BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF ......79 BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF...

31
79 BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL DAN KONSELING SOCIAL JUSTICE 4.1 Ino fo Makati Nyinga Dari Prespektif Konseling Multikultural Setiap manusia pada hakikatnya merupakan mahluk sosial yang secara naluri ingin hidup bersama dengan yang lain. Dalam artian, manusia itu saling membutuhkan satu dengan yang lainnya untuk bisa hidup bersama dan menciptakan sebuah cara atau kebiasaan untuk bisa diteruskan dari generasi ke generasi yang bisa membentuk tata nilai yang baik. Tidak ada masyarakat yang tidak menghasilkan budaya dan budaya tidak mungkin ada tanpa masyarakat. Setiap masyarakat tentu memiliki kebudayaan yang selalu di jaga dan dipelihara yang bisa berisi aturan dan tata cara membentuk satu komunitas yang bisa hidup berdampingan satu dengan yang lain dari kebudayaan itu membentuk sebuah pandangan berfikir masyarakat dalam kehidupannya yang mengikat satu sama lain dalam satu kesatuan. Kalau dilihat secara historis, masyarakat Halmahera Barat merupakan masyarakat yang berdiri sebagai satu kerajaan yang paling tua di kawasan Moloku Kie Raha namun dalam dalam segi kebudayaan, masyarakat Halmahera Barat pada zaman dahulu dipengaruhi oleh Ternate dan bagian dari kedaulatan kerajaan Ternate meskipun tidak keseluruhan tapi sukup mempengaruhi kebudayaan yang ada. buktinya adalah bahasa Ternate dipakai sebagai lingua franca (bahasa pengantar) dari setiap suku yang ada yang masuk dalam ke empat kesultanan Maluku Utara. Budaya masyarakat Halmahera Barat banyak dipengaruhi oleh model tradisi Kesultanan Ternate karena alasannya adalah secara historis wilayah Halmahera Barat menjadi wilayah kekuasaan Ternate setelah Kesultanan Jailolo menghilang dan juga karena masyarakat berinteraksi dengan menggunakan bahasa Ternate. Masyarakat juga

Transcript of BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF ......79 BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF...

Page 1: BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF ......79 BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL DAN KONSELING SOCIAL JUSTICE 4.1 Ino fo Makati Nyinga Dari Prespektif

79

BAB IV

INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL

DAN KONSELING SOCIAL JUSTICE

4.1 Ino fo Makati Nyinga Dari Prespektif Konseling Multikultural

Setiap manusia pada hakikatnya merupakan mahluk sosial yang secara naluri ingin

hidup bersama dengan yang lain. Dalam artian, manusia itu saling membutuhkan satu dengan

yang lainnya untuk bisa hidup bersama dan menciptakan sebuah cara atau kebiasaan untuk

bisa diteruskan dari generasi ke generasi yang bisa membentuk tata nilai yang baik. Tidak ada

masyarakat yang tidak menghasilkan budaya dan budaya tidak mungkin ada tanpa

masyarakat.

Setiap masyarakat tentu memiliki kebudayaan yang selalu di jaga dan dipelihara yang

bisa berisi aturan dan tata cara membentuk satu komunitas yang bisa hidup berdampingan

satu dengan yang lain dari kebudayaan itu membentuk sebuah pandangan berfikir masyarakat

dalam kehidupannya yang mengikat satu sama lain dalam satu kesatuan.

Kalau dilihat secara historis, masyarakat Halmahera Barat merupakan masyarakat

yang berdiri sebagai satu kerajaan yang paling tua di kawasan Moloku Kie Raha namun

dalam dalam segi kebudayaan, masyarakat Halmahera Barat pada zaman dahulu dipengaruhi

oleh Ternate dan bagian dari kedaulatan kerajaan Ternate meskipun tidak keseluruhan tapi

sukup mempengaruhi kebudayaan yang ada. buktinya adalah bahasa Ternate dipakai sebagai

lingua franca (bahasa pengantar) dari setiap suku yang ada yang masuk dalam ke empat

kesultanan Maluku Utara. Budaya masyarakat Halmahera Barat banyak dipengaruhi oleh

model tradisi Kesultanan Ternate karena alasannya adalah secara historis wilayah Halmahera

Barat menjadi wilayah kekuasaan Ternate setelah Kesultanan Jailolo menghilang dan juga

karena masyarakat berinteraksi dengan menggunakan bahasa Ternate. Masyarakat juga

Page 2: BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF ......79 BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL DAN KONSELING SOCIAL JUSTICE 4.1 Ino fo Makati Nyinga Dari Prespektif

80

mengetahui budaya dalam bentuk tradisi-tradisi yang dilakukan dalam kehidupan masyarakat

dan masih dipelihara sampai sekarang. Terlebih khusus tradisi-tradisi lisan yang merupakan

bagian dari sastra masyarakat Ternate. Tradisi lisan ini hadir dimaksudkan sebagai bentuk

pembahasaan dari adat aturan agar aturan-aturan yang ada bisa untuk dipahami oleh

masyarakat yang pada zaman dahulu belum mengenal tulisan.

Hal ini pula yang terjadi pada pandangan hidup atau moto masyarakat Halmahera

Barat yaitu Ino fo makati nyinga yang merupakan salah satu penggalan kalimat dari Dolo

Bololo yang berlandaskan pada falsafah Jou Se Ngofangare. (Aku dan Engkau). Pengertian

ini dipahami tentang bagaimana hubungan antara Jou ( Tuhan) dan Ngofangare ( manusia )

dalam bingkai kehidupan yang di hidupi masyarakat Ternate. Dahulu masyarakat Ternate

dikenal dengan animisme dan dinamisme, pada masa itu pemimpin atau penguasa disebut

Momole. mole berasal dari kata To Mole, artinya orang yang ucapannya memiliki tuah, apa

yang dikatakan itulah yang terjadi.

Konsep Ketuhanan yang ada dalam Jou Se Ngofangare dipahami sebagai bentuk

hubungan antara pencipta manusia dan alam bagaimana hubungan ini saling mempengaruhi

dan ada respon timbal balik kalau digambarkan maka akan muncul segitiga hubungan yaitu:

TUHAN

MANUSIA ALAM

Page 3: BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF ......79 BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL DAN KONSELING SOCIAL JUSTICE 4.1 Ino fo Makati Nyinga Dari Prespektif

81

Dari gambaran di atas, maka dapat dilihat bahwa ada saling mempengaruhi dan

saling terhubung antar ketiga identitas ini. Manusia dikatakan ketika dia memahami Tuhan

sebagai kekuatan yang transenden, hal itu ditunjukan bagaimana hubungannya dengan alam,

dan bagaimana hubungannya dengan manusia yang lain .yang diwujudkan dalam simbol

Kerajaan Ternate yaitu Gogeba Dopolo Romdidi (Burung berkepala dua namun memiliki

tubuh satu). Pengertiannya meskipun berbeda dalam segi pemikiran dalam aspek kehidupan,

tapi tetap memiliki kesatuan hati. Falsafah Jou Se Ngofangare dimaknai sebagai bentuk

penghormatan terhadap sang Pencipta kalau dilihat secara keyakinan, tetapi dari segi sosial

adalah bagaimana menyatunya masyarakat dengan. pemimpin. Atas dasar ini maka

keharmonisan atau keseimbangan tatanan kehidupan masyarakat bisa terjaga. hal ini sejalan

dengan konsep keragaman budaya atau multikultural yang ditawarkan Sue, bagaimana dalam

konteks kehidupan yang beragam, adanya pengakuan tentang kehidupan di luar dari

komunitas budaya yang sama. Meningkatkan pemahaman multikultural dan sensitivitas

budaya berarti menyeimbangkan pemahaman tentang kekuatan sosiopolitik yang mencairkan

pentingnya ras, dan di sisi lain tentang kebutuhan kita untuk mengakui keberadaan kelompok

lain, identitas yang terkait dengan kelas sosial, jenis kelamin, kemampuan / kecacatan, usia,

afiliasi keagamaan, Dan orientasi seksual.1

Sesuai dengan pernyataan Sue di atas, maka dapat dianalisa bahwa pemahaman

tentang bagaimana pemahaman manusia sebagai individu dalam memahami konteks Jou Se

Ngofangare merupakan wujud kesatuan dalam keragaman. Artinya masyarakat dalam bentuk

pemahaman dirinya terhadap kekauatan di luar dirinya dalam hal ini ( Jou) tidak akan pernah

bisa terwujud jika tidak dibarengi sikap saling melengkapi dalam hubungan antara sesama

manusia yang mungkin berbeda latar belakang budaya. Jadi dapat dikatakan bahwa dalam

landasan hidup Jou Se Ngofangare merupakan bagian dari proses multikultural, bagaimana

1. Derald. W. Sue, Multicultural: Social Work….,16

Page 4: BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF ......79 BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL DAN KONSELING SOCIAL JUSTICE 4.1 Ino fo Makati Nyinga Dari Prespektif

82

manusia memandang manusia yang lain, membangun hubungan sebagai bentuk penghargaan

dan pemahaman terhadap kekuatan yang transenden sebagai bentuk kesimbangan hidup.

