Kajian Sosioekonomi Eksistensi Umbul Senjaya Kabupaten ...

21
JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014 ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851 92 Kajian Sosioekonomi Eksistensi Umbul Senjaya Kabupaten Semarang Idos Febriyana Putra 1 , Yogi Pasca Pratama 2 , Bhimo Rizky Samudro 3 1. Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sebelas Maret 2. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sebelas Maret 3. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sebelas Maret [email protected], [email protected], [email protected] Abstract This research is motivated from the existence of Senjaya Springs where can survive even only supported by community with limited capabilities. Therefore this study aims to: (1) determine the patterns of how myth affect the sustainability of Senjaya Springs until today. (2) Determine any motive and motivation behind the individual to perform the ritual. (3) Based on the motives anf motivation of preparators, whether the practice of Tapa Kungkum can be said to be rational when viewed from an economic standpoint. The focus of the analysis in this study is, what affects the existence of te springs and what the socioeconomic impacts for the community. Thus the informant targeted are : (1) person who knows the ins and out of Senjaya Spring. (2) Person directly affected by existence of Senjaya Springs. This study used a qualitative method using a phenomenological approach and historical narrative. The data in this Senjaya Springs study were collated by using several methods, namely : (1) in-depth interviews and unstructured interviews; and (2) participant observation. The results showed that: (1) there are 3 patterns of myth in maintaining the existence of Senjaya Springs. (2) There are 4 motives and motivations from two types of visitor in Senjaya Springs. (3) Tapa Kungkum regarded as a rational choice. The recommendations idea given to the village officer: (1) need serious management and development for tourist destination. (2) The need for adding infrastructure to facilitate for ritual actors at night. Keywords : Senjaya Springs, Myth, Socio-economic, Rational Choice Theory JEL Classification : Z13 1. PENDAHULUAN Manusia sebagai makhluk sosial dalam perjalanannya akan terus saling berinteraksi dan menumbuhkan hal- hal baru. Budaya merupakan salah sa- tu produk yang dihasilkan oleh inte- raksi antar individu dalam satu kelom- pok secara terus-menerus. Menurut Taylor (1871) kebudayaan adalah ke- satuan yang kompleks di mana di da- lamnya terkandung pengetahuan, ke-

Transcript of Kajian Sosioekonomi Eksistensi Umbul Senjaya Kabupaten ...

Page 1: Kajian Sosioekonomi Eksistensi Umbul Senjaya Kabupaten ...

JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

92

Kajian Sosioekonomi Eksistensi Umbul SenjayaKabupaten Semarang

Idos Febriyana Putra1, Yogi Pasca Pratama2, Bhimo Rizky Samudro3

1. Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sebelas Maret2. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sebelas Maret3. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sebelas Maret

[email protected], [email protected], [email protected]

Abstract

This research is motivated from the existence of Senjaya Springs where can surviveeven only supported by community with limited capabilities. Therefore this studyaims to: (1) determine the patterns of how myth affect the sustainability of SenjayaSprings until today. (2) Determine any motive and motivation behind the individualto perform the ritual. (3) Based on the motives anf motivation of preparators,whether the practice of Tapa Kungkum can be said to be rational when viewed froman economic standpoint.

The focus of the analysis in this study is, what affects the existence of te springs andwhat the socioeconomic impacts for the community. Thus the informant targeted are: (1) person who knows the ins and out of Senjaya Spring. (2) Person directlyaffected by existence of Senjaya Springs. This study used a qualitative method usinga phenomenological approach and historical narrative. The data in this SenjayaSprings study were collated by using several methods, namely : (1) in-depthinterviews and unstructured interviews; and (2) participant observation.

The results showed that: (1) there are 3 patterns of myth in maintaining the existenceof Senjaya Springs. (2) There are 4 motives and motivations from two types of visitorin Senjaya Springs. (3) Tapa Kungkum regarded as a rational choice. Therecommendations idea given to the village officer: (1) need serious management anddevelopment for tourist destination. (2) The need for adding infrastructure tofacilitate for ritual actors at night.

Keywords : Senjaya Springs, Myth, Socio-economic, Rational Choice Theory

JEL Classification : Z13

1. PENDAHULUAN

Manusia sebagai makhluk sosialdalam perjalanannya akan terus salingberinteraksi dan menumbuhkan hal-hal baru. Budaya merupakan salah sa-

tu produk yang dihasilkan oleh inte-raksi antar individu dalam satu kelom-pok secara terus-menerus. MenurutTaylor (1871) kebudayaan adalah ke-satuan yang kompleks di mana di da-lamnya terkandung pengetahuan, ke-

Page 2: Kajian Sosioekonomi Eksistensi Umbul Senjaya Kabupaten ...

JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

93

percayaan, kesenian, moral, hukum, a-dat istiadat, dan kemampuan-kemam-puan lain yang didapatkan seseorangsebagai anggota masyarakat. Tamba-han pendapat mengenai kebudayaanjuga dikemukakan oleh Herkovits(1955) yang memandang kebudayaansebagai sesuatu yang diturunkan darigenerasi pendahulu ke generasi pene-rusnya.

Budaya dalam perkembangan-nya akan menurunkan mitos sebagaiwujud penyampaian pesan yang mem-punyai sifat transformatif. Iswidayati(2007) mengungkapkan bahwa mitosmerupakan suatu hasil dari masyarakatyang berakar dari sejarah dan masalalu yang bersifat statis dan kekal.Masyarakat dalam suatu budaya bia-sanya menerima menganggap mitossebagai sesuatu yang disakralkan yangmerupakan suatu penjelasan akan sua-tu fenomena atau keadaan di luar pe-mikiran yang rasional. Mitos yang te-lah berkembang mengakibatkan suatupemikiran masyarakat bahwa tidakpantas atau “ora ilok” mempertanya-kan kebenaran dari mitos.

Kebudayaan dan mitos yangberkembang akan menghasilkan wu-jud dari tatanan kepercayaan yang di-hasilkannya. Lelaku atau ritual adalahsalah satu produk yang lahir dari bu-daya yang ada di Jawa. Tujuan darilelaku itu sendiri beraneka ragam ter-gantung dengan para pelaku dari ritualtersebut yang menjadikan cara lelakujuga beraneka ragam. Macam cara le-laku di Jawa sendiri banyak dipe-ngaruhi oleh akulturasi dari budaya lu-ar, salah satunya adalah Laku Bertapaatau Tapabrata. Tapabrata menurutkesusteraan Jawa Kuno diambil darikonsep Agama Hindu tapas, yangbersumber dari kitab-kitab Veda. J.Knebel (1897) seperti yang dikutipoleh Koentjaraningrat (1984) menye-

butkan bahwa orang jawa mengenalsebelas cara bertapa yaitu Tapa Nga-long, Tapa Ngluwat, Tapa Bisu, TapaBolot, Tapa Ngidang, Tapa Ngram-ban, Tapa Ngambang atau Kungkum,Tapa Ngeli, Tapa Tilem, Tapa Mutih,dan Tapa Mangan.1

Tapabrata yang sampai saat inimasih sering ditemui adalah TapaNgambang atau yang biasa disebutKungkum. Kungkum sendiri merupa-kan Tapabrata yang mengharuskanpelakunya untuk merendam diri ditengah sungai selama waktu yangtelah ditentukan. Selain di sungaikungkum biasanya juga dilakukan ditempat-tempat yang disakralkan danmemiliki nilai sejarah tertentu. Salahsatu alternatif Tapa Ngambang yangsering digunakan adalah Umbul.Umbul atau mata air dalam masya-rakat Jawa mempunyai fungsi samadengan sungai yaitu digunakan seba-gai sarana mandi dan mencuci. Selainsebagai sarana mandi dan mencuci pa-da beberapa umbul juga dimanfaatkanoleh beberapa orang sebagai saranamelakukan Tapa Kungkum. Umbulyang digunakan sebagai lelaku TapaKungkum ini biasanya adalah Umbulyang mempunyai mitos tertentu yanglahir dari waktu yang lampau, ataubisa disebut keramat.

Umbul Senjaya merupakan sa-lah satu Umbul yang masih sering di-gunakan para pelaku spiritual untukmelakukan Tapa Kungkum. MenurutMbah Jasmin selaku juru kunci namaSenjaya sendiri diambil dari namatokoh pada perang Bharatayudha yaituArya Sanjaya. Masyarakat sekitarmempercayai bahwa Umbul Senjayaini merupakan perwujudan dari Arya

1 Deskripsi terperinci tentang tapa dapatdilihat di Kebudayaan Jawa : Seri EtnografiIndonesia No.2 karangan Koentjaraningrat.

Page 3: Kajian Sosioekonomi Eksistensi Umbul Senjaya Kabupaten ...

JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

94

Sanjaya yang moksa dan berubahmenjadi mata air. Mata air ini beradadi Desa Tegalwaton, Kec. Tengaran,Kab. Semarang, Jawa Tengah. UmbulSenjaya sendiri mendapatkan pasokanair dari tiga kecamatan yang berada diatasnya yaitu kecamatan Argomulyo,Kecamatan Tengaran, dan KecamatanGetasan. Daerah penyuplai air untukUmbul ini diperkirakan mencapai 40Km2 yang mencakup kaki gunungMerbabu bagian timur laut, GunungTelomoyo, dan Gunung GajahMungkur.

