Lp Hemothoraks Igd 1

44
A. DEFINISI Hematothoraks atau hemothoraks adalah akumulasi darah pada rongga intrapleura. Perdarahan dapat berasal dari pembuluh darah sistemik maupun pembuluh darah paru, dan pada trauma yang tersering perdarahan berasal dari arteri interkostalis dan arteri mammaria interna (Sub Bagian Bedah Thoraks Bagian Ilmu Bedah FK-USU / RS HAM / RS Pirngadi Medan, 2000). Hemothoraks adalah adanya darah pada rongga pleura. Perdarahan mungkin berasal dari dinding dada, parenkim paru, jantung, atau pembuluh darah besar (Mancini, 2011). B. ETIOLOGI Penyebab utama hematothoraks adalah trauma, seperti luka penetrasi pada paru, jantung, pembuluh darah besar, atau dinding dada. Trauma tumpul pada dada juga dapat menyebabkan hematothoraks karena laserasi pembuluh darah internal (Mancini, 2011). Menurut Magerman (2010) penyebab hematothoraks antara lain : 1. Penetrasi pada dada 2. Trauma tumpul pada dada 3. Laserasi jaringan paru 4. Laserasi otot dan pembuluh darah intercostal 5. Laserasi arteri mammaria interna

description

iuyfhgjjkk

Transcript of Lp Hemothoraks Igd 1

A. DEFINISIHematothoraks atau hemothoraks adalah akumulasi darah pada rongga intrapleura. Perdarahan dapat berasal dari pembuluh darah sistemik maupun pembuluh darah paru, dan pada trauma yang tersering perdarahan berasal dari arteri interkostalis dan arteri mammaria interna (Sub Bagian Bedah Thoraks Bagian Ilmu Bedah FK-USU / RS HAM / RS Pirngadi Medan, 2000).Hemothoraks adalah adanya darah pada rongga pleura. Perdarahan mungkin berasal dari dinding dada, parenkim paru, jantung, atau pembuluh darah besar (Mancini, 2011).

B. ETIOLOGIPenyebab utama hematothoraks adalah trauma, seperti luka penetrasi pada paru, jantung, pembuluh darah besar, atau dinding dada. Trauma tumpul pada dada juga dapat menyebabkan hematothoraks karena laserasi pembuluh darah internal (Mancini, 2011). Menurut Magerman (2010) penyebab hematothoraks antara lain :1. Penetrasi pada dada2. Trauma tumpul pada dada 3. Laserasi jaringan paru4. Laserasi otot dan pembuluh darah intercostal5. Laserasi arteri mammaria interna

C. KLASIFIKASIPada orang dewasa secara teoritis hematothoraks dibagi dalam 3 golongan, yaitu:1. Hematothoraks ringan Jumlah darah kurang dari 400 cc Tampak sebagian bayangan kurang dari 15 % pada foto thoraks Perkusi pekak sampai iga IX2. Hematothoraks sedang Jumlah darah 500 cc sampai 2000 cc 15% - 35% tertutup bayangan pada foto thoraks Perkusi pekak sampai iga VI3. Hematothoraks berat Jumlah darah lebih dari 2000 cc 35% tertutup bayangan pada foto thoraks Perkusi pekak sampai iga IV

Gambar 2 . Klasifikasi hemotoraks a. Ringan b. Sedang c. Berat

D. MANIFESTASI KLINIKHemothorak tidak menimbulkan nyeri selain dari luka yang berdarah di dinding dada. Luka di pleura viseralis umumnya juga tidak menimbulkan nyeri. Kadang-kadang anemia dan syok hipovalemik merupakan keluhan dan gejala yang pertama muncul. Secara klinis pasien menunjukan distress pernapasan berat, agitasi, sianosis, takipnea berat, takikardia dan peningkatan awal tekanan darah, di ikuti dengan hipotensi sesuai dengan penurunan curah jantung (Hudak & Gallo, 1997).Respon tubuh degan adanya hemothoraks dimanifestasikan dalam 2 area mayor (Mancini, 2011)1. Respon hemodinamikRespon hemodinamik sangat tergantung pada jumlah perdarahan yang terjadi. Tanda-tanda shock seperti takikardi, takipnea, dan nadi yang lemah dapat muncul pada pasien yang kehilangan 30% atau lebih volume darah2. Respon respiratoriAkumulasi darah pada pleura dapat menggangu pergerakan napas. Pada kasus trauma, dapat terjadi gangguan ventilasi dan oksigenasi, khususnya jika terdapat injuri pada dinding dada. Akumulasi darah dalam jumlah yang besar dapat menimbulkan dispnea.Secara umum manifestasi klinik dari hematothorak sebagai berikut : 27

