LP Kista Ovary
-
Upload
rani-indrawati -
Category
Documents
-
view
243 -
download
6
description
Transcript of LP Kista Ovary
1. DefinisiKista berarti kantung yang berisi cairan. Kista ovarium (atau kista indung
telur) berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak
di indung telur (ovarium). Kista indung telur dapat terbentuk kapan saja, pada
masa pubertas sampai menopause, juga selama masa kehamilan (Tri Lestari
Handayani, 2010).
Menurut Chyntia (2010) kista merupakan penyakit yang super halus, rumit
dan unik, sebab keberadaannya mirip dengan kehamilan, di mana semua
wanita mempunyai resiko akan hadirnya penyakit ini. Setiap wanita
mempunyai 2 indung telur kanan dan kiri yang ukuran normalnya sebesar biji
kenari. Setiap indung telur tersebut berisi ribuan telur yang masih muda atau
follicle yang setiap bulannya akan membesar dan satu diantaranya
membesar sanga cepa sehingga menjadi telur yang matang. Pada peristiwa
ovulasi telur yang matang ini keluar dari indung telur dan bergerak ke rahim
melalui saluran telur. Apabila sel telur yang matang ini dibuahi, follicle akan
mengecil dan menghilang dalam waktu 2-3 minggu dan akan terus berulang
sesuai siklus haid pada seorang wanita. Namun, jika terjadi gangguan pada
proses siklus ini, maka kista pun akan terjadi.
2. EpidemiologiSemua wanita beresiko menderita kanker ovarium, namun wanita yang
lebih tua lebih sering dibandingkan wanita yang lebih muda. Sekitar 90%
wanita yang menderita kanker ovarium terjadi pada wanita yang berusia lebih
dari 40tahun dan terjadi peningkatan kejadian kanker ovarium pada wanita
berusia lebih dari 55tahun. Lebih dari 23000 kasus baru terdiagnosis setiap
tahun di Amerika Serikat. Kanker ovarium menjadi kanker nomor lima
tersering pada perempuan Amerika Serikat dan di Indonesia pada urutan ke
enam terbanyak dari tumor ganas terbanyak pada wanita, setelah kanker
servik, uteri, payudara, kolorektal, kulit, limpoma. Kanker ini juga menjadi
penyebab tersering kelima penyebab kematian perempuan dengan hampir
13900 kematian terjadi pada tahun 2001.
Pada tahun 2004 menurut American cancer society memperkirakan
25580 wanita terdiagnosa menderita kanker ovarium di Amerika Serikat dan
meninggal 16090 orang akibat kanker ovarium. Menurut data Center for
disease control and prevention pada tahun 2006 di Amerika Serikat ada
123000 wanita menderita kanker ovarium dan 85000 orang meninggal dunia
karena kanker ovarium. Wanita kulit putih lebih tinggi insidensi kanker
ovarium diikuti wanita Asia kemudian wanita berkulit hitam(seperti suku
indian di Amerika), angka mortalitas lebih tinggi pada wanita kulit putih. Di
jumpai 225.000 kasus baru kanker ovarium seluruh dunia pada tahun
2008. Angka insidensi sangat bervariasi di dunia, di mana negara-negara
maju hampir dua kali lebih tinggi di bandingkan negara-negara kurang
berkembang. Angka kejadian untuk daerah yang lebih berkembang adalah 9
per 100.000 dan 5 per 100.000 untuk negara kurang berkembang. Insiden
tertinggi dicatat di Eropa Utara, Tengah dan Timur, diikuti oleh Eropa Barat
dan Amerika Utara, dan tingkat terendah di Afrika dan sebagian Asia (negara
Jepang paling rendah).
