LINGUA STBA LIA (Vol. 9, No. 2, 2010)

99

description

LINGUA STBA LIA Jakarta is a biyearly academic journal from STBA LIA Jakarta (Indonesia) which publishes the journal through PPPM, a unit of Research and Community Development .The content of this journal revolves around issues on Literature, Journalism, Translation, Linguistics, Cultural Studies, and Language Teaching. The writers are from the teaching staff of STBA LIA and other people from outside campus.Most articles in this journals are written in Indonesia and the rests are in Indonesian and Japanese.This journal is registered at: http://u.lipi.go.id/1180428792. More information about STBA LIA Jakarta can e found here: http://www.stbalia.ac.id/.

Transcript of LINGUA STBA LIA (Vol. 9, No. 2, 2010)

ISSN 1412-9183 Volume 9 Nomor 2, Oktober 2010

JURNAL ILklAH LINaUA

PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN P ADA MASY ARAKAT SEKOLAH TINGGI BAHASA ASING LIA JAKARTA

Penanggung Jawab Ketua STBA LIA Jakarta

Penyunting Penyella Tatat Haryati, M.Si.

Penyunting Pelaksana Agus Wahyudin, M.Pd. Risna Saswati, M.Hum. Intan Puspitasari, M.Si.

Mitra Bestari Prof. Dr. Ida Sundari Husen (STBA LIA Jakarta)

Prof. Dr. Agus Aris Munandar (Universitas Indonesia) Dr. Ekayani Tobing (STBA LIA Jakarta)

Sekretaris Agus Wahyudin, M.Pd.

Tata Usaha Dra. Muhardani Sudjudi M.

Alamat Redaksi Jalan Pengadegan Timur Raya No.3, Pancoran, Jakarta 12770

Telepon (021) 79181051, Faksimile (021) 79181048 E-mail: [email protected]

ISSN 1412-9183

Alih Kode Sebagai Indikator Pemertahanan Bahasa Para Pegawai Di Rumah Makan Padang: Analisis Sosiolinguistik (Soraya Ramli)

Film Go Karya Kazuki Kaneshiro: Persoalan Identitas dan Kewarganegaraan (Dewi Ariantini Yudhasari)

Ketidakcermatan Penulisan Ejaan Dalam Skripsi Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Bunda Mulia Jakarta (Sri Hapsari Wijayanti dan Jati Wahyono Agustinus)

Peningkatan Kemampuan Berbicara Mahasiswa dengan Menggunakan Media You! Tube (Todo Faraday Sibuea dan Risna Saswati)

Strategi Penerjemahan Istilah Budaya dalam Novel Exclusive Karya Sandra Brown (Sulistini Dwi Putranti)

89-108

109-120

121-149

150-163

164-179

Jurnal Lingua STBA LIA Jakarta untuk volume 9, nomor 2, Oktober

2010 kembali terbit. Sejumlah tulisan yang patut disajikan khusus kepada para

pembaca sekaligus dapat dijadikan bahan pustaka ilmiah.

Dalam pergaulan masyarakat Indonesia yang multibahasa, alih kode dari

satu bahasa ke bahasa tidak dapat dihindarkan. Hal ini terlihat dari hasil

penelitian tentang alih kode pada rumah makan padang. Secara mendetail dapat

kita baca lewat tulisan Soraya Ramli dengan judul Alih Kode sebagai Indikator

Pemertahanan Bahasa Para Pegawai di Rumah Makan Padang.

Cinta tidak mengenal siapayang kita cintai: tidak peduli identitas,

bangsa, atau keturunan. Kalau cinta sudah ada dalam hati manusia, halangan

apa pun pasti dihadapinya. Itulah deskripsi film Go karya Kazuki Kaneshiro.

Seperti apa kisah sebenarnya film tersebut? Mari kita pahami secara saksama.

Di samping dua tulisan di atas, ada tiga tulisan lainnya yang melengkapi

jurnal Lingua terbitan kali ini yang patut kita cermati, seperti Ketidakcermatan

Penulisan Ejaan dalam Skripsi Mahasiswa, Peningkatan Kemampuan Berbicara

dengan Menggunakan Media YouTube, dan Strategi Penerjemahan Istilah

Budaya.

Selamat membaca.

Redaksi

ALIH KODE SEBAGAI INDlKATOR PEMERTAHANAN BAHASA PARA PEGA WAI DI RUMAH MAKAN PADANG:

ANALISIS SOSIOLINGUISTIK

Soraya Ramli Dosen Tetap Jurusan Bahasa Inggris STBA LIA Jakarta

dear [email protected]

Abstrak Seorarig bilingual, saat berbicara dengan orang lain, akan memilih bahasa yang sesuai,

tidak terkecuali bagi para pegawai di rumah makan padang sebagai perantau tetap mempertahankan penggunaan bahasa ibu atau melakukan alih kode ke bahasa setempat adalah pilihan yang hams diambil terkait dengan peristiwa tutumya. Dengan sebuah penelitian lapangan, dapat dianalisis bagaimana para pegawai rumah makan padang yang merupakan perantau melakukan pilihan tersebut. Hasilnya memperlihatkan bahwa alih kode yang dilakukan merupakan wujud dari seberapa kuat pemertahanan bahasa ibu dilakukan. Semakin lama seseorang jauh dari kampung halamannya, semakin mudah ia melakukan alih kode dan semakin lemah pemertahanan bahasanya.

Kata Kunci: Alih Kode, Pemertahanan Bahasa

Abstract For a bilingual, when talking to other people, he/she will choose the appropriate

language. It happens also to the employees at padang restaurant as migrant workers. Maintaining the use of mother tongue or doing code switching to the local language are the options they have to take related to the speech event. By doing linguistic field research to the employees of padang restaurant, it can be analyzed how they make the options. The result of the analysis shows that code SWitching is the realization of how strong the mother tongue maintenance. The longer a personlive far from the home town, the easier he does the code switching and the weaker is the native language maintenance.

Key Words: Code Switching, Language Maintenance

LATAR BELAKANG

Code Switching 'alih kode' merupakan suatu gejala bahasa yang tidak

dapat dihindari oleh orang-orang yang menguasai lebih dari satu bahasa. Istilah

lain untuk orang yang menguasai lebih dari satu bahasa adalah bilingual.

Hudson (1996:51) menyatakan bahwa seorang bilingual akan memilih satu

bahasa yang akan digunakan. Alasan pemilihan tersebut biasanya situasional.

Aiih Kode Sebagai Indikator Pemertahanan Bahasa 89 Para Pegawai Di Rumah Makan Padang: Analisis Sosioiinguistik (Soraya Ramli)

Ada beberapa alasan yang mendasari pemilihan bahasalpengalihan kode

tersebut (Crystal:363).

1. Penutur tidak dapat mengekspresikan dirinya secara cukup dalam suatu

bahasa. Alasan pertama dapat digunakan dalam kasus seseorang yang

bam pindah dari daerah ke Jakarta. Di daerah dia terbiasa berbahasa

daerah,sedangkandi Jakarta ia belum dapat berbahasa Indonesia dengan

fasih atau mungkin tidak percaya diri dengan kemampuannya berbahasa

Indonesia. Karena itu, ia akan mengalihkan kode atau memilih bahasa

daerah saat harus mengujarkan sesuatu.

2. Pengalihan kode dapat menyimbolkan rasa solidaritas yang kuat pada

suatu kelompok sosial.

3. Pengalihan kode antarbahasa dapat merefleksikan sikap seorang penutur

pada orang yang diajak bicara, misalnya ramah (berusaha dekat) dan

menjaga jarak.

4. Alasan lain adalah karena keadaanlsituasi dengan pertimbangan bahwa

bahasa tersebut lebih mudah dipahami oleh orang yang diajak bicara

(Hudson:51). Misalnya, saat berbicara dengan orang orang di Jakarta,

yang merupakan komunitas multilingual karena latar belakang daerah

yang heterogen, seorang penutur menggunakan bahasa Indonesia.

Namun, saat bertemu dengan orang-orang yang berasal dari daerah yang

sama, ia cenderung memilih menggunakan bahasa daerahnya untuk memperlihatkan solidaritasnya.

5. Alasan situasional ini dapat digunakan untuk memperlihatkan suatu nilai

sosial tertentu. Misalnya, dalam situasi bekerja seseorang hams terlihat

lebih formal dengan menggunakan bahasa yang standar di daerah

tersebut. Ada kalanya saat bekerja seorang penutur menemukan situasi

yang membuat orang lain yang ditemuinya merasa dekat sehingga

90 UN4l1A Vo\.9 No2, Oktober 89-108

memutuskan untuk menggunakan bahasa daerah, misalnya pada pelayan

restoran makanan khas yang berasal dari daerah. Ia hams menggunakan

bahasa Indonesia saat bekerja. Narnun, jika bertemu pe1anggan dari

daerah yang sarna, ia ingin membuat orang tersebut merasa dekat dengan

restorannya. Karena itu, ia akan menggunakan bahasa daerah untuk

berbicara dengan orang tersebut.

Dengan demikian, setiap bahasa yang digunakan mempunyai fungsi

sosial yang berbeda dan fungsi tersebut tidak dapat diisi oleh bahasa yang lain

(Hudson:53). Jadi, bersosialisasi dengan orang-orang disekitamya akan lebih

sulit bagi seseorang di suatu tempat untuk menggunakan bahasa daerahnya

sendiri ketika menghadapi orang dengan latar belakang daerah yang berbeda.

Karena itu, dia akan menggunakan bahasa yang dikuasai lebih banyak orang di

tempat tersebut, bahasa yang merupakan lingua franca, misalnya menggunakan

bahasa Indonesia formal untuk bersosialisasi.

Seseorang dapat melakukan pengalihan kode ini di bawah sadamya.

Untuk orang yang dapat berbicara lebih dari satu bahasa, ia menggunakan

bahasa daerah di rumah. Narnun, saat berada di sekolah, misalnya, ia akan

menggunakan bahasa Indonesia. Hal itu terjadi secara reflek; saat situasi dan

orang yang yang dihadapi berbeda, bahasanya pun berganti.

Situasi yang melatarbelakangi alih kode yang dilakukan orang dari

daerah yang datang ke Jakarta untuk bekerja dapat dikaji secara mendalarn

karena Jakarta mempunyai latar belakang penduduk yang heterogen. Seorang

penutur dari daerah mau tidak mau hams menggunakan bahasa Indonesia atau

minimal bahasa Indonesia dengan dialek Jakarta. Hal ini menimbulkan

pertanyaan bam; bagaimana dengan pemertahanan bahasa daerahnya? Apakah

masih digunakan sesekali atau hilang sarna sekali. Jika masih digunakan,

berarti terjadi alih kode. Keadaan ini merupakan kajian fenomena bahasa yang Alih Kode Sebagai Indikator Pemertahanan Bahasa 91 Para Pegawai Di Rumah Makan Padang: Analisis Sosiolinguistik (Soraya Ramli)

unik dan menarik untuk diteliti dalam suatu penelitian yang sistematis

terkontrol, empiris, dan teoretis terhadap penggunaan objek tutur: bahasa.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menyelidiki fenomena

bahasa adalah dengan penelitian linguistik lapangan. Ada dua peserta yang

harus ada dalam penelitian lapangan, yaitu penutur suatu bahasa dan peneliti

bahasa. Penutur suatu bahasa yang bahasanya akan dijadikan sumber data

disebut juga informan. Informan diperlukan untuk mendapatkan korpus guna

membuat perumusan tentang struktur suatu bahasa.

Penelitian ini akan dilakukan di rumah makan padang karena tempat ini

mudah ditemukan di banyak tempat. Selain itu, rasa kekerabatan yang dekat

pada masyarakat Padang/Minang memperbesar kemungkinan para pegawainya

juga berasal dari Sumatra Barat. Para pegawai tersebut dapat menjadi informan

bagi penelitian ini setelah diseleksi dengan kriteria dari Samarin dan kriteria

tambahan, yaitu yang tinggal di Jakarta 0-10 tahun, karena setelah lewat 10

tahun seseorang telah mapan dengan bahasa yang ia tinggali dan dapat

melepaskan diri dari bahasa ibunya dalam kesehariannya. Penelitian ini

dilakukan untuk melihat hipotesis apakah semakin lama seseorang tinggal

diluar tempat yang menggunakan bahasa ibunya akan lebih sering alih kode.

Dengan kata lain, pemertahanan bahasa ibu semakin berkurang.

Penelitian ini secara khusus dibatasi untuk menganalisis situasi yang

melatarbelakangi alih kode yang dilakukan para pegawai di rumah makan

padang dan kepada siapa hal itu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk

mengidentifikasi situasi yang melatarbelakangi alih kode yang dilakukan para

pegawai di rumah makan padang dan kepada siapa hal itu dilakukan. Sasaran

penelitian ini adalah alih kode yang dilakukan oleh para pegawai rumah makan

padang yang lahir dan besar di Sumatra Barat, aktif menggunakan bahasa

Padang selama berada di Sumatra Barat, dan berada di Jakarta 0-10 tahun. Jadi,

92 LlNC;UA Vol.9 No2, Oktober 89--108

populasi penelitian ini adalah penutur bahasa Padang yang memenuhi kriteria

Samarin tersebut.

Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini para penutur bahasa

Padang yang memenuhi kriteria di atas dan dibatasi pada mereka yang bekerja

di daerah Jakarta Selatan dan Depok. Penelitian ini menggunakan lima orang

informan dari tiga restoran yang berbeda. Dua orang informan berasal dari

rumah makan Siang Malam di Gandaria. Dua orang berikutnya bekerja di

rumah makan Putra Minang di Mayestik. Terakhir yang bekerja di rumah

makan Simpang Raya, Depok. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah deskriptif, yaitu metode yang mendeskripsikan secara sistematis fakta-

fakta dan ciri-ciri data kebahasaan seperti apa adanya. Fakta dan ciri

kebahasaan dalam penelitian ini adalah alih kode yang dilakukan oleh informan

selama bekerja (dalam situasi apa dan kepada siapa).

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang ditempuh untuk

memperoleh data yang diperlukan. Data data yang dikumpulkan berwujud

transkripsi tuturan lisan. Untuk mendapatkan korpus data tersebut digunakan

teknik wawancara untuk mendapatkan informasi tentang latar belakang

kebahasaan informan dan untuk melihat apakah ia memenuhi kriteria untuk

dijadikan informan. Kemudian, pencarian data dilanjutkan dengan teknik

penyadapan berupa perekaman kegiatan berbahasa para informan untuk

melihat alih kode yang dilakukan.

PEMBAHASAN

Pembahasan dilakukan masing-masing informan untuk melihat berapa

banyak alih kode dilakukan, dalam situasi apa saja, dan kepada siapa saja hal

tersebut dilakukan. Untuk mempermudah pembahasan, informan akan diberi

AIih Kode Sebagai Indikator Pemertahanan Bahasa 93 Para Pegawai Di Rumah Makan Padang: Analisis Sosiolinguistik (Soraya Ramli)

nomor bedasarkan lama tinggalnya di Jakarta, dimulai dari yang paling barn ke

yang paling lama. Jadi, urutannya adalah sebagai berikut; S, Ip, I, Si, dan J.

Informan I (S)

S barn tinggal di Jakarta selama lima bulan. Ia bekerja di rumah makan

Siang Malam dan bertanggung jawab untuk menyiapkan minum para

pelanggan dan mencuci peralatan makan yang kotor. Jadi, S tidak banyak

berinteraksi dengan orang di luar restoran. Ia lebih banyak bicara pada ternan

temannya sesama pegawairestoran. Dalam kesempatan lain, S lebih memilih

menggunakan bahasa Padang walaupun temannya menggunakan bahasa

Indonesia. Hal ini juga memperlihatkan bahwa S merasa tidak yakin dengan

kemampuan bahasa Indonesianya.

(J kembali ke dapur dan bicara pada S)

/ Pinggir dikit.

S Jatuah beko

f Ah..?

S fyoyo

/ Tenangaja

Deskripsi di atas memperlihatkan bahwa sebagai orang yang barn tinggal

lima bulan tinggal di Jakarta. S lebih nyaman menggunakan bahasa Padang.

Jelas sekali ia masih kuat mempertahankan bahasa ibunya, bahasa Padang. Alih

kode dilakukan hanya dilakukan jika hal itu diperlukan.Ia hanya melakukan

satu kali alih kode, pada temannya.

94 LINGUA Vo\.9 No2, Oktober 89--108

Informan kedua (I)

I telah lima tahun tinggal di Jakarta. la bekerja di tempat yang sama

dengan S. Di rumah makan Siang Malam, ia bertanggung jawab melayani tamu

dan menyiapkan pesanan. Jadi, ia banyak berinteraksi dengan tamu selain

dengan teman teman keIjanya.

Berdasarkan data dalam transkripsi, I melakukan tujuh kali alih kode dari

bahasa Padang yang sehari hari digunakan di rumah makan tersebut saat

bersama dengan teman temannya ke bahasa Indonesia. Penggalan-penggalan

tersebut adalah sebagai berikut.

(1 sedang mengobrol dengan teman-temannya di luar)

1 Di muko de. Pas di mukonyo bana.

T4 Kanjalan. Pas di belakang kanan

1 In; kan jalan tuh.

[ . .]

Di sini terlihat bahwa I mengalihkan bahasa Padang yang tadinya

dipergunakan ke bahasa Indonesia karena temannya (T -4) menggunakan

bahasa Indonesia. Hal ini memperlihatkan bahwa I mengalihkan kode untuk

menunjukkan solidaritas pada temannya yang beralih menggunakan bahasa

Indonesia. I juga menggunakan bahasa Indonesia pada pelanggan karena

bahasa ini lebih mudah dipahami mereka. Di samping itu, I juga tidak tahu

apakah pelanggan tersebut dapat bicara bahasa Padang atau tidak. la

menggunakan bahasa Indonesia karena merupakan bahasa yang umum yang

digunakan masyarakat Jakarta. Alasan lain adalah situasi bekeIja karena ia

. sedang berhadapan dengan pelanggan. Karena itu, ia menggunakan bahasa

yang lebih sesuai dengan lingkungannya.

(Ada pIg menghampiri)

Alih Kode Sebagai Indikator Pemertahanan Bahasa 95 Para Pegawai Di Rumah Makan Padang: Analisis Sosiolinguistik (Soraya Ramli)

pig 2 Mas, nomor telepon toko sini berapa?

1 Tar dulu (1 mencari catatan no telp) lupa nomor telepon. Ini.

PIg2 1ni nomor telepon kemaren.

[ ... ]

Dalam penggalan percakapan, I mengalihkan bahasanya ke bahasa

Indonesia saat bicara dengan pelanggan. Karena pelanggan memulai

percakapan dengan bahasa Indonesia dan menggunakan kata sapaan Mas, I

memutuskan menggunakari bahasa Indonesia dengan pertimbangan bahwa

orang yang diajak bicara tidak mengerti bahasa Padang.

(Ada pelanggan lain memanggil. Pelanggan ini dikenal oleh para pegawai

sebagai lbu Dna)

Pig 4 : Berapa Pak?

1 : Delapan baleh. Delapan belas, Delapan belas ribu.

PIg4 : Delapan belas ribu itu udah termasuk nasi be/um?

1 : Udah

(1 menerima uang, memberikannya ke kasir, dan mengantar kembaliannya

kepada Pig 4)

1 : Makasih ya Bu.

Pig 4 : Tutup jam berapa?

1 : Tutup jam sepuluh.

Pig 4 : Malem?

1 : He eh. Soalnya sepi bu kalo udah malam. Biasanya ini dua puluh

empat jam. Di sini ga ada orang. Jam sepuluh aja udah sepi.

Mereknya Siang Malam. Dua puluh empat jam biasanya. Tapi

tergantung situasi lah. Kalo rame, nonstop.

Pig 4 : Masak di sini?

96 LrNC;UA Vol.9 No2, Oktober 89---108

I : Masak di sin;' Pengennya sih dua puluh empat jam gitu loh Bu.

Tapi tergantung ... Di sini sepi Bu.

Pig 4 : Tapi udah ada pelanggan toh?

I : Udah. Langganan itu kan kadang sore, kadang siang, gitu 10

Pig 4 : Ayo mas

I : Ayo, sama sama. Makasih ya, Bu.

Dalam penggalan di atas terlihat bahwa I sudah mengenal pelanggan

tersebut. Ibu Lina, sebagai pelanggan, memulai percakapan dengan

menggunakan bentuk resmi saat menanyakan berapa yang hams dibayar. I

sempat lupa dan menggunakan bahasa Padang. Selanjutnya, I memperbaikinya

dengan bahasa Indonesia. Karena pelanggan mengajak I untuk bercakap-cakap,

I pun melayaninya. Suasana pun bembah menjadi lebih santai. Di sini I

melakukan alih kode kepada pelanggan untuk menunjukkan situasi resmi

karena ia sedang bekerja. Kemudian, ia mengubah bahasa yang resmi itu

menjadi bahasa Indonesia dengan ragam tidak resmi mengikuti pelanggan agar

pelanggan merasa lebih dekat.

Ada situasi saat I menggunakan bahasa Indonesia pada temannya. Saat

itu, temannya memperbesar volume TV untuk menonton pertandingan bola. I

memperingatkan temannya karena ada beberapa pelanggan yang sedang

makan. Jadi, biasanya ia menggunakan bahasa Padang pada temannya, tetapi

kali ini ia menggunakan bahasa Indonesia. Dengan demikian, I menggunakan

alih kode kepada teman untuk menyatakan sikap bahwa ia kurang menyukai

apa yang dilakukan temannya.

