LINGKUNGAN SERTA SOLUSINYA Yusma Dewi Fakultas …

23
22 ASPEK HUKUM BAHAYA PLASTIK TERHADAP KESEHATAN DAN LINGKUNGAN SERTA SOLUSINYA Oleh: Yusma Dewi 1 , Trisno Raharjo 2 Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta E-mail: [email protected], [email protected] Abstrak Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis aspek hukum bahaya plastik terhadap kesehatan dan lingkungan serta solusinya. Sejalan dengan permasalahan penelitian ini, maka jenis penelitian hukum yang digunakan bersifat penelitian hukum normatif dengan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan kasus. Penelitian ini akan menjadikan pengelolaan sampah di Kabupaten Sleman sebagai model. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah tidak secara jelas mengatur mengenai sampah plastik dan larangan untuk menghasilkan sampah plastik. Oleh karena itu Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah belum dapat mencegah penggunaan plastik yang dapat menimbulkan sampah plastik yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan; (2) Sampai saat ini belum ada peraturan perundang-undangan yang melarang penggunaan plastik yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan; dan (3) Solusi belum diaturnya larangan penggunaan plastik yang membahayakan kesehatan dan lingkungan maka sampah plastik bisa digunakan sebagai bahan untuk membuat kerajinan seperti aneka jenis tas, dompet, topi tempat koran, map, dan sebagainya seperti yang telah dilakukan oleh masyarakat Desa Sukunan, Kabupaten Sleman selama ini. Kata kunci: Sampah, Plastik, Bahaya, Kesehatan, Lingkungan A. PENDAHULUAN Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (selanjutnya disebut Undang-undang Sampah) menggolongkan sampah terdiri atas (a) sampah rumah tangga; (b) sampah sejenis sampah rumah tangga; dan (c) sampah spesifik. Sampah rumah tangga berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah spesifik meliputi: (a) sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun; (b) sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun; (c) sampah yang timbul akibat bencana; (d) puing bongkaran bangunan; (e) sampah yang 1 Penulis adalah Mahasiswa Magister Ilmu Hukum, Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2 Penulis adalah Dosen Magister Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Transcript of LINGKUNGAN SERTA SOLUSINYA Yusma Dewi Fakultas …

Page 1: LINGKUNGAN SERTA SOLUSINYA Yusma Dewi Fakultas …

22

ASPEK HUKUM BAHAYA PLASTIK TERHADAP KESEHATAN DAN LINGKUNGAN SERTA SOLUSINYA

Oleh:

Yusma Dewi1, Trisno Raharjo2

Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta E-mail: [email protected], [email protected]

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis aspek hukum

bahaya plastik terhadap kesehatan dan lingkungan serta solusinya. Sejalan dengan permasalahan penelitian ini, maka jenis penelitian hukum yang digunakan bersifat penelitian hukum normatif dengan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan kasus. Penelitian ini akan menjadikan pengelolaan sampah di Kabupaten Sleman sebagai model. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah tidak secara jelas mengatur mengenai sampah plastik dan larangan untuk menghasilkan sampah plastik. Oleh karena itu Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah belum dapat mencegah penggunaan plastik yang dapat menimbulkan sampah plastik yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan; (2) Sampai saat ini belum ada peraturan perundang-undangan yang melarang penggunaan plastik yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan; dan (3) Solusi belum diaturnya larangan penggunaan plastik yang membahayakan kesehatan dan lingkungan maka sampah plastik bisa digunakan sebagai bahan untuk membuat kerajinan seperti aneka jenis tas, dompet, topi tempat koran, map, dan sebagainya seperti yang telah dilakukan oleh masyarakat Desa Sukunan, Kabupaten Sleman selama ini. Kata kunci: Sampah, Plastik, Bahaya, Kesehatan, Lingkungan A. PENDAHULUAN

Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

(selanjutnya disebut Undang-undang Sampah) menggolongkan sampah terdiri

atas (a) sampah rumah tangga; (b) sampah sejenis sampah rumah tangga; dan

(c) sampah spesifik. Sampah rumah tangga berasal dari kegiatan sehari-hari

dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah spesifik

meliputi: (a) sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun; (b)

sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun; (c) sampah

yang timbul akibat bencana; (d) puing bongkaran bangunan; (e) sampah yang

1 Penulis adalah Mahasiswa Magister Ilmu Hukum, Pascasarjana Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta. 2 Penulis adalah Dosen Magister Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta.

Page 2: LINGKUNGAN SERTA SOLUSINYA Yusma Dewi Fakultas …

Dewi dan Raharjo, Aspek Hukum Bahaya…

secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau (f) sampah yang timbul secara tidak

periodik (Pasal 2 ayat (1) sampai dengan ayat (4) Undang-undang Sampah).

Undang-undang Sampah tidak mengatur pengelolaan sampah berdasarkan

sifatnya yang mudah diurai atau tidak terurai, bahkan dalam Undang-undang

Sampah tersebut tidak ditemukan kata “sampah plastik”.

Demikian juga Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang

Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah

Tangga (selanjutnya disebut PP Sampah) juga tidak mengatur mengenai sampah

plastik. Kata “plastik” ditemukan dalam penjelasan Pasal 11 PP Sampah dalam

kaitannya dengan contoh implementasi pembatasan timbulan sampah antara lain:

penggunaan barang dan/atau kemasan yang dapat didaur ulang dan mudah

terurai oleh proses alam; membatasi penggunaan kantong plastik; dan/atau

menghindari penggunaan barang dan/atau kemasan sekali pakai. Berdasarkan

kondisi ini, dapat dikatakan baik Undang-undang Sampah maupun PP Sampah

belum mengatur secara spesifik mengenai sampah plastik.

Jenis sampah yang paling potensial merusak lingkungan adalah jenis

sampah anorganik, khususnya sampah plastik. Hal ini dikarenakan sampah jenis

ini tidak dapat mengalami pembusukan secara alami sebagaimana sampah

organik sehingga materi ini akan terus terkumpul selama beribu tahun di tanah

tanpa adanya proses penguraian oleh bakteri dekomposer. Selain itu, hal ini juga

disebabkan budaya masa kini yang serba instan dimana penggunaan materi

berbahan plastik, dari sektor rumah tangga (konsumen) dan sektor industri (pelaku

usaha), semakin meningkat yang pada akhirnya semakin banyak pula sampah

plastik yang sulit terurai.

Sebagai gambaran banyaknya sampah plastik yang mendominasi sampah

pada umumnya, data sampah di Kabupaten Sleman dari tahun 2013 sampai tahun

2015 dapat dikemukakan sebagai berikut.

Tabel 1. Data Sampah di Kabupaten Sleman dari Tahun 2013 - 2015

Tahun Jumlah

Sampah (Ton) Jumlah Sampah

Plastik (Ton)

% Sampah Plastik

% Peningkatan

2013 47.186,81 18.487,79 39,18% -

2014 59.462,77 28.078,32 47,22% + 8,04% 2015 79.293,91 47.489,12 59,89% + 12,67%

Page 3: LINGKUNGAN SERTA SOLUSINYA Yusma Dewi Fakultas …

JURNAL KOSMIK HUKUM Vol. 19 No. 1 Januari 2019 ISSN 1411-9781, e-ISSN 2655-9242 Sumber: Pemerintah Kabupaten Sleman3

Berdasarkan data tersebut di atas, terlihat bahwa persentase sampah

plastik di Kabupaten Sleman terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2013

besarnya 39,18% meningkat menjadi 47,22% di tahun 2014 atau meningkat

sebesar 8,04%. Demikian juga dari tahun 2014 yang semula 47,22% meningkat

menjadi 59,89% atau meningkat sebesar 12,67%. Besarnya persentase sampah

plastik di Kabupaten Sleman ini, bukan tidak mungkin terjadi juga di daerah lain di

seluruh Indonesia.

