LIQUIDITY RISK DALAM PRESPEKTIF AGENCY THEORY: …... · liquidity risk dalam prespektif agency...
Transcript of LIQUIDITY RISK DALAM PRESPEKTIF AGENCY THEORY: …... · liquidity risk dalam prespektif agency...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
LIQUIDITY RISK DALAM PRESPEKTIF AGENCY THEORY: STUDI
EMPIRIS PERBANKAN INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat
untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh:
NUR AINI FATIMAH
F. 1310066
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
- Jadikanlah sabar dan shalat itu sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar. (Q.S. Al Baqarah: 153)
- Pikiran dan logika adalah api yang perlu dan harus dinyalakan untuk kehidupan yang
lebih baik, bukan bejana yang menanti untuk diisi. (Aditya Hendra Tama)
- Even it hard rain, if there’s sunshine, that will be a beautiful rainbow after it. That
this life means. (Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya manis ini ku persembahkan untuk :
1. Mami dan Bapak tercinta yang selalu mendoakan yang
terbaik dalam hidupku.
2. Kakak-kakakku yang selalu sayang sama aku.
3. Aditya Hendra Tama, untuk dukungan dan doa.
4. Teman-teman seperjuangan di UNS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, karena penulis menyadari tanpa
ridha dan bimbingan-Nya segala sesuatu tidak dapat terwujud.
Skripsi ini disusun dan diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-
syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Penyusunan skripsi ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa adanya bantuan,
dorongan, doa dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya skripsi ini dengan baik.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Wisnu Untoro M. S selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Drs. Santoso Tri Hananto, M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Drs. Djoko Suhardjanto, M.Com (Hons) Ph. D Ak, selaku pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktu, kesabaran dan perhatian yang tinggi dalam
memberikan bimbingan, serta pengarahan hingga selesainya penulisan skripsi ini.
Makasih Bapak udah sms ngoyak-oyak ngerjain skripsi ini biar kelar.
4. Ibu, Ibu, Ibu dan Bapak, untuk kasih sayang dan dukungan tanpa batas. Thank you
doesnt enogh for them. Semoga Allah membalas dengan surga-Nya kelak, Amin.
Munying sayang banget ma mami dan babe...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
5. Mbak Indah, Mas Ari, Mas Hari, Mbak Fina dan Kenzo, they’re the best family ever.
Akhirnya, anak ragil jadi SE juga..hihihi..Semoga keluarga kita diberi kemudahan dan
diberi kelancaran dalam hidup ini. Amin.
6. Aditya Hendra Tama, yang selalu memberi semangat, motivasi dan mengajarkan
tentang hidup. Makasih bodohh udah mendampingi dan menyayangiku, tunggu aku
buat 2 tahun lagi..Amin.
7. Moecha, Lisna, Bayu, Jojo, dan Galuh yang menemani penulis dalam suka dan
suka..karena bersama kalian aku ga ngrasain duka..wkwk..ayo kembali
nyengnyonggg..hehehe.. Jangan lost contact ya cahhh...
8. The Djs Family (Moecha, Arum, Mb Indi ma Mb Citra), hilang sudah galau yang
selama ini kita rasain.. I will miss you guys..
9. Temen-temen di Akuntansi-C, ditunggu reunian yahhh.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penulisan
ini. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca skripsi
ini.
Semoga amal kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis mendapatkan
balasan dari Allah SWT. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi semua yang
memerlukannya, khususnya bagi yang akan mengadakan penelitian dengan topik yang
berkaitan dengan penelitian ini.
Surakarta, Desember 2012
Nur aini Fatimah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................... ……ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
HALAMAN MOTO ..................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii
ABSTRAKSI ………………………………………………………………xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 8
E. Sistematika Penulisan ....................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori .............................................................................. 10
B. Kaitan antara Agent dan Principal dengan Liquidity risk .............. 15
C. Kerangka Konseptual ..................................................................... 19
D. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis ...................... 20
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ............................................................................. 26
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ......................................... 26
C. Data dan Metode Pengumpulan Data………………………………27
D. Definisi Operasional dan Pengukuran variabel penelitian ............. 28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
E. Metode Analisis Data ...................................................................... 34
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi data ................................................................................. 39
B. Pengujian Hipotesis ........................................................................ 48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 62
B. Saran ................................................................................................ 63
C. Keterbatasan ................................................................................... 64
D. Rekomendasi ………………………………………………………64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
Tabel 3.1 Jumlah item pengungkapan PBI ....................................................................33
Tabel 3.2 Keterangan persamaan regresi berganda...................................................... .37
Tabel 4.1 Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian........................................................ 39
Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel Depeden .......................................... 41
Tabel 4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel Indepeden......................................... 45
Tabel 4.4 Hasil Regresi Berganda .................................................................................50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
2.I Kerangka Konseptual ………………………………………………... 19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Perusahaan Sampel Tahun 2009-2011
Lampiran 2 Uji Asumsi Klasik
Lampiran 3 Analisis Regresi Berganda
Lampiran 4 Statistik Deskriptif
Lampiran 5 Rincian Item PBI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
LIQUIDITY RISK DALAM PERSPEKTIF AGENCY THEORY: STUDI EMPIRIS
PERBANKAN INDONESIA
ABSTRAKSI
NUR AINI FATIMAH
F1310066
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penerapan agency theory terhadap
liquidity risk pada perusahaan perbankan di Indonesia. Agency theory diproksikan dengan
kepemilikan saham top 5, kepemilikan institusi, kepemilikan manajerial, latar belakang
pendidikan direktur, KAP big four, dan jumlah komite audit. Penelitian ini juga
menggunakan Peraturan Bank Indonesia No 8/14/PBI/2006 (corporate governance) sebagai
variabel moderating.
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu annual report perusahaan perbankan
tahun 2009-2011. Populasi penelitian ini adalah 384 perbankan. Metode pengambilan sampel
yang digunakan yaitu purposive sampling, sehingga diperolah 87 perusahaan. Model analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda.
Hasil pengujian regresi menunjukan adanya pengaruh positif signifikan antara
variabel audit big four, kepemilikan saham top 5 yang dimoderasi CG dan jumlah komite
audit yang dimoderasi CG terhadap liquidity risk. Tetapi, variabel kepemilikan saham top 5,
kepemilikan institusi, kepemilikan manajerial, latar belakang pendidikan direktur, dan jumlah
komite audit tidak menunjukan pengaruh yang signifikan.
Saran yang dihasilkan dari penelitian ini yaitu bahwa perusahaan sebaiknya senantiasa
meningkatkan tingkat likuiditas (yang dilihat dari sisi likuiditas aset) agar perbankan dapat
membiayai kebutuhan jangka pendek (pelunasan pinjaman atau penarikan dana nasabah),
juga perusahaan yang belum diaudit oleh KAP Big Four diharuskan untuk pelaksanaan audit
oleh KAP yang terjamin kredibilitasnya sehingga dapat meningkatkan kepercayaan
stakeholder dan mengurangi adanya risiko perusahaan.
Kata Kunci: liquidity risk, agency theory, corporate governance.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
LIQUIDITY RISK DALAM PERSPEKTIF AGENCY THEORY: STUDI EMPIRIS
PERBANKAN INDONESIA
ABSTRACT
NUR AINI FATIMAH
F1310066
The purpose of this study is to examine influence between application of agency
theory and its liquidity risk. Agency theory are identified as top 5 ownership, institutional
ownership, managerial ownership, educational background of director, big four auditor, and
number of audit committee. This study also investigates Peraturan Bank Indonesia No
8/14/PBI/2006 (corporate governance) provisions as moderating variable. Banking liquidity
risk is measured by dividing cash to total asset.
Under purposive sampling method, 87 Indonesian listed banking annual reports are
selected. The result shows that the average level of liquidity risk is only 1,87%. Multiple
regression analysis is used to test the hypothesis. Statistical analysis demonstrates that big
four auditor, top 5 ownership moderate by CG and number of audit committee moderate by
CG are predictors to the level of liquidity risk.
The implication is that bank’s with low rate of liquidity should be increase this rate
(seen by asset liquidity) and audited by KAP big four to increase stakeholder’s trust dan
decrease company risks.
Keywords: liquidity risk, agency theory, corporate governance.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penerapan agency theory
terhadap liquidity risk pada perusahaan perbankan di Indonesia. Penelitian ini
menggunakan variabel dari agency theory sebagai variabel independen, liquidity
risk sebagai variabel dependen, dan Peraturan Bank Indonesia No 8/14/PBI/2006
(corporate governance) sebagai variabel moderating. Agency theory
dipresentasikan dengan kepemilikan saham top 5, kepemilikan institusi,
kepemilikan manajerial, latar belakang pendidikan direktur, KAP big four, dan
jumlah komite audit.
Krisis keuangan global menjadikan risiko likuiditas sebagai topik penting
di bidang perbankan. Krisis keuangan yang berawal pada tahun 2007 ini menjadi
salah satu krisis terparah dalam sejarah dalam hal durasi, lingkup dan dampak
kerugian bagi lembaga keuangan serta perekonomian global (Sudarsono, 2009).
Di Amerika dan Eropa banyak bank berjuang untuk mempertahankan tingkat
likuiditas yang memadai selama krisis keuangan global (Widayani, 2005).
Walaupun telah diberikan dukungan pendanaan dari bank central untuk
mempertahankan sistem keuangan, namun tetap ada beberapa bank yang
mengalami kolaps dan dipaksa untuk melakukan merger (Iskander dan Chamlou,
2000). Krisis keuangan global berdampak langsung terhadap risiko likuiditas
perbankan (Sudarsono, 2009). Risiko merupakan bagian yang tidak dapat
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
dihindari dari setiap kegiatan bisnis (Amran, Bin, dan Hassan, 2009). Dalam
konteks perbankan, risiko merupakan suatu kejadian potensial, baik yang
diperkirakan maupun yang tidak diperkirakan yang berdampak negatif terhadap
pendapatan dan permodalan bank (Hodbari, Jones dan Mygind, 2010).
Di Indonesia, kasus bank bermasalah karena praktik perbankan yang tidak
sehat yang mengesampingkan penerapan prinsip tata kelola perusahaan telah
banyak terjadi (Suhardjanto dan Dewi, 2011). Kurangnya transparansi yang
dilakukan pihak manajemen bank kepada stakeholder, merupakan salah satu
penyebab utama maraknya kasus bank bermasalah yang terjadi di Indonesia
(Nasution dan Setiawan, 2007). Kasus kredit macet karena pelanggaran batas
maksimum kredit dan tingginya tingkat liquidity risk menyebabkan likuidasi 16
bank pada tahun 1997 menjadi salah satu potret kelam industri perbankan di
Indonesia. Dampak dari likuidasi tersebut menimbulkan kepanikan masyarakat,
sehingga banyak bank yang di-rush (Sudarsono, 2009). Bank-bank tersebut
mengalami kesulitan likuiditas karena banyak dana yang dikucurkan ke dunia
usaha menjadi kredit macet sedangkan bank harus segera memenuhi kewajiban
untuk membayar dana yang ingin ditarik oleh para nasabahnya (Widayani, 2005).
Beberapa penelitian tentang liquidity risk telah dilakukan oleh peneliti
dengan variabel dan hasil yang beragam. Putri dan Nasir (2006) meneliti dengan
hasil kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan pengambilan
risiko. Kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap
kepemilikan manajerial. Kebijakan pengambilan risiko berpengaruh positif
terhadap kepemilikan institusional. Penelitian ini menganalisis pengaruh dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
teori agensi. Perbedaan dengan penelitian penulis adalah variabel dependen yang
digunakan, dalam penelitian Putri dan Nasir (2006) tidak menggunakan liquidity
risk, sedangkan penelitian ini menggunakannya.
Penelitian tentang risk dilakukan oleh Tsorhe et al. (2011) di Ghana
dengan hasil menyebutkan bahwa power dewan komisaris tidak berpengaruh
terhadap risk. Peraturan bank sentral berpengaruh negatif terhadap credit risk dan
capital risk tetapi signifikan terhadap liquidity risk. Dalam penelitian Tsorhe et al.
(2011) tidak mencakup variabel kepemilikan saham dan komite audit perusahaan
seperti dalam penelitian ini.
Penelitian tentang liquidity risk di Ceko dilakukan oleh Vodova (2011)
dengan hasil penelitian menunjukkan likuiditas bank meningkat dengan
kecukupan modal yang lebih tinggi, suku bunga pinjaman yang lebih tinggi, non
performing loan yang lebih tinggi dan tingkat bunga yang lebih tinggi pada
transaksi antar bank. Sebaliknya, krisis keuangan menyebabkan laju inflasi yang
lebih tinggi dan pertumbuhan tingkat produk domestik bruto memiliki dampak
negatif terhadap likuiditas bank. Ditemukan pula bahwa pengangguran, interest
margin, profitabilitas bank, dan tingkat bunga kebijakan moneter tidak
berpengaruh signifikan pada likuiditas bank komersial di Ceko. Vodova meneliti
tentang liquidity risk yang dikaitkan dengan variabel ekonomi makro, sedangkan
penulis meneliti liquidity risk dengan agency theory.
Penelitian ini menganalisis aspek dalam agency theory yang dikaitkan
dengan risiko likuiditas. Agency theory menjelaskan hubungan agensi muncul
ketika principal (pemegang saham) mempekerjakan agent (manajemen) dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut.
