lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391215-SP-Yunilasari.pdf · UNIVERSITAS...
Transcript of lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391215-SP-Yunilasari.pdf · UNIVERSITAS...
UNIVERSITAS INDONESIA
PREVALENS DAN FAKTOR YANG MEMENGARUHI HIPERTENSI PADA REMAJA SISWA SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA DI JAKARTA PUSAT
TESIS
YUNILASARI 0906564920
FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ANAK
JAKARTA JULI 2014
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
PREVALENS DAN FAKTOR YANG MEMENGARUHI HIPERTENSI PADA REMAJA SISWA SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA DI JAKARTA PUSAT
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Dokter Spesialis Anak
YUNILASARI 0906564920
FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ANAK
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK JAKARTA JULI 2014
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur saya panjatkan ke Hadirat Allah SWT, Sang Maha Kuasa atas
segala rahmat dan hidayah-Nya hingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
tesis ini. Tesis ini merupakan salah satu persyaratan guna mendapatkan gelar
Spesialis Ilmu Kesehatan Anak pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Pada kesempatan ini, saya ingin menghaturkan hormat dan terimakasih yang
sebesar-besarnya pada dr. Sudung O Pardede, Sp.A(K) selaku pembimbing materi
dan dr. Darmawan B Setyanto, Sp.A(K) selaku pembimbing metodologi, yang
selalu bersedia meluangkan waktu ditengah kesibukan beliau, dengan penuh
perhatian dan sabar senantiasa membimbing saya sejak penyusunan proposal,
pelaksanaan penelitian, sampai penulisan tesis ini. Ucapan terima kasih juga saya
haturkan kepada Prof. dr. Soepardi Soedibyo, Sp.A(K), dr. Aman B Pulungan,
Sp.A(K), dan Dr. dr. Mulyadi M Djer, Sp.A(K), SpA(K) selaku dewan penguji,
yang tak jemu mengoreksi serta memberikan masukan berharga untuk perbaikan
dan penyempurnaan tesis ini.
Penghargaan dan terima kasih saya haturkan pula kepada dr. Bambang Tridjaja
AAP, Sp.A(K) selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Anak
FKUI/RSCM yang senantiasa memberikan motivasi dan semangat untuk segera
menyelesaikan program studi ini. Terimakasih juga saya ucapkan kepada Dr. dr
Aryono Hendarto, SpA.(K), selaku Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Anak
FKUI-RSCM, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti
Pogram Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak. Rasa hormat dan
terima kasih yang sedalam-dalamnya pula saya sampaikan kepada Dr. dr Partini P
Trihono, Sp.A(K) dan Prof. Dr. dr. Bambang Supriyatno, Sp.A(K) selaku Ketua
Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Anak FKUI/RSCM dan Kepala
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM periode sebelumnya atas segala
bimbingannya selama saya menempuh proses pendidikan.
iv Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
Rasa hormat dan ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada seluruh staf
pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM yang telah
mencurahkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang sangat
berharga selama saya menempuh proses pendidikan. Kepada seluruh perawat,
pegawai, dan pekarya Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM, yang telah
mengajari saya sisi lain keperawatan dan melengkapi proses pendidikan saya, saya
ucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus.
Ucapan terimakasih juga saya haturkan para siswa-siswi SMPN 4, SMPN 216,
SMP Trisula Perwari II dan SMP Taman Siswa Jakarta beserta Bapak dan Ibu
Guru, dr. Caroline, dr. Putri, dan dr. Chriscahya atas segala bantuan, dukungan
dan kerjasamanya selama proses pengambilan data.
Terima kasih juga saya ucapkan untuk seluruh sejawat PPDS IKA, khususnya
teman-teman PPDS IKA angkatan Juli 2009: dr. Adrieanta Sp.A, dr. Alvina
Christine Sp.A, dr. Arif Budiman Sp.A, dr. Firda Fairuza Sp.A, dr. Lisa Safira
Sp.A, dr. Meida Tanakusumah, Sp.A, dr. Mery Susantri, dr. Mirari Judio, Sp.A,
dr. Nurul Iman Nilam Sari, Sp.A, dr. Otty Mitha Sevianti Sp.A, dr. Suryawati
Sukmono, dan dr.Yurika Maryanti, Sp.A yang senantiasa menemani dan
mendukung dalam suka dan duka selama masa pendidikan.
Sembah sujud dan terima kasih saya haturkan kepada Ayahanda H. Hasan Syarif
dan Ibunda Hj. Khadijah yang telah membesarkan, membimbing, mendidik dan
mendoakan saya tanpa pamrih. Bakti diri saya takkan pernah cukup untuk
membalas semua limpahan dan kasih sayang dan dukungan yang saya terima dari
Ayah dan Bunda. Gelar ini saya persembahkan untuk mereka berdua. Kepada
Mama mertua Hj. Syamsidar Magek dan Papa mertua H. Lukman Luthan yang
selalu mendukung dan mendoakan saya tanpa henti. Kepada adik saya tercinta
Mayangsari, SE dan kakak ipar saya Devita Reskiwaty dan Lusita Titiandri, SE
yang selalu memotivasi dan menjadi haluan kebersamaan kami, semoga Allah
SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya bagi kita semua. Amin.
v Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
Kepada suami tercinta, Arnes Lukman, SE, MSE yang selalu memberikan
dukungan, kelapangan, pengertian, cinta, dan kasih sayang. Terima kasih telah
banyak bersabar dan mengalah selama masa pendidikan saya, memaklumi
keterbatasan dan mengambil alih sebagian besar tugas saya sebagai ibu. Kedua
permata hati kami, Muhammad Alifiansyah Firdaus dan Muhammad Audwin
Aryasatya, hadirnya ananda berdua telah menjadi sumber energi yang tak pernah
habis dalam masa pendidikan ini. Semoga Allah SWT menjadikan kalian berdua
menjadi anak yang baroqah. Amin.
Akhir kata, tentunya tesis ini masih memiliki banyak kekurangan dan memerlukan
penyempurnaan. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, saya memohon saran
dan masukan demi perbaikan tesis ini.
Jakarta, 2 Juli 2014
Yunilasari
vi Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
ABSTRAK
Nama : Yunilasari Program Studi : Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak Judul : Prevalens dan faktor yang memengaruhi hipertensi pada
remaja siswa sekolah menengah pertama di Jakarta Pusat Latar Belakang: Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko kejadian penyakit kardiovaskular. Hipertensi pada remaja dapat terus berlanjut pada usia dewasa dan menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi. Faktor risiko hipertensi pada remaja multifaktorial.
Tujuan: Mengetahui prevalens dan faktor yang memengaruhi kejadian hipertensi pada remaja siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Jakarta Pusat Metode: Studi potong lintang pada 313 anak usia 12-18 tahun siswa SMP. Data riwayat hipertensi dalam keluarga, ras/suku, berat lahir, aktifitas fisis, merokok dan konsumsi alkohol diperoleh dari kuesioner. Pada subjek penelitian juga dilakukan pemeriksaan berat badan, tinggi badan dan tekanan darah. Kriteria hipertensi berdasarkan The Fourth Report of National High Blood Pressure Education Programme Working Group on High Blood Pressure in Children and Adolescent. Hasil: Di antara 313 remaja dengan rerata usia 13,97±1,02 tahun, prevalens hipertensi adalah sebesar 9,6%. Pada analisis bivariat didapatkan hubungan yang bermakna antara riwayat hipertensi dalam keluarga (ayah hipertensi; p = 0,012, IK 95% = 1,20-6,02) dan berat badan lebih/obesitas (p<0,001; IK 95% = 2,99-14,42) dengan hipertensi. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa berat badan lebih/obesitas mempunyai risiko enam kali mengalami hipertensi dibandingkan remaja dengan berat badan normal. (OR = 6,5; IK 95% = 2,99-14,43). Tidak terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin, berat lahir rendah, ras/suku, aktivitas fisis, dan merokok dengan hipertensi.
Simpulan: Prevalens hipertensi pada remaja dalam penelitian ini cukup tinggi. Terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat hipertensi dalam keluarga dan berat badan lebih/obesitas dengan hipertensi. Pencegahan berat badan lebih atau obesitas diharapkandapat menurunkan prevalens hipertensi pada remaja.
Kata kunci: hipertensi, prevalens, remaja
viii Universitas Indonesia Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
ABSTRACT
Name : Yunilasari Study Progran : Pediatric Residency of Faculty of Medicine, Universitas Indonesia Judul : Prevalence and contributing factors of hypertension in
adolescents in junior high school in Central Jakarta Background: Hypertension in adolescent has been often associated with other cardiovascular risk factors. Contributing factors of hypertension in adolescent are multifactorial. Objectives: To determine the prevalence of hypertension in Junior High School adolescents in Central Jakarta and its potentially associated factors, such as gender, family history of hypertension, race/ethnic, low birth weight, overweight/obesity, physical activity, smoking, and alcohol consumption. Methods: A cross sectional study involved 313 children aged 12-18 years, where were randomly selected from Junior High Schools in Central Jakarta, during March – May 2014. Information about family history, race/ethnic, birth weight, physical activity levels, smoking and consumption of alcohol was gathered by questionnaire. Body weigth, heigth and blood pressure were measured. Hypertension was defined according to The Fourth Report of National High Blood Pressure Education Programme Working Group on High Blood Pressure in Children and Adolescent.
Results: The study included 313 adolescents with mean age 13.97±1.02 years. Prevalence of hypertension was 9.6%. Bivariate analysis showed that family history of hypertension (parental hypertension; p = 0.012; CI 95% = 1.20-6.02) and overweight/obesity (p<0.001; CI 95% = 2.99-14.42) were significantly associated with hypertension. The multivariate analysis indicated that overweight/obese adolescents displayed six times more chance of having hypertension than adolescents with light/normal weight (OR = 6.5; CI 95% = 2.99-14.43). Gender, low birth weight, race/ethnic, physical activity, and smoking were not significantly associated with hypertension. Conclusions: The prevalence of hypertension in the sample studied was high. Overweight/obesity and family history of hypertension were significantly associated with hypertension. The prevention of overweight and obesity can decrease the prevalence of hypertension.
Keywords: hypertension, prevalence, adolescent.
ix Universitas Indonesia Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii KATA PENGANTAR .................................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................. vii ABSTRAK ...................................................................................................... viii ABSTRACT ..................................................................................................... ix DAFTAR ISI ................................................................................................... x DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xv BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1 1.1 Latar belakang masalah ............................................................................. 1 1.2 Rumusan masalah ..................................................................................... 3 1.3 Hipotesis ................................................................................................... 3 1.4 Tujuan penelitian....................................................................................... 4 1.5 Manfaat penelitian..................................................................................... 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 6 2.1 Definisi ...................................................................................................... 6 2.2 Etiologi ...................................................................................................... 8 2.3 Epidemiologi ............................................................................................. 9 2.4 Faktor yang memengaruhi hipertensi ........................................................ 9
2.4.1 Umur ................................................................................................ 10 2.4.2 Jenis kelamin ................................................................................... 10 2.4.3 Ras/Etnik ......................................................................................... 10 2.4.4 Berat lahir ........................................................................................ 10 2.4.5 Status gizi ........................................................................................ 11 2.4.6 Genetik............................................................................................. 11 2.4.7 Kebiasaan merokok ......................................................................... 12 2.4.8 Olah raga / aktivitas fisis ................................................................. 12 2.4.9 Konsumsi alkohol ............................................................................ 14
2.5 Patofisiologi hipertensi ............................................................................. 15 2.6 Pengukuran tekanan darah ........................................................................ 15 2.7 Evaluasi diagnostik hipertensi .................................................................. 17 2.8 Penatalaksanaan ........................................................................................ 18 BAB 3 KERANGKA KONSEP .................................................................... 20 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 21 4.1 Desain penelitian ....................................................................................... 21 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 21 4.3 Populasi penelitian .................................................................................... 21 4.4 Perkiraan besar sampel.............................................................................. 21 4.5 Cara pemilihan sampel .............................................................................. 22
x Universitas Indonesia Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
4.6 Kriteria penelitian ................................................................................... 22 4.6.1 Kriteria inklusi .............................................................................. 22 4.6.2 Kriteria eksklusi ............................................................................ 22
4.7 Etik penelitian ......................................................................................... 23 4.8 Prosedur dan cara kerja penelitian .......................................................... 23 4.9 Alur penelitian ........................................................................................ 24 4.10 Pengolahan, analisis data dan penyajian hasil penelitian ...................... 24 4.11 Batasan operasional ................................................................................ 25 BAB 5 HASIL PENELITIAN ....................................................................... 29 5.1 Alur subjek penelitian ............................................................................. 29 5.2 Karakteristik subjek penelitian ............................................................... 30 5.3 Prevalens hipertensi ................................................................................ 32 5.4 Hubungan faktor risiko dengan hipertensi .............................................. 32 5.5 Analisis multivariat ................................................................................. 33 BAB 6 PEMBAHASAN ................................................................................. 35 6.1 Keterbatasan dan kelebihan penelitian ................................................... 35 6.2 Karakteristik subjek penelitian ............................................................... 36 6.3 Prevalens hipertensi ................................................................................ 37 6.4 Faktor yang memengaruhi hipertensi ..................................................... 38
6.4.1 Jenis kelamin ................................................................................. 38 6.4.2 Riwayat hipertensi dalam keluarga ............................................... 38 6.4.3 Ras/Suku ....................................................................................... 39 6.4.4 Berat lahir ...................................................................................... 40 6.4.5 Status gizi ...................................................................................... 40 6.4.6 Aktivitas fisis ................................................................................ 41 6.4.7 Faktor merokok ............................................................................. 42 6.4.8 Faktor konsumsi alkohol ............................................................... 43
6.5 Analisis multivariat untuk menilai hubungan beberapa faktor risiko dengan hipertensi pada remaja................................................................ 43
BAB 7 SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 44 7.1 Simpulan ................................................................................................. 44 7.2 Saran ....................................................................................................... 44 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 46 LAMPIRAN .................................................................................................... 50
xi Universitas Indonesia Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Penyebab hipertensi pada anak menurut kelompok umur ............. 9
Tabel 2.2 Contoh aktivitas fisis intensitas sedang dan tinggi ....................... 14
Tabel 2.3 Ukuran manset yang direkomendasikan untuk pengukuran tekanan darah pada anak ............................................................... 17
Tabel 5.1 Karakteristik subjek ...................................................................... 30
Tabel 5.2 Perilaku merokok dan konsumsi alkohol ...................................... 31
Tabel 5.3 Prevalens hipertensi remaja siswa SMP di Jakarta Pusat ............. 32
Tabel 5.4 Analisis bivariat antara jenis kelamin, suku/ras, berat lahir, status gizi, aktivitas fisik, riwayat hipertensi dalam keluarga, kebiasaan merokok dan minum alkohol dengan hipertensi. ......... 32
Tabel 5.5 Analisis regresi logistik antara faktor risiko dengan hipertensi .... 34
xii Universitas Indonesia Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Mekanisme patofisiologi hipertensi darah pada anak ................. 17
Gambar 2.2 Tata laksana hipertensi pada anak .............................................. 19
Gambar 5.1 Alur subjek penelitian ................................................................. 29
xiii Universitas Indonesia Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat keterangan lolos kaji etik ................................................. 50
Lampiran 2 Lembar informasi penelitian untuk orangtua .............................. 51
Lampiran 3 Lembar persetujuan mengikuti penelitian (informed consent) orangtua ...................................................................................... 52
Lampiran 4 Lembar informasi untuk siswa .................................................... 53
Lampiran 5 Lembar persetujuan subjek penelitian ........................................ 54
Lampiran 6 Kuesioner penelitian ................................................................... 55
xiv Universitas Indonesia Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
DAFTAR SINGKATAN
BB GPAQ HDL IMT kg Kemenkes RI kkal MET Riskesdas RSCM SD SKRT SMP SPSS TB WHO
Berat badan Global Physical Activity Questionnaire High density lipoprotein Indeks Massa Tubuh kilogram Kementrian Kesehatan Republik Indonesia kalori metabolic equivalent Riset Kesehatan Dasar Rumah Sakit Ciptomangunkusumo Standar Deviasi Survei Kesehatan Rumah Tangga Sekolah Menengah Pertama Statistical Package for the Social Science Tinggi Badan World Health Organization
xv Universitas Indonesia Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Hipertensi telah lama diketahui sebagai salah satu masalah kesehatan di dunia.