Plastik adalah salah satu bahan yang dapat ditemui di hampir setiap

barang. Mulai dari botol minum, alat makanan (sendok, garpu, wadah, gelas),

kantong pembungkus/kresek, TV, kulkas, pipa pralon, plastik laminating, gigi

palsu, sikat gigi, compact disk (CD), kutex (cat kuku), mainan anak-anak, mesin,

alat-alat militer hingga pestisida. Menurut penelitian, penggunaan plastik yang

tidak sesuai persyaratan akan menimbulkan berbagai gangguan kesehatan,

karena dapat mengakibatkan pemicu kanker dan kerusakan jaringan pada tubuh

manusia (karsinogenik). Selain itu plastik pada umumnya sulit untuk

didegradasikan (diuraikan) oleh mikro organisme. Berbagai penelitian telah

menghubungkan Bisphenol-A dengan dosis rendah dengan beberapa dampak

terhadap kesehatan, seperti meningkatkan kadar prostat, penurunan kandungan

hormon testoteron, memungkinkan terjadinya kanker payudara, sel prostat

menjadi lebih sensitif terhadap hormon dan kanker, dan membuat seseorang

menjadi hiperaktif.4

Sampah plastik dapat bertahan hingga bertahun-tahun sehingga

menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan. Sampah plastik tidaklah bijak

jika dibakar karena akan menghasilkan gas yang akan mencemari udara dan

membahayakan pernafasan manusia, dan jika sampah plastik ditimbun dalam

tanah maka akan mencemari tanah, air tanah. Plastik sendiri dikonsumsi sekitar

100 juta ton/tahun di seluruh dunia. Satu tes membuktikan 95% orang pernah

memakai barang mengandung Bisphenol-A. Oleh karena itu pemakaian plastik

yang jumlahnya sangat besar tentunya akan berdampak siqnifikan terhadap

kesehatan manusia dan lingkungan karena plastik mempunyai sifat sulit

3 Bappeda Kabupaten Sleman, 2016, Profil Sanitasi Kabupaten Sleman, 2015. Pemerintah

Kabupaten Sleman, Sleman, hlm. 19-22. 4 Nurhenu Karuniastut, 2011, Bahaya Plastik, Jurnal Forum Teknologi, Vol. 03, No.1, hlm. 6.

Page 4: LINGKUNGAN SERTA SOLUSINYA Yusma Dewi Fakultas …

Dewi dan Raharjo, Aspek Hukum Bahaya…

terdegradasi (non-biodegradable), plastik diperkirakan membutuhkan 100 hingga

500 tahun hingga dapat terdekomposisi (terurai) dengan sempurna. Dengan

demikian pemakaian plastik, baik plastik yang masih baru maupun sampah plastik

haruslah menurut persyaratan yang berlaku agar tidak berbahaya terhadap

kesehatan dan lingkungan.5

Kebanyakan plastik seperti Poly Vinyl Chloride (PVC), agar tidak bersifat

kaku dan rapuh ditambahkan dengan suatu bahan pelembut. Beberapa contoh

pelembut adalah Epoxidized Soybean Oil (ESBO), di (2-ethylhexyl) adipate

(DEHA), dan Bifenil Poliklorin (PCB), Acetyl Tributyl Citrate (ATBC) dan di (2-

ethylhexyl) phthalate (DEHP).6

Untuk menghindari bahaya yang mungkin terjadi maka sebaiknya jika harus

menggunakan plastik maka pakailah plastik yang terbuat dari polietilena dan

polypropylene atau bahan alami (daun pisang misalnya). Plastik memiliki tekstur

yang kuat dan tidak mudah terdegradasi oleh mikroorganisme tanah. Oleh karena

itu seringkali kita membakarnya untuk menghindari pencemaran terhadap tanah

dan air di lingkungan kita tetapi pembakarannya dan akan mengeluarkan asap

toksik yang apabila dihirup dapat menyebabkan sperma menjadi tidak subur dan

terjadi gangguan kesuburan.7

Satu lagi yang perlu diwaspadai dari penggunaan plastik dalam industri

makanan adalah kontaminasi zat warna plastik dalam makanan. Sebagai contoh

adalah penggunaan kantong plastik (kresek) untuk membungkus makanan seperti

gorengan dan lain-lain. Menurut seorang ahli kimia, zat pewarna hitam ini kalau

terkena panas (misalnya berasal dari gorengan), bisa terurai terdegradasi menjadi

bentuk radikal, menyebabkan penyakit. Selain itu faktor yang menyebabkan

rusaknya lingkungan hidup yang sampai saat ini adalah faktor pembuangan

limbah sampah plastik. Kantong plastik telah menjadi sampah yang berbahaya

dan sulit dikelola. Dibutuhkan waktu 1000 tahun agar plastik dapat terurai oleh

tanah secara terdekomposisi atau terurai dengan sempurna. Ini adalah sebuah

5 Sutrisno Koswara, 2014, Bahaya di Balik Kemasan Plastik, Citra Aditya Bhakti, Bandung, hlm.

17-18. 6 Ibid.

7 Agus Haryono, 2008, Bahaya Kemasan Plastik Terhadap Kesehatan, Pradnya Paramita,

Jakarta, hlm.18.

Page 5: LINGKUNGAN SERTA SOLUSINYA Yusma Dewi Fakultas …

JURNAL KOSMIK HUKUM Vol. 19 No. 1 Januari 2019 ISSN 1411-9781, e-ISSN 2655-9242 waktu yang sangat lama. Saat terurai, partikel-partikel plastik akan mencemari

tanah dan air tanah.8

Peringatan mengenai larangan untuk menggunakan kantong plastik hitam

oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) masih diindahkan oleh

masyarakat. Banyak masyarakat yang menggunakan kantong plastik hitam dalam

kehidupan sehari-hari tanpa mengetahui bahaya yang ditimbulkan dari

penggunaan kantong plastik hitam tersebut. Husni Syawali dan Neni Sri Imaniyati

menjelaskan bahwa rendahnya kesadaran dan pengetahuan konsumen, tidak

mustahil dijadikan lahan bagi pelaku usaha dalam transaksi yang tidak

mempunyai itikad baik dalam menjalankan usahanya, yaitu berprinsip mencari

keuntungan yang sebesar-besarnya dengan memanfaatkan seefisien mungkin

sumber daya yang ada.9 Dengan demikian, konsumen seolah dipaksa oleh pelaku

usaha untuk terus menggunakan barang-barang dari plastik termasuk pemakaian

kantong plastik hitam, yang tidak bisa terurai, yang pada akhirnya konsumenlah

yang dikorbankan.

