LITERATUR BAHAN PELEDAK tipe 2.docx
-
Upload
priema-wardani -
Category
Documents
-
view
88 -
download
9
description
Transcript of LITERATUR BAHAN PELEDAK tipe 2.docx
LITERATUR BAHAN PELEDAK KOMERSIAL
DI INDUSTRI PERTAMBANGAN
Peledakan merupakan aktivitas penambangan yang bertujuan untuk
memberaikan batuan atau material. Umumnya peledakan ini menggunakan
bahan – bahan kimia yang mampu menciptakan suatu peledakan.
Kegiatan peledakan dilakukan apabila material tidak memungkinkan untuk
digali secara mekanis, sehingga perlu diberaikan terlebih dahulu untuk
memudahkan pekerjaan penggalian dan pemuatan. Sedangkan pada material
lunak tidak efektif dilakukan dengan peledakan.
Untuk melakukan kegiatan peledakan, dibutuhkan bahan – bahan yang tepat
untuk menghasilkan hasil ledakan yang diinginkan. Bahan peledak adalah suatu
rangkaian yang terdiri dari bahan-bahan berbentuk padat atau cair/campuran dari
keduanya yang apabila terkena sesuatu aksi panas, benturan, gesekan, dapat
beraksi dengan kecepatan tinggi, membentuk gas dan menimbukan efek panas
serta tekanan yang sangat tinggi.
Panas dari gas yang dihasilkan reaksi peledakan tersebut sekitar 4000° C.
Adapun tekanannya, menurut Langerfors dan Kihlstrom (1978), bisa mencapai
lebih dari 100.000 atm setara dengan 101.500 kg/cm² atau 9.850 MPa (» 10.000
MPa). Sedangkan energi per satuan waktu yang ditimbulkan sekitar 25.000 MW
atau 5.950.000 kcal/s. Perlu difahami bahwa energi yang sedemikian besar itu
bukan merefleksikan jumlah energi yang memang tersimpan di dalam bahan
peledak begitu besar, namun kondisi ini terjadi akibat reaksi peledakan yang
sangat cepat, yaitu berkisar antara 2500 – 7500 meter per second (m/s). Oleh
sebab itu kekuatan energi tersebut hanya terjadi beberapa detik saja yang
lambat laun berkurang seiring dengan perkembangan keruntuhan batuan.
Menurut JJ Moanon pada tahun 1976, bahan peledak dapat diklasifikasikan
menjadi tiga golongan, diantaranya :
a. Bahan peledak mekanis (mechanical exsplosives)
b. Bahan peledak kimia (chemical exsplosives)
a) High Exsplosive
1
Primary Exsplosive
Secondary Exsplosive
b) Low Exsplosive
Permessible Exsplosive
Non permessible Exsplosive
c. Bahan peledak nuklir
Bahan peledak komersial sebagian besar tersusun dari campuran senyawa-
senyawa yang mengandung empat unsure yaitu : Carbon (C), Hydrogen (H),
Oksigen (O), dan Nitrogen (N). kedalam senyawa dasar juga ditambahkan unsur-
unsur seperti Sodium (Na), Alumanium (Al), dan Calsium (Ca), yang berguna
untuk memperkuat tenaga yang dihasilkan.
Untuk menghasilkan energy (heat of explosion) setinggi mungkin dan untuk
mencegah timbulnya gas-gas beracun (Fumes; CO, NO, NO2) bahan peledak
dibuat bedasarkan prinsip Zero Oxsigen Balance (ZOB), artinya bahan peledak
terdapat jumlah oksigen yang tepat sehingga selama reaksi seluruh Hidrogen
akan membentuk uap air (H2O), Carbon bereaksi membetuk CO2, dan Nitrogen
menjadi gas N2 bebas, ketiga gas tersebut disebut Smoke dan tidak beracun.
Kekurangan Oksigen akan menghasilkan gas beracun Carbon Monoksida (CO),
kelebihan Oksigen akan menghasilkan gas beracun Nitrogen Oksida (NO2).