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko kejadian penyakit kardiovaskular
pada dewasa yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas akibat dari infark
miokard, stroke, gagal jantung, retinopati, dan gagal ginjal.1 Setiap kenaikan
tekanan darah diastolik 5 mmHg akan meningkatkan risiko penyakit jantung
koroner sebesar 20% dan risiko mengalami stroke sebesar 35%. Prevalens
hipertensi meningkat sesuai usia, berkisar 15% pada usia dewasa muda hingga
60% pada orang yang berusia 65 tahun ke atas.2 Hipertensi yang dialami pada
masa dewasa dapat berawal dari masa anak dan remaja. Remaja yang mengalami
hipertensi dapat terus berlanjut pada usia dewasa dan memiliki morbiditas dan
mortalitas yang lebih tinggi.3 Remaja yang memiliki tekanan darah lebih besar
dari persentil ke-90 berdasarkan umur dan jenis kelamin mempunyai risiko 3 kali
lipat akan mengalami hipertensi pada masa dewasa dibandingkan remaja dengan
tekanan darah pada persentil ke-50.2 Pengukuran tekanan darah pada anak dan
remaja diperlukan untuk mendeteksi ada tidaknya kecenderungan hipertensi pada
anak dan remaja. Tata laksana hipertensi pada anak dan remaja dapat
menurunkan prevalens hipertensi pada masa dewasa.4
Prevalens hipertensi pada anak dan remaja bervariasi. Laporan di berbagai negara
maju menyebutkan kisaran angka kejadian antara 1,3 – 21,6%.5 Prevalens
hipertensi pada anak usia sekolah diperkirakan antara 1-3%.6 McNiece dkk, dalam
penelitiannya pada remaja usia 11-17 tahun periode 2003-2005 menemukan
prevalens prehipertensi 15,7% dan hipertensi 3,2%.7 Prevalens hipertensi pada
remaja kebanyakan diperoleh dari studi yang dilakukan di negara maju, sedangkan
di negara berkembang masih sedikit data yang melaporkan. Di Indonesia,
berdasarkan penelitian Wila Wirya dkk (1988) di Jakarta dilaporkan prevalens
hipertensi pada anak sekolah usia 6 – 18 tahun adalah 3,11%.8 Thaib dkk (1993)
di Medan melaporkan prevalens hipertensi 4,5% pada anak lelaki dan 4,6% pada
1 Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
2
anak perempuan usia 6-16 tahun.9 Prevalens hipertensi pada remaja di Jakarta
belum ada yang melaporkannya.
Secara klinis hipertensi pada anak dan remaja dibedakan atas hipertensi primer
atau esensial dan hipertensi sekunder. Hipertensi sekunder sebagian besar
disebabkan oleh kelainan parenkim dan pembuluh darah ginjal, sedangkan
penyebab hipertensi primer belum diketahui secara pasti. Hipertensi sekunder
pada anak kejadiannya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan orang dewasa, dan
60-70% penyebabnya berasal dari penyakit parenkim ginjal, akan tetapi bila anak
sudah mencapai usia remaja maka bentuk hipertensi yang banyak ditemukan
adalah hipertensi esensial.2,10,11 Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
sekitar 85 – 90% penyebab hipertensi pada remaja adalah hipertensi primer dan
diikuti oleh penyakit ginjal lainnya.11
Mekanisme terjadinya hipertensi primer atau esensial belum banyak dimengerti.
Beberapa penelitian tentang tekanan darah menyebutkan bahwa terdapat berbagai
hal yang dianggap menjadi faktor risiko atau faktor yang memengaruhi
terjadinya hipertensi esensial anak dan remaja. Faktor tersebut di antaranya
adalah berat badan lebih atau obesitas, riwayat hipertensi dalam keluarga/faktor
genetik, ras/etnik, jenis kelamin, berat lahir rendah, konsumsi garam yang tinggi,
merokok, dan olahraga.1,3,11
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak ke masa dewasa muda.
Pada masa ini terjadi perubahan besar dan cepat dalam proses pertumbuhan fisik,
kognitif, dan psikososial/tingkah laku serta hormonal. Perubahan ini
menyebabkan berbagai perubahan dalam pola hidup, pola makan, pergaulan, dan
sebagainya sehingga dapat meningkatkan risiko timbulnya masalah kesehatan
pada remaja termasuk hipertensi.12
Seberapa besar masalah hipertensi pada remaja di Indonesia maupun faktor risiko
yang berhubungan hingga saat ini belum ada suatu penelitian yang
melaporkannya. Berdasarkan latar belakang ini kami mencoba menyusun
penelitian untuk mengetahui prevalens hipertensi pada remaja beserta faktor risiko
yang mendasari. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
3
prevalens dan faktor yang memengaruhi hipertensi pada remaja sehingga upaya
pencegahan hipertensi untuk menurunkan prevalens dapat segera dilakukan.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka
dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1.2.1 Berapa prevalens hipertensi pada remaja Sekolah Menengah Pertama (SMP)
di Jakarta Pusat?
1.2.2 Apakah terdapat hubungan antara:
1. Jenis kelamin terhadap hipertensi pada remaja SMP di Jakarta Pusat
2. Faktor genetik (riwayat hipertensi dalam keluarga) terhadap hipertensi
pada remaja SMP di Jakarta Pusat
3. Ras/etnik terhadap hipertensi pada remaja SMP di Jakarta Pusat
4. Berat lahir rendah terhadap hipertensi pada remaja SMP di Jakarta
Pusat
5. Status gizi terhadap hipertensi pada remaja SMP di Jakarta Pusat
6. Merokok terhadap hipertensi pada remaja SMP di Jakarta Pusat
7. Aktivitas fisis terhadap hipertensi pada remaja SMP di Jakarta Pusat
8. Konsumsi alkohol terhadap hipertensi pada remaja SMP di Jakarta
Pusat
1.3 Hipotesis
Untuk menjawab pertanyaan bagaimana pengaruh faktor risiko terhadap
hipertensi pada remaja maka diajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan antara jenis kelamin terhadap hipertensi pada
remaja SMP di Jakarta Pusat
2. Terdapat hubungan antara faktor genetik (riwayat hipertensi dalam
keluarga) terhadap hipertensi pada remaja SMP di Jakarta Pusat
3. Terdapat hubungan antara ras/etnik terhadap hipertensi pada remaja
SMP di Jakarta Pusat
4. Terdapat hubungan antara berat lahir rendah terhadap hipertensi pada
remaja SMP di Jakarta Pusat
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
4
5. Terdapat hubungan antara status gizi terhadap hipertensi pada remaja
SMP di Jakarta Pusat
6. Terdapat hubungan antara merokok terhadap hipertensi pada remaja
SMP di Jakarta Pusat
7. Terdapat hubungan antara aktivitas fisis terhadap hipertensi pada
remaja SMP di Jakarta Pusat
8. Terdapat hubungan antara konsumsi alkohol terhadap hipertensi pada
remaja SMP di Jakarta Pusat
1.4 Tujuan penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui prevalens dan faktor yang memengaruhi hipertensi pada remaja
1.4.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui prevalens hipertensi pada remaja SMP di Jakarta Pusat
2. Mengetahui hubungan antara jenis kelamin terhadap hipertensi pada
remaja SMP di Jakarta Pusat
3. Mengetahui hubungan antara faktor genetik (riwayat hipertensi dalam
keluarga) terhadap hipertensi pada remaja SMP di Jakarta Pusat
4. Mengetahui hubungan antara ras/etnik terhadap hipertensi pada remaja
SMP di Jakarta Pusat
5. Mengetahui hubungan antara berat lahir rendah terhadap hipertensi pada
remaja SMP di Jakarta Pusat
6. Mengetahui hubungan antara status gizi terhadap hipertensi pada remaja
SMP di Jakarta Pusat
7. Mengetahui hubungan antara merokok terhadap hipertensi pada remaja
SMP di Jakarta Pusat
8. Mengetahui hubungan antara aktivitas fisis terhadap hipertensi pada
remaja SMP di Jakarta Pusat
9. Mengetahui hubungan konsumsi alkohol terhadap hipertensi pada remaja
SMP di Jakarta Pusat
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
5
1.5 Manfaat penelitian
1.5.1 Manfaat dalam bidang akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh data prevalens dan faktor
yang memengaruhi hipertensi pada remaja. Penelitian ini juga diharapkan
menjadi wadah pelatihan bagi peneliti sehingga mempunyai kemampuan
untuk melakukan penelitian lainnya di masa mendatang.
1.5.2 Manfaat dalam bidang pelayanan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai acuan bagi praktisi
klinis dalam mencegah, mendeteksi, dan mengatasi hipertensi sedini
mungkin sehingga prevalens hipertensi pada anak dan remaja dapat
diturunkan dan hipertensi pada orang dewasa dapat dicegah.
1.5.3 Manfaat dalam bidang pengembangan penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai landasan atau
pertimbangan penelitian lanjutan tentang hipertensi.
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Definisi hipertensi pada anak dan remaja didasarkan pada distribusi normal
tekanan darah pada anak sehat dan tidak dapat disebut dalam satu angka karena
nilai tekanan darah normal bervariasi pada berbagai usia. Gauthier dkk membagi
hipertensi menjadi hipertensi ringan, sedang dan berat dengan menambahkan 10
mmHg setiap tingkatnya di atas persentil ke-95 pada grafik persentil dari Task
Force on The High Blood Pressure Control in Children 1977.13 Khusus untuk
remaja, Gauthier membagi hipertensi tersebut menjadi hipertensi ringan apabila
tekanan darah 140/90 – 149/99 mmHg, hipertensi sedang 150/100 – 159/109
mmHg, dan hipertensi berat 160/100 mmHg. Jadi pada remaja dikatakan
menderita hipertensi bila tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan darah
diastolik ≥ 90 mmHg.13
Berdasarkan Task Force Report on High Blood Pressure in Children and
Adolescents pada tahun 1987 dan 1996, tekanan darah tinggi atau hipertensi
adalah rerata tekanan darah sistolik dan/atau diastolik lebih besar atau sama
dengan persentil 95 terhadap umur dan jenis kelamin pada tiga kali pengukuran.
Hipertensi ini dibagi menjadi dua kelas, yaitu hipertensi signifikan bila tekanan
darah sistolik dan/atau diastolik terus menerus berada di antara persentil ke-95 dan
ke-99, dan hipertensi berat bila tekanan darah sistolik dan/atau diastolik terus
menerus berada di atas persentil ke-99 terhadap umur dan jenis kelamin.14,15
Berdasarkan The Fourth Report on The Diagnosis, Evaluation and Treatment of
High Blood Pressure in Children and Adolescent (2004), tekanan darah normal
adalah tekanan darah sistolik dan diastolik di bawah persentil 90 menurut umur,
jenis kelamin dan tinggi badan. Hipertensi adalah rerata tekanan darah sistolik
atau diastolik lebih tinggi atau sama dengan persentil 95 menurut umur, jenis
kelamin dan tinggi badan pada 3 kali pengukuran. Hipertensi stadium 1 yaitu
tekanan sistolik atau diastolik berada antara persentil 95 sampai dengan persentil
99 + 5 mmHg. Hipertensi stadium 2 yaitu tekanan darah sistolik atau diastolik di
6 Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
7
atas persentil 99 + 5 mmHg. Tekanan darah sistolik atau diastolik lebih tinggi atau
sama dengan persentil 90 tetapi lebih rendah daripada persentil 95 disebut
prehipertensi. Remaja dengan tekanan darah ≥ 120/80 mmHg sebaiknya juga
dipertimbangkan sebagai prehipertensi.4,16 Prehipertensi juga penting diperhatikan
karena prehipertensi merupakan indikator peningkatan risiko hipertensi pada anak
dan berhubungan dengan penyakit pada saat dewasa, khususnya dewasa muda.17
Masa remaja atau masa adolesensi adalah suatu fase perkembangan yang dinamis
dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa
anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik,
mental, emosional dan sosial dan berlangsung pada dekade kedua masa
kehidupan. Buku pediatri pada umumnya mendefinisikan remaja apabila telah
mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak
lelaki. World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja sebagai
kelompok anak usia 10-19 tahun.12,18
Perkembangan masa remaja dibagi atas masa remaja awal (usia 10-13 tahun),
menengah (usia 14-16 tahun) dan akhir (usia 17-19 tahun). Pada masa remaja
awal terjadi fase awal perkembangan maturasi fisik, seksual, dan pubertas yang
ditandai dengan munculnya tanda seks primer dan sekunder. Pada fase ini juga
terjadi penurunan ketergantungan diri pada keluarga, mulai terbentuk kemampuan
berpikir konkrit, mulai belajar untuk mengambil keputusan sendiri, mulai
terbentuk rasa ketertarikan seksual, bereksperimen dengan perilaku baru, dan
pengaruh teman sebaya menjadi faktor yang penting saat remaja ingin berusaha
sama seperti kelompoknya. Pada masa remaja menengah, remaja cenderung untuk
mencoba berbagai peran untuk menemukan identitas diri, mulai terbentuk
pemikiran abstrak, kemampuan berpikir kritis, ketertarikan seksual lebih
berkembang, dan pengaruh teman sebaya masih menjadi faktor utama yang
menentukan peran tersebut. Pada masa remaja akhir, individu cenderung memiliki
orientasi masa depan, merupakan masa transisi untuk memutuskan pekerjaan atau
pendidikan lebih lanjut, serta mulai membina hubungan personal dengan lawan
jenisnya dan terjadi internalisasi nilai-nilai pribadi.12,19 Soetjiningsih (1998) di
Bali meneliti bahwa pada umur 12 tahun anak perempuan mempunyai berat dan
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
8
tinggi yang lebih besar daripada anak lelaki, tetapi sebaliknya pada umur 13,14,
dan 15 tahun anak lelaki mempunyai tinggi dan berat badan yang lebih besar dari
perempuan.20 Pubertas dan “adolescent growth spurt” menyebabkan berbagai
perubahan metabolik pada tubuh remaja. Sebagai contoh meningkatnya kadar
hormon pertumbuhan pada masa remaja menyebabkan peningkatan resistensi
insulin yang dapat menyebabkan hipertensi.19
2.2 Etiologi
Hipertensi pada anak dan remaja dapat diklasifikasikan sebagai hipertensi primer
dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer (esensial) adalah bentuk hipertensi
yang tidak diketahui penyebabnya atau bukan merupakan akibat penyakit lain.
Hipertensi yang lebih sering ditemukan pada remaja adalah hipertensi primer atau
esensial, meliputi 85-90%.4 Hipertensi primer jarang ditemukan pada anak berusia
kurang dari 10 tahun. Faktor risiko yang bermakna untuk terjadinya hipertensi
primer adalah riwayat hipertensi dalam keluarga dan peningkatan indeks massa
tubuh. Obesitas dijumpai pada hampir 50% kasus.3 Beberapa faktor risiko lainnya
adalah ras, jenis kelamin, berat lahir rendah, konsumsi garam yang tinggi,
konsumsi alkohol, merokok, aktivitas, serta sindrom metabolik yang meliputi
kadar high density lipoprotein (HDL) yang rendah, trigliserida yang tinggi, dan
peningkatan kadar gula darah.2,4
Hipertensi sekunder juga ditemukan pada remaja, namun kejadiannya lebih sering
pada anak. Penyakit parenkim ginjal dan renovaskular merupakan penyebab
tersering hipertensi sekunder pada remaja. Penyakit parenkim ginjal yang sering
menimbulkan hipertensi antara lain glomerulonefritis, sindrom hemolitik uremik,
gagal ginjal kronik, tumor intrarenal (tumor Wilms’), renal scaring akibat
nefropati refluks maupun uropati obstruktif, ginjal polikistik dan renal displasia.