Berdasarkan data dari Survailance, Epidemiology and End Results
(SEER) usia penderita kanker ovarium rata-rata 63 tahun. Dengan
gambaran sekitar 1,3% didiagnosis di bawah usia 20; 3,6% antara 20 dan 34;
7,4% antara 35 dan 44; 18,6% antara 45 dan 54; 23,4% antara 55 dan 64;
20,1% antara 65 dan 74; 17,6% antara 75 dan 84 dan 8,1% tahun 85 tahun.
Angka ini didasarkan kasus yang di diagnosis pada 2005-2009 dari 18
daerah menurut data SEER. (digital)
Berdasarkan laporan dari Badan Registrasi Kanker (BRK) Departemen
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2005 yang diperoleh dari 13
laboratorium pusat patologik anatomik di seluruh indonesia menunjukkan
bahwa frekuensi relatif kanker ovarium menempati urutan ke 4 diantara 10
tumor tersering menurut tumor primer yang terjadi pada pria dan wanita
(4401 kasus) dan menempati urutan ke 6 tumor tersering menurut tumor
primer yang terjadi pada wanita di jakarta (871 kasus)(BRK 2005).
Selama rentan waktu lima tahun (2001-2005) terdapat 432 kasus kanker
ginekologik di Rumah Sakit Umum Wahidin Sudirohusodo, dimana kanker
ovarium menempati urutan ketiga sebanyak 23,45%.(Zuraidah E 2005).
Sedangkan kejadian kanker ovarium di rumah sakit umum pusat nasional
(RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta selama tahun 2002 sampai 2006
juga menunjukkan proporsi tertinggi diantara jenis kanker ginekologik, dan
kematian yang diakibatkan oleh kanker ovarium juga menunjukkan angka
yang cukup tinggi, yaitu 34,1% dari 327 kasus kematian akibat kanker
ginekologik yang terjadi tahun 2002 sampai 2006 (Surbakti E 2006).
3. KlasifikasiBerdasarkan berdasarkan tingkat keganasannya, kista terbagi dua, yaitu non
neoplastik dan neoplastik. Kista non neoplastik sifatnya jinak dan biasanya
akan mengempis sendiri setelah 2 hingga 3 bulan. Sementara kista
neoplastik umumnya harus dioperasi, namun hal itu pun tergantung pada
ukuran dan sifatnya.
a. Kista ovarium neoplastik
1. Kistoma Ovarii Simpleks
Kistoma ovarii simpleks merupakan kista yang permukaannya rata
dan halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat
menjadi besar. Dinding kista tipis berisi cairan jernih yang serosa dan
berwarna kuning. Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista
dengan reseksi ovarium.
2. Kistadenoma Ovarii Musinosum
Bentuk kista multilokular dan biasanya unilateral, dapat tumbuh
menjadi sangat besar. Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam
kista dan perubahan degeneratif sehingga timbul perleketan kista
dengan omentum, usus-usus, dan peritoneum parietale. Selain itu,
bisa terjadi ileus karena perleketan dan produksi musin yang terus
bertambah akibat pseudomiksoma peritonei. Penatalaksanaan
dengan pengangkatan kista in tito tanpa pungsi terlebih dulu dengan
atau tanpa salpingo-ooforektomi tergantung besarnya kista. Jenis ini
dapat mencapai ukuran yang besar. Ukuran yang terbesar yang
pernah dilaporkan adalah 328 pound. Tumor ini mempunyai bentuk
bulat, ovoid atau bentuk tidak teratur, dengan permukaan yang rata
dan berwarna putih atau putih kebiru-biruan
3. Kistadenoma Ovarii Serosum
Kista ini berasal dari epitel permukaan ovarium (epitel germinativum).
Bentuk kista umumnya unilokular, tapi jika multilokular perlu dicurigai
adanya keganasan. Kista ini dapat membesar, tetapi tidak sebesar
kista musinosum. Selain teraba massa intraabdominal juga dapat
timbul asites. Penatalaksanaan umumnya sama dengan kistadenoma
ovarii musinosum.
