LP Fraktur Cruris

23
LP dan Asuhan Keperawatan Fraktur Cruris Eksternal Fiksasi + Post Op STSG Tugas ini disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Profesi Ners Departemen Anak Ruang 15 RSSA Malang Oleh : Yosi Dwi Saputro Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

description

cru

Transcript of LP Fraktur Cruris

LP dan Asuhan Keperawatan

Fraktur Cruris Eksternal Fiksasi + Post Op STSGTugas ini disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Profesi Ners

Departemen Anak Ruang 15 RSSA Malang

Oleh :

Yosi Dwi Saputro

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran

Universitas BrawijayaMalang2014FRAKTUR CRURISA. PENGERTIANFraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya(Bruner & sudarth, 2002).

Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya (Brunner & Suddart).

B. JENIS FRAKTUR

1. Berdasarkan garis fraktura. Fraktur komplitGaris patahnya melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang

b. Fraktur inkomplitGaris patahnya tidak melalui seluruh penampang tulang

Greenstick fracture: bila menegenai satu korteks dimana korteks tulangnya sebagian masih utuh juga periosteum akan segera sembuh dan segera mengalami remodeling kebentuk normal2. Fraktur menurut jumlah dan garis patah/bentuk/konfigurasia. Fraktur comminute: banyak fraktur/fragmen kecil tulang yang terlepasb. Fraktur segmental: bila garis patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan satu ujung yang tidak memiliki pembuluh darah menjadi sulit untuk sembuh dan keadaan ini perlu terapi bedahc. Fraktur multipel: garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan tempatnya. Seperti fraktur femur, cruris dan vertebra.3. Fraktur menurut posisi fragmena. Fraktur undisplaced (tidak bergeser): garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser, periosteumnya masih utuh.b. Fraktur displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang disebut juga dislokasi fragmen.4. Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luara. Fraktur terbuka (open fracture/compoun frakture)Fraktur terbuka karena integritas kulit robek/terbuka dan ujung tulang menonjol sampai menembus kulit.

Fraktur terbuka ini dibagi menjadi tiga berdasarkan tingkat keperahan:

Derajat I: robekan kulit kurang dari 1 cm dengan kerusakan kulit/jaringan minimal. Derajat II: luka lebih dari 1 cm, kerusakan jaringan sedang, potensial infeksi lebih besar, fraktur merobek kulit dan otot. Derajat III: kerusakan/robekan lebih dari 6-8 cm dengan kerusakan jaringan otot, saraf dan tendon, kontaminasi sangat besar dan harus segera diatasib. Fraktur tertutup (closed fracture/simple fracture)Frakture tidak kompkleks, integritas kulit masih utuh, tidak ada gambaran tulang yang keluar dari kulit.

5. Fraktur bentuk fragmen dan hubungan dengan mekanisme traumaa. Fraktur transversal (melintang), trauma langsungGaris fraktur tegak lurud, segmen tulang yang patah direposisi/direduksi kembali ketempat semula, segmen akan stabil dan biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips.

b. Fraktur oblique; trauma angulasiFraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki.c. Fraktur spiral; trauma rotasiFraktur ini timbul akibat torsi pada ekstrimitas, menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak dan cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar.d. Fraktur kompresi; trauma axial flexi pada tulang spongiosaFraktur terjadi karena ketika dua tulang menumpuk tulang ketiga yang berada diantaranya seperti satu vertebra dengan dua vertebra lainnya.e. Fraktur avulsi; taruma akibat tarikan (fraktur patela)Fraktur memisahkan suatu fragmen tulang tempat insersi tendon atau ligamen.