Gangguan pengembangan dada Perubahan kedalaman pernapasan Sesak napas mendadak dan terjadi serangan yspnea dari ringan hingga berat. Perkusi dada pekak Nyeri dada Perdarahan nyata (massif) Sianosis Hipoksia Takikardi Hipotensi Gelisah Hb turun

Tingkat respon hemodinamik ditentukan oleh jumlah dan kecepatan hilangnnya darah. Perdarahan hingga 750 mL biasanya belum mengakibatkan perubahan hemodinamik. Perdarahan 750-1500 mL akan menyebabkan gejala gejala awal syok (takikardi, takipneu, TD turun).Adapun tanda dan gejala adanya hemotoraks dapat bersifat simptomatik namun dapat juga asimptomatik. Asimptomatik didapatkan pada pasien dengan hemothoraks yang sangat minimal sedangkan kebanyakan pasien akan menunjukan symptom, diantaranya: Nyeri dada yang berkaitan dengan trauma dinding dada Tanda-tanda syok, seperti hipotensi, nadi cepat dan lemah, pucat, dan akral dingin Kehilangan darah volume darah Cardiac output TD Kehilangan banyak darah vasokonstriksi periferpewarnaan kulit oleh darah berkurang Tachycardia Kehilangan darah volume darah Cardiac output hipoksia kompensasi tubuh takikardia

Dyspnea Adanya darah atau akumulasi cairan di dalam rongga pleura pengembangan paru terhambat pertukaran udara tidak adekuat sesak napas. Darah atau akumulasi cairan di dalam rongga pleurapengembangan paru terhambat pertukaran udara tidak adekuat kompensasi tubuh takipneu dan peningkatan usaha bernapas sesak napas. Hypoxemia Hemotoraks paru sulit mengembang kerja paru terganggu kadar O2 dalam darah Takipneu Akumulasi darah pada pleura hambatan pernapasan reaksi tubuh meningkatkan usaha napas takipneu. Kehilangan darah volume darah Cardiac output hipoksia kompensasi tubuh takipneu. Anemia Deviasi trakea ke sisi yang tidak terkena. Akumulasi darah yang banyak menekan struktur sekitar mendorong trakea ke arah kontralateral. Gerak dan pengembangan rongga dada tidak sama (paradoxical). Penurunan suara napas atau menghilang pada sisi yang terkena Suara napas adalah suara yang terdenger akibat udara yang keluar dan masuk paru saat bernapas. Adanya darah dalam rongga pleura pertukaran udara tidak berjalan baik suara napas berkurang atau hilang. Dullness pada perkusi (perkusi pekak) Akumulasi darah pada rongga pleura suara pekak saat diperkusi (Suara pekak timbul akibat carian atau massa padat). Adanya krepitasi saat palpasi.

