LP Hematemesis Melena

21
LAPORAN PENDAHULUAN HEMATEMESIS MELENA OLEH: FRANSISCUS QUIRINO PUTRA AFRYARTHA 135070209111003 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

description

melena

Transcript of LP Hematemesis Melena

Page 1: LP Hematemesis Melena

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMATEMESIS MELENA

OLEH:

FRANSISCUS QUIRINO PUTRA AFRYARTHA

135070209111003

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

Page 2: LP Hematemesis Melena

LAPORAN PENDAHULUAN

Definisi

Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran

faeses atau tinja yang berwarna hitam seperti ter yang disebabkan oleh

adanya perdarahan saluran makan bagian atas. Warna hematemesis

tergantung pada lamanya hubungan atau kontak antara darah dengan asam

lambung dan besar kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti

kopi atau kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal.

Biasanya terjadi hematemesis bila ada perdarahan di daerah proksimal

jejunum dan melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan

hematemesis. Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml, baru

dijumpai keadaan melena. Banyaknya darah yang keluar selama

hematemesis atau melena sulit dipakai sebagai patokan untuk menduga

besar kecilnya perdarahan saluran makan bagian atas. Hematemesis dan

melena merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan perawatan

segera di rumah sakit.

Etiologi

Penyebab hematemesis melena:

1. Kelainan di esofagus

Varises esofagus

Penderita dengan hematemesis melena yang disebabkan pecahnya

varises esofagus, tidak pernah mengeluh rasa nyeri atau pedih di

epigastrum. Pada umumnya sifat perdarahan timbul spontan dan

masif. Darah yang dimuntahkan berwarna kehitam-hitaman dan tidak

membeku karena sudah bercampur dengan asam lambung.

Karsinoma esofagus

Karsinoma esofagus sering memberikan keluhan melena daripada

hematemesis. Disamping mengeluh disfagia,badan mengurus dan

anemis, hanya seseklai penderita muntah darah dan itupun tidak

masif. Pada endoskopi jelas terlihat gambaran karsinoma yang

hampir menutup esofagus dan mudah berdarah yang terletak di

sepertiga bawah esofagus.

Page 3: LP Hematemesis Melena

Sindroma Mallory-Weiss

Sebelum timbul hematemesis didahului muntah–muntah hebat yang

pada akhirnya baru timbul perdarahan, misalnya pada peminum

alkohol atau pada hamil muda. Biasanya disebabkan oleh karena

terlalu sering muntah-muntah hebat dan terus menerus. Bila penderita

mengalami disfagia kemungkinan disebabkan oleh karsinoma

esofagus.

Esofagitis korosiva

Pada sebuah penelitian ditemukan seorang penderita wanita dan

seorang pria muntah darah setelah minum air keras untuk patri. Dari

hasil analisis air keras tersebut ternyata mengandung asam sitrat dan

asam HCl, yang bersifat korosif untuk mukosa mulut, esofagus dan

lambung. Disamping muntah darah penderita juga mengeluh rasa

nyeri dan panas seperti terbakar di mulut. Dada dan epigastrum.

Esofagitis dan tukak esofagus

Esofagitis bila sampai menimbulkan perdarahan lebih sering bersifat

intermittem atau kronis dan biasanya ringan, sehingga lebih sering

timbul melena daripada hematemsis. Tukak di esofagus jarang sekali

mengakibatkan perdarahan jika dibandingkan dengan tukak lambung

dan duodenum.

2. Kelainan di lambung

Gastritis erisova hemoragika

Hematemesis bersifat tidak masif dan timbul setelah penderita minum

obat-obatan yang menyebabkan iritasi lambung. Sebelum muntah

penderita mengeluh nyeri ulu hati. Perlu ditanyakan juga apakah

penderita sedang atau sering menggunakan obat rematik (NSAID +

steroid) ataukah sering minum alkohol atau jamu-jamuan.

