Lp Tb Melati

download Lp Tb Melati

of 16

Transcript of Lp Tb Melati

LAPORAN PENDAHULUAN

TUBERCULOSIS1. Devinisi

Tuberculosis (TBC) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh mikrobakterium tuberkulosis. Kuman batang aerobik dan tahan asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit. Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainya (Depkes RI, 2002). Penyakit tuberkulosis disebabkan oleh kuman/bakteri Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini pada umumnya menyerang paru - paru dan sebagianlagi dapat menyerang di luar paru - paru, seperti kelenjar getah bening(kelenjar), kulit, usus/saluran pencernaan, selaput otak, dan sebagianya (Laban, 2008).

2. EtiologiTuberkulosis anak merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini menyebar dari satu orang ke orang lain melalui percikan dahak (droplet nuclei) yang dibatukkan. Bersin atau tukar-menukar piring atau gelas minum tidak akan terjadi penularan (Aditama, 2000). Merokok pasif bisa berdampak pada sistem kekebalan anak, sehingga meningkatkan risiko tertular. Pajanan pada asap rokok mengubah fungsi sel, misalnya dengan menurunkan tingkat kejernihan zat yang dihirup dan kerusakan kemampuan penyerapan sel dan pembuluh darah (Reuters Health, 2007).Faktor Risiko TBC anak :a) Resiko infeksi TBCAnak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TBC aktif, daerah endemis, penggunaan obat-obat intravena, kemiskinan serta lingkungan yang tidak sehat. Pajanan terhadap orang dewasa yang infeksius. Resiko timbulnya transmisi kuman dari orang dewasa ke anak akan lebih tinggi jika pasien dewasa tersebut mempunyai BTA sputum yang positif, terdapat infiltrat luas pada lobus atas atau kavitas produksi sputum banyak dan encer, batuk produktif dan kuat serta terdapat faktor lingkungan yang kurang sehat, terutama sirkulasi udara yang tidak baik. Pasien TBC anak jarang menularkan kuman pada anak lain atau orang dewasa disekitarnya, karena TBC pada anak jarang infeksius, hal ini disebabkan karena kuman TBC sangat jarang ditemukan pada sekret endotracheal, dan jarang terdapat batuk5. Walaupun terdapat batuk tetapi jarang menghasilkan sputum. Bahkan jika ada sputum pun, kuman TBC jarang sebab hanya terdapat dalam konsentrasi yang rendah pada sektret endobrokial anak.b) Resiko Penyakit TBC

Anak 5 tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami progresi infeksi menjadi sakit TBC, mungkin karena imunitas selulernya belum berkembang sempurna (imatur). Namun, resiko sakit TBC ini akan berkurang secara bertahap seiring pertambahan usia. Pada bayi < 1 tahun yang terinfeksi TBC, 43% nya akan menjadi sakit TBC, sedangkan pada anak usia 1-5 tahun, yang menjadi sakit hanya 24%, pada usia remaja 15% dan pada dewasa 5-10%. Anak < 5 tahun memiliki resiko lebih tinggi mengalami TBC diseminata dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi . Konversi tes tuberkulin dalam 1- 2 tahun terakhir, malnutrisi, keadaan imunokompromis, diabetes melitus, gagal ginjal kronik dan silikosis. Status sosial ekonomi yang rendah, penghasilan yang kurang, kepadatan hunian, pengangguran, dan pendidikan yang rendah.3. Tanda dan gejalaMenurut Wirjodiardjo (2008) gejala TBC pada anak tidak serta-merta muncul. Pada saat-saat awal, 4-8 minggu setelah infeksi, biasanya anak hanya demam sedikit. Beberapa bulan kemudian, gejalanya mulai muncul di paru-paru. Anak batuk-batuk sedikit. Tahap berikutnya (3-9 bulan setelah infeksi), anak tidak napsu makan, kurang gairah, dan berat badan turun tanpa sebab. Juga ada pembesaran kelenjar di leher, sementara di paru-paru muncul gambaran vlek. Pada saat itu, kemungkinannya ada dua, apakah akan muncul gejala TBC yang benar-benar atau sama sekali tidak muncul. Ini tergantung kekebalan anak. Kalau anak kebal (daya tahan tubuhnya bagus), TBC-nya tidak muncul. Tapi bukan berarti sembuh. Setelah bertahun-tahun, bisa saja muncul, bukan di paru-paru lagi, melainkan di tulang, ginjal, otak, dan sebagainya. Ini yang berbahaya dan butuh waktu lama untuk penyembuhannya.Riwayat penyakit TBC anak sulit dideteksi penyebabnya, Penyebab TBC adalah kuman TBC (mycobacterium tuberculosis). Sebetulnya, untuk mendeteksi bakteri TBC (dewasa) tidak begitu sulit. Pada orang dewasa bisa dideteksi dengan pemeriksaan dahak langsung dengan mikroskop atau dibiakkan dulu di media. Mendeteksi TBC anak sangat sulit, karena tidak mengeluarkan kuman pada dahaknya dan gejalanya sedikit. Diperiksa dahaknya pun tidak akan keluar, sehingga harus dibuat diagnosis baku untuk mendiagnosis anak TBC sedini mungkin. Yang harus dicermati pada saat diagnosis TBC anak adalah riwayat penyakitnya. Apakah ada riwayat kontak anak dengan pasien TBC dewasa. Kalau ini ada, agak yakin anak positif TBC (Wirjodiardjo, 2008). 4. Klasifikasia) TBC LatenPada TBC laten, sistem kekebalan tubuh mampu mencegah bakteri yang tumbuh. Bakteri TBC tetap hidup dalam tubuh tetapi tidak aktif saat itu. Namun, bakteri dapat menjadi aktif di kemudian hari. TBC laten tidak menunjukkan gejala, tidak merasa sakit, juga tidak menular, tapi dapat TBC ini dapat berkembang di kemudian hari jika mereka tidak menerima pengobatan.b) TBC aktifTB aktif, berarti bahwa bakteri tuberkulosis tumbuh dalam tubuh menyebabkan infeksi aktif. Tanda dan gejala TBC aktif termasuk kelelahan, demam ringan, menggigil, berkeringat di malam hari, kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan yang tidak diinginkan, batuk yang berlangsung tiga minggu atau lebih menghasilkan dahak berwarna atau berdarah, dan nyeri ketika batuk atau bernapas. TBC aktif sangat menular.

