FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20356031-S-Destiani Afriana.pdf ·...
Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20356031-S-Destiani Afriana.pdf ·...
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL KTP ELEKTRONIK (E-KTP) DI KELURAHAN ANCOL, KECAMATAN PADEMANGAN,
JAKARTA UTARA(PERIODE AGUSTUS 2011-MARET 2012)
SKRIPSI
DESTIANI AFRIANA0806317533
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKPROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
DEPOKJUNI 2012
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL KTP ELEKTRONIK (E-KTP) DI KELURAHAN ANCOL, KECAMATAN PADEMANGAN,
JAKARTA UTARA(PERIODE AGUSTUS 2011-MARET 2012)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelarSarjana Ilmu Administrasi di bidang Ilmu Administasi Negara
DESTIANI AFRIANA0806317533
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKPROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
DEPOKJUNI 2012
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar
Nama : Destiani Afriana
NPM : 0806317533
Tanda Tangan :
Tanggal : Juni 2012
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
iv
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat serta
karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa peneliti sampaikan
shalawat serta salam kepada suri tauladan umat islam yaitu Rasulullah SAW beserta
para keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Peneliti
juga mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
penyusunan skripsi ini sehingga dapat selesai antara lain :
1) Prof. Dr. Bambang Shergi Laksmono, M.Sc., selaku Dekan FISIP UI;
2) Dr. Roy Valiant Salomo, M.Soc.Sc., selaku Ketua Departemen Ilmu
Administrasi FISIP UI;
3) Prof. Dr. Irfan Ridwan Maksum, M.Si., selaku Ketua Program Sarjana Reguler
dan Kelas Paralel, Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI;
4) Achmad Lutfi, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi
Negara, Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI;
5) Drs. Bulizuar Buyung M.M, selaku pembimbing akademis;
6) Dra. Afiati Indri Wardhani, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga, serta pikiran untuk memberikan pengarahan dengan
sabar selama penyusunan skripsi ini;
7) Dra. Sri Susilih, Drs. Muh. Azis Muslim M.Si, serta kak Murwendah
Wongsodidjoyo, S.IA selaku dewan penguji yang telah memberikan banyak
saran bagi peneliti untuk perbaikan skripsi ini;
8) Pihak Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian
Dalam Negeri khususnya Subdirektorat Identitas Penduduk, Bapak Indersan, Ibu
Kunti serta para staf yang telah menerima serta membantu peneliti dalam
memperoleh data dan informasi untuk penyusunan skripsi;
9) Pihak Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta
khususnya Bagian Data dan Informasi, Ibu Alina Balqis beserta para staf yang
telah bersedia membantu peneliti dalam memperoleh data dan informasi yang
diperlukan;
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
vi
10) Pihak Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Administrasi Jakarta
Utara, Bapak Syuhada, Ibu Saanah, dan Mba Yani yang telah membantu peneliti
dalam memperoleh data serta informasi yang diperlukan;
11) Pihak Kelurahan Ancol, Bapak Sugeng, Bapak Sanwani, Mas Tony, Mas Ikrar,
Pak Toto serta para pegawai Kelurahan Ancol yang telah menerima dan
membantu peneliti untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan untuk
skripsi;
12) Masyarakat Kelurahan Ancol yang telah meluangkan waktunya untuk
diwawancarai;
13) Kedua orangtua, adik-adik, dan saudara-saudara yang telah memberikan
dukungan baik dalam bentuk moral dan material kepada peneliti selama
penyusunan skripsi;
14) Semua sahabat yang telah memberikan motivasi, dukungan, semangat yang tak
pernah henti kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, antara lain
Ristiani Fadila, Maria Ulfa, Faridah, Juwita Saputri, Annisa Nur Rachmah, Ratih
Purnamasari, Februdelona, Eka Novianti Dewi, Nurchasanah, Benita Safitri,
Rahmelya Oktari, Deasy Triarini, Nina Meilisa, Intias Maresta, Febrika Kusuma
Pertiwi, Nastia Rini, Andannytia Kinasih, Kak Etha, Kak Dina, Lia Septiana,
Rina Nur Oktaviana, dan teman-teman Ilmu Administrasi Negara angkatan 2008
yang telah berjuang bersama-sama di kampus perjuangan.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
peneliti memohon untuk kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi dapat
bermanfaat bagi semua pihak
Depok, Juni 2012
Peneliti
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASITUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Destiani Afriana
NPM : 0806317533
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jenis Karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Implementasi Program Nasional KTP
Elektronik (e-KTP) di Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakarta
Utara.
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada Tanggal : Juni 2012
Yang menyatakan
(Destiani Afriana)
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
viii
ABSTRAK
Nama : Destiani AfrianaProgram Studi : Ilmu Administrasi NegaraJudul : Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Implementasi Program
Nasional KTP Elektronik (e-KTP) Di Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara
Penelitian ini membahas mengenai faktor-faktor yang memengaruhiimplementasi program nasional KTP elektronik (e-KTP) di Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara, dengan menggunakan model implementasi kebijakan Van Meter dan Van Horn. Penelitian ini merupakan penelitian positivismedengan desain deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari enam faktor yang memengaruhi, empat faktor diantaranya memengaruhi implementasi program nasional e-KTP di Kelurahan Ancol. Keempat faktor tersebut adalah ukuran dan tujuan kebijakan, sumber daya kebijakan, komunikasi antar organisasi dan kegiatan pelaksanaan, serta lingkungan sosial.
Kata Kunci : e-KTP, implementasi kebijakan publik
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
ix
ABSTRACT
Name : Destiani AfrianaStudy Program : Public AdministrationTitle : The Factors That Influence Implementation Of A National
Program Of Electronic KTP (E-KTP) In Ancol Village, Pademangan Subdistrict, North Jakarta.
This study discusses are factors that influence implementation of a national program of electronic identity card (e-KTP) in Ancol village, Pademangan subdistrict, North Jakarta by using a model of policy implementation from Van Meter and Van Horn. This study is a descriptive research design with positivism. The resultsshow that there are four factors that influence implementation of a national program of electronic identity card (e-KTP) in the Ancol village. The factors are the size and purpose of the policy, resource policy, communication between the organization and implementation activities, and the social environment.
Keyword : e-KTP, implementation of public policy
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL iiLEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS iiiLEMBAR PENGESAHAN ivKATA PENGANTAR vLEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH viiABSTRAK viiiABSTRACT ixDAFTAR ISI xDAFTAR TABEL xiiDAFTAR GAMBAR xiiiDAFTAR LAMPIRAN xiv
1. PENDAHULUAN 11.1 Latar Belakang Masalah 11.2 Pokok Permasalahan 131.3 Tujuan Penelitian 141.4 Signifikansi Penelitian 151.5 Batasan Penelitian 151.6 Sistematika Penulisan 15
2. KERANGKA TEORI 172.1 Tinjauan Pustaka 172.2 Kerangka Teori 26
2.2.1 Kebijakan Publik 262.2.2 Implementasi Kebijakan Publik 322.2.3 Model Implementasi Kebijakan Publik 36
2.3 Operasionalisasi Konsep 45
3. METODE PENELITIAN 513.1 Pendekatan Penelitian 513.2 Jenis Penelitian 523.3 Teknik Pengumpulan Data 533.4 Teknik Analisis Data 543.5 Informan 563.6 Site Penelitian 573.7 Proses Penelitian 573.8 Keterbatasan Penelitian 58
4. GAMBARAN UMUM KELURAHAN ANCOL DAN PROGRAM NASIONAL KTP ELEKTRONIK (e-KTP) 594.1 Gambaran Umum Kelurahan Ancol 59
4.1.1 Jumlah dan Kondisi Penduduk Kelurahan Ancol 604.1.2 Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kelurahan 61
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
xi
4.1.3 Struktur Organisasi Kelurahan Ancol 634.2 Gambaran Umum Program Nasional KTP Elektronik (e-KTP) 66
4.2.1 Sejarah dan Perkembangan KTP di Indonesia 664.2.2 Program Nasional KTP Elektronik (e-KTP) 69
5. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI IMPLEMENTASIPROGRAM NASIONAL KTP ELEKTRONIK (E-KTP) DI KELURAHAN ANCOL, KECAMATAN PADEMANGAN, JAKARTA UTARA 775.1 Ukuran dan Tujuan Kebijakan 78
5.1.1 Kesesuaian Antara Implementasi Program Nasional Dengan Peraturan Perundang-Undangan Yang Berlaku 79
5.1.2 Kesesuaian Antara Implementasi Program Nasional Dengan Tujuan Program Nasional tersebut 84
5.1.3 Adanya Sasaran/Target Program Jangka Pendek, Menengah, atau Panjang 86
5.2 Sumber-Sumber Kebijakan 935.2.1 Sarana Dan Prasarana Yang Mendukung 935.2.2 Teknologi Yang Mendukung 1025.2.3 Dana yang dibutuhkan 1055.2.4 Sumber Daya Manusia 111
5.3 Komunikasi Antar Organisasi Terkait Dan Kegiatan Pelaksanaan 1205.3.1 Transmisi 1215.3.2 Kejelasan 1335.3.3 Konsistensi 1355.3.4 Nasihat dan bantuan teknis yang diberikan 1385.3.5 Adanya Berbagai Sanksi Baik Positif Maupun Negatif 140
5.4 Ciri-ciri atau sifat instansi pelaksana 1425.4.1 Struktur formal dari organisasi 1435.4.2 Nilai-nilai yang berkembang dalam organisasi 1435.4.3 Pola hubungan yang terjadi di internal birokrasi 1455.4.4 Fragmentasi organisasi 147
5.5 Sikap Para Pelaksana 1495.5.1 Kognisi (pemahaman) pelaksana tentang program nasional 1505.5.2 Arah kecenderungan pelaksana terhadap program nasional 1515.5.3 Intensitas kecenderungan pelaksana 151
5.6 Lingkungan Ekonomi, Sosial, Dan Politik 1525.6.1 Lingkungan Sosial 1535.6.2 Lingkungan Politik 1615.6.3 Lingkungan Ekonomi 163
6. SIMPULAN DAN REKOMENDASI 1656.1 Simpulan 1656.2 Rekomendasi 165
DAFTAR REFERENSI 167
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2010 Menurut Provinsi 2
Tabel 1.2 Rekapitulasi Hasil Penyerapan e-KTP Di Provinsi DKI JakartaSampai Dengan Tanggal 31 Maret 2012 10
Tabel 1.3 Laporan Perkembangan Penempatan Alat dan Penyerapan e-KTPDinas Kependudukan dan Catatan Sipil Wilayah Jakarta Utara Per Tanggal 31 Maret 2012 11
Tabel 2.1 Matriks Tinjauan Pustaka 22
Tabel 2.2 Operasionalisasi Konsep 47
Tabel 4.1 Jumlah RW dan RT di Kelurahan Ancol 60
Tabel 4.2 Jumlah penduduk Kelurahan Ancol Per Rukun Warga 61
Tabel 5.1 Program Pelayanan e-KTP Keliling Suku Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Administrasi Jakarta Utara Tahun 2012 157
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Komponen Kebijakan Publik 29Gambar 2.2 Tahap Kebijakan Publik Menurut Dunn 30Gambar 2.3 Gambar Model Implementasi Kebijakan
Van Meter Dan Van Horn 41Gambar 2.4 Variabel-Variabel Proses Implementasi
Kebijakan Mazmanian Dan Sabatier 45Gambar 4.1 Gambar Kelurahan Ancol 59Gambar 4.2 Struktur Organisasi Kelurahan Ancol 64Gambar 4.3 Prosedur Perekaman KTP elektronik (e-KTP) 75Gambar 4.4 Prosedur Pengambilan KTP elektronik (e-KTP) 76Gambar 5.1 Satu Set Perangkat E-KTP Yang Digunakan
Dalam Kegiatan Perekaman e-KTP 96Gambar 5.2 Penduduk Yang Sedang Melakukan Kegiatan Perekaman
Sidik Jari (Finger Print) Dan Foto Yang Dilakukan Oleh Tenaga Operator e-KTP 97
Gambar 5.3 Contoh Leaflet e-KTP 110Gambar 5.4 Bentuk Publikasi Yang Dilakukan Kelurahan Ancol 132Gambar 5.5 Pengumuman Untuk Mengenakan Pakaian
Rapi Dan Sopan 144Gambar 5.6 Interaksi Data Kependudukan Melalui Aplikasi SIAK
(NIK) Yang Terintegrasi Dengan KTP Elektronik (e-KTP) 146
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara.Lampiran 2 Hasil Wawancara.Lampiran 3 Surat Permohonan Mengadakan Riset Di Kelurahan Ancol.Lampiran 4 Surat Pengantar Untuk Rekomendasi Kepala Badan Kesatuan Bangsa
Politik dan Perlindungan Masyarakat.Lampiran 5 Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 597/2012
Tentang Pemberian Izin Penelitian Kepada Destiani AfrianaLampiran 6 Surat Persetujuan Mengadakan Penelitian Di Sekretariat Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi DKI JakartaLampiran 7 Laporan Perkembangan Penempatan Alat Dan Penyerapan e-KTP
Suku Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Administrasi Jakarta Utara Hingga Tanggal 31 Maret 2012
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
Universitas Indonesia
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Penduduk merupakan aset yang sangat berharga bagi suatu negara. Hal ini
disebabkan karena penduduk adalah salah satu dari unsur-unsur negara yang berperan
sebagai pelaku sekaligus sasaran pembangunan. Maju mundurnya suatu negara secara
tidak langsung bergantung kepada sumber daya manusia yang dimiliki dalam hal ini
penduduk. Oleh karenanya, data mengenai penduduk merupakan data pokok yang
perlu diketahui karakteristiknya (kuantitas, distribusi, komposisi dan kualitas)
sehingga dapat diketahui potensi maupun kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan
dalam rangka menuju subyek yang berkualitas (“penduduk”). Penduduk dalam suatu
negara biasanya menunjukkan ciri khas yang membedakannya dengan bangsa lain
(Budiardjo, 1992:43). Penduduk menurut Said Rusli adalah jumlah orang yang
bertempat tinggal di suatu wilayah pada waktu tertentu dan merupakan hasil proses-
proses demografi yaitu fertilitas, mortalitas, dan migrasi (Rusli, 1985:35).
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk tertinggi
urutan keempat di dunia setelah USA (Geohive, 2011). Berdasarkan data yang
diperoleh dari Badan Pusat Statistik, pada tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia
mencapai 237.641.326 jiwa (Badan Pusat Statistik, 2010). Jumlah tersebut
mengalami peningkatan sebesar 31.376.731 jiwa atau sekitar 13,2% dari jumlah
penduduk tahun 2000 sebesar 206.264.595 jiwa. Jumlah tersebut akan semakin
meningkat mengingat tingkat kelahiran yang cukup tinggi di Indonesia.
1
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
2
Universitas Indonesia
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2010 Menurut Provinsi
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2011
Jumlah penduduk yang besar merupakan salah satu potensi yang dapat
dimanfaatkan dan diberdayakan oleh Indonesia sebagai kekuatan untuk membangun
negara menjadi lebih maju sehingga mampu bersaing dengan negara lain dalam
lingkungan global. Melakukan pengaturan terhadap penduduk yang jumlahnya besar
tidak mudah, diperlukan suatu pengaturan yang komprehensif agar data mengenai
penduduk bersifat valid dan dapat digunakan oleh Pemerintah sebagai dasar untuk
membuat keputusan atau kebijakan. Berdasarkan hal tersebut, maka dibuat suatu
sistem yang mengatur mengenai kependudukan yang dikenal dengan administrasi
kependudukan. Administrasi kependudukan menurut Undang-Undang No. 23 Tahun
2006 tentang Administrasi Kependudukan Pasal 1 ayat (1) adalah rangkaian kegiatan
penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui
pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi
kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan
pembangunan sektor lain. Administrasi kependudukan memiliki tujuan utama yakni
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
3
Universitas Indonesia
menciptakan ketertiban dalam hal database kependudukan, penertiban NIK (Nomor
Induk Kependudukan), serta ketertiban dalam hal dokumen kependudukan (KK,
KTP, Akta Pencatatan Sipil, dan lain-lain). Administrasi kependudukan merupakan
suatu hal yang sangat penting karena dengan administrasi kependudukan, Pemerintah
dapat memberikan perlindungan, pengakuan, penentuan status pribadi dan status
hukum setiap peristiwa kependudukan serta peristiwa penting yang dialami oleh
penduduk. Selain itu, dengan administrasi penduduk yang tertib maka Pemerintah
dapat mengetahui kondisi penduduk yang dimiliki.
Untuk mewujudkan administrasi kependudukan yang tertib dan teratur, maka
setiap penduduk idealnya memiliki sebuah dokumen resmi tunggal yang
menunjukkan bahwa penduduk tersebut merupakan warga negara. Dokumen tersebut
berisi hal-hal yang berkaitan dengan diri pribadi yang bersangkutan seperti nama,
tempat tinggal, tempat dan tanggal lahir, dan sebagainya. Dengan adanya dokumen
resmi, maka seorang penduduk telah terdaftar sebagai warga negara dan mempunyai
hak antara lain dapat memperoleh pelayanan yang sama dalam pendaftaran penduduk
dan pencatatan sipil (Kementerian Dalam Negeri, 2008). Salah satu bentuk dokumen
resmi yang penting di Indonesia adalah Kartu Tanda Penduduk (KTP). Menurut
Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan Pasal 14,
KTP adalah identitas resmi penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi
Pelaksana yang berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
KTP merupakan dokumen resmi yang wajib dimiliki oleh penduduk yang telah
berusia 17 Tahun atau telah kawin atau pernah kawin secara sah. Dengan kepemilikan
KTP, seseorang dapat mengurus berbagai perizinan seperti pembuatan SIM, STNK,
pembuatan paspor, dan sebagainya.
Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar, sudah seharusnya memiliki
sistem administrasi kependudukan yang teratur dan tertata dengan baik. Dalam
kenyataannya tidak demikian, sistem administrasi kependudukan di Indonesia belum
tertata dengan baik. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya masalah yang terjadi
sebagai akibat dari buruknya administrasi kependudukan. Beberapa masalah yang
muncul antara lain adanya perbedaan data jumlah penduduk di instansi yang memiliki
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
4
Universitas Indonesia
kewenangan dalam mencatat jumlah penduduk seperti Badan Pusat Statistik dengan
Kementerian Dalam Negeri. Data jumlah penduduk versi Badan Pusat Statistik
sebesar 237.641.326 jiwa sedangkan data jumlah penduduk versi Kementerian Dalam
Negeri sebesar 259 Juta (Kementerian Dalam Negeri, 2011). Adanya perbedaan data
jumlah penduduk tersebut mengindikasikan bahwa tingkat akurasi data
kependudukan Indonesia masih sangat kurang. Hal ini secara tidak langsung
berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan
karena data jumlah penduduk menjadi informasi dasar yang penting bagi Pemerintah
dalam membuat sebuah peraturan atau kebijakan publik. Tidak hanya itu, belum
tertatanya administrasi kependudukan di Indonesia juga terlihat dari banyaknya
penduduk yang memiliki identitas ganda (KTP ganda) seperti yang diungkapkan oleh
Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil DKI Jakarta, Purba Hutapea yang
mengatakan bahwa KTP ganda yang tersebar di Ibu Kota mencapai 250 ribu lembar.
Jumlah ini mencakup warga komuter yang dulunya tinggal di Jakarta kemudian
pindah ke Depok, Bekasi dan sekitarnya tetapi mereka tidak mencabut KTP Jakarta
(Kristanti, 2011, par. 1). Hal senada juga diungkapkan oleh Anggota Dewan
Perwakilan Daerah (DPD) Djan Faridz yang mengatakan bahwa jumlah KTP ganda
tersebut diperkirakan jauh lebih besar. Tingginya jumlah komuter yang bekerja di
Jakarta merupakan bukti kuat banyaknya pemilik KTP ganda (Priliawito, 2011, par. ).
Buruknya sistem administrasi kependudukan Indonesia juga mengakibatkan
maraknya aksi-aksi pemboman dan terorisme seperti yang terjadi di Hotel J.W.
Marriott dan hotel The Ritz-Carlton pada 17 Juli. Dalam peristiwa itu, ditengarai
tersangka otak pemboman warga Malaysia Noordin M. Top dapat dengan bebas
mengganti identitasnya dari satu daerah ke daerah lainnya dalam rangka membina
sel-sel terornya (Kementerian Dalam Negeri, 2010). Selain itu, masalah yang
mewarnai pemilihan kepala daerah (pemilukada) di sejumlah daerah di Indonesia
juga terjadi sebagai akibat dari buruknya administrasi kependudukan di Indonesia.
Untuk membenahi masalah-masalah tersebut, maka Pemerintah melalui
Kementerian Dalam Negeri selaku pihak yang berkewajiban dan bertanggung jawab
menyelenggarakan administrasi kependudukan membuat satu program strategis
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
5
Universitas Indonesia
nasional yakni KTP elektronik (e-KTP). e-KTP merupakan dokumen kependudukan
yang memuat sistem keamanan/pengendalian baik dari sisi administrasi ataupun
teknologi informasi dengan berbasis pada database kependudukan nasional (“apa”).
e-KTP merupakan sebuah inovasi yang dilakukan oleh Pemerintah yang bertujuan
untuk mewujudkan kepemilikan satu KTP untuk satu penduduk yang memiliki kode
keamanan dan rekaman elektronik data kependudukan berbasis NIK secara nasional
(Kementerian Dalam Negeri, 2011). Oleh sebab itu, adanya program nasional e-KTP
merupakan salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah untuk mengatasi sejumlah
permasalahan yang terjadi dalam kependudukan.
e-KTP merupakan salah satu bentuk dari electronic government. Electronic
government menurut World Bank adalah “use by government agencies of information
technologies (such as Wide Area Networks, the Internet, and mobile computing) that
have the ability to transform relations with citizens, businesses, and other arms of
government” (“e-government”). Holmes (2001:2) mendefinisikan electronic
government sebagai berikut, “e-government is the use of information technology, in
particular the internet, to deliver public services in a much more convenient,
customer-oriented, cost-effective, and altogether different better way. It affects an
agency’s dealings with citizens, business, and other public agencies as well as its
internal business process and employess”. Indrajit (2005:5) menambahkan bahwa
jiwa e-government sebenarnya adalah suatu usaha untuk penciptaan suasana
penyelenggaraan Pemerintahan yang sesuai dengan obyektif bersama (shared goals)
dari sejumlah komunitas yang berkepentingan. Berdasarkan definisi-definisi
mengenai e-government tersebut dapat disimpulkan bahwa e-government adalah
penggunaan teknologi informasi seperti internet, WAN, dan mobile computing untuk
meningkatkan pemberian layanan publik sehingga menjadi lebih nyaman dan efisien
dalam hal biaya serta mampu mengubah hubungan dengan masyarakat, sektor bisnis,
serta pihak-pihak yang terkait dengan Pemerintah.
Dalam e-government, penggunaan teknologi informasi amat dominan dalam
pemberian pelayanan kepada masyarakat. Demikian dengan e-KTP, pembuatan KTP
elektronik juga memanfaatkan teknologi informasi yaitu menggunakan pengamanan
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
6
Universitas Indonesia
biometric. Autentikasi menggunakan biometric adalah verifikasi dan validasi sistem
melalui pengenalan karakteristik fisik atau tingkah laku manusia. Terdapat berbagai
macam jenis pengamanan dengan cara biometric antara lain sidik jari (fingerprint),
retina mata, DNA, bentuk wajah, dan bentuk gigi (“apa”). Dari berbagai macam jenis
pengamanan dengan biometric tersebut, yang digunakan dalam pembuatan KTP
elektronik antara lain adalah fingerprint (sidik jari), dan pemindai mata (retina).
Selain itu, untuk mendukung pembuatan KTP elektronik ini diperlukan alat-alat lain
seperti komputer, signature pad, kamera, dan sebagainya.
Implementasi program nasional e-KTP merupakan amanat dari Undang-
Undang No. 23 Tahun 2006 pasal 13 ayat (3) tentang Administrasi Kependudukan.
Undang-Undang tersebut menyebutkan bahwa setiap penduduk wajib memiliki NIK
yang dicantumkan dalam setiap dokumen kependudukan dan dijadikan dasar
penerbitan paspor, Surat Izin Mengemudi (SIM), Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP), Polis Asuransi, Sertifikat Hak Atas Tanah dan penerbitan dokumen
identitas lainnya. NIK bersifat unik dan tunggal yang diberikan kepada setiap
penduduk dan berlaku seumur hidup. Oleh sebab itu, masing-masing penduduk
memiliki NIK yang berbeda-beda.
Implementasi e-KTP di Indonesia diawali dengan pemutakhiran data di semua
Kabupaten/Kota dan penerbitan NIK di 329 Kabupaten/Kota pada tahun 2010 yang
kemudian dilanjutkan dengan penerbitan NIK di 168 Kabupaten/Kota dan penerapan
e-KTP di 197 di Kabupaten/Kota pada tahun 2011. Dari 497 Kabupaten/Kota di
Indonesia, sebanyak 197 Kabupaten/Kota yang telah menyatakan kesiapannya untuk
melaksanakan program Nasional ini (Kementerian Dalam Negeri, 2011). Salah satu
Provinsi yang sedang melaksanakan program nasional e-KTP adalah DKI Jakarta.
Pemerintah menjadikan Provinsi DKI Jakarta sebagai pilot project pembuatan e-KTP
tingkat nasional karena Provinsi DKI Jakarta merupakan ibukota Negara sekaligus
ibukota Provinsi yang menjadi sorotan dunia. Selain itu, Provinsi DKI Jakarta juga
memiliki sarana dan prasarana yang memadai serta arus informasi yang cepat. Hal ini
sebagaimana yang dikemukakan oleh Bapak Indersan selaku Kasubdit Identitas
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
7
Universitas Indonesia
Penduduk Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian
Dalam Negeri dalam wawancara berikut :
“sebenernya bukan pilot project kalo saya pribadi. Kalo saya pikir jakarta ini bukan pilot project tapi sorotan kalo saya pribadi ya. Karena ibukota negara, ibukota provinsi, semua dunia seluruh Indonesia sorotannya ke jakarta. ah jakarta aja belum, itu kata orang di daerah. Dunia juga, ngeliatnya ke jakarta dulu. wah jakarta udah tuh karena jadi sorotan itu. kalo saya pribadi dari sarana dan prasarananya itu juga kan, gampang, cepat, arus informasinya cepat. jadi kita gak susah-susah kan”(hasil wawancara mendalam dengan Bapak Indersan, 30 April 2012)
Untuk mendukung implementasi e-KTP di Provinsi DKI Jakarta, Gubernur
Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan Instruksi Gubernur No.58 Tahun 2011. Dalam
instruksi tersebut, Gubernur meminta kepada Lurah, Camat serta Walikota yang
bertindak sebagai pelaksana teknis proses pembuatan e-KTP di lima wilayah DKI
Jakarta untuk menjadwalkan pemanggilan secara sistematis melalui RT/RW kepada
warga untuk datang ke Kelurahan (Nuchasin, 2011, par. 13). Pemerintah menargetkan
implementasi e-KTP serentak dilakukan di semua Kelurahan Provinsi DKI Jakarta
pada tanggal 1 Agustus 2011 akan tetapi target tersebut tidak terpenuhi karena
terdapat beberapa hal yang belum siap seperti jaringan, perangkatnya, dan
sebagainya. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Bapak Indersan selaku
Kasubdit Identitas Penduduk Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kementerian Dalam Negeri, “Kendalanya pertama jaringan, peralatannya,
binteknya, operator. Karena kita ini kan program baru, alih teknologi, dari teknologi
sederhana ke teknologi baru. Kita perlu persiapan-persiapan, nah persiapan itu yang
bikin waktu pelaksanaan perekaman jadi agak mundur. Persiapan-persiapannya itu
yang bikin mundur” (hasil wawancara mendalam dengan Bapak Indersan, 30 April
2012).