Penyakit renovaskular yang menimbulkan hipertensi adalah vaskulitis, penyakit
aortoarteritis Takayasu, stenosis atau trombosis arteri renalis, neurofibromatosis.4
Penyakit renovaskular dijumpai sebanyak 12% penyebab hipertensi kronik pada
remaja.3 Penyakit endokrin yang tersering menyebabkan hipertensi antara lain
feokromositoma, sindrom Cushing, neuroblastoma, hiperaldosteronisme primer
dan hipertiroid.4
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
9
Tabel 2. 1 Penyebab hipertensi pada anak menurut kelompok umur1,11
Umur Penyebab Neonatus Trombosis arteri/vena renalis, koarktasio aorta, kelainan
ginjal kongenital
< 1 tahun Koartasio aorta, penyakit renovaskular, penyakit parenkim ginjal
1 – 6 tahun Penyakit parenkim ginjal, penyakit renovaskular, penyakit endokrin, koartasio aorta, hipertensi esensial
6 – 12 tahun Penyakit parenkim ginjal, hipertensi esensial, penyakit renovaskular, penyakit endokrin, koartasio aorta
12 – 18 tahun Hipertensi esensial, penyakit parenkim ginjal, penyakit renovaskular, penyakit endokrin, koartasio aorta
2.3 Epidemiologi
Angka kejadian hipertensi di dunia sangat bervariasi.21 Laporan di berbagai
negara maju menyebutkan kisaran angka kejadian antara 1,3 – 21,6%.5 Di
Amerika, penelitian Jago dkk, pada remaja kelas 8 (13,6 ± 6 tahun) mendapatkan
prevalens hipertensi sebesar 23,9%.22 Di Rio Grande do Sul didapatkan 6,6%
tekanan darah diastolik dan 12,9% tekanan darah sistolik di atas persentil 95.23 Di
Portugal, penelitian Ramos dan Baros pada remaja 13 tahun didapatkan prevalens
hipertensi sebesar 22% dan prehipertensi 13,3%.24 Di India, berdasarkan
penelitian Savitha dkk, pada usia 10-16 tahun didapatkan prevalens hipertensi
sebesar 6,61%.21 McNiece dkk mendapatkan hipertensi pada remaja 11-17 tahun
sebesar 3,2% dan prehipertensi sebesar 15,7%.7
2.4 Faktor yang memengaruhi hipertensi
Tekanan darah pada remaja dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain umur,
tinggi badan, jenis kelamin, ras/etnik, gizi lebih atau obesitas, berat lahir rendah,
genetik, aktivitas fisis, merokok dan konsumsi alkohol.2,25 Selain yang akan
dijelaskan lebih lanjut di bawah ini terdapat hal-hal lain yang dapat meningkatkan
tekanan darah yaitu stress psikologis, kopi, obat-obatan seperti pseudoephedrin,
ibuprofen, obat stimulan, herbal, dan sebagainya.
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
10
2.4.1 Umur
Tekanan darah pada anak akan meningkat secara bertahap bersamaan dengan
bertambahnya umur dan ukuran badan sampai anak mencapai usia dewasa. Anak
yang lebih berat atau lebih tinggi, mempunyai nilai tekanan darah yang lebih
tinggi dibandingkan dengan anak sebaya dengan berat badan yang kurang.25
2.4.2 Jenis kelamin
Pada anak usia di bawah 6 tahun perbedaan jenis kelamin tidak terlalu berbeda
bermakna, namun setelah umur tersebut sampai pubertas tekanan darah sistolik
maupun diastolik pada anak perempuan sedikit lebih tinggi daripada anak lelaki.
Pada masa pubertas dan sesudahnya, tekanan darah sedikit lebih tinggi pada
remaja lelaki dibandingkan remaja perempuan. Perbedaan ini mungkin disebabkan
oleh perbedaan kecepatan tumbuh kembang anak.26,27 Sinaiko dkk dalam
penelitiannya terhadap pelajar SMP di Minnesota, Minneapolis menemukan
tekanan darah remaja lelaki lebih tinggi dibanding perempuan.28
2.4.3 Ras/Etnik
Berdasarkan The Task Force on Blood Pressure Control in Children and
Adolescent, tidak terdapat perbedaan tekanan darah antara anak African American
dan anak Caucassian, tetapi tahanan pembuluh darah perifer dan sensitivitas
tekanan darah terhadap asupan garam tampak lebih besar pada anak African
American dibandingkan pada anak Caucassian. Tekanan darah pada populasi Asia
juga didapatkan tidak berbeda bermakna dengan populasi lainnya.27 Remaja kulit
hitam mempunyai tekanan darah yang lebih tinggi dibanding yang kulit putih.2
2.4.4 Berat lahir
Interaksi antara nutrisi saat dalam kandungan dengan pertumbuhan janin turut
memengaruhi jenis penyakit kardiovaskular pada kehidupan selanjutnya. Nutrisi
dalam kandungan yang kurang optimal akan membatasi pertumbuhan janin dan
mengakibatkan berat lahir rendah sehingga berat lahir rendah menjadi petunjuk
klinis dari lingkungan dalam rahim yang kurang optimal dan merupakan faktor
risiko timbulnya penyakit kronik di kemudian hari. Beberapa penelitian
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
11
melaporkan adanya hubungan yang bermakna antara berat lahir dengan tekanan
darah.29,30 Studi di Eropa dan Amerika pada dewasa menunjukkan bahwa orang
yang berat lahir lebih rendah mempunyai tekanan darah yang lebih tinggi.30,31
Law dkk menemukan peningkatan tekanan darah pada anak-anak di China,
Guatemala dan Chile berhubungan dengan berat lahir rendah.31 Beberapa peneliti
menemukan adanya penurunan tekanan darah sistolik sebesar 1,48 – 2,80 mmHg
untuk setiap kenaikan 1 kg berat lahir. Walaupun demikian beberapa penelitian
lain juga menemukan adanya hubungan yang lemah atau tidak ada hubungan
antara berat lahir dengan tekanan darah pada remaja atau dewasa.30
2.4.5 Status gizi
Hubungan status gizi dengan kejadian hipertensi telah banyak dilaporkan terutama
pada anak dengan obesitas.21,24,29 Pada anak dengan obesitas terjadi peningkatan
kadar trigliserida, penurunan HDL, peningkatan kolesterol dan peningkatan
resistensi terhadap insulin serta penurunan aktivitas. Hal tersebut dapat memicu
terjadinya hipertensi. Anak dengan obesitas mengalami 1,5 kali lebih besar
menderita hipertensi daripada anak tanpa obesitas.21 Sorof dan Daniel melaporkan
prevalens hipertensi 3 kali lebih besar pada anak obesitas dibandingkan tanpa
obesitas.32 Patofisiologi hipertensi pada obesitas adalah gangguan fungsi otonom,
resistensi insulin dan kelainan struktur dan fungsi pembuluh darah. Hiperaktivitas
sistem saraf simpatis mengakibatkan peningkatan frekuensi denyut jantung dan
variabilitas tekanan darah, dan peningkatan kadar katekolamin plasma.32
Prevalens berat badan lebih dan obesitas dengan hipertensi pada remaja (10-19
tahun) antara 41,09 – 67,33%.33
2.4.6 Genetik
Secara statistik peranan genetik terhadap kejadian hipertensi menunjukkan
hubungan yang sangat bermakna. Menurut beberapa penelitian, hipertensi pada
anak dan remaja akan meningkat bila terdapat riwayat hipertensi pada
keluarga.2,21,23,26,29 Jika kedua orangtua hipertensi, maka angka kejadian hipertensi
pada keturunannya meningkat 4 sampai 15 kali dibanding bila kedua orangtua
adalah normotensi.3
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
12
2.4.7 Kebiasaan merokok
Hubungan antara rokok dengan peningkatan risiko terjadinya penyakit
kardiovaskular telah banyak dibuktikan. Selain dari lamanya merokok, risiko
akibat merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap per hari.
Seseorang yang menghisap lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih
rentan daripada mereka yang tidak merokok. Zat kimia beracun, seperti nikotin
dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok, masuk ke dalam aliran darah
dan merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, mengakibatkan proses
aterosklerosis dan hipertensi.34 Hanya dalam beberapa detik nikotin sudah
mencapai otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada
kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini akan
menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat
karena tekanan yang lebih tinggi. Setelah merokok dua batang saja, baik tekanan
sistolik maupun diastolik akan meningkat 10 mmHg. Tekanan darah akan tetap
pada ketinggian ini sampai 30 menit setelah berhenti mengisap rokok. Sementara
efek nikotin perlahan-lahan menghilang, tekanan darah juga akan menurun
dengan perlahan. Pada perokok berat tekanan darah akan berada pada level tinggi
sepanjang hari.35
Perokok pasif juga berhubungan dengan kerusakan endotel pembuluh darah dan
dapat berdampak terhadap peningkatan tekanan darah. Penelitian yang dilakukan
oleh Seyedzadeh dkk menunjukkan bahwa paparan terhadap asap rokok dapat
meningkatkan tekanan darah pada anak dan mempunyai risiko terjadi penyakit
kardiovaskular di kemudian hari.36 Data riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2010
menunjukkan prevalens tertinggi umur pertama kali merokok terdapat pada
kelompok umur 15-19 tahun (43,3%) disusul kelompok umur 10-14 tahun
(17,5%) dan umur 20-24 tahun (14,6%). Anak sekolah yang terpapar asap rokok
selama mereka di rumah atau menjadi perokok pasif sebesar 64,2%.37
2.4.8 Olah raga / aktivitas fisis
Olah raga/aktivitas fisis dapat memengaruhi tekanan darah. Hal ini disebabkan
oleh pengaruh hormonal dan aktivitas jantung.2 Aktivitas fisis adalah perilaku
yang menghasilkan gerakan yang memberi kontribusi pada total energy
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
13
expenditure seseorang, yang meliputi seluruh pergerakan otot besar, untuk tujuan
apapun, yang dilakukan sepanjang hari. Olah raga adalah bagian dari aktivitas
fisis total, yang dilakukan secara sengaja, terstruktur dan berulang, yang bertujuan
untuk meningkatkan kardio-respirasi atau dimensi lain ketahanan fisik.38 Olah
raga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular, karena
olah raga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan
menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga
menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat
karena adanya kondisi tertentu. Kurangnya aktifitas fisis meningkatkan risiko
hipertensi karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak
aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi
sehingga otot jantungnya bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras
dan sering otot jantung memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada
arteri.35
Pengukuran aktivitas fisis dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain
dengan kuesioner yang dianggap cocok untuk penelitian epidemiologi yang
melibatkan sampel yang besar karena tidak memerlukan peralatan teknis yang
rumit, biaya yang lebih murah dan tidak mengganggu aktivitas harian subjek.39
Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) merupakan kuesioner yang
dibuat oleh WHO untuk melakukan survey mengenai hubungan risiko penyakit
kronik dan aktivitas fisis di populasi, terutama di negara berkembang. Kuesioner
ini telah melalui uji validitas dan realibilitas di 9 negara berkembang termasuk
Indonesia.40 Kuesioner ini mengumpulkan informasi mengenai aktivitas fisis dan
gaya hidup santai yang terdiri dari 16 pertanyaan (P1 – P16) yang mencakup
aktivitas di sekolah, perjalanan ke berbagai tempat, aktivitas olahraga dan
rekreasional serta perilaku santai. Intensitas aktivitas fisis dinyatakan dalam
satuan metabolic equivalent (MET) yaitu rasio laju metabolisme kerja
dibandingkan laju metabolisme istirahat. Satu MET didefinisikan sebagai energi
yang digunakan untuk duduk tenang dan setara dengan penggunaan 1 kkal/kg/jam.
Analisis data GPAQ mengestimasi perbandingan terhadap energi saat duduk
tenang dibagi konsumsi kalori saat beraktivitas sedang dinilai 4 kali lipat dan
aktivitas tinggi dinilai 8 kali lipat, jadi untuk menilai keluaran energi total (overall
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
14
energy expenditure), 4 MET ditambahkan untuk setiap waktu yang dibutuhkan
saat melakukan aktivitas sedang dan 8 MET saat melakukan aktivitas tinggi. 41
Tabel 2.2 adalah contoh aktivitas fisis intensitas sedang dan tinggi yang
disesuaikan dengan aktivitas remaja.
Tabel 2.2 Contoh aktivitas fisis intensitas sedang dan tinggi42
Aktivitas fisis intensitas sedang Aktivitas fisis intensitas tinggi Aerobik ringan Badminton Skateboard Dansa Senam (gymnastic) Volly Tenis meja Permainan outdoor tidak
terstruktur Golf Jalan kaki Baseball Bersepeda santai Sepatu roda santai Fitness (latihan beban)
Aerobik – intensitas sedang-berat Basket Tenis lapangan Karate/judo/silat/taekwondo Jogging Berenang Lompat tali Atletik Panjat tebing Futsal Bersepeda jauh/mendaki Sepatu roda jauh/balapan
2.4.9 Konsumsi alkohol
Hampir 75% remaja kelas 12 di Amerika Serikat pernah minum alkohol dan 25%
di antaranya pertama kali minum alkohol sebelum usia 13 tahun. Penyalahgunaan
alkohol pada usia dini berhubungan dengan meningkatnya masalah yang
disebabkan oleh konsumsi alkohol tersebut.43 Penyalahgunaan alkohol atau
minuman keras saat ini merupakan permasalahan yang berkembang di dunia
remaja dan menunjukkan kecenderungan yang meningkat dari tahun ketahun.
Data Riskesdas (2010) menyebutkan jumlah remaja pengkonsumsi minuman
keras mencapai 6%.37
Konsumsi alkohol akan meningkatkan risiko terjadinya hipertensi. Alkohol
bersifat meningkatkan aktivitas saraf simpatis karena dapat merangsang sekresi
corticotropin releasing hormone (CRH) yang berujung pada peningkatan tekanan
darah. Selain itu pada penggunaan alkohol dalam waktu yang lama dapat
menyebabkan reaktivitas pembuluh darah.44 Hubungan antara konsumsi alkohol
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
15
dan tekanan darah telah dilaporkan dalam beberapa penelitian. Penelitian yang
dilakukan Jerez dkk menunjukkan bahwa prevalens hipertensi lebih besar pada
lelaki peminum alkohol berat.45
2.5 Patofisiologi hipertensi
Patogenesis hipertensi esensial masih belum banyak dimengerti. Banyak faktor
patofisiologi yang berhubungan dengan terjadinya hipertensi seperti peningkatan
sistem saraf simpatis, peningkatan hormon retensi natrium dan vasokonstriktor,
asupan tinggi natrium, asupan kalium dan kalsium yang tidak adekuat dalam
makanan, peningkatan sekresi renin dengan akibat peningkatan angiotensin II dan
aldosteron, kurangnya vasodilator seperti nitric oxide dan prostasiklin, diabetes
melitus, resistensi insulin, obesitas, dll.46
Gambar 2.1 Mekanisme patofisiologi hipertensi46
2.6 Pengukuran tekanan darah
Sebagian besar hipertensi pada anak dan remaja tidak menunjukkan gejala, tetapi
berhubungan dengan terjadinya kerusakan target organ dan morbiditas yang tinggi
maka pengukuran tekanan darah pada anak dan remaja merupakan hal yang sangat
penting dan memerlukan pengukuran yang tepat dan benar karena terdapat banyak
faktor yang berpengaruh. Berdasarkan rekomendasi National High Blood
Pressure Education Program, semua anak usia 3 tahun atau lebih harus diukur
tekanan darahnya pada saat pertama kali datang ke fasilitas kesehatan.1,11,47
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
16
Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Pengukuran tekanan darah secara langsung dilakukan secara intra-arterial. Cara
ini lebih akurat tetapi invasif sehingga tidak digunakan dalam praktik klinis. Cara
praktis pengukuran tekanan darah adalah secara tidak langsung dengan auskultasi.