5. Patofisiologi Berbeda dengan TBC pada orang dewasa, TBC pada anak tidak menular. Pada TBC anak, kuman berkembang biak di kelenjar paru-paru. Jadi, kuman ada di dalam kelenjar, tidak terbuka. Sementara pada TBC dewasa, kuman berada di paru-paru dan membuat lubang untuk keluar melalui jalan napas. Nah, pada saat batuk, percikan ludahnya mengandung kuman. Ini yang biasanya terisap oleh anak-anak, lalu masuk ke paru-paru (Wirjodiardjo, 2008).Proses penularan tuberculosis dapat melalui proses udara atau langsung, seperti saat batuk. Terdapat dua kelompok besar penyakit ini diantaranya adalah sebagai berikut: tuberculosis paru primer dan tuberculosis post primer. Tuberculosis primer sering terjadi pada anak, proses ini dapat dimulai dari proses yang disebut droplet nuklei, yaitu statu proses terinfeksinya partikel yang mengandung dua atau lebih kuman tuberculosis yang hidup dan terhirup serta diendapkan pada permukaan alveoli, yang akan terjadi eksudasi dan dilatasi pada kapiler, pembengkakan sel endotel dan alveolar, keluar fibrin serta makrofag ke dalam alveolar spase. Tuberculosis post primer, dimana penyakit ini terjadi pada pasien yang sebelumnya terinfeksi oleh kuman Mycobacterium tuberculosis (Hidayat, 2008).Sebagian besar infeksi tuberculosis menyebar melalui udara melalui terhirupnya nukleus droplet yang berisikan mikroorganisme basil tuberkel dari seseorang yang terinfeksi. Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas yang diperantarai oleh sel dengan sel elector berupa makropag dan limfosit (biasanya sel T) sebagai sel imuniresponsif. Tipe imunitas ini melibatkan pengaktifan makrofag pada bagian yang terinfeksi oleh limfosit dan limfokin mereka, responya berupa reaksi hipersentifitas selular (lambat). Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolar membangkitkan reaksi peradangan yaitu ketika leukosit digantikan oleh makropag. Alveoli yang terlibat mengalami konsolidasi dan timbal pneumobia akut, yang dapat sembuh sendiri sehingga tidak terdapat sisa, atau prosesnya dapat berjalan terus dengan bakteri di dalam sel-sel (Price dan Wilson, 2006).6. Pathway

Sumber : Suriadi dan Yuliani, R. (2001). Buku Pegangan Praktik Klinik Asuhan Keperawatan Anak. Edisi 1. Jakarta : Penerbit CV Sagung Seto

7. Penatalaksanaan keperawatan

Menurut Hidayat (2008) perawatan anak dengan tuberculosis dapat dilakukan dengan melakukan :