Informasi yang tidak dicantumkan mengenai cara pembuatan dan

kandungan zat yang ada didalam kantong plastik hitam, membuat konsumen tidak

mengetahui dengan pasti bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan

kantong plastik hitam tersebut. Bahaya yang ditimbulkan dari penggunaan

kantong plastik hitam memang tidak dapat dirasakan secara langsung namun

dampaknya baru dapat dirasakan dalam jangka waktu yang lama. Meskipun

demikian mengkonsumsi atau menggunakan kantong plastik dalam memenuhi

kebutuhan sehari-hari dalam jangka waktu yang terlalu lama sangatlah berbahaya

bagi kesehatan dan kehidupan konsumen pengguna kantong plastik kresek

tersebut. Menurut Celina Tri Siwi Kristianti kenyamanan dan keamanan konsumen

harus diperhatikan karena pada umumnya konsumen tidak mengetahui dari bahan

apa suatu produk itu dibuat, bagaimana proses pembuatannya serta strategi pasar

apa yang dijalankan untuk mendistribusikannya, maka diperlukan kaidah hukum

yang dapat melindungi.10

8 Aqida Swamurti, 2009, Awas Bahaya Plastik Kresek Hitam, Remaja Rosdakarya, Bandung,

hlm. 4. 9 Husni Syawali dan Heni Sri Imaniyati, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen, Mandar Maju,

Bandung, hlm. 36. 10

Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2009, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta hlm.26.

Page 6: LINGKUNGAN SERTA SOLUSINYA Yusma Dewi Fakultas …

Dewi dan Raharjo, Aspek Hukum Bahaya…

Produk hukum yang diciptakan pemerintah untuk mengatur mengenai

perlindungan konsumen yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen (selanjutnya disebut Undang-Undang Perlindungan

Konsumen). Undang-Undang Perlindungan Konsumen tersebut telah memberikan

hak dan kewajiban pelaku usaha serta konsumen dalam rangka menciptakan

pelaku usaha yang bertanggungjawab dan memberi kenyamanan serta keamanan

pada konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk barang atau jasa sebagai

upaya dalam melakukan perlindungan terhadap konsumen, tetapi masih banyak

masyarakat yang tidak mengetahui hak-haknya sebagai konsumen. Masyarakat

tentunya harus mengetahui hak-haknya sebagai konsumen agar dapat terhindar

dari berbagai bahaya yang ditimbulkan oleh produk-produk yang pembuatannya

tidak memenuhi standar kelayakan dan beredar luas di masyarakat serta

dikonsumsi oleh sebagian besar konsumen, salah satunya yaitu dalam

mengkonsumsi kantong plastik hitam (plastik kresek) untuk memenuhi kebutuhan

mereka.

Meskipun Undang-Undang Perlindungan Konsumen secara implisit sudah

melarang penggunaan plastik mengingat akan bahayanya (das sollen), namun

pada kenyataannya (das sein), baik pemerintah maupun konsumen sendiri seolah

tidak peduli. Buktinya konsumen tidak ada yang protes saat diberikan bahan

plastik, sebagai kemasan bagi makanan yang mereka beli. Pemerintah pun tidak

melarang secara tegas penggunaan produk-produk plastik yang berbahaya bagi

kesehatan konsumen, sehingga, pelaku usaha dapat dengan bebas

menggunakan produk plastik yang berbahaya bagi kesehatan konsumennya.

Hingga saat ini, peneliti belum menemukan adanya Putusan Pengadilan

yang mengadili pemakaian bahan plastik dikaitkan dengan bahaya plastik bagi

kesehatan dan lingkungan. Hal ini disebabkan belum adanya aturan yang tegas

mengenai bahaya dalam penggunaan bahan plastik. Selain itu, belum juga

ditemukan adanya tuntutan ganti rugi sebagai akibat kerugian penggunaan bahan

plastik.

Dengan demikian peran serta pemerintah, masyarakat dan perusahaan

dalam pengelolaan lingkungan ini akan membuat kesehatan dan lingkungan

terjaga dengan baik. Cara lain dalam rangka mengurangi keberadaan plastik dan

sampah plastik adalah dengan cara mengurangi penggunaan barang-barang

Page 7: LINGKUNGAN SERTA SOLUSINYA Yusma Dewi Fakultas …

JURNAL KOSMIK HUKUM Vol. 19 No. 1 Januari 2019 ISSN 1411-9781, e-ISSN 2655-9242 berbahan baku plastik atau menggantinya dengan barang yang non-plastik.

Substitusi bahan plastik dengan bahan yang mudah diurai dan dihancurkan oleh

lingkungan seperti bahan-bahan alami, misal: plastik dari jagung, kentang, dan

lain-lain.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, permasalahan

dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk research questions yaitu

apakah aturan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang

Pengelolaan Sampah belum dapat mencegah penggunaan plastik yang dapat

menimbulkan sampah plastik yang berbahaya, mengapa belum ada peraturan

perundang-undangan yang melarang penggunaan plastik yang membahayakan

kesehatan dan lingkungan, serta bagaimana solusi belum diaturnya larangan

penggunaan plastik yang membahayakan kesehatan dan lingkungan.

B. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian hukum normatif (normative

legal research) merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara mengkaji

peraturan perundang-undangan yang berlaku atau diterapkan terhadap suatu

permasalahan hukum tertentu. Penelitian normatif seringkali disebut dengan

penelitian doktrinal, yaitu penelitian yang objek kajiannya adalah dokumen

peraturan perundang-undangan dan bahan pustaka.11 Dalam peneltian normatif

hukum dipandang identik dengan norma-norma tertulis, yang dibuat dan

diundangkan oleh lembaga atau pejabat yang berwenang dan meninjau hukum

sebagai suatu sistem normatif yang otonom, mandiri, tertutup dan terlepas dari

kehidupan masyarakat nyata.12

Jenis pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah jenis pendekatan

perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan kasus (case approach),

mengingat permasalahan yang diteliti dan dibahas dalam penelitian ini adalah

mengenai aspek hukum bahaya plastik terhadap kesehatan dan lingkungan serta

solusinya. Penelitian ini akan menjadikan pengelolaan sampah di Kabupaten

Sleman sebagai model.

11

Peter Mahmud Marzuki, 2011, Penelitian Hukum, Kencana Prenida Media, Jakarta, hlm. 34. 12

Ibid.

Page 8: LINGKUNGAN SERTA SOLUSINYA Yusma Dewi Fakultas …

Dewi dan Raharjo, Aspek Hukum Bahaya…

C. PEMBAHASAN

1. Aturan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang

Pengelolaan Sampah Terkait dengan Pencegahan Penggunaan Plastik

yang Dapat Menimbulkan Sampah Plastik yang Berbahaya

Konsideran Undang-Undang Sampah menyebutkan bahwa pertambahan

penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat menimbulkan

bertambahnya volume, jenis, dan karakteristik sampah yang semakin

beragam. Pengelolaan sampah selama ini belum sesuai dengan metode dan

teknik pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan sehingga

menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan

lingkungan. Sampah telah menjadi permasalahan nasional sehingga

pengelolaannya perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke

hilir agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan

aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat.

Undang-Undang Sampah tidak mengatur secara spesifik pengelolaan

sampah plastik. Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Sampah mengkategorikan

sampah menjadi 3 (tiga) yaitu sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah

rumah tangga dan sampah spesifik. Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1)

Undang-Undang Sampah ini maka dapat dikatakan bahwa Undang-Undang

Sampah memang belum secara khusus mengatur adanya sampah plastik

berikut bahaya yang ditimbulkannya.

Selanjutnya Pasal 2 ayat (4) Undang-Undang Sampah mengatur

mengenai sampah spesifik yang terdiri dari:

a. sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun;

b. sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun;

c. sampah yang timbul akibat bencana;

d. puing bongkaran bangunan;

e. sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau

f. sampah yang timbul secara tidak periodik.