Dibandingkan dengan S, I lebih banyak dan lebih berani menggunakan

bahasa Indonesia dan tidak terlalu mempertahankan bahasa sehari -hari, bahasa

Padang. Bahasa Indonesia yang digunakan pun lebih variatif. Di sini juga

AIih Kode Sebagai Indikator Pemertahanan Bahasa 97 Para Pegawai Di Rumah Makan Padang: Analisis Sosiolinguistik (Soraya Ramli)

terIihat bahwa S sangat berhati-hati dalam alih kode dengan pelanggan. Alih

kode yang dilakukan S terhadap pelanggan rnengikuti ragam bahasa yang

dipakai pelanggan. Dengan ternan kerja, ia lebih sering rnenggunakan bahasa

Padang. Alih kode dilakukan hanya jika hal itu dirasa perIu.

Informan 3 (Ip)

Ip bekerja di sebuah rumah rnakan di Mayestik. Ia bertanggung jawab

rnelayani pelanggan yang datang. Ia telah berada di Jakarta selama lima tahun

dan bekerja dengan ternan-ternan yang rnayoritas berasal dari Sumatra Barat.

Di ternpat kerjanya, ada beberapa orang yang tidak berbahasa Padang secara

aktif.

Berdasarkan data yang ada, Ip rnelakukan beberapa kali alih kode kepada

pelanggan dan ternan kerja. Data tersebut akan dianalisis satu persatu.

(Jp melayani pelanggan)

Jp : Mau makan?

Pig 1 : Nggak. Pesen minum aje.

Jp : Minum.

Plg2 : Minum ape lo?

Pig 1 : Teh botol.

Jp : Jus pokat, mangga, melon ....

Pig 1 : Teh botol satu lah

Jp : Teh botoh? (pad a T-l) Teh botol de, dir.

PIg 2 : Es Jeruk deh

Jp : Jeruk? Pakees? Yang manisya? (pada T-l) Esjerukde, Dir.

Ip rnelayani pelanggan dengan bahasa Indonesia. Hal ini dilakukan

karena situasi ini rnerupakan bagian dari pekerjaan. Jadi, Ip hams

98 LINGUA Vol.9 No2, Oktober 89-108

menggunakan bahasa Indonesia kepada pelanggan dalarn rangka menjaga nilai

sosial situasi tersebut. Kemudian, Ip mulai menggunakan bahasa Indonesia

dengan ragarn tidak resmi karena tarnu juga menggunakan jenis bahasa yang

sarna. Jadi, dalarn tuturan yang sarna Ip menggunakan bahasa tersebut supaya

bisa lebih dekat dengan pelanggan.

(Ip bercanda dengan ternan di bagian depan restoran)

Ip : Ha, 10 dah makan?

T2 : Belom. Belom dua kali.

Ip : Belom dua kali?

T2 : Alah alah..

Ip : Lah?

T2 .- Lah.

Dalarn penggalan itu terlihat bahwa Ip bercanda dengan temannya

dengan menggunakan bahasa Jakarta. Alih kode dilakukan agar pendengar

dapat merasa lebih dekat dengan Ip sebagai penutur. Pada saat temannya (T -2)

beralih kode ke bahasa Padang, Ip pun ikut beralih ke bahasa Padang. Jadi, Ip

melakukan alih kode kepada temannya dalam situasi santai untuk membuat

temannya merasa lebih dekat.

(Ada peianggan datang)

PIg4 : Kopi

Ip : Kopi cie, Dir. Kopi cie. Makan? Yo. Kupua' jange '. Pakai kuah?

Pig 4 : Ndak ndak. Dibalaio

Ip : Dibaiaio

Pig 4 : Toiong bawain ya

Ip : Iyo. Iyo.

Alih Kode Sebagai Indikator Pemertahanan Bahasa 99 Para Pegawai Di Rumah Makan Padang: Analisis Sosioiinguistik (Soraya Ramli)

Pelanggan dalam merupakan orang dari wamet di dekat rumah makan

ini. Walaupun bisa menanggapi dalam bahasa Padang, Ip tahu bahwa orang

tersebut tidak bisa menggunakan bahasa Padang dengan fasih karena Ip

sesekali menggunakan alih kode kepada pelanggan agar apa yang diujarkan

lebih mudah dipahami pelanggan tersebut.

(Ip kembali ke depan dan melayani pelanggan)

lp : (Ke teman) Nasia tambah, Mai.

Berapa bungkus nih mas? Bungkus?

Pig 5 : Pake ini aja

Ip : Pake ikan mujair?

Pig 5 : Sambal merahya.

Ip : 5ambai merah?

Pig 5 : Udah itu aja.

Ip : Daun singkong?

Pig 5 : Daun singkong? Jangan deh. Nangka aja.

lp : Lai cub ada ' ya? Pakai air juga?

Pig 5 : Udah pake air nih?

Ip : Udah satu

Pig 5 : Jadi berapa nih? Rendang satu sama mujair satu.

Ip : Sepuluh ribu.

Saat melayani pelanggan, Ip menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini

dilakukan karena pembeli tidak memahami bahasa Padang dan ini adalah

suasana kerja. Jadi, Ip perlu menggunakan bahasa yang sesuai dengan lokasi

tempat kerjanya, yaitu Jakarta.

Dengan demikian terlihat bahwa alih kode mulai sering dilakukan oleh Ip

sebagai penutur bahasa Padang. Karena telah lima tahun bekerja di Jakarta, Ip

100 liNGUA Vol.9 No2, Oktober 89-108

sudah lebih rnudah beralih kode dalarn situasi pekerjaannya. Alih kode yang

dilakukan pun seimbang antara dengan ternan dan dengan pelanggan.

Informan 4 lSi)

Si telah berada di Jakarta selarna tujuh tahun. Ia bekerja di ternpat yang

sarna dan punya tanggung jawab yang sarna dengan Ip, rekannya. Adapun alih

kode yang dilakukan dapat dideskripsikan sebagai berikut.

(saat melihat seorang anak yang dikenallewat)

S1 : Baru puLang Ab ya? Aidir, pai dah? Dah?

(terdiam. Seorang anak (I'-4)yang dikenallewat)

Si : Di, di. Kok Adi cepat puLang sekarang?

T4 : Ulangan

Si : Oh, uLangan? Pai deh Barujam empat Lewat sepuLuh.

Si rnelakukan alih kode pada ternannya yang tidak bisa berbahasa

Padang. Karena itu, alih kode dilakukan agar ujaran dapat Iebih rnudah

dipaharni di sarnping rasa solidaritas pada ternan ternan keciinya yang lebih

sering berbahasa Indonesia dengan dialek Jakarta.

(Ada pelanggan datang)

Si : Apa mbak? Berapa bungkus?

Pig 6 : Yang satu pake ayam bakar. Dada ya.

Si : Nih sambaL, sayur, kasih nggak?

Pig 6 : He eh. Kasih.

S1 : Sayur ya?

Pig 6 : /ya .

. Alih Kode Sebagai Indikator Pernertahanan Bahasa 101 Para Pegawai Di Rurnah Makan Padang: Analisis Sosiolinguistik (Soraya Rarnli)

AIih kode dalam penggalan di atas dilakukan oleh Si kepada pelanggan

yang tidak berbahasa Padang. Hal ini dilakukan dalam situasi sosial pekerjaan

sehingga harus menggunakan bahasa yang lebih umum digunakan dan agar

lawan bicaranya lebih dapat memahami ujarannya.

(Ada pelanggan lain datang)

Si : Ah uni?

PIg 7 : Seperti biasa.

Si : Adanya paha semua.

PIg 7 : lko apo?

Si : Nan ma, uni? ltu kakap uni.

Pig 7 : Kakap yo?

Si : Yo. Lama' ni yo? (beralih ke pelanggan sebelumnya) Satu lag; pake

apa nih?

PIg 6 : Paha

Si : Pake nasi ndak?

PIg 6 : Ndak, ndak pake nasi (ke pig 7)

Si : Limo baleh.

PIg 7 : Oh limo baleh. Itu pange '?

Si : Pake nasi uni?(ke pig 6)

Plg6 : Ndak.

Alih kode dilakukan Si kepada pelanggan yang sudah dikenalnya. Hal ini

terlihat dari sapaan yang ia gunakan pada pelanggan tersebut, yaitu, "uni". Si

menyapa dengan bahasa Padang. Namun, karena pelanggan tersebut menjawab

dengan bahasa Indonesia, Si pun beralih menggunakan bahasa Indonesia. Jadi,

alih kode ini dilakukan karena solidaritas agar lawan bicara merasa lebih dekat.

Karena ini adalah situasi bekerj a, Si terkadang kembali menggunakan bahasa

102 LINGUA Vo\.9 No2, Oktober 89-108

yang lebih umurn digunakan agar lawan bicara lebih dapat rnernahami

ujarannya.

Dari deskripsi di atas terlihat bahwa Si yang lebih lama tinggal di Jakarta

lebih banyak rnenggunakan alih kode jika dibandingkan informan

lainnya.Tercatat ada sepuluh kaIi aIih kode dilakukan Si. Bahasa Indonesia

yang digunakan Si juga lebih rapi apabila dibandingkan Ip, rekan kerjanya.

Informan 5 (J)

J bekerja di restoran Sirnpang Raya, Depok. Di sana 95% pegawainya

berasal dari Jawa Barat. Hanya sedikit pegawai yang berasal dari Sumatra

Barat. Sepuluh tahun rneninggaIkan kampung halaman, ditambah latar

belakang lingkungan kerja yang rnayoritas berbahasa Sunda, dan istri yang

berasal dari Cianjur rnernbuat bahasa Sunda lebih lekat jika dibandingkan

bahasa Padang bagi J. Ia hanya berbahasa Padang pada ternan yang berasal dari

Sumatra barat. Rekaman diambil saat jam rnakan siang telah selesai dan

kebanyakan para pegawai sedang rnenunggu berakhimya jam kerja rnereka.

Selain itu, J juga bertugas di bagian lauk. Ia bertanggung jawab untuk

rnenyiapkan pesanan. Karena tidak banyak pelanggan, ia lebih banyak

bercengkrama dengan ternan ternannya. Berikut adalah deskripsinya.

(Ada ternan J rninta gararn)

J : Garam? Aya. Di die tuh.

Tl : Teu aya.

J : Aya. •• Piringin atuh.

Tl : Tatakan kedl nih.

J : Haredang, but Ke heula atuh.

Alih Kode Sebagai Indikator Pemertahanan Bahasa 103 Para Pegawai Di Rumah Makan Padang: Analisis Sosiolinguistik (Soraya Ramli)

· J rnenggunakan bahasa Sunda saat berbicara dengan ternannya. Karena

rnayoritas ternan ternannya berbahasa Sunda, J ingin rnenjadi bagian dari

rnereka dan rnernperlihatkan solidaritasnya. Karena itu, ia rnenggunakan alih

kode ke bahasa Sunda, bukan bahasa Padang. Alih kode dilakukan untuk

rnenunjukkan solidaritas pada rnayoritas ternan ternannya yang berasal dari

JawaBarat.

J : Kumaha iyeu teheuy?

T-3 : (dialekJawa) Ini nunggu udah lama makanya dikasih tau. Cepetan,

cepetan

J : Biasa wae atuh. Teu ngotot. Nu bener atuh ngomong na.

T-3 : Masalahnya ini udah lama.

J : Numana sih numana? Nu opatan, lain?

T-3 : Nu ngarep (Zogat Jawa). Yang sama Faisal

tadi di bawah kan empat

J .' Kapan?

T-3 : Tadi yang duduk di situ.

J : Ah, boong luh ah.

T-3 : Aku nggak boong. Tanya aja sama Andri. Tuh Andri yang kenai sama

orangnya. (ZogatJawa)

J : Tabuh Sabaraha?

T-3 : Tadi yang dua orang itu. Udah itu nasi udah dateng, tapi lauknya

belum. [ . .]

Tamunya udah marah tuh.

J : { . .] euuuh isuk pulang euy.

J sedang bertengkar dengan ternannya. Ternannya tidak berasal dari Jawa

Barat dan bukan pula dari Padang. Logat Jawa rnernperlihatkan hal tersebut.

104 LINGUA Vo\.9 No2, Oktober 89-108

Walaupun temannya menggunakan bahasa Indonesia, J tetap merespon dengan

bahasa Sunda untuk memperlihatkan sikap menjaga jarak pada temannya. Di

tengah pertengkaran, ia beralih kode lagi ke bahasa Indonesia dengan tujuan

agar ujarannya lebih dipahami oleh lawan bicaranya mengingat ia buka berasal

dari J awa Barat.

(J kembali bieara pada teman-teman yang lain)

J Eta panon tuh urus. Te ta tinggali semangat. (Beralih pada T-4)

Ha? Balia ang? Ko bali' bali' beko.

(T-4 mengajak J pulang)

J Jam tigo. Ko jam tigo. Bantai lah. Baia pak.I ... 1Mangantua' ko?

Ado ada sih karajo. Pake box mo ha?

(beralih ke teman lain) Apa labora taun pak?

T-7: Tiga puluh

J Enam puluh? Tiga puluh?

(J mengajak temannya pulang)

Potongan percakapan tersebut memperlihatkan bahwa J dengan mudah

beralih kode untuk menyesuaikan diri dengan bahasa yang digunakan teman-

temannya. Setelah berujar dengan bahasa Sunda, ia beralih ke bahasa Padang

saat bicara dengan temannya yang berasal dari Sumatra Barat (T -4). Saat ia

bicara dalam bahasa Sunda dan ditanggapi dengan bahasa Indonesia, ia pun

beralih ke bahasa Indonesia.

Saat bercanda dan bercerita dengan teman-temannya, J lebih banyak

mengalihkan kode ke bahasa Sunda walaupun itu berbeda dengan bahasa yang

digunakan teman-temannya. Hal ini dilakukan karena bahasa Sunda merupakan

bahasa kaum mayoritas di rumah makan itu dan merupakan bahasa yang sehari

hari digunakan oleh J. Jadi, mengungkapkan segala sesuatu dalam bahasa

Alih Kode Sebagai Indikator Pernertahanan Bahasa 105 Para Pegawai Di Rumah Makan Padang: Analisis Sosiolinguistik (Sonya Ramli)

Sunda lebih mudah bagi J. Narnun, J juga masih memberi perhatian kepada

siapa yang diajak bicara sehingga seringkali bahasa dialihkan sesuai dengan

yang dipahami orang yang diajak bicara.

J sangat banyak melakukan alih kode dari bahasa Padang. Dalarn data

tercatat ada enarn belas kali alih kode dari bahasa Padang yang merupakan

bahasa ibu ke bahasa Indonesia dan bahasa Sunda yang penuturnya merupakan

bagian yang dominan dari kesehariannya. Dari semua informan inilah

terbanyak. AIih kode yang lakukan mempunyai pola yang sarna dengan yang

telah dipaparkan sebelumnya.

Secara umum deskripsi data telah memperlihatkan bahwa alih kode

paling banyak dilakukan oleh informan yang paling lama tinggal di Jakarta. Ini

juga menandakan bahwa bahasa ibu tidak lagi dipertahankan sepenuhnya.

Situasi mengendalikan alih kode yang dilakukannya. Secara singkat data

penelitian dapat dirumuskan menjadi seperti tabel di bawah ini.

':Memperlihatkan sikap,

... Memperlihatkan solidaritasl

106 LINGUA VoL9 No2, Oktober 89---108

Pelanggan (4) Melayani tamu

Petugas

parkir (1)

(16) ternan

agar lebih dekat

-Agar rnudah dipahami karena

lawan bicara tidak rnenguasai

bahasa asH penutur

-Menunjukkan nilai sosial

-Memperlihatkan solidaritasl

agar lebih dekat

-Agar nmdah dipahamikarena

lawanbicara tidak menguasai

bahasa asH penutur

Ket: Inf= informan, jrnl AK, tggl di Jkt = lama tinggal di Jakarta

SIMPULAN

Berdasarkan deskripsi, analisis, dan rumusan data hasil penelitian,

simpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut.

1. Semakin lama seseorang meninggalkan tempat asalnya, semakin kurang

pemertahanan bahasanya dan semakin sering alih kode dilakukan.

Sebaliknya, jika seseorang masih bam meninggalkan kampung

halamannya, semakin sedikit alih kode yang dilakukan dan semakin kuat

pemertahanan bahasanya.

Alih Kode Sebagai Indikator Pemertahanan Bahasa 107 Para Pegawai Di Rumah Makan Padang: Analisis Sosiolinguistik (Soraya Ramli)

2. Alih kode pada para pegawai rumah makan padang kebanyakan terjadi

saat sedang bersama ternan keIja dan saat bersama pelanggan.

3. Alih kode pada ternan dilakukan saat bersantai atau bersosialisasi untuk

menyatakan sikap atau menunjukkan solidaritas

4. Secara umum, alih kode kepada pelanggan dilakukan saat melayani

mereka untuk menunjukkan nilai so sial karena situasinya adalah

lingkungan keIja para pegawai.

5. Alih kode dilakukan oleh para pegawai rumah makan padang dengan

mempertimbangkan situasi dan menyesuaikan dengan bahasa apa yang

harns dilakukan.

6. Jika dibandingkan kepada ternan keIja, alih kode yang dilakukan kepada

pelanggan sepenuhnya dilakukan secara sadar. Informan menyesuaikan

diri dengan bahasa dan ragam bahasa yang gunakan oleh para pelanggan.

DAFTARPUSTAKA

Crystal, David. 1987. The Cambridge Encyclopedia of Language. Cambridge:

Cambridge University Press

Hudson, RA. 1996. Sociolinguistics. Cambridge: Cambridge University Press.

Samarin, William J. 1988. Ilmu Bahasa Lapangan. Yogyakarta: Penerbit

Kanisius.

Wardhough, Ronald. 1986. An Introduction to Sociolinguistics. UK: Basil

Blackwell

108 LlN4UA Vol.9 No2, Oktober 89-108

FILM GO KARYA KAZUKI KANESIDRO: PERSOALAN IDENTITAS DANKEWARGANEGARAAN

Dewi Ariantini Yudhasari Stal Pengajar Jurusan Bahasa Jepang STBA LIA Jakarta

[email protected]

Abstrak Film Go mengangkat issue identitas, kewarganegaraan, dan diskriminasi, yang dikemas

dalam percintaan. Film ini menceritakan kisah cinta dua remaja lain bangsa (Korea dan Jepang). Tokoh utama dalam kisah ini bemama Sugihara, generasi ketiga keturunan Korea di Jepang. Bagian klimaks terjadi ketika Sugihara mengutarakan bahwa ia bukan orang Jepang, melainkan orang Korea. Sakurai, kekasih Sugihara dan seorang anak yakuza, merasa tidak dapat melanjutkan hubungan itu karena dalam dirinya telah muncul persepsi bahwa orang Korea dan Cina berasal dari keturunan yang memiliki darah kotor. Sakurai lalu memutuskan hubungan kasihnya dengan Sugihara. Sugihara marah dan mengatakan bahwa dirinya adalah dirinya. Ia merasa identitas dan kewarganegaraannya terusik. Film ini berakhir dengan kembalinya hubungan Sugihara dan Sakurai.

Abstract The movie "Go" reveals the issue of identity, citizenship, and discrimination. It tells

about the romance of teenagers comingfrom Korea and Japan. The main character, Sugihara, is the third generation from Korean decendants living in Japan. The climax of the movie is in the part of when Sugira admits that he is a Korean, not a Japanese. It arises Sakura's anger for Korean and Chinese were originated from bad blood was planted in her mind It makes the relationship broken. Sugihara needs her to accept him as the wtry as he is. The movie "Go" was with happy ending by the couple is in love again.

PENDAHULUAN Kazuki Kaneshiro adalah pengarang generasi ketiga keturunan Korea di

Jepang. Ia menulis beberapa karya, antara lain Revolution No.3 (Kodansha,

1999) dan Fray Dady Fray (Kodansha, 2003). Pada 2000 Kaneshiro

menerbitkan novel berjudul Go (Kodansha, 2000). Novel ini mendapat best

seller di Jepang tahun itu dan mendapat penghargaan Naoki untuk novel

popular. Setahun kemudian novel ini diangkat ke layar lebar disutradarai oleh

Yukisada Isao. Film ini pemah booming di Jepang.

Film Go Karya Kazuki Kaneshiro: Persoalan Identitas dan Kewarganegaraan (Dewi Ariantini Yudhasari) 109

Film ini menceritakan kisah cinta dua orang remaja lain bangsa (Korea

dan Jepang). Tokoh utarna dalam kisah ini bernama Sugihara, generasi ketiga

keturunan Korea di Jepang. Ia terlahir dari orang tua generasi pertama dan

kedua keturunan Korea di Jepang. Orang keturunan Korea di Jepang yang

dikenal dengan istilah zainichi adalah orang Korea yang telah memilih untuk

menetap dan tinggal di Jepang. (Sugihara, 2000). Ayah Sugihara bekerja

sebagai pelatih boxing dan ibunya beketja sebagai pelayan di sebuah restoran

Korea. Sugihara, dalam kisah ini, lahir di Jepang dan rnendapat didikan Jepang.

