Lp Dengan Luka Bakar

download Lp Dengan Luka Bakar

of 15

Transcript of Lp Dengan Luka Bakar

DENGAN LUKA BAKAR (COMBUsTIO)

A. DEFENISIMenurut Arif Mutaqqin (2011) Luka bakar merupakan luka yang unik diantara bentuk luka-luka lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (escar) yang tetap berada pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama. Menurut Sunita Almatsia, (2004) Luka bakar adalah kerusakan jaringan permukaan tubuh yang disebabkan oleh suhu tinggi yang menimbulkan reaksi pada seluruh sistem metabolisme. Sedangkan menurut Pierce dan Neil, (2006) Luka bakar merupakan respon kulit dan jaringan subkutan terhadap trauma suhu atau termal.

Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, , bahan kimia dan arus listrik/petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).

B. ETIOLOGIMenurut Arif Mutaqqin (2011) Penyebabnya luka bakar dapat dibagi dalam beberapa jenis, meliputi hal-hal berikut ini.a) Panas basah (luka bakar) yang disebabkan oleh air panas (misalnya: teko atau minuman).b) Luka bakar dari lemak panas akibat memasak lemak.c) Luka bakar akibat api unggun, alat pemanggang, dan api yag disebabkan oleh merokok di tempat tidur.d) Benda panas (misalnya radiator).e) Radiasi (misalnya terbakar sinar matahari).f) Luka bakar listrik akibat buruknya pemeliharaan peralatan listrik.g) Luka bakar akibat zat kimia, disebabkan oleh zat asam dan basa yang sering menghasilkan kerusakan kulit yang luas.

C. PATOFISIOLOGIKulit adalah organ terluar tubuh manusia dengan luas 0,025m2pada dewasa. Bila kulit terbakar akan terjadi peningkatan permeabilitas karena rusaknya pembuluh darah kapiler, dan area-area sekitarnya. Sehingga terjadi kebocoran cairan intrakapiler ke intertisial sehingga menimbulkan udem dan bula yang mengandung banyak elektrolit.Kulit terbakar juga berakibat kurangnya cairan intravaskuler. Bila kulit terbakar > 20% dapat terjadi syok hipovolemik dengan gejala: gelisah, pucat, akral dingin, berkeringat, nadi kecil, cepat, TD menurun, produksi urin berkurang dan setelah 8 jam dapat terjadi pembengkakan. Saat pembuluh darah kapiler terpajan suhu tinggi, sel darah ikut rusak sehingga berpotensi anemia. Sedangkan bila luka bakar terjadi di wajah dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena asap, gas, atau uap panas yang terhirup, oedema laring menyebabkan hambatan jalan napas yang mengakibatkan sesak napas, takipnea, stridor, suara parau, dan dahak bewarna gelap. Selain itu dapat juga terjadi keracunan gas CO2, karena hemoglobin tidak mampu mengikat O2ditandai dengan lemas, binggung, pusing, mual, muntah dan berakibat koma bahkan meninggal dunia.Luka bakar yang tidak steril mudah terkontaminasi dan beresiko terkena infeksi kuman gram (+) dan (-) contohnya pseudomonas aeruginosa di tandai dengan warna hijau pada kasa penutup luka bakar. Infeksi ysng tidak dalam (non invasif) ditandai dengan keropeng dan nanah. Infeksi invasif ditandai dengan keropeng yang kering, dan jaringan nekrotik.Bila luka bakar derajat I dan II sembuh dapat meninggalkan jaringan parut. Sedangkan pada luka bakar derajat III akan mengalami kontraktur. Pada luka bakar berat akan dapat ditemukan ileus paralitik dan stress pada luka bakar berat ini akan mudah mengalami tukak di mukosa lambung tukak Curling dan apabila ini berlanjut kan menimbulkan ulcus akibat nekrosis mukosa lambung. Kecacatan pada luka bakar hebat terutama pada wajah beresiko mengalami beban jiwa yang menimbulkan gangguan jiwa yang disebutschizophrenia.

D. PATHWAY

Kerusakan kulit / jaringanKecacatan Evaporasi >>Luka bakarNyeri Udema Penurunan perfusi jaringanResti infeksiResti syokNeurogenikDehidrasi Viskositas darah >>Agen mikroorganismeTek darah meningkatAliran darah keorgan menurunUdema mukosaSodium CloridNa+, protein hilangNa+ hilangDehidrasi jaringanHipovolemik Syok hypovolemikSyok KardiogenikPenurunan curah jantungGangguan citra tubuhVasidilitasi selPermeabilitas kapilerKesadaran menurunOtak Deficit Volume CairanKematian

E. KLASIFIKASI LUKA BAKARa. Dalamnya luka bakar

KedalamanPenyebabPenampilanWarnaPerasaan

Ketebalan partial superfisial(tingkat I)Jilatan api, sinar ultra violet (terbakar oleh matahari).Kering tidak ada gelembung.Oedem minimal atau tidak ada.Pucat bila ditekan dengan ujung jari, berisi kembali bila tekanan dilepas.