Baku emas pengukuran tekanan darah secara tidak langsung adalah menggunakan
manometer air raksa. Dibandingkan hasil pengukuran tekanan darah intra-arterial,
maka pengukuran tekanan darah secara tidak langsung dengan auskultasi
menghasilkan tekanan sistolik yang lebih rendah dan tekanan diastolik yang
sedikit lebih tinggi.48
Ketidaktepatan hasil pengukuran tekanan darah menggunakan manometer dengan
auskultasi terutama bersumber dari kesalahan manusiawi yang dapat berupa
ketidaktepatan memilih ukuran manset, ketidaktepatan pemasangan manset,
singkatnya waktu istirahat bagi pasien, penurunan tekanan yang terlalu cepat,
kurangnya konsentrasi pemeriksa, bias/pembulatan hasil, dan kurangnya
pemeriksaan ulangan. Kesalahan manusiawi ini dapat diatasi dengan pelatihan
petugas secara berkala dan benar. Untuk mendapatkan hasil pengukuran tekanan
darah yang tepat perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Manset yang digunakan harus cocok dengan ukuran anak. (Tabel. 2.3).16,48
b. Lebar kantung karet harus menutupi minimal 40% lingkar lengan atas
pada pertengahan antara olekranon dan akromion sehingga memberikan
ruangan yang cukup untuk meletakkan stetoskop bell di daerah fossa
kubiti sedangkan panjang kantung karet harus dapat menutupi 80-100%
dari lingkaran lengan atas.1,11,27,48
c. Manometer yang akan digunakan harus diperiksa terlebih dahulu, apakah
ada kerusakan mekanik yang memengaruhi hasil pengukuran.48
d. Pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan dalam suasana yang
tenang. Idealnya anak yang hendak diukur tekanan darahnya tidak sedang
mengonsumsi obat stimulan, telah duduk beristirahat dengan tenang
selama 5 menit pada kursi bersandar, kaki berpijak pada lantai/tidak
tergantung, dan lengan kanan ditopang sedemikian rupa sehingga fosa
kubiti berada setinggi jantung. Pada anak yang lebih kecil pengukuran
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
17
dilakukan dalam posisi anak berbaring telentang dengan lengan lurus
disamping badan.16,48
Tabel 2.3 Ukuran manset yang direkomendasikan untuk pengukuran tekanan darah pada anak16
Rentang umur Lebar (cm) Panjang (cm) Lingkar lengan atas maksimum (cm)
Neonatus 4 8 10 Bayi 6 12 15 Anak-anak 9 18 22 Dewasa kecil 10 24 26 Dewasa 13 30 34 Dewasa besar 16 38 44 Paha 20 42 52
Pada penentuan tekanan darah sistolik digunakan bunyi Korotkoff I yaitu bunyi
yang mulai terdengar melalui stetoskop ketika tekanan dalam manset diturunkan
perlahan-lahan, sedangkan tekanan darah diastolik menggunakan kriteria bunyi
Korotkoff V yaitu saat menghilangnya bunyi. Namun pada beberapa anak jika
fase V sulit didengar, maka Korotkoff IV digunakan sebagai petunjuk tekanan
darah diastolik.16,48
2.7 Evaluasi diagnostik hipertensi
Setelah hipertensi ditegakkan harus dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis
yang sangat cermat untuk menentukan etiologi dan mendeteksi kerusakan target
organ sebagai komplikasi hipetensi. Gejala/tanda yang mengarah ke hipertensi
sekunder antara lain disuria, poliuria, nokturia, hematuria, nyeri dan
pembengkakan sendi, nyeri abdomen, edema, kelemahan otot, kejang, penurunan
berat badan, dan palpitasi. Gejala/tanda yang mengarah kepada adanya kerusakan
target organ adalah sakit kepala, epistaksis, vertigo, gangguan penglihatan, nyeri
dada, dan sesak napas.4
Pemeriksaan fisis juga perlu dilakukan secara teliti dan sistematis oleh karena ada
beberapa kelainan yang dapat ditemukan dan merupakan tanda penyebab
hipertensi atau lamanya hipertensi berlangsung.25 Pemeriksaan fisis pada anak
hipertensi meliputi indeks massa tubuh, ada tidaknya edema, mengukur tekanan di
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
18
keempat ekstremitas untuk menyingkirkan adanya koarktasio aorta, mencari bruit
pada pembuluh darah besar, memeriksa retina, mencari tanda dan gejala lain yang
mengarah kepada hipertensi sekunder.4
Pemeriksaan laboratorium dan pencitraan ditujukan untuk menapis etiologi
hipertensi, mencari komorbiditas, dan mendeteksi kerusakan target organ.
Pemeriksaan awal meliputi darah tepi lengkap, elektrolit, asam urat, ureum,
kreatinin, profil lipid, gula darah, urinalisis lengkap, kultur urin, ultrasonografi
(USG) ginjal, elektrokardiografi (EKG), ekokardiografi, dan polisomnografi.
Pemeriksaan penunjang selanjutnya tergantung pada indikasi klinis.4
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi pada remaja ditujukan pada pengendalian tekanan
darah dan penyakit yang mendasarinya, meliputi tata laksana farmakologi dan
nonfarmakologi. Tujuan pengobatan adalah menurunkan tekanan darah sampai di
bawah persentil 95, namun bila terdapat keadaan komorbiditas seperti penyakit
ginjal kronik, diabetes melitus, atau sudah didapatkan kerusakan target organ,
maka target penurunan tekanan darah adalah di bawah persentil 90.4,25
Tata laksana non farmakologi meliputi pengurangan berat badan, melakukan
aktivitas fisis secara reguler, mengurangi aktivitas yang dilakukan sambil duduk
saja (dianjurkan kurang dari 2 jam per hari), modifikasi diet (membatasi garam,
menambah asupan buah dan sayur segar, serat, non fat dairy) dan menghindari
rokok.4
Fourth Report on The Diagnosis, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure on Children and Adolescent merekomendasikan alur identifikasi dan
penatalaksanaan hipertensi pada anak sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
19
Gambar 2.2 Tata laksana hipertensi pada anak16
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
BAB 3
KERANGKA KONSEP
Aktivitas kurang Obesitas Pemakaian
obat telarang Hubungan sex tidak
aman
Konsumsi alkohol
Resistensi insulin
hiperinsulinemi
Remaja - Pengaruh peer
group - Masalah emosional
dan perilaku
Perubahan pola hidup, pola makan, pergaulan,dll
Merokok
Retensi Na &
Volume plasma
Nikoti
Curah jantung (autoregulasi)
Aktivitas saraf simpatis
HIPERTENSI
Penyempitan pembuluh darah
Tahanan perifer
Kalsium intrasel
Sensitivitas vaskular
Faktor risiko yang tidak dapat dikontrol
- Hipertensi dalam keluarga
- Jenis Kelamin - Ras/etnis - Berat lahir
= ruang lingkup
penelitian
Kerusakan endotel vaskular
Diet tinggi garam
20 Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik potong lintang untuk mengetahui
prevalens dan faktor yang memengaruhi hipertensi pada remaja siswa SMP.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di SMP di Jakarta selama 3 bulan, yaitu bulan Maret 2014
sampai dengan Mei 2014 setelah mendapat persetujuan etik dari Panitia Tetap
Etik Penelitian Kedokteran FKUI. Pengambilan sampel diakhiri setelah besar
sampel terpenuhi.
4.3 Populasi penelitian
Populasi target penelitian ini adalah semua remaja siswa SMP. Populasi
terjangkau adalah seluruh remaja siswa SMP di beberapa SMP di wilayah Jakarta
Pusat.
4.4 Perkiraan besar sampel
Untuk prevalens hipertensi, besar sampel ditetapkan dengan perhitungan sampel
tunggal untuk estimasi proporsi suatu populasi dengan menggunakan ketepatan
relatif yaitu:
n = Zα2PQ d2
n = besar sampel penelitian yang dibutuhkan
P = prevalens hipertensi yang diperkirakan, berdasarkan kepustakaan adalah 6%
Q = 1-P
Zα = interval kepercayaan yang ditetapkan, yaitu 95% = 1,96
d = perbedaan hasil yang dianggap bermakna, ditetapkan 3% (0,03)
Maka besar sampel:
n= (1,96)2 x 0,06 x 0,94 = 245 0,032
21 Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
22
Dengan perhitungan perkiraan jumlah subjek yang akan dieksklusi maka akan
diambil sampel sebanyak 300 orang.
Besar sampel untuk faktor risiko menggunakan “rule of thumb” dengan 8 faktor
yang diteliti adalah
10 x 8 = 80
Dengan demikian besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
berdasarkan rumus estimasi proporsi yaitu 300 sampel.
4.5 Cara pemilihan sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cluster sampling:
1. Dilakukan pengambilan data sekunder dari Dinas Pendidikan DKI tentang
jumlah SMP di Jakarta Pusat.
2. Dilakukan randomisasi sederhana untuk mendapatkan 2 SMP negeri dan 2
SMP swasta yang akan dijadikan sampel.
3. Dilakukan randomisasi sederhana terhadap kelas dari tiap tingkatan kelas
di masing-masing SMP sehingga didapatkan 300 orang subjek penelitian
4. Kepada semua calon sampel akan diberikan lembar informasi orangtua
murid dan lembar persetujuan orangtua murid.
4.6 Kriteria penelitian
4.6.1 Kriteria inklusi
Sampel penelitian ini adalah semua remaja yang bersekolah di SMP di wilayah
Jakarta Pusat.
4.6.2 Kriteria eksklusi
• Tidak mendapat ijin dari orangtua subjek.
• Tidak hadir pada hari penelitian dilaksanakan.
• Secara klinis terdeteksi menderita kelainan bawaan/sindrom/hormonal
yang berpotensi menyebabkan hipertensi.
• Sedang minum obat anti hipertensi.
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
23
4.7 Etik penelitian
Persetujuan etik penelitian telah diperoleh dari Komisi Etik Penelitian Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia melalui Surat Keterangan Lolos Kaji Etik
nomor 196/H2.F1/ETIK/2014 tertanggal 7 April 2014 (Lampiran 1). Subjek
diikutsertakan dalam penelitian, persetujuan akan dimintakan juga dari
orangtua/wali dengan mengisi lembar persetujuan (informed consent) setelah
mendapat penjelasan mengenai tujuan, prosedur, dan manfaat penelitian.
4.8 Prosedur dan cara kerja penelitian
• Setelah mendapat ijin dari pihak sekolah dan menetapkan kelas yang akan
dijadikan subjek penelitian, peneliti menyebarkan penjelasan tertulis
penelitian (Lampiran 2) dan lembar informed consent (Lampiran 3) untuk
ditandatangani orangtua, lembar informasi subjek (lampiran 4) dan lembar
persetujuan subjek (lampiran 5) serta lembar kuesioner (Lampiran 6)
untuk diisi oleh subjek. Waktu pengumpulan lembar informed consent dan
kuesioner dilakukan 1 minggu kemudian.
• Subjek yang bersedia mengikuti penelitian dilakukan pemeriksaan
antropometri meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan, tekanan
darah dan pemeriksaan fisis. Pemeriksaan tekanan darah dilakukan pada
posisi duduk, di lengan kanan menggunakan tensimeter digital merek
Omron model HEM-7111 yang telah ditera dan dilakukan tiga kali
pemeriksaan dengan interval 5 menit.
• Data tambahan diperoleh dengan melakukan wawancara kepada subjek.
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
24
4.9 Alur penelitian
4.10 Pengolahan, analisis data dan penyajian hasil penelitian
Data yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan menggunakan peranti lunak
stastistical package for social studies version 17.0 for windows (SPSS Inc). Data
disajikan dalam bentuk narasi, tabel dan grafik.
Uji statistik yang dipakai untuk uji hipotesis variabel kategorik tidak berpasangan
menggunakan uji Chi Square dan untuk data yang tidak memenuhi kriteria uji
Chi Square digunakan uji Fischer. Nilai p<0,05 dianggap bermakna secara
statistik.
Analisis yang digunakan untuk analisis multivariat ditentukan berdasarkan
variabel tergantungnya. Oleh karena variabel tergantungnya merupakan variabel
kategorikal maka akan digunakan regresi logistik. Langkah-langkah analisis
multivariat adalah menseleksi variabel yang akan dimasukan ke dalam analisis
multivariat adalah variabel yang ada pada analisis bivariat mempunyai nilai
p<0,25.
Populasi target(siswa SMP)
Proses perijinan dan diseminasi penelitian pada kepala SMP
Pengolahan dan analisis data
Pemilihan subjek penelitian sesuai kriteria inklusi dan eksklusi
Informed consent
Pengisian kuesioner, pemeriksaan antropometris dan tekanan darah
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
25
4.11 Batasan operasional
1. Faktor yang diduga berpotensi memengaruhi kejadian hipertensi pada
subjek dalam penelitian ini adalah: jenis kelamin, riwayat hipertensi dalam
keluarga, ras/etnik, berat lahir rendah, berat badan lebih atau obesitas,
merokok, aktivitas fisis dan konsumsi alkohol.
2. Usia ditentukan berdasarkan anamnesis tanggal kelahiran dari orangtua
atau subjek sendiri. Usia dinyatakan dalam tahun; usia yang lebih dari 6
bulan dibulatkan ke atas, sedangkan di bawah 6 bulan dibulatkan ke
bawah.
3. Remaja adalah kelompok anak usia 10 sampai dengan 19 tahun.18
4. Berat badan adalah ukuran berat badan anak yang diukur memakai
timbangan berat badan berdiri tanpa menggunakan sepatu dan alas kaki,
dan hanya memakai seragam sekolah saja. Berat badan ditimbang dengan
menggunakan timbangan pegas yang telah ditera dengan ketelitian 0,5 kg.
5. Tinggi badan adalah tinggi badan anak yang diukur pada posisi berdiri
dengan punggung bersandar pada dinding, muka lurus menghadap ke
depan, telapak kaki dirapatkan tanpa menggunakan sepatu dan alas kaki.
Tinggi badan diukur dengan menggunakan alat ukur yang telah ditera
dengan ketelitian 0,1 cm.
6. Tekanan darah adalah hasil pengukuran tekanan sistolik dan diastolik yang
diukur pada lengan kanan atas subjek dengan lengan bawah diletakkan di
atas meja, agar lengan atas berada setinggi jantung. Pengukuran dilakukan
setelah beristirahat sekitar 15 menit dengan menggunakan tensimeter
digital merek Omron model HEM-7111 dengan lebar manset 9 atau 10 cm.
Pengukuran dilakukan 3 kali dengan jarak waktu 5 menit.
7. Hipertensi berdasarkan Fourth Report on The Diagnosis, Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure in Children and Adolescent (2004)
adalah rata-rata tekanan darah sistolik atau diastolik ≥ 95 persentil
menurut umur, jenis kelamin dan tinggi badan pada 3 kali pengukuran.
Hipertensi stadium 1 yaitu tekanan sistolik atau diastolik berada antara
persentil 95 sampai dengan persentil 99 + 5 mmHg. Hipertensi stadium 2
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
26
yaitu tekanan darah sistolik dan diastolik diatas persentil 99 + 5 mmHg
menurut umur, jenis kelamin dan tinggi badan.16
8. Prehipertensi adalah tekanan darah sistolik atau diastolik lebih tinggi atau
sama dengan persentil 90 tetapi lebih rendah daripada persentil 95.16
9. Ras/etnik adalah latar belakang suku subjek seperti Jawa, Sunda, Betawi,
Minang, Batak, Palembang dan lainnya. Data diperoleh dari kuesioner.
