LP infus

18
PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2014 LEMBAR PENGESAHAN Laporan pendahuluan pemasangan infus ini dibuat dan telah disetujui dalam rangka Kepaniteraan Klinik mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Malang, di Ruang Boegenville, RSUD Ngundi Waluyo Blitar. Malang, 20 November 2014 Ners Muda, Ahmad Sulhan ……. Mengetahui, Pembimbing Institusi, Pembimbing Klinik,

description

kesehatan

Transcript of LP infus

Page 1: LP infus

PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN NERSFAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG2014

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan pemasangan infus ini dibuat dan telah

disetujui dalam rangka Kepaniteraan Klinik mahasiswa Program

Pendidikan Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Malang, di Ruang

Boegenville, RSUD Ngundi Waluyo Blitar.

Malang, 20 November 2014

Ners Muda,

Ahmad Sulhan

…….

Mengetahui,

Pembimbing Institusi, Pembimbing

Klinik,

______________________ ______________________

Page 2: LP infus

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMASANGAN INFUS

A. Definisi

Pemasangan infus adalah pemberian sejumlah cairan kedalam

tubuh melalui sebuah jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh

balik) untuk menggantikan cairan/zat-zat mekanan dari tubuh.

Pemasangan infus dilakkan pada pasien yang memerlukan masukan

cairan melalui intravena yang mengalami pengeluaran cairan/nutrisi

yang berat, dehidrasi, dan syok.

Pada kondisi tertententu, pemberian cairan intra vena

diperlukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh.

Langkah ini efektif untuk memenuhi kebutuhan cairan eksternal

secara langsung. Secara umum, tujuan terapi intra vena adalah untuk

memenuhi kebutuhan cairan pada klien yang tidak mampu

mengkonsumsi cairan oral secara adekuat, menambah asupan

elektrolit untuk menjaga kesimbangan elektrolit, menyediakan

glukosa untuk kebutuhan energi dalam proses metabolisme,

memenuhi kebutuhan vitamin larut air, serta menjadi media untuk

pemberian obat melalui vena. Lebih khusus, terapi intra vena di

berikan pada pasien yang mengalami syok,intoksikasi berat, pasien

Page 3: LP infus

pra dan pasca bedah, atau pasien yang membutuhkan pengobatan

tertentu(Mubarok, Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin.2007 Hal:92-94)

Pemberian cairan infuse dapat di berikan pada pasien yang

mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat. Pemberian

cairan infuse ke dalam vena (pembuluh darah pasien) di antaranya

pada vena lengan (vena safalika basilea dan mediana kabiti), pada

tungkai (vena sakena), atau pada vena yang ada di kepala, seperti :

vena temporalis krontolis (khusus untuk anak-anak). Selain pemberian

infuse pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan, juga dapat

dilakukan pada pasien yang mengalami syok, intoksikasi berat, pra

dan pasca bedah, sebelum transfusi darah, atau pasien yang

membutuhkan pengobatan tertentu.

B. Tujuan Pemasangan Infus

1. Mempertahankan/mengantikan cairan tubuh yang mengandung air,

elektrolit, vitamin, protein, lemak dan kalori yang tdak dapat

dipertahankan secara adekuat melalui oral

2. Memperbaiki keseimbangan asam basa

3. Memperbaiki keseimnagan volume komponen-komponen darah.

4. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam

tubuh.

5. Memonitor tekan vena central (CVP)

6. Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan diistirahatkan

C. Indikasi Pemasangan Infus

Page 4: LP infus

1. Pasien dengan keadaan emergency (misalnya pada tindakan RJP),

yang memungkinkan pemberian obat langsung ke dalam intravena.

2. Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat

(sperti furosemid, digoxin)

3. Pasien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar terus menerus

melalui intravena

4. Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan dan

elektrolit

5. Pasien yang mendapatkan transfuse darah

6. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur

(misalnya pada operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang

jalur infus intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk

memudahkan pemberian obat).

7. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, mialnya

risiko dehodrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam

nyawa), sebelum pembuluh darah kolabs (tidak teraba), sehingga

tidak dapat dipasang jalur infus.

8. Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral (efektivitas dalam

darah jika dimasukkan melalui mulut) yang terbatas. Atau hanya

tersedia dalam sediaan intravena (sebagai obat suntik). Misalnya

antibiotika golongan aminoglikosida yang susunan kimiawinya

“polications” dan sangat polar, sehingga tidak dapat diserap

melalui jalur gastrointestinal (di usus hingga sampai masuk ke

dalam darah). Maka harus dimasukkan ke dalam pembuluh darah

langsung.

Page 5: LP infus

9. Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau memang tidak

dapat menelan obat (ada sumbatan di saluran cerna atas). Pada

keadaan seperti ini, perlu dipertimbangkan pemberian melalui jalur

lain seperti rektal (anus), sublingual (di bawah lidah), subkutan (di

bawah kulit), dan intramuskular (disuntikkan di otot).

10. Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedak—

obat masuk ke pernapasan), sehingga pemberian melalui jalur lain

dipertimbangkan.

11. Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai,

sehingga diberikan melalui injeksi bolus (suntikan langsung ke

pembuluh balik/vena). Peningkatan cepat konsentrasi obat dalam

darah tercapai. Misalnya pada orang yang mengalami hipoglikemia

berat dan mengancam nyawa, pada penderita diabetes mellitus.

Alasan ini juga sering digunakan untuk pemberian antibiotika

melalui infus/suntikan, namun perlu diingat bahwa banyak

antibiotika memiliki bioavalaibilitas oral yang baik, dan mampu

mencapai kadar adekuat dalam darah untuk membunuh bakteri.

D. Kontraindikasi

1. Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi

pemasangan infus.

2. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini

akan digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt)

pada tindakan hemodialisis (cuci darah).

Page 6: LP infus

3. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil

yang aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai

dan kaki).

E. Vena yang Boleh Dipasang Infus

Pemberian cairan melalui infus dengan memasukkan ke dalam

vena (pembuluh darah pasien) diantaranya vena lengan (vena safalika

basilica dan vena medianan cubiti), pada tungkai (vena saena) atau

pada vena yang ada di kepala , seperti vena temporalis frontalis

(khusus untuk anka-anak). Pemasangan infus tidak dianjurkan pada

daerah yang mengalami luka bakar, lengan pada sisi yang mengalami

mastektomi (aliran balik vena terganggu), lengan yang mengalami

edema, infeksi, bekuan, atau kerusakan kulit.

F. Jenis Cairan Infus

1. Cairan hipotonik

Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum

(konsentraasi ion Na+ lebih rendah disbanding serum) sehingga

larut dalam serum dan menurunkan osmalaritasnya serum. Maka

cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan

sekitarnya sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan

pada keadaan sel mengalami dehidrasi.

2. Cairan isotonic

Page 7: LP infus

Cairan mendekati serum sehingga terus berada didalam

pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami

hipovolemi.

3. Cairan hipertonik

Osmolalitasnya lebih tinggi disbanding serum sehingga

menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam

pembuluh darah. Mampu mensstabilkan tekanan darah,

meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema.

G. Pembagian Cairan Berdasarkan Kelompok

1. Kristaloid bersifat isotonic, maka efektif dalam mengisi sejumlah

volume cairan ke dalam pembuluh darah dalam waktu ayng singkat

dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera,

misalnya RL dan garam fisiologis.

2. Koloid ukuran molekulnya cukup besar sehingga tidak akan keluar

dari membrane kapiler dan tetap berada dalam pembuluh darah,

maka siftnya hipertonik dan dapat menarik cairan dari luar

pembuluh darah. Contohnya albumin dan steroid.

H. Jenis Cairan Infus

1. Asering

Page 8: LP infus

a. Indikasi : dehidrasi pada kondisi gastrointestinal akut, demam

berdarah dengue, luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat.

b. Keunggulan :

1. asetat di metabolism di otot dan maasih dapat ditolerir pada

pasien yang mengalami gangguan hati.

2. Pada pemberian sebelum operasi sear, mengatasi asidosis

laktat lebih baik daripada RL pada neonates

3. Mempunyai efek vasodilator.

2. KA-EN 1B

Indikasi : sebagai larutan awal pasien belum diketahui,

misalnya pada kasus emergency.

3. KA-EN 3A Dan KA-EN 3B

Indikasi : sebagai larutan untuk memnuhi kebutuhan air dan

elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk menggantikan

ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas.

4. KA-EN MGE

Indikasi : untuk kasus dimana suplemen NCP dibutuhkan 400

kcal/L.

5. KA-EN 4A

Indikasi : larutan infus untuk bayi dan ank-anak, tepat digunakan

untuk dehidrasi hipertonik

6. KA-EN 4B

Indikasi : larutan infus untuk bayi dan anak-anak usia kurang 3

tahun digunakan untuk dehidrasi hipertonik

7. Otsu-NS

Page 9: LP infus

Indikasi : untuk resusitasi kehilangan na>cl

8. Otsu –RL

Indikasi : resusitasi, asidosis metabolic, suplai ion bikarbonat

9. Martos 10

Indiaksi : suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada

penderita diabetic.

10. Amiparen

Indiaksi : stress metabolic berat, luka bakar, infeksi berat,

kwasiokor.

11. Aminovel-600

Indikasi : nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI, penderita GI

yang dipuasakan.

12. Pan-amin G

Indikasi : suplai asam amino pada hiponatremia dan stress

netabolik ringan, tifoid, nutrisi dini pasca operasi.

I. Ukuran Jarum Infus

1. Ukuran 16

Guna : dewasa, bedah mayor, trauma, apabila sejumlah besar

cairan perlu diinfuskan

Pertimbangan perawat : sakit saat insersi, butuh vena besar

2. Ukuran 18

Guna : anak dan dewasa, untuk darah, komponen darah dan infus

kental lainnya

Pertimbangan perawat : sakit saat insersi butuh vena besar

Page 10: LP infus

3. Ukuran 20

Guna : anak dan dewasa, sesuai untuk kebanyakan cairan infus,

darah, komponen darah dan infus kental lainnya.