Dalam merancang suatu campuran bahan peledak berdasarkan prinsip
kesetimbangan oksigen pada bahan peledak ANFO, yang merupakan campuran
dari bahan Amoniun Nitrat (NH4 NO3) dan Fuel Oil (CH2), dari perhitungan
kesetimbangan kimia diperoleh komposisi campuran 94,5 % AN dan 5,5 % FO.
Sifat-sifat penting dari bahan peledak yang berguna sebagai petunjuk dalam
memilih bahan peledak antara lain : Kekuatan, Kecepatan Denotasi, Kepekaan,
Bobot Isi, Tekanan Detonasi, Ketahanan Air, dan Karakteristik Gas Beracun.
Kekuatan, merupakan ukuran yang dipergunakan untuk mengukur energi
yang terkandung dalam bahan peledak, dan merupakan ukuran kemampuan
bahan peledak dalam melakukan kerja dinyatakan dalam Persen.
Kecepatan Detonasi, merupakan kecepatan propogasi gelombang detonasi
sepanjang kolom isian bahan peledak, sinyatakan dalam meter per detik
atau feet meskipun tidak secara linear. Kecepatan detonasi bahan peledak
komorsial antara 1.500 – 8.000 m/detik atau 5.000 – 25.000 ft/detik.
2
Kepekaan, merupakan ukuran besarnya impuls yang diperlukan oleh bahan
peladak untuk mulai bereaksi dan menyebarkan reaksi peledak ke seluruh
isian. Ditinjau dari segi keamanan, pengguaan bahan peledak yang tidak
peka tetapi mudah menyebarkan reaksinya akan lebih menguntungkan
seperti ANFO.
Bobot Isi, merupakan berat bahan peledak per unit volume dinyatakan dalam
satuan gram/cc. Densitas bahan peledak bekisar antara 0,60 – 1.70 gr/cc,
sebagai contoh densitas ANFO antara 0,80 – 0,85 gr/cc. Biasanya bahan
peledak yang mempunyai denstas tinggi akan menghasilkan kecepatan
detonesi dan tekanan yang tinggi. Bila diharapkan fragmentasi hasil
peledakan berukuran kecil-kecil diperlukan bahan peledak dengan densitas
tinggi, dan bila sebaliknya digunakan bahan peledak dengan densitas
rendah. Demikian pula, bila batuan yang akan diledakkan berbentuk massif
atau keras, maka digunakan bahan peledak yang mepunyai densitas tinggi,
sebaliknya pada batuan berstruktur atau lunak dapat digunakan bahan
peledak dengan densitas rendah.
Tekanan Detonasi, merupakan tekanan terjadi sepanjang zona reaksi
peledakan hingga terbentuk reaksi kimia seimbang sampai ujung bahan
peledak. Umumnya mempunyai satuan MPa.
Ketahanan Air, merupakan kemampuan bahan peledak untuk menahan
rembesan air dalam waktu tertentu dan masih dapat diledakkan dengan
baik. Ketahanan ini dinyatakan dalam jam. Untuk bahan peledak ANFO
adalah bahan peledak yang tidak tahan terhadap air,tapi bahan peledak
yang berkomposisi galatin tahan terhadap tempat air.
Karakteristik Gas Beracun, Bahan peledak yang meledak dapat
menghasilkan dua jenis gas, Smoke dan Fumes. Smoke tidak berbahaya,
terdiri dari uap atau asap berwarna putih, sedangkan Fumes sifatnya
beracun seperti Carbon Monoksida (CO) dan Nitrogen Oksida (NO2).
Adapun beberapa bahan peledak komersial yang digunakan di dunia
pertambangan meliputi ANFO, PETN, TNT, Emulsi, NG, Peledak Permissible,
dan Heavy ANFO.
1. ANFO ( Ammonium Nitrat Fuel Oil )
3
Amonium nitrat, senyawa dengan rumus molekul NH4NO3 secara umum
berbentuk padatan pada suhu ruangan dan tekanan standard. Amonium nitrat
disintesis oleh Johann R.Glauber pada tahun 1965 dengan mengombinasikan
amonium karbonat dengan asam nitrit. Amonium nitrat menjadi campuran yang
mudah meledak ketika dikombinasikan dengan senyawa hidrokarbon, khususnya
bahan bakar diesel, atau terkadang minyak tanah.
