118171762 Kepmenkes 856 Tahun 2009 Tentang Standar IGD Di Rumah Sakit
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/856/3/BAB II.pdfBanyak definisi...
Transcript of Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/856/3/BAB II.pdfBanyak definisi...
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
11
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu sejenis pertama yang peneliti ambil berjudul
“Pesan Non Verbal dalam Upacara Adat Ngarot”. Penelitian ini disusun oleh Novi
Diana Purwati, mahasiswi Universitas Padjajaran, fakultas Komunikasi.
Penelitian ini menggunakan teori interaksi simbolik dengan metodologi
Etnografi Komunikasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
mengkaji simbol-simbol yang terkandung dalam upacara adat Ngarot, pesan-
pesan apa saja yang terdapat dalam simbol-simbol upacara adat Ngarot, dan
pemaknaan upacara adat Ngarot.
Perbedaannya penelitian ini dengan penelitian penulis adalah pada topik
yang dibahas yaitu tradisi upacara Chit Ngiat Phan. Tapi pada dasarnya
pembahasan sudah sama, yaitu tentang upacara adat.
Penelitian terdahulu sejenis kedua berjudul “Pola Komunikasi Etnis
Basemah”. Disusun oleh Tina Kartika, mahasiswi Universitas Bandar Lampung,
Fakultas Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik.
Penelitian ini menggunakan teori interaksional simbolik, konstruksi
realitas secara sosial, dan etnografi komunikasi. Perbedaannya penelitian ini
dengan penelitian penulis adalah pada topik yang dibahas.
Tradisi Upacara..., Mentari Oqtavia, FIKOM UMN, 2015
12
Matriks 2.1 Penelitian Terdahulu
Perbandingan Novi Diana
Purwati
Tina Kartika Mentari Oqtavia
Judul Pesan Non Verbal
dalam Upacara
Adat Ngarot.
Pola Komunikasi
Etnis Basemah.
Tradisi Upacara
Chit Ngiat Phan
Sebagai Bentuk
Komunikasi
Sosial
Masyarakat
Bangka.
Tujuan Untuk mengetahui
dan mengkaji
simbol-simbol
yang terkandung
dalam upacara ada
Ngarot, pesan-
pesan apa saja
yang terdapat
dalam simbol-
simbol upacara
adat Ngarot dan
pemaknaan
upacara Adat
Ngarot.
Bagimana
peristiwa, situasi,
dan tindak
komunikasi
dalam Etnis
Basemah yang
ada di Dusun
Jnagkar
Kelurahan
Jangkar Mas.
Untuk
mengetahui
nilai-nilai
budaya yang
terdapat dalam
perilaku
komunikasi
masyarakat
Sungailiat
melalui tradisi
upacara Chit
Ngiat Phan.
Teori Interasi Simbolik. Interaksi
Simboik,
konstruksi
realitas secara
sosoal dan
etnografi
komunikasi.
Etnografi
Komunikasi,
Interaksi
Simbolik,
Konstruksi
Realitas Sosial,
Bahasa,
Kebudayaan.
Metodologi Etnografi
Komunikasi
Etnografi
Komunikasi
Etnografi
Komunikasi
Hasil
Penelitian
Hasil dari
penelitian ini
adalah pesan non
verbal yang ada
pada upacara adat
Ngarot antara lain
terdapat pada:
simbol, bunga,
pakian, aksesoris
dan perilaku.
Hasil dari
penelitian ini
adalah aktivitas
Komunikasi Etnis
Basemah,
peristiwa, situasi
dan tindak
komunikasi
terbangun secara
komunikatif.
Tradisi Upacara..., Mentari Oqtavia, FIKOM UMN, 2015
13
Perbedaan
dengan
penelitian
peneliti
Penelitian ini
menggunakan
metode yang
sama, yaitu
etnografi
komunikasi.
Secara teori
menggunakan
teori yang sama
pula yaitu interksi
simbolik.
Penelitian ini
menggunakan
metode yang
sama, yaitu
etnografi
komunikasi.
Secara teori
menggunakan
teori yang sama,
yaitu interaksi
komunikasi,
etnografi
komunikasi,
konstruksi
realitas secara
sosial.
Penelitian ini
menggunakan
metode yang
sama, yaitu
etnografi
komunikasi.
Secara teori
peneletian ini
menggunakan
teori interaksi
simbolik,
konstruksi
realitas sosial,
etnografi
komunikasi,
bahasa dan
kebudayaan.
2.2Kerangka Teori dan Konsep
2.2.1 Etnografi Komunikasi
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori etnografi komunikasi
untuk mengkaji peristiwa dalam tradisi upacara Chit Ngiat Phan. Dengan
menggunakan teori ini, maka penelitian mengkaji tentang peristiwa, situasi dan
tindak komunikasi yang dilakukan dalam tradisi upacara tersebut, serta
membangun solidaritas, kebersamaan, keharmonisan dan kesatuan
Etnografi berasal dari kata ethno (bangsa) dan graphy (menguraikan).
Sehingga, etnografi adalah usaha untuk menguraikan kebudayaan atau aspek-
aspek kebudayaan (Moleong, 1990:13)
Menurut Mulyana (2003: 161), dalam etnografi aspek yang diurai beragam
dan menyeluruh, baik yang bersifat seperti artefak budaya (pakaian, bangunan,
Tradisi Upacara..., Mentari Oqtavia, FIKOM UMN, 2015
14
dan sebagainya) maupun yang bersifat abstrak (pengalaman, kepercayaan, norma,
sistem nilai kelompok yang diteliti). Uraian tebal (thick description) merupakan
cirri utama etnografi.
