh yang paling lemah adalah kepala, sehingga perlu mengenakan

melindungi dari benturan tebing saat pendaki terjatuh atau bila ada batu

yang berjatuhan. Meskipun helm agak mengganggu, tetapi kita akan terhindar dari

Page 26: Lpj climbing am

Sepatu sangat berpengaruh pada suatu

medan yang akan dilalui. Untuk medan batu kapur yang licin dipakai sepatu yang

bersol tipis dan rata. Sedangkan untuk medan sand stone (batu pasir) atau medan

basah diapakai yang bersol tebal dan bergerigi. Sepatu panjat

untuk melindungi mata kaki.

12. Cam/Friend

Pengaman sisip yang bekerja berdasarkan system friksi yang ditimbulkan

ketika mengenai beban. Memiliki ukuran yang beragam untuk setiap bentuk tebing ,

dan gagangnya ada yang lentur ada yang

Sepatu sangat berpengaruh pada suatu pendakian, ini pun terghantung pada

medan yang akan dilalui. Untuk medan batu kapur yang licin dipakai sepatu yang

bersol tipis dan rata. Sedangkan untuk medan sand stone (batu pasir) atau medan

basah diapakai yang bersol tebal dan bergerigi. Sepatu panjat biasa dibuat tinggi,

untuk melindungi mata kaki.

Gambar 24: Sepatu panjat tebing

Pengaman sisip yang bekerja berdasarkan system friksi yang ditimbulkan

ketika mengenai beban. Memiliki ukuran yang beragam untuk setiap bentuk tebing ,

ngnya ada yang lentur ada yang fix.

Gambar 25: Cam/Friend

pendakian, ini pun terghantung pada

medan yang akan dilalui. Untuk medan batu kapur yang licin dipakai sepatu yang

bersol tipis dan rata. Sedangkan untuk medan sand stone (batu pasir) atau medan

biasa dibuat tinggi,

Pengaman sisip yang bekerja berdasarkan system friksi yang ditimbulkan

ketika mengenai beban. Memiliki ukuran yang beragam untuk setiap bentuk tebing ,

Page 27: Lpj climbing am

13. Chalk Bag

Chalk Bag digunakan untuk meletakkan Magnesium yang berguna untuk

menyerap keringat yang ada pada tangan agar tangan tidak licin. Chalk Bag ini di

Gantungkan pada pinggang pemanjat dan di arahkan ke belakang tau di letakkan di

ujung tulang pinggul agar mudah untuk

14. Hammer

Hammer digunakan pada saat kita melakukan pemanjatan Artifisial, hammer

digunakan untuk menacapkan piston agar kuat menempel pada rengkahan, bias juga

digunakan untuk membuka kembali piston dari rengkahan tersebut.

digunakan untuk meletakkan Magnesium yang berguna untuk

menyerap keringat yang ada pada tangan agar tangan tidak licin. Chalk Bag ini di

Gantungkan pada pinggang pemanjat dan di arahkan ke belakang tau di letakkan di

ujung tulang pinggul agar mudah untuk menggapainya sewaktu memanjat.

Gambar 26: Chalk Bag

digunakan pada saat kita melakukan pemanjatan Artifisial, hammer

digunakan untuk menacapkan piston agar kuat menempel pada rengkahan, bias juga

digunakan untuk membuka kembali piston dari rengkahan tersebut.

Gambar 27: Hammer

digunakan untuk meletakkan Magnesium yang berguna untuk

menyerap keringat yang ada pada tangan agar tangan tidak licin. Chalk Bag ini di

Gantungkan pada pinggang pemanjat dan di arahkan ke belakang tau di letakkan di

menggapainya sewaktu memanjat.

digunakan pada saat kita melakukan pemanjatan Artifisial, hammer

digunakan untuk menacapkan piston agar kuat menempel pada rengkahan, bias juga

Page 28: Lpj climbing am

15. Sling

Sling sangat bermanfaat pada panjat tebing maupun panjat dinding,

dapat digunakan sebagai

lainnya. Sling dibagi menjadi dua macam

panjang dan diameter sling

16. Sarung tangan

Akan melindungi tangan bagi

rapler dari bahaya gesekan telapak tangan dengan

17. Hanger

Hanger adalah gantungan yang dipasang pada

menggantungkan runner sebagai pengaman dalam panjat tebing.

bermanfaat pada panjat tebing maupun panjat dinding,

dapat digunakan sebagai runners, back up maupun menjadi bagian pengaman

lainnya. Sling dibagi menjadi dua macam, sling prusik dan sling webbing

sling memiliki banyak variasi.

Gambar 28: Sling

kan melindungi tangan bagi belayer ketika mengamankan pemanjat maupun

dari bahaya gesekan telapak tangan dengan tali pengaman.

Gambar 29: Sarung tangan

Hanger adalah gantungan yang dipasang pada tebing yang digunakan untuk

menggantungkan runner sebagai pengaman dalam panjat tebing.

bermanfaat pada panjat tebing maupun panjat dinding, sling

maupun menjadi bagian pengaman

sling webbing, untuk

ketika mengamankan pemanjat maupun

tebing yang digunakan untuk

Page 29: Lpj climbing am

18. Runners

Runner adalah 2 carabiner yang disambungkan oleh

untuk pengaman. Cara pemsangannya adalah dengan digantungkan pada hanger

kemudian tali pemnajat dimasukkan ke dalam karabiner yang lain.

3.5 Persiapan Pemanjatan

Sebelum melakukan pemanjatan kita harus mempersiapkan segala

seperti:

1. Pemanasan

2. Pasang tali jiwa (harmness)

3. Pasang tali pada harmness

4. Siapkan carabiner

5. Chouch bouch (kantung magnesium)

Gambar 30: Hanger

r adalah 2 carabiner yang disambungkan oleh sling yang digunakan

untuk pengaman. Cara pemsangannya adalah dengan digantungkan pada hanger

kemudian tali pemnajat dimasukkan ke dalam karabiner yang lain.

Gambar 31: Runners

Persiapan Pemanjatan

Sebelum melakukan pemanjatan kita harus mempersiapkan segala

Pemanasan

Pasang tali jiwa (harmness)

Pasang tali pada harmness

Siapkan carabiner

Chouch bouch (kantung magnesium)

yang digunakan

untuk pengaman. Cara pemsangannya adalah dengan digantungkan pada hanger

Sebelum melakukan pemanjatan kita harus mempersiapkan segala sesuatunya

Page 30: Lpj climbing am

6. Sepatu panjat

Untuk melakukan pemanjatan harus mempunyai rekan untuk melakukan

pengamanan (belayer). Tuagas dari seorang belayer harus menjaga keamanan sang

pemanjat dan menjaga di bawah sebagai penahan tali untuk pemanjatan dan

penurunan si pemanjat. Dan istilah dalam pemanjatan yang diucapkan oleh seorang

pemanjat kepada sang belayer:

1. Slag

Seorang pemanjat meminta agar si belayer mengulurkan talinya.

2. Pull

Seorang pemanjat meminta agar si belayer menarik atau

mengencangkan talinya.

3. On

Si belayer diminta agar siap

4. Off

Pemanjat sudah aman tanpa belayer.