Ketentuan Pasal 2 ayat (4) Undang-Undang Sampah tersebut diatas

menimbulkan pertanyaan apakah sampah plastik termasuk sampah yang

mengandung bahan berbahaya dan beracun ataukah sampah yang

mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun atau bisa juga sebagai

Page 9: LINGKUNGAN SERTA SOLUSINYA Yusma Dewi Fakultas …

JURNAL KOSMIK HUKUM Vol. 19 No. 1 Januari 2019 ISSN 1411-9781, e-ISSN 2655-9242

sampah yang secara teknologi belum dapat diolah atau masih termasuk

ketiga-tiganya. Mengenai sampah bahan berbahaya dan beracun (B3)

Iswanto, Sudarmadji, Endang Tri Wahyuni mengartikan sampah yang memiliki

karakteristik mudah meledak, mudah terbakar, reaktif, beracun, infeksius

dan/atau korosif.13 Menurut Suratmin Utomo bahan berbahaya dan beracun

(B3) didefinisikan sebagai bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena

sifatnya atau konsentrasinya baik secara langsung atau tidak langsung dapat

mencemarkan lingkungan atau merusak lingkungan hidup, kesehatan hidup

manusia serta, makhluk lain. B-3 dapat berupa bahan baku (alamiah), atau

bahan olahan (produk), atau sisa dari suatu proses (limbah) yang bersumber

dari kegiatan industri atau domestik (rumah tangga).14

Sementara itu menurut Dorota Klimecka-Tatar sampah yang

mengandung bahan berbahaya dan beracun didefinisikan sebagai ”Household

solid waste containing hazardous and toxic materials such as batteries,

electric light, electronics, pesticides, bleach, cleaner, paint, pressurized cans

(aerosol), unused medicines, thermometers and syringes can threaten human

and environment.”15 (Terjemahan bebas: sampah rumah tangga yang

mengandung bahan berbahaya dan beracun meliputi bateri, bohlam listrik,

elektronik, pestisida, bahan pemutih, bahan pembersih, kaleng pestisida

(aerosol), obat-obatan yang terpakai, yang membahayakan manusia dan

lingkungan). Sedangkan menurut S. Fairhust yang dimaksud dengan limbah

B3 disini adalah setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya dan/atau

beracun yang karena sifat dan /atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik

secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak dan/atau

mencemarkan lingkungan hidup dan/atau membahayakan.16

13

Iswanto, Sudarmadji, Endang Tri Wahyuni, 2016, Timbulan Sampah B3 Rumahtangga dan Potensi Dampak Kesehatan Lingkungan di Kabupaten Sleman, Yogyakarta (Generation of Household Hazardous Solid Waste and Potential Impacts on Environmental Health in Sleman Regency, Yogyakarta)”, Jurnal Manusia dan Lingkungan, Vol. 23, No. 2, hlm. 180.

14 Suratmin Utomo, 2012, Bahan Berbahaya dan Beracun (B-3) dan Keberadaannya di dalam

Limbah, Jurnal Konversi, Vol. 1, No. 1, hlm. 37-38. 15

Dorota Klimecka-Tatar, 2015, Safety Restriction in The Logistic of Dangerous and Toxic Subtances, Journal of Production Engineering Archives, Vol. 7, No. 2, hlm. 46.

16 S. Fairhust, 2003, Hazard and Risk Assessment of Industrial Chemicals in the Occupational

Context in Europe: Some Current Issues, Journal of Food and Chemical Toxicology, Vol. 41, hlm. 26.

Page 10: LINGKUNGAN SERTA SOLUSINYA Yusma Dewi Fakultas …

Dewi dan Raharjo, Aspek Hukum Bahaya…

Berdasarkan pengertian sampah yang mengandung bahan berbahaya

dan beracun di atas, maka dapat disimpulkan apakah plastik termasuk ke

dalam kategori bahan berbahaya dan beracun masih debatable. Terlebih lagi

Pasal 2 ayat (5) Undang-Undang Sampah menyebutkan ketentuan lebih lanjut

mengenai jenis sampah spesifik di luar ketentuan sebagaimana dimaksud

pada ayat (4) diatur dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang lingkungan hidup. Dalam peraturan setingkat

menteripun belum ditemukan yang mengatur mengenai sampah plastik.

Terkait dengan larangan penggunaan plastik yang dapat menimbulkan

sampah plastik, Undang-Undang Sampah juga tidak mengaturnya. Pasal 29

ayat (1) huruf (c) dan huruf (d) hanya mengatur mengenai larangan bagi

setiap orang untuk mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan

beracun dan mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau

perusakan lingkungan. Ketentuan ini juga menimbulkan pertanyaan apakah

sampah plastik plastik termasuk sampah yang dilarang oleh ketentuan Pasal

29 ayat (1) huruf (c) dan huruf (d) Undang-Undang Sampah tersebut.

Larangan seperti yang diatur dalam Pasal 29 Undang-Undang Sampah tidak

diikuti dengan adaanya sanksi baik sanksi administrasi maupun sanksi pidana.

Hal ini menunjukkan bahwa larangan yang diatur dalam Pasal 29 Undang-

Undang Sampah tersebut menjadi tidak efektif.

Tidak adanya sampah plastik dalam Undang-Undang Sampah

menyebabkan orang merasa bebas dan tidak takut untuk mengahasilkan dan

membuang sampah plastik. Mereka beranggapan untuk menghasilkan dan

membuang sampah plastik tidak ada larangannya apalagi sanksinya.

Meskipun mereka tahu kalau sampah plastik itu berbahaya baik terhadap

lingkungan maupun terhadap manusia, namun mereka tetap saja

menghasilkan dan membuang sampah plastik disembarang tempat.

Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa Undang-Undang Sampah tidak secara jelas mengatur

mengenai sampah plastik dan larangan untuk menghasilkan sampah plastik

yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan.

2. Belum Adanya Peraturan Perundang-Undangan yang Melarang

Penggunaan Plastik yang Membahayakan Kesehatan dan Lingkungan

Page 11: LINGKUNGAN SERTA SOLUSINYA Yusma Dewi Fakultas …

JURNAL KOSMIK HUKUM Vol. 19 No. 1 Januari 2019 ISSN 1411-9781, e-ISSN 2655-9242

Sampai saat ini belum ada peraturan perundang-undangan yang

melarang penggunaan plastik yang membahayakan bagi kesehatan manusia

dan lingkungan. Larangan penggunaan plastik baru sebatas plastik sebagai

kemasan bahan pangan diatur dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas

Obat dan Makanan Nomor : Hk 00.05.55.6497 tentang Bahan Kemasan

Pangan (selanjutnya disebut Peraturan Kepala Badan POM tentang Bahan

Kemasan Plastik). Pasal 1 angka 1 Peraturan Kepala Badan POM tentang

Bahan Kemasan Plastik menyebutkan bahwa kemasan pangan adalah bahan

yang digunakan untuk mewadahi dan/atau membungkus pangan baik yang

bersentuhan langsung dengan pangan maupun tidak. Sementara itu Pasal 1

angka 3 mendefinisikan plastik sebagai senyawa makromolekul organik yang

diperoleh dengan cara polimerisasi, polikondensasi, poliadisi, atau proses

serupa lainnya dari monomer atau oligomer atau dengan perubahan kimiawi

makromolekul alami.

