Lo Skenario Indera Peraba

11
1. Alat indra adalah organ yang berfungsi untuk menerima jenis ransangan tertentu. sensasi yang dihasilkan melalui aksi rangsangan mekanik pada permukaan kulit. Sensasi taktil, bentuk rasa sentuhan, bervariasi sesuai dengan jenis stimulus: sentuhan, tekanan, atau getaran. 1. Paccini, merupakan ujung saraf pada kulit yang peka terhadap rangsangan berupa tekanan yang dalam, letaknya di sekitar akar rambu, di jaringan subkutan pada telapak tangan, telapak kaki, jari, putting. Bentuknya bundar atau lonjong, dan besar (panjang 2 mm, dan diameter 0,5 – 1 mm). Bentuknya mirip bawang. 2. Ruffini, merupakan ujung saraf pada kulit yang terangsang oleh regangan atau kontraksi otot yang bersangkutan juga untuk menerima rangsangan panas. Ditemukan pada jaringan ikat termasuk dermis dan kapsula sendi. 3. Meisner, merupakan ujung saraf perasa pada kulit yang peka terhadap sentuhan. Terletak pada ujung jari, bibir, putting. Bentuknya silindris, sumbu panjangnya tagak lurus permukaan kulit dan berukuran sekitar 80 mikron dan lebarnya sekitar 40 mikron. 4. Krause, merupakan ujung saraf perasa pada kulit yang peka terhadap rangsangan dingin. Ditemukan di daerah mukokutis (bibir), pada dermis dan berhubungan dengan rambut. Krause ini berbentuk bundar dengan diameter sekitar 50 mikron. 5. Lempeng Merkel, merupakan ujung perasa sentuhan dan tekanan ringan, terletak dekat permukaan kulit. 6. Ujung saraf terbuka, yaitu ujung saraf perasa nyeri yang merupakan reseptor sensorik utama dalam kulit.Bentuknya bercabang-cabang. Klasifikasi reseptor sebagai berikut : 1. Berdasarkan tipe stimulus: 1. Chemoreceptor : respon terhadap zat kimia 2. Thermoreceptor : respon terhadap suhu (panas dan dingin) 3. Nociceptor : reseptor rasa sakit, misalnya adanya respon terhadap trauma. 4. Mechanoreceptor : respon terhadap perubahan posisi fisik. 5. Photoreceptor : respon terhadap cahaya 2. Berdasarkan asal stimulus :

description

n

Transcript of Lo Skenario Indera Peraba

1. Alat indra adalah organ yang berfungsi untuk menerima jenis ransangan tertentu. sensasi yang dihasilkan melalui aksi rangsangan mekanik pada permukaan kulit. Sensasi taktil, bentuk rasa sentuhan, bervariasi sesuai dengan jenis stimulus: sentuhan, tekanan, atau getaran.

1. Paccini, merupakan ujung saraf pada kulit yang peka terhadap rangsangan berupa tekanan yang dalam, letaknya di sekitar akar rambu, di jaringan subkutan pada telapak tangan, telapak kaki, jari, putting. Bentuknya bundar atau lonjong, dan besar (panjang 2 mm, dan diameter 0,5 1 mm). Bentuknya mirip bawang.2. Ruffini, merupakan ujung saraf pada kulit yang terangsang oleh regangan atau kontraksi otot yang bersangkutan juga untuk menerima rangsangan panas. Ditemukan pada jaringan ikat termasuk dermis dan kapsula sendi.3. Meisner, merupakan ujung saraf perasa pada kulit yang peka terhadap sentuhan. Terletak pada ujung jari, bibir, putting. Bentuknya silindris, sumbu panjangnya tagak lurus permukaan kulit dan berukuran sekitar 80 mikron dan lebarnya sekitar 40 mikron.4. Krause, merupakan ujung saraf perasa pada kulit yang peka terhadap rangsangan dingin. Ditemukan di daerah mukokutis (bibir), pada dermis dan berhubungan dengan rambut. Krause ini berbentuk bundar dengan diameter sekitar 50 mikron.5. Lempeng Merkel, merupakan ujung perasa sentuhan dan tekanan ringan, terletak dekat permukaan kulit.6. Ujung saraf terbuka, yaitu ujung saraf perasa nyeri yang merupakan reseptor sensorik utama dalam kulit.Bentuknya bercabang-cabang.

Klasifikasi reseptor sebagai berikut :1. Berdasarkan tipe stimulus:1. Chemoreceptor : respon terhadap zat kimia2. Thermoreceptor : respon terhadap suhu (panas dan dingin)3. Nociceptor : reseptor rasa sakit, misalnya adanya respon terhadap trauma.4. Mechanoreceptor : respon terhadap perubahan posisi fisik.5. Photoreceptor : respon terhadap cahaya2. Berdasarkan asal stimulus :1. Interoceptor : deteksi stimulus pada bagian internal organ 2. Proprioceptor : deteksi stimulus dari posisi dan pergerakan tubuh atau bagiannya.3. Exteroceptor : deteksi stimulus dari luar tubuh.3. Berdasarkan distribusi reseptor di tubuh :1. General (somesthetic) sense : yaitu reseptor yang t erdistribusi luas pada kulit, otot, tenson, joint capsule, dan viscera. 2. Special sense : merupakan reseptor yang terbatas pada kepala dan bagian yang diinervasi oleh nervus cranialis. Yang termasuk spesial sense yaitu penglihatan, pendengaran, pengecapan, dan penghiduan.Reseptor pada kulit sendiri termasuk pada general sense, yang nantinya akan tersusun atas beberapa klasifikasi reseptor :1. Uncapsulated Nerve Endings 1. Free nerve endings :Merupakan reseptor untuk panas, termasuk dingin. Serta memiliki peran nociceptor, yakni reseptor untuk nyeri. Jadi pada bagian ujung dendritnya tidak dimiliki asosiasi khusus dengan sel aksesori khusus atau jaringan. Biasanya dendritnya hanya tertanam dalam epithel dan jaringan ikat.

2. Tactile (merkel) disc : Diskus merkel ditemukan pada kulit yang tidak berambut, misalnya pada ujung jari dan folkel rambut. Serabut saraf berjalan menuju dermis dan beakhir sebagai pelebarann berbentuk diskus yang terletak di dekat sel epithel berwarna gelap pada bagian atas dermis, yang disebut sel merkel. Kelompok diskus merkel pada kulit yang berambut disebut tactile domes, ditemukan pada epidermis di antara folikel-folikel rambut.. Diskus merkel ini merupakan reseptor raba yang beradaptasi lambat dan menghantarkan informasi mengenai derajat tekanan yang terjadi pada kulit, misalnya ketika seseorang memegang pena.

3. Hair receptor (peritricial endings)Serabut saraf melingkar pada folikel di dalam selubung jaringan ikat luar di bawah glandula sebasea. Beberapa cabang mengelilingi folikel, sedangkan beberapa cabang lainnya paralel terhadap sumbu panjangnya. Penekukan rambut akan merangsang reseptor ini, yang termasuk mekanoreseptor dengan adaptasi cepat.reseptor tidak aktif apabila rambut ditekuk, namun akan terjadi inisiasi implussaraf bila rambut dilepaskan kembali.

2. Encapsuled Nerve Endings1. Tactile (meissener) corpuscle :Reseptor ini tereletak pada papila dermis kulit, khususnya ditelapak tangan dan kaki. Corpusculum meissner juga banyak ditemukan pada kulit papila mamae dan genitalia externa. Corpusculum meissner diliputi oleh kapsul jaringan ikat yang bersambungan dengan endoneurium saraf yang masuk kedalamnya. Beberapa serabut saraf bermielin masuk ke ujung bagian dalam corpusculum, cabang-cabang yang bermielin dan tidak bermielin mengecil dan menyebar di antara sel scwan. Reseptor ini sangat peka terhadap rasa raba dan merupakan mekanoreseptor yang beradaptasi cepat. Reseptor ini memeungkinkan seseorang membedakan dua struktur berujung tajam yang diletakkan berdekatan pada kulit.

2. Krause end Bulbs : Memiliki fungsi yang hampir sama dengna corpusculum meissner, akan tetapi terletak pada membran mukus lebih dalam pada kulit.

3. Pacini Corpuscle : Merupakan reseptor yang berperan sebagai affektor untuk tekanan yang kuat, serta getaran. Pada bagian ujungnya terlihat adanya suatu modifikasi dari sel schwan, yang membentuk selubung.

4. Ruffini corpuscle :Terletak pada dermis, umumnya berperan terhadap sentuhan kuat, tekanan, serta getaran yang terus-menerus, dan juga pada pergerakan sendi.

1. Ujung Saraf BebasSerat saraf sensorik aferen berakhir sebagai ujung akhir saraf bebas pada banyak jaringan tubuh dan merupakan reseptor sensorik utama dalam kulit. Serat akhir saraf bebas ini merupakan serat saraf yang tak bermielin, atau serat saraf bermielin berdiameter kecil, yang semua telah kehilangan pembungkusnya sebelum berakhir, dilanjutkan serat saraf terbuka yang berjalan di antara sel epidermis. Sebuah serat saraf seringkali bercabang-cabang banyak dan mungkin berjalan ke permukaan, sehingga hampir mencapai stratum korneum. Serat yang berbeda mungkin menerima perasaan raba, nyeri dan suhu. Sehubungan dengan folikel rambut, banyak cabang serat saraf yang berjalan longitudinal dan melingkari folikel rambut dalam dermis.Beberapa saraf berhubungan dengan jaringan epitel khusus. Pada epidermis berhubungan dengan sel folikel rambut dan mukosa oral, akhir saraf membentuk badan akhir seperti lempengan (diskus atau korpuskel merkel). Badan ini merupakan sel yang berwarna gelap dengan banyak juluran sitoplasma. Seperti mekanoreseptor badan ini mendeteksi pergerakan antara keratinosit dan kemungkinan juga gerakan epidermis sehubungan dengan jaringan ikat di bawahnya. Telah dibuktikan bahwa beberapa diskus merkel merespon rangsangan getaran dan juga resepor terhadap dingin.

2. Korpuskulus Peraba (Meissner)Korpuskulus peraba (Meissner) terletak pada papila dermis, khususnya pada ujung jari, bibir, puting dan genetalia. Bentuknya silindris, sumbu panjangnya tagak lurus permukaan kulit dan berukuran sekitar 80 mikron dan lebarnya sekitar 40 mikron. Sebuah kapsul jaringan ikat tipis menyatu dengan perinerium saraf yang menyuplai setiap korpuskel. Pada bagian tengah korpuskel terdapat setumpuk sel gepeng yang tersusun transversal. Beberapa sel saraf menyuplai setiap korpuskel dan serat saraf ini mempunyai banyak cabang mulai dari yang mengandung mielin maupun yang tak mangandung mielin. Korpuskulus ini peka terhadap sentuhan dan memungkinkan diskriminasi/ pembedaan dua titik (mampu membedakan rangsang dua titik yang letaknya berdekatan).3. Korpuskulus Berlamel (Vater Pacini)Korpuskulus berlamel (vater pacini) ditemukan di jaringan subkutan pada telapak tangan, telapak kaki, jari, puting, periosteum, mesenterium, tendo, ligamen dan genetalia eksterna. Bentuknya bundar atau lonjong, dan besar (panjang 2 mm, dan diameter 0,5 1 mm). Bentuk yang paling besar dapat dilihat dengan mata telanjang, karena bentuknya mirip bawang.Setiap korpuskulus disuplai oleh sebuah serat bermielin yang besar dan juga telah kehilangan sarung sel schwannya pada tepi korpuskulus. Akson saraf banyak mengandung mitokondria. Akson ini dikelilingi oleh 60 lamela yang tersusun rapat (terdiri dari sel gepeng). Sel gepeng ini tersusun bilateral dengan dua alur longitudinal pada sisinya.Korpuskulus ini berfungsi untuk menerima rangsangan tekanan yang dalam.4. Korpuskulus Gelembung (Krause)Korpuskulus gelembung (krause) ditemukan di daerah mukokutis (bibir dan genetalia eksterna), pada dermis dan berhubungan dengan rambut. Korpuskel ini berbentuk bundar (sferis) dengan diameter sekitar 50 mikron. Mempunyai sebuah kapsula tebal yang menyatu dengan endoneurium. Di dalam korpuskulus, serat bermielin kehilangan mielin dan cabangnya tetapi tetap diselubungi dengan sel schwann. Seratnya mungkin bercabang atau berjalan spiral dan berakhir sebagai akhir saraf yang menggelembung sebagai gada. Korpuskel ini jumlahnya semakin berkurang dengan bertambahnya usia.Korpuskel ini berguna sebagai mekanoreseptor yang peka terhadap dingin.5. Korpuskulus RuffiniKorpuskulus ini ditemukan pada jaringan ikat termasuk dermis dan kapsula sendi. Mempunyai sebuah kapsula jaringan ikat tipis yang mengandung ujung akhir saraf yang menggelembung. Korpuskulus ini merupakan mekanoreseptor, karena mirip dengan organ tendo golgi.Korpuskulus ini terdiri dari berkas kecil serat tendo (fasikuli intrafusal) yang terbungkus dalam kapsula berlamela. Akhir saraf tak bermielin yang bebas, bercabang disekitar berkas tendonya. Korpuskulus ini terangsang oleh regangan atau kontraksi otot yang bersangkutan juga untuk menerima rangsangan panas.6. Spindel NeuromuskularKulit merupakan indra peraba yang mempunyai reseptor khusus untuk sentuhan, panas, dingin, sakit, dan tekanan. Kulit merupakan organ tubuh paling luar. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat 15% berat badan. Kulit yang elastic dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, ulit yang tebal dan tegang terdapat di telapak kaki dan telapak tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada muka, kulit yang lembut terdapat pada leher dan badan, dan kulit yang berambut kasar terdapat pada kepala.

1. Hipersensitif terhadap sentuhan (tactile defensiveness) yaitu ketidaktepatan, tanggapan yang bersifat berlebihan terhadap masukan taktual, dimungkinkan tanggapannya terlalu negatif untuk dapat diraba atau menghindari kontak dengan permukaan yang dapat dipakai sebagai masukan taktual yang kuat, seperti bahan-bahan untuk permadani dan sikat.dapat menimbulkan mispersepsi terhadap sentuhan, berupa respons menarik diri saat disentuh, menghindari kelompok orang, menolak makan makanan tertentu atau memakai baju tertentu, serta menggunakan ujung-ujung jari, untuk memegang benda tertentu. Bentuk lain disfungsi ini adalah perilaku yang mengisolasi diri atau menjadi iritabel (Elina Waiman dkk, 2011).Penyakit ini berawal dari gangguan sistem saraf pusat, dimana stimulus yang masuk diartikan berbeda; stimulus sentuhan yang masuk dihantar dan diartikan berbeda menjadi stimulus nyeri2. Hiposensitif (under-responsive)3. Agnosia jari-jari (finger agnosia), yaitu ketidakmampuan untuk mengenali suatu objek melalui jari-jemarinya tanpa melihat terlebih dahulu4. Taktil agnosia (astereognosis), yaitu ketidakmampuan untuk mengenal benda-benda yang telah dikenal sebelumnya melalui sentuhan,5.

Lansiaa) Kemunduran dalam merasakan sakit. b) Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin. Anak/bayiUntuk menstimulasi indera peraba, bayi perlu mengenal konsep kasar-halus atau keras-lunak. Salah satu caranya, Anda dapat mengenalkan kepadanya berbagai tekstur bahan seperti sutera, satin, velvet, kulit, handuk dan sebagainya. Selain itu, Anda dapat juga memanfaatkan kegiatan sehari-hari. Seperti memanfaatkan waktu mandi, Anda dapat mengenalkan sifat sabun yang licin.Selain itu, Anda dapat mengajaknya berjalan-jalan tanpa alas kaki sehingga ia dapat merasakan perbedaan tekstur, kala ia menyentuh lantai, karpet, atau rumput. Dengan cara ini sekitar usia 2 tahun ia mulai bisa menyebutkan kalau batu itu keras atau sutera itu lembut.Sentuhan adalah perkembangan rasa yang baik pada saat lahir, dan oleh karena itu sangat penting untuk bayi Anda sekarang. Visinya masih belum berkembang dan suara banyak yang belum masuk akal baginya. Jadi melalui kontak bahwa dia memperoleh banyak rangsangan. Sentuhan juga sangat menenangkan baginya. Jadi gunakan setiap kesempatan untuk kontak kulit ke kulit: di kamar mandi, di tempat tidur, atau meringkuk bersama di sofa di ruangan yang hangat. Untuk membuat sebagian besar dari pengalaman sensorik, mengapa tidak mencoba memijat si kecil dengan tangan Anda.KEKUATAN SENTUHANKulit manusia adalah salah satu organ yang paling sensitif. Setiap inci kulit kita dikemas penuh dengan ujung saraf yang menghubungkan informasi penting ke otak tentang sentuhan, dan suhu lingkungan. Hal ini sangat penting untuk bayi Anda sekarang, karena visi dan pendengaran belum lagi tajam. Indera peraba adalah alat yang ampuh untuk membantu dia belajar tentang dunia barunya. Perpindahannya baru-baru ini dari lingkungan cairan rahim yang hangat dan terlindungi, ke dunia luar perlu banyak untuk dibiasakan. Pada bulan-bulan awal, bayi Anda akan sangat menyukai meringkuk dalam lengan Anda dimana dia bisa merasa tertutup dan aman. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa kontak kulit-ke-kulit antara orang tua dan bayi juga bermanfaat untuk proses ikatan. Jadi Anda harus mengambil setiap kesempatan untuk memeluk bayi dan mendorong perkembangan indera perabanya.a) bayi memiliki jalur saraf yang belum matang sehingga tidak bisa membedakan stimulus sensori.b) Lansia mengalami perubahan degeneratif pada organ sensori dan fungsi persyarafan sehingga mengalami penurunan fungsi pada organ sensori, yaitu penurunan penglihatan, pendengaran, kesulitan persepsi, penurunan diskriminatif rasa dan sensitivitas bau, perubahan taktil, gangguan keseimbangan, dan disorientasi tempat dan waktu. 7. Pemeriksaan fisik indra perabaan didasarkan pada sensibilitas. Pemeriksaan fisik sensori indra perabaan (taktil) terbagi atas 2 jenis, yaitu basic sensory modalities dan testing higher integrative functions. Basic sensory modalities (pemeriksaan sensori primer) berupa uji sensasi nyeri dan sentuhan, uji sensasi suhu, uji sensasi taktil, uji propiosepsi (sensasi letak), uji sensasi getar (pallestesia), dan uji sensasi tekanan. Sedangkan testing higher integrative functions (uji fungsi integratif tertinggi) berupa stereognosis, diskriminasi 2 titik, persepsi figure kulit (grafitesia), ekstinksi, dan lokalisasi titik.Sensasi raba dihantarkan oleh traktus spinotalamikus ventralis. Sedangkan sensasi nyeri dan suhu dihantarkan oleh serabut saraf menuju ganglia radiks dorsalis dan kemudian serabut saraf akan menyilang garis tengah dan akan masuk menuju traktus spinotalamikus lateralis kontralateral yang akan berakhir di talamus sebelum dihantarkan ke korteks sensorik dan diinterpretasi. Adanya lesi pada traktus-traktus tersebutlah yang dapat menyebabkan gangguan sensorik tubuh.

1. Basic sensory modalities(pemeriksaan sensori primer) 1. Uji sensasi nyeri dan sentuhanUji sensasi nyeri dan sentuhan terbagi menjadi 2 macam, yaitu nyeri superficial (tajam-tumpul) dan nyeri tekan.1) Nyeri superficialMerupakan metode uji sensasi dengan menggunakan benda yang memiliki 2 ujung, yaitu tajam dan tumpul. Benda tersebut dapat berupa peniti terbuka maupun jarum pada reflek hammer. Pasien dalam keadaan mata terpejam saat dilakukan uji ini dan dilakukan pengkajian respon melalui pertanyaan apa yang anda rasakan? dan membandingkan sensasi 2 stimulus yang diberikan. Apabila terjadi keraguan respon maupun kesulitandan ketidakmampuan dalam membedakan sensasi, maka hal ini mengindikasikan adanya deficit hemisensori berupa analgesia, hipalgesia, maupun hiperalgesia pada sensasi nyeri. Sedangkan gangguan pada sensasi sentuhan berupa anestesia dan hiperestesia.2) Nyeri tekanMerupakan metode uji sensori dengan mengkaji nyeri melalui penekanan pada tendon dan titik saraf. Metode ini sering digunakan dalam uji sensori protopatik (nyeri superficial, suhu, dan raba) dan uji propioseptik (tekanan, getar, posisi, nyeri tekan). Misalnya, berdasarkan Abadie sign pada daerah dorsalis, tekanan ringan yang diberikan pada tendon Achilles normalnya adalah hilang. Dengan kata lain tidak dapat dirasakan sensasi nyeri bila diberikan tekanan ringan pada tendon Achilles.1. Uji sensasi suhuUji sensasi suhu pada dasarnya lebih direkomendasikan apabila pasien terindikasi gangguan sensasi nyeri. Hal ini dikarenakan pathways dari indra nyeri dan suhu saling berbuhungan. Metode ini menggunakan gelas tabung yang berisi air panas dan dingin. Pasien diminta untuk membedakan sensasi suhu yang dirasakan tersebut. Apabila pasien tidak dapat membedakan sensasi,maka pasien dapat diindikasikan mengalami kehilangan slove and stocking (termasuk dalam gangguan neuropati perifer).1. Uji sensasi taktilUji sensasi taktil dilakukan dengan menggunakan sehelai dawai (senar) steril atau dapat juga dengan menggunakan bola kapas. Pasien yang dalam keadaan mata terpejam akan diminta menentukan area tubuh yang diberi rangsangan dengan memberikan hapusan bola kapas pada permukaan tubuh bagian proksimal dan distal. Perbandingan sensitivitas dari tubuh proksimal dan distal akan menjadi tolak ukur dalam menentukan adanya gangguan sensori. Indikasi dari gangguan sensori pada uji sensasi taktil ini berupa hyperestetis, anastetis, dan hipestetik.1. Uji propiosepsi (sensasi letak)Uji ini dilakukan dengan menggenggam sisi jari pada kedua tungkai yang disejajarkan dan menggerakkannya ke arah gerakan jari. Namun yang perlu diperhatikan adalah menghindari menggenggam ujung dan pangkal jari atau menyentuh jari yang berdekatan karena lokasi sensasinya mudah ditebak (memberikan isyarat sentuh). Pasien yang dalam keadaan mata terpejam diminta untuk menentukan lokasi jari yang digerakkan.Selain itu, uji ini juga dapat dilakukan dengan menguji posisi sensasi di sendi metakarpalia palangeal untuk telapak kaki besar. Orang muda normal memiliki derajat diskriminasi sebesar 1 sampai 2 derajat untuk gerakan sendi distal jari dan 3 sampai 5 derajat untuk kaki besar.1. Uji sensasi vibrasi (pallestesia)Uji sensasi vibrasi dilakukan menggunakan garpu tala frekuensi rendah (128 atau 256 Hertz) yang diletakkan pada bagian tulang yang menonjol pada tubuh pasien. Kemudian pasien diminta untuk merasakan sensasi yang ada dengan memberikan tanda bahwa ia dapat merasakan sensasi getaran. Apabila pasien masih tidak bisa merasakan sensasi getaran, maka perawat menaikkan frekuensi garputala sampai pasien dapat merasakan sensasi getaran tersebut. Pasien muda dapat merasakan getaran selama 15 detik di ibu jari kaki dan 25 deti di sendi distal jari. Sedangkan pasien usia 70 tahun-an merasakan sensasi getaran masing-masing selama 10 detik dan 15 detik.1. Uji sensasi tekananUji sensasi tekanan menerapkan kemampuan pasien dalam membedakan tekanan dar sebuah objek pada ujung jari. Uji ini dilakukan dengan cara menekan aspek tulang sendi dan subkutan untuk mempersepsikan tekanan. Rekomendasi untuk uji tekanan ini diutamakan pada penderita diabetes dan dilakukan minimal sekali setahun.1. Testing higher integrative functions(uji fungsi integratif tertinggi) 1. StereognosisStereognosis merupakan kemampuan untuk mengenali objek dengan perasaan. Uji ini merupakan identifikasi benda yang dikenal dan diletakkan di atas tangan pasien sehingga pasien dapat mengidentifikasi benda yang berada di tangannya. Adanya kesulitan identifikasi benda (gangguan stereognosis) mengindikasikan adanya lesi pada kolumna posterior atau korteks sensori.1. Diskriminasi 2 titikDiskriminasi 2 titik merupakan metode identifikasi sensasi 2 titk dari penekanan 2 titik pin yang berada pada permukaan kulit. Uji ini terus dilakukan berulang hingga pasien tidak dapat mengidentifikasi sensasi 2 titik yang terpisah. Lokasi yang sering digunakan untuk uji ini adalah ujung jari, lengan atas, paha, dan punggung. Adanya gangguan identifikasi 2 titik mengindikasikan adanya lesi pada kolumna posterior atau korteks sensori.1. Identifikasi angka (grafitesia)Grafitesia merupakan metode penggambaran angka di mana nantinya pasien diminta untuk mengidentifikasi angka yang tergambar pada telapak tangan. Metode grafitesia dapat menggunakan ujung tumpul pulpen sebagai media stimuli. Kesulitan pada identifikasi angka menunjukkan adanya glesi pada kolumna posterior atau korteks sensori.1. EkstinksiEkstinksi merupakan salah satu uji sensori yang menggunakan metode sentuhan pada kedua sisi tubuh. Uji ini dilakukan pada saat yang sama dan lokasi yang sama pada kedua sisi tubuh, misalnya lengan bawah pada kanan dan kiri lengan. Apabila pasien tidak bisa menggambarkan jumlah titik lokasi sentuhan (biasanya psien hanya merasakan satu sensasi), maka dapat dipastikan pasien teridentifikasi adanya lesi sensoris.1. Lokalisasi titikLokalisasi titik merupakan metode didentifikasi letak lokasi sensasi stimulus. Metode ini dilakukan dengan cara memberikan sensasi sentuhan ringan pada permukaan kulit dan meminta pasien untuk menyebutkan atau menunjukkan letak sensasi yang dirasakan. Adanya penurunan sensasi sensori dibuktikan dengan adanya ketidak-akuratan identifikasi lokalisasi. Hal ini disebabkan adanya lesi pada korteks sensori sehingga terjadi penurunan maupun hilangnya sensasi sentuhan pada sisi tersebut.Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kamudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling Baik. (QS. Al Muminuun : 12-14).