LOKAKARYA NASIONAL PENGAKUAN STUDI ... - Fakultas Hukum...

8
1 LOKAKARYA NASIONAL PENGAKUAN STUDI WANITA SEBAGAI BIDANG ILMU ANALISIS FILSAFAT ILMU TERHADAP KAJIAN WANITA SEBAGAI BIDANG ILMU By: Tri Lisiani Prihatinah, SH,MA,Ph.D. Law Faculty of Jenderal Soedirman University (UNSOED) [email protected] 27 28 Oktober 2010 Program Magister Kajian Wanita Program Pascasarjana Bekerjasama dengan Pusat Penelitian Gender dan Kependudukan LPPM Universitas Brawijaya - Malang

Transcript of LOKAKARYA NASIONAL PENGAKUAN STUDI ... - Fakultas Hukum...

Page 1: LOKAKARYA NASIONAL PENGAKUAN STUDI ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/lokakarya_analisis filsafat... · ANALISIS FILSAFAT ILMU ... maupun aksiologi begitu

1

LOKAKARYA NASIONALPENGAKUAN STUDI WANITA SEBAGAI BIDANG ILMU

ANALISIS FILSAFAT ILMU TERHADAP KAJIAN WANITA SEBAGAIBIDANG ILMU

By:Tri Lisiani Prihatinah, SH,MA,Ph.D.

Law Faculty of Jenderal Soedirman University (UNSOED)[email protected]

27 – 28 Oktober 2010Program Magister Kajian Wanita Program Pascasarjana

Bekerjasama denganPusat Penelitian Gender dan Kependudukan LPPM

Universitas Brawijaya - Malang

Page 2: LOKAKARYA NASIONAL PENGAKUAN STUDI ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/lokakarya_analisis filsafat... · ANALISIS FILSAFAT ILMU ... maupun aksiologi begitu

2

Tri Lisiani Prihatinah, SH,MA,Ph.D.

ANALISIS FILSAFAT ILMU TERHADAP KAJIAN WANITA SEBAGAIBIDANG ILMU

Law Faculty of Jenderal Soedirman [email protected]

ABSTRACT

It cannot be denied that women’s studies have already widespreadacademically in Indonesia and overseas. It position as a science,however, is questioned not only by feminists but also by non-feminists. This paper constructs on how the traits of philosophy ofscience can be applied into women’s studies domain. To do thisconstruction, I used feminist approach as a critical tool for analysis. Iinvestigate whether it is possible women’s studies can be a science orit is only a knowledge. The result showed that although there is prosand cons on the existence of women’s studies, three core of philosophyrightness namely ontology, epistemology and axiology, as well aslegal acknowledgement from Indonesian Government supportwomen’s studies become a science.

Key words: philosophy, women’s studies, science

ABSTRAK

Tidak dapat ditolak bahwa Kajian Wanita sudah tersebar luas secaraakademik baik di Indonesia maupun di luar negeri. Hanya saja posisiKajian Wanita sebagai bidang ilmu masih dipertanyakan oleh parafeminis dan non-feminis. Artikel ini mengkonstruksikan bagaimanasifat-sifat filsafat ilmu terdapat dalam bidang Kajian Wanita. Untukmelakukan konstruksi itu, saya menggunakan pendekatan feminissebagai alat kritis dalam menganalisis permasalahan ini. Saya menelitikemungkinannya Kajian Wanita digolongkan sebagai ilmu atau hanyasebatas pengetahuan saja. Hasilnya adalah bahwa meskipun terdapatsilang pendapat terhadap keberadaan Kajian Wanita tersebut,kebenaran filsafat ilmu baik berupa kebenaran ontology, epistemologymaupun aksiologi begitu juga pengakuan hukum Pemerintah Indonesiamendukung Kajian Wanita sebagai bidang ilmu.