Ammoniun nitrat (NH4NO3) merupakan bahan dasar yang berperan sebagai
penyuplai oksida pada bahan peledak. Berwarna putih seperti garam dengan titik
lebur sekitar 169,6° C. Ammonium nitrat adalah zat penyokong proses
pembakaran yang sangat kuat, namun ia sendiri bukan zat yang mudah terbakar
dan bukan pula zat yang berperan sebagai bahan bakar sehingga pada kondisi
biasa tidak dapat dibakar. Sebagai penyuplai oksigen, maka apabila suatu zat
yang mudah terbakar dicampur dengan AN akan memperkuat intensitas proses
pembakaran dibanding dengan bila zat yang mudah terbakar tadi dibakar pada
kondisi udara normal. Udara normal atau atmosfir hanya mengandung oksigen
21%, sedangkan AN mencapai 60%. Bahan lain yang serupa dengan AN dan
sering dipakai oleh tambang kecil adalah potassium nitrat (KNO3).
Ammonium nitrat tidak digolongkan ke dalam bahan peledak. Namun bila
dicampur atau diselubungi oleh hanya beberapa persen saja zat-zat yang mudah
terbakar, misalnya bahan bakar minyak (solar, dsb), serbuk batubara, atau
serbuk gergaji, maka akan memiliki sifat-sifat bahan peledak dengan sensitifitas
rendah. Walaupun banyak tipe-tipe AN yang dapat digunakan sebagai agen
peledakan, misalnya pupuk urea, namun AN yang sangat baik adalah yang
berbentuk butiran dengan porositas tinggi, sehingga dapat membentuk komposisi
tipe ANFO.
ANFO adalah campuran AN (ammonium nitrat) dan FO (solar) sebesar 94%
AN dan 5,7% FO akan menghasilkan zero oxygen balance dengan energi panas
sekitar 3800 joule/gr handak. Ammonium Nitrate Fuel Oil (ANFO) merupakan
salah satu dari sekian banyak jenis bahan baku peledakan di mana komponen
terbesarnya terdiri dari AN yang dicampur dengan bahan bakar (fuel oil). Setiap
bahan bakar berunsur karbon, baik berbentuk serbuk maupun cair, dapat
digunakan sebagai pencampur dengan segala keuntungan dan kerugiannya.
Pada tahun 1950-an di Amerika masih menggunakan serbuk batubara sebagai
4
bahan bakar dan sekarang sudah diganti dengan bahan bakar minyak,
khususnya solar.
Bila menggunakan serbuk batubara sebagai bahan bakar, maka diperlukan
preparasi terlebih dahulu agar diperoleh serbuk batubara dengan ukuran
seragam. Beberapa kelemahan menggunakan serbuk batubara sebagai bahan
bakar, yaitu:
Preparasi membuat bahan peledak ANFO menjadi mahal,
Tingkat homogenitas campuran antara serbuk batubara dengan AN sulit
dicapai,
Sensitifitas kurang, dan
Debu serbuk batubara berbahaya terhadap pernafasan pada saat dilakukan
pencampuran.
Menggunakan bahan bakar minyak selain solar atau minyak disel, misalnya
minyak tanah atau bensin dapat juga dilakukan, namun beberapa kelemahan
harus dipertimbangkan, yaitu:
Akan menambah derajat sensitifitas, tapi tidak memberikan penambanhan
kekuatan (strength) yang berarti,
Mempunyai titik bakar rendah, sehingga akan menimbulkan resiko yang
sangat berbahaya ketika dilakukan pencampuran dengan AN atau pada saat
operasi pengisian ke dalam lubang ledak. Bila akan digunakan bahan bakar
minyak sebagai FO pada ANFO harus mempunyai titik bakar lebih besar
dari 61° C.