6. Fraktur patologiTerjadi pada daerah yang menjadi lemah oleh karena tumor atau proses patologik lainnya.C. ETIOLOGI

1. Trauma langsung yang menyebabkan terjadinya fraktur pada titik terjadinya trauma tersebut. Misalnya tulang kaki terbentur bumper mobil maka tulang akan patah tepat di tempat benturan

2. Trauma tidak langsung yang meyebabkan fraktur di tempat yang jatuh dari tempat terjadiny trauma

3. Trauma akibat tarikan otot, hal ini jarang terjadi

4. Trauma akibat faktor patologis, misalnya adanya metastase kanker tulang yang dapat melunakkan struktur tulang dan menyebabkan fraktur, ataupun adanya penyakiti osteoporosis

D. PATOFISIOLOGI

E. MANIFESTASI KLINIK

1. Deformitas

Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya, perubahan keseimbangan dan kontur terjadi seperti :

a. Rotasi pemendekan tulang

b. Penekanan tulang

2. Bengkak

Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravasasi darah dala jaringan yang berdekatan dengan fraktur

3. Echimosis

Ekstravasasi darah di dalam jaringan subkutan

4. Spasme otot involunters dekar fraktur

5. Tenderness/ keempukan

6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot, berpindahnya tulang dari tempatnya, dan kerusakan di daerah berdekatan

7. Kehilangan sensasi (mati rasa, terjadi akibat rusaknya persarafan)

8. Pergerakan abnormal

9. Shock hipovolemik akibat perdarahan

10. Krepitasi

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK1. Pemeriksaan ronten : menentukan lokasi / luasnya fraktur / trauma2. Scan tulang ,tomograf, scan CT/ MRI : memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak3. Anteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler di curigai4. Hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple). Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah trauma5. Kretinin : trauma otot meningkatkan beban kratinin untuk klirens ginjal6. Pofil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah , tranfusi multiple atau cidera hati.I. TAHAP PENYEMBUHAN TULANG1. Tahap pembentukan hematom

Dalam 24 jam pertama mulai terbentuk bekuan darah dan fibrin yang masuk kearea fraktur. Suplai darah meningkat, terbentuklah hematom yang berkembang menjadi jaringan granulasi sampai hari kelima.

2. Tahap proliferasi

Dalam waktu sekitar 5 hari, hematom akan mengalami organisasi. Terbentuk benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast yang akan menhasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan.

3. Tahap pembentukan kalus

Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan dan tulang serat imatur. Perlu waktu 3-4 minggu agar frakmen tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrus

4. Osifikasi

Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu patah tulang melalaui proses penulangan endokondrial. Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar bersatu. Proses ini memerlukan waktu 3-4 bulan.

5. Konsolidasi (6-8 bulan) dan Remodeling (6-12 bulan)

Tahap akhir dari perbaikan patah tulang. Dengan aktifitas osteoblas dan osteoclas, kalus mengalami pembentukan tulang sesuai aslinya.

J. KOMPLIKASI1. Komplikasi awal setelah fraktur adalah syok yang dapat berakibat fatal dalam beberapa jam setelah cidera2. Emboli lemak , yang dapat terjadi dalam 48 jam atau lebih3. Sindrom kompartemen yang berakibat kehilangan fungsi ekstremitas permanen jika tidak ditangani segera.4. Infeksi5. Tromboemboli (emboli paru) yang dapat menyebabkan kematian beberapa minggu setelah cidera6. Koagulopati intavaskuler diseminata ( KID )7. Delayed union

Proses penyembuhan fraktur sangat lambat dari yang diharapkan biasanya lebih dari 4 bulan. Proses ini berhubungan dengan proses infeksi. Distraksi/tarikan bagian fragmen tulang

8. Non union

Proses penyembuhan gagal meskipun sudah diberi pengobatan. Hal ini disebabkan oleh fobrous union atau pseudoarthrosis

9. Mal union

Proses penyembuhan terjadi tetapi tidak memuaskan (ada perubahan bentuk)

10. Nekrosis avaskuler di tulang

aKarena suplai darah menurun sehingga menurunkan fungsi tulang .

