LP-SP DPD

9
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI I. Kasus (Masalah Utama) : Defisit Perawatan Diri II. Proses Terjadinya Masalah Pengertian Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes, 2000). Menurut Poter Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah, 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004). Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya defisit perawatan diri, yaitu: Faktor prediposisi a) Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu. b) Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri. c) Kemampuan realitas turun

description

laporan pendahuluan defisit perawatan diri

Transcript of LP-SP DPD

Page 1: LP-SP DPD

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

I. Kasus (Masalah Utama) :

Defisit Perawatan Diri

II. Proses Terjadinya Masalah

Pengertian

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam

memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan

kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu

keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes, 2000).

Menurut Poter Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk

memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan

psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu

melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah, 2000).

Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas

perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).

Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya defisit perawatan diri, yaitu:

Faktor prediposisi

a) Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan

inisiatif terganggu.

b) Biologis

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan

diri.

c) Kemampuan realitas turun

Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang

menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan

diri.

d) Sosial

Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.

Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

Faktor presipitasi

Yang merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang

penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang

Page 2: LP-SP DPD

dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan

perawatan diri. Menurut Depkes (2000)

Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:

Body Image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri

misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan

kebersihan dirinya.

Praktik Sosial

Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan

terjadi perubahan pola personal hygiene.

Status Sosial Ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,

shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik

dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus

ia harus menjaga kebersihan kakinya.

Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.

Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri

seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.

Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu

bantuan untuk melakukannya.

Tanda-tanda :

Menurut Depkes (2000) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:

1. Fisik

Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan kotor gigi

kotor disertai mulut bau penampilan tidak rapi

2. Psikologis

Malas, tidak ada inisiatif, menarik diri, isolasi diri, merasa tak berdaya, rendah

diri dan merasa hina.

3. Sosial

Interaksi kurang, kegiatan kurang, tidak mampu berperilaku sesuai norma, cara

makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi

tidak mampu mandiri.

Page 3: LP-SP DPD

Akibat

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.

1. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak

terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering

terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut,

infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.

2. Dampak psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan

kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,

aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

Jenis-jenis Perawatan Diri

1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan

Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan

aktivitas mandi/kebersihan diri.

2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.

Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan

memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.

3. Kurang perawatan diri : Makan

Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan

aktivitas makan.

4. Kurang perawatan diri : Toileting

Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan

atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah, 2004).

III. Pohon Masalah

Perubahan persepsi sensori

Perilkau Kekerasan Isolasi social : Menarik diri

Gangguan konsep diri : HDR Waham

Defisit Perawatan Diri

Menurunnya Motivasi Perawatan Diri

Page 4: LP-SP DPD

Data yang perlu dikaji

Defisit Perawatan Diri

- Data Subjektif :

Pasien mengatakan malas mandi, tidak mau menyisir rambut,tidak mau menggosok

gigi, tidak mau meotong kuku, tidak mau berhias, tidak bisa menggunakan alat

mandi/kebersihan diri.

- Data Objektif :

Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan kotor, gigi kotor,

ulut bau, penampilan tidak rapi,tidak bisa menggunakan alat mandi.

IV. Diagnosa Keperawatan

Defisit Perawatan Diri

V. Rencana Tindakan Keperawatan

SP 1 :

1. Menjelaskan kepada pasien tentang pentingnya menjaga kebersihan diri.

2. Enjelaskan cara menjaga kebersihan diri.

3. Membantu pasien memperaktekkan cara menjaga kebersihan diri.

4. Menganjurkan pasien untuk memasukkan dalam jadwal kegiatan.

VI. Daftar Pustaka

Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.

Nurjannah, I. 2004. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta :

Momedia

Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Tarwoto, Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta

Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta :

Prima Medika.