Penggunaan solar sebagai bahan bakar lebih menguntungkan dibanding
jenis FO yang karena beberapa alasan, yaitu:
Harganya relatif murah,
Pencampuran dengan AN lebih mudah untuk mencapai derajat
homogenitas,
Karena solar mempunyai viskositas relatif lebih besar dibanding FO cair
lainnya, maka solar tidak menyerap ke dalam butiran AN tetapi hanya
menyelimuti bagian permukaan butiran AN saja.
Karena viskositas itu pula menjadikan ANFO bertambah densitasnya.
Komposisi bahan bakar yang tepat, yaitu 5,7% atau 6%, dapat
memaksimalkan kekuatan bahan peledak dan meminimumkan fumes. Artinya
pada komposisi ANFO yang tepat dengan AN = 94,3% dan FO = 5,7% akan
5
diperoleh zero oxygen balance. Kelebihan FO disebut dengan overfuelled akan
menghasilkan reaksi peledakan dengan konsentrasi CO berlebih, sedangkan bila
kekurangan FO atau underfuelled akan menambah jumlah NO2.
Dari penelitian-penelitian yang dikembangkan, umumnya para ahli dalam
bidang pertambangan cenderung menggunakan ANFO karena sifatnya yang
aman dan ekonomis. Dibandingkan dengan beberapa bahan baku peledak lain,
maka ANFO yang termasuk dalam kategori peledakan dengan basis kering dan
mempunyai tingkat keamanan yang tinggi, baik untuk peledakan dalam tanah
maupun peledakan terbuka yang berdiameter 1 sampai 12 inchi atau lebih.
Kecepatan detonasi ANFO antara 2500 – 4500 m/s tergantung pada
diameter lubang ledak. Apabila diameter dikurangi sampai batas tertentu akan
terjadi gagal ledak (misfire) karena perambatan tidak dapat berlangsung;
diameter ini disebut “diameter kritis” atau critical diameter.
Kecepatan detonasi bahan peledak ANFO (bentuk butiran) akan menurun
seiring dengan bertambahnya air karena ANFO dapat larut terhadap air. Suatu
penelitian memperlihatkan bahwa ANFO yang mengandung 10% air (dalam
satuan berat) dapat menurunkan kecepatan detonasi hingga tinggal 42%, yaitu
dari VOD ANFO kering 3800 m/s turun menjadi hanya tinggal 1600 m/s (lihat
Gambar 2.2). Akibat penurunan kecepatan detonasi ANFO yang sangat tajam
akan mengurangi energi ledak secara drastis atau bahkan tidak akan meledak
sama sekali (gagal ledak).
Gambar 1Ammonium-Nitrat
Peledak amonium nitrat-fuel oil menggambarkan industri pembuatan bahan
peledak terbesar (dalam hal kuantitas) di Amerika Serikat. Produk ini terutama
6
digunakan dalam pertambangan dan penggalian. Pada umumnya komponen-
komponen tersebut dicampur di lokasi untuk alasan keselamatan. Produk
campuran tersebut relatif aman, mudah dibawa, dan dapat dituangkan ke dalam
lubang objek yang akan diledakkan.
2. PETN ( Penta Erythritol Tetra Nitrat )
Produksi PETN dimulai pada 1912, ketika itu dipatenkan oleh pemerintah
Jerman. PETN digunakan oleh tentara Jerman di perang dunia. PETN praktis
tidak larut dalam air (0,01 g/100 ml pada suhu 50 ° C), lemah larut dalam
nonpolar umum pelarut seperti hidrokarbon alifatik (seperti bensin) atau
tetrachloromethane, tetapi larut dalam beberapa pelarut organik lainnya terutama
dalam aseton. PETN adalah bahan peledak untuk tujuan komersial dan militer.
Berupa bubuk putih, dapat dipicu dengan pukulan palu dan sering digunakan
sebagai detonator. Tidak berbau sehingga sulit dideteksi.
