Lp Katarak

29
A. KONSEP DASAR PENYAKIT KATARAK 1. Definisi Katarak Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya yang biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progesif. (Mansjoer, 2000:62). Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran yang diproyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum kehilangan pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2004: 128) Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih dan merupakan suatu daerah yang berkabut dan keruh didalam lensa. Pada stadium dini pembentukan katarak, protein dalam serabut-serabut lensa dibawah kapsul mengalami denaturasi. Lebih lanjut protein tadi berkoagulasi membentuk daerah keruh menggantikan serabut- serabut protein lensa yang dalam keadaan normal seharusnya transparan. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa masih berlangsung atau sesudah serat lensa berhenti dalam perkembangannya dan telah memulai proses 1

description

Lp Katarak Lp Katarak Lp Katarak Lp Katarak Lp Katarak Lp Katarak

Transcript of Lp Katarak

Page 1: Lp Katarak

A. KONSEP DASAR PENYAKIT KATARAK

1. Definisi Katarak

Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang dapat terjadi akibat

hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari

kedua-duanya yang biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progesif. (Mansjoer,

2000:62).

Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran

yang diproyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum kehilangan

pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2004: 128)

Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih dan merupakan suatu

daerah yang berkabut dan keruh didalam lensa. Pada stadium dini pembentukan katarak,

protein dalam serabut-serabut lensa dibawah kapsul mengalami denaturasi. Lebih lanjut

protein tadi berkoagulasi membentuk daerah keruh menggantikan serabut-serabut protein

lensa yang dalam keadaan normal seharusnya transparan. Kekeruhan ini terjadi akibat

gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu.

Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa masih berlangsung atau

sesudah serat lensa berhenti dalam perkembangannya dan telah memulai proses

degenerasi. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif (Guyton & Hall, 2000:

912).

Katarak mengakibatkan pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di

dalam mata, seperti melihat air terjun. Penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena

dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan

yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat

bervariasi.

2. Etiologi Katarak

a. Ketuaan ( Katarak Senilis )

Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia

seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada usia 60 tahun keatas.

1

Page 2: Lp Katarak

b. Trauma

Cedera mata dapat mengenai semua umur seperti pukulan keras, tusukan benda,

terpotong, panas yang tinggi, dan bahan kimia dapat merusak lensa mata dan keadaan

ini disebut katarak traumatik.

c. Penyakit mata lain ( Uveitis )

d. Penyakit sistemik ( Diabetes Mellitus )

e. Defek kongenital

Salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi virus prenatal seperti

German measles atau rubella. Katarak kongenitalis bisa merupakan penyakit

keturunan ( diwariskan secara autosomal domonan ) atau bisa disebabkan oleh :

- Infeksi congenital, seperti campak jerman ( german measles )

- Berhubungan dengan penyakit metabolik, seperti galaktosemia (kadar gula yang

meningkat).

Factor resiko terjadinya katarak kongenitalis adalah :

- Penyakit metabolik yang diturunkan

- Riwayat katarak dalam keluarga

- Infeksi virus pada ibu ketika bayi masih dalam kandungan.

Penyebab katarak lainnya meliputi :

- Faktor keturunan.

- Cacat bawaan sejak lahir.

- Masalah kesehatan, misalnya diabetes.

- Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.

- Gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus)

- Gangguan pertumbuhan,

- Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.

- Rokok dan Alkohol

- Operasi mata sebelumnya.

2

Page 3: Lp Katarak

- Faktor-faktor lainnya yang belum diketahui.

Faktor yang mempengaruhi terjadinya katarak adalah:

- Kadar kalsium yang rendah

- Diabetes mellitus

- Pemakaian kortikosteroid jangka panjang

- Berbagai penyakit peradangan dan penyakit metabolik

- Faktor lingkungan ( trauma, penyinaran, sinar ultraviolet )

3. Tanda dan Gejala Katarak

Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien melaporkan

penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat

tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya

meliputi pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan

tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan

dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina.

Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup, menyilaukan dengan distorsi

bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak

abu-abu atau putih. Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan

bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-

benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.

Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun dan ketika katarak sudah sangat

memburuk lensa yang lebih kuat pun tidak akan mampu memperbaiki penglihatan.

Orang dengan katarak secara khas selalu mencari cara untuk menghindari silau yang

berasal dari cahaya yang salah arah. Misalnya dengan mengenkan topi berkelapak lebar

atau kaca mata hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada

siang hari.

