Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1395/1/Laporan Skripsi(Luciana...
Transcript of Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/1395/1/Laporan Skripsi(Luciana...
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DENGAN
MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS
CONTROL (SPC) PADA PT DUTA INDAH SEJAHTERA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi (S.E.)
Nama : Luciana Senjaya
NIM : 12130110021
Fakultas : Bisnis
Program Studi : Manajemen
UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA
TANGERANG
2017
ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Analisis Pengendalian Kualitas Produk Dengan Menggunakan Metode
Statistical Process Control (SPC) Pada PT Duta Indah Sejahtera
Oleh
Nama : Luciana Senjaya
NIM : 12130110021
Fakultas : Bisnis
Program Studi : Manajemen
Tangerang, 07 Februari 2017
Dewan Penguji
Thomas Dwi Susmantoro, S.T.,M.S.M. Tessa Handra, S.E.,M.T.
Dosen Pembimbing Ketua Program Studi Manajemen
Mohammad Annas, S. Tr. Par., M.M. Dewi Wahyu Handayani, SE., M.M.
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
iii
Lembar Pernyataan Tidak Melakukan Plagiat
Dengan ini saya:
Nama : Luciana Senjaya
NIM : 12130110021
Program Studi : Manajemen
Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Analisis Pengendalian Kualitas Produk
Dengan Menggunakan Metode Statistical Process Control (SPC) Pada PT Duta
Indah Sejahtera” adalah hasil karya ilmiah saya sendiri, bukan plagiat dari karya
ilmiah yang ditulis oleh orang lain. Semua kutipan karya ilmiah orang lain atau
lembaga lain yang dirujuk dalam laporan skripsi ini telah saya sebutkan sumber
kutipannya serta saya cantumkan di Daftar Pustaka.
Tangerang, 10 Februari 2016
Penulis,
Luciana Senjaya
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat
dan Karunia – Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK
DENGAN MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL
(SPC) PADA PT DUTA INDAH SEJAHTERA” dengan baik dan tepat waktu.
Penyusunan skripsi ini dapat selesai dengan baik berkat dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Penulis berterima kasih kepada orang – orang yang
telah mendukung dan membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ninok Leksono selaku Rektor Universitas Multimedia Nusantara.
2. Ibu Dewi Wahyu Handayani, S.E.,M.M. selaku Ketua Program Studi
Manajemen Universitas Multimedia Nusantara.
3. Kedua Orang Tua serta saudara-saudara penulis yang selalu mendukung,
memberikan nasehat dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Praktek Kerja Magang ini dengan baik.
4. Bapak Mohammad Annas, S. Tr. Par., M.M. selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah memberikan arahan dan masukan – masukan kepada
penulis dalam prose penulisan skripsi.
5. Bapak Thomas Dwi Susmantoro, S.T.,M.S.M. selaku ketua sidang yang
telah memberikan masukan dan saran yang bermanfaat bagi penelitian ini.
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
v
6. Ibu Tessa Handra, S.E.,M.T. selaku penguji sidang yang telah memberikan
masukan dan saran yang bermanfaat bagi penelitian ini.
7. Tim Dosen Universitas Multimedia Nusantara yang telah memebrikan ilmu,
pengetahuan dan pengalaman yang positif selama penulis masih menjalani
perkuliahan.
8. Bapak Sartiyono selaku kepala bagian produksi yang memberikan informasi
tentang segala hal yang terkait dengan laporan penulis dibagian produksi.
9. Seluruh pihak karyawan pada PT Duta Indah Sejahtera atas kerjasamanya
selama melaksanakan studi lapangan di perusahaan.
10. Sahabat penulis (Paramita Vanessa, Melawati, Kristiyani Chandra, dan
Santy) yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis
selama 4 setengah tahun ini dalam menjalani perkuliahan dan menyelesikan
tugas akhir kuliah skripsi ini.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penggunanya dan
memberikan kontribusi bagi pendidikan serta perusahaan terkait. penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu penulis
memohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan skripsi ini dan terbukaan
terhadap kritik serta saran yang membangun untuk kemajuan penelitian ini.
Tangerang, 10 Februari 2016
Luciana Senjaya
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
vi
ABSTRAK
Kualitas suatu produk merupakan salah satu hal penting dalam suatu usaha
atau bisnis yang dijalankan. Untuk menghasilkan produk atau jasa yang memiliki
kualitas yang baik maka diperlukan suatu pengendalian kualitas pada proses
operasional perusahaan, hal ini lebih di tetapkan pada bagian proses karena
menjaga proses maka akan mendapatkan hasil yang baik pada dan sesuai dengan
standar yang ada sebelum produk jadi. Oleh karena itu penelitian dilakukan
dengan menggunakan metode pengendalian kualitas dalam melakukan
pengawasan kualitas dan melakukan proses perbaikan pada proses produksi tisu
facial dan handkherchief PT Duta Indah Sejahtera. Metode yang digunakan adalah
diagram kontrol p-chart, diagram sebab akibat atau cause-effect diagram, dan
diagram pareto.
Berdasarkan dari data – data yang telah di kumpulkan dan di analisis dapat
memberi kesimpulan bahwa dari 10 bulan waktu penelitian yang dilakukan
perusahaan PT Duta Indah Sejahtera masih memiliki proses produksi yang berada
di luar batas kendali disebabkan hasil kecacatan produksi yang masih melebihi
standar. Perlunya perbaikan pada proses produksi dapat dilakukan dengan melihat
penyebab – penyebab dari terjadinya kecacatan produk.
Kata Kunci: Statistical Process Control, Pareto, Ishikawa, Cause-effect Diagram,
Pareto, Quality Control
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
vii
ABSTRACT
The quality of a product is one of the important things in a business or
business run. To produce products or services that are of good quality, we need a
process of quality control in the company's operations, it is more in charge in the
process for keeping the process then it will get a good return on and in
accordance with existing standards before the finished product. The study was
therefore conducted using the method of quality control in monitoring quality and
process improvement in the production process of facial tissue and handkherchief
PT Duta Sejahtera Indah. The method used is the control diagram p-chart,
diagram causal or cause-effect diagrams and Pareto diagrams.
Based on the data - data that has been collected and analyzed can give the
conclusion that the 10-month study period by the company PT Duta Indah
Sejahtera still have a production process that are outside the control limits due to
disability results still exceed production standards. The need for improvements in
the production process can be done by looking at the cause - the cause of the
occurrence of product defects.
Keywords: Statistical Process Control, Pareto, Ishikawa, Cause-effect diagrams,
Pareto, Quality Control
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT ............................. iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................................. vi
ABSTRACT ................................................................................................................. vii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 10
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 11
1.4. Pembatasan Masalah .................................................................................... 11
1.5. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 12
1.5.1. Manfaat Teoritis ........................................................................................ 12
1.5.2. Manfaat Manajerial.................................................................................... 12
1.5.3. Manfaat Bagi Penulis ................................................................................ 12
1.6. Sistematika Penulisan Penelitian ................................................................. 13
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................... 15
2.1. Manajemen Operasional .............................................................................. 15
2.2. Manajemen Kualitas .................................................................................... 16
2.2.1. Dimensi Kualitas Untuk Produk Manufaktur ............................................ 18
2.3. Pengendalian Kualitasa ................................................................................ 19
2.3.1. Tujuan dan Manfaat Pengendalian Kualitas .............................................. 21
2.4. Pengertian Statistical Process Control ......................................................... 22
2.5. Peta Kendali ................................................................................................. 25
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
ix
2.6. Diagram Pareto ............................................................................................ 27
2.7. Cause-and-Effect Diagrams ......................................................................... 28
2.8. Penelitian Terdahulu .................................................................................... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................................... 33
3.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................. 33
3.1.1. Profil Perusahaan ....................................................................................... 33
3.1.2. Struktur Organisasi .................................................................................... 35
3.1.3. Jenis – Jenis Produk ................................................................................... 36
3.2 Gambaran Objek Penelitian ......................................................................... 40
3.3 Jenis dan Sumber Data ................................................................................. 42
3.4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 44
3.5 Teknik Analisis Data.................................................................................... 49
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 54
4.1 Pengumpulan Data ....................................................................................... 54
4.2 Pengolahan Data .......................................................................................... 56
4.2.1. Membuat Diagram Kontrol P-chart ........................................................... 56
4.2.1.1 Diagram Kontrol P-chart untuk Tisu Facial .................................. 56
4.2.1.2. Diagram Kontrol P-chart Untuk Tisu Handkherchief ................... 61
4.2.2. Prioritas Perbaikan Dengan Diagram Pareto ............................................. 65
4.2.2.1. Diagram Pareto Untuk Tisu Facial ..................................................... 65
4.2.2.2. Diagram Pareto Untuk Tisu Handkhercief ......................................... 68
4.2.3. Analisis Cause-and-Effect Diagram .......................................................... 70
4.3 Analisa Hasil ................................................................................................ 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 82
5.1. Kesimpulan .................................................................................................. 82
5.2. Saran ............................................................................................................ 83
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ xiii
LAMPIRAN I Jenis – Jenis Mesin ............................................................................ xvi
LAMPIRAN II Lokasi Penelitian .............................................................................. xxviii
LAMPIRAN III Data – Data Produksi....................................................................... xxxiii
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Kontribusi Industri Pengelolahan Non Migas Terhadap PDB .................. 2
Tabel 1.2. Laju Pertumbuhan Industri Pengelolahan Non Migas (kumulatif) ........... 3
Tabel 1.3. Data Jumlah Produksi dan Jenis Cacat Produk Pada Tisu Facial
Periode Januari 2016 – Oktober 2016 ........................................................................ 8
Tabel 1.4. Data Jumlah Produksi dan Jenis Cacat Produk Pada Tisu Handkhercief
Periode Januari 2016 – Oktober 2016 ........................................................................ 9
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................................. 30
Tabel 3.1. Spesifikasi Jenis – Jenis Produk ............................................................... 36
Tabel 3.2. Jenis dan Sumber Data .............................................................................. 43
Tabel 3.3. Kegiatan Observasi Perusahaan ................................................................ 48
Tabel 4.1. Data Jumlah Produksi dan Jenis Cacat Produk Pada Tisu Facial
Periode Januari 2016 – Oktober 2016 ........................................................................ 54
Tabel 4.2. Data Jumlah Produksi dan Jenis Cacat Produk Pada Tisu Handkhercief
Periode Januari 2016 – Oktober 2016 ........................................................................ 55
Tabel 4.3. Tabel Produksi Tisu Facial ....................................................................... 56
Tabel 4.4. Tabel Perhitungan Persentase Cacat Tisu Facial ...................................... 58
Tabel 4.5. Hasil Perhitungan Persentase Cacat, CL, UCL, dan UCL untuk Produk
Tisu Facial Periode Januari 2016 – Oktober 2016 .................................................... 59
Tabel 4.6. Tabel Produksi Tisu Handkhercief ........................................................... 61
Tabel 4.7. Tabel Perhitungan Persentase Cacat Tisu Handkhercief .......................... 62
Tabel 4.8. Hasil Perhitungan Persentase Cacat, CL, UCL, dan UCL untuk Produk
Tisu Handkhercief Periode Januari 2016 – Oktober 2016 ......................................... 64
Tabel 4.9. Data Jenis Cacat dan Jumlah Cacat Produk Tisu Facial Periode Januari
2016 – Oktober 2016 .................................................................................................. 65
Tabel 4.10. Data Persentase Kumulatif Produk Tisu Facial Periode Januari 2016 –
Oktober 2016 .............................................................................................................. 66
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
xi
Tabel 4.11. Data Jenis Cacat dan Jumlah Cacat Produk Tisu Handkerchief Periode
Januari 2016 – Oktober 2016 ..................................................................................... 68
Tabel 4.12. Data Persentase Kumulatif Produk Tisu Handkerchief Periode Januari
2016 – Oktober 2016 .................................................................................................. 69
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Peta Kendali .......................................................................................... 25
Gambar 2.2. Diagram Pareto ...................................................................................... 28
Gambar 2.3. Cause-and-Effect Diagram .................................................................... 29
Gambar 2.4. Model Cause and Effect Diagram ......................................................... 30
Gambar 3.1. Logo PT Duta Indah Sejahtera .............................................................. 34
Gambar 3.2. Struktur Organisasi ................................................................................ 35
Gambar 3.3. Struktur Organisasi Bagian Produksi .................................................... 36
Gambar 3.4. Flowchart Pembelian Bahan Baku ........................................................ 40
Gambar 3.5. Flowchart Produksi ............................................................................... 41
Gambar 3.6. Flowchart Pengiriman ........................................................................... 42
Gambar 4.1. P-chart Produksi Tisu Facial Periode Januari 2016 – Oktober 2016 .... 60
Gambar 4.2. P-chart Produksi Tisu Handkerchief Periode Januari 2016 – Oktober
2016 ............................................................................................................................ 64
Gambar 4.3. Diagram Pareto Tisu Facial Periode Januari 2016 – Oktober 2016 ..... 67
Gambar 4.4. Diagram Pie Persentase Cacat Tisu Facial Periode Januari 2016 –
Oktober 2016 .............................................................................................................. 67
Gambar 4.5. Diagram Pareto Tisu Handkerchief Periode Januari 2016 – Oktober
2016 ............................................................................................................................ 69
Gambar 4.6. Diagram Pie Persentase Cacat Tisu Handkhercief Januari 2016 –
Oktober 2016 .............................................................................................................. 70
Gambar 4.7. Cause-and-Effect Diagram Terjadinya Jenis Cacat Bentuk Emboss
Tidak Terlihat ............................................................................................................. 71
Gambar 4.8. Cause-and-Effect Diagram Terjadinya Jenis Cacat Potongan .............. 73
Gambar 4.9. Cause-and-Effect Diagram Terjadinya Jenis Cacat Kebersihan ........... 75
Gambar 4.10. Cause-and-Effect Diagram Terjadinya Jenis Cacat Lipatan Tidak
Rata ............................................................................................................................ 77
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kinerja industri manufaktur meningkat sepanjang tahun 2015 dilihat dari
hasil kontribusi yang dicapai terhadap PDB nasional sebesar 18,1 %. Pencapaian
yang diperoleh dari tahun 2015 dinilai meningkat jika dibanding dengan tahun
sebelumnya yang memberikan kontribusi sebesar 17,8 % terhadap PDB nasional.
Sekretaris Jendral Kementrian Perindustrian (kemenperin) Syarif Hidayat
mengatakan bahwa kenaikan tersebut disebabkan oleh turunnya kontribusi dari
beberapa sektor lain seperti minyak dan gas (migas), komoditas perkebunan, dan
pertambangan. Nilai industri manufaktur nasional masih terus mengalami
pertumbuhan dilihat dari hasil Laporan Kinerja Kementrian Perindustrian pada
tahun 2015, disebabkan meningkatnya investasi baik dari investor baru maupun
pelaku usaha yang melakukan ekspansi sehingga ekspor produk manufaktur
meningkat menjadi 70,9% dari total nilai ekspor nasional.
Pada kompas.com juga disampaikan bahwa Badan pusat statistik (BPS)
juga melaporkan produksi industri manufaktur setahun terakhir mengalami
pertumbuhan. Pada industri sedang sebesar 4,08% dan besar, dan pertumbuhan
5,91% untuk industri mikro dan kecil.
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
2
Tabel 1.1. Kontribusi Industri Pengelolahan Non Migas Terhadap PDB
(dalam %)
No. Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014* 2015**
1. Industri Makanan dan Minuman 5,24 5,31 5,14 5,32 5,61
2. Industri Pengolahan Tembakau 0,92 0,92 0,86 0,91 0,94
3. Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 1,38 1,35 1,36 1,32 1,21
4. Industri Kulit, Barang dari Kulit
dan Alas Kaki 0,28 0,25 0,26 0,27 0,27
5.
Industri Kayu, Barang dari Kayu
dan Gabus dan Barang Anyaman
dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya
0,76 0,7 0,7 0,72 0,67
6.
Industri Kertas dan Barang dari
Kertas; Percetakan dan
Reproduksi Media Rekaman
0,96 0,86 0,78 0,8 0,76
7. Industri Kimia, Farmasi dan Obat
Tradisional 1,59 1,67 1,65 1,7 1,81
8. Industri Karet, Barang dari Karet
dan Plastik 0,92 0,89 0,8 0,76 0,74
9. Industri Barang Galian bukan
Logam 0,71 0,73 0,73 0,73 0,72
10. Industri Logam Dasar 0,8 0,75 0,78 0,78 0,78
11.
Industri Barang Logam;
Komputer, Barang Elektronik,
Optik; dan Peralatan Listrik
1,81 1,89 1,95 1,87 1,96
12. Industri Mesin dan Perlengkapan 0,3 0,29 0,27 0,31 0,32
13. Industri Alat Angkutan 1,98 1,93 2,02 1,96 1,91
14. Industri Furnitur 0,28 0,26 0,26 0,27 0,27
15.
Industri Pengolahan Lainnya; Jasa
Reparasi dan Pemasangan Mesin
dan Peralatan
0,2 0,19 0,17 0,18 0,18
Total Industri Pengolahan Non
Migas 18,13 17,99 17,72 17,89 18,18
Sumber: Kementrian Perindustrian, 2015
Keterangan: (*) Angka sementara, (**) Angka sementara
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
3
Tabel 1.2. Laju Pertumbuhan Industri Pengelolahan Non Migas
(dalam%)
No. Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014* 2015**
1. Industri Makanan dan Minuman 10,98 10,33 4,07 9,49 7,54
2. Industri Pengolahan Tembakau -0,23 8,82 -0,27 8,33 6,43
3. Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 6,49 6,04 6,58 1,56 -4,79
4. Industri Kulit, Barang dari Kulit dan
Alas Kaki 10,94 -5,43 5,23 5,62 3,98
5.
Industri Kayu, Barang dari Kayu dan
Gabus dan Barang Anyaman dari
Bambu, Rotan dan Sejenisnya
-2,72 -0,8 6,19 6,12 -1,84
6.
Industri Kertas dan Barang dari
Kertas; Percetakan dan Reproduksi
Media Rekaman
3,89 -2,89 -0,53 3,58 -0,11
7. Industri Kimia, Farmasi dan Obat
Tradisional 8,66 12,78 5,1 4,04 7,36
8. Industri Karet, Barang dari Karet dan
Plastik 2,08 7,56 -1,86 1,16 5,05
9. Industri Barang Galian bukan Logam 7,78 7,91 3,34 2,41 6,18
10. Industri Logam Dasar 13,56 -1,57 11,63 6,01 6,48
11.
Industri Barang Logam; Komputer,
Barang Elektronik, Optik; dan
Peralatan Listrik
8,79 11,64 9,22 2,94 7,83
12. Industri Mesin dan Perlengkapan 8,53 -1,39 -5 8,67 7,49
13. Industri Alat Angkutan 6,37 4,26 14,95 4,01 2,33
14. Industri Furnitur 9,93 -2,15 3,64 3,6 5
15.
Industri Pengolahan Lainnya; Jasa
Reparasi dan Pemasangan Mesin dan
Peralatan
-1,09 -0,38 -0,7 7,65 4,89
Industri Pengolahan Non Migas 7,46 6,98 5,45 5,61 5,04
Produk Domestik Bruto 6,17 6,03 5,58 5,02 4,79
Sumber: Kementrian Perindustrian, 2015
Keterangan: (*) Angka sementara, (**) Angka sementara
Dapat dilihat dari data diatas bahwa pada tahun 2015 angka sementara laju
pertumbuhan pada industri kertas berada pada angka penurunan -0,11%. Hal ini
menyatakan bahwa produsen kertas harus terus meningkatkan penjualan, agar
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
4
industri ini dapat berkembang lagi. Namun angka tersebut tidak menunjukkan
bahwa semua industri kertas sedang mengalami penurunan, bahkan dibeberapa
perusahaan besar perindustrian kertas bahkan menambah kapasitas produksi
dikarenakan banyaknya permintaan konsumen.
Industri tisu dan kertas merupakan suatu industri yang cukup berkembang
karena gaya hidup yang semakin modern menarik banyaknya konsumsi kertas dan
tisu disegala kalangan masyarakat. Hidup yang serba instant membuat masyarakat
juga mengubah kebiasaan hidupnya seperti lebih memilih menggunakan tisu
dibandingkan menggunakan kain untuk membersihkan segala hal. Produsen kertas
dan tisu meyakini bahwa industri tisu dan kertas akan terus berkembang tahun
2016 ini, dalam website finance roll pada tahun 2014 PT Suparman TBK (SPMA)
menambah kapasitas mesin produksi mencapai 25.000 metrik ton (MT) per tahun.
Perseroan juga menyiapkan investasi US $25 juta untuk penambahan kapasitas
mesin tersebut. Penambahan mesin tersebut diharapkan dapat membuat penjualan
jenis tisu dapat meningkat mulai dari awal tahun 2015.
Banyak juga produsen kertas dan tisu yang memperluas pangsa pasarnya
seperti yang disampaikan pada website media Indonesia produsen kertas
berikutnya adalah Asia Pulp and Paper (APP) akan terus memperluas pangsa
pasar global produk mereka. Ekspansi salah satunya menyasar pasar produk tisu
di Jepang. APP ingin mengubah minat konsumen jepang dengan memperbesar
penjualan tisu soft pack dengan jumlah lebih banyak yang akan di ekspor
langsung dari pabrik pulp and paper PT OKI Pulp and Paper Mills, anak
perusahaan APP di Sumatera selatan. Kapasitas produksi pabrik 3,2 juta ton
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
5
pertahun yang ditargetkan akhir tahun 2016. Rata - rata penjualan tisu APP ke
Jepang berkisar 1,8 juta ton pertahun, dengan harga US$2 ribu per ton.
Industri pulp dan kertas bisa tumbuh optimal jika pemerintah serius
mendorong ekspor dan mendorong industri dalam negeri. Banyaknya pengguna
kertas yang dicatat oleh kementrian perindustrian bahwa dari sekitar 70 juta ton
kebutuhan bahan baku waste paper yang dibutuhkan indonesia sebanyak 60% -
70% diperoleh dari hasil impor. Aviliani, pengamat ekonomi, mengatakan bahwa
industri pulp dan paper merupakan salah satu industri yang memiliki potensial
yang bisa diandalkan sebagai pendorong ekspor selain kelapa sawit dan batubara.
Sebab, Indonesia saat ini merupakan salah satu eksportir produk pulp dan kertas
terbesar yang memasok kebutuhan di pasar ASEAN. Pemerintah perlu terus
mendukung industri pulp dan kertas dipasar internasional demi meningkatkan
devisa negara. Pulp dan kertas memiliki potensi dan daya saing yang kuat, namun
industri ini juga memiliki banyak tantangan.
Memilih dengan teliti tisu yang baik dan berkualitas dari pabrik tisu yang
memang berkualitas adalah hal utama yang harus anda lakukan apalagi jika anda
adalah seorang konsumen tisu yang sudah terbiasa memakai tisu dalam
keseharian, misalnya setelah makan memakai tisu untuk membersihkan mulut dan
mengeringkan tangan, dan lain sebagainya. Kualitas sebuah tisu tergantung
kepada pembuatan tisu itu sendiri di sebuah pabrik. Penggunaan tisu juga
berpengaruh terhadap kesehatan pemakai, seperti halnya saat anda sedang bersin
jika tisu yang digunakan bukan terbuat dari kualitas yang baik makan akan
membuat kesehatan menjadi lebih buruk karena terhirup serat - serat yang
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
6
bertebaran pada tiap lembaran tisu. Oleh sebab itu anda harus pintar dalam
memilih tisu yang baik dan berkualitas dari pabrik tisu yang memang sudah
dipercaya memproduksi tisu dari bahan - bahan berkualitas.
Sesuai dengan data – data diatas bahwa industri tisu dan kertas akan terus
mengalami peningkatan karena banyaknya pengguna kertas dan tisu bahkan bubur
kertas juga digunakan sebagai bahan baku kemasan – kemasan produk
manufaktur. Banyaknya produsen kertas dan tisu yang menambah kapasitas mesin
dikerenakan ingin memeperluas bidang ushanya hingga ekspor dan impor, salah
satunya produsen tisu dan kertas Asia Pulp and Papper (APP) yang terus mengejar
pangsa pasar di Jepang.
Banyaknya industri makanan yang juga menjadi salah satu dampak yang
cukup mempengaruhi penggunanan tisu, sebab disetiap tempat makan pasti
menyediakan tisu untuk membersihkan mulut dan para konsumen yang datang
jika ingin membersihkan kotoran kecil pada meja pasti menggunakan tisu.
Untuk menembus pangsa pasar global perusahaan harus mampu memiliki
daya saing yang kuat dengan kompetitor bisnisnya. Kualitas suatu produk menjadi
modal utama bagi suatu produk agar dapat dipercaya oleh konsumen. Oleh karena
itu, perusahaan harus melakukan pengendalian kualitas secara terus menerus agar
konsumen tidak merasa dikecewakan oleh produk yang dihasilkan. Bicara tentang
kualitas menurut Dale H. Besterfield biasanya kita berfikir dalam hal produk yang
sangat baik atau pelayanan yang memenuhi atau melebihi harapan kita.
Pengendalian kualitas itu sendiri merupakan penggunaan teknik dan
kegiatan untuk mencapai, mempertahankan, dan meningkatkan kualitas produk
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
7
atau jasa. Pengawasan terhadap produk sebelum sampai ke tangan konsumen
adalah hal yang yang penting, maka quality control harus mampu memastikan
semua produknya berkualitas. Menurut Konjen Umar salah satu hal yang perlu di
perhatikan untuk menembus usaha international terutama di Amerika Serikat
adalah menghasilkan produk yang berkualitas sehingga dapat meningkatkan pasar
yang kompetitif dan juga keaktifan untuk mencapai standar yang harus dipenuhi.
Quality control tidak hanya dilakukan pada tahap finishing pada produk
melainkan juga saat bahan baku datang, proses produksi, sampai produk akhir dan
disesuaikan dengan standar yang berlaku. Jika bahan baku yang datang tidak
sesuai dengan standard kualitas perusahaan maka produk yang dihasilkan juga
tidak berkualitas dan dapat menyebabkan kerugian yang cukup mempengaruhi
profit perusahaan.
PT Duta Indah Sejahtera adalah salah satu perusahaan yang bergerak
dibidang Converting Tisu yang merupakan salah satu Perusahaan di Duta Indah
Group. PT Duta Indah Sejahtera memiliki lokasi pabrik dan kantor di Jalan Dipati
Unus No 168, Cibodas Besar, Cibodas, Kota Tangerang Banten. Perusahaan
converting tisu ini memiliki distribusi yang cukup luas, produk-produk tisu yang
dihasilkan banyak di distribusikan ke luar kota, luar pulau dan supermarket. Oleh
karena itu kualitas adalah salah satu faktor penting bagi PT Duta Indah Sejahtera
untuk menjaga loyalitas konsumen dan daya saing mereka. Dengan adanya
distribusi yang cukup besar makan PT Duta Indah Sejahtera mempunyai standar
kualitas pada produksinya.
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
8
PT Duta Indah Sejahtera memproduksi beberapa macam tisu berupa tisu
facial, napkin, toilet, handkhercief, cocktail napkin,dan hand towel. Banyaknya
jenis produk tisu yang diproduksi oleh perusahan membuat para staff kurang
menjaga kualitas pada produk baik dari saat bahan baku datang, proses produksi
hingga output yang dihasilkan. Menurut wawancara yang telah lakukan pada
kepala bagian produksi dan general manager pada PT Duta Indah Sejahtera masih
banyak kecacatan produk yang dihasilkan setiap bulannya. Data jumlah produksi
dan jenis cacat produk tisu facial dan handkerchief bulan januari 2016 sampai
oktober 2016 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.3. Data Jumlah Produksi dan Jenis Cacat Produk Pada Tisu Facial
Periode Januari 2016 - Oktober 2016
Bulan
Spesifikasi Jenis Cacat Total Cacat (kg)
Jumlah Produksi
(kg)
Bentuk Emboss
(kg)
Potongan (kg)
Kebersihan (kg)
Lipatan (kg)
Jan-16 178,1 453,8 133,3 300,8 1066 45.157,3
Feb-16 111,9 305,6 188,3 314,7 920,5 33.490,0
Mar-16 97,3 153,6 62,2 195,6 508,7 20.896,6
Apr-16 108,7 201,4 202,1 122,4 634,6 19.137,4
Mei-16 99,7 177,2 100,1 169,1 546,1 19.996,6
Jun-16 93,2 276,3 234,3 118,3 722,1 28.504,0
Jul-16 104,1 115,5 183 79,4 482 13.629,0
Agt-16 176,1 202,9 243,1 256,1 878,2 28.153,0
Sep-16 115,8 134,6 151,4 73,9 475,7 20.900,0
Okt-16 163,5 152,9 122,9 95,8 535,1 20.174,3
Total 1248,4 2173,8 1620,7 1726,1 6769 250.038,2
Sumber: PT Duta Indah Sejahtera (2016)
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
9
Tabel 1.4. Data Jumlah Produksi dan Jenis Cacat Produk Pada Tisu
Handkhercief Periode Januari 2016 – Oktober 2016
Bulan
Spesifikasi Jenis Cacat Total Cacat (kg)
Jumlah Produksi
(kg)
Bentuk Emboss
(kg)
Potongan (kg)
Kebersihan (kg)
Lipatan (kg)
Jan-16 20,9 26,8 15,2 25,3 88,2 2.852,4
Feb-16 9,1 5,4 6,6 8,6 29,7 1.276,6
Mar-16 17,5 20,1 20,2 37,6 95,4 3.171,8
Apr-16 31,3 18,2 34,9 29,1 113,5 3.947,9
Mei-16 18,9 24,7 30,3 12,2 86,1 3.396,6
Jun-16 14,7 15,5 9 11,5 50,7 1.838,0
Jul-16 4,3 5,8 7,4 16,7 34,2 1.874,0
Agt-16 38,1 48,4 59,1 32,7 178,3 4.207,0
Sep-16 15,8 8,9 4,5 15,8 45 2.037,9
Okt-16 27,4 26,7 22,1 22,3 98,5 3.622,8
Total 198 200,5 209,3 211,8 819,6 28.225,0
Sumber: PT Duta Indah Sejahtera (2016)
Dari tabel diatas terlihat bahwa PT Duta Indah Sejahtera memiliki 2 jenis
produk yang menghasilkan banyak produk yang cacat atau dengan beberapa jenis
kecacatan. Perusahaan menerapkan standar toleransi tingkat kecacatan produk
sebesar 2,5%, sedangkan tisu facial dan handkhercief menghasilkan produk cacat
yang melebihi standar maksimal yang telah ditetapkan oleh perusahaan yaitu
sebesar 2,7%. Maka penulis mengusulkan agar PT Duta Indah menggunakan
metode lain untuk memperbaiki standar kualitas yang dihasilkan agar dapat
meminimalkan tingkat produk cacat yang akan dihasilkan. Metode statistical
process control (SPC) adalah salah satu metode yang digunakan untuk
memecahkan masalah yang ada pada perusahaan. Statistical process control
digunakan untuk memonitor standar dengan mengambil pengukuran dan tindakan
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
10
korektif sebagai produk atau jasa yang diproduksi. Statistical process control
adalah teknik statistik yang banyak digunakan untuk memastikan bahwa proses
memenuhi standar.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan suatu penelitian pada PT
Duta Indah Sejahtera mengenai metode Statistical Process Control (SPC) untuk
meminimalkan produk cacat yang akan dihasilkan. Dengan ini penulis mengambil
judul “ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DENGAN
MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC)
PADA PT DUTA INDAH SEJAHTERA”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
beberapa pokok permasalahan penelitian, sebagai berikut:
1. Apakah pelaksanaan pengendalian kualitas pada PT Duta Indah
Sejahtera dalam batas kendali?
2. Faktor – Faktor apa saja yang menyebabkan kerusakan/kecacatan
pada produk yang di produksi oleh PT Duta Indah Sejahtera?
3. Bagaimana penetapan SPC (Statistical Process Control ) pada PT
Duta Indah Sejahtera?
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
11
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
penulis menetapkan tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis bagaimana pelaksanaan pengendalian kualitas
pada PT Duta Indah Sejahtera dalam upaya menekan jumlah produk
cacat.
2. Mengindentifikasi faktor – faktor apa saja yang menyebabkan
kerusakan/cacat pada produk yang di produksi oleh PT Duta Indah
Sejahtera.
3. Untuk mengetahui penerapan SPC (Statistical Process Control) pada
PT Duta Indah Sejahtera.
1.4. Pembatasan Masalah
Untuk mempermudah penelitian dan lebih fokus pada tujuan penelitian
maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian, sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan pada perusahaan PT Duta Indah Sejahtera
Jalan Dipati Unus No 168, Cibodas Besar, Kota Tangerang
Banten. Penelitian dilakukan khususnya pada bagian produksi dan
quality control.
2. Data penelitian diambil dari hasil proses produksi dan tingkat
kecacatan produk yang dihasilkan pada produk facial dan
handkherchief.
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
12
3. Penelitian ini dibatasi pada akses data produksi dan quality control
dikarenakan penulis tidak bisa didapat data secara keseluruhan
pada bidang lain.
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.5.1 Manfaat Teoritis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kemajuan
ilmu pengetahuan khususnya berkaitan dengan bidang Manajemen operasional
berkaitan dengan pengendalian mutu yang efektif.
1.5.2 Manfaat Manajerial
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan positif dan
membangun serta saran yang berguna bagi perusahaan. Khususnya pada bagian
pengendalian mutu perusahaan agar mampu meminimalkan produk cacat.
1.5.3 Manfaat Bagi Penulis
Dengan adanya penelitian ini, peneliti dapat belajar bagaimana
mengidentifikasi dan menganalisis suatu masalah. Selain itu, penelitian ini juga
diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dalam bidang
Manajemen Operasi serta dapat mengaplikasikan teori yang telah diperoleh
selama perkuliahan, khususnya yang berkaitan dengan pengendalian kualitas.
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
13
1.6. Sistematika Penulisan Penelitian
Penelitian yang penulis terjemahkan ke dalam tulisan ini akan dibahas
dalam lima bab. Setiap bab memiliki keterkaitan antara satu dengan lainnya.
Tulisan ini sudah tersusun sesuai dengan metode dan sistematika penulisan
penelitian skripsi sehingga para pembaca mampu mengerti maksud dan tujuan
dari tulisan ini. Adapun sistematika penulisan penelitian skripsi ini adalah sebagai
berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang latar belakang dari
penelitian ini yang sekiranya perlu untuk di teliti secara lebih mendalam yang
kemudian dirumuskan kedalam bentuk pertanyaan untuk dapat diteliti lebih jelas,
tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini dan kepada siapa penelitian ini
ditujukan, serta sistematika penulisan penelitian.
BAB II : LANDASAN TEORI
Pada bab ini peneliti menguraikan semua teori–teori yang berhubungan
langsung dengan penelitian ini berdasarkan para ahli dan juga penelitian–
penelitian terdahulu yang relevan dengan masalah penelitian.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini peneliti sekilas menjelaskan tentang sejarah dari perusahaan
objek yang diteliti, jenis data yang digunakan sebagai sumber bahan penelitian,
dan teknik yang digunakan dalam pengumpulannya.
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
14
BAB IV : ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang intisari dari keseluruhan penelitian yang
dilakukan. Disini peneliti menguraikan hasil penelitian yang mencakup gambaran
penelitian secara keseluruhan, dengan menjawab masalah yang ada.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini peneliti menyimpulkan hasil akhir bedasarkan dari penelitian ini
yang dibahas pada bab sebelumnya dan saran bagi objek penelitian maupun
penelitian selatjutnya.
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
15
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Manajemen Operasional
Menurut Heizer dan Render pada buku berjudul Principles of Operations
Management (2011:36) mengatakan bahwa Operations Management (OM) is
activities that related to the creation of goods and service through the
transformation of input to output. Dari uraian diatas dapat diartikan bahwa
manajemen operasi adalah kegiatan yang berhubungan dengan penciptaan barang
dan jasa melalui transformasi input ke output.
Sedangkan menurut Reid dan Sanders (2007:3) menyatakan bahwa
Operations Management the business function responsible for planning,
coordinating, and controlling the resources needed to produce a company’s
goods and service. Artinya, manajeman operasi merupakan bagian dari bisnis
yang bertanggung jawab untuk perencanaan, koordinasi, dan pengendalian sumber
daya yang dibutuhkan untuk menghasilkan barang dan jasa dari suatu perusahaan.
Menurut Evans dan collier pada buku yang berjudul Operations
Management An Integrated Goods And Service Approach (2007:5) mengatakan
bahwa Operations Management (OM) is the science and art of ensuring that
goods and services are created and delivered successfully to customers. Artinya,
manajemen operasi adalah ilmu dan seni untuk memastikan bahwa barang dan
jasa diciptakan dan berhasil dikirim ke konsumen.
Menurut Schermerhorn pada buku yang berjudul Introduction to
Management (2010:484) menyatakan bahwa Operations Management is the
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
16
process of managing productive systems that transform resources into finished
product. Artinya, proses mengelolah sistem produktif yang mengubah sumber
daya menjadi barang jadi.
2.2. Manajemen Kualitas
Menurut Evans dan Coiller (2007:631) Quality Management refers to
systematic policies, methods, and procedures used to ensure that goods and
service are procedure with appropriate levels of quality to meet the needs of
customers. Artinya, manajemen kualitas atau manajemen mutu mengacu pada
kebijakan yang sistematis, metode, dan prosedur yang digunakan untuk
memastikan bahwa barang dan jasa yang diproduksi dengan tingkat yang tepat
dari kualitas untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
Menurut Besterfield (1998:3) pada buku Quality Control, Total Quality
Management (TQM) is defined as both a philosophy and a set of guiding
principles that represent the foundation of a continuously improving organization.
Artinya, total quality management didefinisikan sebagai suatu filosofi dan satu set
prinsip yang mewakili dasar dari sebuah organisasi untuk terus menerus
meningkat.
Menurut Heizer dan Render pada buku Principles of Operations
Management (2011:226) mengatakan bahwa total quality management (TQM)
management of an entire organization so that it excels in all aspects of products
and service that are important to the customer. Dari uraian diatas dapat diartikan
bahwa total quality management adalah pengelolaan seluruh organisasi sehingga
menjadi unggul dalam semua aspek produk dan pelayanan yang penting bagi
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
17
pelanggan. Suatu studi menemukan bahwa perusahaan dengan kualitas terbaik,
lima kali akan lebih produktif (yang diukur berdasarkan unit yang diproduksi per
jam tenaga kerja). Ketika implikasi biaya jangka panjang organisasi dan potensi
peningkatan penjualan dianggap total biaya mungkin menjadi minimal ketika
100% dari barang atau jasa yang dihasilkan dengan sempurna dan bebas dari
cacat.
Menurut Besterfield (1998:458) TQM requires six basic concepts. Artinya
TQM membutuhkan 6 konsep dasar, seperti disebutkan bahwa:
1. A committed and involved management to provide long-term top-to
bottom organizational support. Artinya, sebuah manajemen
berkomitmen dan terlibat untuk memberikan dukungan organisasi
secara jangka panjang.
2. An unwavering focus on the customer, both internally and
externally. Artinya, fokus pada pelanggan, baik internal maupun
eksternal.
3. Effective involvement and utilization of the entire work force.
Artinya, keterlibatan yang efektif dan pemanfaatan seluruh tenaga
kerja.
4. Continuous improvement of the business and production processes.
Artinya, perbaikan terus-menerus dari proses bisnis dan produksi.
5. Treating suppliers as partners. Artinya, menjadikan pemasok
sebagai rekan bisnis.
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
18
6. Establishing performance measures for the processes. Artinya,
membentuk pengukuran kinerja untuk proses.
2.2.1. Dimensi Kualitas Untuk Produk Manufaktur
Menurut Russell dan Taylor (2009:53) pada buku Operations Management
along the supply chain pada produk manufaktur dimensi kualitas yang
diharapkan konsumen sebagai berikut:
1. Performance (kinerja): The basic operating characteristics of a
product; for example, how well a car handles or its gas mileage.
Dapat di artikan bahwa kinerja merupakan karakteristik dasar
operasi dari suatu produk, sebagai contoh; seberapa baik
menangani mobil atau jarak tempuh dari gasnya.
2. Features: The extra items added to the basic features, such as a
stereo CD or a leather interior in car. Dapat diartikan bahwa fitur
berupa karakteristik tambahan, seperti interior kulit dalam mobil.
3. Realibility: The probability that a product will operate properly
within an expected time frame;that is, a TV will work without
repair for about seven years. Dapat diartikan bahwa kehandalan
adalah probabilitas bahwa suatu produk akan beroperasi dengan
baik dalam jangka waktu yang diharapkan, contohnya; sebuah TV
akan bekerja tanpa perbaikan sekitar 7 tahun.
4. Conformance: The degree to wich a product meet preestablished
standards. Dapat diartikan bahwa Conformance adalah tingkat
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
19
dimana suatu produk memenuhi standar yang telah ditetapkan
sebelumnya.
5. Durability: How long the product lasts. Dapat diartikan bahwa
daya tahan adalah seberapa lama produk dapat terus digunakan.
6. Serviceability: The ease of getting repairs, the speed of repairs,
and the courtesy and competence of the repair person. Dapat
diartikan bahwa kemampuan melayani adalah kemudahan dalam
mendapatkan perbaikan, kecepatan perbaikan dan kompetensi dari
orang yang mengerjakan perbaikan.
7. Aesthetics: How a product looks, feels, sounds, smells, or tastes.
Dapat diartikan bahwa estetika adalah bagaimana suatu produk itu
dilihat, dirasakan, suara, aroma atau rasanya.
8. Safety: Assurance that the customer will not suffer injury or harm
from a product. Yang dapat diartikan keamanan adalah jaminan
bahwa pelanggan terbebas akan cedera atau bahaya dari produk
9. Other perception: Subjective perceptions based on brand name,
advertising, and the like. Dapat diartikan bahwa persepsi lainnya
berupa persepsi subjektif berdasarkan nama merek, iklan, dan
sejenisnya.
2.3. Pengendalian Kualitas
Menurut Besterfield (1998:2) pada buku yang berjudul Quality Control,
Quality Control is the use of techniques and activities to achieve, sustain, and
improve the quality of a product or service. Dapat diartikan bahwa Pengendalian
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
20
kualitas adalah penggunaan teknik dan kegiatan untuk mencapai,
mempertahankan, dan meningkatkan kualitas produk dan jasa.
Sedangkan menurut Mitra (2008:11) pada buku yang berjudul
Fundamentals of Quality Control and Improvement, Quality control may
generally be defined as a system that maintains a desired level of quality, through
feedback on product/service characteristics and implementation of remedial
actions, in case of a deviation of such characteristics from a specified standard.
Artinya, pengendalian kualitas secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu
sistem yang mempertahankan tingkat yang diinginkan kualitas, melalui umpan
balik dari karakteristik produk atau jasa dan pelaksanaan tingkat perbaikan, dalam
kasus ada penyimpangan karakteristik dari standar yang ditetapkan.
Awaj, Singh, dan Amedie (2013) pada jurnal yang berjudul Quality
improvement using statistical process control tools in glass bottles manufacturing
company mengatakan bahwa, Quality is a concept whose definition has changed
overtime. In the past, quality meant “confermance to valid customer
requirements”. That is, as long as an output fell within acceptable limits, called
specification limits, around a desired value, called the nominal value, or target
value, its was deemed conforming, good, or acceptable. We refer to this as the
“goalpost” definition of quality (Deming,1950). Berdasarkan uraian diatas dapat
diartikan bahwa kualitas adalah sebuah konsep yang definisinya telah berubah
overtime. Dimasa lalu, menurut Deming (1950) manyatakan bahwa kualitas
berarti “ confermance dengan kebutuhan pelanggan yang valid”. Artinya, selama
output berada dalam batas yang bisa diterima yang dimaksud batas spesifikasi,
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
21
berada dalam nilai yang diinginkan, yang disebut sebagai nilai nominal atau nilai
target, dianggap sesuai, baik atau diterima. Kita lihat itu sebagai “tiang gawang”
itu merupakan definisi kualitas.
2.3.1. Tujuan dan Manfaat Pengendalian Kualitas
Menurut Evans dan Coiller (2007:684) the task of quality control is to
ensure that a good or service conforms to specifications and meets customer
requirements by monitoring an measuring processes and making any necessary
adjustments to maintain a specified level of performance. Dapat diartikan bahwa
tujuan pengendalian kualitas adalah untuk memastikan bahwa layanan yang baik
atau sesuai dengan spesifikasi dan memenuhi kebutuhan pelanggan dengan
memantau dan proses pengukuran dan membuat penyesuaian yang diperlukan
untuk mempertahankan tingkat tertentu.
Menurut Russell dan Taylor (2009:60) ada 7 alat terkenal untuk
mengidentifikasi masalah kualitas dan penyebabnya, yaitu sebagai berikut:
1. Process flow chart
2. Cause-and-effect diagrams or fishbone diagram
3. Check sheets
4. Histograms
5. Pareto analysis
6. Scatter diagrams
7. Process control charts
Deming,1981 ( dalam Ogbari dan Borishade, 2015) mengatakan bahwa
also attested to the benefits of better quality through improvement of the process
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
22
are not just better quality and the long range improvement of market-position, but
also greater productivity and profit. Improvement of the process increases
uniformity of output of product, reduce mistakes, and reduces waste of manpower,
machine-time, and materials. Artinya Deming juga dibuktikan manfaat kualitas
yang lebih baik melalui perbaikan proses yang tidak hanya lebih baik kualitas
melainkan dengan jangka panjang untuk market position, dan juga menghasilkan
produktivitas dan keuntungan yang lebih besar. Proses perbaikan meningkatkan
kinerja kerja, waktu kerja mesin, dan bahan baku. Juran (2001) mengatakan
bahwa the benefits and goals of total quality are lower cost, higher revenues,
delighted customers, and empowered employees. Artinya manfaat dan tujuan dari
total quality adalah biaya yang lebih rendah, lebih tinggi pendapatan, kepuasan
pelanggan, dan pemberdayaan karyawan.
2.4. Pengertian Statistical Process Control
Menurut Heizer dan Render (2011:250) statistical process control a
prosess used to monitor standards by talking measurement and corrective action
as a product or service is being produced. Dapat diartikan bahwa pengendalian
proses statistikal adalah sebuah proses yang digunakan untuk memonitor standar
dengan mengambil pengukuran atau tindakan korektif sebagai produk atau jasa
yang diproduksi.
Dan menurut Jacobs dan Chase (2014:324) Statistical Process Control
techniques for testing a random of output from a process to determine whether the
process is producing items within a prescribed range. Artinya, statistical process
control adalah teknik untuk menguji sampel acak output dari suatu proses untuk
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
23
menentukan apakah proses ini memproduksi barang-barang dalam kisaran yang
ditentukan.
Sedangkan menurut Evans dan Collier (2007:691) Statistical Process
Control (SPC) is a methodology for monitoring quality of manufacturing and
service delivery processes to help identify and eliminate unwanted causes of
variation. Artinya, Statistical Process Control merupakan suatu metodologi untuk
memantau kualitas proses manufaktur dan pelayanan untuk membantu
mengidentifikasi dan menghilangkan penyebab yang tidak diinginkan dari variasi.
Menurut Reid dan Sanders (2007:173) Statistical Process Control a
statistical tool that involves inspecting a random sample of the output from a
process and deciding whether the process is producing products with
characteristics that fall within a predetermined range. Artinya, Statistical Process
Control merupakan sebuah alat statistik yang melibatkan pemeriksaan sampel
output secara acak dari sebuah proses dan memutuskan apakah proses ini
menghasilkan produk dengan karakteristik yang jatuh dalam kisaran yeng telah
ditentukan.
Tidak jauh berbeda dengan beberapa pengertian statistical process control
sebelumnya, menurut Russell dan Taylor (2009:104) statistical process control
involves monitoring the production process to detect and prevent poor quality.
Dapat diartikan bahwa statistical process control adalah pemantauan proses
produksi untuk mendeteksi dan mencegah kualitas yang buruk. Proses kontrol
dicapai dengan pengambilan sampel periodik dari proses dan merencanakan titik-
titik sampel pada grafik, untuk melihat apakah proses berada dalam batas kendali
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
24
statistik. Jika titik sampel berada diluar batas , proses mungkin berada diluar
kendali dan penyebabnya dicari sehingga masalah dapat diperbaiki. Jika sampel
berada dalam batas kontrol maka proses dilanjutkan dengan tetap adanya
pemantauan, dengan cara ini SPC mencegah masalah kualitas dengan
memperbaiki proses sebelum menghasilkan produk yang cacat.
Menurut Benton (1991) dan Talbot (2003) (dalam Awaj, Singh dan
Amedie) pada jurnal yang berjudul quality improvement using statistical process
control tools in glass bottles manufacturing company menyatakan bahwa “ the
advantages of implementing SPC could be categories into the following
categories, viz., maintain a desired degree of conformance to design, increase
product quality, eliminate any unnecessary quality checks, reduce the percentage
of defective parts purchased from vendors, reduce returns from customers, reduce
scrap and rework rates, provide evidence of quality, enable trends to be spotted,
ability to reduce cost and lead times”. Dari uraian diatas dapat diartikan bahwa
keuntungan dari menerapkan SPC bisa menjadi kategori ke kategori berikutnya
lagi, yaitu mempertahankan tingkat yang diinginkan sesuai desain, meningkatkan
kualitas produk, menghilangkan produk yang tidak perlu di cek, mengurangi
persentase cacat dari produk yang dibeli dari vendor, mengurangi tingkat
pengembalian atau return dari pelanggan, mengurangi pembatalan dan
pengulangan kerja, memberikan bukti kualitas, mengaktifkan untuk melihat tren,
kemampuan untuk mengurangi biaya dan lead time.
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
25
2.5. Peta Kendali
Menurut Heizer dan Render (2011:250) Control Chart a graphical
presentation of process data over time. Dapat diartikan bahwa peta kendali atau
diagram kontrol merupakan sebuah presentasi grafik dari data proses dari waktu
ke waktu.
Sedangkan menurut Russell dan Taylor (2009:107) Control Chart a graph
that establishes the control limits of process. Penulis mengartikan bahwa peta
kendali merupakan grafik yang menetapkan batas kontrol dari sebuah proses.
Batas kontrol itu sendiri adalah berupa batas bawah dan batas atas dari peta
kendali.
Sumber: Heizer & Render (2011)
Gambar 2.1. Peta Kendali
Diagram kontrol dibedakan menjadi 2 kategori, ada data yang bersifat
atribut dan ada data yang bersifat variabel (Russel dan Taylor, 2009:107).
1. Diagram kontrol untuk atribut ( control charts for attributes)
Attribute control charts are discrete values reflecting a simple desicion
criterion such as god or bad. Yang dapat diartikan bahwa Diagram kontrol
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
26
atribut merupakan nilai-nilai diskrit yang mencerminkan kriteria
keputusan sederhana seperti baik atau buruk. Jenis diagram kontrol untuk
atribut adalah sebagai berikut:
a) P-chart uses the proportion defective in a sample. Dapat diartikan
bahwa P-chart merupakan diagram kontrol yang menggunakan
proporsi cacat dalam sampel.
b) C-chart uses the number of defective items in a sample. Dapat
diartikan bahwa C-chart merupakan diagram kontrol menggunakan
jumlah barang cacat dalam sampel.
2. Diagram kontrol untuk variabel (control charts for variables)
Variable control charts are used for continous variables that can be
measured, such as weight or volume. Dapat diartikan bahwa Diagram
kontrol variabel merupakan peta kendali variabel yang digunakan untuk
variabel terus menerus yang dapat diukur seperti berat atau volume. Jenis
diagram kontrol variabel adalah sebagai berikut:
a) Range (R) chart uses the amount of dispersion in a sample. Dapat
diartikan bahwa R-chart adalah diagram kontrol yang
menggunakan jumlah dispersi dalam sampel. Sedangkan menurut
Heizer dan Render (2011:252) R-chart a control chart that tracks
the “range” within a sample; it indicates that a gain or loss in
uniformity has occurred in dispersion of a production process.
Yang dapat diartikan bahwa R-chart merupakan sebuah peta
kendali yang melacak range dalam sampel, itu menunjukkan bahwa
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
27
keuntungan atau kerugian pada keseragaman telah terjadi dalam
dispersi dari suatu proses produksi.
b) Mean (X) chart uses the process average of a sample. Dapat
diartikan bahwa X-chart adalah diagram kontrol yang menggunkan
rata-rata proses sampel.
2.6. Pengertian Diagram Pareto
Menurut Besterfield (1998:16) A Pareto diagram is graph that ranks data
classifications in descending order from left to right, the data classifications are
types of field failures. Other possible data classifications are problems, causes,
types of nonconformities, and so forth. Pareto diagram are used to identify the
most important problems. Usually, 80% of the total result from 20% of the items.
Artinya, diagram pareto adalah grafik yang menempati urutan klasifikasi dalam
urutan dari kiri ke kanan, klasifikasi data berupa jenis kegagalan pada lapangan.
Klasifikasi data lain yang mungkin adalah masalah, penyebab, jenis
ketidaksesuaian, dan sebagainya. Diagram pareto digunakan untuk
mengidentifikasi masalah yang paling penting. Biasanya, 80% dari hasil diperoleh
dari kontribusi 20% items.
Menurut Russell dan Taylor pada buku berjudul Operatons Management
along the supply chain (2009:62) pareto analysis is a method of indentifying the
cause of poor quality. Dapat diartikan bahwa analisis pareto adalah metode untuk
mengidentifikasi penyebab rendahnya kualitas. Menurut Grant dan Leavenworth
(2000) dalam jurnal yang quality tools to reduce crankshaft forging defects: an
industrial case study menyatakan bahwa “ pareto diagram helps to separate out
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
28
the vital few from the trivial many to decide which of the defect to work out first”.
Artinya, diagram pareto membantu memisahkan beberapa hal penting dari
banyaknya hal sepele untuk memutuskan mana yang akan dikerjakan pertama dari
kategori cacat.
Sumber: Heizer & Render (2011)
Gambar 2.2. Diagram Pareto
2.7. Pengertian Cause-and-Effect Diagrams
Menurut Besterfield (1998:22) a cause-and-effect (C&E) diagram is a
picture composed of lines and symbols designed to represent a meaningful
relationship between an effect and its causes. It was developed by Dr. Kaoru
Ishikawa in 1943 and is sometimes referred to as an Ishikawa diagram. Artinya,
diagram sebab akibat adalah gambar yang terdiri dari garis dan simbol yang
dirancang untuk mewakili hubungan antara sebab akibat. Ini dikembangkan oleh
Dr. Kaoru Ishikawa pada tahun 1943 dan kadang-kadang disebut sebagai diagram
Ishikawa.
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
29
Menurut Heizer dan Render pada buku yang berjudul Principles of
Operations Management (2011:233) cause-and-effect diagram or a fish-bone
chart a schematic technique used to discover possible locations of quality
problems. Dapat diartikan bahwa diagram sebab akibat atau grafik tulang ikan
merupakan teknik skema yang digunakan untuk menemukan lokasi yang tepat
dari masalah kualitas.
Menurut Besterfield (1998:23) menyatakan bahwa Once cause-effect
diagram is complete, it must be evaluated to determine the most likely cause. This
activity is accomplished in a separate session. Artinya setelah cause-effect
diagram selesai maka harus dievaluasi untuk menentukan penyebab yang paling
tepat. Kegiatan ini dilakukan secara terpisah.
Sumber: Dale H. Besterfield (1998)
Gambar 2.3. Causes-and-Effect diagram
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
31
2
Ali Mostafaeipour,
Ahmad Sedaghat,
Ali Hazrati, &
Mohammadali
Vahdatzad
The use of
statistical
process control
technique in the
ceramic tile
manufacturing:
a case study
2012
Spc bagus dalam pengumpulan data, dan
pareto menjadi prinsip yang dapat
diterapkan untuk mengatasi masalah
sistem secara tepat. Pengambilan sampel
cacat yang digunakan untuk
penghitungan statistik sehingga
menghasilkan faktor-faktor yang
menyebabkan kegagalan produk. Sampel
yang diambil sebanyak 588 sampel, jenis
kecacatan produk yaitu;retak 60,9% ,
patah 9,9% , cetakan cacat 9,4% , rusak
pada tepi 8%, cacat bagian bawah 5,4%,
warna gelap 3,9%, lain-lain 2,6%.
Prinsip pareto benar karena 61% masalah
terjadi hanya karena 1 faktor yaitu retak.
3 Rupa Mahanti &
James R. Evans
Critical success
factors for
implementing
statistical
process control
in the software
industry
2012
Keterlibatan manajemen merupakan
faktor utama keberhasilan pelaksanaan
SPC. Pengumpulan data dan prosedur
pengukuran harus ditetapkan dengan
baik. Kegunaan peta kendali untuk
menguji efektivitas mengukur dan
menyimpulkan bahwa prinsip-prinsip
SPC dapat bermanfaat untuk organisasi.
4
Yonatan Mengesha
Awaj, Ajit Pal Singh
& Wassihun Yimer
Amedie
Quality
improvement
using statistical
process control
tools in glass
bottles
manufacturing
company
2013
Memalui SPC teknik jadi lebih efisien
untuk meminimalkan atau mengurangi
masalah yang terjadi. Quality control
chart merupakan teknik statistik yang
efektif untuk mencari kesulitan atau
variasi waktu karena penyebab khusus.
Pelaksanaan SPC di perusahaan
diharapkan untuk meningkatkan proses
dan mengurangi variabilitas atau limbah,
karena tidak mungkin untuk sepenuhnya
menghilangkan variabilitas.
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
30
Gambar 2.4. Model Cause and Effect Diagram
2.1. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul
Penelitian Tahun Temuan Inti
1 Jukka Rantamaki,
Eeva-LiisaTianinen,
& Tuomo Kassi
A case of
implementing
SPC in a pulp
mill
2013
Six sigma DMIC kontrol proses sangat
penting untuk menjaga perbaikan. Peta
kendali juga menjadi salah satu alat yang
bisa digunakan dalam mengukur dan fase
kontrol. Kendala keberhasilan SPC
adalah variabilitas pengukuran. Jumlah
penyebab khusus terjadinya kecacatan
produk menurun selama penggunaan
SPC.
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
32
5 Jafri Mohd. Rohani
& Chan Kok Teng
Improving
quality with
basic statistical
process control
(SPC) tools: A
case study
2001
Dari ketujuh alat kualitas yang ada yang
paling sering digunakan adalah grafik
kontrol. Diagram kontrol atribut yang
dirancang untuk mengontrol proses.
Melalui diagram pareto juga terdapat
perbaikan seperti pada data bulan juni
yang semula produk cacat yang
dihasilkan 8,27% menjadi 7,41%.
Sedangkan, diagram fishbone digunakan
untuk menggambarkan suatu kondisi
atau fenomena dan bantuan untuk
memeriksa mengapa masalah bisa
timbul.
Sumber: Penulis, 2016
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
3.1.1. Profil Perusahaan
PT. Duta Indah Sejahtera adalah salah satu perusahaan yang bergerak
dibidang Converting Tisu yang merupakan salah satu Perusahaan di Duta Indah
Group yang kantor pusat berkedudukan di Ruko Tubagus Angke Megah Blok A
18 – 20, Jalan Pangeran Tubagus Angke No 20, Jelambar Jakarta Barat.
Visi misi dari Duta indah group adalah menjadi perusahaan terkemuka di
Indonesia dalam bidang properti dan Real Estate. Mengembangkan dan mengelola
portofolio investasi yang bermutu, didukung oleh tim yang berfokus pada kinerja
dan bertumpu pada kekuatan sumber daya manusia, teknologi informasi canggih,
serta jaringan usaha yang kuat, guna meningkatkan nilai bagi seluruh
stakeholders.
Berhubung semakin majunya perusahaan ini dengan pesat, guna
memenuhi permintaan atau pesanan dari konsumen yang semakin meningkat,
tentunya memerlukan produk yang semakin banyak dan ketepatan waktu untuk
mengirim barang – barang tersebut ke konsumen maka PT Duta Indah Sejahtera
melakukan ekspansi dengan menambah mesin – mesin yang lebih modern,
menambah armada kendaraan, memperluas lokasi pabrik dan gudang. Dengan
cara ini perusahaan merasa dapat meningkatkan jumlah produksi dan ketepatan
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
34
waktu dalam pengiriman barang, sehingga kami dapat memenuhi semua
permintaan pelanggan dengan baik.
PT Duta Indah Sejahtera adalah pabrik dan distributor Tisu bermerek
Tessy dan Agies. Perusahaan menyalurkan Tisu untuk usaha korporat, hotel dan
juga tempat-tempat perbelanjaan. Perusahaan ini sangat mementingkan kualitas
produk dengan peningkatan mutu, efisiensi dan produktivitas industri tisu.
Sumber: PT Duta Indah Sejahtera (2016)
Gambar 3.1. Logo PT Duta Indah Sejahtera
Untuk mencapai keberhasilan bisnis, Duta Indah menjalankan strategi
bisnis sebagai berikut:
1. Membangun channel dengan berbagai ritel dan distributor untuk
memperluas penyebaran produk. Serta bisa dengan cara memperluas bisnis
secara go global agar produk – produk kami lebih dikenal oleh seluruh
kalangan.
2. Fokus pada sumber daya dan produk yang dihasilkan dengan
mempertahankan kualitas dari produk – produk yang dihasilkan secara
berkesinambungan. Kami sangat mengutamakan kepuasan konsumen yang
diperoleh dari hasil pemakaian produk- produk kami.
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
35
3. Melakukan promosi terhadap setiap produk baru yang akan dipasarkan
agar konsumen mengetahui apa keunggulan dari produk. Promosi ini juga
bisa dilihat dari bagaimana upaya kompetitor melakukan promosi. Promosi
bisa saja dengan cara memberikan kepuasan kepada pelanggan, Pelanggan
yang merasa puas dengan produk Anda akan menjadi pelanggan loyal
yang dapat menarik pelanggan baru. Semakin banyaknya konsumen yang
kami peroleh dapat menjadi pemicu untuk melakukan inovasi secara terus
menerus.
3.1.2. Struktur Organisasi
Berikut merupakan struktur organisasi PT Duta Indah Sejahtera
Sumber: PT Duta Indah Sejahtera
Gambar 3.2. Struktur Organisasi
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
36
Sumber: Penulis, 2016
Gambar 3.3. Struktur Organisasi Bagian Produksi
3.1.3. Jenis- Jenis Produk
Perusahaan PT Duta Indah Sejahtera memproduksi berbagai jenis tisu
dengan spesifikasi berat, bahan dan ukuran yang berbeda-beda sesuai dengan
permintaan pelanggan. Berikut adalah spesifikasi jenis-jenis produk Duta Indah:
Tabel 3.1. Spesifikasi Jenis – Jenis Produk
I
Facial
No Brand Jenis produk Kemasan Bahan Uk.tisu/
lbr (cm)
1
agies,
avanties,
tessy
facial box 100's
2ply parfum,vp 48 x 100's
facial pulp
1315, 13 gsm
2ply
19 x 19
2
agies,
avanties,
tessy
facial box 50's 2ply
parfum,vp 72 x 50's
facial pulp
1315, 13 gsm
2ply
19 x 19
3 non brand facial kilo 300 grm
2ply.2ply.rc (ball)
10 x 300
grm
toilet hvs
1315, 16 gsm
2ply
19 x 19
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
37
4 non brand facial kilo 300 grm
2ply.rc
40 x 300
grm
toilet hvs
1315, 16 gsm
2ply
19 x 19
5 avanties,
tessy
facial kilo 300 grm
2ply.rc
40 x 300
grm
toilet hvs
1315, 16 gsm
2ply
19 x 19
6 agies,
avanties
facial kilo 600 grm
2ply.rc
24 x 600
grm
toilet hvs
1315, 16 gsm
2ply
19 x 19
7 non brand facial kilo 600 grm
2ply.vp
24 x 600
grm
toilet hvs
1315, 16 gsm
2ply
19 x 19
8 avanties facial pop up 180's 100 x 180's
facial pulp
1315, 13 gsm
2ply
19 x 9.5
9 agies, tessy facial pop up 200's 100 x 200's
facial pulp
1315, 13 gsm
2ply
19 x 9.5
10 agies facial soft pack
200's.2ply 40 x 200's
facial pulp
1315, 13 gsm
2ply
19 x 19
11 avanties facial travel pack
34's 2ply.vp 80 x 34's
facial pulp
1315, 13 gsm
2ply
19 x 19
12 agies facial travel pack
50's 2ply.vp 100 x 50's
facial pulp
1315, 13 gsm
2ply
19 x 19
II
Mg Napkin
No Brand Jenis produk Kemasan Bahan Uk.tisu/
lbr (cm)
1 troply,
avanties
mg napkin 50's
ass/wht 1ply hvs
kw 1
60 x 50's mg 300, 18
gsm 1ply 30 x 30
2 ausie,
avanties
mg napkin 45's
ass/wht 1ply hvs
kw 1
60 x 45's mg 300, 18
gsm 1ply 30 x 30
3
appolo,
tessy,
avanties
mg napkin 40's
ass/wht 1ply hvs
kw 1
60 x 40's mg 300, 18
gsm 1ply 30 x 30
4 agies, tottis,
avanties
mg napkin 18's
ass/wht 1ply hvs
kw 1
120 x 18's mg 275, 18
gsm 1ply
27.5 x
27.5
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
38
No Brand Jenis produk Kemasan Bahan Uk.tisu/
lbr (cm)
5
plasma,
claretta,
besamo
mg napkin 300 grm
ass/wht 1ply hvs
kw1
10 x 300
grm
mg 275, 18
gsm 1ply
27.5 x
27.5
6
plasma,
claretta,
besamo
mg napkin 300 grm
ass/wht 1ply hvs
kw1
20 x 300
grm
mg 275, 18
gsm 1ply
27.5 x
27.5
7 agies mg napkin kilo 500
grm hvs kw 1
12 x 500
grm
mg 275, 18
gsm 1ply
27.5 x
27.5
8 non brand napkin lunch 50's
white 1ply.vp 60 x 50's
np pulp 300,
21 gsm 1ply 30 x 30
9 non brand
napkin lunch kilo
500 grm white
1ply.vp
12 x 500
grm
np pulp 300,
21 gsm 1ply 30 x 30
9 impresa
napkin lunch kilo
500 grm white
1ply.vp
12 x 500
grm
np pulp 300,
21 gsm 1ply
27.5 x
27.5
III
Toilet Roll
No Brand Jenis produk Kemasan Bahan Uk.tisu/
lbr (cm)
1
agies,
avanties,
tessy
toilet single roll
emboss.2ply.vp
100 x 55
grm
toilet pulp
2280, 22 gsm
2ply
9.7 cm x
10 cm
2
agies,
avanties,
tessy
toilet single roll
non
emboss.2ply.vp
100 x 70
grm
toilet pulp
2280, 22 gsm
2ply
9.7 x 10
3
agies,
avanties,
tessy
toilet single roll
emboss.2ply.rc
100 x 55
grm
toilet hvs
2280, 22 gsm
2ply
9.7 x 10
4 appolo,
hugo
toilet single roll
emboss.2ply.rc
100 x 40
grm
toilet hvs
2280, 22 gsm
2ply
9.7 x 10
5 agies,
avanties
toilet single roll
non emboss.2ply.rc
100 x 70
grm
toilet hvs
2280, 16 gsm
2ply
9.7 x 10
6
agies,
avanties,
tessy
toilet roll non core
t.32.2ply.vp 32 x 5 roll
toilet pulp
2280, 22 gsm
2ply
9 x 10
7
agies,
avanties,
tessy
toilet roll non core
t.16.2ply.vp 16 x 10 roll
toilet pulp
2280, 22 gsm
2ply
9 x 10
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
39
8
champion,
avanties,
nine
toilet roll non core
t.32.2ply.rc 32 x 5 roll
toilet hvs
2280, 22 gsm
2ply
9 x 10
9
champion,
avanties,
nine
toilet roll non core
t.16.2ply.rc 16 x 10 roll
toilet hvs
2280, 22 gsm
2ply
9 x 10
IV
Handkhercief
No Brand Jenis produk Kemasan Bahan Uk.tisu/
lbr (cm)
1
chuby,
avanties,
ascot
handkherchieef
parfum
2ply.vp.parfum
128 x 4 x
10's
facial pulp
180, 13 gsm
2ply
18 x 20
2
chuby,
avanties,
ascot
handkherchieef
parfum
2ply.vp.parfum
48 x 6 x
10's
facial pulp
180, 13 gsm
2ply
18 x 20
V
Dinner Cocktail Napkin
No Brand Jenis produk Kemasan Bahan Uk.tisu/
lbr (cm)
1 non brand,
tessy
cocktail napkin
100's . 1 ply.vp 60 x 100's
np pulp 220,
21 gsm 1ply 22 x 21
2 non brand cocktail napkin
100's . 2 ply.vp 60 x 100's
facial pulp
220, 16 gsm
2ply
22 x 21
3 non brand,
tessy
dinner napkin
50's . 2 ply.vp 60 x 50's
np pulp 380,
16 gsm 2ply 38 x 38
VI
Hand Towel-jumbo Roll Tisu
No Brand Jenis produk Kemasan Bahan Uk.tisu/
lbr (cm)
1
agies,
avanties,
tessy
hand towel
150's.1ply. vp 24 x 150's
np pulp 635,
32 gsm 1ply 21 x 21
2 non brand jumbo roll tisu ( jrt
) 2ply.vp
12 x 700
grm toilet pulp -
3 non brand jumbo roll tisu ( jrt
) 2ply.rc
12 x 700
grm toilet hvs -
Sumber: PT Duta Indah Sejahtera (2016)
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
40
3.2. Gambaran Objek Penelitian
Penulis melakukan penelitian pada data produksi di kantor dan pabrik PT
Duta Indah Sejahtera yang berada di Jalan Dipati Unus No 168, Cibodas Besar,
Cibodas, Kota Tangerang Banten. Penelitian dilakukan pada produk tisu facial
dan handkerchief.
Sumber : Penulis, 2016
Gambar 3.4. Flowchart Pembelian Bahan Baku
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
41
Sumber: Penulis, 2016
Gambar 3.5. Flowchart Produksi
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
42
Sumber: Penulis, 2016
Gambar 3.6. Flowchart Pengiriman
3.3. Jenis dan Sumber Data
Menurut Sekaran dan Bougie (2013:113) menyatakan bahwa data can be
obtained from primary and secondary sources. Artinya, data dapat diperoleh dari
sumber-sumber primer dan sekunder.
1. Data primer
Refer to information obtained first-hand by the research on the variables
of interest for the spesific purpose of the study. Some examples of source of
primary data are individuals, focus groups, panels or respondents
specifically set up by the research and from whom opinions may be sought
on specific issues from time to time, or some unobtrusive source such as a
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
43
trash can. Artinya, data primer mengacu pada informasi yang diperoleh
dari tangan pertama oleh peneliti pada variabel minat untuk tujuan spesifik
peneliti. Beberapa contoh sumber data primer adalah individu, focus
groups, panel atau responden secara khusus didirikan oleh penelitian dan
dari siapa opini dapat dicari isu-isu tertentu dari waktu ke waktu, atau
beberapa sumber yang tidak mengganggu. Sedangkan menurut Bungin
(2013:129) mengatakan bahwa sumber data primer adalah sumber data
pertama di mana sebuah data dihasilkan.
2. Data sekunder
Refer to information gathered from source that already exist. Data can
also be obtained from secondary sources, for example, company records
or archives, goverment publications, industry analyses offered by media,
website, the internet an so on. Artinya data sekunder merujuk pada
informasi yang dikumpulkan dari sumber yang sudah ada. Data juga dapat
diperoleh dari sumber-sumber sekunder, misalnya, cacatan perusahaan
atau arsip, publikasi pemerintah, analisis industri yang ditawarkan oleh
media, website, internet dan sebagainya.
Tabel 3.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis
Data Data yang diambil Sumber Data
Teknik
Pengumpulan
Data
Data
Primer
Data-data terkait objek
penelitian
Standarisasi persentase
maksimal tingkat
kecacatan produk
Jenis-jenis produk
Kepala bagian
produksi Wawancara
Observasi
Dokumenter
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
44
Data
Sekunder
Profil perusahaan
Teori-teori yang terkait
dalam penelitian
Statistik laju
pertumbuhan industri
negara
Kemajuan industri pulp
dan paper
Situs resmi
perusahaan
Textbook
Media
pembantu
lainnya
Studi literatur
dan media
internet
Sumber: Penulis, 2016
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Bungin (2013:129) metode pengumpulan data adalah
sekumpulan cara pengumpulan data yang menentukan berhasil atau tidaknya
suatu penelitian tersebut.
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan yakni
sebagai berikut:
a. Studi Kepustakaan
Digunakan untuk mengumpulkan data sekunder, dan juga sebagai
penyusunan landasan teori dalam penelitian ini. Pengumpulan data
bersumber dari buku, bahan kuliah, dan penelitian terdahulu yang ada
hubungannya dengan objek penelitian (Bungin, 2013). Data-data tersebut
dijadikan tambahan ilmu mengenai penelitian yang dibahas yaitu Statistical
Process Control.
b. Studi Lapangan
Menurut Sekaran dan Bougie (2013:129) pada buku yang berjudul
research and methods for business mengatakan bahwa A useful and natural
technique to collect data on actions an behavior is observation. Observation
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
45
involves going into “the field” – the factory, the super market, the waiting
room, the office, or the trading room-watching what workers consumers, or
day traders do, and describing, analyzing, and interpreting what one has
seen. Artinya sebuah teknik yang berguna dan alami untuk mengumpulkan
data tentang tindakan perilaku adalah observasi. Observasi melibatkan
terjun langsung ke lapangan seperti pabrik, supermarket, ruang tunggu,
kantor atau apa yang konsumen lakukan, dan menjelaskan, menganalisis,
dan mengintepretasikan apa yang telah dilihat.
Dalam penelitian dengan teknik obervasi ini yang dilakukan yaitu
melakukan pengamatan langsung ke tempat objek penelitian dengan
mengamati proses produksi dan pengecekan pengendalian kualitas pada PT
Duta Indah Sejahtera.
Menurut Sekaran dan Bougie (2013:13) menyatakan bahwa four key
dimensions that characterize the type of observation. Artinya pada metode
observasi terdapat empat karakteristik yang menentukan tipe observasi
yaitu:
1. Controlled versus uncontrolled observational studies
Controlled observation when the situations is manipulated or
contrived by the research. Uncontrolled observations is an observational
technique that makes no attempt to control, manipulate, or influence the
situation. Artinya, controlled observational adalah observasi yang dilakukan
dengan memanipulasi kondisi dan dibuat-buat oleh peneliti. Uncontrolled
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
46
observations adalah teknik pengamatan yang tidak ada upaya mengontrol,
memanipulasi atau mempengaruhi situasi.
Berdasarkan penjelasan diatas karakteristik observsi yang digunakan
oleh peneliti adalah uncontrolled observation, karena penelitian dilakukan
tanpa memanipulasi kondisi yang terjadi pada objek penelitian.
Penulis tidak melakukan manipulasi dilihat dari data produksi yang
langsung di berikan oleh kepala bagian produksi PT Duta Indah Sejahtera.
Semua data yang akan di olah oleh penulis diperoleh resmi langsung dari
perusahaan. Wawancara yang dilakukan juga langsung pada narasumber
yang terpercaya yaitu anggota organisasi perusahaan seperti kepala bagian
produksi, ADM produksi, ADM gudang, QC, dan bagian delivery. Kondisi
lapangan juga sesuai dengan kondisi di pabrik PT Duta Indah Sejahtera.
2. Participant versus nonparticipant observation
Participant observation the researcher gathers data by participating
in the daily life of the group or organization under study. Nonparticipant
observation, the research is never directly involved in the actions of the
actors, but observes them from outside the actors’visual horizon, for intance
via one-way mirror or a camera. Artinya, Participant observation adalah
penelitian mengumpulkan data dengan berpartisipasi dalam kehidupan
sehari-hari dari kelompok atau organisasi yang diteliti. Nonparticipant
observation, penelitian ini tidak pernah terlibat langsung dalam tindakan
para pemain, tetapi mengamati mereka dari jauh.
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
47
Berdasarkan penjabaran diatas karakteristik observasi yang dilakukan
pada penelitian ini adalah participant observation, karena penelitian
dilakukan dengan ikut berpartisipasi langsung dalam organisasi yang
dijadikan objek penelitian.
Penulis berpartisipasi langsung pada objek penelitian bisa dilihat dari
kegiatan – kegiatan yang dilakukan penulis bersama dengan anggota
organisasi perusahaan seperti keliling perusahaan, meminta data langsung
dan penulis sempat melakukan praktek kerja magang di perusahaan. Penulis
juga mengetahui betul proses produksi pada perushaan dan penyebab –
penyebab cacat yang terjadi.
3. Structured versus nonstructured observational studies
Where the observer has a predetermined set of categories of activities
or phenomena planned to be studied, it is a structured observational. That
observer will record practically everything that is observed, such a study
will be unstructured observational study. Artinya, structured observational
adalah dimana dalam melakukan pengamatan telah terlebih dahulu
merencanakan dan menentukan kategori kegiatan atau fenomena yang akan
dipelajari atau diteliti. Unstructured observational adalah pengamat akan
merekam semua yang diamati.
Berdasarkan penjelasan diatas karakteristik observasi yang dilakukan
adalah structured observational, karena penelitian dilakukan secara
terencana dan menentukan kategori yang akan diteliti adalah bagian proses
produksi dan pengamatan quality control.
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
48
Tabel 3.3. Kegiatan Observasi Perusahaan
No Lokasi Observasi Kegiatan Observasi
1 Pabrik Duta Indah
Penulis melakukan observasi dengan terjun
langsung ke lokasi pabrik ditemani oleh
staff QC. Penulis juga sempat melakukan
praktek kerja magang pada perusahaan ini
pada bulan februari sampai bulan mei pada
bagian QC.
2 Pabrik Duta Indah
Melakukan pengamatan pada produk cacat
yang dihasilkan oleh produk tisu facial dan
handkhercief, dan melihat cara menginput
data produk cacat yang dilakukan oleh
ADM bagian produksi. Serta melihat proses
pemindahan barang dari bagian produksi ke
bagian gudang yang di input oleh ADM
gudang,
3 Kantor Duta Indah
Penulis bertemu langsung dengan kepala
bagian produksi untuk memperoleh data
produksi dan data produk cacat dari bulan
januari 2016 – oktober 2016.
4 Kantor Duta Indah
Melakukan wawancara dengan kepala
bagian produksi untuk mengetahui
informasi lain yang terkait dengan
penelitian yang akan saya lakukan pada
perusahaan.
5 Kantor Duta Indah Penulis melakukan keliling perushaan untuk
memahami flowchart dari produksi dan
meminta data flowchart perusahaan.
Sumber: Penulis, 2016
4. Concealed versus nonconcealed observation
Concealed observation is that research subject are not influenced by
the awareness that they are being observed. Unconcealed observation is
more obtrusive, perhaps upsetting the authenticity of the behavior under
study. Artinya, concealed observation adalah subjek penelitian tidak
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
49
dipengaruhi oleh kesadaran bahwa mereka sedang diamati atau pengamatan
dilakukan secara tersembunyi. Nonconcealed observation adalah dalam
melakukan penelitian dilakukan tanpa tersembunyi, di mana objek
penelitian menyadari dan mengetahui bahwa mereka sedang menjadi objek
penelitian.
Berdasarkan penjelasan diatas karakteristik observasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah nonconcealed observation, karena penelitian
dilakukan tanpa tersembunyi dan objek penelitian menyadari bahwa mereka
sedang diamati.
Perusahaan mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian pada
bagian produksi, dan penulis juga dibimbing oleh beberapa divisi pada
perusahaan untuk mengolah data dan mendapatkan informasi lebih yang
berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penulis juga sering
melakukan kunjungan pada lokasi pabrik dan kantor untuk mengetahui lebih
lanjut proses produksi perusahaan.
3.5. Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan untuk melakukan analisis data dalam penelitian ini
adalah menggunakan alat bantu pengendalian kualitas yaitu Statistical Process
Control, Pareto Chart, dan Cause-effect diagram. Langkah-langkah penelitian
sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data produksi tisu facial dan handkhercief. Data diperoleh
dari perusahaan yang berupa data total produksi dan data produk cacat. Data
disajikan dalam bentuk tabel.
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
50
2. Membuat diagram kontrol p-chart. Dalam menganalisis data melakukan p-
chart dikarenakan pengendalian kualitas yang dilakukan bersifat atribut,
serta semua hasil produksi dan produk cacat tidak dapat diperbaiki lagi.
Berdasarkan penjelasan diatas adapun langkah-langkah dalam membuat
diagram kontrol p-chart sebagai berikut:
a. Menghitung persentase cacat produk per periode
b. Menghitung rata-rata keseluruhan
c. Menghitung central line (CL), upper control limit (UCL), dan lower
control limit (LCL).
CL= p=
Menurut Evans dan Collier (2007:704) rumus yang digunakan untuk
menghitung p-chart adalah sebagi berikut.
Untuk menghitung batas kendali atas atau UCL dengan rumus:
UCL = p+Z√
Untuk menghitung batas kendali bawah atau LCL dengan rumus:
LCL = p-Z√
Apabila data diperoleh tidak seluruhnya berada dalam batas kendali
yang diterapkan, maka pengendalian kualitas yang dilakukan oleh PT
Duta Indah Sejahtera masih memerlukan adanya perbaikan. Dengan
peta kendali dapat diidentifikasi jenis-jenis cacat dari produk yang
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
51
dihasilkan. Jenis cacat yang paling dominan akan diatasi terlebih
dahulu.
3. Menentukan prioritas perbaikan dengan menggunakan pareto chart.
Menurut Besterfield (1998:16) menyatakan bahwa construction of a pareto
diagram is very simple. There are six steps. Artinya, ada enam langkah
untuk membuat diagram pareto :
a. Determine the method of classifying the data: by problem, cause, type
of nonconformity, and so forth. Artinya, menentukan metode
mengklasifikasi dengan data; masalah, penyebab, jenis ketidaksesuaian,
dan sebagainya.
b. Decide if dollars (best) or frequency is to be used to rank the
characteristics. Artinya, memutuskan apa yang terbaik atau frekuensi
yang digunakan untuk menentukan peringkat karakteristik.
c. Collect data for an appropriate time interval. Artinya, mengumpulkan
data dengan interval waktu yang tepat.
d. Summarize the data and rank order categories from largest to smallest.
Artinya, meringkas data dan membuat kategori dari urutan terbesar
sampai terkecil.
e. Compute the cummulative percentage if it is to be used. Artinya,
menghitung persentase kumulatif jika akan digunakan.
f. Construct the diagram and find the vital few. Artinya, membangun
diagram dan menentukan mana yang terpenting.
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
52
4. Menentukan faktor penyebab paling dominan dengan cause-effect diagram.
Sehingga dapat dianalisis penyebab produk cacat dengan menggunakan
cause-effect diagram. Menurut Gaspersz (2008:112) penggunaan cause-
effect diagram dapat mengikuti langkah-langkah berikut:
a. Dapatkan kesempatan tentang masalah yang terjadi dan ungkapkan
masalah itu sebagai suatu pertanyaan masalah (problem question).
b. Analisis sekumpulan penyebab yang mungkin, dengan menggunakan
teknik brainstorming atau membentuk anggota tim yang memiliki ide-
ide terkait dengan masalah yang sedang dihadapi.
c. Gambarkan diagram dengan pernyataan masalah ditempatkan pada sisi
kanan (memebentuk kepala ikan) dan ketegori utama seperti; material,
metode, manusia, mesin, pengukuran, dan lingkungan. Penempatan
pada cabang utama (membentuk tulang-tulang ikan) kategori pertama
dapat diubah sesuai kebutuhan.
d. Tetapkan setiap penyebab dalam kategori utama sesuai dengan
menempatkan pada cabang yang sesuai.
e. Untuk setiap penyebab yang mungkin, tanyakan “mengapa?” untuk
menentukan akar penyebab, kemudian daftarkan akar-akar penyebab itu
pada cabang – cabang yang sesuai dengan kategori utama.
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
53
f. Interpretasi cause-effect diagram dengan melihat penyebab-penyebab
yang muncul secara berulang, kemudian dapatkan kesepakatan untuk
melakukan perbaikan pada penyebab yang dipilih menjadi fokus
terpenting.
g. Terapkan hasil analisis dengan menggunakan cause-effect diagram,
dengan cara mengembangkan dan mengimplementasikan tindakan
korektif secara memonitor hasil-hasil. Hal tersebut dilakukan untuk
menjamin bahwa tindakan korektif yang dilakukan itu efektif.
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
54
BAB IV
ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengumpulan Data
Berdasarkan hasil data yang diperoleh, data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah hasil produksi dan hasil produk cacat pada tisu facial dan tisu
handkhercief pada periode Januari 2016 – Oktober 2016. Data –data yang didapat
selama observasi di PT Duta Indah Sejahtera kemudian dilanjutkan dengan
melakukan penghitungan menggunakan metode Statistical Process Control,
cause-effect diagram dan diagram pareto.
Tabel 4.1. Data Jumlah Produksi dan Jenis Cacat Produk Pada Tisu Facial
Periode Januari 2016 - Oktober 2016
Bulan
Spesifikasi Jenis Cacat Total Cacat (kg)
Jumlah Produksi
(kg)
Bentuk Emboss
(kg)
Potongan (kg)
Kebersihan (kg)
Lipatan (kg)
Jan-16 178,1 453,8 133,3 300,8 1066 45.157,3
Feb-16 111,9 305,6 188,3 314,7 920,5 33.490,0
Mar-16 97,3 153,6 62,2 195,6 508,7 20.896,6
Apr-16 108,7 201,4 202,1 122,4 634,6 19.137,4
Mei-16 99,7 177,2 100,1 169,1 546,1 19.996,6
Jun-16 93,2 276,3 234,3 118,3 722,1 28.504,0
Jul-16 104,1 115,5 183 79,4 482 13.629,0
Agt-16 176,1 202,9 243,1 256,1 878,2 28.153,0
Sep-16 115,8 134,6 151,4 73,9 475,7 20.900,0
Okt-16 163,5 152,9 122,9 95,8 535,1 20.174,3
Total 1248,4 2173,8 1620,7 1726,1 6769 250.038,2
Sumber: PT Duta Indah Sejahtera (2016)
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
55
Tabel 4.2. Data Jumlah Produksi dan Jenis Cacat Produk Pada Tisu Handkhercief
Periode Januari 2016 – Oktober 2016
Bulan
Spesifikasi Jenis Cacat Total Cacat (kg)
Jumlah Produksi
(kg)
Bentuk Emboss
(kg)
Potongan (kg)
Kebersihan (kg)
Lipatan (kg)
Jan-16 20,9 26,8 15,2 25,3 88,2 2.852,4
Feb-16 9,1 5,4 6,6 8,6 29,7 1.276,6
Mar-16 17,5 20,1 20,2 37,6 95,4 3.171,8
Apr-16 31,3 18,2 34,9 29,1 113,5 3.947,9
Mei-16 18,9 24,7 30,3 12,2 86,1 3.396,6
Jun-16 14,7 15,5 9 11,5 50,7 1.838,0
Jul-16 4,3 5,8 7,4 16,7 34,2 1.874,0
Agt-16 38,1 48,4 59,1 32,7 178,3 4.207,0
Sep-16 15,8 8,9 4,5 15,8 45 2.037,9
Okt-16 27,4 26,7 22,1 22,3 98,5 3.622,8
Total 198 200,5 209,3 211,8 819,6 28.225,0
Sumber: PT Duta Indah Sejahtera (2016)
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa kedua produk tisu ini
melewati batas maksimal dari standar perusahaan yaitu 2,5%. Sedangkan pada
lembar periksa diatas (Check Sheet) persentase rata-rata kecacatan produk yang
dihasilkan selama 10 bulan adalah 2,76%. Total produk cacat yang dihasilkan
oleh tisu facial adalah 6.769 kg sedangkan produk tisu handkhercief adalah
sebanyak 819,6 kg. Pada data diatas juga dilihat bahwa kecacatan produk yang
paling dominan pada produk tisu facial disebabkan oleh potongan tisu yang tidak
rapi atau tidak sesuai dengan ukuran standar tisu. Sedangkan pada produk tisu
handkhercief kecacatan produk paling dominan pada kategori lipatan pada tisu
yang tidak benar.
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
56
4.2. Pengolahan data
Berdasarkan dari data-data yang sudah diperoleh, maka penghitungan siap
dilakukan untuk segera menjawab rumusan masalah yang sudah dibuat.
4.2.1. Membuat Diagram Kontrol P-chart
Pada tahap ini dilakukan untuk menganalisis dan mengetahui apakah
produk cacat yang terjadi selama ini berada dalam batas kendali.
4.2.1.1 Diagram Kontrol P-chart untuk Tisu Facial
Berikut merupakan tabel jumlah produksi dan jumlah cacat untuk
produk tisu facial periode januari 2016 – oktober 2016:
Tabel 4.3. Tabel produksi Tisu Facial (dalam kilogram)
No Periode Total cacat Jumlah yang diproduksi
1 Januari 1.006,0 45.157,3
2 Februari 920,5 33.490,0
3 Maret 508,7 20.896,6
4 April 634,6 19.137,4
5 Mei 546,1 19.996,6
6 Juni 722,1 28.504,0
7 Juli 482,0 13.629,0
8 Agustus 878,2 28.153,0
9 September 475,7 20.900,0
10 Oktober 535,1 20.174,0
Total 6769 250.038,2
Sumber: PT Duta Indah Sejahtera (2016)
a. Menghitung persentase cacat per periode:
p =
x 100
p =
x 100 = 2,2% periode Januari 2016
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
57
p =
x 100 = 2,7% periode Febuari 2016
p =
x 100 = 2,4% periode Maret 2016
p =
x 100 = 3,3% periode April 2016
p =
x 100 = 2,7% periode Mei 2016
p =
x 100 = 2,5 % periode Juni 2016
p =
x 100 = 3,5% periode Juli 2016
p =
x 100 = 3,1% periode Agustus 2016
p =
x 100 = 2,3% periode September 2016
p =
x 100 = 2,7% periode Oktober 2016
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
58
Tabel 4.4. Tabel Penghitungan Persentase Cacat Tisu Facial
No Periode Total cacat
(kg)
Jumlah yang diproduksi
(kg)
Persentase (%)
1 Januari 1.006,0 45.157,3 2,2
2 Februari 920,5 33.490,0 2,7
3 Maret 508,7 20.896,6 2,4
4 April 634,6 19.137,4 3,3
5 Mei 546,1 19.996,6 2,7
6 Juni 722,1 28.504,0 2,5
7 Juli 482,0 13.629,0 3,5
8 Agustus 878,2 28.153,0 3,1
9 September 475,7 20.900,0 2,3
10 Oktober 535,1 20.174,3 2,7
Total 6.769 250.038,2 27,6
Sumber: PT Duta Indah Sejahtera (2016)
b. Menghitung rata-rata periksa per periode
n=
n=
= 25.003,82
c. Menghitung central line (CL), upper control limit (UCL), lower control
limit (LCL).
Nilai CL dihitung dengan rumus:
CL= p =
CL =
= 0,0271
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
59
Nilai UCL atau batas kendli atas dihitung dengan rumus:
UCL= P + Z√
UCL = 0,0271 + 3 √
= 0,03018
Nilai LCL
LCL = P + Z √
LCL = 0,0271 – 3 √
= 0,0240
Tabel 4.5. Hasil Penghitungan Persentase Cacat, CL, UCL, dan UCL untuk
Produk Tisu Facial Periode Januari 2016 – Oktober 2016
No Periode Total Cacat (kg)
Jumlah Produksi
(kg)
Persentase Cacat
CL UCL LCL
1 Januari 1066 45.157,3 2,20% 2,71% 3,02% 2,40%
2 Februari 920,5 33.490,0 2,70% 2,71% 3,02% 2,40%
3 Maret 508,7 20.896,6 2,40% 2,71% 3,02% 2,40%
4 April 634,6 19.137,4 3,30% 2,71% 3,02% 2,40%
5 Mei 546,1 19.996,6 2,70% 2,71% 3,02% 2,40%
6 Juni 722,1 28.504,0 2,50% 2,71% 3,02% 2,40%
7 Juli 482 13.629,0 3,50% 2,71% 3,02% 2,40%
8 Agustus 878,2 28.153,0 3,10% 2,71% 3,02% 2,40%
9 September 475,7 20.900,0 2,30% 2,71% 3,02% 2,40%
10 Oktober 535,1 20.174,3 2,70% 2,71% 3,02% 2,40%
Total 6769 250.038,2 27,40% 27,07% 30,20% 24,00%
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
60
Gambar 4.1. P- chart Produk Tisu Facial Periode Januari 2016 – Oktober
2016
Berdasarkan grafik diatas terlihat beberapa data yang keluar dari batas
pengendalian p-chart, sehingga dapat disimpulkan bahwa proses produksi tisu
facial tidak berada dalam batas kendali. Terdapat 3 titik yang berada dalam luar
batas kendali atas yaitu pada bulan April 2016, Juli 2016, dan Agustus 2016.
Sedangkan terdapat 2 titik yang berada diluar batas kendali bawah yaitu pada
bulan Januari 2016 dan September 2016. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pengendalian kualitas pada proses produksi tisu facial di PT Duta Indah Sejahtera
masih memerlukan perbaikan.
2.00%
2.20%
2.40%
2.60%
2.80%
3.00%
3.20%
3.40%
3.60%
Persentase Cacat
CL
UCL
LCL
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
61
4.2.1.2 Diagram Kontrol P-chart Untuk Tisu Handkhercief
Berikut merupakan tabel jumlah produksi dan jumlah cacat untuk
produk tisu handkerchief periode januari 2016 – oktober 2016:
Tabel 4.6. Tabel Produksi Tisu Handkhercief (dalam kilogram)
No Periode Total cacat Jumlah yang diproduksi
1 Januari 88,2 2.852,4
2 Februari 29,7 1.276,6
3 Maret 95,4 3.171,8
4 April 113,5 3.947,9
5 Mei 86,1 3.396,6
6 Juni 50,7 1.838,0
7 Juli 34,2 1.874,0
8 Agustus 178,3 4.207,0
9 September 45 2.037,9
10 Oktober 98,5 3.622,8
Total 819,6 28.225,0
a. Menghitung persentase cacat per periode:
p =
x 100
p =
x100 = 3,09% periode Januari 2016
p =
x100 = 2,33% periode Februari 2016
p =
x100 = 3,01% periode Maret 2016
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
62
p =
x100 = 2,87% periode April 2016
p =
x100 = 2,53% periode Mei 2016
p =
x100 = 2,76% periode Juni 2016
p =
x100 = 1,82% periode Juli 2016
p =
x100 = 4,24% periode Agustus 2016
p =
x100 = 2,21% periode September 2016
p =
x100 = 2,72% periode Oktober 2016
Tabel 4.7. Penghitungan Persentase Cacat Tisu Handkhercief
No Periode Total cacat Jumlah yang
diproduksi (kg) Persentase
(%)
1 Januari 88,2 2.852,4 3,09
2 Februari 29,7 1.276,6 2,33
3 Maret 95,4 3.171,8 3,01
4 April 113,5 3.947,9 2,87
5 Mei 86,1 3.396,6 2,53
6 Juni 50,7 1.838,0 2,76
7 Juli 34,2 1.874,0 1,82
8 Agustus 178,3 4.207,0 4,24
9 September 45 2.037,9 2,21
10 Oktober 98,5 3.622,8 2,72
Total 819,6 28.225,0 27,58
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
63
b. Menghitung rata rata periksa per periode
n =
= 2.822,5
c. Menghitung central line (CL), upper control limit (UCL), lower control
limit (LCL).
Nilai CL dihitung dengan rumus:
CL= p =
CL = p =
=0,0290
Nilai UCL dihitung dengan rumus:
UCL= P + Z √
UCL = 0,0290 + 3 √
= 0,0385
Nilai LCL dihitung dengan rumus:
LCL= P – Z √
LCL = 0,0290 – 3 √
= 0,0195
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
64
Tabel 4.8. Hasil Penghitungan Persentase Cacat, CL, UCL, dan UCL untuk
Produk Tisu Handkhercief Periode Januari 2016 – Oktober 2016
No Periode Total Cacat (kg)
Jumlah Produksi
(kg)
Persentase Cacat
CL UCL LCL
1 Januari 88,2 2.852,4 3,09% 2,90% 3,85% 1,95%
2 Februari 29,7 1.276,6 2,33% 2,90% 3,85% 1,95%
3 Maret 95,4 3.171,8 3,01% 2,90% 3,85% 1,95%
4 April 113,5 3.947,9 2,87% 2,90% 3,85% 1,95%
5 Mei 86,1 3.396,6 2,53% 2,90% 3,85% 1,95%
6 Juni 50,7 1.838,0 2,76% 2,90% 3,85% 1,95%
7 Juli 34,2 1.874,0 1,82% 2,90% 3,85% 1,95%
8 Agustus 178,3 4.207,0 4,24% 2,90% 3,85% 1,95%
9 September 45 2.037,9 2,21% 2,90% 3,85% 1,95%
10 Oktober 98,5 3.622,8 2,72% 2,90% 3,85% 1,95%
Total 819,6 28.225,0 27,58% 29,04% 38,50% 19,5%
Gambar 4.2. P- chart Produk Tisu Handkhercief Periode Januari 2016 –
Oktober 2016
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa data-data yang dihasilkan
masih ada beberapa yang keluar dari batas kendali p-chart, sehingga dapat
1.00%
1.50%
2.00%
2.50%
3.00%
3.50%
4.00%
4.50%
5.00%
Persentase Cacat
CL
UCL
LCL
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
65
disimpulkan bahwa proses produksi tisu handkhercief masih belum dalam batas
kendali yang bagus. Terdapat titik pada bulan agustus 2016 yang berada diluar
batas kendali atas. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengendalian kualitas pada
proses produksi tisu handkherchief di PT Duta Indah Sejahtera masih memerlukan
perbaikan.
4.2.2. Prioritas Perbaikan Dengan Diagram Pareto
Diagram pareto adalah grafik tang menempati urutan dari kiri ke kanan
yang menjadikannya sebagai ranking dari tertinggi sampai terendah , klasifikasi
data berupa jenis kegagalan lapangan yang terjadi. Diagram pareto biasanya
berprinsip bahwa 20% penyebab memiliki tanggung jawab terhadap 80% masalah
yang akan ditimbulkan.
4.2.2.1 Diagram Pareto untuk Tisu Facial
Berikut merupakan tabel jenis cacat dan jumlah cacat yang dihasilkan
pada produk tisu facial periode Januari 2016 – Oktober 2016:
Tabel 4.9. Data Jenis Cacat dan Jumlah Cacat Produk Tisu Facial
Periode Januari 2016 – Oktober 2016
Jenis Cacat Jumlah Cacat
Bentuk Emboss Tidak Terlihat 1.248,4
Potongan Tidah Rapi 2.173,8
Kebersihan 1.620,7
Lipatan 1.726,1
Total 6769
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
66
Dari tabel diatas, maka diperoleh data untuk persentase cacat dan
persentase kumulatif untuk produk tisu facial periode Januari 2016 – Oktober
2016 sebagai berikut:
Tabel 4.10. Data Persentase Kumulatif Produk Tisu Facial Periode Januari
2016 – Oktober 2016
Jenis Cacat Jumlah Cacat
(kg)
Frekuensi Komulatif
(kg)
Persentase Cacat (%)
Persentase Kumulatif
(%)
Bentuk Emboss Tidak Terlihat
1.248,4 1.248,4 18,45 18,45
Potongan Tidak Rapih 2.173,8 3.422,2 32,11 50,56
Kebersihan 1.620,7 5.042,9 23,94 74,5
Lipatan 1.726,1 6.769 25,5 100
Total 6.769
Berdasarkan tabel 4.10. , maka dibuat diagram pareto yang dapat dilihat
sebagai gambar berikut:
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
67
Gambar 4.3. Diagram Pareto Tisu Facial Periode Januari 2016 – Oktober
2016
Gambar 4.4. Digram Pie Persentase Cacat Tisu Facial Periode Januari
2016 – Oktober 2016
18.45
32.11 23.94
25.5
Persentase Cacat (%)
Bentuk Emboss TidakTerlihat
Potongan Tidak Rapi
Kebersihan
Lipatan
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
68
Pada gambar diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik kualitas yang
paling banyak menghasilkan produk cacat pada proses produksi tisu facial selama
periode Januari 2016 – Oktober 2016 terdapat pada potongan yang tidak rapi yaitu
sebanyak 2.173,8 kilogram atau sebanyak 32,11 % . Selanjutnya cacat terdapat
pada lipatan yang tidak rata sebanyak 1.726,1 kilogram atau sebanyak 25,5 %,
pada kebersihan sebanyak 1.620,7 kilogram atau sebanyak 23,94 % dan diikuti
dengan bentuk emboss yang tidak terlihat sebanyak 1.248,4 kilogram atau
18,54%.
4.2.2.2 Diagram Pareto untuk Tisu Handkhercief
Berikut ini merupakan tabel jenis cacat dan jumlah cacat yang dihasilkan
pada proses produksi produk tisu handkhercief periode januari 2016 – oktober
2016:
Tabel 4.11. Data Jenis Cacat dan Jumlah Cacat Produk Tisu
Handkhercief Periode Januari 2016 – Oktober 2016
Jenis Cacat Jumlah Cacat
Bentuk Emboss Tidak Terlihat 198
Potongan tidak Rapi 200,5
Kebersihan 209,3
Lipatan 211,8
Total 819,6
Dari tabel diatas, maka diperoleh data untuk persentase cacat dan
persentase kumulatif untuk produk tisu handkhercief periode januari 2016 –
oktober 2016 sebagai berikut:
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
69
Tabel 4.12. Data Persentase Kumulatif Produk Tisu Handkerchief Periode
Januari 2016 – Oktober 2016
Jenis Cacat Jumlah Cacat
(kg) Frekuensi
Kumulatif (kg) Persentase Cacat (%)
Persentase Kumulatif
(%)
Bentuk Emboss Tidak Terlihat
198 198 24,16 24,16
Potongan Tidak Rapih 200,5 398,5 24,46 48,62
Kebersihan 209,3 607,8 25,54 74,16
Lipatan 211,8 819,6 25,84 100
Total 819,6
Berdasarkan tabel 4.12. , maka dibuat diagram pareto yang dapat dilihat
sebagai gambar berikut:
Gambar 4.5. Diagram Pareto Tisu Handkerchief Periode Januari 2016 –
Oktober 2016
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
70
Gambar 4.6. Digram Pie Persentase Cacat Tisu Handkhercief Periode
Januari 2016 – Oktober 2016
Pada gambar diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik kualitas yang
paling banyak menghasilkan produk cacat pada proses produksi tisu handkhercief
selama periode Januari 2016 – Oktober 2016 terdapat lipatan yang tidak rata yaitu
sebanyak 211,8 kilogram atau sebanyak 25,84 % . Selanjutnya cacat terdapat pada
kebersihan sebanyak 209,3 kilogram atau sebanyak 25,54 %, pada potongan yang
tidak rapi sebanyak 200,5 kilogram atau sebanyak 24,46 % dan diikuti dengan
bentuk emboss yang tidak terlihat sebanyak 198 kilogram atau 24,16 %.
4.2.3. Analisis Cause-effect Diagram
Pada diagram ini penulis akan mengetahui faktor-faktor penyebab yang
mempengaruhi cacat yang ditemukan pada produk tisu facial dan produk tisu
handkhercief pada PT Duta Indah Sejahtera, diantaranya bentuk emboss,
potongan, kebersihan dan lipatan. Untuk mengidentifikasi dengan jelas faktor –
24.16
24.46 25.54
25.84
Persentase Cacat (%)
Bentuk Emboss TidakTerlihat
Potongan Tidak Rapi
Kebersihan
Lipatan
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
71
faktor yang menjadi penyebabkan terjadinya cacat, maka penulis menggunakan
diagram fishbone ( diagram ishikawa).
1. Bentuk Emboss
Sumber: Penulis (2016)
Gambar 4.7. Cause-and-Effect Diagram Terjadinya Jenis Cacat Bentuk
Emboss Tidak Terlihat
Jenis cacat emboss dapat dilihat dari produk tisu yang dihasilkan tidak
memiliki bentuk emboss, sehingga tisu terlihat terlalu polos dan tidak memiliki
ukiran. Faktor penyebab terjadinya jenis cacat emboss, sebagai berikut:
a. Bahan baku
Bentuk emboss yang tidak terlihat pada bagian pinggir tisu atau
keseluruhan pada tisu dapat terjadi karena kualitas bahan baku tisu yang
terlalu tebal atau terlalu tipis. Bahan baku yang terlalu tebal
menyebabkan bentuk emboss menjadi kurang terlihat karena alat press
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
72
emboss tidak menempelkan bentuk emboss pada tisu, sedangkan bahan
baku yang terlalu tipis membuat tisu menjadi sobek pada bagian tisu.
b. Mesin
Tingkat produksi tisu yang kurang disebabkan umur mesin pada tisu
yang sudah terlalu lama dan mesin merupakan buatan dari cina yang
menyebabkan kualitas mesin kurang maksimal.
Bentuk emboss yang kurang nyata pada tisu biasa juga disebabkan oleh
adanya baut pada mesin yang kurang kencang.
c. Manusia
Peraturan mesin yang kurang diperhatikan oleh karyawan disebabkan
oleh karyawan yang kurang fokus sehingga dapat mengakibatkan
kesalahan teknis dalam menjalankan mesin.
Terdapatnya kertas pada rollan tisu disebabkan kurang ketelitian pada
karyawan sehingga saat melepas rollan besar tisu dan menempatkan pada
mesin masih tersisa kertas coklat sebagai pembatasan tisu.
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
73
2. Potongan
Sumber: Penulis (2016)
Gambar 4.8. Cause-and-Effect Diagram Terjadinya Jenis Cacat Potongan
a. Bahan Baku
Penyebab dari potongan tisu yang kurang bagus terkadang disebabkan
oleh lipatan tisu yang tidak rata pada gulungan besar tisu sehingga pada
saat gulungan besar tisu telah diletakan kedalam mesin menghasilkan
potongan yang abstrak pada bagian lipatan tisu yang tidak rapi.
b. Mesin
Kualitas mesin yang menurun menyebabkan hasil tisu yang dikeluarkan
menyatu / menempel pada mesin press sehingga tisu banyak yang
terpotong dan menghasilkan barang cacat.
Pisau pemotong pada mesin yang tidak tajam disebabkan oleh beberapa
hal seperti pisau yang sudah karatan / lama dan pisau pemotong yang
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
74
belum diasa atau digantikan dengan pisau yang baru. Pisau pemotong
pada mesin yang cukup panjang yang berbentuk seperti penggaris besi ini
cukup berperan penting pada hasil akhir suatu produk yang dihasilkan.
c. Manusia
Faktor penyebab potongan tidak rata juga disebabkan oleh manusi atau
karyawan pada pabrik. Potongan yang tidak sesuai dengan pesanan
disebabkan oleh karyawan yang kurang fokus terhadap pekerjaan dan
salah pengaturan ukuran pada mesin. Hal ini menyebabkan produk yang
dihasilkan menumpuk dan kemungkinan kecil ada yang ingin pesan
produk dengan ukuran yang salah atau bukan standar ukuran tisu pada
umumnya. Karena saat tisu dimasukkan pada packaging jika ukuran
terlalu kecil maka packaging akan terlihat terlalu renggang, namun jika
kebesaran / kepanjangan makan packaging tidak cukup besar untuk
packaging tisu dan perusahaan mengalami kerugian yang cukup besar.
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
75
3. Kebersihan
Sumber: Penulis (2016)
Gambar 4.9. Cause-and-Effect Diagram Terjadinya Jenis Cacat
Kebersihan
a. Metode Kerja
Target penyelesaiaan produk yang mendesak disebabkan oleh banyaknya
pesanan/ permintaan dari konsumen. Hal ini menyebabkan kurangnya
perhatian untuk melihat kebersihan pada tisu sehingga jika ada tisu yang
kotor terus diproduksi sehingga menempel dengan tisu-tisu lain yang
dihasilkan.
b. Lingkungan
Produk tisu kotor disebabkan oleh gudang produksi yang kurang bersih
sehingga banyaknya debu-debu pada gudang dan air tetesan hujan
sehingga menempel pada tisu. Penyebab lainnya banyaknya produksi tisu
sehingga membuat persediaan pada gudang menumpuk dengan tisu-tisu
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
76
lain sehingga warna tisu yang putih bersih menjadi kekuning-kuningan.
Penempatan layout yang kurang tepat pada bagian gudang menyebabkan
banyaknya brang yang tercampur – campur.
c. Mesin
Kebersihan tisu yang tidak terjaga juga disebabkan oleh oli pada mesin
yang sering mengalami kebocoran sehingga produk tisu yang dihasilkan
juga terkena oli tersebut.
d. Manusia
Tisu yang terkena debu – debu pada mesin disebabkan oleh karyawan
yang tidak menjaga kebersihan pada mesin dan tetasan oli pada mesin
yang berlebihan dibiarkan begitu saja karena kurangnya pengawasan, ini
disebabkan karena karyawan lebih banyak berada pada bagian depan
mesin sehingga kurang memperhatikan daerah belakang mesin.
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
77
4. Lipatan
Sumber: Penulis (2016)
Gambar 4.10. Cause-and-Effect Diagram Terjadinya Jenis Cacat Lipatan
Tidak Rata
a. Metode Kerja
Penggantian shift kerja menjadi hal penting pada hasil produksi , hal ini
dilihat dari penggantian shift karyawan menjadi kurang memperhatikan
lipatan yang terbalik, karena waktu pergantian shift kerja menghabiskan
waktu ±20 menit sedangkan dalam waktu tersebut mesin tetap bejalan
tanpa adanya pengawasan.
b. Measurement
Pada saat akan menjalankan produksi terhadap permintaan konsumen
harus mendapat schedule produksi dari PPIC dan dalam gudang produksi
terdapat standar ukuran dan jenis tisu, dikarenakan banyaknya jenis/tipe
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
80
pada tisu handkhercief adalah jenis cacat terdapat pada lipatan yang menghasilkan
persentase sebesar 25,84%.
Pada analisis tahap akhir yang dilakukan menggunakan diagram fishbone
atau sebab akibat untuk mengetahui secara jelas faktor – faktor apa saja yang
menyebabkan terjadi kecacatan. Terdapat 6 faktor utama terjadinya kegagalan
kualitas yang dihasilkan yaitu bahan baku, mesin, manusia, metode kerja,
lingkungan dan measurement. Dari faktor – faktor penyebab kecacatan yang
dihasilkan sebaiknya perusahaan perlu melakukan beberapa hal, yaitu:
Dari bahan baku: memilih bahan baku yang memiliki kualitas baik dan
sesuai dengan standar perusahaan yang sudah ditetapkan.
Dari segi mesin: membuat jadwal maintenance secara rutin,
memperhatikan kondisi mesin apakah mesin sudah dalam kondisi siap
untuk dijalankan, dan merawat mesin agar mesin dapat bekerja dengan
baik.
Dari segi manusia: karyawan harus lebih berkonsentrasi dalam bekerja,
jika karyawan tidak konsentrasi maka terjadinya kecacatan akan
berkelanjutan. Perusahaan juga perlu mengadakan training untuk
karyawan agar dapat bekerja sesuai dengan standar perusahaan dan
meningkatkan produktivitas karyawan, karena pengecekan kualitas produk
yang dihasilkan mesin tetap diawasi oleh manusia.
Dari segi metode kerja: membuat scheduling produksi agar tidak terlalu
mengejar target pesanan jika terjadi permintaan pesanan yang banyak.
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
78
tisu yang terkadang terdapat kekeliruan dalam menjalankan standar yang
akan diproduksi.
c. Mesin
Lipatan tisu yang tidak rata atau rapi disebabkan blower pada mesin tidak
berfungsi dengan baik. Blower tidak bekerja dengan baik dikarenakan
oleh kurangnya perawatan pada mesin, umur mesin yang sudah terlalu
lama, dan jadwal maintenance pada mesin yang tidak teratur sehingga
kualitas pada mesin menjadi kurang stabil. Jika produk yang dihasilkan
memiliki lipatan yang tidak rata dan hasil tidak terlalu fatal maka akan
dilipat manual oleh karyawan. Namun jika garis lipatan berjarak terlalu
besar atau jauh makan sulit untuk diperbaiki karena perusahaan akan
mendapatkan komplain dari konsumen dan membuat brand image pada
produk perusahaan menjadi menurun.
d. Manusia
Banyaknya lipatan tisu yang terbalik disebabkan oleh kelalaian karyawan
seperti kurang memperhatikan lipatan dan kurangnya ketelitian pada
karyawan, karena jika pada mesin keluar tisu dengan lipatan yang
terbalik maka perlu dilakukan pematian pada mesin dan menjalankan
kembali, sehingga kecacatan pada lipatan tisu dapat diminimalkan.
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
79
4.3. Analisa Hasil
Berdasarkan analisis dan pengolahan data yang dilakukan, maka hasil dari
pembahasan penulisan ini adalah PT Duta Indah Sejahtera dapat menggunakan
metode Statistical Process Control. Dengan peta kendali P-chart perusahaan akan
mengetahui apakah proses produksi yang dilakukan oleh perusahaan selama ini
berada dalam batas kendali atau diluar batas kendali. Dari hasil P-chart yang telah
dibuat dapat dilihat masih terdapat proses produksi yang berada diluar batas
kendali, sehingga selanjutnya perusahaaan harus melakukan suatu tindakan agar
proses produksi selalu dapat berada dalam batas kendali.
Pada data menunjukkan pada produk tisu Facial masih ada 3 titik diluar
batas kendali atas dan 2 titik diluar batas kendali bawah. Sedangkan pada produk
Handkhercief masih terdapat 1 titik diluar batas kendali atas dan 1 titik di luar
batas kendali bawahUntuk mengetahui faktor – faktor atau gejala – gejala
penyebab terjadinya kecacatan yang paling dominan terjadi pada produk dan
menentukan perbaikan yang dapat digunakan untuk mengurangi permasalahan
kecacatan produk dalam perusahaan.
Dengan menggunakan diagram pareto perusahaan dapat melihat jenis
kecacatan yang menghasilkan urutan diagram dari yang paling tinggi hingga
paling rendah jumlahnya pada kedua jenis tisu. Sehingga perusahaan dapat
menemukan jenis kecacatan yang paling utama dihadapi oleh perusahaan dan
lebih optimal dalam menangani masalah yang harus lebih di prioritaskan. Dari
hasil diagram pareto ditemukan jenis cacat yang paling mendominasi pada tisu
facial adalah potongan yang tidak rapi dengan persentase sebesar 32,11% dan
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
81
Dari segi lingkungan: melakukan jadwal piket untuk menjaga kebersihan
gudang atau menambah staff kebersihan.
Dari segi measurement: menempelkan spesifikasi jenis tisu pada bagian
setiap produksi agar tidak terjadi kesalahan pencetakan ukuran, karena
tidak semua karyawan ingat standar – standar jenis tisu.
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
82
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data pada perusahaan PT Duta
Indah Sejahtera untuk jenis produk tisu facial dan handkhercief, penulis
memberikan kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pengendalian kualitas pada PT Duta Indah Sejahtera masih
terdapat data data yang keluar dari batas kedali. Dilihat dari perhitungan
peta kendali p untuk tisu facial dan tisu handkhercief pada periode Januari
2016 – Oktober 2016. Untuk produk tisu facial periode Januari 2016 –
Oktober 2016 terdapat 3 titik yang berada diluar batas kendali atas yaitu
pada bulan April, Juli,dan Agustus. Sedangkan terdapat 2 titik yang berada
diluar batas kendali bawah yaitu bulan Januari dan September. Pada
produk tisu handkhercief periode Januari 2016 – Oktober 2016 masih
terdapat 1 titik yang berada diluar batas kendali atas yaitu data pada bulan
agustus. Masih ada 1 titik yang berada diluar batas kendali bawah yaitu
pada bulan juli.
2. Faktor – faktor penyebab kerusakan atau kecacatan pada produk PT Duta
Indah Sejahtera yang paling dominan adalah pada manusia dan mesinya.
Berdasarkan diagram fishbone dapat diketahui terdapat faktor – faktor
penyebab kecacatan pada produk tisu facial dan handkhercief pada periode
Januari 2016 – Oktober 2016 yaitu bahan baku, mesin, manusia, metode
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
83
kerja, lingkungan dan measurement. Jenis cacat yang paling banyak terjadi
pada proses produksi tisu facial periode Januari 2016 – Oktober 2016
adalah jenis cacat potongan yang tidak rapi sebesar 32,11% atau setara
dengan 2.173,8 kilogram. Sedangkan jenis cacat yang paling dominan
terjadi pada proses produksi tisu handkhercief periode Januari 2016 –
Oktober 2016 yaitu jenis cacat lipatan sebesar 25,84% atau setara dengan
211,8 kilogram. Kedua jenis cacat yang paling dominan ini di sebabkan
oleh kondisi mesin dan manusia.
3. Penerapan Statistical Process Control (SPC) pada PT Duta Indah Sejahtera
masih belum terlaksana. Semua dilihat dari hasil proses produksi, hasil
kecacatan produk dan penulis yang melakukan wawancara langsung
dengan karyawan perusahaan. Pada kualitas manajemen perusahaan
memiliki standar kualitas yaitu 2,5% yang telah diterapkan di perusahaan.
Pada hasil data yang diperoleh dari diagram sebab akibat dapat dilihat
bahwa perusahaan masih kurang memperhatikan penyebab – penyebab
penghambatan suatu kualitas dari hasil produk yang diproduksi.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan
penulis, maka beberapa saran yang dapat penulis diberikan adalah sebagai berikut:
Saran yang dapat diberikan kepada PT Duta Indah Sejahtera:
1. Maintenance mesin secara rutin dan pengawasan yang lebih terhadap
kinerja operator untuk mengurangi penghambatan dalam proses
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
84
produksi yang disebabkan oleh mesin produksi. Maintenance yang
sekiranya dapat dilakukan dengan:
a) Membuat check list system yang berupa daftar atau schedule yang
dibuat untuk melakukan kegiatan maintenance dengan cara
pemeriksaan terhadap semua mesin secara berkala.
b) Melakukan pemeriksaan kebersihan mesin setelah melakukan
maintenance atau sebelum mesin dijalankan untuk mengurangi
salah satu jenis cacat yang sering terjadi yaitu kebersihan.
c) Melakukan oiling secara teratur dan sekiranya diperlukan, karena
oiling merupakan suatu tindakan pemberian oli terhadap
komponen – komponen yang bergerak. Pada bagian oiling dapat
dilakukan dengan penambahan atau penggantian oli pada suatu
mesin.
d) Penggantian spare part secara rutin sesuai dengan kondisi dan
usia spare part. Penggantian spare part dilakukan untuk
menjamin optimalisasi kerja mesin secara keseluruhan.
Penggantian spare part salah satunya berupa pisau pemotong
pada mesin, baut, dan lain-lain.
e) Penyetelan kerenggangan pada mesin juga sangat diperlukan
untuk mengembalikan peralatan pada kondisi semula, sehingga
kerja peralatan tetap optimal. Penyetelan kerenggangan mesin
menjadi salah satu penyebab jenis cacat yaitu bentuk emboss
yang tidak terlihat.
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
85
2. Perusahaan perlu mengadakan training bagi para karyawan untuk
meningkatkan produktivitas karyawan. Beberapa training yang
menurut penulis perlu dilakukan seperti:
a) Skill training (pelatihan keahlian) yang dilakukan agar para
karyawan mampu menguasai skill yang berhubungan dengan
pekerjaannya. Skill training bisa dilakukan misalnya tentang cara
penggunaan mesin, pelatihan ini dapat dilakukan tidak hanya
sekali melainkan bisa dilakukan sebulan sekali agar karyawan
ingat cara penggunaan mesin sehingga tidak terjadi kesalahan
penjalanan mesin. Materi dapat dijalankan mulai dari penggunaan
mesin hingga perawatan mesin.
b) Perusahaan melakukan training product knowledge untuk
memberi pemahaman kepada seluruh karyawan tentang jenis –
jenis produk, merek, dan lain-lain. Hal ini dapat meminimalkan
kesalahan pada karyawan akan lupa jenis – jenis produk sehingga
terjadi kesalahan pencetakan ukuran.
Sebaiknya perusahaan juga memperhatikan kebersihan pada saat
proses produksi dijalankan dan kebersihan lingkungan penempatan produk
pada saat produk sudah dihasilkan. Hal ini bisa dilakukan dengan beberapa
hal sebagai berikut:
a) Membuat check list pemantauan kebersihan yang diawasi oleh
kepala bagian produksi.
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
86
b) Menjaga kebersihan mesin secara teliti sehingga dapat
mengetahui kondisi mesin dan menghindari kerusakan mesin
seperti ada bagian mesin yang karatan karena tidak terjaganya
kebersihan.
c) Membuat layout untuk masing – masing produk tisu sehingga
produk tidak tercampur – campur. Layout gudang yang efektif
dapat meminimalkan kerusakan bahan digudang.
3. Perusahaan dapat melakukan pertimbangan untuk menerapkan
pengendalian kualitas dengan menggunakan metode Statistical
Process Control karena dinilai lebih efektif untuk mengetahui
penyebab cacat yang lebih dominan terjadi sehingga dapat menangani
masalah – masalah yang terkait dengan kualitas secara optimal.
Cara – cara yang dapat dilakukan perusahan untuk penerapan metode
statistical process control seperti:
a) Melakukan evaluasi terlebih dahulu apakah suatu proses produksi
sudah berada dalam batas kendali menggunakan perhitungan
statistika dengan salah satu tools TQM ( Total Quality
Management) yaitu peta kendali.
b) Mengumpulkan data dengan menggunakan check sheet tentang
jenis masalah yang sedang terjadi.
c) Hasil pengumpulan data dapat dilanjutkan kembali menggunakan
diagram pareto untuk mengetahui jenis masalah mana yang paling
dominan terjadi.
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
87
d) Setelah mengetahui masalah yang paling dominan terjadi maka
perusahaan bisa melakukan analisis sebab akibat dari kecacatan
produk yang terjadi dengan menggunakan metode cause-and-
effect diagram.
e) Melakukan tindakan perbaikan yang diperlukan.
f) Melakukan feedback kembali untuk mengetahui apakah proses
produksi sudah terjadi perbaikan.
Saran yang diusulkan untuk penelitian selanjutnya:
Menambahkan variabel – variabel SPC lain dalam penelitian seperti
check sheets, histogram, scatters diagram, dan flow chart.
Menggunakan jangka periode yang lebih panjang untuk melihat
perkembangan kualitas.
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
xiii
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, J. (2016, Februari 02). Proses Quality Control dan Cara melakukan
Quality Control. (Luciana, Interviewer)
Awaj, Y. M., Singh, A. P., & Amedie, W. Y. (2013). Quality Improvement Using
Statistical Process Control Tools In Glass Bottles Manufacturing
Company. International Journal for Quality Research, 7(1), 107-126.
Besterfield, Dale H. (1998). Quality control (5th
edition). International Edition.
New jersey: Prentice-Hall,inc.
Bookzz. (2008). Fundamentals of Quality Control and Improvement, Third
Edition. Retrieved from http://bookzz.org/book/2152393/46f5db.
Bungin, B. (2013). Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi. Jakarta: PT Jaya
Grafindo Persada
Chandna, P., & Chandra, A. (2009). Quality Tools to Reduce Crankshaft Forging
Defects: An Industrial Case Study. Journal of Industrial and Systems
Engineering, 3(1), 27-37.
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia (3th
ed.). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Evans, J. R., & Collier, D. A. (2007). Operations Management: An Intergrated
Goods and Service Approach. USA: Thomson South.
Financeroll. (2014). PT Superma Menambah Kapasitas Mesin Produksi Tisu
Menjadi 2500 mt. Retrieved from http://financeroll.co.id/news/pt-suparma-
menambah-kapasitas-mesin-produksi-tisu-menjadi-2500-mt/.
Fouad, R, H., & Mukattash, A. (2010). Statistical Process Control Tools: A
Practical Guide For Jordanian Industrial Organizations. Jordan Journal of
Mechanical and Industrial Engineering, 4(6), 693-700.
Heizer, J., & Render, B. (2014). Principles Of Operations Management (8th
ed.).
Global edition. New Jersey: Pearson Educations, Inc.
Jacobs, F. R., & Chase, R. B. (2014). Operations and Supply Chain Management
(14th
ed.) Global Edition.UK: McGraw-Hill Education.
Kementrian Perindustian.(2014). Industri Pulp dan Kertas Diproyeksi Tumbuh
12% Tahun Depan. Retrieved from http://financeroll.co.id/news/pt-
suparma-menambah-kapasitas-mesin-produksi-tisu-menjadi-2500-mt/
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
xiv
Kementrian Perindustrian. (2015). Kontribusi Industri Manufaktur Meleset.
Retrieved from https://www.kemenperin.go.id/artikel/14532/Kontribusi-
Industri-Manufaktur-Meleset
Kementrian Perindustrian. (2015). Kontribusi Industri Pengolahan Non Migas
Terhadap PDB. Retrieved from http://
www.kemenperin.go.id/statistik/pdb_share.php
Kemetrian perindustrian. (2015). Laju Pertumbuhan Industri Pengolahan Non
Migas (Kumulatif). Retrieved from
http://www.kemenperin.go.id/statistik/pdb_growthc.php
Kompas. (2016). Produksi Industri Manufaktur Kuartal-I Meningkat. Retrieved
from
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/05/02/140100426/Produksi.I
ndustri.Manufaktur.Kuartal-I.2016.Meningkat
Mahanti, R., & Evans, J. R. (2012). Critical Success Factors For Implementing
Statistical Process Control In the Software Industry. Benchmarking: An
International Journal, 19(3), 374-394.
Media Indonesia. (2016). APP Sasar Ekspansi Pasar Tisu di Jepang. Retrieved
from http://www.mediaindonesia.com/news/read/43793/app-sasar-
ekspansi-pasar-tisu-di-jepang/2016-05-04
Mercy, O., & Taiye, B, T. (2015). Strategic Imperatives of Total Quality
Management and Customer Satisfaction in Organizational Sustainability.
International Journal of Academic Research in Business and Social
Sciences, 5(4).
Mitra, Amitava. (2008). Fundamental Of Quality Control And Improvement (3th
ed.). New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Mostafaeipour, A., Sedaghat, A., Hazrati, A., & Vahdatzad, M. (2012). The Use
of Statistical Process Control Technique in the Ceramic Tile
Manufacturing: A Case Study. International Journal of Applied
Information Systems, 2(5), 14-19.
Nicolae, R., Nedelcu, A., & Dumitrascu, A. (2015). Improvement The Quality Of
Industrial Products by Applying The Pareto Chart. Review of The Air
Force Academy, 3(30).
OWL. (2016). Purdue Online Writing Lab. Retrieved from
http://owl.english.purdue.edu/owl/
Rantamaki, J., Tiainen, E. L., & Kassi, T. (2013). A Case Of Implementing SPC
In A Pulp Mill. International Journal of Lean Six Sigma, 4(3), 321-337.
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
xv
Reid, R. D., & Sanders, N. R. (2007). Operations Management: An Integrated
Approach (3th
ed.). USA: John Wiley & Sons, Inc.
Rohani, J. R., & Teng, C. K. (2001). Improving Quality With Basic Statistical
Process Control (SPC) Tools: A Case Study. Jurnal Teknologi,35(A), 21-
34.
Russell, R. S., & Taylor, B. W. (2009). Operations Management: Along The
Supply Chain (6th
ed.).Asia: John Wiley & Sons, Inc.
Satriyono. (2016, September 12). Data-Data Produksi dan proses produksi.
(Luciana, Interviewer)
Schermerhorn, J. R. (2010). Introduction to Management (10th
ed.). International
Student Version. USA: John Wiley & Sons.
Sekan, U., & Bougie. R. (2013). Research Methods for Business (6th ed.). UK:
John Wiley & Sons Ltd.
Sultana, F., Razive, N, I., & Azeem, A. (2009). Implementation Of Statistical
Process Control (SPC) For Manufacturing Performance Improvement.
Journal of Mechanical Engineering, 40(1).
Viva. (2016). Cara Tembus Pasar Dagang Amerika Serikat. Retrieved from
http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/833480-cara-tembus-pasar-dagang-
amerika-serikat
www.dutaindah.com Diakses 25 Maret 2016
www.dutaindah.web.indotrading.com Diakses 25 Maret 2016
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
xvi
LAMPIRAN I
Jenis – Jenis Mesin
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
xvii
Jenis
Mesin Gambar Mesin
Mesin Towel
Paper
Mesin
Pemotong
Tisu
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
xviii
Mesin
Packaging
Tisu
Handkerchief
satuan
Mesin
Packaging
Tisu
Handkerchief
Automatic
Mesin Tisu
Handkerchief
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
xix
Mesin Tisu
Napkin(
belah dua &
belah dua
lipat)
Mesin Tisu
Napkin
Standard
Mesin Tisu
Toilet
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
xx
Mesin Tisu
Facial
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
xxi
LAMPIRAN II
Lokasi Penelitian
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
xxii
Deskripsi Gambar
Waste Tisu
Gudang Bahan
Baku &
Barang Jadi
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
xxiii
Tempat
Penyimpanan
Plastik
(packaging)
Tempat
Gudang
Produksi
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
xxiv
Packaging
Manual
Gulungan Tisu
Pada Mesin
yang
Berantakan
Spesifikasi
Produk
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
xxv
Bahan Baku
Pulp
Tempat
Checker dan
Pemasukan
Barang Untuk
Delivery
Quality
Control Untuk
Bahan Pulp
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
xxvi
Kecacatan
Produk Dobel
Press Produk
Hnadkerchief
Proses
Produksi Tisu
Facial
Spesifikasi
Bahan Baku
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017
xxvii
Proses
Produksi Tisu
Facial
Check sheet
Bahan Baku
Datang
Analisis Pengendalian..., Luciana Senjaya, FB UMN, 2017