3.6 Kelas dan Grade dalam Panjat Tebing

1. Kelas

Seperti dalam olahraga lainnya, seseorang atlit dapat diukur kemampuannya

pada suatu tingkat pertandingan. Pemain catur dengan elorating dibawah 2000

tidak akan dapat mengikuti turnamen tingkat Gand Master. Dalam panjat

tebing terdapat klasifikasi tebing berdasarkan tingkat kesulitannya, dengan

demikian kita dapat mengukur sampai di mana kemampuan kita. Kelas yang

dibuat oleh Sierra Club adalah :

1. Kelas 1:

Cross Country Hiking Perjalanan biasa tanpa membutuhkan bantuan

tangan untuk mendaki / menambah ketinggian.

2. Kelas 2:

Scrambling Sedikit dengan bantuan tangan, tanpa tali.

Page 31: Lpj climbing am

3. Kelas 3:

Easy Climbing Secara scrambling dengan bantuan , dasar teknik

mendaki (climbing) sangat membantu, untuk pendaki yang kurang

pengalaman dapat menggunakan tali.

4. Kelas 4:

Rope Climbing with belaying.Belay (pengaman) dipasang pada anchor

(titik tambat) alamiah atau buatan,berfungsi sebagai pengaman.

5. Kelas 5:

Kelas ini dibagi menjadi 11 tingkatan (5.1 sampai 5.14), di mana

semakin tinggi angka di belakang angka 5, berarti semakin tinggi

tingkat kesulitan tebing. Pada kelas ini, runners dipakai sebagai

pengaman.

6. Kelas A:

Untuk menambah ketinggian, seseorang pendaki harus menggunakan

alat. Dibagi menjadi lima tingkatan (A1 sampai A5). Contoh : Pada

tebing kelas 5.4 tidak dapat dilewati tanpa bantuan alat A2, tingkat

kesulitan tebing menjadi 5.4 - A2.

2. Grade

Merupakan ukuran banyaknya teknik pendakian yang diperlukan. Faktor rute

yang sulit dan cuaca buruk dapat menambah bobot grade menjadi lebih tinggi.

Sebagai contoh, tebing kelas 5.7 yang rendah dan dekat dengan jalan raya,

mungkin akan mempunyai grade I (satu). Pembagian grade adalah sebagai

berikut.

Tabel 2 : Grade

Page 32: Lpj climbing am

Ada beberapa macam sistem yang digunakan di dunia dalam menentukan

tingkat kesulitan panjat tebing. Beberapa yang populer adalah sebagai berikut:

a. Sistem UK

Sistem ini menggunakan 2 sub grade, adjectice grade (sifat) dan

technical grade (teknis). Adjective grade menggambarkan kesulitan secara

menyeluruh dari perkiraan seberapa susah jalur pemanjatan, jumlah

kesulitan yang dialami dan ketersediaan pengaman. Adjective grade terdiri

dari:

Moderate (M), Very Difficult (VD), Hard Very Difficult, Mild

Severe,Severe (S),Hard Severe (HS), Mild Very Severe (MVS), Very

Severe (VS), Hard Very Severe (HVS) dan Extremely Severe. Extremely

Severe dibagi lagi menjadi 10 sub grade yaitu dari E1 sampai E10.

Sedangkan sistem numerik pada technical grade menggambarkan

tingkat kesulitan tersulit (crux) selama dalam pemenjatan. Jika pemanjatan

dilakukan multi pitch maka masing-masing pitch akan mendapatkan

technical grade untuk masing-masing pitch. Tecnical grade terdiri dari:

4a, 4b, 4c, 5a, 5b, 5c, 6a, 6b, 6c, 7a, 7b, 7c …..dan selanjutnya…

b. Sistem Perancis :

Sistem ini dikenal sebagai sistem untuk tingkat kesulitan dalam

sport climbing makanya banyak digunakan di jalur papan panjat. Tidak

seperti sistem UK, sistem ini menggunakan penomeran tunggal untuk

menggambarkan seberapa sulit suatu jalur secara menyeluruh. Hal ini bisa

menyebabkan masalah, misalkan suatu jalur mudah dilewati oleh

pemanjat pemula, maka bisa menjadi jalur yang sulit pada

pengkategoriannya.

Page 33: Lpj climbing am

c. Sistem UIAA :

Sistem Union Internationale des Associations d’Alpinisme (UIAA)

ini banyak digunakan di Jerman dan Austria. Sama seperti sistem

Perancis,menggunakan penomeran tunggal untuk menggambarkan

seberapa sulit suatu jalur secara menyeluruh, sistem ini diawali dari 1

(mudah) sampai 10 (sulit).Karena tingkat kesulitan bertambah, maka

dilakukan penambahan + atau – biasa dilakukan untuk membedakan antar

grade pemanjatan. jalur 11+ dan 12- sekarang banyak dipanjat oleh para

pemanjat.

d. Sistem Australia :

Sistem ini digunakan di Australia dan New Zealand dengan

menggunakan sistem logika. Sistem ini menggunakan sistem penomeran

tunggal, semakin sulit suatu jalur maka angka akan semakin tinggi. Tidak

seperti Sistem Perancis dan Sistem Amerika yang tidak

mempertimbangkan ketersediaan pengaman, Sistem Australia akan

meningkat tingkat kesulitannya jika jumlah pengaman sedikit.

e. Sistem Amerika :

Sistem ini berawal dari 1 sampai 5, tapi hanya grade 5 yang

digunakan untuk panjat tebing. Grade 1 sampai 4 digunakan untuk

menggambarkan berjalan dengan sedikit kesulitan, dan grade 5.0 berjalan

dengan scramble yang sulit.

Sistem ini disebut juga dengan Yossemite Decimal System (YDS).

Pengkatagorian berasal dari USA dan saat ini banyak di gunakan untuk

menentukan grade kesulitan panjat tebing. Pengkatagorian demikian

biasanya digunakan untuk jenis pendakian free-climbing atau free-soloing

Page 34: Lpj climbing am

[Memanjat sendiri tanpa alat bantu dan pengaman apapun, biasanya pada

jalur pendek].

Anehnya YDS sendiri menyalahi kaidah matematis penghitungan

decimal, dimana misalnya suatu jalur mempunyai ketinggian 5,9 [lima

point sembilan] lalu grade selanjutnya menjadi 5.10 [lima point sepuluh].

Peng-angka-an ini menjadi aneh akibat grade 5.9 lebih rendah dibanding

dengan 5.10, padahal dalam matematika sebaliknya. YDS sendiri diawali

dengan grade 5.8 atau 5.9, selanjutnya 5.10, 5.11, 5.12, 5.13 dan 5.14.

Sampai saat ini tidak ada grade melebihi 5.14.

Perkembangan keanehan peng-angka-an decimal ini menurut

beberapa diskusi pegiatan pendakian dan panjat tebing akibat keselahan

memprediksikan kemampuan pendakian pada saat system YDS

dipublikasikan. Dimana pada saat itu diperkirakan kemampuan pendakian

/ panjat hanya sampai grade 5.9. Padahal dalam kemudian berkembangan

kemampuan pendakian / pemanjatan yang lebih mutakhir dan luar bisa.

Bahkan saking sulitnya menentukan dengan hanya angka-angka

decimal yang terbatas, seiring dengan banyaknya jalur

pendakian/pemanjatan yang dibuat oleh kalangan pemanjat, maka grade

decimalpun ditambahkan dibelangkannya dengan alfhabet.

Contoh; 5.12a, 5.13 d atau 5.14 c

`Memang sampai saat sekarang barangkali hanya ada beberapa

jalur yang dibuat manusia dengan grade 5.14, itupun terbatas pada jalur-

jalur pendek.

Secara umum grading dengan YDS dapat dijelaskan sebagai berikut:

5.8 ; jalur yang ditempuh mudah, grip [pegangan] sangat bisa

digunakan oleh bagian tubuh yang ada untuk menambah ketinggian

Page 35: Lpj climbing am

5.9 ; jalur yang ditempuh dengan metode 3 bertahan 1 mencari.

Gambar 32: Contoh Grade 5.9

5.10 ; jalur yang ditempuh dengan metode 3 bertahan 1 mencari,

hanya saja perlu keseimbangan [balance] yang baik

5.11 ; dapat bertahan pada 2 atau 3 grip dengan satu diantaranya

sangat minim dan perlu keseimbangan. Jalur hang hampir bisa dipastikan

memiliki grade demikian.

5.12 ; terdapat 2 dari 2 kaki dan 2 tangan yang dapat digunakan untuk

menambah ketinggian. Dengan kondisi grip yang kecil di satu bagiannya

atau paling tidak sama.

Page 36: Lpj climbing am

Gambar 33: Contoh Grade 5.12

5.13 ; hanya 1 dari diantara 2 kaki dan 2 tangan yang dapat digunakan

untuk menambah ketinggian, itupun dengan grip yang sangat minim.

5.14 ; mulus seperti kaca, tidak mungkin terpikirkan untuk dapat dibuat

jalur pendakian/pemanjatan tanpa bantuan alat (artificial climbing).

Gambar 34: Contoh Grade 5.14

Sumber : Mapala UPN Yogyakarta dan sumber lainnya

Page 37: Lpj climbing am

3.7 Gaya Pemanjatan

Pengertian gaya didalam panjat tebing menyangkut metode dan peralatan serta

derajat petualangan dalam suatu pendakian. Petualangan berarti tingkat

ketidakpastian hasil yang akan dicapai.

Gaya harus sesuai dengan pendakian. Gaya yang berlebiahan untuk tebing

yang kecil, sebaik apapun gaya tersebut akhirnya menjadi gaya yang buruk. Mendaki

secara alamiah dengan bantuan teknis terbatas adalah gaya yang baik. Kita harus

bekerjasama dengan tebing, jangan memaksanya. Kita dapat menggunakan point-

point alamiah seperti batu, tanduk (horn), pohon atau pada batuyang terjepit di dalam

celah (chockstone). Akhirnya kita sampai pada pendakian sendiri, tanpa

menggunakan tali. Maksudnya adalah menyesuaikan gaya dengan pendakian dan

kemampuan diri. Gaya yang baik adalah penyesuaian yang sempurna-penapakan dari

dua sisi yang baik antara ambisi dan kemampuan.

Tidak ada pendakian yang sama. Standar yang baik selalu dapat diterapkan

dan juga memungkinkan penyelesaian menjadi kepribadian masing-masing rute.

Itulah prinsip pendakian pertama kita tadi. Prinsip tersebuat dapat membimbing kita

dalam masalah gaya dan etika. Kita telah memiliki standar minimum yang telah siap

dan tersedia untuk dijadikan sasaran. Penerimaan terhadap prinsip ini memungkinkan

kita untuk meniadakan pertentangan pendapat tentang gaya umum. Keuntungan lain

adalah gaya dari pendakian pertama adalah gaya yang layak dan memberikan

keuntungan psikologis kepada pendaki-pendaki berikutnya bahwa rute tersebut,

paling tidak, pernah dicoba. Dengan menghargai orang-orang yang menyelesaikannya

dan memperlihatkan bahwa kita paham akan nilainya, serta menganggap pendakian

mereka sebagai suatu hasil karya, maka pendakian mereka bukanlah sesuatu yang

harus dikalahkan.

Page 38: Lpj climbing am

Dalam bukunya How to Rock Climbing: Face Climbing, John Long

menguraikan dalam membuat klasifikasi yang lebih sempit mengenai beberapa gaya

yang ada, diantaranya adalah:

1. Onsight Free Solo

Istilah onsight berarti memanjat suatu jalur tanpa pernah mencoba dan belum

pernah melihat orang lain memanjat di jalur tersebut. Jadi jalur tersebut

dipanjat tanpa informasi apa-apa. Sedangkan solo berarti tanpa tali. Jadi

onsight free solo berarti pemanjatan tali untuk pertama kali bagi seorang

pemanjat tanpa informasi apa-apa.

2. Free Solo

Pemanjatan suatu jalur tanpa menggunakan tali, tapi pernah mencoba

walaupun belum hapal benar jalur tersebut.

3. Worked Solo

Pemanjatan tanpa tali dengan sebelumnya pernah mencoba berkali-kali

sampai benar-benar hapal mati seluruh bentuk permukaan tebing.

4. Onsight Flash/Vue

Memanjat suatu jalur tanpa pernah mencobanya, melihat pamanjat lain dijalur

yan sama, juga tidak pernah mendapat informasi apa-apa. Memanjat dengan

menggunakan tali sebagai perintis jalur (leader) dan memasang pengaman

(running belay). Pemanjat juga tidak sekalipun jatuh dan tidak mengambil

nafas/istirahat diseopanjang jalur.

5. Beta Flash

Pemanjatan tanpa mencoba dan melihat orang lain memanjat dijalur tersebut,

namun telah mendapat informasi tentang jalur dan bagian-bagian sulitnya

(crux). Pemanjat kemudian memanjatnya tanpa jatuh dan tanpa istirahat di

sepanjang jalur.

Page 39: Lpj climbing am

6. Déjà vu

Seoarang pemanjat sudah dapat memanjat suatu jalur sekian tahun

sebelumnya dan gagal menuntaskannya. Setelah sekian tahun itu, dengan

kemampuan memanjat yang lebih baik, ia kembali dengan hanya sedikit

ingatan tentang jalur tersebut dan berhasil menuntaskan jalur pada percobaan

pertama.

7. Red Point

Memanjat suatu jaluryang telah dipelajari dengan sangat baik, tanpa jatuh dan

memanjat sambil memasang pengaman sebagai perintis jalur.

8. Pink Point

Sama dengan red point hanya semua pengaman telah dipasang pada

tempatnya.

9. Brown point

Ada beberapa macam untuk kategori ini, misalnya seorang pemanjat merintis

suatu jalur, lalu jatuh dan menarik tali, kemudian meneruskan pemanjatan dari

titik pengaman terakhir ia jatuh (hangdogging). Pemanjatan dengan top rope

juga termasuk dalam kategori ini. Lalu ada lagi pemanjatan dengan bor

pertama dipasang terlebih dahulu. Sebenarnya masih banyak lagi yang masuk

dalam kategori ini. Seluruh kategori ini menceritakan berbagai taktik, strategi

atau trik untuk mempelajari sekaligus mencoba menuntaskan suatu jalur.