E. PATOFISIOLOGI Hemothoraks adalah adanya darah yang masuk ke areal pleura (antara pleura viseralisdan pleura parietalis). Biasanya disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam pada dada, yang mengakibatkan robeknya membran serosa pada dinding dada bagian dalam atau selaput pembungkus paru. Robekan ini akan mengakibatkan darah mengalir ke dalam rongga pleura, yang akan menyebabkan penekanan pada paru.Sumber perdarahan umumnya berasal dari A. interkostalis atau A. mamaria interna. Rongga hemitoraks dapat menampung 3 liter cairan, sehingga pasien hematotoraks dapat syok berat (kegagalan sirkulasi) tanpa terlihat adanya perdarahan yang nyata, oleh karena perdarahan masif yang terjadi terkumpul di dalam rongga toraks.Pendarahan di dalam rongga pleura dapat terjadi dengan hampir semua gangguan dari jaringan dada di dinding dan pleura atau struktur intrathoracic. Respon fisiologis terhadap perkembangan hemothorax diwujudkan dalam 2 area utama: hemodinamik dan pernafasan. Tingkat respon hemodinamik ditentukan oleh jumlah dan kecepatan kehilangan darah.Perubahan hemodinamik bervariasi tergantung pada jumlah perdarahan dan kecepatan kehilangan darah. Kehilangan darah hingga 750 mL pada seorang pria 70-kg seharusnya tidak menyebabkan perubahan hemodinamik yang signifikan. Hilangnya 750-1500 mL pada individu yang sama akan menyebabkan gejala awal syok (yaitu, takikardia, takipnea, dan penurunan tekanan darah).Tanda-tanda signifikan dari shock dengan tanda-tanda perfusi yang buruk terjadi dengan hilangnya volume darah 30% atau lebih (1500-2000 mL). Karena rongga pleura seorang pria 70-kg dapat menampung 4 atau lebih liter darah, perdarahan dapat terjadi tanpa bukti eksternal dari kehilangan darah.Efek pendesakan dari akumulasi besar darah dalam rongga pleura dapat menghambat gerakan pernapasan normal. Dalam kasus trauma, kelainan ventilasi dan oksigenasi bisa terjadi, terutama jika berhubungan dengan luka pada dinding dada. Sebuah kumpulan yang cukup besar darah menyebabkan pasien mengalami dyspnea dan dapat menghasilkan temuan klinis takipnea. Volume darah yang diperlukan untuk memproduksi gejala pada individu tertentu bervariasi tergantung pada sejumlah faktor, termasuk organ cedera, tingkat keparahan cedera, dan cadangan paru dan jantung yang mendasari.Dispnea adalah gejala yang umum dalam kasus-kasus di mana hemothorax berkembang dengan cara yang membahayakan, seperti yang sekunder untuk penyakit metastasis. Kehilangan darah dalam kasus tersebut tidak akut untuk menghasilkan respon hemodinamik terlihat, dan dispnea sering menjadi keluhan utama.Darah yang masuk ke rongga pleura terkena gerakan diafragma, paru-paru, dan struktur intrathoracic lainnya. Hal ini menyebabkan beberapa derajat defibrination darah sehingga pembekuan tidak lengkap terjadi. Dalam beberapa jam penghentian perdarahan, lisis bekuan yang sudah ada dengan enzim pleura dimulai.Lisis sel darah merah menghasilkan peningkatan konsentrasi protein cairan pleura dan peningkatan tekanan osmotik dalam rongga pleura. Tekanan osmotik tinggi intrapleural menghasilkan gradien osmotik antara ruang pleura dan jaringan sekitarnya yang menyebabkan transudasi cairan ke dalam rongga pleura. Dengan cara ini, sebuah hemothorax kecil dan tanpa gejala dapat berkembang menjadi besar dan gejala efusi pleura berdarah.Dua keadaan patologis yang berhubungan dengan tahap selanjutnya dari hemothorax adalah empiema dan fibrothorax. Empiema hasil dari kontaminasi bakteri pada hemothorax. Jika tidak terdeteksi atau tidak ditangani dengan benar, hal ini dapat mengakibatkan syok bakteremia dan sepsis.Fibrothorax terjadi ketika deposisi fibrin berkembang dalam hemothorax yang terorganisir dan melingkupi baik parietal dan permukaan pleura viseral. Proses adhesive ini menyebkan paru-paru tetap pada posisinya dan mencegah dari berkembang sepenuhnya.Hemotoraks traumatiktrauma laserasi pembuluh darah atau struktur parenkim paru perdarahan darah berakumulasi di rongga pleura hemotoraks.

Gambar 3. Skema Patofisiologi Trauma Toraks

WEB OF CAUTION

Trauma tumpul / penetrasi pada dadaAkumulasi darah pada rongga pleuraKolaps paru parsial atau totalPergeseran mediastinum pada sisi yang tidak terkenaPenekanan oleh jantung, pembuluh darah besar, dan trakea pada paru normalPerdarahanPenurunan curah jantungHipotensiPenurunan ekspansi paruVentilasi Oksigenasi Ketidakefektivan pola napasHipoksiaVolume darah Syok hipovolemikDefisit volume cairanNyeri akutPemasangan WSD/ThorakostomyRisiko InfeksiHambatan mobilitas fisik

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Sinar X dada Menunjukkan akumulasi cairan pada area pleura Dapat menunjukkan penyimpangan struktur mediastinal (jantung)2. GDA Tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi, gangguan mekanik pernapasan, dan kemampuan mengkompensasi PaCO2 mungkin normal atau menurun Saturasi oksigen biasanya menurun 3. TorasentesisMenunjukkan darah/cairan serosanguinosa (hemothoraks)4. Full blood count Hb menurun Hematokrit menurun