Etnografi komunikasi pertaman kali diperkenalkan oleh Dell Hymes pada
tahun 1962, sebagai kritik terhadap ilmu linguistic yang terlalu memfokuskan diri
pada fisik bahasa saja. Definisi etnografi komunikasi itu sendiri adalah pengkajian
peranan bahasa dalam perilaku komunikayif masyarakat, yaitu cara-cara
bagaimana bahasa dipergunakan dalam masyarakat yang berbeda-beda
kebudayaan. (Kuswarno, 2008: 11).
Beberapa objek penelitian etnografi komunikasi yang diuraikan dalam
Kuswarno (2008: 38-46), sebagai berikut:
1. Masyarakat Tutur (speech Community)
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, masyarakat dalam
etnografi komunikasi adalah masyarakat komunikatif tertentu. Kelompok
sosial dalam etnografi komunikasi tidaklah sama dengan suatu suku
bangsa, walaupun mereka berbicara dengan bahasa yang sama.
Banyak definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli mengenai
masyarakat tutur. Namun hanya ada dua yang dapat menunjang penelitian
etnografi komunikasi. Yang pertama menurut Hymes, yang menekankan
bahwa semua anggota masyarakat tutur tidak saja sama-sama memiliki
kaidah untuk berbicara, tetapi juga satu variasi linguistik. Sedangkan
kedua, Seville-Troike membicarakan level analisis dimana masyarakat
Tradisi Upacara..., Mentari Oqtavia, FIKOM UMN, 2015
15
tutur tidak harus memiliki satu bahasa, tetapi memiliki kaidah yang sama
dalam berbicara. Jadi, dalam suatu masyarakat tutur pun bisa saja terdiri
dari masyarakat tutur-masyarakat tutur yang lebih kecil. Hal ini
dikarenakan manusia sebagai makhluk sosial sudah terlenih dahulu
member label pada masing-masing tindakannya. Pemberian label ini
berimplikasi pada terbentuknya struktur sosial, selanjutnya setiap struktur
sosial membutuhkan peran dan simbol yang berbeda-beda. Itulah sebabnya
penggunaan bahasa pun dapat berbeda-beda antara struktur sosial yang
satu dengan struktur sosial yang lain, walaupun berbicara dengan bahasa
yang sama.
2. Aktivitas Komunikasi
Dalam etnografi komunikasi, menemukan aktivitas komunikasi
sama artinya dengan mengidentifikasian peristiwa komniasi dan atau
proses komunikasi. Sehingga proses atau peristiwa komunikasi yang
dibahasa dalam etnografi komunikasi adalah khas yang dapat dibedakan
dengan proses komunikasi yang dibahas pada konteks komunikasi yang
lain.
Hymes mengemukakan mengenai unit-unit diskrit aktivitas
komunikasi, sebagai berikut:
a) Situasi komunikatif atau konteks terjadinya komunikasi.
b) Peristiwa komunikatif atau keseluruhan perangkat komponen yang
utuh yang dimulai dengan tujuan umum komunikasi, topi umum
yang sama dan melibatkan partisipan yang secara umum
Tradisi Upacara..., Mentari Oqtavia, FIKOM UMN, 2015
16
menggunakan varietas bahasa yang sama, mempertahankan tone
yang sama, dan kaidah-kaidah yang sama untuk interaksi, dalam
setting yang sama. Sebuah peristiwa komunikatif dinyatakan
berakhir, ketika terjadi perubahan partisipan, adanya periode
hening, atau perubahan posisi tubuh.
c) Tindak komunikatif, yaitu fungsi interaksi tunggal, seperti
penyataan, permohonan, perintah, ataupun perilaku non verbal.
Jadi aktivitas komunikasi menurut etnografi komunikasi tidak bergantung
pada adanya pesan, komunikator, media, efek, dan sebagainyaa. Sebaliknya yang
dinamakan aktivitas komunikasi adalah aktivitas khas yang kompleks, yang di
dalamnya terdapat peristiwa-peristiwa khas komunikasi yang melibatkan tindak-
tindak komunikasi tertentu dan dalam konteks komunikasi yang tertentu pula.
Sehingga proses komunikasi dalam etnografi komunikasi, adalah peristiwa-
eristiwa yang khas dan berulang. Kekhasan di sini tiada lain karena mendapat
pengaruh dari aspek sosiokultural partisipan komunikasi. (Kuswarno, 2008: 41-
42)
3. Komponen Komunikasi
Komponen komunikasi mendapat tempat yang paling penting
dalam etnografi komnikasi. Selain itu, melalui komponen komunikasilah
sebuah peristiwa komunikasi dapa diidentifikasi. Secara tidak langsung
komponen komnikasi juga akan menuntun peneliti etnografi komunikasi
ketika di lapangan.
Tradisi Upacara..., Mentari Oqtavia, FIKOM UMN, 2015
17
Sepuluh komponen komunikasi menurut perspektif etnografi
komunikasi adalah:
a. Genre atau tipe peristiwa komunikatif, misalnya lelucon, salam,
perkenalan, dongeng, gossip, dan sebagainya.
b. Topik peristiwa komunikatif.
c. Tujuan dan fungsi peristiwa secara umum dan juga fungsi dan
tujuan partisipan secara individual.
d. Setting termasuk lokasi, waktu, musim, dan aspek fisik situasi yang
lain (misalnya besarnya ruangan tata letak perabotan, dan
sebagainya.)
e. Partisipan, termasuk usianya, jenis kelamin, etnik, status sosial,
atau kategori lain yang relevan, dan hubungannya satu sama lain.
f. Bentuk pesan, termasuk saluran verbal non vocal, non verbal dan
hakikat kode yang digunakan, misalnya bahasa mana dan varietas
yang mana.
g. Isi pesan, mencakup apa yang dikomunikasikan, termasuk level
konotatif dan referensi denotative.
h. Urutan tindakan, atau urutan tindak komunitatif atau tindakan tutur
termasuk alih giliran atau fenomena percakapan.
i. Kaidah interaksi.
j. Norma-norma interpretasi, termasuk pengetahuan umum,
kebiasaan, kebudayaan, nilai dan norma yang dianut, tabu-tabu
yang harus dihindari, dan sebagainya.