Page 5: LP-SP DPD

STRATEGI PELAKSANAAN

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Klien bernama Karmisa, usia 33 tahun, penampilan tampak kurang terurus, bau

badan tidak sedap, BAB dan BAK ditempat, tidak berpakaian sebagaimana

mestinya, bau mulut tidak sedap dan gigi berwarna kuning coklat.

2. Diagnosa Keperawatan: defisit perawatan diri

3. Tujuan khusus

Klien dapat membina hubungan saling percaya

Mengidentifikasi kebersihan diri klien

Mengidentifikasi alasan kenapa klien tidak mau merawat diri

Klien dapat mengerti pentingnya kebersihan diri

Klien mengerti cara melakukan dan menjaga kebersihan diri yang benar

Klien mengetahui alat-alat yang digunakan untuk menjaga kebersihan diri

Klien dapat mempratikkan cara menjaga kebersihan diri

4. Tindakan keperawatan

Memunculkan rasa percaya klien pada pertemuan pertama dengan

mengucapkan salam terapeutik

Mengkaji kemmpuan berinteraksi

Mengidentifikasi kemampuan klien melakukan kebersihan diri dan berdandan

Menjelaskan pentingnya kebersihan diri

Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri dan berdandan

Menjelaskan peralatan yang dibutuhkan untuk menjaga kebersihan diri dan

berdandan

B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

SP 1 pasien : Membina hubungan saling percaya

a. Identifikasi kemampuan klien dalam menjaga kebersihan diri

b. Menanyakan alasan klien tidak mau merawat diri

c. Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri

ORIENTASI

1. Salam terapeutik

“Selamat sore Mbak Karmisah! Saya Didin Mahasiswa Brawijaya,”

2. Evaluasi / validasi.

“bagaimana perasaannya hari ini”

3. Kontrak : topik, waktu, tempat

Page 6: LP-SP DPD

“ Bagaimana kalau sekarang kita mendiskusikan tentang kemampuan Mbak

Karmisah dalam melakukan kegiatan sehari-hari?”

“ kira-kira berapa lama kita akan berbincang? 15 menit mungkin??”

“ Kita berbincang disini saja atau dimana Mbak Karmisah?”

4. Kerja

“Berapa kali Mbak Karmisah mandi dalam sehari?”

“Apakah Mbak Karmisah sudah mandi hari ini? Menurut Mbak Karmisah apa

kegunaan mandi?”

“Ya, bagus!”

“Sekarang, apa yang membuat Mbak Karmisah hanya mandi 1x? Menurut Mbak

Karmisah, apa akibatnya jika mandi hanya 1x sehari?”

“Ya, benar, jika kita tidak menjaga kebersihan diri, maka kuman akan mudah masuk

sehingga kita gampang sakit.”

“Apa yang Mbak Karmisah lakukan untuk merawat rambut dan muka? Kapan

saja Mbak Karmisah menyisir rambut? Bagaimana dengan bedakan? Apa

maksud atau tujuan sisiran dan berdandan?”

“Di mana biasanya Mbak Karmisah berak/kencing? Bagaimana

membersihkannya?”. Iya... kita kencing dan berak harus di WC, Nach... itu WC di

ruangan ini, lalu jangan lupa membersihkan pakai air dan sabun”.

C. TERMINASI

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

a. Penilaian subjektif :

“Apa yang Mbak Karmisah rasakan sekarang?”

b. Penilaian objektif :

“Baiklah Mbak Karmisah, dari 15 menit obrolan kita barusan, menurut Mbak

Karmisah, apa manfaat yang Mbak Karmisah dapatkan?”

2. Tindak lanjut klien ( apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil tindakan yang

telah dilakukan)

“sekarang coba Mbak Karmisah ulangi lagi tanda-tanda bersih dan rapi?”

3. Kontrak yang akan datang (Topik, waktu, dan tempat)

“Minggu depan, saya akan kembali lagi kesini untuk mendiskusikan tentang cara-

cara merawat diri sekaligus Mbak Karmisah mempratikkannya. Bagaimana Mbak?

setuju?”