Pasal 3 ayat (1) Peraturan Kepala Badan POM tentang Bahan Kemasan

Plastik mengatur Bahan yang dilarang digunakan sebagai bahan kemasan

pangan adalah bahan tambahan seperti yang tercantum dalam Lampiran 1.

Plastik yang tidak dapat didaur ulang termasuk salah satu dalam Lampiran 1

Peraturan Kepala Badan POM tentang Bahan Kemasan Plastik. Oleh karena

itu plastik yang tidak dapat didaur ulang dilarang untuk digunakan sebagai

bahan kemasan pangan. Selanjutnya Pasal 3 ayat (2) Peraturan Kepala

Badan POM tentang Bahan Kemasan Plastik menyebutkan bahan yang

diizinkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 huruf b terdiri dari bahan

dasar dan bahan tambahan. Pasal 3 ayat (3) Peraturan Kepala Badan POM

tentang Bahan Kemasan Plastik mengatur bahan dasar sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) seperti tercantum dalam Lampiran 2A. Plastik yang

dapat diatur ulang termasuk salah satu dalam Lampiran 2A. Oleh karena itu,

plastik yang dapat didaur ulang dapat digunakan sebagai bahan kemasan

pangan setelah mendapat izin. Izin yang dimaksudkan disini berasal dari

Kepala Badan POM. Hal ini diatur dalam Pasal 10 ayat (1) Peraturan Kepala

Badan POM tentang Bahan Kemasan Plastik yang mengatur dilarang

menggunakan kemasan pangan dari bahan plastik daur ulang sebelum

diperiksa keamanannya dan mendapat persetujuan dari Kepala Badan POM.

Page 12: LINGKUNGAN SERTA SOLUSINYA Yusma Dewi Fakultas …

Dewi dan Raharjo, Aspek Hukum Bahaya…

Sanksi bagi yang melanggar larangan tersebut di atas diatur dalam Pasal

11 ayat (1) Peraturan Kepala Badan POM tentang Bahan Kemasan Plastik

yang menyebutkan pelanggaran terhadap peraturan ini dikenai sanksi

administratif dan atau sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Sanksi administratif sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) berupa:

a. peringatan tertulis;

b. larangan mengedarkan untuk sementara waktu;

c. perintah menarik produk dari peredaran;

d. pemusnahan jika terbukti menimbulkan risiko terhadap kesehatan;

e. pencabutan persetujuan pendaftaran produk pangan. (Pasal 11 ayat (2)

Peraturan Kepala Badan POM tentang Bahan Kemasan Plastik)

Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini plastik merupakan kemasan

pangan yang banyak digunakan oleh pelaku usaha untuk membungkus

makanan dan minuman yang diproduksinya. Hal ini karena plastik memiliki

sifat-sifat unggulan seperti: kuat tetapi ringan, tidak berkarat, bersifat

termoplastis, yaitu dapat direkat menggunakan panas, serta dapat diberi label

atau cetakan dengan berbagai kreasi.

Permasalahan-permasalahan yang sering kali dihadapi oleh masyarakat

berkaitan dengan penggunaan produk plastik sebagai kemasan pangan

adalah sebagai berikut.

a. Penggunaan bahan yang dilarang digunakan maupun penggunaan bahan

dasar yang digunakan tidak sesuai dengan tipe pangan dan kondisi

penggunaan tertentu sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Peraturan

Kepala BPOM tentang Bahan Kemasan Pangan. Beberapa pelaku usaha

juga kerap tidak mencantumkan keterangan mengenai jenis plastik yang

digunakannya sebagai pembungkus makanan dan/atau minuman yang

diproduksinya, padahal pencantuman keterangan mengenai jenis plastik ini

sangat penting artinya karena konsumen dapat mengetahui apakah plastik

yang digunakan sebagai pembungkus makanan dan/atau minuman yang

dibelinya berbahaya bagi kesehatannya atau tidak.

Banyak pelaku usaha makanan dan minuman, terutama yang tidak terdaftar

di BPOM yang menggunakan bahan tambahan bagi plastik yang dilarang

Page 13: LINGKUNGAN SERTA SOLUSINYA Yusma Dewi Fakultas …

JURNAL KOSMIK HUKUM Vol. 19 No. 1 Januari 2019 ISSN 1411-9781, e-ISSN 2655-9242

digunakan maupun penggunaan bahan dasar yang digunakan tidak sesuai

dengan tipe pangan dan kondisi penggunaan tertentu sebagaimana yang

telah ditetapkan dalam Peraturan Kepala BPOM tentang Bahan Kemasan

Pangan. Sebagai contohnya adalah para pelaku usaha rumah makan.

Banyak pelaku usaha rumah makan maupun para pedagang makanan

dan/atau minuman di pinggir jalan yang menggunakan styrofoam sebagai

bahan pembungkus/wadah bagi makanan dan minuman yang dijualnya. Hal

ini karena styrofoam relatif murah harganya, berwarna putih, sehingga

menimbulkan kesan bersih dalam penggunaannya, dan juga memiliki

kemampuan untuk menahan suhu panas atau dingin yang baik. Pada

kenyataannya styrofoam ini berbahaya bagi kesehatan manusia. Styrofoam

jadi berbahaya karena terbuat dari butiran-butiran styrene, yang diproses

dengan menggunakan benzena.17 Benzena ini sendiri di dalam Lampiran 1

Peraturan Kepala BPOM tentang Bahan Kemasan Pangan, termasuk

bahan tambahan yang dilarang digunakan sebagai kemasan pangan untuk

bahan dasar plastik.

Jika styrofoam digunakan sebagai wadah/kemasan bagi makanan dan/atau

minuman, bahan kimia berbahaya yang terkandung dalam styrofoam akan

berpindah ke makanan dan/atau minuman yang dikemasnya.

Perpindahannya akan semakin cepat jika kadar lemak (fat) dalam suatu

makanan atau minuman makin tinggi. Selain itu, minuman yang

mengandung alkohol atau asam, seperti lemon tea, juga dapat

mempercepat laju perpindahan.18 Jadi, penggunaan styrofoam sebagai

kemasan pangan sendiri telah melanggar ketentuan Peraturan Kepala

BPOM tentang Bahan Kemasan Pangan.

b. Tidak dicantumkannya simbol dan kode segitiga serta keterangan dari jenis

plastik pada produk plastik yang digunakan oleh pelaku usaha sebagai

kemasan pembungkus pangan yang diproduksinya. Selama ini, tidak ada

kewajiban bagi pelaku usaha untuk mencantumkan simbol dan kode

segitiga serta keterangan mengenai plastik pada produk plastik yang

digunakannya. Namun arti simbol dan kode segitiga serta keterangan dari

17

Ibnu Susanto, 2014, Bahan Kimia Berbahaya dan Keselamatan Kesehatan Kerja Bidang Kimia, Balai Pustaka, Jakarta, hlm. 36.

18 Ibid.

Page 14: LINGKUNGAN SERTA SOLUSINYA Yusma Dewi Fakultas …

Dewi dan Raharjo, Aspek Hukum Bahaya…

jenis plastik ini sangatlah penting bagi konsumen. Dengan melihat dan

membaca simbol dan kode segitiga serta keterangan dari jenis plastik yang

digunakan oleh pelaku usaha sebagai kemasan pangan, konsumen dapat

menentukan mana plastik berbahaya yang dapat mencemari pangan yang

dikemasnya dan mana plastik yang aman bagi pangan. Tidak mungkin bagi

konsumen untuk melakukan uji laboratorium pada setiap plastik

pembungkus pangan yang dibelinya, hanya untuk menentukan apakah

plastik tersebut berbahaya atau tidak.19

Pelaku usaha yang menggunakan kantong plastik sebagai bahan kemasan

pangan dapat dikatakan telah melakukan pelanggaran hukum terhadap

UUPK UU Pangan dan PP tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan.

