Logo Jogja by Dodo

25
PERANCANGAN LOGO BRANDING JOGJA SABDO PURNOMO - 131 2292 029 - DKV 2013 REG

description

Logo jogja, Tugas Psikologi persepsi

Transcript of Logo Jogja by Dodo

Page 1: Logo Jogja by Dodo

PERANCANGAN LOGO BRANDING

JOGJASABDO PURNOMO - 131 2292 029 - DKV 2013 REG

Page 2: Logo Jogja by Dodo

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) akan menyiapkan "brand"

baru untuk wilayah tersebut yang selama ini dikenal dengan slogan "Jogja

Never Ending Asia" dan logo berupa tulisan kata Jogja berwarna hijau. "`Brand`

baru ini tidak terlepas dari penetapan keistimewaan DIY," kata Gubernur DIY

Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X di Yogyakarta. Menurut dia, "brand"

baru yang menjadi bagian dari pencitraan wilayah harus bisa menarik minat

masyarakat untuk berkunjung ke Yogyakarta karena "brand" yang diusung

merupakan persepsi yang baik atas suatu wilayah. Sultan juga mengingatkan

agar "brand" baru yang nanti dimiliki DIY tersebut mencerminkan ikatan

emosional masyarakat atas Yogyakarta sehingga "brand" tersebut tidak hanya

menjadi milik pemerintah semata tetapi juga menjadi milik masyarakat secara

utuh. Sultan juga berharap, "brand" baru tersebut akan bisa meningkatkan

kinerja pemerintah dalam menjalankan tugasnya dan meningkatkan pelayanan

kepada masyarakat.

Sementara itu, Pakar Pemasaran Hermawan Kartajaya yang dimintai bantuan

oleh Sri Sultan HB X untuk merumuskan "brand" baru untuk Yogyakarta

mengatakan, unsur utama dalam "rebranding" Yogyakarta adalah Sabdatama

dan Jogja Renaissance. "Keduanya menjadi karakter yang tidak boleh

dipisahkan dalam `brand" baru Yogyakarta," Logo berupa tulisan "Jogja"

berwarna hijau yang sudah lekat sebagai "brand" Yogyakarta merupakan

tulisan tangan Sri Sultan HB X yang memiliki makna sangat dalam.

LATARBELAKANG

PERANCANGAN LOGO BRAND JOGJA

Page 3: Logo Jogja by Dodo

Namun, branding logo Yogyakarta yang baru saja diperkenalkan menuai kritikan di media sosial. Banyak pengguna

internet yang menilai logo tersebut bukannya terbaca “Jogja”, melainkan malah “Togua”, sesuai jenis huruf (Font) yang

digunakan. Hal ini sempat memicu kehebohan di media sosial sehingga masuk trending topic Indonesia di Twitter pada

29-30 Oktober 2014.

Logo baru ini adalah rancangan tim Hermawan Kertajaya dari MarkPlus Inc yang mengaku diminta oleh Sultan secara

pribadi untuk menggarap rebranding Yogyakarta, sekitar bulan Februari 2014. Sebelumnya, pria yang juga menjabat

sebagai President of World Marketing Asociation ini juga telah menggarap logo lama “Jogja, Never Ending Asia”.

Dalam desain yang baru, Hermawan mengadaptasi sembilan arah kebijakan Yogyakarta yang terangkum dalam Jogja

Renaissance.

Kritikan terhadap logo baru Jogja tidak hanya sekedar hujatan semata. Namun juga secara nyata diwujudkan dengan

menyumbangkan logo yang lebih representatif pada Bappeda DIY untuk diusulkan kepada Sri Sultan Hamengkubuwono

X. Hal itulah yang dilakukan oleh komunitas Jogja Darurat Logo. Mereka menggalang dan mengajak para designer akar

rumput di Yogya untuk menyumbangkan design logo baru Jogja melalui facebook.

Ada sejumlah elemen masyarakat yang menghendaki, agar rebranding dan tagline tersebut disayembarakan, karena

melibatkan secara langsung para seniman di bidang desain grafis lokal sehingga ciri khas dan keistimewaan yang

dimiliki DIY, yaitu aspek budaya dan heritagenya tetap terjaga. Untuk itu dalam kesempatan kali ini, akan dijadikan

sebagai wadah penyampaian pendapat mengenai logo jogja yang mempresentasikan ciri khas kota Yogyakarta.

Sumber: http://unisifm.com/jogja-darurat-logo-yogya-radio/#.VKDGQf-ABg

Page 4: Logo Jogja by Dodo

Dari Latar belakang diatas maka didapati rumusan masalah untuk perancangan

desain logo brand jogja, sebagai berikut:

Bagaimana merancang logo dan tagline branding kota jogja sebagai tujuan

wisata yang ramah?