Tukak lambung

Penderita mengalami dispepsi berupa mual, muntah, nyeri ulu hatidan

sebelum hematemesis didahului rasa nyeri atau pedih di epigastrum

yang berhubungan dengan makanan. Sesaat sebelum timbul

hematemesis karena rasa nyeri dan pedih dirasakan semakin hebat.

Setelah muntah darah rasa nyeri dan pedih berkurang. Sifat

hematemesis tidak begitu masif dan melene lebih dominan dari

hematemesis.

Page 4: LP Hematemesis Melena

Karsinoma lambung

Insidensi karsinoma lambung di negara kita tergolong sangat jarang

dan pada umumnya datang berobat sudah dalam fase lanjut, dan

sering mengeluh rasa pedih, nyeri di daerah ulu hati sering mengeluh

merasa lekas kenyang dan badan menjadi lemah. Lebih sering

mengeluh karena melena.

3. Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular coagulation),

purpura trombositopenia dan lain-lain.

4. Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.

5. Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisilat,

kortikosteroid, alkohol, dan lain-lain.

Prognosis

Pada umumnya penderita dengan perdarahan saluran makan bagian

atas yang disebabkan pecahnya varises esofagus mempunyai faal hati yang

buruk/terganggu sehingga setiap perdarahan baik besar maupun kecil

mengakibatkan kegagalan hati yang berat. Banyak faktor yang mempengaruhi

prognosis penderita seperti faktor umur, kadar Hb, tekanan darah selama

perawatan, dan lain-lain. Angka kematian penderita dengan perdarahan

saluran makan bagian atas dipengaruhi oleh faktor kadar Hb waktu dirawat,

terjadi/tidaknya perdarahan ulang, keadaan hati, seperti ikterus, encefalopati

dan golongan menurut kriteria Child.

Mengingat tingginya angka kematian dan sukarnya dalam

menanggulangi perdarahan sakuran makan bagian atas maka perlu

dipertimbangkan tindakan yang bersifat preventif terutama untuk mencegah

terjadinya sirosis hati.

Page 5: LP Hematemesis Melena

Patofisiologi

Gastritis

Ulkus peptikum

Perforasi lambung/

duodenum

tekanan vaskuler

Perdarahan(hematemesis,

melena)

Kecemasan

Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan

tubuh

Gangguan pemenuhan ADL

Kelemahan

Anemia beban nitrogen, amonia serum

ensefalopati

Syok hipovolemik

perfusi serebral, hepatic, ginjal

Potensial gangguan perfusi

jaringan

Defisit volume cairan

Sirosis hepatis

Obstruksi sirkulasi vena porta

Hipertensi portal

Pembentukan sirkulasi kolateral

Varises esofagus

Page 6: LP Hematemesis Melena

Pemeriksaan Penunjang

1. Anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium

Dilakukan anmnesis yang teliti dan bila keadaan umum penderita lemah

atau kesadaran menurun maka dapat diambil aloanamnesis. Perlu ditanyakan

riwayat penyakit dahulu, misalnya hepatitis, penyakit hati menahun, alkoholisme,

penyakit lambung, pemakaian obat-obat ulserogenik dan penyakit darah seperti:

leukemia dan lain-lain. Biasanya pada perdarahan saluran makan bagian atas

yang disebabkan pecahnya varises esofagus tidak dijumpai adanya keluhan rasa

nyeri atau pedih di daerah epigastrium dan gejala hematemesis timbul secara

mendadak. Dari hasil anamnesis sudah dapat diperkirakan jumlah perdarahan

yang keluar dengan memakai takara yang praktis seperti berapa gelas, berapa

kaleng dan lain-lain.

Pemeriksaan fisik penderita perdarahan saluran makan bagian atas yang

perlu diperhatikan adalah keadaan umum, kesadaran, nadi, tekanan darah,

tanda-tanda anemia dan gejala-gejala hipovolemik agar dengan segera diketahui

keadaan yang lebih serius seperti adanya rejatan atau kegagalan fungsi hati.

Disamping itu dicari tanda-tanda hipertensi portal dan sirosis hepatis, seperti

spider naevi, ginekomasti, eritema palmaris, caput medusae, adanya kolateral,

asites, hepatosplenomegali dan edema tungkai.