Tradisi Upacara..., Mentari Oqtavia, FIKOM UMN, 2015
18
4. Kompetensi Komunikasi
Kompetensi komunikasi akan melibatkan segala sesuatu yang
berhubungan dengan penggunaan bahasa dan dimensi komunikatif dalam
setting sosial tertentu.
Karena kompetensi komunikasi melibatkan aspek budaya dan
sosial, maka kompetensi komunikasi mengacu pada pengetahuan dan
keterampilan komuniatif yang sama-sama dimiliki oleh satu kelompok
sosial atau masyarakat. Namun kompetensi komunikasi ini dapat
bervariasi pada tingkat individu, mengingat individu adalah mahluk yang
memiliki motif dan tujuan yang berbeda-beda. Sehingga komunikasi
kompetensi komunikasi tidak dapat berlaku seterusnya, melaikan dinamis
mengikuti perubahan individu-individu yang menggunakannya.
Walaupun demikian, setiapkebudayaan dapat memiliki kompetensi
komunikasi secara global, dan berlaku secara berkelanjutan. Berikut adalah
komponen-komponen kompetensi komunikasi yang dapat ditemukan pada suatu
masyarakat tutur:
1) Pengetahuan linguistik (linguistic knowledge)
a. Elemen-elemen verbal.
b. Elemen-elemen non verbal.
c. Pola elemen-elemen dalam peristiwa tutur tertentu.
d. Rentang varian yang mungkin (dalam semua elemen dan
pengorganisasian elemen-elemen itu).
e. Makna varian-varian dalam situasi tertentu.
Tradisi Upacara..., Mentari Oqtavia, FIKOM UMN, 2015
19
2) Keterampilan interaksi (interaction skills)
a. Persepsi cirri-ciri penting dalam situasi komunikatif.
b. Seleksi dan interpretasi bentuk-bentuk yang tepat untuk
situasi, peran, dan hubungan tertentu (kaidah untuk
penggunaan ujaran).
c. Norma-norma interaksi dan interpretasi.
d. Strategi untuk mencapai tujuan.
3) Penetahuan Kebudayaan (cultural knowledge)
a. Struktur sosial.
b. Nilai dan sikap.
c. Peta atau skema kognitif.
d. Proses enkulturasi (transmisi pengetahuan dan
keterampilan.
5. Varietas Bahasa
Hymes menjelaskan bahwa dlaam setiap masyarakat terdapat
varietas kode bahasa (language code) dan cara-cara berbicara yang bisa
dipakai oleh anggota masyarakat atau sebagai repertoire komunikatif
masyarakat tutur.
Variasi ini akan mencakup semua varietas dialek atau tipe yang
digunakan dalam populasi sosial tertentu, dan faktor-faktor sosiokultural
yang mengarahkan pada seleksi dari salah satu variasi bahsa yang ada.
Sehingga pilihan varietas yang dipakai akan menggambarkan hubungan
yang dinamis antara komponen-komponen komunikatif dari suatu
Tradisi Upacara..., Mentari Oqtavia, FIKOM UMN, 2015
20
masyarakat tutur, atau yang dikenal sebagai pemolaan
komunikasi(communication pattering).
Pemolaan komunikasi dan varietas bahasa inilah yang kemudian
akan menjadi tujuan utama peneliti etnografi komunikasi. Mengenai
bagaimana unit komunikatif yang berlaku pada suatu masyarakat tutur,
dan hubungan yang terjadi di antara komponen-komponen
komunikatifnya. Karena penjelasan varietas bahsa dengan sendirinya
menjelaskan pola komunikasi yang digunakannya.
Sehingga dari beberapa penjelasan diatas, dapat disimpulkan
bahwa etnografi komunikasi membahas tentang peristiwa komunikasi,
situasi komunikasi dan tindak komunikasi suatu masyarakat tutur di suatu
daerah. Kegiatan komunikasi dalam etnografi komnikasi merupakan suatu
kebiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang dan turun temurun dalam
sebuah lingkup masyarakat, seperti tradisi upacara Chit Ngiat Phan
masayarakat Sungailiat, Bangka.
2.2.2 Interaksionisme Simbolik
Interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas
manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. (Mulyana
2013: 68). Adapun pengertian interaksi simbolik menurut Bllummer menjelaskan
bahwa, orang tergerak untuk bertindak berdasarkan makna yang diberikannya
dalam bahasa yang digunakan orang baik untuk berkomunikasi dengan orang lain
maupun dengan dirinya sendiri atau pikiran pribadinya. (West & Turner 2008: 98)
Tradisi Upacara..., Mentari Oqtavia, FIKOM UMN, 2015
21
Menurut Mulyana (2008: 92), lambang dan simbol adalah suatu yang
digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan kelompok
orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non verbal dan objek
yang maknanya disepakati bersama.
Ralph Larossa & Donald C.Reitzes (1993) (West & Turner 2008)
menjelaskan bahwa asumsi-asumsi ini memperlihatkan tiga tema besar dari tujuh
asumsi yang mendasari interaksi simbolik, yaitu:
1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia
a. Manusia bertindak terhadap manusia lainnya
berdasarkan makna yang diberikan orang lain pada
mereka.
b. Makna diciptakan dalam interaksi antarmanusia.
c. Makna dimodifikasi melalui proses interpretif.