Ia hidup dalarn lingkungan yang menggunakan bahasa Jepang dan bahasa

Korea. Ia bersekolah di sekolah dasar dan sekolah menengah khusus bagi orang

Korea (Minzoku Gakkou), yaitu sekolah yang didirikan oleh pernerintah Jepang

bagi orang Korea Utara. Di sekolah sernua murid diharuskan menggunakan

bahasa Korea dan tidak boleh rnenggunakan bahasa Jepang. Mereka didik

dengan menggunakan doktrin dari. negara rnereka. Pada waktu SMP Sugihara

dipukuli oleh gurunya karena ternannya bercerita bahwa ia menggunakan

bahasa Jepang di rumah. Akibat kekerasan yang diterimanya di sekolah, ia

memutuskan untuk ke luar dari sekolah itu dan rnasuk ke sekolah Jepang

(sekolah umurn di Jepang). Ia aktif di kegiatan klub basket. Di sekolah Jepang,

ia rnendapatkan perlakukan yang tidak menyenangkan dari ternan dan

lingkungannya (ijime). Pada saat yang bersamaan ia berteman dengan seorang

anak yakuza, ternan satu sekolahnya. Saat itu ia diperkenalkan dengan

kehidupan malam dan seksual. Ketika hadir dalam satu acara, ia berternu

dengan seorang perempuan bernama Sakurai. Sugihara akhirnya menjalin

hubungan dengan Sakurai. Hubungan kedua rernaja ini rnerupakan bagian

terpenting dalam film Go. Bagian klimaks tetjadi ketika Sugihara

mengutarakan bahwa ia bukan orang Jepang, rnelainkan orang Korea. Sakurai

merasa tidak dapat melanjutkan hubungan itu karena dalam dirinya telah

110 UNl1IJA Vol.9 No2, Oktober 109-120

muncul persepsi bahwa orang Korea dan Cina berasal dari keturunan yang

memiliki darah kotor. Sugihara merasa identitasnya dan kewarganegaraanya

terusik. Film berakhir dengan kembalinya hubungan Sugihara dan Sakurai.

Film ini memberikan pembelajaran kepada penonton tentang persahabatan dan

menghargai adanya perbedaan antarmanusia.

KETURUNAN KOREA DI JEP ANG

Pada 1910 Jepang menganeksasi Korea. Saat itu wilayah semenanjung

Korea menjadi bagian dari wilayah Jepang. Orang Korea mulai datang ke

Jepang karena Jepang membutuhkan tenaga keIja pada sektor industri yang

berkembang saat itu. Kondisi ekonomi Korea sulit pada masa itu yang

menyebabkan orang Korea datang sendiri mencari pekeIjaan ke Jepang. Pada

1934 teIjadi migrasi besar-besaran orang Korea ke Jepang sejumlah 50.053

orang (Sugihara, 1999:84). Salah satu faktor penyebab migrasi tersebut adalah

dibangunnya pabrik-pabrik yang membutuhkan banyak tenaga keIja. Orang

Korea yang datang kebanyakan berasal dari pulau Saishu yang berada di

semenanjung daratan Korea. Kedatangan orang Korea ke Jepang teIjadi dalam

beberapa gelombang. Setelah Jepang menyerah tanpa syarat pada 1945, terjadi

pemulangan orang Korea yang berada di Jepang. Mereka diminta untuk

memilih pulang atau menetap di Jepang. Sebagian dari mereka memilih tetap

tinggal di Jepang karena alasan ekonomi. Orang Korea yang menetap di Jepang

inilah cikal bakal keturunan Korea di Jepang sekarang ini. Orang asing di

Jepang pada 2007 berjumlah 2.152.973 orang dan keturunan Korea di Jepang

pada tahun itu beIjumlah 593.489 orang (27,6%)

Orang asing dan keturunannya yang tinggal dan memilih untuk menetap

serta berkehidupan di Jepang dikenal dengan istilah zainichi. Ada zainihci

Brazil, zainichi Amerika, dan sebagainya. Sementara itu, sebutan zainichi di Film Go Karya Kazuki Kaneshiro: Persoalan Identitas dan Kewarganegaraan (Dewi Ariantini Yudhasari) 111

Jepang lebih merujuk kepada kelompok minoritas etnis Korea yang

menyeberang ke Jepang dan memilih untuk hidup di Jepang sebagai generasi

pertama, generasi kedua orang Korea, dan orang keturunan Korea (Huna,

2004:8). Dengan kata lain, sebutan zainichi merujuk pada sebutan bagi

keturunan orang Korea di Jepang.

Pembahasan makalah ini akan mefokuskan pada pemahaman mengenai

keturunan Korea di Jepang dari sudut pandang kesusasteraan Jepang. Menurut

Elise Foxworth, dalam A Tribute to The Japanese Literature of Korean Writers

in Japan, mendefisinikan kesusasteraan orang keturunan Korea adalah karya

sastra yang ditulis oleh pengarang keturunan orang Korea tentang issue orang

keturunan Korea di Jepang (2006:46). Kesusasteraan orang keturunan Korea di

Jepang mengangkat masalah penjajahan Jepang, praktik kolonial, perang

Korea, imperialisme Amerika, kondisi politik di Korea, etnisitas, nasionalisme,

masalah yang muncul di luar dan di dalam antargenerasi orang keturunan

Korea di Jepang.

Dalam kesusasteraan orang keturunan Korea di Jepang, secara umum

pengategorian generasi dilakukan berdasarkan tema dan karya orang Korea

yang datang ke Jepang. Huna mengatakan sebagai berikut;

112

Pengategorian orang keturunan Korea di Jepang terbagi dalam tiga

generasi: (I) generasi pertama adalah orang Korea yang sudah

berada di Jepang sebelum Perang Dunia II, dan menulis karya dalam

bahasa Jepang pada zaman setelah Perang Dunia II sampai sekitar

tahun 1960-an, (2) generasi kedua adalah orang keturunan Korea

yang lahir dan mendapat didikan di Jepang dan memilih hanya

bahasa Jepang sebagai bahasa pengantar dalam karyanya. Mereka

mempunyai pandangan bahwa tanah air (Korea) bagi mereka adalah

tempat yang dapat mereka kunjungi, tetapi bukan tempat untuk LlN4UA Vo\.9 No2, Oktober 109-120

kembali berkehidupan atau sebagai tempat untuk menetap. Mereka

adalah pengarang yang mulai menulis karyanya setelah tahun 1960

sampai dengan 1980-an, (3) generasi ketiga adalah mereka yang

menyadari bahwa mereka adalah kelompok etnis minoritas dan

diasingkan dari kalangan masyarakat Jepang maupun Korea. Mereka

lahir dari orang keturunan generasi kedua. Mereka adalah pengarang

yang menghasilkan karyanya mulai tahun 1980-an bingga sekarang.

Dengan kata lain. pengkategorisasian ini membantu pemahaman kita

tentang peta karya dan posisi pengarang orang keturunan Korea di

Jepang (2004:11).

Bagaimana tentang kewarganegaraan keturunan Korea di Jepang?

Menurut Taikin seorang antropolog yang meneliti adanya konflik antara

identitas dan belonging dalam bukunya yang berjudul Zainichi Kankokujin no

Shuuen mengatakan bahwa;

orang keturunan Korea di Jepang melupakan dua hal, yaitu (1)

sebagai orang keturunan Korea yang mempunyai kewarganegaraan

Korea masih merasa kurang diperlakukan dengan baik oleh

negaranya, (2) sebagai orang keturunan Korea di Jepang mereka

adalah orang asing yang tidak memahami bagaimana seharusnya

orang asing di negara orang tersebut (Bunshunkisho, 2001).

Menurut Taikin selanjutnya mengatakan sebagai berikut;

Orang keturunan Korea di Jepang berstatus bukan orang Korea dan

bukan orang Jepang. Mereka memiliki kewarganegaraan Korea,

tetapi mereka bukanlah orang Korea yang menjalankan

kewajibannya sebagai penduduk Korea. Salah satunya mereka tidak

melakukan wajib militer dan tidak membayar pajak. Sementara

mereka juga bukan orang Jepang karena mereka tidak membayar Film Go Karya Kazuki Kaneshiro: Persoalan Identitas dan Kewarganegaraan (Dewi Ariantini Yudhasari) 113

pajak seperti penduduk Jepang lainnya. Akan tetapi, oleh pemerintah

Jepang mereka diberikan hak yang sama dengan penduduk Jepang,

seperti hakjaminan hari tua danjaminan kesehatan (2001:16).

Penelitian Taikin menyimpulkan bahwa mereka sengaja memposisikan

dirinya dengan identitas kekoreaannya walaupun mereka sendiri tidak diakui

sebagai orang Korea. Mereka tidak mau mengganti kewarganegaraannya

menjadi orang Jepang. Hal ini merupakan bukti bahwa mereka merasa tidak

perlu memiliki (belonging) dan tetap memepertahankan identitas keturunannya

(zainichi). Hal itu merupakan sesuatu yang merugikan bagi orang keturunan

Korea (zainichi). Taikin meramalkan bahwa konflik identitas dan rasa

kepemilikan itu sebentar lagi tidak lagi akan luntur bersama perkembangan

zaman.

PERSOALAN IDENTITAS DAN KEWARGANEGARAAN DALAM FILM GO KARYA KAZUKI KANESHIRO

Pengamatan karya ini dilakukan dengan cara membaca novel dan

menonton film tersebut. Film merupakan salah satu bentuk media massa yang

memberikan informasi (to inform), mendidik (to educate), memengaruhi (to

persuade), dan menghibur (to entertain) (Effendy, 2005:35). Film Go berdurasi

1 jam 45 menit. Sutradara dalam film ini mengangkat issue identitas,

kewarganegaraan, dan diskriminasi yang dikemas dalam kerangka hubungan

percintaan dua remaja yang berbeda bangsa. Posisi sutradara sangat penting

untuk memilih bagian mana yang ingin ditekankan dalam film sehingga tema

dan makna pesan bisa tersampaikan dalam durasi yang singkat.

Film dalam ranah cultural studies merupakan teks naratif yang

divisualisasikan lewat adengan dalam gambar. Film dapat menjadi bahan

analisis karena film mengekspresikan fenomena yang ada di dalam masyarakat.

114 LINGUA VoL9No2, Oktober 109-120

Namun, kita tidak bisa membadingkan apakah sama novel dan film yang

kedua-duanya merupakan teks naratif. Sudut pandang dalam memaknai hal ini

akan berbeda. Novel merupakan sekumpulan kata-kata, sedangkan film

merupakan sekumpulan gambar. Oleh karena itu, bidang sastra tidak dapat

berbicara tentang sinematografi karena bidang sastra tidak menyentuh hal itu.

Ketika yang dianalisis adalah teks naratifnya, hal tersebut dapat dilakukan

dengan menggunakan pendekatan semoitik dalam ranah culture studies.

Film ini dibuka dengan menampilkan tulisan:

rrr 0 -C tt-I;: ? (namette nani?)

/" 7 P¥ Iv --C v \ 0fu (bara to yonde iru hana wo)

JlIJ 0) L -C 'J-;.. -C t Lv \ W li:t 0) (betsuno namae ni

shitemo utsukushii kaori wa sono mama) (Romeo and Juliet,

Shakespeare)

Ketika melihat tulisan ini dalam novel, pembaca akan merasa ada issue tentang

nama sebagai bagian dari mempertanyakan identitas. Akan tetapi, ketika hal ini

dimunculkan dalam film, penonton tidak begitu memerhatikan makna dari

frasa tersebut dikarenakan durasi yang begitu cepat sehingga maknanya

menjadi tidak tertangkap. Frasa tersebut diambil dari kisah Romoe and Juliet

(Shakespeare) yang mempertanyakan tentang nama dan mengindikasikan

panggilan apa pun untuk sebuah nama akan terdengar indah.

Film kemudian bergerak dengan menampilkan seraut wajah, dengan

bantuan narator tokoh utama mengutarakan kata-kata seperti etnis (minzoku),

tanah leluhur (sokoku), cinta negara (aikoku), negara (kokka), integrasi (tougo),

penindasan (yokuhatsu), persatuan (sougo), penjajah (shihai), rakyat (shimin),

percampuran darah (honketsu), satu darah (junketsu), solidaritas (dangketsu).

Kata kunci ini akan mengarahkan penonton pada kisah yang berhubungan

dengan suatu hal. Film Go Karya Kazuki Kaneshiro: Persoalan Identitas dan Kewarganegaraan (Dewi Ariantini Yudbasari) 115

Selanjutnya, penonton diarahkan lagi untuk lebih tahu apa yang ingin

disampaikan dalam adegan berikutnya, yaitu ketika (Sugihara) tokoh utama

mengatakan kata hatinya melalui narator sebagai berikut.

(Boku wa nihon de umareta. Boku wa nihon de umareta.)

Saya dilahirkan di Jepang. Saya dilahirkan di Jepang

v Q, Korean Japanese. a *A G l.tv \ 5 0

(Iwayuru Korean Jap(lnese. Boku wa nihonjin to kawaranai to omou)

Katanya, orang keturunan Korea di Jepang. Saya pikir, saya sama

dengan orang Jepang.

0 0 0 1=£ a (Yatsura wa kou yobu ... zainichi)

Mereka memanggil saya ... zainichi

Identitas berasal dari kata "idem" dalam bahasa Latin yang berarti sama.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi identitas mempunyai dua

arti, yaitu (1) ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang; (2) jati diri (2007).

Sementara Gidden mengatakan bahwa identitas adalah diri sebagaimana yang

dipahami secara refleksif oleh orang dalam konteks biografinya (dalam Backer,

2004:175). Jadi, identitas diri adalah sekumpulan sifat yang dimiliki oleh

seorang individu. Selanjutnya, identitas budaya menurut Hall adalah identitas

yang datang dari suatu tempat dan memiliki sejarah. Identitas adalah nama

yang kita berikan pada berbagai cara kita diposisikan oleh, memosisikan diri

kita dalam, berbagai konteks naratif masa lalu (Hall dalam Lim, 2009:55).

Pengalaman dari masa lalu inilah yang dielaborasi oleh Hall dengan

mengambil pengalamannya sendiri sebagai orang hitam. Dalam konteks ini,

orang hitam dikonstruksikan sebagai yang berbeda dan sebagai liyan dalam

kategori tertentu dalam masyarakat yang kesemuanya dilakukan oleh rezim 116 LINGUA Vo1.9 No2, Oktober 109-120

yang berkuasa. Konstruksi identitas tersebut mempunyai kekuatan dan

kekuasaan untuk membuat subjek mampu melihat dan mengalami dirinya

sebagai liyan. Akan tetapi, individu akan terus mengalami perubahan dalam

perjalanan sejarahnya.

Dari kutipan di atas, negara digunakan untuk menandai dan memosisikan

identitas subjek (boku wa nihon de umareta). Frasa ini memunculkan

interpretasi bahwa tokoh utama adalah bagian dari penduduk yang tinggal dan

menetap di Jepang dan tidak berbeda dengan orang Jepang lainnya. Akan

tetapi, mereka menyebutnya bukan orang Jepang, melainkan zainichi. Identitas

ini telah dikontruksikan oleh lingkungan sekitar untuk menandai dalam

penyebutan "yang lain (liyan)" bagi kelompok etnis minoritas ini. Sebutan

zainichi ini pun berimplikasi pada adanya sejarah panjang hingga sebutan ini

dipilih dan digunakan untuk mengontruksikan identitas keturunan Korea di

Jepang.

Setelah itu, sutradara mengarahkan agar penekanan dalam hal tersebut

tidak terlalu terkesan menonjol, maka kemudian tokoh utama melalui narator

mengatakan seperti berikut.

(Kore wa boku no renai kan suru monogatari day

Ini adalah kisah cinta saya.

Sutradara membungkus film ini dengan tema percintaan. Namun, jika

kita perhatikan, film tersebut menyangkut soal diskriminasi dan

kewarganegaraan. Selanjutnya, film itu pun dimulai dengan mengisahkan

bagaimana perjalanan cinta tokoh utama. Kisah ini dimulai dengan

penggambaran tentang kondisi sekolah bagi orang keturunan Korea di Jepang.

Pemerintah Jepang memberikan izin kepada pemerintah Korea Utara untuk

mendirikan sekolah mulai dari tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Film Go Karya Kazuki Kaneshiro: Persoalan Identitas dan Kewarganegaraan (Dewi Ariantini Yndbasari) 117

Menengah di Jepang sejak 1956. Di sekolah ini siswa diajarkan tentang doktrin

negara Korea dan paham yang dianut mereka dari negara asalnya. Mereka tidak

diperkenankan menggunakan bahasa Jepang di sekolah dan dalam kehidupan

sehari hari. Pada kenyataannya, generasi ketiga keturunan Korea di Jepang

tidak seluruhnya menggunakan bahasa Korea dalam kehidupan sehari hari.

Bahkan, mereka sama sekali tidak menggunakan bahasa Korea di dalam

keluarga. Hal itu membuat seorang guru marah dan menghajar murid. Tokoh

utama dalam kisah ini pun akhimya memilih untuk pindah sekolah ke sekolah

Jepang saat SMP. Hal tersebut bisa kita lihat di dalam film bahwa dalam

keluarga tokoh utama mereka menggunakan bahasa Jepang dalam percakapan

sehari hari. Bahasa Jepang diposisikan sebagai identitas yang dikontruksikan.

Kisah berlanjut pada pembicaraan mengenai kewarganegaraan. Ayah

dari tokoh utama telah memutuskan untuk mengganti kewarganegaraannya

menjadi orang Korea Selatan dikarenakan ia ingin berlibur untuk

menghabiskan masa tuanya di Hawaii. Namun, keturunan Korea Utara tidak

dapat pergi ke luar negeri dikarenakan dibatasi oleh aturan khusus. Oleh karena

itu, orang tua tokoh utama memiliki mengajukan aplikasi mengajuan

kewarganegaraan Korea Selatan. Dalam hal ini, Jepang hanya mengakui

kewarganegaraan Korea Selatan.

Kisah berlanjut pada hubungan percintaan antara Sugihara dan Sakurai.

Klimaks dari hubungan ini adalah ketika tokoh utama menceritakan identitas

dirinya bahwa ia bukan orang Jepang, melainkan orang Korea. Saat itu, Sakurai

mengatakan bahwa ia sejak kecil diajari untuk tidak bertemu, berteman, dan

berpacaran dengan orang Korea dan eina karena mereka memiliki keturunan

darah yang kotor. Mendengar hal ini, Sugihara marah dan mengatakan bahwa

dirinya adalah dirinya. Ia tidak mengenal apa itu kewarganegaraan, apa itu

perbedaan bangsa, dan mengapa ada yang memiliki darah kotor. Sakurai lalu 118 LlN£fl1AVo1.9No2, Oktober 109-120

memutuskan hubungan kasihnya dengan Sugihara. Namun, einta tidak

mengenal logika juga tidak mengenal etnis, bangsa, negara, dan

kewarganegaraan. Cinta mereka menjadi landasan terlampauinya batas-batas

wilayah. Identitas sudah tidak lagi menjadi sesuatu hal yang final pada diri

individu. Identitas menjadi eair dan hybrid terns akan menjadi atau identitas

becoming.

PENUTUP Film Go karya Kaneshiro mengangkat persoalan identitas dan

kewarganegaraan. Persoalan ini dianggap isu menarik yang perlu diangkat oleh

sutradara untuk memberikan· informasi, mendidik, serta memengaruhi

penonton untuk mau tahu dan mau mengenal kondisi keturunan Korea di

Jepang, khususnya generasi ketiga. Film ini baik ditonton oleh generasi muda

Jepang agar memuneulkan pemahaman tentang multikultural yang dapat

meleburkan perbedaan budaya hingga menembus batas-batas wilayah negara.

Identitas budaya yang melekat pada seorang individu dapat meneair dan hybrid

menjadi identitas yang selalu menjadi (becoming).

Film Go Karya Kazuki Kaneshiro: Persoalan Identitas dan Kewarganegaraan (Dewi Ariantini Yudhasari) 119

DAFTARPUSTAKA

Backer, Chirs. Cultural Studies. Bantul: Kreasi Wacana, 2004.

Hall, Stuart. Theorizing Diaspora: "Cultural Identity and Diaspora." Amerika:

Blackwell Publishing. 2003

Kaneshiro, Kazuki. Go. Tokyo: Kodansha, 2000.

Kim, Huna. Zainichi Chousenjin Josei Bungakuron. Tokyo: Sakuhinsha. 2004.

Lim, Sing Meij. Ruang Sosial Baru: Perempuan Tionghoa Sebuah Kajian

Pascakolonial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009.

Sugihara, Tooru. Ekkyo suru tami: Kindai Osaka no Chousenjin Shi

Kenkyuu.Tokyo: Shinchousha, 1999.

120 LINGUA Vo1.9No2, Oktober 109-120

KETIDAKCERMATAN PENULISAN EJAAN DALAM SKRIPSI MAHASISWA JURUSAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS

BUNDA MULIA JAKARTA

Sri Hapsari Wijayanti Dosen tetap FE, Universitas Alma Jaya, Jakarta [email protected]

Jati Wahyono Agustinus Dosen Tetap Sekolah Tinggi Emu Komunikasi dan Sekretaris Tarakanita, Jakarta

Abstrak Skripsi merupakan bentuk karya tulis ilmiah yang memilik aturan ketat terhadap kaidah

kebahasaan yang baku. Salah satu kaidah penting adalah penulisan ejaan. Penelitian ini mengamati kaitan gender dengan ketidakcermatan penggunaan ejaan dalam Pendahuluan skripsi yang ditulis oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Bunda Mulia, Jakarta. Dari tiga puluh skripsi, ditemukan ketidakcermatan dalam penulisan sebelas jenis tanda baca, tiga tipe penulisan huruf, dan bentuk non, pun, dan di. Ditemukan ada perbedaan yang berarti dari segi gender dalam ketidakcermatan penulisan tanda baca, tetapi tidak ada perbedaan gender dalam tipe tanda baca yang digunakan. Juga tidak ada perbedaan yang berarti dari segi gender dalam hal ketidakcermatan penulisan huruf dan kata.