10. Faktor genetik dinilai berdasarkan riwayat hipertensi pada ayah dan ibu
kandung. Data riwayat hipertensi orangtua didapat dari kuesioner.
11. Berat lahir adalah berat pertama bayi yang ditimbang dalam waktu satu
jam setelah lahir. Berat badan lahir rendah (BBLR) bila 1500-2499 gram,
normal 2500 – 3999 gram dan bayi besar bila ≥ 4000 gram.49 Berat lahir
diperoleh berdasarkan hasil kuesioner.
12. Status gizi; adalah status atau gizi subjek dinilai berdasarkan pemeriksaan
klinis dan antropometris berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) yang
diplot di kurva NCHS/CDC 2000 dan dikelompokkan sebagai berikut:17
1. Obesitas, jika BB menurut TB subjek di atas 120% dan indeks massa
tubuh (IMT) menurut usia dan jenis kelamin terletak di atas persentil
95.
2. Gizi lebih, jika BB menurut TB subjek 110-120% dan hasil
perhitungan IMT menurut usia dan jenis kelamin terletak antara
persentil 85-95%.
3. Gizi baik, jika BB menurut TB subjek 90-110%.
4. Gizi kurang, jika BB menurut TB subjek 70-90%.
5. Gizi buruk, jika BB menurut TB subjek kurang dari 70% disertai
tanda-tanda klinis gizi buruk seperti wajah orangtua susah, iga
gambang, wasting dan baggy pants.
13. Aktifitas fisis / olah raga
Aktifitas fisis adalah semua aktifitas muskuloskeletal yang menghasilkan
gerakan yang memberi kontribusi pada total energy expenditure
seseorang, yang meliputi seluruh pergerakan otot besar untuk tujuan
apapun yang dilakukan sepanjang hari.38
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
27
Kriteria aktivitas fisis berdasarkan kuesioner GPAQ. 41
Aktivitas tinggi
Jika (P2 + P11) ≥ 3 hari dan mencapai ≥ 1500 MET-menit/minggu
ATAU
Jika (P2 + P5 + P8 + P11 + P14) ≥ 7 hari dan mencapai ≥ 3000 MET-
menit/minggu
Aktivitas sedang
Seseorang yang tidak memenuhi kriteria di atas, namun setidaknya
memenuhi salah satu kriteria berikut:
Jika (P2 + P11) ≥ 3 hari dan ((P2 x P3) + (P11 x P12)) ≥ 3 x 20
menit
ATAU
Jika (P5 + P8 + P14) ≥ 5 hari dan ((P5 x P6) + (P8 x P9) + (P14 x
P15) ≥ 150 menit
ATAU
Jika (P2 + P5 + P8 + P11 + P14) ≥ 5 hari dan mencapai ≥ 600
MET-menit/minggu
Aktivitas rendah
Seseorang yang tidak memenuhi ke-2 kriteria di atas
14. Kebiasaan merokok, adalah subjek yang memenuhi definisi sebagai
perokok setiap hari, perokok kadang-kadang, dan mantan perokok
berdasarkan Riskesdas:37
Perokok setiap hari : orang yang merokok produk tembakau
apapun minimal satu kali sehari.
Perokok kadang-kadang : orang yang merokok produk tembakau,
tetapi tidak setiap hari.
Mantan perokok : orang yang sebelumnya perokok setiap hari
atau kadang-kadang dengan jumlah minimal 100 batang selama hidupnya,
namun saat ini telah berhenti merokok.
15. Faktor risiko merokok adalah bila subjek menjawab “ya” saat ditanyakan
tentang kebiasaan merokok pada subjek, atau bila orangtua mempunyai
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
28
kebiasaan merokok atau sering berada di lingkungan orang yang sedang
merokok.
16. Faktor risiko konsumsi alkohol adalah bila subjek minum alkohol minimal
satu kali per minggu dan minimal 1 gelas per minggu.
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1 Alur subjek penelitian
Penelitian dilakukan pada empat SMP di wilayah Jakarta Pusat, terdiri atas 2 SMP
negeri dan 2 SMP swasta yang dipilih secara acak dari 36 SMP negeri dan 65
SMP swasta. Sekolah menengah pertama yang terpilih adalah SMP negeri 4, SMP
negeri 216, SMP Trisula Perwari II dan SMP Taman Siswa. Setiap SMP diambil
satu kelas dari tiap tingkatan (kelas 7,8 dan 9). Kepada semua siswa di kelas
tersebut dibagikan kuesioner dan lembar persetujuan untuk diisi dan
ditandatangani. Penyebaran kuesioner ini dilakukan bulan Maret 2014.
Pemeriksaan antropometri dan tekanan darah dilakukan pada April 2014 setelah
mendapat persetujuan dari subjek dan orangtua.Sebanyak 387 kuesioner dibagikan
dan sebanyak 313 subjek penelitian memenuhi kriteria inklusi. (Gambar 5.1)
Gambar 5.1 Alur subjek penelitian
SMP di Jakarta Pusat
SMPN 4
SMPN 216
SMP
SMP Taman Siswa
104 subjek
103 subjek
73 subjek 107 subjek
Randomisasi
SMP Negeri
SMP Swasta
Randomisasi
Eksklusi 74 subjek: • 35 subjek tidak hadir • 39 subjek orangtua
tidak setuju
387 subjek dari 4 SMP
Total 313 subjek penelitian
29 Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
30
5.2 Karakteristik subjek penelitian
Sebagian besar subjek penelitian adalah anak perempuan dengan rasio
perempuan:lelaki=1,52:1, dengan rerata usia subjek adalah 13,97 tahun (SD 1.02
tahun). Tabel 5.1 menunjukkan sebaran karakteristik subjek. Kelompok usia
terbanyak adalah usia remaja menengah (14-16 tahun) sebanyak 198 (63,3%).
Berat lahir sebagian besar subjek adalah normal (73,2%) dan sebagian besar
subjek memiliki status gizi yang baik (62,3%) sedangkan subjek yang memiliki
gizi lebih 11,8% dan obesitas 8,6%. Aktifitas fisis subjek pada penelitian ini
sebagian besar adalah aktifitas rendah (62,6%). Suku terbanyak adalah suku Jawa
sebanyak 50,5%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 61 orang subjek
(19,5%) memiliki ayah yang menderita hipertensi, 47 orang subjek (15%)
memiliki ibu yang menderita hipertensi dan 19 orang subjek (6,1%) memiliki
kedua orangtua hipertensi.
Tabel 5.1 Karakteristik subjek
Karakteristik Kategori n (%) Usia Mean: `13,97 tahun
(SD: 1,02 )
Kelompok usia Remaja awal (10-13 tahun) Remaja menengah (14-16 tahun) Remaja akhir (17-18 tahun)
112 (35,8) 198 (63,3)
3 (1) Jenis kelamin Lelaki
Perempuan 124 (39,6) 189 (60,4)
Berat lahir Rendah Normal Besar Tidak ingat
14 (4,5) 229 (73,2)
8 (2,6) 62 (19,8)
Status gizi Gizi kurang Gizi baik Gizi lebih Obesitas
54 (17,3) 195 (62,3) 37 (11,8) 27 (8,6)
Aktivitas fisis Rendah Sedang Tinggi
196 (62,6) 76 (24,3) 41 (13,1)
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
31
Karakteristik Kategori n (%) Suku/ras Jawa
Sunda Betawi Minang Batak Palembang Lainnya
158 (50,5) 58 (18,5) 45 (14,4) 19 (6,1) 8 (2,5) 4 (1,3) 21(6,7)
Ayah hipertensi Ya Tidak
61(19,5) 252 (80,5)
Ibu hipertensi Ya Tidak
47 (15) 266 (85)
Kedua orangtua hipertensi
Ya Tidak
19 (6,1) 294 (93,9)
Total 313 (100) Tabel 5.2 memperlihatkan bahwa sebanyak 16,6% subjek mempunyai kebiasaan
merokok dan sebagian besar subjek memiliki ayah yang mempunyai kebiasaan
merokok (62%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 15 orang subjek
(4,8%) pernah mencoba minum alkohol tetapi hanya 2 orang subjek yang rutin
minum alkohol maksimal satu kali per bulan. Hal ini tidak masuk dalam kriteria
faktor risiko terjadinya hipertensi pada penelitian ini.
Tabel 5.2 Perilaku merokok dan konsumsi alkohol
Karakteristik Kategori n (%) Subjek merokok Ya
Tidak 52 (16,6)
261 (83,4) Ayah merokok Ya
Tidak 194 (62) 119 (38)
Ibu merokok Ya Tidak
19 (6,1) 294 (93,9)
Kedua orangtua merokok Ya Tidak
13 (4,2) 300 (85,8)
Paparan asap rokok Ya Tidak
189 (60,4) 124 (39,6)
Konsumsi alkohol Ya Tidak
15 (4,8) 298 (95,2)
Total 313 (100)
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
32
5.3 Prevalens hipertensi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalens hipertensi pada remaja siswa
SMP di Jakarta Pusat adalah sebesar 9,6% dan prehipertensi sebesar 5,1%
Tabel 5.3 Prevalens hipertensi remaja siswa SMP di Jakarta Pusat
Hipertensi N (%)
Prehipertensi N (%)
Tidak Hipertensi N (%)
Lelaki 16 (12,9) 12 (9,7) 96 (77,4) Perempuan 14 (7,4) 4 (2,1) 171 (90,5) Total 30 (9,6) 16 (5,1) 267(86,3)
5.4 Hubungan faktor risiko dengan hipertensi
Hasil akhir penelitian menunjukkan 9,6% subjek mengalami hipertensi. Tabel 5.4
memperlihatkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara gizi lebih/obesitas
dan riwayat hipertensi dalam keluarga terhadap hipertensi.
Tabel 5.4 Analisis bivariat antara jenis kelamin, suku/ras, berat lahir, status gizi, aktivitas fisik, riwayat hipertensi dalam keluarga, kebiasaan merokok
dan minum alkohol dengan hipertensi.
Variabel Hipertensi OR
(IK 95%) p value Ya n(%)
Tidak n (%)
Jenis kelamin Lelaki 16 (53,3) 108 (38,2) 0.54 0.119 Perempuan 14 (46,7) 17 (61,8) (0.25-1.15) Berat lahir < 2500 gram 2 (7,7) 12 (5.3) 0.64 0.644 ≥ 2500 gram 24 (92,3) 213 (94.7) (0.14-3.20) Suku Luar Jawa-Bali 5 (16.7) 47 (16.6) 1.00 1.000 Jawa-Bali 25 (83.3) 236 (83.4) (0.37-2.76) Aktivitas Rendah 20 (66.7) 176 (62.2) 1.216 0.777 Sedang-tinggi 10 (33.3) 107 (37.8) (0.54-2.39) Status gizi Gizi lebih/obesitas 17 (56.7) 47 (16.6) 6.57 < 0.001 Tidak 13 (43.3) 236 (83.4) (2.99-14.42)
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
33
Variabel Hipertensi OR
(IK 95%) p value Ya n(%)
Tidak n (%)
Ayah hipertensi Ada 11 (36.7) 50 (17,7) 2.69 0.012 Tidak 19 (63.3) 233 (82,3) (1,20-6,02) Ibu hipertensi Ada 6 (20) 41 (14,5) 1,48 0,422* Tidak 24 (80) 242 (85,5) (0,57-3,83) Kedua orangtua hipertensi
Ada 3 (10) 16 (5,7) 1,85 0,409* Tidak 27 (90) 267 (94,3) (0,51-6,77) Subjek merokok Ya 7 (23.3) 45 (15,9) 1,61 0.298 Tidak 23 (76.7) 238 (84,1) (0,65-3,97) Ayah merokok Ya 21 (70) 173 (61,1) 1,48 0,341 Tidak 9 (30) 110 (38,9) (0,65-3,36) Ibu merokok Ya 2 (6,7) 17 (6) 1,12 0,701* Tidak 28 (93,3) 266 (94) (0,24-5,09) Kedua orangtua merokok
Ya 1(3,3) 12 (4,2) 0,78 1,000 Tidak 29 (96,7) 271 (95,8) (0,09-6,20) Paparan asap rokok Ya 22 (73,3) 167 (59) 1,91 0,127 Tidak 8 (26,7) 116 (41) (0,82-4,44) Alkohol Ya 0 (0.0) 0 (0.0) TD TD Tidak 30 (100) 283 (100.0) *Fisher test; TD = tidak dianalisis
5.5 Analisis multivariat
Pada penelitian ini digunakan analisis multivariat untuk menghitung hubungan
antara beberapa variabel independen dengan luaran hipertensi yang merupakan
variabel dependen dikotom. Pada penelitian ini dinilai beberapa variabel
independen dengan menggunakan SPSS for MS Windows release 17.0 dengan
metode Backward stepwise (Backward LR).
Variabel yang diikutkan dalam analisis multivariat adalah variabel yang pada
analisis bivariat memberikan nilai p <0,250 yaitu jenis kelamin, status gizi,
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
34
faktor genetik (ayah merokok), dan merokok (paparan asap rokok). Analisis
multivariat dilakukan dengan menggunakan regresi logistik, maka didapatkan
Tabel 5.5. Pada tabel tersebut dapat dilihat satu variabel yaitu status gizi yang
pada akhir analisis multivariat yang mencapai kemaknaan secara statistik.
Tabel 5.5 Analisis regresi logistik antara faktor risiko dengan hipertensi
Langkah Variabel p OR (IK 95%) Langkah 1 Jenis kelamin 0,375 1,444 (0,643-3,247)
Status gizi 0,000 6,071 (2,711-13,597) Faktor genetik 0,108 0,51 (0,224-1,159) Merokok 0,154 0,465 (0,162-1,332)
Langkah 2 Status gizi 0,000 6,248 (2,799-13,949) Faktor genetik 0,080 0,485 (0,215-1,092) Merokok 0,128 0,443 (0,155-1,263)
Langkah 3 Status gizi 0,000 6,021 (2,715-13,356) Faktor genetik 0,103 0,512 (0,229-1,145)
Langkah 4 Status gizi 0,000 6,566 (2,989-14,426)
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
BAB 6
PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan dan kelebihan penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pertama tentang prevalens dan faktor yang
memengaruhi hipertensi pada remaja siswa SMP. Namun penelitian ini memiliki
beberapa keterbatasan yaitu:
1. Penelitian merupakan studi potong lintang yang menilai tekanan darah
pada satu saat. Banyak faktor yang dapat memengaruhi hasil pengukuran
tekanan darah pada saat pemeriksaan seperti stress psikologis, kondisi
puasa dan tidak puasa, kurang tidur, sedang minum obat-abatan seperti
pseudoefedrin, ibuprofen maupun herbal, yang tidak dikontrol pada
penelitian ini.
2. Pengukuran tingkat aktivitas fisis hanya dilakukan berdasarkan kriteria
subjektif menggunakan kuesioner, namun kuesioner yang kami gunakan
telah divalidasi di 9 negara berkembang (termasuk Indonesia) dan telah
ditranskulturasi ke dalam bahasa Indonesia, dengan menggunakan contoh
kegiatan yang mudah dipahami oleh remaja. Pengisian kuesioner mandiri
juga dilakukan secara terpimpin dan didampingi oleh peneliti untuk
menghindari kesalahan persepsi saat pengisian.
3. Penilaian faktor risiko merokok dan konsumsi alkohol bersifat subjektif
melalui kuesioner dan kuesioner yang digunakan mencantumkan identitas
sehingga data yang diperoleh belum tentu menggambarkan keadaan yang
sebenarnya.
4. Recall bias untuk beberapa pertanyaan penelitian, antara lain berat lahir
karena sebagian orangtua tidak ingat berat lahir anaknya.
5. Pemilihan kelas yang akan diambil sebagai sampel tidak dapat dilakukan
secara acak seperti rencana semula karena tergantung dari pihak sekolah
yang memilih kelas berdasarkan kelas yang jam pelajaran kosong saat itu
sehingga tidak mengganggu pelajaran.
35 Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
36
Namun demikian hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
mengenai prevalens hipertensi pada remaja siswa SMP dengan karakteristik
serupa.
6.2 Karakteristik subjek penelitian
Subjek penelitian merupakan siswa SMP yang berasal dari kelas 7, 8 dan 9.
Pemilihan kelas ditentukan oleh pihak sekolah yang lebih mengetahui kegiatan
belajar mengajar di sekolah tersebut sehingga tidak mengganggu proses
pembelajaran. Pelaksanaan pemeriksaan antropometri dan tekanan darah
dilaksanakan setelah lembar persetujuan dikembalikan.
Proporsi subjek perempuan lebih besar dibandingkan dengan subjek lelaki.
Berdasarkan data statistik kependudukan Indonesia untuk kelompok usia 10-14
tahun dan 15-19 tahun di wilayah DKI Jakarta, proporsi anak perempuan lebih
banyak daripada anak lelaki.50 Lebih tingginya proporsi perempuan pada
penelitian ini terjadi secara kebetulan (by chance).
Berat lahir subjek pada penelitian ini yang terbanyak adalah berat lahir normal
dan hanya 4,5% subjek yang mempunyai berat lahir rendah. Namun pada
penelitian ini tidak semua subjek mengisi data berat lahir disebabkan karena
orangtua tidak ingat berat lahir subjek (19,8%), sehingga hal ini dapat
memengaruhi hasil penelitian.
Subjek yang memiliki gizi lebih dan obesitas pada penelitian ini sebanyak 11,8%
dan 8,6%. Hal ini tidak jauh berbeda dengan data Riskesdas 2013 yang
menunjukkan bahwa prevalens gemuk pada remaja 13-15 tahun di Indonesia
sebesar 10,8%, terdiri dari 8,3% gemuk dan 2,5% sangat gemuk (obesitas) dan
pada remaja 16-18 tahun sebanyak 7,3% yang terdiri dari 5,7% gemuk dan 1,6%
obesitas. Prevalens obesitas ini meningkat daripada data tahun 2007, salah satu
faktor yang menyebabkan hal ini adalah aktivitas yang rendah.51 Pada penelitian
ini menunjukkan aktifitas fisis pada subjek sebagian besar adalah aktivitas rendah
(62,6%).
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
37
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa hipertensi pada anak dan remaja akan
meningkat bila terdapat riwayat hipertensi pada keluarga.21,23,26,29 Pada penelitian
ini didapatkan hubungan yang bermakna antara ayah hipertensi dengan kejadian
hipertensi pada anak dan tidak ada hubungan antara ibu hipertensi ataupun kedua
orangtua hipertensi dengan kejadian hipertensi pada anak.
Perilaku merokok pada subjek penelitian ini adalah sebesar 16,6% dan sebagian
besar subjek mempunyai ayah merokok yaitu sebesar 62%. Hal ini meningkatkan
risiko paparan asap rokok sehingga subjek yang tidak merokok mempunyai risiko
menjadi perokok pasif. Seyedzadeh dkk menunjukkan bahwa paparan terhadap
asap rokok dapat meningkatkan tekanan darah pada anak dan mempunyai risiko
terjadi penyakit kardiovaskular di kemudian hari.36
6.3 Prevalens hipertensi
Prevalens hipertensi remaja pada penelitian ini adalah sebesar 9,6% dengan
tekanan darah sistolik dan/atau tekanan darah diastolik lebih besar atau sama
dengan persentil 95 menurut umur, jenis kelamin dan tinggi badan. Prevalens ini
lebih tinggi dibandingkan dengan prevalens hipertensi usia 15-24 tahun
berdasarkan Riskesdas 2013 yaitu sebesar 8,7%.51 Penelitian di berbagai negara
menunjukkan bahwa prevalens hipertensi pada anak bervariasi sekitar 1,3-21,6%.5
Hasil penelitian ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan penelitian Savitha dkk21
di India pada usia 10-16 tahun sebesar 6,61% dan penelitian da Silva dkk52 pada
remaja usia 14-17 tahun di Brazil sebesar 7,4%. namun lebih rendah dibandingkan
penelitian serupa oleh Jago dkk22 dan Sundar dkk53 yang mendapatkan prevalens
hipertensi pada remaja sebesar 23,9% dan 21,5%. Penelitian di Indonesia belum
ada yang khusus pada remaja. Penelitian Wila Wirya dkk (1988) di Jakarta pada
anak usia 6-18 tahun melaporkan prevalens hipertensi sebesar 3,11% dan
penelitian Thaib dkk (1993) di Medan pada anak usia 6-16 tahun melaporkan
prevalens hipertensi 4,5% pada anak lelaki dan 4,6% pada anak perempuan.8,9
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
38
6.4 Faktor yang memengaruhi hipertensi
Pada akhir penelitian sebanyak 30 orang (9,6%) subjek mengalami hipertensi.
Faktor risiko yang mempunyai hubungan bermakna adalah riwayat hipertensi
dalam keluarga (ayah hipertensi; p = 0,012) dan gizi lebih/obesitas (p < 0,001),
sedangkan faktor yang tidak bermakna secara statistik adalah jenis kelamin,
ras/suku, berat lahir, aktivitas fisis, merokok dan konsumsi alkohol.
6.4.1 Jenis kelamin
Pada penelitian ini persentase anak lelaki yang mengalami hipertensi lebih tinggi
daripada anak perempuan yaitu 12,9% dan 7,4%. Analisis bivariat menyimpulkan
tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan prevalens
kejadian hipertensi (p = 0,119). Hasil penelitian da Silva dkk menunjukkan
bahwa hipertensi lebih banyak terjadi pada lelaki dibandingkan perempuan secara
bermakna.52 Penelitian yang dilakukan oleh Sundar dkk di India pada remaja usia
13-17 tahun juga menunjukkan prevalens hipertensi lebih tinggi pada anak lelaki
dibandingkan anak perempuan secara bermakna.53 Pada penelitian ini juga
ditemukan bahwa prevalens hipertensi lebih tinggi pada remaja lelaki
dibandingkan remaja perempuan tetapi tidak mempunyai hubungan yang
bermakna. Hal ini mungkin disebabkan karena terdapat perbedaan proporsi
jumlah lelaki dibandingkan perempuan antara penelitian ini dengan penelitian da
Silva dan Sundar. Prevalens hipertensi pada remaja lelaki dalam penelitian da
Silva dan Sundar jauh lebih tinggi dibandingkan prevalens hipertensi pada remaja
perempuan.
6.4.2 Riwayat hipertensi dalam keluarga
Dari semua subjek yang menderita hipertensi, sebanyak 46,7% mempunyai
riwayat hipertensi dalam keluarga (ayah atau ibu atau keduanya hipertensi),
sedangkan dari semua subjek yang tidak hipertensi, hanya 26,5% yang
mempunyai riwayat hipertensi dalam keluarga. Besar risiko terjadinya hipertensi
pada subjek yang mempunyai ayah hipertensi adalah sebesar 17,4%. Subjek
dengan riwayat ibu hipertensi mempunyai probabilitas 8,3% menjadi hipertensi
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
39
sedangkan bila kedua orangtua hipertensi maka probabilitas subjek untuk menjadi
hipertensi adalah sebesar 19,3%.
Pada penelitian ini terdapat hubungan yang bermakna antara tekanan darah tinggi
dengan riwayat hipertensi pada keluarga. Hal ini sesuai dengan beberapa
penelitian sebelumnya. Penelitian di Lagos, Nigeria menunjukkan bahwa remaja
dengan riwayat keluarga hipertensi mempunyai tekanan darah sistolik dan
diastolik yang berbeda bermakna dengan remaja yang tidak mempunyai riwayat
keluarga hipertensi.54 Penelitian Okoh dkk pada anak usia 6-12 tahun
menunjukkan bahwa riwayat hipertensi pada keluarga berhubungan dengan
prevalens hipertensi yang lebih tinggi dibandingkan anak tanpa riwayat hipertensi
pada keluarga.55 Selain itu, penelitian Mijinyawa dkk mencatat bahwa remaja
dengan hipertensi di Kano, Nigeria mempunyai riwayat hipertensi dalam keluarga
dua kali lebih besar dibandingkan remaja normotensi.56Anak yang mempunyai
keluarga hipertensi sebaiknya menjadi sasaran dalam pencegahan primer dengan
melakukan pemantauan tekanan darah dan pengaturan diet serta modifikasi gaya
hidup.
6.4.3 Ras/Suku
Beberapa penelitian yang membedakan tekanan darah antara anak African
American dan Caucassian, menunjukkan bahwa tekanan darah anak African
American lebih tinggi dibandingkan anak Caucassian.2 Penelitian Brady dkk
menunjukkan pada usia lebih dari 13 tahun, tekanan darah anak African American
lebih tinggi secara bermakna dibandingkan anak non African American. Penyebab
perbedaan ini disebutkan karena perbedaan pola makan, reaktivitas vaskular, dan
lingkungan.57 Tekanan darah pada populasi Asia juga didapatkan tidak berbeda
bermakna dengan populasi lainnya.27 Data Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa
prevalens hipertensi di Indonesia pada umur lebih dari 18 tahun di luar Jawa dan
Bali lebih tinggi dibandingkan Jawa dan Bali. Prevalens tertinggi di Bangka
Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur
(29,6%) dan Jawa Barat (29,4%).52 Di Indonesia belum ada penelitian yang
mencari hubungan antara hipertensi dengan ras/suku, pada penelitian ini
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
40
menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara suku di Jawa-Bali dan
suku di luar Jawa-Bali.
6.4.4 Berat lahir
Nutrisi dalam kandungan yang kurang optimal akan membatasi pertumbuhan
janin dan mengakibatkan berat lahir rendah sehingga berat lahir rendah menjadi
petunjuk klinis dari lingkungan dalam rahim yang kurang optimal dan merupakan
faktor risiko timbulnya penyakit kronik di kemudian hari. Beberapa penelitian
menunjukkan adanya hubungan terbalik antara berat lahir rendah dan tekanan
darah pada remaja, namun tidak terbukti pada penelitian ini.30 Pada penelitian ini
didapatkan 4,5% subjek memiliki berat lahir rendah dan 14,2% dari subjek yang
memiliki berat lahir rendah tersebut mengalami hipertensi. Analisis bivariat
menyimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara berat lahir dengan
kejadian hipertensi. Hal ini sesuai dengan penelitian kasus kontrol pada anak usia
11-19 tahun di Brazil yang menyatakan tidak ada hubungan antara berat lahir dan
hipertensi pada remaja.23 Law dkk menemukan peningkatan tekanan darah pada
anak-anak di China, Guatemala dan Chile berhubungan dengan berat lahir
rendah.31 Perbedaan hasil ini mungkin disebabkan karena terdapat 19,8% subjek
yang tidak mengisi data berat lahir karena orangtua tidak ingat berat lahir subjek.
6.4.5 Status gizi
Obesitas mempuyai dampak yang cukup besar pada kesehatan kardiovaskular
anak dan remaja. Obesitas dan hipertensi pada masa anak-anak dan remaja akan
menetap menjadi obesitas dan hipertensi pada saat dewasa. Oleh sebab itu dokter
anak mempunyai peranan penting dalam pencegahan obesitas dan hipertensi
secara dini. Berbeda dengan obesitas yang dapat didiagnosis dengan peningkatan
indeks massa tubuh, kelainan tekanan darah seringkali tidak terdeteksi sehingga
perlu meningkatkan skrining hipertensi pada anak atau menjadikan pengukuran
tekanan darah dalam pemeriksaan rutin khususnya pada anak yang mempunyai
gizi lebih.
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan adanya tekanan darah yang lebih
tinggi pada anak obesitas dibandingkan anak tidak obesitas secara bermakna.32,58
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
41
Eisenmenn dkk melaporkan gizi lebih dan obesitas berhubungan dengan tekanan
darah tinggi secara bermakna.59 Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan
yang bermakna antara gizi lebih dan obesitas dengan kejadian hipertensi.
Hubungan antara obesitas dan hipertensi telah lama diketahui namun mekanisme
yang pasti bagaimana terjadinya hipertensi akibat obesitas hingga saat ini belum
jelas. Sebagian peneliti menitikberatkan patofisiologi tersebut pada tiga hal utama
yaitu adanya gangguan sistem autonom, resistensi insulin serta abnormalitas
struktur dan fungsi pembuluh darah. Patogenesis obesitas sehingga meng-
akibatkan suatu hipertensi merupakan hal yang kompleks karena penyebabnya
multi-faktor dan saling berhubungan. Leptin, asam lemak bebas dan insulin serta
obstructive sleep apnea yang meningkat pada anak obesitas akan menyebabkan
konstriksi dan aktivasi sistem saraf simpatis. Resistensi insulin dan disfungsi
endotel juga menyebabkan vasokonstriksi. Peningkatan aktivitas saraf simpatis
ginjal, resistensi insulin dan hiperaktivitas sistem renin angiotensin menjadikan
reabsorbsi natrium pada ginjal meninggi. Semua faktor di atas akan
mengakibatkan terjadinya hipertensi.32 Pada penelitian prevalens resistensi insulin
pada remaja obesitas di Jakarta dilaporkan bahwa prevalens hipertensi pada anak
obese sebesar 34,8%.60 Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara obesitas,
resistensi insulin dan hipertensi.
6.4.6 Aktivitas fisis
Sebagian besar subjek pada penelitian ini mempunyai aktivitas fisis yang rendah
namun analisis bivariat menyimpulkan tidak ada hubungan bermakna antara
aktivitas fisis dan kejadian hipertensi pada penelitian ini. Temuan ini sesuai
dengan penelitian observasional yang dilakukan oleh Klesges dkk61 dan Brage
dkk62 juga tidak menemukan hubungan antara aktivitas fisis dan tekanan darah
pada anak prapubertas. Kelley dkk melakukan meta-analisis terhadap 12
penelitian randomized controlled trial (RCT) pada anak dengan intervensi latihan
fisik selama ≥ 8 minggu dan menemukan penurunan rata-rata tekanan darah
sistolik sebesar 1% dan diastolik 3% dibanding kontrol, dengan perbedaan klinis
yang tidak berbeda bermakna.63 Penelitian ini berbeda dengan temuan Leary dkk64
dan Gidding dkk65 yang menyatakan bahwa anak yang menjalani hidup lebih aktif
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
42
mempunyai tekanan darah sistolik yang lebih rendah. Perbedaan hasil ini dapat
disebabkan jumlah subjek yang jauh lebih besar pada kedua penelitian di atas
(masing-masing 5505 dan 964 subjek) dibanding penelitian kami.
6.4.7 Faktor merokok
Asap rokok mengandung lebih dari 4000 zat kimia yang berbeda. Nikotin dan zat
toksik lainnya melalui paru masuk ke peredaran darah. Menghirup asap rokok
menimbulkan respon pada jantung dan pembuluh darah. Dalam satu menit setelah
merokok denyut jantung mulai meningkat dan dapat meningkat sampai 30%
selama 10 menit pertama merokok. Nikotin merangsang tubuh untuk
menghasilkan adrenalin yang membuat denyut jantung lebih cepat dan
meningkatkan tekanan darah, sedangkan karbon monoksida pada asap rokok
menyebabkan efek negatif pada jantung dengan mengurangi kemampuan darah
membawa oksigen.66
Pada penelitian ini faktor risiko merokok tidak mempunyai hubungan bermakna
dengan kejadian hipertensi, baik pada ayah merokok, ibu merokok, kedua
orangtua merokok, subjek merokok maupun paparan asap rokok. Hasil tersebut
sesuai dengan beberapa penelitian lainnya yang menyatakan tidak ada hubungan
antara merokok dan hipertensi.52,67 Berbeda halnya dengan penelitian pada
populasi dewasa menunjukkan adanya hubungan antara rokok dengan hipertensi
dan morbiditas kardiovaskular lainnya.66 Hal ini mungkin disebabkan karena
beberapa hal seperti merokok tidak umum pada populasi ini, sebagian besar
subjek baru dalam tahap mecoba-coba, dan kebenaran informasi yang diberikan
dalam kuesioner dapat memengaruhi hasil penelitian.