Bertambah merah.Nyeri

Lebih dalam dari ketebalan partial(tingkat II)1. Superfisial1. Dalam

Kontak dengan bahan air atau bahan padat.Jilatan api kepada pakaian.Jilatan langsung kimiawi.Sinar ultra violet.

Blister besar dan lembab yang ukurannya bertambah besar.Pucat bial ditekan dengan ujung jari, bila tekanan dilepas berisi kembali.Berbintik-bintik yang kurang jelas, putih, coklat, pink, daerah merah coklat.Sangat nyeri

Ketebalan sepenuhnya(tingkat III)Kontak dengan bahan cair atau padat.Nyala api.Kimia.Kontak dengan arus listrik.Kering disertai kulit mengelupas.Pembuluh darah seperti arang terlihat dibawah kulit yang mengelupas.Gelembung jarang, dindingnya sangat tipis, tidak membesar.Tidak pucat bila ditekan.

Putih, kering, hitam, coklat tua.Hitam.Merah.Tidak sakit, sedikit sakit.Rambut mudah lepas bila dicabut.

b. Luas luka bakarWallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine atua rule of wallace yaitu:1)Kepala dan leher: 9%2)Lengan masing-masing 9%: 18%3)Badan depan 18%, badan belakang 18%: 36%4)Tungkai maisng-masing 18%: 36%5)Genetalia/perineum: 1%Total: 100%c. Beratnya luka bakarUntuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain :1) Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.2) Kedalaman luka bakar.3) Anatomi lokasi luka bakar.4) Umur klien.5) Riwayat pengobatan yang lalu.6) Trauma yang menyertai atau bersamaan.

American Burn Association membagi dalam :1) Yang termasuk luka bakar ringan (minor) :a) Tingkat IIkurang dari 15% Total Body Surface Area pada orang dewasa atau kurang dari 10% Total Body Surface Area pada anak-anak.b) Tingkat IIIkurang dari 2% Total Body Surface Area yang tidak disertai komplikasi.

2) Yang termasuk luka bakar sedang (moderate) :a) Tingkat II15% - 25% Total Body Surface Area pada orang dewasa atau kurang dari 10% - 20% Total Body Surface Area pada anak-anak.b) Tingkat IIIkurang dari 10% Total Body Surface Area yang tidak disertai komplikasi.

3) Yang termasuk luka bakar kritis (mayor):a) Tingkat II32% Total Body Surface Area atau lebih pada orang dewasa atau lebih dari 20% Total Body Surface Area pada anak-anak..b) Tingkat III10% atau lebih.c) Luka bakar yang melibatkan muka, tangan, mata, telinga, kaki dan perineum..d) Luka bakar pada jalan pernafasan atau adanya komplikasi pernafasan.e) Luka bakar sengatan listrik (elektrik).f) Luka bakar yang disertai dengan masalah yang memperlemah daya tahan tubuh seperti luka jaringan linak, fractur, trauma lain atau masalah kesehatan sebelumnya..

American college of surgeon membagi dalam:A. Parah critical:a) Tingkat II: 30% atau lebih.b) Tingkat III: 10% atau lebih.c) Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.d) Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang luas.

B. Sedang moderate:a) Tingkat II: 15 30%b) Tingkat III: 1 10%

C. Ringan minor:a) Tingkat II: kurang 15%b) Tingkat III: kurang 1%

F. PEMERIKSAAN PENUNJANGMenurut Marylin E. Doenges, (2000) Pemeriksaan penunjang yang dapat di lakukan pada pasien dengan luka bakar adalah:a. LED: mengkaji hemokonsentrasi.b. Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Initerutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jampertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.c. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.d. Ureum dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.e. Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.f. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.g. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar masif.h. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.i. complete blood cell count (CBC)j. blood urea nitrogen (BUN),k. serum glucosel. elektrolitm. arterial blood gasesn. serum proteino. albuminp. urine culturesq. urinalysisr. pembekuan darahs. pemeriksaan servikalt. kultur luka

G. PENATALAKSANAAN MEDISSeperti menangani kasus emergency umum yaitu:A. Resusitasi A, B, C.1) Pernafasan:a) Udara panas mukosa rusak oedem obstruksi.b) Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin iritasi Bronkhokontriksi obstruksi gagal nafas.2) Sirkulasi:gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler hipovolemi relatif syok ATN gagal ginjal.B. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.