Kata kunci: filsafat ilmu, Kajian Wanita, ilmu pengetahuan

Page 3: LOKAKARYA NASIONAL PENGAKUAN STUDI ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/lokakarya_analisis filsafat... · ANALISIS FILSAFAT ILMU ... maupun aksiologi begitu

3

I. PENDAHULUAN

Dilemparkannya pertanyaan apakah Kajian Wanita sebenarnya merupakan suatubidang ilmu atau sekedar sebuah pengetahuan merupakan hal yang patut dijelaskandengan baik karena esensi dari ilmu adalah dapat diberikannya alasan-alasan secaraakademik. Pertanyaan tersebut tidak hanya dilemparkan oleh mereka yang berada di luarbidang Kajian Wanita, tetapi bahkan diperdebatkan juga dikalangan sarjana yang sudahbergelut dalam Kajian Wanita itu sendiri.

Secara tradisi perempuan dari awal diberi jarak dari ilmu pengetahuan karenaperempuan selalu dikonsepsikan memiliki sifat-sifat alamiah yang bias laki-laki. MenurutOtto Weininger dalam bukunya Sex and Character yang menjadi masterpiece era ilmupengetahuan moderen di awal abad 20 mengemukakan pendapatnya dengan mengatakanbahwa perempuan berada di luar ilmu pengetahuan karena ilmuwan selalu merindukankebenaran, sedangkan perempuan hanya menginginkan kebalikan dari kebenaran, yaitupenderitaan.. (Otto Weininger, 1906, hal. 194). Senada dengan Weininger, lebih jauhdikatakan oleh Sigmund Freud seperti dikutip oleh Mariana Amiruddin bahwa ‘anatomiadalah takdir’ yang mengeluarkan perempuan dari seluruh proses penjelasan tentang ke-diri-annya, sehingga perempuan hanya menjadi obyek studi.(2006, hal. 18). Dalamkonsepsi yang bias gender ini, warna eksistensi hidup perempuan ditentukan oleh laki-laki. Latar belakang inilah yang merupakan salah satu alasan lahirnya pemikiran feminisdengan melakukan argumen bahwa warna hidup perempuan lebih baik kalau ditentukanoleh perempuan sendiri, bukan oleh laki-laki. Inspirasi ini menimbulkan lahirnyagelombang gerakan perempuan secara universal termasuk dinamika kehidupan akademik.

Tulisan ini menjelaskan beberapa hal yang menjawab keraguan dimasukkannyaKajian Wanita sebagai bidang ilmu. Dalam awal tulisan ini dipaparkan persoalan esensidari ilmu itu sendiri. Dilanjutkan dengan pemahaman bersama tentang Wanita dalamkedudukannya sebagai suatu kajian. Di bab terakhir dipaparkan juga dialog mencaribenang merah antara Kajian Wanita dengan bidang ilmu itu sendiri. Guna memperjelasbeberapa uraian tersebut, disampaikan juga kebenaran ontologis, epistemologis danaksiologis sebagai fokus dari Kajian Wanita sebagai suatu bidang ilmu.

II. RUMUSAN PERMASALAHANDengan mendasarkan pada pendahuluan yang sudah disebut di muka, maka

rumusan permasalahan yang ingin dijawab dalam tulisan ini adalah: Bagaimana analisisfilsafat ilmu terhadap Kajian Wanita sebagai suatu bidang ilmu?

III. METODOLOGI

Penulisan dalam penelitian ini menggunakan analisis filsafat ilmu untukmembedah eksistensi Kajian Wanita sehingga diperoleh gambaran yang jelas posisinyadalam bidang ilmu. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan feminis denganmelakukan literatur-review termasuk didalamnya melakukan analisis kritis terhadappendapat dan argumen yang dimunculkan. Meskipun data yang digunakan adalah datasekunder, tetapi dipilih data yang terdapat didalamnya suatu fakta empiris dariperkembangan keberadaan Kajian Wanita di Indonesia.