Pemantauan tanda-tanda infeksi sekunder

Pemberian oksigen yang adekuat

Latihan batuk efektif

Fisioterapi dada

Pemberian nutrisi yang adekuat

Kolaburasi pemberian obat antutuberkulosis (seperti: isoniazid, streptomisin, etambutol, rifamfisin, pirazinamid dan lain-lain)

Intervensi yang dapat dilakukan untuk menstimulasi pertumbuhan perkembangan anak yang tenderita tuberculosis dengan membantu memenuhi kebutuhan aktivitas sesuai dengan usia dan tugas perkembangan, yaitu (Suriadi dan Yuliani, 2001) :

Memberikan aktivitas ringan yang sesuai dengan usia anak (permainan, ketrampilan tangan, vidio game, televisi)

Memberikan makanan yang menarik untuk memberikan stimulus yang bervariasi bagi anak

Melibatkan anak dalam mengatur jadual harian dan memilih aktivitas yang diinginkan

Mengijinkan anak untuk mengerjakan tugas sekolah selama di rumah sakit, menganjurkan anak untuk berhubungan dengan teman melalui telepon jika memungkinkan

8. Komplikasi (Mayo Clinic dan Everydayhealth)a. Kerusakan tulang dan sendiNyeri tulang punggung dan kerusakan sendi bisa terjadi ketika infeksi kuman TB menyebar dari paru-paru ke jaringan tulang. Dalam banyak kasus, tulang iga juga bisa terinfeksi dan memicu nyeri di bagian tersebut.b. Kerusakan otakKuman TB yang menyebar hingga ke otak bisa menyebabkan meningitis atau peradangan pada selaput otak. Radang tersebut memicu pembengkakan pada membran yang menyelimuti otak dan seringkali berakibat fatal atau mematikan.c. Kerusakan hati dan ginjalHati dan ginjal membantu menyaring pengotor yang ada adi aliran darah. Fungsi ini akan mengalami kegagalan apabila kedua organ tersebut terinfeksi oleh kuman TBd. Kerusakan jantungJaringan di sekitar jantung juga bisa terinfeksi oleh kuman TB. Akibatnya bisa terjadi cardiac tamponade, atau peradangan dan penumpukan cairan yang membuat jantung jadi tidak efektif dalam memompa darah dan akibatnya bisa sangat fatal.e. Gangguan mataCiri-ciri mata yang sudah terinfeksi TB adalah berwarna kemerahan, mengalami iritasi dan membengkak di retina atau bagian lain.f. Resistensi kumanPengobatan dalam jangka panjang seringkali membuat pasien tidak disiplin, bahkan ada yang putus obat karena merasa bosan. Pengobatan yang tidak tuntas atau tidak disiplin membuat kuman menjadi resisten atau kebal, sehingga harus diganti dengan obat lain yang lebih kuat dengan efek samping yang tentunya lebih berat.

9. Tindakan medis

Menurut Price dan Wilson (2006) pengobatan TBC terutama berupa pemberian obat antimikroba dalam jangka waktu lama. Obat-obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit klinis. ATS (1994) menekankan tiga prinsip dalam pengobatan tuberculosis yang berdasarkan pada: Regimen harus termasuk obat-obat multiple yang sensitif terhadap mikroorganisme. Obat-obatan harus diminum secara teratur. Terapi obat harus dilakukan terus menerus dalam waktu yang cukup untuk menghasilkan terapi yang paling efektif dan paling aman pada waktu yang paling singkat.

Obat anti tuberculosis (OAT) harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat bakterisid dengan atau tanpa obat ketiga. Tujuan dari pengobatan ini adalah (FKUI, 2001): Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin melalui kegiatan bakterisid. Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama estela pengobatan dengan kegiatan sterilisasi Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan imunologis.10. PengkajianMenurut Speer (2008) pengkajian fungsional pada anak dengan tuberculosis adalah sebagai berikut :

Integumen

Demam dan menggigil

Gastrointestinal

Penurunan berat badan, anoreksia

Respirasi

Batuk yang hilang timbul, efusi pleura, kalsifikasi yang tampak pada foto toraks, hemoptysis

Neurologis Meningitis

Muskuloskeletal

Infeksi tulang

Menurut Suriadi dan Yuliani (2001) riwayat keperawatan yang perlu dikaji pada anak dengan tuberculosis adalah riwayat kontak dengan individu yang terinfeksi penyakit yang pernah diderita sebelumnya.11. Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada anak dengan tuberculosis adalah (Speer, 2008):

1. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan proses infeksi.2. Deficit pengetahuan tentang proses infeksi berhubungan dengan kurang sumber informasi.3. Ketidakpatuhan yang berhubungan dengan pengobatan dalam jangka waktu lama.4. Risiko gangguan dalam menjalankan peran sebagai orang tua yang berhubungan dengan isolasi pasien.5. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya sekret.6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia12. Intervensi KeperawatanMenurut Speer (2008) fokus intervensi yang dapat mengatasi diagnosa keperawatan tersebut adalah :1. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan proses infeksi.Tujuan

: Anak akan mengalami pengurangan batuk dan dispnea.Intervensi: Berikan oksigen humidifier bagi anak dengan dispnea.Rasional: Dispnea masih dapat terjadi, hingga pemberian obat kemoterapetik dimulai untuk mendapatkan efeknya, oksigen humidifier mengurangi dispnea dan meningkatkan oksigenasi.Intervensi: Tinggikan bagian kepala tempat tidur.Rasional: Peninggian kepala menyebabkan otot diagframa mengembangIntervensi : Berikan obat batuk ekspektoran sesuai dengan kebutuhanRasional: Ekspektoran membantu melepaskan mucus.2. Defisit pengetahuan tentang proses infeksi berhubungan dengan kurang sumber informasi.Tujuan

: Keluarga dapat mengekspresikan pemahamannya tentang proses penyakit dan pengobatan.Intervensi : Ajarkan orang tua dan anak tentang penularan dan pengobatan TBC, misalnengobatan sampai selesai dan patuh dalam minum obatRasional : Pemahaman bagaimana penularan TBC dan penanganannya membantu mengurangi kecemasan dan peningkatan kepatuhan terhadap pengobatan, prosedur isolasi dan pengobatan yang diberikan.Intervensi :Ajarkan orang tua dan anak (jika tepat) bagaimana memberikan pengobatan (contoh: antibiotik), berapa lama terapi pengobatan harus dijalani, dan apa yang terjadi jira anak tidak manjelani tuntas pengobatannya.Rasional : Pemahaman bagaimana memberikan pengobatan dan risiko bila pengobatan dihentikan di awal akan meningkatkan kepatuhan.Pada saat anak diperbolehkan pulang, berikan discharge planning atau perencanaan pulang yaitu :1. Jelaskan terapi yang diberikan, dosis, efek samping, lama pemberian terapi dan cara minum obat.2. Melakukan immunisasi jika immunisasi Belem lengkap sesuai dengan prosedur.3. Menekankan pentingnya control ulang sesuai jadual.4. Informasikan jika terdapat tanda-tanda terjadinya kekambuhan.3. Ketidakpatuhan yang berhubungan dengan pengobatan dalam jangka waktu lama.Tujuan

: Orang tua dan anak akan mengikuti pedoman terapiIntervensi: Kaji seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki orang tua dan anak, tentang TBC dan hal ketidakpahaman yang dimilikiRasional: pengkajian membantu menentukan apa yang orang tua dan anak butuhkan untuk relajar agar dapat membantu mereka memenuhi pengobatan jangka panjang.Intervensi : Ajarkan orang tua dan anak (jika tepat) tentang program pengobatan dan alasan menjalani pengobatan dengan tuntas, dan yakinkan tentang pendidikan yang diperlukan.Rasional: Pendidikan dan penguatan diberikan pada orang tua dan anak dengan informasu perlunya mengikuti program pengobatan dengan tuntas dan menurunkan risiko kegagalan akibat dficit pengetahuan.Intervensi: Identifikasi alternatif pemberi layanan yang dapat memberikan pengobatan anak jira diperlukan.Rasional : hal ini akan menurunkan risiko pengabaian dosis yang dilakukan anak selama pengobatan.4. Risiko gangguan dalam menjalankan peran sebagai orang tua yang berhubungan dengan isolasi pasienTujuan

: Anak tidak akan mengalami kecemasan karena perpisahan berhubungan dengan penurunan kontak parental.Intervensi: Ajarkan orang tua tentang teknik isolasi dengan benar.Rasional: Pemahaman dan mengikuti teknik isolasi membantu mencegah penularan TBC yang memungkinkan orang tua bersama selama mungkin dengan anaknya, akan mengurangi perpisahan.Intervensi: Motivasi orang tua dan anggota keluarga lainnya untuk mengunjungi secara teratur.Rasional: Seringnya keluarga kontak akan mengurangi kecemasan akibat perpisahan.5. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya sekret.Tujuan

: Anak menunjukkan jalan nafas yang efektif.Intervensi: Auskultasi area paru, catat area penurunan/tidak ada aliran udara dan bunyi napas adventisius, misal krekels, mengi.Rasional: penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas bronkhial dapat juga terjadi pada area konsolidasi. Krekels, ronkhi dan mengi terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi pada respons terhadap pengumpulan cairan/sputum.Intervensi: Mengkaji ulang tanda-tanda vital (irama dan frekuensi,s erta gerakan dinding dada)Rasional: takipnea, pernapasan dangkal dan gerakan dada tidak simetris terjadi karena ketidaknyaman gerakan dinding dada dan atau cairan paru-paru.