Bagaimana merancang desain logo dan tagline branding untuk kota jogja

yang dapat mencerminkan jogja renaisance?

RUMUSAN MASALAHPERANCANGAN LOGO BRAND JOGJA

TUJUAN PERANCANGANPERANCANGAN LOGO BRAND JOGJATujuan perancangan logo brand untuk jogja ini adalah untuk:

Memperkenalkan Logo brand jogja yang baru sebagai pengganti untuk logo

dan tagline lama

Ikut berpartisipasi menyumbangkan logo untuk jogja yang nantinya bisa

digunakan sebagai city branding kota yogyakarta

Page 5: Logo Jogja by Dodo

IDENTIFIKASI & ANALISIS

DATA

Page 6: Logo Jogja by Dodo

Berbagai penamaan tentang

sebutan Yogyakarta seperti

Yogja, Jogja, Jogya dan

Yogya. Variasi nama itu muncul akibat

pelafalan yang berbeda-beda

antar orang dari berbagai daerah

di Indonesia. Uniknya, hampir semua

orang bisa memahami tempat yang

ditunjuk meski cara pengucapannya

berbeda. Karena kepentingan bisnis,

nama Jogja kemudian menguat dan

digunakan dalam slogan Jogja Never

Ending Asia. Slogan tersebut dibuat

untuk membangun citra Yogyakarta

sebagai kota wisata yang kaya

akan pesona alam dan budaya.

Alasan dipilih 'Jogja' adalah karena

(diasumsikan) lebih mudah dilafalkan

oleh banyak orang, termasuk para

wisatawan asing.

(www.yogyes.com).

PROFILDI. YOGYAKARTA JOGJA

Pemikiran mengenai perlunya penciptaan citra diri (Brand Image), dimunculkan

oleh Gubernur DIY pada awal tahun 2001, dimana pada saat itu daerah-

daerah di Indonesia berlomba-lomba menciptakan semboyan atau slogan

yang mewakili citra daerahnya, namun hanya dipahami oleh masyarakatnya

sendiri. Daerah Istimewa Yogyakarta menciptakan citra yang merefleksikan

atau menjadi indikator nilai (value indicator) bagi semua orang, baik di dalam

maupun di luar negeri.

Terdapat 3 (tiga) hal yang mendasar alasan Yogyakarta menciptakan brand

"Jogja Bever Ending Asia" yakni :

Pertama, krisis ekonomi yang berlanjut menjadi krisis multidimensional sejak

beberapa yang silam telah membawa dampak yang serius terhadap

kondisi politik, ekonomi dan sosial. Kondisi ini menyebabkan investor, trader,

dan wisatawan merasa khawatir untuk berkunjung. Dalam kondisi yang penuh

dengan ketidakpastian tersebut, Yogyakarta telah membuktikan sebagai

kawasan yang relatif aman dan damai dengan semangat keharmonisan

(harmony), saling menghormati (respect to each other) dan demokrasi. Kondisi

yang kondusif dan menguntungkan ini harus senantiasa dipelihara sehingga

image baik tentang Yogyakarta akan terus tertanam dibenak para investor,

pelaku usaha dan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

Kedua, Globalisasi yang

direfleksikan dalam istilah 4 I

(industri, investasi, informasi dan

individualis) telah mendorong

munculnya persaingan antar negara,

antar daerah untuk merebut pasar

dunia. Dalam kondisi yang penuh

persaingan seperti itu, untuk dapat

memenangkannya, Yogyakarta

perlu secara serius membangun

posisi yang jelas (clear positioning),

kekuatan yang berbeda/khas (strong

differentiation) dan membangun

brand image yang unik (brand image).

Ketiga, Yogyakarta telah

menyadari bahwa marketing

places akan mendorong tumbuhnya

perdagangan, pariwisata dan

investasi atau TTI (trade, tourism,

investment) untuk mendorong

pembangunan ekonomi. Yogyakarta

juga melihat bahwa strategi

membangun brand image sangatlah

diperlukan, karena brand tersebut

akan menjadi indikator nilai (value

indicator) yang akan didukung oleh

seluruh stakeholder di Yogyakarta.

Page 7: Logo Jogja by Dodo

Nilai-nilai Utama Brand

Yogyakarta dikenal sebagai pusat

kebudayaan Jawa yang kaya

akan warisan budaya. Disamping itu,

Yogyakarta juga selalu terbuka untuk

menerima kebudayaan nasional

dan regional lainnya yang selaras,

termasuk budaya global yang positip

dan memperkaya kebudayaannya.