4. Kista Dermoid
Kista dermoid adalah teratoma kistik jinak dengan struktur
ektodermal berdiferensiasi sempurna dan lebih menonjol dari pada
mesoderm dan entoderm. Bentuk cairan kista ini seperti mentega.
Kandungannya tidak hanya berupa cairan tapi juga ada partikel lain
seperti rambut, gigi, tulang, atau sisa-sisa kulit. Dinding kista keabu-
abuan dan agak tipis, konsistensi sebagian kistik kenyal dan sebagian
lagi padat. Dapat menjadi ganas, seperti karsinoma epidermoid. Kista
ini diduga berasal dari sel telur melalui proses parthenogenesis.
Gambaran klinis adalah nyeri mendadak di perut bagian bawah
karena torsi tangkai kista dermoid. Dinding kista dapat ruptur
sehingga isi kista keluar di rongga peritoneum. Penatalaksanaan
dengan pengangkatan kista dermoid bersama seluruh ovarium.
Penyebabnya saat ini belum diketahui secara pasti. Namun ada salah
satu pencetusnya yaitu faktor hormonal, kemungkinan faktor resiko
yaitu:
o Faktor genetik/ mempunyai riwayat keluarga dengan kanker
ovarium dan payudara.
o Faktor lingkungan (polutan zat radio aktif)
o Gaya hidup yang tidak sehat
o Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, misalnya
akibat penggunaan obat-obatan yang merangsang ovulasi dan
obat pelangsing tubuh yang bersifat diuretik.
o Kebiasaan menggunakan bedak tabur di daerah vagina
b. Kista non neoplastik
1. Kista Folikel
Kista ini berasal dari Folikel de Graaf yang tidak sampai berovulasi,
namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel
primer yang setelah tumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak
mengalami proses atresia yang lazim, melainkan membesar menjadi
kista. Bisa didapati satu kista atau lebih, dan besarnya biasanya
dengan diameter 1 – 1,5 cm. Kista folikel ini bisa menjadi sebesar
jeruk nipis. Bagian dalam dinding kista yang tipis yang terdiri atas
beberapa lapisan sel granulosa, akan tetapi karena tekanan di dalam
kista, maka terjadilah atrofi pada lapisan ini. Cairan dalam kista
berwarna jernih dan sering kali mengandung estrogen. Oleh sebab
itu, kista kadang-kadang dapat menyebabkan gangguan haid. Kista
folikel lambat laun dapat mengecil dan menghilang spontan, atau
bisa terjadi ruptur dan kista pun menghilang. Umumnya, jika
diameter kista tidak lebih dari 5 cm, maka dapat ditunggu dahulu
karena kista folikel biasanya dalam waktu 2 bulan akan menghilang
sendiri.
2. Kista Korpus Luteum
Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan
menjadi korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum
mempertahankan diri (korpus luteum persistens), perdarahan yang
sering terjadi di dalamnya menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan
yang berwarna merah coklat karena darah tua. Frekuensi kista
korpus luteum lebih jarang dari pada kista folikel. Dinding kista terdiri
atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal
dari sel-sel teka. Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan
haid, berupa amenorea diikuti oleh perdarahan tidak teratur. Adanya
kista dapat pula menyebabkan rasa berat di perut bagian bawah dan
perdarahan yang berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur.
Rasa nyeri di dalam perut yang mendadak dengan adanya amenorea
sering menimbulkan kesulitan dalam diagnosis diferensial dengan
kehamilan ektopik yang terganggu. Jika dilakukan operasi,
gambaran yang khas kista korpus luteum memudahkan pembuatan
diagnosis. Penanganan kista korpus luteum ialah menunggu sampai
kista hilang sendiri. Dalam hal dilakukan operasi atas dugaan
kehamilan ektopik terganggu, kista korpus luteum diangkat tanpa
mengorbankan ovarium.
3. Kista Lutein
Pada mola hidatidosa, koriokarsinoma, dan kadang – kadang tanpa
adanya kelainan tersebut, ovarium dapat membesar dan menjadi
kistik. Kista biasanya bilateral dan bisa menjadi sebesar ukuran tinju.
Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat luteinisasi sel-sel teka. Sel-sel
granulosa dapat pula menunjukkan luteinisasi, akan tetapi seringkali
sel-sel menghilang karena atresia. Tumbuhnya kista ini ialah akibat
pengaruh hormon koriogonadotropin yang berlebihan, dan dengan
hilangnya mola atau koriokarsinoma, ovarium mengecil spontan.
4. Kista Inklusi Germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari
epitel germinativum pada permukaan ovarium. Kista ini lebih banyak
terdapat pada wanita yang lanjut umurnya, dan besarnya jarang
melebihi diameter 1 cm. Kista ini biasanya secara kebetulan
ditemukan pada pemeriksaan histologik ovarium yang diangkat waktu
operasi. Kista terletak di bawah permukaan ovarium, dindingnya
terdiri atas satu lapisan epitel kubik atau torak rendah, dan isinya
cairan jernih dan serus.
5. Kista Endometriosis
Kista yang terbentuk dari jaringan endometriosis (jaringan mirip
dengan selaput dinding rahim yang tumbuh di luar rahim) menempel
di ovarium dan berkembang menjadi kista. Kista ini sering disebut
juga sebagai kista coklat endometriosis karena berisi darah coklat-
kemerahan. Kista ini berhubungan dengan penyakit endometriosis
yang menimbulkan nyeri haid dan nyeri senggama. Kista ini berasal
dari sel-sel selaput perut yang disebut peritoneum. Penyebabnya bisa
karena infeksi kandungan menahun, misalnya keputihan yang tidak
ditangani sehingga kuman-kumannya masuk kedalam selaput perut
melalui saluran indung telur. Infeksi tersebut melemahkan daya tahan
selaput perut, sehingga mudah terserang penyakit. Gejala kista ini
sangat khas karena berkaitan dengan haid. Seperti diketahui, saat
haid tidak semua darah akan tumpah dari rongga rahim ke liang
vagina, tapi ada yang memercik ke rongga perut. Kondisi ini
merangsang sel-sel rusak yang ada di selaput perut mengidap
penyakit baru yang dikenal dengan endometriosis. Karena sifat
penyusupannya yang perlahan, endometriosis sering disebut kanker
jinak.
6. Kista Stein-Leventhal
Ovarium tampak pucat, membesar 2 sampai 3 kali, polikistik, dan
permukaannya licin. Kapsul ovarium menebal. Kelainan ini terkenal
dengan nama sindrom Stein-Leventhal dan kiranya disebabkan oleh
gangguan keseimbangan hormonal. Umumnya pada penderita
terhadap gangguan ovulasi, oleh karena endometrium hanya
dipengaruhi oleh estrogen, hiperplasia endometrii sering ditemukan.
(Prawirohardjo, 2002)
4. Patofisiologi(Terlampir)
5. Faktor risiko- Gaya hidup tidak sehat.
Diantaranya adalah :
a. Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
b. Zat tambahan pada makanan
c. Kurang olah raga
d. Merokok dan konsumsi alcohol
e. Terpapar denga polusi dan agen infeksius
f. Sering stress
- Faktor genetik
Faktor genetik/ mempunyai riwayat keluarga dengan kanker ovarium dan
payudara. Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu
kanker, yaitu yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu,
misalnya karena makanan yang bersifat karsinogen , polusi, atau terpapar
zat kimia tertentu atau karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah
menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker
- Faktor lingkungan (polutan zat radio aktif)
- Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, misalnya akibat
penggunaan obat – obatan yang merangsang ovulasi dan obat
pelangsing tubuh yang bersifat diuretik.