Untuk membuat masyarakat Ternate bisa memahami bentuk sila dasar dari Jou Se

Ngofangare yang di buat dalam bentuk tradisi lisan, maka di buat cara agar nilai-nilai ini bisa

diresapi oleh masyarakat dalam bentuk tradisi lisan salah satunya yaitu Dolo Bololo. Kalimat

Ino fo makati nyinga terdiri dari 3 kata, Kata Ino mempunyai arti mengajak orang (kamari)

kemudian fo makati dalam pengertian luas artinya kita bersatu (Torang satu) kemudian kata

nyinga berarti hati. Ino’fo makati nyinga berarti mari kita satu hati. Satu hati di sini bukan

semata-mata sebagai upaya dalam rangka menyatukan masyarakat tapi sebagai upaya

menyatukan hati dalam rangka memahami nilai-nilai yang ada sebagai tata hidup masyarakat

Ternate yang di pahami sebagai pengikat dalam setiap aspek kehidupan masyarakat.

Dalam pengertian ini maka dapat dipahami bahwa penyatuan hati merupakan bentuk

bagaimana masyarakat saling merasakan satu sama lain dalam kehidupan, satu rasa, saling

sepenanggungan dalam kehidupan masyarakat hal ini sesuai dengan salah satu sifat dasar

yang harus dipunyai dalam proses konseling yaitu empati menurut Engel.2 Empati tidak

hanya bentuk kita memahami orang lain tapi bagaimana kita memandang permasalahan yang

terjadi dari sudut pandang orang lain, seperasaan dengan mereka sebagai bentuk dasar

empati. Jadi konsep kesatuan hati yang ditawarkan dalam Ino fo makati nyinga merupakan

bagian bagaimana kita dapat memahami dan mengenal masyarakat dalam bentuk rasa saling

sepenanggungan, rasa tumbuh dan hidup bersama sebagai satu komunitas. Meskipun berbeda

tapi tetap satu rasa sebagai bentuk keharmonisan dalam hidup. Hal ini juga selaras dengan

pemikiran Vontress3 yang mengidentifikasi rangkaian pengalaman bersama yang

berkontribusi terhadap empati bahwa dalam empati, masyarakat secara individu maupun

kelompok memaknai dan memahami kehidupan dalam bentuk memahami individu yang lain

2 J. D. Engel, Pastoral…, 49-60

3 Vontress dalam Paul B. Pedersen, Hugh C. Crethar, Jon Carlson, Cultural Empathy…,44

Page 5: BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF ......79 BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL DAN KONSELING SOCIAL JUSTICE 4.1 Ino fo Makati Nyinga Dari Prespektif

83

merasakan bagaimana kebutuhan hidup setiap manusia sebagai hal yang universal dan

mampu beradaptasi dengan lingkungan dimana dia hidup dan berkembang. Kenapa sejalan

dengan nilai-nilai di atas, karena dalam konteks masyarakat Ternate, ketika memahami

falsafah Jou Se Ngofangare, ada prinsip yang sama menjadi patokan yaitu prinsip saling

berhubungan sebagai bentuk penghargaan terhadap kekuatan yang menciptakan kehidupan

(Jou) dalam wujud empati. Empati disini adalah bagaimana masyarakat Ternate di bentuk

melaui pola pemikirannya bahwa dalam menggambarkan kehidupan masyarakat yang

menyatu dengan budaya artinya ikut terlibat dalam tingkah lakunya dalam kebudayaan yang

saling menghargai, saling melindungi, sehingga masyarakat yang hidup berasal dari budaya

yang bisa merasakan diterima dan mampu beradaptasi dengan kebudayaan khususnya

kebudayaan Ternate. Perbedaan sebagai bagian kehidupan yang dianggap unik. Empati tidak

hanya sebagai bentuk bahwa masyarakat menghargai kehidupan masyareakat yang lain tapi

bagaimana menciptkana suasana yang bisa membuat orang dari latarbelakang yang berbeda

merasa diterima dan bisa beradaptasi dengan kebudayaan tersebut. Budaya Jou Se

Ngofangare merupakan sebuah ikatan yang bisa menghubungkan orang tanpa memandang

latar belakang budayanya.

Selain membutuhkan falsafah hidup. Masyarakat juga memerlukan aturan yang bisa

mengatur kehidupan mereka. Hal ini yang terlihat dalam falsafah Jou Se Ngofangare yang

merupakan landasan filosofis dari Ino fo makati nyinga yang memiliki enam sila dasar

falsafah adat orang Ternate merupakan warisan dari para leluhur yang dalam bahasa daerah

Ternate disebut “Kie se Gam Magogugu Matiti Rara”, yang terdiri dari :

1. Adat se Atorang

Hukum dasar yang ada, harus dipatuhi dan disusun menurut kebiasaan yang dapat

diterima oleh semua lapisan masyarakat. Artinya hukum adat harus bisa berperan merangkul

masyarakat dan bisa menjadi patokan hidup bersama.

Page 6: BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF ......79 BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL DAN KONSELING SOCIAL JUSTICE 4.1 Ino fo Makati Nyinga Dari Prespektif

84

2. Istiadat se kabasarang

Lembaga adat dengan kekuasaannya menurut ketentuan adat yang berlaku dijunjung

tinggi sebagaimana menjaga martabat orang Ternate. Dalam pengertian saling menghormati

antara pimpinan dan bawahan begitu pula dalam lingkungan masyarakat yang menghormati

pemimpin dan juga pemimpin yang bisa menghargai dan menghormati masyarakat.

3. Ghalib se Likudi

Kebiasaan hidup yang menjadi patokan dalam kehidupan dan yang dilazimkan dalam

masyarakat harus disesuaikan dengan jaman tanpa ada pertentangan. Hal ini merupakan

bentuk pengakuan eksistensi manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan

tidak bisa hidup sendiri namun sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan satu sama lain

yang diatur dengan suatu ketentuan hukum adat,

4. Ngale se Cara

Setiap individu dalam masyarakat yang ada, disatukan dalam satu wadah kehidupan

dan saling menghidupi satu sama lain.

5. Sere se Duniru

Budaya yang ada dimaksudkan untuk membangun suatu keutuhan hidup yang kuat

dan kokoh yang tetap mempersatukan masyarakat dalam setiap segi kehidupan.

6. Cing se Cingari

Pengaturan tentang perempuan dan lelakinya. Artinya setiap individu maupun

pasangan pria dan wanita merupakan kesatuan yang utuh dengan hak dan kewajiban masing-

masing perlu dibina dan dijaga kelestariannya karena orang Ternate selalu memaknai filosofi

laki-laki dan perempuan sebagai sesuatu hal yang tidak terpisahkan dan saling melengkapi

satu sama lain.

Page 7: BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF ......79 BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL DAN KONSELING SOCIAL JUSTICE 4.1 Ino fo Makati Nyinga Dari Prespektif

85

Tata aturan atau sila dasar di atas, sejalan dengan pemikiran Tyler4 tentang

komponen budaya bahwa proses interaksi sosial yang dipakai sebagai komponen dasar

budaya merupakan bentuk pengetahuan dan pola pengaturan relasi antar masyarakat sebagai

sebuah bentuk pengaturan kolektif masyarakat. Kenapa sama dengan Tyler karena menurut

penulis budaya merupakan bentuk kebiasaan yang membentuk hubungan komunitas.

Alasannya sebagai mahluk sosial, terlebih khusus di Indonesia yang menekankan hubungan

masyarakat, budaya memainkan peran selain sebagai identitas juga sebagai nilai-nilai aturan

yang bisa membuat masyarakat bisa hidup dan berkembang dengan nilai-nilai positif. Ino fo

makati nyinga sebagai cara agar masyarakat Ternate mengerti bagaimana berperilaku dengan

baik dan bisa memahami setiap kepribadian masyarakat artinya bagaimana membentuk

manusia yang memiliki sikap hidup yang baik tapi ditunjukan dalam sikap dan perilakunya

terhadap orang lain.

Maka dapat di simpulkan bahwa landasan filosofis dari Ino’fo makati nyinga adalah

Jou Se Ngofangare hal ini didasarkan bahwa kehidupan masyarakat Ternate dalam

membangun hubungan dengan sang pencipta (Jou) ditunjukan dengan bagaimana pengenalan

akan dirinya sendiri, juga bagaimana memandang orang lain dan juga terhadap alam

(Ngofangare) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam persamaan sebagai masyarakat

yang kolektif dalam membangun hubungan yang baik dan harmonis yang terbentuk dalam

pemaknaan masyarakat tentang Ino fo Makati Nyinga

4 Tyler dalam Lawrence H. Gerstein, P. Paul heppner, dkk, Essentials....., 26

Page 8: BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF ......79 BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL DAN KONSELING SOCIAL JUSTICE 4.1 Ino fo Makati Nyinga Dari Prespektif

86

4.2 Pemaknaan Ino fo Makati Nyinga sebagai bentuk personalisasi Manusia

Masyarakat dalam kehidupannya mentransformasi nilai-nilai budaya sebagai bagian

dalam memaknai budaya itu sendiri dalam hubungan dengan membangun relasi dengan

individu yang lain. Hal ini pula berlaku bagi masyarakat Desa Soakonora ketika memaknai

Ino’fo makati nyinga. Ino’fo makati nyinga dimaknai bukan hanya sebagai bagian penting

melambangkan identitas budaya saja, tetapi sebagai bagian dari prinsip hidup yang dipahami

masyarakat sebagai tolak ukur bagaimana manusia berperilaku. Pemaknaan mengenai Ino’fo

makati nyinga seperti yang diungkapkan di atas mengandung nilai-nilai penggerak kehidupan

artinya bahwa masyarakat tidak akan bisa berjalan tanpa ada sesuatu yang mebentuk

kepribadiannya dalam.kehidupan yang beraneka ragam.