Dari 267 Kelurahan yang tersebar di Provinsi DKI Jakarta, baru sepuluh
Kelurahan yang siap melakukan ujicoba pada tanggal 1 Agustus 2011. Kesepuluh
Kelurahan tersebut adalah Kelurahan Menteng, Kelurahan Cikoko, Kelurahan Kebon
Sirih, Kelurahan Semper Timur, Kelurahan Mampang Prapatan, Kelurahan Cipinang
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
8
Universitas Indonesia
Cempedak, Kelurahan Klender, Kelurahan Rawa Badak Selatan, Kelurahan
Kemanggisan, dan Kelurahan Tomang (Muhammad, 2011, par. 2). Beberapa
Kelurahan lain menyusul untuk dilakukan ujicoba implementasi e-KTP seperti
Kelurahan Petojo Utara, Kelurahan Tanjung Duren Selatan, Kelurahan Tanah Sereal,
Kelurahan Kuningan Timur, dan Kelurahan Tegal Parang, Kelurahan Kota Bambu
Selatan, Kelurahan Durentiga, Kelurahan Ulujami, Kelurahan Bidaracina, Kelurahan
Srengseng, Kelurahan Meruya utara dan Kelurahan Meruya Selatan. Beberapa
Kelurahan yang terpilih tersebut merupakan Kelurahan yang telah siap baik dari segi
infrastruktur maupun dari segi teknis lainnya. Masing-masing Kelurahan menerima
perangkat sebanyak 2 unit. Pemberian perangkat pada masing-masing Kelurahan
disesuaikan dengan kepadatan penduduk per Kelurahan. Apabila sebuah Kelurahan
memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, maka jumlah perangkat e-KTP
untuk melakukan perekaman akan ditambah. Hal ini dimaksudkan agar proses
perekaman e-KTP berjalan dengan lancar.
Provinsi DKI Jakarta menjadi wilayah yang menjadi pilot project implementasi
e-KTP dan dinilai sebagai wilayah yang paling siap, bukan berarti terbebas dari
sejumlah masalah. Banyak masalah terjadi seputar implementasi e-KTP di Provinsi
DKI Jakarta. Berbagai media baik cetak maupun elektronik melaporkan beberapa
masalah yang terjadi dalam implementasi e-KTP di beberapa wilayah yaitu :
a. Warga Kelurahan Gandaria Selatan mengalami kesulitan mendapatkan layanan e-
KTP selama dua minggu. Hal ini disebabkan karena satu dari dua mesin elektronik
yang ada belum dioperasikan atau diperbaiki (Wandi, 2011, par. 6).
b. Dari 4.322 warga yang diundang, baru sekitar 693 warga yang terlayani e-KTP di
Kelurahan Tegal Alur, Jakarta Barat. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
perangkat. Dari 5 unit yang dijanjikan, baru 2 alat yang telah tiba di Kelurahan
tersebut. (Wandi, 2011, par. 9).
c. Warga di Cengkareng juga mengalami masalah dalam penerapan e-KTP. Masalah
yang terjadi berkaitan dengan masalah antrian untuk perekaman e-KTP yang tidak
teratur. Warga yang datang terlebih dahulu harus menunggu lebih lama sementara
warga yang datang belakangan justru dipanggil terlebih dahulu. Hal ini
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
9
Universitas Indonesia
mengakibatkan banyak warga yang kesal dan protes kepada petugas Kelurahan
setempat. (desikapemita, 2011, par. 1).
d. Warga di Kelurahan Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara mengalami
kericuhan. Warga kecewa karena alat yang digunakan untuk membuat KTP
elektronik (e-KTP) rusak. Kekecewaan warga timbul karena warga telah
menunggu sejak sore hari untuk mendapat pelayanan e-KTP, akan tetapi
pelayanan yang diberikan tidak maksimal (Wandi, 2011, par. 1).
e. Warga Kelurahan Semper Barat juga mengalami masalah dalam mendapatkan
pelayanan e-KTP. Masalah terjadi karena kurang tertibnya pembagian nomor
antrean. Puluhan warga yang sudah datang sejak pagi mengaku ditolak oleh
petugas pendaftaran e-KTP (Kristin, 2011, par. 1).
f. Dalam Harian Rakyat Merdeka tanggal 17 Desember 2011 dalam kolom sms
terdapat pengaduan dari warga yang berdomisili di Jakarta Utara. Isi dari
pengaduan tersebut adalah adanya pungutan liar yang dilakukan oleh pihak RT
serta aparat terkait yang meminta bayaran besarannya bervariasi sampai pada
kisaran Rp 300.000,00.
Dari beberapa cuplikan data yang terjadi seputar implementasi e-KTP di
Provinsi DKI Jakarta, mengindikasikan bahwa implementasi e-KTP di Provinsi DKI
Jakarta belum berjalan dengan maksimal. Selain cuplikan data tersebut, terdapat
masalah lain yang terjadi dalam implementasi program nasional e-KTP diantaranya
adalah terlambatnya waktu implementasi program nasional e-KTP dari yang
dijadwalkan yaitu tanggal 1 Agustus 2011, implementasi e-KTP yang tidak dilakukan
secara serentak di seluruh Kelurahan di Jakarta, tidak tercapainya target 100 hari
implementasi e-KTP di Jakarta hingga bulan Desember 2011, dan sebagainya.
Sebelumnya, Pemerintah telah menargetkan implementasi kegiatan perekaman
program nasional e-KTP di Provinsi DKI Jakarta dapat selesai pada bulan Desember
2011 akan tetapi target tersebut tidak berhasil terpenuhi. Hal ini disebabkan karena
masih banyaknya wajib KTP di Provinsi DKI Jakarta yang belum melakukan
perekaman e-KTP sebanyak tiga juta jiwa. Hal tersebut mengakibatkan Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta meminta perpanjangan waktu pendataan e-KTP hingga April
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
10
Universitas Indonesia
2012 kepada Kementerian Dalam Negeri. Permohonan mengenai perpanjangan waktu
tersebut dikabulkan oleh Kementerian Dalam Negeri dengan dikeluarkannya Surat
Menteri Dalam Negeri No. 471.13/5079/SJ tanggal 20 Desember 2011 tentang
Perpanjangan Waktu Pelayanan e-KTP Secara Massal untuk 197 Kab/Kota (Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta, 2011). Surat tersebut tidak
hanya berlaku di DKI Jakarta tetapi juga berlaku di 197 Kabupaten/Kota.
Jumlah penduduk di Provinsi DKI Jakarta yang telah terserap e-KTP per 31
Maret 2012 sebanyak 5.417.753 jiwa dari 7.472.259 warga wajib KTP atau sekitar
72,50%. Berikut adalah tabel rincian rekapitulasi penyerapan e-KTP di Provinsi DKI
Jakarta per 31 Maret 2012.
Tabel 1.2 Rekapitulasi Hasil Penyerapan e-KTP Di Provinsi DKI JakartaSampai Dengan Tanggal 31 Maret 2012
NoNama
Wilayah
Jumlah Wajib KTP
Jumlah Wajib KTP Yang Sudah
Dilayani
Jumlah Wajib KTP Yang
Belum Dilayani
Persentase (%) Wajib KTP Yang Sudah
Terserap e-KTP
Persentase (%) Wajib KTP Yang
Belum Tersera
p e-KTP
Ket.
1.Jakarta
Pusat842.690 jiwa
602.677 jiwa
240.0 13 jiwa 71,52% 28,48% 31/12/12
2.Jakarta
Utara 1.254.706 jiwa
878.210 jiwa
376.496 jiwa 69,99% 30,01% 31/12/12
3. Jakarta
Barat1.642.108 jiwa
1.202.617 jiwa
439.491 jiwa 73,24% 26,76% 31/12/12
4.Jakarta
Selatan1.565.982 jiwa
1.158.758 jiwa
407.224 jiwa 74,00% 26,00% 31/12/12
5.Jakarta
Timur2.149.357 jiwa
1.562.048 jiwa
587.309 jiwa 72,68% 27,32% 31/12/12
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
11
Universitas Indonesia
6.Kepulauan
Seribu17.416 jiwa
13443 jiwa
3.973 jiwa 77,19% 22,81% 31/12/12
Total 7.472.259 jiwa
5.417.753 jiwa
2.054.506 jiwa 72,50% 27,50%
Sumber : Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta 5 (5 Kota Administrasi dan 1 Kabupaten Administrasi), 2012
Berdasarkan rekapitulasi pada tabel 1.2 terlihat bahwa wilayah Kepulauan
Seribu menempati urutan teratas dalam hal persentase penyerapan e-KTP yakni
sekitar 77,19%. Hal ini karena wilayah Kepulauan Seribu memiliki jumlah penduduk
yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi DKI Jakarta.
Berbeda dengan Kepulauan Seribu, Jakarta Utara merupakan wilayah dengan tingkat
penyerapan e-KTP paling rendah. Dengan jumlah wajib KTP sebanyak 1.254.706
jiwa, persentase wajib KTP yang telah terlayani e-KTP di Jakarta Utara sebesar
878.210 jiwa atau sekitar 69,99%. Jumlah ini masih terlampau jauh bila dibandingkan
dengan wilayah lain seperti di wilayah Jakarta Selatan, jumlah wajib KTP yang telah
terlayani mencapai 74,00% (Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI
Jakarta, 2012).
Dari enam Kecamatan dan tiga puluh satu Kelurahan yang terdapat di Jakarta
Utara, Kecamatan Pademangan khususnya Kelurahan Ancol merupakan Kelurahan
dengan penyerapan e-KTP paling rendah yaitu 62,64% (Suku Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Kota Administrasi Jakarta Utara, 2012). Berikut adalah data
penyerapan e-KTP tanggal 31 Maret 2012 di wilayah Jakarta Utara per Kecamatan.
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
12
Universitas Indonesia
Tabel 1.3 Laporan Perkembangan Penempatan Alat dan Penyerapan e-KTPDinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Wilayah Jakarta Utara Tanggal 31 Maret 2012
No. Kecamatan KelurahanJumlah
Wajib KTP
Jumlah Wajib KTP yang sudah
dilayani
Persentase
(%)
1 PenjaringanPenjaringan 76.162 jiwa 52.354 jiwa 68,74%
Pejagalan 68.643 jiwa 49.296 jiwa 71,82%
Kamal Muara 7.170 jiwa 5.765 jiwa 80,40%
Pluit 37.691 jiwa 25.426 jiwa 67,46%
Kapuk Muara 22.058 jiwa 15.984 jiwa 72,46%
2 Tj. Priok
Tj. Priok 34.979 jiwa 24.164 jiwa 69,08%
Papanggo 34.087 jiwa 24.753 jiwa 72,62%
Sungai Bambu 29.059 jiwa 19.198 jiwa 66,07%
Kebon Bawang 48.807 jiwa 33.824 jiwa 69,30%
Sunter Agung 64.073 jiwa 43.976 jiwa 68,63%
Sunter Jaya 51.147 jiwa 35.989 jiwa 70,36%
Warakas 38.889 jiwa 27.132 jiwa 69,77%
3 Koja
Rawa Badak Utara 32.043 jiwa 24.149 jiwa 75,36%Rawa Badak Selatan 34.319 jiwa 23.041 jiwa 67,14%
Koja 30.343 jiwa 19.847 jiwa 65,41%
Lagoa 51.672 jiwa 36.701 jiwa 71,03%
Tugu Selatan 28.258 jiwa 18.546 jiwa 65,63%
Tugu Utara 56.734 jiwa 40.877 jiwa 72,05%
4 Cilincing
Kalibaru 62.402 jiwa 42.802 jiwa 68,59%
Cilincing 41.538 jiwa 28.454 jiwa 68,50%
Semper Barat 63.770 jiwa 43.770 jiwa 68,64%
Marunda 15.375 jiwa 11.793 jiwa 76,70%
Sukapura 47.332 jiwa 31.169 jiwa 65,85%
Rorotan 27.802 jiwa 21.861 jiwa 78,63%
Semper Timur 30.541 jiwa 19.192 jiwa 62,84%5 Kelapa Pegangsaan Dua 40.513 jiwa 29.161 jiwa 71,98%
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
13
Universitas Indonesia
Gading Klp. Gading Barat 27.273 jiwa 19.540 jiwa 71,65%Klp. Gading Timur 32.591 jiwa 26.388 jiwa 80,97%
6 Pademangan
Ancol 22.558 jiwa 14.131 jiwa 62,64%
Pademangan barat 63.265 jiwa 43.786 jiwa 69,21%Pademangan Timur 33.612 jiwa 25.141 jiwa 74,80%
TOTAL1.254.706 jiwa
878.210 jiwa 69,99%
Sumber : Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Administrasi Jakarta Utara, 2012
Kelurahan Ancol dengan jumlah wajib KTP sebesar 22.558 jiwa memulai
implementasi kegiatan perekaman e-KTP pada tanggal 15 Agustus 2011 (Suku Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Administrasi Jakarta Utara, 2012). Untuk
menunjang implementasi program nasional e-KTP, Kelurahan Ancol diberikan
sejumlah prasarana pendukung antara lain sumber daya manusia atau tenaga operator
e-KTP dan alat-alat seperti monitor, Central Processing Unit (CPU), keyboard,
mouse, signature pad, iris mata (pemindai retina), kamera, finger print (sidik jari).
Jumlah prasarana yang diberikan di masing-masing Kelurahan berbeda-beda. Di
Kelurahan Ancol, sumber daya manusia atau tenaga operator e-KTP yang diterima
sebanyak dua orang dan jumlah perangkat e-KTP yang diterima sebanyak dua set
(Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Administrasi Jakarta Utara,
2012).
1.2 Pokok Permasalahan
e-KTP merupakan program nasional dalam bidang kependudukan yang
bertujuan untuk mewujudkan identitas tunggal bagi wajib KTP di seluruh wilayah
Indonesia. Adanya identitas tunggal menjadi sangat penting karena dewasa ini banyak
terjadi penyalahgunaan identitas yang digunakan untuk kepentingan pribadi dan
merugikan banyak pihak seperti yang dilakukan oleh para teroris dengan membuat
identitas ganda. Para teroris memanfaatkan lemahnya sistem administrasi
kependudukan Indonesia untuk menjalankan tujuannya. Hal tersebut merupakan salah
satu alasan program nasional e-KTP ini diluncurkan. Program nasional e-KTP
pertama kali dilaksanakan di Provinsi DKI Jakarta karena Provinsi DKI Jakarta
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
14
Universitas Indonesia
merupakan wilayah yang paling siap dibanding wilayah lain di Indonesia. Meskipun
Jakarta menjadi wilayah yang paling siap dan menjadi pilot project, namun pada
kenyataannya banyak masalah terjadi dalam implementasi e-KTP di Provinsi DKI
Jakarta. Akhir bulan Desember 2011 yang menjadi batas waktu pelaksanaan e-KTP
secara massal (penggantian KTP dengan KTP baru) di Provinsi DKI Jakarta, namun
masih terdapat sekitar tiga juta wajib KTP yang belum melakukan perekaman KTP
elektronik dari tujuh juta Wajib KTP di Provinsi DKI Jakarta. Belum terpenuhinya
target tersebut ditengarai karena tidak adanya sanksi yang tegas bagi wajib KTP yang
belum melakukan perekaman KTP. Atas dasar itu, maka Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta memperpanjang waktu pendataan e-KTP hingga April 2012.
Jakarta Utara merupakan salah satu wilayah di Provinsi DKI Jakarta yang
tengah melaksanakan program nasional e-KTP. Di wilayah ini, persentase tingkat
penyerapan e-KTP per tanggal 31 Maret 2012 sebesar 69,99% sementara di wilayah
lain seperti di wilayah Jakarta Selatan tingkat penyerapan e-KTP telah mencapai
74,00% (Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil, 2012). Berdasarkan data
tersebut, dapat dikatakan bahwa penyerapan e-KTP di wilayah Jakarta Utara
tergolong rendah dan Kelurahan yang paling rendah dalam penyerapan e-KTP adalah
Kelurahan Ancol. Kelurahan ini hanya mampu menyerap sebanyak 14.131 jiwa atau
sekitar 62,64% dari jumlah wajib KTP sebesar 22.558 jiwa. Rendahnya penyerapan
e-KTP di Kelurahan tersebut menjadi salah satu hal yang memengaruhi pencapaian
target implementasi e-KTP di Provinsi DKI Jakarta. Berdasarkan hal tersebut, maka
dirumuskan satu permasalahan yaitu faktor-faktor apa saja yang memengaruhi
implementasi program nasional e-KTP di Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan,
Jakarta Utara?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan faktor-faktor yang
memengaruhi implementasi program nasional e-KTP di Kelurahan Ancol, Kecamatan
Pademangan, Jakarta Utara.
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
15
Universitas Indonesia
1.4 Signifikansi Penelitian
Signifikansi dari penelitian ini adalah diharapkan dapat memberi manfaat baik
secara teoritis maupun praktis yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Manfaat
tersebut antara lain:
a. Signifikansi Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi sedikit gambaran mengenai faktor-faktor
yang memengaruhi implementasi program nasional e-KTP Kelurahan Ancol,
Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan
dapat menyumbangkan pemikiran serta memperluas wawasan bagi orang yang
ingin meneliti di bidang yang sama yakni administrasi kependudukan.
b. Signifikansi Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Pemerintah dalam
mengidentifikasi faktor yang memengaruhi implementasi program nasional e-KTP
di Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara. Diharapkan dengan
mengetahui faktor yang memengaruhi implementasi, Pemerintah dapat segera
melalukan perbaikan agar program nasional tersebut berjalan sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai.
1.5 Batasan Penelitian
Adapun batasan penelitian dalam penelitian ini adalah hanya membahas
implementasi program nasional e-KTP untuk kemudian melakukan analisis terhadap
faktor-faktor yang memengaruhi implementasi program nasional e-KTP di Kelurahan
Ancol.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam skripsi ini terdiri dari enam bagian yaitu :
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, pokok
permasalahan, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, serta sistematika
penulisan.
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
16
Universitas Indonesia
BAB 2 KERANGKA TEORI
Dalam bab ini dijabarkan mengenai teori serta konsep-konsep yang
berkaitan dengan penelitian. Selain teori dan konsep, bab ini juga berisi
tinjauan pustaka dan operasionalisasi konsep.
BAB 3 METODE PENELITIAN
Bab ini berisi metode penelitian yang menjelaskan tentang pendekatan
penelitian, jenis penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data,
informan, penentuan site penelitian, proses penelitian, serta keterbatasan
penelitian.
BAB 4 GAMBARAN UMUM KELURAHAN ANCOL DAN PROGRAM
NASIONAL KTP ELEKTRONIK (e-KTP)
Bab ini terdiri dari dua bagian yaitu mengenai gambaran umum
Kelurahan Ancol serta gambaran umum dari program nasional KTP
elektronik (e-KTP).
BAB 5 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI IMPLEMENTASI
PROGRAM NASIONAL KTP ELEKTRONIK (e-KTP) DI KEL.
ANCOL, KEC. PADEMANGAN, JAKARTA UTARA
Bab ini menjelaskan dan menganalisis mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi implementasi program nasional KTP elektronik (e-KTP)
di Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara.
BAB 6 SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bab ini berisi simpulan dan rekomendasi. Dalam sub bab simpulan berisi
intisari dari penelitian ini sementara pada sub bab rekomendasi berisi
beberapa masukan kepada pemerintah untuk mengatasi permasalahan
yang terjadi.
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
17
Universitas Indonesia
BAB 2KERANGKA TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Dalam melakukan penelitian mengenai “Faktor-Faktor Yang Memengaruhi
Implementasi Program Nasional KTP Elektronik (e-KTP) Di Kelurahan Ancol,
Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara”, akan dipaparkan beberapa penelitian dan
kajian ilmiah terdahulu serta beberapa konsep yang memiliki keterkaitan dengan
penelitian ini. Penelitian-penelitian terdahulu tersebut digunakan sebagai bahan
referensi dalam melakukan penelitian.
Penelitian pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Ria Siskamya pada
tahun 2008. Penelitian tersebut berjudul “Implementasi Kebijakan Administrasi
Kependudukan Pada Pemerintah Kota Depok”. Penelitian tersebut bertujuan
untuk menganalisis implementasi kebijakan administrasi kependudukan pada
Pemerintah Kota Depok. Dalam melakukan penelitiannya, Ria Siskamya
menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Jenis penelitian yang dilakukan adalah
penelitian deskriptif dimana Ria Siskamya ingin menggambarkan proses penelitian
melalui data yang ada untuk mengetahui sejauh mana penerapan kebijakan
administrasi kependudukan telah berjalan sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam
undang-undang.
Berdasarkan hasil penelitiannya, Ria Siskamya menyimpulkan bahwa dalam
proses implementasi kebijakan administrasi kependudukan pada Pemerintah Kota
Depok dengan melihat pada enam aspek teori implementasi kebijakan Van Horn dan
Van Meter, aspek-aspek sumber kebijakan khususnya sumber daya manusia dan
sarana prasarana penunjang memerlukan perhatian khusus karena jumlahnya yang
sangat kurang dari kebutuhan yang diperlukan. Selain itu, kualitas dan tingkat
pemahaman penduduk terhadap pentingnya makna dokumen masih kurang walaupun
Pemerintah Kota Depok telah sering mengadakan program sosialisasi dan program-
program lainnya.
17
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
18
Universitas Indonesia
Penelitian kedua yang dijadikan referensi adalah penelitian yang dilakukan oleh
Yusuf Aditya N. Penelitian tersebut dilakukan pada tahun 2010 dengan judul
“Implementasi Kebijakan Administrasi Kependudukan Oleh Pemerintah
Daerah Provinsi DKI Jakarta Dalam Upaya Pencegahan Aksi Terorisme”.
Adapun tujuan penelitian yang dilakukan oleh Yusuf Aditya adalah untuk
menjelaskan implementasi kebijakan administrasi kependudukan oleh Pemerintah
daerah Provinsi DKI Jakarta dalam upaya pencegahan aksi terorisme. Dalam
penelitiannya, Yusuf Aditya menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis
penelitian deskriptif. Dalam teknik pengumpulan data, Yusuf Aditya menggunakan
data primer dengan melakukan wawancara mendalam kepada informan. Selain
dengan data primer, Yusuf Aditya dalam melakukan teknik pengumpulan data juga
menggunakan data sekunder dengan melakukan studi pustaka dari berbagai sumber.
Berdasarkan hasil penelitiannya, Yusuf Aditya menyimpulkan empat hal yaitu
pertama, implementasi kebijakan administrasi kependudukan oleh Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil telah
berjalan dengan baik dimana implementasi dilakukan dengan cara menjalankan
sistem informasi administrasi kependudukan dan membangun database
kependudukan serta menciptakan Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan sistem
automated finger scan identify bagi seluruh warga Provinsi DKI Jakarta yang berlaku
secara nasional sehingga dapat meminimalisir kepemilikan identitas palsu dalam
bentuk KTP ganda sehingga dapat menjadi dasar bagi terciptanya tujuan untuk
menciptakan tertib administrasi di Provinsi DKI Jakarta. Kedua, dalam
mengimplementasikan kebijakan administrasi kependudukan, Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil menjalin kerjasama dengan instansi-instansi di bawahnya seperti
Kelurahan dan Rukun Warga (RW) untuk melaksanakan sosialisasi mengenai
masalah kependudukan sekaligus melaksanakan pelayanan kependudukan seperti
implementasi KTP mobile. Ketiga, pencegahan kepemilikan KTP ganda merupakan
salah satu langkah pencegahan dini terhadap tindakan terorisme di Provinsi DKI
Jakarta karena dengan adanya tindakan pencegahan KTP ganda maka implementasi
kebijakan administrasi kependudukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
19
Universitas Indonesia
turut berperan dalam mengurangi salah satu alat yang digunakan teroris untuk
bergerilya yaitu identitas (KTP) palsu dan yang terakhir menurut wawancara dengan
informan, ditemukan penjelasan mengenai masih terdapatnya hambatan dalam
implementasi kebijakan administrasi kependudukan. Hambatan-hambatan ini terdiri
dari fasilitas pendukung, transisi sistem, dan komitmen pelaksana kebijakan.
Penelitian ketiga adalah tesis yang dilakukan oleh Johny Anthony M.
Hutagalung. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2001 dengan judul “Analisis
Persepsi Masyarakat Terhadap Kebijakan Retribusi (Studi Kasus Kebijakan
Retribusi KTP Di Provinsi DKI Jakarta)”. Adapun tujuan dari penelitian tersebut
terdiri dari empat hal yakni memperoleh informasi mengenai bagaimana kebutuhan
memiliki kartu tanda penduduk oleh masyarakat, memperoleh informasi apakah
tindakan memiliki kartu tanda penduduk menimbulkan dampak sampingan,
menguraikan bagaimana kebijakan retribusi dapat diberlakukan pada permohonan
kartu tanda penduduk, serta menguraikan komponen produksi kartu tanda penduduk
yang dapat dijadikan dasar menghitung besarnya retribusi. Penelitian tersebut
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian bersifat deskriptif.
Dalam penelitiannya, Johny Anthony menggunakan metode kuantitatif dengan cara
menyebarkan kuesioner. Berdasarkan hasil penelitiannya, Johny menyimpulkan
beberapa hal yaitu pertama, bahwa kebutuhan memiliki KTP bukan berada pada
masyarakat tetapi berada pada institusi lain baik Pemerintah maupun bukan pada
Pemerintah. Hal ini diperkuat dengan adanya kebijakan mewajibkan penduduk untuk
memiliki KTP dan seringnya ditemukan bahwa KTP dibutuhkan untuk melengkapi
persyaratan pengurusan dokumen tertentu misalnya seperti mengurus SIM/Paspor.
Kedua, kebijakan yang masih mewajibkan penduduk usia 17 tahun ke atas atau sudah
kawin untuk memiliki KTP, sudah tidak relevan dengan kenyataan di lapangan.
Ketiga, tuntutan dihapuskannya pengenaan retribusi pada permohonan KTP lebih
disebabkan karena keadaan sebagaimana disebutkan pada butir 1 dan 2 di atas.
Dengan adanya peraturan tersebut, maka masyarakat menilai bahwa kebutuhan
memiliki KTP ada pada Pemerintah bukan pada masyarakat. Dengan demikian, wajar
apabila masyarakat tidak berkehendak membayar retribusi KTP. Keempat, kebijakan
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
20
Universitas Indonesia
Pemerintah yang mensubsidi masyarakat untuk memiliki KTP dengan
memberlakukan KTP gratis adalah kebijakan yang kurang mendidik. Masyarakat
seharusnya diwajibkan membayar retribusi karena KTP adalah barang swasta yang
memiliki eksternalitas. Kelima, KTP sebagai tanda bukti diri tidak sama dengan kartu
nama. KTP dianggap sah dan diterima oleh pihak lain sebagai bukti identitas karena
dilakukan keabsahannya melalui pejabat berwenang secara formal. Hal terakhir atau
poin keenam yang menjadi hasil dari penelitian Johny adalah telah terjadi kekeliruan
pada penghitungan retribusi KTP sebesar Rp 1.925,- oleh Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta. Jumlah komponen yang dijadikan dasar menghitung besarnya retribusi KTP
terlalu sedikit dan tidak sesuai dengan penghitungan sebenarnya. Berdasarkan jumlah
komponen produksi KTP yang begitu banyak, diperkirakan besarnya retribusi KTP
lebih besar dari Rp 1.925,-. Dengan demikian subsidi yang diberikan oleh
Pemerintah Propinsi DKI Jakarta kepada warga dalam penyelenggaraan pendaftaran
penduduk dan pelayanan KTP adalah cukup besar.
Ketiga penelitian dalam tinjauan pustaka tersebut memiliki keterkaitan dengan
penelitian yang dilakukan. Keterkaitan antara penelitian ini dengan penelitian
pertama adalah adanya kesamaan dalam beberapa hal antara lain adalah kesamaan
dalam tema yang digunakan yakni tema mengenai administrasi kependudukan
meskipun pada penelitian ini lebih berfokus pada program nasional e-KTP.
Kemudian kesamaan lain adalah dalam penggunaan teori. Teori yang digunakan
adalah teori kebijakan publik dan konsep implementasi kebijakan publik. Teori
kebijakan publik dan konsep implementasi kebijakan publik dalam penelitian pertama
tidak menjadi teori utama melainkan hanya berperan sebagai teori pendukung.