Page 4: LOKAKARYA NASIONAL PENGAKUAN STUDI ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/lokakarya_analisis filsafat... · ANALISIS FILSAFAT ILMU ... maupun aksiologi begitu

4

IV. KERANGKA TEORI DAN PEMBAHASAN

A. Pengetahuan dan Ilmu PengetahuanPengetahuan sebetulnya berbeda dengan ilmu atau ilmu pengetahuan karena ilmu

yang lebih luas cakupannya dari pengetahuan karena ilmu merupakan akumulasi daripengetahuan. (Beni Ahmad Saebani, 2009, hal. 34). Ilmu (pengetahuan) harus dibedakandengan pengetahuan bahwa pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide,konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya termasukmanusia dan kehidupannya. (The Liang Gie, 1998, hal.104). Sedangkan ilmu(pengetahuan) adalah keseluruhan sistem pengetahuan manusia yang telah dibakukansecara sistematis. Ini berarti pengetahuan lebih spontan sifatnya, sedangkan ilmupengetahuan lebih sistematis dan reflektif. (A. Sony Keraf dan Mikhael Dua, 2001,hal.22).

Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yangmembahas secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu merupakancabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri khusus tertentu. Meskipun secarametodologis ilmu tidak membedakan antara ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial,namum karena permasalahan-permasalahan teknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmusering dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial. Ilmu memangberbeda dengan pengetahuan secara filsafat, namun tidak terdapat perbedaan yang prinsipantara ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial, dimana keduanya mempunyai ciri-cirikeilmuan yang sama. (Yuyun S Suriasumantri, 2007, hal. 33.).Dibanding dengan pengetahuan, maka ilmu pengetahuan atau biasa disingkat denganilmu merupakan pengetahuan yang aspek ontologism, epistemologis dan aksiologisnyatelah lebih berkembang dan dilaksanakan secara konsekuen dan penuh disiplin. Daripengertian inilah sebenarnya berkembang pengertian ilmu sebagai disiplin yaknipengetahuan yang berkembang dan melaksanakan aturan-aturan mainnya dengan penuhtanggungjawab dan kesungguhan. Jadi untuk membedakan jenis pengetahuan yang satudari pengetahuan-pengethuan yang lainnya, maka pertanyaan yang dapat diajukan adalah:Apa yang dikaji oleh pengetahuan itu (ontologism)? Bagaimana cara mendapatkanpengetahuan tersebut (epistemologi)? Serta untuk apa pengetahuan termaksuddipergunakan (aksiologi)? (Yuyun S Sumantri, Filsafat Ilmu, 2007, hal. 35). Pertanyaan-pertanyaan ini memberikan kita gambaran kriteria untuk dikatakan sebagai ilmu.Sementara Gunawan Setiardja menarik memberikan beberapa garis besar yang melekatpada ilmu atau ilmu pengetahuan, yaitu:

1. sistematis2. bercorak universal,3. berbahasa ilmiah,4. observasi ilmiah,5. obyektivitas dan intersubyektivitas6. bercorak progresif termasuk sifat kritis didalamnya,7. mengandung aspek transendensi, dapat dipergunakan berkaitan dengan teori dan

praktis. (Gunawan Setiardja, 2000, hal. 48).

Page 5: LOKAKARYA NASIONAL PENGAKUAN STUDI ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/lokakarya_analisis filsafat... · ANALISIS FILSAFAT ILMU ... maupun aksiologi begitu