Masyarakat sebagai konsumen dalam berbagai segi merupakan pihak yang

lemah kedudukannya bila dibandingkan dengan pelaku usaha. Oleh karena

itu diperlukan suatu aturan yang dapat melindungi kepentingan konsumen

agar tidak dirugikan atau diperlakukan sewenang-wenang oleh pelaku

usaha.

3. Solusi Belum Diaturnya Larangan Penggunaan Plastik yang

Membahayakan Kesehatan dan Lingkungan

Sampah yang terus bertambah di Kabupaten Sleman dan tidak dikelola

dengan baik dapat menimbulkan masalah baik pada pemerintah, sosial

masyarakat, kesehatan, dan lingkungan. Sampah yang dibuang oleh

masyarakat di Kabupaten Sleman setiap harinya berasal dari kegiatan

pertanian, pasar, rumah tangga, hiburan dan industri. Salah satu bentuk

sampah adalah sampah dometik yang merupakan salah satu kegiatan rumah

tangga yang menyisakan limbah domestik atau sampah masyarakat.

Bertambahnya sampah domestik sejalan dengan perkembangan

pembangunan fisik, dan pertambahan peningkatan sarana dan prasarana

yang memadai. Akibat dari pencemaran tersebut keseimbangan lingkungan

terganggu, misalnya terjangkitnya penyakit menular.

Kebiasaan membuang sampah sembarangan dilakukan hampir di semua

kalangan masyarakat di Kabupaten Sleman, tidak hanya warga miskin,

bahkan mereka yang berpendidikan tinggi juga melakukannya. Ini sangat

19

Ibid.

Page 15: LINGKUNGAN SERTA SOLUSINYA Yusma Dewi Fakultas …

JURNAL KOSMIK HUKUM Vol. 19 No. 1 Januari 2019 ISSN 1411-9781, e-ISSN 2655-9242

menyedihkan karena minimnya pengetahuan tentang sampah dan

dampaknya. Perilaku buruk ini semakin menjadi karena minimnya sarana

kebersihan yang mudah dijangkau oleh masyarakat di tempat umum. Data

berikut menunjukkan timbulan sampah rumah tangga yang termasuk sampah

berbahaya sebagai berikut:

Tabel 2. Timbulan Sampah Rumah Tangga di Kabupaten Sleman

pada Tahun 2017

Jenis Sampah Rumah Tangga Jumlah Berat

Item % gram % Baterai bekas 122 24,65 5938 16,71 Lampu listrik bekas 140 21,48 6425 18,08 Elektronik bekas 49 8,63 8854 24,91 Bekas kemasan cat 35 6,16 2278 6,41 Bekas kemasan pestisida 22 3,87 2169 6,10 Sisa dan kemasan obat/medis 66 11,62 2415 6,79 Bekas kemasan gas dan bahan bakar 39 6,87 1882 5,29 Kemasan produk perawatan diri dan kecantikan 65 11,44 3894 10,96 Kemasan produk pemeliharaan rumah 30 5,28 1689 4,75 Jumlah 568 100 35544 100,00 Rata-rata Timbulan 0,04

item/ org/ hari

2,44 g/org/ hari

Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Sleman.

Dari tabel di atas, dapat ditunjukkan timbulan sampah yang termasuk

bahan berbahaya di Kabupaten Sleman 0,04 item/org/hari atau 2,44

gram/org/hari. Meskipun kecil, tetapi resiko yang ditimbulkan sampah

berbahaya ini tidak boleh diabaikan. Kondisi ini semakin buruk, mengingat di

Kabupaten Sleman tidak tersedia Tempat Pembuangan Sampah (TPS) yang

memadai. Akibatnya banyak bermunculan TPS ilegal yang apabila tidak

dikelola dengan baik dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Jumlah

keberadaan TPS ilegal ini dapat dilihat di Kecamatan Godean, Kabupaten

Sleman yang ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 3. TPS Legal dan TPS Ilegal di Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman,

Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2017

No Nama Desa Jumlah

Keterangan Legal Ilegal

1 Sidoarum - 4 Sampah organik dan anorganik Lokasi : 7 m dari jalan raya, dekat parit, di pinggir jalan (dekat sawah), di tepi jalan

2 Sidomoyo 2 6 Sampah organik dan anorganik Lokasi legal : tepi jalan di dekat persawahan, Lokasi ilegal : lima di tepi jalan, satu di samping jembatan

Page 16: LINGKUNGAN SERTA SOLUSINYA Yusma Dewi Fakultas …

Dewi dan Raharjo, Aspek Hukum Bahaya…

3 Sidokarto - 4 Sampah organik dan anorganik Lokasi : dua tepi jalan di dekat persawahan, satu di samping jembatan, satu di dekat pasar

4 Sidomulyo - 2 Sampah organik dan anorganik Lokasi :satu di tepi jalan utama, satu di lahan kosong

5 Sidoagung - 19 Sampah organik dan anorganik Lokasi : satu di perkebunan, satu di pemukiman, 17 lokasi di tepi jalan raya

6 Sidoluhur - 9 Sampah organik dan anorganik, Lokasi : tepi jalan

7 Sidorejo 1 1 Sampah organik dan anorganik Lokasi Legal : di tepi jalan Lokasi Ilegal : di pinggir sungai

Total 3 45

Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa dari ketujuh desa

didapatkan hasil bahwa Desa Sidoagung memiliki TPS ilegal terbanyak

sejumlah 19. Desa Sidorejo memiliki 1 TPS Ilegal dan 1 TPS Legal, Desa

Sidomulyo memiliki 2 TPS Ilegal, Desa Sidokarto memiliki 4 TPS Ilegal, dan

Desa Sidoarum memiliki 4 TPS Ilegal, Desa Sidomoyo memiliki 6 TPS Ilegal

dan 2 TPS Legal. Dari ketujuh desa tersebut, Desa Sidorejo memiliki jumlah

TPS Ilegal dengan jumlah paling sedikit dibandingkan dengan desa-desa yang

lainnya. Pengolahan sampah di TPS ilegal dilakukan dengan dibakar.

Pengolahan sampah di TPS legal dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum yang

bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup.

Dari ketujuh desa tersebut didapatkan hasil Desa Sidoagung yang

memiliki TPS ilegal terbanyak dengan jumlah 19. Dari ketujuh desa tersebut

Desa Sidorejo memiliki jumlah TPS ilegal dengan jumlah paling sedikit

dibandingkan dengan desa-desa yang lainnya. Semua desa/kelurahan di

Godean memiliki TPS ilegal dan hanya 2 desa yang memiliki TPS legal, yaitu

Desa Sidomoyo dan Desa Sidorejo. Hal ini kemungkinan karena keterbatasan

pemerintah dalam menyediakan sarana prasarana pengelolaan sampah,

termasuk TPS, sampai ke lingkup desa.

