LP Gagal Jantung

14
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG I. PENGERTIAN Gagal jantung adalah keadaan dimana jantung sudah tidak mampu lagi memompa darah sesuai dengan kebutuhan tubuh (Long, Barbara C, 1996) Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk mempertahankan sirkulasi yang adekuat, ditandai dengan dispneu, dilatasi vena dan edema. (Kamus Kedokteran Dorland.1998). Gagal Jantung adalah keadaan patofisiologis di mana jantung gagal mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan pengisian cukup ( Paul Wood, dikutip oleh Gray, Huon H.: 2005;81 ). Gagal jantung adalah suatu sindrom dimana disfungsi jantung berhubungan dengan penurunan toleransi latihan, insidensi aritmia yang tinggi dan penurunan harapan hidup (Jay Chon, dikutip oleh Gray, Huon H.: 2005;81 ). Gagal jantung adalah adanya gejala gagal jantung yang reversible dengan terapi dan bukti objektif adanya disfungsi jantung ( European Society of cardiology, dikutip oleh Gray, Huon H.: 2005;81 ). Gagal jantung adalah keadaan patofisiologis ketika jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolism jaringan ( Price, Sylvia Anderson: 2005; 632 ). II. KLASIFIKASI Klasifikasi gagal jantung berdasarkan derajat fungsional: Klas Gejala I Timbul gejala sesak pada aktivitas fisik yang berat, aktivitas sehari-hari tidak terganggu. II Timbul gejala sesak pada aktivitas sedang, aktivitas sehari-hari sedikit terganggu. III Timbul gejala sesak pada aktivitas ringan, aktivitas sehari-hari terganggu. IV Timbul gejala sesak pada aktivitas sangat ringan

description

keperawatan

Transcript of LP Gagal Jantung

LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIENDENGAN GAGAL JANTUNGI. PENGERTIANGagal jantung adalah keadaan dimana jantung sudah tidak mampu lagi memompa darah sesuai dengan kebutuhan tubuh (Long, Barbara C, 1996)Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk mempertahankan sirkulasi yang adekuat, ditandai dengan dispneu, dilatasi vena dan edema. (Kamus Kedokteran Dorland.1998).Gagal Jantung adalah keadaan patofisiologis di mana jantung gagal mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan pengisian cukup ( Paul Wood, dikutip oleh Gray, Huon H.: 2005;81 ).

Gagal jantung adalah suatu sindrom dimana disfungsi jantung berhubungan dengan penurunan toleransi latihan, insidensi aritmia yang tinggi dan penurunan harapan hidup (Jay Chon, dikutip oleh Gray, Huon H.: 2005;81 ).

Gagal jantung adalah adanya gejala gagal jantung yang reversible dengan terapi dan bukti objektif adanya disfungsi jantung ( European Society of cardiology, dikutip oleh Gray, Huon H.: 2005;81 ).Gagal jantung adalah keadaan patofisiologis ketika jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolism jaringan ( Price, Sylvia Anderson: 2005; 632 ).

II. KLASIFIKASIKlasifikasi gagal jantung berdasarkan derajat fungsional:KlasGejala

ITimbul gejala sesak pada aktivitas fisik yang berat, aktivitas sehari-hari tidak terganggu.

IITimbul gejala sesak pada aktivitas sedang, aktivitas sehari-hari sedikit terganggu.

IIITimbul gejala sesak pada aktivitas ringan, aktivitas sehari-hari terganggu.

IVTimbul gejala sesak pada aktivitas sangat ringan atau istirahat.

III. ETIOLOGIa. Kelainan Mekanik.1. Peningkatan Beban Tekanan.

Sentral ( contoh: Stenosis aorta ).

Perifer ( contoh : hipertensi sistemik ).

2. Peningkatan beban volume.

Contoh : regurgitasi katub, peningkatan beban awal.

3. Obstruksi terhadap pengisian ventrikel.

Contoh : stenosis mitral atau trikuspidalis.

4. Tamponade Pericardium.

5. Aneurisma Ventrikel.

6. Dissinergi Ventrikel.b. Kelainan Miokardium.1. Primer.

Kardiomiopati.

Miokarditis.

Kelainan Metabolik.

Toksisitas ( alkohol ).

2. Kelainan disdinamik sekunder ( akibat kelainan mekanik )

Deprivasi oksigen ( Penyakit jantung koroner ). Peradangan.

Penyakit sistemik.

Penyakit paru obstruksi kronis.c. Perubahan Irama Jantung.1. Fibrilasi.