3

Page 4: Lp Katarak

Gejala umum gangguan katarak meliputi :

- Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.

- Peka terhadap sinar atau cahaya.

- Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).

- Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.

- Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

Gangguan penglihatan bisa berupa :

- Kesulitan melihat pada malam hari

- Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata

- Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang hari )

Gejala lainya adalah :

- Penglihatan sering pada salah satu mata.

- Kadang katarak menyebabkan pembengkakan lensa dan peningkatan tekanan di

dalam mata ( glukoma ) yang bisa menimbulkan rasa nyeri.

4. Patofisiologi Katarak

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk

kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga

komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang

mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambah usia,

nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas

terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul

posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti kristal salju

pada jendela.

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi,

perubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang memanjang dari badan silier ke

4

Page 5: Lp Katarak

sekitar daerah di luar lensa misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami

distorsi. Perubahan Kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi sehingga

mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori

menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa.

Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori

lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari

degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada

kebanyakan pasien yang menderita katarak. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun

mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun

sistematis, seperti DM, namun sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan

yang normal.

Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan matang ketika orang memasuki

dekade ke tujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal karena

bila tidak didiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan

permanen. Faktor yang paling sering yang berperan dalam terjadinya katarak meliputi

radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alcohol, merokok, DM, dan asupan vitamin

antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.

5. Pathway

5

Page 6: Lp Katarak

6. Klasifikasi

Berdasarkan garis besar katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :

a. Katarak perkembangan ( developmental ) dan degenerative.

b. Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata.

c. Katarak komplikata (sekunder) : penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti DM

dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan pada lensa yang akan menimbulkan

katarak komplikata.

Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :

a. Katarak kongeniatal : katarak yang di temukan pada bayi ketika lahir (sudah terlihat

pada usia di bawah 1 tahun)

b. Katarak juvenil : katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan di bawah usia 40

tahun

c. Katarak presenil, yaitu katarak sesudah usia 30-40 tahun

d. Katarak senilis : katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Jenis katarak ini

merupakan proses degeneratif ( kemunduran ) dan yang paling sering ditemukan.

Adapun tahapan katarak senilis adalah :

- Katarak insipien : pada stadium insipien (awal) kekeruhan lensa mata masih

sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa.

Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur.

Penderita pada stadium ini seringkali tidak merasakan keluhan atau gangguan

pada penglihatanya sehingga cenderung diabaikan.

- Katarak immataur : lensa masih memiliki bagian yang jernih

- Katarak matur : Pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus berlangsung dan

bertambah sampai menyeluruh pada bagian lensa sehingga keluhan yang sering

disampaikan oleh penderita katarak pada saat ini adalah kesulitan saat membaca,

penglihatan menjadi kabur, dan kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari. Selain

keluhan tesebut ada beberapa gejala yang dialami oleh penderita katarak, seperti :

Penglihatan berkabut atau terlalu silau saat melihat cahaya.

Warna terlihat pudar.

6

Page 7: Lp Katarak

Sulit melihat saat malam hari.

Penglihatan ganda saat melihat satu benda dengan satu mata. Gejala ini

terjadi saat katarak bertambah luas.

Katarak hipermatur : terdapat bagian permukaan lensa yang sudah

merembes melalui kapsul lensa dan bisa menyebabkan perdangan pada

struktur mata yang lainya.

7. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada penderita katarak adalah sebagai berikut :

a. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan

kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,

penglihatan ke retina.

b. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis, glukoma.

c. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)

d. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.

e. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glaukoma

f. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema,

perdarahan.

g. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.

EKG, kolesterol serum, lipid.

h. Tes toleransi glukosa : kontrol DM

i. Keratometri.

j. Pemeriksaan lampu slit.

k. A-scan ultrasound (echography).

l. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.

m. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.

7

Page 8: Lp Katarak

8. Penatalaksanaan Medis

Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik

di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif.

Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk

bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang

terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang

mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior

sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau saraf

optikus, seperti diabetes dan glaukoma.

Pembedahan katarak terdiri dari pengangkatan lensa dan menggantinya dengan lensa

buatan.

a. Pengangkatan lensa

Ada dua macam teknik pembedahan yang bisa digunakan untuk mengangkat lensa:

- Pembedahan ekstrakapsuler : lensa diangkat dengan meninggalkan kapsulnya.