Pemeriksaan laboratorium seperti kadar hemoglobin, hematokrit, leukosit,

sediaan darah hapus, golongan darah dan uji fungsi hati segera dilakukan secara

berkala untuk dapat mengikuti perkembangan penderita.

2. Pemeriksaan Radiologik

Pemeriksaan radiologik dilakukan dengan pemeriksaan esofagogram untuk

daerah esofagus dan diteruskan dengan pemeriksaan double contrast pada

lambung dan duodenum. emeriksaan tersebut dilakukan pada berbagai posisi

terutama pada daerah 1/3 distal esofagus, kardia dan fundus lambung untuk

mencari ada/tidaknya varises. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan,

dianjurkan pemeriksaan radiologik ini sedini mungkin, dan sebaiknya segera

setelah hematemesis berhenti.

3. Pemeriksaan endoskopik

Dengan adanya berbagai macam tipe fiberendoskop, maka pemeriksaan

secara endoskopik menjadi sangat penting untuk menentukan dengan tepat

tempat asal dan sumber perdarahan. Keuntungan lain dari pemeriksaan

endoskopik adalah dapat dilakukan pengambilan foto untuk dokumentasi,

Page 7: LP Hematemesis Melena

aspirasi cairan, dan biopsi untuk pemeriksaan sitopatologik. Pada perdarahan

saluran makan bagian atas yang sedang berlangsung, pemeriksaan endoskopik

dapat dilakukan secara darurat atau sedini mungkin setelah hematemesis

berhenti.

4. Pemeriksaan ultrasonografi dan scanning hati

Pemeriksaan dengan ultrasonografi atau scanning hati dapat mendeteksi

penyakit hati kronik seperti sirosis hati yang mungkin sebagai penyebab

perdarahan saluran makan bagian atas. Pemeriksaan ini memerlukan peralatan

dan tenaga khusus yang sampai sekarang hanya terdapat dikota besar saja.

Komplikasi:

Syok hipovolemik

Anemia

Penatalaksanaan

Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini

mungkin dan sebaiknya diraat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan

yang teliti dan pertolongan yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan

saluran makan bagian atas meliputi :

1. Pengawasan dan pengobatan umum

Penderita harus diistirahatkan mutlak, obat-obat yang menimbulkan

efek sedatif morfin, meperidin dan paraldehid sebaiknya dihindarkan.

Penderita dipuasakan selama perdarahan masih berlangsung dan bila

perdarahan berhenti dapat diberikan makanan cair.

Infus cairan langsung dipasang dan diberilan larutan garam fisiologis

selama belum tersedia darah.

Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan

bila perlu dipasang CVP monitor.

Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit perlu dilakukan untuk

mengikuti keadaan perdarahan.

Transfusi darah diperlukan untuk menggati darah yang hilang dan

mempertahankan kadar hemoglobin 50-70 % harga normal.

Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4 x 10 mg/hari,

karbasokrom (Adona AC), antasida dan golongan H2 reseptor

Page 8: LP Hematemesis Melena

antagonis (simetidin atau ranitidin) berguna untuk menanggulangi

perdarahan.

Dilakukan klisma atau lavemen dengan air biasa disertai pemberian

antibiotika yang tidak diserap oleh usus, sebagai tindadakan sterilisasi

usus. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya peningkatan

produksi amoniak oleh bakteri usus, dan ini dapat menimbulkan

ensefalopati hepatik.

2. Pemasangan pipa naso-gastrik

Tujuan pemasangan pipa naso gastrik adalah untuk aspirasi cairan

lambung, lavage (kumbah lambung) dengan air , dan pemberian obat-obatan.

Pemberian air pada kumbah lambung akan menyebabkan vasokontriksi lokal

sehingga diharapkan terjadi penurunan aliran darah di mukosa lambung, dengan

demikian perdarahan akan berhenti. Kumbah lambung ini akan dilakukan

berulang kali memakai air sebanyak 100- 150 ml sampai cairan aspirasi

berwarna jernih dan bila perlu tindakan ini dapat diulang setiap 1-2 jam.