5

Dari sudut yang berbeda menurut Benard Arief Sidharta mendefinisikan ilmumengandung dua makna yakni sebagai produk dan sebagai proses. (1999, hal.4). Sebagaiproduk ilmu adalah pengetahuan yang sudah terkaji kebenarannya dalam bidang tertentudan tersusun dalam suatu system. Menurut asal usulnya kata “science” berasal dari katalatin “scientia” yang berarti pengetahuan. Pada kelanjutannya kata ini berasal dari bentukkata kerja “scire” yang artinya mempelajari, mengetahui. Cakupan ilmu yang pertamadan tertua sesuai asal usul kata “science” ini mengacu pada pengetahuan semata-matamengenai apa saja. Istilah “science” atau “ilmu” dalam pengertiannya yang lengkap danmenyeluruh adalah serangkaian kegiatan manusia dengan pikirannya dan menggunakanberbagai tatacara sehingga menghasilkan sekumpulan pengetahuan yang teratur mengenaigejala-gejala alami, kemasyarakatan dan perorangan untuk tujuan mencapai kebenaran,memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan atau melakukan penerapan. (The LiangGie, 1998, hal.19). Sementara sebagai proses, istilah ilmu menunjuk pada kegiatan akalbudi manusia untuk memperoleh pengetahuan dalam bidang tertentu secara bertatananatau sistematis dengan menggunakan seperangkat pengertian yang secara khususdiciptakan untuk itu, untuk mengamati dan mengkaji gejala-gejala yang relevan padabidang tersebut, yang hasilnya berupa putusan-putusan yang keberlakuannya terbukauntuk dikaji orang lain berdasarkan kriteria yang sama dan sudah disepakati ataudilazimkan dalam lingkungan komunitas sekeahlian dalam bidang yang bersangkutan.Aspek ilmu sebagai produk dan proses dikemukakan oleh C.A. van Peursen sepertidikutip The Liang Gie yang sekaligus menampilkan fungsinya, bahwa ilmu adalahsebuah kebijakan, sebuah strategi untuk memperoleh pengetahuan yang dapat dipercayatentang kenyataan, yang dijalankan orang terhadap (berkenaan) dengan kenyataannya.(The Liang Gie, 1998, hal.104).

B. Kajian WanitaSejak kelahirannya, ilmu (khususnya ilmu sosial dan humaniora) ditandai bias

laki-laki. Bahkan sejak berabad-abad wacana ilmu khususnya riset tentang masalahperempuan dirancang, diinterpretasikan dan dianalisis berdasarkan cara pandang yangmaskulin, tidak berakar pada pengalaman hidup perempuan itu sendiri. (SulistyowatiIrianto, & Shidarta, 2009, 247, Shulamith Reinharz, 1992 dan Jalaludin Rahmat, 1994).Bahkan sejak 485 SM dikatakan oleh Protagoras yang mengatakan bahwa ”man is themeasure of all things” termasuk pengukuran ilmu itu sendiri yang semuanya tergantungpada laki-laki dengan pengalaman uniknya sendiri. (Carol Travis,1992). Oleh karena itu,para sarjana feminis melakukan gerakan untuk merevisi ilmu pengetahuan. Hal initerjadi sejak pemikiran feminisme memasuki wacana dunia perguruan tinggi.(Sulistyowati Irianto dan Shidarta, 2009, 247)

Cara melakukan revisi ini dilakukan dengan mengakui adanya eksistensiperempuan dalam kehidupan. Untuk itu Sandra Harding dalam setiap kajian dan analisisilmu pengetahuan harus dilakukan dengan ” menambahkan perempuan” (adding women).Hal ini dilakukan karena menguniversalkan pengalaman perempuan sama dengan laki-laki dalam semua aspek adalah merupakan refleksi bias gender. (dalam Elli Nur Hayati,2006, hal. 11). Menurut Dorothy Smith, feminisme adalah sebuah teori, gerakan,epistemologi dan praktek yang sangat merindukan kebenaran. Senada dengan DorothySmith, Kum-Kum Bhavnani seperti dikutip oleh Mariana Aminuddin yang menyatakanperempuan menginginkan konsep yang mengakui keberadaan dirinya, sehingga nantinya

Page 6: LOKAKARYA NASIONAL PENGAKUAN STUDI ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/lokakarya_analisis filsafat... · ANALISIS FILSAFAT ILMU ... maupun aksiologi begitu

6

keputusan-keputusan perempuan menjadi keputusan-keputusan yang berangkat dari nilaidan pengetahuan yang dicapai perempuan sendiri, bukan dari orang lain. (2006, hal.24).