2. Takikardia atau bradikardia ekstrim.

3. Gangguan konduksi jantung.

IV. PENATALAKSANAAN1. Istirahat

2. Diit ( Rendah Garam ).3. Pengurangan Beban Awal.

Pembatasan asupan garam : dapat menurunkan beban awal dengan menurunkan retensi cairan.

Vasodilatasi vena, dapat menurunkan beban awal melalui redistribusi darah dari sentral ke sirkulasi perifer.

4. Pemberian diuretik. yaitu untuk memacu eksresi natrium dan air melalui ginjal. Bila sudah diresepkan harus diberikan pada siang hari agar tidak mengganggu istirahat pasien pada malam hari, intake dan output pasien harus dicatat mungkin pasien dapat mengalami kehilangan cairan setelah pemberian diuretic, pasien juga harus menimbang badannya setiap hari turgor kulit untuk menghindari terjadinya tanda-tanda dehidrasi.5. Peningkatan kontraktilitas.

Untuk meningkatkan kontraktilitas otot jantung dapat menggunakan obat inotropik, karena dengan obat obat inotropik dapat meningkatkan persediaan kalsium intrasel untuk protein protein kontraktil, aktin dan miosin.6. Pengurangan Beban Akhir.

Pengurangan beban akhir dapat dilakukan dengan pemberian vasodilator, vasodilator yang digunakan umumnya mengakibatkan dilatasi anyaman vaskular melalui dua cara yaitu:

a) Dilatasi langsung otot polos pembuluh darah.

Terdiri dari obat-obatan seperti hidralazin dan nitrat. Agar efektif obat hidralazin harus dikombinasikan dengan nitrat. Obat-obatan vasoaktif merupakan pengobatan utama pada penatalaksanaan gagal jantung untuk mengurangi impedansi (tekanan) terhadap penyemburan darah oleh ventrikel.b) Hambatan enzim konversi angiotensin.Terapi ini dapat menghambat konversi angiotensin I menjadi angiotensin II. Efek ini mencegah vasokonstriksi pembuluh darah dan juga menghambat produksi aldosteron dan retensi cairan.

( Contoh : Captopril, enalapril ).

7. Pemberian digitalis, membantu kontraksi jantung dan memperlambat frekuensi jantung. Hasil yang diharapkan peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diuresis akan mengurangi edema. Pada saat pemberian ini pasien harus dipantau terhadap hilangnya dispnea, ortopnea, berkurangnya krekel, dan edema perifer. Apabila terjadi keracunan ditandai dengan anoreksia, mual dan muntah namun itu gejala awal selanjutnya akan terjadi perubahan irama, bradikardi kontrak ventrikel premature, bigemini (denyut normal dan premature saling berganti ), dan takikardia atria proksimal8. Morfin, diberikan untuk mengurangi sesak napas pada asma cardial, hati-hati depresi pernapasan

9. Pemberian Terapi Oksigen.10. Pendidikan kesehatan: tentang gaya hidup seperti nutrisi, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, alkohol.

V. WEB OF CAOTION

VI. PENGKAJIAN DATA FOCUS1. Identitas

Menurut teori gagal jantung prevalensi meningkat seiring dengan pertambahan usia (100 per 1000 orang pada usia diatas 65 tahun). kelamin laki-laki 3x lebih tinggi daripada perempuan.2. Keluhan Utama.

Pada Gagal Jantung Kiri: Sesak nafas, kelelahan, batuk ( hempotoe ), penurunan nafsu makan dan berat badan. Pada Gagal jantung Kanan: Sesak nafas, kelelahan saat melakukan aktivitas, nyeri dada.

3. Riwayat Penyakit Dahulu.Riwayat penyakit yang pernah di derita sebelumnya seperti: Hipertensi, Infark Miocard Akut / Kronik, Penyakit katup jantung, bedah jantung, SLE, kelainan jantung congenital.

4. Riwayat Kesehatan Terakhir.Pola Pemenuhan Kebutuhan dasar.

Kebutuhan Nutrisi:

Penurunan nafsu makan, mual, muntah, penurunan berat badan, peningkatan berat badan yang drastic ( karena oedema ), Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi: tinggi garam, mengandung banyak lemak, gula dan minum minuman yang mengandung kafein. Kebutuhan Aktivitas :

Tidak mampu untuk melakuakan aktivitas yang berat karena sesak nafas, mengalami kelelahan setelah aktivitas, nafas pendek pendek saat melakukan aktivitas, nyeri dada saat melakukan aktivitas, kelelahan selama melakukan aktivitas perawatan diri. Kebutuhan Istirahat:Mengalami kesulitan untuk tidur ( insomnia ), sesak nafas saat istirahat, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal.