Sebagai pengelola perusahaan, manajer akan lebih banyak mengetahui informasi
internal dan prospek perusahaan dibandingkan pemegang saham (Jensen dan
Meckling, 1976). Teori agensi memberikan pandangan positif untuk pengambilan
keputusan manajemen tentang risiko. Selain itu, teori agensi mengimplikasikan
manager untuk mengelola risiko secara objektifdan menentukan kerugian dari
kegiatan perbankan (Boussanni, Desrochers dan Prefontaine, 2007).
Bank Indonesia sebagai satu lembaga negara yang bersifat independen
memiliki tugas antara lain mengatur dan mengawasi bank serta memastikan
terciptanya suatu sistem perbankan yang sehat (Sudarsono, 2009). Terciptanya
suatu sistem perbankan yang sehat mensyaratkan ditaatinya asas-asas perbankan
Indonesia, salah satunya asas prudential banking (Widayani, 2005). Bank perlu
melaksanakan prinsip kehati-hatian dalam mengelola risiko usahanya, sehingga
Bank Indonesia mengeluarkan sejumlah peraturan perbankan baik dalam bentuk
Peraturan Bank Indonesia (PBI) maupun Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI)
yang mengatur serta memberi pedoman bagi penerapan manajemen risiko bank,
termasuk risiko likuiditas (Swandari, 2003).
Corporate Governance (CG) menjadi perhatian yang serius di Indonesia
(Restuningdiah, 2011). CG merupakan salah satu cara efektif untuk
menggambarkan hak dan tanggung jawab stakeholder perusahaan dimana
transparansi merupakan indikator utama standar CG dalam segala industri
perusahaan (Suhardjanto dan Dewi, 2011). Industri perbankan mempunyai
regulasi yang lebih ketat dibandingkan dengan industri lain, misalnya suatu bank
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
harus memenuhi kriteria pemberian kredit minimum (Nasution dan Setiawan,
2007).
Corporate governance pada industri perbankan di negara berkembang seperti
halnya Indonesia pada pasca krisis keuangan menjadi semakin penting mengingat
beberapa hal. Pertama, bank menduduki posisi dominan dalam sistem ekonomi,
khususnya sebagai mesin pertumbuhan ekonomi (Swandari, 2003). Kedua, di negara
yang ditandai oleh pasar modal yang belum berkembang, bank berperan utama bagi
sumber pembiayaan perusahaan. Ketiga, bank merupakan lembaga pokok dalam
mobilisasi simpanan nasional. Keempat, liberalisasi sistem perbankan baik melalui
privatisasi maupun deregulasi ekonomi menyebabkan manajer bank memiliki
keleluasaan yang lebih besar dalam menjalankan operasi bank (Zhou dan Chen,
2002).
Sesuai dengan peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 tentang
pelaksanaan Corporate Govenance (CG) bagi Bank Umum yang diperbarui
dengan peraturan Bank Indonesia No. 8/14/PBI/2006 merupakan wujud
keseriusan Bank Indonesia dalam masalah Corporate Governance (Kaihatu,
2006). Pelaksanaan corporate governance yang transparan diharapkan akan
mengurangi risiko likuiditas dalam perusahaan. Pelaksanaan Corporate
Governance sangat diperlukan untuk membangun kepercayaan masyarakat dan
dunia internasional sebagai syarat mutlak bagi dunia perbankan untuk
berkembang dengan baik dan sehat (Budiarti, 2010). Corporate governance
diarahkan untuk mengurangi adanya risiko di masa yang akan datang dalam
kinerja keuangan perusahaan perbankan (PBI No.8/4/2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Penelitian ini menggunakan Peraturan Bank Indonesia Nomor
8/14/PBI/2006 tentang perubahan atas Peraturan Bank Indonesia nomor
8/4/PBI/2006 tentang pelaksanaan Corporate Governance bagi bank umum
sebagai variabel moderating. PBI No 8/14/2006 digunakan sebagai variabel
moderating karena memperkuat hubungan dan pengukuran antara variabel
independen dan variabel dependen.
Topik ini menjadi penting karena penelitian mengenai mekanisme
agency theory dalam liquidity risk untuk perbankan di Indonesia belum
pernah dilakukan. Liquidity risk merupakan risiko utama yang dapat terjadi di
perusahaan perbankan karena bank merupakan institusi dengan tingkat leverage
yang tinggi, selain itu bank merupakan lembaga yang dikenal sebagai risk taking
entities (Oorschot, 2009). Kegiatan bank dalam pendanaan, perkreditan dan
treasury dapat menimbulkan terjadinya risiko likuiditas yang mengganggu kinerja
bank tersebut. Sektor perbankan menjadi sektor yang mempunyai lembaga
otoritas secara khusus dalam melakukan pengawasan dan pembinaan kinerja
(Zhou dan Chen, 2002).
Penelitian ini penting untuk dilakukan karena beberapa hal. Pertama, fokus
penelitian pada perbankan yang berbeda dengan sektor industri lain dan
merupakan sektor highly regulated entities (Suhardjanto dan Dewi, 2011).
Kedua, sejak terjadinya krisis keuangan global, perhatian terhadap liquidity
risk mengalami peningkatan sehingga penelitian ini menjadi relevan untuk
dilakukan karena memberikan kontribusi untuk penelitian selanjutnya terkait
dengan liquidity risk di Indonesia (Sudarsono, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Pemilihan perusahaan perbankan dengan alasan bahwa perusahaan
perbankan berbeda dengan sektor industri lain. Perbankan merupakan lembaga
financial intermediation, menggunakan dana simpanan masyarakat sebagai utang
untuk pemberian kredit (Swandari, 2003). Berbeda dengan perusahaan sektor riil
(non finansial), bank menggunakan other people's money untuk usahanya,
sehingga sifat usahanya yang berdasarkan kepercayaan para penyimpan dengan
modal ekuitas yang relatif kecil, maka bank merupakan usaha yang highly
leveraged. Oleh sebab itu risiko usahanya lebih besar dari perusahaan sektor riil
yang rasio modalnya lebih besar (Sukarman, 2007). Berdasarkan uraian tersebut
di atas, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul ”Liquidity Risk dalam
Prespektif Agency Theory: Studi Empiris Perbankan Indonesia”.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang dan judul penelitian, maka permasalahan
yang hendak diteliti adalah apakah agency theory yang terdiri dari (1) kepemilikan
saham top 5, (2) kepemilikan institusi, (3) kepemilikan manajerial, (4) latar
belakang pendidikan direktur, (5) KAP big four, dan (6) jumlah komite audit
mempengaruhi liquidity risk.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh agency theory yang
terdiri dari (1) kepemilikan saham top 5, (2) kepemilikan institusi, (3) kepemilikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
manajerial, (4) latar belakang pendidikan direktur, (5) KAP big four, dan (6)
jumlah komite audit terhadap liquidity risk perbankan.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat termasuk:
1. Bagi pemakai laporan keuangan dan praktisi penyelenggara perusahaan
dalam memahami adanya liquidity risk, sehingga dapat meningkatkan
nilai, meminimalisir risiko dan pertumbuhan perusahaan.
2. Bagi regulator, dalam hal ini pemerintah melalui BAPEPAM, dapat
mendukung penyelenggaraan perusahaan yang memadai dan memberikan
iklim yang kondusif bagi pelaku pasar modal.
3. Bagi akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi dalam pengembangan kajian akuntansi keuangan mengenai
agency theory, sehingga dapat memperoleh model-model mekanisme
corporate governance yang secara konseptual mempengaruhi
kemungkinan adanya risiko likuiditas dan dampaknya pada kinerja
keuangan yang dilaporkan.
4. Bagi stakeholder dan pihak yang berkepentingan, dapat dijadikan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan melaksanakan fungsi
pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan, terutama dalam
pengelolaan dan managemen risiko likuiditas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
E. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian dan manfaat penelitian.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Bab ini membahas landasan teori yang diantaranya berupa
tinjauan pustaka, kerangka teoritis dan dilanjutkan dengan
penelitian terdahulu yang dikembangkan (hipotesis).
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisi desain penelitian, populasi, sampel dan teknik
sampling; pengukuran variabel; instrument penelitian; sumber
data; metode pengumpulan data; serta metode analisis data.
BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas mengenai data yang digunakan, pengolahan
data tersebut dengan alat analisis yang diperlukan dan hasil dari
analisis data.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis data
yang telah dilakukan, saran-saran yang diajukan dari hasil
penelitian, dan rekomendasi bagi penelitian selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Setelah membahas pendahuluan di Bab I, maka pada Bab II ini akan
dijelaskan mengenai landasan teori, kerangka teoritis serta penelitian terdahulu
dan pengembangan hipotesis dalam penelitian ini.
A. Landasan Teori
Pada landasan teori ini akan dijabarkan mengenai teori dan literatur yang
mendasari komponen maupun variabel penelitian.
1. Agency Theory
Teori keagenan menjelaskan tentang pola hubungan dua pihak yang
memiliki kepentingan yang berbeda, yaitu principal dan agent (Widjaja dan
Maghviroh, 2011). Principal adalah pihak yang memberi kontrak atau pemegang
saham, sedangkan agent adalah pihak yang menerima kontrak dan mengelola dana
principal (Khomsiyah, 2003). Kedua pihak ini memiliki kepentingan yang
berbeda, principal cenderung menginginkan perusahaannya terus berjalan (going
concern) dan mendapatkan return yang sebesar-besarnya dan secepatnya atas
investasi yang telah dilakukan sehingga menuntut agen untuk selalu mendapatkan
laba yang tinggi, sedangkan agen cenderung untuk berusaha mempertahankan
jabatannya dan mendapatkan kompensasi yang tinggi atas kinerjanya sehingga
agen akan berupaya semaksimal mungkin untuk mendapatkan laba yang maksimal
(Jensen dan Meckling, 1976).
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Menurut Diana dan Irianto (2008) teori keagenan muncul karena adanya
kepentingan antara pemegang saham, debtholders dan manajer. Pemegang saham
menginginkan return yang sesuai dengan risiko dan biaya yang ditanggungnya.
Pihak debtholder menginginkan dana yang dipinjamkan mendapat hasil yang
sesuai dengan kesepakatan, risiko serta pengembalian yang tepat waktu (Ismiyanti
dan Mamduh, 2003). Manajemen mempunyai kepentingan untuk memperoleh
imbalan yang sesuai dengan kemampuan yang dikeluarkannya (Khomsiyah,
2003). Pemegang saham serta debtholder berharap manajemen dapat mengambil
kebijakan perusahaan terutama kebijakan keuangan yang menguntungkan
pemegang saham dan debtholder. Bila keputusan yang diambil manajemen
merugikan bagi pemegang saham dan debtholder maka akan terjadi konflik agensi
(Swandari, 2003). Salah satu cara untuk mengatasi agency conflict membatasi
perilaku opportunistic manajemen dan konflik agensi adalah dengan monitoring
melalui corporate governance (Midiastuty dan Machfoedz, 2003). Berkaitan
dengan masalah keagenan, corporate governance yang merupakan konsep yang
didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai moderasi pada
investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka
investasikan (Beiner et al., 2003).
Menurut Widyaningdyah (2001), agency theory memiliki asumsi bahwa
masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri
sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Pihak
principal termotivasi mengadakan kontrak untuk menyejahterakan dirinya dengan
profitabilitas yang selalu meningkat. Agent termotivasi untuk memaksimalkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya, antara lain dalam memperoleh
investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi (Kaihatu, 2006). Konflik
kepentingan semakin meningkat terutama karena principal tidak dapat memonitor
aktivitas CEO sehari-hari untuk memastikan bahwa CEO bekerja sesuai dengan
keinginan pemegang saham (Iskander dan Chamlou, 2000).
Kepemilikan saham top 5 concern dengan dilaksanakannya tata kelola
perusahaan yang baik, sehingga dapat mencegah bahaya atau risiko dari
manajemen atau segera melakukan tindakan perbaikan yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kinerja perusahaan dan risiko likuiditas tinggi (Rinaningsih, 2008).
Investor institusional dengan kepemilikan yang besar memiliki insentif untuk
memonitor kinerja manajemen karena mereka memperoleh keuntungan yang
besar dan memiliki voting power yang besar membuat mereka lebih mudah
melakukan tindakan perbaikan (Swandari, 2003). Adanya pemisahan kepemilikan
oleh principal dengan pengendalian oleh agen dalam suatu organisasi cenderung
menimbulkan konflik keagenan diantara principal dan agent. Untuk
meminimalkan konflik keagenan adalah dengan meningkatkan kepemilikan
manajerial di dalam perusahaan (Widajati, 2007).
Jika direktur mempunyai latar belakang bisnis atau ekonomi, maka dapat
memprediksi keadaan yang dapat berpotensi menimbulkan adanya liquidity risk
(Tsorhe et al., 2011). Akuntan publik big four sebagai auditor eksternal yang
relatif lebih independen dari manajemen dibandingkan auditor internal, sejauh ini
diharapkan dapat meminimalkan kasus rekayasa laba, penanganan risiko dan
meningkatkan kredibilitas informasi akuntansi dalam laporan keuangan (Palestin,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
2008). Semakin banyak jumlah komite audit dalam perusahaan akan semakin
rendah tingkat risiko likuiditas. Hal ini disebabkan komite audit mengawasi
manajemen dan sebagai penghubung ke dewan komisaris (Herwidayatmo, 2000).
