LKTM HIV
-
Upload
raka-black -
Category
Documents
-
view
488 -
download
14
Transcript of LKTM HIV
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan sindrom (kumpulan
gejala penyakit) yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Sindrom ini ditandai dengan munculnya berbagai gejala penyakit yang disebabkan
oleh penurunan sistem kekebalan tubuh. HIV merupakan golongan retrovirus
yang utamanya menginfeksi komponen vital sistem imun (kekebalan) tubuh
manusia, seperti sel limfosit T CD4+, makrofag, dan sel dendritik. HIV
menghancurkan sel T CD4+ baik secara langsung maupun tidak langsung.
Disamping itu, infeksi HIV juga menyebabkan ketidakmampuan tubuh
penderitanya untuk memproduksi berbagai mediator kimia yang berperan dalam
proses imunitas (sitokin), seperti Tumor Necrosing Factor Alpha (TNF-α),
Interferon Gamma (IFN-γ), serta Interleukin (IL). Karena sel T CD4+ dan sitokin
sangat penting dalam mekanisme pertahanan tubuh manusia, maka saat sel CD4+
mengalami penurunan jumlah karena penghancuran oleh virus dan sitokin tidak
mampu dihasilkan dalam jumlah yang cukup (adekuat), orang yang terinfeksi HIV
sangat rentan terhadap infeksi mikroorganisme lainnya sehingga muncullah
berbagai gejala penyakit yang dikenal dengan AIDS.
Waktu yang diperlukan sejak pertama kali terjadi infeksi HIV hingga berkembang
menjadi AIDS berbeda-beda pada setiap individu, tergantung dari status
kekebalan tubuh penderitanya. Ada yang memerlukan waktu mingguan hingga 20
tahun. Tanpa adanya obat antiretroviral, usia harapan hidup penderita AIDS rata-
rata 9,2 bulan. Gejala AIDS sangatlah beragam, tergantung dari penyakit yang
mendasari timbulnya gejala tersebut, mulai dari gangguan kulit, pernafasan,
gastrointestinal, neurologi, keganasan (tumor/kanker), hingga infeksi
opportunistik (seperti kandidiasis, kriptosporodiasis, dan sebagainya). Terdapat 3
jalur transmisi/penularan virus HIV, yaitu: melalui rute kontak seksual, rute
pertukaran darah dan produk darah (seperti transfusi, penggunaan obat bius secara
injeksi), serta transmisi vertikal (dari ibu ke anak yang dikandungnya).
1
AIDS telah menjadi permasalahan kesehatan global (pandemi) sejak kasus
pertama teridentifikasi pada tahun 1981 dan menjadi penyakit yang menyebar
paling cepat pada abad ke-20. Sejak pandemi AIDS pertama dimulai, diperkirakan
lebih dari 60 juta orang telah terinfeksi virus HIV. Saat ini AIDS merupakan
pembunuh utama di negara-negara Sub-Sahara Afrika serta menjadi pembunuh
keempat di seluruh dunia. Berdasarkan laporan WHO dan UNAIDS, hingga
Januari 2006 tercatat sekitar 40 juta orang di dunia hidup dengan HIV/AIDS
(ODHA), yang terdiri dari 37,2 juta orang dewasa dan 2,8 juta anak-anak, serta 25
juta orang telah meninggal dunia sejak penyakit ini pertama kali ditemukan,
sehingga AIDS dikatakan sebagai pandemi penyakit yang paling destruktif. Pada
tahun 2005, diperkirakan penderita AIDS bertambah sekitar 2,8-3,6 juta orang,
dimana sekitar 570.000 diantaranya adalah anak-anak (Anonim, 2006a). Wilayah
yang paling parah terkena dampak pandemi AIDS ini adalah wilayah Sub-Sahara
Afrika, dimana 3,1 juta orang dewasa dan anak-anak terinfeksi virus HIV selama
tahun 2004 dan 2,3 juta orang meninggal dalam kurun waktu satu tahun. Penderita
HIV/AIDS di Afrika hingga saat ini mencapai 25,4 juta orang. Hingga saat ini,
jumlah penderita HIV/AIDS di wilayah Asia sekitar 8,2 juta orang, dimana setiap
tahun terdapat 1,2 juta kasus baru infeksi HIV (Singh, 2005).
Jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia saat ini diperkirakan berjumlah sekitar
90.000 hingga 130.000 orang. Statistik lainnya menyebutkan bahwa terdapat
sekitar 600.000 pengguna obat-obatan yang dilakukan dengan cara suntik di
seluruh Indonesia, dan sekitar setengahnya terinfeksi HIV (Rachmanto, 2005).
Kasus baru HIV/AIDS pada tahun 2005 ditemukan sebanyak 3.513 kasus. Sebuah
angka yang mendekati sama untuk rentang waktu sepuluh tahun (1993-2003) yang
mencapai 4.121 kasus. DKI Jakarta tercatat pada urutan pertama untuk kasus
HIV/AIDS di Indonesia, diikuti oleh Papua, Bali, Riau, Jawa Timur, dan Jawa
Barat. Keenam daerah ini memasuki concentrated level epidemic AIDS (Anonim,
2006b). Gambaran jumlah penderita HIV/AIDS merupakan suatu fenomena
gunung es (ice berg phenomeneon), dimana data statistik yang ada hanya
menggambarkan jumlah penderita di permukaan saja, namun jumlah penderita
sebenarnya jauh lebih besar dari apa yang mampu digambarkan oleh data tersebut.
2
Hingga saat ini belum ditemukan obat yang mampu menyembuhkan HIV/AIDS
secara tuntas, padahal jumlah penderita HIV/AIDS makin lama makin bertambah.
Obat-obatan antiretroviral saat ini telah tersedia di Indonesia, namun belum semua
penderita HIV/AIDS memiliki kemampuan untuk mengaksesnya karena berbagai
alasan. Obat anti-HIV juga menyebabkan munculnya berbagai masalah kesehatan
baru bagi pengidap HIV/AIDS akibat efek samping obat, seperti lipodistrofi,
dislipidemia, resistensi insulin, dan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular.
Efek samping ini meningkatkan kemungkinan lolosnya virus dan timbulnya
resistensi virus terhadap pengobatan (Anonim, 2006a). Disamping itu, tingginya
angka ko-infeksi HIV dengan virus Hepatitis C (lebih dari 60%) dan/atau
tuberkulosis (lebih dari 45%) menyebabkan pemberian pengobatan menjadi lebih
sulit (Djoerban, 2005).
Alam Indonesia yang kaya akan keanekaragaman hayati pada dasarnya
menyimpan berbagai potensi untuk pengembangan bahan obat dalam upaya
memerangi berbagai macam penyakit, termasuk HIV/AIDS. Salah satu tumbuhan
Indonesia yang berpotensi untuk dimanfaatkan dalam penatalaksanaan HIV/AIDS
adalah benalu teh (Scurrula atropurpurea Danser). Hingga saat ini masyarakat
banyak mengenal dan memanfaatkan benalu teh sebagai obat penyakit kanker
yang terbukti dapat bermanfaat sebagai imunostimulator (penguat sistem
imun/kekebalan tubuh) karena mengandung berbagai macam komponen yang
berperan dalam melawan berbagai proses keganasan. Komponen aktif dalam
benalu teh yang berperan dalam proses imunostimulator tersebut adalah senyawa
lektin dan dibantu oleh beberapa senyawa lainnya, seperti senyawa asam lemak
tak jenuh, santin, tanin, dan sebagainya.
Mekanisme kerja lektin sebagai imunostimulator adalah dengan cara
meningkatkan jumlah produksi dan aktivitas sel limfosit T (CD3+, CD4+), serta
merangsang produksi dan aktivitas berbagai sitokin yang berperan dalam proses
imunitas, seperti TNF-α, IFN-γ, IL-1, IL-2, dan IL-6. Mekanisme kerja lektin
dalam meningkatkan jumlah dan aktivitas sel T telah dapat dibuktikan melalui
penelitian yang dilakukan oleh Gorter, et al (1992) melalui pemberian ektrak
benalu secara in vitro dengan konsentrasi 10 mcg/ml. Dari penelitian tersebut
ditemukan adanya peningkatan sel CD4+ sebanyak 35% dan bertahan selama 4
3
tahun. Temuan ini juga diperkuat oleh penelitian Lukyanova, et al (2001) yang
menemukan bahwa pemberian ekstrak benalu secara subkutan dapat
meningkatkan jumlah limfosit T (CD3+) secara signifikan. Disamping berperan
dalam meningkatkan jumlah dan aktivitas sel T, Hajto, et al (1989), Lukyanova, et
al (2001), dan Gorter et al (1992) menemukan bahwa lektin dapat meningkatkan
sekresi dan aktivitas TNF-α, IFN-γ, IL-1, IL-2, IL-6 yang sangat penting dalam
mekanisme pertahanan tubuh melawan berbagai macam infeksi. Atas dasar
pemikiran tersebut di atas, maka muncul pemikiran penulis untuk memanfaatkan
benalu teh sebagai obat imunostimulator pada penderita HIV/AIDS, sebab dengan
pemberian benalu teh dalam bentuk ekstrak kepada penderita HIV/AIDS yang
mengalami penurunan jumlah dan aktivitas sel CD4+ serta sitokin, maka
diharapkan jumlah dan aktivitas sel limfosit T dan sitokin dapat meningkat,
sehingga dapat meningkatkan status imunitas penderita HIV/AIDS dalam
melawan berbagai macam infeksi.
Banyak penelitian juga membuktikan bahwa berbagai zat yang terkandung dalam
tumbuhan terbukti dapat berperan sebagai antiretroviral, yaitu mampu membunuh
dan menghambat replikasi (proliferasi) HIV. Zat-zat tersebut antara lain: berbagai
senyawa alkaloid, polisakarida, fenol, flavonoid, coumarin, tanin, triterpene, dan
puluhan zat lainnya beserta turunannya (Vlietinck, et al, 1998). Beberapa zat
tersebut ternyata terkandung di dalam benalu teh, seperti senyawa asam kafeat
(caffeic acid), asam katekinat (catechinic acid), lektin, tanin. Komponen aktif
seperti asam kafeat dan serta asam katekinat terbukti memiliki kemampuan dalam
menghambat adsorpsi virus. Lektin bekerja secara langsung untuk mencegah
proses fusi antara virus dan membran sel dengan cara mengikat glikan kaya-
manosa pada gp120 yang merupakan glikoprotein yang sangat penting pada
selubung HIV-1 selama infeksi. Disamping itu, lektin juga memiliki fungsi
menghambat enzim integrase dan menghambat proses translasi virus karena lektin
merupakan suatu ribosome inhibiting protein (RIP). Tanin dapat berfungsi sebagai
penghambat enzim reverse transkriptase yang merupakan salah satu enzim utama
dalam proses replikasi virus HIV. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka timbul
suatu pemikiran bahwa selain sebagai imunostimulator, ekstrak benalu teh juga
4
dapat dimanfaatkan sebagai antiretroviral dalam penatalaksanaan HIV/AIDS
karena kandungan berbagai senyawa tersebut di atas.
Namun hingga saat ini masyarakat belum mengetahui potensi benalu teh tersebut,
sehingga masyarakat belum pernah mengkonsumsi tumbuhan ini sebagai anti-
HIV. Atau dengan kata lain, pemanfaatan benalu teh sebagai anti-HIV di dalam
masyarakat belum pernah dilakukan. Kajian ilmiah, tulisan, maupun penelitian
mengenai potensi benalu teh Indonesia khususnya dari spesies S. atropurpurea
dalam penatalaksanaan HIV/AIDS juga belum pernah dilakukan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka diperlukan upaya untuk mengkaji
secara mendalam potensi benalu teh dalam penatalaksanaan HIV/AIDS serta
diperlukan pemikiran-pemikiran dalam upaya pengembangan ide pemanfaatan
benalu teh sebagai antiretroviral dan imunostimulator dalam penatalaksanaan
HIV/AIDS, salah satunya adalah dalam bentuk karya ilmiah. Karya ilmiah ini
diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan membuka cakrawala
masyarakat luas mengenai potensi keanekaragaman hayati Indonesia dalam upaya
memerangi salah satu masalah kesehatan global, yaitu pandemi HIV/AIDS.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang dikaji dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah cara pengolahan benalu teh sehingga dapat dikonsumsi sebagai
obat antiretroviral dan imunostimulator pada penatalaksanaan HIV/AIDS?
2. Bagaimanakah farmakokinetik ekstrak benalu teh dalam tubuh manusia?
3. Bagaimanakah mekanisme kerja (farmakodinamik) ekstrak benalu teh sebagai
antiretroviral pada penatalaksanaan HIV/AIDS?
4. Bagaimanakah mekanisme kerja (farmakodinamik) ekstrak benalu teh sebagai
imunostimulator pada penatalaksanaan HIV/AIDS?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai melalui penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui cara pengolahan benalu teh sehingga dapat dikonsumsi sebagai
obat antiretroviral dan imunostimulator pada penatalaksanaan HIV/AIDS.
5
2. Mengetahui farmakokinetik ekstrak benalu teh dalam tubuh manusia.
3. Mengetahui mekanisme kerja (farmakodinamik) ekstrak benalu teh sebagai
antiretroviral pada penatalaksanaan HIV/AIDS.
4. Mengetahui mekanisme kerja (farmakodinamik) ekstrak benalu teh sebagai
imunostimulator pada penatalaksanaan HIV/AIDS.
1.4 Manfaat Penulisan
Hasil penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat:
1. Memberikan sumbangan pemikiran kepada masyarakat luas mengenai
manfaat ekstrak benalu teh sebagai antiretroviral dan imunostimulator dalam
membantu pengobatan dan memperpanjang usia harapan hidup penderita
HIV/AIDS. Hal ini mengingat hingga saat ini belum ditemukan obat yang
mampu menyembuhkan HIV/AIDS, diperlukan biaya yang cukup tinggi
dalam penatalaksanaan HIV/AIDS serta belum semua penderita HIV/AIDS
memiliki akses untuk memperoleh obat antiretroviral dan imunostimulator.
2. Memperkaya khasanah medis Indonesia dalam penatalaksanaan HIV/AIDS
melalui pemanfaatan ekstrak tanaman obat Indonesia yaitu benalu teh sebagai
antiretroviral dan imunostimulator dalam membantu pengobatan dan
memperpanjang usia harapan hidup penderita HIV/AIDS.
3. Memperkenalkan potensi tanaman obat asli Indonesia kepada dunia
internasional serta mengoptimalkan pemanfaatannya dalam memerangi
penyakit-penyakit mematikan di dunia, khususnya HIV/AIDS.
4. Mendukung pembangunan berkelanjutan, khususnya pembangunan di bidang
kesehatan menuju peningkatan daya saing bangsa melalui pemanfaatan
keanekaragaman hayati Indonesia pada terapi pengobatan.
6
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1 Scurrula Atropurpurea
2.1.1 Gambaran Umum
Benalu teh dari spesies Scurrula atropurpurea Danser merupakan tanaman
parasit pada pohon teh (Thea sinensis L) (Winarno, 2001). Benalu yang
termasuk famili Loranthaceae ini merupakan tanaman perdu atau setengah
perdu (Anonim, 2005b). Benalu teh merupakan jenis tumbuhan yang tidak
memerlukan media tanah untuk hidup. Ia hidup sebagai parasit, menempel
pada dahan-dahan pohon kayu yang lain dan mengisap mineral yang larut di
dalamnya, sehingga pohon kayu yang ditempelinya dapat mati. Bunga
benalu berkelamin tunggal, biji buahnya mengandung getah. Daun benalu
teh bersifat tunggal dan kerap kali berhadapan, kadang-kadang berseling
(Anonim, 2005f). Perkembangbiakan benalu teh sangat sederhana, yaitu biji
benalu yang mengandung getah dimakan binatang atau burung, kemudian
biji benalu tersebut melekat di dahan-dahan kayu bersama dengan kotoran
burung yang memakannya dan tumbuh di dahan itu.
2.1.2 Berbagai Penelitian tentang Benalu khususnya Scurrula atropurpurea
Penelitian tentang benalu teh spesies Scurrula atropurpurea telah cukup
banyak dilakukan. Benalu Loranthaceae dan Viscaceae mengandung banyak
flavanoid, seperti khalkon, flavanon, c-glycoflavonol, dan flavan-3-ols.
Flavanoid dikenal sebagai antiradang, antioksidan, analgetik, antivirus, anti-
HIV, mencegah keracunan hati, mencegah kelebihan lemak, merangsang
kekebalan tubuh, sebagai vasodilator, mencegah penggumpalan darah, dan
antikanker. Keberadaan flavanoid tersebut juga didukung oleh adanya zat-
zat lain pada benalu, seperti prolin, hidroprolin, myo-inositol, dan
khiroinositol. Loranthaceae mengandung tanin sebagai hasil kerja sama
asam galat dengan katekin, yang menyebabkan padatnya kadar tanin pada
daun dan tangkai batang. Tanin dipergunakan sebagai obat diare, penawar
racun, antivirus, antikanker, dan anti-HIV (Samiran, 2006).
7
Gambar 1. Benalu Teh (Anonim, 2005b)
Benalu teh (Scurrula atropurpurea) mengandung 6 senyawa asam lemak tak
jenuh [octadeca-8,10,12-triynoic acid (Evans, 2005), hexadec-8-ynoic acid,
hexadec-10-ynoic acid (Samiran, 2006), hexadeca-8,10-diynoic acid (Sai-
chit, 2000), hexadeca-6,8,10-triynoic acid (Anonim, 2005e), dan hexadeca-
8,10,12-triynoic acid (Burman dan Indica, 1999)], 2 senyawa santin (Burm,
1999; Gorter, et al, 1992), 2 senyawa flavonol glikosida (Winarno, 2001;
Hargono, 1998), 1 senyawa lignan glikosida (Stoss dan Gorter, 1998), satu
senyawa monoterpene glukosida (Anonim, 2005e) dan 4 senyawa flavonol
[(+)-catechin (Anonim, 2005e), (-)-epicatechin (Anonim, 2005e), (-)-
epicatechin-3-O-gallate (Ohashi et al, 2003) dan (-)-epigallocatechin-3-O-
gallate] (Winarno, 2001; Ohashi, et al, 2003).
Menurut Stoss dan Gorter (1998), komponen dari benalu secara umum dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Asam: oleat, palmitat, anisat, kafeat, parakumarat, quineat dan vanuliat.
2. Amina: asetilkolin, kolin, histamin dan tiramin.
3. Flavonoids: quercetin, quercitrin, 4-O-acetylquercitrin.
4. Lektin: lektin I, II, and III (polipeptida berat molekul tinggi).
5. Terpenoid: beta-amirin, asam resin, betasitosterol, stigmasterol, sterol A.
6. Viskotoksin: viskotoksin A2, A3, and B (polipeptida berat molekul
rendah)
8
7. Lainnya: musilage, manitol, inositol, fruktosa, glukosa, polisakarida,
syringin, tanin.
2.2 Struktur dan Siklus Hidup HIV
2.2.1 Struktur HIV
HIV adalah virus RNA berselubung. Struktur seperti pasak muncul dari
selubung dimana RNA virus disandi. Setiap pasak mengandung tiga atau
empat glikoprotein-41 (gp41), ditutupi oleh tiga atau empat glikoprotein
gp120. Di dalam selubung, nukleokapsid virus yang berbentuk peluru
tersusun dari protein dan dikelilingi dua rantai tunggal RNA. Tiga enzim
dari siklus hidup HIV adalah: reverse transkriptase, integrase dan protease
yang juga berada di dalam nuklekapsid (Coffin, 2004).
Gambar 2. Struktur HIV (Coffin, 2004)
Beberapa sel lain yang juga mempunyai reseptor CD4+ adalah sel
folikular dendritik, sel retina, sel leher rahim, sel langerhans, sel astroglia
dan sel endotel saluran cerna (Parwati, 1996). Masuknya HIV ke dalam sel
membutuhkan ikatan dengan satu atau lebih molekul gp120 pada virus
dengan molekul CD4+ dari permukaan sel host dan koreseptor CCR5
(reseptor kemokain), berperan sebagai koreseptor dini pada infeksi, dan
CXCR4 berperan kemudian dari suatu infeksi.
9
2.2.2 Siklus Hidup HIV
Siklus hidup HIV dapat dijelaskan melalui tahap-tahap sebagai berikut
(gambar 3) :
1. Binding/Pengikatan dan Fusion. Infeksi HIV dimulai dengan interaksi
dari gp120 HIV dengan molekul CD4+ di permukaan sel target
(Anonim, 2006e; Cunningham et al, 1997). Setelah proses binding,
pusat perubahan material di dalam kompleks gp 120/gp 41 diinduksi
oleh interaksi dari gp 120 dengan koreseptor CCR5 atau CXCR4.
Perubahan ini membuat gp 41 bisa memulai fusi dengan membran.
2. Adsorpsi. Saat virus berfusi dengan sel, terjadi internalisasi inti virus
dengan RNA.
3. Uncoating. Virus kehilangan selubungnya secara parsial sehingga
RNA virus dapat keluar dari virus menuju sitoplasma sel, selanjutnya
terjadi konversi RNA virus menjadi DNA rantai ganda akibat aktivasi
enzim reverse transkriptase.
4. Transkripsi balik. Reverse transkriptase mensintesis DNA rantai ganda
yang merupakan salinan RNA virus rantai tunggal menghasilkan
provirus (DNA yang baru terbentuk).
5. Integrasi. DNA virus bermigrasi dan memasuki nukleus sel host
(proses yang diperantarai oleh protein HIV vpr dan MA), dan
berintegrasi dengan DNA sel dengan bantuan enzim integrase.
6. Transkripsi. Di dalam nukleus, enzim RNA polimerase II
mentranskripsi DNA menjadi mRNA yang digunakan untuk: a)
sintesis poliprotein gag dan gag pol, b) sintesis materi genetik dari
virion yang baru terbentuk, c) pembentukan gp 120 dan gp 41, d)
membentuk protein regulasi: vif, vpr dan vpu.
7. Translasi dan Pembentukan Selubung. mRNA virus meninggalkan
nukleus. Translasi dari mRNA virus menghasilkan sintesis tiga
poliprotein: a) ENV gp 160 – mengandung gp 120 dan gp 41, b) GAG
10
Gambar 3. Siklus Hidup HIV (Mims, et al, 1993 dalam Anonim,
2006e)
p55–mengandung MA (matrix), CA (capsid), dan NC (nucleocapsid
protein), c) GAG-POL p 160 - mengandung MA (matrix), CA
(capsid), PR (proteinase), RT (reverse transkriptase), dan INT
(integrase).
8. Assembly/Penggabungan. Poliprotein gag dan gag-pol berhubungan
dengan permukaan dalam dari membran plasma dan berinteraksi
dengan gp 41 di dalam membran plasma.
11
9. Ekstrusi. Saat virus muncul keluar sel, ia membutuhkan selubung lipid,
membawa protein gp 120 dan gp 41. Virus keluar menuju ruang
ekstraselular dalam keadaan immatur.
10. Maturasi. Proses ini penting untuk membentuk virus yang infeksius.
Dengan lengkapnya penggabungan dan maturasi, virus bisa
menginfeksi sel baru.
2.3 Patogenesis HIV/AIDS
Limfosit T dan limfosit B bersama-sama menjaga tubuh. Sel B akan berkembang
menjadi sel plasma, memproduksi antibodi untuk membunuh mikroorganisme. Sel
B berperan dalam imunitas humoral. Limfosit T bertanggung jawab untuk
imunitas yang diperantarai sel (cell mediated immunity), yang sangat penting
melawan virus. Limfosit T terdiri dari sel T helper (CD4+) dan sel T sitotoksik
(CD8+). Populasi sel CD4+ adalah pusat pertahanan tubuh, yang diserang dan
dihancurkan oleh HIV secara progresif (Coffin, 2004).
2.3.1 Masuknya Virus
Sel bebas atau sel terkait HIV memasuki tubuh selama aktivitas risiko
tinggi melalui rute darah, semen atau sekresi vagina dari seorang yang
terinfeksi. HIV segera menuju sel yang menampakkan reseptor
komplementer (CD4+, CCR5 dan CXCR-4/fusin) dapat berupa sel CD4+,
makrofag atau sel langerhans. Replikasi dimulai segera setelah virus
masuk ke dalam sel dan diseminasi terjadi melalui sirkulasi dan limfoid.
2.3.2 Infeksi HIV Primer
Respon imun mulai aktif terhadap antigen virus dan replikasi intensif dari
virus terjadi pada limfosit T yang teraktivasi. Fenomena ini terjadi 2-3
minggu pertama setelah infeksi (tahap diseminasi virus). Selanjutnya
adalah tahap regulasi viremia. Kedua tahap tersebut diperantarai oleh sel
limfosit T sitotoksik spesifik (CTL) dan antibodi spesifik HIV melalui
netralisasi dan pengikatan komplemen. Periode dari masuknya HIV di
dalam host dan munculnya level yang terdeteksi dari antibodi spesifik HIV
disebut “window period”, penderita sangat infeksius tetapi seronegatif.
12
2.3.3 Periode Laten Klinis
Ditandai hilangnya gejala penyakit virus akut, penurunan viremia, hitung
sel CD4+ hampir normal, antibodi pengikat komplemen serta netralisasi
terlihat sangat rendah di darah perifer (kopi RNA virus, viral load, sel
mononuklear pengekspresi virus). Rata-rata terjadi selama 8-10 tahun.
Kerusakan progresif dari respon imun humoral dan selular diperantarai sel
HIV spesifik dan tidak spesifik yang menghubungkan onset dari AIDS.
Hitung sel CD4+ berkisar antara 200 sampai 500 sel/µl di darah perifer.
2.3.4 AIDS
Tahap akhir infeksi HIV ditandai dengan peningkatan parameter
virologikal (viral load, antigen p24, dan sebagainya) di darah perifer dan
limfonodus. Jaringan limfoid dihancurkan secara total dan digantikan oleh
jaringan ikat fibrus. Virus terjebak oleh jaringan limfoid. Terdapat supresi
imun dan infeksi oportunistik yang menegaskan fatalnya tahap ini. Hitung
CD4+ biasanya kurang dari 200 sel/µl dan turun secara progresif.
2.3.5 Patogenesis Defisiensi Imun Infeksi HIV
Melalui deplesi dan disfungsi sel T CD4+, infeksi HIV mengganggu
kemampuan sistem imun untuk mengaktivasi makrofag, sekresi IL-2 dan
sitokin untuk diferensiasi hemopoetik, limfoid, menginduksi sel T, sel B
sitotoksik dan supresor. HIV mengganggu aktivitas utama makrofag
seperti fagositosis dan penghancuran antigen asing, presentasi antigen
kepada limfosit dan sekresi sitokin (Ledderman, 2004).
Disfungsi imun dalam infeksi HIV meliputi: perubahan ekspresi sitokin,
penurunan fungsi sel NK dan CTL, penurunan respon proliferasi dan
humoral terhadap antigen, penurunan ekspresi MHC-II, penurunan
kemotaksis kemokin, deplesi sel CD4+, gangguan reaksi DTH,
limfopenia, aktifasi poliklonal sel B, gangguan reaksi hipersensitivitas tipe
lambat, penurunan produksi IFN-γ, IL-2 dan TNF-α serta hilangnya
sitoktoksisitas yang diperantarai sel.
13
2.3.6 Mekanisme Deplesi dan Disfungsi Sel CD4+
Sel CD4+ adalah target utama dari HIV dan penghancuran progresif dari
sel ini adalah karakterstik dari semua tingkatan penyakit HIV. HIV bisa
membunuh satu demi satu atau setelah terbentuknya sel giant dan
sinsitium. Pembunuhan satu sel terjadi karena akumulasi dari DNA virus
yang tak terintegrasi dan inhibisi sintesa protein selular. Pembentukan
sinsitium dinduksi oleh strain virulen dari HIV dalam mekanisme yang
bertahap. Sel CD4+ mengekpresikan antigen virus di permukaan menarik
sel CD4+ yang tak terinfeksi dan penggabungan membran ini membentuk
sinsitia. Satu sel terinfeksi HIV bisa merusak ratusan sel yang tak
terinfeksi dengan pembentukan sinsitium. Glikoprotein 120 dan adhesi
molekul intraselular lainnya menyebabkan adhesi selular dan kerusakan
lebih lanjut (Anonim, 2006c).
Tabel 1. Mekanisme Disfungsi dan Deplesi Sel T CD4+
Mekanisme Langsung Mekanisme Tidak Langsung
1. Akumulasi DNA virus tak terintegrasi
2. Intervensi proses RNA selular3. Autofusi gp120-CD4+
interselular4. Hilangnya integritas membran
plasma akibat penonjolan virus5. Eliminasi sel terinfeksi virus
oleh respon imun spesifik virus
1. Penyandian intraselular yang banyak
2. Pembentukan sinsitium3. Autoimunitas4. Apoptosis5. Inhibisi limfopoesis
2.4 Penatalaksanaan HIV
Penatalaksanaan HIV/AIDS terdiri dari pengobatan, perawatan/rehabilitasi dan
edukasi. Pengobatan pada pengidap HIV/AIDS ditujukan terhadap (Parwati,
1996): 1) Virus HIV, 2) Infeksi oportunistik, 3) Kanker sekunder, 4) Status
kekebalan tubuh, 5) Simtomatis dan suportif.
2.4.1 Pengobatan HIV yang ditujukan terhadap HIV
14
Kompleksitas dari siklus hidup HIV membantu virus ini menyerang dan
menginvasi sel-sel sistem imun. Berdasarkan tahapan-tahapan yang ada
pada siklus hidup HIV, maka obat-obat antivirus HIV dapat digolongkan
sebagai berikut:
1. Binding inhibitor, menghambat pengikatan virus ke CD4+ melalui
pembentukan antibodi yang berikatan dengan selubung virus, sehingga
bisa menetralisir kemampuan gp120 untuk berikatan dengan CD4+.
2. Fusion inhibitor. Menghambat proses fusi.
3. Protease inhibitor. Menghambat pembelahan enzim protease menjadi
bentuk fungsionalnya.
4. Maturation inhibitor. Mencegah protein gag terpotong, sehingga walau
virus tetap bisa dilepas ke ekstraselular namun ia tidak berbahaya.
5. Adsorption inhibitor. Menghambat ikatan virus terhadap reseptor sel.
Gambar 4. Penghambatan dalam proses replikasi HIV. Gambar di atas menunjukkan (1) masuknya virus ke sel, (2-3) konversi RNA virus ke DNA dengan enzim reverse transkriptase dan integrasi DNA virus ke sel, (4) protein virus membelah dengan bantuan protease untuk mengabungkan partkel virus baru, (5) partikel virus baru keluar dari permukaan sel host. Juga memperlihatkan tahap penghambatan replikasi virus oleh enzim-enzim inhibitor.
DNARNA
Inhibitor Reverse Transkriptase
Protein & RNA virus baru
Inhibitor Protease
Nukleus
Inhibitor Fusi dan Binding
Inhibitor Maturasi
121
31
41
51
Virus baru
15
Inhibitor Enzim Integrase
6. Uncoating inhibitor. Menghambat RNA virus dan enzim reverse
transkriptase keluar dari selubung.
7. Reverse transkriptase inhibitor. Menghambat perubahan RNA menjadi
materi DNA. Ada tiga golongan reverse transcriptase inhibitor, yakni
nukleosida, non-nukleosida analog, dan nukleotida analog.
8. Integration inhibitor, menghambat integrasi DNA virus dengan DNA
host.
2.4.2 Pengobatan HIV berdasarkan Imunologi
Tujuan terapi imun pada infeksi HIV adalah untuk meningkatkan respon
imun terhadap HIV sehingga replikasi virus bisa ditekan dan progresifitas
penyakit bisa dihambat, mencegah infeksi oportunistik dan keganasan,
menekan respon imun yang bisa memfasilitasi replikasi virus.
Adapun beberapa pendekatan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan imunitas spesifik terhadap HIV dengan vaksin
terapeutik, terapi plasma hiperimun, imunoglobulin dan terapi selular.
2. Perangsangan imun secara umum
a. Terapi Sitokin, meningkatkan produksi sitokin (TNF-α, IL-6) yang
mengaktifasi imun, neuropatologi dan kelainan metabolik;
penurunan produksi IL-2 dan IL-12 yang mengganggu proliferasi
dan aktifasi limfosit T serta penurunan produksi IFN-γ
mengganggu pembunuhan makrofag terhadap mikroorganisme.
b. Imunomodulator, hormon timus (meningkatkan diferensiasi dari
timosit dan fungsi sel T), ekstrak leukosit terdialisis (bisa
mentransfer kemampuan respon imun diperantarai sel dari individu
yang imun ke nonimun), Isoprinosine (meningkatkan aktivitas sel
NK dan menurunkan kecepatan penurunan sel T CD4+).
c. Terapi immunoglobulin, bertujuan untuk menghambat infeksi
opurtunistik.
16
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan karya ilmiah ini digunakan metode studi pustaka yang
didasarkan atas hasil studi terhadap berbagai literatur yang telah teruji
validitasnya, berhubungan satu sama lain, relevan dengan kajian tulisan serta
mendukung uraian/analisis pembahasan. Data yang dipergunakan dalam penulisan
karya ilmiah ini adalah data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai literatur,
baik berupa data kualitatif maupun kuantitatif. Sifat tulisan adalah deskriptif,
menggambarkan pemanfaatan ekstrak benalu teh sebagai antiretroviral dan
imunostimulator dalam penatalaksanaan HIV/AIDS
3.2 Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penyusuna karya tulis ini adalah sebagai berikut. Benalu
teh mengandung berbagai senyawa aktif seperti lektin, asam-asam lemak dan
tanin. Lektin merupakan komponen aktif yang utama dalam mekanisme
imunostimulator maupun antiretroviral. Sistem kekebalan tubuh manusia
diperankan oleh imunitas spesifik dan nonspesifik. Berbagai jenis sel yang
berperan dalam sistem imun manusia, antara lain sel limfosit T, sel limfosit B,
makrofag, sel Natural Killer (NK), sel dendritik. Aktivitas dan proliferasi sel-sel
tersebut dipengaruhi oleh sitokin yang utamanya dihasilkan oleh limfosit T.
Sekresi sitokin dirangsang oleh lektin dan menimbulkan reaksi rantai dalam
meningkatkan imunitas (imunostimulator). Lektin juga mengaktifkan sistem
komplemen melalui jalur klasik, sebagai analog enzim C1q dan serin esterase.
HIV terdiri dari selubung yang disusun oleh glikoprotein dan glikolipid,
nukleokapsid, dan genom RNA. Selubung virus disusun gp120 dan gp41. gp120
tersusun atas 24 jenis ikatan N-glikan, 11 diantaranya berupa gugusan kaya
manosa. Lektin secara spesifik mengikat gugusan manosa pada gp120 sehingga
menghalangi proses adsorpsi dan fusi, meningkatkan antigenitas virus. Lektin juga
memiliki efek sebagai integrase inhibitor dan menghambat translasi, serta tanin
berperan sebagai reverse transkriptase inhibitor.
17
Benalu Teh
Lektin
Tanin
Asam Lemak
Immunostimulator
Antiretroviral
Merangsang sekresi sitokinMeningkatkan proliferasi sel limfosit TMeningkatkan apoptosis limfosit T terinfeksiAktifasi komplemen
Berikatan dengan N glikan gp 120
Integrase inhibitor
Mengahambat translasi
Reverse transcriptase inhibitorMenghambat adsorpsi virus
Menghambat adsorpsi virus
Komponen Aktif
HIVEnvelope gp 120Enzim-enzim
A I D S
Terhambat oleh ekstrak benalu teh
Terhambat oleh ekstrak benalu teh
Menghambat aktivitas virus
18
Gambar 5. Kerangka Konsep Benalu Teh sebagai Antiretroviral dan Immunostimulator pada Penatalaksanaan HIV/AIDS
Sistem imunPenurunan limfosit TPenurunan sekresi sitokin
merangsang sistem imun
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengolahan Benalu Teh
Benalu teh merupakan salah satu jenis tanaman alami yang mengandung banyak
komponen aktif untuk pengobatan HIV/AIDS, antara lain: asam katekinat, asam
kafeat, tanin, dan lektin. Dalam pengolahannya perlu diperhatikan cara
mempertahankan kandungan bahan alami tersebut. Metode pengolahan teh hijau
dapat diadopsi untuk tujuan tersebut. Penelitian menunjukkan bahwa prinsip
pengolahan teh hijau dapat mempertahankan kadar zat aktif daun teh. Pengolahan
teh hijau sangat sederhana dan tidak melalui tahap fermentasi yang dapat
menurunkan jumlah bahan aktif yang terkandung dalam teh. Pengolahan benalu
teh dibagi menjadi enam tahapan, yaitu:
4.1.1 Tahap Pengumpulan Daun Benalu Teh
Daun benalu teh dipetik dan dikumpulkan dalam sebuah wadah.
4.1.2 Tahap Pengeringan Pertama
Bertujuan untuk menurunkan kadar air dalam daun benalu teh, sehingga
diperoleh berat kering dan bahan alami yang lebih pekat dengan kadar air
yang rendah. Dapat dipergunakan dua cara, yaitu dengan menjemur daun
benalu di bawah sinar matahari atau diuapkan dengan pemanas.
4.1.3 Tahap Penggilingan
Penggilingan bertujuan memperkecil ukuran daun sehingga bahan alami
yang dikandung dapat lebih mudah diekstraksi pada tahap perebusan.
4.1.4 Tahap Pengeringan Kedua
Pengeringan ini bertujuan untuk mendapatkan daun yang bebas kadar air.
4.1.5 Tahap Pengemasan
Daun giling kering selanjutnya dikemas dalam takaran praktis.
4.1.6 Tahap Perebusan
Proses ini bertujuan untuk mengeluarkan (ekstraksi) bahan-bahan alami
yang terkandung dalam daun benalu teh.
19
Pada proses pengolahan ini juga tetap dihindarkan proses fermentasi karena akan
terjadi perusakan bahan-bahan alami yang terkandung dalam daun benalu teh.
Secara ringkas rangkaian pengolahan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 6. Tahap Pengolahan Benalu Teh
4.2 Farmakokinetik Bahan Alami Benalu Teh Dalam Tubuh Manusia
Lektin adalah senyawa glikoprotein dengan berat molekul 60.000-100.000.
Lektin dapat berinteraksi secara spesifik dengan karbohidrat, berikatan dengan
berbagai gula bebas ataupun residu polisakarida, glikoprotein, dan glikolipid, baik
yang bebas ataupun terikat pada permukaan sel/virus (Murray, 1996).
Farmakokinetik lektin mencakup absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi.
Lektin benalu teh dapat diberikan melalui jalur oral, selanjutnya akan mengalami
proses absorbsi, distribusi dan pengikatan untuk sampai ke tempat kerja dan
menimbulkan efek.
4.2.1 Absorbsi dan Bioavailabilitas
Lektin benalu teh diberikan per oral karena alasan kemudahan, keamanan
dan faktor biaya. Absorbsi lektin terjadi dalam saluran cerna dengan
mekanisme difusi pasif oleh karena lektin sebagian besar merupakan
golongan non-ionik dan mengandung komponen yang larut lemak.
4.2.2 Distribusi
Pengumpulan
Pengeringan I
Penggilingan
Pengeringan II
Pengemasan
Perebusan
Dijemur dibawah sinar
matahari atau diuapkan dengan pemanas
Mesin Giling Sederhana
Dijemur dibawah sinar
matahari atau diuapkan dengan pemanas
Kemasan Kecil
Ditambah air dan rebus
Mengeluarkan kandungan air,
mendapatkan daun kering
Mengecilkan, mengeluarkan sisa air,
daun giling kering
Mengeluarkan air, daun giling siap kemas
Mempermudah perebusan dan ekstrasi
bahan aktif.
Untuk ekstraksi bahan aktif
Proses Hasil
20
Lektin akan didistribusikan ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah.
Lektin memiliki kemampuan yang cukup tinggi untuk larut dalam lemak,
sehingga dapat dengan mudah melintasi membran sel serta memasuki sel
untuk mencapai target kerja.
4.2.3 Biotransformasi
Pada proses ini lektin benalu teh dimetabolisme supaya menjadi lebih
polar sehingga lebih mudah untuk diekskresi melalui ginjal. Reaksi kimia
tersebut meliputi reaksi oksidasi, reduksi dan hidrolisis, sehingga bahan-
bahan semakin polar, selanjutnya terjadi konjugasi dengan substrat
endogen. Hasil konjugasi tersebut bersifat lebih polar dan jauh lebih
mudah terionisasi sehingga lebih mudah diekskresi.
4.2.4 Ekskresi
Sisa-sisa lektin dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi
dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi ataupun dalam bentuk asli.
Ginjal merupakan organ ekskresi yang terpenting.
Gambar 7. Farmakokinetik Bahan Aktif Benalu Teh
4.3 Efek Farmakodinamik Benalu Teh sebagai Antiretroviral
4.3.1 Aktivitas Lektin Pada Benalu Teh dalam Pemusnahan HIV
Sirkulasi Sistemik
Obat bebasDalam bentuk terikat
Dalam bentuk metabolit
Reseptor terikat bebas
Depot jaringan terikat bebas
Absorbsi
Ekskresi
Biotransformasi
21
Permukaan HIV terdiri dari glikoprotein terutama pada selubung virus.
Glikoprotein tersebut memediasi adsorpsi dan penetrasi virus ke dalam sel
limfosit. Infeksi HIV pada sel limfosit memerlukan ikatan antara
glikoprotein (gp) 120 HIV dengan reseptor spesifik CD4+ pada permukaan
sel limfosit (Berger et al, 1999 dalam Malik et al, 2003). Ikatan tersebut
mencetuskan perubahan pada selubung gp 120 yang mengakibatkan fusi
antar-membran dan masuknya HIV ke dalam sel limfosit. HIV memiliki dua
jenis glikoprotein selubung yaitu gp 120 dan gp 41. Glikoprotein tersebut
berperan dalam proses pengenalan komponen asing melalui gugusan amino
terminal yang selanjutnya berhubungan dengan retikulum endoplasma (RE).
Selubung glikoprotein gp 120 dan gp 41 berbentuk trimer kompleks yang
memediasi masuknya virus ke dalam limfosit. Fraksi tersebut tersusun dari
ikatan glikosilasi yang kuat dan lengkungan yang melindungi reseptor
antibodi spesifik. Hampir 50% dari berat molekul gp 120 terdiri dari
karbohidrat, semuanya membentuk ikatan N-glikan dan tidak ditemukan
adanya O-glikan. Terdapat sekitar 24 N-glikan yang menyusun gp 120, 13 di
antaranya merupakan kompleks oligosakarida dan 11 lainnya merupakan
gugusan tinggi manosa. Penelitian struktural menunjukkan bahwa adanya
permukaan netralisasi dan non netralisasi pada gp 120. Lengkungan yang
dibentuk oleh N-glikan pada gp 120 dapat melindungi permukaan netralisasi
virus yaitu gp 41 (Ji, et al, 2004).
Glikoprotein gp 41 terdiri atas 172 residu ektodomain. Gugusan amino
terminal diperlukan dalam pembentukan oligomer serta stabilitas gp 41.
Trimer kompleks antara gp 120 dan gp 41 dibentuk oleh ikatan kovalen
antara gugus ektodomain gp 41 dengan gugusan amino dan karboksil gp
120. Gp 41 dilindungi oleh gp 120 di bagian luarnya. Adanya ikatan N-
glikan pada struktur gp 120 dapat melindungi gp 41 (glikoprotein
transmembran) dari serangan antibodi monoklonal, akibatnya netralisasi
virus tidak akan mungkin terjadi. Ikatan N-glikan yang melindungi gp 41
sesungguhnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga komponen, yaitu gugusan
tinggi manosa, ikatan hibrida, serta ikatan kompleks manosa-hibrida. Ketiga
tipe ikatan tersebut dapat dijumpai pada gp 120. Dari analisa struktur
22
glikoprotein gp 120 didapatkan 33% adalah berupa ikatan tinggi manosa,
4% sebagai ikatan hibrida, 63% berbentuk ikatan kompleks. Sedangkan
gugusan terminal pada gp 120 dipergunakan oleh HIV untuk melawan
sistem imun dengan menurunkan sifat antigenitasnya ( Ji, et al, 2004).
Lektin spesifik manosa merupakan salah satu bahan alami yang ditemukan
pada benalu teh dalam jumlah yang cukup besar. Jenis lektin tersebut
merupakan lektin yang tergantung kalsium dan memiliki gugus pengenal
karbohidrat (CRDs) yang menjadi dasar interaksi selektif dari lektin spesifik
manosa. Lektin ini terdiri dari dua komponen yaitu kolektin terlarut dan
reseptor manosa pada permukaan sel makrofag. Kolektin memiliki struktur
oligomer yang terdiri dari dua sampai enam gugusan, setiap gugus
mengandung polipeptida homotrimer. Serum lektin spesifik manosa bekerja
pada mekanisme pertahanan tubuh melalui ikatan spesifik pada repetitif
manosa atau N-glikan asetilglukosamin pada permukaan gp 120 HIV. Ikatan
ini dapat merangsang terjadinya opsonisasi dan penghancuran virus melalui
aktivasi jalur klasik komplemen. Hal ini dimungkinkan karena ikatan yang
terjadi antara lektin dengan N-glikan akan membuka lengkungan pada gp
120 serta melepaskan ikatan kovalen antara gp 120 dengan gp 41.
Pembukaan ini menghilangkan proteksi terhadap glikoprotein transmembran
HIV, sehingga dapat dikenali oleh sistem imun tubuh, yang merangsang
proses netralisasi untuk menghancurkan virus. Ikatan antara gp 120 HIV
dengan lektin spesifik manosa juga akan menurunkan kemampuan HIV
untuk menginfeksi sel limfosit. Proses perlekatan antara gp 120 dengan
reseptor CD4 dapat dihalangi karena perubahan konformasi setelah ikatan
lektin dengan komponen N-glikan gp 120. Proses ini sekaligus menghambat
proses adsorpsi dan fusi antara virus dengan limfosit T. Lektin spesifik
manosa juga dihubungkan dengan protease analog yang dapat berperan
dalam aktivasi komplemen melalui jalur klasik pada tahap C2 dan C4.
Seluruh rangkaian tersebut terjadi melalui interaksi lektin benalu teh dengan
gp 120 melalui ikatan tinggi manosa pada gugusan N-glikan.
1. Mekanisme Kerja Lektin Benalu Teh dalam Menghambat Adsorpsi
HIV/AIDS
23
Lektin pada benalu teh memiliki kemampuan spesifik dalam mengikat
manosa pada gugusan N-glikan gp 120. Terbentuknya ikatan tersebut
mengakibatkan instabilitas pada struktur glikoprotein gp 120 selubung
HIV, sehingga HIV akan kehilangan afinitasnya terhadap reseptor CD4.
Selanjutnya akan terjadi rangkaian peristiwa seperti proteolisis, fungsi
pengaturan sifat fisikokimia menghilang, terjadi kegagalan penyisipan
ke dalam membran sel, migrasi sel dan sekresi menurun, serta
perlengketan virus dengan sel limfosit tidak akan terjadi, karena struktur
glikoprotein gp120 telah mengalami perubahan konformasi oleh karena
ikatan antara lektin dan N-glikan manosa. Adanya ikatan pada N-glikan
akan menghilangkan bagian pelindung epitope virus. Selanjutnya
epitope akan dikenali oleh antibodi sehingga proses aglutinasi dan
netralisasi virus akan memungkinkan untuk terjadi.
2. Mekanisme Kerja Lektin Benalu Teh dalam Netralisasi Virus
Lektin benalu teh dapat dipergunakan untuk memurnikan glikoprotein
dan melacak fungsinya. Lektin merupakan pengikat gula yang spesifik,
yang menginduksi proses aglutinasi sel atau presipitasi glikokonjugat.
Lektin benalu teh dapat berikatan secara kovalen dengan komponen N-
glikan dari gp 120 HIV. Gugusan N-glikan pada gp 120 membentuk
lengkungan khas untuk melindungi gp 41 dalam menghalangi proses
pengenalan antibodi dan netralisasi. Gp 120 juga mengadakan ikatan
kuat dengan gp 41 melalui gugusan tinggi manosa. Lektin benalu teh
bekerja pada kedua lintasan tersebut. Pada fase awal, ikatan antara lektin
benalu teh dengan gp 120 akan mengurangi kemampuan adsorpsi HIV
dengan limfosit T. Pada tahap berikutnya, ikatan antara lektin benalu teh
dengan gp 120 akan meningkatkan antigenitas dari HIV sehingga mudah
dikenali oleh antibodi spesifik. Ikatan antara lektin benalu teh dengan N-
glikan manosa pada gp 120 akan membuka lengkungan-lengkungan
pelindung gp 41 sehingga gp 41 (epitope) dapat dikenali oleh sistem
imun. Berikutnya lektin benalu teh juga akan mengganggu ikatan
kovalen gugusan manosa pada gp 120 dan gp 41. Ikatan secara kovalen
antara lektin benalu dengan gugusan manosa tersebut akan membuka
24
sekitar 33% ikatan antara gp 120 dengan gp 41. Pembukaan ikatan
kovalen tersebut ditambah penghancuran lengkungan N-glikan, akan
menghilangkan proteksi epitop virus. Gp 41 akan mudah dikenali oleh
sistem imun. Proses ini akan berlanjut dengan peningkatan opsonisasi
dan netralisasi virus. Akibat peningkatan netralisasi dan penghancuran
virus maka populasi virus juga dapat ditekan, sehingga sistem imun tidak
mudah mengalami depresi. Proses ini secara tidak langsung juga
meningkatkan aktivitas dari seluruh rangkaian sistem imun tubuh.
3. Mekanisme Kerja Lektin Benalu Teh dalam Aktivasi Komplemen
Komplemen adalah salah satu komponen dari imunitas humoral.
Komplemen terdiri atas komponen serum dan permukaan sel yang
berinteraksi satu sama lain dengan sistem imun untuk menghancurkan
antigen yang masuk ke dalam tubuh. Aktivasi komplemen akan
menghasilkan berbagai jenis enzim proteolitik dan produk lain yang
akan berikatan dengan bagian antigen. Ada dua jalur dalam aktivasi
sistem komplemen, yaitu jalur alternatif dan jalur klasik. Pada jalur
alternatif, aktivasi terjadi melalui ikatan antara komponen C3b dengan
berbagai permukaan aktivasi lainnya seperti dinding sel, sedang pada
jalur klasik diinisiasi oleh ikatan C1 dengan kompleks antigen-antibodi
(Abbas dan Lichtman, 2003).
Lektin benalu teh dapat mengaktivasi sistem komplemen melalui jalur
klasik karena tidak melibatkan komponen antibodi. Lektin benalu teh
akan berikatan dengan komponen manosa pada gp 120 HIV. Ikatan ini
memiliki struktur yang serupa dengan enzim C1q yang akan
mengaktivasi sistem komplemen melalui jalur klasik baik melalui
aktivasi enzim C1r-C1s ataupun dihubungkan dengan serin esterase yang
merangsang pemecahan C4 menjadi C4b dan C4a ( Abbas dan
Lichtman, 2003). Selanjutnya C4b akan berikatan dengan C2. Melalui
aktivitas C3 konvertase, maka akan dihasilkan kompleks C4b2a, yang
akan mengkativasi C3 menjadi C3b dan C3a. Komponen C3b akan
mengaktifkan C5 konvertase yang memecah C5 menjadi C5b dan C5a.
Sedang komponen C6 sampai C9 tidak memerlukan enzim dalam
25
pemecahannya. C5b akan membentuk kompleks dengan C6 dan C7
menghasilkan C5bC6,7 kompleks yang bersifat hidrofobik. Selanjutnya
kompleks tersebut akan memasuki lapisan lemak dari selubung HIV
sehingga akan meningkatkan kepekaan virus terhadap molekul C8
membentuk kompleks C5bC6,7,8 yang memiliki keterbatasan dalam
melisiskan sel. Kompleks tersebut kemudian akan mengaktifkan C9. C9
memiliki struktur yang sama dengan perforin (granula sitolitik yang
dihasilkan oleh limfosit T dan sel NK). Akibatnya akan terjadi
kebocoran membran yang mengakibatkan kematian virus.
4.3.2 Mekanisme Ekstrak Benalu Teh dalam Penghambatan Replikasi Virus
Penghambatan replikasi virus HIV oleh ekstrak benalu teh dapat dibagi
menjadi 2 mekanisme, yaitu mekanisme langsung dan mekanisme tidak
langsung.
1. Mekanisme langsung. Zat-zat aktif dalam benalu teh dapat menghambat
beberapa tahapan dalam proses replikasi virus. Komponen aktif benalu
teh seperti asam kafeat dan serta asam katekinat memiliki kemampuan
dalam menghambat adsorpsi virus. Lektin merupakan senyawa yang
memiliki afinitas yang tinggi terhadap a-(1-3)-D-mannose oligomer.
Lektin bekerja secara langsung untuk mencegah proses fusi antara virus
dan membran sel dengan cara mengikat glikan kaya-manosa pada gp120
yang merupakan glikoprotein yang sangat penting pada selubung HIV-1
selama infeksi. Lektin memiliki kemampuan spesifik dalam mengikat
manosa pada gugusan N-glikan. Terbentuknya ikatan tersebut
mengakibatkan instabilitas pada struktur glikoprotein selubung HIV,
sehingga HIV akan kehilangan afinitasnya terhadap reseptor CD4+.
Disamping itu, lektin juga memiliki fungsi menghambat enzim integrase
dan menghambat proses translasi virus karena lektin merupakan suatu
ribosome inhibiting protein (RIP). Kandungan tanin benalu teh berfungsi
sebagai penghambat enzim reverse transkriptase yang merupakan salah
satu enzim utama dalam proses replikasi virus HIV. Dengan
dihambatnya beberapa tahapan dalam replikasi HIV, diharapkan jumlah
26
virus dalam tubuh penderita dapat berkurang dan dapat menekan
progresivitas HIV/AIDS.
Tabel 2. Mekanisme penghambatan virus HIV secara langsung oleh beberapa komponen zat aktif yang terkandung dalam benalu teh.
No Aktivitas Komponen
1 Menghambat adsorpsi virus asam kafeat, asam katekinat, tanin
2 Menghambat fusi antara sel T dan virus
Lektin
3 Menghambat transkripsi balik (reverse transcription)
Tanin
4 Menghambat integrase (integrase inhibitor)
lektin (RIP)
5 Menghambat translasi lektin (RIP)
2. Mekanisme Tidak Langsung. Lektin benalu merangsang kematian sel
abnormal, termasuk sel yang terinfeksi virus HIV melalui apoptosis. Fas
ligand, sebuah molekul yang dihasilkan oleh limfosit, berikatan dengan
Fas reseptor yang ditemukan pada plasma membran sel yang lain. Ikatan
silang antara Fas ligand dan Fas reseptor merupakan mekanisme yang
digunakan oleh limfosit untuk membunuh sel lain melalui lintasan
apoptosis pada sel yang mengekspresikan Fas reseptor. Kemampuan
lektin benalu untuk merangsang apoptosis pada sel abnormal dapat
dibuktikan melalui hasil penelitian pada pasien leukemia, dimana lektin
benalu mampu meningkatkan produksi Fas ligand dan menurunkan
konsentrasi Fas reseptor pada sel darah putih yang normal, termasuk sel
T CD4+, sel T CD8+, dan sel B yang diisolasi pada pasien leukemia,
sedangkan ekspresi Fas ligand pada sel yang abnormal tetap tinggi.
Sehingga sel-sel yang abnomal akan mengalami apoptosis yang lebih
banyak dibandingkan sel darah putih yang normal. Demikian juga pada
penderita HIV/AIDS, lektin akan bekerja menginduksi apoptosis sel
yang mengandung HIV, sehingga sel yang mengalami apoptosis akan
27
mati demikian juga virus yang sedang bereplikasi di dalamnya.
Mekanisme ini dapat membunuh virus secara tidak langsung, sehingga
membantu kesembuhan penderita HIV/AIDS. Mekanisme ini juga
membantu mengurangi kecepatan deplesi sel T CD4+, sebab akan
apoptosis akan dapat menekan proses pembentukan sinsitium sehingga
sel yang normal akan terlindung dari kerusakan.
4.4 Benalu Teh sebagai Imunostimulator
Kematian penderita HIV/AIDS tidak disebabkan secara langsung oleh virus HIV
itu sendiri, namun oleh berbagai macam infeksi penyakit akibat penurunan fungsi
sistem kekebalan tubuh. Upaya peningkatan sistem kekebalan tubuh
(imunostimulator) penderita HIV memiliki arti yang sangat penting dalam
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta memperpanjang usia harapan
hidup penderitanya.
Aktivitas imonostimulator benalu teh terutama disebabkan oleh kandungan lektin
benalu (mistletoe lectin I (ML-I), ML-II, ML-III). Aktivitas imunostimulator
benalu teh ini telah diketahui sejak lama, sehingga benalu teh banyak digunakan
oleh masyarakat dalam pengobatan berbagai penyakit, seperti kanker. Pada
penderita HIV/AIDS terjadi penurunan aktivitas sistem kekebalan tubuh, sehingga
dengan aktivitas imunostimulator dari benalu teh, sistem kekebalan tubuh dari
penderita dapat ditingkatkan dan dapat membantu penatalaksanaan HIV/AIDS.
Dalam meningkatkan sistem imunitas tubuh penderita HIV/AIDS, lektin akan
merangsang proliferasi dan aktivitas sel T, terutama dalam meningkatkan sekresi
interleukin seperti TNF-α, IFN-γ, IL-1, IL-2, dan IL-6. Interleukin ini akan
meningkatkan aktivitas sistem imun nonspesifik (innate immunity) dan spesifik
(adaptive immunity), seperti merangsang proliferasi dan aktivasi makrofag, sel
NK, sel limfosit T dan B, dan sebagainya. Peningkatan aktivitas berbagai macam
sel ini selain akan melindungi tubuh dari berbagai macam infeksi dan keganasan,
juga akan meningkatkan sekresi sitokin baru, yang akan menjadi reaksi berantai
untuk perangsangan aktivitas dan proliferasi sel berikutnya. Proses ini merupakan
jalur untuk menghasilkan sitokin yang baru (chain reaction).
28
Aktivitas imonostimulator benalu teh secara terperinci dapat dijelaskan sebagai
berikut.
4.4.1 Meningkatkan jumlah dan aktivitas limfosit T
Lektin merupakan salah bentuk aktivator poliklonal sel T yang dapat
berikatan dengan kompleks reseptor sel T (T cell receptor/TCR) dan
mengaktivasi sel T tersebut. Aktivator poliklonal juga dapat mengaktivasi
sel T dengan antigen nonspesifik dan dapat mengaktivasi kelompok sel T
naif, walaupun frekuensi sel yang spesifik untuk antigen tertentu sangat
kecil atau respon imunitasnya tidak dapat terdeteksi.
Lektin merupakan suatu polimer protein yang dapat berikatan dengan
residu pada glikoprotein permukaan sel T dan menstimulasi aktivitas sel T
tersebut. Respon awal yang terjadi setelah proses aktivasi sel T oleh lektin
adalah sekresi sitokin yang memediasi respon dan fungsi sel-sel imunitas.
Sitokin utama yang dihasilkan oleh sel T pada awal proses aktivasi adalah
IL-2 yang berfungsi sebagai faktor pertumbuhan untuk proliferasi sel T,
terutama sel CD4+ yang dapat berproliferasi hingga 100-1000 kali dan sel
CD 8+ hingga 10 kali lipat. Selanjutnya sel T akan menghasilkan sitokin
(seperti TNF-α, IF-γ IL-1, IL-2, IL-6) yang dapat mengaktivasi makrofag,
limfosit B (yang akan meningkatkan respon imun humoral berupa
produksi imunoglobulin), dan sel CD 8+. Aktivitas masing-masing sitokin
yang dihasilkan akan dijelaskan pada poin 4.4.2.
29
Gambar 8. Mekanisme Kerja Lektin Benalu dalam Meningkatkan Imunitas Spesifik (Abbas dan Lichtman, 2003)
Mekanisme kerja lektin benalu dalam meningkatkan jumlah dan aktivitas
sel T telah dapat dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan oleh Gorter,
et al (1992) melalui pemberian ektrak benalu secara in vitro dengan
konsentrasi 10 mcg/ml. Dari penelitian tersebut ditemukan adanya
peningkatan sel CD4+ sebanyak 35% dan bertahan selama 4 tahun.
Temuan ini juga diperkuat oleh penelitian Lukyanova, et al (2001) yang
menemukan bahwa pemberian ekstrak benalu secara subkutan dapat
meningkatkan jumlah limfosit T (CD3+) secara signifikan.
4.4.2 Meningkatkan Sekresi Sitokin
Lektin benalu mampu meningkatkan sekresi berbagai sitokin diantaranya:
TNF-α, IFN-γ IL-1, IL-2, dan IL-6. Aktivitas lektin dalam meningkatkan
sekresi sitokin tersebut terutama melalui mekanisme aktivasi sel T seperti
yang telah dijelaskan pada poin 4.4.1 di atas. Aktivitas lektin dalam
meningkatkan sekresi sitokin didukung oleh beberapa hasil penelitian,
antara lain:
1. Goebell, et al (2002) menemukan bahwa lektin benalu dapat
meningkatkan sekresi TNF-α, IL-1, IL-2, IL-6 (Anonim, 2005a).
30
2. Lukyanova, et al (2001) menemukan bahwa pemberian ekstrak
benalu dapat meningkatkan produksi IFN- γ , TNF dan IL-1.
3. Gorter, et al (1996) menemukan bahwa lektin benalu dapat
meningkatkan produksi IL-2.
4. Yoon, et al (1995) menemukan bahwa lektin benalu dapat
meningkatkan produksi TNF- α.
5. Hajto, et al (1989) menemukan bahwa lektin benalu dapat
meningkatkan produksi, ekstrak benalu yang mengandung lektin
ternyata dapat meningkatkan IFN- γ dan TNF-α.
Peningkatan sekresi sitokin ini dapat meningkatkan sistem imunitas tubuh
penderita HIV/AIDS karena sitokin merupakan komponen penting dalam
memediasi respon dan fungsi sistem kekebalan tubuh, baik kekebalan
nonspesfik maupun yang spesifik. Berikut ini dijelaskan fungsi beberapa
sitokin dalam sistem imun yang dapat dirangsang produksinya melalui
pemberian ekstrak benalu teh.
1. Tumor Necrosing Factor Alpha (TNF-α). Fungsi fisiologis utama
TNF-α adalah untuk merangsang rekrutmen neutrofil dan monosit
pada tempat infeksi, mengaktivasi sel-sel tersebut untuk
menghancurkan benda asing terutama mikroba, dan sangat penting
dalam merangsang proses inflamasi. Apabila jumlah TNF-α tidak
mencukupi, maka tubuh tidak akan mampu melawan infeksi.
Mekanisme kerja TNF dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. TNF-α menyebabkan sel endotel pembuluh darah mengekspresikan
molekul adhesi (selektin dan integrin) untuk leukosit, terutama
untuk monosit dan limfosit.
b. TNF-α merangsang sel endotel dan makrofag untuk mensekresikan
sitokin untuk meningkatkan afinitas integrin kepada ligandnya,
merangsang kemotaksis dan rekrutmen, serta TNF-α merangsang
sel mononuklear untuk menghasilkan IL-1.
c. TNF-α merangsang aktivitas mikrobisidal neutrofil dan makrofag,
merangsang apoptosis beberapa jenis sel yang mekanisme kerjanya
belum diketahui.
31
2. Interleukin 1 (IL-1). Fungsi utama IL-1 hampir sama dengan TNF-α
sebagai mediator inflamasi untuk melawan infeksi. IL-1 menyebabkan
sel endotel pembuluh darah mengekspresikan molekul adhesi (selektin
dan integrin) untuk leukosit, terutama untuk monosit dan limfosit.
3. IL-2. IL-2 merupakan faktor pertumbuhan untuk limfosit T yang
terstimulasi oleh antigen, berfungsi untuk pengenalan antigen dan
penggandaan sel T setelah pengenalan antigen.
Mekanisme kerja IL-2 secara terperinci adalah sebagai berikut:
a. IL-2 merangsang proliferasi sel T yang spesifik terhadap
antigen.
b. IL-2 berperan dalam proliferasi dan diferensiasi sel imun yang
lain. IL-2 merangsang pertumbuhan dan meningkatkan aktivitas
sitolitik sel NK, merangsang proliferasi sel B dan sintesis antibodi.
c. IL-2 berperan dalam mengakhiri respon imun dengan
merangsang fungsi dan perkembangan sel-T regulator,
meningkatkan apoptosis pada sel T yang telah teraktifasi melalui
mekanisme jalur Fas.
Gambar 9. Mekanisme Kerja IL-2 dalam Respon Imunitas (Abbas dan Lichtman, 2003).
4. Interleukin 6 (IL-6). IL-6 berfungsi untuk mengaktivasi sel B dan
merangsang sel hepar untuk menghasilkan protein fase akut.
32
5. Interferon Gamma (IFN-γ). Fungsi IF- γ antara lain:.
a. IFN-γ merupakan sitokin utama yang mengaktifkan makrofag
sebagai mikrobisidal dengan merangsang makrofag untuk
menghasilkan radikal bebas dan nitrogen oksida (NO).
b. IFN-γ merangsang ekspresi MHC (Major Histocomptability)
kelas I dan kelas II serta kostimulator pada APC (Antigen
Presenting Cell), meningkatkan fase pengenalan (recognition)
respon imun dengan meningkatkan ekspresi ligand yang dikenali
oleh sel T. IFN-γ juga merupakan aktivator sel endotel pembuluh
darah, merangsang adhesi limfiosit dan ekstravasasi ke tempat
infeksi.
c. IFN-γ memacu diferensiasi sel T CD4+ naif menjadi sel T
Helper.
d. IFN-γ memacu sel B untuk menghasilkan antibodi,
mengaktifkan opsonisasi dan merangsang fagositosis oleh
makrofag.
e. IFN-γ mengaktifkan neutrofil, memacu aktivitas sitolitik sel
NK.
Gambar 10. Mekanisme Kerja IFN- γ dalam Respon Imunitas (Abbas dan Lichtman, 2003)
33
Secara keseluruhan, lektin dapat meningkatkan aktivitas sistem imun dengan
merangsang proliferasi sel imunitas dan produksi sitokin. Dengan meningkatnya
status imun penderita HIV, maka akan meminimalkan infeksi mikroba dan akan
menghindarkan penderita HIV/AIDS dari berbagai keganasan. Dengan demikian,
maka lektin benalu teh akan dapat bermanfaat dalam menekan mortalitas,
morbiditas, serta memperpanjang usia harapan hidup penderita HIV/AIDS.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari hasil analisis dan sintesis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan hal-
hal sebagai berikut.
1. Cara pengolahan benalu teh sehingga dapat dikonsumsi sebagai obat
antiretroviral dan imunostimulator pada penatalaksanaan HIV/AIDS
sebaiknya menggunakan metode pengolahan teh sehingga komponen-
komponen aktifnya dapat dipertahankan. Proses pengolahan benalu teh ini
meliputi proses: tahap pengumpulan daun teh, tahap pengeringan pertama,
tahap penggilingan, tahap pengeringan kedua, tahap pengemasan, dan tahap
perebusan.
2. Aspek farmakokinetik ektrak benalu teh dalam tubuh manusia meliputi:
absorbsi, yaitu ekstrak benalu teh diberikan per oral dan diserap dalam saluran
cerna melalui difusi dan transport aktif; distribusi ekstrak benalu teh melalui
aliran darah ke seluruh tubuh; biotransformasi dan ekskresi melalui ginjal.
3. Mekanisme kerja (farmakodinamik) ekstrak benalu teh sebagai antiretroviral
pada penatalaksanaan HIV/AIDS terutama diperankan oleh komponen lektin
yang dapat memusnahkan virus melalui mekanisme penghambatan adsorpsi,
netralisasi virus, dan penghambatan komplemen. Disamping itu ekstrak benalu
teh juga dapat menghambat beberapa tahap replikasi virus, yaitu dengan
menghambat proses adsorpsi, fusi, transkripsi balik, integrasi, dan translasi.
4. Mekanisme kerja (farmakodinamik) ekstrak benalu teh sebagai
imunostimulator pada penatalaksanaan HIV/AIDS diperankan oleh kandungan
34
lektin yang akan merangsang proliferasi dan aktivitas sel T, terutama dalam
meningkatkan sekresi interleukin seperti TNF-α, IFN-γ IL-1, IL-2, dan IL-6.
Interleukin ini akan meningkatkan aktivitas sistem imun nonspesifik dan
spesifik, seperti merangsang proliferasi dan aktivasi makrofag, sel NK, sel
limfosit T dan B, dan sebagainya. Peningkatan aktivitas berbagai macam sel
ini selain akan melindungi tubuh dari berbagai macam infeksi dan keganasan,
juga akan meningkatkan sekresi sitokin baru, karena sel-sel yang proliferasi
dan aktivitasnya dirangsang oleh sitokin juga berfungsi untuk menghasilkan
sitokin.
5.2 Saran
Dari hasil analisis dan sintesis dalam pembahasan yang telah dilakukan, maka
dapat diberikan beberapa rekomendasi untuk dikaji dan ditindaklanjuti, yaitu:
1. Mengingat topik yang diangkat dalam karya ilmiah ini merupakan gagasan
baru yang belum pernah diteliti maupun ditulis sebelumnya, maka diperlukan
pengkajian dan penelitian yang lebih mendalam mengenai pemanfaatan
ekstrak benalu teh dalam penatalaksanaan HIV/AIDS. Hal ini sangat penting
terutama untuk mengetahui farmakokinetik dan farmakodinamik ekstrak
benalu teh terhadap penderita HIV/AIDS sehingga dapat diketahui dosis, lama
pemberian, kontraindikasi, interaksi ekstrak benalu teh dengan obat atau
substansi tertentu, efek samping, serta hal-hal penting lainnya yang
berhubungan dengan pemanfaatan ekstrak benalu teh tersebut di atas.
2. Perlu dilakukan pengkajian terhadap metode pengolahan benalu teh sehingga
dapat berperan maksimal sebagai obat antiretroviral dan imunostimulator
dalam penatalaksanaan HIV/AIDS.
3. Perlu dilakukan pengkajian dan penelitian mengenai potensi ekstrak benalu
pada penyakit lain, terutama penyakit-penyakit yang memerlukan
imunostimulator dalam penatalaksnaannya. Hal ini mengingat begitu banyak
penyakit yang patogenesisnya berhubungan dengan lemahnya sistem
kekebalan tubuh.
4. Seluruh komponen masyarakat hendaknya dapat memanfaatkan dan
mengembangkan keanekaragaman hayati Indonesia yang sangat kaya,
35
khususnya pemanfaatan dalam bidang kedokteran modern yang saat ini masih
didominasi oleh teknik kedokteran barat. Pemanfaatan keanekaragaman hayati
Indonesia ini memiliki peran yang sangat strategis dalam mendukung
pembangunan berkelanjutan, khususnya pembangunan di bidang kesehatan
menuju peningkatan daya saing bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, A. K. dan Lichtman, A. H. 2003, “Cellular and Molecular Immunology”,
Elsevier Scince. USA.
Anonim. 2004, “Plant Lectin”, http://www.ansci.cornell.edu/plant/lectins/html
(Akses 19 Maret 2006).
Anonim. 2005a, “Anti HIV Therapy”, http://www.aidsmap.com, (Akses: 23 Maret
2006).
Anonim. 2005b, “Benalu Teh untuk Kanker”, (Republika On Line),
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=231277&kat_id=150
(Akses: 13 Maret 2006).
Anonim. 2005c, “Obat Tradisional”, http://www.idionline.org/_05_infodk_
obattrad2.htm (Akses: 13 Maret 2006).
Anonim. 2005d, “Pathogenesis of AIDS”, (The NIAID Divisions of AIDS),
http://www.niaid.nih.gov/aidstherapeutics/ research/hivpathogenesis.htm
(Akses: 16 Maret 2006).
Anonim. 2005e, “Tanaman Obat Indonesia”, (Iptek Net),
http://www.iptek.net.id/ind/ pd_tanobat/view.php?id=140 (Akses: 13 Maret
2006).
Anonim. 2005f, “Viscaceae”, (Flora of Thailand), http://www.forest.go.th
/Botany/Flora/species%20list/volume7_4/Viscaceae.htm (Akses: 13 Maret
2006).
Anonim. 2006a, “AIDS”, http://www.diseasesdatabase.com/ddb.htm (Akses: 23
Maret 2006).
Anonim. 2006b, “Gawat, Kasus HIV/AIDS Meningkat”,
http://www.jawapos.com/ index.php?act=detail_radar&id=116329&c=85
(Akses: 23 Maret 2006).
36
Anonim. 2006c, “Human Immunodeficiency Viruses”, http://virology-
online.com/viruses/HIV.htm (Akses: 23 Maret 2006).
Anonim. 2006d, “Immunopathology”, http://www.nacoonline.org/publication/
7.pdf (Akses: 17 Maret 2006).
Anonim. 2006e, “The Life Cycle Of HIV”, (Toronto General Hospital, university
Health Network), http://www.tthhivclinic.com/lifecycle.htm (Akses: 21
Maret 2006).
Bianchi, A. 1997, “Piante Medicinali e AIDS”,
http://www.thinkfree.it/poiesis/hiv/fito/visc2.html (Akses: 17 Maret 2006).
Burm, F. 1999, “Viscum Articulatum”, (eFlora: Chinese Plants Names),
http://efloras.org/florataxon.aspx?flora_id=3&taxon_id= 200006584 (Akses:
13 Maret 2006).
Burman, N. L. dan Indica, F. 1999, “Viscum Articulatum”, (eFlora: Ploras of
China), http://efloras.org/florataxon.aspx?flora_id=2&taxon_id=
200006584 (Akses: 13 Maret 2006).
Coffin, J. 2004, “HIV and AIDS”, (Annerberg CPB Rediscovering Biology),
http://www.learner.org/channel/courses/biology/textbook/hiv/hiv_2.html
(Akses: 17 Maret 2006).
Collier, L.H. dan Oxford, J. 2002, “Human Virology, Second Edition”. Oxford
University Press Inc. New York.
Djoerban, Z. 2005, “Problematika Penanggulangan HIV/AIDS di Lapangan”,
(Kesrepro). http://situs.kesrepro.info/pmshivaids/des/2005/pms01.htm
(Akses: 24 Maret 2006).
Evans, J. 2005, “Mistletoe: Good for More than Free Kisses”, (American
Botanical Council), HerbalGram: The Journal of the American Botanical
Council:2005;68:50-59. http://www.herbalgram.org/youngliving/
herbalgram/articleview.asp?a=2901 (Akses: 13 Maret 2006).
Gorter, R. et al. 1992, “Anti-HIV And Immunomodulating Activities of Viscum
Album (Mistletoe)”, (International AIDS Society),
http://www.aegis.com/conferences/iac/1992/PuB7214. html (Akses: 13
Maret 2006).
37
Hajto, T., Hostanska, K., Frei, K., Rordorff, C., Gabius, H. J. 1990, “Increased
secretion of Tumor Necrosis Factor a, Interleukin 1, and Interleukin 6 by
human mononuclear cells exposed to ß-galactoside-specific lectin from
clinically applied mistletoe extract”. Cancer Research, 1990;50:3322-3326.
http://www.thinkfree.it/poiesis/hiv/fito/visc2.html (Akses: 17 Maret 2006).
Hargono, D. 1998, “Penelitian Aktivitas Biologik Infusum Benalu Teh (Scurulla
Atropurpurea) (Bl) Danser Terhadap Aktivitas Sistem Imun Pada Mencit”,
(Badan Litbang Kesehatan), Warta Litbang Kesehatan, 1998;2(3).
http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?top=/Member/[email protected]
pkes.go.id/ (Akses: 13 Maret 2006).
Ji, X., Ying, H., Hart, M., Gupta, K., Saifudin, M., Spear, G. 2004, “Manosa-
Binding-Lectin Binds and Opsonizes HIV and Prevents DC-SIGN Mediated
Trans Infection”, http://www.aegis.com/confecence/croi/2004/430.html.
(Akses: 19 Maret 2001).
Katz, M. 2003, “What Are Opportunistic Infections?”.
http://www.thebody.com/pinf/jan04/ois.html (Akses: 23 Maret 2006).
Katzung B.G. 2001, “Farmakologi Dasar dan Klinik” Bagian Farmakologi
Universitas Airlangga, Salemba Medika. Jakarta
Lederman, M. 2004, “Immunopathogenesis Of HIV Infection”, (HIV InSite),
http://hivinsite.ucsf.edu/InSite?page=kb-02-01-04 (Akses: 17 Maret 2006).
Lukyanova, M., Chernyshov, P., Omelchenko, I., Slukvin, I., Pochinok, V.,
Atipkin, G., Voichenko, V., Heusser, P., Schneiderman, G. 1991, “Mistletoe
Effective for Chernobyl Children”, http://www.healthy.net/scr/ Article.asp?
Id=2163 (Akses: 17 Maret 2006).
Malik, S., Arias, M., Diflumeri, C., Garcia, L.F., Schurr, E. 2003, ”Absence of
Association between Mannosa Binding Lectin Gene Polymorphisms and
HIV-1 Infection in a Colombian Population”
http://www.nebi.nlm.nih.gov/entres/query.fegi?cmd=Retrieve&db=PubMed
&list_uids=12715245&dopt (Akses: 19 Maret 2006).
Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A., Rodwell, V.W. 1996, “Biokimia
Harper Edisi 24”. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
38
Ohashi, K. et al. 2003, “Indonesian Medicinal Plants. Xxv. Cancer Cell Invasion
Inhibitory Effects Of Chemical Constituents In The Parasitic Plant
Scurrula Atropurpurea (Loranthaceae)”, (Pharmaceutical Society of
Japan), Chemical & pharmaceutical Bulletin Vol. 51 (2003), No. 3: 343,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?
cmd=Retrieve&db=PubMed&list_uids=12612428&dopt=Abstract (Akses:
13 maret 2006).
Parwati, T. 1996, “HIV/AIDS”, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam II. Jakarta.
Rachmanto, T. 2005, “AIDS Berpotensi Jadi Epidemi di Indonesia”, (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia). http://www.depkes.go.id/index.php?option =
news&task=viewarticle&sid=1430 (Akses: 24 Maret 2006).
Sai-chit, N. 2000, “New Records And Clarification Of Some Names Of Vascular
Plants In Hong Kong” (PORCUPINE), http://www.hku.edu/ecology/
porcupine/por23/23-flora.htm (Akses: 13 Maret 2006).
Samiran. 2006, “Benalu Tak Selalu Bikin Malu”, (Kompas Cyber Media),
http://www.kompas.com/ kesehatan/news/0603/03/102324.htm (Akses: 13
Maret 2006).
Singh, I.P., Bharate, S.B., Bhutani, K.K. 2005, “Anti-HIV Natural Product”,
Current Science [serial online], 2005 (Juli);89(2):269-283,
http://www.iisc.ernet.in/currsci/jul252005/269.pdf (Akses: 23 Maret 2006).
Steewart, G. J. 1997, “Managing HIV”. Australian Medical Publishing Company.
Ltd. Australia.
Stoss, M. dan Gorter, R. W. 1998, “No Evidence Of Ifn-Gamma Increase In The
Serum Of Hiv-Positive And Healthy Subjects After Subcutaneous Injection
Of A Non-Fermented Viscum Album L. Extract”, (PubMed),
1998;16(4):157-64. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?cmd=
Retrieve&db=PubMed&list_uids=10366786&dopt=Abstract1 (Akses: 13
Maret 2006).
Vlietinck, A.J., De Bruyne, T., Apers, S., Pieters, L.A. 1998, “Plant-Derived
Leading Compounds for Chemotherapy of Human Immunodeficiency Virus
(HIV) Infection”, (Planta Med), 1998;64(2):97-109.
39
http://www.medicinacomplementar.com.br/tema2612051.asp (Akses: 16
Maret 2006).
Winarno, H. 2001, “Senyawa Anti Kanker Dari Benalu Teh”, (Uni Sosial
Demokrat), http://unisosdem.org/articledetail.php?
aid=3063&coid=2&caid=42&gid=1 . ( Akses: 13 Maret 2006).
40
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : I Nyoman Sutarsa
Tempat, Tgl Lahir : 12 April 1983
Alamat : Jln. Kebo Iwa Br. Batuparas No:21 Denpasar
Mobile Phone : 08123645214
Status Pendidikan : Mahasiswa Kedokteran Semester 10
Hobi : Baca Novel, Menulis, Menyanyi
Jabatan Organisasi Kemahasiswaan
1. Vice Local Officer Medical Student Exchange Programme LEC Medical
Faculty of Udayana University 2003-2004
2. Pengurus Harian Wilayah Anggota Bidang Ilmiah Ikatan
Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia Wilayah 4
2004/2005
3. Ketua Divisi Local Exchange Commitee (LEC) Badan Eksekutif
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2004/2005
4. Anggota Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM)
Kelompok Ilmiah Hippocrates Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
2004/2005
5. Anggota Tim Bantuan Medis Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
6. Anggota Divisi Hubungan Antar Institusi Badan Eksekutif Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2005/2006
Pertemuan Ilmiah
1. Diskusi Remaja “Pembauran Bangsa” Tingkat Propinsi Bali (1998)
2. Pembinaan LPIR se-Bali (1999)
3. Bina Kreativitas Siswa Berprestasi Tingkat Nasional ( Jakarta, 1999 )
4. Pembekalan AYSF Conference Tk. Asia Pasifik (Jakarta, 2000)
5. Summit Science Coference Tk. Dunia (Singapore, 2000)
41
6. Latihan Kepemimpinan & Manajemen Mahasiswa ISMKI Tk Nasional
(Jember, 2002)
7. Asian Medical Students Conference Tk Asia , AMSA, (Jakarta-
Yogyakarta, 2003)
8. Penanggulangan Masalah Rokok POKJA ISMKI Tk Nasional ( Malang,
2004 )
9. Eco Camp Bayer Young Environmental Envoys 2005 Tk Nasional
( Jakarta, Juli,2005)
10. Eco Minds Youth Forum Tingkat Asia Pasifik 2005
11. Dan lain-lain
Karya-Karya Ilmiah yang Pernah Dihasilkan
1. Pembauran Bangsa Dalam Rangka Memperkokoh Integrasi Nasional.
(1998)
2. Peranan Uang Dalam Perubahan Gaya Hidup Remaja. (1998)
3. Proses Pembuatan Nata De Soya Sebagai Salah Satu Aplikasi Ilmu Kimia
Dalam Menciptakan Pembangunan Berwawasan Lingkungan. (1999)
4. Mekanisme Terjadinya Kilat Sebagai Indikator Daerah Kaya Bauksit.
(1999)
5. Pemanfaatan Lili Gundi Sebagai Alternatif Obat Nyamuk. (1999)
6. Pengembangan Wawasan Kultural Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas
Hidup Manusia.(2000)
7. Co-Combustion With Fossil Fuel and Biomass.(2000)
8. Prospek Kerajinan Tanah Liat Kecamatan Benoh –Ubung Kaja
Menghadapi Pasar Bebas.(2001)
9. Pemanfaatan Sekam Sebagai Alternatif Energi Dalam Pembakaran Batu
Bata.(2001)
10. Bahaya Dibalik Eksploitasi Batu Apung Dusun Taro Kaja Kecamatan
Tegal Lalang Kabupaten Gianyar. (2001)
11. Dimensi Sosiologis Dan Kedudukan Mahasiswa Dalam Bidang Politik.
(2002)
12. Arus Normatif Melalui Pendekatan Pedagogis. (2002)
42
13. Pengaruh H2SO4 Terhadap Kecepatan Tumbuh Tunas Pada Umbi Bwang
Merah.
14. Pengaruh Pembuangan Limbah Cair Tak Terolah Bagi Pencemaran
Lingkungan Air.(2001)
15. Prospek Agrowisata Pasca Tragedi 12 Oktober 2002 Bagi Pengembangan
Pariwisata Bali.(2002)
16. Fotovoltaik Sebagai Sumber Energi Masa Depan.(2001)
17. Demam Berdarah Dengue Ditinjau Dari Aspek Medis Praktis Kedokteran
Klinik Sebagai Strategi Penanganan Cepat Demam Berdarah Dengue di
Instalasi Rawat Darurat. (2003)
18. Audioterapi Musik Klasik dan Mekanisme Kerjanya dalam Menimbulkan
Efek Penyembuhan Penyakit. (2003)
19. Pemutaran Musik Klasik Sebagai Bentuk Pelayanan Prima Perpustakaan
Demi Peningkatan Intensitas dan Kualitas Membaca Pengunjung. (2003)
20. Meningkatkan Kualitas Diri dengan Mempertinggi Minat Baca Terhadap
Karya Tulis Ilmiah (2003)
21. Optimalisasi Perpustakaan Dalam Memecahkan Permasalahan Bangsa
(2003)
22. Pemberdayaan Otonomi Daerah dan UU NO 25 Tahun 1999 Bagi
Pengembangan Pariwisata Bali yang Berkelanjutan ( 2004)
23. Penanggulangan Ketergantungan Rokok Melalui Kombinasi Pendekatan
Bio Psikologis.(2004)
24. Analisis Perilaku dan Problematika Seksualitas Remaja Di Tengah
Pergeseran Nilai Sosial Budaya (2004)
25. Peran dan Fungsi Lembaga Pers Dalam Pelaksanaan Demokrasi Indonesia
Dengan Penekanan Pada Aspek Penghormatan HAM Warga Sipil di Era
Pemilu 2004
26. Khasiat Teh Dalam Mencegah Komplikasi Penyakit Jantung Koroner Pada
Pasien Diabetes Militus (2004)
27. Strategi Pencegahan Gagal Perkembangan Ego Pada Anak-Anak Korban
Pedofilia Melalui Pendekatan Pedagogis Keluarga ( 2005 )
43
28. Analisa Pergeseran Fungsi dan Esensi Seni Film/Sinetron Indonesia
(2005)
29. The Use of Human Feces as an Alternatif of Biomass (2005)
30. Karakteristik dan Potensi Pengembangan Bahasa Isyarat Tuli Bisu
Bengkala (2005)
31. Strategi Kebijakan Moneter Bank Indonesia Menuju Zona Kestabilan
Harga Bagi Pengembangan UMKM yang Berkelanjutan (2005)
32. Strategi Pengelolaan Sampah yang Efektif dan Berdaya Guna Melalui
Pendekatan Komunitas ( Community Based Approach ) (2005)
33. dan lain-lain
Penelitian Ilmiah Selama di FK
1. Pola Perkawinan Masyarakat Tuli Bisu Bengkala Kecamatan
Kubutambahan Kabupaten Singaraja ( 2004 )
2. Karakteristik dan Potensi Pengembangan Bahasa Isyarat Bengkala (2005)
Penghargaan Ilmiah
1. Juara III Lomba Karya Tulis Ilmiah “ Pembauran Bangsa “ Tingkat
Propinsi Bali Tahun 1998.
2. Juara II Lomba Karya Tulis Ilmiah “Olimpiade Soaial Budaya” se-Bali-
Nusa Tenggara Tahun 1998
3. Juara III Lomba Penulisan Essay “Olimpiade Sosial Budaya”se-Bali-Nusa
Tenggara Tahun 1998
4. Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah Kimia Dan Wawasan Lingkungan
Tingkat Jawa-Bali-Nusa Tenggara Tahun 1999
5. Juara III Lomba Karya Tulis Ilmiah Fisika dalam Olimpiade Fisika se-
Bali-Nusa Tenggara Tahun 1999
6. Pemakalah Terbaik I dalam Bina Kreativitas Siswa Berprestasi Nasional
se-Indonesia Tahun 1999
7. Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah Bidang Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) Tk. Nasional Tahun 1999
8. Nominasi 10 Peserta Terbaik dalam National Science Fair Tahun 2000
44
9. Best Recommendation dalam APEC YOUTH SCIENCE FESTIVAL II
Tingkat International Tahun 2000
10. Presenter Pria Duta Indonesia dalam Cross Culture Evening Tk Asia
Pasifik Tahun 2000
11. Juara I Lomba Karya Tulis Budaya se-Propinsi Bali Tahun 2000
12. Juara II Lomba Essay Olimpiade Sosial Budaya IV se-Bali Tahun 2000
13. Juara III Lomba Karya Tulis Ilmiah dalam Gelar Ilmiah Kimia III se-
Bali-Nusa Tenggara Barat Tahun 2000
14. SUKEN INTERNATIONAL RECOMMENDATION IN MATH
PASSING GRADE II-JAPAN COMPANY Tahun 2001
15. Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah Ekonomi Kerakyatan se-Bali Tahun
2001
16. Peserta Terbaik Dalam Latihan Kepemimpinan dan Manajemen
Mahasiswa ISMKI Tk. Nasional Tahun 2002
17. Delegasi Indonesia dalam The 24th ASIAN MEDICAL STUDENTS
CONFERENCE ( AMSC ) Tk. Asia Tahun 2003
18. Juara Harapan II Lomba Penulisan Essay Minat Baca Badan Perpustakaan
Daerah Propinsi Bali Tingkat Masyarakat Umum Tahun 2003
19. Juara I Lomba Orasi Ilmiah Pariwisata Bali Pasca Tragedi Bom Bali 12
Oktober 2002 Tingkat Mahasiswa Se-Bali STIE TRIATMA MULYA
Tahun 2003
20. Juara I Lomba Karya Tulis Mahasiswa Tk. Universitas Udayana Tahun
2003
21. Juara Harapan Lomba Karya Tulis Mahasiswa Bidang Teknologi Wilayah
C Tahun 2003
22. Juara I Lomba Karya Tulis Pariwisata Recovery Pariwisata Bali Tahun
2003
23. Juara III Lomba Penulisan Essay Penanggulangan Bahaya Rokok ISMKI
Tk Nasional di FK Universitas Brawijaya Malang Tahun 2004
24. Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah Gerakan Anti Aborsi dan Seks Bebas
yang diselenggarakan oleh LSM GARIS Tahun 2004
45
25. Juara II Lomba Karya Tulis Mahasiswa Tk UNUD Bidang IPA Tahun
2004
26. Juara II Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Bidang Pendidikan Tahun
2005
27. Juara III Mahasiswa Berprestasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
2005
28. Juara Eco Mind 2005 dalam Bayer Young Environmental Envoys 2005
sekaligus terpilih sebagai Duta Indonesia dalam International Eco Mind
2005 di Manila (2005)
29. Delegasi Indonesia dalam Eco Minds Youth Competition Tingkat Asia
Pasifik di Manila, Oktber 2005
30. Indonesian Delegates for Young Global Citizent Project British Council
Tingkat Internasional di Davao City, Januari 2006
Penghargan Lainnya
1. Juara Harapan I Lomba Baca Puisi HUT Warung Budaya Katagori Umum
(1999)
2. Juara III Lomba Baca Puisi Peringatan Bulan Bahasa Katagori Dewasa
(1999)
3. Juara I Lomba Baca Puisi HUT RI ke 54 Satya Yowana (1999)
4. Juara I Lomba Cipta-Baca Puisi HUT LAPMI Universitas Udayana (1999)
5. Juara I Lomba Cipta-Baca Puisi Pekan Seni Mahasiswa STSI Denpasar
(2000)
6. Juara Harapan I Lomba Baca Puisi Dies Natalis Universitas Udayana
(2001)
7. Juara Hararan II Baca Puisi Se-Bali Sanggar Purbacaraka Faksas UNUD
(2002)
8. Antologi Puisi “ Oh Tuhan Mengapa Langit Begitu Kosong” Balai Bahasa
2004
9. Juara II Lomba Keroncong Putra Pekan Seni Remaja Ke 17 (2000)
10. Juara II Lomba Pop Bali Timezone Kuta Squre (2002)
11. Juara III Lomba Pop Bali Rimo Cabang Bali (2002)
46
12. Juara III Lomba Pop Bali Garuda Wisnu Kencana Katagori Dewasa (2002)
13. Juara Harapan I Lomba Pop Bali Tabanan Expo (2002)
14. Juara Harapan II Lomba Pop Bali Kuta Centre (2002)
15. Duta Denpasar Dalam Pesta Kesenian Bali Bidang Pop Bali
16. 16. Juara II Lomba Pop Bali Remaja Se Bali Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Udayana Tahun 2003
17. Juara II Lomba Bintang Radio dan Televisi Bali TV Katagori Remaja
Putra (2003)
18. Juara III Bintang Radio RRI Cabang Madya Kota Denpasar Katagori
Remaja Putra (2003)
19. Juara III Bintang Radio RRI Cabang Singaraja Katagori Remaja Putra
Tahun 2003
20. Juara III Pop Bali Dalam Balinese Rythem Festival oleh Sekolah Tinggi
Pariwisata Bali (2003)
21. Juara Harapan I dalam Pop Singer Competition Harian Umum
Nusatenggara Katagori Remaja Putra Propinsi Bali Tahun 2003
22. Juara I Lomba Pop Bali HIMASEF Fakultas Pertanian Universitas
Udayana Tahun 2003
23. Juara Harapan II Lompa Pop Singer Ciptaan Wedhasmara Pemerintah
Kota Denpasar katagori Dewasa Putra Tahun 2004
24. Penyanyi Terbaik I dalam Festival Pop Bali Radio Genta Bali Tingkat
Propinsi Bali Tahun 2004
25. Juara III Lomba Bintang Radio dan Televisi Katagori Dewasa Pria kota
Denpasar ( 2004 )
26. Juara III Pemilihan Bintang Pop Bali PT. HAM Baliku Mekar ( 2004 )
27. Juara III Festival Pop Indonesia Se- Bali Kuta Expo ( 2004 )
28. Juara Harapan I Lomba Tembang Kenangan Katagori Dewasa Putra 2004
se-Bali
29. Finalis Citra Prestasi Bidang Baca Berita Dewasa dalam 3 Bahasa yang
diselenggarakan oleh Bali TV ( 2004 )
30. Juara I Festival Pop Keroncong Katagori Remaja Melody Kenangan
Restorant & Café Tahun 2005
47
31. Juara II Lomba Festival Pop Indonesia dalam Pemilihan Bintang Hardys
Sanur Katagori Dewasa (2005)
32. Juara I Festival Pop Bali Pemilihan Bintang Pro 2 RRI Denpasar (2005)
48
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : I Made Siswadi Semadi
Tempat, Tgl Lahir : Denpasar, 6 Desember 1983
Alamat : Jalan Nangka Gang Satawana No. 3 A Denpasar, Bali 80239
Telp. (0361) 412930
Email : [email protected]
Mobile Phone : 081338664898
Status Pendidikan : Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unud Semester VIII
Jabatan Organisasi Kemahasiswaan
1. Anggota Badan Pekerja Lembaga Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana tahun 2003/2004
2. Ketua Kelompok Ilmiah Hippocrates Fakultas Kedokteran Unud
2003/2005
Pertemuan Ilmiah & Seminar
1. Ceramah Pembinaan Pembauran Bangsa bagi Generasi Muda dan
Pramuka Kota Denpasar Tahun 2000
2. Seminar Air Bersih dan Pengelolaan Air Limbah Universitas
Mahasaraswati Denpasar Tahun 2000
3. Jaringan Pemantau Air Sungai PPLH Bali Tahun 2001
4. Dharma Pangasraman Mahasiswa Hindu Dharma IX yang
Diselenggarakan Forum Persatuan Mahasiswa Hindu Dharma (FPMHD)
Universitas Udayana Tahun 2002
5. Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah Proyek Due-like Batch III Univ.
Udayana Tahun 2002
6. Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana tahun 2002
7. Lokakarya Pelatihan Proses Belajar Mengajar Proyek Due-like Batch III
Univ. Udayana Tahun 2003
49
8. Musyawarah Kerja Nasional Asian Medical School Association Indonesia
(AMSA Ina) di Universitas Diponegoro Tahun 2003
9. Seminar Regional “Recovery Terhadap Pariwisata Bali” yang
Diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Program Studi
Pariwisata Universitas Udayana tahun 2003
10. Bunga Rampai Penanggulangan Masalah Merokok Ikatan Senat
Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya Tahun 2004
11. Seminar Sehari “Gangguan Neurovaskular” yang Diselenggarakan oleh
Ikatam Alumni Universitas Udayana (Ikayana) Tahun 2004
12. Seminar Internasional “Youth At Work” yang Diselenggarakan oleh Univ.
Udayana dan Kedutaan Besar Republik Afrika Selatan Tahun 2004
13. Pendidikan dan Pelatihan Penulisan Karya Tulis Mahasiswa Tingkat
Universitas Udayana Tahun 2004
14. Seminar Nasional Ikatan Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Indonesia
(ISMKI) Universitas Syah Kuala, Aceh Tahun 2004
15. Temu Ilmiah Nasional Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia
(ISMKI) di Universitas Syah Kuala, Aceh Tahun 2004
16. Workshop Nasional “Start Your Own Medical Research, Now!” yang
Diselenggarakan oleh Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia tahun 2005
17. Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana tahun 2005
18. Dan Lain-Lain
Karya-Karya Ilmiah (Tahun 2003 – 2005)
1. Pengaruh Perubahan Kualitas Udara terhadap Kondisi Kesehatan
Masyarakat Kota Denpasar
2. Peran Strategis Perpustakaan dalam Upaya Menumbuhkembangkan Minat
Baca demi Terwujudnya Bangsa yang Cerdas dan Berkualitas di Era
Teknologi InformasiPenerapan Kebijakan Daerah Bebas Rokok secara
50
Komprehensif dan Berkesinambungan dalam Upaya Menekan dampak
Negatif Kebiasaan Merokok Menuju Terwujudnya Indonesia Sehat
3. Upaya Rehabilitasi Penderita Gangguan Stres Pascatrauma Tragedi
Pengeboman Bali Sebagai Bagian dari Proses Pemulihan Citra Pariwisata
Indonesia
4. Aborsi Dalam Perspektif Medis, Bioetik, dan Etika Kedokteran
5. Pemberdayaan Hak dan Peran Perempuan dalam Kancah Politik Nasional
atas Dasar Kesetaraan dan Keadilan (Tinjauan terhadap Kebijakan Kuota
Minimal bagi Perempuan di Lembaga Legislatif dalam UU no.12/2003)
6. Pengembangan Minat Menulis dan Membaca Siswa dalam Pelajaran
Bahasa Bali melalui Pendekatan Komunikatif sebagai Upaya Pelestarian
Nilai Luhur Budaya Bangsa Menuju Terwujudnya Ajeg Bali
7. Pemanfaatan Terapi Musik Klasik sebagai Media terapi Nonfarmakologis
pada Penatalaksanaan Hipertensi
8. Transplantasi Sel Stem (Stem Cell) sebagai Bentuk Terapi Mutakhir pada
Penatalaksanaan Leukemia
9. Pemanfaatan Enzim Papain pada Penatalaksanaan dan Pencegahan Sirosis
Hepatis serta Peran Faktor Hepatotropik dalam Induksi Regenerasi Sel
Hati Pascafibrolitik
10. Paradigma Ekologi dalam Pembangunan Berkelanjutan: Sebuah Kajian
Mengenai Permasalahan Lingkungan Hidup Indonesia dan Pendekatan
Strategis dalam Upaya Pemecahannya
11. Peran Perbankan serta Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dalam
Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Menuju
Pembangunan Bali yang Berkelanjutan
Penghargaan Ilmiah (1996 – 2005) Juara I Kelompok Remaja Lomba Minat Baca Tingkat Provinsi Bali Perpustakaan Daerah Bali Tahun 1998.
1. Juara I LKTI Lingkungan Hidup Tingkat SMU se-Bali Universitas
Warmadewa Tahun 2000
2. Juara II LKTI Pertanian Tingkat SMU se-Bali PSTP Universitas Udayana
Tahun 2000
3. Juara III Lomba Penulisan Essay Lingkungan Hidup se-Jawa Bali
KIRMAW SMUN 6 Yogyakarta Tahun 2000
51
4. Juara Harapan I LKTI Hukum II Tingkat Nasional Universitas Widya
Gama Malang Tahun 2000
5. Juara I LKTI Fisika Tingkat SMU se-Bali NTB FMIPA Universitas
Udayana Tahun 2001
6. Juara Harapan I LKTI Populer Mengenal Teknik Kimia se-Jawa Bali FT
UGM
7. Juara I LKTI Kimia VI se-Jawa Timur, Bali, NTB FMIPA Universitas
Udayana Tahun 2001
8. Juara I LKTI Kimia se-Bali HMPS Pendidikan Kimia IKIP Negeri
Singaraja Tahun 2001
9. Juara III LKTI Pertanian Tingkat SMU se-Bali PSTP Unud tahun 2001
10. Juara II LKTI Fisika se-Bali NTB FMIPA Unud Tahun 2002
11. Juara I LKTI Kimia Tk. SMU se-Jatim, Bali, NTB FMIPA Unud Th. 2002
12. Juara I LKTI Kimia se-Bali HMPS Pendidikan Kimia IKIP Negeri
Singaraja Tahun 2002
13. Penulis Favorit Lomba Opini Toleransi Lingkungan PPLH Bali Tahun
2002
14. Juara II LKTI Kelistrikan KISS-1 Denpasar Tahun 2002
15. Juara Harapan LKTI Lingkungan Hidup Tingkat Nasional Departemen
Pendidikan Nasional Tahun 2003
16. Juara Harapan I Lomba Penulisan Esai Tingkat Provinsi Bali Bapusda
Tahun 2003
17. Juara II Lomba Karya Tulis Pariwisata yang Diselenggarakan oleh Badan
Eksekutif Mahasiswa Program Studi Pariwisata Universitas Udayana
Tahun 2003
18. Juara I Lomba Penulisan Essay Penanggulangan Masalah Merokok
“Merokok Namun Tidak Merugikan” Tingkat Nasional yang
Diselenggarakan oleh FK Unibraw. Malang Tahun 2004
19. Juara II LKTI dengan Tema “Aborsi, Seks Bebas dan Permasalahannya”
yang Diselenggarakan oleh Gerakan Anti Aborsi dan Seks Bebas (Garis)
Tahun 200421. Juara I LKTI Hukum Komite Mahasiswa Fakultas Hukum
52
Universitas Udayana Tahun 2004Juara I Lomba Karya Tulis Mahasiswa
Bidang IPA Tingkat Universitas Udayana Tahun 2004
20. Juara II Lomba Karya Tulis Mahasiswa Bidang IPA Wilayah C Tahun
2004
21. Finalis Lomba Karya Tulis Mahasiswa Bidang IPA Tingkat Nasional
Tahun 2004
22. Juara I Lomba Makalah Bebas Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran
Indonesia Tahun 2004
23. Finalis Lomba Karya Tulis dan Poster Tingkat Nasional PIK SMFK UI
Tahun 2005
24. Juara I Lomba Karya Tulis Mahasiswa Bidang IPA Tingkat Universitas
Udayana Tahun 2005
25. Juara II Lomba Presentasi Pemikiran Kritis Mahasiswa Tingkat Nasional
Bidang Kesejahteraan Rakyat Tahun 2005Juara III Lomba Karya Tulis
Mahasiswa Bidang IPA Tk. Wilayah C Tahun 2005
53
Penghargaan Bidang Akademis, Seni, dan Lainnya (1996 –
2005) Peserta Jambore Nasional Pramuka
Tahun 1996 di Bumi Perkemahan
Wiladatika Cibubur Jakarta
1. Juara II Pacentokan Nyurat Aksara Bali Fak. Sastra Univ. Udayana Tahun
1999
2. Juara III Lomba Membaca Aksara Bali PSR Kodya Denpasar Tahun 1999
3. Juara I Lomba Kimia Tingkat SMU se-Kodya Denpasar Tahun 1999
4. Juara Terbaik Lomba Mata Pelajaran Tingkat SMU se-Kodya Denpasar
Tahun 1999
5. Juara III Lomba Debat V se-Bali KISS-1 Denpasar tahun 2000
6. 3rd Winner of High School Debating Camp 2000 University of Indonesia
Jakarta
7. Rank 5th of High School Debating Camp 2001 University of Indonesia
Jakarta
8. Juara I Lomba Debat Ekonomi Tingkat SMU se-Bali Tahun 2001 Fak.
Ekonomi Univ. Udayana
9. Juara II Siswa Teladan Putra Tingkat Provinsi Bali Tahun 2001
10. 1st Winner of Java-Bali High School English Debate Competition 2002
Petra Christian University Surabaya
11. Penerima Penghargaan “Hewlett-Packard Indonesian Youth Leadership
Award 2004”
54
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Wayan Citra Wulan Sucipta Putri
Tempat, Tgl Lahir : Denpasar, 18 Januari 1984
Alamat : Jalan Gemitir 40 Denpasar Bali
Telpon Rumah : 461247
Mobile Phone : 081805570772
Status Pendidikan : Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unud Semester 8
Hobi : Membaca, Menulis, Mendengarkan Musik
Jabatan Organisasi Kemahasiswaan
1. Vice Local Officer Medical Student Exchange Programme LEC Medical
Faculty of Udayana University 2003-2004
2. Pengurus Harian Wilayah Anggota Bidang Ilmiah Ikatan
Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia Wilayah 4
2004/2005
3. Ketua Divisi Local Exchange Commitee (LEC) Badan Eksekutif
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2004/2005
4. Anggota Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM)
Kelompok Ilmiah Hippocrates Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
2004/2005
5. Anggota Tim Bantuan Medis Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
6. Anggota Divisi Hubungan Antar Institusi Badan Eksekutif Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2005/2006
Partisipasi dalam Pertemuan Ilmiah
1. Peserta Pelatihan Dasar Kelompok Ilmiah Hippocrates (KIH) 2002
2. Seminar Sehari dengan Tema Demam Berdarah yang diselenggarakan oleh
Kelompok Ilmiah Hippocrates FK Univ. Udayana Tahun 2003
3. Peserta Seminar Regional Evaluasi terhadap Recovery Pariwisata Bali
2003 BEM PS Pariwisata Unud
55
4. Peserta Seminar Globalisation: Challenge and Opportunities for Todays
Youth Embassy of The Republic of South Africa Jakarta and Udayana
University
5. Seminar Penulisan Karya Ilmiah yang diselenggarakan oleh Kelompok
Ilmiah Hippocrates FK Univ. Udayana Tahun 2004
6. Peserta Pekan Ilmiah Nasional (PIMNAS) XVII tahun 2004
7. Peserta Pelatihan Jurnalistik Mahasiswa 2004 Unud
8. Peserta Rapat Kerja Nasional Asian Medical Student Association for
Indonesia (AMSA-INA) 2004
Karya Ilmiah (2003-2005)
1. Demensia
2. Strategi Recovery Pariwisata Bali melalui Pelayanan Kesehatan dan
Kebersihan terhadap Wisatawan
3. Peran Komponen Mahasiswa dalam Penerapan Kurikulum dengan Strategi
Pembelajaran Student Centred di Perguruan Tinggi dalam Upaya
Peningkatan Kualitas Pendidikan Dokter di Indonesia
4. Nilai-nilai Etos Kerja Masyarakat Korea dalam Kemajuan Pembangunan
Perekonomian Bangsanya
5. Perbandingan Karakteristik Sistem Pendidikan Indonesia dengan Sistem
Pendidikan Beberapa Negara Berkembang di Asia
6. Kajian Portofolio dalam Penilaian Proses dan Hasil Belajar Siswa Pada
Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi
7. Pemberdayaan Panti Werdha sebagai Unit Perawatan Kesehatan dan
Pelayanan Sosial pada Lanjut Usia
8. Analisis Strategi Pemberantasan Korupsi di Indonesia dengan Pendekatan
Holistik Berbasis Pola dan Waktu
Penghargaan yang Pernah Diraih
1. Certificate of Merit for a Painting in The International Children’s
Competition 1998
2. Juara I Olimpiade Fisika KISS~1 Denpasar Se-Bali 1999
56
3. Juara II Hippocrates On Line HUT BKFK ke 42 FK Unud 2002
4. Juara III Lomba Karya Tulis Pariwisata BEM PS Pariwisara Unud 2003
5. Juara I LKTM Pendidikan Universitas Udayana 2004
6. Juara II LKTM Pendidikan Wilayah C 2004
7. Finalis LKTM Pendidikan tingkat Nasional Dirjen Dikti 2004
8. Juara I LKTM Pendidikan Universitas Udayana 2005
9. Juara II LKTM Pendidikan Wilayah C 2005
10. Finalis Lomba Presentasi Pemikiran Kritis Mahasiswa Dirjen Dikti 2005
11. Mahasiswa Berprestasi Universitas Udayana tahun 2005
57