K. PRINSIP-PRINSIP PENATALAKSANAANAda beberapa konsep dasar yang harus diperhatikan/pertimbangkan pada waktu menangani fraktur:

1. Rekognisi: menyangkut diagnosa fraktur pada tempat kejadian kecelakaan dan kemudian di rumah sakit.

Riwayat kecelakaan

Parah tidaknya luka

Diskripsi kejadian oleh pasien

Menentukan kemungkinan tulang yang patah

Krepitus

2. Reduksi: reposisi fragmen fraktur sedekat mungkin dengan letak normalnya. Reduksi terbagi menjadi dua yaitu:

Reduksi tertutup: untuk mensejajarkan tulang secara manual dengan traksi atau gipS

Reduksi terbuka: dengan metode insisi dibuat dan diluruskan melalui pembedahan, biasanya melalui internal fiksasi dengan alat misalnya; pin, plat yang langsung kedalam medula tulang.

3. Immobilisasi : Setelah fraktur di reduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi untuk membantu tulang pada posisi yang benar hingga menyambung kembalI

4. Retensi: menyatakan metode-metode yang dilaksanakan untuk mempertahankan fragmen-fragmen tersebut selama penyembuhan (gips/traksi)

5. Rehabilitasi: langsung dimulai segera dan sudah dilaksanakan bersamaan dengan pengobatan fraktur karena sering kali pengaruh cidera dan program pengobatan hasilnya kurang sempurna (latihan gerak dengan kruck).

L. PENATALAKSANAAN MEDIK1. Mobilisasi segera fraktur minimal dan penyangga fraktur yang memadai saat pemindahan dan merubah posisi merupakan upaya yang dapat mengurangi insiden emboli lemak2. Karena emboli lemak merupakan penyeban utama kematian pasien fratur dukungan pernafasan dilakukan dengan oksigen yang diberikan dengan konsentrasi tinggi.3. Obat vaksoaktif untuk mendukung fungsi kardiovaskuler diberikan untuk mencegah hipotensi, syok, dan edema paru interstisial.4. Pencatatan masukan dan haluaran yang akurat memungkinkan terapi penggantian cairan yang memadai.5. Morfin dapat diresepkan untuk mengurangi nyeri dan ansietas pasien yang di pasang ventilator.6. Untuk mengatasi rasa takut di berikan penenang.7. Respon pasien terhadap terapi di pantau ketatM. TINDAKAN PEMBEDAHAN1. ORIF (OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION)

a. Insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cidera dan diteruskan sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur

b. Fraktur diperiksa dan diteliti

c. Fragmen yang telah mati dilakukan irigasi dari luka

d. Fraktur di reposisi agar mendapatkan posisi yang normal kembali

e. Sesudah reduksi fragmen-fragmen tulang dipertahankan dengan alat ortopedik berupa; pin, sekrup, plate, dan pakuKeuntungan:

a. Reduksi akurat

b. Stabilitas reduksi tinggi

c. Pemeriksaan struktur neurovaskuler

d. Berkurangnya kebutuhan alat imobilisasi eksternal

e. Penyatuan sendi yang berdekatan dengan tulang yang patah menjadi lebih cepat

f. Rawat inap lebih singkat

g. Dapat lebih cepat kembali ke pola kehidupan normal

Kerugian

a. Kemungkinan terjadi infeksi

b. Osteomielitis

2. EKSTERNAL FIKSASI

a. Metode alternatif manajemen fraktur dengan fiksasi eksternal, biasanya pada ekstrimitas dan tidak untuk fraktur lama

b. Post eksternal fiksasi, dianjurkan penggunaan gips.

c. Setelah reduksi, dilakukan insisi perkutan untuk implantasi pen ke tulang

d. Lubang kecil dibuat dari pen metal melewati tulang dan dikuatkan pennya.

e. Perawatan 1-2 kali sehari secara khusus, antara lain :

Obsevasi letak pen dan area

Observasi kemerahan, basah dan rembes

Observasi status neurovaskuler distal frakturPENGKAJIAN DASAR KEPERAWATAN ANAKNama Mahasiswa:

Tempat praktik:

NIM

:

Tanggal Praktik:

A. Identitas klien

Nama

:

No. Register

:

Usia

:

Tanggal Masuk

:

Jenis kelamin:

Tanggal Pengkajian: Alamat

:

Sumber informasi: Nama orang tua:

Pekerjaan

:

Pendidikan

: Agama

:

Suku

: B. Status kesehatan sekarang

1. Keluhan utama

Saat MRS:.