Berdasarkan penelitian ini bila subjek merokok maka probabilitas untuk menjadi
hipertensi adalah sebesar 8,1%, bila ayah merokok probabilitasnya 6,9%, bila ibu
merokok probabilitasnya 5,6% dan bila kedua orang tua merokok probabilitasnya
6,2%. Paparan asap rokok memberikan probabilitas yang lebih tinggi
dibandingkan semuanya yaitu sebesar 10%.
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
43
6.4.8 Faktor konsumsi alkohol
Hubungan antara konsumsi alkohol dan tekanan darah tinggi telah dilaporkan
dalam beberapa studi. Prevalens hipertensi sistolik lebih sering terjadi pada
peminum alkohol sedang dan berat dibandingkan orang yang tidak minum
alkohol.45
Pada penelitian ini tidak ada subjek yang memenuhi kriteria konsumsi alkohol
sebagai faktor risiko penyebab terjadinya hipertensi karena 15 subjek yang pernah
meminum alkohol, 13 subjek hanya pernah mencoba 1 gelas dan tidak pernah
minum lagi sedangkan 2 subjek minum maksimal 1 kali per bulan. Konsumsi
alkohol yang dianggap sebagai faktor risiko pada penelitian ini adalah subjek yang
mengonsumsi alkohol minimal 1 kali per minggu atau minimal 1 gelas per
minggu.
6.5 Analisis multivariat untuk menilai hubungan beberapa faktor risiko dengan hipertensi pada remaja
Analisis multivariat digunakan untuk menilai variabel mana yang memiliki
pengaruh paling kuat terhadap variabel dependen. Penelitian ini hanya
mendapatkan satu faktor risiko yang memiliki hubungan bermakna terhadap
terjadinya hipertensi. Berat badan lebih atau obesitas merupakan merupakan
prediktor paling kuat sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi dengan nilai OR
6,566 (IK 95% 2,989 sampai 14,426). Hasil serupa juga dilaporkan oleh Nur dkk
pada analisis multivariat yang dilakukan terhadap faktor risiko kejadian hipertensi
mendapatkan indeks massa tubuh merupakan prediktor kuat terjadinya
hipertensi.67
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
BAB 7
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
1. Prevalens hipertensi pada remaja siswa sekolah menengah pertama di
Jakarta Pusat adalah 9,6%.
2. Tidak terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin terhadap
hipertensi pada remaja SMP di Jakarta Pusat.
3. Faktor genetik (riwayat hipertensi pada ayah) merupakan faktor yang
memengaruhi kejadian hipertensi pada remaja SMP di Jakarta Pusat.
4. Tidak terdapat hubungan antara ras/etnik terhadap hipertensi pada remaja
SMP di Jakarta Pusat.
5. Tidak terdapat hubungan bermakna antara berat lahir rendah terhadap
hipertensi pada remaja SMP di Jakarta Pusat.
6. Gizi lebih/obesitas merupakan faktor yang memengaruhi kejadian
hipertensi pada remaja SMP di Jakarta Pusat.
7. Hubungan antara merokok terhadap hipertensi pada remaja SMP di
Jakarta Pusat tidak dapat dibuktikan pada penelitian ini karena jumlah
sampel sedikit.
8. Tidak terdapat hubungan bermakna antara aktivitas fisis terhadap
hipertensi pada remaja SMP di Jakarta Pusat.
9. Hubungan antara konsumsi alkohol terhadap hipertensi pada remaja SMP
di Jakarta Pusat tidak dapat disimpulkan pada penelitian ini karena
jumlah sampel yang minum alkohol sedikit dan tidak memenuhi kriteria
batasan operasional sehingga tidak dianalisis.
7.2 Saran
1. Perlu skrining berkala dan pemantauan tekanan darah pada remaja
bekerjasama puskesmas dan program sekolah seperti usaha kesehatan
sekolah (UKS) dan palang merah remaja (PMR) sehingga dapat
mengidentifikasi kelompok risiko hipertensi pada remaja dan dapat
dilakukan tindakan pencegahan.
44 Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
45
2. Perlu upaya untuk mencegah obesitas dengan cara menerapkan pola
makan sehat dan aktivitas fisis yang cukup sehingga diharapkan dengan
berkurangnya obesitas dapat mencegah terjadinya hipertensi pada remaja.
3. Perlu upaya untuk mendeteksi dini hipertensi pada remaja dengan
melakukan pemeriksaan tekanan darah sebagai salah satu pemeriksaan
rutin pada remaja saat pertama kali datang ke fasilitas kesehatan.
4. Perlu dilakukan penelitian multisenter untuk mendapatkan prevalens dan
faktor risiko hipertensi pada remaja di Indonesia dengan batasan yang
lebih tegas dalam mengontrol faktor yang dapat memengaruhi tekanan
darah pada saat pemeriksaan.
5. Untuk mendapatkan data yang lebih akurat dalam menilai faktor risiko
merokok dan minum alkohol, perlu dibuat kuesioner tanpa identitas
sehingga diharapkan subjek mengisi kuesioner dengan jujur. Selain itu
juga dipertimbangkan untuk menilai kadar nikotin dan alkohol dalam
darah pada penelitian selanjutnya.
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA
1. McCrindle BW. Assesment and management of hypertension in children
and adolescent. Nat Rev Cardiol. 2010;7:155-63. 2. Barnstein D. Systemic hypertension. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE,
Jenson HB, Stanton BF, penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: Elsevier Inc; 2007. h.1988-95.
3. Saing JH. Hipertensi pada remaja. Sari Pediatri. 2005;6:159-65. 4. Trihono PP. Tata laksana hipertensi pada anak. Dalam: Prawitasari T,
Kuswandani N, penyunting. Manajemen penyakit pediatri di poliklinik. Jakarta: IDAI; 2008. h.1-13.
5. Ejike C, Ugwu CE, Ezeanyika L. Variations in the prevalence of point (pre) hypertension in a Nigerian school-going adolescent population living in a semi-urban and an urban area. BMC Pediatrics. 2010;10:1-7.
6. Akgun C, Dogan M, Akbayram S, Tuncer O, Peker E, Taskin G, dkk. The incidence of asymtomatic hypertension in school children. J Nippon Med Sch. 2010;77:160-5.
7. McNiece KL, Poffenbarger TS, Turner JL, Franca KD, Sorof JM, Portman RJ. Prevalence of hypertension and pre-hypertension among adolescent. J Pediatr. 2007;150:640-4.
8. Wila Wirya IGN, Alatas H, Tambunan T, Harmanses S, Widiastuti E. Studies of blood pressure and prevalence of hypertension in school children in Jakarta. Pediatr Indones. 1988;28:183-9.
9. Thaib TM, Alam AM, Lubis AM, Ramayati R, Rusdidjas. Blood pressure values in school age children in Medan. Pediatr Indones. 1993;34:154-63.
10. Empar E, Alcon JJ, Redon J. Epidemiology and consequences of childhood hypertension. Dalam: Geary DF, Schaefer F, penyunting. Comprehensive Pediatrics Nephrology. Edisi ke-1. Philadelphia: Mosby Inc; 2008. h. 636-42.
11. Luma GB, Spiotta RT. Hypertension in children and adolescent. Am Fam Physician. 2006;9:1558-66.
12. Pardede N. Masa remaja. Dalam: Narendra MB, Sularyo TS, Soetjiningsih, Suyitno H, Ranu IGN, Wiradisuria S, penyunting. Tumbuh kembang anak dan remaja. Jakarta: Balai Penerbit IDAI; 2002. h.138-67.
13. Gauthier B, Edelman CMJr, Barnet HL. Hypertension. Nephrology and urology for the pediatrician. Boston: Little Brown; 1982. h.21-30.
14. Task Force on Blood Pressure Control in Children. Report of the second task force on blood pressure control in children - 1987. Pediatrics. 1987;79:1-25.
15. National High Blood Pressure Education Program Working Group on Hypertension Control in Children and Adolescents. Update on the 1987 task force report on high blood pressure in children and adolescent: A working group report from the national high blood pressure education program. Pediatrics. 1996:98:649-58.
16. National High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in Children and Adolescents.The fourth report on diagnosis, evaluation, and treatment of high blood pressure in children and adolescents. Pediatrics. 2004;114:555-76.
46 Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
47
17. Obarzanek E, Wu CO, Cutler JA, Kavey RW, Pearson GD, Daniels SR. Prevalence and incidence of hypertension in adolescent girls. J Pediatr. 2010;157:461-7.
18. World Health Organization. Adolescent development. Diunduh dari: www.who.int/maternal_child_adolescent/topics/adolescence/dev/en/. Diakses tanggal 18 Februari 2014.
19. Rusmil K. Kualitas hidup remaja dengan kondisi penyakit kronis. 2009. Diunduh dari http://www.idai.or.id/remaja.asp. Diakses tanggal 3 Oktober 2010.
20. Soetjiningsih. Adolescent somatic development of junior high school students in Denpasar. 1999:154-62.
21. Savitha MRK, Fatthepur SSR, Kumar Y, Khan MA. Essential hypertension in early and mid-adolescence. Indian J Pediatr. 2007;74:1007-11.
22. Jago R, Harrel JS, McMurray RG, Edelstein S, El Ghormli L, Basin S. Prevalence of abnormal lipid and blood pressure values among an ethnically diverse population of eight-grade adolescents and screening implications. Pediatrics. 2006;117:2065-73.
23. Kuschnir MCC, Mendonca GAS. Risk factors associated with arterial hypertension in adolescents. J Pediatr. 2007;83:335-42.
24. Ramos E, Barros H. Prevalence of hypertension in 13-year old adolescents in Porto, Portugal. Rev Port Cardiol. 2005:1075-87.
25. Bahrun D. Hipertensi sistemik. Dalam: Alatas H, Tambunan T, Trihono PP, Pardede SO, penyunting. Buku ajar nefrologi anak. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit IDAI; 2002. h.242-87.
26. Sinaiko AR. Hypertension in children. N Engl J Med. 1996;26:1678-3. 27. Rodriguez-Cruz E. Hypertension. 2010. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article. Diakses tanggal 9 Agustus 2010. 28. Sinaiko AR. Prevalence of "significant" hypertension in junior high
school-aged children: The children and adolescent blood pressure program. J Pediatr. 1989;114:664-9.
29. Hansen ML, Gunn PW, Keelber DC. Underdiagnosis of hypertension in children and adolescents. JAMA. 2007;298:874-9.
30. Falkner B, Hulman S, Kushner H. Effect of birth weigth on blood pressure and body size in early adolescence. Hypertension. 2004;43:203-7.
31. Law CM, Egger P, Dada O, Delgado H, Kylberg E, Lvin P dkk. Body size at birth and blood pressure among children in developing countries. Intern J Epidemiol. 2000;29:52-9.
32. Sorof J, Daniels S. Obesity hypertension in children. Hypertension. 2002;40:441-7
33. Relationship of obesity with high blood pressure in children and adolescents. Arq Bras Cardiol. 2010;94:671-5.
34. Centers for Disease Control and Prevention. Cigarette smoking among adults. 2007. Diunduh dari http://www.medscape.com/viewarticle/566744. Diakses tanggal 3 Oktober 2010.
35. Anonim. Faktor risiko hipertensi yang dapat dikontrol. 2010. Diunduh dari http://www.smallcrab.com/kesehatan/511-faktor-resiko-hipertensi-yang-dapat-dikontrol. Diakses tanggal 25 September 2010.
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
48
36. Seyedzadeh A, Hashemi F, Soleimani A. Relationship between blood pressure and passive smoking in elementarry school children. Iran J Pediar. 2012;22:351-6.
37. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar 2010. Diunduh dari http://www.litbang.depkes.go.id Diakses tanggal 12 Februari 2014.
38. Bauman A, Phongsavan P, Schoeppe S, Owen N. Physical activity measurement-a primer for health promotion. IUHPE-Promotion & Education. 2006;13:92-103.
39. Bernstein A, Sloutskis D, Kumanyika S, Sparti A, Schutz Y, Morabia A. Data-based approach for developing physical activity frequency questionnaire. Am J Epidemiol. 2009;147:147-54.
40. Craig CL, Marshal AL, Sjostrom M, Bauman AE, Booth ML, Ainsworth BE,. International physical activity questionnaire: 12-country realibility and validity. Med Sci Sports Exerc. 2009;35:1381-95.
41. World Health Organization. Global physical activity questionnaire analysis guide. Diunduh dari: www.who.int/chp/steps. Diakses tanggal 27 Februari 2014.
42. World Health Organization. Global strategy on diet, physical activity and health. Diunduh dari: www.who.int/dietphysicalactivity/physical_activity_intensity/en/. Diakses tanggal 24 Februari 2014.
43. Jenkins RR, Adger H. Substance abuse. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: Elsevier Inc; 2007. h.828-9.
44. Clark LT. Alcohol-induced hypertension: Mechanisms, complication, and clinical implication. Journal of the the national medical association. 1985;7:385-9.
45. Jerez SJ, Coviello A. Alcohol drinking and blood pressure among adolescents. Alcohol. 1998;16:1-5.
46. Oparil S ZM, Calhoun DA. Pathogenesis of hypertension. Ann Intern Med. 2003;139:761-76.
47. National high blood pressure education program working group on high blood pressure in children and adolescent.A pocket guide to blood pressure measurement in children. NIH Publication. 2007. h. 1-4
48. Umboh A. Pengukuran tekanan darah pada anak. Dalam: Rauf S, Albar H, Taufiq MA, Pelupessy NM, penyunting. Kegawatan pada penyakit ginjal anak. Makassar: UKK Nefrologi; 2006. h.132-8.
49. Damanik SM. Klasifikasi bayi menurut berat lahir dan masa gestasi. Dalam: Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, penyunting. Neonatologi. Edisi ke-1. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2008. h.11-30.
50. Badan Pusat Statistik. Statistics Indonesia. Diunduh dari: http://www.datastatistik-indonesia.com. Diakses tanggal 5 Mei 2014.
51. Badan peneltian dan pengembangan kesehatan kementerian kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar 2013. Diunduh dari http://www.litbang.depkes.go.id Diakses tanggal 29 April 2014.
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
49
52. Da Silva KS, de Farias JC. Risk factors associated with high blood pressure in adolescents. Rev Bras Med Esporte. 2007;4:213e-6e.
53. Sundar JS, Andaikalam JM, Parameswari, Valamarthi, Kalpana, Shantaram. Prevalence and determinants of hypertension among urban school children in the age groups of 13-17 years in Chennai, Tamilnadu. Epidemiol. 2013;3:1-5.
54. Amadi C, Mbakwem A, Oke A, Ajuluchukwu J . Left ventricular mass of normotensive adolescent progeny of Nigeria hypertensives. Internet J Cardiol. 2011. Diunduh dari http://ispub.com/IJC/10/1/9899. Diakses tanggal 16 Maret 2014.
55. Okoh BAN, Alikor EAD. Childhood hypertension and family history of hypertension in primary school children in Port Harcourt. Niger J Paed. 2013;40: 184-8.
56. Mijinyawa MS, Iliyasu Z, Borodo MM. Prevalence of hypertension among teenage students in Kano, Nigeria. Niger J Med. 2008; 17:173-8.
57. Brady TM, Fivush B, Parekh RS, Flynn JT. Racial differences among children with primary hypertension. Pediatrics. 2010;126:931-7.
58. Behjati M, Barkhordari K, Lookzadeh MH. The relation between blood pressure and body mass index in Iranian School age children. Iran J Med Sci. 2006;31:33-6.
59. Eisenmann JC, Wrede J, Heelan KA. Association between adiposity, family history of CHD and blood pressure in 3-8 year-old children. J Hum Hypertens. 2005;19:675-81.