Tempat pembuangan sampah ilegal seharusnya tidak dijadikan sebagai

tempat pembuangan sampah dimana lokasi-lokasi tersebut bukan merupakan

lahan yang memiliki izin resmi untuk dijadikan sebagai tempat pembuangan

seperti sungai, selokan, pinggiran sawah, dan dekat jalan raya. Selain dapat

merugikan pemilik lahan hal tersebut juga dapat mengganggu nilai estetika

lingkungan yang berada disekitarnya.

TPS legal memang sudah disediakan sebagai tempat pembuangan

sampah oleh pemerintah. Lahan yang digunakan merupakan lahan yang

Page 17: LINGKUNGAN SERTA SOLUSINYA Yusma Dewi Fakultas …

JURNAL KOSMIK HUKUM Vol. 19 No. 1 Januari 2019 ISSN 1411-9781, e-ISSN 2655-9242

memang telah disediakan oleh masyarakat atau dinas yang terkait. Tempat

pembuangan sampah ini telah memiliki izin yang sudah disahkan dari pihak

pemerintah yang nantinya sampah yang ada akan diangkut ke tempat

pembuangan akhir (TPA).

Mengingat hingga saat ini belum ada peraturan perundang-undangan

yang mengatur larangan penggunaan plastik, maka sebagai solusinya

masyarakat diharapkan dapat berpartisipasi untuk menangani sampah plastik

yang berbahaya terhadap kesehatan dan lingkungan. Untuk mengelola

sampah plastik ini, Desa Sidoagung, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman

sedang merintis program Gojek Sampah Plastik. Gojek Sampah Plastik

(disingkat GOTIK) yang diharapkan menjadi solusi terbaik dalam mengurangi

sampah plastik mengingat masyarakat belum paham tentang pentingnya

penanganan sampah plastik dan harus dilakukan sistem menjemput langsung

dan membelinya agar masyarakat menjadi termotivasi karena selama ini

masyarakat tidak paham yang dulu sampah plastik dibuang sekarang menjadi

uang. Adapun alur pelayanan GOTIK dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1. Alur Pelayanan Tim GOTIK di Desa Sidoagung, Kecamatan

Godean, Kabupaten Sleman

Adapun strategi pelaksanaan GOTIK tersebut meliputi sebagai berikut.

a. SMS Hotline Service

Page 18: LINGKUNGAN SERTA SOLUSINYA Yusma Dewi Fakultas …

Dewi dan Raharjo, Aspek Hukum Bahaya…

Masyarakat bisa langsung menjual sampah plastik melalui sms yang

ditujukan kepada Tim GOTIK Desa Sidoagung, Kecamatan Godean,

Kabupaten Sleman, dengan syarat sudah mencantumkan alamat dan lokasi

yang jelas, dimana sampah tersebut bisa diambil serta mencantumkan

jumlah sampah yang akan dijual berapa kilo. Hal ini harus dilakukan agar

Tim GOTIK Desa Sidoagung, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman bisa

membawa sarana prasarana dan nominal uang yang jelas ke tempat lokasi.

Selain itu syarat yang lain adalah pelayanan hanya dilakukan di wilayah

Desa Sidoagung, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman.

b. Free Door To Door Service

Untuk masyarakat Desa Sidoagung, Kecamatan Godean, Kabupaten

Sleman yang langsung ingin menjual sampah plastik tidak perlu pusing,

karena Tim GOTIK Desa Sidoagung, Kecamatan Godean, Kabupaten

Sleman melakukan pelayanan pembelian sampah langsung datang ke

rumah dan gratis untuk biaya jemputnya. Adapun syaratnya yaitu lokasi

yang diberikan harus jelas dan hanya dilayani wilayah Desa Sidoagung,

Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman, selain itu jalan menuju lokasi agar

bisa dilalui dengan kendaraan Tim GOTIK Desa Sidoagung, Kecamatan

Godean, Kabupaten Sleman

c. Quick Service

Tim GOTIK Desa Sidoagung, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman

berusaha mengambil sampah plastik yang dijual dari masyarakat dengan

layanan yang super cepat, jangan sampai sampah plastik yang akan

diambil terjadi penumpukan yang banyak di rumah, asalkan sudah sesuai

dengan jadwal pelayanan Tim GOTIK Desa Sidoagung, Kecamatan

Godean, Kabupaten Sleman yaitu: hari Senin melayani wilayah RT 01,

Selasan RT 02, Rabu RT 03, Kamis RT 04, Jumat RT 05, Sabtu RT 06 dan

hari Minggu adalah untuk pelayanan emergency.

d. Pemberian Cash

Tim GOTIK Desa Sidoagung, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman

akan memberikan bantuan cash kepada masyarakat langsung ditimbang

dan dibayar dengan harga yang sudah ditetapkan menurut jenis sampah

plastik Rp. 500/kg, dan steroform/gabus Rp. 200kg dengan catatan semua

Page 19: LINGKUNGAN SERTA SOLUSINYA Yusma Dewi Fakultas …

JURNAL KOSMIK HUKUM Vol. 19 No. 1 Januari 2019 ISSN 1411-9781, e-ISSN 2655-9242

sampah yang diambil harus kering tidak basah. Khusus kelompok PKK

menggunakan pola reguler, yaitu sekarang diambil dan seminggu baru

dibayar sesuai jadwal layanan.

e. Dapat hadiah langsung bagi pengumpul sampah plastik terbanyak dan

tanpa diundi setiap bulan

f. Pelayanan dengan sistem RT

Pelayanan pengambilan sampah plastik oleh Tim GOTIK Desa Sidoagung,

Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman dilakukan dengan sistem cepat

setiap hari kepada masyarakat. Pelayanan tersebut dirancang secara

permanen yaitu mempergunakan pola wilayah yang harus dilakukan

pelayanan 1 hari tuntas untuk 1 RT dengan rincian sebagai berikut.

1) Pelayanan untuk RT 01 pada hari Senin.

2) Pelayanan untuk RT 02 pada hari Selasa.

3) Pelayanan untuk RT 03 pada hari Rabu.

4) Pelayanan untuk RT 04 pada hari Kamis.

5) Pelayanan untuk RT 05 pada hari Jumat.

6) Pelayanan Kecamatan Kuta Petang pada hari Sabtu.

7) Pada hari Minggu pelayanan emergency.

Sistem pengelolaan sampah plastik yang baik akan mengurangi

kerusakan lingkungan. Karena sampah plastik dapat merugikan kesehatan,

keamanan, pencemaxan dan merupakan sesuatu yang tidak dipergunakan

lagi dan harus dibuang, maka sampah plastik harus dikelola dengan sebaik-

baiknya sedemikian rupa sehingga hal-hal negatif bagi kehidupan tidak

sampai terjadi. Agar sampah plastik dapat dikelola dengan baik maka

sebelumnya harus diketahui atau diperhatikan faktor-faktor yang

mempengaruhinya baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

Selanjutnya, di Kabupaten Sleman juga dilakukan upaya pengelolaan

sampah rumah tangga dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Dalam

pelaksanaannya, pengelolaan tersebut dilaksanakan oleh semua pemegang

peran atau stakeholder baik pemerintah sesuai tugas masing-masing,

masyarakat serta pelaku pembangunan lainnya dengan memperhatikan

keterpaduan perencanaan dan kebijakan yang ditentukan. Oleh karena itu

maka perencanaan yang melibatkan partisipasi masyarakat selaku

Page 20: LINGKUNGAN SERTA SOLUSINYA Yusma Dewi Fakultas …

Dewi dan Raharjo, Aspek Hukum Bahaya…

stakeholder menjadi penting. Hal tersebut didasari pertimbangan bahwa

dengan perencanaan yang melibatkan partisipasi masyarakat, maka program

pengelolaan sampah akan menjadi harmonis, berdaya guna dan berhasil guna

sekaligus wahana untuk mewujudkan peningkatan kemampuan masyarakat

dalam pelaksanaan perencanaan dari bawah bottom up planning.