Penelitian ini dengan penelitian pertama memiliki sejumlah kesamaan akan tetapi
terdapat beberapa perbedaan antara lain dalam hal site penelitian. Penelitian pertama
melakukan penelitian di kota Depok sementara site penelitian dalam penelitian ini
dilakukan di wilayah Jakarta Utara khususnya Kelurahan Ancol.
Demikian halnya dengan penelitian kedua. Pada penelitian kedua, penelitian ini
juga memiliki kesamaan dengan penelitian kedua dalam hal tema yang diangkat yaitu
mengenai administrasi kependudukan akan tetapi pada penelitian ini lebih berfokus
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
21
Universitas Indonesia
pada program nasional e-KTP sedangkan penelitian kedua lebih menyoroti mengenai
implementasi kebijakan administrasi kependudukan yaitu Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan (SIAK) sebagai bentuk pencegahan aksi terorisme.
Selain itu, kesamaan lain antara penelitian yang dilakukan dengan penelitian kedua
adalah digunakannya teori serta konsep yang sama yakni teori kebijakan publik serta
konsep implementasi kebijakan.
Penelitian ketiga juga memiliki keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan
yakni keduanya membahas mengenai administrasi kependudukan dengan objek yang
sama yaitu Kartu Tanda Penduduk (KTP). Dari beberapa persamaan yang terdapat
dalam dua penelitian ini, terdapat pula beberapa perbedaan yaitu dalam hal fokus
penelitian. Fokus penelitian dari Johny Anthony adalah mengenai persepsi
masyarakat terhadap kebijakan retribusi KTP sedangkan fokus penelitian ini adalah
tentang faktor-faktor yang memengaruhi implementasi program nasional KTP
elektronik. Untuk lebih memperjelas mengenai ketiga penelitian terdahulu tersebut,
berikut ditampilkan matriks 2.1 berikut :
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
22
Universitas Indonesia
Tabel 2.1 Matriks Tinjauan Pustaka
Penelitian pertama(Skripsi)
Penelitian Kedua(Skripsi)
Penelitian Ketiga(Tesis)
Penelitian yang dilakukan(Skripsi)
Judul Implementasi Kebijakan Administrasi Kependudukan Pada Pemerintahan Kota Depok
Implementasi Kebijakan Administrasi Kependudukan Oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta Dalam Upaya Pencegahan Aksi Terorisme
Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Kebijakan Retribusi (Studi Kasus Kebijakan Retribusi KTP Di Propinsi DKI Jakarta)
Faktor-Faktor Yang MemengaruhiImplementasi Program Nasional KTP Elektronik (e-KTP) di Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara
Tahun 2008 2010 2001 2012Nama Peneliti Ria Siskamya Yusuf Aditya N. Johny Anthony M.
HutagalungDestiani Afriana
Tujuan Untuk menganalisis implementasi kebijakan administrasi kependudukan pada Pemerintah kota Depok
Untuk menjelaskan implementasi kebijakan administrasi kependudukan oleh Pemerintah daerah DKI Jakarta dalam upaya pencegahan aksi terorisme.
1. Memperoleh informasi mengenai bagaimana kebutuhan memiliki kartu tanda penduduk oleh masyarakat.
2. Memperoleh informasi apakah tindakan memiliki kartu tanda penduduk menimbulkan dampak sampingan.
3. Menguraikan bagaimana kebijakan retribusi dapat diberlakukan pada permohonan kartu
Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhiimplementasi program nasional e-KTP di Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
23
Universitas Indonesia
tanda penduduk.4. Menguraikan
komponen produksi kartu tanda penduduk yang dapat dijadikan dasar menghitung besarnya retribusi
Pendekatan penelitian
Kualitatif Kualitatif Kuantitatif Positivis
Jenis penelitian Deskriptif Deskriptif Deskriptif DeskriptifTeknik pengum-pulan data
Studi kepustakaan dan studi lapangan dengan wawancara mendalam
Studi kepustakaan dan studi lapangan
1. Data primer melalui penyebaran kuesioner dan wawancara mendalam
2. Data sekunder yang dikumpulkan dari hasil kegiatan organisasi baik dari dalam maupun dari luar.
Studi kepustakaan dan studi lapangan dengan wawancara mendalam dan observasi
Hasil Penelitian 1. Berdasarkan enam aspek teori implementasi kebijakan Van Horn dan Van Meter, aspek-aspek sumber kebijakan khususnya sumber daya manusia dan sarana prasarana penunjang memerlukan perhatian khusus karena jumlahnya yang sangat kurang dari kebutuhan yang diperlukan.
2. Proses Implementasi
1. Implementasi kebijakan administrasi kependudukan oleh Pemerintah DKI Jakarta melalui Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil telah berjalan dengan baik dimana implementasi dilakukan dengan dengan cara menjalankan sistem informasi administrasi kependudukan dan membangun databasekependudukan serta
1. Kebutuhan memiliki KTP bukan berada pada masyarakat, tetapiberada pada institusi lain baik Pemerintahmaupun bukan pada Pemerintah.
2. Kebijakan yang masih mewajibkan penduduk usia 17 tahun ke atas atau sudah kawin untuk memiliki KTP, sudah tidak relevan dengan kenyataan di lapangan.
Berdasarkan 6 (enam) faktor yang memengaruhiimplementasi kebijakan yang dikemukakan oleh Van Meter dan Van Horn, setidaknya terdapat 4 (empat) faktor yang memengaruhiimplementasi program nasional e-KTP di Kelurahan Ancol yaitu faktor ukuran dan tujuan kebijakan, sumber-sumber kebijakan,
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
24
Universitas Indonesia
masih menemukan kendala.
3. Kualitas dan tingkat pemahaman penduduk terhadap pentingnya makna dokumen masih kurang walaupun Pemerintah kota depok telah sering mengadakan program sosialisasi dan program-program lainnya.
menciptakan Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan sistem automated finger scan identify bagi seluruh warga Provinsi DKI Jakarta yang berlaku secara nasional
2. Dalam mengimplementasikan kebijakan administrasi kependudukan, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil menjalin kerjasama dengan instansi-instansi di bawahnya seperti Kelurahan dan Rukun Warga (RW) untuk melaksanakan sosialisasi mengenai masalah kependudukan sekaligus melaksanakan pelayanan kependudukan seperti implementasi KTP mobile.
3. Pencegahan kepemilikan KTP ganda merupakan salah satu langkah pencegahan dini terhadap tindakan terorisme di Provinsi DKI Jakartakarena dengan adanya tindakan pencegahan
3. Tuntutan dihapuskannya pengenaan retribusi pada permohonan KTP lebih dikarenakan keadaan sebagaimana disebutkan pada butir 1 dan 2 di atas.
4. Kebijakan Pemerintahyang mensubsidi masyarakat untuk memiliki KTP dengan memberlakukan KTP gratis adalah kebijakan yang kurang mendidik.
5. KTP sebagai tanda bukti diri tidak sama dengan kartu nama. KTP dianggap sah dan diterima karena dilakukan keabsahannya melalui pejabat berwenang secara formal.
6. Telah terjadi kekeliruan pada penghitungan retribusi KTP sebesar Rp 1.925,- oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
7. Diperkirakan besarnya retribusi KTP lebih besar dari Rp 1.925,-.
komunikasi antar organisasi dan kegiatan pelaksanaan, serta lingkungan sosial.
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
25
Universitas Indonesia
KTP ganda maka implementasi kebijakan administrasi kependudukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah turut berperan dalam mengurangi salah satu alat yang digunakan teroris untuk bergerilya yaitu identitas (KTP) palsu
4. Menurut hasil wawancara dengan informan, ditemukan penjelasan mengenai masih terdapatnya hambatan dalam implementasi kebijakan administrasi kependudukan. Hambatan-hambatan ini terdiri dari fasilitas pendukung, transisi sistem, dan komitmen pelaksana kebijakan.
Sumber : telah diolah kembali
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
26
Universitas Indonesia
2.2 Kerangka Teori
2.2.1 Kebijakan Publik
Banyak ahli mendefinisikan beragam mengenai kebijakan. Kebijakan menurut
Lasswell dan Kaplan sebagaimana yang dikutip dalam Islamy (1997:15) adalah “a
projected program of goals, values, and practices” (suatu program pencapaian
tujuan, nilai-nilai, dan praktek-praktek yang terarah). Carl Friedrick dalam Islamy
(2004:17) turut pula mendefinisikan kebijakan. Menurutnya kebijakan adalah sebagai
berikut “… a proposed course of action of a person, group, or government within a
given environment providing obstacles and opportunities which the policy was
proposed to utilize and overcome in an effort to reach a goal or realize an objective
or a purpose” (… kebijakan sebagai program yang diusulkan dari tindakan seseorang,
kelompok, atau Pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat
hambatan-hambatan dan peluang, kebijakan tersebut berupaya untuk menyelesaikan
dan mengatasi hambatan dan berupaya untuk mencapai tujuan).
Lain halnya dengan Raksasataya dalam Islamy (2004:17), kebijaksanaan atau
kebijakan sebagai suatu taktik dan strategi yang diarahkan untuk mencapai suatu
tujuan. Oleh karena itu, kebijaksanaan memuat tiga elemen yakni :
a. Identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai
b. Taktik dan strategi dari berbagai langkah untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
c. Penyediaan berbagai input untuk memungkinkan implementasi secara nyata dari
taktik atau strategi
Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh para ahli mengenai kebijakan,
dapat disimpulkan bahwa kebijakan merupakan suatu strategi yang digunakan untuk
mencapai suatu tujuan. Sama halnya dengan kebijakan, kebijakan publik juga
didefinisikan beragam oleh para ahli. Kebijakan publik menurut Dye dalam Islamy
(2004:18) adalah “whatever governments choose to do or not to do”. Dye
mendefinisikan kebijakan publik sebagai apapun yang Pemerintah pilih untuk
melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Lebih lanjut Dye mengatakan
bahwa bila Pemerintah memilih untuk melakukan sesuatu maka harus ada tujuannya
(objektifnya) dan kebijakan publik itu harus meliputi semua tindakan Pemerintah,
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
27
Universitas Indonesia
bukan semata-mata merupakan pernyataan keinginan Pemerintah atau pejabat
Pemerintah saja. Senada dengan Dye, Edwards III dan Sharkansky dalam Islamy
(2004:19) juga mengemukakan definisi kebijakan publik sebagai berikut : “… is what
governments say and do, or not to do. It is the goals or purposes of government
programs…”. Edwards III mendefinisikan kebijakan publik sebagai apa yang
Pemerintah katakan dan lakukan atau tidak melakukan sesuatu. Hal ini dapat terlihat
dalam bentuk tujuan atau program yang dibuat oleh Pemerintah.
Anderson turut pula mengatakan bahwa “public policies are those policies
developed by governmental bodies and officials” (kebijakan publik adalah kebijakan-
kebijakan yang dikembangkan oleh Pemerintah dan pejabat-pejabat). Dari definisi
tersebut, Anderson mengemukakan beberapa implikasi yang timbul yaitu :
a. Kebijaksanaan atau kebijakan negara itu selalu mempunyai tujuan tertentu atau
merupakan tindakan yang berorientasi pada tujuan
b. Kebijakan itu berisi tindakan-tindakan atau pola-pola tindakan pejabat
Pemerintah
c. Kebijakan itu merupakan apa yang benar dilakukan oleh Pemerintah, jadi bukan
merupakan apa yang Pemerintah bermaksud akan melakukan sesuatu atau
menyatakan akan melakukan sesuatu
d. Kebijakan negara itu bersifat positif dalam arti merupakan beberapa bentuk
tindakan Pemerintah mengenai suatu masalah tertentu atau bersifat negatif dalam
arti merupakan keputusan Pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu.
e. Kebijakan Pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang positif-didasarkan atau
selalu dilandaskan pada peraturan perundang-undangan dan bersifat memaksa.
Untuk lebih memahami mengenai definisi kebijakan publik, Young dan Quinn
dalam Suharto (2005:67) memiliki beberapa konsep kunci dalam kebijakan publik
yaitu :
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
28
Universitas Indonesia
a. Tindakan Pemerintah yang berwenang.
Kebijakan publik adalah tindakan yang dibuat dan diimplementasikan oleh badan
Pemerintah yang memiliki kewenangan hukum, politis dan finansial untuk
melakukannya.
b. Sebuah reaksi terhadap kebutuhan dan masalah dunia nyata.
Kebijakan publik berupaya merespon masalah atau kebutuhan konkret yang
berkembang di masyarakat.
c. Seperangkat tindakan yang berorientasi pada tujuan.
Kebijakan publik biasanya bukanlah sebuah keputusan tunggal, melainkan terdiri
dari beberapa pilihan tindakan atau strategi yang dibuat untuk mencapai tujuan
tertentu demi kepentingan orang banyak.
d. Sebuah keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Kebijakan publik pada umumnya merupakan tindakan kolektif untuk
memecahkan masalah sosial. Namun, kebijakan publik juga dapat dirumuskan
berdasarkan keyakinan bahwa masalah sosial akan dapat dipecahkan oleh
kerangka kebijakan yang sudah ada dan tidak memerlukan tindakan tertentu.
e. Sebuah justifikasi yang dibuat oleh seorang atau beberapa orang aktor.
Kebijakan publik berisi sebuah pernyataan atau justifikasi terhadap langkah-
langkah atau rencana tindakan yang telah dirumuskan. Keputusan yang telah
dirumuskan dalam kebijakan publik dapat dibuat oleh sebuah badan Pemerintah,
maupun oleh beberapa perwakilan lembaga Pemerintah.
Dari berbagai definisi kebijakan publik yang dikemukakan oleh para ahli dapat
disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah segala tindakan yang dilakukan oleh
Pemerintah dan mempunyai pengaruh langsung terhadap kepentingan masyarakat
secara luas yang memiliki tujuan tertentu. Kebijakan lebih tepat jika dipahami dalam
kerangka hubungannya dengan berbagai macam subsistem yang ada. Kebijakan
apabila dipahami sebagai suatu sistem memiliki tiga buah komponen yang
berinteraksi secara timbal balik. Ketiga komponen tersebut adalah (Wibawa, 1994:50-
51) :
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
29
Universitas Indonesia
a. Pelaku kebijakan
Adapun yang dimaksud dengan pelaku kebijakan yakni badan Pemerintah
maupun orang atau lembaga non Pemerintah yang terlibat dalam pembuatan
kebijakan. Pelaku kebijakan dapat memengaruhi dan sekaligus terkena pengaruh dari
suatu kebijakan.
b. Lingkungan kebijakan
Lingkungan kebijakan bukan orang-orang atau lembaga yang berada di sekitar
dan memengaruhi Pemerintah selaku penentu akhir suatu kebijakan melainkan lebih
menunjuk pada bidang-bidang kehidupan masyarakat yang dapat atau perlu
dipengaruhi oleh pelaku kebijakan misalnya demokrasi, pengangguran, kriminalitas,
dan efisiensi.
c. Kebijakan publik
Kebijakan publik adalah serangkaian pilihan tindakan Pemerintah untuk
menjawab tantangan (atau memecahkan masalah) kehidupan masyarakat.
Gambar 2.1 Komponen Kebijakan Publik
Sumber : Dunn, 2000:110
Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang sangat kompleks
karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Oleh sebab itu,
beberapa ahli membagi proses-proses penyusunan kebijakan publik ke dalam
beberapa tahap seperti tahap kebijakan publik yang dikemukakan oleh William Dunn
(Winarno, 2012:36).
Pelaku kebijakan
Lingkungan kebijakan
Kebijakan publik
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
30
Universitas Indonesia
Gambar 2.2 Tahap Kebijakan Publik Menurut Dunn
Sumber : Winarno, 2012
Tahap kebijakan publik menurut Dunn terdiri dari lima tahap yaitu :
a. Tahap Penyusunan Agenda
Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda
publik. Sebelumnya, sejumlah masalah berkompetisi lebih dahulu untuk dapat masuk
ke dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda
kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini suatu masalah mungkin tidak
disentuh sama sekali sedangkan masalah lain ditetapkan menjadi fokus pembahasan
atau ada pula masalah karena alasan-alasan tertentu ditunda untuk waktu yang lama.
b. Tahap Formulasi Kebijakan
Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para
pembuat kebijakan. Masalah-masalah tersebut didefinisikan untuk kemudian dicari
pemecahan yang terbaik. Pemecahan tersebut berasal dari berbagai alternatif atau
Penyusunan Agenda
Formulasi kebijakan
Adopsi kebijakan
Implementasi kebijakan
Evaluasi kebijakan
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
31
Universitas Indonesia
pilihan kebijakan (policy option) yang ada. Dalam tahap perumusan kebijakan,
masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil
untuk memecahkan masalah.
c. Tahap Adopsi Kebijakan
Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus
kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan
dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau keputusan
peradilan.
d. Tahap Implementasi Kebijakan
Suatu program hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program tersebut
tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, keputusan program kebijakan yang telah
diambil sebagai alternatif pemecahan permasalahan harus diimplementasikan, yakni
dilaksanakan oleh badan-badan administrasi maupun agen-agen Pemerintah di tingkat
bawah. Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang
memobilisasikan sumber daya manusia dan finansial. Beberapa implementasi
kebijakan mendapat dukungan dari para pelaksana, namun beberapa yang lain
mungkin akan ditentang oleh para pelaksana.
e. Tahap Evaluasi Kebijakan
Pada tahap ini, kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi. Hal
ini dilakukan untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu
memecahkan masalah. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk meraih dampak
yang diinginkan. Oleh sebab itu, ditentukanlah ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria
yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak yang
diinginkan.
Dari kelima tahap kebijakan publik yang dikemukakan oleh Dunn, tahap yang
paling penting adalah tahap implementasi kebijakan. Implementasi kebijakan
merupakan tahap yang krusial dalam proses kebijakan publik. Suatu program
kebijakan harus diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang
diinginkan (Winarno, 2012:146).
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
32
Universitas Indonesia
2.2.2 Implementasi Kebijakan Publik
Implementasi kebijakan merupakan tahap yang paling penting dalam studi
kebijakan publik. Implementasi kebijakan seperti yang dikemukakan oleh Grindle
dalam Wahab (2005:59) sesungguhnya bukan sekedar bersangkut paut dengan
mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur-prosedur rutin
lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu. Kebijakan menyangkut
masalah konflik, keputusan dan siapa memperoleh apa dari sebuah kebijakan
(Wahab, 2005:59). Oleh karena itu, implementasi kebijakan merupakan aspek penting
dari keseluruhan proses kebijakan. Duoji dalam Wahab (2005:59) dengan tegas
mengatakan bahwa implementasi kebijakan adalah “The execution of policies is as
important if not more important than policy-making. Policies will remain dreams or
blue prints file jackets unless they implemented” (Implementasi kebijakan merupakan
hal penting atau lebih penting dari pembuatan kebijakan. Kebijakan akan tetap
menjadi mimpi atau dokumen saja kecuali jika kebijakan tersebut diterapkan). Dari
pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan publik
merupakan sebuah tahapan penting dalam proses kebijakan publik.
Sebuah kebijakan yang telah disahkan tidak akan bermanfaat apabila tidak
diimplementasikan. Hal ini karena dalam implementasi kebijakan publik, berusaha
untuk mewujudkan kebijakan publik yang masih bersifat abstrak ke dalam realita
nyata (Widodo, 2001:191). Jenkins dalam Parsons (2008:463) mendefinisikan studi
implementasi sebagai studi perubahan yaitu bagaimana perubahan terjadi, bagaimana
kemungkinan perubahan dapat dimunculkan. Implementasi kebijakan juga
merupakan studi tentang mikrostruktur dari kehidupan politik; bagaimana organisasi
di luar dan di dalam sistem politik menjalankan urusan dan berinteraksi satu sama
lain; apa motivasi-motivasi para pembuat kebijakan bertindak seperti itu, dan apa
motivasi lain yang mungkin membuat pembuat kebijakan bertindak secara berbeda.
Jones seperti yang dikutip oleh Widodo (2001:191) mengartikan implementasi
kebijakan publik sebagai getting the job done and doing it (mendapatkan pekerjaan
dan mendapatkannya). Definisi yang dikemukakan oleh Jones memang sederhana
akan tetapi makna yang terkandung di dalamnya tidak semudah itu. Menurut Jones,
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
33
Universitas Indonesia
implementasi kebijakan publik menuntut adanya syarat antara lain adanya pelaksana,
uang, dan kemampuan organisasional yang sering disebut sebagai resources. Oleh
sebab itu, Jones dalam Widodo (2001:191) lebih lanjut merumuskan batasan
implementasi sebagai a process of getting additional resources so as to figure out
what is to be done (sebuah proses mendapatkan sumber daya tambahan sehingga
untuk mencari tahu apa yang harus dilakukan). Dalam implementasi kebijakan
publik, terdapat tiga aktivitas antara lain (Widodo, 2001:194) :
a. Organization
Aktivitas pertama yang terdapat dalam implementasi kebijakan adalah organisasi.
aktivitas organisasi meliputi pembentukan atau penataan ulang sumber daya, unit,
serta metode untuk melaksanakan sebuah kebijakan.
b. Interpretation
Dalam implementasi kebijakan, aktivitas interpretasi merupakan aktivitas yang
penting. Para administrator selaku pelaksana dari sebuah kebijakan harus memiliki
kemampuan menerjemahkan kebijakan yang abstrak sehingga dapat
diimplementasikan kepada masyarakat.
c. Application
Aktivitas terakhir yang terdapat dalam implementasi kebijakan adalah aplikasi.
Adapun yang dimaksud aplikasi adalah alat yang digunakan oleh pembuat kebijakan
untuk melaksanakan kebijakan.
Van Meter dan Van Horn dalam Wahab (2005:65) merumuskan implementasi
kebijakan publik sebagai berikut :
“Policy implementation encompasses those actions by public and private individuals (or groups) that are directed at the achievement of objectives set forth in prior policy decisions. This includes both one time efforts to transform decisions into operational terms, as well as continuing efforts to achieve the large and small changes mandated by policy decisions” (implementasikebijakan meliputi tindakan-tindakan oleh individu publik dan swasta (atau kelompok) yang diarahkan untuk pencapaian tujuan yang ditetapkan dalam keputusan kebijakan sebelumnya. Hal ini termasuk upaya untuk mengubah keputusan ke dalam istilah operasional, serta upaya berkelanjutan untuk
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
34
Universitas Indonesia
mencapai perubahan besar dan kecil yang diamanatkan oleh keputusan kebijakan).
Van Meter dan Van Horn dalam Parsons (2008:463) mengatakan bahwa
problem implementasi diasumsikan sebagai sebuah deretan keputusan dan interaksi
sehari-hari yang tidak perlu mendapat perhatian dari para sarjana yang mempelajari
politik. Implementasi itu sederhana-meski anggapan ini menyesatkan. Dengan kata
lain, kelihatannya tidak mengandung isu-isu besar. Implementasi kebijakan yang
dirumuskan oleh Van Meter dan Van Horn menekankan pada suatu tindakan-
tindakan, baik yang dilakukan oleh pihak Pemerintah maupun individu atau
kelompok swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
dalam suatu keputusan kebijakan.
Pengertian lain mengenai implementasi kebijakan publik dikemukakan oleh
Mazmanian & Sabatier dalam Widodo (2001:192) adalah memahami apa yang
senyatanya terjadi setelah atau sesudah program dinyatakan berlaku atau dirumuskan
yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk
menimbulkan dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian. Definisi
mengenai implementasi kebijakan tersebut tidak hanya menekankan pada perilaku
badan-badan administratif yang bertanggungjawab untuk melaksanakan program dan
menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, tetapi juga menyangkut jaringan
kekuatan ekonomi, politik, sosial yang langsung atau tidak langsung dapat
memengaruhi perilaku dari semua pihak yang terlibat serta berpengaruh terhadap
dampak baik dampak yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan (Widodo,
2001:192). Mazmanian dan Sabatier dalam Wahab (2005:68) menjelaskan lebih rinci
proses implementasi kebijakan dengan mengemukakan bahwa implementasi adalah
implementasi keputusan kebijakan dasar biasanya dalam bentuk Undang-Undang,
namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif
yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya keputusan tersebut
mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas
tujuan/sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk mengatur proses
implementasinya. Proses ini berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan tertentu,
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
35
Universitas Indonesia
biasanya diawali dengan tahapan pengesahan Undang-Undang kemudian output
kebijakan dalam bentuk implementasi keputusan oleh badan (instansi) pelaksana,
kesediaan dilaksananakannya keputusan-keputusan tersebut oleh kelompok-kelompok
sasaran, dampak nyata --- baik yang dikehendaki atau yang tidak --- dari output
tersebut, dampak keputusan sebagai yang dipersepsikan oleh badan-badan yang
mengambil keputusan dan akhirnya perbaikan-perbaikan penting (atau upaya untuk
melakukan perbaikan-perbaikan) terhadap Undang-Undang/ peraturan yang
bersangkutan.
Dalam tataran implementasi kebijakan serta untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, terdapat beberapa aktor yang terlibat antara lain policy maker, birokrasi
(pelaksana) serta kelompok sasaran (Wibawa, 1994:35), dimana masing-masing aktor
memiliki peran yang berbeda satu sama lain. Dalam melakukan analisis
implementasi, terdapat dua pendekatan yaitu pendekatan kepatuhan dan pendekatan
apa yang terjadi (Wibawa, 1994:97). Pendekatan pertama adalah pendekatan
kepatuhan. Seorang analis yang menggunakan pendekatan ini beranggapan bahwa
implementasi kebijakan akan berhasil apabila para pelaksananya mematuhi petunjuk-
petunjuk yang diberikan oleh birokrasi atas yang menetapkan kebijakan tersebut.
Asumsi yang mendasari pendekatan ini adalah pembuat kebijakan merupakan pihak
yang kaya akan informasi dan oleh karenanya kebijakan maupun cara-cara merealisir
tujuan kebijakan yang dibuatnya itu telah dengan sendirinya sempurna. Analisis ini
akan hanya mengupas perilaku organisasi dan menghasilkan kesimpulan bahwa
apabila proses administrasi atau hubungan antar pegawai di dalam organisasi
pelaksana berjalan sesuai dengan aturan-aturan birokrasi-atas sebagai pembuat
kebijakan, maka (program) kebijakan dapat terlaksana. Pendekatan kedua adalah
perspektif what’s happening (apa yang terjadi). Pendekatan ini memotret
implementasi suatu kebijakan atau program dari segala hal. Apa saja yang
berlangsung di dalam (terhadap) program dijelaskan oleh pendekatan ini karena
mendasarkan pada asumsi bahwa implementasi kebijakan melibatkan dan
dipengaruhi oleh segala macam variabel dan aktor. Dengan demikian, apa yang
terlibat dan berlangsung di dalam implementasi jauh lebih penting untuk ditangkap
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
36
Universitas Indonesia
dan dikaji ketimbang selalu mempersoalkan sesuai tidaknya implementasi dengan
keharusan-keharusan yang semestinya dilakukan.
Berdasarkan dua pendekatan yang digunakan dalam menganalisis implementasi
kebijakan seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, pendekatan yang dilakukan
termasuk dalam pendekatan apa yang terjadi (what’s happening). Hal ini karena
dalam melakukan penelitian ini, dilakukan usaha untuk memotret implementasi
program nasional e-KTP di Kelurahan Ancol. Diharapkan dengan menggunakan
pendekatan ini, dapat dilakukan identifikasi mengenai faktor-faktor apa saja yang
memengaruhi implementasi program nasional e-KTP di Kelurahan Ancol, Kecamatan
Pademangan, Jakarta Utara.
2.2.3 Model Implementasi Kebijakan Publik
Dalam studi kebijakan publik, terdapat banyak model implementasi. Islamy
(2004:34) mengatakan bahwa perumusan kebijakan negara akan lebih mudah
dipelajari apabila menggunakan suatu pendekatan atau model tertentu. Para ahli
politik telah mengembangkan berbagai macam pendekatan atau model yang dapat
membantu untuk memahami kehidupan politik (political life), pemerintahan, proses
kebijakan, dan sebagainya. Model adalah wakil ideal dari situasi-situasi di dunia
nyata. Model adalah penyederhanaan dari realitas yang diwakili. Model dapat
dibedakan atas model fisik dan model abstrak. Model fisik adalah reproduksi ukuran
kecil dari benda atau objek fisik. Model abstrak adalah penyederhanaan fenomena
sosial atau konsep-konsep tertentu yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan-
pernyataan teoritis, simbol-simbol, gambar atau rumusan-rumusan matematis
mengenai fenomena yang dideskripsikannya (Suharto, 2011:69).