G. KOMPLIKASIKomplikasi dapat berupa :a. Kegagalan pernafasan (Paru-paru kolaps sehingga terjadi gagal napas dan meninggal).b. Fibrosis atau skar pada membran pleura.c. Pneumothorax.d. Pneumonia.e. Septisemia.f. Syok.Perbedaan tekanan yang didirikan di rongga dada oleh gerakan diafragma (otot besar di dasar toraks) memungkinkan paru-paru untuk memperluas dan kontak. Jika tekanan dalam rongga dada berubah tiba-tiba, paru-paru bisa kolaps. Setiap cairan yang mengumpul di rongga menempatkan pasien pada risiko infeksi dan mengurangi fungsi paru-paru, atau bahkan kematian.H. KOMPLIKASIPrognosis berdasarkan pada penyebab dari hemothoraks dan seberapa cepat penanganan diberikan. Apabila penanganan tidak dilakukan segera maka kondisi pasien dapat bertambah buruk karena akan terjadi akumulasi darah di rongga thoraks yang menyebabkan paru-paru kolaps dan mendorong mediastinum serta trakea ke sisi yang sehat.I. PENATALAKSANAAN Tujuan pengobatan adalah untuk menstabilkan pasien, menghentikan pendarahan, dan menghilangkan darah dan udara dalam rongga pleura. Penanganan pada hemothoraks adalah:1. Resusitasi cairanTerapi awal hemotoraks adalah dengan penggantian volume darah yang dilakukan bersamaan dengan dekompresi rongga pleura. Dimulai dengan infus cairan kristaloid secara cepat dengan jarum besar dan kemudian pemnberian darah dengan golongan spesifik secepatnya. Darah dari rongga pleura dapat dikumpulkan dalam penampungan yang cocok untuk autotranfusi. Bersamaan dengan pemberian infus dipasang pula chest tube (WSD)2. Pemasangan chest tubePemasangan chest tube (WSD) ukuran besar agar darah pada toraks dapat cepat keluar sehingga tidak membeku di dalam pleura. Hemotoraks akut yang cukup banyak sehingga terlihat pada foto toraks sebaiknya di terapi dengan chest tube kaliber besar. Chest tube tersebut akan mengeluarkan darah dari rongga pleura, mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah di dalam rongga pleura, dan dapat dipakai dalam memonitor kehilangan darah selanjutnya.WSD adalah suatu sistem drainase yang menggunakan air. Fungsi WSD sendiri adalah untuk mempertahankan tekanan negatif intrapleural. Macam WSD antara lain: WSD aktif, yaitu continous suction, gelembung berasal dari udara sistem. WSD pasif, yaitu gelembung udara berasal dari cavum toraks pasien.Tujuan dari pemasangan WSD sebagai berikut : Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit cairan pleura / lubrican.

Perubahan Tekanan Rongga PleuraTekanan Istirahat Inspirasi Ekspirasi

Atmosfir 760 760 760

Intrapulmoner 760 757 763

Intrapleural 756 750 756

Indikasi pemasangan WSD sebagai berikut : Hemotoraks, efusi pleura Pneumotoraks ( > 25 % ) Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk Flail chest yang membutuhkan pemasangan ventilator Kontra Indikasi Pemasangan sebagai berikut: Infeksi pada tempat pemasangan Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol.

Cara Pemasangan WSD sebagai berikut : 1. Tentukan tempat pemasangan, biasanya pada sela iga ke IV dan V, di linea aksillaris anterior dan media. 2. Lakukan analgesia / anestesia pada tempat yang telah ditentukan. 3. Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga, perdalam sampai muskulus interkostalis. 4. Masukkan Kelly klemp melalui pleura parietalis kemudian dilebarkan. Masukkan jari melalui lubang tersebut untuk memastikan sudah sampai rongga pleura / menyentuh paru. 5. Masukkan selang ( chest tube ) melalui lubang yang telah dibuat dengan menggunakan Kelly forceps 6. Selang ( Chest tube ) yang telah terpasang, difiksasi dengan jahitan ke dinding dada 7. Selang ( chest tube ) disambung ke WSD yang telah disiapkan. 8. Foto X- rays dada untuk menilai posisi selang yang telah dimasukkan.