2. Pentingnya konsep mengenai diri
a. Individu-individu mengembangkan konsep diri
melalui interaksi dengan orang lain.
b. Konsep diri memberikan motif yang penting untuk
perilaku.
3. Hubungan antara individu dengan masyarakat
a. Orang dan kelompok di pengaruhi oleh proses budaya
dan sosial.
b. Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial.
Tradisi Upacara..., Mentari Oqtavia, FIKOM UMN, 2015
22
Interaksi simbolik pertama kali diperkenalkan dan dimodifikasi oleh
Herbert Blumer, tetapi ide ini sebenarnya telah dikemukakan oleh George
Herbert Mead. Karakteristik dasar ide ini adalah suatu hubungan yang terjadi
secara alami antara manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat dengan
individu. Interaksi yang terjadi antar individu berkembang melalui simbol-simbol
yang mereka ciptakan. Realitas sosial merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi
pada beberapa individu dalam masyarakat. Interaksi yang dilakukan antar individu
itu berlangsung secara sadar dan berkaitan dengan gerak tubuh, vocal, suara dan
ekspresi tubuh, yang kesemuanya itu mempunyai maksud dan disebut dengan
“simbol (Kuswarno, 2008: 22)
Tiga premis utama dalam pendekatan interaksi simboik menurut Blumer,
yaitu (Kuswarno, 2008:22) :
1) Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna
yang ada pada Sesutu itu bagi mereka.
2) Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan oleh
orang lain.
3) Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi
sosial sedang berlangsung.
Dari uraian diatas dapat memiliki makna bahwa tindakan sosial tidak yang
melekat pada diri seseorang dapat menimbulkan suatu makna. Sependapat dengan
Weber (Mulyana 2013:61), mendefinisikan tindakan sosial sebagai semua
perilaku manusia ketika dan sejauh individu memberikan suatu makna subjektif
Tradisi Upacara..., Mentari Oqtavia, FIKOM UMN, 2015
23
terhadap perilaku tersebut. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa interaksi
simbolik berbicara mengenai komunikasi berupa pesan-pesan verbal ataupun non
verbal dan simbol-simbol. Hal ini ditemui dalam keberlangsungan tradisi upacara
Chit Ngiat Phan yang juga menggunakan pesan-pesan verbal ataupun nonverbal
dan simbol-simbol.
Sedangkan menurut Littlejhon (2014: 231-236), ada tiga konsep utama
dalam teori Mead, yaitu masyrakat, diri sendiri dan pikiran (society, self, mind)
1. Berfikir (Mind)
Kemampuan anda untuk menggunakan simbol-simbol yang signifikan
untuk merespons pada diri sendiri menjadikan berfikir adalah sesuatu
yang mungkin. Berfikir melibatkan keraguan (menunda tindakan yang
jelas) ketika anda menafsirkan sesuatu. Disini, anda berfikir melalui
situasi dan merencanakan tindakan selanjutnya. Anda membayangkan
beragam hasil dan memilih serta menguji alternatif-alternatif yang
mungkin ada. Objek menjadi objek melalui proses pemikiran simbolis
kita. Ketika kita membayangkan tindakan yang baru atau berbeda
terhadap suaru objek, objek itu sendiri berubah karena kita melihatnya
dari sudut pandang yang berbeda.
2. Diri (Self)
Kegiatan saling memengaruhi antara merespons pada orang lain dan
diri sendiri adalah sebuah konsep penting dalam teori Mead. Anda
memiliki diri karena anda dapat merespons kepada diri anda sendiri
Tradisi Upacara..., Mentari Oqtavia, FIKOM UMN, 2015
24
sebagai sebuah objek. Cara utama anda dapat melihat diri anda seperti
orang lain melihat anda adalah melalui pengambilan peran atau
menggunakan sudut pandang orang lain dan inilah yang menyebabkan
anda memiliki konsep diri.
3. Masyarakat (society)
Terdiri atas perilaku-perilaku kooperatif para angotanya, kerja sama
manusia mengharuskan kita untuk memahami maksud orang lain yang
juga mengharuskan kita untuk mengetahui apa yang akan kita lakukan
selanjutnya. Makna merupakan sebuah hasil komunikasi yang penting.
Pemaknaan anda merupakan hasil interaksi dengan orang lain.
Masyarakat terdiri dari sebuah jaringan interaksi sosial dimana
anggota-anggotanya merupakan makna bagi tindakan mereka dan
tindakan orang lain dengan menggunakan simbol-simbol.
2.2.3 Nilai-nilai Solidaritas
Solidaritas adalah suatu sikap yang selalu dibutuhkan setiap kelompok
masyarakat, karena kesolidaritasan dapat menimbulkan rasa pertanggung jawaban
terhadapa lingkungan sekitarnya. Menurut Durkheim (Soedijati, 1995:25),
solidaritas adalah perasaan saling percaya antara para anggota dalam suatu
kelompok atau komunitas. Kalau orang saling percaya maka mereka akan menjadi
satu/menjadi persahabatan, menjadi saling hormat-menghormati, menjadi
terdorong untuk bertanggung jawab dan memperhatikan kepentingan sesamanya.