Suatu model sebagaimana yang dikemukakan oleh Conyers dalam Suharto
(2005:69) memiliki beberapa aspek. Agar model dapat mewakili realitas yang
digambarkannya, maka model yang baik mentransformasikan aspek-aspek secara
lengkap dan terintegrasi. Semakin banyak aspek yang digambarkan, maka semakin
baik suatu model. Thomas R. Dye telah membuat beberapa macam variasi analisa
model kebijakan negara. Berdasarkan tipologi tersebut, Nicholas Henry kemudian
mengelompokkan tipologi tersebut menjadi dua klasifikasi yaitu kebijakan negara
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
37
Universitas Indonesia
dianalisa dari sudut proses dan kebijakan negara dianalisa dari sudut hasil dan akibat
(efek).
Fungsi utama model adalah untuk mempermudah dalam menerangkan suatu
benda atau konsep. Fungsi model seperti yang diungkapkan oleh Suharto (2005:70-
71) adalah :
a. Membantu untuk memperoleh pemahaman tentang beroperasinya sistem alamiah
atau sistem buatan manusia. Model membantu dalam memberikan penjelasan
mengenai sistem apa dan bagaimana sistem tersebut beroperasi.
b. Membantu dalam menjelaskan permasalahan dan memilah-milah elemen-elemen
tertentu yang relevan dengan permasalahan.
c. Membantu dalam memperjelas hubungan antara elemen-elemen tersebut
d. Membantu dalam merumuskan kesimpulan dan hipotesis mengenai hakekat
hubungan antar elemen.
Terdapat beberapa model yang dikemukakan oleh para ahli untuk menganalisis
sebuah kebijakan publik antara lain (Wahab, 2005:71-81):
A. Model Implementasi Hogwood dan Gunn
Model ini dikembangkan oleh Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn pada
tahun 1978 dan 1986. Model ini disebut sebagai the top down approach. Menurut
Hogwood dan Gunn, untuk dapat mengimplementasikan kebijakan publik secara
sempurna (perfect implementation) maka diperlukan beberapa persyaratan tertentu
yaitu :
a. Kondisi eksternal yang dihadapi oleh instansi pelaksana tidak akan menimbulkan
gangguan atau kendala yang serius.
b. Tersedianya waktu dan sumber-sumber yang cukup memadai.
c. Perpaduan sumber-sumber yang diperlukan benar-benar ada.
d. Kebijakan yang akan diimplementasikan didasari oleh suatu hubungan kausalitas
yang andal.
e. Hubungan kausalitas bersifat langsung dan hanya sedikit mata rantai
penghubungnya.
f. Hubungan saling ketergantungan harus kecil.
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
38
Universitas Indonesia
g. Pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan.
h. Tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang tepat.
i. Komunikasi dan koordinasi yang sempurna.
j. Pihak-pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat menuntut dan
mendapatkan kepatuhan yang sempurna.
B. Model Implementasi Van Meter dan Van Horn
Model ini dikembangkan oleh Van Meter dan Van Horn yang dikenal dengan a
model of the policy implementation process (model proses implementasi kebijakan).
Model ini beranjak dari suatu argumen bahwa perbedaan-perbedaan dalam proses
implementasi akan dipengaruhi oleh sifat kebijakan yang akan dilaksanakan. Model
ini mencoba untuk menghubungkan antara isu kebijakan dengan implementasi dan
suatu model konseptual yang mempertalikan kebijakan dengan kinerja (performance)
(Wahab, 2005:78). Kedua ahli ini juga menegaskan bahwa perubahan, kontrol, dan
kepatuhan bertindak merupakan konsep-konsep penting dalam prosedur-prosedur
implementasi. Dalam model implementasi kebijakan ini, terdapat enam hal yang
membentuk hubungan antara kebijakan dengan implementasi (performance). Keenam
hal tersebut adalah :
a. Ukuran dan tujuan kebijakan
Ukuran dan tujuan kebijakan ini didasarkan pada kepentingan utama terhadap
faktor-faktor yang menentukan kinerja kebijakan. Winarno (2012:159) menyebutkan
bahwa dalam ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan berguna dalam
menguraikan tujuan-tujuan keputusan secara menyeluruh. Dalam melakukan studi
implementasi, tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran suatu program yang akan
dilaksanakan harus diidentifikasi dan diukur karena implementasi tidak dapat berhasil
atau mengalami kegagalan bila tujuan-tujuan itu tidak dipertimbangkan. Dalam
menentukan ukuran-ukuran dasar dan sasaran-sasaran, dapat menggunakan
pernyataan-pernyataan dari para pembuat keputusan sebagaimana direfleksikan dalam
banyak dokumen seperti regulasi-regulasi dan garis-garis pedoman program yang
menyatakan kriteria untuk evaluasi kebijakan. Indiahono (2009:38) mengemukakan
bahwa standar dan sasaran kebijakan pada dasarnya adalah apa yang hendak dicapai
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
39
Universitas Indonesia
oleh program baik yang berwujud maupun tidak, jangka pendek, menengah, atau
panjang. Kejelasan dan sasaran kebijakan harus dapat dilihat secara spesifik sehingga
akhir program dapat diketahui keberhasilan atau kegagalan dari kebijakan/program
yang dijalankan.
b. Sumber-sumber kebijakan
Di samping ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan, hal yang perlu
mendapatkan perhatian dalam proses implementasi adalah sumber-sumber yang
tersedia. Hal ini penting karena menunjang keberhasilan implementasi kebijakan.
Sumber-sumber yang dimaksud mencakup dana atau insentif lain yang mendorong
dan memperlancar implementasi yang efektif.
c. Ciri-ciri atau sifat instansi pelaksana
Dalam melihat karakteristik badan-badan pelaksana seperti yang dinyatakan
oleh Van Meter dan Van Horn, maka pembahasan ini tidak dapat terlepas dari
struktur birokrasi. Struktur birokrasi diartikan sebagai karakteristik-karakteristik,
norma-norma dan pola-pola hubungan yang terjadi berulang-ulang dalam badan
eksekutif yang mempunyai hubungan baik potensial maupun nyata dengan apa yang
mereka miliki dengan menjalankan kebijakan. Komponen dari model ini terdiri dari
ciri-ciri struktur formal dari organisasi-organisasi dan atribut-atribut yang tidak
formal dari personil mereka. Indiahono (2009:39) menyebutkan bahwa karakteristik
badan pelaksana menunjuk seberapa besar daya dukung struktur organisasi, nilai-nilai
yang berkembang, hubungan dan komunikasi yang terjadi di internal birokrasi.
d. Komunikasi antar organisasi terkait dan kegiatan pelaksanaan
Ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan tidak dapat dilaksanakan apabila
ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan dinyatakan dengan cukup jelas sehingga para
pelaksana dapat mengetahui apa yang diharapkan dari ukuran-ukuran dasar dan
tujuan-tujuan itu. Komunikasi di dalam dan antara organisasi merupakan proses yang
kompleks dan sulit. Dalam meneruskan pesan-pesan ke bawah dalam suatu organisasi
atau dari satu organisasi ke organisasi lainnya, para komunikator dapat
menyimpangkannya atau menyebarluaskannya, baik secara sengaja maupun tidak
sengaja. Lebih dari itu, jika sumber-sumber informasi yang berbeda memberikan
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
40
Universitas Indonesia
interpretasi yang tidak konsisten terhadap ukuran-ukuran dasar dan tujuan atau jika
sumber-sumber yang sama memberikan interpretasi-interpretasi yang bertentangan,
para pelaksana akan menghadapi kesulitan yang lebih besar untuk melaksanakan
maksud-maksud kebijakan.
e. Sikap para pelaksana
Van Meter dan Van Horn dalam Winarno (2012:168) berpendapat bahwa setiap
komponen dari model yang dibicarakan sebelumnya harus disaring melalui persepsi-
persepsi pelaksana dalam yurisdiksi dimana kebijakan tersebut dihasilkan. Van Meter
dan Van Horn mengidentifikasi tiga unsur tanggapan pelaksana yang mungkin
memengaruhi kemampuan dan keinginan unuk melaksanakan kebijakan yaitu kognisi
(komprehensif, pemahaman) tentang kebijakan, macam tanggapan terhadapnya
(penerimaan, netralitas, penolakan) dan intensitas tanggapan itu. Pemahaman
pelaksana tentang tujuan umum maupun ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan
kebijakan merupakan satu hal yang penting. Implementasi kebijakan yang berhasil
harus diikuti oleh kesadaran pelaksana terhadap kebijakan tersebut secara
menyeluruh. Hal ini berarti bahwa kegagalan suatu implementasi kebijakan sering
diakibatkan oleh ketidaktaatan para pelaksana terhadap kebijakan. Arah
kecendeungan-kecenderungan pelaksana terhadap ukuran-ukuran dasar dan tujuan-
tujuan juga merupakan hal yang penting. Para pelaksana mungkin gagal dalam
melaksanakan kebijakan-kebijakan dengan tepat karena menolak tujuan-tujuan yang
terkandung dalam kebijakan-kebijakan tersebut.
f. Lingkungan ekonomi, sosial, dan politik.
Kondisi-kondisi ekonomi, sosial, dan politik merupakan variabel selanjutnya
yang diidentifikasi oleh Van Meter dan Van Horn. Dampak kondisi-kondisi sosial,
ekonomi, dan politik pada kebijakan publik merupakan pusat perhatian yang besar.
Sekalipun dampak dari faktor-faktor ini pada implementasi keputusan-keputusan
kebijakan mendapat perhatian yang kecil, namun menurut Van Meter dan Van Horn,
faktor-faktor ini mungkin mempunyai efek yang mendalam terhadap pencapaian
badan-badan pelaksana. Berikut adalah gambar model implementasi kebijakan Van
Meter dan Van Horn :
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
41
Universitas Indonesia
Gambar 2.3 Gambar Model Implementasi Kebijakan Van Meter Dan Van Horn
Sumber : Wahab, 2005:80
C. Model Implementasi Edwards III
Model ini dikembangkan oleh Edwards III. Ia mengajukan empat faktor atau
variabel yang berpengaruh terhadap keberhasilan atau kegagalan implementasi
kebijakan. Empat variabel tersebut meliputi :
a. Komunikasi
Menurut Edwards III, persyaratan pertama bagi implementasi kebijakan yang
efektif adalah bahwa para pelaksana yang melaksanakan keputusan harus mengetahui
apa yang harus dilakukan. Secara umum, Edwards III membahas tiga hal penting
dalam proses komunikasi kebijakan yaitu :
Transmisi
Faktor pertama yang berpengaruh terhadap komunikasi kebijakan adalah
transmisi. Sebelum mengimplementasikan keputusan, pembuat keputusan harus
menyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat dan suatu perintah untuk
Ukuran dan tujuan
kebijakan
Komunikasi antar organisasi
dan kegiatan implementasi
Ciri-ciri badan
pelaksana
Lingkungan ekonomi, politik,
sosial
Sikap para pelaksana
Performance
Sumber-Sumber
Kebijakan
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
42
Universitas Indonesia
implementasinya telah dikeluarkan. Faktor ini menghendaki agar kebijakan publik
tidak hanya disampaikan kepada para pelaksana kebijakan (implementor), tetapi
juga disampaikan kepada kelompok sasaran kebijakan dan pihak lain yang
berkepentingan, baik langsung maupun tidak langsung terhadap kebijakan
tersebut. Keputusan kebijakan dan perintah-perintah harus diteruskan kepada
personil yang tepat sebelum keputusan dan perintah tersebut dapat diikuti.
Komunikasi harus akurat dan dimengerti dengan cermat oleh para pelaksana.
Konsistensi
Faktor kedua yang berpengaruh terhadap komunikasi kebijakan adalah
konsistensi. Jika implementasi kebijakan ingin berlangsung secara efektif, maka
perintah-perintah implementasi harus konsisten dan jelas. Walaupun perintah-
perintah yang disampaikan kepada para pelaksana kebijakan memiliki unsur
kejelasan akan tetapi bila perintah tersebut bertentangan, maka perintah tersebut
akan menyulitkan para pelaksana kebijakan dalam menjalankan tugasnya.
Perintah-perintah implementasi kebijakan yang tidak konsisten akan mendorong
para implementor mengambil tindakan yang sangat longgar dalam menafsirkan
dan mengimplementasikan kebijakan.
Kejelasan
Faktor ketiga yang dikemukakan oleh Edwards III adalah kejelasan. Jika
kebijakan-kebijakan diimplementasikan sesuai dengan yang diinginkan, maka
petunjuk implementasi tidak hanya diterima oleh pelaksana kebijakan tetapi juga
harus dikomunikasikan secara jelas. Seringkali instruksi-instruksi yang diberikan
kepada pelaksana kebijakan kabur dan tidak menetapkan kapan dan bagaimana
suatu program dilaksanakan. Ketidakjelasan pesan komunikasi yang disampaikan
akan mendorong terjadinya interpretasi yang salah bahkan mungkin bertentangan
dengan makna pesan awal. Edwards III dalam Winarno (2012:180)
mengidentifikasi enam faktor yang mendorong terjadinya ketidakjelasan
komunikasi kebijakan yaitu kompleksitas kebijakan publik, keinginan untuk tidak
mengganggu kelompok-kelompok masyarakat, kurangnya konsensus mengenai
tujuan-tujuan kebijakan, masalah-masalah dalam memulai suatu kebijakan baru,
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
43
Universitas Indonesia
menghindari pertanggungjawaban kebijakan, dan sifat pembentukan kebijakan
pengadilan.
b. Sumber daya
Sumber daya merupakan faktor yang penting dalam melaksanakan kebijakan
publik. Sumber daya yang penting meliputi staf yang memadai serta keahlian-
keahlian-keahlian yang baik untuk melaksanakan tugas-tugas, wewenang, dan
fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk melaksanakan pelayanan publik.
c. Disposisi
Edwards III memandang disposisi sebagai kecenderungan, keinginan atau
kesepakatan para pelaksana untuk melaksanakan kebijakan. Keberhasilan
implementasi kebijakan tidak hanya ditentukan oleh sejauhmana para pelaku
kebijakan mengetahui apa yang harus dilakukan dan mampu melakukannya, tetapi
juga ditentukan oleh kemauan para pelaksana untuk melaksanakan kebijakan tersebut.
d. Struktur Birokrasi
Implementasi kebijakan dapat menjadi tidak efektif karena adanya
ketidakefesienan struktur birokrasi meskipun sumber-sumber untuk
mengimplementasikan kebijakan cukup dan para pelaksana kebijakan mengetahui apa
dan bagaimana cara melakukannya, serta mempunyai keinginan untuk melakukannya.
Edwards III dalam Winarno (2012:180) menyebutkan bahwa terdapat dua
karakteristik utama dari birokrasi yakni prosedur-prosedur kerja atau Standard
Operating Procedure (SOP) dan fragmentasi. SOP berkembang sebagai tanggapan
internal terhadap waktu yang terbatas dan sumber-sumber dari para pelaksana serta
keinginan untuk keseragaman dalam bekerjanya organisasi-organisasi kompleks dan
tersebar luas sedangkan fragmentasi berasal terutama dari tekanan-tekanan di luar
unit-unit birokrasi seperti komite-komite legislatif, kelompok-kelompok kepentingan,
pejabat-pejabat eksekutif, konstitusi negara dan sifat kebijakan yang memengaruhi
organisasi birokrasi Pemerintah.
D. Model Mazmanian dan Sabatier
Model ini dikenal dengan a framework for implementation analysis (kerangka
analisis implementasi). Kedua ahli ini berpendapat bahwa peran penting dari analisis
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
44
Universitas Indonesia
implementasi kebijakan publik ialah mengidentifikasi variabel-variabel yang
memengaruhi tercapainya tujuan-tujuan formal pada keseluruhan proses
implementasi. Terdapat tiga variabel yang diajukan oleh kedua ahli tersebut yaitu :
a. Mudah tidaknya masalah dikendalikan
b. Kemampuan kebijakan untuk menstrukturkan proses implementasi
c. Variabel diluar kebijakan yang memengaruhi proses implementasi.
Berikut adalah gambar kerangka konseptual model implementasi Mazmanian dan
Sabatier.
Gambar 2.4 Variabel-Variabel Proses Implementasi Kebijakan Mazmanian Dan Sabatier
Gambar 2.4 Variabel-Variabel Proses Implementasi Kebijakan Mazmanian Dan Sabatier
A. Mudah/Tidaknya masalah dikendalikan. Indikator-indikatornya adalah : 1. Kesukaran-kesukaran 2. Keragaman perilaku kelompok sasaran 3. Prosentase kelompok sasaran dibanding jumah
penduduk.4. Ruang lingkup perubahan perilaku yang diinginkan.
B. Kemampuan Kebijakan untuk menstrukturkan proses implementasi . indikator-indikatornya :1. Kejelasan dan konsistensi
tujuan 2. Digunakannya teori kausal
yang memadai3. ketepatan alokasi sumber dana 4. keterpaduan hierarki dalam dan
diantara lembaga pelaksana5. aturan-aturan keputusan dari
badan pelaksana 6. rekruitmen pejabat pelaksana7. Akses Formal pihak luar
C. Variabel di luar kebijakan yang memengaruhi proses implementasi. Indikator-indikatornya adalah :1. kondisi sosio-ekonomi dan teknologi2. dukungan publik3. sikap dan sumber-sumber yang dimiliki kelompok-kelompok 4. dukungan dari pejabat atasan5. komitmen dan kemampuan6. kepemimpinan pejabat-pejabat pelaksana
D. Tahap-tahap dalam proses implementasi (variabel tergantung)Output kebijakan kesediaan dampak dampak output perbaikanBadan-badan Kelompok nyata kebijakan mendasar Pelaksana Sasaran output sebagai dalam
Mematuhi kebijakan dipersepsi undang-undang Output kebijakan
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
45
Universitas Indonesia
Sumber : Wahab, 2005:82
2.3 Operasionalisasi Konsep
Dari berbagai model implementasi kebijakan yang dikemukakan oleh para ahli,
model implementasi kebijakan yang digunakan sebagai dasar untuk menilai faktor-
faktor yang memengaruhi implementasi program nasional e-KTP adalah model
implementasi kebijakan dari Van Meter dan Van Horn dengan melakukan
penambahan indikator yang diambil dari model implementasi kebijakan dari Edwards
III. Penambahan tersebut dapat terlihat dari beberapa indikator yang terdapat dalam
dimensi komunikasi antar organisasi terkait dan kegiatan implementasi. Dimensi
tersebut menggunakan indikator-indikator yang berasal dari model implementasi
kebijakan Edwards III yaitu transmisi, kejelasan, dan konsistensi. Indikator tersebut
ditambahkan ke dalam dimensi komunikasi Van Meter dan Van Horn karena
indikator-indikator tersebut dapat mengukur dimensi komunikasi secara jelas.
Diharapkan dengan digunakannya indikator tersebut, dapat ditemukan informasi
sebanyak-banyaknya mengenai dimensi komunikasi yang disinyalir merupakan faktor
yang memengaruhi implementasi program nasional e-KTP.
Model Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn digunakan sebagai
model utama dalam melakukan analisis karena masing-masing dimensi yang
dikemukakan oleh Van Meter dan Van Horn tepat digunakan untuk menganalisis
faktor-faktor yang memengaruhi implementasi program nasional e-KTP di Kelurahan
Ancol, Jakarta Utara. Selain itu, model tersebut dipilih karena program nasional e-
KTP masih berlangsung saat penelitian dilakukan. Model ini juga sesuai dengan
pendekatan yang dipilih dalam studi kebijakan publik yaitu pendekatan proses (the
process approach). Pendekatan proses sebagaimana yang dikemukakan oleh Lester
dan Stewart dalam Winarno (2012:4) merupakan pendekatan yang paling umum
digunakan dalam studi kebijakan publik. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk
mengidentifikasi tahap-tahap dalam proses kebijakan dan kemudian menganalisis
faktor-faktor yang menentukan dari masing-masing tahap kebijakan. Dimensi-
dimensi dalam model Van Meter dan Van Horn tersebut dapat memberikan gambaran
yang jelas mengenai implementasi kebijakan publik yang efektif serta dapat
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
46
Universitas Indonesia
membantu untuk menggali lebih dalam faktor-faktor yang memengaruhi
implementasi program nasional e-KTP di Kelurahan Ancol, Jakarta Utara.
Berdasarkan hal tersebut, maka model implementasi kebijakan dari Van Meter dan
Van Horn digunakan sebagai operasionalisasi konsep dalam penelitian ini.
Operasionalisasi konsep ini terdiri dari dari enam dimensi yaitu ukuran dan
tujuan kebijakan, sumber-sumber kebijakan, komunikasi antar organisasi terkait dan
kegiatan pelaksanaan, ciri-ciri atau sifat instansi pelaksana, sikap para pelaksana,
lingkungan ekonomi, sosial, dan politik. Masing masing dimensi tersebut memiliki
indikator-indikator yang berguna untuk memperjelas dimensi sehingga memudahkan
dalam melakukan analisis.
Tabel 2.2 Operasionalisasi Konsep
Konsep Variabel Dimensi Indikator
Implementasi
kebijakan
publik
Model
Implementasi
kebijakan
Publik
Ukuran dan
tujuan kebijakan
Kesesuaian antara
implementasi
kebijakan/program dengan
peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Kesesuaian antara
implementasi
kebijakan/program dengan
tujuan yang telah ditetapkan.
Adanya sasaran / target
program jangka pendek,
menengah, atau panjang.
Sumber-sumber
kebijakan
a. Tersedianya sarana dan
prasarana yang mendukung.
b. Adanya teknologi yang
mendukung.
c. Dana yang dibutuhkan untuk
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
47
Universitas Indonesia
melaksanakan
kebijakan/program.
d. Tersedianya sumber daya
manusia yang memadai
(kuantitas dan kualitas).
Komunikasi antar
organisasi terkait
dan kegiatan
implementasi
a. Transmisi
Pelaksana memahami
perintah untuk
melaksanakan
kebijakan/program dari
pembuat kebijakan.
Adanya kesamaan
interpretasi dari para
pelaksana terhadap
kebijakan/program.
Koordinasi di dalam dan
antar organisasi terkait.
Koordinasi organisasi
pelaksana dengan kelompok
sasaran kebijakan/program.
b. Kejelasan
Kejelasan instruksi dan
petunjuk implementasi
kebijakan/program kepada
para pelaksana.
fleksibilitas para pelaksana
dalam melaksanakan
kebijakan/program.
c. Konsistensi
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
48
Universitas Indonesia
Kesesuaian perintah
implementasi
kebijakan/program dari para
pembuat kebijakan kepada
para pelaksana.
Adanya keseragaman
tujuan-tujuan yang
dikomunikasikan dengan
berbagai sumber informasi.
d. Nasihat dan bantuan teknis
yang diberikan.
e. Adanya berbagai sanksi baik
positif maupun negatif.
Ciri-ciri atau sifat
instansi pelaksana
a. Struktur formal dari
organisasi.
b. Nilai-nilai yang berkembang
dalam organisasi.
c. Pola hubungan yang terjadi di
internal birokrasi.
d. Fragmentasi organisasi.
Sikap para
pelaksana
a. Kognisi (pemahaman)
pelaksana tentang
kebijakan/program.
b. Arah kecenderungan
pelaksana terhadap
kebijakan/program.
c. Intensitas kecenderungan
pelaksana.
Lingkungan a. Lingkungan politik
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
49
Universitas Indonesia
ekonomi, sosial,
dan politik.
Kecenderungan elit politik
terhadap kebijakan/program.
Kecenderungan kelompok-
kelompok kepentingan
terhadap kebijakan/program.
b. Lingkungan ekonomi
Sumber-sumber ekonomi
dalam organisasi pelaksana.
Kondisi perekonomian
ketika kebijakan/program
dilaksanakan.
c. Lingkungan sosial
Kecenderungan masyarakat
terhadap kebijakan/program.
Tanggapan masyarakat
terhadap kebijakan/program.
Kondisi masyarakat ketika
kebijakan/program
dilaksanakan
Sumber : telah diolah kembali
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
50
Universitas Indonesia
BAB 3METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Dalam melakukan penelitian yang berjudul faktor-faktor yang memengaruhi
implementasi program nasional KTP elektronik (e-KTP) di Kelurahan Ancol,
Kecamatan Pademangan Jakarta Utara, pendekatan penelitian yang digunakan adalah
pendekatan positivis. Pendekatan ini dipilih karena menggunakan logika deduktif
yang menempatkan teori sebagai titik tolak utama dalam penelitian. Teori menjadi
pedoman penting dalam merencanakan penelitian. Adapun teori yang menjadi pijakan
dalam penelitian ini adalah teori kebijakan publik dengan menggunakan perpaduan
konsep model implementasi kebijakan Van Meter dan Van Horn serta model
implementasi kebijakan Edwards III. Model ini digunakan untuk melihat faktor-
faktor yang memengaruhi implementasi kebijakan program nasional e-KTP di
Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara. Sebagaimana yang telah
dikemukakan sebelumnya bahwa penelitian ini menggunakan logika deduktif akan
tetapi dalam pengumpulan data digunakan metode kualitatif berupa wawancara
mendalam terhadap informan yang terkait serta melakukan observasi di Kelurahan
Ancol, Jakarta Utara. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang jelas
mengenai faktor-faktor yang memengaruhi implementasi program e-KTP di
Kelurahan Ancol, Jakarta Utara.
Pendekatan positivis seperti yang dikemukakan oleh Garner dalam Silalahi
(2010:74) digunakan untuk memahami bahwa ilmu harus diolah dengan metode
ilmiah dengan menggunakan observasi, penelitian empiris dan sebanyak mungkin
dengan pengukuran dan eksperimen. Dalam pandangan positivisme, ilmu alami
terlihat sebagai sesuatu yang ideal karena memiliki peraturan yang ketat terhadap
penelitian empiris dan diterima secara luas sebagai seperangkat prosedur eksperimen
dan kuantifikasi.
50
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
51
Universitas Indonesia
Neuman dalam Silalahi (2010:74), “positivism sees social science an an organized
method for combining deductive logic with precise empirical observations of
individual behavior in order to discover and confirm a set of probabilistic causal
laws that can be used to predict general patterns of human activity”. Positivisme
melihat ilmu sosial sebagai metode terorganisir untuk mengkombinasikan logika
deduktif dengan presisi data kuantitatif hasil observasi empiris yang tepat dari
perilaku individu untuk menemukan dan mengkonfirmasi serangkaian hukum kausal
probabilistik yang dapat digunakan untuk memprediksi pola-pola umum aktifitas
manusia. Positivisme sangat memperhatikan ketepatan dalam pembentukan teori atau
terikat pada ketepatan konstruksi teori. Teori terbentuk dari konsep, proposisi, saling
hubungan antar-proposisi (Silalahi, 2010:75).
3.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian seperti yang dikemukakan dalam Jannah dan Prasetyo
(2006:37), diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu berdasarkan manfaat penelitian,
berdasarkan tujuan penelitian, serta berdasarkan dimensi waktu.
Jenis penelitian ini apabila dilihat berdasarkan manfaat, tergolong ke dalam
penelitian murni karena penelitian murni lebih banyak ditujukan bagi kebutuhan
dimana terdapat kebebasan untuk menentukan permasalahan apa yang akan diteliti
(Jannah dan Prasetyo, 2006:38-39). Penelitian murni biasanya dilakukan dalam
rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan pada umumnya hasil penelitian murni
memberikan dasar untuk pengetahuan dan pemahaman.
Selanjutnya apabila ditinjau berdasarkan tujuan, maka jenis penelitian ini
tergolong dalam penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk
memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena. Nazir
(1999:63) juga mengungkapkan hal yang serupa yaitu tujuan dari penelitian deskriptif
adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.
Moleong (1989:7) mengungkapkan bahwa data-data yang dikumpulkan dalam
penelitian deskriptif adalah data-data yang berupa kata-kata, gambar, dan bukan
angka-angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
52
Universitas Indonesia
untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Dengan digunakannya
penelitian deskriptif, diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
implementasi program nasional e-KTP di Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan,
Jakarta Utara serta dapat mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang memengaruhi
implementasi program nasional di wilayah tersebut.
Berdasarkan dimensi waktu, penelitian ini tergolong dalam cross sectional
research karena dilakukan dalam satu waktu tertentu dan tidak akan dilakukan
penelitian lain di waktu berbeda untuk diperbandingkan (Jannah dan Prasetyo,
2006:45). Adapun yang dimaksud dengan pengertian satu waktu tertentu tertentu
adalah waktu penelitian tidak dapat hanya dibatasi pada hitungan minggu, hitungan
bulan, atau hitungan tahun saja. Tidak ada batasan yang baku untuk menunjukkan
satu waktu tertentu akan tetapi yang digunakan adalah bahwa penelitian itu telah
selesai.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan metode kualitatif. Metode kualitatif dalam penelitian kualitatif cenderung
bersifat deskriptif, naturalistik, dan berhubungan dengan sifat data yang murni
kualitatif (Irawan, 2006:52).
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Dalam
mengumpulkan data primer, dilakukan wawancara mendalam terhadap informan yang
berkompeten dalam administrasi kependudukan dan program nasional e-KTP. Selain
menggunakan data primer, penelitian ini digunakan data sekunder. Data sekunder
diperoleh dari studi literatur dimana dikumpulkan berbagai macam sumber yang
berasal dari buku, skripsi, tesis, artikel dari internet, serta dokumen-dokumen dari
instansi terkait antara lain Kementerian Dalam Negeri, Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta, Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Jakarta Utara, dan sebagainya.
Selain dengan wawancara mendalam, dalam mengumpulkan data primer
dilakukan observasi di Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara.
Observasi seperti yang dikemukakan oleh Bungin (2008:133-134) adalah sebagai
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
53
Universitas Indonesia
kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat
bantu utamanya selain pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan
kulit. Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa metode observasi merupakan
kegiatan pengamatan langsung dalam pengumpulan data. Dalam penelitian ini,
diamati hal-hal yang berkaitan dengan implementasi program nasional e-KTP di
Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara. Pengamatan yang
dilakukan adalah seputar implementasi kegiatan perekaman e-KTP di Kelurahan
tersebut.
3.4 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Analisis data
menurut Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2006:286) adalah upaya yang dilakukan
dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa
yang dapat diceritakan kepada orang lain. Adapun analisis data yang dilakukan
adalah analisis data kualitatif dimana dalam analisis tersebut, data yang muncul
berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka. Data tersebut mungkin telah
dikumpulkan dalam aneka macam cara (observasi, wawancara, intisari dokumen, pita
rekaman) (Miles dan Huberman, 1992:15). Penelitian kualitatif memiliki perbedaan-
perbedaan mendasar dengan penelitian kuantitatif. Perbedaan tersebut berhubungan
dengan paradigma dan tujuan penelitian, metode penelitian, serta pengumpulan dan
analisis data. Dalam penelitian kuantitatif, terdapat batas yang jelas antara
pengumpulan data dengan analisis data. Hal tersebut berarti analisis data mulai
dilakukan hanya jika pengumpulan data telah selesai dilakukan sementara dalam
penelitian kualitatif, analisis data dilakukan bersamaan atau hampir bersamaan
dengan pengumpulan data (Irawan, 2006:72). Moleong (2006:287) mengemukakan
bahwa dalam teknik analisis data terdapat tiga model yaitu :
a. Metode Perbandingan Tetap (constant comparative method)
b. Metode Analisis Data Menurut Spradley
c. Metode Analisis Data Menurut Miles Dan Huberman.
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
54
Universitas Indonesia
Dari ketiga model tersebut, analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model Miles dan Huberman. Dalam model tersebut terdapat tiga alur kegiatan yang
terjadi secara bersamaan yakni (Miles dan Huberman, 1992, 16-21):
a. Reduksi Data
Alur pertama yang dilakukan dalam kegiatan analisis data adalah reduksi data.
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data ”kasar” yang muncul dari
catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis
yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan final dapat
ditarik dan diverifikasi. Dengan melakukan reduksi data ini, dapat dipilih data-data
yang relevan dan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dalam melakukan
penelitian. Reduksi data atau transformasi ini berlanjut terus sesudah penelitian
lapangan sampai laporan penelitian lengkap tersusun.
b. Penyajian Data
Alur kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian data. Penyajian data adalah
sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian yang paling sering digunakan pada
data kualitatif adalah bentuk teks naratif berupa matriks, grafik, jaringan, dan bagan.
Bentuk-bentuk ini menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang
padu dan mudah diraih, sehingga memudahkan untuk melihat apa yang sedang terjadi
(Huberman, 1992:18).
c. Menarik Simpulan/Verifikasi
Alur terakhir dari analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan. Penarikan
kesimpulan hanyalah sebagian dari satu kegiatan konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-
kesimpulan juga diverifikasi selama proses berlangsung. Verifikasi tersebut mungkin
sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran suatu tinjauan ulang pada
catatan lapangan (Huberman, 1992:19). Kesimpulan dalam penelitian kualitatif
adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat
berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih belum jelas.
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
55
Universitas Indonesia
3.5 Informan
Peran informan dalam analisis data kualitatif sangat penting. Hal ini karena dari
informan, diperoleh berbagai macam data dan informasi yang bermanfaat dalam
melakukan analisis. Oleh sebab itu dalam memilih informan, perlu diperhatikan
mengenai kemungkinan data yang didapat. Dalam penelitian ini, terdapat beberapa
informan yaitu :
a. Bapak Indersan, selaku Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Identitas Penduduk,
Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Kementerian Dalam
Negeri.
b. Ibu Alina Balqis, selaku Kepala Bidang Data dan Informasi Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta.
c. Bapak Syuhada, selaku Kepala Seksi Pendaftaran Penduduk Suku Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Administrasi Jakarta Utara.
d. Kepala Sub Bagian Umum selaku perwakilan dari Kecamatan Pademangan.
e. Bapak Sugeng Wibowo, selaku Sekretaris Kelurahan Ancol Jakarta Utara.
f. Bapak Sanwani, selaku Kepala Satuan Pelaksana Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kelurahan Ancol.
g. Bapak Silitonga, selaku Staff Komisi A Bidang Administrasi Kependudukan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi DKI Jakarta.
h. Muhammad Ikrar Idris dan Tony Arifianto, selaku tenaga operator e-KTP
Kelurahan Ancol.
i. Masyarakat Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara.
j. Bapak Krisbudiardjo, selaku Ketua Gerakan Masyarakat Transparansi Pelayanan
Publik (Gematrappi)
3.6 Site Penelitian
Adapun lokasi yang menjadi site penelitian adalah Provinsi DKI Jakarta
khususnya Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara. Lokasi ini
dipilih karena Provinsi DKI Jakarta merupakan wilayah yang menjadi pilot project e-
KTP di Indonesia. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta, wilayah Jakarta Utara merupakan wilayah
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
56
Universitas Indonesia
yang memiliki persentase penyerapan e-KTP paling rendah dibanding wilayah lain di
Provinsi DKI Jakarta. Dari 31 Kelurahan yang terdapat di Jakarta Utara, wilayah
Kelurahan Ancol merupakan wilayah dengan persentase penyerapan e-KTP paling
rendah yaitu sekitar 62,64% per 31 Maret 2012. Oleh sebab itu, wilayah ini yang
dijadikan sebagai site penelitian.
3.7 Proses Penelitian
Proses penelitian ini berawal dari menemukan tema serta judul penelitian yaitu
faktor-faktor yang memengaruhi implementasi program nasional KTP elektronik (e-
KTP) di Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara. Proses selanjutnya
adalah mulai merumuskan pokok permasalahan dan mencari teori yang sesuai dengan
penelitian. Dalam mencari teori yang sesuai, dilakukan berbagai studi literatur dari
berbagai sumber baik melalui buku, internet, skripsi, tesis, dan lain-lain. Langkah
selanjutnya adalah mengurus surat izin penelitian ke instansi-instansi terkait yang
berhubungan dengan judul penelitian. Setelah surat perizinan tersebut telah selesai
dibuat, dilakukan pre-riset dengan mendatangi instansi tersebut. Hal ini dilakukan
untuk memperoleh data-data awal yang dapat mendukung dan memperkuat proses
penelitian. Selain itu dengan mendatangi instansi, dapat dipelajari kondisi di
lapangan. Instansi pertama yang disambangi adalah Dinas Kependudukan Dan
Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta.
Langkah selanjutnya adalah merumuskan rencana penelitian yaitu
menggunakan pendekatan positivis dengan metode yang digunakan adalah metode
kualitatif. Dalam pengumpulan data menggunakan metode kualitatif, data dan
informasi yang didapat setelah melakukan pre-riset dikumpulkan untuk dilakukan
analisis berdasarkan model implementasi kebijakan Van Horn dan Van Meter.
Kemudian tahap selanjutnya adalah melakukan interpretasi data yang disajikan dalam
bentuk teks naratif dan dalam bentuk laporan tertulis.
3.8 Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini, setidaknya terdapat empat hambatan yang ditemui.
Keempat hambatan tersebut yang kemudian menjadi keterbatasan dalam melakukan
penelitian ini. Adapun empat keterbatasan tersebut adalah :
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
57
Universitas Indonesia
1. Keterbatasan penelitian pertama adalah sulit menemui dan mewawancarai
Anggota DPRD Provinsi DKI Jakarta Komisi A sebagai salah satu informan
dalam penelitian ini. Hal ini disebabkan karena kesibukan dari Anggota DPRD
Provinsi DKI Jakarta tersebut sehingga hanya dapat menemui salah satu staf
DPRD Provinsi DKI Jakarta Komisi A.
2. Keterbatasan kedua adalah tidak berhasil memperoleh data penduduk Kelurahan
Ancol yang telah melakukan kegiatan perekaman e-KTP. Hal ini disebabkan
karena data tersebut sudah diserahkan seluruhnya kepada Kementerian Dalam
Negeri.
3. Keterbatasan ketiga adalah sulit menemui dan mewawancarai Kepala Seksi
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kecamatan Pademangan. Hal ini disebabkan
karena kesibukan dari Kepala Seksi Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kecamatan Pademangan dan hanya menemui Kepala Sub Bagian (Kasubag)
Umum Kecamatan Pademangan.
4. Keterbatasan terakhir adalah akses menuju site penelitian cukup sulit. Untuk
mencapai Kelurahan Ancol hanya dapat ditempuh dengan menggunakan ojek
sepeda ontel dengan jarak tempuh yang cukup jauh. Hal tersebut yang menjadi
hambatan dalam penelitian ini untuk melakukan observasi (pengamatan).
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
58
Universitas Indonesia
BAB 4GAMBARAN UMUM KELURAHAN ANCOL DAN GAMBARAN UMUM
PROGRAM NASIONAL KTP ELEKTRONIK (e-KTP)
4.1 Gambaran Umum Kelurahan Ancol
Kelurahan Ancol merupakan salah satu dari tiga puluh satu Kelurahan yang
terdapat di wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara dan termasuk ke dalam
Kecamatan Pademangan. Kecamatan Pademangan terdiri dari tiga Kelurahan yakni
Kelurahan Pademangan Barat, Kelurahan Pademangan Timur, serta Kelurahan Ancol.
Masing-masing Kelurahan memiliki luas wilayah dan jumlah penduduk yang
berbeda-beda.
Berdasarkan surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 1251 Tahun
1986 tentang Penataan Wilayah, maka luas wilayah Kelurahan Ancol sekitar 577, 28
Ha dengan batas - batas wilayah sebagai berikut (Kelurahan Ancol, 2012) :
a. Sebelah utara : Pantai Laut Jawa
b. Sebelah Timur : Sungai Tiram, Jembatan PLTU, berbatasan dengan
Kecamatan Tanjung Priok
c. Sebelah Selatan : Jl. Arteri Mangga Dua, Rel KA Kota Senen
d. Selatan Barat : Sepanjang Pelabuhan Sunda Kelapa, Kali Opak
berbatasan dengan Kelurahan Pinangsia Kecamatan Taman Sari Jakarta Barat
Gambar 4.1 Gambar Kantor Kelurahan Ancol
Sumber : dokumentasi peneliti, 2012
58
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
59
Universitas Indonesia
Kelurahan Ancol berada di kawasan industri Ancol Jakarta Utara. Kelurahan ini
terdiri dari tujuh Rukun Warga (RW) dan enam puluh lima Rukun Tetangga (RT)
dimana dari tujuh RW tersebut, dua RW termasuk wilayah yang eksklusif (real
estate). Berikut adalah tabel jumlah RW dan RT yang terdapat di Kelurahan Ancol :
Tabel 4.1 Jumlah RW dan RT di Kelurahan Ancol
No RW Jumlah RT Nama Ketua RW
1
2
3
4
5
6
7
01
02
04
05
08
010
011
9
13
7
3
11
13
9
Idjar K
Eman
Supriyanto
Maman Sutarman
H.M Sunding
Lim Simin Sunarya
Ir. Hendro Luhur
Sumber : Data Bulanan Kelurahan Ancol Bulan Maret 2012
4.1.1 Jumlah dan Kondisi Penduduk Kelurahan Ancol
Jumlah penduduk Kelurahan Ancol secara keseluruhan sebesar 31.756 jiwa,
22.558 diantaranya merupakan Wajib KTP. Dari jumlah penduduk keseluruhan,
penduduk terbanyak bertempat tinggal di wilayah RW 02 yaitu sebesar 6.842 jiwa
dengan rincian 6.838 Warga Negara Indonesia (WNI) yang terdiri dari 3.653 laki-laki
dan 3.206 perempuan serta empat Warga Negara Asing (WNA) yang terdiri dari dua
laki-laki dan dua perempuan. Kemudian penduduk sisanya, bertempat tinggal di RW
01, RW 04, RW 05, RW 08, RW 010, serta RW 011. Berikut adalah tabel jumlah
penduduk Kelurahan Ancol per Rukun Warga :
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
60
Universitas Indonesia
Tabel 4.2 Jumlah penduduk Kelurahan Ancol Per Rukun Warga
No RWJml
RT
WNI WNA Jml
Lk Pr Jml Lk Pr Jml
1 01 9 3.103 2.639 5.721 1 1
2 02 13 3.653 3.206 6.838 2 2 4
3 04 7 3.719 3.009 6.707 2 1 3
4 05 3 1.628 1.411 3.017 2 2
5 08 11 3.078 2.579 5.639
6 010 11 806 791 1.577 3 4 7
7 011 9 1.033 1.056 2.069 2 3 5
Jumlah 65 1.7024 14.710 31.734 12 10 22 31.756
Sumber : Data Bulanan Kelurahan Ancol bulan Maret 2012
Penduduk Kelurahan Ancol didominasi oleh dua etnis utama yaitu etnis
pribumi dan etnis cina. Mata pencaharian penduduk Kelurahan Ancol antara lain
adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS), TNI, tenaga profesional, buruh, nelayan, dan
sebagainya.
4.1.2 Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kelurahan
Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.
147 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kelurahan Pasal 2, Kelurahan merupakan
perangkat daerah di bawah Kecamatan. Kelurahan dipimpin oleh seorang Lurah yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota/Bupati melalui
Camat. Pertanggungjawaban Lurah kepada Walikota/Bupati merupakan pelimpahan
kewenangan dari Gubernur kepada Camat. Dalam melaksanakan tugas, Kelurahan
dikoordinasikan oleh Asisten Pemerintahan Sekretaris Kota, atau Asisten
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
61
Universitas Indonesia
Pemerintahan dan Kesejahteraan Masyarakat Sekretaris Kabupaten. Dalam
melaksanakan tugasnya, Lurah dibantu oleh seorang Wakil Lurah. Kelurahan
mempunyai tugas melaksanakan tugas Pemerintahan daerah yang dilimpahkan dari
Gubernur dan mengoordinasikan implementasi tugas Pemerintahan daerah di wilayah
Kelurahan.
Selanjutnya, fungsi Kelurahan berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 147 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja
Kelurahan Pasal 3 adalah sebagai berikut:
a. Penyusunan dan implementasi Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Kelurahan.
b. Implementasi tugas Pemerintahan daerah yang dilimpahkan dari Gubernur.
c. Pengendalian operasional pemeliharaan ketenteraman dan ketertiban dan
penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Gubernur oleh Satuan Tugas Satpol
PP Kelurahan.
d. Implementasi pemberdayaan masyarakat Kelurahan.
e. Pembinaan lembaga masyarakat.
f. Pemeliharaan prasarana dan sarana umum, termasuk saluran-saluran air
lingkungan serta saluran tersier lainnya.
g. Pemeliharaan dan pengembangan kebersihan dan lingkungan hidup.
h. Pemeliharaan dan pengembangan kesehatan lingkungan dan komunitas.
i. Pengoordinasian Puskesmas Kelurahan.
j. Pengawasan rumah kost dan rumah kontrakan.
k. Perawatan taman interaktif dan pengawasan pohon di jalan.
l. Pembinaan Rukun Warga dan Rukun Tetangga.
m. Implementasi koordinasi dengan lembaga musyawarah Kelurahan.
n. Pelayanan kepada masyarakat (pelayanan perizinan dan non perizinan yang
dilimpahkan dari Gubernur).
o. Pengendalian implementasi anggaran Satuan Tugas Satpol PP Kelurahan.
p. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan prasarana
dan sarana kerja.
q. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, barang dan ketatausahaan Kelurahan.
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
62
Universitas Indonesia
r. Pelaporan, dan pertanggungjawaban implementasi tugas dan fungsi.
4.1.3 Struktur Organisasi Kelurahan Ancol
Mengacu pada Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Nomor 147 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kelurahan, maka struktur organisasi
Kelurahan Ancol adalah :
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
63
Universitas Indonesia
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Kelurahan Ancol
Sumber : Kelurahan Ancol, 2012
Lurah
Arahap S. STP
Wakil Lurah
Sumpeno Sap. M.si
Kepala Seksi Sarana dan Prasarana
-
Kepala Seksi Perekonomian
Surahwan
Sekretaris Kelurahan
Sugeng Wibowo
Kepala Seksi Kebersihan
dan Lingkungan
Hidup
Deswell Bay
Kepala Seksi Pemerintahan, Ketenteraman dan Ketertiban
Sutomo
Kepala Seksi Pelayanan
Umum
Bambang Heriyanto
Kepala Seksi Kesejahteraan
Masyarakat
Nining S.
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
64
Universitas Indonesia
Kelurahan Ancol dipimpin oleh seorang Lurah yaitu Bapak Arahap S. STP
dengan dibantu oleh Wakil Lurah yaitu Bapak Sumpeno dan Sekretaris Kelurahan
yaitu Bapak Sugeng Wibowo. Lurah juga membawahi tujuh unit kerja yakni Seksi
Pemerintahan, Ketenteraman dan Ketertiban dengan Kepala Seksi adalah Bapak
Sutomo, Seksi Perekonomian dengan Kepala Seksi yaitu Bapak Surahwan, Seksi
Sarana dan Prasarana dimana ketika penelitian dilakukan tidak ada Kepala Seksi yang
menjabat, Seksi Kesejahteraan Masyarakat dengan Kepala Seksi yaitu Ibu Nining S.,
Seksi Kebersihan dan Lingkungan Hidup dengan Kepala Seksi Bapak Deswell Bay,
Seksi Pelayanan Umum dengan Kepala Seksi yaitu Bapak Bambang Heriyanto, serta
Kelompok Jabatan Fungsional.
Secara keseluruhan, jumlah pegawai di Kelurahan Ancol baik pegawai
struktural maupun pegawai fungsional adalah sekitar dua puluh tujuh orang dengan
rincian dua belas orang pegawai struktural dan sisanya sebanyak lima belas orang
adalah pegawai fungsional yang meliputi Satuan Tugas Satuan Polisi Pamong Praja
(Satgas Satpol PP) yang berjumlah delapan orang, Penyuluh Lapangan Keluarga
Berencana (PLKB) dengan jumlah dua orang, Kepala Satuan Pelaksana
Kependudukan dan Pencatatan Sipil berjumlah satu orang, serta Bintara Pembina
Desa (Babinsa) dan Bimbingan Masyarakat (Bimas) yang masing-masing berjumlah
tiga orang dan satu orang
Sebagai organisasi yang mempunyai tugas melaksanakan tugas Pemerintahan
daerah yang dilimpahkan dari Gubernur, terdapat banyak kegiatan yang dilakukan
oleh Kelurahan. Berikut adalah kegiatan yang dilaksanakan Kelurahan Ancol pada
bulan Maret 2012 adalah sebagai berikut :
a. Melaporkan hasil realisasi penerimaan PBB kepada instansi terkait
b. Menginformasikan pergantian kartu keluarga dari sistem manual ke sistem
komputer kepada masyarakat melalui pengurus RT
c. Pertemuan dengan pengurus RT/RW dalam rangka pembinaan wilayah
d. Melaksanakan pertemuan dengan pengurus LMK masa bakti 2011-2016
e. Melaksanakan pemberitahuan penyampaian PBB kepada wajib pajak untuk tahun
2012
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
65
Universitas Indonesia
4.2 Gambaran Umum Program Nasional KTP Elektronik (e-KTP)
4.2.1 Sejarah dan Perkembangan KTP di Indonesia
Kartu Tanda Penduduk (KTP) merupakan salah satu dokumen kependudukan
yang berperan penting bagi penduduk. Hal ini disebabkan karena dengan kepemilikan
KTP, seorang terdaftar sebagai penduduk di suatu wilayah secara legal dan memiliki
hak sebagai penduduk antara lain mendapatkan pelayanan publik dari Pemerintah.
Pada saat ini, proses pembuatan KTP mengalami perkembangan yang cukup
signifikan. Hal ini disebabkan karena perkembangan teknologi yang demikian pesat
serta kebutuhan akan keakuratan data yang semakin mendesak sehingga digunakan
teknologi dalam pembuatan KTP.
Program nasional e-KTP ini hadir setelah dibuatnya Undang-undang No. 23
Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan dimana dalam Pasal 64 ayat (3)
disebutkan bahwa dalam KTP harus disediakan ruang untuk memuat kode keamanan
dan rekaman elektronik pencatatan peristiwa penting. Berdasarkan hal tersebut maka
dibuatlah program nasional e-KTP ini dengan memanfaatkan teknologi informasi.
Sebelum adanya Undang-undang No. 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi
Kependudukan, regulasi yang digunakan untuk kegiatan administrasi kependudukan
belum cukup kuat. Hal ini dapat terlihat dari digunakannya Peraturan Presiden No. 28
Tahun 2005 Tentang Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah sebagai acuan dasar bagi
implementasi administrasi kependudukan. Peraturan Presiden tersebut kurang
memiliki landasan hukum yang kuat serta Peraturan Presiden tersebut tidak mengatur
secara spesifik mengenai administrasi kependudukan melainkan mengatur mengenai
otonomi daerah. Selain itu, sebelum adanya Undang-Undang No. 23 Tahun 2006
Tentang Administrasi Kependudukan, KTP yang dimiliki oleh penduduk masih
bersifat kedaerahan, dalam arti format KTP yang ada belum bersifat nasional dan
masih menggunakan lambang daerah masing-masing. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa sebelum dikeluarkannya Undang-Undang No. 23 Tahun 2006
Tentang Administrasi Kependudukan, tidak ada regulasi yang mengatur mengenai
administrasi kependudukan. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak
Indersan selaku Kasubdit Identitas Penduduk Direktorat Jenderal Kependudukan dan
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
66
Universitas Indonesia
Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri, “… Kita gak ada apa regulasi yang
terkait dengan kependudukan, yang pasti. Sebelum Undang-Undang itu kita ada buat
itu Perpres 28 tahun 2005. Itu juga perpres apa kepres, lupa saya. Perpres kalo ga
salah, kurang kuat kan itu.” (hasil wawancara mendalam dengan Bapak Indersan, 30
April 2012).
Sebelum program nasional e-KTP dilaksanakan, Direktorat Jenderal
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri telah terlebih dahulu
menggunakan aplikasi SIAK (Sistem Informasi Administrasi Kependudukan) dalam
pembuatan KTP di Indonesia. SIAK diluncurkan pada tahun 2007 di semua
Kabupaten/Kota di Indonesia akan tetapi dalam implementasinya ternyata tidak
semua Kabupaten/Kota melaksanakannya. Hal ini disebabkan karena masalah
jaringan komunikasi data sehingga belum dapat online ke seluruh Indonesia serta
masalah lainnya. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Indersan selaku
Kasubdit Identitas Penduduk Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kementerian Dalam Negeri dalam wawancara berikut :
“ya itu SIAK itu, Sistem Informasi Administrasi Kependudukan. setiap kabupaten/ kota itu kita mulai bangun database melalui SIAK. Di 2006 apa 2007 itu stimulan komputer, server kita kasih di 497 kab/kota sudah online ke pusat. Akhirnya bermasalah ya karena datanya belum bisa seluruh Indonesia.” (hasil wawancara mendalam dengan Bapak Indersan, 30 April 2012).
Sebenarnya, aplikasi SIAK masih tetap digunakan dalam program nasional e-
KTP. Aplikasi SIAK yang digunakan dalam e-KTP saat ini telah mengalami beberapa
proses pengembangan seperti digunakannya teknologi biometric (finger print dan iris
mata) dan chip dalam e-KTP. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak Indersan
selaku Kasubdit Identitas Penduduk Direktorat Jenderal Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri, “iya kalo dari aplikasinya rata-rata
sama lah, cuman pengembangan-pengembangan aja. Di e-KTP pake aplikasi SIAK,
ya pengembangan. Kalo dulu kan aplikasi sederhana, model pengembangan kan baru
mulai. Bikin data penduduknya, grafik kependudukannya, penduduk lahir, mati,
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
67
Universitas Indonesia
pindah, penduduk datang.” (hasil wawancara mendalam dengan Bapak Indersan, 30
April 2012).
Aplikasi SIAK masih digunakan dalam pembuatan e-KTP tetapi pada dasarnya
kedua aplikasi tersebut memiliki sejumlah perbedaan. Setidaknya terdapat tiga hal
yang membedakan antara SIAK dengan e-KTP. Hal pertama yang membedakan
adalah dari sisi jaringan komunikasi data. Dalam aplikasi SIAK, jaringan komunikasi
data belum sepenuhnya terhubung (online) ke Pemerintah Pusat sedangkan e-KTP
sudah terhubung ke Pemerintah Pusat. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh
Bapak Indersan selaku Kasubdit Identitas Penduduk Direktorat Jenderal
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri dalam wawancara
berikut :
“Bedanya kalo SIAK itu kan dia ehm.. pertama dia belum online ke pusat, jadi ada SIAK yang sudah online tapi itu kan berat, mereka via telpon gitu. Ada sih beberapa kab/kota yang online, gak banyak. Ada yang pake jaringan ini tower, tapi gak banyak. Jadi bedanya itu kalo dari.. ini dari apa dulu. Bedanya kalo dari jaringan komunikasi data, SIAK tidak terkoneksi ke pusat, kalo KTP elektronik terkoneksi ke pusat.” (hasil wawancara mendalamdengan Bapak Indersan, 30 April 2012).
Hal kedua yang membedakan antara e-KTP dengan SIAK adalah dari sisi bahan
baku. Bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan KTP dari aplikasi SIAK
menggunakan bahan kertas biasa sementara bahan baku yang digunakan untuk e-KTP
adalah Polyethylene Terephtalate (PET) yang dilengkapi dengan chip. Hal ini
sebagaimana yang dikemukakan oleh Bapak Indersan selaku Kasubdit Identitas
Penduduk Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian
Dalam Negeri. dalam wawancara berikut :
“Kalo dari bahan baku ini, SIAK dari kertas biasa. Kalo KTP elektronik ini gak, sudah dilengkapi dengan chip. Di chip itulah data kependudukan kita disimpan. Kalo KTP biasa yang kita punya, ini biodata kita kan terus ada tanda tangan dari kepala Dinas sementara di e-KTP tanda tangan kita.” (hasil wawancara mendalam dengan Bapak Indersan, 30 April 2012).