- Kebiasaan menggunakan bedak tabur di daerah vagina
(Wiknjosastro, 2005)
6. Manifestasi klinis Kista ovarium seringkali tanpa gejala, terutama bila ukuran kistanya
masih kecil.
Kista yang jinak baru memberikan rasa tidak nyaman apabila kista
semakin membesar, sedangkan pada kista yang ganas kadangkala
memberikan keluhan sebagai hasil infiltrasi atau metastasis kejaringan
sekitar
Ketidakteraturan menstruasi
Nyeri panggul
Nyeri panggul sesaat sebelum atau setelah menstruasi
Nyeri panggul saat berhubungan intim
Nyeri saat BAB
Mual, muntah atau nyeri payudara seperti pada saat hamil
Rasa penuh dan berat di perut
Tekanan pada kandung kencing dan anus
(Handi Suryana, 2008)
7. Pemeriksaan diagnostika. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor
berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifat-sifat tumor
itu.
b. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor
apakahtumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing,
apakahtumor kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan
dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
c. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam
tumor.
d. Parasentesis
Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan sebab
asites. Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemari cavum
peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk.
(Wiknjosastro, 2005)
8. Penatalaksanaana. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui
tindakan bedah, misal laparatomi, kistektomi atau
laparatomisalpingooforektomi.
b. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan
menghilangkan kista.
c. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista
ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen
dengan satu pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang
diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah
pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan
memberikan gurita abdomen sebagai penyangga.
d. Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang
pilihan pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan
kenyamanan seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi
napas dalam, informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti
tanda – tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi.
e. Jenis – jenis anestesi
Anestesi adalah suatu tindakan untuk menghilangkan kesadaran disertai
hilangnya sakit yang sifatnya sementara. Anestesi ada setiap keadaan
membawa masalah – masalah tersendiri sesuai dengan kondisi
penderita, sebab obat – obat anestesi bersifat mendepresi kerja organ –
organ vital.
1. Anestesi Umum
Anestesi umum adalah menghilangkan rasa nyeri secara sentral yang
disertai dengan hilangnya kesadaran dengan melalui proses obat
masuk kedalam pembuluh darah atau sirkulasi kemudian menyebar
jaringan dan yang pertama terpengaruh adalah jaringan yang kaya
pembuluh darah yaitu otak, sehingga kesadaran menurun atau hilang.
Efek anestesi umum yaitu : mempengaruhi keadaan umum penderita
karena kesadaran menurun, disebabkan karena terjadinya gangguan
fungsi pada sel terjadinya hambatan fungsi neuron menghambat
konsumsi oksigen, dapat membentuk mikro kristal dengan air dalam
membran sel neuron dan ini menyebabkan stabilisasi membran sel.
Jenis dan cara pemberian obat anestesi umum :
o Melalui Intravena
1) Benzodiazepine
Anggota tertentu dalam kelompok obat sedative hypnosis
seperti diazepam, lorazepam, dan midazolam, yang
dipergunakan padaprosedur anestesi (dasar-dasar
farmakologi benzodiazepin) diazepamdan lorazepan tidak larut
dalam air dan penggunaan intravenanyamemerlukan
vehikulum yang tidak encer, sehingga pemberian
intravenadapat menyebabkan iritasi luka. Formulasi mudah
larut dalam air dankurang iritasi tetapi mudah larut dalam
lemak pada pH fisiologis sertamudah melewati pembuluh
darah otak.\
2) Anestesi analgesik opioid
Dosis besar analgesik opioid telah digunakan untuk anestetik
umum,terutana pada penderita operasi jantung atau operasi
besar lainnyaketika sirkulasi dalam keadaan minimal.
Pemberian morfin, secaraintravena dengan dosis 1 sampai 3
per kg digunakan dalam keadaansirkulasi yang berat.
3) Etomidat
Etomidat merupakan imidazol karboksilasi yang digunakan
untukinduksi anestesi dan teknik anestesi secara seimbang
yang tidak bolehdiberikan untuk jangka lama. Kelebihan utama
dari anestestik ini yaitudepresi kardiovaskular dan respirasi
yang minimal.