- Pembedahan intrakapsuler : pengangkatan lensa beserta kapsulnya. Namun,

saat ini pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan.

b. Penggantian lensa

Penderita yang telah menjalani pembedahan katrak biasanya akan mendapatkan lensa

buatan sebagai pengganti lensa yang teleh diangkat. Lensa buatan ini merupakan

lempengan plastik yang disebut lensa intraokuler dan biasanya lensa intraokuler

dimasukkan ke dalam kapsul lensa di dalam mata.

Untuk mencegah infeksi, mengurangi peradangan, dan mempercepat penyembuhan

selama beberapa minggu setelah pembedahan di berikan tetes mata atau salep. Untuk

melindungi mata dari cedera, penderita sebaiknya menggunakan kaca mata atau

pelindung mata yang terbuat dari logam sampai luka pembedahan benar-benar

sembuh. Adapaun penatalaksanaan pada saat post operasi antara lain :

1. Pembatasan aktivitas, pasien yang telah melaksanakan pembedahan

diperbolehkan:

- Menonton televisi; membaca bila perlu, tapi jangan terlalu lama.

8

Page 9: Lp Katarak

- Mengerjakan aktivitas biasa tapi dikurangi.

- Tidak diperbolehkan membungkuk pada wastafel atau bak mandi; condongkan

sedikit kepala kebelakang saat mencuci rambut.

2. Tidur dengan perisai pelindung mata logam pada malam hari; mengenakan

kacamata pada siang hari.

3. Ketika tidur, berbaring terlentang atau miring pada posisi mata yang tidak

dioperasi, dan tidak diperbolehkan telungkup.

4. Aktivitas dengan duduk.

5. Mengenakan kacamata hitam untuk kenyamanan.

6. Berlutut atau jongkok saat mengambil sesuatu dari lantai

7. Dihindari (paling tidak selama 1 minggu)

- Tidur pada sisi yang sakit

- Menggosok mata, menekan kelopak untuk menutup

- Mengejan saat defekasi

- Memakai sabun mendekati mata

- Mengangkat benda yang lebih dari 7 Kg

- Mengendarai kendaraan

- Batuk, bersin, dan muntah

- Menundukkan kepala sampai bawah pinggang, dianjurkan untuk melipat lutut

dan punggung tetap lurus untuk mengambil sesuatu dari lantai.

9

Page 10: Lp Katarak

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah :

a. Identitas

Berisi nama, usia, jenis kelamin, alamat, dan keterangan lain mengenai identitas

pasien. Pada pasien dengan katarak konginetal biasanya sudah terlihat pada usia di

bawah 1 tahun, sedangakan pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia < 40

tahun, pasien dengan katarak presenil terjadi pada usia sesudah 30-40 tahun, dan

pasien dengan katark senilis terjadi pada usia > 40 tahun.

b. Riwayat penyakit sekarang

Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering terjadi pada pasien

dengan katarak adalah penurunan ketajaman penglihatan.

c. Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM, hipertensi,

pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko

katarak.

d. Aktifitas istirahat

Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya atau

hobi yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.

e. Neurosensori

Gejala yamg terjadi pada neurosensori adalah gangguan penglihatan kabur / tidak

jelas, sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan

perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa di ruang gelap.

Penglihatan berawan / kabur, tampak lingkaran cahaya / pelangi di sekitar sinar,

perubahan kaca mata, pengobatan tidak memperbaiki penglihatan, fotophobia

(glukoma akut).

10

Page 11: Lp Katarak

Gejala tersebut ditandai dengan mata tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil

( katarak), pupil menyempit dan merah atau mata keras dan kornea berawan (glukoma

berat dan peningkatan air mata).

f. Nyeri / kenyamanan

Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat

menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.

g. Pembelajaran / pengajaran

Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( katarak ) kaji riwayat keluarga

apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress,

alergi, gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan

endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas

fenotiazin.

2. Diagnosa Keperawatan

Pre operasi :

a. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan

penerimaan sensori/status organ indera.

b. Kurang pengetahuan berhubungan tentang prognosis, pengobatan berhubungan

dengan kurang terpajan informasi, keterbatasan kognitif.

c. Ansietas berhubungan prosedur penatalaksanaan / rencana tindakan pembedahan.

d. Resiko cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan –

kehilangan vitreus, pandangan kabur.

Post operasi :

a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma insisi.

b. Gangguan persepsi sensori - perseptual penglihatan berhubungan dengan fungsi mata

(-) terpasang bebat.

c. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan

kurang terpajan informasi, keterbatasan kognitif.

d. Ansietas berhubungan prosedur penatalaksanaan / tindakan pembedahan

11

Page 12: Lp Katarak

e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasif insisi jaringan

tubuh.

f. Resiko cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan –

kehilangan vitreus, pandangan kabur, perdarahan intraokuler.

