Lp Kejang Demam

15
LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN KEJANG DEMAM SEDERHANA Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Profesi Ners Departemen pediatrik Di Ruang 7B RSUD dr. Syaiful Anwar Malang Departemen Pediatrik Oleh : Rahman NIM. 135070209111077 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

description

vv

Transcript of Lp Kejang Demam

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN KEJANG DEMAM SEDERHANA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Profesi Ners Departemen pediatrik

Di Ruang 7B RSUD dr. Syaiful Anwar Malang

Departemen Pediatrik

Oleh :

Rahman

NIM. 135070209111077

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KEJANG DEMAMA. KONSEP DASAR PENYAKIT1. Pengertian

Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri atau virus. (Price, 2008).

Kejang demam atau febrile convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal diatas 38C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Arif Mansjoer, 2008)Kejang demam adalah perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan ( Betz & Sowden, 2004 )2. EpidemiologiInsiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-laki daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki. (ME. Sumijati, 2000;72-73).

3. Etiologi Penyebab kejang demam belum diketahui dengan pasti, namun disebutkan penyebab utama kejang demam ialah demam yag tinggi. Menurut Arif Mansjoer. 2008 demam yang terjadi sering disebabkan oleh :1. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)2. Gangguan metabolik3. Penyakit infeksi diluar susunan saraf misalnya tonsilitis, otitis media, bronchitis.4. Keracunan obat5. Faktor herediter6. Idiopatik.Selain penyebab diatas Ada 5 faktor yang mempengaruhi kejang, faktor faktor tersebut adalah : 1. Umur

a. Kurang lebih 3% dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah mengalami kejang demam.b. Jarang terjadi pada anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun.c. Insiden tertinggi didapatkan pada umur 2 tahun dan menurun setelah berumur 4 tahun. Hal ini mungkin disebabkan adanya kenaikan dari ambang kejang sesuai dengan bertambahnya umur. Serangan pertama biasanya terjadi dalam 2 tahu pertama dan kemudian menurun dengan bertambahnya umur.2. Jenis kelaminKejang demam lebih sering didapatkan pada anak laki-laki daripada anak perempuan dengan perbandingan 2:1. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh karena pada wanita didapatkan kematangan otak yang lebih cepat dibanding laki-laki.3. Suhu badanAdanya kenaikan suhu badan merupakan suatu syarat untuk terjadinya kejang demam. Tingginya suhu badan pada saat timbulnya serangan merupakan nilai ambang kejang. Ambang kejang berbeda-beda untuk setiap anak, berkisar antara 38.3C 41.4C. Adanya perbedaan ambang kejang ini dapat menerangkan mengapa pada seseorang anak baru timbul kejang sesudah suhu meningkat sangat tinggi sedangkan pada anak lainnya kejang sudah timbul walaupun suhu meningkat tidak terlalu tinggi.

4. Faktor keturunanFaktor keturunan memegang peranan penting untuk terjadinya kejang demam. Beberapa penulis mendapatkan 25 50% daripada pada anak dengan kejang demam mempunyai anggota keluarga yang pernah mengalami kejang demam sekurang-kurangnya sekali.4. Patofisiologi

Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion kalium dan natrium melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadi kejang. Kejang demam yang terjadi singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat yang disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan oleh makin meningkatnya aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mngakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi spontan, karena itu kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsy.5. Klasifikasi

Klasifikasi kejang demam menurut Fukuyama dibedakan menjadi dua yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam sederhana harus memenuhi semua kreteria antara lain : keluarga penderita tidak ada riwayat epilepsy, sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyebab apapun, serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan sampai 6 tahun, lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 20 menit, kejang tidak bersifat fokal, tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang, sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologis atau abnormal perkembangan, kejang tidak berulang dalam waktu singkat. Bila kejang demam tidak memenuhi kriteria tersebut di atas maka digolongkan sebagai kejang deman jenis kompleks. Kejang demam kompleks adalah kejang demam yang lebih lama dari 15 menit, fokal atau multiple (lebih daripada 1 kali kejang per episode demam).6. Manifestasi klinis1. Kejang parsial ( fokal, lokal )

a. Kejang parsial sederhana :

Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :

Tanda tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh; umumnya gerakan setipa kejang sama.

Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.

Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa seakan ajtuh dari udara, parestesia.

Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.

b. Kejang parsial kompleks

Terdapat gangguankesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial simpleks

Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap ngecapkan bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya.

Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku

2. Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )

a. Kejang absens

Gangguan kewaspadaan dan responsivitas

Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15 detik

Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi penuh

b. Kejang mioklonik

Kedutan kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi secara mendadak.

Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila patologik berupa kedutan keduatn sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki.

Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok

Kehilangan kesadaran hanya sesaat.

c. Kejang tonik klonik

Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit

Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih

Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah.

Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal

d. Kejang atonik

Hilngnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak mata turun, kepala menunduk,atau jatuh ke tanah.

Singkat dan terjadi tanpa peringatan.

7. Pemeriksaan diagnostika. EEGUntuk membuktikan jenis kejang fokal / gangguan difusi otak akibat lesi organik, melalui pengukuran EEG ini dilakukan 1 minggu atau kurang setelah kejang.b. CT SCANUntuk mengidentifikasi lesi serebral, mis: infark, hematoma, edema serebral, dan abses.

c. Fungsi LumbalFungsi lumbal adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis.

d. LaboratoriumDarah tepi, lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, Trombosit ) mengetahui sejak dini apabila ada komplikasi dan penyakit kejang demam. (Arif Mansyoer,2008)8. Penatalaksanaan Medis

Dalam penatalaksanaan kejang demam ada 3 hal yang perlu dikerjakan yaitu a. Pengobatan Fase AkutSeringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan. Jalan napas harus bebas agar oksigennisasi terjami. Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu, pernapasan dan fungsi jantung. Suhu tubuh tinggi diturunkan dengan kompres air dan pemberian antipiretik.

Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan intravena atau intrarektal. Dosis diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1-2 mg/menit dengan dosis maksimal 20 mg. bila kejang berhenti sebelum diazepam habis, hentikan penyuntikan, tunggu sebentar, dan bila tidak timbul kejang lagi jarum dicabut. Bila diazepam intravena tidak tersedia atau pemberiannya sulit gunakan diazepam intrarektal 5 mg (BB10kg). bila kejang tidak berhenti dapat diulang selang 5 menit kemudian. Bila tidak berhenti juga, berikan fenitoin dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB secara intravena perlahan-lahan 1 mg/kgBb/menit. Setelah pemberian fenitoin, harus dilakukan pembilasan dengan Nacl fisiologis karena fenitoin bersifat basa dan menyebabkan iritasi vena.

Bila kejang berhenti dengan diazepam, lanjutkan dengan fenobarbital diberikan langsung setelah kejang berhenti. Dosis awal untuk bayi 1 bulan -1 tahun 50 mg dan umur 1 tahun ke atas 75 mg secara intramuscular. Empat jama kemudian diberikan fenobarbital dosis rumat. Untuk 2 hari pertama dengan dosis 8-10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis, untuk hari-hari berikutnya dengan dosis 4-5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis. Selama keadaan belum membaik, obat diberikan secara suntikan dan setelah membaik per oral. Perhatikan bahwa dosis total tidak melebihi 200mg/hari. Efek sampingnya adalah hipotensi,penurunan kesadaran dan depresi pernapasan. Bila kejang berhenti dengan fenitoin,lanjutkna fenitoin dengan dosis 4-8mg/KgBB/hari, 12-24 jam setelah dosis awal.b. Mencari dan mengobati penyebabPemeriksaan cairan serebrospinalis dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai meningitiss, misalnya bila ada gejala meningitis atau kejang demam berlangsung lama.c. Pengobatan profilaksisAda 2 cara profilaksis, yaitu (1) profilaksis intermiten saat demam atau (2) profilaksis terus menerus dengan antikonvulsan setiap hari. Untuk profilaksis intermiten diberian diazepam secara oral dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/hari dibagi menjadi 3 dosis saat pasien demam. Diazepam dapat diberikan pula secara intrarektal tiap 8 jam sebanyak 5mg (BB10kg) setiap pasien menunjukkan suhu lebih dari 38,5C. Efek samping diazepam adalah ataksia, mengantuk dan hipotonia.Profilaksis terus menerus berguna untuk mencegah berulangnya kejang demam berat yang dapat menyebabkan kerusakan otak tapi tidak dapat mencegah terjadinya epilepsy dikemudian hari. Profilaksis terus menerus setiap hari dengan fenobarbital 4-5mg.kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Obat lain yang dapat digunakan adalah asam valproat dengan dosis 15-40 mg/kgBB/hari. Antikonvulsan profilaksis selama 1-2 tahun setelah kejang terakhir dan dihentikan bertahap selama 1-2 bulanProfilaksis terus menerus dapat dipertimbangkan bila ada 2 kriteria (termasuk poin 1 atau 2) yaitu : Sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologist atau perkembangan (misalnya serebral palsi atau mikrosefal) Kejang demam lebih dari 15 menit, fokal, atau diikuti kelainan neurologist sementara dan menetap. Ada riwayat kejang tanpa demma pada orang tua atau saudara kandung. Bila kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau terjadi kejang multiple dalam satu episode demam. Bila hanya mmenuhi satu criteria saja dan ingin memberikan obat jangka panjang maka berikan profilaksis intermiten yaitu pada waktu anak demam dengan diazepam oral atau rectal tuap 8 jam disamping antipiretik.9. KomplikasiMenurut Arif Mansyoer,2008 kejang demam dapat mengakibatkan :a. Kerusakan sel otakb. Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama lebih dari 15 menit dan bersifat unilateralc. Kelumpuhan