Tradisi Upacara..., Mentari Oqtavia, FIKOM UMN, 2015
25
Emile Durkheim, sebagaimana dikutip oleh George Ritzer dalam bukunya
Teori Sosiologi Modern, mengambil pendekatan kolektivis terhadap pemahaman
mengenai masyarakat yang melibatkan berbagai bentuk solidaritas. Solidaritas
dalam berbagai lapisan masyarakat bekerja seperi “perekat sosial”, dalam hal ini
dapat berupa nilai, adat istiadat dan kepercayaan yang dianut bersama oleh
masyarakat dalam ikatan kolektif.
Durkheim menjelaskan bahwa solidaritas sosial adalah keadaan saling
percaya antar anggota kelompok atau komunitas. Jika setiap individu dapat saling
percaya akan menjadi satu, menjadi saling menghormato, saling bertanggung
jawab dalam saling membantu antar sesama.
2.2.4 Kebudayaan
Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta buddhayah yang merupakan
kata jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Menurut Bungin, 2006: 52)
kebudayaan diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal”.
Ada pula pengertian budaya yang menunjukkan hubungan antara budaya dan
komunikasi yang dijabarkan oleh Triandis (Samovar, 2010: 27) yaitu: kebudayaan
merupakan elemen subjektif dan objektif yang dibuat manusia yang di masa lalu
menigkatkan kemungkinan untuk berthan hidup dan berakibat dalam kepuasan
pelaku dalam ceruk ekoligis, dan demikian tersebar di antara mereka yang dapat
berkomunikasi satu sama lainnya, karena mereka mempenyai kesamaan bahasa
dan mereka hidup dalam waktu dan tempat yang sama.
Tradisi Upacara..., Mentari Oqtavia, FIKOM UMN, 2015
26
Edward B. Taylor (Ghazali, 2011:13), kebudayaan adalah keseluruhan yang
kompleks, yang ada di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat
seseoarang sebagai anggota masyarakat.
Perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh
manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku, dan benda-benda
yang bersifat nyata, misalnya pola-pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,
seni,dan lain-lain, yang ditujukan untuk membantu manusia dalam
melangsungkan kehidupan bermasyarakat. (Ghazali, 2011: 32)
Sedangkan, menurut Gerry Philipsen, 1992: 7-8 dalam Martin dan
Nakayama, 1997: 49 (Nasrullah 2012: 16), budaya di artikan sebagai kontruksi
sosial maupun historis yang mentransmisikan pola-pola tertentu melalui simbol,
pemaknaan, premis, bahkan tertuang dalam aturan.
Budaya sudah diturunkan dari generasi ke generasi melalui simbol-simbol.
Menurut Ferarro “simbol mengikat orang yang mungkin saja bukanlah bagian
suatu kelompok yan bersatu.”(Larry A. Samovar,dkk 2010: 45). Melalui budaya
orang-orang dapat belajar komunikasi.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan dapat
berbeda-beda antara yang satu dengan lainnya, maka praktik dan tingkah laku
komunikasi individu yang sudah ada dalam budayaakan memiliki makna dan arti
yang berbeda pula.
Tradisi Upacara..., Mentari Oqtavia, FIKOM UMN, 2015
27
Adapun kebudayaan menjadi acuan individu-individu dalam tingkah laku,
karena suatu budaya cenderung dapat menjadi tradisi. Tradisi adalah sesuatu yang
sudah turun menurun dari generasi ke generasi sehingga tradisi akan sulit berubah
didalam kehidupan masyarakat.
Dalam buku J.J. Honigmann berjudul The World of Man (1951) dalam
Koentjaraningrat (1979: 200 dalam Bungin, 2006: 54) mengatakan ada tiga gejala
kebudayaan, yaitu: (1) ideas; (2) activities; dan (3) artifacts.
Maka sehubungan dengan uraian diatas, Koentjaraningrat (1979: 201
dalam Bungin, 2006: 54), mengatakan ada tiga wujud kebudayaan, yaitu:
1. Wujud kebudayaan sebagai totalitas dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma, peraturan dan sebagainya.
2. Wujud kebudayaan seagai sebuah totalitas dari aktivitas serta tindakan
berpola dari manusia dalam masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Menurut Setiadi (2012: 34), kebudayaan memiliki sifat yang hakiki. Sifat
hakiki dari kebudayaan tersebut adalah :
1. Budaya terwujudkan dan tersalur dari perilaku manusia.
2. Budaya telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi
tertentu dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang
bersangkutan.
3. Budaya diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah
lakunya.
Tradisi Upacara..., Mentari Oqtavia, FIKOM UMN, 2015
28
4. Budaya mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-
kewajiban, tindakan yang diterima, ditolak, dilarang dan yang
diizinkan.
Sedangkan menurut C. Kluckhon melalui Universal categories of Culture,
ada 7 unsur kebudayan yang universal (Soekanto 2007:154) yaitu:
1. Sistem teknologi, yaitu peralatan dan perlengkapan hidup manusia
(pakaian, perumahan, alatalat rumah tangga, senjata, alat-alat
produksi transport, dan sebagainya).
2. Sistem mata pencaharian hidup dan system-sistem ekonomi
(pertanian, peternakan, system produksi sisten distribusi, dan
lainnya).
3. Sistem kemasyarakatan (system kekerabatan, organisasi politik,
system hukum, dan system perkawinan).
4. Bahasa (lisan dan tertulis).
5. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak, dan sebagainya).
6. System pengetahuan.
7. Religi (sistem kepercayaan).
Dari beberapa unsur diatas, dapat dijelaskan bahwa masing-masing unsur
tersebut adalah macam-macam dari unsur kebudayaan, untuk kepentingan ilmiah
dan analisisnya diklasifikasikan dalam unsur-unsur pokok atau besar kebudayaan,
lazim disebut culture universals. Istilah ini menunjukkan bahwa unsur-unsur
Tradisi Upacara..., Mentari Oqtavia, FIKOM UMN, 2015
29
tersebut bersifat universal, yaitu dapat dijumpai di setiap kebudayaan (Soekanto,
2007:154)
Dari penelitian ini, penulis akan membahas tentang kebudayaan etnis
Tionghoa, Bangka Belitung. Salah satu kebudayaan yang sampai saat ini masih di
lestarikan di Bangka, adalah tradisi upacara Chit Ngiat Phan.