3. Rencana keperawatan

a. Dx 1 : Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan

gangguan penerimaan sensori/status organ indera.

- Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan gangguan persepsi sensori –

perseptual penglihatan pasien dapat diatasi

- Kriteria Hasil :

Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.

Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.

INTERVENSI DAN RASIONAL :

1. Tentukan ketajaman penglihatan, kemudian catat apakah satu atau dua mata terlibat,

observasi tanda-tanda disorientasi.

R : Untuk mengetahui keadaan pasien serta mengidentifikasi lebih lanjut kebutuhan

pasien

2. Orientasikan klien tehadap lingkungan.

R : Meningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan

3. Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dengan menyentuh.

R : Komunikasi yang disampaikan dapat lebih mudah diterima dengan jelas

4. Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi

bila menggunakan tetes mata.

R : Cahaya kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah penggunaan tetes mata dilator

5. Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang

lebih 25 persen, pelihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada.

R : Membantu penglihatan pasien

12

Page 13: Lp Katarak

6. Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan/posisi yang

tidak dioperasi.

R : Penemuan dan penanganan awal komplikasi dapat mengurangi resiko kerusakan

lebih lanjut.

b. Dx 2 : Resiko cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan –

kehilangan vitreus,pandangan kabur, perdarahan intraokuler.

Tujuan:

Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan tidak terjadi cedera pada

klien.

Kriteria hasil :

- Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan factor resiko

dan untuk melindungi diri dari cedera.

- Mengubah lingkungan sesuai dengan indikasi untuk meningkatkan keamanan.

INTERVENSI DAN RASIONAL

- Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi paska operasi, nyeri, pembatasan

aktifitas, penampilan, balutan mata.

R : Penjelasan dengan diskusi bersama akan lebih efektif bagi pasien untuk

mengetahui kondisi dirinya

- Beri klien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit

sesuai keinginan.

R : Posisi menentukan tingkat kenyamanan pasien.

- Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba, menggaruk mata,

membongkok.

R : Aktivitas berlebih mampu meningkatkan tekanan intra okuler mata.

- Ambulasi dengan bantuan : berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari

anestesi.

R : Visus mulai berkurang, resiko cedera semakin tinggi

13

Page 14: Lp Katarak

- Minta klien membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri tajam tiba-tiba,

Selidiki kegelisahan, disorientasi, gangguan balutan.

R : Pengumpulan Informasi dalam pencegahan komplikasi

- Observasi hifema dengan senter sesuai indikasi.

R : Kondisi mata post operasi mempengaruhi visus pasien

c. Dx 3 : Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan

dengan tidak mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan

kognitif.

Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapakan

pengetahuan pasien dapat bertambah mengenai kondisi diri dan prognosa

penyakitnya

Kriteria Hasil :

- Klien dapat melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan

tindakan.

- Klien menunjukkan pemahaman tentang kondisi, proses penyakit dan

pengobatan.

INTERVENSI RASIONAL

14

Page 15: Lp Katarak

- Pantau informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur, lensa.

Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin, beritahu untuk melaporkan

penglihatan berawan.

R : Identifikasi tanda/gejala memerlukan upaya evaluasi medis, misal : nyeri

tiba-tiba.

- Informasikan klien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas,

diskusikan kemungkinan efek/interaksi antar obat mata dan masalah medis

klien terutama pada pencahayaan.

R : Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah penggunaan tetes

mata dilator

- Anjurkan klien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat, mengejan

saat defekasi, membongkok pada panggul, dll.

R : Aktivitas-aktivitas tersebut dapat meningkatkan tekanan intra okuler

- Anjurkan klien tidur terlentang.

R : Tidur terlentang dapat membantu kondisi mata agar lebih nyaman.

d. Dx 4 : Ansietas berhubungan dengan prosedur penatalaksanaan / tindakan

pembedahan.

Tujuan :

Setelah diberikan askep selama ...x24 jam diharapkan pasien tidak mengalami

ansietas

Kriteria evaluasi:

- Pasien mengungkapkan dan mendiskusikan rasa cemas/takutnya.

15

Page 16: Lp Katarak

- Pasien tampak rileks tidak tegang dan melaporkan kecemasannya berkurang

sampai pada tingkat dapat diatasi.