Kata kunci: ejaan, tanda baca, tulisan ilmiah, tesis, gender

Abstract Theses is a final academic writing which is written by student at university. It had to be

used tight formal language aspects. One of the important aspects is mechanics. This study aims to examine gender related to the mistakes of mechanics in Introduction section of Communication Field at University of Bunda Mulia, Jakarta. From thirty theses in this study, we found many mistakes, i. e. eleven punctuations, three types of words, and form of non, pun, and di There was significant difference of gender in punctuations mistakes, but no significant difference in the type of punctuations. Also there was no significant difference in the type of words andforms mistakes.

Key words: mechanics, punctuation, academic writing, theses, gender

LATAR BELAKANG MASALAH

Bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi yang digunakan dalam

bidang pendidikan sejak tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Tujuan

khusus pembelajaran bahasa Indonesia di perguruan tinggi adalah agar para

mahasiswa, calon sarjana, terampil menggunakan bahasa Indonesia yang baik Ketidakcermatan Penulisan Ejaan DaIam Skripsi Mahasiswa Jurusan llmu Komunikasi Universitas Bunda MuJia Jakarta 121 (Sri Hapsari Wijayanti - Jati Wahyono Agustinus)

dan benar, baik lisan maupun tulis, sebagai sarana pengungkapan gagasan

ilmiah. Tujuan jangka panjangnya adalah agar mahasiswa sanggup menyusun

skripsi, kertas kerja, laporan penelitian, dan karya ilmiah yang lain (Arifin,

2005:2).

Pada beberapa perguruan tinggi, bahasa Indonesia menjadi mata kuliah

wajib yang tergolong mata kuliah dasar umum (MKDU). Di Universitas Bunda

Mulia, bahasa Indonesia dikelompokkan dalam mata kuliah pengembangan

kepribadian (MPK). Kepribadian Indonesia adalah kepribadian yang

Pancasilais, yaitu yang religius, penuh rasa kemanusiaan, persatuan,

demokratis, dan keadilan so sial. Seluruhnya ini akan tercermin melalui cara

berkomunikasi dalam setiap kegiatan akademik, termasuk keterampilan

menulis dan berbicara dalam komunikasi ilmiah (Kuntarto, 2007).

Baik tergolong dalam MKDU maupun MPK, penguasaan bahasa

Indonesia di perguruan tinggi masih belum mencapai target yang diharapkan.

Perkuliahan bahasa Indonesia selama ini belum berperan maksimal dalam

meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia tulis mahasiswa. Kegagalan ini

disebabkan lemahnya motivasi mahasiswa, kurangnya koordinasi antardosen,

antardepartemen atau progam, dan rendahnya komitmen pimpinan terhadap

pengembangan mata kuliah bahasa Indonesia (Alwasilah, 2000).

Salah satu kelemahan itu tercermin dalam skripsi. Skripsi ditulis oleh

setiap mahasiswa sebelum meraih gelar strata satu. Skripsi merupakan salah

satu bentuk bahasa tulis ilmiah. Sebagai bahasa tulis ilmiah, skripsi bercirikan

penggunaan ragam yang formal, ejaan yang tepat, pilihan kata yang tepat,

istilah yang sesuai dengan bidang ilmu, kalimat yang efektif, dan paragraf yang

padu.

Ejaan penting diperhatikan dalam menulis ilmiah. Pemakaiannya yang

benar dan tepat sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia

122 UNalJA Vol.9 No2, Oktober 121-149

memperlihatkan kemahiran berbahasa tulis penulisnya. Namun, banyak penulis

tidak menghiraukan ejaan. Substansi (isi), jika tidak dikemas dalam bahasa

(termasuk ejaan) yang komunikatif, menjadi sulit dipahami.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana mahasiswa jurusan

Ilmu Komunikasi Universitas Bunda Mulia menerapkan ejaan di dalam skripsi.

Secara khusus, penelitian inibertujuan (a) membandingkan frekuensi

ketidakcermatan pemakaian tanda baca, penulisan huruf, dan penulisan kata

berdasarkan gender dalam skripsi mahasiswa Ilmu Komunikasi; (b)

mendeskripsikan penggunaan tanda baca, penulisan huruf, dan penulisan kata

yang kurang tepat dalam skripsi mahasiswa Ilmu Komunikasi.

Hasil penelitian ini bermanfaat bagi dosen pengampu mata kuliah bahasa

Indonesia untuk dapat menetapkan tingkat kesulitan mahasiswa dalam

menggunakan ejaan di dalam skripsi. Selain itu, hasil penelitian ini dapat

dimanfaatkan oleh dosen nonbahasa agar mendukung pembelajaran bahasa

Indonesia dengan memperhatikan penulisan ejaan dalam karya ilmiahnya atau

dalam membimbing skripsi mahasiswa.

KAJIAN PUSTAKA

Penelitian yang menyoroti unsur bahasa dalam karya ilmiah sudah

banyak dilakukan, baik dengan subjek penelitian siswa-siswi SD maupun karya

ilmiah mahasiswa S-1 dan S-2, bahkan guru/dosen. Pokok bahasan penelitian

dititikberatkan pada aspek kebahasaan (unsur internal), seperti pilihan kata,

ejaan, struktur kalimat, organisasi, dan isi. Selain itu, ada pula yang dikaitkan

dengan unsur eksternal, seperti gender, usia, tingkat pendidikan, dan latar

belakang sosial. Penelitian terhadap tulisan guru-guru SD di Jakarta Timur

yang dilakukan oleh Kumiawati (2000) menunjukkan frekuensi ketidaktepatan

Ketidakcermatan Penulisan Ejaan Dalam Skripsi Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Bunda Mulia Jakarta 123 (Sri Hapsari Wijayanti - Jati Wahyono Agustinus)

kaidah ejaan, termasuk huruf kapital dan huruf miring. Menurutnya, tidak ada

perbedaan yang berarti antara tulisan guru laki-Iaki dan perempuan. Sementara

itu, di tingkat SMP, Manuputty (2009) melaporkan bahwa dari 25 karangan

siswali di Desa Cilellang, Kabupaten Barru, masih banyak ditemukan

pelanggaran kaidah penggunaan tanda baca.

Aspek ejaan bukan satu-satunya yang tidak dikuasi oleh siswa, ada aspek

bentuk dan pilihan kata serta kalimat yang memperlihatkan kesalahan. Hal ini

terungkap dari penelitian Marlina (2010) terhadap soal ujian nasional bahasa

Indonesia kelas IX tahun ajaran 2006 di Pekan Baru. Tanda baca yang salah

meliputi tanda koma dan tanda hubung. Huruf kapital yang salah ditemukan

dalam penulisan nama mata pelajaran, kegiatan, akronim, singkatan kata, dan

sapaan. Di jenjang yang lebih tinggi, pemakaian bahasa Indonesia dalam karya

ilmiah mahasiswa tidak jauh berbeda dengan siswa di sekolah menengah.

Menurut Simpen (1998), sistem pengajaran bahasa Indonesia di perguruan tinggi perlu ditinjau kembali, khususnya dalam hal kalimat. Kalimat yang

ditulis oleh mahasiswa masih menunjukkan kesalahan, ketidakjelasan

hubungan subjek dan predikat, kalimat tidak berpredikat, tidak logis, dan tidak

paralel. Temuan yang tidak jauh berbeda diperoleh Arifin dan Hadi (2001)

dalam Manuputty (2009). Keduanya mengatakan bahwa siswa dan mahasiswa

di tingkat dasar, menengah, hingga perguruan tinggi masih di bawah standar

dalam menulis karangan karena mereka melakukan kesalahan dalam

pemakaian ejaan, pilihan kata, dan penyusunan kalimat.

Basuki dan Bambang Djunaidi (2010) membuktikan adanya kesalahan

dalam penggunaan ejaan pada laporan praktikum mata kuliah Kimia Dasar

mahasiswa jurusan Biologi FMIP A Universitas Bengkulu tahun akademik

2009/2010. Kesalahan itu meliputi pemenggalan kata, penulisan huruf,

124 LlN(jlJA Vol.9 No2, Oktober 121-149

penulisan kata, dan tanda baca. Kesalahan yang terbanyak terdapat pada

pemakaian tanda baca, diikuti penulisan kata, kesalahan penulisan huruf

kapital, dan terakhir pemenggalan kata. Akan tetapi, Setiawati (2007)

menemukan bukan aspek tanda baca, melainkan paragrafyang dianggap paling

sulit dikuasai mahasiswa. Oi lain pihak, kadar kebakuan sebesar 71,49%, yang

artinya berada dalam kriteria sedang, dilaporkan Faisal (2008) dari

penelitiannya terhadap tulisan mahasiswa S-2 di Universitas Hasanudin.

LANDASAN TEORI

Skripsi adalah salah satu bentuk tulisan ilmiah. Badudu (1985) dalam

Marlina (2010) mengatakan, "Bahasa tulis harus memperlihatkan kaidah-

kaidah bahasa yang berlaku. Bahasa tulis harus lebih ketat daripada bahasa

lisan, harus teratur dan lebih jelas pengungkapnnya." Ciri-ciri tulisan ilmah

adalah bermakna jelas/lugas, merupakan kesatuan yang bulat, singkat, padat,

serta memenuhi kaidah bahasa secara tertib, dan komunikatif (Akhadiah dkk.,

1988).

Penelitian ini berpijak pada teori yang berhubungan dengan ejaan bahasa

Indonesia yang disempumakan (EYD) (2000). Oalam pedoman tersebut

dijabarkan lima belas tanda baca, yaitu tanda baca titik, titik dua, titik koma,

koma, petik, apostrof, hubung, pisah, garis miring, ellipsis, tanya, seru, kurung

siku, kurung, dan petik tunggal.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan data primer berupa kalimat-kalimat yang

terdapat di dalam skripsi mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Universitas

Bunda Mulia. Skripsi yang digunakan berasal dari tahun 2010 dan berjumlah

Ketidakcermatan Penulisan Ejaan Dalam Skripsi Mahasiswa JUfusan IImu Komunikasi Universitas Bunda Mulia Jakarta 125 (Sri Hapsari Wijayanti - Jati Wahyono Agustinus)

tiga puluh skripsi yang dipilih secara acak bertujuan, yaitu 15 laki-laki dan 15

perempuan. Unit analisis penelitian ini adalah tanda baca, kata, dan huruf yang

terdapat dalam Bab 1 Pendahuluan, yang terdiri atas 4-15 halaman. Di bagian

inilah biasanya penulis skripsi menguraikan maksud atau tujuan pemilihan

topik skripsi sehingga diasumsikan banyak hasil pemikiran atau pandangan

yang ditulis dalam bahasa penulis sendiri.

Penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi, yaitu teknik

pengumpulan data melalui pencatatan ketidakcermatan setiap unit analisis,

yakni tanda baca, kata, dan huruf. Analisis data dilakukan secara deskriptif

kualitatif. Tipe ketidakcermatan dikategorisasikan dan dihitung kekerapan

kemunculannya menurut gender. Ketidakcermatan tanda baca, kata, atau huruf

yang sama, jika muncul dalam satu kalimat, dihitung satu kali. Setelah itu, data

dideskripsikan dan dianalisis, serta diberikan usulan penulisan yang benar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ketidakcermatan tanda baca

Dalam 30 skripsi ditemukan 11 ketidakcermatan penulisan tanda baca

dari 15 tanda baca yang berlaku di dalam EYD (2000). Kesebelas tanda baca itu

adalah tanda titik, titik koma, koma, titik dua, hubung, tanya, petik, kurung,

garis miring, petik tunggal, dan pisah. Tanda baca yang tidak muncul adalah

tanda seru, elipsis, apostrof, dan kurung siku. Frekuensi kemunculan tanda titik

koma, tanya, garis miring, petik tunggal, pisah, karena sangat mlmm,

digolongkan dalam kategori 'dan lain-lain' (lihat tabel di bawah ini).

126 LlNQUA VoL9 No2, Oktober 121-149

Ketidakcermatan Tanda Baca Berdasarkan Gender

Laki2 Perempuan Titik 21 16% 17 11% Koma 92 69% 95 62% Titik dua 7 5% 8 5%

. Hubung 2 1% 10 6% Tanya 2 1% 0 0% Petik 6 4% 10 6% Kurung 1 1% 9 6% Dll 3 2% 5 3%

134 100% 154 100%

Dari tabel di atas terlihat bahwa ketidakcermatan secara umum adalah

penulisan tanda baca koma, diikuti titik, petik, hubung, titik dua, dan kurung.

Temuan ini mengisyaratkan bahwa tanda baca koma dan titik merupakan tanda

baca yang paling banyak memperlihatkan ketidakcermatan dalam

penulisannya. Tanda baca lainnya sangat bergantung pada maksud yang

hendak dikemukakan penulis di dalam bagian Pendahuluan. Dari segi gender,

ketidakcermatan penulisan tanda baca pada laki-Iaki dan perempuan cukup

mencolok perbedaannya (134:154) (lihat Tabel 1). Dengan kata lain,

perempuan lebih banyak menunjukkan ketidakcermatan menggunakan tanda

baca daripada laki-Iaki.

Dilihat dari jenis tanda baca yang digunakan, laki-Iaki dan perempuan

tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok (lihat GrafIk 1 dan GrafIk 2).

Pada laki-Iaki, ditemukan sepuluhjenis tanda baca yang digunakan secara tidak

cermat, yaitu titik, titik dua, tanya, hubung, kurung, koma, petik, 'dan lain-lain'

(titik koma, petik tunggal, pisah), sedangkan pada perempuan ada sembilan

jenis tanda baca, yaitu titik, titik dua, hubung, kurung, koma, petik, 'dan lain-

lain' (garis miring, petik tunggal, pisah). Tanda baca yang tidak muncul pada

Ketidakcennatan Penulisan Ejaan Dalam Skripsi Mahasiswa Jurusan lImu Komunikasi Universitas Bunda Mulia Jakarta 127 (Sri Hapsari Wijayanti - Jati Wahyono Agustinus)

skripsi laki-Iaki adalah gans mlflng (termasuk kategori 'dan lain-lain'),

sedangkan pada perempuan adalah titik koma (termasuk kategori 'dan lain-

lain') dan tanda tanya.

Grafik 1. Ketidakcermatan

DII 1.tJ Pctil, 2%

Hubullti 4% Tltlk dUJ 2'X.

I<urung 1%

Grafik 2. Ketidakcermatan Tanda

KUfllIlg DII

Pendahuluan dalam skripsi memuat latar belakang, masalah, tujuan,

batasan masalah, dan sistematika penulisan. Oi sini diungkapkan penalaran

(alasan) secara logis yang menimbulkan masalah atau pertanyaan penelitian

(Widjono 2005). Dari penelitian ini diketahui bahwa sesuai dengan inti

kandungan yang ada dalam Pendahuluan, yaitu memberikan konteks atas

pemilihan topik skripsi, tanda baca yang muncul selain titik dan koma adalah

titik dua (untuk menyatakan acuanlreferensi), tanda hubung (untuk kata ulang

dan merangkai kata asing dan kata Indonesia), tanda tanya (untuk menyatakan

masalah penelitian), tanda petik (untuk menyatakan petikan langsung, judul

artikel, atau istilah khusus), tanda kurung (untuk menyatakan kata asing atau

kata Indonesia yang digunakan bersama-sama dan memulai serta mengakhiri

acuan).

128 LINGUA VoL9 No2, Oktober 121-149

Ketidakcermatan penulisan huruf

Penulisan huruf, khususnya huruf kapital, huruf tebal, dan huruf miring,

masih menunjukkan ketidakcermatan. Penulisan huruf yang terbanyak kurang

dicermati adalah huruf miring, diikuti huruf kapital. Huruf tebal hanya

ditemukan dalam satu data yang ditulis perempuan. Jumlah ketidakcermatan

penulisan huruf pada kedua gender tidak menunjukkan perbedaan yang berarti

(lihat Grafik 3 dan Grafik 4).

Grafik 3. Ketidakcermatan

... Tebal

Grafik 4. Ketidakcermatan

Dalam penulisan ilmiah, huruf mlflng dan huruf kapital banyak

digunakan. Kapital digunakan untuk selain awal kata, juga untuk menunjukkan

nama-nama (bulan, jalan, nama orang) dan singkatan. Begitu pula huruf miring

banyak digunakan untuk istilah bidang ilmu, nama jumal, buku, yang banyak

disebut-sebut dalam Pendahuluan. Adapun huruf tebal dipakai untuk

menebalkan judul, subjudul, atau subsubjudul, dan tidak lazim digunakan

untuk menebalkan kata di dalam kalimat.

Ketidakcermatan penulisan kata

Ketidakcermatan penulisan kata yang ditemukan adalah penulisan di-,

bentuk terikat non, dan penulisan pun. Bentuk kata yang tidak cermat Ketidakcermatan Penulisan Ejaan Dalam Skripsi Mahasiswa Jurusan Hmu Komunikas; Universitas Bunda Mul;a Jakarta 129 (Sri Hapsari Wijayanti - Jati Wahyono Agustinus)

terbanyak adalah di-, diikuti pun dan non baik pada laki-Iaki maupun

perempuan (lihat Grafik 5 dan Grafik 6). Ketiga bentuk ini ditemukan pada

laki-Iaki, sedangkan pada perempuan tidak ditemukan bentuk non.

Frekuensi kemunculan ketidakcermatan dalam penulisan kata relatif

sedikit, tetapi terkesan ada ketidaktahuan penggunaan yang benar. Penulis

skripsi masih keliru menggunakan di- sebagai awalan dan kata depan, seperti

diantara, diatas, di informasikan. Demikian pula bentuk terikat, seperti non

pada non formal, yang hanya muncul pada laki-laki, belum dipahami sebagai

bentuk yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata yang utuh. Bentuk pun

sebagai konjungsi dan bukan konjungsi juga masih dipertukarkan, seperti

pemakaian apapun dan mana pun

Grafik 5. Ketidakcermatan

Penulisan Kata pada Laki-Iaki

Grafik 6. Ketidakcermatan

Penulisan Kata pada Perempuan

non 0'." 'u

Penelitian ini mengisyaratkan bahwa penulis masih belum cermat dalam

menggunakan ejaan. Ketidakcermatan tanda baca dalam penelitian ini lebih

banyak ditemukan daripada penulisan huruf dan kata. Hasil penelitian ini sama

dengan temuan Arifin dan Hadi (2001) dalam Manuputty (2009), Marlina

(2010) bahwa ejaan merupakan ketidakcermatan yang banyak muncul dalam

tulisan. Dari segi gender, berbeda dengan Kurniawati (2000), penelitian ini

menunjukkan perbedaan berarti dalam hal ketidakcermatan penulisan tanda 130 LlNQUA Vo1.9 No2, Oktober 121-149

baca antara laki-laki dan perempuan. Perempuan kurang cermat dalam menulis

tanda baca dibandingkan laki-Iaki.

Deskripsi ketidakcermatan kaidah ejaan

Penulisan huruf

Huruf kapital

Ketidaktepatan dalam penulisan huruf kapital mencakup ketidaktepatan

dalam pemakaian huruf kapital dan ketidakmunculan huruf kapital pada kata

yang seharusnya. Berikut contoh-contohnya.

(l) Sejak dibuka pada tanggal 18 januari 2008 hotel ini berhasil mendapatkan posisi sebagai hotel berbintang tiga. (NK-perempuan)

(2) Sejak tahun 1998, Aqua sudah dimiliki oleh perusahaan multinasional dari perancis. (J-perempuan)

(3) Hal ini disebabkan Bank selalu menegakkan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan kredit serta manajemen yang baik terhadap kredit bermasalah. (LF-perempuan)

Perbaikan: (l) Sejak dibuka pada tanggal 18 Januari 2008 hotel ini berhasil

mendapatkan posisi sebagai hotel berbintang tiga. (NK-perempuan)

(2) Sejak tahun 1998, Aqua sudah dimiliki oleh perusahaan multinasional dari Perancis. (J-perempuan)

(3) Hal ini disebabkan bank selalu menegakkan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan kredit serta manajemen yang baik terhadap kredit bermasalah. (LF-perempuan)

Huruf kapital selalu mengawali kalimat, dan setiap kalimat hanya

mengungkapkan satu pokok pikiran/ide penulis. Data yang ditemukan

menunjukkan satu kalimat memiliki lebih dari satu ide/gagasan:

Ketidakcermatan Penulisan Ejaan Dalam Skripsi Mahasiswa Jurusan Hmu Komunikasi Universitas Bunda Mulia Jakarta 131 (Sri Hapsari Wijayanti - Jati Wahyono Agustinus)

(1) Alasan mengapa penulis meneliti ini karena banyaknya mall yang ada di Jakarta yang mencapai 130 mall, yang dapat dikatakan sebagai salah satu kota di Asia yang banyak memiliki pusat perbelanjaan, oleh sebab itulah peneliti ingin mengangkatnya, kemudian peneliti memilih Mall of Indonesia karena Mall of Indonesia merupakan mall yang terbilang mall baru dan ingin menunjukkan nilai daya saing mall itu sendiri di tengah banyaknya mall yang terdapat di Jakarta serta karena lokasi mall di area yang strategis dan juga kompetitif. (DO-perempuan)

Perbaikan: (4) (a) Alasan mengapa penulis meneliti ini karena banyaknya mal yang

ada di Jakarta yang mencapai 130 mal, yang dapat dikatakan sebagai salah satu kota di Asia yang banyak memiliki pusat perbelanjaan. (b) Oleh sebab itulah, peneliti ingin mengangkatnya, kemudian peneliti memilih Mall of Indonesia karena Mall of Indonesia merupakan mal yang terbilang mal baru dan ingin menunjukkan nilai daya saing mal itu sendiri di tengah banyaknya mal yang terdapat di Jakarta serta karena lokasi mal di area yang strategis dan juga kompetitif. (DO-perempuan)

Konjungsi karena, jika tidak menyatakan anak kalimat, tidak berada di

awal kalimat. Adapun konjungi antarkalimat, yang berada di awal kalimat,

ditulis dengan huruf kapital dan diikuti tanda koma. Perhatikan contoh berikut.