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan1. Pengkajiana. Data subyektif- Badan terasa panas - Adanya mual dan muntah - Merasa haus - Adanya kesulitan saat bernafas- Adanya aktivitas kejang berulang, pergerakan otot tidak terkoordinasi, kelemahan- Merasa tidak nyaman, gerah.- Adanya kekhawatiran orang tua.

b. Data obyektif- Suhu meningkat / tinggi - Badan teraba panas - Membran mukosa / kulit kering - Perubahan tonus/kekuatan otot, gerakan involunter/ kontraksi sekelompok otot.- Penurunan kesadaran, pernafasan stridor.- Tingkah laku distraksi/gelisah- Tampak kecemasan, kebingungan.- Saliva keluar berlebih.

2. Diagnosa keperawatana. Hipertermi berhubungan proses penyakit ditandai dengan peningkatan suhu tubuh ( > 37,5C ).b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan peningkatan frekuensi pernafasan.c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik

d. Resiko tinggi cedera yabg berhubungan dengan trauma musculoskeletal dan penurunan tingkat kesadaran sekunder dari kejang

e. Resiko jatuh yang berhubungan dengan aktivitas kejang berulang.

f. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan persepsi tentang kejang tidak terkontrol

g. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran

h. Ansietas berhubungan dengan kejang berulang

i. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang tepajannya informasi.

3. Intervensi KeperawatanNODXTujuan dan KHIntervensiRasional

11Setelah diberikan asuhan keperawatan selama x 24 jam diharapkan suhu tubuh pasien kembali normal dengan KH : suhu tubuh ( 36,5 37,5 C)1. Kaji suhu tubuh pasien

2. Beri kompres air hangat

3. Berikan / anjurkan pasien banyak minum 1500 2000 cc / hari ( sesuai toleransi)

4. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat1. Mengetahui peningkatan suhu tubuh, memudahkan intervensi.2. Mengurangi panas dengan pemindahan panas secara konduksi.3. Untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.4. Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.

22Setelah diberikan asuhan keperawatan selama x 24 jam diharapkan pola napas kembali efektif dengan KH : Pasien tidak sesak

RR = 20 - 30 x / menit1. Anjurkan pasien untuk mengosongkan dari benda atau zat tertentu atau gigi palsu jika fase akut terjadi.2. Letakkan pasien pada posisi miring, permukaan datar, miringkan kepala selama serangan kejang.3. Tanggalkan pakaian pada daerah leher atau dada dan abdomen.

4. Masukkan spatel lidah atau jalan nafas buatan atau gulungan benda lunak.

5. Kolaborasi dalam pemberian tambahan oksigen atau ventilasi manual sesuai kebutuhan pada fase postial1. Menurunkan resiko aspirasi atau masuknya sesuatu benda asing ke faring.2. Meningkatkan aliran secret, mencegah lidah jatuh dan menyumbat jalan nafas.

3. Untuk memvasilitasi usaha bernapas atau ekspansi dada

4. Mencegah tergigitnya lidah.

5. Dapat menurunkan hipoksia serebral akibat dari sirkulasi yang menurun.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.j. (2000). Diagnosa Keperawatan. Edisi ke-6. Jakarta : EGC.

Doenges, M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi ke-3. Jakarta : EGC.

Mansjoer, dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius.

Nelson. (2000). Ilmu Kesehatan Anak. Volume 3. Edisi ke-15. Jakarta : EGC.

Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : FKUI.

Price S.A. (2002). Patofisiologi. Jakarta : EGC

Soetomenggolo, Taslims. (2000). Buku Ajar Neurologi Anak. Cetakan ke-2. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.