- Pasien dapat mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang pembedahan.

INTERVENSI RASIONAL

- Pantau tingkat kecemasan pasien dan catat adanya tanda- tanda verbal dan

nonverbal.

R : Memberi kesempatan klien untuk mengungkapkan rasa takut secara

terbuka dimana rasa takut dapat ditujukan.

- Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan perasaan

takutnya.

R : Ungkapan perasaan akan kecemasan dapat membantu perawat menggali

informasi mengenai hal – hal yang menjadi faktor penyebab kecemasan pasien

dan memudahkan dalam memberikan intervensi selanjutnya.

- Observasi tanda vital dan peningkatan respon fisik pasien.

R : Mengetahui respon fisiologis yang ditimbulkan akibat kecemasan

- Beri penjelasan pasien tentang prosedur tindakan operasi, harapan dan

akibatnya.

R : Meningkatkan pengetahuan pasien dalam rangka mengurangi kecemasan

dan kooperatif.

- Beri penjelasan dan suport pada pasien pada setiap melakukan prosedur

tindakan.

R : Mengurangi perasaan takut dan cemas.

- Lakukan orientasi dan perkenalan pasien terhadap ruangan, petugas, dan

peralatan yang akan digunakan.

R : Derajat kecemasan akan dipengaruhi bagaimana informasi tentang

prosedur penatalaksanaan diterima oleh individu.

e. Dx 5 : Nyeri berhubungan dengan trauma insisi

Tujuan :

16

Page 17: Lp Katarak

Setelah diberikan asuhan keperawatan ...x24 jam diharapkan nyeri pasien dapat

berukrang/hilang.

Kriteria hasil :

- Klien dapat mengontrol nyerinya

- Skala nyeri 0

INTERVENSI RASIONAL

- Kaji tingkat nyeri pasien dengan menggunakan skala nyeri dan pengukuran

TTV

R : Skala nyeri yang tinggi dan disertai peningkatan nadi dapat

menggambarkan tingkat nyeri yang dirasakan oleh pasien.

- Berikan obat untuk mengontrol nyeri dan TIO sesuai dengan resep.

R : Pemakaian sesuai dengan resep akan mengurangi nyeri dan TIO

- Berikan kompres dingin sesuai dengan permintaan untuk trauma tumpul.

R : Mengurangi edema akan mengurangi nyeri.

- Kurangi tingkat pencahayaan.

R : Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah penggunaan tetes

mata dilator

f. Dx 6 : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasif insisi

jaringan tubuh.

Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan tidak terjadi

infeksi pada daerah insisi post operasi katarak

Kriteria hasil :

17

Page 18: Lp Katarak

- Tidak terjadi penyebaran infeksi selama tindakan prosedur pembedahan

ditandai dengan penggunaan teknik antiseptik dan desinfeksi secara tepat dan

benar.

INTERVENSI RASIONAL

- Ciptakan lingkungan ruangan yang bersih dan babas dari kontaminasi dunia

luar

R : Mencegah dan mengurangi transmisi kuman

- Jaga area kesterilan luka operasi

R : mencegah kontaminasi pathogen

- Lakukan teknik aseptik dan desinfeksi secara tepat dalam merawat luka

R : mencegah pertumbuhan dan perkembangan kuman

- Kolaborasi terapi medik pemberian antibiotika profilaksis

R : Antibiotik dapat mengurangi kontaminasi dan paparan pasien terhadap

agen infektious.

4. Evaluasi

Pre operasi :

a. Dx 1 : gangguan persepsi sensori – perseptual penglihatan pasien dapat diatasi

b. Dx 2 : Tidak terjadi cedera pada klien

c. Dx 3 : Pengetahuan pasien bertambah akan kondisi dan prognosa penyakitnya

d. Dx 4 : Pasien tidak merasa cemas lagi

Post operasi :

18

Page 19: Lp Katarak

a. Dx 1 : Nyeri pasien berkurang/hilang

b. Dx 2 : Tidak terjadi infeksi pada derah insisi post operasi katarak

c. Dx 3 : Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan dapat teratasi

d. Dx 4 : Pasien tidak mengalami cedera

DAFTAR PUSTAKA

19

Page 20: Lp Katarak

1. Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik,

Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

2. Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku Kedokteran

EGC, Jakarta.

3. Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran

EGC, Jakarta.

4. Salim S Anissa (2005), Asuhan Keperawatan pada Pasien Katarak,

www.google.com, di unduh tanggal 17 Maret 2011

20