Pemeriksaan endoskopi dapat segera dilakukan setelah cairan aspirasi lambung

sudah jernih.

3. Pemberian pitresin (vasopresin)

Pitresin mempunyai efek vasokoktriksi, pada pemberian pitresin per infus

akan mengakibatkan kontriksi pembuluh darah dan splanknikus sehingga

menurunkan tekanan vena porta, dengan demikian diharapkan perdarahan

varises dapat berhenti. Perlu diingat bahwa pitresin dapat menrangsang otot

polos sehingga dapat terjadi vasokontriksi koroner, karena itu harus berhati-hati

dengan pemakaian obat tersebut terutama pada penderita penyakit jantung

iskemik. Karena itu perlu pemeriksaan elektrokardiogram dan anamnesis

terhadap kemungkinan adanya penyakit jantung koroner/iskemik.

4. Pemasangan balon SB Tube

Dilakukan pemasangan balon SB tube untuk penderita perdarahan akibat

pecahnya varises. Sebaiknya pemasangan SB tube dilakukan sesudah penderita

tenang dan kooperatif, sehingga penderita dapat diberitahu dan dijelaskan

makna pemakaian alat tersebut, cara pemasangannya dan kemungkinan kerja

ikutan yang dapat timbul pada waktu dan selama pemasangan.

Beberapa peneliti mendapatkan hasil yang baik dengan pemakaian SB tube ini

dalam menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas akibat pecahnya

Page 9: LP Hematemesis Melena

varises esofagus. Komplikasi pemasangan SB tube yang berat seperti laserasi

dan ruptur esofagus, obstruksi jalan napas tidak pernah dijumpai.

5. Pemakaian bahan sklerotik

Bahan sklerotik sodium morrhuate 5 % sebanyak 5 ml atau sotrdecol 3 %

sebanyak 3 ml dengan bantuan fiberendoskop yang fleksibel disuntikan

dipermukaan varises kemudian ditekan dengan balon SB tube. Tindakan ini tidak

memerlukan narkose umum dan dapat diulang beberapa kali. Cara pengobatan

ini sudah mulai populer dan merupakan salah satu pengobatan yang baru dalam

menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas yang disebabkan

pecahnya varises esofagus.

6. Tindakan operasi

Bila usaha-usaha penanggulangan perdarahan diatas mengalami

kegagalan dan perdarahan tetap berlangsung, maka dapat dipikirkan tindakan

operasi . Tindakan operasi yang basa dilakukan adalah : ligasi varises esofagus,

transeksi esofagus, pintasan porto-kaval. Operasi efektif dianjurkan setelah 6

minggu perdarahan berhenti dan fungsi hari membaik.

Diagnosa Keperawatan

1. Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan (kehilangan

secara aktif)

2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemik karena

perdarahan.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia.

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan

nafsu makan akibat mual muntah

5. Kecemasan berhubungan dengan ancaman terhadap kesejahteraan diri.

Page 10: LP Hematemesis Melena

Rencana Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan

Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

Defisit Volume Cairan

Berhubungan dengan: -    Kehilangan volume cairan secara aktif -    Kegagalan mekanisme pengaturan

DS : -    Haus

DO:-    Penurunan turgor kulit/lidah -    Membran mukosa/kulit kering -    Peningkatan denyut nadi, penurunan

tekanan darah, penurunan volume/tekanan nadi

-    Pengisian vena menurun -    Perubahan status mental-    Konsentrasi urine meningkat -    Temperatur tubuh meningkat -    Kehilangan berat badan secara tiba-

tiba-    Penurunan urine output-    HMT meningkat-    Kelemahan

NOC: Fluid balance Hydration Nutritional Status : Food and Fluid IntakeSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama….. defisit volume cairan teratasi dengan kriteria hasil: Mempertahankan urine output sesuai

dengan usia dan BB, BJ urine normal, Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam

batas normal Tidak ada tanda tanda dehidrasi,

Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan

Orientasi terhadap waktu dan tempat baik

Jumlah dan irama pernapasan dalam batas normal

Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas normal pH urin dalam batas normal Intake oral dan intravena adekuat