Setealah begitu banyak melihat gaya pemanjat dalam menuntaskan jalur, kita

dapat membandingkan mana yang lebih sulit. Dengan begitu dapat pula dibandingkan

perbedaan kemampuan seorang pemanjat.

3.8 Pertimbangan Lain

1. Gunakan Chock dan Runners (titik pengaman) alam. Pendakian tebing adalah

suatu kesatuan yang harus ditangani secara hati-hati. Yang harus diperhatikan

adalah masalah penggunaan runners alam dan chockstone buatan, karena alat

tersebut membiarakan tebing tetap utuh.

Page 40: Lpj climbing am

Penggunaan piton (paku tebing) dalam suatu pendakian masih menimbulkan

cacat pada tebing. Kerusakan yang ditimbulkannya adalah karena:

a. Mempersulit atau mempermudah rute dengan merubah sifatnya.

b. Menimbulkan noda-noda goresan yang tidak sedap di pandang.

c. Dapat melepas belahan batu besar atau serpihan-serpihan batu.

Jadi walaupun dalam kasus-kasus dimana pendakian pertama menggunakan

piton, kita harus berusaha memperkecil penggunaan piton karena sifatnya

yang merusak.

2. Sampah

Jika kita membawa kaleng makan dalam suatu pendakian, injak kaleng

tersebut dan bawalah keatas. Lebih baik jika membawa makanan yang tidak

dalam kaleng. Kulit jeruk sebaiknya disimpan kembali karena tidak dimakan

oleh binatang dan sangat lambat pembusukannya.

3.9 Teknik Dasar Pemanjatan / Rock Climbing

1. Face Climbing

Yaitu memanjat pada permukaan tebing dimana masih terdapat

tonjolan atau rongga yang memadai sebagai pijakan kaki maupun pegangan

tangan. Para pendaki pemula biasanya mempunyai kecenderungan untuk

mempercayakan sebagian berat badannya pada pegangan tangan, dan

menempatkan badannya rapat ke tebing dan Ini adalah kebiasaan yang salah.

Tangan manusia tidak bisa digunakan untuk mempertahankan berat badan

dibandingkan kaki, sehingga beban yang diberikan pada tangan akan cepat

melelahkan untuk mempertahankan keseimbangan badan, Kecenderungan

merapatkan berat badan ketebing dapat mengakibatkan timbulnya momen

gaya pada tumpuan kaki, Hal ini memberikan peluang untuk tergelincir

Konsentrasi berat di atas bidang yang sempit (tumpuan kaki) akan

memberikan gaya gesekan dan kestabilan yang lebih baik.

Page 41: Lpj climbing am

2. Friction / Slab Climbing

Teknik ini semata-mata hanya mengandalkan gaya gesekan sebagai

gaya penumpu. Ini dilakukan pada permukaan tebing yang tidak terlalu

vertical, kekasaran permukaan cukup untuk menghasilkan gaya gesekan. Gaya

gesekan terbesar diperoleh dengan membebani bidang gesek dengan bidang

normal sebesar mungkin, Sol sepatu yang baik dan pembebanan maksimal

diatas kaki akan memberikan gaya gesek yang baik.

3. Fissure Climbing

Teknik ini memanfaatkan celah yang dipergunakan oleh anggota

badan yang seolah olah berfungsi sebagai pasak. Dengan cara demikian, dan

beberapa pengembangan, dikenal teknik-teknik berikut :

Jamming, teknik memanjat dengan memanfaatkan celah yang tidak

begitu besar Jari-jari tangan, kaki, atau tangan dapat

dimasukkan/diselipkan pada celah sehingga seolah-olah

menyerupai pasak.

Chimneying, teknik memanjat celah vertical yang cukup lebar

(chomney). Badan masuk diantara celah, dan punggung di salah

satu sisi tebing. Sebelah kaki menempel pada sisi tebing depan,

dan sebelah lagi menempel ke belakang Kedua tangan diletakkan

menempel pula. Kedua tangan membantu mendororng keatas

bersamaan dengan kedua kaki yang mendorong dan menahan berat

badan.

Bridging, teknik memanjat pada celah vertical yang cukup besar

(gullies).Caranya dengan menggunakan kedua tangan dan kaki

sebagai pegangan pada kedua celah tersebut. Posisi badan

mengangkang, kaki sebagai tumpuan dibantu oleh tangan yang

juga berfungsi sebagai penjaga keseimbangan.

Lay Back, teknik memanjat pada celah vertical dengan

menggunakan tangan dan kaki. Pada teknik ini jari tangan mengait

tepi celah tersebut dengan punggung miring sedemikian rupa untuk

Page 42: Lpj climbing am

menempatkan kedua kaki pada tepi celah yang berlawanan.

Tangan menarik kebelakang dan kaki mendorong kedepan dan

kemudian bergerak naik ke atas silih berganti.

3.10 Clean Jalur

Clean jalur adalah membersihkan jalue pemanjatan dari peralatan climbing

seperti runner dan karmantel. Clean jalur dibagi menjadi 3 yaitu:

a. Clean down

Adalah teknik membersihkan jalur dengan turun berlahan dengan mengambil

kembali runners satu persatu sampai ke bawah.

b. Clean pursik

Adalah teknik membersihkan jalur dengan menggunakan tali pursik untuk

menyimpulkan tali karnmantel dan tali karnmantel dapat langsung dijadikan

pemanjat untuk turun sehingga pemanjat dapat dengan mudah mengambil

runner satu persatu.

c. Clean mayong

Adalah teknik membersihkan jalur dari perlengkapan climbing yang pada top

dari tebing terdapat mayong.

Dari ketiga jenis clean jalur diatas, clean jalur yang paling aman adalah clean down,

Karena jika salah satu runner lepas, maka masih ada runner yang lain yang akan

menahan pemanjat agar tidak jatuh.

3.11 Jalur yang diapanjat di Harau

1. Jalur hijau

a. Grade : 5-8 A

b. Jumlah hanger : 7 hanger

c. Ketinggian ± 15 meter

2. Jalur Fucking Hot

a. Grade : 5-11 A

b. Jumlah hanger : 7 hanger

Page 43: Lpj climbing am

c. Ketinggian ± 8 meter

3. Jalur Toilet

a. Grade : 5-9 A

b. Jumlah hanger : 9 hanger

c. Ketinggian ± 25 meter

4. Jalur Cukia

a. Grade 5-10 A

b. Jumlah hanger : 7 hanger

c. Ketinggian : 20 meter

Page 44: Lpj climbing am

BAB IV

PELAKSANAAN KEGIATAN

2.1 Pra Kegiatan

A. Pelatihan dan Penambahan Materi

Pelatihan dan penambahan materi dilakukan secara terencana. Adapun hal-

hal yang dilakukan selama masa pra kegiatan adalah:

1. Penambahan Materi

No Hari/Tanggal Keterangan

1Senin/ l7 September 2012 Upgrading Rock Climbing oleh Pembina

2 Selasa/18

September 2012

Latiha buildering di belakang sekre paitua

dengan Pembina

3 Selasa-Rabu/18-26

September 2012

Joging dan Latihan buildering di belakang

sekre paitua oleh AM

2. Rapat AM

B. Sekretaris

1. List Job

No Hari/Tanggal Keterangan

1 Kamis/20

September 2012

Menyiapkan surat keluar

2 Rabu/19

September-Rabu/

Menyelesaikan ROP

No Hari/Tanggal Keterangan

1 Sabtu/ 15

September 2012

Penentuan waktu berkegiatan

2 Minggu / 16

September 2012

Pembentukan kepanitiaan dan jobdess

masing-masing bidang

Page 45: Lpj climbing am

2. List Surat Keluar

No. Nama Surat Nomor Surat Tujuan Keterangan

1 Surat

Perizinan

002-B/RC/Paitua-

MTU/XX/IX-2012

Wali nagari Sudah

Sampai

2 Surat

Perizinan

002-B/RC/Paitua-

MTU/XX/IX-2012

Ketua

pemuda

Sudah

Sampai

3 Surat

Perizinan

002-B/RC/Paitua-

MTU/XX/IX-2012

BKSDA Sudah

Masuk

Surat

Perizinan

002-B/RC/Paitua-

MTU/XX/IX-2012

Kapolsek Belum

masuk

4 Surat

Peminjaman

Alat

001-B/RC/ Paitua-

MTU/XX/IX-2012

Paitua-MTU Sudah

Sampai

5 Surat

peminjaman

alat

001-B/RC/ Paitua-

MTU/XX/IX-2012

MPU-Mapala

Polyteknik

Negri padang

Sudah

Sampai

6 Surat

peminjaman

alat

001-B/RC/ Paitua-

MTU/XX/IX-2012

KOMMA-

FPUA

Sudah

sampai

7 Surat

peminjaman

alat

001-B/RC/ Paitua-

MTU/XX/IX-2012

SDU-

FATERNA

Sudah

Sampai

8 Surat

peminjaman

alat

001-B/RC/ Paitua-

MTU/XX/IX-2012

KCALH-

RAFFLESIA

Sudah

Masuk

9 Surat

peminjaman

alat

001-B/RC/ Paitua-

MTU/XX/IX-2012

MPALH Sudah

Masuk

Page 46: Lpj climbing am

10 Surat Jalan 16-SJ/ paitua-

MTU/XX/IX-2012

paitua Sudah

masuk

11 Surat

Peminjaman

Alat

001-B/RC/ Paitua-

MTU/XX/IX-2012

Dekanat Sudah

Masuk

C. Bendahara

1. List Job

No Hari/ tanggal Keterangan

1 Rabu-Jum’at/26-28

September

2012

Mengumpulkan dana dari anggota muda

D. Bidang Perlengkapan

1. List Perlengkapan Pribadi

No Nama Jumlah Keterangan

1 Pakaian

a. Baju lapangan 1 buah Ada

b. Celana lapangan 1 buah Ada

c. Kaos kaki lapangan 1 pasang Ada

2 Perlengkapan makan

a. Piring 1 buah Ada

b. Gelas 1 buah Ada

c. Sendok 1 buah Ada

3 Perlengkapan tidur

a. Jaket 1 buah Ada

b. Selimut 1 buah Ada

4 Perlengkapan mandi 1 set Ada

Page 47: Lpj climbing am

5 Perlengkapan tambahan

a. Sandal 1 pasang Ada

b. Obat-obatan pribadi secukupnya Ada

c. Perlengkapan shalat 1 set Ada

d. Survival kids 1 set Tidak ada

e. Pakaian ganti 2 pasang Ada

6 Penerangan 1 buah Ada

2. Perlengkapan kelompok

No Nama Jumlah Keterangan

1 Tali Carmantel 2 pitch Ada

2 Harmnes 4 buah Ada

3 Carabiner Screw 4 Buah Ada

4 Figure of eight 2 buah Ada

5 Runners 20 buah Ada

6 Calk bag 2 buah Ada

7 Bubuk Magnesium ½ kg Ada

8 Piton 1 set Ada

9 Friend 4 buah Ada

10 Sling Prusik 2 buah Ada

11 Hummer 1 buah Ada

12 Hexentric 1 set Ada

13 Chock Stopper 1 set Ada

14 Webbing 4 buah Ada

15 Carier 2 buah Ada

16 Day Pack 4 buah Ada

17 Minyak tanah 1 L Tidak Ada

18 Nesting 2 set Ada

Page 48: Lpj climbing am

19 Tabung gas 5 Tabung Ada

20 Tramontina 1 buah Ada

21 Plastik Packing 6 buah Ada

22 Kompas 1 buah Tidak Ada

23 Sarung Tangan 2 buah Ada

24 P3K 1 set Ada

25 Fly sheet 4 buah Ada

26 Derigen 2 buah Ada

27 Cutter/ Pisau 2 buah Ada

28 Kompor Gas 2 buah Ada

29 Sabun Pencuci Piring 1 buah Ada

30 Korek Api 1 buah Ada

31 Alat Dokumentasi 2 buah Ada

3. List Job

No Hari/ tanggal Keterangan

1 Kamis/ 27

September 2012

Mencari transportasi

2 kamis/ 2 juni 2012 Mencari perlengkapan yang harus dibawa

untuk berkegiatan.

4. List Peminjaman Alat Pada Paitua Mapala Teknik Unanad

No Nama Barang Jumlah

1 Runners 10 buah

2 Carabiner Screw 1 buah

3 Figur of eight 1 buah

4 Tali karnmantel 1 buah

Page 49: Lpj climbing am

5. List Peminjaman Alat Pada MPU Mapala Politeknik Unand

5 Matras 4 buah

6 Carrier 2 buah

7 Sarung tangan 2 buah

8 Chalk bag 2 buah

9 Golok Tebas 1 buah

10 Harness 1 buah

11 Tali pursik 2 buah

12 Piton 15 buah

13 Heksentrik 17 buah

14 Kompor Gas 2 buah

15 Tabung Gas 4 buah

19 Nesting 2 buah

20 Fly Sheet 2 buah

21 Dirigen 2buah

22 Webbing 4 buah

No Nama Barang Jumlah

1 Harness 1 buah

2 Carabiner Screw 1 buah

3 Figur of eight 1 buah

4 Tali karnmantel 1 buah

5 Runners 5 buah

Page 50: Lpj climbing am

6. List Peminjaman Alat Pada KOMMA Pertanian Unand

7. List Peminjaman Alat Pada SDU Faterna Unanad

E. Bidang Konsumsi

1. List Job

No Hari/ tanggal Keterangan

1 Kamis/ 20

September 2012

Mengatur konsumsi

2 Kamis/ 27

September 2012

Membeli segala keperluan konsumsi yang

dibutuhkan.

No Nama Barang Jumlah

1 Runners 3 buah

2 Carabiner Screw 3 buah

3 Figur of eight 1 buah

No Nama Barang Jumlah

1 Runners 2 buah

Page 51: Lpj climbing am

F. Bidang HPD

1. List Job

No Hari/ tanggal Keterangan

1 Sabtu/22

September 2012

Melaksanakan survey lapangan untuk

berkegiatan.

Mengurus surat perizinan berkegiatan kepada

Pak RT, wali jorong, wali nagari dan Ketua

pemuda Jorong Limpato

2 jum’at/ 28

September 2012

Mengurus surat perizinan berkegiatan kepada

Polsek Harau.