Jadi, warisan budaya yang ada

secara alami tidak bersifat eksklusif dan

statis, melainkan inklusif dan dinamis

dari waktu ke waktu. Yogyakarta juga

selalu mendorong terjadinya dialog,

interaksi dan akulturasi dengan dunia

luas. Dengan demikian budaya

Yogyakarta akan tumbuh dan

berkembang bersamaan dengan

proses pewarisan dan revitalisasi dari

generasi ke generasi. Yogyakarta

juga mendorong terjadinya proses

modernisasi dan universalisasi

mengikuti perkembangan serta kemajuan teknologi. Artinya, Yogyakarta akan

merangkul dunia dan dunia secara antusias disambut di Yogyakarta (Jogja

shall intimately embrace the world will enthusiascally welcome Jogja)

Jogja Never Ending Asia hanyalah titik awal dalam pengembangan Identitas

Jogja. Visi, misi dan nilai utama brand tersebut harus secara konsisten dan

kontinyu dikomunikasikan ke seluruh stakeholders di Yogyakarta, baik internal

maupun eksternal. Secara internal segenap aparatur pemerintah/birokrat,

usahawan dan masyarakat di seluruh Yogyakarta harus turut andil memiliki dan

memahami makna tersebut dan menanamkan secara mendalam dalam pikiran,

hati dan jiwa mereka. Sedangkan secara eksternal, usaha yang keras dan

pantang menyerah harus dilakukan untuk membuat stakeholders luar, seperti

para pelaku bisnis, wisatawan, investor, pengembang, dan organisator kelas

dunia dalam memahami dan memberikan respek terhadap makna dari brand

"Jogja Never Ending Asia".

Jika hal tersebut telah dapat diwujudkan, Jogja Never Ending Asia adalah aset

riil yang memiliki andil cukup besar dalam pembangunan Jogja di masa depan.

Visi

Jogja Never Ending Asia mempunyai visi untuk menjadikan Yogyakarta “to

become the leading economic region in Asia for trade, tourism, and investment

in five years” (menjadi pemimpin/pelopor daerah-daerah Asia dalam bidang

perdagangan, pariwisata, dan investasi dalam jangka waktu lima tahun ke

depan).

Misi

Jogja Never Ending Asia mempunyai satu misi, yaitu untuk menarik, memberikan

kepuasan dan mempertahankan para pelaku pasar, wisatawan, investor,

pengembang dan para organisator kelas dunia untuk berusaha dan

menanamkan investasinya di

Yogyakarta. Untuk mewujudkan hal itu,

Yogyakarta harus mengembangkan

diri, menciptakan LIV, yaitu livability,

yakni suasana damai dan nyaman,

investability, yakni mampu digunakan

untuk berinvestasi, dan visitability,

yakni menarik dan berkesan untuk

dikunjungi. Smeua upaya ini pada

akhirnya dilakukan sebagai upaya

untuk meningkatkan taraf hidup

masyarakat Yogyakarta.

http://portal.jogjaprov.go.id/index.

php?option=com_content&view=arti

cle&id=299&Itemid=487

Page 8: Logo Jogja by Dodo

Logo merupakan suatu gambar

atau sekadar sketsa dengan arti

tertentu, dan mewakili suatu arti dari

perusahaan, daerah, organisasi,

produk, negara, lembaga, dan hal

lainnya membutuhkan sesuatu yang

singkat dan mudah diingat sebagai

pengganti dari nama sebenarnya.

Logo harus memiliki filosofi dan

kerangka dasar berupa konsep

dengan tujuan melahirkan sifat yang

berdiri sendiri atau mandiri. Logo

lebih lazim dikenal oleh penglihatan

atau visual, seperti ciri khas berupa

warna dan bentuk logo tersebut.

LANDASAN TEORIPERANCANGAN LOGO BRANDING JOGJA

LOGO PSIKOLOGI DALAM DESAIN LOGO

Psikologi dalam desain logo merupakan salah satu aspek sederhana dibalik proses pembuatan suatu logo. Biasanya

berhubungan secara ekslusif dengan pilihan warna. Tetapi, sebenarnya psikologi desain logo lebih dari itu. Desain

logo mengacu pada aktivitas membuat logo. Sedangkan istilah logo itu sendiri, digunakan untuk mengacu setiap

symbol yang diciptakan untuk tujuan identifikasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa psikologi dalam desain logo adalah

suatu studi tentang makna yang dapat dilihat pada logo selain identifikasi.

kata logo berasal dari kata Yunani yaitu “logos” yang secara harfiah berarti “kata”. harus berpikir untuk menciptakan

sebuah “kata” visual yang akan digunakan oleh orang-orang untuk mengidentifikasikan kepada siapa logo dibuat.