NIC : Pertahankan catatan intake dan output

yang akurat Monitor status hidrasi ( kelembaban

membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan

Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin, albumin, total protein )

Monitor vital sign setiap 15menit – 1 jam Kolaborasi pemberian cairan IV Monitor status nutrisi Berikan cairan oral Berikan penggantian nasogatrik sesuai

output (50 – 100cc/jam) Dorong keluarga untuk membantu

pasien makan Kolaborasi dokter jika tanda cairan

berlebih muncul meburuk Atur kemungkinan tranfusi Persiapan untuk tranfusi Pasang kateter jika perlu Monitor intake dan urin output setiap 8

jam

Page 11: LP Hematemesis Melena

Perfusi jaringan gastrointestinal tidak efektif b/d gangguan afinitas Hb oksigen, penurunan konsentrasi Hb, Hipervolemia, Hipoventilasi, gangguan transport O2, gangguan aliran arteri dan vena

DS:-    Nyeri-     perut-    MualDO -    Distensi abdominal-    Bising usus turun/ tidak ada

NOC : Bowl Elimination Circulation status Electrolite and Acid Base Balance Fluid Balance Hidration Tissue perfusion :abdominal organsSetelah dilakukan asuhan selama………ketidakefektifan perfusi jaringan gastrointestinal teratasi dengan kriteria hasil: Jumlah, warna, konsistensi dan bau

feses dalam batas normal Tidak ada nyeri perut Bising usus normal Tekanan systole dan diastole dalam

rentang normal Distensi vena leher tidak ada Gangguan mental, orientasi

pengetahuan dan kekuatan otot normal Na, K, Cl, Ca, Mg dan Biknat dalam

batas normal Tidak ada bunyi nafas tambahan Intake output seimbang Tidak ada oedem perifer dan asites Tdak ada rasa haus yang abnormal Membran mukosa lembab Hematokrit dalam batas normal

NIC : Monitor TTV Monitor elektrolit Monitor irama jantung Catat intake dan output secara akurat Kaji tanda-tanda gangguan

keseimbangan cairan dan elektrolit (membran mukosa kering, sianosis, jaundice)

Kelola pemberian suplemen elektrolit sesuai order

Kolaborasi dengan ahli gizi jumlah kalori dan jumlah zat gizi yang dibutuhkan

Pasang NGT jika perlu Monitor output gaster

Page 12: LP Hematemesis Melena

Intoleransi aktivitas Berhubungan dengan :·   Tirah Baring atau imobilisasi·    Kelemahan menyeluruh·    Ketidakseimbangan antara suplai

oksigen dengan kebutuhanGaya hidup yang dipertahankan.

DS:·     Melaporkan secara verbal adanya

kelelahan atau kelemahan.·     Adanya dyspneu atau

ketidaknyamanan saat beraktivitas.DO :

·     Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas

·    Perubahan ECG : aritmia, iskemia

NOC : Self Care : ADLs Toleransi aktivitas Konservasi eneergiSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan Kriteria Hasil : Berpartisipasi dalam aktivitas fisik

tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR

Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri

Keseimbangan aktivitas dan istirahat

NIC : Observasi adanya pembatasan klien

dalam melakukan aktivitas Kaji adanya faktor yang menyebabkan

kelelahan Monitor nutrisi  dan sumber energi yang

adekuat Monitor pasien akan adanya kelelahan

fisik dan emosi secara berlebihan Monitor respon kardivaskuler  terhadap

aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)

Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien

Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran terapi yang tepat.

Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan

Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial

Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan

Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek

Bantu untuk  mengidentifikasi aktivitas yang disukai

Bantu klien untuk membuat jadwal

Page 13: LP Hematemesis Melena

latihan diwaktu luang Bantu pasien/keluarga untuk

mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas

Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas

Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan

Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhBerhubungan dengan : Ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi oleh karena faktor biologis, psikologis atau ekonomi. DS:-    Nyeri abdomen-    Muntah-    Kejang perut-    Rasa penuh tiba-tiba setelah makan

DO:-    Diare-    Rontok rambut yang berlebih-    Kurang nafsu makan-    Bising usus berlebih-    Konjungtiva pucat-    Denyut nadi lemah

NOC: Nutritional status: Adequacy of nutrient Nutritional Status : food and Fluid Intake Weight ControlSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama….nutrisi kurang teratasi dengan indikator: Albumin serum Pre albumin serum Hematokrit Hemoglobin Total iron binding capacity Jumlah limfosit

NIC: Kaji adanya alergi makanan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien

Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi

Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.

Monitor adanya penurunan BB dan gula darah

Monitor lingkungan selama makan Jadwalkan pengobatan  dan tindakan

tidak selama jam makan Monitor turgor kulit Monitor kekeringan, rambut kusam, total

protein, Hb dan kadar Ht Monitor mual dan muntah Monitor pucat, kemerahan, dan

Page 14: LP Hematemesis Melena

kekeringan jaringan konjungtiva Monitor intake nuntrisi Informasikan pada klien dan keluarga

tentang manfaat nutrisi Kolaborasi dengan dokter tentang

kebutuhan suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan.

Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan

Kelola pemberan anti emetik:..... Anjurkan banyak minum Pertahankan terapi IV line Catat adanya edema, hiperemik,

hipertonik papila lidah dan cavitas oval

Kecemasan berhubungan denganFaktor keturunan, Krisis situasional, Stress, perubahan status kesehatan, ancaman kematian, perubahan konsep diri, kurang pengetahuan dan hospitalisasi

DO/DS:-    Insomnia-    Kontak mata kurang-    Kurang istirahat-    Berfokus pada diri sendiri-    Iritabilitas-    Takut-    Nyeri perut-    Penurunan TD dan denyut nadi

NOC : Kontrol kecemasan Koping Setelah dilakukan asuhan selama ……………klien kecemasan teratasi dgn kriteria hasil: Klien mampu mengidentifikasi dan

mengungkapkan gejala cemas Mengidentifikasi, mengungkapkan dan

menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas

Vital sign dalam batas normal Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa

tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya

NIC :Anxiety Reduction (penurunan kecemasan) Gunakan pendekatan yang

menenangkan Nyatakan dengan jelas harapan

terhadap pelaku pasien Jelaskan semua prosedur dan apa yang

dirasakan selama prosedur Temani pasien untuk memberikan

keamanan dan mengurangi takut Berikan informasi faktual mengenai

diagnosis, tindakan prognosis Libatkan keluarga untuk mendampingi

klien

Page 15: LP Hematemesis Melena

-    Diare, mual, kelelahan-    Gangguan tidur-    Gemetar-    Anoreksia, mulut kering-    Peningkatan TD, denyut nadi, RR-    Kesulitan bernafas-    Bingung-    Bloking dalam pembicaraan-    Sulit berkonsentrasi

kecemasan Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi

Dengarkan dengan penuh perhatian Identifikasi tingkat kecemasan Bantu pasien mengenal situasi yang

menimbulkan kecemasan Dorong pasien untuk mengungkapkan

perasaan, ketakutan, persepsi Kelola pemberian obat anti cemas:........

Page 16: LP Hematemesis Melena

Daftar Pustaka

Kuncara, H.Y, dkk, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &

Suddarth, EGC, Jakarta

Marion Johnson, dkk, 2000, Nursing Outcome Classifications (NOC), Mosby

Year-Book, St. Louis

Marjory Gordon, dkk, 2001, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2001-

2002,  NANDA

oane C. Mc. Closkey, Gloria M. Bulechek, 2006, Nursing Interventions

Classification (NIC), Mosby Year-Book, St. Louis

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2001). Keperawatan medikal bedah

2. (Ed 8). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &

Suddarth volume 2. Jakarta: EGC.

Soeparman. (2004). Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.