Kebutuhan Eliminasi:Haluaran urine yang menurun, urine berwarna pekat, konstipasi ( karena penurunan peristaltic usus akibat penurunan aktivitas ), nocturia. Nocturia terjadi karena perfusi renal didukung oleh posisi penderita pada saat berbaring. Diuresis paling sering terjadi pada malam hari karena curah jantung akan membaik dengan istirahat5. Data Psikososial Spiritual.

Psiko : ansietas, kuatir, takut dengan penyakit. Stress yang berhubungan dengan penyakit / keprihatinan financial ( biaya perawatan dan pengobatan ), mudah tersinggung, menarik diri.Sosial : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas social yang biasa di lakukan.

6. Pemeriksaan Fisik.

a. Sistem Pernafasan.Sesak nafas (terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang menggangu pertukaran gas), batuk dengan / tanpa sputum mungkin sputum bercampur dengan darah berwarna merah muda / berbuih ( tanda adanya oedema pulmonal ), tacipnea, adanya penggunaan otot bantu nafas, auskultasi nafas: krakles, wheezing, ronki. b. Sistem Pesyarafan.

Tingkat kesadaran mungkin menurun, gelisah, disorientasi.c. Sistem Sirkulasi.

Tekanan Darah: rendah ( bila ada gagal pompa ), normal ( bila gagal jantungnya masih ringan), tinggi ( kelebihan cairan), Nadi: tacycardia ( tanda gagal jantung kiri ), irama irregular, lemah ( penurunan volume sekuncup ), nadi prifer lemah, Suara jantung: S1 dan S2 mungkin lemah, terdengar S3 ( gallop ). Terdapat adanya oedema ( umum , piting ), adanya oedema pada ekstremitas bawah di ekstremitas bawah ( karena adanya tahan pada vena cava inferior sehinnga cairan merembes ke ruang interstitial ). Pengisian kapiler lambat.d. Sistem Perkemihan.

Penurunan produksi urine, wanra urine pekat.

e. Sistem Pencernaan.

Teraba pembesaran hepar, asites karena tekanan pembuluh portal meningkat sehingga cairan terdorong keluar rongga abdomenf. Sistem Musculoskeletal.

Sakit pada otot, penurunan skala kekuatan otot.

g. Sistem Integumen.

Warna : kebiruan , sianotik, pucat. VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG MEDIS1. Electrocardiogram (ECG)

Hipertrofi atrial atau ventricular, penyimpangan aksis, iskemia dan kerusakan pola mungkin terlihat dysritmia misalnya: tachycardia, fibrilasi atrial.

2. SonogramDapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi atau struktur katup atau area penurunan kontraktilitas ventrikel.

3. Scan jantung (multigooted adivisiton (MUGA))Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan dinding.

4. Kateterisasi jantung

Tekanan abnormal merupakan indikasi dna membantu membedakan gagal jantung sisi kanan versus kiri dan stenosis katup atau insufisiensi juga mengkaji potensi arteri koroner. Zat kontras disuntikkan ke dalam ventrikel menunjukkan ukuran abnormal dan perubahan kontraktilitas.

5. Rontgent dada

Dapat menunjukkan pembesaran jantung ( cardiomegali ) dengan CTR > 50%, terutama bila gagal jantung sudah kronis. Bayangan mencerminkan dilatasi atau hipertropi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah mencerminkan peningkatan tekanan pulmonal abnormal misalnya: pulgus pada pembesaran jantung kiri dapat menunjukkan aneurisma ventrikel. Enzim hepar

Meningkat dalam gagal atau kongesti hepar.

6. ElektrolitMungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal, terapi diuretic.

7. Oksimetri nadi

Saturasi oksigen mungkin rendah, terutama jika gagal jantung kiri akut memperburuk PPOM atau gagal jantung kiri kronis.

8. AGDGagal ventrikel ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan (dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 akhir.

9. BUN,KreatininPeningkatan BUN menandakan penurunan perfusi ginjal. Kenaikan baik BUN dan kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.10. Albumin/transforin serum

Mungkin menurun sebagai akibat penurunan masukan protein atau penurunan syntesis dalam hepar yang mengalami kongesti.