4. Ukuran 22

Guna : bayi, anak dan dewasa (terutama usia lanjut), cocok untuk

sebagian besar cairan infus.

Pertimbangan perawat : lebih mudah menginsersi ke vena yang

kecil, tipis dan rapuh, sulit insersi melalui kulit yagn keras.

5. Ukuran 24, 26

Guna : neonates, bayi, ank, dewasa (terutama usia lanjut), sesuai

untuk sebagian cairan infus tetapi kecepatan tetesannya lebih

lambat

Pertimbangan perawat : untuk vena yang sangat kecil, sulit insersi

melalui kulit keras.

J. Prinsip Pemasangan Infus

1. Pada anak/pediatrik

a. Karena vena klien sangat rapuh hindari tempat-tempat yang

mudah digerakkan/digeser dan gunakan alt pelindung sesuai

kebutuhan

b. Vena-vena kluit kepalasangt mudah pecah dan memerlukan

perlindungan agr tidak mudah mengalami infiltrasi.

2. Pada lansia

a. Pada lansia sedapat mengkin gunakan kateter/jarum dengan

ukuran paling kecil (24-26). Ukuran kecil mengurangi trauma

Page 11: LP infus

pada vena dan memungkinkan aliran kecil mengurangi trauma

pada vena dan memungkinnkan aliran darah lebih lancer.

b. Kestabilan vena menjadi hilang dan vena akan bergeser dari

jarum

c. Penggunaan sudut 5-15o saat memasukkan jarum.

K. Beberapa Komplikasi Yang Dapat Terjadi Pada Pemasangan

Infus

1. Hematoma : darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat

pecahnya pembuluh darah arteri vena atau kapiler terjadi akibat

penekanan yang kurang tepat saat memasukkan jarum.

2. Infiltrasi : masuknya cairan infus kedala jaringan sekitar akibat

ujung jarum infus melewati pembuluh darah.

3. Tromboflebitis : bengkak pada pembuluh darah vena, terjadi akibat

infus yang dipassang tidak dipantau secara ketet dan benar.

4. Emboli udara : amsuknya udara kedalam sirkulasi darah terjadi

akibat masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam

pembuluh darah.

L. Rumus Menitung Tetesan Infus

Tetesan/ menit =

Faktor tetesan:

Page 12: LP infus

1. Makro : 20

2. Mikro : 60

M.Prosedur Pemasangan Infus

a. Alat :

1. Standart infus

2. Set infus

3. Cairan sesuai program medis

4. Jarum infus untuk ukuran yang sesuai

5. Pengalas

6. Tornikuet

7. Kapas alcohol

8. Plester

9. Gunting

10. Bengkok

11. Sarung tangan

b. Prosedur :

1. Memberikan salam, menyapa pasien dan memperkenalkan diri

2. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien

3. Cuci tanagn

4. Gunting plester sesuai kebutuhan

5. Hubungkan cairan dan infus set dengan memasukkan ke

bagian karet atau akses selang ke botol infus.

6. Letakkan cairan infus pada standart infus

Page 13: LP infus

7. Isi cairan ke dalam set infus dengan menekan ruang tetesan

hingga terisi sebagian dan buka klem selang sehingga cairan

memenuhi selang dan udara keluar ke dalam bengkok.

8. Lakukan palpasi untuk mencari tempat penusukan vena.

9. Letakkan pengalas dibawah tempat (vena) yang akan

dilakukan penginfusan

10. Lakukan pembendungan dengan tornikuet 10-12 cm diatas

tempat penusukkan dan anjurkan pasien untuk

menggenggamkan tangan.

11. Gunakan sarung tangan.

12. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alcohol

hingga bersih.

13. Lakukan penusukkan pada vena dengan meletakkan ibu jari di

bagian bawah vena dengan posisi jarum mengarah keatas.

14. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum maka tarik keluar

bagian dalam sambil meneruskan tusukkan ke dalam vena

15. Setelah jarum infus bagian dalam dilepas atau dikeluarkan,

tahan bagian atas vena dengan menekan menggunakan jari

tangan agar darah tidak keluar. Kemudian bagian infus

dihubungkan/disambungkan dengan selang infus

16. Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis

yang diberikan

17. Lakukan fiksasi dengan plester

18. Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infus, jenis cairan dan

tetesan yang digunakan.

Page 14: LP infus

19. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan

Page 15: LP infus

Daftar Pustaka

Yuda.2011. Macam-macam cairan infuse, (Online), (http://dokteryudabedah.com/infuse-cairan-intravena-macam-macam-cairan-infus, diakses 18 November 2014)

Nn. Pemasangan infuse intravena. (Online), (http://www.healthyrecipesdiary.org/pemasangan-infus-intravena, diakses 18 November 2014)

Hidayat, A, dkk. 2005. Buku Saku: Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC

Kusyati, Eni. 2006. keterampilan dan prosedur laboraturium keperawatan dasar. Jakarta:EGC

Arifianto.2006.Pemberian Cairan Infus Intravena (Intravenous Fluids). http://www.sehatgroup.web.id/?p=20.admin.17.11.2012. 08:47

Pawiroharjo, Sarwono, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Tridasa Printer.