Mbah Jasmin seterusnya men-jelaskan bahwa Tapa Kungkum yangberada di Umbul Senjaya berawal darisebuah peristiwa yang terjadi padamasa awal terbentuknya KasultananPajang. Babad tanah jawi mengi-sahkan bahwa Joko Tingkir atau MasKarebet melakukan perjalanan untukmengabdi menjadi prajurit ke Ibu KotaDemak. Sesampainya di UmbulSenjaya Jaka Tingkir melakukan TapaKungkum di Umbul Senjaya. Tidakhanya bertapa di dalam air saja, JakaTingkir juga bertapa di bawah salahsatu pohon beringin yang ada diUmbul Senjaya. Mbah Jasmin selakujuru kunci menerangkan bahwa bekaspondasi dan altar pemujaan yang ter-buat dari batu yang berada di sekitarumbul merupakan bukti bahwa dulu-nya tempat tersebut memang merupa-kan bekas petilasan joko tingkir. Ma-syarakat yang melakukan Tapa Kung-kum di Umbul Senjaya ini biasanyaingin “ngalap berkah” dan berharapdapat mendapat kemuliaan kedudukanseperti Joko Tingkir yang kemudianmenjadi raja pertama kasultanan Pa-jang. Prosesi Tapa Kungkum biasanyadimulai pada tengah malam hariSelasa Kliwon, Jumat Kliwon, dantanggal lima belas penanggalan Jawaatau tepat pada saat bulan purnama.

Perbedaan Umbul Senjayadibanding umbul lain terletak padajumlah mata airnya yang secaralangsung juga berpengaruh terhadapdebit air yang dihasilkannya. Umbullain yang digunakan untuk lelaku TapaKungkum biasanya hanya terdiri darisatu sumber mata air atau tempatberendam. Umbul Senjaya sendirimemiliki tujuh tempat berendam yangsaling berkaitan dan kesemuanyamemiliki kegunaan yang berbeda.Nama-nama tempat tersebut adalahUmbul Slamet, Umbul Bandung,Umbul Teguh, Umbul Kakung, UmbulPutri, Kali Petuk dan yang terakhiradalah Umbul Senjaya sendiri.Biasanya para pelaku tapa hanyaberendam di satu tempat saja, namunada juga yang meminta kepada mbahJasmin agar diizinkan berendam diketujuh tempat tersebut.

Kesitimewaan kedua dariUmbul Senjaya adalah banyaknyapohon besar yang ada di bibir umbul.Selain di bibir sendang, pohon besarjuga banyak ditemui di bumiperkemahan yang berada tepat disebelah selatan sendang Senjaya. Ter-dapat beberapa mitos yang melingkupikeberadaan pohon besar di sekitarUmbul Senjaya ini. Pohon beringinyang dulunya menjadi tempat perse-median Joko Tingkir saat ini sudah ti-dak dapat ditemui lagi dikarenakan te-lah tumbang. Masyarakat setempatmempercayai bahwa tumbangnya po-hon beringin tersebut merupakan suatupertanda buruk. Anggapan masyarakattersebut terbukti dengan peristiwa ter-bakarnya istana keraton kasunananSurakarta Hadiningrat yang terjadi pa-da masa pemerintahan PakubuwonoX. Pihak keraton sendiri mempercayaibahwa terbakarnya istana keraton ka-rena adanya siklus “prahara” yang ter-jadi setiap 200 tahun sekali.

Page 4: Kajian Sosioekonomi Eksistensi Umbul Senjaya Kabupaten ...

JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

95

Sendang Senjaya bagi seba-gian warga Desa Tegalwaton adalahtempat untuk menggantungkan hidup.Selain sebagai pemenuh kebutuhanpokok sehari-hari berupa air, sendangSenjaya juga digunakan sebagai tem-pat memperoleh pendapatan. Banyakdi antara warga yang menjadi juruparkir, baik di sekitar umbul maupundi area bumi perkemahan. Delapanwarung dapat terlihat berdiri di sekitarumbul serta lima warung lain beradadi bumi perkemahan. Kebanyakanwarung di Umbul Senjaya menjajakanmakanan khas yang hanya ada diumbul ini yaitu “bakwan jembak”.Pengunjung selain datang ke umbuluntuk sekedar berenang ataupunmenikmati suasana banyak juga yangdatang ke Umbul Senjaya khususuntuk membeli panganan ini. Kegiatanmencuci pakaian juga masih banyakdilakukan warga sekitar umbul ini.Bahkan pada hari libur banyak orangluar yang datang ke umbul ini dengantujuan untuk mencuci karpet masjid.

Air yang keluar dan mengalirdari Umbul Senjaya ini juga memilikimanfaat tidak hanya untuk masyarakatDesa Tegalwaton melainkan juga un-tuk masyarakat Kota Salatiga. Tahun1887 adalah awal mula Umbul Sen-jaya dimanfaatkan untuk kepentinganmasyarakat Kota Salatiga. Pipa penye-dot air dipasang untuk memenuhi ke-butuhan masyarakat Kolonial Belandayang menetap di Kota Salatiga. Tetapisetelah masa kemerdekaan, pipa per-tama ini dimanfaatkan untuk mengaliriMarkas Militer Yonif 4/11 Salatiga.Perusahaan swasta yang bergerak da-lam bidang pembuatan textil jugamembangun instalasi penyedot air un-tuk dialirkan ke pabriknya pada tahun1955. Kota Salatiga yang dulunya per-nah menanamkan pipa, melalui PAMKota Salatiga, pada tahun 1968 mena-namkan kembali pipa keduanya yang

digunakan untuk memasok kebutuhanair bersih ke seluruh masyarakat KotaSalatiga. PAM Kabupaten Semarangsebagai unsur pemerintah daerah jugatidak ingin menyiakan limpahan airdari Umbul Senjaya, sehingga pada ta-hun 1994 di ditanamlah pipa keempatdi Umbul Senjaya ini.

Masyarakat Desa Tegalwatonselaku “pemilik” Umbul Senjaya pas-ca tahun 1994 tidak mengizinkan lagiada pihak yang mengambil air da-riumbul tersebut. Masyarakat khawa-tirkarena bila terlalu banyak air yang di-ambil maka akan mengurangi paso-kan air ke sawah-sawah warga. UmbulSenjaya sendiri memasok sebagian be-sar air ke sebuah anak sungai yangmelewatinya. Aliran sungai tersebutterpecah menjadi tiga yaitu, sungai itusendiri, dan dua sungai irigasi. Saluranirigasi pertama ditujukan untuk me-ngaliri pertanian di Kecamatan Ting-kir, Kota Salatiga. Sedangkan saluranirigasi yang kedua memasok air kepertanian Kecamatan Suruh, Kabupa-ten Semarang. Maka dari itu bila debitair dari Umbul Senjaya berkurang sec-ara langsung akan berdampak kepadapetani yang ada di Kecamatan Tingkirdan Kecamatan Suruh.

Dilihat dari observasi lapanganyang dilakukan, keberlangsungan dankelestarian Umbul Senjaya sampai sa-at ini dapat dikatakan ditopang olehbeberapa faktor. Faktor pertama ten-tang budaya dan mitos, dan yang ke-dua adalah sosioekonomi dari masya-rakat Tegalwaton dalam memperlaku-kan dan memanfaatkan Umbul Senja-ya. Daya tarik yang dimiliki UmbulSenjaya pada masa sekarang ini sangatmenarik untuk diteliti. Budaya danMitos yang dulunya menjadi faktorpenarik bagi pengunjung untuk datangke Umbul Senjaya apakah masih rele-van dengan perkembangan jaman saat

Page 5: Kajian Sosioekonomi Eksistensi Umbul Senjaya Kabupaten ...

JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

96

ini. Apakah ada faktor lain di sampingitu yang saat ini berperan besar dalamkeberlangsungan dari Umbul Senjayatentunya dilihat dari sudut pandangekonomi. Selain itu apakah budayadan mitos sengaja dilestarikan agarUmbul Senjaya tetap dapat memenuhikebutuhan masyarakat khususnya diKota Salatiga dan Kabupaten Sema-rang.

Kebudayaan sebagai perwuju-dan dari interaksi manusia yang tera-kumulasi bertahun-tahun akan terusberkembang. Pengaruh dari luar yangtidak sejalan akan mengakibatkan ben-turan yang berakibat antara lain akul-turasi, asimilasi, dan dapat juga bera-kibat konflik. Masyarakat selaku pe-milik dari kebudayaan yang ada di su-atu tempat biasanya memiliki cara-ca-ra tersendiri untuk mempertahankaneksistensi dari budaya mereka. Salahsatu cara dari bentuk pertahanan ter-sebut adalah Mitos.

Umbul Senjaya sebagai tempatlelaku budaya Tapa Kungkum jugamemiliki mitos tersendiri. Berbeda da-ri tempat lain, di Umbul Senjaya mitoslebih dulu lahir daripada budaya. Ada-nya mitos bahwa Umbul Senjaya per-nah menjadi tempat bertapanya JokoTingkir mengakibatkan “lahirnya” bu-daya Tapa Kungkum di Umbul Sanja-ya itu sendiri. Mitos lain bahwa po-hon-pohon di area Umbul Senjaya me-miliki “makhluk penunggu” juga ma-sih banyak dibicarakan oleh warga.Mitos yang berkembang tersebut me-ngakibatkan suasana keramat masihkental di Umbul Senjaya. Altar pemu-jaan dengan dupa yang selalu menyaladan rimbunan pohon berdiameter lebihdari satu setengah meter merupakanbukti fisik bahwa budaya dan mitos diUmbul Senjaya masih dijaga.

Budaya dan folklor yang adadi Umbul Senjaya merupakan salah

satu faktor penting dalam kelestarianumbul sampai saat ini. Apakah budayadan mitos dari Umbul Senjaya sengajadipelihara dan dipertahankan agarlingkungan di sekitarnya tetap terjaga,sehingga debit air yang keluar darimata airnya tidak berkurang? Ataukahmasyarakat telah membuat pola dayatarik tersendiri di luar faktor budayapada Umbul Senjaya ini sehingga ke-berlangsungannya tetap terjaga? Pene-litian ini akan melihat adanya ke-mungkinan faktor sosioekonomi seba-gai faktor penopang eksistensi UmbulSenjaya serta apakah budaya dan mi-tos yang ada di Umbul Senjaya senga-ja dipelihara untuk menjadi faktor pe-narik pengunjung umbul, dan keber-langsungan masyarakat di sekitar um-bul.

Berdasarkan rumusan masalahyang telah dijelaskan sebelumnya, tu-juan dari penelitian ini yaitu untukmengetahui historis dari esensi UmbulSenjaya yang telah ada sejak ribuantahun silam. Tujuan kedua adalahuntuk mengetahui dampak sosioeko-nomi dari eksistensi Umbul Senjayabaik bagi warga setempat yaitu wargaDesa Tegalwaton maupun bagi pe-ngunjung yang datang. Sedangkantujuan ketiga adalah untuk mengetahuibagaimana perkembangan sosioekono-mi dari eksistensi Umbul Senjaya un-tuk waktu mendatang.

2. TINJAUAN PUSTAKA DAN

HIPOTESIS

Ekonomi Kelembagaan

Kelembagaan di sini secarategas dibedakan dengan organisasi.Kelembagaan dalam penelitian inidiartikan sebagai seperangkat aturan,regulasi, mekanisme, dan tata perila-ku. Sedangkan organsasi adalah kum-pulan individu ataupun kelompok

Page 6: Kajian Sosioekonomi Eksistensi Umbul Senjaya Kabupaten ...

JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

97

yang bertujuan untuk mencapai suatutitik tertentu. Rutherford (1994) me-maknai kelembagaan sebagai regulasiperilaku yang secara umum diterimaoleh anggota-anggota kelompok sosi-al, untuk perilaku yang spesifik dalamsituasi yang khusus, baik yang dapatdiawasi sendiri maupun dimonitorioleh otoritas luar. Pendapat lain yangberasal dari Manig (1991) bahwa ke-lembagaan merefleksikan sistem nilaidan norma dalam masyarakat, tetapinilai dan norma itu bukanlah kelemba-gaan itu sendiri. Maka dapat ditarikkesimpulan bahwa kelembagaan ada-lah suatu tata perilaku masyarakat,entah berupa norma, nilai, aturan sosi-al yang terstruktur maupun tidak ter-struktur.

Yustika (2006) dalam bukunyayang berjudul Ekonomi Kelembagaanmengelompokkan konteks ekonomikelembagaan menjadi tiga komponenyaitu:a. Aturan formal (formal institutions),

meliputi konstitusi, statuta, hukumdan seluruh regulasi pemerintahlainnya.

b. Aturan informal (informal institu-tions), meliputi pengalaman, nilai-nilai tradisional, agama, dan selu-ruh faktor yang membentuk persep-si subjek terhadap lingkungan.

c. Mekanisme penegakan (enforce-ment mechanism), merupakan pe-negakan dari setiap aturan-aturansebelumnya.

Kelembagaan dengan segalaatribut didalamnya akan memapankanmasyarakat untuk hidup dengan nya-man dan saling berinteraksi. Masyara-kat yang saling berinteraksi akan men-ciptakan pola perilaku yang lama-ke-lamaan akan mengakar menjadi sebu-ah nilai, norma, dan kebudayaan.Menjadi tata cara berperilaku yangsecara tidak tertulis menjadi pedomanhidup di dalam masyarakat terhadap

lingkungan mereka tinggal dan terha-dap sesama masyarakat.

Sosio EkonomiSosio ekonomi menurut Dam-

sar (1995) adalah studi tentang bagai-manakah cara masyarakat memenuhikebutuhan hidupnya terhadap ja-sadan barang langka dengan menggu-nakan pendekatan sosiologi. Maka da-ri itu menurut definisi tersebut dapatdilihat bahwa sosio ekonomi memilikihubungan dengan dua hal yaitu: perta-ma, fenomena ekonomi yang berisigejala bagaimana cara masyarakat me-menuhi kebutuhan mereka terhadapbarang dan jasa. Segala aktifitas orangdan masyarakat yang berhubungan de-ngan produksi, distribusi, pertukarandan konsumsi jasa dan barang me-rupakan cara yang dimaksut untukmemenuhi kebutuhannya.

Sosio ekonomi semestinya ha-rus memperhatikan aspek ekologis se-perti yang dikemukakan oleh Stinch-combe (1983). Perhatiaan terhadapekologis sangat diperlukan karena sua-tu aktifitas ekonomi yang mengabai-kan aspek ekologis akan mendapatkanhambatan dan tantangan oleh masya-rakat dunia kontemporer yang sema-kin peka terhadap isu lingkungan hi-dup, ataupun masyarakat tradisionalyang masih berpegang teguh terhadapalam dan lingkungan.

Hubungan kedua adalah pen-dekatan sosiologis yang berupa ke-rangka acuan, variabel-variabel, danmodel-model yang digunakan oleh so-siolog dalam menjelaskan dan mema-hami keadaan dan fenomena sosialyang terjadi dalam masyarakat. Sosio-log dan ekonom memiliki pendekatanyang berbeda dalam memahami danmenjelaskan fenomena ekonomi. Per-bedaan pendekatan tersebut munculkarena perbedaan cara memandangyang berupa metodelogi, perbedaansejarah ilmu, dan perbedaan-perbe-

Page 7: Kajian Sosioekonomi Eksistensi Umbul Senjaya Kabupaten ...

JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

98

daan dalam mensikapi kegiatan praktisdalam lingkup seorang ilmuwan. Si-kap dari kegiatan praktis tersebut se-belumnya telah disebutkan oleh MaxWeber bahwa sosiolog harus bebas ni-lai dalam menjelaskan realitas sosial.

Pembuatan tipologi merupakanlangkah yang sering dilakukan olehpara pakar untuk mengklarifikasi ob-yek yang bersangkutan dengan buda-ya. Salah satu inti yang dikenal adalahmembedakan antara aspek kognitif,aspek ekspresif, dan aspek valuatif da-lam budaya, yaitu kepercayaan tentangdunia, symbol-simbul, dan orientasinilai (Parsons & Edward A, 1951). Ti-pologi lain diajukan oleh DiMaggio(1994) yaitu bentuk budaya yangmempunyai sifat konstitutif (berupakategori-kategori, naskah/skrip, kon-sep tentang agen, gagasan tentang tek-nik) dan bentuk budaya yang mempu-nyai sifat regulatif (norma, nilai, danrutin).

Perbedaan dasar ilmu dalammenyikapi budaya terhadap ekonomisangat berpengaruh dalam sudut pan-dang para ahli (Damsar, 1995). An-tropolog dengan dasar antropologinyamelihat bahwa budaya memberikankategori-kategori yang memungkinkanmasyarakat untuk turut serta dalamtindakan ekonomi. Sedangkan ekonommenganggap perilaku ekonomi berbe-da dengan budaya, terutama meman-dang budaya hanya sebatas norma dankonvensi. Sosiolog memposisikan di-rinya di tengah, yaitu aspek budayatidak hanya membuat kita turut sertadalam tindakan ekonomi, tetapi dapatpula menghambatnya. Sehingga daridasar pemikiran tersebut budaya di-anggap sebagai sesuatu yang meng-hambat pencapaian kepentingan priba-di individu.

Menurut DiMaggio (1994) da-lam pengembangan analisis yang ber-hubungan dengan pengaruh budaya

terhadap fenomena ekonomi memilikidua kondisi. Kondisi pertama, sese-orang harus menunjukkan bahwa indi-vidu atau aktor-aktor kolektif denganbudaya tertentu yang dimilikinya me-miliki perilaku yang berbeda denganaktor-aktor lain yang tidak memilikibudaya yang sama. Budaya dapatmempengaruhi perilaku ekonomi de-ngan jalan mempengaruhi aktor dalammendefinisikam kepentingan mereka(aspek konstitutif), dengan hambatanpada usaha mereka terhadap kepen-tingan mereka sendiri (aspek regu-latif). Kondisi kedua, individu harusmemperlihatkan bahwa perbedaan-perbedaan yang dibuat lebih berpe-ngaruh daripada struktural atau mate-rial.Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakanbentuk umum dari proses sosial. Akti-vitas-aktivitas sosial yang ada di ma-syarakat hanya akan terjadi bila in-teraksi sosial berlangsung. Gillin danGillin (1952) mendefinisikan interaksisosial sebagai hubungan-hubungan so-sial yang dinamis yang didalamnyaterdapat hubungan antara individu per-orangan, antar kelompok manusia,maupun antar individu dengan kelo-mpok. Saling tegur sapa antar individumerupakan contoh sederhana dariinteraksi sosial tersebut. Interaksi so-sial dapat terjadi walaupun tanpa ada-nya tatap muka, tegur sapa, ataupunkontak fisik. Soekanto (1990) menje-laskan bahwa selama individu sadarakan adanya pihak lain yang membuatperubahan dalam perasaan imdividuyang bersangkutan maka hal tersebutsudah cukup untuk membuat suatuinteraksi sosial, karena kesan yang di-timbulkan dalam pikiran individu da-pat menentukan tindakan apakah yangakan diambil.

Page 8: Kajian Sosioekonomi Eksistensi Umbul Senjaya Kabupaten ...

JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

99

Berdasarkan tinjauan pustakadi atas, dapat disusun kerangka pemi-kiran sebagai berikut:

Gambar 1 Skema KerangkaPemikiran Penelitian

Dari kerangka pemikirantersebut menjelaskan bahwa:

1. A CMitos dan folklor yang berada

di Kompleks Umbul Senjaya me-rupakan cikal bakal terbentuknyabudaya Tapa Kungkum. Tiga fak-tor tersebut menjadi faktor yangmempengaruhi eksistensi dankelestarian dari Umbul Senjayasendiri.

2. A BMitos, folklor, dan budaya dari

umbul senjaya membentuk faktorpenarik bagi wisatawan, khusus-nya wisatawan yang mempunyaitujuan khusus.

3. B AWisatawan dengan tujuan

khusus akan memberikan dam-pak kepada mitos, folklor, dan bu-daya. Dampak tersebut adalahmereka meneruskan rantai penye-baran dari mitos, serta sebagai pe-laku dan penjaga eksistensi darimitos.

4. B CEksistensi dari mitos yang

mejadi dampak dari proses 3 akanmempengaruhi eksistensi umbulsecara langsung. Dimana proses 3

sendiri merupakan faktor utamauntuk faktor 4 dapat bekerja.

5. B DWisatawan akan membuat

dampak terhadap masyarakat disekitar umbul, yaitu masyarakatDesa Tegalwaton. Dampak yangtercipta dapat dari sektor ekono-mi, budaya, dan infrastruktur.

6. C DEksistensi umbul senjaya men-

jadi sangat berpengaruh terhadapmasyarakat umbul senjaya. Teru-tama di sektor ekonomi dan perta-nian yang sangat bergantung ke-pada Umbul Senjaya.

7. D CMasyarakat Tegalwaton mem-

pengaruhi eksistensi umbul Sen-jaya karena mitos, folklor, dan bu-daya yang ada di umbul senjayatidak dapat dipisahkan dari DesaTegalwaton itu sendiri. Dengancara merawat Umbul Senjaya ma-ka mereka juga dapat menjaga ek-sistensi Umbul Senjaya.

3. METODE PENELITIAN

Berkenaan dengan tujuan da-lam penelitian ini adalah untuk me-ngetahui bagaimana masyarakat me-mandang dan mempertahankan suatuumbul, maka penulis akan menggu-nakan metode penelitian kualitatif.Metode ini bertujuan untuk menggam-barkan secara tepat sifat-sifat tertentusuatu individu, keadaan, gejala, ataukelompok tertentu, atau untuk menen-tukan adanya frekuensi atau penye-baran suatu gejala atau adanya hubu-ngan tertentu antara suatu gejala de-ngan gejala lain dalam masyarakat(Koentjaraningrat, 1990).

Penelitian kualitatif adalah me-tode penyelidikan yang digunakan da-lam berbagai disiplin ilmu yang ber-

Page 9: Kajian Sosioekonomi Eksistensi Umbul Senjaya Kabupaten ...

JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

100

beda, secara tradisional dalam ilmu-il-mu sosial, tetapi juga dalam riset pasardan konteks yang lebih lanjut. (Denzin& Lincoln, 2005)

Bogdan dan Taylor (1975)mendefinisikan “metodologi kualita-tif” sebagai prosedur penelitian yangmenghasilkan data deskriptif berupakata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat dia-mati. Dengan kata lain individu mau-pun organisasi sebagai subjek tidakdapat dipisah-pisahkan menjadi varia-bel-variabel yang berbeda me-lainkantetap menjadi kesatuan yang utuh.

Alasan lain pemilihan metodekualitatif selain seperti yang terurai diatas adalah karena penulis ber-ang-gapan bahwa penelitian ini lebih ber-sifat humaniora maka pendekatan ku-alitatif lebih cocok dibanding denganpendekatan kuantitatif. Menurut Su-listyo-Basuki (2006) Penelitian kua-litatif sendiri adalah penelitian yangberhubungan dengan ide, persepsi,pendapat, kepercayaan orang yang a-kan diteliti dan kesemuanya itu tidakdapat diukur dengan angka. Denganpenelitian ini, teori yang digunakandalam penelitian tidak dipaksakan un-tuk memperoleh gambaran seutuhnyamengenai suatu hal menurut panda-ngan manusia yang diteliti.

4. ANALISIS DATA DAN PEM-

BAHASAN

Sejarah dan Folklor Umbul Senjaya

Umbul Senjaya menurut JuruKunci di ambil dari nama tokoh pewa-yangan pada Kisah Bharatayuda yaituArya Sanjaya. Arya Sanjaya meru-pakan anak dari Yuyutsuh cucu dariYama Widura. Karena merupakan cu-cu dari Yama Widura tersebut makaArya Sanjaya merupakan saudara kan-dung dari keluarga Pandu Dewanata

(Pandawa) dan Raden Destrarasta(Kurawa). Arya Sanjaya memiliki sau-dara kandung laki-laki bernama AryaSubrasta.

Sebelum perang Bharatayudakedua kakak beradik ini memiliki pen-dapat yang berbeda tentang pihak si-apa yang berhak atas tahta KerajaanAstina. Arya Sanjaya memiliki penda-pat bahwa Pandawa lah yang berhakatas tahta Kerajaan Astina. Saudara-nya Arya Subrasta berpendapat seba-liknya karena keluarga kurawa telahmenduduki tahta kerjaan astina selamapuluhan tahun. Perbedaan pendapatinilah yang mengakibatkan dua sau-dara kandung ini berselisih dan men-jadi bermusuhan.

Ketika Perang Bharatayudaberlangsung, Arya Sanjaya memper-kuat pasukan Pandawa sedangkan Ar-ya Subrasta membela keluarga Kura-wa. Pada medan pertempuran, secaratidak terduga Arya Sanjaya berha-dapan dengan Adipati Karna yang me-rupakan Senopati Astina yang ahli me-manah. Setelah pertarungan yang cu-kup sengit akhirnya Arya Sanjaya ter-panah oleh Adipati karna. Arya San-jaya yang terluka akhirnya jatuh dantubuhnya moksa dan menjelma men-jadi sendang dan umbul yang sampaisekarang dinamakan Sendang atauUmbul Senjaya.

Begitulah cerita terbentuknyaUmbul Senjaya menurut legenda yangdiceritakan oleh Mbah Jasmin selakujuru kunci. Adapun cerita lain bahwaumbul senjaya merupakan buatan JokoTingkir merupakan kesalahan karenaUmbul Senjaya telah ada jauh sebelumjaman Joko Tingkir, seperti ketera-ngan mbah Jasmin berikut:

“Bilih senjaya menika, sakde-renge para Wali dugi tanah Ja-wa, Senjaya menika sampunwonten.”

Page 10: Kajian Sosioekonomi Eksistensi Umbul Senjaya Kabupaten ...

JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

101

(Mengenai Senjaya itu, Sebelumpara Wali datang ke tanah Jawa,Senjaya sudah ada.)

Cerita lain yang membuat Um-bul Senjaya menjadi destinasi ritual-ri-tual dimulai dari cerita rakyat DesaTegalwaton tentang Jaka Tingkir. La-ku prihatin dan Tapa Kungkum yangdilakukannya di Umbul Senjaya diya-kini menjadi salah satu faktor keberha-silannya dalam menjadi Raja yang di-segani. Maka dari itu sampai sekarangada beberapa orang yang masih per-caya terhadap mitos tersebut dan da-tang guna meminta kesehatan, jabatan,kepandaian, dan harta.

`Jaka Tingkir merupakan anakdari Kyai Ageng Pengging dan NyaiAgeng Pengging. Kyai Ageng Peng-ging merupakan kepala daerah wila-yah Pengging pada masa Kerajaan De-mak. Lokasi Pengging sendiri diyakiniberada di antara Kota Boyolali danKota Surakarta, di mana wilayahnyadahulu mencakup Boyolali dan Kla-ten.

Jaka Tingkir muda diberi namaMas Karebet oleh Kyai Ageng Ting-kir, kakak seperguruan Kyai AgengPengging. Menurut Babad Jaka Ting-kir yang dialihbahasakan oleh Sastro-naryatmo (1981), nama Mas Karebetdiberikan oleh Kyai Ageng Tingkirkarena kelahirnya bertepatan denganayahanda Jaka Tingkir yaitu KyaiAgeng Pengging yang sedang menga-dakan pertunjukan Wayang Beber se-perti yang dituliskan berikut:

“katalah Kyai Ageng Tingkirkepada Kyai Ageng Pengging.“Dinda, anakmu yang barudilahirkan itu kuberi nama MasKarebet. Sebab kebetulan padawaktu lahirnya, dinda sedangmenyelenggarakan tontonan wa-yang beber.”

Ketika Mas Karebet berusiasepuluh tahun, Kyai Ageng Penggingdijatuhi hukuman mati oleh KerajaanDemak karena dituduh melakukanpemberontakan. Nyai Ageng Tingkiryang ditinggal oleh suaminya tersebutakhirnya jatuh sakit dan meninggal ti-dak lama setelahnya. Mas Karebet ke-mudian diasuh oleh keluarganya diPengging. Nyi Ageng Tingkir yangmerasa iba kemudian mengangkatnyamenjadi anak dan dibawa ke Tingkir.Maka dari itulah Mas Karebet dikenaldengan nama Jaka Tingkir yang me-miliki arti pemuda dari Tingkir.

Pengelolaan Umbul Senjaya

Perda Kabupaten Semarang ta-hun 2011 pasal 36 butir 2d telah me-netapkan Umbul Senjaya sebagai ka-wasan wisata. Walaupun begitu kom-pleks Umbul Senjaya termasuk bumiperkemahan sampai saat ini masih di-kelola langsung oleh desa, yaitu DesaTegalwaton. Campur tangan dari pi-hak Pemerintah Kabupaten Semaranghanya sebatas dalam kerja sama pe-ngelolaan sumber daya air yang diam-bil dari Umbul Senjaya oleh PDAMKota Salatiga, PT. Damatex, dan Yo-nif 4/11 Salatiga. Sedangkan pengelo-laan dari desa hanya sebatas pengelo-laan parkir, upacara, dan pengelolaanbumi perkemahan. Dengan kata lainUmbul Senjaya belum dikelola secaraprofessional baik dari pihak peme-rintah maupun Swasta.

Walaupun Umbul Senjayasudah masuk kedalam kawasan wisataKabupaten namun di umbul ini tidakmemilki tiket masuk. Maka dari itusatu-satunya cara menarik retribusiadalah dengan parkir. Pengelolaanparkir di kawasan Umbul Senjayadilakukan dengan sistem kontrak pertahun kepada pihak desa. Warga yangmengontrak tempat parkir akan mem-pekerjakan warga lain untuk menjadi

Page 11: Kajian Sosioekonomi Eksistensi Umbul Senjaya Kabupaten ...

JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

102

tukang parkir hariannya seperti kataIbu Sarti berikut:

“nek harian ingkang jaluki kulomas, kan mriki sampun dikon-trak mas Ugik, ingkang ngerjaninggeh kulo kalih bapak.”(kalo sehari-hari yang memintauang parkir saya mas, kan di sinisudah dikontrak mas Ugik, yangmengerjakan ya saya sama ba-pak.)

Kompleks Umbul Senjaya sen-diri memiliki dua lahan parkir yaitu diUmbul Senjaya sendiri dan di bumiperkemahan. Tempat parkir di UmbulSenjaya biasanya digunakan oleh parapengunjung yang bertunjuan untuk be-renang, mencari bakwan jembak, me-mancing, dan Tapa Kungkum. Se-dangkan untuk lahan parkir di bumiperkemahan biasanya untuk pengun-jung yang ingin menikmati suasana,ataupun ketika ada acara kemah. Ter-dapat beberapa tujuan pengenjung un-tuk datang di bumi perkemahan ini,dan tidak kesemuanya bersifat positifseperti yang dijelaskan Ibu Sarti ini,

“kadang cah sekolah do mbolos,opo mabuk. Laine paling doduduk-duduk manis golek sejuk-sejuk, nek teng ngandap palingnonton air. Sante mboten entensing mblewori.”(kadang anak sekolah padabolos, apa mabuk. Yang lainnyapaling duduk-duduk manis men-cari kesejukan, kalau di bawahpaling nonton air. Santai tidakada yang mengganggu.)

Selain sebagai tempat untukberkemah, Bumi Perkemahan Senjayajuga kerap digunakan sebagai tempatdiksar siswa, mahasiswa, komunitas,maupun TNI. Serta sebagai tempatdiadakannya event tahunan sepertiFestival Mata Air. Perizinan dan pe-nyewaan bumi perkemahan akan diu-rus langsung oleh pihak Desa. Pihak

Desa seperti diuraikan oleh BapakDarmanto selaku tukang parkir bumiperkemahan memberikan dua pilihanterhadap calon penyewa Bumi Perke-mahan. Pilihan penyewaan yang dita-warkan pihak Desa Tegalwaton seba-gai berikut.

Tabel 1 Opsi PenawaranPengelolaan Bumi Perkemahan di

Desa Tegalwaton

Penawaran I Penawaran II

Pihak penyewamenyewa BumiPerkemahansekaligusdengan lahanparkir kepadapihak Desaselama merekamenggunakanbumiperkemahan.

Pihak penyewahanya menyewatempat BumiPerkemahan,sedangkan lahanparkir dapatdiserahkan ke pihakketiga yaitu wargasekitar.

Sumber: Data lapang diolah, 2014

Kontrak penyewaan lahan par-kir akan ditangguhkan ketika Bumiperkemahan disewa penuh oleh pihaklain dengan opsi Penawaran I denganpemberian ganti rugi kepada pengon-trak dilakukan oleh pihak Desa. Haltersebut seperti yang dijelaskan KaurDesa sebagai berikut.

“Desa membayar ganti rugipemborong per hari tiap adakemah, jadi fasilitas parkir gra-tis.”

Pengecualian berlaku bila pe-nyewa bumi perkemahan memilih opsiPenawaran II dan bekerja sama de-ngan pengontrak lahan parkir. Wargasekitar dalam opsi penawaran II jugadapat dimintai kerja sama dalam halpenataan parkir. Di mana biasanyaakan dilakukan oleh pemuda Desa Te-galwaton dan hasil penerimaan parkir

Page 12: Kajian Sosioekonomi Eksistensi Umbul Senjaya Kabupaten ...

JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

103

akan dijadikan kas Karang Taruna De-sa Tegalwaton.

Seperti tempat-tempat lainyang memiliki daya tarik, maka disitupula akan ada warga yang meman-faatkannya untuk berdagang tidak ter-kecuali Kompleks Umbul Senjaya.Kompleks umbul senjaya sendiri me-miliki tujuh belas warung. Warung se-jumlah sembilan berada di sekitar um-bul, dan sebagian bersinggungan lang-sung dengan umbul. Delapan warungsisanya berada di wilayah Bumi per-kemahan.

Perbedaan tempat berdagangmengakibatkan komoditi yang dija-jakannya juga berbeda walaupun se-cara keseluruhan hampir sama. Perbe-daan tersebut terletak pada komuditibakwan jembak dan jerigen air. Duakomoditi tersebut hanya dapat ditemuidi warung yang berada di sekitarumbul, sedangkan warung di bumiperkemahan tidak memilikinya. Bak-wan jembak sendiri merupakan maka-nan khas yang hanya ada di umbulsenjaya. Menurut Brunvand, makananmerupakan bentuk folklor non lisanyang bersifat material. Kekhasan ma-kanan ini berasal dari bahan bakuyang hanya ditemukan di SendangSenjaya ini yaitu jembak atau seladaair. Bahkan banyak di antara pengun-jung yang khusus datang untuk men-cari panganan ini.

Jerigen air yang dijual di wa-rung pada sekitar umbul biasanya di-gunakan oleh masyarakat yang sedangmenjalani laku ritual untuk mengambilair umbul dan membawanya pulang.Air Umbul Senjaya yang dipercaya su-ci dan sakti menjadikannya komuditiyang sangat dicari oleh para pelakuspiritual. Seperti yang dikatakan olehBapak Darmanto berikut mengenai ke-gunaan air Umbul Senjaya.

“kangge lelaku mas, nek singenten ndalem dados dukunnggeh kangge sesajen.”(Untuk lelaku mas, kalau yangdi rumah menjadi dukun yadibuat sesaji.)

Warung-warung di kompleksUmbul Senjaya ini tidak kesemuanyabuka setiap hari. Sebagian darinyahanya buka ketika hari libur ataupunketika ada acara perkemahan. Asaskekeluargaan sangat dijunjung olehpara pemilik warung di kompleksUmbul Senjaya ini. Menurut Ibu Sartibanyak warung yang libur ketika adatetangga yang memiliki acara sepertipernikahan, ataupun khitanan. Bahkanbeliau pernah satu minggu penuh liburkarena harus membantu tiga orangtetangganya untuk mengurus pestapernikahan. Selain itu juga ada yangsering menutup warungnya karenaberjualan di pasar malam. Warung dikompleks Umbul Senjaya ini tidakditarik retribusi penyewaan tempatoleh pihak desa, mereka biasanya ha-nya akan membayar untuk ke-butuhanlistrik dan air kepada tetangga yangberdekatan dengan tempat warung me-reka berdiri, seperti yang di katakanIbu Sarti berikut.

“Mboten bayar, paling nggehnempil listrik kalian mbake jil-baban wau, daleme kan mingwingking niku.”(Tidak membayar, paling hanyameminta listrik sama mbak yangmemakai jilbab tadi, rumahnyakan cuma dibelakang itu.)

Sarana prasarana penunjanguntuk wisatawan pada Umbul Senjayadirasa masih sangat kurang. Contohkurangnya sarana prasarana adalah ha-nya terdapat dua kamar mandi/wc dikompleks Umbul Senjaya, satu di um-bul dan satu lagi di bumi perkemahan.Walaupun di Umbul Senjaya mena-

Page 13: Kajian Sosioekonomi Eksistensi Umbul Senjaya Kabupaten ...

JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

104

warkan kolam renang dan wisata airnamun sarana penunjang seperti ka-mar ganti juga belum ada. Selain itukelengkapan untuk tempat wisata se-perti loket juga belum ada .

Pembangunan dari Umbul Sen-jaya sendiri seperti pavingisasi danjembatan masih menunggu uluran daripihak ketiga. Di mana jembatan meru-pakan pemberian dari “Petapa Kung-kum” yang merasa mendapat berkahsetelah melakukan olah spiritual diUmbul Senjaya, dan pavingisasi padatahun 2013 didapatkan dari bantuanPemerintah Daerah. Pembersihansungai yang tercemar juga dibantuoleh Forum Jawa Tengah Bersatu.Tidak adanya pemasukan dari UmbulSenjaya membuat Umbul Senjaya itusendiri menjadi tidak berkembang.Sampai saat ini pembangunan hanyadilakukan karena pihak ketiga sepertipara Petapa Kungkum dan bantuandari orang yang merasa olahspiritualnya mendapati kesuksesan.Hubungan Mitos dan Ekologi

Menurut Herimanto (2011) mi-tos pada dasarnya adalah sebuah tandayang dibicarakan, dalam sebuah pro-ses pembicaraan selalu memiliki pe-san, Pesan yang ada tersebut munculkarena adanya proses penandaan. Pen-jelasan dari Mbah Jasmin tersebut sea-kan menjadi tanda bahwa mitos di se-kitar Umbul Senjaya sampai saat inimasih ada. Mitos tersebutlah yangmenjadi pesan dan memicu diadakan-nya beberapa selametan umbul gunamerawat dan membersihkan lingku-ngan umbul. Bila tidak dilakukan ma-ka akan berakibat negatif terhadap ma-syarakat sendiri. Terlepas dari percayaatau tidaknya masyarakat akan mitostersebut namun tradisi Bersih Desadan Umbul masih menjadi agendarutin Umbul Senjaya setiap bulannya.Sedangkan tradisi Mapag Tanggal dan

Selametan 17-an juga masih rutindilakukan setiap tahunnya.

“…salajengipun kawontenanSenjaya menika inggih dipunuri-uri kalih warga sebabmenawi boten dipun uri-uri aki-batipun inggih aurat, mangkihkatah musibah, terutamanipundaerah Tegalwaton, Barukan,Tingkir, Nyamat, menika samikedah lan amungtani inggihboten aman, sami risak terutamakalih tikus.”(…kemudian keberadaan Senja-ya itu juga dipelihara oleh wargakarena bila tidak dipelihara aki-batnya bisa buruk, nanti banyakmusibah, terutama dareah Tegal-waton, Barukan, Tingkir, Nya-mat, itu yang pekerjaannya tanijuga tidak aman, rusak terutamahama tikus.)

“Upacara ritualan samenika ng-gih amargi Dinas Pariwisataingkang badhe bangun boten es-tu, lan menawi disuwuni ban-tuan boten maringi, warga me-nawi ngawontenaken upacarainggih sakwontenipun ingkangpenting nguri-uri wontenipunSendang Senjaya amargi wonte-nipun toya, toya menika kapingsetunggal kagem panggesangan,kaping kalih kagem sesuci.”(Upacara ritual sebenarnya kare-na Dinas Pariwisata yang maumembangun tidak jadi, dan jikadimintai bantuan tidak memberi,warga jika mengadakan upacaraya seadanya yang penting Sen-dang Senjaya dipelihara karenaadanya air, air yang ada pertamauntuk kehidupan, kedua untukbersuci.)

Page 14: Kajian Sosioekonomi Eksistensi Umbul Senjaya Kabupaten ...

JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

105

Sebagai masyarakat Jawa ka-rakteristik yang kental akan wacanamistik dan mitos masih ditemui karenaterpengaruh budaya kerajaan padamasa lampau (Mulder, 2004). Hasilpenelitian dari Tohir (2007) juga me-ngatakan bahwa tempat tinggal darimasyarakat berpengaruh terhadap ek-sistensi mitos sosialnya. Wilayah yangdekat dengan pusat kerajaan dan wi-layah pedalaman seperti gunung, bu-kit, dan hutan sarat akan nuansa mitosdibandingkan dengan wilayah pesisiryang terbuka dan kurang terjamah o-leh kepercayaan kerajaan. Desa Tegal-waton yang dulunya merupakan hutanbelantara menjadikan banyak mitosyang berkembang di tempat tersebut.

Dilihat lagi dari mitos yangdikatakan Mbah Jasmin tersebut me-ngarah bukan hanya terhadap Umbulsecara fisik melainkan juga Air yangdihasilkannya. Kepercayaan bahwa bi-la umbul tidak di uri-uri akan ber-akibat kepada beberapa malapetakatersebut sangat mempengaruhi lingku-ngan sekitar umbul. Walaupun sekitarlima tahun lalu kebersihan KompleksUmbul Senjaya bisa dikatakan mem-prihatinkan terutama Kali Senjaya,namun Umbul Senjaya sendiri masihbisa dikatakan bersih.

Mitos yang diarahkan kepadaekologi seperti ini sangat seringditemui diberbagai daerah. Contohyang paling dekat dengan Umbul Sen-jaya adalah Rawa Pening yang beradatepat di sebelah barat Kota Salatiga.Mitos di Rawa Pening tersebut me-ngatakan bahwa dilarang menangkapmemancing ketika terdapat ikan yangsedang menyebrang dan berlompatandalam jumlah besar. Masyarakat RawaPening menganggap ikan-ikan tersebutsedang mengikuti Baru Klinting dantidak boleh diganggu. Mitos lainseperti dituliskan Haulusy (2009)bahwa masyarakat Maluku memiliki

sistem pemeliharaan dan panen keong.Di mana masyarakat yang mengambilkeong di luar tanggal yang ditentukanakan mendapat musibah.

Seperti kata Mbah Jasmin “airyang ada pertama untuk kehidupan,kedua untuk bersuci” mengindikasi-kan bahwa mitos yang berada di Um-bul Senjaya ini berpusat dalam perlin-dungan Air yang dihasilkannya. Airsebagai kehidupan, air umbul senjayayang menjadi kebutuhan pokok sepertimandi, mencuci, dan memasak olehmasyarakat Desa Tegalwaton dan se-kitarnya. Maka dari itu masyarakat te-tap menjaga agar air Umbul Senjayatetap mengalir dan bersih. Selainkebutuhan pokok, sisi lain dari air um-bul senjaya juga sangat dibutuhkan o-leh para petani yang berada di aliranKali Senjaya dan sungai irigasinyayang melewati empat kecamatan. Airuntuk bersuci, maka dari itu air yangmengalir dari mata air Umbul Senjayadirawas sehingga air yang keluar tidakkeruh. Lingkungan Umbul juga seringdibersihakan guna menjaga kualitasair Umbul Senjaya. Pohon-pohonyang tumbuh di Kompleks UmbulSenjaya juga sangat dilindungi olehmasyarakat, terdapat juga mitos yangmenaungi pohon-pohon besar disekitar umbul.

Juru Kunci dari UmbulSenjaya yaitu Mbah Jasmin juga mela-rang keras adanya aktifitas lain selainmandi dan kungkum di umbul utamaini. Hal ini juga diperkuat oleh salahsatu pedagang yang ada di UmbulSenjaya yaitu Ibu Partiyem yanglangsung memarahi ketika ada ang-gota pramuka yang mencuci baju diumbul utama ini. Ketika peneliti ber-tanya tentang kenapa beliau mela-kukan itu, Ibu Partiyem menjawabsebagai berikut.

“Nyosrok iwak wae di nyam-nyam mbah Jas, soyo meneh

Page 15: Kajian Sosioekonomi Eksistensi Umbul Senjaya Kabupaten ...

JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

106

ngumbahi mas, wes ben dinyam-nyam mbah jas kono.”(Menjaring ikan saja di marahiMbah Jas, apalagi mencucipakaian mas, biar dimarahimbah Jas.)

Menurut Bascom dalam Tho-hir (2007), mitos, cerita rakyat atau-pun dongeng memiliki arti pentingsebagai cita-cita masyarakat, penge-sahan budaya, alat pendidikan, peme-liharaan solidaritas, dan kontrol sosial.Bila dilihat dari mitos yang ada diUmbul Senjaya yang tertuju padaEkologi maka dapat dimasukkan da-lam fungsi mitos sebagai kontrolsosial. Mengontrol perilaku masya-rakat agar selalu menjaga keberlang-sungan Umbul Senjaya sehingga airdari Umbul Senjaya dapat digunakanuntuk kehidupan dan sesuci sekaligusmenghalau musibah yang akan me-nyerang para petani Desa Tegalwaton.

Air sebagai obyek utama yangpaling dijaga di Desa Tegalwaton olehmasyarakatnya tidak lepas dari kebu-dayaan jawa yang telah tertanam daridulu. Berdasarkan Kosmologi Jawa,terdapat lima unsur yang menjadipenyeimbang kehidupan di alam raya.Yaitu Tanah, Air, Api, Udara, dan A-ngin (Mulder, 2004). Herimanto (20-11) lantas menspesifikasikan danmembuat jadi nyata unsur-unsur ter-sebut seperti sawah, bukit, gunung,batu, hewan, dan manusia sebagai wu-jud dari Tanah. Sungai, hujan, dan lautsebagai wujud dari Air. Matahari, bu-lan, dan bintang merupakan wujud da-ri Api. Iklim, suhu udara, dan cuacasebagai wujud dari Udara. Pohon dantumbuhan sebagai wujud Angin.

Air sebagai salah satu unsurpenyeimbang terus dijaga denganmenggunakan tirai Mitos sehingga ke-seimbangan juga akan terjaga.Rasionalistas Ekonomi danKepuasan Batin

Rasionalitas ekonomi yangberkembang saat ini lebih menonjolpada rasionalitas ekonomi yang ber-sifat kapitalis. Dimana rasionalitas be-rarti kepuasan yang dicapai denganprinsip efisiensi dan tujuan dari eko-nomi itu sendiri, serta keputusan akhirharuslah dalam satuan unit moneter(Agil, 1989). Maka dari itu dapat di-katakan bahwa kepuasan yang dicapaiharuslah dari sudut pandang perhi-tungan moneter.

Bila dilihat dari studi lapanganyang dilakukan di Umbul Senjaya,proses untuk mendapat kepuasan ter-sebut sangat bertentangan denganprinsip rasionalitas. Proses tersebutbertentangan dengan rasionalitas eko-nomi modern yang cenderung bersifatkapitalis. Secara rasional seharusnyapelaku Tapa Kungkum lebih baikmenggunakan uangnya sebagai modalusaha dibandingkan menggunakannyasebagai ubo rampe tapa kungkum danbaiya transportasi ke Umbul Senjaya.Oportunity cost yang seharusnya dapatmereka gunakan untuk membangunusahanya mereka gunakan untuk TapaKungkum. Secara rasionaliatas ekono-mi modern hal tersebut seharusnya di-hindari karena hasil akhir yang dida-patkan dari tapa kungkum tidak dapatdikuantifikasikan ke dalam satuan unitmoneter.

Alasan rata-rata yang di-kemukakan oleh para petapa kungkumkenapa mereka menggunakan umbulsenjaya adalah karena mereka inginseperti Jaka Tingkir. Seperti JakaTingkir dapat berarti kedudukan yangtinggi bagi yang meminta kedudukan,kesaktian bagi para praktisi supra-natural dan permintaan seperti kelan-caran rezeki, kesembuhan, kemapa-nan, dan permintaan lain yang sangatsering ditemui di kebudayaan Jawaakibat dari mitos itu sendiri. Pertim-bangan berdasarkan tradisi inilah yang

Page 16: Kajian Sosioekonomi Eksistensi Umbul Senjaya Kabupaten ...

JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

107

tidak diperhitungkan dalam Rasiona-litas Ekonomi modern yang lebih con-dong pada kuantifikasi nilai moneter.

Konsep rasionalitas pada eko-nomi dipicu oleh kepentingan pribadi(self-interest) dari setiap individu.Pendapat Agil (1989) tersebut mencer-minkan bahwa manusia ekonomi da-pat dikatakan sebagai manusia yangberkiblat pada keinginan dirinya sen-diri. Pemikiran neoklasik juga demi-kian, dengan bantuan invisible handpara individu egois ini akan mening-katkan kesejahteraan secara umum.

Berdasarkan pendapat tersebutself-interest menjadi sesuatu yangmutlak dimiliki oleh individu untukmenjadi rasional. Namun ada kalanyadi mana self-interest dikalahkan olehkeadaan. Keadaan yang dimaksud ada-lah saat di mana individu tidak dapatmelakukan hal apa pun, atau telah me-lakukan banyak hal untuk tujuannyanamun tetap tidak dapat meraih tujuantersebut. Hal tersebut terjadi di UmbulSenjaya di mana ada seorang kakekyang mempunyai cucu berumur duatahun namun belum dapat berjalanataupun berbicara. Segala cara telahditempuh untuk menyembuhkan cucu-nya tersebut seperti pengobatan mediskonvensional sampai alternatif namunbelum membuahkan hasil. Karena ti-dak ada pilihan lain maka kakek ter-sebut akhirnya datang ke Umbul Sen-jaya dan menemui Mbah Jasmin pada14 Desember 2014.

Dari fenomena tersebut dapatterlihat bahwa walaupun seorang in-dividu memiliki kemampuan dari segifinansial dan self-interest belum tentumereka mendapatkan apa yang merekainginkan. Sebaliknya tujuan yang ti-dak didapatkan tersebut bisa sajamembuat individu mengambil keputu-san alternatif guna mendapatkan tuju-annya, bisa saja cara alternatif tersebutmerupakan cara yang irasional. De-

ngan kata lain individu sengaja mem-buat keputusan yang bisa saja meru-gikan dan menimbulkan ketidakpua-san, dimana hal tersetbut bertentangandengan Prinsip Ilmu Ekonomi yangsangat memegang teguh asumsi bahwatindakan individu adalah rasional.Kondisi seperti tersebut akan bekerjahanya jika kepuasan yang diinginkanindividu bukanlah merupakan sesuatuyang terpengaruh oleh kelangkaan(scarcity).

Terdapat alasan lain yangmembuat orang-orang melakukan Ta-pa Kungkum ini. Pada ilmu ekonomidisebutkan bahwa kepuasan akan me-ningkat seiring dengan lebih banyakatau lebih baiknya barang atau produkyang dikonsumsi. Prinsip ekonomiyang dapat digambarkan dengan kurvaindiferen tersebut memiliki titik mak-simum yang dibatasi oleh keterbatasananggaran dari individu. Pada sebagianpetapa-kungkum di Umbul Senjaya initerdapat kasus di mana titik kepuasanrendah yang disebabkan oleh rendah-nya anggaran yang mereka miliki.Rendahnya anggaran, kurangnya pe-ngalaman, rendahnya pendidikan, dankurangnya pengalaman menuntun me-reka ke pada pilihan yang irasional se-perti Tapa Kungkum.

Prosesi Tapa Kungkum bila di-lihat sekilas tidak memiliki dampakapapun terhadap penambahan penda-patan, peningkatan produksi, maupunkepuasan-kepuasan yang dapat diku-antifikasikan. Maka dari itu bisa di-katakan bahwa Tapa Kungkum meru-pakan salah satu wujud dari irasiona-litas dalam ekonomi. Namun bila dili-hat dari sudut pandang kebudayaanJawa, Tapa kungkum dapat berartimemohon sesuatu kepada Tuhan ataubisa dikatakan berdoa. Doa yang di-lakukan oleh seseorang dapat menjadisebuah dorongan untuk berusaha lebihkeras dibanding sebelumnya. Selain

Page 17: Kajian Sosioekonomi Eksistensi Umbul Senjaya Kabupaten ...

JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

108

itu seperti yang dituliskan Koent-jaraningrat (1984) bahwa salah satumanfaat tapa adalah meningkatkankedisiplinan. Penelitian yang dilaku-kan oleh Nuraini dan kawan-kawan(2011) juga menemukan bahwa TapaKungkum juga berguna sebagai saranamenenangkan hati. Kerja keras yangdibarengi dengan disiplin tinggi dapatmenjadi input produksi yang berpe-ngaruh terhadap peningkatan produk-si. Sedangkan ketenangan hati dapatdigunakan pada saat pengambilankeputusan maupun perencanaan strate-gi bisnis yang akan dijalankan. Sehi-ngga irasionalitas Tapa Kungkumyang dilihat dari sudut pandang eko-nomi konvensional dapat menjadi rasi-onal karena dampak yang dihasil-kannya dapat dijadikan input pro-duksi. Tapa Kungkum juga bisa men-jadi rasional berdasarkan faktor eko-nomi dan non-ekonomi.

5. KESIMPULAN, IMPLIKASI,

SARAN, DAN BATASAN

Kesimpulan

1. Mitos terbentuknya Tapa Kung-kum di Umbul Senjaya berawaldari mitos Jaka Tingkir yang me-lakukan Tapa Kungkum untukmengasah kemampuan dan men-dapat kesaktian. Maka dari itumasyarakat yang melakukan tapakungkum di Umbul Senjaya ber-tujuan untuk bisa mendapatkantujuan mereka seperti Jaka Ting-kir. Mitos dari makam yang bera-da di Kompleks Umbul Senjayaberbeda dengan mitos sebelum-nya. Banyak yang meyakini bah-wa makam di barat Umbul adalahmakam Jaka Tingkir, ada pulayang meyakini bahwa makam ter-sebut merupakan makam EyangSubrajaya yang merupakan pen-jaga Umbul Senjaya. Tetapi Juru

Kunci mengatakan bahwa makamtersebut adalah makam Ki AgengSlamet dan Nyi Welas Asih.

2. Dampak sosioekonomi dari Um-bul Senjaya terhadap masyarakatDesa Tegalwaton dilihat dari sisipariwisata dirasa masih belummaksimal. Keuntungan dari um-bul Senjaya pada sisi ini hanyadinikmati beberapa orang saja an-tara lain pedagang sekitar, tukangparkir, dan pihak desa. Pemba-ngunan desa yang terwujud kare-na kontribusi dari Umbul Senjayamasih belum ada menandakanbahwa Umbul Senjaya sebagaidestinasi wisata belum diolah se-cara maksimal oleh pemerintahkabupaten ataupun oleh pihak pe-merintah desa. Pemanfaatan airuntuk kebutuhan keluarga sehari-hari masyarakat Desa Tegalwatonjuga belum maksimal. Masyarakatmasih bergantung kepada PDAMyang ironisnya air yang diambiltersebut berasal dari desa merekasendiri. Pihak pemerintah desa ju-ga belum mampu untuk membuatsaluran langsung dari Umbul Sen-jaya ke rumah-rumah warga kare-na keterbatasan biaya, sebenarnyabila proyek tersebut terealisasimaka akan sangat membantumasyarakat karena mereka dapatmendapatkan air dengan hargayang lebih murah. Pemanfaatanair untuk lahan pertanian di DesaTegalwaton sudah sangat bagus.Jalur irigasi telah diremajakan se-hingga teknis pengairan sudah ti-dak memiliki kendala.

3. Terdapat pola interaksi yang bera-gam di mana terdapat faktor intikeberlangsungan Umbul Senjayayaitu, mitos yang ada sebagai fak-tor penarik, Mbah Jasmin dancantrik sebagai mediator, dan parapetapa kungkum sebagai konsu-

Page 18: Kajian Sosioekonomi Eksistensi Umbul Senjaya Kabupaten ...

JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

109

men. Walaupun tujuan dari parakonsumen tersebut berbeda-bedatetapi faktor inti tersebut tetapmelekat. Keberlangsungan dariUmbul Senjaya bila dilihat darifisik telah mengalami kemajuan.Sarana prasarana mulai dibenahiwalaupun masih bergantung kepa-da pihak lain. Pihak yang palingberkontribusi dalam pembangu-nan selain pemerintah bisa dika-takan adalah para pelaku TapaKungkum. Hal tersebut dikarena-kan hanya pelaku tapa kungkum-lah yang secara langsung membe-rikan kontribusi, baik berupa ba-ngunan jadi ataupun sumbangan.Eksistensi dari umbul senjaya di-lihat dari segi mitos mempunyaiakar sejarah yang cukup kuat,maka dari itu sampai sekarang pe-ngunjung yang datang untuk ritualTapa Kungkum masih banyak.Mereka yang datang untuk ritualjuga merupakan agen pembawadan pemelihara mitos yang ada diUmbul Senjaya. Mereka akan me-nyebarkan pandangan mereka ten-tang umbul senjaya kepada rekanatau saudara sehingga rantai pe-nyebaran mitos yang memeliharaeksistensi dari Umbul SenjayaSendiri. Kebanyakan penyebar su-gesti adalah para pelaku suprana-tural. Kesimpulannya bahwa wa-laupun mitos tersebut tidak de-ngan sengaja dijaga namun tetaptidak akan hilang dikarenakanbudaya yang telah mengakar me-nyebabkan mitos menajadi sesu-atu yang dipercayai bagi sebagianmasya-rakat. Sedangkan untukpola eksistensi dari segi fisik ling-kungan sangat menurun. Hal ter-sebut dapat dilihat dari debit airyang keluar dari Umbul Senjaya.Banyaknya sampah, pengambilanair besar-besaran, dan rusaknya

kawasan lindung dicurigai sebagaipenyebab utama menurunnya de-bit air di Umbul Senjaya. Namunsekarang dengan diadakannya lagiTradisi Dawuhan oleh masyarakatTegalwaton yang digerakkan olehsalah satu mitos maka berangsur-angsur keadaan Umbul Senjayamenjadi semakin baik.

Saran

1. Perlu adanya pengelolaan danpembanguan destinasi wisatayang serius dari pihak Kabupa-ten Semarang. Seperti contoh-nya tiket masuk, tempat parkir,pengelolaan parkir, dan sebagai-nya. Bilamana tidak memung-kinkan kiranya fasilitas menda-sar untuk Umbul Senjaya perludibangun dan atau diperbaiki.

2. Perlu dibentuk paguyuban ataubadan khusus yang ditujukanuntuk merawat keberlangsunganUmbul Senjaya. Merawat inidalam arti melindungi pohon-pohon di sekitar kompleks Um-bul Senjaya yang berguna seba-gai cadangan air, membersihkankompleks umbul yang terkenalkotor, mengorganisir peraturan-peraturan yang berlaku untukkeberlangsungan umbul, danlain-lain.

DAFTAR PUSTAKAAgil, S. O. (1989). Rationality in

Economic Theory: A CriticalAppraisal. Journal of IslamicEconomics, vol 2 , 79-94.

Anonim. (2008, January 03). LahanPertanian Kekurangan Air.Retrieved May 29, 2015, fromSuara Merdeka:http://www.suaramerdeka.com/harian/0801/03/kot26.htm

Page 19: Kajian Sosioekonomi Eksistensi Umbul Senjaya Kabupaten ...

JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

110

Becker, H., & Wiese, L. V. (1932).Systematic Sociology. NewYork: John R. Wiley and Sons.

Bhatia, S., & Ram, A. (2009).Theorizing identity intransnational and diasporacultures: A critical approach toacculturation. InternationalJournal of InterculturalRelations , 33 (2), 140-149.

Bogdan, R. C. (1972). ParticipantObservation in OrganizationalSettings. Syracuse: SyracuseUniversity Press.

Bogdan, R. C., & Biklen, S. K.(1982). Qualitative Research forEducation: An Introduction toTheory and Methods. Boston:Allyn and Bacon, Inc.

Bogdan, R., & Taylor, S. J. (1975).Indtroduction to QualitativeResearch Methode. New York:John Willey and Sons.

Brunvand, J. H. (1968). The Study ofAmerican Folklore; AnIntroduction. New York: W. W.Norton.

Budi, N. S. (2009). Ngalap berkah diMakam R. Ng. Yosodipuro I.Yogyakarta: Balai PelestarianSejarah dan Nilai TradisionalYogyakarta.

Caporaso, J. A., & David, P. L.(1992). Theories of PoliticalEconomy. Cambridge:Cambridge University Press.

Coleman, J. S. (1986). Social Theory,Social Research, and a Theoryof Action. The AmericanJournal of Sociology, Vol 91 ,1309-1335.

Crane, J. G., & Michael, V. A. (1984).Field Projects: A StudentHandbook, ed ke-2. Illinois:Waveland Press, Inc.

Damsar. (1995). Sosiologi Ekonomi.Jakarta: Rajawali Press.

Danandjaja, J. (1984). FolklorIndonesia : Ilmu Gosip,Dongeng, dan Lain-lain.Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Denzin, N. K. (1978). The ResearchAct : A Theoretical Introductionto Sociological Methods. NewYork: McGraw-Hill.

Denzin, N. K., & Lincoln, S. Y.(2005). The Sage Handbook ofQualitative Research (3rd ed.).Thousand Oaks: Sage Publisher.

DiMaggio, P. (1994). Culture andEconomy. Princeton: PrincetonUniversity Press.

Fatah, A. (2015, May 18). KeluhkanPembagian Air Irigasi Senjoyo.Retrieved May 29, 2015, fromJawa Pos; RADARSEMARANG:http://www.radarsemarang.com/2015/05/18/keluhkan-pembagian-air-irigasi-senjoyo/

Geertz, C. (1960). The Religion ofJava. Glencoe, Ill: The FreePress.

Gillin, J. L., & Gillin, J. P. (1952).Cultural Sociology. New York:The Macmillan Company.

Haulusy, R. (2009). Kearifan Lokalsebagai KonservasiKeseimbangan Ekologi, Thesis.Yogyakarta: Sekolah PascaSosiologi UGM.

Page 20: Kajian Sosioekonomi Eksistensi Umbul Senjaya Kabupaten ...

JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

111

Herimanto. (2011). Mitologi danEcoliteracy : PendidikanEkologi Berbasis MistosMasyarakat di Daerah RawanBencana di Tawangmangu,Kabupaten Karanganyar, JawaTengah. Surakarta: UnversitasSebelas Maret.

Herskovits, M. J. (1955). CulturalAnthropology. New York:Knopf.

Hoepfl, M. C. (1997). ChoosingQualitative Research: A Primerfor Technology EducationResearchers. Journal ofTechnology Education , 1-10.

Iswidayanti, S. (2007). FUNGSIMITOS DALAM KEHIDUPANSOSIAL BUDAYA. Harmonia,75.

Kluckhohn, C. (1959). CommonHumanity and Diverse Culture.New York: Meridian Book, Inc.

Koentjaraningrat. (1984). KebudayaanJawa. Jakarta: PN BalaiPustaka.

Koentjaraningrat. (1965). PengantarAntropologi, cetakan ke-II.Jakarta: Universitas jakartaPress.

Koentjaraningrat. (1990). SejarahTeori Antropologi Jilid II.Jakarta: UI Press.

Lee, A., & Werdiono, D. (2008,September 12). Berebut Air diSendang Senjoyo. RetrievedMay 29, 2015, from DIGILIBAMPL: http://digilib-ampl.net/detail/detail.php?row=0&tp=artikel&ktg=kekeringan&kd_link=&kode=2053

Lin, N. (2001). Social Capital: ATheory of Social Structure andAction. Cambridge: CambridgeUniversity Press.

Lincoln, Y. S., & Guba, G. E. (1985).Naturalistic Inquiry. BaverlyHills: Sage Publications.

Lindlof, T. R., & Taylor, B. C. (2002).Qualitative communicationresearch methods: Secondedition. Thousand Oaks: SagePublikations.

Linton, R. (1936). A Study of Man, anIntroduction. New York:Appleton-Century - Crofts. Inc.

Manig, W. (1991). Rural Social andEconomic Structure and SocialDevelopment. Aachen: Alano.

Moleong, L. J. (1995). MetodelogiPenelitian Kualitatif. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Muhadjir, N. (1989). MetodelogiPenelitian Kualitatif.Yogyakarta: Rake Sarasin.

Mulder. (2004). Ruang Batin OrangJawa. Jakarta: LKIS.

Nazir, M. (1988). Metode Penelitian.Jakarta: Ghalia Indonesia.

Parsons, T., & Edward A, S. (1951).Toward a General Theory ofAction. Cambridge: HarvardUniversity Press.

Patton, M. Q. (1987). QualitativeEvaluation Methods. BaverlyHills: Sage Publications.

Rutherford, M. (1994). Institutions inEconomics: The Old and TheNew Institutionalism.Cambridge: CambridgeUniversity Press.

Page 21: Kajian Sosioekonomi Eksistensi Umbul Senjaya Kabupaten ...

JIEP-Vol. 14, No 2 November 2014ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

112

Sarbacker, S. R. (2012). Samadhi: TheNuminous and Cessative inIndo-Tibetan Yoga. New York:SUNY Press.

Sastronaryatmo, M. (1981). BabadJaka Tingkir : Babad Pajang.Jakarta: Balai Pustaka.

Soekanto, S. (1990). Sosiologi : SuatuPengantar. Jakarta:RajaGrafindo Persada.

Soemardjan, S., & Soemardi, S.(1974). Setangkai BungaSosiologi. Jakarta: YayasanBadan Penerbit FakultasEkonomi Universitas Indonesia.

Stinchcombe, A. (1983). EconomicSociology. New York:Academic Press.

Sue, M., Angela, F., Pat, C., & Chris,E. (2006). Family WellbeingIndicators from the 1981-2001.New Zealand: Statistics NewZealand in Conjunction.

Sulistyo-Basuki. (2006). MetodePenelitian. Jakarta: WedatamaWidya Sastra bekerja samadengan Fakultas Ilmu Budaya,Universitas Indonesia.

Sumarti, T. (1999). "PersepsiKesejahteraan dan TindakanKolektif Orang Jawa dalamKaitannya dengan GerakanMasyarakat dalamPembangunan KeluargaSejahtera di Pedesaan."Disertasi. Bogor : ProgramPascasarjana Institut PertanianBogor.

Sutopo, H. (2006). Metode PenelitianKualitatif. Surakarta: UNSPress.

Thohir, M. (2007). MemahamiBudaya: Teori, Metodelogi danAplikasi. Yogyakarta: Fasindo.

Thompson, J. D., & McEwen, W. J.(1958). Organizational Goalsand Environtments: Goal Settingas an Interactional Process.American Sociological Review:Vol. 23 No.1 , 23-31.

Tylor, E. B. (1871). Primitive Culture.London: Bradbury, Evans, andCo.

Tylor, E. (1924). Primitive Culture.New York: Brentano's.

Ulen, T. S. (1999). Rational ChoiceTheory in Law and Economics.Encyclopedia of law andeconomics 1 , 790-793.

Young, K. (1942). Sociology, a Studyof Society and Culture. NewYork: American BookCompany.

Young, K., & Mack, R. W. (1959).Sociology and Social Life. NewYork: American BookCompany.

Yustika, A. E. (2006). EkonomiKelembagaan: Definisi, Teori,& Strategi. Malang: BayumediaPublishing.

Zuhri, S., Nuraini, H., & Ariyanto, M.D. (2011). Makna Mitos RitualKungkum di Umbul SungsangPengging Boyolali. Surakarta:SUHUF.