C. Benang Merah Kajian Wanita dengan Bidang IlmuSementara kalau esensi pemahaman ilmu dipakai sebagai alat analisis untuk

menentukan apakah “Kajian Wanita” merupakan ilmu atau sekedar pengetahuan, makaharus dikaji dulu Kajian Wanita itu dari esensi ilmu yaitu dari tiga sudut pandangkebenaran ilmu yaitu kebenaran ontologism, epistemologis dan aksiologis.

Dari sudut ontologism,….Hal ini membahas mengenai apa yang ingin diketahui,seberapa jauh ingin mengetahui atau dengan perkataan lain suatu pengkajian mengenaiteori tentang “ada”. Ontologis yaitu bagaimana kita memandang realitas kehidupan.Ontologis berasal dari kata ontos berarti ada, dan logos berarti ilmu. Tujuan darikebenaran ontologism ini yaitu untuk mencapai ultimate reality. Sementara dalampenelitian feminis mengakui subyektivitas, memprioritaskan women’s ways of knowing,dan menggunakan berbagai macam metode untuk mengakses isu yang sensitive bagiperempuan dan mengkinikan pengalaman perempuan. (Wolf, 1996). Tetapi dengan cara-cara seperti inilah realitas sesungguhnya kehidupan perempuan dapat diketahui.

Dilihat dari cara mendapatkannya, maka Kajian Wanita,….. Hal ini mengaturtentang bagaimana cara mendapatkan obyek kajian merupakan ranah epistemology yaituteori pengetahuan. Jurnal hal 14. jurnal hal.13: Dari sudut metodologi feminis adalahepistemology. Maka dalam penelitian feminis harus memakai pengalaman hidup,pemikiran, refleksi, interpretasi dan formulasi pengalaman perempuan sebagai titik tolakpijakan riset. Intersubyektivitas, bersama-sama menggunakan pengetahuan danpengalaman sangat mungkin disarankan baik untuk peneliti maupun untuk informan.(Vickie Rutledge Shields dan Brenda Dervin, 1993, hal 65-81).

Sementara dari sudut aklsiologi, Kajian Wanita berguna …. Hal ini untukmenjawab pertanyaan nilai kegunaan pengetahuan tersebut. (Yuyun S Suriasumantri,1984, hal. 4). Nilai pengetahuan berdasarkan landasan aksiologi bagi kepentingan hidupmanusia yaitu nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan? Sedangkan aksiologi adalahbagaimana nilai-nilai yang kita miliki mempengaruhi penelitian kita. (Jurnal, hal. 14)

<Pengertian Penelitian dan penelitian ilmiah>Penelitan berasal dari kata teliti yang artinya mempelajari sesuatu secara teliti dan

mendalam. Kegiatan ”meneliti” dan mencoba dengan kemungkinan gagal (trial anderror). Dalam bahasa Inggris penelitian dikenal dengan istilah research. DefinisiResearch adalah,”systematic investigation to establish facts atau a search forknowledge”. Jadi titik tekan suatu penelitian adalah menemukan secara sistematis fakta-fakta untuk menyusun pengetahuan. Fakta artinya “a concept whose truth can beproved”, suatu konsep yang membuktikan suatu kebenaran. Sedangkan pengetahuanartinya “the psychological result of perception and learning and reasoning”, buah daripersepsi, belajar dan pertimbangan yang sehat secara akal budi. Kesimpulannyapenelitian adalah proses mencari bukti-bukti kebenaran lewat persepsi, belajar danberfikir sehingga tertanamlah dalam jiwa kita suatu keyakinan yang kuat.