2.2 Kegiatan

1. RINCIAN KEGIATAN ORIENTASI ROCK CLIMBING

No. Hari/Tanggal Pukul Kegiatan

1 Jum’at/ 28-09-2012 07.19-07.30 Upacara pelepasan di

sekretariat paitua-MTU

07.30-11.43 Perjalanan dari Sekre

Paitua-MTU – Polres

Harau (mengantar

SIMAKSI) –

Harau(Pasanggrahan Buk

Atik)

11.43-13.30 Ishoma

13.30-13.40 Persiapan perlengkapan

pemanjatan

13.40-13.55 Perjalanan menuju tempat

pemanjatan (jalur hijau)

Page 52: Lpj climbing am

13.55-14.05 Pemanasan

14.05-16.00 Pemanjatan ke-1 jalur

hijau yaitu mampu

menjadi leader, belay dan

clean down

16.00-16.20 Istirahat dan shalat

16.20-19.08 Pemanjatan ke-2 jalur

hijau yaitu mampu

menjadi leader, belay dan

clean down

19.08-21.00 Ishoma

21.00-21.38 Evaluasi dan Breafing AM

21.38-22.02 Evaluasi dengan Pembina

22.02-22.40 Malam keakraban

22.40-05.00 Istirahat tidur

2 Sabtu / 29-09-2012 05.00-06.15 Bangun, MCK, sholat, dan

masak

06.15-06.45 Makan

06.45-06.55 Persiapan perlengkapan

pemanjatan

06.55-07.05 Perjalanan menuju tempat

pemanjatan

07.05-07.15 Pemanasan

07.15-11.50 Pemanjatan di jalur toilet,

fucking hot

11.50-12.50 Ishoma

12.50-16.00 Pemanjatan di jalur toilet,

fucking hot

Page 53: Lpj climbing am

15.30-16.00 Istirahat dan shalat

16.20-20.08 Pemanjatan di jalur toilet,

fucking hot

20.08-21.41 Ishoma

21.41-22.05 Evaluasi dan Breafing AM

22.05-22.23 Evaluasi dengan Pembina

22.23-23.00 Malam keakraban

23.00-05.00 Istirahat tidur

3 Minggu / 30-09-

2012

05.00-06.15 Bangun, MCK, sholat, dan

masak

Persiapan perlengkapan

pemanjatan

06.15-06.45 Makan

06.45-07.05 Persiapan memanjat

07.05-07.45 Pemanjatan jalur fucking

hot

07.45-07.50 Perjalanan menuju tempat

pemanjatan (jalur cukia)

07.50-08.15 Pemanasan

08.15-12.15 Pemanjatan di jalur cukia

dan clean down bagi yang

belum

12.15-12.50 Ishoma

13.00-14.00 Persiapan pulang

14.13-19.15 Pulang ke sekre paitua –

MTU

19.15-19.30 Istirahat

19.30-20.20 Evaluasi dan breafing AM

Page 54: Lpj climbing am

20.20-20.40 Evaluasi dengan Pembina

2. JADWAL LOMUNIKASI

No

.

Hari/Tanggal Jam Lokas

i

Tujuan Berita Sarana

1 Jum’at, 28

September

2012

12.07 Harau Paitua

(Rima

Geovani)

Kedatangan

di Lokasi

Pemanjatan

Hp

2 Jum’at, 28

September

2012

19.10 Harau Paitua

(Rima

Geovani)

Keadaan

Tim

Hp

4 Sabtu, 29

September

2012

12.15 Harau Paitua

(Rima

Geovani)

Persiapan

pemanjatan

Hp

5 Sabtu, 29

September

2012

20.14 Harau Paitua

(Rima

Geovani

dan

Hanif

Hasan)

Keadaan

Tim

Hp

6 Minggu, 30

September

2012

06.40 Harau Paitua

(Rima

Geovani)

Persiapan

pemanjatan

Hp

7 Minggu, 30

September

2012

14.15 Harau Paitua

(Rima

Geovani)

Keadaan tim

dan

keberangkat

an pulang

Hp

Page 55: Lpj climbing am

SKENARIO PEMANJATAN

1. Jum’at, 28 September 2012

Target : Menjadi leder

Menjadi belay

Clean down

Pemanjatan jalur hijau

a. Jalur 1

Belay : Eko Firmanto

Leader : Fadli Rizki

Dokumentasi : Fajri Mardhatillah

Belay : Fadli Rizki

Leader : Fajri Mardhatillah

Dokumentasi : Eko Firmanto

Belay : Fajri Mardhatillah

Leader : Eko Firmanto

Dokumentasi : Fadli Rizki

b. Jalur 2

Belay : Dikky Andika

Leader : M. Arifin

Dokumentasi : Yuliana Febriani

Belay : M. Arifin

Leader : Yuliana Febriani

Dokumentasi : Dikky Andika

Belay : Yuliana Febriani

Leader : Dikky Andika

Dokumentasi : M. Arifin

Page 56: Lpj climbing am

2. Sabtu, 29 September 2012

Target : clean pursik

Pemanjatan jalur toilet

` Pemanjatan pertama

Belay : Fadli Rizki

Leader : M.Arifin

Dokumentasi : Eko Firmanto

Belay : M. Arifin

Leader : Eko Firmanto

Dokumentasi : Fadli Rizki

Belay : Eko Firmanto

Leader : Fadli Rizki

Dokumentasi : M. Arifin

Pemanjatan kedua

Belay : Yuliana Febriani

Leader : Fajri Mardhatillah

Dokumentasi : Dikky Andika

Belay : Fajri Mardhatillah

Leader : Dikky Andika

Dokumentasi : Yuliana Febriani

Belay : Dikky Andika

Leader : Yuliana Febriani

Dokumentasi : Fajri Mardhatillah

Pemanjatan di jalur fucking hot

Pemanjatan pertama

Belay : Fadli Rizki

Leader : Yuliana Febriani

Dokumentasi : M. Arifin

Belay : M. Arifin

Page 57: Lpj climbing am

Leader : Fadli Rizki

Dokumentasi : Yuliana Febriani

Belay : Yuliana Febriani

Leader : M. Arifin

Dokumentasi : Fadli Rizki

Belay : Dikky Andika

Leader : Fajri Mardhatillah

Dokumentasi : Eko Firmanto

Belay : Fajri Mardhatillah

Leader : Eko Firmanto

Dokumentasi : Dikky Andika

Belay : Eko Firmanto

Leader : Dikky Andika

Dokumentasi : Fajri Mardhatillah

Minggu, 30 September 2012

Artificial :

Pemanjatan jalur cukia

Belay : Fadli Rizky

Leader : Dikky Andika

Dokumentasi : Fajri Mardhatillah

Belay : Eko Firmanto

Leader : Fajri Mardhatahillah

Dokumentasi : M. Arifin

Belay : Eko Firmanto

Leader : M. Arifin

Dokumentasi : Fajri Mardhatillah

Belay : Fajri Mardhatahillah

Leader : Eko Firmanto

Dokumentasi : M. Arifin

Page 58: Lpj climbing am

Belay : Eko Firmanto

Leader : Fadli Rizki

Dokumentasi : Dikky Andika

Belay : Fajri Mardhatahillah

Leader : Yuliana Febriani

Dokumentasi : Dikky Andika

Clean down di jalur hijau:

Belay : Fadli Rizki

Leader : Yuliana Febriani

Dokumentasi : Dikky Andika

Belay : Dikky Andika

Leader : Fadli Rizki

Dokumentasi : Yuliana Febriani

PEMBAGIAN TUGAS UMUM

A. HARI JUMAT

a. Koordinator Lapangan : Dikky Andika

b. Mungurus perizinan : Eko Firmanto

Fajri Mardhatillah

c. Menyiapkan makan malam : M Arifin

Yuliana Febriani

d. Menjemput air : Fadli Rizki

B. HARI SABTU

Pagi

a. Koordinator Lapangan : Dikky Andika

Page 59: Lpj climbing am

b. Menyiapkan sarapan : Fadli Rizki

Eko Firmanto

c. Menyiapkan perlengkapan : M. Arifin

Yuliana Febriani

d. Menjemput air : Fajri Mardhatillah

Malam

a. Koordinator Lapangan : Dikky Andika

b. Menyiapkan makan malam : Yuliana Febriani

Fajri Mardhatillah

Fadli Rizki

c. Menjemput air : Eko Firmanto

M. Arifin

C. HARI MINGGU

a. Koordinator Lapangan : Dikky Andika

b. Menyiapkan makan pagi : Eko Firmanto

Fajri Mardhatillah

d. Menyiapkan alat : M. Arifin

Yuliana Febriani

Fadli Rizki

e. Sweeping lokasi : Semua AM

Page 60: Lpj climbing am

2.3 Pasca Kegiatan

No Hari/ Tanggal Keterangan

1 Senin-Selasa/1-2

September 2012

Membersihkan Peralatan

2 Rabu/3September

2012

Mengembalikan Peralatan

3 Jum’at/22 September

2012

Membuat cerita perjalanan

4 Rabu-Sabtu/3-6

September 2012

Membuat LPJ

Page 61: Lpj climbing am

BAB V

EVALUASI DAN PEMBAHASAN

1.1 Pra Kegiatan

a. Surat-surat sebaiknya diselesaikan sebelum ROP

Untuk berkegiatan diperlukan surat-surat seperti suarat izin, surat

peminjaman alat. Dalam hal ini, setiap koordinator bidang harus memberikan

list surat-surat yang diperlukan kepada sekretaris agar dapat membuat dan

langsung diantarkan.

b. Konfirmasi dengan ketua pelaksana

Setiap anggota harus mengkonfirmasikan kepastian akan berkegiatan atau

berhalangan ikut secepat mungkin kepada ketua, agar pada saat

menghubungi bus jelas harga yang akan dibayar.

c. Ganchart

Masing-masing coordinator bidang harus membuat ganchart dan konsisten

dalam melaksanakan kegiatan yang sudah ada di ganchart.

1.2 Kegiatan

A. Jum’at, 28 September 2012

Evaluasi sesama AM:

a. Tidak medengarkan korlap

Anggota tidak mendengarkan aba-aba yang diberikan oleh korlap, ini

menyebabkan penggunaan waktu tidak efisien dan waktu untuk memanjat

semakin sedikit.

b. Belay kurang serius

Pada saat pemanjatan, belay tidak serius melihat pemanjat. Ini menyebabkan

ada anggota yang terjatuh ketika memanjat dan belay tidak langsung mem-

pull tali sehingga angoota terjatuh jauh dari runner terakhir yang dipasang

tali oleh anggota.

Evaluasi dengan Pembina:

Page 62: Lpj climbing am

a. Harus tahu prosedur sebelum memanjat

- Untuk pemanjat

Sebelum memanjat seharusnya anggota orientasi medan dulu agar tidak

memakan waktu yang lama dan pemanjat juga harus memberi aba-aba

yang jelas pada belay.

- Untuk belay

Tali harus selalu diperhatikan agar tali tidak kusut dan belay juga harus

tanggap dalam mendengarkan aba-aba dari pemanjat.

- Pemanjatan

Pada saat memanjat harus diperhatikan cara pemasangan tali pada

runner, jangan sampai pemasangan tali terbalik.

b. Jaga sikap di lapangan

Pada saat berkegiatan, anggota harus menjaga sikap di lapangan, jangan

melakukan hal-hal yang tidak perlu dilakukan. Contohnya pada saat

berkegiatan, ada anggota yang tidur-tiduran di matras sedangkan anggota

yang lain sedang memanjat.

c. Aplikasikan tujuan dan capai target yang sudah dibuat

Sebelum berkegiatan sudah ditentukan tujuan dan target berkegiatan. Jadi

sewaktu berkegiatan, target harus dicapai disamping tujuan dari kegiatan

diaplikasikan. Manfaatkan waktu sebaik mungkin untuk mencapai target dan

tujuan.

d. Kerja harus sesuai dengan ROP

Pada ROP, sudah ditentukan pembagian tugas dari masing-masing anggota.

Dalam berkegiatan, tugas anggotat harus dilakukan sesuai pembagian.

Meskipun kita harus saling membantu, tapi tugas kita harus diselesaikan

terlebih dahulu.

Brifing

a. Yang piket pada pagi sabtu, memasak nasi untuk makan siang.

b. On time dalam setiap kegiatan

Page 63: Lpj climbing am

c. Membuat list perlengkapan yang di bawa ke lokasi pemanjatan

B. Sabtu, 29 September 2012

Evaluasi sesama AM

Manajemen waktu.

Anggota seharusnya dapat memanajenen waktu dengan baik, agar kegiatan

yang dilakukan dapat sesuai dengan rancangan dan skenario yang telah

dibuat. Contohnya pada saat men-clean anggota tidak mempertimbangkan

lama waktu yang diperlukan sehingga selesai malam hari.

Evaluasi dengan pembina

Ukur kemampuan diri.

Pada saat memanjat atau pun clean anggota harus dapat mengukur

kemampuan dirinya, sampai mana ia mampu memanjat agar tidak terlalu

lama berada di atas. Namun kita juga harus terlebih dahulu berusaha sebelum

mengatakan ‘tidak bisa’.

Brifing

a. Piket hari minggu sama dengan hari sabtu

b. Clean down yang belum dilakukan di jalur hijau.

c. Sebelum ke jalur cukia menjemput runner yang tertinggal di jalur fucking hot.

C. MINGGU, 30 September 2012

Evaluasi denagn AM:

a. Kelalaian AM sehingga pada pengambilan runner belum semua anggota di

jalur fucking hot, masih ada yang MCK

b. AM tidak mencoba semua jalur yang telah dicantumkan di ROP

c. Untuk waktu perjalanan, sebaiknya waktu ditambahkan karena bus umum

juga mencari penumpang dan banyak berhenti di jalan.

Page 64: Lpj climbing am

1.3 Pasca Kegiatan

a. Membuat cacatan perjalanan : M.arifin

b. Cuci photo : Fajri Mardhatillah

c. Membersihkan dan pengembalian perlengkapan : Fadli Rizki (PJ) dibantu

AM yang lain pada hari Senin dan perlengkapan dikembalikan paling lambat

hari rabu.

d. Rapat AM akan dilaksanakan senin jam 16.00 WIB di sekre paitua MTU

e. LPJ akan dilaksanakan seminggu setelah kegiatan.