D. PENUTUP

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

tidak secara jelas mengatur mengenai sampah plastik dan larangan untuk

menghasilkan sampah plastik. Ketidakjelasan pengaturan sampah plastik ini

dapat ditunjukkan bahwa Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tersebut

hanya mengkategorikan sampah menjadi 3 (tiga) yaitu sampah rumah tangga,

sampah sejenis sampah rumah tangga dan sampah spesifik (Pasal 2 ayat

(1)). Penjelasan mengenai sampah spesifik itu tidak memasukkan sampah

plastik sebagai sampah spesifik (Pasal 2 ayat (1)). Oleh karena itu Undang-

Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah belum dapat

mencegah penggunaan plastik yang dapat menimbulkan sampah plastik yang

berbahaya bagi manusia dan lingkungan.

Sampai saat ini belum ada peraturan perundang-undangan yang

melarang penggunaan plastik yang membahayakan bagi kesehatan manusia

dan lingkungan. Larangan penggunaan plastik baru sebatas plastik sebagai

kemasan bahan pangan diatur dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas

Obat dan Makanan Nomor : Hk 00.05.55.6497 tentang Bahan Kemasan

Pangan. Mengingat plastik yang tidak bisa terurai membahayakan bagi

lingkungan hidup, maka secara eksplisit Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup melarang

pembuangan barang-barang termasuk sampah plastik yang dapat merusak

lingkungan hidup. Sementara itu, plastik jika didaur ulang berbahaya bagi

manusia sehingga pemerintah dan DPR selaku pembuat undang-undang

harus segera membuat peraturan singkat undang-undang untuk mencegah

penggunaan plastik yang sampah plastiknya berbahaya bagi kesehatan dan

lingkungan.

Page 21: LINGKUNGAN SERTA SOLUSINYA Yusma Dewi Fakultas …

JURNAL KOSMIK HUKUM Vol. 19 No. 1 Januari 2019 ISSN 1411-9781, e-ISSN 2655-9242

Solusi belum diaturnya larangan penggunaan plastik yang

membahayakan kesehatan dan lingkungan maka sampah plastik bisa

digunakan sebagai bahan untuk membuat kerajinan seperti aneka jenis tas,

dompet, topi tempat koran, map, dan sebagainya seperti yang telah dilakukan

oleh masyarakat Desa Sukunan, Kabupaten Sleman selama ini.

Terkait dengan hal-hal tersebut, Pemerintah bersama-sama DPR selaku

pembuat undang-undang disarankan untuk segera membuat undang-undang

yang melarang penggunaan plastik yang nyata-nyata membahayakan

kesehatan dan lingkungan dan juga membuat undang-undang yang mengatur

pengelolaan sampah plastik agar tidak membahayakan kesehatan dan

lingkungan. Selain itu, pemerintah daerah disarankan untuk terus memotivasi

masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan sampah plastik agar

masyarakat selalu yakin dan taat untuk ikut mengelola sampah yang ada.

Kemauan masyarakat ini akan muncul dengan bantuan dorongan dari

pemerintah daerah berupa kemudahan-kemudahan dalam pengadaan sarana

dan prasarana dalam menunjang kebersihan. Masyarakat disarankan untuk

mengurangi penggunaan bahan-bahan dari plastik secara bertahap seperti

misalnya tidak lagi menggunakan styrofoam dan kantong plastik sebagai

pembungkus makanan serta menggantinya dengan daun atau bahan-bahan

alami lainnya yang tidak membahayakan bagi manusia dan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Buku Bappeda Kabupaten Sleman, 2016, Profil Sanitasi Kabupaten Sleman, 2015.

Pemerintah Kabupaten Sleman, Sleman. Haryono, Agus, 2008, Bahaya Kemasan Plastik Terhadap Kesehatan, Pradnya

Paramita, Jakarta. Koswara, Sutrisno, 2014, Bahaya di Balik Kemasan Plastik, Citra Aditya Bhakti,

Bandung. Kristiyanti, Celina Tri Siwi, 2009, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika,

Jakarta. Marzuki, Peter Mahmud, 2011, Penelitian Hukum, Kencana Prenida Media,

Jakarta.

Page 22: LINGKUNGAN SERTA SOLUSINYA Yusma Dewi Fakultas …

Dewi dan Raharjo, Aspek Hukum Bahaya…

Rahmadi, Takdir, 2014, Hukum Lingkungan di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta. Susanto, Ibnu, 2014, Bahan Kimia Berbahaya dan Keselamatan Kesehatan Kerja

Bidang Kimia, Balai Pustaka, Jakarta. Swamurti, Aqida, 2009, Awas Bahaya Plastik Kresek Hitam, Remaja Rosdakarya,

Bandung. Syawali, Husni dan Imaniyati, Heni Sri, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen,

Mandar Maju, Bandung. Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah

Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 33 Tahun 2010 tentang

Pedoman Pengelolaan Sampah. Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pengelolaan

Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Sumber Lain Fairhust, S., 2003, Hazard and Risk Assessment of Industrial Chemicals in the

Occupational Context in Europe: Some Current Issues, Journal of Food and Chemical Toxicology, Vol. 41.

Iswanto, Sudarmadji, Wahyuni, Endang Tri, 2016, Timbulan Sampah B3

Rumahtangga dan Potensi Dampak Kesehatan Lingkungan di Kabupaten Sleman, Yogyakarta (Generation of Household Hazardous Solid Waste and Potential Impacts on Environmental Health in Sleman Regency, Yogyakarta)”, Jurnal Manusia dan Lingkungan, Vol. 23, No. 2.

Karuniastuti, Nurhenu, Bahaya Plastik terhadap Kesehatan dan Lingkungan,

Jurnal Forum Teknologi, Vol. 03, No. 1. Dalam http://pusdiklatmigas.esdm.go.id/file/t2-_Bahaya_Plastik_---_Nurhenu_K.pdf.

Klimecka-Tatar, Dorota, 2015, Safety Restriction in The Logistic of Dangerous and

toxic Subtances, Journal of Production Engineering Archives, Vol. 7, No. 2.

Page 23: LINGKUNGAN SERTA SOLUSINYA Yusma Dewi Fakultas …

JURNAL KOSMIK HUKUM Vol. 19 No. 1 Januari 2019 ISSN 1411-9781, e-ISSN 2655-9242 Purwaningrum, Pramiati, 2016, Upaya Mengurangi Timbulan Sampah Plastik di

Lingkungan, JTL Vol. 8 No. 2. Puteri, Irawati, et.al., 2018, Penerapan Plastic Deposit Refund System sebagai

Instrumen Penanggulangan Pencemaran Limbah Plastik di Wilayah Perairan Indonesia,Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 4, No. 2.

Umar, Al dan Budi, Santoso, 2011, Penegakan Hukum Lingkungan di Indonesia,

Wacana Hukum, Vol. IX, No. 2. Utomo, Suratmin, 2012, Bahan Berbahaya dan Beracun (B-3) dan Keberadaannya

di dalam Limbah, Jurnal Konversi, Vol. 1, No. 1.