Pada dasarnya hubungan antara Bank Indonesia dan bank umum
merupakan suatu bentuk hubungan antara principal dan agent yang tidak dapat
dihindarkan dari perbedaan kepentingan. Perbedaan ini muncul ketika adanya
perbedaan tujuan antara Bank Indonesia (principal) dengan bank umum (agent),
serta dikarenakan adanya kesulitan bagi bank Indonesia untuk mengetahui
kebenaran atas laporan keuangan (Farida et al., 2010). Teori ini digunakan untuk
menjawab masalah keagenan terjadi jika pihak-pihak yang saling bekerja sama
memiliki tujuan dan pembagian kerja yang berbeda teori agensi ditekankan untuk
mengatasi permasalahan yang dapat terjadi dalam hubungan keagenan (Ismiyanti
dan Mamduh, 2003). Dalam kinerja perbankan, teori ini digunakan untuk
menghindarkan masalah dari risiko yang terjadi, seperti risiko likuiditas.
2. Liquidity risk
Bank for International Settlement (2008) mendefinisikan likuiditas sebagai
kemampuan bank untuk mendanai kenaikan aktiva dan memenuhi kewajiban saat
mereka datang tanpa menimbulkan kerugian yang tidak dapat diterima. Bank
dikatakan likuid jika mempunyai sejumlah alat likuid, cash assets, yang terdiri
dari uang kas, rekening pada bank sentral dan rekening pada bank-bank lainnya
sama dengan jumlah kebutuhan likuiditas yang diperkirakan. Persoalan likuiditas
bagi bank merupakan persoalan yang sangat penting karena berkaitan erat dengan
kepercayaan masyarakat, nasabah dan pemerintah (Swandari, 2003).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Tingkat likuiditas yang tinggi mencerminkan kesehatan bank yang baik.
Semakin tinggi rasio likuiditas, semakin baik kinerja manajemen risiko perbankan
yang berarti semakin rendah tingkat risiko likuiditas yang dihadapi bank.
Manajemen likuiditas bank dapat diartikan sebagai suatu program pengendalian
alat pembayaran likuid (yang mudah dijadikan tunai) untuk memenuhi semua
kewajiban bank yang harus segera dibayar (Putra, 2006).
Risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik
yang dapat diperkirakan ataupun yang tidak diperkirakan yang berdampak negatif
terhadap pendapatan dan permodalan bank (Setyobudi, 2006). Risiko likuiditas
(liquidity risk) terjadi bila bank tidak mampu menyediakan dana tunai untuk
memenuhi kebutuhan transaksi para nasabah dan memenuhi kewajiban-kewajiban
yang harus dilunasi dalam tempo kurang dari 1 tahun (Akhtar et al., 2011). Suatu
bank likuid bila bank dapat memenuhi kewajibannya, dapat membayar kembali
semua deposannya, serta memenuhi semua permintaan kredit yang diajukan tanpa
terjadi penangguhan (Vodova, 2011).
Risiko likuiditas merupakan risiko terbesar karena merupakan komponen
utama bagi bank. Meskipun suatu bank masih dapat membayar seluruh hutangnya
(solvabel), tetapi ketidakmampuan menyediakan dana jangka pendek untuk
memenuhi kewajiban jangka pendek dapat menyebabkan kegagalan bank, karena
nasabah akan melakukan rush kepada bank itu (Sukarman, 2007). Perkiraan
kebutuhan likuiditas dipengaruhi oleh perilaku penarikan nasabah, sifat dan jenis
sumber dana yang dikelola bank (Werdaningtyas, 2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Risiko likuiditas berkaitan dengan struktur aktiva dan passiva bank umum.
Risiko likuiditas mempunyai dua bentuk, risiko likuiditas aset (asset liquidity risk)
dan risiko likuiditas pembiayaan (funding liquidity risk) (Akhtar et al., 2011).
Risiko likuiditas aset, juga dikenal dengan risiko likuiditas pasar/produk
(market/product liquidity risk), muncul saat transaksi tidak dapat dilakukan pada
harga pasar yang diberlakukan dalam jumlah yang harus dibayarkan posisi
tersebut relatif dengan lot (satuan jumlah) perdangangan normal. Risiko likuiditas
pembayaran yang juga dikenal dengan risiko arus kas (cash-flow risk), mengarah
kepada ketidakmampuan untuk memenuhi kewajiban pembayaran, dimana dapat
memaksa likuidasi yang lebih awal, yang kemudian mentransformasikan ‘paper
loss’ dengan kerugian yang terealisasi (Zhou dan Chen, 2002).
Bank tidak dapat leluasa memaksimumkan pendapatan karena adanya
desakan kebutuhan likuiditas, oleh karena itu bank harus memperhatikan jumlah
likuiditas yang tepat (Sudarsono, 2009). Mempertahankan likuiditas yang tinggi
akan memperlancar customer relationship tetapi profitabilitas / imbalan hasil akan
menurun karena banyaknya dana yang menganggur. Di lain pihak likuiditas yang
rendah menggambarkan kurang baiknya posisi likuiditas suatu bank (Tsorhe et al.,
2011).
Sumber utama dalam pengukuran likuiditas adalah aset. Aset merupakan
aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Semakin besar aset
yang dimiliki maka diharapkan akan semakin besar hasil operasional perusahaan
(Syafitri, 2011). Peningkatan hasil operasional ini akan meningkatkan
kepercayaan bagi pihak eksternal. Dengan kepercayaan yang tinggi pihak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
eksternal bank akan merasa nyaman dalam memberikan dananya untuk bank.
Dengan memiliki dana yang cukup, bank akan mudah untuk memenuhi setiap
permintaan kredit dan setiap kewajiban segeranya.
B. Kaitan antara Agent dan Principal dengan Liquidity Risk
Menurut Murhadi (2009), semakin terdispersi kepemilikan saham suatu
perusahaan semakin mendorong penerapan corporate governance (CG).
Kepemilikan yang terkonsentrasi khususnya pada satu pemilik menyebabkan
praktik CG dalam perusahaan menjadi buruk, sehingga akan meningkatkan risiko
likuiditas. Keberadaan controlling shareholder mendorong terjadinya
penyalahgunaan pemegang saham mayoritas dan merugikan pemegang saham
lainnya (La Porta et al., 1999). Schleifer dan Vishny (1997) menyatakan bahwa
blockholders memiliki investasi baik dalam bentuk hutang maupun saham yang
besar pada suatu perusahaan akan sangat concern terhadap berfungsinya tata
kelola perusahaan yang baik. Hal tersebut dilakukan karena mereka memiliki
kepentingan finansial dan mempunyai hak untuk mengetahui kebijakan dan
kinerja manajemen, serta memiliki kekuatan untuk menekan atau mencegah
manajemen melakukan hazard. Dengan adanya controlling shareholder,
kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan penanganan risiko akan meningkat.
Semakin baik manajemen risiko perusahaan akan semakin rendah liquidity risk.
Penelitian terdahulu yang dilakukan Ashbaugh (2003) menemukan bahwa
blockholder (pemegang saham besar) berpengaruh negatif signifikan terhadap
risiko kredit, termasuk juga dalam risiko likuiditas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Investor institusional disebut juga sebagai investor cerdas (sophisticated),
yang seharusnya lebih dapat menggunakan informasi periode sekarang dalam
memprediksi laba masa depan dibanding investor non instusional (Iqbal dan
Nurul, 2007). Kepemilikan institusi merupakan salah satu alat yang dapat
digunakan untuk mengurangi agency conflict (Swandari, 2003). Dengan kata lain
semakin tinggi tingkat kepemilikan institusional, semakin kuat tingkat
pengendalian yang dilakukan oleh pihak eksternal terhadap perusahaan, sehingga
agency cost yang terjadi di dalam perusahaan semakin berkurang dan nilai
perusahaan juga semakin meningkat (Jensen dan Meckling, 1976). Menurut
penelitian Hodbari et al. (2010) menyimpulkan bahwa kepemilikan institusi
menghambat terjadinya liquidity perusahaan. Hasil penelitian David dan Kochhar
(2000) menyimpulkan bahwa kepemilikan institusi adalah pemain penting dalam
pengungkapan risiko, sehingga kepemilikan institusi berhubungan negatif dengan
risiko perusahaan.
Menurut Widajati (2007), semakin besar kepemilikan manajerial maka
akan semakin kecil keterbukaan sehingga akan lebih memiliki risiko. Manajemen
yang memiliki struktur modal dalam perusahaan cenderung mengungkapkan
kondisi keuangan perusahaan yang sebenarnya, karena selain sebagai pihak
manajemen mereka juga memposisikan diri sebagai pihak stakeholder perusahaan
(Farida et al., 2010). Kepemilikan manajerial menyejajarkan kepentingan
manajemen dan pemegang saham (outsider ownership), sehingga memperoleh
manfaat langsung dari keputusan yang diambil serta menanggung kerugian
sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah (Farida et al., 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Pada tingkat risiko tinggi, manajer berperilaku risk averse sehingga mengurangi
keterlibatan dalam kepemilikan saham. Manajer memilih mengalihkan kekayaan
pribadi pada investasi lain atau pada lembaga keuangan (Chen, Steiner dan
Whyte, 1998).
Direktur yang mempunyai latar belakang bisnis atau ekonomi, diharapkan
dapat memprediksi keadaan yang dapat berpotensi menimbulkan adanya liquidity
risk. Apabila bank berada dalam keadaan yang sulit, direktur yang cerdas dapat
membuat bank bertahan dan menyelesaikan masalah, mengambil langkah untuk
mengoreksi kesalahan dan tetap menjaga perusahaan berjalan secara normal
(Tsorhe et al., 2011). Semakin cakap direktur dalam kinerjanya, maka akan
semakin meminimalisir atau mengurangi adanya risiko likuiditas perusahaan
(Swandari, 2003).
Davidson et al. (2005) menyatakan bahwa corporate governance yang
kuat merupakan keseimbangan antara kinerja perusahaan dengan level of
monitoring. Hal yang terkait dengan monitoring dalam internal governance antara
lain komisaris independen, komite audit, fungsi audit internal dan pemilihan audit
eksternal. Komite audit diharapkan dapat memberikan perlindungan terbaik dalam
menjaga kredibilitas laporan keuangan perusahaan (Restuningdiah, 2011). Komite
audit mempunyai tanggung jawab khusus dalam menghasilkan laporan keuangan
dan mengkomunikasikannya dengan auditor eksternal (Peasnell et al., 2005).
Jika laporan keuangan perusahaan diaudit oleh big four yang mempunyai
kredibilitas kerja yang terjamin, maka kepercayaan stakeholder meningkat.
Peningkatan kepercayaan berguna untuk menambah penanaman saham ke
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
perusahaan (Midiastuty dan Machfoedz, 2003). Jika modal yang ditanamkan dari
stakeholder naik, maka jumlah kas dari penanaman modal naik dan mengurangi
tingkat liquidity risk.
Komite audit mempunyai peran yang penting dan strategis dalam hal
memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan, menjaga
terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta dilaksanakannya
corporate governance (Iqbal dan Nurul, 2007). Komite audit bertugas memonitor
manajemen untuk menjamin kualitas dari laporan keuangan dan akuntabilitas
perusahaan, komposisi atau jumlah komite audit merupakan faktor penting dalam
keefektifan monitoring perusahaan (Zhou dan Chen, 2004). Jumlah komite audit
akan berperan secara langsung dalam pencegahan liquidity risk.
Peneliti mencoba memasukkan PBI No.8/14/2006 sebagai variable
pemoderasi karena belum pernah dilakukan penelitian dalam hubungan antara
agency theory dengan liquidity risk. Peneliti meyakini PBI No.8/14/2006 dapat
mempengaruhi hubungan antara agency theory dengan liquidity risk baik itu
memperkuat atau memperlemah hubungan keduanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
C. Kerangka Konseptual
Kerangka mengenai hubungan antar masing-masing variabel dapat dilihat
dalam gambar dibawah ini:
Variabel Independen Variabel Dependen
Variabel Moderating
Gambar 2.1
Kerangka konseptual
H1 (-)
H5
H3 (-)
H4
H2 (-)
H6 (-)
PBI No
8/14/2006
KAP Big Four
Total Komite
Audit
Monitoring
Latar Belakang
Pendidikan Direktur
Kepemilikan
Managerial
Agent
Kepemilikan
Institusi
Kepemilikan Top
5
Principal
Liquidity Risk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, dapat diketahui bahwa model
penelitian ini menjelaskan pengaruh komponen yang terdapat dalam teori agensi
yang direpresentasikan ke dalam tiga dimensi yaitu, principal, agent, dan
monitoring. Principal diproksikan dengan kepemilikan saham top 5 dan
kepemilikan institusi. Agent diproksikan dengan kepemilikan manajerial dan latar
belakang pendidikan direktur. Monitoring dalam penelitian ini diproksikan
dengan KAP Big four dan total komite audit.
D. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji penerapan agency theory
(kepemilikan saham top 5, kepemilikan institusi, kepemilikan manajerial, latar
belakang pendidikan direktur, KAP Big four dan total komite audit) terhadap
liquidity risk dengan CG sebagai variabel moderating. Berikut ini merupakan
pengembangan hipotesis yang digunakan:
1. Kepemilikan saham top 5 dengan liquidity risk
Schleifer dan Vishny (1997) menyatakan bahwa blockholders
memiliki investasi baik dalam bentuk hutang maupun saham yang besar pada
suatu perusahaan akan sangat concern terhadap berfungsinya tata kelola
perusahaan yang baik. Hal tersebut dilakukan karena mereka memiliki
kepentingan finansial dan mempunyai hak untuk mengetahui kebijakan dan
kinerja manajemen, serta memiliki kekuatan untuk menekan atau mencegah
manajemen melakukan hazard. Keberadaan controlling shareholder akan
mendorong terjadinya penyalahgunaan oleh pemegang saham mayoritas dan
merugikan pemegang saham lainnya (La Porta et al., 1999). Dengan adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
controlling shareholder, kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan
penanganan risiko akan meningkat. Semakin baik manajemen risiko
perusahaan akan semakin rendah liquidity risk. Penelitian terdahulu yang
dilakukan Ashbaugh (2003) menemukan bahwa blockholder (pemegang
saham besar) berpengaruh negatif signifikan terhadap risiko kredit, termasuk
juga dalam risiko likuiditas.
H1: Kepemilikan top 5 berpengaruh negatif terhadap liquidity risk.
2. Kepemilikan institusi dengan liquidity risk
Kepemilikan institusi merupakan salah satu alat yang dapat digunakan
untuk mengurangi agency conflict (Swandari, 2003). Dengan kata lain
semakin tinggi tingkat kepemilikan institusional, semakin kuat tingkat
pengendalian yang dilakukan oleh pihak eksternal terhadap perusahaan,
sehingga agency cost yang terjadi di dalam perusahaan semakin berkurang dan
nilai perusahaan juga semakin meningkat (Crutchley, Jensen, Jahera dan
Raymond, 1999). Menurut penelitian Hodbari et al. (2010) menyimpulkan
bahwa kepemilikan institusi menghambat terjadinya liquidity perusahaan.
Hasil penelitian David dan Kochhar (2000) menyimpulkan terdapat pengaruh
negatif dan signifikan antara variabel kepemilikan institusional terhadap
risiko. Hasil ini memperkuat asumsi bahwa kepemilikan institusional efektif
digunakan sebagai alat monitoring manajemen dan dapat mencegah risiko dari
manajemen atau segera melakukan tindakan perbaikan jika telah terjadi risiko
tersebut.
H2: Kepemilikan institusi berpengaruh negatif terhadap liquidity risk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
3. Kepemilikan manajerial dengan liquidity risk
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa salah satu cara untuk
mengurangi agency cost adalah dengan meningkatkan kepemilikan saham
oleh manajemen. Proporsi kepemilikan saham yang dikontrol oleh manajer
dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan. Kepemilikan manajerial akan
menyejajarkan kepentingan manajemen dan pemegang saham (outsider
ownership), sehingga akan memperoleh manfaat langsung dari keputusan yang
diambil serta menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan
keputusan yang salah (Farida et al., 2010). Menurut Chen, Steiner dan Whyte
(1998), menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan antara
kepemilikaan manajerial dengan penerimaan risiko. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa pada tingkat risiko tinggi, manajer berperilaku risk
averse sehingga mengurangi keterlibatan dalam kepemilikan saham. Manajer
memilih mengalihkan kekayaan pribadi pada investasi lain atau pada lembaga
keuangan.
H3: Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap liquidity risk.
4. Latar belakang pendidikan direktur dengan liquidity risk
Latar belakang pendidikan yang dimiliki direktur berpengaruh
terhadap pengetahuan yang dimiliki (Ahmed dan Nicholls, 1994). Akan lebih
baik jika seorang direktur memiliki latar belakang pendidikan ekonomi dan
bisnis karena seorang direktur harus memiliki kemampuan untuk mengelola
bisnis dan mengambil keputusan terkait bisnisnya tersebut. Pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
universitas membantu seseorang dalam kemajuan karirnya, dimana seseorang
yang berpendidikan tinggi akan memiliki jenjang karir lebi tinggi dan cepat.
Jika direktur mempunyai latar belakang bisnis atau ekonomi, maka
dapat memprediksi keadaan yang dapat berpotensi menimbulkan adanya
liquidity risk. Direktur yang mempunyai pengalaman yang cukup, akan
menambah keluasan pandangan dan ketajaman analisisnya, sehingga akan
meningkatkan kredibilitas direktur dalam pengambilan keputusan dalam
menghindari atau mencegah adanya liquidity risk (Putra, 2011). Semakin
cakap direktur dalam kinerjanya, maka akan semakin meminimalisir atau
mengurangi adanya risiko likuiditas perusahaan. Penelitian Suhardjanto dan
Miranti (2009) menyimpulkan bahwa latar belakang pendidikan presiden
komisaris tidak berpengaruh terhadap pengungkapan informasi perusahaan,
juga dalam risiko likuiditas.
H4: Latar belakang pendidikan direktur berpengaruh terhadap liquidity
risk.
5. KAP Big Four dengan liquidity risk
Kualitas audit oleh KAP Big-4 akan mengurangi agency cost dan
menurunkan liquidity risk (Rinaningsih, 2008). Jika laporan keuangan
perusahaan diaudit oleh big four yang mempunyai kredibilitas kerja yang
terjamin, maka kepercayaan stakeholder akan meningkat. Peningkatan
kepercayaan berguna untuk menambah penanaman saham ke perusahaan
(Midiastuty dan Machfoedz, 2003). Jika modal yang ditanamkan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
stakeholder naik, maka jumlah kas dari penanaman modal akan naik dan akan
mengurangi tingkat liquidity risk. Penelitian Gul et al., (2005) menyimpulkan
bahwa KAP big four berpengaruh negatif terhadap kualitas laba, termasuk
dalam risiko likuiditas perbankan.
H5: KAP Big Four berpengaruh terhadap liquidity risk.
6. Jumlah komite audit dengan liquidity risk
Berdasarkan PBI No.8/4/PBI/2006 menyatakan tentang tugas komite
audit adalah melakukan pemantauan dan evaluasi atas perencanaan dan
pelaksanaan audit serta pemantauan atas tindak lanjut hasil audit dalam rangka
menilai kecukupan proses pelaporan keuangan. Komite audit memegang
peranan penting dalam memonitor untuk menjamin kualitas dari laporan
keuangan dan akuntabilitas perusahaan, komposisi atau jumlah komite audit
merupakan faktor penting dalam keefektifan monitoring perusahaan (Zhou
dan Chen, 2004). Jumlah komite audit akan berperan secara langsung dalam
pencegahan liquidity risk karena semakin banyak jumlah auditor akan semakin
rendah tingkat risiko yang dihadapi bank (Herwidayatmo, 2000). Penelitian
dilakukan oleh Gul et al. (2005) menyimpulkan bahwa jumlah komite audit
berpengaruh terhadap kualitas laba, termasuk dalam risiko likuiditas
perbankan.
H6: Jumlah komite audit berpengaruh negatif terhadap liquidity risk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
BAB III
METODE PENELITIAN
Setelah membahas landasan teori dan pengembangan hipotesis di Bab II,
maka pada Bab III akan menjelaskan mengenai desain penelitian, populasi,
sampel da teknik pengambilan sampel, data dan metode pengumpulan data,
pengukuran variabel dan metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini.
A. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian pengujian hipotesis (hyphothesis testing)
yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan oleh peneliti mengenai
pengaruh agency theory yang diproksikan dengan kepemilikan saham top 5,
kepemilikan institusi, kepemilikan manajerial, latar belakang pendidikan direktur,
KAP big four, dan jumlah komite audit terhadap liquidity risk dan CG sebagai
variabel moderating. Menurut Sekaran dan Bougie (2010), pengujian hipotesis
harus dapat menjelaskan sifat dari hubungan tertentu, memahami perbedaan antar
kelompok atau independensi dua variabel atau lebih.
B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
Populasi adalah suatu kelompok dari elemen penelitian, dimana elemen
adalah unit terkecil yang merupakan sumber dari data yang diperlukan (Kuncoro,
2009). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009-2011 yang memiliki annual report
lengkap. Tahun tersebut dipilih karena sejak terjadinya krisis keuangan tahun
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
2007, perhatian terhadap risiko pada perbankan mengalami peningkatan sehingga
penelitian ini menjadi relevan untuk dilakukan sebagai sarana evaluasi atas risiko
likuiditas perbankan. Jumlah perusahaan sampel selama 3 tahun adalah 87
perusahaan.
Sampel adalah bagian dari populasi yang terdiri dari elemen-elemen yang
diharapkan memiliki karakteristik yang sama dengan populasi penelitian (Sekaran
dan Buogie, 2010). Sampel dipilih dengan menggunakan metode Purposive
Sampling, yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan mengambil sampel
berdasar kriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitian (Indriantoro dan
Supomo, 2002). Kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini yaitu perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan mempublikasikan laporan
keuangan per 31 Desember yang telah diaudit selama periode penelitian yaitu
tahun 2009-2011 yang mencantumkan data secara lengkap berturut-turut selama
periode penelitian.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 87 perusahaan
perbankan, karena dalam analisis regresi berganda ukuran sampel hendaknya
minimal sepuluh kali variabel dalam penelitian (Sekaran dan Bougie, 2010)
C. Data dan Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan tahunan yang terdaftar di
BEI tahun 2009-2011. Laporan tahunan dipilih karena memiliki kredibilitas
tinggi, selain itu laporan tahunan digunakan oleh sejumlah stakeholder sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
sumber utama informasi yang pasti dan dapat diakses untuk tujuan penelitian.
Data sekunder yang dikumpulkan diperoleh melalui situs www.idx.co.id dan dari
situs masing-masing perusahaan sampel.
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
Sekaran dan Bougie (2010) menyatakan bahwa variabel merupakan
sesuatu yang mempunyai nilai yang dapat berubah. Nilai ini dapat berbeda dalam
waktu yang lain untuk objek/orang yang sama atau dapat juga berbeda pada waktu
yang sama untuk objek/orang yang berbeda.
Penelitian ini menggunakan dua variabel utama, yaitu variabel
independen dan dependen, ditambah dengan variabel moderating. Adapun definisi
dan pengukuran variabel dijelaskan sebagai berikut:
1. Variabel Independen
Variabel independen menurut Sekaran dan Bougie (2010) merupakan
salah satu variabel yang mempengaruhi variabel dependen, baik pengaruh itu
secara positif ataupun negatif. Variabel independen dalam penelitian ini terdiri
dari kepemilikan saham top 5, kepemilikan institusi, kepemilikan manajerial, latar
belakang pendidikan direktur, KAP big four dan jumlah komite audit.
a. Kepemilikan Saham Top 5
Kepemilikan saham top 5 adalah pemilik saham 5 besar dalam perusahaan
yang diketahui, pemilik saham ini memiliki investasi baik dalam bentuk hutang
maupun saham yang besar pada suatu perusahaan akan sangat concern terhadap
berfungsinya tata kelola perusahaan yang baik (Rinaningsih, 2008). Hal tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
dilakukan karena mereka memiliki kepentingan finansial dan mempunyai hak
untuk mengetahui kebijakan dan kinerja manajemen, serta memiliki kekuatan
untuk menekan atau mencegah manajemen melakukan hazard. Kepemilikan
saham top 5 diukur dengan penjumlahan dari 5 kepemilikan saham terbesar yang
ada di perusahaan (Suhardjanto dan Wardhani, 2010).
b. Kepemilikan Institusi
Kepemilikan institusi adalah kepemilikan saham oleh pihak-pihak yang
berbentuk institusi, seperti bank, perusahaan efek, asuransi, dana pensiun dan
lembaga pembiayaan (Wahidawati, 2002). Tingkat kepemilikan institusional
yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak
investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistic manajer
dan menunjukkan kemampuan untuk mengawasi manajemen (Swandari, 2003).
Indikator yang digunakan adalah persentase jumlah saham yang dimiliki institusi
dari seluruh saham beredar (Beiner et al., 2003).
c. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah jumlah saham biasa yang dimiliki CEO
dan eksekutif direktur (Eng dan Mak, 2003). Kepemilikan manajemen yang
Kepemilikan saham 5 besar
Kepemilikan Saham Top 5= x 100 %
Jumlah total saham beredar
0
20
40
60
80
100
1st Qtr 2nd Qtr 3rd Qtr 4th Qtr
East
West
North
Jumlah saham pihak institusi
Kepemilikan institusi = x 100 %
Jumlah total saham beredar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
semakin meningkat akan mengurangi risiko yang terjadi dalam perusahaan
(Jensen dan Meckling, 1976). Kepemilikan manajerial diukur dengan
menggunakan persentase saham yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh
modal saham perusahaan yang beredar (Midiastuty dan Machfoedz, 2003).
d. Latar Belakang Pendidikan Direktur
Latar belakang pendidikan direktur adalah jenis pendidikan yang diambil
oleh direktur sewaktu menempuh studi. Karena posisinya yang sangat penting
dalam perusahaan, kemampuan dan pemahaman direktur terhadap bidang usaha
dan emiten akan sangat mempengaruhi persetujuan dan keputusan yang dibuat,
sehingga direktur harus memiliki dan menguasai latar belakang pendidikan di
bidang ekonomi (Putra, 2011). Latar belakang pendidikan direktur diukur dengan
variabel dummy, bila perusahaan mempunyai direktur yang berpendidikan bisnis,
maka diberi nilai 1, sedangkan jika tidak diberi nilai 0 (Haniffa dan Cooke, 2005;
Suhardjanto dan Miranti, 2009).
e. KAP Big Four
KAP Big-Four adalah kualitas audit, independensi dan mempunyai prinsip
etika profesi yang mempunyai standar internasional dalam prosedur sehingga
diharapkan opini yang dihasilkan independen menunjukkan keandalan dan
transparansi informasi keuangan perusahaan (Nini dan Trisnawati, 2009). Auditor
dengan reputasi baik seperti Big Four juga cenderung untuk lebih memilih
Jumlah saham pihak manajemen
Kepemilikan manajerial = x 100 %
Jumlah total saham beredar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
berhubungan dengan klien yang memiliki nilai yang baik dalam komunitas bisnis,
oleh karena itu auditor Big Four akan mempengaruhi klien untuk bertindak sesuai
dengan praktek terbaik (Rinaningsih, 2008). Auditor Big Four dapat
meningkatkan kualitas mekanisme pengawasan internal yang lebih tinggi kepada
kliennya dibandingkan dengan auditor non-Big Four (Palestin, 2008). KAP Big
Four diukur menggunakan variabel dummy. Bila perusahaan diaudit oleh KAP big
four, maka diberi nilai 1, jika sebaliknya maka diberi nilai 0 (Putra, 2011).
f. Jumlah Komite Audit
Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk
membantu board of director dalam rangka pengawasan terhadap tanggung jawab
pihak manajemen, seperti mengawasi proses penyusunan dan pelaporan keuangan
(Herwidayatmo, 2000). Tugas komite berhubungan dengan kualitas laporan
keuangan, karena komite audit diharapkan dapat membantu dewan komisaris
dalam pelaksanaan tugas yaitu mengawasi proses pelaporan keuangan oleh
manajemen (Susanti, 2010). Oleh karena itu komite audit dapat memonitoring
mekanisme yang dapat memperbaiki kualitas informasi bagi pemilik perusahaan
(shareholders) dan manajemen perusahaan, kedua belah pihak tersebut memiliki
level informasi yang berbeda (Linda dan Febrianty, 2010). Indikator yang
digunakan adalah jumlah seluruh komite audit yang ada dalam perusahaan yang
diteliti (Palestin, 2008).