Berdasarkan hasil penelitian di bab sebelumnya pemaknaan masyarakat di Soakonora

beragam dalam memahami Ino’fo makati nyinga. Ino’fo makati nyinga dalam pandangan

masyarakat sudah lama hidup atau masyarakat asli dan mejadikan Ino’fo makati nyinga

sebagai pedoman dalam kehidupannya. ino fo makatinyinga merupakan suatu cara aturan

yang coba dibahasakan oleh para masyarakat dahulu untuk membentuk pola keteraturan

dalam kehidupan yang di pakai masyarakat sebagai sebuah kebiasaan yang mengatur

kehidupannya, kehidupannya dengan orang-orang disekitarnya karena didalamnya

mengandung-nilai-nilai kehidupan yang sangat bermanfaat buat komunitas dalam

membangun sebuah kebersamaan. Dalam pemaknaan masyarakat Ternate, terhadap ino fo

makatinyinga, ada pada tiga tataran atau Tri potensi yaitu cipta, rasa, dan karsa. Tataran

pemahaman, perasaan ( emosional) dan perilaku

Page 9: BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF ......79 BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL DAN KONSELING SOCIAL JUSTICE 4.1 Ino fo Makati Nyinga Dari Prespektif

87

4.2.1 Ino fo Makati Nyinga sebagai Cipta (pemahaman)

Cipta yang dimaksud dalam hubungannya dengan pemaknaan ino fo makatinyinga bagi

masyarakat Desa Soakonora, adalah bentuk pemahaman akan asal-usul dari ino fo

makatinyinga yang disampaikan bukan dalam bentuk tulisan tapi lebih kepada ungkapan lisan

akan bentuk-bentuk aturan-aturan dan norma-norma yang ada. Pemahaman akan ino fo

makatinyinga dimaksudkan agar masyarakat bisa mengetahui bahwa sejak awal, para

pendahulu sudah hidup dalam budaya yang berfungsi mempersatukan kehidupan masyarakat

yang dikenal dengan berbagai macam kebudayaan.

Dalam prespektif konseling, dikenal dengan konsep realitas, dimana masyarakat

memahami budaya dalam hubungannya dengan realitas dan memahami realitas dengan

caranya masing-masing.5 Dalam konteks masyarakat Soakonora, pemahaman tentang ino fo

makatinyinga berbeda dalam hubungannya pandangan masyarakat asli dan pendatang.

Masyarakat asli memahami bahwa ino fo makatinyinga merupakan bentuk aturan yang coba

dikomunikasikan dalam setiap aspek kehidupan masyarakat yang menghidupi ino fo

makatinyinga sehingga bisa mengatur dan menjadikan masyarakat ada dalam satu kesatuan.

Sedangkan bagi masyarakat pendatang yang ada di Soakonora, mereka memahami bahwa ino

fo makatinyinga adalah sebuah simbol akan persatuan, akan keberagaman masyarakat

sehingga dipahami sebatas motto daerah saja. Masyarakat desa Soakonora sama-sama

memahami realitas ino fo makatinyinga dalam tataran pemahaman identitas dan memiliki

persatuan, saling membutuhkan satu sama lain.

Gertz menyatakan bahwa budaya merupakan pola makna yang coba ditransmisikan

dalam simbolik yang digunakan orang untuk berkomunikasi, bertahan hidup, dan

mengembangkan pengetahuan tentang dirinya dan bagaimana bersikap untuk menyingkapi

5 John Mcleod, Pengantar Konseling…, 277

Page 10: BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF ......79 BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL DAN KONSELING SOCIAL JUSTICE 4.1 Ino fo Makati Nyinga Dari Prespektif

88

fenomena-fenomena yang ada.6 Disini ketika di analisa, sebenarnya pemaknaan masyarakat

baik pendatang maupun masyarakat asli, semuanya satu dan merujuk pada nilai-nilai yang

ada dalam Ino’fo makati nyinga secara tidak langsung, masyarakat desa Soakonora sudah

menerapkan kehidupan Ino’fo makati nyinga ketika mengenal nilai kebersamaan, ketika

mengenal nilai persatuan hanya masalah pemaknaan masyarakat terkendala di dalam masalah

bahasa. Hal ini yang menurut Sue termasuk dalam salah satu hambatan konseling yang

efektif, yaitu Variabel Bahasa: penggunaan bahasa standar dan penekanan pada komunikasi

lisan.7 Karena Ino’fo makati nyinga berasal dari bahasa Ternate yang disampaikan dalam

bentuk lisan tentu terjadi pergeseran makna terkait pemahaman awal yang tentu

mengakibatkan perbedaan cara berfikir masyarakat sehingga masyarakat pendatang yang

tidak memahami bahasa Ternate menjadikan mereka tidak terlalu melihat Ino’fo makati

nyinga sebagai sesuatu yang bisa dijadikan pedoman hidup masyarakat pendatang.

Dalam pemahaman Ino’fo makati nyinga sebagai bentuk dari pemahaman, hal ini

berkaitan dengan proses multikultural dalam penekanan berkaitan dengan aspek kultur oaling

dasar yaitu konsep realitas. Realitas dualisme berdampak pada peningkatan pemisahan antara

diri dan objek, atau diri dan yang lain. Diri dikaitkan dengan jiwa dan dirancang di luar serta

jauh dari dunia luar. Dunia luar yang dimaksud adalah dunia segala sesuatu atau orang lain.8

Pemahaman yang dapat dianalisa disini adalah bagaimana masyarakat desa Soakonora

sampai pada tahapan memahami Ino’fo makati nyinga berdasarkan konteks realitas

kehidupan masyarakat bahwa Ino’fo makati nyinga merupakan konteks kesatuan hati dalam

keberagaman masyarakat. Masyarakat desa Soakonora menyadari bahwa kesatuan hidup

tidak akan bisa dibentuk dari dalam diri tapi bagaimana kasatuan untuk melihat perbedaan

sebagai cara untuk saling melengkapi masyarakat kehidupan masyarakat asli danh pendatang

6 Gertz dalam Mcleod, Pengantar Konseling…., (275.

7 Derald Wing Sue, David Sue, Counseling…,138

8 Mcleod, Pengantar Konseling…,, 277.

Page 11: BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF ......79 BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL DAN KONSELING SOCIAL JUSTICE 4.1 Ino fo Makati Nyinga Dari Prespektif

89

perlu dihubungkan dalam satu titik pemikiran bersama sebagai bagian penting dalam satu

komunitas masyarakat sosial.

Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat sampai pada tahapan pemahaman

memahami Ino’fo makati nyinga sesuai dengan realitas kehidupan yang ada. Tapi intinya

merujuk pada satu pemahaman yaitu sebagai daya rekat antara masyarakat yang satu dengan

masyarakat yang lain.

4.2.2 Ino fo Makati Nyinga sebagai Rasa (pengelolaan emosional)

Berkaitan dengan pengelolaan emosional, bagi masyarakat yang menghidupi Ino’fo

makati nyinga, masyarakat harus memiliki jati diri dalam pengakuannya sebagai manusia.

Jati diri ini meliputi:

a) Tata karma atau sopan santun.

b) Tata kesusilaan

c) Moral budi pekerti

d) Taat dan istiqamah

e) Percaya pada kemampuan diri sendiri.

Dalam hal ini masyarakat dituntut untuk menjadi manusia yang mampu memiliki sikap

hidup yang baik karena dalam kehidupan masyarakat menyadari bahwa kehidupan ini akan

terbentuk harmonis ketika manusia bisa hidup dalam kehidupannya sebagai manusia yang

memiliki sikap hidup yang baik dan benar. karena identitas hidup dengan memiliki sikap-

sikap yang baik menyatakan bahwa manusia mampu mengelola emosionalnya. Artinya

manusia sampai pada tahap dia memahami hubungan dengan dirinya sendiri. Dalam

konseling dalam memahami aspek kultur dasar budaya, hal ini berkaitan pemahaman

terhadap diri sendiri dan konstruksi moral melalui pendekatan kolektif, Bahwa manusia

ketika berusaha memahami dirinya sendiri, dia merasa bahwa melihat hubungannya dengan

orang lain berkaitan dengan bagaimana dirinya memahami dirinya sendiri dalam rangka

Page 12: BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF ......79 BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL DAN KONSELING SOCIAL JUSTICE 4.1 Ino fo Makati Nyinga Dari Prespektif

90

pengelolaan emosionalnya. Manusia bisa lebih bertanggung jawab dan menghadirkan nilai

kesesuian dengan konteks hubungan dengan orang lain.9

Berkaitan dengan pemahaman diri yang diungkapkan di atas, masyarakat desa

Soakonora melihat bahwa setiap wujud tindakan yang dilakukan adalah murni keinginan

untuk bisa bermanfaat terhadap orang lain. Artinya ada nilai-nilai untuk mengontrol

emosional artinya ketika masyarakat memahami bahwa Ino’fo makati nyinga, merupakan

nilai yang menyatukan dan kebersamaan, disini masyarakat menyadari bahwa setiap

hubungan yang baik lahir dari bagaimana masyarakat bertanggung jawab menjaga sikap yang

baik. Sejak awal masyarakat asli dan pendatang hidup dalam hubungan yang baik karena

dalam dirinya sudah bisa mengontrol emosionalnya masyarakat sudah menciptakan nilai-nilai

kesadaran moral dan kesatuan hati artinya masyarakat desa Soakonora menyaradari bahwa

mereka tidak hidup sebagai individu tetapi masyarakat sosial yang bisa bermanfaat untuk

orang lain.

Jadi, masyarakat desa Soakonora memahami Ino’fo makati nyinga, sebagai bagian dalam

hubungan dengan pemahaman diri, memahami bahwa ikatan persaudaraan yang baik antar

masyarakat yang berbeda budaya baik masyarakat Asli maupun pendatang tidak akan

terwujud jika masyarakat tidak bisa menghidupkan nilai-nilai yang baik. Menghadirkan

sikap-sikap yang berkaitan dengan pengelolaan emosional, Karena masyarakat harus

menyesuaikan dengan kehidupan dalam lingkungannya.

4.2.3 Ino fo Makati Nyinga sebagai Karsa ( Perilaku dalam Kehidupan)

Ino’fo makati nyinga sebagai bentuk perilaku masyarakat Desa Soakonora

merupakan tujuan dari setiap bentuk yang ada artinya pemahaman dan pengelolaan diri

aplikasinya ada pada pola perilaku yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, ketika memperhatikan konteks

9 Mcleod, Pengantar Konseling…, 278-279

Page 13: BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF ......79 BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL DAN KONSELING SOCIAL JUSTICE 4.1 Ino fo Makati Nyinga Dari Prespektif

91

masyarakat Desa Soakonora, dapat dilihat bahwa konteks kehidupan masyarakat yang ada,

tidak hanya terdiri dari masyarakat asli saja tapi masyarakat dengan budaya yang lain atau

masyarakat pendatang. Masyarakat pendatang yang datang di Soakonora dengan berbagai

macam faktor salah satunya faktor pekerjaan yang memungkinkan mereka untuk datang dan

berdomisili di Soakonora. Dalam hal ini masyarakat menyadari bahwa dalam kehidupan

masyarakat pun dalam komunitas kehidupan masyarakat tidak hanya berasal dari satu budaya

saja tapi juga dengan berbagai macam budaya yang datang dan hidup bersama-sama. Disini

terdapat nilai kehidupan masyarakat yang mengedepankan kehidupan bersama. Artinya sejak

awal masyarakat Desa Soakonora sudah memahami keberagaman sebagai bagian kehidupan

mereka.

Baker yang menjelaskan bahwa kebudayaan dari pendekatan Psikologis sebagai

bentuk penyesuaian diri (adjustment) manusia kepada alam sekelilingnya kepada syarat-

syarat hidup. Artinya, bahwa manusia berusaha untuk mengetahui apa yang dialaminya dan

mengartikannya untuk menemukan makna dalam kehidupan yang sesungguhnya sebagai

bentuk penyesuaian diri.10

karena secara sosiologis, manusia mempunyai keinginan untuk

bisa hidup sebagai suatu komunitas bersama yang membutuhkan satu sama lain untuk bisa

membangun hubungan yang harmonis. Demi tujuan ini, manusia harus mampu beradaptasi

dengan lingkungan dimana dia berada sebagai bentuk bahwa dia bisa memaknai dirinya

sendiri melalui orang lain.

Pemaknaan Ino fo Makati Nyinga sebagai bentuk perilaku diwujudkan dalam

hubungan sebagai sebuah komunitas yang saling menunjang dan mendukung satu sama lain.

sejak awal Ino fo makati nyinga dibuat berdasarkan realitas kehidupan yang sudah berlaku

sejak masa dimana budaya Ternate dibentuk. sejak awal. Ketika berbicara satu hati itu berarti

ada perbedaan baik secara suku, ras bahkan sampai pada dalam tingkah laku, proses berfikir.

10 Bakker dalam Engel, Konseling Pastoral..,65

Page 14: BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF ......79 BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL DAN KONSELING SOCIAL JUSTICE 4.1 Ino fo Makati Nyinga Dari Prespektif

92

Perbedaan ini jika tidak kelola bisa menimbulkan konflik. Disinilah dipahami bahwa Ino fo

makati nyinga merupakan cara mengikat masyarakat yang berbeda ini menjadi sebuah

kesatuan yang saling menopang dan menguatkan. Sejalan dengan itu, ada 3 nilai atau kultur

dasar yang berkaitan erat dengan pemahaman ini yaitu konstruksi moral dan konsep waktu

dan tempat. Membuat pilihan moral, memutuskan yang benar dan salah adalah inti

kehidupan. Akan tetapi membuat pilihan moral ada dan dipengaruhi oleh budaya.11

Ino fo

Makati Nyinga dipahami dan dimaknai masyarakat desa Soakonora tidak hanya sebagai

bentuk membangun hubungan tapi juga ikut mengambil peran membentuk sebuah

pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Dalam kehidupan sebagai masyarakat,

pengambilan keputusan dalam masyarakat dibuat dan diatur sebagai bentuk keadilan artinya

setiap orang dalam masyarakat bisa merasakan dan ikut berpartipasi dalam kehidupan, dalam

setiap kegiatan masyarakat. dan tidak ada ketimpangan sosial. Bagi kehidupan masyarakat

desa Soakonora terlebih khusus masyarakat asli, masyarakat mampu untuk berfikir secara

logis, artinya setiap keputusan yang diambil berkaitan dengan kebutuhan masyarakat. Seperti

yang dijelaskan di bab sebelumnya, masyarakat yang tidak melaksanakan nilai-nilai yang

ada di Ino fo Makati Nyinga tidak terikat dengan sanksi yang berhubungan dengan denda

berupa barang atau uang tapi sanksi sosial tidak selalu mendapat perhatian dari masyarakat

bila ada masalah. Bagi masyarakat Soakonora, prinsip satu hati (fo Makati) menyangkut

tanggung jawab menyatukan masyarakat Soakonora ada pada prinsip hidup, memilah mana

yang slaah dan mana yang benar dalam pengambilan keputusan dan bisa berlaku adil

terhadap setiap masyarakat bahwa kunci masyarakat yang maju adlah masyrakat yang

mampu saling menerima perbedaan.

Dalam prinsip waktu dan tempat Dari perspektif person (individu) dan kelompok

sosial, waktu adalah salah satu elemen tempat cara hidup dan hubungan terbentuk. Salah satu

11

Mcleod, Pengantar Konseling.., 279.

Page 15: BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF ......79 BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL DAN KONSELING SOCIAL JUSTICE 4.1 Ino fo Makati Nyinga Dari Prespektif

93

ciri masyarakat industrial modern adalah berorientasi pada masa depan. Masa lalu dilupakan

dan dihancurkan. Cerita yang diterima oleh keluarga atau komunitas di masa lalu, bertahan

ditingkat yang paling rendah. Masa lalu diartikan sebagai warisan. Sebaliknya, masyarakat

tradisional dan kolektif didominasi oleh orientasi masa lalu. 12

Dalam konteks masyarakat

Soakonora terkait pemaknaan Ino fo Makati Nyinga sebagai perilaku, konsep waktu dan

tempat menjadi dasar masyarakat memaknai nilai-nilai bahkan pengertian itu sendiri

sehubungan dengan kehidupan masyarakat. Perbedaannya adalah konsep kehidupan yang

ditawarkan Ino fo Makati Nyinga tidak bersifat kaku. Bagi masyarakat Ternate dulu,

kehidupan saling gotong royong menjadi dasar hidup bersama sebagai bentuk sebuah

integrasi sosial yang ada dan hidup dalam kehidupan masyarakat Ternate. Dan itu berlaku

dalam kehidupan masyarakat yang hidup dalam menjalani kehidupan berlandaskan Ino fo

Makati Nyinga. Konsep gotong royong sebagai bentuk kesatuan menjadi landasan kehidupan

masyarakat yang ada di Soakonora. bahkan berlaku sampai sekrang. Itu artinya nilai-nilai

kehidupan, kebersamaan tetap menjadi patoklan kehidupan dan menjadi landasan masyrakat

untuk tetap menjadikan masyarakat Soakonora dari generasi ke generasi mulai dari awal

terbentuknya desa sampai pada pasca konflik tetap menjadikan budaya sebagai pengikat

kehidupan sebagai masyarakat yang hidup dlaam keberagaman.

Dari sini yang perlu dilihat dan dipahami bahwa Ino fo makati nyinga tidak hanya

bisa dipandang sebagai pendekatan yang menekankan keunikan dan identitas masyarakat

yang sudah hidup dan berkembang dari generasi ke generasi dalam hal ini masyarakat

Ternate, tapi juga merupakan bagian yang bisa dimaknai sebagai bentuk penyatuan nilai-nilai

budaya yang sudah hidup dan merangkul nilai kehidupan sebagai bagian yang saling

melengkapi kehidupan masyarakat. Dalam pemaknaan masyarakat desa Soakonora, Ino fo

makati nyinga tidak hanya sebagai aturan yang atau nasihat yang disampaikan kepada

12 Mcleod, Pengantar Konseling…, 279.

Page 16: BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF ......79 BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL DAN KONSELING SOCIAL JUSTICE 4.1 Ino fo Makati Nyinga Dari Prespektif

94

masyarakat yang harus selalu di ingat, seperti prinsip orang tua kepada anak tapi juga bisa

memiliki dampak dalam kehidupan mereka ketika berperilaku. Ino fo makati nyinga tidak

hanya ada pada prinsip dipahami saja tapi juga berkaitan dengan pengelolaan emosional dan

diwujudkan dalam perilaku.

4.3 Peranan Ino fo Makati Nyinga Dalam Permasalahan Masyarakat Desa Soakonora

dari Prespektif Social Justice

Masyarakat desa Soakonora merupakan sebuah komunitas masyarakat yang memiliki

keragaman suku yang ada didalamnya. Dalam kehidupan masyarakatnya yang beraneka

ragam, secara budaya, tentu memiliki cara memahami budaya tidak selalu sama. Hal ini yang

ditekankan Strong et all, yang menyatakan bahwa individu dalam masyarakat juga

mempunyai perbedaan baik secara nilai, ide, rasa dan tujuan dalam hidup13

. Di sini dapat di

analisa bahwa secara psikologis manusia memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh orang

lain dalam memaknai setiap aspek-aspek kehidupannya. Sehingga tidak bisa dikatakan bahwa

orang dalam kebudayaan yang sama bisa dikategorikan orang yang memiliki karakter yang

sama. Pola pikir manusia dalam mewujudkan dan mengkonsepkan nilai tentu berbeda yang

kalau tidak bisa di kendalikan dan di kelola, maka perbedaan-perbedaan itu bisa menjadi

pemicu konflik. Hal ini yang juga dirasakan masyarakat Desa Soakonora yang terdiri dari

masyarakat Pendatang dan masyarakat Asli perbedaan-perbedaan yang ada membuat

terjadinya konflik yang sampai sekarang menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat desa

Soakonora.

Masyarakat desa Soakonora dari awal berdiri dari yang semula dusun kecil kemudian

menjadi sebuah desa, merupakan masyarakat yang cukup menghargai keanekaragaman

budaya yang ada, hal ini dibuktikan dengan kehidupan masyarakat yang tinggal

berdampingan baik masyarakat pendatang maupun masyarakat asli. Masyarakat saling

13 Sttong et all dalam Engel, Konseling Pastoral…, 66

Page 17: BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF ......79 BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL DAN KONSELING SOCIAL JUSTICE 4.1 Ino fo Makati Nyinga Dari Prespektif

95

melengkapi satu sama lain dalam hal membangun hubungan yang baik, saling menjaga satu

sama lain.14

Hal itu kemudian mulai hilang setelah konflik berlangsung. Menurut analisa

penulis, konflik ini. hal ini memicu permasalahan antara masyarakat Asli dan masyarakat

pendatang yang ada di Desa Soakonora. Menurut hasil penelitian pada bab sebelumnya,

masalah-masalah yang terjadi karena masyarakat tidak lagi menyadari dirinya sendiri sebagai

masyarakat yang hidup dalam kapasitas sebagai komunitas yang menghargai keberagaman.

Trauma akan konflik mempengaruhi sikap hidup masyarakat. Pada taraf pemikiran,

pengelolaan emosional dan dalam perilaku.

Kehidupan yang dulunya saling menghargai dan menjunjung nilai-nilai persaudaran,

masyarakat Soakonora ketika konflik tahun 1999-2002 mengalami sebuah perubahan tentang

pemaknaan hidup bersama .masyarakat sampai pada tahap perilaku. Masyarakat tidak lagi

menyadari bahwa pentingnya hidup tumbuh bersama dalam rangka pengembangan

kehidupan.ketika hubungan terganggu maka pola hubungan sosial juga menjadi terganggu.

Perlu ada titik temu yang bisa membangun semangat kebersamaan itu. Dalam proses

konseling,budaya tidak lagi menjadi prinsip hidup masyarakat Desa Soakonora. Sebagai

sebuah komunitas masyarakat tidak lagi membentuk dirinya dengan landasan nilai-nilai.

Konflik 1999-2002 membuat masyarakat Desa Soakonora baik masyarakat Ternate yang

merupakan penduduk Asli dan pendatang yang dari luar yang sudah hidup bersama harus

terjebak dalam penilaian yang tidak lagi memandang perbedaan sebagai sesuatu yang

mempersatukan tapi sebagai sesuatu yang bisa menjadi ancaman dalam kehidupan, Hal inilah

yang dikategorikan sebagai bagian bagaimana masyarakat tidak lagi hidup dalam tata aturan

yang sudah dibuat dalam bentuk kebersamaan untuk tumbuh dan berkembang bersama.

Dalam hal ini pengaturan tata kehidupan masyarakat sesuai dengan Konseling, menurut

Thompson, bagaimana konselor mencoba menganalisa perilaku manusia untuk mendeteksi

Page 18: BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF ......79 BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL DAN KONSELING SOCIAL JUSTICE 4.1 Ino fo Makati Nyinga Dari Prespektif

96

“psikologi klien memakai budaya yang menekankan pada norma hidup yang diadopsi

masyarakat dalam hubungannya dengan dunia.15

Kenapa sesuai dengan pernyataan di atas, menurut penulis, manusia mempunyai pola

hidup yang terbentuk menjadi menjadi budaya yang mengatur bagaimana manusia berfikir

dan bertindak untuk mewujudkan kehidupan yang harmonis satu dengan yang lain bagaimana

tumbuh bersama tanpa saling menjatuhkan satu sama lain oleh karena itu budaya juga bisa

memainkan fungsi mendeteksi klien yang bermasalah dengan melihat dia melakukan

penyimpangan atau tidak karena ketika dia tidak mejalankan budaya dengan semestinya

maka dia dikatakan melanggar cara hidup dan melanggar norma-norma yang ada. Ketika

masyarakat tidak mempunyai hak istimewa, penghargaan terhadap kehidupan, masalah-

masalah yang muncul berkaitan dengan keadilan sosial. konseling social justice (keadilan

sosial), Tujuan social justice adalah memberdayakan semua individu, terlepas dari latar

belakang mereka Sehingga mereka dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan

untuk mencapai potensi penuh mereka.16

Dalam konteks masyarakat desa Soakonora masalah-masalah yang terjadi di dalam

komunitas masyarakat berkaitan tentang bagaimana masyarakat dalam hal ini masyarakat asli

maupun masyarakat pendatang melihat kebudayaan di luar kebudayaan mereka artinya

perbedaan yang ada tidak dijadikan sebagai bagian untuk saling menyatukan tapi menjadi

sesuatu yang bisa sebagai bentuk pemecah kehidupan masyarakat desa Soakonora. Trauma

akan konflik yang pernah terjadi mengakibatkan pandangan masyarakat tidak lagi sebagai

satu komunitas. muncul prasangka, kecemasan, yang mengakibatkan perlakuan masyarakat

berubah, terlebih khusus yang berbeda budaya. sehingga dapat diidentifikasi permasalahan-

permasalahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat desa Soakonora yaitu 1) masalah

15 Tompson dalam Carter, Handbook…, 221

16

Manivong J. Ratts, Paul B Pedersen, Counseling for…,28

Page 19: BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF ......79 BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL DAN KONSELING SOCIAL JUSTICE 4.1 Ino fo Makati Nyinga Dari Prespektif

97

kesatuan hati; 2) masalah kecemburuan sosial; 3) masalah prasangka; 4) masalah

keterbukaan; 5) masalah penghargaan sosial 6) masalah ketidakutuhan. Masalah-masalah

yang tercipta merupakan bagian bagaimana masyarakat Desa Soakonora tidak lagi hidup

dalam sebuah komunitas yang menghargai perbedaan. Dalam hal ini, berkaitan dengan

pemenuhan kebutuhan sebagai individu, Dalam konteks permasalahan yang terjadi,

masyarakat desa Soakonora mengalami pergolakan terkait prinsip keutuhan bersama. Konflik

yang pernah terjadi merupakan pemicu yang menjadikan masyarakat terlebih khusus

masyarakat asli maupun pendatang sama-sama menghasilkan stigma negatif buat perbedaan

dalam masyarakat. Tidak ada lagi keutuhan sebagai sebuah komunitas ketika masyarakat

tidak lagi memandang kehidupan setara, kalau kehidupan tidak lagi setara maka secara

otomatis muncul rasa ketidakadilan.

Dalam menyelesaikan konflik yang berlandaskan ketidakadilan, konsep keadilan

sosial berfokus untuk menyadarkan masyarakat akan hak-hak yang dimiliki setiap orang

dalam komunitas. ketidakadilan tidak hanya terjadi ketika masyarakat tidak lagi memandang

setiap individu sama atau setara tapi ketika masyarakat tidak bisa memberdayakan dirinya

secara penuh. Karena dalam konteks masyarakat desa Soakonora, masyarakat tidak mampu

memberdayakan dirinya secara utuh karena belum bisa memahami dan memaknai kehidupan

bersama sebagai bagian dari hubungan yang tercipta karena budaya bersama sebagai bagian

kehidupan.

Dalam konseling, kultur cukup mengambil peran penting dalam mengatasi masalah dalam

diri individu sendiri. Suatu budaya tertentu akan mempengaruhi kehidupan masyarakat

tertentu. Dengan demikian, suatu budaya hasil kelompok masyarakat tertentu akan dianggap

lebih tinggi dan bahkan mungkin lebih diinginkan. Hal ini dilakukan agar kelompok

masyarakat tertentu memiliki derajat atau tingkatan yang lebih baik. Nilai selalu berhubungan

dengan hal yang baik dan buruk, karena nilai berkaitan dengan keyakinan yang dimiliki

Page 20: BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF ......79 BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL DAN KONSELING SOCIAL JUSTICE 4.1 Ino fo Makati Nyinga Dari Prespektif

98

individu, maka hal itu akan terkait pula dengan bagaimana individu mengadopsi nilai.