Penelitian Ilmiah adalah suatu proses pemecahan masalah dengan menggunakanprosedur yang sistematis, logis, dan empiris sehingga akan ditemukan suatu kebenaran.Hasil penelitian ilmiah adalah kebenaran atau pengetahuan ilmiah, Penelitian ilmiah yang

Page 7: LOKAKARYA NASIONAL PENGAKUAN STUDI ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/lokakarya_analisis filsafat... · ANALISIS FILSAFAT ILMU ... maupun aksiologi begitu

7

selanjutnya disebut penelitian atau riset (research) memiliki ciri sistematis, logis, danempiris. Sistematis artinya memiliki metode yang bersistem yakni memiliki tata cara dantata urutan serta bentuk kegiatan yang jelas dan runtut. Logis artinya menggunakanperinsip yang dapat diterima akal. Empiris artinya berdasarkan realitas atau kenyataan.Jadi penelitian adalah proses yang sistematis, logis, dan empiris untuk mencari kebenaran

<Kajian Wanita Sebagai Gerakan Politis dan Akademis>Banyak yang mengatakan bahwa feminisme semata-mata ideologi yang

mendorong gerakan sosial untuk memperjuangkan status perempuan, artinya sangatpolitis (dan tidak akademis). Karena sifat politisnya, maka feminis dianggap sebuah carapandang atau perspektif yg berpihak pada perempuan, sangat subyektif, berlawanandengan syarat ilmu pengetahuan yang obyektif. Sehingga baik laki-laki maupunperempuan yang tidak feminis, maka dinilai tidak obyektif. (Mariana Amiruddin, 2006,hal. 19). Ketidakobyektifan ini menjadikan ketidaksetujuan menjadikan Kajian Wanitamenjadi sebuah disiplin ilmu. Tetapi hal ini ditampik ilmuwan feminis denganmengajukan argumentasi bahwa seorang peneliti bisa obyektif kalau subyekpenelitiannya adalah juga manusia seperti dirinya. (Sulistyowati, 2009, hal, 250). Hal inidikarenakan subyek penelitian perempuan akan dapat memungkinkan tergalinyakebenaran-kebenaran sesungguhnya yang muncul saat dilakukan pengambilan informasi.Tetapi patut untuk dikembalikan pada analisis bahwa feminis memberi sumbangan positifbagi ilmu pengetahuan dengan salah satunya mengadakan penyelidikan sejarahpengetahuan yang tidak melibatkan perempuan-perempuan yang akibatnya hanyamembuat kehidupan perempuan menjadi lebih sulit. (Mariana Amiruddin, 2006, hal. 17-25).Ternyata sebagai ilmu pengetahuan tidak berhenti sampai pada kritik ketidakmelibatkanperempuan dan akibat negatif pada kehidupan perempuan saja. Berkat sejumlahargumentasi ilmiahnya, sejumlah universitas baik di dalam maupun di luar negeri,akhirnya mau mendirikan program studi bernama Women’s Studies atau biasa disebutKajian Perempuan atau Kajian Feminis atau Kajian Gender. Kajian ini merupakan suatubentuk kajian yang relatif baru, menggunakan kerangka berpikir kritik dalam paradigmailmu-ilmu sosial. (Mariana Amiruddin, 2006, hal. 21). Di Indonesia sendiri, kajian ini diuniversitas baru berkembang tahun 1990, salah satu diantaranya menjadi program pascasarjana di Universitas Indonesia. Pusat Studi Kajian Wanita Universitas Indonesia(PSKW UI) adalah pendidikan magister yg selama hampir 20 tahun sejak berdirinyamasih merupakan program pendidikan magister kajian perempuan pertama di Indonesia.Kajian perempuan dan jender, juga memiliki ciri khusus yang berbeda dengan bidang-bidang ilmu lain yang mengusung sifat-sifat kemapanan, yakni kritis dan diarahkan padaupaya pemampuan masyarakat khususnya bagi perempuan.