Gambar 2Penta Erythritol
PETN merupakan bahan peledak tak berwarna yang bisa diledakkan baik
dengan sebuah detonator ataupun panas ekstrem. Sementara bahan kimia ini
bisa dipakai untuk perawatan kondisi jantung, PETN juga sangat dikenal sebagai
bahan peledak militer berdaya tinggi. PETN memiliki jenis ledakan yang sulit
untuk dideteksi. Meskipun hanya terjadi ledakan kecil, tapi dapat menyebabkan
kerusakan besar. PETN diproduksi oleh berbagai produsen sebagai bedak
tentang konsistensi garam popcorn halus,atau bersama-sama dengan
nitroselulosa dan plasticizer sebagai lembar plasticized tipis (misalnya
7
primasheet 1000 atau detasheet). Residu PETN mudah terdeteksi di rambut
orang menanganinya..Retensi residu tertinggi adalah pada rambut hitam;.
beberapa residu tetap ada bahkan setelah dicuci
3. TNT ( Tri Nitro Toluena )
Trinitrotoluena (TNT, atau Trotyl) adalah hidrokarbon beraroma menyengat
berwarna kuning pucat yang melebur pada suhu 354 K (178 °F, 81 °C).
Trinitrotoluena adalah bahan peledak yang digunakan sendiri atau dicampur,
misalnya dalam Torpex, Tritonal Compositi B atau A matol. Trinitrooluena (TNT)
memiliki rumus kimia yaitu C6H2(NO2)3CH3. Didapatkan dari reaksikan sebagai
berikut :
2 C7H5N3O6 → 3 N2 + 5 H2O + 7 CO + 7 C
TNT merupakan senyawa turunan benzene yang banyak digunakan
sebagai bahan peledak. Penggunaan TNT secara tidak bertanggung jawabdapat
menimbulkantragedi kemanusiaan dan korban jiwa yang besar. Bahan peledak
ini hanya boleh digunakan dalam bidang militer, pertambangan dan kepentingan
ilmu pengetahuan
Gambar 3Tri Nitro Toluena
4. NG ( Nitro Gliserin)
Nitrogliserin juga dikenal sebagai trinitrogliserin dan glyceryl trinitrate,
adalah sebuah senyawa kimia, cairan peledak yang berat, tak berwarna,
beracun, berminyak, dan diperoleh dari menitratkan glycerol. Senyawa ini
digunakan dalam pembuatan peledak, terutama dinamit, dan digunakan dalam
industrik konstruksi dan penghancuran. Dia juga digunakan dalam medis
8
sebagai vasodilator untuk merawat kondisi jantung. Dia berwarna kuning ketika
dia "decompose" karena pH berasam. Nitrogliserin pertama kali ditemukan pada
tahun 1846 oleh Sobrero, akan tetapi baru tahun 1860-an nitrogliserin mulai
digunakan sebagai bahan peledak ketika Immanuel dan Alfred Nobel berhasil
mengembangkan metode mengenai penggunaan nitrogliserin sebagai bahan
peledak dengan cukup aman. Tahun-tahun berikutnya Alfred Nobel berhasil
mengembangkan bahan peledak nitrogliserin yang lebih maju, seperti dinamit
pada tahun 1868.
Kandungan utama dari bahan peledak ini adalah nitrogliserin, nitoglikol,
nitrocotton dan material selulosa. Kadang-kadang ditambah juga ammonium atau
sodium nitrat. Nitrogliserin merupakan zat kimia berbentuk cair yang tidak stabil
dan mudah meledak, sehingga pengangkutannya sangat beresiko tinggi. Upaya
yang dilakukan untuk meningkatkan keselamatan dalam pengangkutan maupun
pengemasan adalah dengan mencampur nitrogliserin dengan bahan yang
mudah menyerap cairan, diantaranya adalah serbuk gergaji. Serbuk gergaji
sekarang sudah tidak dipakai lagi karena terlalu mudah terbakar dan daya
serapnya kurang. Alfred Nobel yang pertama kali menemukan kiieselguhr
sebagai penyerap nitrogliserin yang baik dan hasil campurannya itu dinamakan
bahan peledak dinamit. Saat itu kandungan kiieselguhr dan NG divariasikan
untuk memberikan energi yang diinginkan dan keamanan dalam
pengangkutannya.