4) Ketamin
Ketamin menimbulkan anestesi disosiatif yang ditandai
dengan kataton,amnesia, dan analgesia. Mekanisme kerjanya
adalah dengan caramenghambat efek membrane eksitator
neurotrasmiter asam glutamatepada subtype reseptor.
o Melalui rectum :
Tiopental : anestesi injeksi pada pembedahan kecilseperti di
mulut, efek samping menekan pernafasan.
o Melalui inhalasi :
Halotan : efek sampingnya yaitu dengan menekanpernafasan,
aritmia, dan hipotensi.
2. Anestesi Spinal
Anestesi spinal adalah tindakan anestesi yang banyak digunakan
untuk tindakan operasi ekstremitas bawah dan paling sering adalah
bedah cesar. Efek anestesi spinal : oksigenasi tidak adekuat dengan
pernafasan buatan menggunakan oksigen, tremor atau kejang,
depresi sirkulasi diatasi denganpemberian vasopressor secara bolus
dilanjutkan dengan drip dalam infus,adanya henti jantung .
Komplikasi anestesi spinal :
o Komplikasi dini :
a) Hipotensi.
Hipotensi sering terjadi selama anestesi spinal, terutama
akibat kehilangan kompensasi vasokonstriksi eketremitas
bawah, menurunnya curah jantung, berkurangnya tonus
arteriole sedikit kontribusinya terhadap terjadinya hipotensi,
kecuali tahanan pembuluh darah perifer meningkat sebelum
anestesi spinal. Terapi hipotensi dimulai dengan tindakan yang
cepat sepertikoreksi posisi kepala, pemberian cairan intravena
dan pemberian vasopressor sesuai kebutuhan. Jika cairan
yang diberikan tidak dapat mengoreksi bradikardi atau
kontraktilitas melemah, terapi yang disukai untuk spinal
hipotensi adalah kombinasi cairan untuk mengoreksi
hipovolemi dengan alfa dan beta adrenergic agonis (seperti
efedrin) dan atropin (untuk bradikardi) tergantung pada situasi.
b) Anestesi spinal tinggi dan Blokade total spinal
Pasien dengan tingkat anestesi yang tinggi dapat
mengalamikesulitan dalam pernapasaan . Harus dibedakan
secara hati-hatiapa penyebabnya untuk memberikan terapi
yang tepat. Hampirsemua dispnea tidak disertai paralysis otot
pernapasan tetapiadalah kehilangan sensasi proprioseptif
tersebut mengakibatkandyspnea walaupun fungsi otot
pernapasan dan pertukaran gasadekuat.
c) Henti jantung yang tiba-tiba.
Henti jantung yang tiba-tiba telah dilaporkan pada pasien yang
mendapatkan spinal anestesi. Pasien yang mendapat sedatif
dan hipotensi sampai tejadinya henti jantung yang tiba-tiba
terbukti sulit untuk diterapi. Respon kardiovaskuler terhadap
hiperkarbia dan hipoksia karena sedatif dan narkotik
mengakibatkan pasien tidak mempunyai respon terhadap
hipoksemia yang progresif, asidosis dan hiperkarbia.
d) Mual dan Muntah
Mual selama anestesi spinal biasa terjadi oleh karena
hipoperfusi serebral atau tidak terhalanginya stimulus vagus
usus. Biasanya mual adalah tanda awal hipotensi. Bahkan
blok simpatis mengakibatkan tak terhalangnya tonus
parasimpatis yang berlebihan pada traktus gastrointestinal.
e) Paresthesia.