Jumlah Komite Audit = Σ komite audit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
2. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah liquidity risk. Likuiditas
adalah suatu kemampuan finansial suatu lembaga dalam hal ini adalah lembaga
perbankan khususnya bank umum dalam mengubah aset yang dimiliki menjadi
kas (dan setara kas) tanpa mengalami kerugian pada modal atau denda bunga yang
penekanannya difokuskan pada sisi aset dalam neraca, karena potensi sumber
likuiditas dapat diperoleh dari penjualan dan kegiatan operasional perusahaan
(Vento dan Ganga, 2009). Risiko likuiditas adalah risiko yang muncul jika suatu
pihak tidak dapat membayar kewajibannya yang jatuh tempo secara tunai dari aset
likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas clan
kondisi keuangan bank. Meskipun pihak tersebut memiliki aset yang cukup
bernilai untuk melunasi kewajibannya, tapi ketika aset tersebut tidak bisa
dikonversikan segera menjadi uang tunai, maka pihak tersebut dikatakan tidak
likuid. Risiko likuiditas merupakan suatu risiko keuangan karena adanya
ketidakpastian likuiditas. Salah satu cara untuk menghitung tingkat likuiditas
perbankan adalah dengan mengetahui risiko likuiditasnya. Liquidity risk diukur
dengan menggunakan pembagian antara kas dengan total asset (Akhtar et al.,
2011; Vodova, 2011). Semakin tinggi rasio menunjukkan manajemen liquidity
risk yang lebih baik. Dari rumus tersebut dapat memberikan informasi tentang
risiko likuiditas bank. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank
membiayai kegiatan operaional, mengembangkan usahanya dan menampung
risiko kerugian (Werdaningtyas, 2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Semakin tinggi rasio likuiditas, kapasitas yang dimiliki bank lebih tinggi
untuk menanggulangi risiko likuiditas (Sudaryono, 2009). Meskipun demikian,
tingginya rasio ini juga dapat diartikan sebagai pemborosan, asset likuid yang
menghasilkan pendapatan yang lebih rendah mengakibatkan biaya yang tinggi
bagi bank. Oleh karena itu diperlukan pengoptimalan hubungan antara likuiditas
dan profitabilitas (Tsorhe et al., 2010).
3. Variabel Moderating
Variabel moderating adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat
atau memperlemah) hubungan antara variabel independen dan variabel dependen,
variabel moderating disebut juga variabel independen kedua (Ghozali, 2011).
Penelitian ini menggunakan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006
tentang perubahan atas Peraturan Bank Indonesia nomor 8/4/PBI/2006 tentang
pelaksanaan Corporate Governance bagi bank umum sebagai variabel
moderating. Pelaksanaan Corporate Governance yang transparan diharapkan akan
mengurangi risiko likuiditas dalam perusahaan.
Pengukuran variabel menggunakan teknik scoring, masing-masing item
diberi nilai 1 apabila diungkapkan dalam laporan keuangan, dan diberi nilai 0
apabila tidak diungkapkan oleh perusahaan. Untuk mengetahui skor PBI dihitung
persentase jumlah item yang dilaporkan dibagi dengan keseluruhan item
(Suhardjanto dan Afni, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Tabel 3.1
Jumlah item pengungkapan PBI nomor 8/4/PBI/2006
No Item PBI Jumlah Item
1 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris 32
2 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direksi 27
3 Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite 27
4 Penerapan fungsi kepatuhan Bank 3
5 Penerapan fungsi audit intern 3
6 Penerapan fungsi audit ekstern 3
7 Penerapan manajemen risiko 1
8 Penyediaan dana kepada pihak terkait (related party) dan
penyediaan dana besar (large exposures)
2
9 Rencana strategis bank 3
10 Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan bank 3
11 Pelaporan internal dan benturan kepentingan 2
12 Laporan pelaksanaan Good Corporate Governance 14
Jumlah 120
E. Metode Analisis Data
Analisa data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif,
pengujian hipotesis dan uji asumsi klasik (Ghozali, 2011). Pengujian dilakukan
dengan menggunakan bantuan program SPSS release 16. Berikut ini akan
dijelaskan mengenai tahapan-tahapan pengujian dalam penelitian ini.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum.
Statistik deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai distribusi
dan perilaku data sampel tersebut (Ghozali, 2011).
2. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis, penelitian ini menggunakan analisis regresi
berganda dan uji F. Sebelum menggunakan analisis regresi berganda dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
clean up data dengan pemenuhan asumsi klasik untuk memastikan bahwa data
penelitian valid, tidak bias, konsisten dan penaksiran koefisien regresinya efisien
(Gujarati, 2003). Pengujian asumsi klasik terdiri dari beberapa macam pengujian,
meliputi:
a. Uji Multikolonieritas
Multikolonieritas merupakan suatu keadaan dimana terdapat hubungan
yang sempurna antara beberapa ataus emua variabel independen dalam model
regresi. Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah masalah yang
sering muncul dalam analisis regresi terjadi, yaitu dimana terdapat korelasi yang
tinggi antar dua atau lebih variabel independen (Ghozali, 2011).
Multikolonieritas antar variabel independen dapat dilihat dari nilai
tolerance dan variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran tersebut
menunjukkan setiap variabel independen yang satu dijelaskan oleh variabel
independen yang lain. Nilai tolerance yang rendah sama artinya dengan VIF yang
tinggi. VIF (variance inflation factor). Jika tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai
VIF lebih kecil dari 10 maka tidak terjadi multikolonieritas.
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada peridoe t-1 (Ghozali, 2011). Untuk mengetahui dan menguji ada
tidaknya autokorelasi dalam model regresi, bisa digunakan cara pengujian Durbin
Watson (DW). Apabila nilai DW lebih besar dari batas atas (du) dan kurang dari
4-du, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain (Ghozali, 2011). Jika variance dari satu pengamatan ke pengamatan
yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut
heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak
heterokedastisitas.
Untuk menentukan heteroskedastisitas menggunakan grafik plot antara
nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID.
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada
tidaknya pola tertentu dalam grafik scatterplot. Titik-titik yang terbentuk harus
menyebar secara acak, baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. bila
kondisi ini terpenuhi maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011).
Hasil pengujian data dilakukan dengan menguji kolmogorov-smirnov. Kriteria
pengujian apabila p value > 0,05 maka data terdistribusi normal, sedangkan
apabila p value < 0,05 data tidak terdistrubusi normal.
Hal ini didukung juga dengan tampilan grafik histogram dan normal
probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data
residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika didtribusi data residual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti
garis diagonalnya.
3. Analisis Regresi Berganda
Untuk pengujian hipotesis, penelitian ini menggunakan analisis regresi
berganda. Analisis ini dapat memberikan jawaban mengenai besarnya pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Analisis regresi dapat
memberikan jawaban mengenai besarnya pengaruh setiap variabel independen
terhadap variabel dependennya.
Persamaan regresi berganda untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini
adalah:
LR = α + β1 TOP5 + β2 INST + β3 MNJ + β4 PDDKN + β5 KAP + β6 ΣKOMAU +
β7 CG + β8 TOP 5*CG + β9 INST*CG + β10 MNJ*CG + β11 PDDKN*CG +
β12 KAP*CG + β13 ΣKOMAU*CG
Tabel 3.2
Keterangan persamaan regresi berganda
Simbol Keterangan
LR Liquidity Risk
TOP5 Kepemilikan saham top 5
INST Kepemilikan institusi
MNJ Kepemilikan manajerial
PDDKN Latar belakang pendidikan direktur
KAP Audit oleh KAP big four
ΣKOMAU Jumlah komite audit
CG Corporate governance (proksi dari PBI)
a. Uji F
Dalam pengujian ini akan menguji pengaruh semua variabel independen
secara bersamaan terhadap variabel dependen yang akan dilakukan dengan
distribusi F. Signifikansi pengujian ini secara langsung dapat dilihat dari besarnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
angka probabilitas. Jika p-value (F-statistik) lebih kecil dari α (α=5% atau 0,05)
maka seluruh variabel independen secara bersamaan berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel terikatnya. (Ghozali, 2011). Melalui nilai F akan
diketahui apakah kepemilikan saham top 5, kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusi, latar belakang pendidikan direktur, KAP big four dan jumlah komite
audit berpengaruh secara simultan terhadap liquidity risk. Penentuan penerimaan
atau penolakan hipotesis sebagai berikut:
Apabila Fhitung < Ftabel maka H1 diterima dan Ho ditolak artinya tidak ada
pengaruh antara variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat.
Apabila Fhitung > Ftabel maka H1 diterima dan Ho ditolak artinya ada
pengaruh antara variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat.
b. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) ini digunakan untuk menggambarkan
kemampuan model menjelaskan variasi yang terjadi dalam variabel dependen
(Ghozali, 2011). Koefisien determinasi (R2) dinyatakan dalam persentase. Nilai
koefisien korelasi (R2) ini berkisar antara 0 < R
2 < 1. Nilai adjusted R
2 yang
mendekati satu berarti kemampuan variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen. Nilai adjusted R2 yang kecil atau di bawah 0,5 berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat
terbatas. Apabila terdapat nilai adjusted R2
bernilai negatif maka dianggap bernilai
0 (Ghozali, 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan menjelaskan mengenai deskripsi data, pengujian hipotesis
dan pembahasan hasil pengujian yang telah dilakukan selama penelitian.
Penelitian ini menggunakan model analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik
dan pengujian hipotesis.
A. Deskripsi Data
Dalam deskripsi ini akan dijelaskan mengenai populasi data, jumlah
sampel, dan persentase masing-masing sampel yang digunakan dan analisis
deskriptif data yang diperoleh.
1. Seleksi Sampel
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan
keuangan (annual report) perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama tahun 2009-2011 yang dipublikasikan di internet melalui
website resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) serta data dari situs masing-
masing perusahaan sampel. Berikut ini disajikan hasil pengambilan sampel
penelitian.
Tabel 4.1
Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian
Tahun Populasi Sampel Awal Sampel Digunakan
2009 128 31 29
2010 128 31 29
2011 128 31 29
Total 384 93 87
39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Berdasar tabel IV.1, jumlah populasi sebanyak 384 perusahaan. Pada
tahun 2009, 2010, dan 2011 terdapat masing-masing 128 perusahaan perbankan
yang listing. Dari populasi tersebut ada 31 perusahaan yang masuk di Bursa Efek
Indonesia. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive
sampling. Kriteria pengambilan sampel awal adalah perusahaan perbankan yang
terdaftar di BEI dan menerbitkan laporan keuangan tiga tahun berturut-turut untuk
tahun 2009 hingga 2011. Berdasarkan kriteria pengambilan sampel tersebut
didapatkan sampel sebanyak 29 perusahaan perbankan karena terdapat 2
perusahaan perbankan yang tidak menyediakan data dan informasi secara lengkap
terkait variabel agency theory dalam annual reportnya. Oleh karena itu,
pengolahan dan pengujian data hanya dilakukan pada 29 perusahaan dengan 87
annual report (tiga tahun) yang memiliki data dan informasi lengkap.