Bahan peledak ini mempunyai sifat plastis yang konsisten (seperti lempung
atau dodol), berkekuatan (strength) yang tinggi, densitas tinggi, dan ketahanan
terhadap air sangat baik, sehingga dapat digunakan langsung pada lubang ledak
yang berair. Bahan dikemas (dibungkus) oleh kertas mengandung polyethylene
untuk mencegah penyerapan air dari udara bebas. Adapun kelemahan bahan
peledak jenis ini adalah :
Mengandung resiko kecelakaan tinggi pada saat pembuatan di pabrik
maupun pengangkutan
Sensitif terhadap gesekan, sehingga sangat berbahaya apabila tertabrak
atau tergilas oleh kendaraan
Membuat kepala pusing
Tidak dapat digunakan pada lokasi peledakan yang bertemperatur tinggi
Biaya pembuatan tinggi
9
Nitrogliserin merupakan salah satu bahan dasar dari propelan jenis double
base. Campuran nitrogliserin dan nitroselulosa merupakan bahan yang umum
digunakan dalam industri bahan peledak. Sampai saat ini kebutuhan bahan
peledak masih diperoleh dari luar negeritermasuk nitrogliserin yang merupakan
bahan dasar utama dalam pembuatan propelan jenis double base. Nitrogliserin
dapat dihasilkan melalui proses nitrasi pada kondisi tertentu dengan
menggunakan campuran asam nitrat dan asam sulfat. Asam-asam tersebut pada
saat ini telah dapat diproduksi di dalam negeri begitu pula gliserinnya. Dewasa
merupakan hasil samping pada industri sabun telah dapat diperoleh dengan
kadar 85-99,5 %.
Dengan tersedianya bahan baku nitrogliserin di dalam negeri, maka
Universitas Indonesia bersama BPPIT Dephankam memandang perlu untuk
melakukan studi pembuatan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di
dalam negeri, yang bertujuan untuk membantu pemerintah dalam memecahkan
masalah ketergantungan dari luar negeri dalam pemenhuhan kebutuhan bahan
baku tersebut. disisi lain juga membantu industri itu sendiri di dalam
pengembangan diri dalam berproduksi.
Dengan memperhatikan hal tersebut diatas perlu diupayakan untuk
mengembangkan kemampuan yang dimiliki dalam rangka mendukung
kepentingan Pertahanan dan Keamanan Negara.
5. Emulsion
Emulsion Explosive adalah peledak yang memiliki energi ledak tinggi,
berkekuatan tinggi dan tahan air. Emulsion Explosive adalah peledak sensitif
dengan kekuatan detonasi No. 8. Emulsion Explosive aman (gesekan, dampak,
panas) dan dapat digunakan untuk kebutuhan pekerjaan pembuatan
terowongan, pekerjaan peledakan dan penggalian, serta konstruksi sipil. Bahan
peledak emulsi terbuat dari campuran antara fase larutan oksidator berbutir
sangat halus sekitar 0,001 mm (disebut droplets) dengan lapisan tipis matrik
minyak hidrokarbonat. Emulsifier ditambahkan untuk mempertahankan fase
emulsi. Dengan memperhatikan butiran oksidator yang sangat halus dapat
difahami bahwa untuk membuat emulsi ini cukup sulit, karena untuk mencapai
oxygen balance diperlukan 6% berat minyak di dalam emulsi harus menyelimuti
10
94% berat butiran droplets. Karena butiran oksidator terlalu halus, maka
diperlukan peningkatan kepekaan bahan peledak emulsi dengan menambahkan
zat pemeka (sensitizer), misalnya agen gassing kimia agar terbentuk gelembung
udara untuk menimbulkan fenomena hot spot. Zat pemeka lainnya adalah glass
microballons dan kadang-kadang ditambah pula dengan aluminium untuk
meningkatkan kekuatan. Bahan peledak emulsi banyak diproduksi dengan nama
yang berbeda beda. Konsistensi sifat bahan peledak tergantung pada
karakteristik ketahanan fase emulsi dan efek emulsi tersebut terhadap adanya
perbahan viskositas yang merupakan fungsi daripada waktu penimbunan. Saat
ini pemakaian bahan peledak emulsi cukup luas diberbagai penambangan bahan
galian, baik pemakaian dalam bentuk kemasan cartridge maupun langsung
menggunakan truck Mobile Mixer Unit (MMU) ke lubang ledak.