Pada dasarnya, apa yang perlu diingat adalah bahwa setiap atribut yang memungkinkan penciptaan makna

tambahan, dapat digunakan untuk menciptakan makna, dan akan akhirnya digunakan untuk menciptakan makna.

Setiap orang akan memahami dan berinteraksi dengan logo melalui perspektif pribadi mereka sendiri. Yang pada

akhirnya dipimpin oleh pandangan budaya mereka sendiri dan pengalaman pribadi. Jika orang-orang dengan tingkat

pendidikan yang berbeda melihat arti yang berbeda untuk kata yang sama, kemungkinan mereka akan melakukan hal

yang sama dengan logo tersebut. Oleh karena itu, yang harus dilakukan adalah memikirkan setiap bagian dari logo

sebagai atribut, dan kemudian merenungkan apa setiap atribut mungkin berarti lain atau dalam arti lain harus mencari

tahu bagaimana orang akan menafsirkan desain sebuah logo. Dua elemen yang paling penting dalam desain logo

yaitu warna dan bentuk.

Page 9: Logo Jogja by Dodo

Pengertian garis menurut Leksikon Grafika adalah benda dua dimensi

tipis memanjang. Sedangkan Lillian Gareth mendefinisikan garis sebagai

sekumpulan titik yang bila dideretkan maka dimensi panjangnya akan

tampak menonjol dan sosoknya disebut dengan garis.

Dalam hubungannya sebagai elemen senirupa, garis memiliki kemampuan

untuk mengungkapkan suasana. Suasana yang tercipta dari sebuah garis

terjadi karena proses stimulasi dari bentuk-bentuk sederhana yang sering kita

lihat di sekitar kita, yang terwakili dari bentuk garis tersebut. Sebagai contoh

adalah bila kita melihat garis berbentuk ‘S’, atau yang sering disebut ‘line of

beauty’ maka kita akan merasakan sesuatu yang lembut, halus dan gemulai.

Perasaan ini terjadi karena ingatan kita mengasosiasikannya dengan bentuk-

bentuk yang dominan dengan bentuk lengkung seperti penari atau gerak

ombak di laut.

Beberapa jenis garis beserta suasana yang ditimbulkannya seperti, garis lurus

mengesankan kekuatan, arah dan perlawanan. Garis lengkung mengesankan

keanggunan, gerakan, pertumbuhan. Berikut kami saijkan beberapa jenis garis

beserta asosiasi yang ditimbulkannya :

Horizontal : Memberi sugesti ketenangan atau hal yang tak bergerak.

Vertikal : Stabilitas, kekuatan atau kemegahan.

Diagional : Tidak stabil, sesuatu yang bergerak atau dinamika.

Lengkung S : Grace, keanggunan.

GARISZig-zag : Bergairah, semangat,

dinamika atau gerak cepat.

Bending up right : Sedih, lesu atau

kedukaan.

Diminishing Perspective : Adanya

jarak, kejauhan, kerinduan dan

sebagainya.

Concentric Arcs : Perluasan, gerakan

mengembang, kegembiraan dsb.

Pyramide : Stabil, megah, kuat atau

kekuatan yang masif.

Conflicting Diagonal : Peperangan,

konflik, kebencian dan kebingungan.

Spiral : Kelahiran atau generative

forces.

Rhytmic horizontals : Malas,

ketenangan yang menyenangkan.

Upward Swirls : Semangat menyala,

berkobar-kobar, hasrat yang tumbuh.

Upward Spray : Pertumbuhan,

spontanitas, idealisme.

Inverted Perspective : Keluasan

tak terbatas, kebebasan mutlak,

pelebaran tak terhalang.

Water Fall : Air terjun, penurunan

yang berirama, gaya berat.

Rounded Archs : Lengkung bulat

mengesankan kekokohan.

Rhytmic Curves : Lemah gemulai,

keriangan.

Gothic Archs : Kepercayaan dan

religius.

Radiation Lines : Pemusatan,

peletupan atau letusan.

bih jauh lagi, garis sesuai fungsinya

yang khas, yang mampu membentuk

symbol yang memiliki pengertian

khusus, sangat menunjang

penggunaannya sebagai elemen

symbol.

Page 10: Logo Jogja by Dodo

Bentuk merupakan wujud rupa

sesuatu, biasa berupa segi

empat, segi tiga, bundar, elip

dsb. Pada proses perancangan

logo, bentuk menempati posisi yang

tidak kalah penting dibanding

elemen-elemen lainnya, mengingat

bentuk-bentuk geometris biasa

merupakan simbol yang membawa

nilai emosional tertentu. Seperti yang

diungkapkan Plato, bahwa rupa

atau bentuk merupakan bahasa

dunia yang tidak dirintangi oleh

perbedaan-perbedaan seperti

terdapat dalam bahasa kata-kata.

Dari perspektif psikologis, tidak

ada yang lebih relevan daripada

bentuk. Otak manusia didesain untuk

memahami dan menghafal bentuk.

Ini adalah cara kita belajar sesuatu.

Sebuah bentuk yang khas yang akan

selalu kita ingat setelah melihatnya.

berikut ini adalah penjelasan dari

setiap bentuk suatu logo yang

mampu mengirimkan pesan tertentu:

PSIKOLOGI BENTUK

Lingkaran

- Koneksi, Komunitas, Keseluruhan,

Ketahanan, Pergerakan, Keamanan.

- Referensi untuk perasaan

kewanitaan : Kehangatan,

Kenyamanan, Sensualiatas, dan

Cinta

Kotak

- Keteraturan, Logis, Keamangan.

- Kotak juga adalah dasar dari objek

3 dimensi yang berarti Berat, Massa,

dan Kepadatan

Segi Tiga

- Energi, Power, Keseimbangan,

Hukum, Ilmu Pasti, Agama.

- Juga sebagai referensi untuk

perasaan maskulin : Kekuatan, Agresi,

dan Pergerakan yang dinamik.

Page 11: Logo Jogja by Dodo

Sebagai bagian dari elemen logo,

warna memegang peran sebagai

sarana untuk lebih mempertegas dan

memperkuat kesan atau tujuan dari

logo tersebut. Dalam perencanaan

corporate identity, warna mempunyai

fungsi untuk memperkuat aspek

identitas. Lebih lanjut dikatakan

oleh Henry Dreyfuss, bahwa warna

digunakan dalam simbol-simbol

grafis untuk mempertegas maksud

dari simbol-simbol tersebut. Sebagai

contoh adalah penggunaan warna

merah pada segitiga pengaman,

warna-warna yang digunakan untuk

traffic light merah untuk berhenti, kuning

untuk bersiap-siap dan hijau untuk

jalan. Dari contoh tersebut ternyata

pengaruh warna mampu memberikan

impresi yang cepat dan kuat.

Warna selalu membangkitkan reaksi

emosional. Beberapa orang lebih

menyukai warna tertentu seperti merah,

putih, biru atau hitam sedangkan

sebagian lagi tidak menyukai warna

tersebut karena itulah peran warna

PSIKOLOGI WARNA

menjadi sangat krusial dan penting

dalam menyampaikan pesan dalam

dunia komuniskasi visual terutama

dalam marketing, branding dan

corporate identity.

Alam bawah sadar, manusia sudah

terlatih untuk memberikan respon

tertentu terhadap warna namun hal

ini sangat dipengaruhi oleh budaya

seperti warna hitam yang dipakai

dieropa untuk acara kematian

sedangkan pada budaya china

justru warna putihlah yang dipilih.

Warna dapat menyampaikan

pesan sublimasi tentang persepsi

dan indra sensori manusia yang

akhirnya dapat mengubah cara

kita berpikir tentang sebuah subjek.

Sejak manusia purba hingga manusia

modern, kita bergantung pada

kemampuan kita mengindentifikasi

warna demi kelangsungan hidup

mulai dari membedakan makanan

yang beracun hingga pada rambu

lalu lintas.

Warna adalah unsur yang penting dalam desain logo. Warna memiliki arti

tambahan, tetapi mereka tidak diatur. Orang-orang telah memberikan

makna terhadap warna selama berabad-abad, dan proses terus-menerus

menghubungkan arti yang sama dengan warna yang sama lagi dan lagi

adalah apa yang akhirnya memperkuat itu. Warna yang berbeda memiliki arti

yang berbeda dalam masyarakat yang berbeda.

emampuan warna menciptakan impresi, mampu menimbulkan efek-efek tertentu.

Secara psikologis diuraikan oleh J. Linschoten dan Drs. Mansyur tentang warna

sbb: Warna-warna itu bukanlah suatu gejala yang hanya dapat diamati

saja, warna itu mempengaruhi kelakuan, memegang peranan penting dalam

penilaian estetis dan turut menentukan suka tidaknya kita akan bermacam-

macam benda.

Page 12: Logo Jogja by Dodo

Dari pemahaman diatas dapat dijelaskan bahwa warna, selain hanya dapat

dilihat dengan mata ternyata mampu mempengaruhi perilaku seseorang,

mempengaruhi penilaian estetis dan turut menentukan suka tidaknya seseorang

pada suatu benda. Berikut kami sajikan potensi karakter warna yang mampu

memberikan kesan pada seseorang sbb :

Hitam

Sebagai warna yang tertua (gelap)

dengan sendirinya menjadi lambang

untuk sifat gulita dan kegelapan

(juga dalam hal emosi).

Putih

sebagai warna yang paling terang,

melambangkan cahaya, kesulitan

dsb.

Abu-abu

merupakan warna yang paling netral

dengan tidak adanya sifat atau

kehidupan spesifik.

Merah

Bersifat menaklukkan, ekspansif

(meluas), dominan (berkuasa), aktif

dan vital (hidup).

Kuning,

dengan sinarnya yang bersifat kurang

dalam, merupakan wakil dari hal-hal

atau benda yang bersifat cahaya,

momentum dan mengesankan

sesuatu.

Biru,

sebagai warna yang menimbulkan

kesan dalamnya sesuatu (dediepte),

sifat yang tak terhingga dan

transenden, disamping itu memiliki sifat

tantangan.

Hijau

mempunyai sifat keseimbangan dan

selaras, membangkitkan ketenangan

dan tempat mengumpulkan daya-

daya baru.

Page 13: Logo Jogja by Dodo

TEORI TIPOGRAFI

Tipografi merupakan seni memilih dan menata huruf dengan pengaturan

penyebarannya pada ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan

kesan khusus, sehingga akan menolong pembaca untuk mendapatkan

kenyamanan membaca semaksimal mungkin.

Berikut adalah beberapa jenis huruf berdasarkan klasifikasi yang dilakukan

oleh James Craig, antara lain sbb :

1. Roman

Ciri dari huruf ini adalah memiliki sirip/kaki/serif yang berbentuk lancip pada

ujungnya. Huruf Roman memiliki ketebalan dan ketipisan yang kontras pada

garis-garis hurufnya. Kesan yang ditimbulkan adalah klasik, anggun, lemah

gemulai dan feminin.

2. Egyptian

Adalah jenis huruf yang memiliki ciri kaki/sirip/serif yang berbentuk persegi

seperti papan dengan ketebalan yang sama atau hampir sama. Kesan yang

ditimbulakn adalah kokh, kuat, kekar dan stabil.

3. Sans Serif

Pengertian San Serif adalah tanpa sirip/serif, jadi huruf jenis ini tidak memiliki

sirip pada ujung hurufnya dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau hampir

sama. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf jenis ini adalah modern, kontemporer

dan efisien.

4. Script

Huruf Script menyerupai goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas

atau pensil tajam dan biasanya miring ke kanan. Kesan yang ditimbulkannya

adalah sifast pribadi dan akrab.

5. Miscellaneous

Huruf jenis ini merupakan pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada.

Ditambah hiasan dan ornamen, atau garis-garis dekoratif. Kesan yang dimiliki

adalah dekoratif dan ornamental.

Dalam pemilihan jenis huruf, yang senantiasa harus diperhatikan adalah

karakter produk yang akan ditonjolkan dan juga karakter segmen pasarnya.

Sumber : Murphy, John and Michael Rowe. How to Design Trademarks and

Logos. Ohio : North Light Book, 1998.

Page 14: Logo Jogja by Dodo

TEORI GESTALT

Gestalt merupakan sebuah teori psikologi yang menyatakan bahwa

seseorang akan cenderung mengelompokkan apa dia lihat disekitarnya

menjadi suatu kesatuan utuh berdasarkan pola, hubungan, dan kemiripan. Teori

ini dibangun oleh 3 ilmuwan asal Jerman yaitu: Kurt Koffka, Max Wertheimer, and

Wolfgang Köhler.

Prinsip-prinsip Gestalt yang banyak diterapkan dalam desain grafis antara

lain adalah proximity (kedekatan posisi), similarity (kesamaan bentuk), closure

(penutupan bentuk), continuity (kesinambungan pola), dan figure Ground.

1. Proximity (kedekatan posisi)

Objek-objek yang berdekatan posisinya akan dikelompokkan sebagai suatu

kesatuan.

2. Similarity (kesamaan bentuk)

Objek-objek yang bentuk dan elemennya mirip akan dikelompokkan sebagai

suatu kesatuan.

3. Closure (penutupan bentuk)

Suatu objek akan dianggap utuh walaupun bentuknya tidak tertutup

sepenuhnya.

4. Continuity (kesinambungan pola)

Objek akan dipersepsikan sebagai suatu kelompok karena adanya

kesinambungan pola.

5. Figure Ground

Sebuah objek bisa dilihat sebagai dua objek dengan permainan foreground

dan background. Masing-masing bisa diidentifikasi sebagai objek tanpa harus

membentuknya menjadi solid.

Gestalt menjelaskan bagaimana secara psikologi seseorang mencerna apa

yang dilihatnya. Dengan memahami prinsip kerja kecenderungan persepsi

visual manusia melalui Gestalt, desainer dapat memahami bagaimana fungsi

sampainya suatu pesan terhadap audiens.

Page 15: Logo Jogja by Dodo

KONSEPBRANDING YOGYAKARTA

Logo sebagai branding sebuah kota

tentunya harus menunjukan jati diri

dari kota tersebut.

Yogyakarta adalah kota budaya

yang sangat kental dengan

adat istiadat Jawa, yang penuh

akan Budaya, adat istiadat, seni

pertunjukan Jawa, itu dikarenakan

Kota ini termasuk salah satu daerah

Istimewa yang ada di Indonesia.

Untuk itu dalam logo ini akan

mengusung tema kearifan lokal

yang ada di jogja, yang nantinya

akan mempresentasikan kota Jogja

sebagai kota Budaya.

YOGYAKARTA KOTA BUDAYA

Budaya yang tumbuh di Jogja adalah kebudayaan Jawa yang berasal

dari abad ke 16 yaitu Kerajaan Mataram hingga pecahannya yaitu

Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Dengan kepemimpinan Sri Sultan

Hamengkubuwono dan Sri Paku Alam, rakyat Yogyakarta merasa terayomi

dan hidup secara damai dan sejahtera. Hal ini terbukti selama ini kehidupan

masyarakat Yogyakarta adem ayem, toto titi, tentrem, dan tetap maju tidak

terjadi gejolak politik, sosial, ekonomi yang menonjol.

KRATONKeraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta merupakan

istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang kini berlokasi di

Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia.

Keraton Yogyakarta tidak hanya

menjadi tempat tinggal raja, namun

juga menjadi penjaga nyala

kebudayaan Jawa. Di tempat ini

Anda dapat belajar dan melihat

secara langsung bagaimana

budaya tetap dilestarikan di tengah

laju perkembangan dunia.

Keraton Yogyakarta yang kental

akan budaya, ini menjadi salah satu

landmark kota yogyakarta. Bahkan

sebelum Yogyakarta menjadi bagian

dari NKRI.

Warna dan merah, dan emas menjadi

ciri khas kraton yogyakarta. Dalam hal

ini logo brand jogja akan memakai

warna warna hijau dan emas.

Page 16: Logo Jogja by Dodo

UKIRAN/BATIK

Batik adalah salah satu kerajinan

khas Indonesia terutama daerah

Yogyakarta. Batik yogya terkenal

karena keindahannya, baik corak

maupun warnanya. Seni batik sudah

ada diturunkan oleh nenek moyang,

hingga saat ini banyak sekali tempat-

tempat khusus yang menjual batik

ini. Perajin batik banyak terdapat di

daerah pasar ngasem dan sekitarnya.

Bentuk sulur dari Batik Yogyakarta

akan di ambil sebagai unsur logo

branding jogja.

LAMPU KOTA

Lampu kota Yogyakarta yang sangat

khas menjadi kenunikan yang dapat

merepresentasikan jogja sebagai

kota wisata di mata wisatawan.

Jajaran lampu kota unik dengan ukiran

khas jogja menjadi ikon yang selalu

diinggat wisatawan saat berkunjung

ke jogja.

Jadi penggunaan lampu kota jogja

sangat dapat merepresentasikan

jogja sebagai kota wisata

budayanya di mata wistawan, sangat

cocok untuk branding sebuah kota

KERIS

Keris adalah pusaka orang jawa.

Keris melambangkan kebudayaan

jawa. Keraton Yogyakarta

sebagai landmark kota jogja juga

memiliki berbagai koleksi keris-keris

peninggalan kerajaan yang syarat

akan sejarah.

Karena posisinya sebagai pusaka

orang jawa dan merepresentasikan

budaya jawa maka keris menjadi salah

satu unsur yang di pertimbangkan

dalam perancangan logo brand

kota Yogyakarta.