Intervensi: Bantu pasien latihan napas sering dengan cara meniup balon atau terapi benam. Tunjukkan/bantu pasien mempelajari melakukan batuk, misalnya menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi.Rasional: Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru/jalan napas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan napas alami membantu silia untuk mempertahankan jalan napas paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkinkan upaya napas lebih dalam dan lebih kuat.Intervensi: Penghisapan sesuai indikasiRasional: merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tidak mampu melakukan karena batuk tidak efektif atau penurunan tingkat kesadaran.Intervensi: Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontraindikasi). Tawarkan air hangat.Rasional: Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret.Intervensi: Berikan cairan tambahan, misalnya IV, oksigen humidifikasi .Rasional: Cairan diperlkukan untuk menggantikan kehilangan (termasuk yang tidak tampak) dan memobilisasikan sekret.Intervensi: Memberikan obat yang dapat meningkatkan efektifnya jalan nafas (seperti bronchodilator)Rasional: alat untuk menurunkan spasme bronkhus dengan memobilisasi sekret, obat bronchodilator dapat membantu mengencerkan sekret sehingga mudah untuk dikeluarkan.6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.Tujuan : Anak menunjukkan tanda-tanda terpenuhnya kebutuhan nutrisi Intervensi: Kaji nafsu makan anak dan fasilitasi anak dengan menyediakan makanan yang menarik dan hangat.Rasional: Dapat menjadi dasar dalam melakukan pendekatan pada anak saat memberi makan sehingga anak akan dapat meningkatkan nafsu makannya.Intervensi: Anjurkankan anak untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat.Rasional: memungkinkan anak akan mengkomsumsi makanan ektra sebagai tambahan suplay nutrisi.Intervensi: Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi.Rasional: dalam mengobati penyakit tuberkulosis diperlukan gizi yang cukup sehingga pemberian makanan dengan diet tinggi protein dan kalori sangan diperlukan.Intervensi: Kolaborasi untuk pemberian nutrisi parenteral jika kebutuhan nutrisi melalui oral tidak mencukupi kebutuhan gizi anak.Rasional: pemberian makanan parenteral sangat perlu dilakukan jika anak tidak menelan makanan atau muntah yang terus menerus.Intervensi: Menilai indikator terpenuhinya kebutuhan nutrisi (berat badan, lingkar lengan dan membran mukosa)Rasional: indikator penilaian status nutrisi dapat menentukan jumlah nutrisi yang dibutuhkan oleh anak.Intervensi: Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan porsi kecil tetapi sering.Rasional: porsi kecil tetapi sering memungkinkan anak dapat mengkomsumsi makanan dengan cukup.Intervensi: Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama.Rasional: untuk memantau status gizi atau perbaikan gizi anak.Intervensi: Menjelaskan pentingnya intake nutrsisi yanga dekuat untuk penyembuhan penyakit.Rasional: pendidikan kesehatan tentang nutrisi akan membuat orang tua dapat berpartisipasi dalam memberikan gizi yang baik bagi anaknya.DAFTAR PUSTAKAHidayat, A.A. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Cetakan I. Yakarta : Penerbit salemba Medika

http://puskesmasbamban.wordpress.com/. Diakses tanggal 14 MEI 2013Reuters Health , (2007). Merokok pasif dikaitkan dengan risiko TB pada anak-anakhttp://spiritia.or.id/news/bacanews.php?nwno=0159. Diakses tanggal 16 MEI 2012

Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Suriadi dan Yuliani, R. (2001). Buku Pegangan Praktik Klinik Asuhan Keperawatan Anak. Edisi 1. Jakarta : Penerbit CV Sagung Seto

LAPORAN PENDAHULUAN TUBERCULOSIS DI RUANG MELATI RSUD R.A KARTINI JEPARA

Disusun Oleh :

MEITO ASMO S.

NIM : SK.109.112PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN ANAKPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDALTAHUN 2013

Meito Asmo S

Nim : SK.109112

STIKes Kendal 2013Page 16