(5) Karena Carrefour merupakan pusat perbelanjaan terbesar dan terlengkap di Indonesia, selain itu berkaitan dengan keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga dengan mengambil para pelanggan Carrefour Puri Indah memudahkan peneliti untuk memperoleh data-data yang diperlukan peneliti.

Perbaikan: (2) karena Carrefour merupakan pusat perbelanjaan terbesar dan

terlengkap di Indonesia. Selain itu, berkaitan dengan keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga, dengan mengambil para pelanggan Carrefour Puri Indah memudahkan peneliti untuk memperoleh data-data yang diperlukan peneliti.

132 LtN4tJA Vo!.9 No2, Oktober 121-149

Humf miring

Penggunaan kata atau istilah asingldaerah seyogianya dihindari apabila

kata atau istilah tersebut sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Akan

tetapi, dalam penelitian ini ditemukan banyak kata atau istilah asing yang tidak

diindonesiakan, tetapi tidak juga dimiringkan dalam penulisannya. Berikut

contohnya.

(3) Berdasarkan survey yang dilakukan AC Nielsen (sebuah lembaga survey) memperlihatkan jumlah pasar tradisional di seluruh Indonesia mencapai 1,7 juta unit atau sebesar 73% dari keseluruhan pasar yang ada. (M-perempuan)

(4) Supermal Karawaci melalui program Super Midningt Sale ingin memanjakan pengunjung yang berebut berbagai barang baik fashion, elektronik dan barang lainnya yang dijual dengan harga extra murah dan didiscount hingga 80% di lebih dari seribu toko yang ada di Supermal Karawaci. (S-perempuan)

(5) Pemah mendengar kata-kata "Ku kira coklat, nggak taunya brokat, perutkujadi kacau berat, nggak momo lagi". (J-perempuan)

Perbaikan: (6) Berdasarkan survei yang dilakukan AC Nielsen (sebuah lembaga

survel) memperlihatkan jumlah pasar tradisional di seluruh Indonesia mencapai 1,7 juta unit atau sebesar 73% dari keseluruhan pasar yang ada. (M-perempuan)

(7) Supermal Karawaci melalui program Super Midningt Sale ingin memanjakan pengunjung yang berebut berbagai barang baik fashion, elektronik, dan barang lainnya yang dijual dengan harga ekstra murah dan didiskon hingga 80% di lebih dari seribu toko yang ada di Supermal Karawaci. (S-perempuan)

(8) Pemah mendengar kata-kata "Kukira coklat, nggak taunya brokat, perutkujadi kacau berat, nggak momo lagi". (J-perempuan)

Ketidakcennatan Penulisan Ejaan DaIam Skripsi Mabasiswa Jurusan IImu Komunikasi Universitas Bunda Mulia Jakarta 133 (Sri Hapsari Wijayanti - Jati Wahyono Agustinus)

Huruftebal

Huruf tebal lazim digunakan untuk menulis judul buku, bab, bagian bab,

daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.

Apabila penulis akan menekankan, menegaskan huruf, bagian kata, kata, atau

kelompok kata, digunakan huruf miring, bukan huruf tebal. Berikut contohnya.

(9) Kebutuhan (need) disini dapat diartikan sebagai suatua keadaan dimana merasakan adanya kekurangan. (AJ-perempuan)

Perbaikan:

(6) Kebutuhan (need) di sini dapat diartikan sebagai suatua keadaan dimana merasakan adanya kekurangan. (AJ-perempuan)

Penulisan tanda baca

Tanda baca yang diamati dalam penelitian ini adalah tanda baca yang

tidak cermat digunakan dan tanda baca yang seharusnya digunakan. Ada

sebelas ketidakcermatan penulisan tanda baca yang ditemukan.

Tanda titik Tanda titik digunakan di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,

ikhitisar, atau daftar, tetapi tidak digunakan di belakang angka atau huruf

dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang

terakhir dalam deretan angka atau huruf. Ketentuan ini diabaikan oleh penulis:

134

(10) 1.1. Latar Belakang

1.2. Rumusan permasalahan

1.3. Tujuan dan manfaat penelitian

1.3.1.Tujuan

1.3.2. Manfaat

LlNC;UA Vol.9 No2, Oktober 121-149

Perbaikan:

(10) 1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan permasalahan

1.3 Tujuan dan manfaat penelitian

1.3.1 Tujuan

1.3.2 Manfaat

(EK-Iaki-Iaki)

Untuk menyatakan waktu dengan angka, jika mencantumkan menit dan

detik, perlu digunakan tanda titik untuk memisahkan jam, menit, dan detik,

bukan tanda titik dua seperti dalam bahasa Inggris.

(10) Menurut Mrs. Rumman Amanda Social House hadir dengan tujuan utama menandai sebuah trendsetter sebuah restoran dengan lebih memberikan suasana santai, non formal namun masih dengan pelayanan yang ramah dan sopan, opening hours yang berbeda dari restoran umumnya yaitu 8:00 pagi sampai 1:00 subuh, sehingga menjadikan Social House tempat pilihan yang tepat untuk bersosialisasi.(VD-laki-laki)

Perbaikan: (11) Menurut Mrs. Rumman Amanda, Social House hadir dengan tujuan

utama menandai sebuah trendsetter sebuah restoran dengan lebih memberikan suasana santai, nonformal, namun masih dengan pelayanan yang ramah dan sopan. Opening hours berbeda dari restoran umumnya, yaitu 08.00 pagi sampai 01.00 subuh, sehingga menjadikan Social House tempat pilihan yang tepat untuk bersosialisasi. (VD-laki -laki)

Dalam bahasa Indonesia, untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya

yang menunjukkan jumlah, digunakan tanda titik, bukan tanda koma:

(12) Carrefour Indonesia memiliki 30 cabang yang tersebar di Jakarta, Bandung, Surabaya, Denpasar, Yogyakarta, Medan, Palembang, dan Makasar yang didukung lebih dari 9,794 karyawan yang siap untuk melayani konsumen. (DT -laki-laki)

Ketidakcermatan Penulisan Ejaan Dalam Skripsi Mahasiswa Jurusan limu Komunikasi Universitas Bunda Mulia Jakarta 135 (Sri Hapsari Wijayanti - Jati Wahyono Agustinus)

Perbaikan: (12) Carre/our Indonesia memiliki 30 cabang yang tersebar di Jakarta,

Bandung, Surabaya, Denpasar, Y ogyakarta, Medan, Palembang, dan Makasar yang didukung lebih dari 9.794 karyawan yang siap untuk melayani konsumen. (DT -laki-Iaki)

Penulisan singkatan untuk perseroan terbatas yang diberi titik seperti di bawah

ini juga masih ditemukan.

(13) Penulis tertarik dengan iklan yang diluncurkan PT. Danone yaitu iklan Program Satu untuk sepuluh Aqua. (J-perempuan)

Perbaikan: (13) Penulis tertarik dengan iklan yang diluncurkan PT Danone, yaitu

iklan Program Satu untuk Sepuluh Aqua. (J-perempuan)

Tandakoma

Tanda baca koma tergolong tanda baca yang banyak digunakan dalam

menulis, selain tanda titik. Untuk penulisan sumber acuan seperti di bawah ini

ditemukan ketidakseragaman penulisan, yang menandakan belum ada

ketentuan yang digunakan.

(14) (Karlinah, Soemirat dan Komala, 1999, p. 13); (Bagyono, 2006 : 1); (Sistaningrum 2002, p 28).

Perbaikan:

(14) (Karlinah, Soemirat dan Komala, 1999:13); (Bagyono, 2006:1); (Sistaningrum, 2002:28).

Pada akhir perincian atau pembilangan, tanda koma sepatutnya dituliskan.

Berikut contoh yang tidak tepat dan perbaikannya.

136

(15) Dengan komunikasi interpersonal antara penjual dengan konsumen, maka akan menghasilkan informasi, pertukaran ide, perasaan dan persepsi. (LF-perempuan)

LlNQUA Vol.9 No2, Oktober 121-149

Perbaikan: (15) Dengan komunikasi interpersonal antara penjual dengan konsumen,

maka akan menghasilkan informasi, pertukaran ide, perasaan, dan persepsi. (LF-perempuan)

Menurut kaidah EYD, sebe1um konjungsi melainkan, tetapi, sedangkan,

kecuali digunakan tanda koma, tetapi dalam skripsi masih ditemukan

ketidakcermatan ini.

(16) Para pengembang tidak hanya bermodalkan lahan atau uang untuk membangun suatu pusat perbe1anjaan. Tetapi juga hams dapat menarik keramaian pengunjung. (M-perempuan)

Perbaikan: (16) Para pengembang tidak hanya bermodalkan lahan atau uang untuk

membangun suatu pusat perbelanjaan, tetapi juga hams dapat menarik keramaian pengunjung. (M-perempuan)

Tanda koma juga memisahkan antara anak kalimat dan induk kalimat dalam

kalimat majemuk bertingkat. Pemahaman tentang jenis kalimat ini agaknya

juga belum dikuasai. Karena itu, muncul kalimat tanpa induk kalimat seperti di

bawah ini.

(17) Jika kepuasan konsumen terwujud maka loyalitas juga dapat terwujud. (DT -laki-laki)

(18) Jika komponen suara tidak diperhatikan. Dengan baik maka komunikasi menjadi kurang bahkan tidak efektif (D-laki-laki)

Perbaikan: (17) Jika kepuasan konsumen terwujud, maka loyalitas juga dapat

terwujud. (DT-laki-laki)

(18) Jika komponen suara tidak diperhatikan dengan baik, komunikasi menjadi kurang, bahkan tidak efektif (D-laki-laki)

Penulisan Ejaan Dalam Skripsi Mahasiswa Jurusan lImn Komunikasi Universitas Bunda Mnlia Jakarta 137 (Sri Hapsari Wijayanti - Jati Wabyono Agustinns)

Tanda koma digunakan setelah konjungsi antarkalimat. Akan tetapi, kaidah ini

tidak diperhatikan oleh penulis skripsi. Contohnya seperti di bawah ini.

(19) Selain itu konsumen memperoleh alternative dalam memilih kunjungan ke pusat perbelanjaan modem. (M-perempuan)

Perbaikan: (19) Selain itu, konsumen memperoleh alternatif dalam memilih

kunjungan ke pusat perbelanjaan modem. (M-perempuan)

Tanda koma dipakai di depan angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang

dinyatakan dengan angka. Dalam data, jumlah rupiah tidak ditulis sebagaimana

mestinya.

(20) Es krim Viennetta dari Wall's meluncurkan "Berbagai 100 kebaikan yang menyumbangkan Rp 1000 setiap penjualan es krim untuk anak-anak korban gempa di Sumatra," (J-perempuan)

Perbaikan: (20) Es krim Viennetta dari Wall's meluncurkan "Berbagai 100

kebaikan yang menyumbangkan Rp1.000,00 setiap penjualan es krim untuk anak-anak korban gempa di Sumatra." (J-perempuan)

Keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi dalam kalimat juga

diberikan tanda koma.

(21) Event Organizer sudah berkembang pesat di Indonesia khususnya Jakarta dan kota-kota besar lainnya, dari yang bergerak di bidang pertunjukkan musik, pameran produk (mobil, komputer, handycraft), sampai wedding pun tersedia. (D-laki-Iaki)

(22) Selain gambar, lanjutnya narasi reporter di lapangan Juga memperparah gambar yang ada. (DO-perempuan)

Perbaikan: (21) Event organizer sudah berkembang pesat di Indonesia, khususnya

Jakarta dan kota-kota besar lainnya, dari yang bergerak di bidang pertunjukan musik, pameran produk (mobil, komputer, handycraft), sampai wedding pun tersedia. (D-Iaki-Iaki)

138 LfN4lJAVo1.9No2, Oktober l21-149

(22) Selain gambar, lanjutnya, narasi reporter di lapangan juga memperparah gambar yang ada. (DO-perempuan)

Untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain di dalam kalimat,

digunakan tanda koma. Sebaliknya, jika bukan petikan tidak langsung, tanda

koma tersebut tidak muncul. Berikut contoh yang kurang tepat.

(23) Kotler (2002:486) menyatakan bahwa:'jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak yang lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik." (NK-perempuan)

Perbaikan:

atau

(23) Kotler (2002:486) menyatakan, "Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak yang lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apa pun produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik." (NK-perempuan)

(24) Kotler (2002:486) menyatakan bahwa jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak yang lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apa pun produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisiko (NK-perempuan)

Tanda koma juga digunakan di antara nama dan alamat, bagian-bagian alamat,

nama tempat dan wilayah. (25) Sekolah Pelangi Kasih - Play Orena adalah sebuah sekolah Kristen

yang berada di Ruko Mega Mall no 55-57, Jakarta memiliki tingkatan berbasiskan pendidikan mulai taman kanak-kanak, primary atau SD, danjuga Secondary atau SMP. (F-Iaki-Iaki)

Perbaikan: (24) Sekolah Pelangi Kasih-Play Orena adalah sebuah sekolah

berbasiskan Kristen yang berada di ruko Mega Mall no. 55--57,

Ketidakcermatan Penulisan Ejaan Dalam Skripsi Mahasiswa Jurusan I1mu Komunikasi Universitas Bunda Mu1ia Jakarta 139 (Sri Hapsari Wijayanti • Jati Wahyono Agustinns)

Jakarta, memiliki tingkatan pendidikan mulai taman kanak-kanak, primary atau SD, dan juga secondary atau SMP. (F-Iaki-Iaki)

Titikkoma Kesalahan pemakaian titik koma ditemukan hanya ada satu pada skripsi

dan ditulis oleh laki-Iaki. Fungsi titik koma yang sebenarnya adalah sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk setara. Berikut contoh yang kurang tepat.

(26) Uraian mengenai tujuan dan manfaat tersebut diantaranya ; (EK-laki-laki)

Perbaikan: (24) Uraian mengenai tujuan dan manfaat tersebut, di antaranya (EK-

laki-Iaki)

Titikdua

Tanda titik dua digunakan pada akhir pemyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau pemerian. Akan -tetapi, titik dua tidak digunakan apabila sebelum rangkaian atau pemerian digunakan antara lain, yaitu.

(27) Carrefour Puri Indah memiliki fasilitas yang cukup lengkap antara lain: memiliki foodcourt, sarana bermain anak serta parkir yang luas dan gratis. (DT-Iaki-Iaki)

(28) Secara ringkas dapatlah disimpulkan bahwa pengelolaan jasa menghadapi tugas-tugas pokok (dalam Kotler, Philip & A.B. Susanto 2000), yaitu: 1. Meningkatkan Differensiasi Kompetitif Mereka. (D-laki-Iaki)

Perbaikan: (26) Carrefour Puri Indah memiliki fasilitas yang cukup lengkap,

antara lain memiliki foodcourt, sarana bermain anak, serta parkir yang luas dan gratis. (DT -laki-Iaki)

(27) Secara ringkas dapatlah disimpulkan bahwa penge10laan jasa menghadapi tugas-tugas pokok (dalam Kotler, Philip & A.B. Susanto 2000), yaitu meningkatkan diferensiasi kompetitif mereka. (D-Iaki-Iaki)

140 tlN4UA VoL9 No2, Oktober 121-149

Pemakaian yang tidak tepat tampak pula dalam contoh berikut yang

memperlihatkan setelah predikat muncul tanda titik dua.

(28) Maksud dan tujuan dilakukannya penelitian ini adalab : Untuk mengevaluasi strategi komunikasi proses "Word Of Mouth Comminication" antara pihak Event Organizer dengan para Customer. (D-Iaki-Iaki)

Perbaikan: (29) Maksud dan tujuan dilakukannya penelitian ini adalab untuk

mengevaluasi strategi komunikasi proses "Word of Mouth Comminication" antara pihak event organizer dengan para customer. (D-Iaki-Iaki)

Tanda bubung Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang dan

dalam penulisannya, tidak digunakan jarak (spasi) untuk menyambung unsur-

unsur tersebut. Sebagai contoh:

(30) Persaingan global sudah merupakan fenomena yang tak terhindarkan dalam dunia industri, yang ditandai dengan perubaban - perubaban yang serba cepat di bidang komunikasi informasi, dan teknologi. (YL-perempuan)

Perbaikan: (29) Persaingan global sudah merupakan fenomena yang tak

terhindarkan dalam dunia industri, yang ditandai dengan perubaban-perubaban yang serba cepat di bidang komunikasi, informasi, dan teknologi. (YL-perempuan)

Jika dalam kalimat digunakan kata dari bahasa Indonesia yang berimbuhan

asing, batas antara imbuhan asing dan kata Indonesia tersebut adalah tanda

hubung. (30) Selain itu juga ada perusahaan Jasa telekomunikasi, sebagai

perusahaan jasa yang mensupport mobilitas perekonomian di Indonesia. (D-Iaki-laki)

Ketidakcennatan Penulisan Ejaan Dalam Skripsi Mahasiswa Jurusan limu Komunikasi Universitas Bunda Mulia Jakarta 141 (Sri Hapsari Wijayanti - Jati Wahyono Agustinus)

Perbaikan: (31) Selain itu, juga ada perusahaan jasa telekomunikasi sebagai

perusahaan jasa yang men-support mobilitas perekonomian di Indonesia. (D-laki-laki)

Tanda tanya

Kalimat tanya lazimnya menggunakan tanda tanya, tetapi masih juga

ditemukan diabaikannya tanda tersebut.

(32) Apakah tayangan kasus perceraian di infotainment memberikan dampak positif atau negatif terhadap keharmonisan rumah tangga. (FtI3A-Iaki-laki)

Perbaikan: (31) Apakah tayangan kasus perceraian di infotainment memberikan

dampak positif atau negatif terhadap keharmonisan rumah tangga? (FtI3A-Iaki-laki)

Tanda petik

T anda petik, antara lain, diguuakan untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Di bawah ini istilah customer service yang diindonesiakan 'layanan pelanggan' merupakan istilah yang familiar, setidaknya dalam bidang ekonomi, tetapi oleh penulis skripsi diberi tanda petik seolah-olah mempunyai arti kiasan.

(32) Selain itu mereka juga diharapkan menganut nilai budaya Carrefour untuk berpandangan positif, berintegritas, respek pada komitmen, mempunyai rasa solidaritas, jujur dalam bekerja dan mempunyai jiwa untuk melayani dalam hubungannya dengan pelanggan ("customer service"). (DT -laki-laki)

Perbaikan: (33) Selain itu, mereka juga diharapkan menganut nilai budaya

Carrefour untuk berpandangan positif, berintegritas, respek pada komitmen, mempunyai rasa solidaritas, jujur dalam bekerja, dan mempunyai jiwa untuk melayani dalam hubungannya dengan pelanggan (customer service). (DT-laki-laki)

142 LfN4lJA Vol.9 No2, Oktober 121-149

Di bawah ini tanda petik hanya muncul di awal kalimat dan kalimat ini bukan petikan langsung, melainkan kalimat dari penulis skripsi sendiri; jadi, seharusnya tidak digunakan tanda petik.

(34) "Apakah ada pengaruh dari presentasi promosi yang dilakukan oleh tim marketing Universitas X terhadap Keputusan mahasiswa angkatan 200912010 Universitas X dalam memilih Universitas X? (l'-laki-Iaki)

Perbaikan: (33) Apakah ada pengaruh dari presentasi promosi yang dilakukan oleh

tim marketing Universitas X terhadap keputusan mahasiswa angkatan 200912010 Universitas X dalam memilih Universitas X? (l'-laki-Iaki)

Garis miring

Untuk menyatakan kependekan dua kata (bukan nama lembaga) dalam

bahasa Indonesia digunakan tanda titik, bukan tanda garis miring seperti

berikut.

(34) Data perkembangan jumlah pelanggan dan pemakai internet (kumulatif) perkiraan sId akhir 2007 (l'-perempuan)

Perbaikan: (35) Data perkembangan jumlah pelanggan dan pemakai internet

(kumulatif) perkiraan s.d. akhir 2007 (l'-perempuan)

Tanda kurung

Keterangan tambahan atau penjelasan di dalam kalimat dinyatakan

dengan tanda kurung. Selain itu, untuk menyatakan sumber referensi, juga

digunakan tanda ini, dan penulisannya tidak dibatasi oleh spasi. Berikut contoh

yang salah.