2. Statistik Deskriptif
Tabel IV.2 menjelaskan mengenai statistik deskriptif dari variabel
dependen penelitian. Informasi tersebut meliputi nilai minimum, maksimum,
mean dan standar deviasi yang dihitung dengan menggunakan alat bantu statistik
SPSS release 16. Tabel IV.2 menggambarkan hasil perhitungan statistik deskriptif
variabel dependen liquidity risk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Tabel 4.2
Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel Depeden
Tahun Minimum Maksimum Mean Std. Deviation
2009 0,20 21,94 2,49 3,82
2010 0,26 2,97 1,56 0,65
2011 0,32 6,61 1,47 1,15
Total 0,20 21,94 1,87 2,37
Dari hasil statistik deskriptif diatas, dapat diketahui bahwa rerata tingkat
risiko likuiditas selama tiga tahun adalah adalah sebesar 1,87%. Hasil tersebut
mengidikasikan bahwa tingkat risiko likuiditas perbankan di Indonesia tergolong
rendah, walaupun belum terdapat peraturan yang menyatakan tentang berapa
standar risiko likuiditas perbankan. Likuiditas yang rendah berarti makin kecil
jumlah kas yang dimiliki perusahaan dan akan memperbesar risiko kegagalan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek (Sukarman, 2007). Hal ini
akan meningkatkan risiko kegagalan perusahaan untuk dapat memenuhi semua
kewajiban finansial yang segara harus dipenuhi. Menurut Haryono (2005),
rendahnya tingkat likuiditas disebabkan karena beberapa hal, antara lain:
1. Meningkatnya kredit bermasalah akibat krisis ekonomi, tejanan suku
bunga dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing,
terutama dolar Amerika.
2. Terjadinya bank runs, yaitu suatu peristiwa dimana banyak nasabah secara
bersamaan menarik dana secara besar-besaran dan sesegera mungkin pada
suatu bank karena nasabah tidak percaya bahwa bank mampu membayar
dananya dalam jumlah penuh dan tepat waktu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
3. Menurunnya efisiensi akibat peningkatan biaya operaional dan manajemen
risiko yang tidak efektif.
Pada tahun 2009, rerata risiko likuiditas sebesar 2,49%, angka ini paling
tinggi jika dibandingkan dengan tahun-tahun lainnya. Semakin tinggi hasil
perhitungan semakin rendah tingkat risiko likuiditas perbankan. Alasan dari
fenomena ini yaitu setelah krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2007,
Bank Indonesia mulai menyiapkan program restukturisasi perbankan yang
bertujuan untuk mengatasi krisis dan menghindari krisis serupa di masa yang akan
datang. Hal ini dilakukan tidak saja untuk membantu bank yang hamper kolaps,
tetapi juga untuk mendorong perbaikan kondisi usaha di sector riil maupun
perekonomian secara menyeluruh. Dengan adanya restrukturisasi tersebut,
perbankan mampu meningkatkan kinerja keuangan dan meningkatkan frekuensi
pemeriksaan bank yang difokuskan pada risiko likuiditas yang dihadapi oleh
setiap bank (Sudarsono, 2009). Tingkat rasio likuiditas tertinggi tahun 2009
adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk sebesar 21,94%. Sebaliknya, perhitungan
likuiditas paling rendah adalah PT Bank Capital Indonesia Tbk dengan nilai 0,2%.
Nilai likuiditas yang rendah menggambarkan kurang baiknya posisi keuangan
suatu bank.
PT Bank Central Asia Tbk mempunyai tingkat nilai likuiditas paling
tinggi untuk tahun 2010 yaitu sebesar 2,97%. Hasil paling rendah didapat oleh PT
Bank Capital Indonesia Tbk sebesar 0,26%. Angka tersebut jauh di bawah rerata
tingkat risiko likuiditas pada tahun 2010 sebesar 1,56%. Penurunan tingkat
likuiditas dari tahun 2009 disebabkan karena penurunan reputasi atau rating
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
perusahaan dan kondisi ekonomi yang menurun. Hasil tingkat likuiditas tahun
2010 berarti bahwa setiap 1 satuan total aset dijamin oleh kas sebesar 0,0156
satuan. Perhitungan risiko likuiditas dalam penelitian ini dilihat dari sisi aset,
sehingga dapat dikatakan bahwa rerata tahun 2010 kurang likuid dalam hal
penjaminan aset. Dari sudut aktiva, likuiditas adalah kemampuan untuk mengubah
seluruh aset menjadi bentuk tunai (cash), sedangkan dari sudut pasiva, likuiditas
adalah kemampuan bank memenuhi kebutuhan dana melalui peningkatan
portofolio liabilitas (Widayani, 2005)
PT Bank Himpunan Saudara Tbk mempunyai tingkat likuiditas paling
tinggi untuk tahun 2011 yaitu sebesar 6,61%. Hasil paling rendah didapat oleh PT
Bank Capital Indonesia Tbk sebesar 0,32%. Angka tersebut jauh di bawah rerata
tingkat risiko likuiditas pada tahun 2011 sebesar 1,47%. Tambah arti 1,47.
Periode terakhir penelitian tingkat risiko likuiditas semakin rendah karena kurang
giatnya perbankan dalam meraih dana masyarakat. Walaupun bank telah
memberikan imbal hasil yang tinggi, namun minat masyarakat untuk
menanamkan dana atau kredit di bank tetap rendah. Hal ini disebabkan oleh
tingginya tingkat suku bunga bank melebihi suku bunga yang diberikan
pemerintah melalui Surat Utang Negara (SUN) dan Obligasi Ritel Indonesia
(ORI) (http://www.infobanknews.com/2009/12/2010-likuiditas-melimpah-kredit-
mengalir-deras, 2012).
Berdasarkan data selama tiga tahun tersebut, dapat dijelaskan bahwa
terjadi penurunan nilai likuiditas. Tahun 2009 ke tahun 2010 mengalami
penurunan yang cukup besar, yaitu 0,93%. Sedangkan tingkat likuiditas tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
2009 ke tahun 2010 hanya turun sebesar 0,09%. Selain itu dapat disimpulkan
juga, bank dengan risiko likuiditas tertinggi untuk tahun 2009 yaitu PT. Bank
Negara Indonesia Tbk, untuk tahun 2010 Bank PT Bank Central Asia Tbk dan
Bank PT Bank Himpunan Saudara Tbk untuk tahun 2011. Hal tersebut
menunjukkan bahwa bank mempunyai nilai risiko likuiditas yang tinggi berarti
memiliki tingkat risiko yang rendah dibandingkan dengan bank sampel lainnya.
Selanjutnya, bank dengan tingkat risiko likuiditas terendah untuk tahun 2009,
tahun 2010 dan tahun 2011 adalah PT Bank Capital Indonesia Tbk. Secara
keseluruhan rendahnya risiko likuiditas karena jumlah kas yang dimiliki bank
kecil yang berakibat pada tidak adanya kas jangka pendek untuk memenuhi
kebutuhan likuiditas perusahaan.
Tingkat risiko likuiditas dalam penelitian ini diperoleh dengan
menggunakan perhitungan membagi antara kas dengan total aset yang
menggambarkan kemampuan bank dalam menyediakan dana yang cukup untuk
memenuhi kewajibannya kepada nasabahnya (Kuncoro dan Suhardjono, 2002).
Semakin tinggi nilai likuiditas, maka semakin rendah tingkat risiko likuiditas
perusahaan. Penggunaan perhitungan ini sejalan dengan penelitian Akhtar et al.,
(2011) dan Vodova (2011). Semakin tinggi rasio menunjukkan manajemen
liquidity risk yang lebih baik. Dari rumus tersebut dapat memberikan informasi
tentang risiko likuiditas bank.
Berdasar tabel IV.2 selama tiga tahun tersebut dapat disimpulkan bahwa
perusahaan dengan tingkat likuiditas tertinggi adalah PT. Bank Negara Indonesia
Tbk tahun 2009 sebesar 21,94%. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
menunjukkan kemampuan menyediakan dana untuk memenuhi kewajiban jangka
pendek dan dapat mengurangi risiko kegagalan bank.
Penelitian mengenai risiko likuiditas dilakukan oleh beberapa orang. Putri
dan Nasir (2006) meneliti hubungan risiko dengan kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, kebijakan hutang dan kebijakan deviden. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif
terhadap kebijakan pengambilan risiko, tetapi kepemilikan institusional
berpengaruh positif terhadap risiko. Kedua yaitu Tsorhe et al. (2011) yang
meneliti likuiditas perbankan di Ghana dan hasilnya menunjukkan bahwa dewan
komisaris tidak berpengaruh terhadap risk. Peraturan bank sentral berpengaruh
negatif terhadap credit risk dan capital risk tetapi signifikan terhadap liquidity
risk.
Tabel 4.3
Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel Indepeden
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
TOP5 87 .22 100.00 94.8712 14.81943
INSTITUSI 87 .36 100.00 66.2444 27.93033
MNJRIAL 87 .00 69.90 5.4827 13.43394
JKA 87 2 6 3.87 .978
MODTOP5 87 17.78 9417.00 6790.30 1475.51797
MODINSTITUSI 87 29.10 8075.51 4729.14 2112.21838
MODMNJRIAL 87 .00 5242.50 362.55 912.03275
MODLBPDIR 87 .00 94.17 48.8111 34.52758
MODBIG4 87 .00 94.17 48.6487 36.14637
MODJKA 87 144.99 544.98 278.80 89.05965
Valid N (listwise) 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1999 tentang pembelian
saham bank umum, jumlah kepemilikan saham Bank oleh Warga Negara Asing
(WNA) dan atau badan hukum asing yang diperoleh melalui pembelian secara
langsung maupun melalui Bursa Efek sebanyak-banyaknya adalah 99% dari
jumlah saham bank yang bersangkutan, sedangkan 1% sisa saham tetap dimiliki
oleh Warga Negara Indonesia (WNI) dan atau badan hukum Indonesia. Bank
Indonesia akan selektif dalam menentukan porsi saham mayoritas di perbankan.
Menurut pejabat bank sentral, kepemilikan mayoritas di perbankan bisa lebih dari
50% jika tingkat kesehatan dan pelaksanaan good corporate governance
perbankan masuk kategori satu (low risk) dan dua (low to moderate risk)
(http://www.indonesiafinancetoday.com/read/28771/BI-Akan-Selektif-Tetapkan-
Kepemilikan-Saham-Bank, 2012).
Berdasarkan tabel 4.3, kepemilikan saham top 5 yang diukur
menggunakan penjumlahan dari 5 kepemilikan saham terbesar yang ada di
perusahaan dibagi jumlah saham beredar menunjukan rerata sebesar 94,87. Hasil
ini menunjukkan bahwa kepemilikan saham yang terpusat memiliki dorongan
yang lebih tinggi untuk memonitor terkait dengan kesejahteraan mereka dan
memiliki kekuatan dalam pengambilan suara, serta memiliki pengaruh apabila
tidak puas dengan aspek-aspek kinerja perusahaan yang tidak mencerminkan
pengelolaan yang baik (Shleifer dan Vishny, 1986). Nilai minimum sebesar
0,22% dimiliki oleh PT Bank Bukopin, Tbk pada tahun 2009. Perusahaan dengan
kepemilikan saham top 5 terbanyak, yakni 100% dimiliki oleh 58 sampel atau
lebih dari separuh jumlah sampel. Nilai 0,22% mengindikasikan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
kepemilikan saham PT Bank Bukopin, Tbk tersebar dan tidak terkonsentrasi pada
beberapa pihak yang menyebabkan pemilik yang minoritas kurang tertarik untuk
melakukan pengawasan karena kan menanggung biaya pengawasan (monitoring
cost) dan hanya menerima manfaat kecil dari aktifitas tersebut (Haryono, 2005)
Nilai kepemilikan institusi yang paling tinggi adalah 100% diperoleh
perusahaan yang sama selama tiga tahun berturut-turut yaitu PT Bank Mutiara,
Tbk tahun 2009, 2010 dan 2011. Sedangkan nilai terendah diperoleh PT Bank
Bukopin, Tbk ditahun 2009 dengan nilai sebesar 0,36%. Nilai mean untuk
kepemilikan institusi adalah 66,24. Artinya investor yang berasal dari institusi
sektor keuangan memiliki saham yang cukup besar (lebih dari separuh saham
beredar) pada perbankan. Semakin tinggi kepemilikan institusi pada perusahaan
maka akan semakin meningkat pengawasan kepada pihak manajemen atas kinerja
dan diharapkan mengurangi risiko perbankan (Fitri dan Mamduh, 2003).
Nilai kepemilikan manajerial mempunyai rerata sebesar 5,48%. Hal ini
berarti jumlah saham yang dimiliki pihak internal tergolong rendah (kurang dari
10%) dan sisanya dimiliki oleh pihak eksternal (pemerintah dan institusi). Alasan
yang mendasari fenomena ini yaitu manajer berperilaku risk averse sehingga
mengurangi keterlibatan dalam kepemilikan saham pada tingkat risiko tinggi.
Manajer memilih mengalihkan kekayaan pribadi pada investasi lain atau pada
lembaga keuangan. Nilai tertinggi adalah PT Bank ICB Bumiputera Indonesia,
Tbk pada tahun 2010 yaitu sebesar 69,90%. Sedangkan nilai terendah adalah
sebesar 0% diperoleh 35 sampel dari total keseluruhan sampel. Rendahnya
kepemilikan saham manajer yang risk averse melakukan diversifikasi secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
optimal untuk mengurangi risiko pribadi. Saat kekayaan pribadi tidak
terdiversifikasi, manajer menuntut insentif tinggi untuk mengimbangi risiko yang
diterima. Kondisi ini menyebabkan manajer (CEO) termotivasi memperkecil
risiko melalui diversifikasi (May, 1995).