2.2.5 Komunikasi Sosial
Komunikasi sosial berkaitan dengan komunikasi persona, ketika dua
atau lebih individu berinteraksi, sengaja atau tidak. Pengertian komunikasi itu
sendiri adalah suatu proses yang mendasari intersubjektivisasi, suatu fenomena
yang terjadi sebagai akibat simbolisasi public dan penggunaan serta penyebaran
simbol (Ruben, 1975: 171 dalam Suranto AW, 2010: 142).
Melalui komunikasi sosial individu-individu “menyetel” perasaan-
perasaan, pikiran-pikiran, dan perilaku-perilaku antara yang satu dengan yang
lainnya. Komunikasi sosial dapat dikategorikan ke dalam komunikasi
antarpesona, karena terjadi melalui hubungan-hubungan antarpesona, dan
komunikasi massa, karena suatu proses komunikasi sosial yang lebih umum, yang
dilakukan individu-individu untuk berinteraksi dengan lingkungan sosio-
budayanya, tanpa terlihat dalam hubungan-hubungan antarpesona dengan
individu-individu tertentu (Suranto, 2010: 142).
Menurut Peter L. Berger (1991 dalam Nurudin, 2008:45),hubungan
antara manusia dengan masyarakat berlangsung secara dialektis dalam tiga
momen; eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi. Eksternalisasi adalah suatu
Tradisi Upacara..., Mentari Oqtavia, FIKOM UMN, 2015
30
pencurahan kedirian dunia, baik dalam aktivitas maupun mentalitas. Melalui
eksternalisasi manusia mengekspresikan dirinya dengan mambangun dunianya.
Objektivasi adalah disandangnya produk-produk aktivitas (baik fisik maupun
mental) suatu realitas yang berhadapan dengan produsennya (dalam hal ini
manusia itu sendiri) dalam suatu kefaktaan (faktisasi) yang eksternal terhadap
yang lain, dari pada produsennya sendiri. Internalisasi adalah peresapan kembali
realitas oleh manusia dan metransformasikannya sekali lagi struktur-struktur
kesadaran subjektif.
Sedangkan menurut Nurudin, (2008: 46), pada kenyatannya antara
masyarakat dengan manusia ada hubungan saling mempengaruhi tersebut
dibangun tak lain dengan proses komunikasi. Dengan kata lain, komunikasi dalam
hal ini sebagai sebuah proses sosial di masyarakat. Proses sosial diartikan sebagai
pengaruh timbal balik antara berbagai kehidupan bersama (individu, masyarakat,
organisasi, lembaga kemasyarakatan, asosiasi, dan lain-lain). Dalam hubungannya
dengan proses sosial, komunikasi menjadi sebuah cara dalam melakukan
perubahan sosial (social change). Oleh karena itu, komunikasi juga tak akan lepas
dari konteks sosialnya. Artinya, ia akan diwarnai oleh sikap, perilaku, pola,
norma, pranata masyarakatnya.
Komunikasi sebagai proses sosial adalah bagian integral dari masyarakat.
Sehingga fungsi-fungsi dari komunikasi sebagai proses sosial dimasyarakat
sebagai berikut (Nurudin, 2008: 47-48):
Tradisi Upacara..., Mentari Oqtavia, FIKOM UMN, 2015
31
1. Komunikasi menghubungkan antar berbagai komponen
masyarakat. Komponen di sini tidak hanya individu dan
masyarakat saja, melainkan juga berbagai bentuk lembaga
sosia (pers, humas, universitas), asosiasi, dan lain-lain.
2. Komunikasi membuka peradaban (civilization) baru
manusia. Menurut Koentjaraningrat (1997), istilah
peradaban dipakai untuk bagian-bagian dan unsur-unsur
dari kebudayan yang halus dan indah, seperti kesenian,
ilmu pengetahuan serta sopan santun dan system pergaulan
yang kompleks dalam suatu struktur masyarakat yang
kompleks pula. Komunikasi telah mengantarkan peradaban
Negara Barat menjadi maju dalam ilmu pengetahuan.
3. Komunikasi adalah manifestasi kontrol sosial dalam
masyarakat. Berbagai nilai (value), norma (norm), peran
(role), cara (usage), kebiasaan (folkways), tata kelakuan
(mores) dan adat (customs) dalam masyarakat yang
mengalami penyimpangan (deviasi) akan dikontrol dengan
komunikasi, baik melalui bahasa lisan, sikap apatis atau
perilaku nonverbal individu.
4. Tanpa bisa diingkari komunikasi berperan dalam sosialisasi
nilai ke masyarakat. Bagaimana sebuah norma kesopanan
disosialisasikan kepada generasi muda dengam contoh
Tradisi Upacara..., Mentari Oqtavia, FIKOM UMN, 2015
32
perilaku orang tua (nonverbal) atau dengan penyataan
nasihat langsung (verbal).
5. Individu berkomunikasi dengan orang lain menunjukkan
jati diri kemanusiaanya. Seseorang akan diketahui jati
dirinya sebagai manusia karena menggunakan komunikasi.
Itu juga berarti komunikasi menunjukkan identitas sosial
seseorang. Misalnya, penggunaan bahasa dari kalangan
“bawah” dengan kalangan ningrat akan berbeda. Dengan
peribahasa sering dikenal bahasa menunjukkan bangsa.