Page 17: Logo Jogja by Dodo

KONSEP VERBALBRANDING YOGYAKARTA

Kata Jogja sudah lama dibrandingkan untuk merepresentasikan jogja

sebagai kota pariwisata dan budayanya. Kata “Yogyakarta” adalah

nama asli dan nama sah provinsi ini. Namun kata “jogja” lebih sering di gunakan

oleh masyarakat umum sifatnya lebih singkat dan lebih tidak resmi. Yogyakarta

lebih sering di gunakan untuk bahasa resmi. selain untuk meneruskan citra

sebelumnya kata “jogja” lebih singkat dan lebih cepat di tangkap atau di

baca oleh audience.

Logo branding jogja tidak menggunakan logogram, karena justru akan

mengganggu keberadaan logotype jogja sendiri. Logo brand berupa hanya

tulisan "jogja" justru lebih bisa menjadi "reminding" bagi pengunjung. Selain itu

penggunaan kata "jogja" sebagai logo brand juga meneruskan logo brand

sebelumnya dengan kata yang sama.

Page 18: Logo Jogja by Dodo

STUDI WARNA

Dari perspektif psikologi secara umum

warna hijau melambangkan

Emosi: Harmoni, segar, ambisi,

keserakahan. Warna hijau mewakili

kehidupan, kesegaran, lingkungan

hidup dan pembaharuan. Warna

hijau membangkitkan emosi yang

menenangkan.

HIJAU

Menurut Perspektif masyarakat Yogyakarta

Warna Hijau adalah salah satu warna khas dari Yogyakarta, selain warna

merah dan emas, warna ini terdapat pada lambang provinsi DI. Yogyakarta.

Warna hijau juga merupakan warna logo brand sebelumnya yang merupakan

tanda tangan dari Sri Sultan.

Warna emas ini

memiliki arti dan makna yaitu

Mencerminkan prestis (kedudukan),

kesehatan,

keamanan, kegembiraan, kebijakan,

arti, tujuan, pencarian kedalam hati,

kekuatan mistis. Warna emas ini sangat

bagus karena dengan warna ini akan

kelihatan lebih hidup dan lebih

terang.

Warna Emas menjadi warna khas

dari kota jogyakarta selain hidau

dan merah. warna ini sangat

merepresentasikan keraton yogyarata

yang memiliki kedudukan yang tinggi.

EMAS

Page 19: Logo Jogja by Dodo

STUDI BENTUK

Bentuk Logo Jogja menggunakan

LogoType tanpa logogram yang

terpisah. Bentuk utama yang berupa

tulisan jogja akan dikreasikan dengan

sulur yang diambil dari corak batik

jogja.

Tipografi secara umum akan

menggunakan typeface bold

dengan shape yang rounded.

Huruf yang tebal akan memberikan

ketegasan dan lebih mampu memberi

kesan reminder untuk audience,

sedangan bentuk rounded akan

merepresentasikan jogja sebagai

kota yang ramah di kunjungi.

Bentuk Sulur yang di ambil dari corak

uiran/batik yogyakarta akan di

tempatkan di ujung ujung huruf

Page 20: Logo Jogja by Dodo

SKETSA KASARLOGO BRANDING JOGJA

Page 21: Logo Jogja by Dodo

PROSES VEKTORISASILOGO BRANDING JOGJA

Page 22: Logo Jogja by Dodo

Warna Hijau

yang digunakan memiliki value

yang lebih muda dari pada logo

sebalumnya di maksudkan agar

Brand yang baru ini dapat lebih

memiliki semangat muda

Bentuk sulur pada bagian ujung-

ujung tipografi adalah sebagai

perwujudan batik khas yogyakarta.

Bagian atas Huruf ' J ' menggunakan

Ikon yang diambil dari lampu

kota yang terhampar di jalanan

Yogyakarta. Ikon ini sangat efektif

untuk branding kota yogyakarta,

karena sangat mencirikan kota

yogyarta dan tidak ada di kota-

kota lain.

Teori Gestalt di terapkan

antara huruf 'G' dan 'J'. Dengan

menggunakan teori ... bagian

diantara huruf "G" dan "J" ini

membentuk ikon sebuah keris,yang

mempresentasikan budaya

yogyakarta yang pada umumnya

mirip dengan budaya jawa

FINALARTWORKLOGO BRANDING JOGJA

Warna Emas

digunakan sebagai warna nyala

lampu kota pada huruf ' J '. Warna

emas memiliki value yang muda,

sama seperti warna hijau.

Page 23: Logo Jogja by Dodo

100% 75% 50% 25%

FINALARTWORKLOGO BRANDING JOGJA

Page 24: Logo Jogja by Dodo

COLOR POSITIF NEGATIF

FINALARTWORKLOGO BRANDING JOGJA

Page 25: Logo Jogja by Dodo