Paresthesia dapat terjadi selama penusukan jarum spinal
atausaat menginjeksikan obat anestetik. Pasien mengeluh
sakit atauterkejut singkat pada ektremitas bawah, hal ini
disebabkanjarum spinal mungkin mengenai akar saraf. Jika
pasien merasakan adanya parestesia persiten atau
paresthesia saat menginjeksikan anesthetik local, jarum harus
digerakkankembali dan ditempatkan pada interspace yang lain
untuk mengcegah kerusakan yang permanen. Ada atau
tidaknyaparesthesia dicatat pada status anesthesia.28
o Jenis dan cara pemberian obat anestesi spinal :
1) Lidokain
Lidokain merupakan obat anestesi yang digunakan untuk
mencegahdepolarisasi pada membran sel melalui
penghambatan masuknya ion natrium pada kanal natrium.
Efek samping lidokain bersifat toksik pada susunan saraf. Efek
yang terjadi akibat toksisitas dapat berupa kejang, disorientasi,
pandangan kabur, dan mengantuk.
2) Bupivakain
Bupivakain merupakan anestesi yang mempunyai masa kerja
yang panjang dengan efek blockade terhadap sensorik lebih
besar daripada motorik. Efek bupivakain lebih popular
digunakan untuk memperpanjang analgesia selama persalinan
dan masa pascapembedahan.
3) Tetrakain
4) Tetrakain digunakan untuk segala macam anestesi, pada
anestesi spinal tetrakain memerlukan dosis yang besar dan
mula kerjanya lambat, dimetabolisme lambat sehingga
berpotensi toksik. (Joyce L, 1996)
f. Proses penyembuhan luka operasi pengangkatan kista adalah sama
dengan yang lainnya. Perbedaan terjadi menurut waktu pada tiap-tiap
fase penyembuhan dan waktu granulasi jaringan (Sjamsuhidayat,
2001).29
1. Fase penyembuhan luka:
o Fase inflamasi
Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira –
kira hari ke lima. Pembuluh darah yang terputus pada luka akan
menyebabkan perdarahan dan tubuh akan berusaha
menghentikanya dengan vasokontriksi, penerutan ujung pembuluh
yang putus (retraksi), dan reaksi hemostasis. Sel dalam jaringan
ikat menghasilkan serotonin dan histamin yang meningkatkan
permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi, penyerbukan sel
radang, disertai vasodilatasi yang menyebabkan udem dan
pembengkakan. Tanda dan gejala klinis reaksi radang menjadi
jelas yang berupa warna kemerahan karena kapiler melebar
(rubor), rasa hangat (kalor), nyeri (dolor), dan pembengkakan
(tumor).
o Fase ploriferatif
Fase ploferatif disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol
adalah proses proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung dari akhir
fase inflamasi sampai kira-kira akhir minggu tiga. Pada fase ini
serat-serat dibentuk dan dihancurkan kembali untuk penyesuaian
diri dengan tegangan pada luka yang cenderung mengerut.
Bersama dengan sifat kontraktil miofibroblast, menyebabkan
tarikan pada tepi luka. Kekuatan regangan mencapai 25% jaringan
normal. Fase fibroplasia ini, luka akan dipenuhi sel radang,
fibroblast, dan kalogen, membentuk jaringan berwarna kemerahan
dengan permukaan yang menonjol halus yang disebut jaringan
granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri atas sel basal terlepas dari
dasarnya dan berpindah mengisi permukaan luka. Tempatnya
kemudian diisi oleh sel baru yang terbentuk dari proses mitosis.
Proses migrasi ini baru berhenti setelah epitel saling menyentuh
dan menutup seluruh permukaan luka, proses fibroplasia dengan
pembentukan jaringan granulasi juga akan berhenti dan mulailah
proses pematangan dalam fase penyembuhan
o Fase penyudahan
Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terjadi
ataspenyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan
sesuaidengan gaya gravitasi, dan akhirnya perupaan kembali
jaringan yang baru terbentuk. Fase ini dapat berlangsung
berbulan-bulan dan dinyatakan berakhir kalau semua tanda
radang sudah lenyap. Tubuh berusaha menormalkan kembali
semua yang menjadi abnormal karena proses penyembuhan.