(36) Menurut Carl I. Hovland (Effendy, 2004: 10 ) ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. (RBA-laki-laki)

Ketidakcermatan Penulisan Ejaan Dalam Skripsi Mahasiswa Jurusan llmu Komunikasi Universitas Bunda Mulia Jakarta 143 (Sri Hapsari Wijayanti - Jati Wahyono Agustinns)

Perbaikan: (35) Menurut Carl I. Hovland (Effendy, 2004:10), ilmu komunikasi

adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyarnpaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. (RBA-Iaki-laki)

Tanda pisah

Tanda pisah berbeda dengan tanda hubung. Tanda ini dipakai untuk

membatasi penyisipan kata ata:u kalimat yang memberi penjelasan di luar

bangun utarna kalimat atau merupakan keterangan aposisi. Selain itu, tanda

pisah dipakai untuk menyatakan "sarnpai dengan" atau "sarnpai ke". Dalarn

penulisannya, digunakan garis yang lebih panj ang, yaitu ( --) bukan (-).

(36) Berdasar hasil riset Yahoo! Di Indonesia yang beketja sarna dengan Taylor Neilson Sfres pada tahun 2009, pengguna terbesar internet adalah usia 15-19 tahun, sebesar 64 persen. (P-perempuan)

Perbaikan: (37) Berdasar hasil riset Yahoo! di Indonesia, yang beketja sarna dengan

Taylor Neilson Sfres pada tahun 2009, usia pengguna terbesar internet adalah 15--19 tahun, sebesar 64 persen. (P-perempuan)

Tanda petik tunggal

Untuk mengapit makna kata atau ungkapan bahasa daerah, bahasa asing,

atau bahasa Indonesia, digunakan tanda petik tunggal. Kata merangsang di

bawah ini kurang tepat kalau diberi tanda petik karena tanda itu bukan

memperjelas makna kata atau ungkapan.

(38) Jadilah mereka selalu ingin tarnpil seksi, feminim dan bahkan tarnpil 'merangsang'. (Y -perempuan)

Perbaikan:

144

(37) Jadilah mereka selalu ingin tampil seksi, feminim, dan bahkan tarnpil merangsang (Y -perempuan)

LlNC;UA Vol.9 No2, Oktober 121-149

Penulisan kata

EYD mengatur bagaimana menulis kata, seperti di- sebagai kata depan

atau awalan, bentuk-bentuk terikat, seperti non, dan penulisan kata denganpun

yang menyatakan 'juga'.

Bentukdi-

Di sebagai kata depan dan awalan masih dipertukarkan pemakaiannya.

Hal ini menyiratkan penulis kurang memahami atau kurang memperhatikan

pemakaian yang benar.

(38) Dengan koordinasi dan situasi seperti ini, masing-masing maskapai penerbangan mempersiapkan diri guna menghidupi tantangan dan permasalahan yang timbul dalam persaingan, selain itu maskapai penerbangan dapat menyadari keberadaan dan posisinya diantara para pesaing. (AJ-perempuan)

Perbaikan: (38) Dengan koordinasi dan situasi seperti ini, masing-masing maskapai

penerbangan mempersiapkan diri guna menghidupi tantangan dan permasalahan yang timbul dalam persaingan. Selain itu, maskapai penerbangan dapat menyadari keberadaan dan posisinya di antara para pesaing. (AJ-perempuan)

Bentukpun Pun ditemukan dalam beberapa konjungsi bahasa Indonesia, seperti

ada pun, meskipun, walaupun. Jika bukan konjungsi, bentuk pun ditulis dipisah.

Contoh berikut tidak tepat.

(39) Media eksposure yaitu dimana media semakin bebas menyatakan apapun yang ingin di informasikan kepada publik tentang masalah ''freesex'' sekalipun, saat ini media sudah menjadi bagian besar dari kehidupan dan pengertian tentang bagaimana menggunakan sarana ini untuk pendidikan dan ada pula efek -efek dari media itu sendiri. (Y -perempuan)

Ketidakcermatan Penulisan Ejaan Dalam Skripsi Mahasiswa Jurusan IImu Komunikasi Universitas Bunda Mulia Jakarta 145 (Sri Hapsari Wijayanti - Jati Wahyono Agustinus)

Perbaikan: (39) Media eksposur yaitu dimana media semakin bebas menyatakan

apa pun yang ingin diinformasikan kepada publik tentang masalah freesex sekalipun. Saat ini media sudah menjadi bagian besar dari kehidupan dan pengertian tentang bagaimana menggunakan sarana ini untuk pendidikan dan ada pula efek-efek dari media itu sendiri. (Y -perempuan)

Bentuk terikat

Bentuk terikat dalam bahasa Indonesia adalah bentuk yang tidak dapat

berdiri sendiri sebagai kata yang utuh, tidak memiliki arti bila tidak bergabung

dengan kata yang mengikutinya. Bentuk non, contohnya, baru akan

mempunyai maknajika bergabung denganformal, seperti contoh berikut.

(40) Menurut Mrs. Rumman Amanda Social House hadir dengan tujuan utama menandai sebuah trendsetter sebuah restoran dengan lebih memberikan suasana santai, non formal. .. (VD-Iaki-laki)

Perbaikan: (40) Menurut Mrs. Rumman Amanda, Social House hadir dengan tujuan

utama menandai sebuah trendsetter sebuah restoran dengan lebih memberikan suasana santai, nonformal, ... (VD-Iaki-Iaki)

SIMPULAN DAN SARAN

Peran ejaan dalam bahasa tulis ilmiah penting. Di samping menunjukkan

intelektualitas penulisnya, ejaan sebenarnya juga berperan mendukung makna

kata atau kalimat. Akan tetapi, dari penelitian ini tampak kaidah ejaan bahasa

Indonesia dalam skripsi mahasiswa Universitas Bunda Mulia masih belum

dikuasai. Ditemukan ada sebelas tipe kesalahan tanda baca, tiga tipe penulisan

huruf, dan bentuk non, pun, dan di.

Ketidakcermatan tanda baca yang paling banyak ditemukan adalah tanda

titik dan koma. Keduanya merupakan tanda baca yang produktif digunakan

dalam bahasa tulis. Dari penelitian ini ditemukan bahwa perempuan lebih 146 LlN4UA Vo!.9 No2, Oktober 121-149

banyak melakukan ketidakcermatan tanda baca dibandingkan laki-laki. Akan

tetapi, dari segi jenis tanda bacanya hampir tidak ada perbedaan berarti antara

laki-laki dan perempuan. Demikian pula untuk ketidakcermatan dalam

penulisan kata dan huruf, tidak ada perbedaan yang berarti dari segi gender.

Dari hasil penelitian ini penulis menyarankan empat hal. Pertama,

dengan menyadari bahwa skripsi adalah karya tulis ilmiah terakhir untuk

meraih gelar sarjana, seyogianya penulis skripsi menunjukkan kedalaman ilmu,

bukan hanya dalam substansi ilmu yang dipelajarinya, melainkan juga

bagaimana substansi tersebut dikemas dalam bahasa sebagai media

penyampaiannya. Artinya, bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam

menulis skripsi perlu diperhatikan. Jangan sampai skripsi yang ditulis

mencerminkan kesan penulisnya kurang membaca ulang apa yang ditulisnya

dan kurang memahami kaidah penulisan ilmiah. Kedua, peranan dosen

pembimbing skripsi perlu diaktifkan sehingga ia dapat membantu penulis

skripsi menghasilkan karya tulis ilmiah akhir yang maksimal. Pembimbing

skripsi sepantasnya menguasai teknik penulisan ilmiah berbahasa Indonesia

sehingga dapat membantu mahasiswa menulis dengan lebih baik dan taat asas.

Ketiga, penelitian ini masih terbuka untuk ditindaklanjuti, terutama dalam

kajian mengenai kalimat. Hal ini mendesak dilakukan karena dari penelitian ini

terlihat penulisan kalimat dalam skripsi masih perlu dikoreksi. Keempat,

penelitian ini perlu didalami lagi bukan hanya mengamati bagian Pedahuluan,

melainkan juga bagian bab lainnya dari skripsi sehingga dapat diketahui

apakah memang ada perbedaan gender dalam skripsi.

Ketidakcermatan Penulisan Ejaan Dalam Skripsi Mahasiswa Jurusan lImu Komunikasi Universitas Bunda Mulia Jakarta 147 (Sri Hapsari Wijayann - Jan Wahyono Agostinus)

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah,Sabarti; Maidar Arsjad; Sakura Ridwan. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Basuki,Rokhmat dan Bambang Djunaidi. 2010. Analisis kesalahan penggunaan ejaan bahasa Indonesia pada laporan praktikum mahasiswa jurusan biologi FMIPA Universitas Bengkulu tahun akademik 200912010.

Alwasilah,A. Chaedar. 2000. Membenahi Perkuliahan MKDU Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Dalam Kajian Serba Linguistik. Jakarta: BPK GunUIlg Mulia bekerja sama dengan Unika Atma Jaya.

Aritin, Zaenal dan Amran Tasai. 2005. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Medi Yatama Sarana Perkasa.

Faisal, Abdul Jalil. 2008. Penggunaan Bahasa Indonesia Baku dalam Tesis Mahasiswa S-2 Universitas Hasanudin. Dalam Linguistik Indonesia. Tahun ke-26 No.1.

Kuntarto, Niknik M. 2007. Cermat Teliti dalam Berbahasa Berpikir. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Kurniawati, Wati. 2000. Bahasa Indonesia Tulis Guru Sekolah Dasar di Jakarta Timur. Dalam Kiprah HPBI 2000 Bahasa Indonesia, Negara, dan Era Globalisasi. Jakarta: Himpunan Pembina Bahasa Indonesia.

Manuputty, David Gustaaf. 2009. Kemampuan Berbahasa Indonesia Siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Desa Cilellang Kabupaten Barru. Dalam Bunga Rampai Hasil Penelitian Bahasa dan Sastra. No.2: 366-411.

Marlina. Oktober 2010. Kesalahan penggunaan bahasa Indonesia dalam naskah soal ujian nasional bahasa Indonesia kelas IX tahun ajaran 2006. Madah. Jurnai Bahasa dan Sastra. Vol. 1 (2): 143-152. Balai Bahasa Provinsi Riau.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2000. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Gramedia.

Simpen, I Wayan. 1998. Pemakaian Bahasa Indonesia dalam Karya Ilmiah Mahasiswa: Sebuah Pengantar Sekilas. Dalam Pembinaan Bahasa Indonesia. No.2 Th. 9: 102-111.

Setiawati, Lia. 2007. Kontribusi Mata Kuliah Menulis terhadap Kemampuan Menulis Mahasiswa Berprofesi Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jurnai Pendidikan Vol 8 (2): 117-127.

148 UNaUAVo1.9No2, Oktober 121-149

Sudaryanto. 1986. Metode Linguistik. Y ogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Widjono Hs. 2005. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.

Ketidakcermatan Penulisan Ejaan DaJam Skripsi Mahasiswa Jurusan llmu Komunikasi Universitas Bunda Mulia Jakarta 149 (Sri Hapsari Wijayanti - Jan Wahyooo Agusnous)

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MAHASISWA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA YOUTUBE

Risna Saswati, M.Hum. Risna [email protected]

Todo Faraday Sibuea, M.Hum. todoft·@gmail.com

StaJ Pengajar Sekolah Tinggi Bahasa Asing LIA Jakarta

Abstrak Internet telah menjadi sarana belajar alternatif yang mengalami perkembangan pesat.

Berbagai macam kelas belajar terseida di dunia dijital dalam bentuk website, blog, kanal video, dan podcast. Kanal video telah menjadi salah satu sumber belajar populer karena jenisnya yang praktis dan sederhana sehingga mampu memberikan seseorang suatu pengetahuan akan teori atau ketrampilan tanpa harns membuka buku. Menariknya You Tube ini memberikan peluang untuk meneliti seberapa jauh kemampuannya saat diterapkan di kelas Public Speaking, semester 5 di STBA LIA Jakarta.

Abstract Internet which provides the material for teachers and students to keep developing their

knowledge has developed rapidly. They can make use of websites, blogs, video canals, and podcast. Video canals is one of the choices since it is user friendly. Besides, it spoils the users with updated iriformation needed Therefore, the students as users can improve their skills. Through You Tube, the studetns are expected to make use of the material and construct their speaking skills.

LATARBELAKANG

Perkembangan yang pesat di bidang internet memberi pengaruh yang

besar pada bidang pendidikan, contohnya media belajar online berbentuk

website, blog, kanal video, hingga podcast. Pergeseran teknik pengajaran ini

ditengarai karena kemampuannya dalam menyediakan materi belajar yang

praktis, mudah digunakan, murah, dan dapat diandalkan. Dengan internet,

proses belajar mengajar dapat berlangsung melintasi ruang dan waktu.

Salah satu sarana pengajaran yang ditawarkan internet adalah YouTube,

sebuah website berbagi video yang isinya diciptakan oleh pengguna website

150 LtNl;lJA Vol.9 No2, Oktober 150-163

tersebut, contohnya user-generated content website dengan koleksi mencakup

hiburan sampai dengan pengetahuan. Dalam penggunaannya, YouTube telah

menjadi media altematif yang sanggup menyaingi media konvensional, seperti

surat kabar, majalah, website, dan radio meskipun situs ini menyediakan

tayangan video saja. Terkait dengan bidang pengajaran, YouTube merupakan

koleksi video besar, di antaranya, tentang tayangan pembelajaran, seperti

belajar memasak, belajar matematika, dan belajar behasa asing.

Penjabaran tersebut merupakan alasan mengapa YouTube dipilih sebagai

media ajar untuk mata kuliah Ketrampilan Berbicara di Depan Umum (Public

Speaking). Mata kuliah ini diambil oleh mahasiswa semester lima jurusan

bahasa Inggris STBA LIA Jakarta. Dengan YouTube, siswa diharapkan bisa

belajar lebih banyak dari koleksi video yang ada di dalamnya sekaligus juga

unjuk kemampuan dalam berpidato dan dapat digunakan dosen dan mahasiswa

untuk berinteraksi di luar kelas. Lewat media ini, ketrampilan berbicara mereka

menjadi lebih baik karena mereka dapat belajar dan berlatih di luar kelas.

Pengajar dapat memberikan materi tembahan kepada mahasiswa dengan

mengunggah atau mentautkan materi tambahan.

Hal ini sejalan dengan konsep kontruktivisme. Tait mengatakan bahwa

dalam proses pembelajaran siswa secara aktif membangun konsep pengetahuan

di tahap awal, siswa melakukan refleksi terhadap konsep yang telah dibangun

(http://www.cti.ac.ukIpubl/actlea).

Gredler mengatakan "Individuals perceive, encode, remember, recall,

and apply information or knowledge" (215). Ditambahkan bahwa pengetahuan

dapat dibangun dan dimengerti dengan cara mengalami sebuah proses

pembelajaran secara aktif dan mandiri dan dapat merefleksikan apa yang sudah

siswa pelajari (292-294).

Peningkatan Kemampuan Berbicara Mahasiswa Dengan Menggunakan Media Y outube (Risna Saswati, M.Hum)

151

Uraian tersebut menjawab mengapa YouTube dapat dijadikan media ajar

untuk mahasiswa yang mengambil mata kuliah Ketrampilan Berbicara di

Depan Umum (Public Speaking).

Tujuan pengunaan media ini adalah

1. meminimalisasi peran dosen sebagai sumber informasi menjadi fasilitator

sehingga meningkatkan interaksi mahasiswa dan dosen;

2. memberi kesempatan mahasiwa untuk mengonstruksi pengetahuannya

secara aktif dan mandiri serta merefleksikan pengetahuannya secara

kreatif;

3. agar mahasiswa mendapatkan materi belajar tambahan dari sehingga

menambah wawasan mereka tentang teknik presentasi dan model presentasi.

KERANGKA TEORI

Kerangka teori penelitian ini dimulai dari teori konstruktivisme. Ahli

teori ini adalah Vigotsky yang menyatakan bahwa kontruktivisme adalah reaksi

yang menentang Behaviorisme. Pembelajaran adalah sebuah proses yang aktif

yang dikonstruksi oleh siswa secara mandiri. Pembelajaran merupakan proses

yang dikontekstualisasikan dengan mengontruksi pengetahuan. Konstruksi

pengetahuan yang dibangun terjadi dari proses belajar yang berkesinambungan

(www.Learningtheories.com). Mahasiswa juga dapat mengonstruksi strategi

pembelajaran yang efektif dan cocok buat mereka sehingga dapat

meningkatkan kompetensi mengajar mereka. Dengan memanfaatkan YouTube,

area kognitif, metakognitif, dan afektif strategi belajar mahasiswa dapat

berkembang dan meningkatkan kompetensi berbicara mahasiswa yang

nantinya menunjangperJormance mahasiswa itu sendiri.

152 LtN4UA Vol.9 No2, Oktober 150--163

1. Metode Sebelumnya

Metode pengajaran yang dilakukan sebelum metode pengajaran inovatif

adalah dosen, sebagai narasumber, hanya memberikan kuliah dalam bentuk

ceramah di kelas dari pertemuan pertama sampai dengan terakhir. Pencarian

bahan ajar dilakukan dengan memperbanyak bahan dari buku dosen dan

internet.

Materi ajar mata kuliah ini bersumber pada satu buku sebagai buku ajar

di kelas. Mahasiswa sangat bergantung pada penjelasan dosen di kelas. Mereka

hanya menunggu informasi dari dosen. Materi tidak dikembangkan dalam

bentuk aplikasi yang lebih inovatif daripada aplikasi yang ditawarkan dalam

buku ajar.

2. Metode Inovatif

Metode ini menggunakan teknologi sebagai alat bantu pengajaran yang

dibutuhkan dosen untuk pemaparan mata kuliah serta mencari materi ajar

tambahan untuk mahasiswa. Interaksi mahasiswa dengan mahasiswa lain dan

mahasiswa dengan dosen dapat ditingkatkan dengan metode inovatif ini.

Metode ini memberikan ruang untuk mahasiswa belajar teknik berbicara di

depan umum di luar kelas secara mandiri sekaligus kesempatan untuk

mengonstruksi pengetahuan yang mereka dapatkan dari interaksi dosen dengan

mahasiswa dan antarmahasiswa. Pembelajaran yang dilakukan merupakan

proses yang dibangun dari proses belajar yang berkesinambungan melintasi

ruang dan waktu.

3. Metode Perbaikan

Metode inovatif juga memiliki kelemahan, yaitu

Peningkatan Kemampuan Berbicara Mahasiswa Dengan Menggunakan Media Youtube (Risna Saswati, M.Hum)

153

154

a. tidak ada pelatihan sebelumnya ke mahasiswa sehingga dapat terjadi

kesenjangan pengetahuan antarmahasiswa dan dosen;

b. pemanfaatan kanal video kelas ini hanya untuk kegiatan luar kelas yang

menunjang kegiatan dalam kelas. Kontruksi pengetahuan yang

diharapkan untuk peningkatan kompetensi berbicara mahasiswa terbatas

pada pengetahuan pendukung saja;

c. teknologi sangat bergantung pada alat sehingga ketika alat rusak proses

belajar mengajar tidak dapat berlangsung;

d. tidak ada perencanaan waktu yang dirancang sebelumnya sehingga

interaksi di luar kelas dapat hanya diikuti oleh segelintir mahasiswa

yang online.

e. tidak ada rancangan sebelumnya bahwa dosen membuat jurnal atau

catatan kegiatan di luar kelas.

Dengan melihat kelemahan tersebut, perbaikan dilakukan dengan

a. pelatihan tentang penggunaan kanal video dilakukan di kelas. Dosen

dapat menyediakn satu sesi saja untuk sosialisasi kanal video kelas dan

mengajarkan mereka tata cara penggunaan kanal video ini sebagai alat

pembelajaran;

b. kanal video dapat dimanfaatkan tidak hanya untuk kegiatan pendukung

proses belajar mengajar di luar kelas, tetapi juga di dalam kelas;

c. perancangan kegiatan yang lebih detail yang mencakup kapan kegiatan

dilakukan;

d. Dosen diharapkan membuat jurnal kegiatan kanal video ini sehingga

kegiatan kelas lebih efektif dan catatan kegiatan ini dapat dijadikan

materi evaluasi dosen.

LlN4l1A Vol.9 No2, Oktober 150-163

STRATEGIPELAKSANAAN Untuk mewujudkan rencana pengajaran dengan mendayagunakan

YouTube dalam kegiatan belajar di luar kelas, dibuat rencana kerja yang

disesuaikan dengan kegiatan belajar mengajar seperti yang diatur dalam GBPP.

Rencana pengajaran akan dijabarkan sebagai berikut:

1. membuat kanal di YouTube dengan tujuan sebagai wadah untuk

mengoleksi video-video yang terkait dengan Public Speaking yang

dapat menjadi bahan referensi belajar siswa di dalam kelas. Kanal yang

dibuat diberi nama MateriKuliah;

2. membuat playlist untuk video tersebut yang memiliki kaitan topik

dengan mata kuliah ini. Playlist yang dibuat empat judul (headings):

a. Public Speaking Tips

b. Public Speaking Techniques

c. Public Speaking with Visual Aids

d. Public Speaking Examples;

3. memperkenalkan mata kuliah Public Speaking dan menjelaskan

tujuannya. Setelah itu, Slswa dan pengajar membuat akun dengan

menggunakan alamat surel GMail dan berlangganan konten

MateriKuliah;

4. mengajarkan mahasiswa mengunduh video referensi pelajaran

MateriKuliah dengan menggunakan aplikasi DownloadHelper yang

integratif dengan Mozilla;

5. menjelaskan mahasiswa bahwa dalam setiap topik bahasan mereka akan

melakukan praktik video yang hasilnya akan diunggah ke kanal

MateriKuliah. Mahasiswa juga diminta untuk memilih pidato

temannya yang mereka anggap bagus dengan memberikan kode jempol

untuk tanda baik (like). Selain itu, mahasiswa diminta untuk Peningkatan Kemampuan Berbicara Mabasiswa Dengan Menggunakan Media Y outube 155 (Risna Saswati, M.Hum)

memberikan komentar tentang video rekaman pidato atau presentasi

ternan sekelasnya yang direkam di kelas sesuai dengan materi yang

telah diajarkan. Pada akhir semester pengajar akan menghitung jumlah

like. Kegiatan ini dapat divariasikan dengan bekerja secara pasangan

atau group sehingga mahasiswa tidak merasa dipermalukan.