VIII. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNCUL1. Penurunan cardiac output sehubungan dengan penurunan kontraktilitas miokard , ditandai dengan : Peningkatan heart rate,perubahan tekanan darah,penurunan urine output,adanya S3 dan S4, chest pain .

2. Intoleransi aktifitas sehubungan dengan adanya ketidak seimbangan antara suplay dan demand oksigen, ditandai dengan : kelemahan, kelelahan, perubahan tanda-tanda vital , disritmia, dispnoe, diaporesis

3. Gangguan keseimbangan cairan, lebih dari kebutuhan sehubungan dengan penurunan GFR, ditandai dengan : bunyi jantung 3, orthopnoe, oliguria, edema, perubahan Berat Badan, Hipertensi, respirasi distress, suara nafas abnormal

4. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas sehubungan dengan perubahan membran kapiler alveoli karena adanya penumpukan cairan di rongga paru.IX. INTERVENSI DAN RASIONAL1. Penurunan cardiac output sehubungan dengan penurunan kontraktilitas miokard , ditandai dengan : Peningkatan heart rate,perubahan tekanan darah,penurunan urine output,adanya S3 dan S4, chest pain .

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan cardiac output meningkat dengan criteria evaluasi: Produksi urine dalam batas normal ( minimal 1 cc/kg BB/jam ).

Pasien mengungkapkan sesak nafas berkurang.

Pasien mengungkapkan nyeri dada berkurang / hilang.

TTV ( TD, Nadi ) dalam batas normal.

Kesadaran Composmentis

IntervensiRasional

Berikan istirahat semi-fowler pada tempat tidur.Memperbaiki insufisiensi kontraksi jantung dan menurunkan kebutuhan oksigen dan penurunan venous return.

Kolaborasi dengan dokter dalam:

a. Pembrian terapi oksigen.

b. Pemberian terapi diuretik.

c. Pemberain terapi vasodialator

( Nitrat )d. Pemberian terapi inotropikMeningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk mencegah hipoksemia / iskemia jaringan.

Diuretik meningkatkan aliran urine dan menghalangi reabsorsi dari sodium/klorida didalam tubulus ginjal.

Vasodilator digunakan untuk meningkatkan curah jantung, menurunkan volume sirkulasi dan menurunkan tahanan vaskuler sistemik dan kerja ventrikel.Meningkatkan kontraksi miocard dan memperlambat frekuensi jantung.

Observasi :

a. Nadi ( irama, frekuensi ).

b. Tekanan Darah.

c. Haluaran Urine ( produksi, warna ).

d. Tingkat kesadaranTachycardia merupakan tanda kompensasi jantung terhadap penurunan kontraktilitas jantung.

Mengetahui fungsi pompa jantung yang sangat dipengaruhi oleh CO dan pengisisan jantung.

Dengan menurunnya CO mempengaruhi suplai darah ke ginjal yang juga mempengaruhi pengeluaran hormone aldosteron yang berfungsi pada proses pengeluaran urine.

Tingkat kesadaran menurun menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap penurunan curah jantung.

2. Intoleransi aktifitas sehubungan dengan adanya ketidak seimbangan antara suplay dan demand oksigen, ditandai dengan : kelemahan, kelelahan, perubahan tanda-tanda vital , disritmia, dispnoe, diaporesis.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan , pasien toleran terhadap aktivitas yang dilakukan dengan criteria evaluasi:

Pasien mengungkapkan tidak sesak nafas saat melakukan aktivitas. Pasien mampu melakukan aktivitas perawatan diri. Pasien tidak terlihat kelelahan / sesak nafas pada saat melakukan aktivitas.

TTV ( TD, Nadi, RR ) dalam batas normal saat dan setelah melakukan aktivitas.

IntervensiRasional

Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi, selingi periode aktivitas dengan istirahat.

Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa mempengaruhi stress miokard( peningkatan kebutuhan oksigen yang berlebihan ).

Ajarkan kativitas secara bertahap.Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindarai kerja jantung atau konsumsi oksigen berlebih. Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah stress, bila disfungsi jantung tidak dapat baik kembali

Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia, dispnea, berkeringat, pucat.Penurunan atau ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas dapat menyebabkan peningkatan segera frekuensi jantung.

Observasi tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas, khususnya bila pasien menggunakan vasodilator, diuretic.Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat (vasodilatasi), perpindahan cairan atau pengaruh fungsi jantung.

Observasi peningkatan intoleransi aktivitas.

Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung daripada kelebihan aktivitas.