Lebih jauh lagi program studi Kajian Wanita di bawah Program PascasarjanaUniversitas Indonesia ini sudah diakui eksistensinya secara hukum dengan diresmikanprogram ini dengan dikeluarkannya Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan TinggiDepartemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 24/DIKTI/Kep/1994tanggal 28 Januari 1994.

Page 8: LOKAKARYA NASIONAL PENGAKUAN STUDI ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/lokakarya_analisis filsafat... · ANALISIS FILSAFAT ILMU ... maupun aksiologi begitu

8

V. KESIMPULAN

Setiap bentuk pemikiran manusia pada intinya dapat dikembalikan dalam dasar-dasar suatu ilmu baik dari sudut ontologI, epistemologI dan aksiologi dari pemikiranyang bersangkutan. Dengan bertolak pada ketiga landasan tersebut dan denganmendasarkan pada fakta empiris berkembangnya Kajian Wanita baik sebagai gerakansosial politis maupun akademis, maka dapat dipahami bahwa Kajian Wanitadikategorikan sebagai kajian ilmu. Apalagi negara juga sudah melegitimasi keberadaanKajian Wanita sebagai bidang ilmu dengan dikeluarkannya Keputusan Dari Dirjen TinggiDepdikbud tahun 1994 yang melegalkan keberadaan Bidang Studi Kajian Wanita UI ditingkat pasca sarjana.

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, Mariana, 2006, “Feminisme: Ilmu Pengetahuan Merindukan Kebenaran”,dalam Jurnal Perempuan, No. 48, hal. 17-25.

Gie, The Liang, 1998, Sejarah Ilmu-Ilmu dari Masa Kuno Sampai Zaman Modern,Yogyakarta, Penerbit PUBIB & Sabda Persada, hal.104

Hayati, Elli Nur, 2006, ”Ilmu Pengetahua + Perempuan = …”, dalam Jurnal Perempuan,No. 48, hal. 7-16.

Irianto, Sulistyowati, 2009, ”Penelitian Hukum Feminis: Suatu Tinjauan Sosiolegal”dalam Selistyowati Irianto dan Shidarta (Eds.), Metode Penelitian Hukum:Konstelasi dan Refleksi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, Indonesia.

Keraf, A. Sony dan Dua, Mikhael, 2001, Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis,Yogyakarta, Penerbit Kanisius, hal.22

Saebani, Beni Ahmad, 2009, Filsafat Ilmu-Kontemplasi Filosofis tentang Seluk-BelukSumber dan Tujuan Ilmu Pengetahuan, Bandung, Pustaka Setia, hal. 34.

Setiardja, Gunawan, 2000, Manusia dan Ilmu Telaah Filsafati atas Manusia yangMenekuni Ilmu Pengetahuan, Semarang, Penerbit Magister Ilmu HukumUNDIP, hal. 48

Shields, Vickie Rutledge dan Dervin, Brenda, 1993, “Sense-making in Feminist SocialScience Research: A call to Enlarge the Methodological Options of FeministStudies,” dalam Women’s Studies International Forum, 16(1), hal 65-81

Sidharta, Bernard Arief, 1999, Refleksi Tentang Struktur Ilmu Hukum, Bandung, PenerbitMandar Maju, hal.4.

Suriasumantri, Yuyun S, 2007, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta, PustakaSinar Harapan, hal. 33.

----------------, Yuyun S, 1984, Ilmu dalam Perspektif, Penerbit Yayasan Obor Indonesiadan LEKNAS-LIPI, Jakarta.

Travis, Carol, 1992, The Mismeasure of Woman, New York, Simon & Schuster.Weininger, Otto, 1906, Sex and Character, G.P. Putnam’s Sons, New York, hal. 194.Wolf, D. (Ed.), 1996, Feminist Dilemmas in Fieldwork, Boulder CO,Westview Press.