6. Bahan Peledak permissible
Bahan peledak permissible adalah bahan peledak yang khusus digunakan
pada tambang batubara bawah tanah. Bahan peledak ini harus lulus beberapa
tahapan uji keselamatan yang ketat sebelum dipasarkan. Pengujian terutama
diarahkan pada keamanan peledakan dalam tambang batubara bawah tanah
yang umumnya berdebu agar bahan peledak tersebut tidak menimbulkan
kebakaran tambang. Bahan peledak yang lulus uji akan diklasifikasikan kedalam
“permitted explosive” dengan rating P1 atau P5, di mana kode rating
menunjukkan tingkat kekuatan bahan peledak tersebut.
Bahan peledak permissible P1 dapat digunakan untuk meledakkan batubara
yang keras, pembuatan vertical shaft, dan lubang bukaan bahwa tanah lainnya;
sedangkan P5 lebih cocok digunakan pada tambang batubara bawah tanah yang
berdebu. Bahan peledak permissible bisa berbasis NG maupun emulsi.
Komposisi bahan peledak permissible ditambah dengan garam yang dapat
menekan temperature saat peledakan berlangsung disebut fire suppressant
salts. Derajat penekanan tersebut tergantung pada distribusi dan persentase
garam yang dapat memberikan jaminan keamanan agar tidak terjadi kebakaran
debu batubara pada udara ketika proses peledakan. Disamping garam terdapat
pula cara lain untuk menekan temperatur tersebut, yaitu dengan memanfaatkan
system pertukaran ion atau yang disebut reinforced safety. Bahan peledak ini
11
biasanya dibuat dengan persentase NG kecil ditambah bahan bakar dan sodium
nitrat serta ammonium chloride, reaksinya adalah:
NaNO3 + NH4Cl NaCl + NH4NO3
Hasilnya adalah ammonium nitrat sebagai oksidator dan sodium chloride
yang mempunyai daya pendinginan yang besar, bahkan lebih besar dibanding
dengan pencampuran yang pertama. ICI- Explosive membuat bahan peledak
permissible berbasis emulsi yang dinamakan seri Permitted Powergel .
7. Bahan Peledak Heavy ANFO
Bahan peledak heavy ANFO adalah campuran daripada emulsi dengan
ANFO dengan perbandingan yang bervariasi. Keuntungan dari campuran ini
sangat tergantung pada perbandingannya, walaupun sifat atau karakter bawaan
dari emulsi dan ANFO tetap mempengaruhinya. Adapun keuntungan penting dari
pencampuran ini adalah:
Energi bertambah,
Sensitifitas lebih baik,
Sangat tahan terhadap air,
Memberikan kemungkinan variasi energi disepanjang lubang ledak.
Cara pembuatan heavy ANFO cukup sederhana karena matriks emulsi
dapat dibuat di pabrik emulsi kemudian disimpan di dalam tangki penimbunan
emulsi. Dari tangki tersebut emulsi dipompakan ke bak truck Mobile
Mixer/Manufacturing Unit (MMU) yang biasanya memiliki tiga kompartemen.
Emulsi dipompakan ke salah satu kompartemen bak, sementara pada dua
kompartemen bak yang lainnya disimpan ammonium nitrat dan solar. kemudian
MMU meluncur ke lokasi yang akan diledakkan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Suyitno . Pengetahuan Dasar Bahan Peledak Komersial . suyitno01.wordpress
. Diakses pada tanggal 23 September 2013
Azzuhry , Yahdi . 2009 . Peledakan Pada Kegiatan Penambangan .
azzuhrycorp.blogspot . Diakses pada tanggal 23 September 2013
Juner, Angga . 2011 . Bahan Peledak . angghajuner.blogspot . Diakses pada
tanggal 23 September 2013
13