3. Gangguan keseimbangan cairan, lebih dari kebutuhan sehubungan dengan penurunan GFR, ditandai dengan : bunyi jantung 3, orthopnoe, oliguria, edema, perubahan Berat Badan, Hipertensi, respirasi distress, suara nafas abnormal

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan terjadi keseimbang cairan dan elektrolit tubuh dengan criteria evaluasi:

Tidak ada tanda oedema ( umum atau piting ).

Tidak terdengar suara nafas cracles.

TTV ( Nadi, TD ) dalam batas normal.

Berat badan stabil.

Balnce cairan dalam batas normal ( 500 cc ).

IntervensiRasional

1. Atur posisi semi fowler selama fase akut

Dengan posisi berbaring semi fowler meningkatkan filtrasi glomerulus dan mengurangi produksi ADH sehingga menambah diuresis.

2. Kolaborasi dengan dokter dalam:a. Pemberian terapi diuretik.b. Pemberian tambahan terapi Kalium.

Diuretic meningkatkan laju aliran urin dan dapat menghambat reabsorbsi.

Mengganti kehilangan kalium sebagai efek samping terapi diuretik yang dapat mempengaruhi fungsi jantung.

3. Kolaborasi dengan ahli gizi...

Memberikan diet yang dapat diterima klien yang memenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium

4. Observasi:

a) Balance Cairan dalam 24 jam.

b) Auskultasi bunyi napas, catat penurunan dan atau bunyi napas tambahan contoh krekels, mengi atau batuk.c) Timbang berat badan setiap hari.

d) Periksa tubuh dari edema dengan/tanpa pitting, catat adanya edema seluruh tubuh (anasarka)

Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba-tiba atau berlebih (hipovolemia) meskipun edema atau asites masih ada.

Kelebihan cairan sering menimbulkan kongersti paru. Gejala edema paru dapat menunjukkan gagal jantung kiri akut.

Perubahan edema dalam respon terhadap terapi, diuretik dapat mengakibatkan perubahan cairan dan kehilangan berat badan.

Retensi cairan yang berlebihan dimanifestasikan dengan adanya edema. Meningkatnya kongesti vaskuler yang akhirnya mengakibatkan edema jaringan sistemik.

4. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas sehubungan dengan perubahan membran kapiler alveoli karena adanya penumpukan cairan di rongga paru.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi gangguan pertukaran gas dengan criteria evaluasi:

Pasien mengungkapkan nafas tidak sesak. Hasil pemeriksaan BGA dalam batas normal.

Frekuensi Respirasi dalam batas normal, kedalaman normal, irama nafas teratur.

Tidak terlihat adanya distress nafas.

Tidak terdengar suara nafas tambahan ( cracles ).

IntervensiRasional

1. Ajarkan dan motivasi klien untuk batuk efektif, napas dalam.

Membersihkan jalan napas dan memudahkan aliran oksigen. Latihan nafas dalam juga dapat meningkatkan ekspansi paru dan kekuatan ( elastisitas ) otot pernafasan.

2. Dorong perubahan posisi.

Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia

3. Pertahankan tirah baring dengan posisi semi fowler.Menurunkan konsumsi oksigen dan meningkatkan ekpansi paru maksimal.

4. Kolaborasi dengan dokter dalam:a. Pemberain terapi oksigen.

b. Pemberian terapi diuretic c. Pemberian terapi bronkodilator.Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar yang dapat memperbaiki atau menurunkan hipoksia jaringan.

Menurunkan kongestif alveolar, meningkatkan pertukaran gas.

Meningkatkan aliran oksigen dengan mendilatasi jalan napas kecil dan mengeluarkan efek diuretic ringan untuk menurunkan kongestif paru.

5. Observasi:Suara nafas tambahan (krekels).

Indikator adanya kongesti paru atau pengumpulan secret menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lanjut.

DAFTAR PUSTAKACarpenito Lynda Juall. (1999). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. 2000. Alih Bahasa Monika Ester. Jakarta: EGC.Doengoes, Marylin E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan. 2000. Alih Bahasa Made Kariasa. Jakarta: EGC.Gray, Huon H. (2002). Lecture Notes Kardiologi. 2005. Alih Bahasa Azwar Agoes, dkk. Jakarta : Penerbit Erlangga.Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Alih Bahasa Karnaen R ,dkk. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan.Price, Sylvia Anderson. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa Brahm U (Et Al). Jakarta: EGC.Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi Kedelapan. Jakarta: EGC.