Sebagai tambahan; peneliti menyusun silabus perkuliahan yang

mengintegrasikan dengan pokok bahasannya masing-masing.

RISALAH PERTEMUAN KULIAH

Pertemuan 1

Pelaksanaan penelitian kanal untuk kelas Public Speaking dimulai

semenjak hari pertama kuliah, 7 Oktober 2011. Seperti yang telah direncanakan

dalam proposal, dosen menggunakan hari pertama kuliah untuk memberitahu

mahasiswa bahwa kelas Public Speaking S-5A akan menggunakan kanal video

YouTube sebagai sarana belajar di luar kelas tempat koleksi video penunjang

belajar di luar kelas dan untuk menampung rekaman video praktik Public

Speaking di dalam kelas. Selain itu, kanal ini juga menjadi sarana komunikasi

antardosen dan mahasiswa. Video rekaman kelas yang diunggah ke YouTube

nantinya bisa ditonton ulang oleh mahasiswa secara mandiri. Selain video itu

dapat ditonton secara online, dosen memberitahu bahwa mahasiswa dapat

mengunduh video rekaman tersebut dengan menggunakan aplikasi

Downloadhelper yang integratif (add-on) dengan Mozilla.

Pertemuan2

Pada pekan ke-2 perkuliahan, kegiatan kuliah berjalan dalam bentuk

ceramah dan tanya jawab. Pada pekan ini mahasiswa belajar teknik dasar

Public Speaking yang meliputi prinsip-prinsip dasar Public Speaking yang

156 LrNl;UA Vo\.9 No2, Oktober 150-163

terkait pemilihan topik dan tujuan pidato. Dosen menunjukan tiga video

tentang pidato perkenalan, informatif, dan persuasif.

Pertemuan3

Pada pekan ke-3, mahasiswa belajar teknik vokal dan variasinya yang

dapat diterapkan dalam kegiatan berbicara di depan umum. Dalam pelajaran

vokal, mahasiswa belajar mengenai tempo berbicara, aksen, karakter suara, dan

lain-Iainnya. Juga mahasiswa belajar dari video mengenai aspek vokal dalam

Public Speaking. Pada akhir pertemuan dosen memberikan mahasiswa tugas

membuat pidato perkenalan untuk pertemuan berikutnya yang nantinya akan

direkam dengan video.

Pertemuan 4

Pada pekan ke-4, rekaman pidato pertama dilakukan di dalam kelas

dengan tema pidato perkenalan. Dalam pidato ini, setiap mahasiswa membawa

pidato yang telah mereka persiapkan secara individual di depan teman-

temannya dan kamera video. Rekaman video dilakukan dengan menggunakan

kamera video dijital Canon Powershot A 630 yang memiliki fitur rekam video.

Pada tahap pelaksanaan, mahasiswa terlihat gugup, tidak luwes, dan

berbicara kurang lancar. Dosen menganggap ini adalah kegugupan yang lazim

muncul saat mahasiswa melakukan pidato pertama di depan kelas. Walaupun

demikian, kegiatan pengambilan nilai berjalan lancar tanpa kendala yang

berarti.

Hasil rekaman penilaian pidato pertama ditransfer ke komputer dalam

format standar A VI. Kemudian, dosen mengubah file standar menjadi format

MP4 yang ukuran file-nya bisa lebih kecil tanpa menurunkan mutu video.

Format video diubah dengan menggunakan aplikasi MpegStreamclip, tersedia

gratis dari website Squared5.com. Ubahan format video ini selanjutnya

diunggah menggunakan QuickTime Player lewat fitur Share to YouTube.

Peningkatan Kemampuan Berbicara Mahasiswa Dengan Menggunakan Media Youtube (Risna Saswati, M.Hum)

157

Video yang telah diunggah langsung ditonton mahasiswa karena mereka

mendapat pemberitahuan otomatis dari lewat akun GMail yang telah dibuat

mahasiswa sebelumnya. Respon mahasiswa positif dan mereka pun

memberikan tanda jempol untuk setiap video yang mereka tonton. Tidak lupa

mereka juga memberikan komentar untuk setiap video rekaman pidato teman

sekelas yang telah diposkan. Namun, komentar yang diberikan mahasiswa

bersifat satu baris dan bemada memuji. Dapat dikatakan tidak ada yang

memberikan komentar yang bemada konstruktif, dengan perkecualian dosen.

Pertemuan5

Pertemuan ke-5 berjalan ketika dosen hanya memberikan ulasan teknik

pidato secara teoritis dalam bentuk ceramah dan kegiatan tanya jawab

antardosen dan mahasiswa. Reaksi mahasiswa terhadap video di YouTube

terkesan positif dan senang. Sepertinya mahasiswa merasa puas mendapatkan

pengalaman belajar yang berbeda dibandingkan sebelumnya. Dosen tidak

membahas hasil pidato dari mahasiswa karena telah memberikan komentar

lewat fitur komen di YT. Setelah itu, dosen membahas topik mengenai pidato

dengan teks serta pidato dengan alat bantu. Kegiatan perkuliahan bedangsung

dalam bentuk ceramah, tanya jawab, dan menonton contoh pidato dalam video.

Selanjutnya, dosen memberikan tugas pada mahasiswa untuk mempersiapkan

pidato penerimaan atau pidato eulogi (pidato pemakaman) dengan batasan

waktu 5 menit.

Pertemuan 6

Pertemuan ke-6 adalah penilaian pidato untuk penerimaan penghargaan

atau eulogi yang juga direkam. Seperti di pertemuan ke-4, mahasiswa dipanggil

satu per satu ke depan kelas untuk membawakan pidato mereka di hadapan

teman sekelas. Secara tidak terduga, para mahasiswa sangat mempersiapkan

diri mereka untuk pidato kali ini. Semua mahasiswa memilih pidato

158 LtNatJA Vol.9 No2, Oktober 150-163

penenerimaan penghargaan eulogi. Lewat rekaman video di kanal kelas,

mereka belaj ar dari kekurangan saat pengambilan nilai pertama sehingga

penampilan mereka lebih baik daripada pertemuan pertama. Di situ para mahasiswa terlihat lebih luwes dan lancar dalam berpidato. (STOP)

Pertemuan 7

Pada pertemuan terakhir sebelum UTS, dosen dan mahasiswa

mempelajari teori dan teknik pidato dengan kerangka acuan (outline). Ini

berarti siswa belajar membuat dan membawakan pidato tanpa memiliki teks

lengkap. Dosen menerangkan bahwa siswa dapat membawakan pidato hanya

dengan menggunakan outline yang berisi butir-butir penting yang akan

dibicarakan. Kuliah ini berlangsung dalam bentuk ceramah, tanya jawab, dan

pemutaran video contoh.

Pada bagian akhir perkuliahan, dosen memberitahu mahasiswa bahwa

materi UTS adalah membuat pidato informatif dengan dua pilihan: pidato

informatif dan pidato persuasif dengan durasi lima menit dan boleh

menggunakan PowerPoint.

Ujian Tengah Semester Ketika pelaksanaan UTS pada November 2011, mahasiswa datang

dengan persiapan yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Dari segi penampilan,

mahasiswa memberikan penampilan yang semakin membaik. Lewat

percakapan singkat di Iuar kelas, dosen belajar bahwa mahasiswa

menggunakan video rekaman kelas yang telah diunggah ke internet sebagai alat

refleksi untuk persiapan menjelang UTS. Mereka juga menonton video contoh

pidato yang telah diunggah ke internet untuk mendapatkan petunjuk mengenai

cara membawakan pidato informatif yang lebih baik. Saat UTS, 6 mahasiswa

membawakan pidato dengan alat bantu PowerPoint, 2 mahasiswa

membawakan pidato dengan memakai realita serta demonstrasi, dan sisanya Peningkatan Kemampuan Berbicara Mahasiswa Dengan Menggunakan Media Youtube (Risna Saswati, M.Hum)

159

membawakan pidato tanpa alat bantu apa pun. Pidato yang dibawakan

mahasiswa secara umum dinilai lebih baik daripada sebelumnya seperti yang

terlihat dari keluwesan mahasiswa dalam berbicara dan menyesuaikan gerak

tubuh dengan pidato yang mereka bawakan.

EVALUASI

Setelah melewati tujuh pertemuan hingga Ujian Tengah Semester (UTS),

hasil perolehan nilai mahasiswa mulia dari awal perkuliahan hingga sekarang

adalah sebagai berikut.

1. Tabel Nilai Murid Periode Awal Kuliah

2 73 86 77 79 3 78 86 78 81

79 88 78 76 5 73 76 80 76 6 75 83 78 79 7 83 82 73 79 8 76 79 75 77

80 85 78 81 84 86 80 83 73 84 73 77 76 85 81 81 81 86 77 81 73 87 78 79

Mean 77 84 78

160 LINGUA Vo\.9 No2, Oktober 150--163

86

84

82

80

78

76

74 72

Tabel2. Gratlk Garis Mean Nilai Murid

Kuis 1 Kuis 2 UTS

Seperti yang terlihat di bagan, rata-rata nilai murid terlihat bagus pada

pengambilan nilai pertama, 77. Nilai terlihat bagus karena dua alasan. Pertama,

mahasiswa di kelas S-5A telah mengambil mata kuliah Ketrampilan Berbicara

(Speaking) setelah melewati empat jenjang. Oleh karena itu, dasar

keterampilan berbicara yang mereka rniliki sudah kuat. Selain itu, mahasiswa

di kelas ini memang memiliki pre stasi belajar yang baik sehingga pada

pengambilan nilai pertama mereka sudah langsung mendapatkan nilai yang

bagus.

Pada pengambilan nilai harian ke-2, rata-rata nilai meningkat menjadi 84.

Pencapaian ini terjadi berkat kanal video kelas di. Mahasiswa mengakui bahwa

video dari pengambilan nilai pertama yang telah diunggah ke IT memberikan

murid bahan belajar baik untuk memperbaiki kelemahan mereka dalam

berpidato. Peningkatan Kemampuan Berbicara Mahasiswa Dengan Menggunakan Media Youtube (Risna Saswati, M.Hum)

161

Akan tetapi, perolehan nilai mahasiswa di UTS mengalami penurunan

sebanyak enam poin, menjadi 78, karena penampilan mahasiswa tidaklah

sebaik penilaian sebelumnya. Padahal, grafik penilaian ke-2 sudah menunjukan

hasil meningkat. Melalui wawancara informal dengan mahasiswa, dosen

mengetahui bahwa persiapan mahasiswa agak terganggu oleh persiapan untuk

ujian mata kuliah lainnya.

SIMPULAN

Bagian ini memuat simpulan dari bagian-bagian sebelumnya yang

dipresentasikan dalam bentuk subbagian.

1. Media YouTube dapat dimanfaatkan mahasiswa sebagai kegiatan di Iuar

kelas sebagai penunjang kegiatan di dalam kelas. Pemanfaatan ini

meningkatkan kompetensi berbicara mahasiswa.

2. Peningkatan tetjadi karena mahasiwa diberikan ruang untuk lebih

mandiri dan aktif dalam peningkatan kompetensi mereka. Mahasiswa

diberikan ruang untuk merekonstruksi pengetahuan mereka secara

berkesinambungan.

SARAN

Pemanfaatan YouTube ini bermanfaat untuk mahasiswa dan dosen

sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar. Diharapkan penelitian ini

memberikan pengetahuan kepada dosen untuk beralih ke pengajaran yang Iebih

inovatif. Dosen tidak Iagi menjadi pusat pembelajaran, tetapi mahasiswa

menjadi pusat pembelajaran, dengan memberikan ruang yang cukup kepada

mahasiswa untuk menjadi mandiri dan aktif. Berangkat dari teori

konstruktivisme bahwa pembelajaran merupakan proses yang

dikontekstualisasikan dengan mengonstruksi pengetahuan, pengetahuan yang

162 LIN4UA Vo1.9 No2, Oktober 150-163

dibangun dari proses belajar mengajar yang berkesinambungan. Jadi, dosen

sebaiknya memberikan ruang yang cukup kepada mahasiswa untuk

mengonstruksi pengetahuan mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Brown, H. Douglas. 2001. Teaching By Principles. New York: Longman Ur,

Penny. 1996. A Course in Language Teaching. Great Britain: CPU

Harmer, Jeremy. 2001. The Principle of Language Teaching. Essex: Pearson

Education

Richards, Jack C and Willy A. Renandya, Eds. 2002. Methodology in

Language Teaching: An Anthology of Current Practices. UK: CPU

Sumber Online:

www.YouTube.com

www.exploratorium.edulifI/resources/contructivistiearning.htm

www.thirteen.org/edoline/ concepzclassl contrutivism

Peuiugkatan Kemampuan Berbicara Mahasiswa Deugau Meugguuakan Media Y outube (Risua Saswati, M.Hum)

163

STRATEGI PENERJEMAHAN ISTILAH BUDAY A DALAM NOVEL EXCLUSIVE KARYA SANDRA BROWN

Sulistini Dwi Putranti Staf Pengajar Jurusan Bahasa Inggris STBA LIA Jakarta

[email protected]

Abstrak Menetjemahkan kata yang bernuansa budaya bukan merupakan hal yang mudah.

Penetjemah perlu mempertimbangkan berbagai aspek agar menghasilkan terjemahan yang berterima. Paper ini membahas analisis terjemahan kata bernuansa budaya yang ada dalam novel Exclusive karya Sandra Brown. Hasil analisis menunjukkan bahwa penetjemah cenderung menggunakan strategi peneljemahan "by using loan word". Strategi peminjaman ini kurang tepat dipakai dibeberapa data karena mengakibatkan terjemahan yang kurang tepat, atau kesalahan terjemahan.

Abstract Translating cultural words is not an easy thing to do for a translator. He/she should

consider many aspects to produce a closest natural equivalence. This paper discusses the analysis of the translation of cultural words found in Sandra Brown's novel 'Exclusive '. The result of the analysisi shows that the translator tends to use "translation by using loan words' strategy "proposed by Mona Baker. This strategy is not good to be applied to several data because it causes inappropriate translation.

PENDAHULUAN

Penerjemahan bukan lagi merupakan sesuatu yang asmg dan

mengherankan bagi masyarakat Indonesia, terutama yang tinggal di kota besar.

Karya-karya terjemahan dapat dijumpai hampir di setiap toko buku, bahkan di

penjual-penjual emperanjalanan yang menjajakan komik. Karya terjemahan ini

merambah mulai dari buku teks, novel, komik, majalah, film, dan acara

televisi.

Kondisi ini menciptakan peluang bam bagi masyarakat Indonesia untuk

mengembangkan diri menjadi penerjemah yang andal dan profesional karena

pasar yang sangat terbuka dan menjanjikan pendapatan yang memuaskan

dengan waktu yang sangat fleksibel. Order penerjemahan juga berdatangan dari

mereka yang akan ke luar negeri sehingga memerlukan dokumen yang perlu

dialihbahasakan ke dalam bahasa Inggris, misalnya. 164 LlN4UA Vo\.9 No2, Oktober 164-179

Orang yang mengaku berprofesi sebagai peneIjemah mulai tersebar

dengan kompetensi sangat beragam. Hal ini akan menghasilkan karya

peneIjemahan yang beragam pula, dari hasil penerjemahan yang asal-asalan

hingga yang sangat bagus dan berterima. Kondisi ini teIjadi karena tidak semua

peneIjemah mempunyai cukup pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan

untuk menjadi seorang peneIjemah yang baik.

Menurut Machali, seorang peneIjemah perlu mempunyai dua jenis

perangkat, yaitu perangkat intelektual dan perangkat praktis (11). Kedua hal ini

mencakup pengetahuan tentang bahasa, baik bahasa sumber maupun bahasa

sasaran, pengetahuan tentang topik dan materi yang diteIjemahkan, referensi

tentang materi tersebut, kemampuan mengenali konteks suatu teks, baik

langsung maupun tidak langsung, ketrampilan meneIjemahkan, dan

sebagainya. Kedua perangkat ini berfungsi seimbang dalam menghasilkan

karya teIjemahan yang berterima, yang tidak terbaca sebagai teIjemahan.

Masalah akan timbul jika seorang peneIjemah tidak cukup mempunyai kedua

piranti tersebut karena menerjemahkan tidak sekadar mengalihbahasakan teks

dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Selain kedua perangkat di atas,

banyak hal seringkali mengakibatkan kesalahan persepSl sehingga

menghasilkan kesalahan penerjemahan.

PeneIjemahan, menurut Nida dan Taber, adalah usaha untuk

mereproduksi pesan dari bahasa sumber ke bahasa penerima (receptor

language) dengan menggunakan padanan yang terdekat dan terwajar (the

closest natural equivalent) (12). Gutt mendefinisikan bahwa peneIjemahan

merupakan usaha untuk menginterpretasikan pesan yang dimaksud oleh penulis

TSu dan mereproduksinya semirip mungkin (105). Hatim dan Mason

menyatakan bahwa "translating is not a neutral activity" (145) 'peneIjemahan

tidak bersifat netral' karena kegiatan tersebut melibatkan pilihan-pilihan yang Strategi Penerjemahan Istilah Budaya dalam Novel Exclusive Karya Sandra Brown (Sulistini Dwi Putranti) 165

harns dibuat dan ditentukan oleh penerjemah. Hasil pilihan tersebut sangat

dipengaruhi oleh keragaman pengetahuan yang dimiliki oleh penerjemah, tidak

bersifat umum dan seragam. Contoh yang nyata adalah ketika seorang

penerjemah harns menentukan apakah menerjemahkan teks secara ''free versus

literal, dynamic equivalence versus formal correspondence" (Nida and Taber,

1964), "communicative versus semantic translation" (Newmark, 1981).

Pilihan-pilihan itu dipengaruhi oleh orientasi penerjemah terhadap masyarakat

so sial atau individu, pembaca secara umum, atau suara individu dari penghasil

teksnya.

Lebih lanjut Hatim menyebutkan beberapa dasar dari penentuan padanan

adalah (1) kekhasan linguistik dan situasional dari Bsu dan Bsa; (2)

perbandingan kedua teks; (3) penilaian kecocokan keduanya (92).

Menerjemahkan dengan mempertimbangkan ketiga hal tersebut merupakan hal

yang subjektif bagi penerjemah. Hasil penerjemahannya mungkin akan

bervariasi karena banyaknya faktor penentu pilihan akhir penerjemah tersebut,

misalnya pendidikan, latar belakang masyarakat tempat penerjemah tersebut

dibesarkan, agama, dan nilai-nilai yang dianut. Hal ini sejalan dengan yang

diungkapkan oleh House bahwa

"the quality of a translation can most importantly be linked to the

'human factor', the translator, whose comprehension and

interpretation of the original and his/her decision and moves towards

"the optimal translation" are firmly rooted in personal knowledge,

intuitions, interpretative skills and artistic-literary competence" (2).

Kutipan tersebut menegaskan pendapat bahwa hasil akhir suatu penerjemahan

sangat dipengaruhi oleh faktor pribadi yang dipunyai oleh penerjemah, mulai

dari pengetahuan yang dapat diukur sampai dengan hal yang sifatnya abstrak

166 LlNQUA Vol.9 No2, Oktober 164--179

dan sangat individual, seperti intuisi sehingga hasil tersebut tidak dapat

disamaratakan antara seorang penerjemah dan penerjemah lainnya.

Nida and Taber mengatakan bahwa karena proses mengalihbahasakan

dan mencari padanan yang tepat itu terjadi di kepala seorang penerjemah, maka

sangat mungkin terjadi masalah pribadi yang menghambat tercapainya hasil

terjemahan yang berterima (99). Salah satu masalah pribadi yang dialami oleh

penerjemah adalah "ignorance of the nature of translation ", suatu kondisi

penerjemah yang seakan-akan melupakan esensi dari penerjemahan.

Kebanyakan kesalahan umum yang dilakukan oleh penerjemah adalah

mengasumsikan bahwa bahasa adalah kata sehingga mereka langsung

mengalihbahasakan kata dari bahasa sumber ke bahasa sasarannya. Ketika

berhadapan dengan idiom, gaya bahasa, dan terminologi budaya, penerjemah

seharusnya memahami bahwa ketiga hal tersebut harus dimaknai di luar

katanya. Artinya, makna ada di luar tataran kata. Pemahaman bagaimana suatu

kata dibentuk akan membantu penerjemah dalam mencari padanannya dengan

berbagai cara, seperti yang disampaikan oleh Larson bahwa "awareness of the

way that vocabularies are structured should help the translator to find

equivalents through looking for words that are synonymous, and by looking for

antonyms and for reciprocal words" (75). Menerjemahkan bukan

memindahkan kata dari Bsu ke Bsa saja, seorang penerjemah akan dapat

mengatasi kesulitan mencari padanan yang tepat karena dia dapat mencarinya

melalui sinonim, lawan kata, atau kata-kata timbal-balik.