Sesuai dengan Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: Kep.29/PM/2004,
komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan
tugas pengawasan dan pengelolaan perusahaan. Pada tabel IV.3 jumlah komite
audit berkisar antara minimum 2 orang sampai maksimum 6 orang. Nilai
maksimum 6 diperoleh delapan sampel, sedangkan nilai minimum 2 dimiliki PT
Bank QNB Kesawan, Tbk tahun 2010. Nilai rerata sebesar 3,87. Hal ini berarti
bahwa rerata perusahaan sampel memiliki komite audit sebanyak 4 orang.
Berdasarkan PBI Nomor: 8/4/PBI/2006, keanggotaan komite audit sekurang-
kurangnya terdiri dari tiga anggota, seorang diantaranya merupakan komisaris
independen perusahaan tercatat yang sekaligus merangkap sebagai ketua komite
audit, sedangkan anggota lainnya merupakan pihak eksternal yang independen.
Pada umumnya perusahaan perbankan di Indonesia sudah memenuhi ketentuan
PBI No 8/4/2006 dengan jumlah komite audit minimal 3 orang.
B. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda dilakukan dengan cara
mengukur goodness of fit model regresi, untuk menilai ketepatan fungsi regresi
sampel dalam menaksir nilai aktual. Goodness of fit model regresi secara statistik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
dilihat dari nilai koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t. Sebagai
prasayarat pengujian regresi berganda dilakukan uji asmsi klasik untuk
memastikan bahwa data penelitian valid, tidak bias, konsisten, dan penaksiran
koefisien regresinya efisien (Gujarati, 2003). Pengujian asumsi klasik terdiri dari
beberapa pengujian, meliputi: normalitas, multikolonearitas, autokerelasi dan
heterokedastisitas. Penelitian ini telah memenuhi uji asumsi klasik.
Analisis Regresi Berganda
Regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk menjawab
rumusan masalah yaitu menguji apakah mekanisme agency theory berpengaruh
terhadap liquidity risk perusahaan perbankan di Indonesia. Pengujian regresi
berganda ini dilakukan dengan metode backward.
Metode backward adalah salah satu metode pengolahan data dengan cara
memasukkan semua variabel independen secara keseluruhan dan secara otomatis
SPSS akan menghilangkan satu persatu variabel independen yang dianggap
kurang signifikan dalam memprediksi model persamaan regresi yang paling
signifikan (Mauliano, 2009). Pengolahan data menggunakan metode backward
menghasilkan sepuluh model persamaan regresi yang memberikan signifikansi
konstanta yang berbeda-beda. Model kesepuluh dipilih karena memiliki nilai
signifikansi konstanta sebesar 0,00 dan nilai anova tertinggi sebesar 6,710. Model
tersebut merupakan model yang paling signifikan dalam memprediksi tingkat
liquidity risk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda terkait pengaruh agency
theory terhadap liquidity risk diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.4
Hasil Regresi Berganda
Variabel Koefisien T Sig.
(Constant) 1,276 3,707 0,000
TOP5 -0,895 -0,900 0,371
INSTITUSI -0,084 -0,792 0,431
MNJRIAL 0,022 0,211 0,833
LBPDIR -0,064 -0,612 0,542
BIG4 0,388 2,598 0,011*
JKA -0,022 -0,025 0,980
MODTOP5 0,000 -2,152 0,034*
MODINSTITUSI 0,087 0,794 0,430
MODMNJRIAL -0,032 -0,308 0,759
MODLBPDIR -0,072 -0,674 0,502
MODBIG4 0,095 0,124 0,902
MODJKA 0,003 3,230 0,002*
R Square 0,205
Adhusted R Square 0,175
F 6,710
Sig 0,000
* Secara statistik signifikan pada tingkat 0,05
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh
variable independen mampu menerangkan variabel dependen. Setiap tambahan
satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat dan tidak peduli apakah
variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh
karena itu, untuk jumlah variabel independen lebih dari dua, lebih baik
menggunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan yaitu adjusted R2
(Ghozali, 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Dari tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa nilai R Square (R2) sebesar
0,205 dan Adjusted R Square (Adjusted R2) sebesar 0,175. Berdasarkan nilai
adjusted (R2) tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 17,5% variabel
dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen dan variabel moderating dan
sisanya sebanyak 82,5% dijelaskan oleh faktor lain di luar model.
Dalam tabel tersebut juga menunjukkan nilai F dihitung sebesar 6,710
dengan probabilitas 0,000 (p - value < 0,050). Karena nilai F lebih besar dari
4,000 dan probabilitas jauh lebih baik kecil dari 0,050 maka model regresi ini
menunjukkan tingkatan yang baik (good overall model fit) sehingga model regresi
dapat digunakan untuk memprediksi liquidity risk atau dapat dikatakan bahwa
kepemilikan saham top 5, kepemilikan institusi, kepemilikan manajerial, latar
belakang pendidikan direktur, KAP big four, dan jumlah komite audit secara
bersama-sama berpengaruh terhadap liquidity risk (Ghozali, 2011).
Pengaruh signifikan dari tiap-tiap variabel independen terhadap variabel
dependen dapat diketahui dari besarnya p-value. Apabila p-value lebih kecil dari
tingkat signifikansi, maka variabel independen tersebut berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen. Sebaliknya, apabila p-value lebih besar dari tingkat
signifikansi, maka variabel independen tersebut tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, hasilnya
menunjukkan bahwa KAP big four, kepemilikan saham top 5 yang dimoderasi
PBI Nomor 8/14/PBI/2006 (CG), dan jumlah komite audit yang dimoderasi CG
berpengaruh terhadap liquidity risk, sedangkan kepemilikan institusi, kepemilikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
manajerial, latar belakang pendidikan direktur tidak berpengaruh terhadap
liquidity risk.
1. Hipotesis Pertama
Sebagian besar perusahaan go public di Indonesia masih dimiliki secara
mayoritas/dominan oleh keluarga pendiri perusahaan dan keluarga pendiri ini
terlibat dalam manajerial perusahaan. Kondisi ini memunculkan masalah agensi
antara pemegang saham mayoritas, yang juga sebagai manajer perusahaan, dengan
pemegang saham minoritas. Struktur kepemilikan yang masih didominasi
keluarga menyebabkan perlindungan terhadap investor kecil masih lemah
(Kurniawan dan Indriantoro, 2000). Rerata sebanyak 67,2% saham perseroan
terkonsentrasi pada 5 pemegang saham mayoritas sedangkan pemegang saham
pendiri rata–rata menguasai 67,3% saham perseroan (Tjager et al., 2003).
Hasil regresi memiliki p-value sebesar 0,371 pada tingkat signifikansi 0,05
dan memiliki koefisien negatif. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan saham
top 5 tidak signifikan terhadap liquidity risk. Koefisien negatif sebesar -0,895
berarti apabila variabel lainnya tetap maka kepemilikan saham top 5 akan
menurukan tingkat risiko likuiditas sebesar 89,5% bila faktor tersebut naik sebesar
1 satuan. Hasil penelitian ini sesuai dengan Ashbaugh (2003) yang menyatakan
bahwa blockholder (pemegang saham besar) berpengaruh negatif signifikan
terhadap risiko. Alasan yang menjelaskan hasil ini adalah kepemilikan saham
yang makin menyebar antara pemegang saham luar (institusional ownership) akan
mengurangi konflik antar pemegang saham dan mendukung aktifitas dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
kebijakan manajemen (Haryono, 2005). Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis
sehingga hipotesis pertama ditolak.
Kepemilikan saham top 5 yang dimoderasi dengan CG terbukti signifikan
terhadap liquidity risk dengan p-value 0,034. Adanya variabel yang memoderasi
kepemilikan saham top 5 meyebabkan risiko yang terjadi di bank akan semakin
berkurang. Jika kepemilikan saham terkonsentrasi melewati batas tertentu, maka
pemegang saham besar akan memiliki pengendalian penuh dan cenderung
memanfaatkan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan pribadi yang tidak
bisa didapat oleh pemegang saham minoritas (Shleifer dan Vishny, 1997).
Konsentrasi kepemilikan akan meningkatkan tingkat keuntungan karena dengan
terkonsentrasinya kepemilikan akan memberikan insentif pemegang saham untuk
memonitor tindakan manager agar memilih tindakan yang sesuai dengan
kepentingan pemilik (Haryono, 2005).
Struktur kepemilikan yang sangat terkonsentrasi memungkinkan
peningkatan risiko oleh pemegang saham. Jika kepemilikan bank terkonsentrasi
maka sebagian besar saham akan dimiliki oleh sebagian kecil individu atau
institusi. Kontrol mereka atas perusahaan begitu besar sehingga segala tindakan
perusahaan merupakan cerminan dari kehendak pemilik. Kontrol yang besar atas
perusahaan dan tanpa disertai pertimbangan bisnis yang sehat berakibat pada
rusaknya bank yang mereka miliki (Swandari, 2003).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
2. Hipotesis Kedua
Kepemilikan institusional memiliki p-value sebesar 0,431 jauh diatas 0,05.
Hal ini mengindikasikan bahwa investor institusional tidak berpengaruh dalam
memonitor liquidity risk perusahaan. Koefisien negatif sebesar -0,084
memperlihatkan hubungan negatif yaitu tingkat liquidity risk akan turun sebesar
8,4% jika kepemilikan institusional bertambah 1 satuan. Tingginya risiko yang
dihadapi perusahaan meningkatkan risiko kebangkrutan dan volatilitas dari
pendapatan, hal ini akan mengurangi minat institusi untuk melakukan investasi pada
saham perusahaan itu karena institusi lebih mementingkan pada stabilitas pendapatan
(Ismiyanti dan Mamduh, 2003). Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis sehingga
hipotesis kedua ditolak.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian David dan Kochhar (2000)
menyimpulkan terdapat pengaruh negatif antara variabel kepemilikan institusional
terhadap risiko. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin kuat
kendali yang dilakukan oleh pihak eksternal terhadap perusahaan, sehingga
menyebabkan rendahnya risiko perusahaan. Hasil ini memperkuat asumsi bahwa
kepemilikan institusional efektif digunakan sebagai alat monitoring manajemen
dan dapat mencegah risiko dari manajemen atau segera melakukan tindakan
perbaikan jika telah terjadi risiko tersebut (Swandari, 2003).
Kepemilikan institusi yang dimoderasi dengan CG terbukti tidak
signifikan positif terhadap liquidity risk dengan p-value 0,430. Hal ini
mengindikasikan bahwa peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang
mengatur tentang tata kelola perusahaan yang baik tidak mempengaruhi tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
risiko likuiditas bank. Kepemilikan institusional biasanya bersifat mayoritas
sehingga kelompok ini dapat memantau kinerja manajer secara optimal, sebagai
dampaknya manajer relatif membatasi kepemilikan sahamnya. Tingkat
kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang
lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku
opportunistic manajer (Eng dan Mak, 2003). Sebaliknya, pada kepemilikan
institusional yang rendah menyebabkan mekanisme manajer lebih leluasa
mengambil keputusan atau banyak terlibat dalam kepemilikan saham (Gitman,
2003).
Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin kuat kendali yang
dilakukan oleh pihak eksternal terhadap perusahaan, sehingga menyebabkan
rendahnya biaya keagenan dan juga risiko perusahaan (Crutchley et al., 1999).
Hasil penelitian Ismiyanti dan Mamduh (2003) menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang negatif dan signifikan antara variabel kepemilikan institusional
terhadap risiko. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin kuat
kendali yang dilakukan oleh pihak eksternal terhadap perusahaan, sehingga
menyebabkan rendahnya risiko perusahaan. Hasil ini memperkuat asumsi bahwa
kepemilikan institusional efektif digunakan sebagai alat monitoring manajemen.
3. Hipotesis Ketiga
Perbedaan kepentingan antara manajemen dan pemegang saham luar
menimbulkan agency problem. Ketika kepemilikan manajerial rendah, ada
masalah agency yang lebih tinggi karena manajer memiliki insentif yang lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
besar untuk mengkonsumsi tunjangan dan mengurangi insentif untuk
memaksimalkan kinerja (Eng dan Mak, 2003). Hal ini terjadi ketika perusahaan
bukanlah miliknya, sehingga manajer dapat bertindak bebas dan mengambil
tunjangan untuk memaksimalkan kinerja. Oleh karena itu, pemegang saham luar
akan meningkatkan monitoring perilaku manajer untuk mengurangi agency
problem (Jensen dan Meckling, 1976).
Kepemilikan manjerial memiliki p-value sebesar 0,833 jauh diatas 0,05.
Nilai ini menunjukkan bahwa kepemilikan manjerial tidak berpengaruh terhadap
liquidity risk, koefisien positif sebesar 0,022 mengindikasikan bahwa tingkat
liquidity risk akan naik 2,2 % dengan peningkatan kepemilikan manjerial sebesar
1 satuan. Hubungan ini terjadi pada manajer yang risk taker. Peningkatan risiko
menyebabkan perusahaan mengurangi pembayaran dividen tetapi meningkatkan
kepemilikan manajerial dan hutang (Putri dan Nasir, 2006). Penggunaan hutang
akan mengurangi kebutuhan penerbitan saham baru sehingga meningkatkan proporsi
kepemilikan manajerial. Tingginya kepemilikan manajerial akan mengakibatkan
konflik antara stockholders dan bondholders sehingga mengakibatkan
ketidakkompakan dan meningkatkan risiko perusahaan (Chen dan Steiner, 1999).
Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis sehingga hipotesis ketiga ditolak. Hasil
penelitian ini konsisten dengan penelitian Demzetz dan Lehn (1985), Putri dan
Nasir (2006) dan Jensen et al. (1992) yang menyatakan bahwa kepemilikan
manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan pengambilan risiko.
Kepemilikan manajerial yang dimoderasi dengan CG terbukti tidak
signifikan terhadap liquidity risk dengan p-value 0,759. Manajer dipandang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
sebagai pihak internal yang memiliki informasi mengenai kinerja dan risiko
perusahaan. Pada saat menghadapi peningkatan risiko, pihak internal
mengendalikan persentase kepemilikan saham dalam jumlah kecil atau sebaliknya
(Ismiyanti dan Mamduh, 2003). Perusahaan yang beroperasi pada pasar berisiko
tinggi mengalami kesulitan dalam memonitor kondisi eksternal sehingga manajer
meningkatkan nilai kepemilikan saham untuk mengawasi kondisi internal. Bagi
manajer yang risk averse, hubungan risiko tinggi dengan kepemilikan manajerial
berubah menjadi negatif. Pada tingkat risiko tinggi manajer mengurangi
keterlibatan dalam kepemilikan saham dan membatasi supply kepemilikan
manajerial. Manajer melakukan diversifikasi dengan persyaratan mendapat
expected rate of return lebih besar dibandingkan dengan insentif yang diterima
dari peningkatan risiko (Demsetz dan Lehn, 1985).
4. Hipotesis Keempat
Hipotesis Keempat dalam penelitian ini menyatakan bahwa latar belakang
pendidikan direktur berpengaruh terhadap liquidity risk. Menurut Komite
Nasional Kebijakan Governance (2006), dewan direksi harus profesional, yaitu
berintegritas dan memiliki kemampuan sehingga dapat menjalankan fungsinya
dengan baik. Hasil regresi menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan direktur
memiliki nilai p-value 0,542 pada tingkat 0,05 yang berarti variabel ini tidak
signifikan terhadap liquidity risk. Hal ini mengindikasikan bahwa latar belakang
pendidikan direktur terbukti tidak signifikan terhadap liquidity risk.
Ketidaksignifikan tersebut karena dalam penelitian ini mendefinisikan latar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
belakang pendidikan secara spesifik pada ekonomi dan bisnis. Ada kemungkinan
latar belakang pendidikan direktur sesuai dengan jenis usaha perusahaan. Selain
itu adanya kebutuhan soft skill dalam menjalankan bisnis, sedangkan yang
diperoleh di bangku kuliah adalah pendidikan hard skill (Kusumastuti, Supatmi
dan Sastra, 2007).
Penelitian dari Harvard University di Amerika Serikat mengungkapkan
bahwa kesuksesan tidak semata-mata ditentukan oleh pengetahuan dan
keterampilan teknis (hard skill), tetapi oleh keterampilan mengelola diri dan orang
lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan
sekitar 20% dengan hard skill dan sisanya 80% dengan soft skill. Pemahaman dari
istilah hard skill adalah skill yang dapat menghasilkan sesuatu sifatnya visible dan
immediate. Tidak seperti hard skill, soft skill bersifat invisible dan tidak segera.
Soft skill meliputi interaksi dengan kehidupan orang lain. Contoh soft skill antara
lain: kemampuan beradaptasi, komunikasi, kepemimpinan, pengambilan
keputusan, pemecahan masalah, conflict resolution (Nurudin, 2004).
Latar belakang pendidikan direktur yang dimoderasi dengan CG terbukti
tidak signifikan terhadap liquidity risk dengan p-value 0,502. Direktur yang
mempunyai latar belakang bisnis atau ekonomi, diharapkan dapat memprediksi
keadaan yang dapat berpotensi menimbulkan adanya liquidity risk. Apabila bank
berada dalam keadaan yang sulit, direktur yang cerdas dapat membuat bank
bertahan dan menyelesaikan masalah, mengambil langkah untuk mengoreksi
kesalahan dan tetap menjaga perusahaan berjalan secara normal (Tsorhe et al..,
2011). Semakin cakap direktur dalam kinerjanya, maka akan semakin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
meminimalisir atau mengurangi adanya risiko likuiditas perusahaan (Swandari,
2003).
Pada sampel di industri perbankan terdapat dominasi direktur yang
memiliki latar belakang pendidikan ekonomi atau bisnis dan dianggap telah sesuai
dengan disiplin ilmu dalam bidangnya. Dalam penelitian ini latar belakang
pendidikan direktur bukan variabel yang berpengaruh terhadap liquidity risk
.Penelitian ini konsisten dengan penelitian Suhardjanto dan Anggitarani (2009)
dan Kusumastuti et al. (2007), sehingga hipotesis keempat ditolak.
5. Hipotesis Kelima
Menurut Raino (2003), pendapat seorang auditor terhadap laporan
keuangan perusahaan dapat memberikan jaminan kepada investor mengenai
kondisi dan prospek perusahaan. Ketika perusahaan melakukan penawaran umum
perdana, auditor berperan sebagai pemberi jaminan (insurance) kepada investor
agar mereka bersedia menanamkan dananya diperusahaan tersebut. Auditor big
four dianggap dapat menyediakan audit dengan kualitas tinggi. Kualitas audit
yang lebih baik diasosiasikan dengan kurangnya kemungkinan adanya masalah
pelaporan keuangan dan memperkecil adanya kesalahan ataupun risiko yang
dihadapi perbankan. Kualitas auditor yang baik akan menjamin informasi atas
laporan keuangan pada investor. Terjalinnya komunikasi yang baik antara audit
internal dengan audit eksternal sehingga respon terhadap risiko yang muncul
dapat diatasi dengan cepat dan akurat. Hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian Meutia (2004).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Tipe auditor memiliki p-value 0,011 dengan pada tingkat signifikansi 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa tipe auditor berpengaruh terhadap tingkat risiko
likuiditas. Hasil tersebut bertentangan dengan penelitian Gul et al. (2005) yang
menyimpulkan bahwa KAP big four berpengaruh negatif terhadap kualitas laba,
termasuk dalam risiko likuiditas perbankan. Alasan yang menjelaskan fenomena
ini adalah kualitas auditor yang tinggi, yang diklasifkasikan sebagai big four
dianggap akan mengurangi risiko perusahaan sekaligus mengurangi kemungkinan
adanya masalah pelaporan keuangan. Auditor yang bekerja di KAP Big Four
dianggap lebih berkualitas karena auditor tersebut dibekali oleh serangkaian
pelatihan dan prosedur serta memiliki program audit yang dianggap lebih akurat
dan efektif dibandingkan dengan auditor dari KAP non-Big Four (Dechow et al.
1996). Hasil ini sesuai dengan hipotesis sehingga hipotesis kelima diterima.
KAP big four yang dimoderasi dengan CG terbukti tidak signifikan
terhadap liquidity risk dengan p-value 0,902. Adanya Peraturan Bank Indonesia
tidak berpengaruh terhadap efektivitas KAP big four dalam memimalisir risiko
likuiditas perbankan.
6. Hipotesis Keenam
Ketentuan jumlah komite audit bagi perusahaan diatur dalam Keputusan
Direksi Bursa Efek Jakarta (BEJ) Nomor Kep-315/BEJ/06/2000 dan PBI Nomor:
8/4/PBI/2006 yang menyebutkan bahwa keanggotaan komite audit sekurang-
kurangnya terdiri dari tiga orang anggota, seorang diantaranya merupakan
komisaris independen yang sekaligus merangkap sebagai ketua komite audit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Sedangkan anggota lainnya merupakan pihak ekstern yang independen dimana
sekurang-kurangnya satu diantaranya memiliki kemampuan di bidang akuntansi
dan atau keuangan.
Hasil regresi menunjukkan bahwa jumlah komite audit memiliki nilai p-
value 0,980 pada tingkat 0,05 yang berarti variabel ini tidak berpengaruh terhadap
liquidity risk dengan koefisien negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin
banyak jumlah komite audit, maka akan semakin menghambat kinerja dan
manajemen risiko perusahaan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan jangka
pendeknya dikarenakan pengawasan yang dilakukan oleh komite audit tidak
berjalan dengan efektif. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Suhardjanto
dan Prawinandhi (2012). Koefisien negatif -0,022 menunjukkan bahwa jika
variabel lain tetap (tidak berubah), peningkatan satu satuan jumlah anggota komite
audit akan menurunkan tingkat risiko likuiditas sebesar 2,2%. Adanya pengaruh
negatif jumlah anggota komite audit terhadap tingkat risiko likuiditas disebabkan
karena semakin banyak jumlah anggota komite audit akan dinilai tidak efektif
dalam menjalankan fungsinya karena adanya ketidakpastian komunikasi,
koordinasi dan pembuatan keputusan perbankan (Suhardjanto dan Prawinandhi,
2012). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Herwidayatmo (2000), yang
menyatakan jumlah komite audit berpengaruh negatif terhadap likuiditas
perusahaan. Berdasar hasil pengujian di atas, dapat disimpulkan bahwa hipotesis
keenam ditolak.
Hasil penelitian variabel jumlah komite audit yang dimoderasi dengan CG
signifikan positif dengan koefisien 0,003. Jumlah komite audit akan berperan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
secara langsung dalam pencegahan liquidity risk karena semakin banyak jumlah
auditor akan semakin rendah tingkat risiko yang dihadapi bank. Hal ini
mengindikasikan bahwa CG dapat memperkuat hubungan antara komite audit
dengan tingkat liquidity risk. Semakin banyak jumlah komite audit akan
meningkatkan pengawasan dan akan meningkatkan kualitas aliran informasi
antara pemegang saham dan manajer, khususnya dalam lingkungan pengungkapan
risiko dalam laporan keuangan (Barako, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
BAB V
PENUTUP
Setelah dilakukan analisis hasil pembahasan pada bab IV, maka pada bab
V akan dibahas mengenai kesimpulan hasil penelitian, saran, keterbatasan dan
rekomendasi untuk peneliti selanjutnya.
A. Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan dengan menguji penerapan agency theory
(kepemilikan saham top 5, kepemilikan institusi, kepemilikan manajerial, latar
belakang pendidikan direktur, KAP big four, dan jumlah komite audit) terhadap
liquidity risk pada perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI),
dengan Peraturan Bank Indonesia No 8/14/PBI/2006 (corporate governance)
sebagai variabel moderating. Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat
diambil kesimpulan:
1. Hasil penelitian menunjukkan tingkat liquidity risk tertinggi adalah
21,94%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tingkat risiko likuiditas
yang ada di perbankan masih tergolong rendah, walaupun belum terdapat
standar di Indonesia yang mengatur tentang standar aktual tingkat risiko
likuditas yang ada di perbankan.
2. Sesuai dengan tujuan penelitian, hasil dari pengujian hipotesis
menunjukkan agency theory mempengaruhi tingkat liquidity risk. Hasil
yang disebutkan berikut adalah hasil dari persamaan regresi. Variabel
independen (agency theory) yang mempengaruhi tingkat liquidity risk
63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
adalah audit big four, kepemilikan saham top 5 yang dimoderasi CG dan
jumlah komite audit yang dimoderasi CG. Variabel lainnya yaitu
kepemilikan saham top 5, kepemilikan institusi, kepemilikan manajerial,
latar belakang pendidikan direktur, jumlah komite audit, kepemilikan
institusi yang dimoderasi CG, kepemilikan manajerial yang dimoderasi
CG, latar belakang pendidikan direktur yang dimoderasi CG, audit big
four yang dimoderasi CG tidak berpengaruh terhadap liquidity risk.
B. Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Dari tahun ke tahun, perusahaan sebaiknya senantiasa meningkatkan
likuiditas (yang dilihat dari sisi likuiditas aset) agar perbankan dapat
membiayai kebutuhan jangka pendek (pelunasan pinjaman atau penarikan
dana nasabah). Semakin tinggi tingkat likuiditasnya, akan semakin rendah
tingkat risiko likuiditas yang akan meningkatkan kepercayaan masyarakat
terhadap perbankan di Indonesia.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan yang diaudit oleh KAP
Big Four berpengaruh secara signifikan terhadap liquidity risk perbankan.
Oleh karena itu, perusahaan yang belum diaudit oleh KAP Big Four
diharuskan untuk pelaksanaan audit oleh KAP yang terjamin
kredibilitasnya sehingga dapat meningkatkan kepercayaan stakeholder dan
mengurangi adanya risiko perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
C. Keterbatasan
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Proksi agency theory tidak menyertakan karakteristik dewan komisaris
(ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen, komposisi
komisaris wanita, jumlah rapat dewan komisaris, latar belakang
pendidikan dewan komisaris,dan latar belakang etnis dewan komisaris).
2. Penelitian hanya sebatas pada perbankan di Indonesia saja.
D. Rekomendasi
Adapun rekomendasi bagi penelitian selanjutnya yang meneliti tentang
risk, antara lain:
1. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan item dari risiko pasar, risiko
kredit, risiko operasional, risiko hukum, risiko reputasi, risiko strategik,
risiko kepatuhan.
2. Melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh penerapan agency
theory terhadap liquidity risk dengan menggunakan variabel (independen
dan moderating) yang berbeda dari yang digunakan dalam penelitian ini.
3. Melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh penerapan agency
theory terhadap liquidity risk dengan menggunakan periode penelitian
lebih dari 3 tahun.
4. Selain itu, penelitian berikutnya juga bisa membandingkan tingkat
liquidity risk antara industri perbankan di Indonesia dengan negara lain
(studi komparatif).