Bahsa sebagai alat komunikasi menunjkkan jati diri
individu yang bersangkutan.
Komunikasi sosial terjadi jika individu dengan individu lainnya saling
melakukan interaksi. Komunikasi di dalam masyarakat dibagi 5 jenis (Bungin
2006:31-32)
1. Komunikasi individu dengan individu.
2. Komunikasi kelompok.
3. Komunikasi organisasi
4. Komunikasi sosial.
5. Komunikasi massa.
Dalam penelitian ini, penulis lebih menggunakan komunikasi sosial.
Menurut Astrid (1992:1, Bungin 2006: 32) komunikasi sosial adalah salah satu
bentuk komunikasi yang lebih intensif, dimana komunikasi dapat berlangsung
Tradisi Upacara..., Mentari Oqtavia, FIKOM UMN, 2015
33
antara komunikator dan komunikan, sehingga komunikasi berlangsung dua arah
dan lebih diarahkan kepada pencapaian suatu situasi integrasi sosial, melalui
kegiatan ini terjadilah aktualisasi dari berbagai masalah yang dibahas.
2.2.6 Konstruksi Realitas Sosial
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori konstruksi realitas sosial
sebagai acuan dasar penelitian ini. Teori konstruksi realitas sosial dikemukakan
oleh Alfred Schultz melalui konsep fenomenologi, yang kemudian dikembangkan
dalam buku “Tho Social Construction of Reality” oleh Peter Berger dan Thomas
Luckman (Kuswarno, 2008: 22).
Berger berpendapat bahwa konstruksi secara sosial memusatkan
perhatiannya pada proses ketika individu menanggapi kejadian di sekitarnya
berdasarkan pengalaman mereka. beberapa asumsi yang mendasari konstruksi
realitas secara sosial, yaitu (Kuswarno, 2008: 22-23) :
a. Realitas tidak hadir dengan sendirinya, tetapi diketahui dan dipahami
melalui pengalaman yang dipengaruhi oleh bahasa.
b. Realitas dipahami melalui bahasa yang tumbuh dari interaksi sosial pada
saat dan tempat tertentu.
c. Bagaimana realitas dipahami bergantung pada konvensi-konvensi sosial
yang ada.
d. Pemahaman terhadap realitas yang tersusun secara sosial membentuk
banyak aspek penting dalam kehidupan, seperti aktivitas berpikir, dan
berperilaku.
Tradisi Upacara..., Mentari Oqtavia, FIKOM UMN, 2015
34
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, teori ini berhasil menemukan
hubungan antara bahasa, interaksi sosial dan kebudayaan. Yaitu bagaimana
bahasa merupakan jembatan bagi manusia dalam memahami realitas,
sekaligus sebagai pedoman dalam berperilaku. Karena bahasa itu sendiri
kompleks sifatnya dan mendapat pengaruh yang cukup kuat dalam kehidupan
sosial masyarakat (Kuswarno, 2008:23).
Menurut Berger dan Luckman (Bungin, 2007: 83), realitas sosial itu
sendiri adalah proses dialektika yang berlangsung dalam proses simultah:
1.eksternalisasi (penyesuaian diri) dengan dunia sosiokultural sebagai produk
manusia; 2.
objektivasi, yaitu interaksi sosial yang terjadi dalam dunia
intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami proses institusionalisasi;
3.internalisasi, yaitu proses yang mana individu mengidentifikasikan dirinya
dengan lembaga-lembaga sosial atau organisasi sosial tempat individu menjadi
anggotannya.
Sedangkan menurut Berger dan Luckman (Bungin, 2007: 89),
pengetahuan yang dimaksud adalah realitas sosial masyarakat. Realitas sosial
adalah pengetahuan yang bersifat keseharian yang hidup dan berkembang di
masyarakat seperti konsep, kesadaran umum, wacana public, sebagai hasil dari
konstruksi sosial. Realitas sosial dikonstruksi melalui proses eksternalisasi,
objektivasi, dan internalisasi. Sehinga konstruksi sosial tidak berlangsung
dalam ruang hampa, namun sarat dengan kepentingan-kepentingan.
Tradisi Upacara..., Mentari Oqtavia, FIKOM UMN, 2015
35
2.2.7 Bahasa
Bahasa adalah sebagai salah satu alat komunikasi yang digunakan oleh
semua individu dimuka bumi ini. Bahasa sendiri sangat erat hubungannya dengan
budaya karena bahasa merupakan identitas atau cirri khas dari seseorang.
Menurut Martin & Nakayama (2008: 129-131), bahasa merupakan
komponen yang tidak pernah lepas dari kelangsungan suatu budaya, walaupun
terkadang ada perbedaan antara budaya satu dengan yang lainnya. Masyarakat
mengkomunikasikan segala pemikiran mereka melalui bahasa yang dimengerti
satu sama lain untuk mencapai maksud dan tujuannya. Seringkali linguistic
membagi pembelajaran tentang bahasa ke dalam empat bagian, yaitu:
1. Fonologi adalah ilmu yang mempelajari sistem bunyi dari bahasa,
bagaimana melafalkan suatu kata, dimana tulisan dan bunyinya sama
namun memiliki arti yang berbeda.
2. Semantic adalah suatu ilmu tentang pemberian makna, dimana suatu kata
menunjukkan makna suatu hal di daerah tertentu. Misalnya, masyarakat
Inggris menyebut biscuit dengan biscuit, masyarakat Amerika
menyebutnya dengan cookies.