C. Resusitasi cairan Baxter.Dewasa : Baxter.RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.

Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal:RL : Dextran = 17 : 32 cc x BB x % LB.

Kebutuhan faal:< 1 tahun: BB x 100 cc1 3 tahun: BB x 75 cc3 5 tahun: BB x 50 cc diberikan 8 jam pertama diberikan 16 jam berikutnya.

Hari kedua:Dewasa: Dextran 500 2000 + D5% / albumin.( 3-x) x 80 x BB gr/hr100(Albumin 25% = gram x 4 cc) 1 cc/mnt.Anak: Diberi sesuai kebutuhan faal.

D. Monitor urine dan CVP.

E. Topikal dan tutup luka Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik. Tulle. Silver sulfa diazin tebal. Tutup kassa tebal. Evaluasi 5 7 hari, kecuali balutan kotor.

F. Obat obatan: Antibiotika: tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian. Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur. Analgetik: kuat (morfin, petidine) 0 Antasida: kalau perlu

Perubahan fisiologis yang dapat terjadi pada pasien dengan luka bakarPerubahanTingkatan hipovolemik( s/d 48-72 jam pertama)Tingkatan diuretik(12 jam 18/24 jam pertama)

MekanismeDampak dariMekanismeDampak dari

Pergeseran cairan ekstraseluler.

Vaskuler ke insterstitial.Hemokonsentrasi oedem pada lokasi luka bakar.Interstitial ke vaskuler.Hemodilusi.

Fungsi renal.Aliran darah renal berkurang karena desakan darah turun dan CO berkurang.

Oliguri.Peningkatan aliran darah renal karena desakan darah meningkat.Diuresis.

Kadar sodium/natrium.Na+ direabsorbsi oleh ginjal, tapi kehilangan Na+ melalui eksudat dan tertahan dalam cairan oedem.

Defisit sodium.Kehilangan Na+ melalui diuresis (normal kembali setelah 1 minggu).Defisit sodium.

Kadar potassium.K+ dilepas sebagai akibat cidera jarinagn sel-sel darah merah, K+ berkurang ekskresi karena fungsi renal berkurang.

HiperkalemiK+ bergerak kembali ke dalam sel, K+ terbuang melalui diuresis (mulai 4-5 hari setelah luka bakar).Hipokalemi.

Kadar protein.Kehilangan protein ke dalam jaringan akibat kenaikan permeabilitas.

Hipoproteinemia.Kehilangan protein waktu berlangsung terus katabolisme.Hipoproteinemia.

Keseimbangan nitrogen.Katabolisme jaringan, kehilangan protein dalam jaringan, lebih banyak kehilangan dari masukan.

Keseimbangan nitrogen negatif.Katabolisme jaringan, kehilangan protein, immobilitas.Keseimbangan nitrogen negatif.

Keseimbnagan asam basa.Metabolisme anaerob karena perfusi jarinagn berkurang peningkatan asam dari produk akhir, fungsi renal berkurang (menyebabkan retensi produk akhir tertahan), kehilangan bikarbonas serum.

Asidosis metabolik.Kehilangan sodium bicarbonas melalui diuresis, hipermetabolisme disertai peningkatan produk akhir metabolisme.Asidosis metabolik.

Respon stres.Terjadi karena trauma, peningkatan produksi cortison.

Aliran darah renal berkurang.Terjadi karena sifat cidera berlangsung lama dan terancam psikologi pribadi.

Stres karena luka.

EritrositTerjadi karena panas, pecah menjadi fragil.

Luka bakar termal.Tidak terjadi pada hari-hari pertama.Hemokonsentrasi.

Lambung.Curling ulcer (ulkus pada gaster), perdarahan lambung, nyeri.Rangsangan central di hipotalamus dan peingkatan jumlah cortison.

Akut dilatasi dan paralise usus.Peningkatan jumlah cortison.

Jantung.MDF meningkat 2x lipat, merupakan glikoprotein yang toxic yang dihasilkan oleh kulit yang terbakar.Disfungsi jantung.Peningkatan zat MDF (miokard depresant factor) sampai 26 unit, bertanggung jawab terhadap syok spetic.

CO menurun.

H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN1. Pengkajiana) Aktifitas/istirahat:Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.b) Sirkulasi:Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).c) Integritas ego:Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.d) Eliminasi:Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.e) Makanan/cairan:Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.f) Neurosensori:Gejala: area batas; kesemutan.Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).g) Nyeri/kenyamanan:Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.h) Pernafasan:Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi).Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).i) Keamanan:Tanda: Kulit umum: destruksi jarinagn dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok. Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.

Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.

Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar. Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik).j) Pemeriksaan diagnostik:(1) LED: mengkaji hemokonsentrasi.(2) Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.(3) Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.(4) BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.(5) Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.(6) Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.(7) Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar masif.(8) Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.

I. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCULSebagian klien luka bakar dapat terjadi Diagnosa Utama dan Diagnosa Tambahan selama menderita luka bakar (common and additional). Diagnosis yang lazim terjadi pada klien yang dirawat di rumah sakit yang menderila luka bakar lebih dari 25 % Total Body Surface Area adalah :1. Penurunan Kardiak Output berhubungan dengan peningkatan permiabilitas kapiler.2. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan ketidak seimbangan elektrolit dan kehilangan volume plasma dari pembuluh darah.3. Perubahan Perfusi Jaringan berhubungan dengan Penurunan Kardiak Output dan edema.4. Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan kesukaran bernafas (Respiratory Distress) dari trauma inhalasi, sumbatan (Obstruksi) jalan nafas dan pneumoni.5. Perubahan Rasa Nyaman : Nyeri berhubungan dengan paparan ujung syaraf pada kulit yang rusak.6. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan luka bakar.7. Potensial Infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit.8. Perubahan Nutrisi : Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan peningkatan rata-rata metabolisme.9. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan luka bakar, scar dan kontraktur.10. Gangguan Gambaran Tubuh (Body Image) berhubungan dengan perubahan penampilan fisik

Klien luka bakar mungkin dapat terjadi Diagnosa Resiko dari satu atau lebih Diagnosa keperawatan berikut :1. Ketidakefektifan coping keluarga berhubungan dengan kehilangan rumah, keluarga atau yang lain.2. Ketidakefektifan pertahanan coping individu berhubungan dengan situasi krisis.3. Kecemasan berhubungan dengan ancaman kematian, situasi krisis dan kehilangan pengendalian.4. Takut berhubungan dengan nyeri, prosedur terapi dan keadaan masa depan yang tidak diketahui.5. Kelebihan cairan berhubungan dengan pemberian cairan intra vena yang terlalu banyak.6. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan nyeri, kontraktur dan kehilangan fungsi pada ekstrimitas dan bagian tubuh lain.7. Gangguan fungsi (disfungsi) seksual berhubungan dengan luka bakar perineum, genetalia, payudara, imobilisasi, kelelahan, depresi dan gangguan dalam gambaran diri (body image).8. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, cara pengobatan dan lingkungan yang gaduh.9. Isolasi sosial berhubungan dengan cara pengobatan dan perubahan dalam penampilan fisik.10. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan gagal ginjal dan terapi obat.11. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan pengaruh luka bakar.

Marilynn E. Doenges dalam Nursing care plans, Guidelines for planning and documenting patient care mengemukakan beberapa Diagnosa keperawatan sebagai berikut :1 Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka bakar daerah leher; kompresi jalan nafas thorak dan dada atau keterdatasan pengembangan dada.2 Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan. Kehilangan perdarahan.3 Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher.4 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat; kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi.5 Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema. Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.6 Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena, contoh luka bakar seputar ekstremitas dengan edema.7 Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik (sebanyak 50 % - 60% lebih besar dari proporsi normal pada cedera berat) atau katabolisme protein.8 Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler, nyeri/tak nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan.9 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam).10 Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisis situasi; kejadian traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan nyeri.11 Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan Salah interpretasi informasi Tidak mengenal sumber informasi.

J. INTERVENSITerlampir

daftar pustaka

Brunner and suddart. (1988). Textbook of Medical Surgical Nursing. Sixth Edition. J.B. Lippincott Campany. Philadelpia. Hal. 1293 1328.Carolyn, M.H. et. al. (1990). Critical Care Nursing. Fifth Edition. J.B. Lippincott Campany. Philadelpia. Hal. 752 779.Carpenito,J,L. (1999). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2 (terjemahan). PT EGC. Jakarta.Djohansjah, M. (1991). Pengelolaan Luka Bakar. Airlangga University Press. Surabaya.Doenges M.E. (1989). Nursing Care Plan. Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). F.A. Davis Company. Philadelpia.Donna D.Ignatavicius dan Michael, J. Bayne. (1991). Medical Surgical Nursing. A Nursing Process Approach. W. B. Saunders Company. Philadelphia. Hal. 357 401.Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.Goodner, Brenda & Roth, S.L. (1995). Panduan Tindakan Keperawatan Klinik Praktis. Alih bahasa Ni Luh G. Yasmin Asih. PT EGC. Jakarta.Guyton & Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo Surabaya. (2001). Pendidikan Keperawatan Berkelanjutan (PKB V) Tema: Asuhan Keperawatan Luka Bakar Secara Paripurna. Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.Jane, B. (1993). Accident and Emergency Nursing. Balck wellScientific Peblications. London.Marylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta