Lksnb

14
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA LEMBAGA KEUANGAN SYARI’AH NON BANK KEUANGAN SYARI’AH 1 AK ASTRI YULIA

Transcript of Lksnb

Page 1: Lksnb

LEMBAGA KEUANGAN SYARI’AH NON BANK

KEUANGAN SYARI’AH

1 AK BU

Page 2: Lksnb

Daftar isi

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................2

A.Latar Belakang Masalah.................................................................................................................2

B.Manfaat dan Tujuan Penulisan.......................................................................................................2

C.Rumusan Masalah..........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................3

2.1Pengertian BMT dan Koperasi Syariah..........................................................................................3

2.2 Prinsip BMT dan Koperasi Syariah...............................................................................................4

2.3 Perbedaan BMT dan Koperasi Syariah.........................................................................................5

2.4 Produk dan Mekanisme Operasional BMT dan Koperasi Syariah................................................6

2.5 Peraturan Hukum dalam BMT.....................................................................................................7

2.6 Prospek dan Pengembangan BMT...............................................................................................7

Bab III penutup....................................................................................................................................10

Kesimpulan......................................................................................................................................10

Page 3: Lksnb

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang MasalahLembaga keuangan bank dan non bank memiliki peranan penting dalam sistemkeuangan suatu

negara. Salah satunya adalah menjaga stabilitas keuangan dalam perekonomian suatu negara. Karena itu lembaga keuangan bank dan non bank menjadisalah satu pilar stabilitas ekonomi keuangan.

Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi syariah di Indonesia secara otomatisikut memacu perkembangan lembaga keuangan syariah baik bank maupun non bank.Oleh karena itu banyak inovasi-inovasi dari lembaga keuangan baik bank maupun non bank.

Baitul maal wa tamwil dan koperasi syariah sebagai lembaga keuangan mikro berperan sangat penting dalam perkembangan ekonomi masyarakat. Karena lembaga-lembaga tersebut langsung bersentuhan dengan industri mikro yang dijalankan olehmasyarakat luas. Untuk itu penulis akan membahas lebih jauh mengenai BMT dankoperasi syariah beserta mekanisme dan sistem operasinya dalam membantu usaha mikrodi masyarakat.

B.Manfaat dan Tujuan PenulisanManfaat dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1.Mengetahui peran dan fungsi dari BMT dan koperasi syariah dalam perekonomian indonesia

2.Memahami mekanisme dan sistem operasi dari BMT dan koperasi syariah

3.Mengetahui produk BMT dan koperasi syariah

C.Rumusan MasalahDalam makalah ini penulis akan membatasi masalah pada:

1.Apa yang dimaksud dengan BMT dan koperasi syariah ?

2.Bagaimana prinsip BMT dan koperasi syariah ?

3.Apa pebedaan dari koperasi syariah dan BMT ?

4.Bagaimana mekanisme dan sistem operasi dari BMT dan koperasi syariah ?

5.Apa saja produk-produk yang ada dalam BMT dan koperasi syariah ?

Page 4: Lksnb

BAB II PEMBAHASAN

2.1Pengertian BMT dan Koperasi SyariahBMT kepanjangan dari Balai Usaha Mandiri Terpadu atau yang lebih dikenaldengan kepanjangan dari

Baitul Maal Wat Tamwiil.Baitul maal wat tamwil (BMT)sendiri terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul tamwil.Baitul Maal terdiri dari kata Bait yang berarti rumah sedangkan maal berasal dari kata mall yang artinya harta, jadi baitul maal artinya rumah harta. Baitul maal lebih mengarah kepada usaha – usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non – profit, seperti; zakat, infaq dan shadaqahserta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya.

Sedangkan baitut tamwiil secara etimologi berasal dari kata baitun.Dan mawala, tetapi jamaknya tamwil yang artinya berputar atau produktif sehingga dana yang ada dapat disimpanuntuk dibiayakan atau diputar melalui usaha agar produktif, jadi dengan kata lain baituttamwil adalah usaha yang melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif daninvestasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil denganantara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatanekonomi.Sedangkan “koperasi”, dari segi etimologi berasal dari bahasa Inggris yaitu

Cooperation yang artinya bekerja sama. Sedangkan dari segi terminologi koperasi syariah ialah suatu perkumpulan atau organisasi yang beranggotakan orang-orang atau badanhukum yang bekerja sama dengan penuh kesadaran untuk meningkatkan kesejahteraananggota atas dasar sukarela secara kekeluargaan dengan berpegang pada Al-qur’an danSunnah sehingga sesuai dengan syariat islam.

Dalam hal ini visi dari adanya kegiatan BMT adalah mengarah pada upaya untuk mewujudkan BMT menjadi lembaga keuangan yang mandiri, sehat, dan kuat, yangmampu meningkatkan kualitas ibadah anggotanya (ibadah dalam arti yang luas),sehingga mampu berperan sebagai wakil-pengabdi Allah SWT, memakmurkankehidupan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Sedangkan tujuan dari didirikannya BMT adalah untuk meningkatkan kualitasusaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat padaumumnya. Sama halnya dengan BMT, koperasi syariah juga dalam perkembangannyamemiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya danmasyarakat pada umumnya serta turut membangun tatanan perekonomian yang berkeadilan sesuai dengan prinsip-prinsip islam. Di sisi lain, BMT memiliki fungsi antaralain:

a.Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisir, mendorong, dan mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi anggota, Kelompok Usaha Anggota Muamalat(Pokusma) dan kerjanya,

b.Mempertinggi kualitas SDM anggota dan Pokusma agar menjadi lebih profesionaldan islami sehingga semakin utuh dan tangguh dalam mengahadapi tantangan global,

c.Menggalang dan mengorganisir potensi masyarakat dalam rangka meningkatkankesejahteraan anggota.

Page 5: Lksnb

BMT, dalam perkembangannya memiliki ciri-ciri utama, yaitu:

1.Berorientasi bisnis, mencari laba bersama, meningkatkan pemanfaatan ekonomi paling banyak untuk anggota dan lingkungannya,

2.Bukan lembaga sosial, akan tetapi dapat dimanfaatkan untuk mengefektifkan pendistribusian zakat, infak, sedeka, bagi kesejahteraan orang banyak,

3.Ditumbuhkan dari bawah berlandaskan peran serta masyarakat disekitarnya,

4.Milik bersama masyarakat kecil dan bawah dari lingkungan BMT sendiri, bukanmilik orang seorang atau bukan pula milik orang dari luar masyarakat itu.

Sedangkan koperasi syariah, memiliki karakteristik sebagai berikut:

1.Mengakui hak milik individu terhadap modal usaha

2.Tiadanya transaksi yang berbasis bunga (riba)

3.Berfungsi sebagai institusi zakat

4.Mengakui mekanisme pasar

5.Mengakui motif mencari keuntungan

6.Mengakui kebebasan berusaha

7.Mengakui adanya hak bersama

2.2 Prinsip BMT dan Koperasi SyariahDalam menjalankan usahanya BMT menggunakan 3 prinsip:

1.Prinsip Bagi Hasil

Prinsip ini merupakan suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usahaantara pemodal (penyedia dana) dengan pengelola dana. Pembagian bagi hasil inidilakukan antara BMT dengan pengelola dana dan antara BMT dengan penyedia dana(penyimpan dan penabung). Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah Mudharabah dan Musyarakah.

2.Prinsip Jual-beli dengan Keuntungan (Mark-Up)

Prinsip ini merupakan suatu tata cara jual beli yang dalam pelaksanaannya BMTmengangkat nasabah sebagai agen (yang diberikuasa) melakukan pembelian barang atasnama BMT, kemudian BMT bertindak sebagai penjual, menjual barang tersebut kepadanasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan bagi BMT atau sering disebut margin mark-up. Keuntungan yang diperoleh BMT akan dibagi juga kepada penyedia/penyimpan dana. Bentuk produk prinsip ini adalah Mudharabah danBai’bitsaman ajil.

3.Prinsip Non-profit

Page 6: Lksnb

Prinsip ini disebut juga dengan pembiayaan kebajikan, prinsip ini lebih bersifatsosial dan tidak profit oriented. Sumber dana untuk pembiayaan ini tidak membutuhkan biaya (non cost of money)yang disebut pembiayaan Qardul Hasan.

Seperti halnya BMT, koperasi syariah juga memiliki prinsip-prinsip yangterangkum dalam fungsinya sebagai lembaga keuangan yang menghimpun danmenyalurkan dananya ke masyarakat. Sehingga dalam hal ini koperasi memiliki fungsi:

Fungsi sebagai Manajer Investasi

Koperasi Syari’ah merupakan manajer Investasi dari pemilik dana yangdihimpunnya. Besar kecilnya Hasil Usaha Koperasi tergantung dari keahlian, kehati-hatian, dan profesionalisme koperasi Syari’ah. Penyaluran dana yang dilakukan koperasisyari’ah memiliki implikasi langsung kepada berkembangnya sebuah koperasi syari’ah.Koperasi Syari’ah melakukan fungsi ini terutama dalam akad pembiayaan Mudharabah,dimana posisi bank sebagai “agency contract ” yaitu sebagai lembaga yangmenginvestasikan dana-dana pihak lain pada usaha-usaha yang menguntungkan. Jikaterjadi kerugian maka Koperasi syari’ah tidak boleh meminta imbalan sedikitpun karenakerugian dibebankan pada pemilik dana. Fungsi ini terlihat pada penghimpunan danakhususnya dari bentuk tabungan Mudharabah maupun investasi pihak lain yang tidak terikat. Oleh karenanya tidak sepatutnya koperasi syari’ah menghimpun dana yang bersifat mudharabah baik tabungan maupun investasi tidak terikat jika tidak memilikiobyek usaha yang jelas dan menguntungkan.

Fungsi sebagai Investor

Koperasi Syari’ah menginvestasikan dana yang dihimpun dari anggota maupun pihak lain dengan pola investasi yang sesuai dengan syar’ah. Investasi yang sesuaimeliputi akad jual beli secara tunai (Al Musawamah) dan tidak tunai (Al Murabahah),Sewa-menyewa (Ijarah), kerjasama penyertaan sebagian modal (Musyarakah) dan penyertaan modal seluruhnya (Mudharabah). Keuntungan yang diperoleh dibagikansecara proporsional (sesuai kesepakatan nisbah) pada pihak yang memberikan danaseperti tabungan sukarela atau investasi pihak lain sisanya dimasukan pada pendapatanOperasi Koperasi Syari’ah.

Fungsi sosial

Konsep Koperasi Syari’ah mengharuskan memberikan pelayanan sosial baik kepada anggota yang membutuhkannya maupun kepada masyarakat dhu’afa. Kepadaanggota yang membutuhkan pinjaman darurat (mergency loan) dapat diberikan pinjamankebajikan dengan pengembalian pokok (Al Qard) yang sumber dananya berasal darimodal maupun laba yang dihimpun. Di mana anggota tidak dibebankan bunga dansebagainya seperti di koperasi konvensional. Sementara bagi anggota masyarakat dhuafadapat diberikan pinjaman kebajikan dengan atau tanpa pengembalian pokok (QardhulHasan) yang sumber dananya dari dana ZIS (zakat, infak dan shadaqoh). PinjamanQardhul Hasan ini diutamakan sebagai modal usaha bagi masyarakat miskin agar usahanya menjadi besar, jika usahanya mengalami kemacetan, ia tidak perlu dibebanidengan pengembalian pokoknya.

2.3 Perbedaan BMT dan Koperasi SyariahDalam operasionalnya, BMT dan KJKS (koperasi Jasa Keuangan Syariah)sebenarnya tidak terlalu

banyak perbedaannya. Sebagai lembaga keuangan, keduanyamempunyai fungsi yang sama dalam penghimpunan dan penyaluran dana. Istilah-istilahyang digunakan juga tidak ada bedanya. Dalam proses

Page 7: Lksnb

penghimpunan dana, keduanyamenggunakan istilah simpanan atau tabungan. Begitu pula dalam penyaluran dananya,keduanya menggunakan istilah pembiayaan. Sedang syarat pendirian kedua lembagatersebut mengharuskan minimal 20 orang.

Selain itu, dalam buku Petunjuk Pelaksanaan Koperasi Jasa Keuangan Syariahyang diterbitkan oleh Kementerian Koperasi dan UKM, pada pasal 25 ditegaskan bahwaoperasional KJKS juga memungkinkan untuk melaksankan fungsi ‘Maal’ dan fungsi‘Tamwil’, sebagaimana yang selama ini dijalankan oleh BMT. Dalam hal ini, KJKSharus dapat membedakan secara tegas antara fungsi ‘Maal’ dan fungsi ‘Tamwil’.

Permasalahan yang terjadi di BMT saat ini, terletak pada legalitas hukumnya.Realita yang terjadi selama ini, legalitas eksistensi BMT belum mempunyai payunghukum yang jelas. Rancangan Undang-Undang LKMS yang selama ini dapat diharapkanuntuk menjadi payung hukum BMT belum juga ada kejelasannya. Jika RUU LKMSsudah disahkan, maka keberadaan BMT dapat dicantolkan di UU LKMS.

Melihat kondisi yang seperti ini, agar BMT tidak dianggap sebagai lembagakeuangan yang ilegal (gelap), akhirnya beberapa BMT beroperasi dengan berbadanhukum koperasi, yaitu dengan cara mendaftarkan operasionalnya ke Kantor DinasKoperasi dan UKM di tingkat Kabupaten atau Kotamadya.

Adapun yang sedikit membedakan adalah dalam pelaksanaannya. Pada BMTmemungkinkan penyaluran dananya pada pihak luar, yaitu pihak yang belum menjadianggota BMT. Sedangkan, dalam operasional KJKS, penyaluran dananya hanyadiperuntukkan pada pihak yang telah terdaftar menjadi anggota KJKS. Dalam hal ini,KJKS hanya diperbolehkan memberikan pembiayaan kepada anggota. Hal ini sesuaidengan prinsip dasar koperasi, dari anggota, oleh anggota dan untuk anggota

.Adanya koperasi syariah (KJKS) yang telah menjadi salah satu programKementerian Negara Koperasi dan UKM merupakan solusi bagi pemecahan kebuntuanlegalitas BMT. Sehingga, diharapkan BMT-BMT yang saat ini belum berbadan hukumdapat mengkonversi menjadi koperasi syariah.

2.4Produk dan Mekanisme Operasional BMT dan Koperasi SyariahDalam BMT ada macam-macam produk yang di tawarkan, yaitu:

a.Produk Penghimpunan Dana

Al- Wadi’ah.

Penabung memiliki motivasi hanya untuk keamanan uangnya tanpamengharapkan keuntungan dari uang yang ditabung. Dengan sistem ini BMTtetap memberikan bagi hasil namun nisbah bagi penabung sangat kecil.

Mudharabah.

Penabung memiliki motivasi untuk memperoleh keuntungan daritabungannya, karena itu daya tarik dari jenis tabungan ini adalah besarnya nisbahdan sejarah keuntungan bulan lalu.

Amanah.

Penabung memiliki keinginan tertentu yang di-aqad-kan ataudiamanahkan kepada BMT. Misalnya, tabungan ini dimintakan kepada BMTuntuk pinjaman khusus kepada kaum

dhu ‘afa atau orang tertentu. Dengandemikian tabungan ini sama sekali tidak diberikan bagi hasil.

b.Produk Penyaluran Dana

Page 8: Lksnb

Pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan modal kerja yang diberikan olehBMT kepada anggota, dimana pengelolaan usaha sepenuhnya diserahkan kepadaanggota sebagai nasabah debitur. Dalam ha1 ini anggota (nasabah) menyediakanusaha dan sistem pengelolaannya (manajemennya). Hasil keuntungan akan dibagisesuai dengan kesepakatan bersama.

Pembiayaan Musyarakah yaitu pembiayaan yang menggabungkan modal danmelakukan usaha bersama dalam suatu kemitraan, dengan nisbah bagi hasil sesuaidengan kesepakatan kedua belah.

Pembiayaan Murabahah merupakan pembiayaan yang diberikan kepada anggotauntuk pembelian barang-barang yang akan dijadikan modal kerja. Pembiayaan inidiberikan untuk jangka pendek tidak boleh lebih 6 (enam) sampai 9 (sembilan) bulan atau lebih dari itu. Keuntungan bagi BMT diperoleh dari harga yangdinaikkan.

Pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil. Pembiayaan ini hampir sama dengan pembiayaan murabahah,yang berbeda adalah pembayarannya dilakukan dengan cicilan dalam waktu yang agak panjang. Pembiayaan ini lebih cocok untuk pembiayaaninvestasi. BMT akan mendapatkan keuntungan dari harga barang yang dinaikkan

Pembiayaan Qardul Hasan merupakan pinjaman lunak yang diberikan kepadaanggota yang benar-benar kekurangan modal/kepada mereka yang sangatmembutuhkan untuk keperluan-keperluan yangsifatnya darurat. Nasabah(anggota) cukup mengembalikan pinjamannya sesuai dengan nilai yang diberikanoleh BMT.

2.5Peraturan Hukum dalam BMTBaitul Mal wat Tamwil merupakan lembaga ekonomi atau lembaga keuangansyariah nonperbankan

yang sifatnya informal. Disebut bersifat informal karena lembagakeuangan ini didirikan oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang berbedadengan lembaga keuangan formal lainnya.

BMT dapat didirikan dan dikembangkan dengan suatu proses legalitas hukumyang bertahap. Awalnya dapat dimulai dengan kelompok swadaya masyarakat denganmendapatkan sertifikat operasi/kemitraan dari Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil danMenengah (PINBUK) dan jika telah mencapai nilai aset tertentu segera menyiapkan dirike dalam badan hukum koperasi.

Penggunaan badan hukum kelompok swadaya masyarakat dan koperasi untuk BMT disebabkan karena BMT tidak termasuk kepada lembaga keuangan formal yangdijelaskan dalam UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang dapat dioperasikanuntuk menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Menurut aturan yang berlaku, pihak yang berhak menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat adalah bank umumdan bank perkreditan rakyat, baik dioperasikan dengan cara konvensional maupundengan prinsip bagi hasil. Namun demikian, jika BMT dengan badan hukum KSM ataukoperasi telah berkembang dan memenuhi syarat-syarat BPR, maka pihak menajemendapat mengusulkan diri kepada pemerintah agar BMT itu dijadikan sebagai Bank Perkreditan Rakyat Syariah dengan badan hukum koperasi atau perseroan terbatas.

2.6Prospek dan Pengembangan BMTSebagai salah satu lembaga keuangan syariah, BMT dipercaya lebih mempunyai peluang untuk

berkembang dibanding dengan lembaga keuangan lain yang beroperasisecara konvensional karena hal-hal sebagai berikut:

Page 9: Lksnb

1.Lembaga keuangan sayriah dijalankan dengan prinsip keadilan, wajar dan rasional, dimana keuntungan yang diberikan kepada nasabah penyimpanan adalah benar darikeuntungan penggunaan dana oleh para pengusaha lembaga keuangan sayriah.Dengan pola ini, maka lembaga keuangan syariah terhindar dari negative spread,sebagaimana yang tercitra dari lembaga konvensional.

2.Lembaga keuangan sayriah memiliki misi yang sejalan dengan program pemerintah,yaitu pemberdayaan ekonomi rakyat, sehingga berpeluang menjalin kerjasama yangsaling bermanfaatdalamupaya pencapaian masing-masing tujuan. Sebagaimanadiketahui, pemerintah telah mengmbangkan perekonomian yang berbasis padaekonomi kerakyatan melalui kredit-kredit program KKPA Bagi Hasil, PembiayaanModal Kerja (PMK) BPRS, Pembiayaan Usaha Kecil dan Mikro (PPKM). Hal initentu saja membuka peluang bagi BMT untuk mengembangkan pola kemitraan.

3.Sepanjang nasabah peminjam dan nasabah pengguna dana taat asas terhadap sistem bagi hasil, maka sistem syariah sebenarnya tahan uji atas gelombang ekonomi.Lembaga keuangan syariah tidak mengenal pola eksploitasi oleh pemilik dana kepada pengguna dana dalam bentuk beban bunga tinggi sebagaimana berlaku pada sistemkonvensional.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa BMT memiliki peluang cukup besar dalam keikutsertaannya berperan mengembangkan ekonomi yang berbasis pada ekonomikerakyatan. Hal ini disebabkan karena BMT ditegakkan di atas prinsip syariah yang lebihmemberikan kesejukan dalam memberikan ketenangan baik bagi para pemilik danamaupun kepada para pengguna dana.Berdasarkan data yang ada, jumlah BMT pada akhir 1998 telah berjumlah 1.957 buah, dan 2.938 BMT terdaftar pada tahun 2001, kini angkanya jauh lebih besar. Dengananggapan tingkat pertumbuhan serupa dengan apa yang terjadi pada masa lalu, kini jumlah BMT terdaftar bisa saja berada di sekitar angka 4.000an.

Namun demikian harus diakui bahwa pengembangan BMT masih membutuhkankerja keras. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Minako Sakai dan KacungMarijan mengenai pertumbuhan BMT di Indonesia, terdapat beberapa rekomendasi yangdiusulkan dalam rangka pengembangan BMT, yaitu:

1.BMT seharusnya berkonsentrasi pada pengelolaan pinjaman–pinjaman bernilai kecilkepada usaha-usaha mikro dan kecil (dibawah Rp 50.000.000,-). Pada nasabah yangmembutuhkan jumlah pinjaman lebih besar sebaiknya mendapatkan pembiayaan dari bank-bank.

2.BMT seharusnya menyelenggarakan program-program pelatihan bisnis /kewirausahaan secara berkala bagi anggota-anggotanya (misalnya melalui pengajiandan rapat-rapat), kegiatan ini akan membantu meningkatkan modal sosial yangdiperlukan guna pengembangan BMT lebih lanjut di Indonesia.

3.Departemen Koperasi seharusnya memprakarsai kegiatan-kegiatan merancang danmendanai program-program peningkatan kemampuan bagi BMT yang sesuai dengansifat-sifat kelembagaannya yang unik dan tujuan sosialnya.

4.Upaya-upaya untuk memberi inspirasi kepada masyarakat agar giat memecahkanmasalah melalui cara-cara yang kreatif dan inovatif yang nyatanya hal itu saat inidirasakan masih lemah. Menciptakan suatu penghargaan yang prestisius juga dapatmeningkatkan kebanggaan dan kesadaran masyarakat terhadap usaha-usaha sosial.

5.Departemen Koperasi seharusnya menghimpun pedoman informasi wilayah yangmemuat keterangan mengenai BMT-BMT yang ada dan menonjolkan berbagaistrategi bisnis, produk dan jasa BMT-BMT terkemuka. Versi elektronik (web site) juga dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan akses terhadap informasi-informasitersebut.

Page 10: Lksnb

6.Dinas Koperasi dan Departemen Koperasi seharusnya memperjuangkan peran yanglebih besar bagi usaha-usaha sosial dalam pengembangan masyarakat. Sesi-sesi pelatihan untuk mengajarkan masyarakat bagaimana mendiirikan dan menjalankanBMT memang direkomendasikan, namun akuntabilitas yang lebih ketat jugadiperlukan. Dinas Koperasi seharusnya mendanai BMT-BMT yang sudah mapan danmempunyai program pelatihan untuk menyelenggarakan pelatihan-pelatihan tersebut.

7.Asosiasi-asosiasi BMT di daerah sebaiknya direformasi. Kelompok-kelompok iniseharusnya berbagi informasi dan mengembangkan prosedur operasi yang bakusebagai langkah awal menjadi lembaga yang dapat pengaturan dirinya sendiri.

8.BMT-BMT seharusnya memanfaatkan pengetahuan lokal dan modal sosial untuk memperluas bisnisnya.

9.BMT-BMT memang seharusnya menjamin dana para anggotanya aman, namun perludiingat bahwa usaha-usaha sosial membutuhkan kebijakan-kebijakan pemerintahyang memungkinkan keluwesan yang diperlukan kegiatan-kegiatan sosial. Mengatur BMT dengan dasar-dasar hukum perbankan yang sudah ada kemungkinan akanmenghancurkan fungsi utama BMT-BMT.

10.Dalam jangka pendek, memasukan BMT ke dalam UU tentang koperasi lebih layak.Proses perubahan undang-undang sebaiknya melibatkan konsultasi-konsultasi dengan para operator BMT yang aktif dewasa ini.

11.Dalam jangka panjang, perlu dibuat satu UU khusus dan menyeluruh yang dirancanguntuk memenuhi kebutuhan BMT (pembiayaan mikro, pelatihan bisnis dan pengelolaan zakat melalui konsultasi para pihak yang berkepentingan).

Page 11: Lksnb

Bab III penutup

KesimpulanDari makalah tersebut kita dapat mengambil kesimpulan mengenai BMT danKoperasi Syariah yaitu

1.Bahwa BMT dan koperasi Syariah adalah salah satu lembaga keuangan syariahmikro yang memiliki payung hukum yang sama, selain itu kedua lembaga tersebut juga memiliki peran dan fungsi yang sama dalam sistem keuangan dan perekonomian dan membantu dalam perekonomian masyarakat.

2.Perbedaan BMT dan Koperasi Syariah adalah dalam penghimpunan dananyaBMT mengambil dana dari masyarakat melalui dana tabungan. Sedangkan dalamKoperasi Syariah penghimpunan dana hanya diperbolehkan melalui sistem perkoperasian yang telah ditentukan sebelumnya. Dan dalam hal penyaluran pembiayaan, BMT dapat menyalurkan pembiayaan kepada siapa saja yangtermasuk ke dalam nasabahnya. Sedangkan koperasi syariah, hanya bolehmenyalurkan pembiayaan kepada sesama anggota koperasi.

3.Sejauh ini produk-produk yang terdapat dalam BMT tidak jauh berbeda denganyang telah ada di perbankan syariah, hanya saja masih berskala mikro.