Defmisi budaya menurut Encyclopedia Britannica adalah "that complex

whole, which includes knowledge, belief, art, morals, law, customs, and other

capabilities and habits acquired by the man as a member of society" (1983,

VoL 4:657). Budaya merupakan sesuatu yang kompleks yang meliputi

pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan, serta Strategi Penerjemahan Istilah Budaya dalam Novel Exclusive Karya Sandra Brown (Sulistini Dwi Putranti) 167

kebiasaan lain yang diperoleh seseorang sebagai bagian dari suatu sistem

masyarakat sebagaimana didefinisikan oleh Larson sebagai "a complex set of

beliefs, attitudes, values, and rules which a group of people share" (431).

Contoh yang mudah adalah penggunaan bahasa pada suatu masyarakat yang

mencerminkan bagaimana seluruh hal yang disebutkan di atas direfleksikan

dalam bahasa yang dipakai. Bahasa daerah Jawa Tengah, terutama, sangat

dipengaruhi oleh derajat dan tingkat sosial para penggunanya. Para penutur

bahasa Jawa tidak dapat sembarangan menggunakan kosakata yang sama

kepada beberapa orang yang berbeda, terutama apabila usia atau derajat

sosialnya berbeda. Hal ini mungkin tidak didapati di dalam bahasa Inggris yang

tidak mengenal tingkatan di dalam bahasanya.

Terminologi budaya sering kali tidak dipahami oleh orang yang tidak

mempraktikkan budaya tersebut. Contoh yang mudah kata "rujak" di dalam

bahasa Indonesia tidak dapat dengan mudah diterjemahkan ke dalam bahasa

Inggris menjadi ''fruit salad", misalnya. Konsep kata rujak meliputijenis buah-

buahan, cara memotong buah-buahan, saos yang digunakan, dan cara

penyajiannya. Pemaparan tersebut jelas berbeda dengan konsep fruit salad

meskipun bahan dasar dari kedua jenis makanan tersebut adalah buah-buahan.

Contoh yang lain adalah konsep yang berkaitan dengan praktik keagamaan,

misalnya "Lebaran". Konsep ini akan sulit diterjemahkan ke dalam bahasa

Inggris karena perbedaan pemahaman agama yang tidak dijumpai dalam

bahasa Inggris. Untuk kasus-kasus seperti konsep budaya ini penerjemah perlu

memikirkan strategi penerjemahan yang paling tepat agar dapat menghasilkan

terjemahan yang berterima.

168 LtN4UA Vo!.9 No2, Oktober 164-179

STRATEGI PENERJEMAHAN

Baker menyajikan beberapa strategi yang dapat digunakan oleh

penerjemah apabila menemukan kata-kata atau frasa yang tidak ada

padanannya. Strategi tersebut adalah sebagai berikut (26-42):

a. translation by a more general word (superordinate), strategi yang

dipakai apabila padanan untuk kata yang spesifik tidak ditemukan

sehingga disarankan memakai kata yang lebih umum, misalnya SL: apply

the shampoo to your wet hair; TL: gunakan sampo pada rambut basah

Anda;

b. translation by a more neutral/less expressive word, strategi yang dipakai

apabila tidak ditemukan padanan untuk kata yang ekspresif sehingga

dapat dipakai kata yang tidak begitu ekspresif, misalnya SL: Shit!; TL:

kurang ajar!

c. translation by cultural substitution, strategi penerjemahan dengan

menggantikan unsur katalfrasa budaya, misalnya SL: rujak; TL: fruit

salad;

d. translation using a loan word or loan word plus explanation, strategi

yang menerapkan peminjaman kata/frasa dari bahasa sumbemya,

kadang-kadang diberi tambahan keterangan agar lebih jelas. Contohnya:

SL: Dia memakai kebaya yang dijahit ibunya. TL: She was wearing a

kebaya made by her mother, atau she was wearing a kebaya (a kind of

traditional blouse) made by her mother;

e. translation by paraphrase using a related word, strategi yang digunakan

jika konsep yang diungkapkan dalam Bsu terdapat di Bsa dalam bentuk

yang berbeda;

Strategi Penerjemahan Istilah Budaya dalam Novel Exclusive Karya Sandra Brown (Sulistini Dwi Putranti) 169

f. translation by paraphrase using unrelated words, strategi yang

digunakan jika konsep yang dipaparkan dalam Bsu tidak terdapat di

dalamBsa;

g. translation by omission, strategi yang dipakai adalah dengan

menghilangkan konsep yang dipaparkan tanpa menghilangkan atau

mengganggu keutuhan seluruh pesan;

h. translation by illustration, strategi yang dipakai adalah memberi gambar

ilustrasi jika pemaparan dengan menggunakan bahasa terasa kurang

memadai dan dapat terwakili secara lengkap melalui gambar.

ANALISIS NOVEL EXCLUSIVE

Sebagai contoh analisis akan diambil data dari Novel Exclusive karya

Sandra Brown yang diteIjemahkan oleh Diniarty Pandia dan diterbitkan oleh

PT Gramedia Pustaka Utama 2001. Karena keterbatasan waktu, hanya

sembilan data yang dianalisis dari Bab I sampai VI novel tersebut.

Data 1

SL: As a group they closed ranks around the First Lady and escorted her

from the terrace of the restaurant to a waiting limousine. (p.7)

TL: Mereka mengelilingi Ibu Negara dan mengawalnya dari teras restoran ke

limusin yang telah menunggu. (p.13)

Kalimat pada data 1 menggambarkan keadaan Vanessa Merritt selesai

menemui Barrie dan akan kembali. Dia dikelilingi para pengawal yang

mengantamya kembali ke mobil yang sudah menunggu. Vanessa adalah istri

dari presiden Amerika. Kata the First Lady yang merujuk pada Vanessa Merritt

dalam SL diteIjemahkan menjadi Ibu Negara dalam TL.

PeneIjemahan ini menggunakan strategi substitusi kultural dalam artian

penggunaan sebutan bagi istri presiden dalam bahasa Indonesia adalah Ibu 170 LlNQUA Vo1.9No2, Oktober 164-179

Negara. Penggunaan strategi penerjemahan fil sangat tepat dalam

mengungkapkan makna yang ingin disampaikan dalam SL karena istilah Ibu

Pertama (apabila diterjemahkan secara literal) tidak dikenal oleh masyarakat

Indonesia.

Data 2

SL: The ignition key was doing a Roto-Rooter on his other ear as he reread

her outline. (p. 21)

TL: Kunci mobil tadi berputar-putar di telinganya yang satu lagi sementara

ia membaca ulang proposal Barrie. (p. 31)

Kalimat pada data 2 menunjukkan Barrie sedang mencoba meyakinkan

Howie untuk menyetujui proposal yang dia ajukan tentang investigasi SIDS

(Sudden Infant Death Syndrome), yaitu sindrom kematian bayi yang tiba-tiba.

Barrie mencoba menerangkan, sedangkan Howie mendengarkan sambi!

memainkan kunci mobilnya.

Kata roto-rooter awalnya berasal dari sejenis mesin pembersih saluran

air dari pohon, semak maupun tanaman yang menghambat air untuk mengalir.

Mesin tersebut mengeluarkan suara yang mendengung monoton yang sedikit

menjengkelkan.

Strategi yang dipakai oleh penerjemah adalah "translation by a more

neutral/less expressive word" karena tidak ada padanan yang tepat sama

menggambarkan suara mesin pembersih saluran air.

Data 3 SL: ''OJ course you're coming, " the President said. "You'll be the belle of the

ball. You always are. " (p. 25)

Strategi Penerjemahan Istilah Budaya daIam Novel Exclusive Karya Sandra Brown (Sulistini Dwi Putranti) 171

TL: "Tentu saja kau ikut," ujar Presiden. "Kau akan jadi primadona pesta.

Selalu begitu." (p. 36)

Kalimat pada data 3 menggambarkan bujukan/paksaan presiden terhadap

istrinya untuk ikut menghadiri pesta dengan iming-iming bahwa si istri akan

menjadi bintang pesta. Frasa the belle of the ball artinya the most attractive

woman at a social gathering, atau wanita yang paling cantik di acara pesta.

Strategi peneIjemahan yang diterapkan oleh peneIjemah dalam

meneIjemahkan frasa ini adalah substitusi kultural dengan menggantikan frasa

yang sebenarnya merupakan serapan dari bahasa asing juga. Dalam bahasa

Indonesia primadona pesta berarti seseorang yang menj adi pusat perhatian di

pesta. Strategi ini sangat tepat dipergunakan oleh peneIjemah karena sempurna

menangkap pesan yang disampaikan oleh Bsu dan mereproduksinya di dalam

Bsa.

Data 4

SL: He ignored the sting in her voice. "Tonight you'll come through like the

Thoroughbred you are. Just be your charming, smiling self, and everything

will be fine. " (p. 26)

TL: Presiden mengabaikan nada sengit dalam suaranya. "Malam ini kau harus

tampil sempurna. Jadilah dirimu sendiri yang menawan, selalu tersenyum,

maka semua akan beres". (p. 36)

Kalimat pada data 4 memaparkan keengganan Vanessa untuk datang ke

pesta dengan alasan masih berkabung karena kematian putranya, namun

suaminya memaksa dengan alasan sudah lama Vanessa menghindar dari tugas

sebagai Ibu Negara dengan alasan yang sama. Suaminya meyakinkan bahwa

dia akan nampak mengagumkan dan anggun seperti layaknya keturunan

bangsawan.

172 LfN411AVol.9No2,Oktober 164---179

Dalam kamus Thoroughbred mempunyai arti 'Having a list of ancestors

as proof of being a purebred animal' karena biasanya merujuk pada binatang

yang memiliki keturunan asli. Apabila dipakai untuk manusia kata ini merujuk

pada mereka yang mempunyai keturunan bangsawan atau orang-orang dari

kelas sosial atas. Strategi yang dipakai oleh si penerjemah adalah parafrasa

dengan menggunakan kata-kata yang tidak ada kaitannya. Terjadi sedikit

pergeseran makna antara yang disampaikan dalam Bsu dan Bsa, yaitu

penggunaan kata bantu will yang dalam kalimat you'll come through like the

Thoroughbred you are mempunyai makna meyakinkan Vanessa bahwa dia

akan tampil sebagai mana adanya, putri bangsawan, sedangkan dalam Bsa

berubah menjadi 'harus tampil sempurna' yang merupakan tuntutan dari suami

agar dia menjadi seseorang yang memenuhi kriteria sempuma. Kalau

terjemahannya diubah menjadi "Malam ini kau akan tampil sempurna seperti

biasanya", pesan yang disampaikan dari Bsu menjadi sama dengan Bsa.

Data 5

SL: He looked like a beer commercial. Pictures of him drinking it bare-

chested in these rustic surroundings could have sold millions of cans of any

brand-name brew, but he didn't realize that, or care. (p. 31)

TL: Ia tampak seperti bintang iklan biro Gambar dirinya bertelanjang dada

minum bir di lokasi pedusunan seperti ini pasti bisa menjual jutaan kaleng bir

merek apapun, tapi ia tidak menyadarinya, atau memedulikannya.

Kalimat pada data 5 menggambaran fisik tokoh Bondurant. Dia memiliki

sosok yang mengagumkan dan pantas menjadi bintang iklan untuk merek-

merek terkenal.

Strategi penerjemahan yang digunakan dalam penerjemahan ini adalah

parafrasa dengan menggunakan kata yang ada kaitannya. Strategi ini tepat

Strategi Penerjernahan Istilah Budaya dalarn Novel Exclusive Karya Sandra Brown (Sulistini Dwi Putranti) 173

sekali digunakan karena dapat dengan sempurna menangkap pesan yang

disampaikan dari Bsu. Pesan yang terkandung dalam Bsu, yaitu sosok

mengagumkan yang mempunyai penampilan bak bintang iklan terungkap

dengan baik lewat frasa "tampak seperti bintang iklan bir".

Data 6 SL: "Jesus, Spence," Merrit said "You sound about as cheerful as a death

knell. Forget Mr. Gloom and Doom over there, George, he said, coming to his

feet to shake hands with the physician. (p. 34)

TL: "Astaga, Spence," kata Merritt. "Omonganmu sangat membangkitkan

semangat. Jangan pedulikan Mister Muram dan Suram itu, George," katanya,

berdiri untuk bersalaman dengan sang dokter. (p. 47)

Konteks situasi kalimat pada data 6 adalah keprihatinan Spence Martin,

penasihat presiden, dengan kondisi Vanessa yang tidak kunjung membaik,

sedangkan masa kampanye untuk pemilihan presiden sudah semakin dekat.

Spence menganggap mereka membutuhkan Vanessa yang sehat untuk

memenangkan pemilihan presiden lagi. Presiden merasa bahwa Spence terlalu

pesimis dan muram dan menyarankan George, sang dokter untuk melupakan

Sence yang pemuram.

Kalimat di atas mengalami pergeseran makna pada penerjemahan kalimat

"You sound about as cheerful as a death knell, " a death knell berarti "a bell

rung to announce a death," suara bel yang mengumumkan kematian. Jadi,

keseluruhan kalimat tersebut mengandung pesan bahwa Spence terdengar

sangat muram sehingga bel kematian saja masih terdengar lebih menyenangkan.

Oleh karena itu, penerjemahannya yang menjadi "omonganmu sangat

membangkitkan semangat" sangat tidak tepat. Strategi penerjemahan frasa Mr.

Gloom and Doom meJUadi Mister Muram dan Suram adalah substitusi kultural

174 LtN4UA Vo1.9No2, Oktober 164-179

yang menggantikan ekspresi kemuraman. Namun, keunikannya adalah

subtitusi kultural ini dikombinasikan dengan strategi loan word untuk kata Mr.

menjadi Mister sehingga tercipta frasa Mister Muram dan Suram yang agak

aneh karena untuk Muram dan Suram sebaiknya dipakai sebutan yang berasal

dari bahasa Indonesia juga, misalnya Tuan Muram dan Suram.

Data 7

SL: Daily continued playing devil's advocate. "It was good p.r. " (p. 43)

TL: Daily terus berperan sebagai lawannya. "Itu untuk menimbulkan kesan

baik." (p. 58)

Kalimat pada data 7 adalah Barrie yang menumpahkan rasa herannya

atas perlakuan Vanessa yang dirasa di luar kebiasaan kepada Daily, sahabatnya.

Namun, Daily menanggapi semua keluh-kesah Barrie dengan argumen yang

menyepelekan atau membuat hal-hal yang menurut Barrie aneh menjadi hal

yang biasa saja.

Istilah budaya yang dipakai di dalam kalimat ini adalah devil's advocate,

yang merupakan alusi dari film dengan judul yang sama. Dari kamus

Wikipedia, devil's advocate juga bisa berarti orang yang menempatkan diri

sebagai lawan dalam berargumentasi dengan seseorang, kadang-kadang hanya

untuk tujuan supaya perdebatan menjadi semakin seru. Dalam kalimat ini

peneljemah menggunakan strategi using more neutrallless expressive word

karena tidak ada terminologi khusus yang dapat menggantikan frasa devil's

advocate. Namun, teljemahan ini pun dirasa sudah tepat karena sudah mampu

mengungkapkan situasi Daily sebagai lawan berargumentasi Barrie sehingga

Barrie dapat menganalisis seluruh situasi dari berbagai sisi.

Strategi Penerjemahan Istilah Budaya dalam Novel Exclusive Karya Sandra Brown (Sulistini Dwi Putranti) 175

Data 8

SL: He's a politician down to his toenails. He wouldn't malign anybody his

party placed in the White House, even if it was Jack the Ripper. (p. 68)

TL: Dia politikus tulen dari ujung rambut sampai ujung kaki. Dia takkan

menjatuhkan orang yang ditempatkan partainya di Gedung Putih, biarpun

orang itu Jack the Ripper. (p. 88)

Kalimat pada data 8 adalah Daily yang menyatakan ketidaksetujuannya

atas pemikiran Barrie bahwa Senator Armbruster akan dia interview. Dalam

pandangan Daily, sang Senator adalah orang yang sangat setia pada David,

atau siapa pun orang yang telah dia bantu hingga mencapai kursi kepresidenan,

bahkan jika orang itu Jack the Ripper. Tokoh Jack the Ripper juga merupakan

alusi dari tokoh pembunuh berantai yang sudah membunuh dan memperkosa

banyak wanita di America.

Strategi yang diterapkan dalam penerjemahan di atas adalah translation

using loan word, dengan memindahkan frasa dari Bsu ke Bsa. Strategi ini

dirasa kurang tepat karena mungkin banyak pembaca yang tidak mengetahui

siapa itu Jack the Ripper. Terjemahan akan lebih baik apabila menggunakan

strategi loan word plus explanation, yaitu diberi tambahan keterangan supaya

pembaca yang tidak memahami siapa Jack the Ripper mengetahui mengapa

nama tersebut dikutip untuk menguatkan pemyataan Daily tersebut. Altematif

penerjemahannya adalah sebagai berikut. 'Dia takkan menjatuhkan orang yang

ditempatkan partainya di Gedung Putih, biarpun orang itu Jack the Ripper,

sang pembunuh berantai.'

Data 9:

SL: "1 swear 1 don't know. But she says if the story pans out the way she thinks,

i 'Il make Watergate look like Mickey Mouse. " (p. 80)

176 LINGUA Vo\.9 No2, Oktober 164-179

TL: "Aku bersumpah tidak tahu apa-apa. Tapi dia bilang kalau berita itu

temyata temyata seperti dugaannya, Watergate akan tampak seperti Mickey

Mouse." (p. 103)

Latar situasi pada data 9 adalah percakapan antara Howie dan orang

asing temannya bermain bilyard. Orang asing tersebut memancing-mancing

Howie untuk memberi informasi tentang kegiatan Barrie, apa yang sedang dia

lakukan dan selidiki, dan kemana dia pergi, untuk menemui siapa dan

sebagainya. Howie terpancing dengan memberi informasi bahwa Barrie sedang

menyelidiki sesuatu yang besar yang akan menggemparkan dunia dengan

membandingkan skandal Watergate yang merupakan skandal besar di Amerika

dengan tokoh kartun Mickey Mouse. Strategi penerjemahan yang dipakai

dalam kalimat ini adalah by using loan word (meminjam kata asing), karena

Watergate dan Mickey Mouse langsung dipakai dalam Bsa. Strategi ini dirasa

sudah cukup tepat menggambarkan kehebohan yang mungkin terjadi kalau

kasus yang sedang diselidiki Barrie tersebut terbukti kebenarannya. Untuk

lebih jelas penerjemah mungkin dapat mengingatkan pembaca dengan memberi

catatan kaki tentang skandal Watergate tersebut.

SIMPULAN

Berdasarkan paparan dan contoh penerjemahan istilah budaya tersebut di

atas dapat disimpulkan bahwa penerjemahan, terutama peneIjemahan istilah

budaya, merupakan hal yang tidak mudah dilakukan oleh setiap penerjemah

karena banyak hal yang harus dipertimbangkan agar hasil teIjemahannya

berterima dan tidak terdengar/terbaca janggal di dalam Bsa. Baker telah

memberikan beberapa altematif strategi untuk mengatasi kesulitan

peneIjemahan. Strategi-strategi tersebut dianggap cukup untuk mengatasi

Strategi Penerjemahan Istilah Budaya daIam Novel Exclusive Karya Sandra Brown (Sulistini Dwi Putranti) 177

• permasalahan sehingga tidak akan terjadi untranslatability 'yang tidak

terjemahkan' .

Dari paparan analisis data novel Exclusive di atas dapat disimpulkan

bahwa penerjemah cenderung menggunakan "translation by loan word",

terutama untuk menerjemahkan kata atau frasa yang menggunakan nama-nama,

misalnya Jack the Ripper dan Watergate. Strategi ini akan lebih tepat lagi

apabila ditambah penjelasan setelah kata pinjaman tersebut karena penerjemah

tidak boleh berasumsi bahwa pembaca pasti tahu apa atau siapa itu Jack the

Ripper. Satu penggunaan strategi gabungan antara kata pinjaman dan substitusi

kultural juga dirasa kurang tepatkarena malah terjadi ketidakselarasan antara

nama dan gelar sebutannya, seharusnya memakai sebutan untuk bahasa

Indonesia saja sehingga lebih tepat dan wajar hasil terjemahannya. Hasil

terjemahan yang lain sudah memenuhi standar berterima meskipun terdapat

juga kesalahan terjemahan yang mengakibatkan terjadinya pergeseran makna

yang cukup signifikan. Namun, karena kesalahan tersebut bukan kesalahan

terjemahan istilah budaya, analisis kesalahannya tidak dilakukan secara

mendalam.

DAFTARPUSTAKA

Baker, Mona. In Other Words: A Course Book on Translation. New York:

Routledge. 1992.

Gutt, Earns-August. A Theoretical Account of Translation-Without A

Translation Theory. Target: International Journal of Translation Studies

8(2) 239-256. Dalam http://cogprints.org/2494/

House, Juliane. Translation Quality Assessment. A Model Revisited. Germany:

Tubingen, 1997. 178 LlN4UA Vol.9 No2, Oktober 164-179

Hatim, Basil and Ian Mason. The Translator as Communicator. London:

Routledge, 1997.

Larson, Mildred L. Meaning-Based Translation: A Guide to Cross-Language

Equivalence. Lanham: University Press of America, 1984.

Machali, Rochayah. Pedoman Bagi Penerjemah. Jakarta: Grasindo, 2000.

Newmark, Peter. Approaches to Translation. New York: Pergamon Press.

1981.

Nida, Eugene A. and Charles R. Taber. The Theory and Practice of

Translation. Leiden: E.J. Brill, 1974.

Strategi Penerjemahan Istilah Budaya dalam Novel Exclusive Karya Sandra Brown (Sulistioi Dwi Putraoti) 179