3. Sintaksis adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur suatu bahasa,
aturan tentang penggabungan beberapa kata menjadi kalimat yang
bermakna.
Tradisi Upacara..., Mentari Oqtavia, FIKOM UMN, 2015
36
4. Pragmatik adalah ilm yang mempelajari bagaimana bahsa digunkan dalam
suatu konteks; memilii fokus pada tujuan spesifik digunakannya bahasa
tersebut.
Sedangkan menurut Larry L. Barker, bahasa memiliki tiga fungsi, yaitu
(Mulyana, 2008:266-267) :
1. Penamaan (naming atau labeling),merujuk pada usaha
mengidentifikasi objek, tindakan, atau orang dengan menyebut
namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.
2. Interaksi, menurut Barker, menekankan berbagai gagasan dan emosi,
yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan
kebingungan.
3. Tansmisi. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang
lain. Misalnya orang mendapatkan informasi setiap hari, sejak bangun
tidur hingga tidur kembali, dari orang lain, baik secara langsung atau
tidak (melalui media massa).
Menurut pandangan Barker, keistimewaan bahasa sebagai sarana transmisi
informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini dan
masa depan, memngkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita. Tanpa bahasa
kita tidak mungkin bertukar informasi; kita tidak mungkin menghadirkan semua
objek dan tempat untuk kita rujuk dalam komunikasi kita.
Littlejohn dalam Kuswarno (2008:3-4) menyatakan bahwa pada
hakikatnya bahasa merupakan simbol yang kompleks. Disebut sebagai simbol
Tradisi Upacara..., Mentari Oqtavia, FIKOM UMN, 2015
37
yang kompleks karena terbentuk dari proses pengkombinasian dan
pengorganisasian simbol-simbol, hingga memiliki arti khusus yang berbeda jika
simbol itu berdiri sendiri. Bahasa menghubungkan simbol-simbol kedalam
proposisi, jadi merupakan refleksi dari realitas. Sehingga melalui bahasalah,
manusia memahami realitas, berkomunikasi, berpikir, dan merasakan.
Munurut Kuswarno (2008: 6), sifat-sifat hakikat bahasa dapat ditangkap
dengan kesatuan nafas yang sama mengenai bahasa, yaitu:
1. Bahasa itu sistematik atau mempunyai aturan atau pola.
2. Bahasa itu manasuka (arbitrer), karena seringkali tida ada
hubungan logis antara kata dengan simbol yang diwakilinya.
3. Bahasa itu ucapan/vocal atau ujaran (selalu dinyatakan, walau
dalam hati sekalipun).
4. Bahasa itu simbol yang kompleks.
5. Bahasa itu mengacu pada dirinya, mampu menjelaskan aturan-
aturan untuk mempergunakan dirinya.
6. Bahasa itu manusiawi, hasil dari akal budi manusia.
7. Bahasa itu komunikasi, karena bahasa merupakan alat komunikasi
dan interaksi. Selain itu, dengan bahasalah kita mencaci, memuji,
berbohong, mengagungkan Tuhan, dan lain-lain.
Maka dalam kajian etnografi komunikasi, bahasa, komunikasi dan budaya
telah menjadi satu kesatuan yang melahirkan hipotesis relavitas linguistik dari
Edward Safir dan Benjamin Lee Whorf, yang berbunyi “struktur bahasa atau
Tradisi Upacara..., Mentari Oqtavia, FIKOM UMN, 2015
38
kaidah berbicara suatu budaya akan menentukan perilaku dan pola piker dalam
budaya tersebut”. Hipotesis ini diperkuat oleh pandangan etnografi yang
menyebutkan bahwa (Kuswarno, 2008: 9)
“Bahasa menjadi unsur pertama sebuah kebudayaan, karena bahasa akan
menentukan bagaimana masyarakat penggunanya mengkategorikan
pengalamannya. Bahasa akan menentukan konsep dan makna yang dipahami
oleh masyarakat, yang pada gilirannya akan memberikan pengertian mengenai
pandangan hidup yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Dengan kata lain
makna budaya yang mendasari kehidupan masyarakat, terbentuk dari hubungan
antara simbol-simbol/ bahasa”.
Tradisi Upacara..., Mentari Oqtavia, FIKOM UMN, 2015
39
2.3 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
2.2 Gambar Kerangka Pemikiran
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dengan
menggunakan pendekatan kualitatif dan metode etnografi komunikasi. Penelitian
ini menggunakan beberapa teori dan konsep yang menjadi dasar dalam penelitian
yaitu etnografi komunikasi, interaksi simbolik, kebudayaan, konstruksi realitas
sosial dan bahasa. Untuk dapat mengkaji elemen-elemen etnografi komunikasi
dalam upacara Chit Ngiat Phan, sehingga akan mendapatkan hasil penelitian
mengenai nilai-nilai budaya dalam tradisi upacara Chit Ngiat Phan, seperti
pemaknaan simbol-simbol yang ada dalam tradisi tersebut.
Paradigma
Konstruktivis
Fenomena:Tradisi Upacara Chit
Ngiat Phan SebagaI Bentuk
Komunikasi Sosial Masyarakat
Bangka
Elemen-elemen Etnografi
komunikasi dalam upacara
hari Rebut.
Konstruksi nilai-nilai budaya
di balik tradisi upacara hari
rebut.
-Kualitatif
-Etnografi Komunikasi
-Teori etnografi
Komunikasi
-Teori Interaksi Simbolik
-Nilai-nilai Solidaritas
-Konsep Kebudayaan
- Komunikasi Sosial
-Konstruksi Realitas Sosial
-Teori Bahasa
Tradisi Upacara..., Mentari Oqtavia, FIKOM UMN, 2015