Dengan demikian, antara individu yang satu dengan individu yang lain dapat mempunyai

perbedaan walau mereka berasal dari latar belakang budaya yang sama.17

Dalam konteks

kehidupan masyarakat Desa Soakonora yang hidup berdasarkan budaya, prinsip yang

terkandung dalam Ino fo makati nyinga merupakan bentuk dari landasan kehidupan

masyarakat bagaimana hidup, bersikap sebagai individu yang hidup dalam keharmonisan.

Karena nilai-nilai yang hidup dalam Ino fo makati nyinga merupakan sebuah tata cara

kehidupan bagaimana masyarakat terlebih khusus individu menjalani kehidupan.

Sejak awal, Ino fo makati nyinga merupakan sebuah bentuk keuniversalan nilai yang

dibuat agar masyarakat yang hidup dan melakukannya sebagai tata aturan yang sarat nilai.

dan bisa mengerti dan memahami tentang kehidupan yang menekankan kehidupan yang

harmonis meskipun dalam berbagai budaya yang berbeda. Budaya menyiratkan suatu cara

hidup, yang sudah berakar dalam masyarakat yang mereka tidak sadari asumsi mereka

tentang diri mereka sendiri dan orang lain. Peran dari Ino fo makati nyinga sangat dibutuhkan

untuk mampu melihat dan membangun pola kehidupan masyarakat yang hilang sebagai

budaya yang bersifat sebagai roh kehidupan masyarakat secara otomatis dalam permasalahan

yang terjadi antara sebuah komunitas yang sudah hidup bersama, Hal ini sama dengan yang

diungkapkan Krauss, spiritual dilihat sebagai energi yang menggerakan, energi kehidupan,

yang membuat manusia dapat hidup, bernapas, dan bergerak termasuk pikiran, perasaan,

tindakan dan karakter kita pada tataran konseptual.18

Kenapa sama dengan Krauss, ketika

manusia mengadopsi nilai-nilai budaya, di sini manusia berusaha mencari jati dirinya dalam

hal bagaimana mengelola kepribadiannya. Artinya masyarakat memakai budaya sebagai cara

menemukan dan mengelola kepribadiannya. Dia harus paham betul apakah dalam dirinya dia

sudah memiliki hal-hal yang sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam budayanya atau tidak

17 Sulistyarini, Mohammad jauhar, Dasar-Dasar Konseling..,265

18

Krauss dalam. Engel, Konseling Pastoral…, 11

Page 21: BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF ......79 BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL DAN KONSELING SOCIAL JUSTICE 4.1 Ino fo Makati Nyinga Dari Prespektif

99

baru setelah itu dia membangun hubungan dengan orang lain hal ini dapat dilihat apakah

dirinya bisa bermanfaat bagi orang lain. Dalam konteks masyarakat Halmahera Barat

khususnya masyarakat Soakonora, Ino fo makati nyinga sebagai dasar hidup yang melekat

dan terdiri dari nilai-nilai yang bermakna untuk kehidupan masyarakat. Tidak hanya bagi

masyarakat itu sendiri tapi masyarakat diluar atau pendatang yang sudah hidup bersama-sam

sebagai satu komunitas.

Berdasarkan asal-usul dan pemaknaan tentang Ino fo makati nyinga dan konsep

tentang keadilan sosial, maka dapat disimpulkan bahwa kedua pemahaman ini memiliki

pandangan yang sama yaitu mengelola identitas individu dalam menentang ketidakadilan

dalam konteks perbedaan. Melalui peran Ino fo makati nyinga dan konseling social justice,

masyarakat diberdayakan dalam menyelesaikan permasalahan-permaslahan berkaitan dengan

keadilan untuk menciptakan kehidupan yang harmonis baik interpersonal maupun

intrapersonal. Dari kesamaan ini maka konseling social justice memakai budaya sebagai

bagian yang terkait berkaitan penggalian identitas masyarakat untuk menemukan dan

menyelesaikan permasalahan berkaitan dengan hubungan sebagai masyarakat yang plural.

Berdasarkan pola pemahaman melalui asal-usul dan pemaknaan Ino fo makati nyinga

dan juga tujuan dan analisis konseling social justice maka ditarik beberapa hal sebagai bentuk

peran dari konseling Ino fo makati nyinga dalam mengatasi permasalahan-permaslahan yang

terjadi dalam kehidupan masyarakat desa Soakonora yaitu :

1. Sebagai Pengingat Budaya

Peran Ino fo makati nyinga sebagai pengingat akan kebudayaan berarti masyarakat

disadarkan kembali tentang sistem kekerabatan yang sudah terbentuk dan menjadi dasar

pijakan masyarakat yang dibentuk melalui budaya. Permasalahan yang terjadi dalam realitas

kehidupan masyarakat Soakonora menyebabkan masyarakat tidak lagi memandang hubungan

Page 22: BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF ......79 BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL DAN KONSELING SOCIAL JUSTICE 4.1 Ino fo Makati Nyinga Dari Prespektif

100

antara masyarakat terkait dengan perbedaan budaya sebagai suatu hubungan yang saling

terkait satu dengan yang lain. Masyarakat Desa Soakonora yang terdiri dari masyarakat yang

berbeda budaya sering berkonflik karena tidak lagi hidup sebagai kesatuan masyarakat tapi

lebih kepada hubungan dengan budaya yang sama tanpa memperdulikan masyarakat dengan

budaya yang lain sehingga berdampak pada kehidupan masyarakat desa Soakonora.

Masyarakat desa Soakonora tidak lagi membentuk kehidupan yang saling bersatu dalam

perbedaan di tambah lagi dengan masalaah kecemburuan sosial yang diakibatkan karena

masyarakat merasa bahwa tidak ada pemerataan dalam segi pemenuhan kesetaraan secara

sosial. Ada yang diuntungkan dan dirugikan,

Dalam Konseling menurut Cavanagh adalah bagaimana bentuk menghadapi kenyataan.

Konseling adalah kesempatan untuk menangani realitas secara lebih efektif. Konseli yang

masuk dalam proses konseling tidak hanya bersembunyi dari realitas dan memanipulasi

realitas untuk mengurangi kecemasan tetapi mereka seringkali bisa membutuhkan dukungan

orang lain untuk membantu mereka menghadapi kenyataan.19

Dalam hal ini karena

masyarakat desa Soakonora mengalami krisis kepercayaan. Prasangka terhadap yang lain

berdampak pada kehidupan keseharian masyarakat desa Soakonora bagaimana masyarakat

menghadapi realitas hidup. Masalah kecemburuan sosial merupakan bentuk permasalahan

ketika satu pihak merasa tidak mendapatkan perlakuan yang setara dengan pihak lain

sehingga terjadi konflik yang satu pihak lebih diutamakan daripada yang lain.

Oleh karena itu diperlukan cara yang dapat menyelesaikan masalah kesatuan hati dan

kecemburuan sosial dalam kehidupan masyarakat Desa Soakonora. itu,. Hak berfokus pada

apa yang dipercaya bahwa masyarakat sebagai satu komunitas harus menyediakannya sebagai

bagian dari menjadi anggota di dalam masyarakat tersebut.20

dalam menangani permasalahan

tentang kesatuan hati ini yaitu dengan pola makna dan nilai-nilai yang terkandung di dalam

19 Cavanagh dalam. Engel, Konseling Pastoral…, 26-27

20

Llewellyn J. Cornelius dan Donna Harrington, A Social Justice …., 8

Page 23: BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF ......79 BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL DAN KONSELING SOCIAL JUSTICE 4.1 Ino fo Makati Nyinga Dari Prespektif

101

Ino fo makati nyinga sebagai landasan hidup bersama. Ino fo makati nyinga memiliki peran

menjaga hubungan masyarakat tetap selalu bersama. ada kesamaan dalam penilaian terhadap

setiap individu. Artinya masyarakat dibentuk memiliki peran dan pengakuan yang sama

dalam sebuah komunitas. Berkaitan dengan itu, hal tersebut sesuai dengan salah satu fokus

social justice yaitu hak. Hak berfokus pada apa yang dipercaya bahwa masyarakat sebagai

satu komunitas harus menyediakannya sebagai bagian dari menjadi anggota di dalam

masyarakat tersebut.21

Ketidakadilan muncul karena pandangan yang berbeda dalam sebuah komunitas

bersama dan ketidak samaan dalam memandang hak dalam komunitas. Dalam konteks

masyarakat Soakonora yang terdiri dari masyarakat asli dan pendatang, masyarakat melalui

Ino fo makati nyinga sebagai landasan berfikir masyarakat sejak dahulu bahwa dalam

komunitas masyarakat, setiap individu saling terkait satu dengan yang lain dan menjadi

menjadi satu, tumbuh dan berkembang bersama, menjaga supaya tali silahturahmi tetap

terjaga. dalam hal ini budaya dalam kehidupan setiap individu, maka setiap orang selalu

menjadi bagian dari kebersamaan dan membentuk satu kesatuan hati tanpa membedakan latar

belakang budaya karena bersifat mengikat kehidupan masyarakat. Berkaitan dengan hal

tersebut, titik letak dasar analisa. Bagaimana membentuk pengembangan identitas manusia

yang mengakui setiap perbedaan melalui budaya. Pengembangan identitas sosial bersifat

dinamis, dalam setiap tahap perkembangan, karakteristik dan kualitas dibagi antara individu

dalam kelompok sosial tertentu. Setiap tahap perkembangan identitas merupakan hasil

refleksi bagaimana individu melihat diri mereka dalam kaitannya dengan dunia mereka dan

juga dari pengalaman di luar dunia mereka.22

Perkembangan zaman juga mempengaruhi

pemikiran masyarakat, sehingga melupakan nilai-nilai yang sudah tertanam sejak lama dalam

kehidupan masyarakat desa Soakonora sehingga peran pengingat kebudayaan, melalui para

21 Llewellyn J. Cornelius dan Donna Harrington, A Social Justice …., 8

22

Manivong J. Ratts, Paul B Pedersen, Counseling..,61

Page 24: BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF ......79 BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL DAN KONSELING SOCIAL JUSTICE 4.1 Ino fo Makati Nyinga Dari Prespektif

102

tokoh adat, penyampaian Ino fo makati nyinga sebagai bentuk agar dapat menciptakan

hubungan yang lebih bermakna. Masyarakat diajak untuk saling bersatu hati sebagaimana

kehidupan para leluhur yang bisa hidup berdampingan satu dengan yang lain menciptakan

satu kesatuan hidup, masyarakat tidak akan bisa berkembang tanpa menghargai kebudayaan

sebagai tolak ukur kehidupan masyarakat yang harmonis dalam hal pengakuan dalam segi

pengalaman nilai-nilai yang sama yang dipunyai setiap orang dalam komunitas yang

harmonis.

Ketika para tokoh-tokoh adat menyampaikan Ino fo makati nyinga kepada masyarakat,

hal itu berarti pasti ada masalah yang terjadi sehingga dipakailah kalimat ini untuk dapat

menyelesaikan permasalahan yang ada dalam kehidupan masyarakat dan memperbaiki

tingkah lakunya yang salah. Dalam hal ini peran ini tidak hanya dimiliki oleh tokoh adat tapi

juga pemerintah sebagai orang yang memberikan nasihat. Nasihat yang disampaikan itu

bertujuan untuk mengingatkan masyarakat bahwa ada hubungan timbal balik dalam

kehidupan antara kehidupan masyarakat dan pemimpin yang dianggap mewakili setiap

lapisan masyarakat sebagai bentuk menjujung tinggi kekuasaan adat sebagai bentuk

pengaturan hidup.

2. Memperbaiki hubungan yang rusak

Ketika masyarakat berada pada titik dimana terjadi persoalan, masyarakat seringkali

tidak bisa mengelola perilakunya untuk lebih mengedepankan nilai-nilai kehidupan. Hal ini

yang terjadi pada kehidupan masyarakat Soakonora. Masyarakat desa Soakonora kadang

mudah terpengaruh terkait dengan stigma negatif yang bermula dari prasangka. Masyarakat

yang semula sadar dan mengerti tentang makna kehidupan bersama, mengalami sebuah

perubahan terkait kepercayaan terhadap masyarakat dalam hal ini yang tidak sesuai dengan

yang sudah tertanam dalam diri mereka, sehingga dapat menyebabkan konflik antar

masyarakat sehiungga menyebabkan terganggunya hubungan dengan orang lain. Tidak ada

Page 25: BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF ......79 BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL DAN KONSELING SOCIAL JUSTICE 4.1 Ino fo Makati Nyinga Dari Prespektif

103

lagi rasa kedamaian, yang ada hanya rasa ketakutan dalam diri bahkan untuk menjalin

hubungan seakan- akan hanya sebatas pemahaman saja tidak ada lagi rasa simpati. Meskipun

sudah pulih dari luka-luka konflik yang terjadi, tapi masyarakat masih menutup diri dan tidak

lagi terbuka terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat. Masyarakat ada

pada situasi dimana prasangka yang buruk membuat hubungan yang semula baik-baik saja

menjadi hubungan yang selalu dipenuhi rasa kecurigaan karena perasaan itulah yang

membuat masyarakt mudah terpancing sehingga menyebabkan perselisihan. Oleh karena itu

dibutuhkan suatu cara untuk menyatukan hubungan yang terjadi karena konflik menjadi

harmonis kembali.

Terkait dengan hal ini konseling social justice melihat hal ini terkait manfaat yang

berfokus pada bagaimana masyarakat melihat dan mengamati setiap kebebasan dalam

pengeksploran diri apakah individu mampu mengembangkan dirinya.23

Kalau ditarik secara

historis, Ino fo makati nyinga yang merupakan penggalan bentuk Dolo Bololo adalah bentuk

pesan yang berkaitan dengan tata kehidupan masyarakat yang dilihat berada dalam situasi

tidak saling berdamai satu dengan yang lain yang menyebabkan prasangka yang negatif.

Ketika seseorang sudah berprasangka yang negatif, setiap realitas yang terjadi selalu dilihat

bertentangan dengan kehidupannya. Masyarakat Soakonora dalam kenyataanya selalu

memiliki prasangka seperti itu sehingga gampang dipengaruhi sehingga menyebabkan

konflik antar masyarakat. Masyarakat rentan dan mudah terpancing sehingga masalah-

masalah yang terjadi meskipun hanya sepele tapi selalu bisa menjadi masalah yang tidak bisa

di cari jalan keluarnya karena prasangka yang sudah mengakar dalam kehidupan masyarakat

setelah konflik. Sehingga masyarakat menjadi terpecah-pecah.

Para tokoh adat dan juga pemerintah melalui Ino fo makati nyinga mampu

membangun kepercayaan diri masyarakat untuk mengelola keputusan yang dihasilkan secara

23 Llewellyn J. Cornelius dan Donna Harrington, A Social Justice.., 8

Page 26: BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF ......79 BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL DAN KONSELING SOCIAL JUSTICE 4.1 Ino fo Makati Nyinga Dari Prespektif

104

bersama juga demi kepentingan bersama. masyarakat juga bisa bertanggung jawab terhadap

apa yang sudah diputuskan bersama Sebagai masyarakat yang hidup bersama maka

keputusan yang dihasilkan harus merupakan tanggung jawab bersama demi memajukan

kehidupan secara utuh.

Dalam konteks tersebut maka dapat dilihat bahwa masyarakat belum mampu

mengelola kehidupannya terkaita dengan pemahaman manfaat dalam hal ini kegunaan

hidupnya demi sebuh komunitas yang hidup bersama. sehingga dalam hal ini penyampaian

Ino fo makati nyinga para tokoh-tokoh adat tidak hanya membantu masyarakat

menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan tapi juga dalam segi manfaat

mampu menciptakan individu yang bisa mengedepankan dan mengenali dirinya sebagai

bagian yang memiliki peran yang sama satu sama lain dalam menciptakan kehidupan yang

lebih baik dalam hal ini menurut Sue tahapan ini masuk pada dimensi identitas kelompok

yangmengacu pada pengalaman bersama yang dimiliki orang sebagai akibat dari menjadi

anggota kelompok sosial. Sebagai manusia, kita semua adalah anggota ras, jenis kelamain,

orientasi seksual, religious dan kemampuan kelompok sosial. Sebagai anggota kelompok, kita

berbagi hal-hal tertentu, seperti bahasa atau identitas kelompok, yang membentuk

pengalaman kehidupan. 24

Melalui Ino fo makati nyinga para Tua-tua adat melakukan konseling dengan tujuan

untuk menyadarkan orang yang bermasalah sebagai kunci untuk menciptakan kedamaian dan

dan keadilan. Bagi Tua-tua adat, i ira ua, ngone fo ma gulaha “Dunia ini tidak selalu buruk,

yang buruk adalah perilaku manusia itu sendiri” adalah untuk mengajari bahwa manusialah

yang menentukan kehidupan di dunia ini baik atau buruk melalui tindakannya jadi untuk

menciptakan dunia yang baik, maka manusia harus selalu bersikap baik sehingga tercipta

hubungan yang saling memiliki satu sama lain. peran Ino fo makati nyinga sebagai solusi

24 Sue dalam Manivong J. Ratts, Paul B Pedersen, Counseling..,37

Page 27: BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF ......79 BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL DAN KONSELING SOCIAL JUSTICE 4.1 Ino fo Makati Nyinga Dari Prespektif

105

berkaitan dengan memperbaiki hubungan yang tidak lagi menyatu, dalam menyampaikan Ino

fo makati nyinga baik dalam pertemuan antara para tokoh adat, pemerintah dan masyarakat.

Ketika penyampaian pesan ini dilakukan, masyarakat bisa cepat-cepat menyadarinya.

Dalam pertemuan dengan tokoh-tokoh adat, Masyarakat diajak untuk mengubah pola pikir

bahwa Pertentangan, prasangka tidak menghasilkan apa-apa yang ada hanya meninggalkan

luka batin dan kerugian yang tidak membuat rasa tenang tapi kesatuan hati. Peranan Ino fo

makati nyinga bagi masyarakat Soakonora, masyarakat dirangkul sebagai satu bagian penting

dan mengarahkan masyarakat untuk menumbuhkan rasa percaya ( Trust ) satu dengan yang

lain, sehingga masyarakat secara sadar bisa saling melengkapi dalam kehidupan yang

harmonis. Dalam menghubungkan atau memulihkan kembali hubungan yang pernah rusak

karena prasangka sebagai salah satu masalah yang dialami oleh masyarakat Soakonora, maka

para tokoh adat dan seluruh lapisan masyarakat untuk memiliki kesadaran sebagai mahluk

sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang lain demi terciptanya hubungan yang erat

antar anggota masyarakat.

3. Pendidikan Budaya

Dalam peran sebagai upaya pendidikan di sini, masyarakat dibentuk untuk semakin

menumbuhkan pemikiran tentang nilai-nilai yang ada dalam Ino fo makati nyinga kepada

masyarakat, Penelitian mengidentifikasi ada perbedaan antara adaptasi psikologis dan

sosikultural. Adaptasi psikologis mengacu pada hasil psikologis internal, yaitu rasa identitas

pribadi dan budaya, kesehatan mental dan pencapaian kepuasan pribadi dalam hidup dan

bekerja dalam konteks budaya yang baru; sedangkan adaptasi sosiokultural mengacu pada

hasil psikologis eksternal yang menghubungkan individu dengan kehidupan yang baru,

termasuk kemampuan mereka menghadapi masalah sehari-hari.25

25 Farah A. Ibrahim dan Jiana R. Heuer, Cultural…,126

Page 28: BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF ......79 BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL DAN KONSELING SOCIAL JUSTICE 4.1 Ino fo Makati Nyinga Dari Prespektif

106

Berkaitan dengan hal ini sebagai bentuk pendidikan budaya Ino fo makati nyinga

membuat masyarakat sebagai satu komunitas menyadari dan memahami bahwa aspek budaya

merupakan bagian terpenting dalam kehidupan masyarakat dalam memebntuk hubungan

yang baik dalam masyarakat. Artinya, bagi masyarakat dengan budaya yang berbeda saling

melengkapi sebagai satu bagian kehidupan. Dalam hubungan sebagai mahluk sosial, individu

terlebih dahulu menyadari bahwa hubungan yang harmonis tidak akan terwujud jika sebagai

individu belum bisa mengatasi atau mengelola pribadinya. Sebagai peran pengelolaan diri

dari Ino fo makati nyinga individu harus menjadi pribadi yang tidak hanya menjalin

hubungan dengan orang lain tapi juga bagaimana bentuk pengelolaan emosional dalam

dirinya. Masyarakat sebagai individu membentuk kepribadian yang berpengaruh terhadap

perilaku. Individu dalam hal ini kurang peka dalam melihat pengelolaan dirinya karena tidak

bisa mengelola kepribadiannya akhirnya berujung pada konflik dapat merusak semua

hubungan antara aspek-aspek kehidupan yakni hubungan individu dengan individu menjadi

rusak, hubungan individu dengan kelompok menjadi rusak, hubungan kelompok dengan

kelompok menjadi rusak, terkait dengan penghargaan sosial, dan keutuhan bersama.

masyarakat diarahkan untuk dapat mengembangkan dirinya dan mengenakan budaya sebagai

sesuatu yang akan terus dipakai dan digunakan dalam kehidupan dari generasi ke generasi.

Tokoh adat sangat berperan penting dalam hubungannya dengan pemberdayaan diri,

artinya dalam peran sebagai pendidikan, masyarakat diberdayakan mampu menemukan

kelemahan dan kelebihan dalam dirinya, membantu individu bertanggung jawab terhadap

dirinya sendiri sehingga bisa bermanfaat bagi orang lain. Dalam proses konseling social

justice, baik konselor maupun klien secara aktif terlibat dalam proses mengeksplorasi dan

mendapatkan pengetahuan tentang bagaimana struktur sosial mempengaruhi perkembangan

klien. Proses ini menyebabkan konselor dan klien mempertimbangkan apakah intervensi

Page 29: BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF ......79 BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL DAN KONSELING SOCIAL JUSTICE 4.1 Ino fo Makati Nyinga Dari Prespektif

107

harus dipusatkan Pada perubahan individu atau perubahan tingkat sistem.26

Dalam rangka

pemberdayaan diri masyarakat, ada proses intervensi dari tokoh adat dalam hal pengenalan

fungsi dan makna hidup masyarakat terkait dengan kebutuhan hidup jadi terjadi perubahan

pada sistem individu dalam melihat dan ikut berbagi pengalaman yang sama sebagai bentuk

pendidikan moral agar masyarakat bisa lebih bisa mengenali dan memahami dirinya dalam

rangka pemenuhan sikap hidup yang lebih baik.

4.4 Proses Akulturasi dalam Ino Fo Makati Nyinga

Permasalahan-permasalahan yang timbul dalam kehidupan masyarakat Soakonora di

picu dari konflik 1999-2002. Masyarakat mengalami perubahan cara berfikir terkait dengan

hubungan antar budaya yang ada. Hal ini berpengaruh pada pola ketidakadilan terkait cara

pandang terhadap budaya sehingga harus dicari solusi yang tepat untuk dapat menyelesaikan

masalah-masalah yang timbul. Permasalahan-permasalahan terkait ketidakadilan tidak akan

pernah bisa diselesaikan apabila masyarakat tidak diberdayakan. Menurut Ibrahim, Kunci

untuk memahami banyak identitas dalam masyarakat yang beragam secara budaya adalah

dengan memahami tingkat akulturasi klien terhadap budaya mainstream, seiring dengan

identitas budaya, identitas etnik, dan worldview.27

Dari pemahaman di atas terkait dengan kehidupan masyarakat Soakonora juga karena

terbentur tentang pemahaman bahwa ketika dalam komunitas yang baru maka masyarakat

pendatang khususnya harus melepaskan identitas dirinya. Tapi sebenarnya proses akulturasi

adalah bagian dimana proses adaptasi nilai-nilai universal sebagai bagian dari menjaga

keseimbangan hidup. keterlibatan masyarakat untuk lebih memahami budaya sebagai bagian

dari penyatuan yang menjadi sorotan.bagaimana kebutuhan setiap individu dalam masyarakat

diberdayakan bisa terwujud.

26 Manivong J. Ratts, Paul B Pedersen, Counseling…,28

27

Farah A. Ibrahim dan Jiana R. Heuer, Cultural…,79

Page 30: BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF ......79 BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL DAN KONSELING SOCIAL JUSTICE 4.1 Ino fo Makati Nyinga Dari Prespektif

108

Proses akulturasi bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan terkait dengan

ketidakadilan dalam konteks perbedaan budaya, bagaimana membangun kepercayaan dalam

hubungan dengan pembangunan identitas sosial sebagai satu kesatuan masyarakat. Menurut

Berry terkait dengan proses adaptasi, antara adaptasi psikologis dan sosikultural. Adaptasi

psikologis mengacu pada hasil psikologis internal, yaitu rasa identitas pribadi dan budaya,

kesehatan mental dan pencapaian kepuasan pribadi dalam hidup dan bekerja dalam konteks

budaya yang baru; sedangkan adaptasi sosiokultural mengacu pada hasil psikologis eksternal

yang menghubungkan individu dengan kehidupan yang baru, termasuk kemampuan mereka

menghadapi masalah sehari-hari.28

Bagi masyarakat Pendatang dalam masyarakat Soakonora,

kedua adaptasi ini menentukan bagaimana masyarakat bisa bersosialisasi dengan lingkungan

yang baru. bagaimana kehidupan yang baru ini ikut menjadi bagian dalam kehidupan mereka

sebagai bagian dari kehidupan masyarakat dan bagaimana mereka membangun hubungan

dengan lingkungan dimana mereka tinggal.

Ketiga peran Ino fo makati nyinga, dapat diklasifikasikan dalam dua pendekatan

akulturasi yang dikemukakan Green at.al, yaitu pendekatan individualisme dan kolektivisme.

Pendekatan individualisme ditemukan pada peran ketiga dimana bentuk pengelolaan diri

individu, bagaimana individu dalam proses akulturasi menekankan pada pengelolaan

kepribadian, memberdayakan dirinya dalam melihat keberagaman sebagai kehidupan yang

setara. Individualisme dikaitkan dengan karakteristik berikut; kemandirian, otonomi, prestasi

dan persaingan,29

Pendekatan kolektivisme ada pada peranan pertama dan kedua yang mana proses

akulturasi terjadi pada tahap masyarakat sebagai komunitas, bagaimana membangun

hubungan yang saling mmembutuhkan sebagai satu kesatuan. Proses akulturasi yang

ditekankan disini bagaimana masyarakat baik pendatang maupun melalui Ino fo makati

28 Farah A. Ibrahim dan Jiana R. Heuer, Cultural..,126

29

Green at.al dalam Farah A. Ibrahim dan Jiana R. Heuer, Cultural…,88

Page 31: BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF ......79 BAB IV INO FO MAKATINYINGA DARI PRESPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL DAN KONSELING SOCIAL JUSTICE 4.1 Ino fo Makati Nyinga Dari Prespektif

109

nyinga di ajak menjadi bagian dari kehidupan masyarakat yang ada dalam keragaman budaya

sebagai bentuk saling menjaga keharmonisan terkait kebutuhan dan hak yang setara tanpa

membeda-bedakan antar budaya untuk menciptakan prinsip keadilan sosial bagi masyarakat

Soakonora.

4.5 Rangkuman

Berdasarkan hasil pembahasan di atas, maka dirangkum beberapa hal yang

merupakan inti dari pembahasan ini yaitu :

1. Asal- usul Ino fo makati nyinga berasal dari landasan filosofis Jou Se Ngofangare

2. pemaknaan Ino fo makati nyinga yaitu Roh atau energi kehidupan masyarakat,

yang berakar dari Tri potensi ( Cipta, Rasa, Karsa,) berada pada tatanan Pikiran,

Perasaan ( emosional), dan diwujudkan dalam Perilaku.yang menghasilkan nilai-

nilai Spiritual.

3. Ino fo makati nyinga sebagai Konseling social justice menggunakan budaya

Ternate dan menjadi bagian kehidupan masyarakat desa Soakonora dalam

perannnya bekerja sebagai cara untuk membantu memberdayakan individu sebagai

bentuk keadilan sosial bagi masyarakat