Saat Pengkajian :.

2. Lama keluhan

: 3. Kualitas keluhan: ..4. Faktor pencetus: ..5. Faktor pemberat: ..6. Upaya yang telah dilakukan: ..7. Diagnose medis

: ..C. Riwayat kesehatan saat ini

D. Riwayat kesehatan terdahulu

1. Penyakit yang pernah dialami

a. Kecelakaan (jenis dan waktu):b. Operasi (jenis dan waktu)

:c. Penyakit

Kronis

: Akut

:d. Terakhir MRS

:2. Alergi

:E. Riwayat kehamilan dan persalinan

1. Prenatal:

2. Natal

3. Postnatal

4. Imunisasi

F. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

1. Pertumbuhan

2. Perkembangan

G. Riwayat keluarga

Genogram:

H. Lingkungan Rumah1. Kebersihan

:..2. Bahaya kecelakaan: ..3. Polusi

: ..4. Ventilasi

: 5. Pencahayaan

: I. Pola aktifitas

Jenis RumahRumah Sakit

Makan/minum

Mandi

Berpakaian

Toileting

Mobilitas ditempat tidur

Berpindah dan berjalan

J. Pola nutrisi

Jenis RumahRumah Sakit

Jenis makanan

Frekuensi makan

Porsi yang dihabiskan

Komposisi menu

Pantangan

Nafsu makan

Jenis minuman

Frekuensi minum

Jumlah minuman

K. Pola eliminasi

1. BAB

Jenis Rumah Rumah Sakit

Frekuensi

Konsistensi

Warna/bau

Kesulitan

Upaya menangani

2. BAK

Jenis Rumah Rumah Sakit

Frekuensi

Warna/bau

Kesulitan

Upaya menangani

L. Pola istirahat tidur

1. Tidur siangJenis RumahRumah Sakit

Lama tidur

Kenyamanan setelah tidur

2. Tidur malam

Jenis RumahRumah Sakit

Lama tidur

Kenyamanan setelah tidur

Kebiasaan sebelum tidur

Kesulitan

Upaya mengatasi

M. Pola kebersihan diri

JenisRumahRumah Sakit

Mandi

Frekuensi

Menggunakan sabun

Keramas

Frekuensi

Penggunaan shampoo

Menggosok gigi

Frekuensi

Penggunaan pasta gigi

Frekuensi ganti baju

Frekuensi memotong kuku

Kesulitan

Upaya untuk mengatasi

N. Pola koping keluarga

1. Pengambil keputusan :..2. Masalah terkait dengan anak di RS atau penyakit: ....3. Yang biasa dilakukan keluarga apabila mengalami masalah: 4. Harapan setelah anak menjalani perawatan: 5. Perubahan yang dirasakan setelah anak sakit: .O. Konsep diri1. Gambaran diri: .2. Ideal diri: .3. Harga diri: .4. Peran

: .

5. Identitas diri: .

P. Pola peran dan hubungan

1. Peran dalam keluarga: ...

2. System pendukung keluarga:

3. Kesulitan dalam keluarga: 4. Masalah tentang peran/hubungan dengan keluarga selama perawatan anak dirumah sakit:

.