Page 65: Lpj climbing am

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

a. Kegiatan ini dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaaan kepada Tuhan

Yang Maha Esa. Terbukti dengan kekaguman anggota yang semabari

bersyukur menyadari betapa cipataan Tuhan luar biasa

b. Sosialisasi dengan masyarakat setempat

Ketika berkegiatan, orang lain yang lewat baik penduduk setempat maupun

wisatawan yang bertanya, anggota secara tidak langsung mengenalkan paitua

pada masyarakat.

c. Mempelajari dan mengaplikasikan ilmu panjat tebing

Denagan melaksanakan panjat tebing langsung di Harau, maka anggota sudah

dapat mengaplikasikan ilmu panjat tebing yang sudah dipelajari.

d. Kegiatan ini dapat melatih manajemen organisasi.

Dengan dilibatkannya semua anggota dalam kepanitiaan, anggota sudah dapat

melaatih manajemen organisasi dan kerjasama dalam sebuah tim

e. Terbinanya kekeluargaan antara AM dan anggota biasa

Dibukti dengan adanya kerjasama dan rasa saling tolong menolong antara

sesama AM tanpa diminta sekalipun serta adanya rasa ingin saling melengkapi

antara sesama.

f. Memenuhi syarat orientasi.

Dengan disetujuinya kegiatan ini dilaksanakan dan dengan diterimanya laporan

pertanggungjawaban, berarti AM telah dapat menyelesaikan 1 beban orientasi

yaitu Rock Climbing

6.2 Saran

Agar acara selanjutnya berjalan dengan lebih baik, maka kami menyarankan:

Page 66: Lpj climbing am

2. Agar mempersiapakan waktu yang lebih jika ingin berkegiatan harau karena

jalur panjat di harau sangat banyak

3. Banyak latihan sebelum berkegiatan.

Page 67: Lpj climbing am

Lampiran 1

SUSUNAN KEPANITIAAN

Ketua : Dikky Andika AM-002-P

Sekretaris : Yuliana Febriani AM-017-P

Bendahara : Eko Firmanto AM-003-P

Koor Perlengkapan : Fadli Rizki AM-005-P

Koor HPD : Fajri Mardhatillah AM-006-P

Koor Konsumsi : M. Arifin AM-009-P

Page 68: Lpj climbing am

Lampiran 2

RINCIAN BIAYA LOGISTIK

No. Nama Barang Jumlah Harga/satuan Total

1 Tempe 8 bungkus Rp 1,000.00 Rp 8,000.00

2 Sarden Besar 2 kaleng Rp 16,000.00 Rp 32,000.00

3 Sarden Kecil 2 kaleng Rp 6,000.00 Rp 12,000.00

4 Saus Sambal1 botol

Rp 10,000.00

Rp

10,000.00

5 Cabe 1/2 Kg Rp 16,000.00 Rp 8,000.00

6 Cappucino10 bungkus

Rp 1,000.00

Rp

10,000.00

7 Energen10 bungkus

Rp 1,150.00

Rp

11,500.00

8 Teh 1 kotak Rp 3,500.00 Rp 3,500.00

9 Gula 1 Kg Rp 13,000.00 Rp 13,000.00

10 Susu shacet putih 1 pack Rp 6,500.00 Rp 6,500.00

11 Mie 6 bungkus Rp 1,500.00 Rp 9,400.00

12 Minyak Goreng 1 Kg Rp 10,000.00 Rp 10,000.00

13 Bawang merah - Rp 2,000.00 Rp 2,000.00

14 Plastik 1 bungkus Rp 3,500.00 Rp 3,500.00

Page 69: Lpj climbing am

15 Bawang putih - Rp 2,000.00 Rp 2,000.00

16 Ikan 1 Kg Rp 8,000.00 Rp 8,000.00

17 Kol - Rp 3,000.00 Rp 3,000.00

18 Garam halus 1 bungkus Rp 1,000.00 Rp 1,000.00

19 Gas 4 tabung Rp 4,000.00 Rp 16,000.00

20 Wortel 1/2 Kg Rp 4,000.00 Rp 2,000.00

21 Nuget 1 bungkus Rp 40,000.00 Rp 40,000.00

22 Kentang 1 Kg Rp 5,000.00 Rp 5,000.00

23 Teri 1/4 Kg Rp 60,000.00 Rp 15,000.00

24 Beras - Rp 7,000.00 Rp 7,000.00

TOTAL Rp

238,400.00

RINCIAN BIAYA PERLENGKAPAN

No Nama Barang Jumlah Harga

persatuan(Rp)

Total

Harga(Rp)

1 Plastik packing 2 3000 Rp

6,000.00

2 Bola Lampu 1 2500 Rp

2,500.00

Page 70: Lpj climbing am

3 Sewa Pasangrahan Rp

300,000.00

TOTAL Rp

308,500.00

RINCIAN BIAYA TRANSPORTASI

Dari Ke Biaya

Sekretariat Paitua Mapala

Teknik Unand Harau Rp 270,000.00

Harau

Sekretariat Paitua Mapala

Teknik Unand Rp 245,000.00

Uang bus - Rp 100,000.00

TOTAL Rp 615,000.00

RINCIAN BIAYA HPD

No Keterangan Jumlah

1 Survey Rp 35,000.00

2 Regestrasi BKSDA Rp 15,000.00

3 Registrasi Ketua Pemuda Rp 20,000.00

4 Materai 6000@2buah Rp 14,000.00

5 Cuci Foto Rp 36,000.00

Page 71: Lpj climbing am

TOTAL Rp 120,000.00

RINCIAN BIAYA KESTARI

No Keterangan Jumlah

1 Pengadaan ROP Rp 4,000.00

2 Pengadaan LPJ Rp 52,000.00

TOTAL Rp 56,000.00

RINCIAN BIAYA TOTAL

Uang Masuk:

NoJumlah

Orang

Jumlah per orang

(Rp)

Jumlah Total

(Rp)Keterangan

1 6 215,000.00 1,290,000.00 iuran AM paitua

2 1 100,000.00 100,000.00 anggota biasa

TOTAL 1,390,000.00

Uang Keluar:

No Bidang Jumlah

1 Konsumsi Rp 238,400.00

Page 72: Lpj climbing am

2 Perlengkapan Rp 308,500.00

3 HPD Rp 120,000.00

4 Transportasi Rp 615,000.00

5 Kestari Rp 56,000.00

TOTAL Rp 1,337,900.00

Ket : Dana berlebih Rp 52.100,00

Kelebihan dana digunakan untuk membeli snack yang dimakan bersama-sama

AM.

Page 73: Lpj climbing am

Lampiran 3

DOKUMENTASI

Pelepasan

Page 74: Lpj climbing am

Keberangkatan

Page 75: Lpj climbing am

Perjalanan

Page 76: Lpj climbing am

Kedatangan di harau

Leader , belay dan clean down di jalur hijau

Page 77: Lpj climbing am

Clean pursik di jalur toilet

Page 78: Lpj climbing am

Artificial di jalur cukia

Page 79: Lpj climbing am
Page 80: Lpj climbing am
Page 81: Lpj climbing am

Pulang