Udema dan sel radang diserap, sel muda menjadi matang, kapiler
baru menutup dan diserap kembali, kalogen yang berlebih diserap
dan sisanya mengerut sesuai dengan regangan yang ada.
9. Komplikasia. Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedakit-sedikit, sehingga berangsur-angsur
menyebabkan pebesaran kista dan menimbulkan gejala klinik yang
minimal. Akan tetapi bila perdarahan terjadi dalam jumlah banyak, akan
terjadi distensi cepat dari kista yang menimbulkan nyeri perut mendadak.
b. Putaran tangkai
Dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm. Putaran
tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi, adanya putaran tangkai
menimbulkan tarikan melalui ligamentum infundibulopelvikum terhadap
peritonium perietale dan ini menimbulkan rasa sakit. Karena vena lebih
mudah tertekan, teerjadilah pembendungan darah dalam tumor dengan
akibat pembesaran tumor dan terjadi perdarahan didalamnya.Jika putaran
tangkai berjalan terus akan terjadi nekrosis hemoragik dalam tumor,jika
tidak diambil akan terjadi robekan dan perdarahan intraabdominal.
c. Infeksi pada tumor
Terjadi jika di dekat kista ada kuman patogen, seperti appendisitis,
atausalpingitis.
d. Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, tetapi dapat pula sebagai akibat trauma,seperti
jatuh,atau pukulan di perut.Bila terjadi robekan disertai hemoragi maka
akan terjadi perdarahan dan menimbulkan nyeri yang berlangsung terus –
menerus. Robekan dinding pada kista denoma musinosum dapat
mengakibatkan implantasi sel-sel kista dimana sel tersebut mengeluarkan
cairan musin yang mengisi rongga perut yang menyebabkan
perlengketan dalam rongga perut.Keadaan ini dikenal dengan nama
pseudomiksoma peritonei
e. Perubahan keganasan
Dapat terjadi pada beberapa kista seperti kistadenoma ovarii serosum,
kistadenoma ovarii musinosum, oleh sebab itu, setelah diangkat perlu
pemeriksaan yang seksama terhadap kemungkinan perubahan
keganasan. Adanya asites dalam hal ini mencurigakan, adanya anak
sebar (metastasis)memperkuat diagnosis keganasan.
( Lowdermilk dkk, 2005)
DAFTAR PUSTAKA
Tri Lestari Handayani. 2010. Kista Ovarium.
http://trilestari.staff.umm.ac.id/files/2010/01/KISTA-OVARIUM.ppt.
Diakses pada 8 Oktober 2013.
Chyntia. 2010. BAB II Tinajuan Pustaka dalam
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/ 27146/4/Chapter
%20II.pdf. Diakses pada 9 Oktober 2013.
Surbakti E. 2006. BAB II Konsep Dasar dalam
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/ 37092/4/Chapter
%20II.pdf. Diakses pada 9 Oktober 2013.
Prawirohardjo. 2002. BAB II Tinjauan Pustaka dalam
http://repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/27146/4/Chapter
%20II.pdf. Diakses pada 8 Oktober 2013.
Wiknjosastro, 2005. BAB II Konsep Dasar dalam
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/ jtptunimus-gdl-ikamerdeka-6744-
2-babii.pdf. diakses pada 8 Oktober 2013.
Handi Suryana. 2008. Kista Ovarium yang Selalu Mengintai Perempuan.
rspondokindah.co.id/rspi/.../ 342-Ginekologi-Kista-Ovarium-197-KB.htm.
Diakses pada 8 Oktober 2013.
Lowdermilk.dkk. 2005. BAB II Konsep Dasar dalam
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/ 135/jtptunimus-gdl-ikamerdeka-6744-
2-babii.pdf. diakses pada 8 Oktober 2013.