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
68
Universitas Indonesia
Hal terakhir yang membedakan antara SIAK dengan e-KTP adalah dari sisi
teknologi yang digunakan. Pembuatan KTP dengan menggunakan SIAK
menggunakan teknologi yang sederhana yakni komputer sedangkan pembuatan e-
KTP menggunakan teknologi canggih yaitu teknologi biometric dan chip. Hal ini
sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Indersan selaku Kasubdit Identitas
Penduduk Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian
Dalam Negeri. dalam wawancara berikut :
“Kalo ini kan (KTP biasa), standar biasa kan, print terus laminating. Kalo ini (e-KTP) ga, ini pake sidik jari terus ada tanda tangan ini kita rekam dan foto juga kita rekam terus dimasukin ke dalam chip itu tadi. Teknologinya biometric dan chip.” (hasil wawancara mendalam dengan Bapak Indersan, 30 April 2012).
Dengan pengembangan-pengembangan yang terus dilakukan atas aplikasi
SIAK serta untuk menjalankan Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 terutama Pasal
64 ayat (3), maka Pemerintah melalui Kementerian Dalam Negeri sebagai pihak yang
berwenang melaksanakan administrasi kependudukan mulai meluncurkan program
nasional e-KTP di 197 Kabupaten/Kota yang siap melaksanakan pada tahun 2011
serta 300 Kabupaten/Kota lain dilaksanakan pada tahun 2012.
4.2.2 Program Nasional KTP Elektronik (e-KTP)
KTP elektronik (e-KTP) merupakan program nasional yang tergolong baru di
Indonesia. Implementasi program nasional e-KTP merupakan amanat dari Undang-
Undang No. 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan. Undang-Undang
tersebut menyebutkan bahwa Pemerintah wajib memberikan Nomor Induk
Kependudukan (NIK) kepada setiap penduduk Indonesia serta mencantumkannya
dalam setiap dokumen kependudukan. Program nasional ini muncul sebagai akibat
dari masih lemahnya sistem administrasi kependudukan di Indonesia. Banyak kasus
yang terjadi sebagai akibat dari lemahnya sistem administrasi kependudukan
Indonesia antara lain KTP ganda, kasus terorisme, dan sebagainya. Selain itu, belum
adanya data kependudukan yang valid juga turut mendorong munculnya program
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
69
Universitas Indonesia
nasional e-KTP ini. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan yang diungkapkan oleh
Bapak Indersan selaku Kasubdit Identitas Penduduk Direktorat Jenderal
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri dalam wawancara
berikut :
“Sistem administrasi kependudukan di Indonesia itu masih lemah, paling lemah di dunia. Jadi identitas kita itu bisa dipalsukan, bisa dibuat orang lain, terus bisa digandakan, 1 orang bisa 2, 3, 4 identitas sesuai dengan kebutuhan dia. Jadi sebelum adanya administrasi kependudukan ini kita atur, jumlah penduduk di Indonesia ini ga jelas, belum ada kepastian. Sensus BPS itu kan 10 tahun sekali, iya kan? Udah gitu pake sampel lagi. gak ada bukti kalo data mereka itu benar, akurat. nah itulah asal mulanya jadi karena carut marut administrasi kependudukan kita ini.” (hasil wawancara mendalamdengan Bapak Indersan, 30 April 2012).
Dengan latar belakang tersebut, maka diterapkanlah KTP Elektronik berbasis NIK
atau e-KTP sebagai upaya untuk mengatasi duplikasi dan menciptakan kartu identitas
tunggal.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2011 Tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 Tentang Penerapan Kartu
Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional Pasal 1 ayat
(3), KTP berbasis NIK yang selanjutnya disebut KTP elektronik atau e-KTP adalah
KTP yang memiliki spesifikasi dan format KTP nasional dengan sistem pengamanan
khusus yang berlaku sebagai identitas resmi yang diterbitkan oleh instansi pelaksana.
Dalam Peraturan Presiden tersebut Pasal 10 B disebutkan bahwa KTP elektronik
merupakan identitas resmi bukti domisili penduduk dan bukti diri penduduk untuk
pengurusan kepentingan pelayanan publik di Instansi Pemerintah, Pemerintah
Daerah, Lembaga Perbankan, dan Swasta yang berkaitan dengan dan tidak terbatas
pada perizinan, usaha, perdagangan, jasa perbankan, asuransi, perpajakan dan
pertanahan.
Program Nasional e-KTP mulai dilaksanakan pada pertengahan tahun 2011 di
197 Kabupaten/Kota termasuk Provinsi DKI Jakarta. Implementasi e-KTP di Provinsi
DKI Jakarta lebih tepatnya dilaksanakan pada bulan Agustus tahun 2011. Adapun
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
70
Universitas Indonesia
waktu implementasi program nasional e-KTP terbagi menjadi 2 (dua) tahap yaitu
tahap pertama dilaksanakan pada bulan Agustus hingga Desember 2011 kemudian
tahap kedua dilaksanakan pada Januari 2012 hingga April 2012. Hal tersebut
diperkuat dengan pernyataan Ibu Alina Balqis selaku Kepala Bidang Data dan
Informasi Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta,
“Pemasalan e-KTP tahap pertama dilaksanakan pada bulan Agustus hingga
Desember 2011 kemudian dilakukan perpanjangan pada Januari hingga akhir April
2012.” (hasil wawancara mendalam dengan Ibu Alina Balqis, 4 April 2012).
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 9 Tahun 2011 Tentang
Pedoman Penerapan KTP Berbasis NIK Nasional Pasal 2 ayat (1), tujuan Pemerintah
menerbitkan e-KTP adalah untuk mewujudkan kepemilikan satu KTP untuk satu
Penduduk. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2011
tentang Pedoman Penerapan KTP Berbasis NIK Nasional Pasal 2 ayat (2),
Implementasi e-KTP terbagi menjadi dua yaitu :
a. Penerbitan KTP elektronik secara massal
Adapun penerbitan KTP elektronik secara massal adalah penerbitan e-KTP yang
dilakukan oleh Pemerintah Pusat.
b. Penerbitan KTP elektronik secara reguler
Penerbitan KTP elektronik secara reguler adalah penerbitan KTP yang diterbitkan
oleh masing-masing Pemerintah Daerah.
Selain bertujuan untuk mewujudkan kepemilikan satu KTP, e-KTP memiliki
beberapa manfaat yaitu (Kementerian Dalam Negeri, 2011):
a. Meningkatkan keamanan negara.
b. Meningkatkan proses demokrasi (pemilu dan pilkada).
c. Meningkatkan citra/eksistensi negara.
d. Meningkatkan status kependudukan seseorang.
e. Menurunkan terorisme internasional/domestik.
f. Menurunkan jumlah pekerja ilegal/imigran.
g. Menurunkan penyalahgunaan dokumen penduduk.
h. Meningkatkan perencanaan pembangunan nasional yang tepat.
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
71
Universitas Indonesia
i. Meningkatkan akses pelayanan publik (pajak, perbankan, bisnis, dll).
j. Menghasilkan data kependudukan yang akurat.
k. Meningkatkan kemudahahan dalam bepergian.
Sebuah kebijakan/program dapat direalisasikan apabila memiliki dasar hukum
yang kuat. Hal ini dilakukan karena dasar hukum tersebut berfungsi sebagai pijakan
bagi pelaksanaan kebijakan/program tersebut. Demikian dengan Program nasional e-
KTP. Berikut adalah peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum
implementasi program nasional e-KTP (Kementerian Dalam Negeri, 2011) :
a. Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.
b. Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang
No. 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan.
c. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2011 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Presiden Nomor 26 Tahun 2009 Tentang Penerapan Kartu Tanda Penduduk
Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional.
d. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 38 Tahun 2009 tentang Standar Dan
Spesifikasi Perangkat Keras, Lunak, Blanko Kartu Tanda Penduduk Berbasis
Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 Tahun 2011.
e. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pedoman
Penerapan KTP Berbasis NIK Nasional.
f. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 471.13/4141/SJ tanggal 13 Oktober
2011 tentang Penerbitan NIK dan Persiapan Penerapan e-KTP.
g. Surat Menteri Dalam Negeri No. 471.13/2927/SJ tanggal 29 Juli 2011 tentang
Pemberitahuan Jadwal Pengiriman Perangkat KTP Elektronik (e-KTP) dan
Pelayanan Penerbitan e-KTP.
h. Surat Menteri Dalam Negeri No. 471.13/5079/SJ tanggal 20 Desember 2011
tentang Perpanjangan Waktu Pelayanan e-KTP Secara Massal untuk 197
Kab/Kota.
Selain dasar hukum, implementasi program nasional e-KTP juga disertai
dengan Standard Operating Procedure (SOP). SOP ini berguna untuk memudahkan
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
72
Universitas Indonesia
implementasi dan menjabarkan secara teknis program nasional e-KTP. SOP e-KTP
secara umum terbagi menjadi dua yaitu :
a. Persiapan Penerapan KTP Elektronik
Kegiatan Persiapan Penerapan KTP Elektronik meliputi :
1) Pembentukan Kelompok Kerja (pokja).
2) Sosialisasi.
3) Penyiapan tempat pelayanan dan penyiapan SDM.
b. Implementasi Penerapan KTP Elektronik
Implementasi Penerapan KTP Elektronik meliputi :
1) Implementasi pendistribusian dan pemasangan perangkat KTP elektronik.
2) Pemasangan perangkat jaringan komunikasi data.
3) Bimbingan teknis.
4) Pendampingan teknis.
5) Mobilisasi penduduk wajib KTP.
6) Prosedur harian pengoperasian perangkat.
7) Pelayanan verifikasi data, perekaman pas photo, tanda tangan, sidik jari dan
iris penduduk di tempat pelayanan KTP elektronik yang tetap (statis).
8) Pelayanan verifikasi data, perekaman pas photo, tanda tangan, sidik jari dan
iris penduduk di tempat pelayanan KTP elektronik bergerak (mobile).
9) Pelayanan KTP elektronik bagi penduduk yang datang di luar jadwal yang
ditentukan atau tidak dapat datang memenuhi jadwal panggilan.
10) Pelayanan KTP elektronik bagi pendududuk wajib KTP yang tidak membawa
surat panggilan.
11) Pelayanan KTP elektronik bagi penduduk WNI wajib KTP yang belum masuk
dalam database kependudukan Kabupaten/Kota.
12) Pelayanan KTP elektronik bagi penduduk WNI wajib KTP berdomisili dan
berasal dari luar Kabupaten/Kota.
13) Data cadangan (back up data).
14) Pengiriman data, pas photo, tanda tangan, sidik jari dan iris penduduk.
15) Personalisasi blangko KTP elektronik.
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
73
Universitas Indonesia
16) Pengepakan dan pendistribusian KTP elektronik.
17) Pelayanan pengambilan KTP elektronik.
Sebagai sebuah program yang bersifat nasional, e-KTP memiliki sejumlah
sasaran program yang ingin dicapai yakni terlaksananya proses perekaman data
kependudukan serta terdistribusinya e-KTP yang telah dipersonalisasi (dicetak) ke
seluruh wilayah Kabupaten/Kota untuk diserahkan kepada penduduk yang
bersangkutan. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Ibu Alina
Balqis selaku Kepala Bidang Data dan Informasi Dinas Kependudukan Dan
Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta dalam wawancara berikut :
”Sasaran dari program e-KTP itu adalah terlaksananya proses perekaman data kependudukan yang mencakup biodata, tanda tangan, pas photo, irismata, dan sidik jari tangan penduduk yang bersangkutan, bagi seluruh penduduk wajib e-KTP di seluruh wilayah kab/kota serta terdistribusinya e-KTP yang telah dipersonalisasi ke seluruh wilayah kota/kabupaten untuk kemudian di serahkan kepada penduduk yang bersangkutan”(hasil wawancara mendalam dengan Ibu Alina Balqis, 4 April 2012).
Untuk dapat melakukan kegiatan perekaman KTP elektronik (e-KTP) terdapat
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi antara lain :
a. Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih aktif
b. Surat pemanggilan e-KTP
Dalam pembuatan KTP elektronik (e-KTP), terdapat lima alur atau prosedur
yang harus dilewati oleh Wajib KTP yaitu (Kementerian Dalam Negeri, 2012) :
a. Penduduk wajib KTP mendatangi tempat pelayanan KTP Elektronik sesuai
jadwal yang tertera pada surat panggilan dengan membawa surat panggilan dan
KTP lama.
b. Penduduk menyerahkan surat panggilan dan KTP lama kepada petugas pelayanan
di tempat meja pelayanan dan minta nomor antrian.
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
74
Universitas Indonesia
c. Wajib KTP menunggu di ruang tunggu secara tertib sebelum dipanggil untuk
pelayanan verifikasi biodata penduduk. Setiap penduduk wajib KTP yang datang
diberikan 1 (satu) nomor antrian artinya satu surat panggilan dapat diberikan lebih
dari satu nomor antrian sesuai dengan jumlah penduduk wajib KTP yang datang
dan tercantum dalam surat panggilan.
d. Petugas operator memanggil nomor antrian penduduk dan melakukan verifikasi
dengan urutan pas foto, tanda tangan, sidik jari, dan iris.
e. Petugas membubuhkan tanda tangan dan stempel tempat pelayanan KTP
elektronik pada surat panggilan penduduk yang dijadikan tanda bukti
pengambilan KTP elektronik.
Berikut adalah gambar 4.3 yang menunjukkan alur atau prosedur perekaman KTP
elektronik :
Gambar 4.3 Prosedur Perekaman KTP elektronik (e-KTP)
Sumber : Kementerian Dalam Negeri, 2012
Setelah dilakukan perekaman, tahap selanjutnya adalah pencetakan atau
personalisasi. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 9 Tahun 2011
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
75
Universitas Indonesia
Tentang Pedoman Penerbitan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk
Kependudukan Secara Nasional Pasal 1, personalisasi adalah pencetakan dokumen
KTP Elektronik dengan memasukan biodata, pas photo, sidik jari telunjuk kiri-kanan,
dan tandatangan penduduk. Berikut adalah alur atau tata cara pengambilan KTP
elektronik (e-KTP):
a. Penduduk membawa surat panggilan yang telah ditandangan dan di stempel oleh
petugas tempat pelayanan KTP elektronik serta KTP lama.
b. Penduduk menyerahkan surat tersebut kepada petugas.
c. Penduduk menunggu panggilan.
d. Petugas operator melakukan verifikasi data melalui pemadanan sidik jari
penduduk 1:1. Apabila datanya sama, maka e-KTP diberikan kepada penduduk.
Apabila datanya tidak sama, maka e-KTP tidak diberikan kepada penduduk.
Berikut adalah gambar 4.4 yang menunjukkan alur atau prosedur pengambilan KTP
elektronik :
Gambar 4.4 Prosedur Pengambilan KTP elektronik (e-KTP)
Sumber : Kementerian Dalam Negeri, 2012
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
76
Universitas Indonesia
BAB 5FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI IMPLEMENTASI PROGRAM
NASIONAL KTP ELEKTRONIK (e-KTP) DI KELURAHAN ANCOL, KECAMATAN PADEMANGAN, JAKARTA UTARA
Kebijakan publik merupakan sesuatu yang bersifat kompleks. Hal ini
disebabkan karena dalam sebuah kebijakan publik terdapat berbagai aktor yang
terlibat, berbagai proses maupun variabel yang harus dikaji. Kebijakan publik
merupakan upaya yang dilakukan masyarakat untuk mencari solusi atas masalah yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Tidak semua masalah menjadi perhatian bagi
kebijakan publik. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Palumbo (1994:6),
“… policy is an attempt to find answers to difficult problems, and the answer selected
invariably will have opposition, there never is total agreement that a particular
policy is the best way to solve problem” (kebijakan adalah usaha untuk menemukan
jawaban atas masalah-masalah yang sulit dan jawaban yang dipilih akan selalu
memiliki oposisi, tidak pernah ada kesepakatan total bahwa kebijakan tertentu adalah
cara terbaik untuk memecahkan masalah). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
permasalahan yang melatarbelakangi dibuatnya suatu kebijakan publik merupakan
masalah-masalah yang bersifat sulit dan memerlukan tindakan dari Pemerintah.
Selain itu, kebijakan publik yang dipilih oleh Pemerintah juga memungkinkan
timbulnya pro dan kontra dari berbagai pihak karena kebijakan publik bukan
merupakan jawaban yang final, lengkap, atau jawaban akhir atas permasalahan sosial.
Easton dalam Subarsono (2010:3) berpandangan bahwa ketika Pemerintah
membuat kebijakan publik, ketika itu pula Pemerintah mengalokasikan nilai-nilai
kepada masyarakat karena setiap kebijakan mengandung seperangkat nilai di
dalamnya. Hal ini menandakan bahwa kebijakan publik tidak boleh bertentangan
dengan nilai-nilai dan praktik-praktik sosial yang ada di dalam masyarakat.
76
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
77
Universitas Indonesia
Ketika kebijakan publik berisi nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai
hidup dalam masyarakat, maka kebijakan publik tersebut akan mendapatkan
resistensi ketika diimplementasikan. Sebaliknya, suatu kebijakan publik harus mampu
mengakomodasikan nilai-nilai dan praktika-praktika yang hidup dan berkembang
dalam masyarakat (Subarsono, 2010:3).
Sebuah kebijakan publik tidak serta merta hadir begitu saja. Terdapat beberapa
proses atau tahap yang harus dilalui dan implementasi merupakan tahap yang paling
krusial dalam proses kebijakan publik. Dalam tahap ini, isi kebijakan dan akibat-
akibatnya mungkin akan mengalami modifikasi dan elaborasi bahkan mungkin akan
dinegasikan (Kusumanegara, 2010:97). Howlett & Ramesh (2003:185)
mengemukakan bahwa “public policy is defined as the process whereby programs or
policies are carried out, the translation of plans into practice” (kebijakan publik
didefinisikan sebagai proses dimana program atau kebijakan dilakukan yang
merupakan penerjemahan dari rencana-rencana ke dalam praktek). Implementasi atau
melaksanakan kebijakan publik tidak mudah. Terdapat berbagai macam faktor yang
memengaruhi implementasi kebijakan publik.
Demikian pula dengan program nasional KTP elektronik (e-KTP). Dalam
pengimplementasiannya, program nasional ini tidak mudah. Menurut Van Meter dan
Van Horn setidaknya terdapat enam hal yang memengaruhi implementasi sebuah
kebijakan publik yakni ukuran dan tujuan kebijakan, sumber daya kebijakan,
komunikasi antarorganisasi dan kegiatan implementasi, ciri-ciri atau sifat instansi
pelaksana, sikap para pelaksana, serta ingkungan ekonomi, sosial, dan politik. Oleh
karena itu, untuk mengetahui dan mengidentifikasi faktor-faktor apa yang
memengaruhi implementasi program nasional e-KTP di Kelurahan Ancol, maka
digunakan model implementasi kebijakan Van Meter dan Van Horn. Berikut adalah
penjabaran lebih lanjut mengenai masing-masing dimensi :
1. Ukuran Dan Tujuan Kebijakan
Ukuran dan tujuan kebijakan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi
implementasi kebijakan maupun program. Sebuah implementasi dikatakan berhasil
apabila ukuran dan tujuan kebijakan dirumuskan secara jelas dan terukur sehingga
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
78
Universitas Indonesia
dapat terealisasi. Apabila ukuran dan tujuan kebijakan kabur, maka akan terjadi
multiintreprestasi dan mudah menimbulkan konflik diantara para agen implementasi.
Indiahono (2009:38) mengatakan bahwa ukuran dan tujuan kebijakan pada dasarnya
adalah apa yang hendak dicapai oleh program atau kebijakan baik yang berwujud
maupun tidak, jangka pendek, jangka menengah, atau jangka panjang. Untuk melihat
dan mengukur implementasi program nasional e-KTP di Kelurahan Ancol
berdasarkan dimensi ukuran dan tujuan kebijakan, maka terbagi menjadi tiga
indikator yakni :
a. Kesesuaian Antara Implementasi Kebijakan/Program Dengan Peraturan
Perundang-Undangan Yang Berlaku
Indikator pertama yang digunakan untuk menilai ukuran dan tujuan kebijakan
adalah kesesuaian antara implementasi kebijakan/program dengan peraturan
perundangan yang berlaku. Sebuah program atau kebijakan dapat terlaksana dan
mencapai tujuan apabila didasarkan pada landasan hukum yang kuat. Kebijakan
publik perlu dilegalisasi dalam bentuk hukum dengan tujuan untuk menjamin
legalitasnya di lapangan. (Suandi, 2010).
Demikian pula dengan program nasional e-KTP. Implementasi program
nasional e-KTP yang diluncurkan oleh Kementerian Dalam Negeri pada pertengahan
tahun 2011 ini merupakan amanat dari Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 Tentang
Administrasi Kependudukan. Dalam Undang-Undang tersebut disebutkan bahwa
setiap penduduk wajib memiliki NIK (Nomor Induk Kependudukan) dimana NIK
dicantumkan dalam setiap dokumen kependudukan yang berlaku tunggal dan seumur
hidup. Pemerintah wajib memberikan NIK kepada semua penduduk Indonesia tanpa
terkecuali karena NIK digunakan sebagai kunci akses dalam melakukan verifikasi
dan validasi data jati diri untuk mendukung pelayanan publik. Dengan demikian
masing-masing penduduk hanya memiliki satu NIK yang berbeda dengan orang lain.
NIK sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 37 Tahun 2007 Tentang Implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006
Tentang Administrasi Kependudukan Pasal 37 ayat (1) terdiri dari 16 digit dengan
format PPKKCCDDMMYYNNNN. Berikut adalah konfigurasi NIK :
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
79
Universitas Indonesia
1) 6 (enam) digit pertama merupakan kode wilayah Provinsi, Kabupaten/Kota dan
Kecamatan tempat tinggal pada saat mendaftar.
2) 6 (enam) digit kedua adalah tanggal, bulan, dan tahun kelahiran dan khusus untuk
perempuan tanggal lahirnya ditambah angka 40.
3) 4 (empat) digit terakhir merupakan nomor urut penerbitan NIK yang diproses
secara otomatis dengan SIAK.
Berikut adalah contoh tanggal lahir seseorang yang menjadi Nomor Induk
Kependudukan (NIK) :
Seorang laki-laki telah lahir di Provinsi DKI Jakarta; kode wilayah Provinsi (31),
kota Jakarta Selatan; kode wilayah Jakarta Selatan (74), Kecamatan Pancoran; (08),
pada tanggal 06 Januari 1965. Maka NIK nya adalah 31 74 08 06 01 65 0001.
Selanjutnya, pada tanggal dan tempat yang sama telah lahir seorang perempuan, maka
NIK nya adalah 31 74 08 46 01 65 0002.
Selain dengan Undang-Undang, implementasi program nasional e-KTP juga
dilengkapi dengan peraturan perundangan-undangan lain. Peraturan-peraturan
tersebut diterbitkan oleh Pemerintah sebagai upaya untuk menunjang pelaksanaan
program nasional e-KTP. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibu Alina
Balqis selaku Kepala Bidang Data dan Infromasi Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta dalam wawancara berikut :
“Dasar hukum e-KTP itu ada Perpres 26 Tahun 2009 tentang Penerapan KTP Berbasis NIK Nasional sebagaimana beberapa kali dirubah terakhir dengan Perpres 67 Tahun 2011, Permendagri Nomor 6 Tahun 2011 tentang Spesifikasi Perangkat Keras, Lunak, Blanko e-KTP, Permendagri Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Penerapan KTP Berbasis NIK Nasional, SE Mendagri Nomor 471.13/4141/SJ tanggal 13 Oktober 2011 tentang Penerbitan NIK dan Persiapan Penerapan e-KTP, Surat Mendagri Nomor 471.13/2927/SJ tanggal 29 Juli 2011 tentang Pemberitahuan Jadwal Pengiriman Perangkat KTP Elektronok (e-KTP) dan Pelayanan Penerbitan e-KTP, Surat Mendagri No. 471.13/5079/SJ tanggal 20 Desember 2011 tentang Perpanjangan Waktu Pelayanan e-KTP Secara Massal untuk 197 Kab/Kota” (hasil wawancara mendalam dengan Ibu Alina Balqis, 4 April 2012).
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
80
Universitas Indonesia
Dalam implementasi program nasional e-KTP di Provinsi DKI Jakarta,
Gubernur sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah tertinggi mengeluarkan
beberapa peraturan pendukung mengenai implementasi e-KTP yakni Keputusan
Gubernur No. 844 Tahun 2011 Tentang Tim Pelaksana Penerbitan KTP Elektronik
(e-KTP) Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Gubernur No. 76 Tahun 2011 tentang Tata
Cara Penerbitan KTP Elektronik (e-KTP), serta Instruksi Gubernur Nomor 58 Tahun
2011 Tentang Implementasi Penerbitan KTP Elektronik (e-KTP). Peraturan-
peraturan pendukung tersebut bersifat operasional dan khusus sehingga memberikan
acuan bagi para pelaksana untuk melaksanakan program nasional e-KTP. Hal ini
sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Ibu Alina Balqis selaku Kepala
Bidang Data dan Informasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI
Jakarta dalam wawancara berikut :
“Kemudian untuk e-KTP di DKI nya kita mengeluarkan Keputusan Gubernur No. 844 Tahun 2011 tentang Tim Pelaksana Penerbitan KTP Elektronik (e-KTP) Provinsi DKI Jakarta, Pergub No. 76 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penerbitan KTP Elektronik (e-KTP), Instruksi Gubernur Nomor 58 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Penerbitan KTP Elektronik (e-KTP)” (hasil wawancara mendalam dengan Ibu Alina Balqis, 4 April 2012).
Peraturan Gubernur No. 76 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penerbitan KTP
Elektronik (e-KTP) berisi tentang prosedur-prosedur yang harus dilakukan oleh
instansi pelaksana dimana dalam hal ini adalah Kelurahan. Adapun prosedur-
prosedur yang disebutkan dalam Peraturan Gubernur adalah tata cara penerbitan KTP
elektronik, perekaman sidik jari penduduk, dan sebagainya. Peraturan Gubernur
tersebut dijadikan acuan utama bagi semua Kelurahan yang terdapat di Provinsi DKI
Jakarta dalam pelaksanaan perekaman program nasional e-KTP. Hal ini sebagaimana
yang diungkapkan oleh Bapak Indersan selaku Kasubdit Identitas Penduduk
Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri.
dalam wawancara berikut :
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
81
Universitas Indonesia
“ya SOPnya itu ada tapi saya lupa. Garis besarnya aja ya. Pertama untuk melakukan pemutakhiran ya kan terus penerbitan SP NIK. Dari SP NIK akan ada pemanggilan untuk pelayanan KTP elektronik. Dikeluarkanlah surat perekaman. Setelah surat perekaman terus data itu dikirim ke data center di pusat itu di verifikasi ketunggalannya. Setelah yakin tunggal baru dikirim ke untuk sekarang ini pelaksanaan e-KTP ada dua item kegiatan besar, massal dan reguler. Massal ni ya sekarang ini, reguler nanti setelah selesai sekarang ini. jadi kita bicara yang massal dulu ya, jadi setelah di verifikasi ketunggalannya dikirim ke biro personalisasi dan di personalisasi KTP kita. Personalisasi apa? Memasukkan data kita ke dalam chip. Nah itu personalisasi. Jadi setelah itu setelah dipersonalisasi, dicetak KTP kita itu barulah dikirim ke dinas terus ke kecamatan. kalo DKI ke kelurahan. Tetap harus ada tanda terima kalo di dinas, kalo di kecamatan berita acara namanya itu penerimaan barang. Setelah itu setelah barangnya tiba di Kecamatan atau kelurahan dilakukan pemanggilan kedua. Pemanggilan kedua itulah untuk menerima KTP. Panggil dateng di verifikasi pemadanan 1:1 KTP lama kita diambil kan, biar penduduk gak punya KTP dobel” (hasil wawancara mendalam dengan Bapak Indersan, 30 April 2012).