60. Pulungan AB, Puspitadewi A, Sekartini R. Prevalence of insulin resistance in obese adolescents. Pediatr Indones. 2013;3:168-72.
61. Klesges RC, Haddock CK. A multimethode approach to the measurement of childhood physical activity and its relationship to blood pressure and body weigth. J Pediatr 1990; 116:888-93.
62. Brage S, Wedderkop N, Ekelund U, Franks PW, Wareham NJ, Andersen LB, dkk. Features of the metabolic syndrome are associated with objectively measured physical activity and fitness in Danish children: European Youth Heart Study. Diabetes Care. 2004;27:2141-8.
63. Kelley GA, Kelley KS, Ran ZV. The effect of exercise on resting blood pressure in children and adolescents: a meta-analysis of randomised controlled trials. Prev Cardiol. 2003;6:8-16.
64. Leary SD, Ness AR, Smith GD, Mattocks C, Deere K, Blair SN. Physical activity and blood pressure in childhood. Findings from a population-based study. Hypertension. 2008;51:92-8.
65. Gidding SS, Barton BA, Dorgan JA, Kimm SYS, Kwiterovich PO, Lasser NL. Higher self-reported physical activity is associated with lower systolic blood pressure: the Dietary Intervention Study in Childhood (DISC). Pediatrics. 2006;118:2388-93.
66. Mitchell BE, Sobel HL, Alexander MH.The adverse health effects of tobacco and tobacco-related product. Primary Care:Clinics in Office Practice.1999;26:463-98.
67. Nur N, Çetinkaya S, Yilmaz A, Ayvaz A, Bulut MO, Sümer H. Prevalence of hypertension among high school students in a Middle Anatolian Province of Turkey. J Health Popul Nutr. 2008;26:88-94.
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
50
Lampiran 1
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
51
Lampiran 2 Departemen IKA FKUI-RSCM Divisi Nefrologi
PENELITIAN
PREVALENS DAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA REMAJA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI JAKARTA
Lembar informasi orang tua murid Bapak/Ibu yang terhormat, Hipertensi/darah tinggi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal dan dapat membahayakan kesehatan. Angka kejadian hipertensi pada remaja meningkat di seluruh dunia akibat perubahan gaya hidup dan faktor lingkungan. Hipertensi pada remaja cenderung menetap sampai dewasa dan merupakan faktor risiko timbulnya penyakit jantung, gagal ginjal, gangguan pada mata, dan stroke di kemudian hari. Hipertensi seringkali tidak menunjukkan gejala, oleh karena itu pengukuran tekanan darah pada anak dan remaja diperlukan untuk mendeteksi ada tidaknya kecenderungan hipertensi pada anak dan remaja, dengan kata lain tata laksana dini hipertensi pada anak dan remaja dapat menurunkan angka kejadian hipertensi pada masa dewasa. Saat ini sub-bagian Nefrologi anak FKUI-RSCM sedang melakukan penelitian mengenai angka kejadian dan faktor risiko yang berhubungan dengan timbulnya hipertensi pada remaja. Penelitian ini bersifat sukarela tanpa dipungut biaya. Kami akan memberikan pertanyaan dalam lembar pertanyaan/kuesioner dan melakukan pengukuran berat badan, tinggi badan dan tekanan darah. Semua data penelitian akan diperlakukan secara rahasia sehingga tidak memungkinkan orang lain mengubungkannya dengan putra/putri Bapak/Ibu. Bapak/Ibu juga diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan keadaan putra/putri Bapak/Ibu. Bila Bapak/Ibu menyetujui, mohon lembar persetujuan ini ditandatangani. Peneliti Dr. Yunilasari
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
52
Lampiran 3
LEMBAR PERSETUJUAN ORANGTUA MURID
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : …………………………………………………… Umur : …………………………………………………… Alamat : …………………………………………………… ……………………………………………………. Telepon : …………………………………………………… adalah orangtua dari: Nama : …………………………………………………… Umur :……………………………………………………. Jenis kelamin : L/P setelah mendapat penjelasan secara lengkap dan menyadari tujuan, cara pelaksanaan, dan manfaat penelitian ini selanjutnya saya menyatakan:
BERSEDIA/ TIDAK BERSEDIA untuk mengikutsertakan anak saya dalam penelitian ini. Jakarta, ……………………… 2014 Hormat saya, Yang membuat pernyataan (dr. Yunilasari) (………………………...) Peneliti Hp: 081585787827
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
53
Lampiran 4 Departemen IKA FKUI-RSCM Divisi Nefrologi
PENELITIAN
PREVALENS DAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA REMAJA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI JAKARTA
Lembar informasi siswa Adik-adik yang terhormat, Hipertensi/darah tinggi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal dan dapat membahayakan kesehatan. Angka kejadian hipertensi pada remaja meningkat di seluruh dunia akibat perubahan gaya hidup dan faktor lingkungan. Hipertensi pada remaja cenderung menetap sampai dewasa dan merupakan faktor risiko timbulnya penyakit jantung, gagal ginjal, gangguan pada mata, dan stroke di kemudian hari. Hipertensi seringkali tidak menunjukkan gejala, oleh karena itu pengukuran tekanan darah pada anak dan remaja diperlukan untuk mendeteksi ada tidaknya kecenderungan hipertensi pada anak dan remaja, dengan kata lain tata laksana dini hipertensi pada anak dan remaja dapat menurunkan angka kejadian hipertensi pada masa dewasa.
Saat ini sub-bagian Nefrologi anak FKUI-RSCM sedang melakukan penelitian mengenai angka kejadian dan faktor risiko yang berhubungan dengan timbulnya hipertensi pada remaja. Penelitian ini bersifat sukarela tanpa dipungut biaya. Kami akan memberikan pertanyaan dalam lembar pertanyaan/kuesioner dan melakukan pengukuran berat badan, tinggi badan dan tekanan darah. Semua data penelitian akan diperlakukan secara rahasia sehingga tidak memungkinkan orang lain menghubungkannya dengan adik-adik. Atas perhatiannya, kami sampaikan terima kasih.
Peneliti Dr. Yunilasari
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
54
Lampiran 5
LEMBAR PERSETUJUAN OLEH SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN
Setelah mendapat penjelasan dan membaca informasi yang telah disampaikan oleh dokter, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : .............................................................................................. Umur : .............................................................................................. Jenis kelamin : .............................................................................................. Alamat : ..............................................................................................
menyatakan bersedia untuk mengikuti penelitian berjudul ”Prevalens dan faktor risiko hipertensi pada remaja siswa menengah pertama di Jakarta Pusat”. Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju secara sukarela dan sadar untuk ikut serta dalam penelitian ini.
Demikianlah surat persetujuan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan tanpa paksaan untuk dipergunakan dengan semestinya.
Jakarta, ............................................... 2014 Tanda tangan responden penelitian
( ................................................................. )
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
55
Lampiran 6 Nomor Urut: Departemen IKA FKUI-RSCM Divisi Nefrologi
PENELITIAN PREVALENS DAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA REMAJA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI JAKARTA PUSAT
Petunjuk pengisian:
1. Jawablah setiap pertanyaan dengan keadaan yang sebenarnya 2. Tidak ada jawaban yang salah, yang diharapkan adalah jawaban yang
sejujur-jujurnya 3. Setiap jawaban dijaga kerahasiaannya
========================================================== I. IDENTITAS
ANAK 1. Nama anak : ………………………………………………… 2. Jenis kelamin : ………………………………………………… 3. Tanggal lahir : ………………………………………………… 4. Alamat rumah : Jl……………………………………………….
Rt ……… Rw……… Kelurahan ……………. Kecamatan …………………………………… JakPus/Ut/Tim/Bar/Sel/Luar Jakarta
5. No. Telp : Rumah …………….. HP…………………….. 6. Suku bangsa :Jawa/Sunda/Minang/Batak/Tionghoa/lain2,
sebutkan………………………………………. 7. Berat badan lahir : ……………………………………………….. 8. Umur Kehamilan : ……………………………………………….. 9. Anak ke : ………….. Jumlah saudara: ……………
AYAH
1. Nama ayah : ………………………………………… 2. Umur : …………… tahun 3. Pendidikan terakhir : tidak sekolah/SD/SMP/SMA/S1/S2/S3 4. Pekerjaan : ………………………………………… 5. Penghasilan/bulan : Rp………………………………………
IBU
1. Nama ibu : ……………………………………………… 2. Umur : ………...... tahun 3. Pendidikan terakhir : tidak sekolah/SD/SMP/SMA/S1/S2/S3 4. Pekerjaan : …………………………………………… 5. Penghasilan/bulan : Rp …………………………………………
II. RIWAYAT HIPERTENSI PADA ANAK 1. Apakah anda menderita darah tinggi atau hipertensi?
a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
56
2. Apakah saat ini anda sedang minum obat penurun tekanan darah? a. Ya b. Tidak
Jika Ya, sebutkan nama obatnya………………………
III.RIWAYAT HIPERTENSI DALAM KELUARGA 1. Apakah bapak menderita darah tinggi atau hipertensi?
a. Ya b.Tidak 2. Apakah ibu menderita darah tinggi atau hipertensi?
a. Ya b. Tidak
III. AKTIVITAS FISIK Pertanyaan berikut ini mengenai kebiasaan kamu melakukan berbagai aktivitas fisis dalam satu minggu. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini walaupun kamu merasa tidak aktif secara fisis. Dalam menjawab pertanyaan- pertanyaan berikut, pertanyaan mengenai: Aktivitas fisis intensitas tinggi adalah aktivitas yang memerlukan usaha fisis yang keras dan menyebabkan peningkatan frekuensi napas dan denyut jantung yang tinggi Aktifitas fisis intensitas sedang adalah aktivitas fisis yang memerlukan usaha fisis yang moderat dan menyebabkan peningkatan frekuensi napas yang rendah.
Contoh aktivitas fisis intensitas sedang dan tinggi Aktivitas fisis intensitas sedang Aktivitas fisis intensitas tinggi Aerobik ringan Badminton Skateboard Dansa Senam (gymnastic) Volly Tenis meja Permainan outdoor tidak
terstruktur Golf Jalan kaki Baseball Bersepeda santai Sepatu roda santai Fitness (latihan beban)
Aerobik – intensitas sedang-berat Basket Tenis lapangan Karate/judo/silat/taekwondo Jogging Berenang Lompat tali Atletik Panjat tebing Futsal Bersepeda jauh/mendaki Sepatu roda jauh/balapan
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
57
Pertama-tama, ingatlah mengenai aktivitas-aktivitas fisis yang kamu lakukan selama di sekolah.
Aktivitas fisis di sekolah Pertanyaan (P) Respon
1. Apakah aktivitas di sekolahmu melibatkan aktivitas fisis intensitas tinggi selama ≥ 10 menit secara kontinyu
Ya Tidak* Jika tidak, lanjutkan ke pertanyaan no.4
2. Dalam satu minggu, berapa hari anda mengerjakan aktivitas intensitas tinggi di sekolah?
Jumlah hari : ________
3. Berapa lama kamu melakukan aktivitas intensitas tinggi di sekolah dalam satu hari?
………. Jam atau ……….. menit
4. Apakah kegiatan di sekolahmu melibatkan aktivitas fisis intensitas sedang selama ≥ 10 menit secara kontinyu?
Ya Tidak* Jika tidak, lanjutkan ke pertanyaan no.7
5. Dalam satu minggu, berapa hari anda mengerjakan aktivitas intensitas sedang di sekolah?
Jumlah hari: _______
6. Berapa lama kamu melakukan aktivitas intensitas sedang di sekolah dalam satu hari?
………… jam atau ………… menit
*lingkari pilihanmu Pertanyaan berikut adalah untuk aktivitas selain di sekolah. Saya akan bertanya mengenai kebiasaan kamu bepergian ke berbagai tempat (contoh: berangkat kerja, belanja, ke pasar dan tempat ibadah).
Perjalanan ke berbagai tempat Pertanyaan (P) Respon
7. Apakah kamu jalan atau menggunakan sepeda selama ≥ 10 menit secara kontinyu untuk pergi ke berbagai tempat?
Ya Tidak* Jika tidak, lanjutkan ke pertanyaan no.10
8. Dalam satu minggu, berapa hari kamu jalan atau bersepeda ≥ 10 menit secara kontinyu?
Jumlah hari: _______
9. Berapa lama kamu menghabiskan waktu untuk berjalan atau bersepeda untuk bepergian dalam satu hari
………… jam atau ………… menit
*lingkari pilihanmu
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
58
Pertanyaan berikut adalah untuk aktivitas selain di sekolah dan bepergian yang telah disebutkan di atas. Saya akan bertanya tentang aktivitas olahraga dan rekreasi.
Aktivitas olahraga dan rekreasi Pertanyaan (P) Respon
1. Apakah kamu rutin melakukan aktivitas olahraga/rekreasi intensitas tinggi selama ≥ 10 menit secara kontinyu?
Ya Tidak* Jika tidak, lanjutkan ke pertanyaan no.13
2. Dalam satu minggu, berapa hari kamu melakukan aktivitas olahraga/rekreasi intensitas tinggi?
Jumlah hari :_______
3. Berapa lama kamu melakukan aktivitas olahraga/rekreasi intensitas tinggi dalam 1 hari?
………. Jam atau ………. Menit
4. Apakah kamu melakukan aktivitas olehraga/rekreasi intensitas sedang selama ≥ 10 menit secara kontinyu?
Ya Tidak* Jika tidak, lanjutkan ke pertanyaan no.16
5. Dalam satu minggu, berapa hari kamu melakukan olahraga/rekreasi intensitas sedang?
Jumlah hari: ______
6. Berapa lama kamu melakukan aktivitas olahraga/rekreasi intensitas sedang dalam 1 hari?
………. Jam atau ………. Menit
Pertanyaan berikut adalah mengenai duduk atau istirahat saat kerja, di rumah, selama perjalanan atau waktu bersama teman (duduk di meja, duduk bersama teman, bepergian menggunakan mobil, bis, kereta, bermain kartu, membaca atau menonton televisi), tetapi tidak termasuk waktu yang digunakan untuk tidur.
Perilaku Santai Pertanyaan (P) Respon
7. Berapa lama kamu menghabiskan waktu untuk duduk atau istirahat dalam sehari? (tidak termasuk tidur)
………. Jam atau ………. Menit
IV. PERILAKU MEROKOK 1. Apakah teman anda ada yang merokok?
a. ya b. tidak 2. Apakah anda pernah mencobanya juga?
a. ya, pertama kali pada usia ………………. tahun b. tidak
3. Jika jawaban ya, seberapa sering anda merokok? a. setiap hari b. tidak setiap hari c. dulu pernah, tetapi sekarang tidak d. tidak tahu pernah
4. Apakah ayah merokok? a. Ya b. Tidak
5. Jika jawaban ya, seberapa sering merokok? a. setiap hari b. tidak setiap hari c. dulu pernah, tetapi sekarang tidak d. tidak tahu pernah
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014
59
6. Apakah ibu merokok? a. Ya b. Tidak
7. Jika jawaban ya, seberapa sering merokok? a. setiap hari b. tidak setiap hari c. dulu pernah, tetapi sekarang tidak d. tidak tahu pernah
8. Apakah kamu sering terpapar asap rokok? a. Ya b. Tidak
V. PERILAKU MINUM ALKOHOL
1. Apakah anda minum minuman beralkohol? a. Ya b. Tidak 2. Jika jawaban ya, seberapa sering minum minuman beralkohol? a. 1x/minggu b. > 1x/minggu
c. maksimum 1x/bulan d. pernah mencoba, tetapi tidak lagi 3. Berapa banyak biasanya setiap kali minum minuman beralkohol? a. 1 gelas b. 2-4 gelas c. ≥ 5 gelas
Terimakasih atas kesediaannya menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas dengan sejujur-jujurnya.
Universitas Indonesia
Prevalens dan faktor ..., Yunilasari, FK UI, 2014