5. Upaya yang dilakukan: .

Q. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum

Kesadaran

:

Tanda-tanda vital

Tekanan darah:

Nadi

:

Suhu

:

RR

:

Tinggi badan:

Berat badan:2. Kepala & leher

a. Kepala

Bentuk

:

Ubun-ubun:

Kulit kepala :

b. Rambut

Penyebaran dan keadaan rambut :

Bau

:

Warna

: c. Mata

Kelengkapan dan kesimetrisan :

Konjungtiva dan sclera

:

Pupil

:

Penggunaan alat bantu

:

d. Hidung

Tulang hidung dan posisis septum nasi :

Lubang hidung

: Cuping hidung

:

Penggunaan alat bantu pernapasan :

e. Telinga

Bentuk telinga

:

Lubang telinga

:

Ketajaman pendengaran

:

Penggunaan alat bantu pendengaran:

f. Mulut dan tenggorokan

Keadaan bibir

:

Keadaan gigi dan gusi : Keadaan lidah

:

Keadaan pharing :

Keadaan tonsil

:

g. Telinga

Bentuk telinga

:

Lubang telinga

:

Ketajaman pendengaran

:

Penggunaan alat bantu pendengaran:

h. Leher

Posisi Trachea

:

Thyroid

:

Kelenjar limfe

:

Vena jugularis

:

Denyut nadi karotis:

3. Dada atau thorak

a. Pemeriksaan paru-paru

Inspeksi

Bentuk thorak

: .

Pernapasan

: Irama : ( ) Teratur ( ) Tidak teratur

Jenis

: ( ) Dispnea( ) Kussmaul( ) Ceyne stokes

( ) Lain-lain

Tanda-tanda kesulitan napas: .

Retraksi otot bantu pernapasan : .

Palpasi

Vokal fremitus

: .

Nyeri tekan

: ada, dada sebelah kanan

Perkusi

( ) Sonor

( ) Hipersonor

( )Redup / pekak

Auskultasi

Suara napas: ( ) Vesikuler

( ) Stridor

( ) Wheezing

( ) Ronchi

( ) lain-lain

b. Pemeriksaan Jantung

Inspeksi

Ictus cordis : .

Palpasi

Pulsasi

: ( ) Kuat ( ) Lemah

Ictus cordis :.

Perkusi

Batas Jantung : .

Auskultasi

Bunyi Jantung : .

Mur-mur: .

Gallop

: .4. Pemeriksaan payudara dan ketiak

Ukuran dan bentuk payudara :

Warna payudara & aerola : .

Kelainan payudara & putting : .

Aksila

: .

5. Punggung dan tulang belakang

Inspeksi:..

Palpasi

:..

6. Abdomen

Inspeksi

Bentuk abdomen

: .

Benjolan / massa

: .

Bayangan pembuluh darah : .

Keadaan umbilicus

: .

Auskultasi Peristaltik

:

PalpasiNyeri tekan

: .Benjolan / massa

: .Tanda ascistes

: .Hepar

: .Lien

: .Titik Mc burney

: .Perkusi

Suara Abdomen

: .

Pemerikasaan ascites : .7. Genetalia dan anus

Genetelia

Rambut Pubis : .

Lubang uretra : .

Kelainan pada genetelia eksterna dan daerah inguinal : .

Anus dan perineum

Lubang anus

: .

Kelainan pada anus : .

Perineum

: .

8. Ekstremitas / musculoskeletalPergerakan sendi

: ( ) Bebas

( ) Terbatas

Kekuatan otot

: .

Kelainan ekstrimitas

: .

Traksi / spalk / gips

: .

Odema

: . Lokasi : .

System neurologi

9. Kulit dan kuku

Kulit

: ( ) Ikterus

( ) Hiperpigmentasi ( ) Kemerahan

( ) Sianosis

Akral

: ( ) Hangat ( ) Dingin ( ) Panas

Turgor

: ( ) Baik ( ) Kurang ( ) Jelek

Kebersihan : .

Kelembapan : .

Kelainan pada kulit : .

Clubbing finger : .

R. Hasil Pemeriksaan Penunjang

S. Terapi