Ada Beberapa Macam WSD sebagai berikut : 1. WSD dengan satu botol Merupakan sistem drainage yang sangat sederhana Botol berfungsi selain sebagai water seal juga berfungsi sebagai botol penampung. Drainage berdasarkan adanya grafitasi. Umumnya digunakan pada pneumotoraks 2. WSD dengan dua botol Botol pertama sebagai penampung / drainase Botol kedua sebagai water seal Keuntungannya adalah water seal tetap pada satu level. Dapat dihubungkan sengan suction control

3. WSD dengan 3 botol Botol pertama sebagai penampung / drainase Botol kedua sebagai water seal Botol ke tiga sebagai suction kontrol, tekanan dikontrol dengan manometer.

3. Thoracotomy Tindakan ini dilakukan bila dalam keadaan:a. Jika pada awal hematotoraks sudah keluar 1500ml, kemungkinan besar penderita tersebut membutuhkan torakotomi segera.b. Pada beberapa penderita pada awalnya darah yang keluar < 1500ml, tetapi perdarahan tetap berlangsung terus.c. Bila didapatkan kehilangan darah terus menerus sebanyak 200cc / jam dalam waktu 2 4 jam.d. Luka tembus toraks di daerah anterior, medial dari garis puting susu atau luka di daerah posterior, medial dari scapula harus dipertimbangkan kemungkinan diperlukannya torakotomi karena kemungkinan melukai pembuluh darah besar, struktur hilus atau jantung yang potensial menjadi tamponade jantungTranfusi darah diperlukan selama ada indikasi untuk torakotomi. Selama penderita dilakukan resusitasi, volume darah awal yang dikeluarkan dengan chest tube dan kehilangan darah selanjutnya harus ditambahkan ke dalam cairan pengganti yang akan diberikan. Warna darah (arteri / vena) bukan merupakan indikator yang baik untuk di pakai sebagai dasar dilakukannya torakotomiTorakotomi sayatan dapat dilakukan di samping, di bawah lengan (aksilaris torakotomi); di bagian depan, melalui dada (rata-rata sternotomy); miring dari belakang ke samping (posterolateral torakotomi); atau di bawah payudara (anterolateral torakotomi) . Dalam beberapa kasus, dokter dapat membuat sayatan antara tulang rusuk (interkostal disebut pendekatan) untuk meminimalkan memotong tulang, saraf, dan otot. Sayatan dapat berkisar dari hanya di bawah 12.7 cm hingga 25 cmOperasi (Thoracotomy) diindikasikan apabila : 1 liter atau lebih dievakuasi segera dengan chest tube Perdarahan persisten, sebanyak 150-200cc/jam selama 2-4 jam Diperlukan transfusi berulang untuk mempertahankan stabilitas hemodinamik Adanya sisa clot sebanyak 500cc atau lebih

Gambar 4. Prosedur torakotomi

Berdasarkan klasifikasi, penatalaksanaannya sebagai berikut :1. Hemothorax kecil : cukup diobservasi, gerakan aktif (fisioterapi) dan tidak memerlukan tindakan khusus.2. Hemothorax sedang : di pungsi dan penderita diberi transfusi. Dipungsi sedapat mungkin dikeluarkan semua cairan. Jika ternyata kambuh dipasang penyalir sekat air.3. Hemothorax besar : diberikan penyalir sekat air di rongga antar iga dan transfusi.

J. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu DikajiPengkajian1. Data fokus Aktifitas/istirahat : adanya sesak nafas Sirkulasi : adanya takhikardia, frekuensi denyut nadi tidak teratur, tekanan darah menurun, didapatkan adanya S3 atau S4 /irama gallop Integritas : ketakutan dan gelisah Makanan/cairan : adanya pemasangan infus IV line Nyeri/kenyamanan : Nyeri dada unilateral, meningkat bila bernapas dan batuk, wajah berkerut karena menahan nyeri Pernapasan : takipnea, peningkatan kerja napas, retraksi interkostal, perkusi pekak, palpasi gerakan dada tidak simetri (paradoksal). Kulit pucat, sianosis, berkeringat Penggunaan ventilator mekanik Keamanan : riwayat traumaPengumpulan DataHal yang penting dalam riwayat keperawatan adalah sebagai berikut :1. Identitasa. Umur : Biasanya terjadi usia 18 30 tahun.b. Alergi terhadap obat atau makanan tertentu.c. Pengobatan terakhir.d. Pengalaman pembedahan.e. Riwayat penyakit dahulu.f. Riwayat penyakit sekarang.g. Dan Keluhan.2. Data subyektif Klien mengeluh sesak napas Klien mengungkapkan nyeri dada Klien bertanya-tanya tentang penyakitnya Klien meminta informasi tentang tindakan yang dilakukan3.Data obyektif : Perubahan kedalaman pernapasan Gangguan pengembangan dada Takikardia Gelisah Sianosis Kontur nadi kecil dan lemah Perkusi dada pekak berbatas Klien tampak gelisah Ekspresi wajah meringis4. Pemeriksaan fisika. Sistem Pernapasan :Sesak napas, Nyeri, batuk-batuk, terdapat retraksi pada klavikula atau dada. Pengambangan paru tidak simetris. Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain. Pada perkusi ditemukan adanya suara sonor/hipersonor/timpani, hematotraks (redup). Pada asukultasi, suara nafas menurun, bising napas yang berkurang/menghilang . Pekak dengan batas seperti, garis miring/tidak jelas. Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat. Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.b. Sistem Kardiovaskuler :Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk. Takhikardia lemah, Pucat, Hb turu normal, dan hipotensi.c. Sistem Persyarafan :Tidak ada kelainan.d. Sistem Perkemihan.Tidak ada kelainan.e. Sistem Pencernaan :Tidak ada kelainan.f. Sistem Muskuloskeletal Integumen.Kemampuan sendi terbatas. Ada luka bekas tusukan benda tajam.Terdapat kelemahan .Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan.g. Sistem Endokrine :Terjadi peningkatan metabolisme. Kelemahan.h. Sistem Sosial / Interaksi.Tidak ada hambatan.i. Spiritual :Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.j. Pemeriksaan Diagnostik :Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara/cairan pada area pleural. Pa Co2 kadangkadang menurun. Pa O2 normal/menurun. Saturasi O2 menurun (biasanya). Hb mungkin menurun (kehilangan darah). Toraksentesis : menyatakan darah/cairan.

K. Diagnosa KeperawatanMasalah keperawatan yang lazim muncul, yaitu (Bulecheck, 2012) :1. Ketidakefektifan pola napas2. Defisit volume cairan3. Penurunan curah jantung4. Nyeri akut5. Risiko infeksi6. Gangguan mobilitas fisik

L. M. Rencana Tindakan Keperawatan (Ackley, 2011)No.DiagnosaNOCNICRasional

1.Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan Deformitas dinding dada, nyeri, gangguan muskuloskeletal

Batasan karakteritik Perubahan kedalaman pernapasan Dispneu Penurunan kapasitas vital Pernapasan cuping hidung Penggunaan otot aksesorius untuk bernafas Takipnea Penurunan tekanan ekspirasi Penurunan tekanan inspirasiSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam diharapkan pola nafas pasien efektif.

NOC Respiratory status: ventilation respiratory status: airway patency vital sign status

Kriteria hasil: Menunjukkan jalan nafas yang paten (irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal). Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan).Airway management1. Monitor respiratory rate, kedalaman, kenyamanan bernapas.

2. Tentukan jika penyebab, apakah fisiologis atau psikologis.

3. Baringkan pasien dalam posisi yang nyaman, dalam posisi duduk, dengan kepala tempat tidur ditinggikan 60-90 derajat.

4. Catat penggunaan otot nafas tambahan yang digunakan, retraksi, konfusi, atau letargy.5. Auskultasi suara napas, catat penurunan dan hilangnya suara nafas, crackles atau wheezing

Kolaborasi6. Monitor saturasi oksigen secara berkesinambungan dengan menggunakan pulse oximetry.7. Berikan oksigen sesuai resep.8. Kaji seri foto thorak

9. Awasi GDA dan nadi oksimetri, kaji kapasitas vital/pengukuran volume tidal. 1. Ketika respiratory rate meningkat lebih 30x/mnt, dilanjutkan dengan pengukuran fisiologis lain, studi menunjukkan bahwa perubahan fisiologis signifikan terjadi2. Studi menunjukkan penyebab dispneu psikologis berhubungan dengan kecemasan, sedangkan dispneu fisiologis berhubungan dengan batuk, sputum, dan palpitasi3. Penelitian menunjukkan duduk tegak menghasilkan volume tidal dan menit ventilasi lebih tinggi daripada posisi duduk dengan kepala tempat tidur