Selain Peraturan Gubernur, implementasi program nasional e-KTP di Provinsi
DKI Jakarta juga didukung oleh Instruksi Gubernur Nomor 58 Tahun 2011 Tentang
Implementasi Penerbitan KTP Elektronik (e-KTP). Dalam instruksi tersebut,
Gubernur Provinsi DKI Jakarta meminta kepada Lurah, Camat serta Walikota yang
bertindak sebagai pelaksana teknis proses pembuatan e-KTP di lima wilayah
Provinsi DKI Jakarta untuk menjadwalkan pemanggilan secara sistematis melalui
RT/RW kepada warga untuk datang ke Kelurahan. Penjadwalan tersebut dilakukan
untuk mengatur jalannya kegiatan perekaman e-KTP di Kelurahan sehingga berjalan
dengan lancar. Adanya peraturan-peraturan tambahan yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dapat dikatakan sebagai bentuk komitmen
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk melaksanakan kegiatan program nasional e-
KTP di Kelurahan secara massal.
Terkait dengan dua peraturan pendukung tersebut, Kelurahan Ancol sebagai
salah satu Kelurahan yang terdapat di Provinsi DKI Jakarta juga telah melaksanakan
dua peraturan tersebut. Hal ini dapat terlihat dari telah disebarkannya undangan
pemanggilan kepada penduduk yang menjadi wajib KTP di Kelurahan Ancol. Hal ini
sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Sanwani selaku Kepala Satuan
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
82
Universitas Indonesia
Pelaksana Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kelurahan Ancol, “Undangannya itu
kita sampaikan ke RT nanti RT yang menyampaikan ke warganya. Karena itu yang
mengetahui RT” (hasil wawancara mendalam dengan Bapak Sanwani, 18 April
2012).
Pernyataan Bapak Sanwani mengenai penyampaian undangan pemanggilan e-
KTP didukung dengan pernyataan yang disampaikan oleh salah satu warga
Kelurahan Ancol yang telah melakukan kegiatan perekaman e-KTP. Dalam
pernyataan tersebut, warga mengetahui kegiatan perekaman e-KTP melalui surat
pemanggilan, “..Ya melalui surat itu, dikasih selebaran gitu lah. diharuskan
membuat ini KTP elektonik” (hasil wawancara mendalam dengan salah satu warga
Kelurahan Ancol, 28 April 2012). Adanya surat undangan pemanggilan tersebut,
menandakan bahwa Kelurahan Ancol telah melakukan apa yang diperintahkan
dalam instruksi Gubernur Provinsi DKI Jakarta.
Selain menyampaikan surat pemanggilan, Kelurahan Ancol juga membuat
jadwal pemanggilan kepada penduduk. Adanya pengaturan jadwal tersebut bertujuan
untuk menunjang pelaksanaan kegiatan perekaman program nasional e-KTP di
Kelurahan Ancol. Penjadwalan tersebut dilakukan oleh pihak Kelurahan bersama
dengan Kepala Satuan Pelaksana Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kelurahan
Ancol. Oleh karena Kelurahan Ancol terdiri dari tujuh RW dan enam puluh lima RT
maka jadwal pemanggilan warga didasarkan masing-masing RW. Masing-masing
RW diberi waktu selama dua minggu untuk memanggil para penduduk agar
melakukan kegiatan perekaman e-KTP. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh
Bapak Sanwani selaku Kepala Satuan Pelaksana Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kelurahan Ancol dalam wawancara berikut :
“Untuk pemanggilan warga di Kelurahan ini, dilakukan aja pemberitahuan ke RT-RT. Jadi kita manggil dan ngumpulin para RW buat ngasih tahu ke RT-RT buat manggilin warga-warganya buat bikin e-KTP. Tiap RW dikasih waktu 2 minggu karena kan masing-masing RW, jumlah RT beda-beda ada yang banyak ada juga yang dikit” (hasil wawancara mendalam dengan Bapak Sanwani, 18 April 2012).
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
83
Universitas Indonesia
Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh para informan, dapat
disimpulkan bahwa implementasi program nasional e-KTP secara massal apabila
dilihat dari sisi regulasi telah memiliki landasan hukum yang kuat. Hal ini karena
implementasi program nasional e-KTP telah berlandaskan pada Undang-Undang
dimana dalam tata urutan peraturan perundangan, kedudukan Undang-Undang
berada di bawah UUD 1945 dan TAP MPR yang memiliki kekuatan hukum yang
kuat. Selain Undang-Undang, implementasi program nasional e-KTP didukung pula
oleh peraturan perundangan mulai dari Peraturan Pemerintah hingga Keputusan
Gubernur. Peraturan-peraturan tersebut bersifat saling mendukung dan tidak
bertentangan antara satu dengan lainnya sehingga dapat digunakan dan menjadi
pedoman dalam implementasi program di lapangan. Hal ini sebagaimana yang
terkandung dalam Pasal 4 ayat (1) TAP MPR No. III/MPR 2000 dituangkan asas
penyelesaian konflik antara dua peraturan perundang-undangan yaitu lex superior
derogate legi inferiori yang berarti bahwa peraturan perundangan tidak boleh
bertentangan dengan peraturan perundangan yang lebih tinggi. Apabila terdapat
pertentangan, maka peraturan lebih rendah yang harus mengalah (Mertokusumo,
2003:87). Selain memiliki dasar hukum yang kuat, implementasi program nasional e-
KTP terutama di Provinsi DKI Jakarta telah sesuai dengan peraturan perundangan
yang dibuat. Hal ini dapat terlihat dari telah dilaksanakannya salah satu peraturan
perundangan tambahan yaitu Instruksi Gubernur Nomor 58 Tahun 2011 Tentang
Implementasi Penerbitan KTP Elektronik (e-KTP) di Kelurahan yang merupakan
tempat pelayanan perekaman e-KTP khususnya di Kelurahan Ancol.
b. Kesesuaian Antara Implementasi Kebijakan/Program Dengan Tujuan
Kebijakan/Program tersebut
Indikator selanjutnya yang digunakan untuk menilai implementasi
kebijakan/program dari sisi ukuran dan tujuan kebijakan adalah kesesuaian antara
implementasi kebijakan/program dengan tujuan kebijakan/program tersebut. Sebuah
kebijakan publik atau program tentunya dibuat dengan tujuan-tujuan tertentu yang
ingin dicapai. Kebijakan publik disusun sebagai tindak lanjut atas suatu permasalahan
publik yang bersifat kompleks dan memerlukan penanganan.
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
84
Universitas Indonesia
Demikian pula dengan program nasional e-KTP. Program nasional e-KTP
merupakan program yang dibuat oleh Kementerian Dalam Negeri yang hingga saat
ini masih berlangsung. Program nasional ini memiliki tujuan yang ingin dicapai yakni
mewujudkan kepemilikan satu KTP untuk satu Penduduk. Tujuan tersebut telah
secara jelas termaktub dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 9 Tahun 2011
Tentang Pedoman Penerapan KTP Berbasis NIK Nasional Pasal 2 ayat (1) yang
menyatakan bahwa Pemerintah menerbitkan KTP Elektronik untuk mewujudkan
kepemilikan satu KTP untuk satu penduduk yang memiliki kode keamanan dan
rekaman elektronik data kependudukan berbasis NIK secara Nasional.
Untuk mewujudkan tujuan dari program ini, Pemerintah melakukan upaya yaitu
dengan melakukan implementasi kegiatan e-KTP secara massal dan reguler kepada
Warga Negara Indonesia (WNI) dan Warga Negara Asing (WNA). Kegiatan
perekaman program nasional e-KTP ini tidak hanya diperuntukkan bagi Warga
Negara Indonesia saja yang menjadi wajib KTP akan tetapi kegiatan ini juga
diperuntukkan bagi Warga Negara Asing yang telah tinggal di wilayah Indonesia
selama lima tahun berturut-turut sejak tanggal diberikannya Kartu Izin Tinggal
Terbatas (KITAS). Ketentuan mengenai kegiatan implementasi e-KTP untuk Warga
Negara Asing belum dilaksanakan. Hal ini diakui oleh Ibu Alina Balqis selaku
Kepala Bidang Data dan Informasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Provinsi DKI Jakarta dalam wawancara berikut :
“Pemassalan itu untuk WNI dan WNA. WNI aja udah susah ya, hehe.. WNA itu juga, yang punya KITAP, kartu izin tinggal tetap. Jadi isi KITAP itu kan di DKI atau di daerah itu jadi penduduk. dia itu punya KTP, KK dia. Jadi yang namanya penduduk itu bisa WNI dan WNA. Tapi kalo WNA yang punya KITAP, kalo KITAS (izin tinggal sementara) kan terbatas. Jadi kalo izin tinggal tetap bisa jadi penduduk” (hasil wawancara mendalam, 4 April 2012).
Kegiatan e-KTP secara massal diperuntukkan untuk Warga Negara Indonesia
(WNI) terlebih dahulu kemudian dilaksanakan kegiatan perekaman program nasional
e-KTP untuk Warga Negara Asing (WNA). Pelaksanaan program nasional e-KTP
secara massal berlangsung pada bulan Agustus hingga bulan Desember 2011
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
85
Universitas Indonesia
kemudian diperpanjang pada bulan Januari 2012 hingga bulan April 2012. Dalam
kegiatan program nasional e-KTP secara massal, jumlah penduduk yang telah
terekam datanya melalui e-KTP per harinya tidak menentu. Demikian dengan
pelaksanaan kegiatan program nasional e-KTP secara massal di Kelurahan Ancol.
Pada tahap pertama kegiatan program nasional e-KTP secara massal, jumlah
penduduk Kelurahan Ancol yang datanya telah terekam e-KTP sekitar 150 hingga
200 orang sementara pada masa perpanjangan program nasional e-KTP, jumlah
penduduk yang telah terekam sekitar 15 hingga 20 orang per hari. Hal ini
sebagaimana yang diungkapkan oleh Tony Arifianto selaku tenaga operator di
Kelurahan Ancol, “hampir sama.. ada yang 150, ada yang 200. itu kita gak tentu,
namanya grafik kan naik turun. Kalo yang akhir-akhir ini, bangsa 15-20
orang.”(hasil wawancara mendalam dengan Tony Arifianto, 21 April 2012).
Berdasarkan pernyataan-pernyataan yang diungkapkan oleh para informan,
dapat dikatakan bahwa jumlah penduduk yang datang ke Kelurahan Ancol untuk
melakukan perekaman e-KTP per hari nya cukup banyak yakni sekitar 150-200
orang. Jumlah tersebut merupakan jumlah penduduk yang melakukan kegiatan
perekaman program nasional e-KTP pada tahap pertama sementara pada tahap kedua
jumlah penduduk yang datang ke Kelurahan Ancol untuk melakukan kegiatan
perekaman e-KTP berkurang yaitu hanya 15-20 orang per hari.
c. Adanya Sasaran/Target Program Jangka Pendek, Menengah, atau
Panjang
Indikator selanjutnya dalam dimensi ukuran dan tujuan kebijakan adalah
adanya sasaran/target program jangka pendek, menengah, atau panjang. Sasaran atau
target dalam sebuah kebijakan publik/program merupakan hal yang penting. Hal ini
disebabkan karena dengan adanya target atau sasaran, pelaksanaan kebijakan atau
program menjadi lebih terarah dan terukur serta dapat menjadi bahan evaluasi untuk
menjadi masukan (feedback) bagi kebijakan/program tersebut. Program nasional KTP
elektronik (e-KTP) sebenarnya bukan program dadakan. Hal ini disebabkan karena
program nasional e-KTP merupakan rangkaian terakhir dari tiga kegiatan strategis
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
86
Universitas Indonesia
nasional yang dibuat oleh Kementerian Dalam Negeri dalam administrasi
kependudukan.
Sebelum program nasional e-KTP dilaksanakan, telah terlebih dahulu
dilaksanakan dua kegiatan strategis lain yaitu pemutakhiran data penduduk serta
pemberian Nomor Induk Kependudukan Nasional (NIKNAS) kepada penduduk.
Pemutakhiran data penduduk merupakan kegiatan awal yang dilakukan oleh
Kementerian Dalam Negeri untuk menertibkan administrasi kependudukan di
Indonesia. Pemutakhiran data ini dilakukan pada tahun 2010 di 497 Kabupaten/Kota.
Pemutakhiran tersebut dilakukan guna membersihkan data penduduk dari kesalahan-
kesalahan. Pemutakhiran data penduduk tersebut dilakukan dengan pengisian
formulir F1-01 pemutakhiran. Formulir tersebut diberikan kepada penduduk untuk
dikoreksi data masing-masing kemudian dikumpulkan dan diserahkan kembali
kepada petugas kependudukan. Data-data tersebut kemudian dimasukkan ke dalam
database kependudukan. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Bapak
Indersan selaku Kasubdit Identitas Penduduk Direktorat Jenderal Kementerian Dalam
Negeri dalam wawancara berikut :
“2010 itu pertama pemutakhiran data kependudukan secara nasional. Pemutakhiran data kependudukan itu apa, itu untuk membersihkan data penduduk, benar salah, kurang atau kurang lengkap, mana yang kurang itu semua dibersihin. jadi sebelum e-KTP ini jalan, itu harus dibersihin semua seluruh Indonesia (hasil wawancara mendalam dengan Bapak Indersan, 30 April 2012).
Kegiatan selanjutnya yang dilakukan setelah pemutakhiran data penduduk
adalah penerbitan NIK Nasional di 329 Kabupaten/Kota. NIK tidak seluruhnya
diterbitkan di semua Kabupaten/Kota di Indonesia. Hal ini disebabkan karena
terdapat 168 Kabupaten/Kota yang belum menyelesaikan kegiatan pemutakhiran data
penduduk sehingga penerbitan NIK di wilayah-wilayah tersebut dilanjutkan pada
tahun 2011. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Indersan selaku
Kasubdit Identitas Penduduk Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kementerian Dalam Negeri dalam wawancara berikut :
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
87
Universitas Indonesia
“karena ada yang belum selesai pemutakhiran datanya. Kalo yang belum selesai, ya kita lanjutkan penerbitan NIK nya di 2011. Karena kan Indonesia itu luas, kan tadi udah saya bilang. Kalo kita liat jakarta, masa sih setahun ga kelar. Tapi kalo liat seluruh Indonesia, bisa jadi” (hasil wawancara mendalam, 30 April 2012).
Kegiatan terakhir yang dilakukan dalam rangka implementasi kegiatan strategis
nasional dalam administrasi kependudukan adalah implementasi KTP elektronik (e-
KTP). Kegiatan ini dilakukan pada tahun 2011 di 197 Kabupaten/Kota yang telah
menyatakan kesiapannya untuk melaksanakan e-KTP sementara 300 Kabupaten/Kota
yang belum melaksanakan kegiatan KTP elektronik (e-KTP) dilanjutkan pada tahun
2012. Kementerian Dalam Negeri menargetkan bahwa pada akhir tahun 2012 semua
penduduk Indonesia telah mendapatkan KTP elektronik sehingga pada tahun 2013
KTP yang berlaku di Indonesia adalah KTP elektronik. Hal ini sebagaimana yang
diungkapkan oleh Ibu Alina Balqis selaku Kepala Bidang Data dan Informasi Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta, “.. Berdasarkan Perpres
67 Tahun 2011, penggunaan KTP non elektronik dalam pelayanan publik hanya
sampai akhir Desember 2012, sehingga mulai Januari 2013 KTP yang berlaku
adalah KTP Elektronik” (hasil wawancara mendalam dengan Ibu Alina Balqis, 4
April 2012).
Berdasarkan pemaparan yang dikemukakan oleh para informan, dapat
disimpulkan bahwa tiga kegiatan strategis tersebut menjadi target dari Kementerian
Dalam Negeri khususnya Direktorat Jenderal Administrasi Kependudukan dan
Pencatatan Sipil untuk mewujudkan administrasi kependudukan yang tertib, teratur,
dan akurat. Berkaitan dengan tiga kegiatan strategis tersebut, maka Provinsi DKI
Jakarta sebagai bagian dari Pemerintah Daerah di Indonesia juga turut melaksanakan
tiga kegiatan strategis tersebut. Provinsi DKI Jakarta telah melaksanakan
pemutakhiran data penduduk, penerbitan NIKNAS serta implementasi e-KTP. Hal ini
sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibu Alina Balqis selaku Kepala Bidang Data
dan Informasi Kependudukan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi
DKI Jakarta dalam wawancara berikut :
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
88
Universitas Indonesia
“.. jadi kan sebelum e-KTP sebenarnya daerah itu diwajibkan untuk menuju tahap penerapan e-KTP daerah itu diwajibkan melakukan pemutakhiran data dulu. Jadi DKI sudah melakukan pemutakhiran data yaitu dengan pengisian formulir F1-01. Setelah melakukan pemutakhiran data, lalu daerah diwajibkan untuk memberikan NIKNAS. Jadi kepada setiap penduduk di daerah wajib diberikan NIKNAS. Kalo DKI itu 31 depannya, kalo dulu kan NIK daerah depannya 09. Nah NIKNAS itu harus diberikan kepada warga, di DKI itu bulan November eh desember 2010 itu setiap keluarga ada surat pemberitahuan NIKNAS (SPN) yang ditujukan kepada kepala keluarga”(hasil wawancara mendalam dengan Ibu Alina Balqis, 4 April 2012).
Berkaitan dengan implementasi program nasional e-KTP di Provinsi DKI
Jakarta, terdapat dua sasaran yang ingin dicapai oleh Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta yaitu terlaksananya proses perekaman data kependudukan dan terdistribusinya
e-KTP yang telah di personalisasi ke lima wilayah Kota Administrasi dan satu
Kabupaten Administrasi untuk diserahkan kepada penduduk. Hal ini sebagaimana
yang diungkapkan oleh Ibu Alina Balqis selaku Kepala Bidang Data dan Informasi
Kependudukan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta
dalam wawancara berikut :
“Terlaksananya proses perekaman data kependudukan yang mencakup biodata, tanda tangan, pas photo, Iris, dan sidik jari tangan penduduk yang bersangkutan, bagi seluruh penduduk wajib e-KTP di seluruh wilayah kota administrasi DKI Jakarta serta terdistribusinya e-KTP yang telah dipersonalisasi ke 267 Kelurahan di 6 wilayah kota/kabupaten administrasi DKI Jakarta, untuk kemudian di serahkan kepada penduduk yang bersangkutan” (hasil wawancara mendalam dengan Ibu Alina Balqis, 4 April 2012).
Sasaran atau target tersebut pada kenyataannya belum sepenuhnya tercapai. Hal
ini dapat terlihat dari masih banyaknya jumlah Wajib KTP di Provinsi DKI Jakarta
yang belum terserap e-KTP. Berdasarkan data rekapitulasi penyerapan e-KTP yang
dihimpun dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta
hingga tanggal 31 Maret 2012, jumlah wajib KTP yang telah terserap e-KTP
sebanyak 5.417.753 jiwa dari 7.472.259 jiwa Wajib KTP yang terdapat di Provinsi
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
89
Universitas Indonesia
DKI Jakarta. Dengan demikian jumlah Wajib KTP di Provinsi DKI Jakarta yang
belum terserap e-KTP sebesar 2.054.506 jiwa. Jumlah tersebut tergolong besar
mengingat Provinsi DKI Jakarta merupakan daerah yang menjadi pilot project dan
menjadi contoh bagi daerah lain dalam implementasi program nasional e-KTP. Selain
itu, terdapat beberapa sasaran atau target implementasi program nasional e-KTP di
Provinsi DKI Jakarta yang belum terpenuhi antara lain target pelaksanaan program
nasional e-KTP dapat selesai hingga akhir Desember 2011. Target tersebut pada
kenyataannya tidak berhasil terpenuhi. Hal ini disebabkan karena masih banyak wajib
KTP di DKI Jakarta yang belum melakukan perekaman e-KTP yang jumlahnya
sekitar tiga juta jiwa. Tidak terpenuhinya target tersebut yang kemudian membuat
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta meminta perpanjangan waktu pelaksanaan kegiatan
perekaman e-KTP kepada Kementerian Dalam Negeri. Permintaan tersebut dipenuhi
sehingga pelaksanaan kegiatan perekaman e-KTP di Provinsi DKI Jakarta
diperpanjang hingga bulan April 2012.
Selain itu, tiga kegiatan strategis yang dibuat oleh Kementerian Dalam Negeri
belum sepenuhnya terlaksana dengan baik. Berdasarkan observasi yang dilakukan di
Kelurahan Ancol, masih ditemukan warga yang data kependudukannya bermasalah
seperti belum digunakannya NIK Nasional dalam dokumen kependudukannya,
adanya kesalahan pada tanggal, bulan, dan tahun lahir, masa berlaku KTP yang telah
habis, dan sebagainya. Hal ini didukung dengan pernyataan yang diungkapkan oleh
Tony Arifianto selaku tenaga operator e-KTP di Kelurahan Ancol dalam wawancara
berikut :
“Misalnya ada kesalahan di Ijazah, lahir tahun 87 ternyata dia di ijazahnya itu 88. Ada sering kesalahan seperti itu. kita menyuruh dia buat ngerubah, kita suruh ke sudin dulu. Karna kita ga mau nanti dia di e-KTP ini terus berlanjut, salah, karna kasian kan” (hasil wawancara mendalam dengan Tony Arifianto, 21 April 2012).
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
90
Universitas Indonesia
Pernyataan tersebut juga didukung dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Bapak
Sanwani selaku Kepala Satuan Pelaksana Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kelurahan Ancol berikut :
“Gak bisa kalo saya gak bisa mbak karena itu kan namanya dia (KTP) mati itu kan ada dasar hukumnya. Dia harus bayar retribusi dendanya. Kalo kita rekam begitu berarti kita udah salah dong. Nanti kan pengambilan e-KTP, keadaan KTP harus hidup. Nanti tinggal tuker. Kalo umpamanya dia mati pegimana” (hasil wawancara mendalam dengan Bapak Sanwani, 18 April 2012).
Berkaitan dengan data penduduk yang masih bermasalah, maka penduduk yang
bersangkutan tidak dapat melakukan kegiatan perekaman e-KTP sebelum
memperbaiki data kependudukan mereka terlebih dahulu ke Suku Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara. Tidak hanya data penduduk yang
bermasalah, ditemukan pula pemalsuan data penduduk terutama pemalsuan tahun
lahir. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Muhammad Ikrar Idris selaku
tenaga operator e-KTP di Kelurahan Ancol dalam wawancara berikut :
“misalnya aslinya dia lahir tahun 98 tapi di komputer ketariknya tahun 94. Itu kita wawancara, itu dia gelagepan, entah dia secara ga sengaja kepleset atau dia pasti nengok orang yang bawa dia. kita kan bisa tahu dia bohong atau ga, gitu.. karena prinsipnya ini kata kasatpelnya ini namanya juga pemutakhiran. pemutakhiran itu dikatakan paling akhir, paling akhir itu harus yang paling baik, yang bagus. Kalo kita ambil datanya dia, setahu saya ketika dia direkam maka tidak akan bisa dirubah, selamanya” (hasil wawancara mendalam dengan Ikrar Idris, 18 April 2012).
Perbaikan-perbaikan identitas itulah yang diakui oleh Muhammad Ikrar Idris
selaku tenaga operator Kelurahan Ancol menjadi kendala dan mempengaruhi
implementasi program nasional e-KTP di Kelurahan. Berikut hasil wawancara
mendalam dengan Muhammad Ikrar Idris :
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
91
Universitas Indonesia
“Makanya saya bilang kendala yang paling sering adalah seperti yang tadi sudah disebutkan kasatpel adalah pertama adalah dari penduduknya dan kedua dari perbaikan identitas. Jadinya sekarang e-KTP itu mau liat kualitas apa kuantitas. Kalo mau liat kuantitas, kita ga perlu ada perbaikan, langsung rekam aja. Yang salah, salah udah biarin aja.”(hasil wawancara mendalam dengan Muhammad Ikrar Idris, 18 April 2012).
Berdasarkan pernyataan-pernyataan yang diungkapkan oleh para informan,
dapat dikatakan bahwa sebenarnya hingga implementasi kegiatan e-KTP
dilangsungkan dalam hal ini di Kelurahan Ancol masih ditemukan kesalahan dalam
data kependudukan warga Kelurahan Ancol. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
target yang telah dibuat oleh Kementerian Dalam Negeri melalui tiga kegiatan
strategis nasional belum sepenuhnya terlaksana. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa sebelum program nasional e-KTP dilaksanakan, telah terlebih
dahulu dilakukan kegiatan pemutakhiran data penduduk dan penerbitan NIK
Nasional. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seorang penduduk yang belum
melakukan pemutakhiran data tidak dapat melakukan kegiatan perekaman e-KTP.
Hal ini disebabkan karena penduduk tersebut belum mengganti NIK yang dimiliki
dengan NIK nasional. Hal-hal tersebut ternyata tidak sesuai dengan pernyataan yang
dikemukakan oleh Bapak Indersan selaku Kasubdit Identitas Penduduk Kementerian
Dalam Negeri yang menyebutkan bahwa seluruh penduduk Indonesia telah memiliki
NIK Nasional, “Iyaa.. jadi per 31 Desember 2011 kemarin, pak Menteri Dalam
Negeri menyampaikan apa ehm.. menyampaikan secara publik lah ya ke media
massa bahwa seluruh penduduk Indonesia sudah memiliki NIK Nasional” (hasil
wawancara mendalam dengan Bapak Indersan, 30 April 2012). Pernyataan tersebut
berbeda dengan fakta yang terjadi di lapangan bahwa sebenarnya masih terdapat
warga yang belum memiliki NIK nasional sehingga datanya menjadi terkunci dan
tidak bisa melakukan perekaman e-KTP. Penduduk tersebut harus terlebih dahulu
melakukan perbaikan ke Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil setempat.
Secara keseluruhan apabila dilihat berdasarkan masing-masing indikator yang
terdapat dalam dimensi ukuran dan tujuan kebijakan, dimensi ini memiliki pengaruh
dalam implementasi program nasional e-KTP. Hal ini disebabkan karena dimensi ini
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
92
Universitas Indonesia
berkaitan dengan dimensi yang menjadi landasan dasar bagi implementasi sebuah
kebijakan/program. Dari tiga indikator yang terdapat dalam dimensi ini, indikator
adanya target jangka pendek, menengah, atau panjang yang lebih memengaruhi
implementasi program nasional e-KTP di Kelurahan Ancol, Kecamatan
Pademangan, Jakarta Utara. Hal ini dapat telihat dari belum terpenuhinya salah satu
target yang terdapat dalam kegiatan strategis nasional yaitu pemutakhiran data
penduduk. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, masih ditemukan penduduk
yang belum memiliki NIK Nasional sehingga penduduk tersebut tidak dapat
melakukan kegiatan perekaman e-KTP karena data penduduk menjadi terkunci dan
harus memperbaikinya terlebih dahulu ke Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Jakarta Utara. Selain itu, masih ditemukan data penduduk yang belum bersih,
dalam arti masih ditemukannya kesalahan-kesalahan dalam penulisan nama, tempat,
tanggal, bulan, dan tahun lahir yang menyebabkan penduduk tersebut tidak dapat
langsung melakukan kegiatan perekaman e-KTP melainkan harus memperbaiki data
kependudukan tersebut ke Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta
Utara.
2. Sumber-Sumber Kebijakan
Faktor kedua yang dapat dilihat untuk mengukur implementasi sebuah
kebijakan maupun program sebagaimana yang dikemukakan oleh Van Meter dan Van
Horn adalah sumber-sumber kebijakan. Sumber-sumber kebijakan menunjuk kepada
seberapa besar dukungan organisasi untuk melaksanakan program maupun kebijakan.
Sumber-sumber kebijakan terdiri dari beberapa hal antara lain sarana dan prasarana
yang mendukung, sumber daya manusia, dana, hingga teknologi yang digunakan.
Berikut akan dipaparkan masing-masing sumber kebijakan dalam implementasi e-
KTP di Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara :
a. Sarana Dan Prasarana Yang Mendukung
Untuk menunjang implementasi sebuah kebijakan atau program, dibutuhkan
sarana dan prasarana yang mendukung seperti peralatan, gedung, dan sebagainya.
Untuk kegiatan implementasi e-KTP di Kelurahan Ancol, sarana yang digunakan
adalah peralatan (perangkat e-KTP) yang terdiri dari perangkat keras (hardware) dan
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
93
Universitas Indonesia
perangkat lunak (software). Perangkat keras yang digunakan antara lain terdiri dari
monitor, pemindai mata (iris scanner), finger print, signature pad, kamera digital,
tripod, dan lain-lain sementara perangkat lunak (software) terdiri dari Operating
System (OS) Windows Server, Database Engine (Standard Edition per 5 User),
Aplikasi AFIS System, Anti Virus Client, serta Anti Virus Server.
Perangkat-perangkat tersebut diberikan dan didistribusikan oleh Kementerian
Dalam Negeri ke 197 Kabupaten/Kota yang sudah menyatakan kesiapannya dalam
melaksanakan program nasional e-KTP. Perangkat yang diberikan oleh Kementerian
Dalam Negeri hanya sampai pada tingkat Kecamatan yakni sebanyak 2 unit per
Kecamatan. Dari 197 Kabupaten/Kota yang telah siap melaksanakan e-KTP ternyata
pelayanan e-KTP tidak seluruhnya dilaksanakan di tingkat Kecamatan. Terdapat dua
wilayah yang mengajukan kegiatan pelayanan e-KTP di tingkat Kelurahan yakni
Provinsi DKI Jakarta dan Kota Surabaya. Dua wilayah tersebut mengajukan surat
permohonan kepada Menteri Dalam Negeri untuk melaksanakan kegiatan pelayanan
e-KTP di tingkat Kelurahan. Alasan dua wilayah tersebut adalah karena wilayah-
wilayah tersebut telah mempersiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan program nasional e-KTP. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh
Bapak Indersan selaku Kasubdit Identitas Penduduk, Direktorat Jenderal
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri dalam wawancara
berikut
“Sebenernya program kita itu sampai Kecamatan. Loh kok pak ada yang sampai Kelurahan? Nah boleh tapi dia mengajukan surat resmi ke Menteri Dalam Negeri bahwa mereka ingin mengadakan di Kelurahan. Di Indonesia ini ada dua yang mengajukan sampai Kelurahan yaitu DKI Jakarta sama Kota Surabaya karena mereka pasti dikasih sarana prasarananya, operatornya segala macem siap di Kelurahan, gedungnya itu udah siap, udah layak lah di Kelurahan”(hasil wawancara mendalam dengan Bapak Indersan, 30 April 2012).
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa kegiatan pelayanan e-KTP
dilaksanakan di tingkat Kecamatan, maka untuk implementasi pelayanan e-KTP di
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
94
Universitas Indonesia
tingkat Kelurahan menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah masing-masing untuk
menambah peralatan. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Indersan
selaku Kasubdit Identitas Penduduk Kementerian Dalam Negeri, “Karena terkait
dengan kontrak kita sampai kecamatan, ada daerah yang minta sampe Kelurahan.
Nah yang Kelurahan itu biaya sendiri. jadi kita cuman hanya apa memfasilitasi
sampai kecamatan. yang Kelurahan itu biaya dari pemda masing-masing untuk
menambah peralatan itu”(hasil wawancara mendalam dengan Bapak Indersan, 30
April 2012).
Dengan ketentuan tersebut, maka implementasi program nasional e-KTP di
Provinsi DKI Jakarta yang berada di tingkat Kelurahan menjadi tanggung jawab
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yaitu dengan menyediakan berbagai hal yang
diperlukan terutama perangkat e-KTP tambahan. Hal ini perlu dilakukan mengingat
jumlah perangkat e-KTP yang dihibahkan oleh Kementerian Dalam Negeri kepada
masing-masing Kecamatan yakni sebanyak dua unit tidak mencukupi untuk
ditempatkan di Kelurahan yang ada di Provinsi DKI Jakarta yang jumlahnya
mencapai 267 Kelurahan. Pengadaan perangkat e-KTP yang berada di Kelurahan
memang menjadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk
menyediakannya akan tetapi karena proses pelelangan perangkat e-KTP yang
dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta
gagal, maka Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta
mengajukan surat permohonan kepada Kementerian Dalam Negeri untuk
meminjamkan perangkat e-KTP ke Kelurahan-Kelurahan di DKI Jakarta. Jumlah
perangkat yang dipinjamkan oleh Kementerian Dalam Negeri ke Provinsi DKI
Jakarta sebanyak 534 alat untuk 267 Kelurahan. Status peminjaman tersebut berakhir
setelah proses perekaman e-KTP secara massal pada tanggal 30 April 2012 selesai
dan perangkat tersebut akan ditarik kembali oleh Kementerian Dalam Negeri. Hal ini
sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Alina Balqis selaku Kepala Bidang Data dan
Informasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta dalam
wawancara berikut:
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
95
Universitas Indonesia
”Pemassalan pelayanan e-KTP di DKI Jakarta dilaksanakan di tingkat Kelurahan, sedangkan peralatan yang dihibahkan oleh Kemendagri basisnya adalah kecamatan (2 unit per kecamatan), sehingga secara keseluruhan DKI Jakarta mendapat hibah 88 unit, sedangkan jumlah perangkat e-KTP di Kelurahan selebihnya bersifat pinjaman yang akan ditarik oleh Depdagri setelah April 2012 (hasil wawancara mendalam dengan Ibu Alina Balqis, 10 April 2012).
Adapun jumlah perangkat yang dipinjamkan di masing-masing Kelurahan
berbeda-beda tergantung dari banyaknya jumlah wajib KTP yang dilayani. Di
Kelurahan Ancol, jumlah perangkat e-KTP yang dipinjamkan sebanyak dua set yang
terdiri dari 2 pemindai mata (iris scanner), 2 finger print, 2 signature pad, 2 kamera
digital, 2 tripod, 2 keyboard, 2 monitor, 2 server dan lain-lain. Berikut adalah gambar
satu perangkat e-KTP di Kelurahan Ancol yang terdiri dari kamera, tripod, finger
print, signature pad, iris mata, monitor, keyboard, dan CPU.
Gambar 5.1 Satu Set Perangkat e-KTP Yang Digunakan Dalam Kegiatan Perekaman e-KTP
Sumber: dokumentasi peneliti (2012)
Dalam kegiatan perekaman e-KTP di Kelurahan Ancol, jumlah perangkat yang
digunakan sebanyak dua set. Dua set perangkat tersebut digunakan secara penuh pada
saat kegiatan perekaman e-KTP tahap pertama yaitu bulan Agustus hingga Desember
2011 dan ketika masa perpanjangan e-KTP yang dilaksanakan pada bulan Januari
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
96
Universitas Indonesia
hingga April 2012, jumlah perangkat yang digunakan hanya satu set. Hal ini
disebabkan karena ketika masa perpanjangan e-KTP, jumlah warga yang datang ke
Kelurahan Ancol untuk melakukan kegiatan perekaman e-KTP semakin berkurang.
Hal ini didukung dengan penuturan Bapak Sanwani selaku Kepala Satuan Pelaksana
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kelurahan Ancol, “Saya pasang satu. kalo dua-
duanya itu kan waktu pertama bejubel. Nah sekarang pas masa perpanjangan kan
udah ga bejubel. Jadi pas implementasi pertama kita pake dua meja ini”(hasil
wawancara mendalam dengan Bapak Sanwani, 18 April 2012).
Gambar 5.2 Penduduk Yang Sedang Melakukan Kegiatan Perekaman Sidik Jari (Finger Print) Dan Foto Yang Dilakukan Oleh Tenaga operator e-KTP
Sumber: dokumentasi peneliti, 2012
Berkaitan dengan perangkat e-KTP, kondisi perangkat e-KTP yang terdapat di
Kelurahan Ancol berada dalam kondisi baik akan tetapi apabila dilihat dari koneksi,
jaringan di Kelurahan ini seringkali bermasalah. Hal ini sebagaimana yang
diungkapkan oleh Bapak Sugeng Wibowo selaku Sekretaris Kelurahan Ancol,
“masalahnya salah satunya adalah alat yang ada di kita itu terkadang itu seringkali
bermasalah, misalnya jaringan. Jaringan servernya bermasalah” (hasil wawancara
mendalam dengan Bapak Sugeng Wibowo, 18 April 2012).
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
97
Universitas Indonesia
Untuk mengatasi masalah koneksi jaringan yang seringkali terjadi, Kelurahan
Ancol melakukan upaya untuk mengatasinya antara lain dengan melaporkan masalah
tersebut kepada Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara
sebagaimana yang dikemukakan Bapak Sugeng Wibowo selaku Sekretaris Kelurahan
Ancol, “Ya paling kita lapor sudin. Ya tapi apakah sudin itu hanya melayani satu
kelurahan saja? Kan tidak” (hasil wawancara mendalam dengan Bapak Sugeng
Wibowo, 18 April 2012). Sebenarnya penanganan untuk masalah-masalah yang
berkaitan dengan perangkat e-KTP berdasarkan ketentuan yang ada adalah dengan
melaporkannya kepada Pendamping Kelurahan (damkel). Adapun job description
dari damkel tersebut adalah melakukan pengecekan serta melaporkan apabila terdapat
kerusakan dari alat-alat atau terdapat masalah dalam hal jaringan untuk kemudian
disampaikan kepada pendamping tingkat kota dan disampaikan kepada konsorsium.
Dalam hal ini, damkel yang terdapat di Kelurahan Ancol berasal dari Sucofindo.
Damkel yang sedianya membantu mengatasi permasalahan seputar perangkat dan hal
teknis lainnya, tidak dapat berbuat banyak. Hal ini disebabkan karena tenaga damkel
yang terdapat di Kelurahan Ancol kurang menguasai teknologi informasi (IT). Hal ini
sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Sugeng Wibowo selaku Sekretaris
Kelurahan Ancol, “Ya kalo kita liat pendamping itu kan mereka tenaga kontrak.
Apakah kemampuan, penguasaan IT nya mereka sudah sesuai harapan? penguasaan
IT nya juga belum beres” (hasil wawancara mendalam dengan Bapak Sugeng
Wibowo, 18 April 2012). Damkel yang ditugaskan di Kelurahan sudah seharusnya
memiliki kemampuan serta pengetahuan teknologi informasi yang mumpuni
mengingat sebagian besar alat yang dioperasikan dalam kegiatan perekaman e-KTP
merupakan alat dengan teknologi canggih seperti iris mata, finger print dan
sebagainya. Penguasaan akan teknologi dan informasi menjadi sangat penting bagi
damkel karena tidak hanya berkaitan dengan performa alat yang digunakan tetapi
juga berkaitan dengan pencapaian dari program nasional e-KTP ini. Dengan kualitas
damkel yang mumpuni, kerusakan ataupun masalah yang ditimbulkan dari perangkat
e-KTP dapat diminimalisir.
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
98
Universitas Indonesia
Selain perangkat e-KTP yang terdapat di Kelurahan, Kementerian Dalam
Negeri juga memberikan perangkat e-KTP mobile di masing-masing wilayah di
Provinsi DKI Jakarta dimana masing-masing wilayah mendapatkan satu perangkat e-
KTP mobile. Selain itu, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI
Jakarta juga melakukan penambahan sekitar beberapa perangkat e-KTP mobile. Hal
ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Alina Balqis selaku Kepala Bidang Data
dan Informasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta, “alat
mobile untuk e-KTP dari DDN itu 1 alat untuk 1 wilayah dan ada tambahan juga
dari dinas dukcapil” (hasil wawancara mendalam dengan ibu Alina Balqis, 4 April
2012). Adanya perangkat e-KTP mobile tersebut bertujuan untuk mempercepat proses
perekaman e-KTP serta sebagai bentuk pelayanan jemput bola kepada penduduk yang
tidak mampu untuk datang ke Kelurahan akibat sakit yang diderita. Hal ini
sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Syuhada selaku Kepala Seksi
Pendaftaran Penduduk Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
Administrasi Jakarta Utara dalam wawancara berikut :
“pelayanan mobile itu kita lakukan dua kali. Yang pertama hari sabtu, itu rutin, yang kedua itu pada hari kerja kalo ada orang yang sakit, kita datengin dia kalo seumpama dia sakit di rumah ya kita datengin rumahnya kalo dia di rumah sakit ya kita ke rumah sakit” (hasil wawancara mendalam, 13 April 2012).
Demikian dengan Kelurahan Ancol. Kelurahan ini merupakan salah satu
Kelurahan yang mendapat giliran untuk melakukan pelayanan e-KTP mobile.
Perangkat e-KTP mobile yang digunakan sebanyak satu set akan tetapi telah terjadi
penambahan perangkat sehingga jumlah perangkat e-KTP mobile yang ada pada saat
ini adalah dua set. Perangkat tersebut dipinjamkan dan digunakan secara bergantian
antara satu Kelurahan dengan Kelurahan lain sesuai dengan jadwal yang telah dibuat.
Hal ini sebagaimana yang dikemukakan Tony Arifianto selaku tenaga operator e-KTP
di Kelurahan Ancol dalam wawancara berikut :
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
99
Universitas Indonesia
“alat untuk pelayanan mobile ada satu tapi sekarang ada dua karena kita pake gantian. Karena di sini ada berapa Kelurahan. Jadi kita bergantian aja pakenya. Jadi kita liat kalo dia ini, kita langsung kesono. Seumpama ada orang sakit. Orang sakit kan gak mungkin dateng ke Kelurahan, jadi kita datengin ke rumahnya.” (hasil wawancara mendalam dengan Tony Arifianto, 21 April 2012).
Jumlah perangkat yang tersedia untuk kegiatan pelayanan e-KTP mobile dalam
satu wilayah tidak mencukupi. Hal ini disebabkan karena dalam satu wilayah terdiri
dari beberapa Kecamatan dan puluhan Kelurahan. Untuk wilayah Jakarta Utara yang
terdiri dari 6 Kecamatan dan 31 Kelurahan, jumlah perangkat e-KTP mobile yang
tersedia sebanyak 2 unit. Jumlah tersebut tidak mencukupi untuk digunakan secara
bergantian antara satu Kelurahan dengan Kelurahan lain. Minimnya perangkat e-KTP
mobile yang digunakan tidak seimbang dengan dana yang dikeluarkan oleh
Pemerintah terkait dengan implementasi program nasional ini yang jumlahnya tidak
sedikit. Dana yang dikeluarkan tersebut ternyata tidak sebanding dengan kondisi yang
terjadi di lapangan dimana jumlah perangkat e-KTP mobile yang tersedia tidak
mencukupi. Kritik akan hal tersebut muncul dari Ketua Gerakan Masyarakat
Transparansi Pelayanan Publik Indonesia (Gematrappi) yaitu Bapak Krisbudiardjo,
“.. mesin ini mobile juga, komputer tidak per Kelurahan jadi pindah dari ke
Kelurahan sini, ke Kelurahan sana seolah-olah tidak pakai modal ya padahal
biayanya sangat besar, itu yang terjadi” (hasil wawancara mendalam dengan Bapak
Krisbudiardjo, 28 April 2012).
Dalam pelayanan e-KTP mobile terdapat sedikit kendala yang dihadapi yaitu
lamanya waktu proses penyimpanan data. Hal ini disebabkan karena perangkat yang
digunakan dalam pelayanan mobile berupa laptop sementara data yang disimpan
adalah data dengan ukuran file yang besar sehingga proses penyimpanan data tersebut
memakan waktu yang agak lama. Data penduduk yang telah terekam kemudian
disimpan ke dalam hard disk dan langkah selanjutnya dengan memindahkan ke
server yang terdapat di Kelurahan. Proses penyimpanan data tersebut agak sedikit
menghambat proses perekaman data karena harus menunggu data hingga tersimpan
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
100
Universitas Indonesia
dengan sempurna. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Tony Arifianto selaku
tenaga operator e-KTP di Kelurahan Ancol dalam wawancara berikut :
“Kendalanya ga ada, kalo di mobile paling lama doang karena dia kan laptop, lain ama PC dan dia ga menggunakan jaringan, hanya disimpen di hard disk terus dipindahin ke server sini. Paling berat, setiap orang foto, nyimpen, jadi beban, jadi lama. Itu doang” (hasil wawancara mendalamdengan Tony Arifianto, 21 April 2012).
Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Syuhada selaku Kepala Seksi Pendaftaran
Penduduk Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Administrasi
Jakarta Utara yang mengatakan bahwa untuk pelayanan e-KTP mobile, kendala yang
terjadi adalah data yang tidak sinkron serta pemindahan data dari laptop ke server
Kelurahan, “Saya rasa tidak begitu banyak kesulitan yang layanan KTP mobile itu
cuma kita memindahkan ke server kelurahannya. mana kita apa namanya
memindahkan data ke server per kelurahan masing-masing.” (hasil wawancara
mendalam dengan Bapak Syuhada, 13 April 2012).
Selain sarana, sumber kebijakan yang sama pentingnya dalam implementasi
program nasional e-KTP adalah prasarana yang meliputi penyediaan tempat
pelayanan e-KTP dan ruang tunggu, kursi, dan sebagainya. Berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan, prasarana yang digunakan Kelurahan Ancol untuk
melaksanakan kegiatan perekaman e-KTP kurang memadai. Hal ini dapat terlihat
dari tempat pelayanan e-KTP yang digunakan untuk melakukan perekaman e-KTP
kurang luas. Demikian halnya dengan ruang tunggu yang disediakan bagi warga
yang menunggu giliran perekaman e-KTP juga kurang memadai. Hal ini dapat
terlihat dari kurangnya jumlah kursi di ruang tunggu sehingga warga yang sedang
mengantri untuk melakukan perekaman terpaksa berdiri. Kurang memadainya
prasarana yang tersedia di Kelurahan Ancol didukung oleh pernyataan seorang warga
Kelurahan Ancol yang telah melakukan perekaman e-KTP dalam wawancara berikut:
“Pelayanan di Kelurahan ini agak kurang ya. Masa kita nunggu giliran buat bikin e-KTP berdiri. Harusnya kursinya ditambah. Terus dibikin line seperti
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
101
Universitas Indonesia
kalo kita mengantri di bank itu ya biar jelas yang dateng duluan, dipanggilnya duluan. Perlu juga dipasang kipas angin, kan gerah juga kalo nunggu”(hasil wawancara mendalam dengan salah satu warga Kelurahan Ancol, 28 April 2012).
Berdasarkan pemaparan serta pernyataan yang dikemukakan oleh para informan,
dapat disimpulkan bahwa dari indikator sarana dan prasarana yang mendukung,
pelaksanaan program nasional e-KTP di Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan
masih perlu diperbaiki dan ditambah kualitasnya sehingga pelayanan e-KTP dapat
berjalan dengan lancar.
b. Teknologi Yang Mendukung
Indikator kedua yang terdapat dalam dimensi sumber kebijakan adalah
teknologi yang mendukung. Program nasional KTP elektronik (e-KTP) merupakan
program yang tergolong baru di Indonesia khususnya dalam sektor publik. Sebelum
program e-KTP ini hadir, Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang menjadi objek dalam
program nasional ini dalam proses pembuatannya masih bersifat manual dan hanya
menggunakan teknologi sederhana. Hal tersebut berbeda dengan program nasional e-
KTP yang ada pada saat ini dimana dalam proses pembuatannya, e-KTP sarat akan
teknologi.
Teknologi yang digunakan dalam pembuatan e-KTP adalah biometric dan chip.
Biometric adalah verifikasi dan validasi sistem melalui pengenalan karakteristik fisik
atau tingkah laku manusia seperti sidik jari (fingerprint), retina mata, DNA, bentuk
wajah, dan bentuk gigi (“apa”). Kegunaan biometric digunakan dalam pembuatan e-
KTP adalah karena data yang direkam melalui biometric ini tidak dapat hilang, sulit
di duplikasi, serta keaslian lebih terjamin karena harus menghadirkan person sebagai
alat validasi (Himatesil, 2012). Dari berbagai macam jenis pengamanan dengan
biometric tersebut, yang digunakan dalam pembuatan e-KTP adalah sidik jari (finger
print) dan iris mata. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Bapak
Indersan selaku Kasubdit Identitas Penduduk Direktorat Jenderal Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri. dalam wawancara berikut:
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
102
Universitas Indonesia
“Ini (e-KTP) pake sidik jari terus ada tanda tangan ini kita rekam dan foto juga kita rekam terus dimasukin ke dalam chip itu tadi. Teknologinya biometric dan chip. Tanda tangan, foto, sidik jari kita ada disini untuk apa menyatakan bahwa KTP ini memang punya kita”(hasil wawancara mendalamdengan Bapak Indersan, 30 April 2012)
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa jenis pengamanan yang
terdapat dalam pembuatan e-KTP adalah sidik jari dan iris mata. Sidik jari (finger
print) menunjukkan ketunggalan identitas seseorang. Untuk melihat ketunggalan
identitas seseorang, terdapat dua aktifitas yang dilakukan yaitu (Kementerian Dalam
Negeri, 2011) :
1) Identifikasi
Aktifitas pertama yang dilakukan adalah identifikasi. Aktifitas ini merupakan
aktifitas yang penting karena dalam aktifitas ini dilakukan proses mengenali
identitas seseorang lewat seleksi dan pencocokan terhadap keseluruhan data
identitas yang terekam pada database. Pada proses ini dilakukan pencocokan one-
to-many (1:N) untuk memastikan bahwa identitas orang yang dicari ada dalam
database atau tidak serta untuk memastikan bahwa identitas tersebut bersifat
tunggal.
2) Verifikasi
Aktifitas kedua yang dilakukan untuk menunjukkan ketunggalan identitas adalah
verifikasi. Aktifitas ini juga berperan penting dalam implementasi e-KTP.
Verifikasi adalah proses mengotentikasi identitas seseorang dengan
membandingkan hasil pengambilan karakteristik sidik jari dengan data yang
sebelumnya telah terekam pada database. Pada proses ini dilakukan pencocokan
one-to-one (1:1) untuk mengkonfirmasi bahwa identitas seseorang tersebut adalah
benar.
Jenis pengamanan lainnya yang digunakan untuk e-KTP selain sidik jari adalah
iris mata. Iris mata adalah teknologi untuk mengidentifikasi seseorang dengan cara
mengambil citra digital beresolusi tinggi terhadap iris mata dan salah satu biometric
yang bergantung pada keunikan pola iris mata. Berdasarkan hasil penelitian yang
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
103
Universitas Indonesia
dilakukan para ahli disimpulkan bahwa pola iris mata tiap individu berbeda, sangat
stabil (tidak berubah) untuk jangka waktu yang lama dan terlindungi oleh kornea dan
aqueous humor sehingga dapat digunakan untuk mengidentifikasi identitas
ketunggalan seseorang (Himatesil, 2012).
Selain biometric, teknologi lain yang digunakan dalam e-KTP adalah
digunakannya chip di dalam e-KTP. Chip merupakan alat penyimpan data elektronik
penduduk yang dapat dibaca secara elektronik dengan alat pembaca dan sebagai
pengaman data kependudukan. Chip memiliki metode pengamanan data berupa
autentikasi antara chip dan reader writer (anti cloning), dan kerahasiaan data
(enkripsi) serta tanda tangan digital. Di dalam chip terdapat struktur data yang
meliputi biodata penduduk, tanda tangan penduduk, pas photo, serta kode keamanan
yang terdiri dari sidik jari dan tanda tangan elektronik. Penggunaan chip dalam e-
KTP telah sesuai dengan perintah yang terdapat dalam Undang-Undang No. 23
Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan Pasal 64 ayat (3) yang
menyebutkan bahwa dalam KTP harus disediakan ruang untuk memuat kode
keamanan dan rekaman elektronik pencatatan peristiwa penting. Kode keamanan
yang dimaksud dalam Undang-Undang tersebut adalah chip. Letak chip pada e-KTP
adalah berada di dalam yakni berada di lapisan kelima dari sembilan lapisan yang
terkandung di dalamnya. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi sebagai lapisan
keamanan yang melindungi chip dari hal-hal yang tidak diinginkan. Hal ini
sebagaimana yang dikemukakan oleh Bapak Indersan selaku Kasubdit Identitas
Penduduk Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian
Dalam Negeri. dalam wawancara berikut :
“ini kan terdiri dari 9 lapisan. Chip itu ditaro di lapisan kelima, kenapa di lapisan kelima? karena untuk keamanan. Jadi kita masukin di lapisan kelima terus kita lapisin lagi. nah di lapisan terakhir kita laminating. Jadi ini udah di laminating, ga usah di laminating lagi. coba kalo ATM atau kartu kredit, itu kan dia chipnya diluar. Kalo chipnya di dalem, susah untuk keamanan. Jadi untuk security keamanan data kita, data kita itu bukannya mau diobral sembarangan. Begitu juga di databasenya, securitynya ada” (hasil wawancara mendalam dengan Bapak Indersan, 30 April 2012)
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
104
Universitas Indonesia
Secara keseluruhan, teknologi yang digunakan dalam implementasi program
nasional e-KTP ini merupakan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan security
data penduduk. Hal ini dapat terlihat dari digunakannya chip sebagai alat untuk
menyimpan data pribadi penduduk yang tersimpan di dalam e-KTP serta dilindungi
oleh beberapa lapisan. Peraturan lebih lanjut mengenai spesifikasi atau teknologi
yang digunakan diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 Tahun 2011
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 38 Tahun 2009
Tentang Standar dan Spesifikasi Perangkat Keras, Perangkat Lunak dan Blanko Kartu
Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional. Dalam
peraturan tersebut disebutkan beberapa aplikasi yang mendukung KTP elektronik
seperti sistem AFIS (Automatic Finger Print Identification System). Sistem ini
merupakan sistem yang terintegrasi dengan biodata, pas photo dan sidik jari pada chip
dan SIAK serta terkonsolidasi dengan pusat data kependudukan.
c. Dana yang dibutuhkan
Indikator ketiga yang digunakan dalam dimensi sumber kebijakan adalah dana.
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam implementasi sebuah kebijakan/program, dana
merupakan salah satu sumber daya yang berperan penting. Sebuah kebijakan/program
yang bagus, tidak akan berarti apabila tidak diimbangi dengan sumber pendanaan
yang kuat. Demikian pula dengan program nasional e-KTP. Implementasi program
nasional e-KTP membutuhkan dukungan finansial yang jumlahnya tidak sedikit. Hal
ini karena dalam pelaksanaan program nasional e-KTP menggunakan teknologi serta
perangkat yang canggih.
Dalam pelaksanaan program nasional e-KTP, Kementerian Dalam Negeri
selaku pembuat kebijakan bekerjasama dengan pihak ketiga (konsorsium) dalam hal
pengadaan barang dan jasa. Konsorsium merupakan pihak ketiga yang telah melalui
proses tender dalam pengadaan barang dan jasa untuk pelaksanaan program nasional
e-KTP. Konsorsium merupakan gabungan dari beberapa perusahaan yang berbeda.
Dalam implementasi program nasional e-KTP, setidaknya terdapat empat perusahaan
yang tergabung dalam konsorsium yang diketuai oleh Percetakan Negara Repbulik
Indonesia (PNRI). Adapun keempat perusahaan tersebut adalah Indosat, LEN,
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
105
Universitas Indonesia
Quadra, serta Sucofindo. Perusahaan-perusahaan tersebut dalam pelaksanaan e-KTP
menangani urusan yang berbeda. Indosat menangani urusan jaringan komunikasi,
LEN menangani urusan aplikasi, Quadra menangani urusan perangkat e-KTP, dan
Sucofindo menangani urusan bimbingan teknis dan urusan sumber daya manusia. Hal
ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Indersan selaku Kasubdit Identitas
Penduduk Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian
Dalam Negeri. dalam wawancara berikut :
“iya. Jadi ada PNRI, ada indosat jaringan indosat, ada untuk bintek itu pendamping kabupaten/kota, desa/kelurahan Kecamatan itu sucofindo. Ada yang untuk aplikasinya itu PT. LAN, ada untuk alatnya itu kuadra. Kalo untuk pengadaan alatnya, dicari solusinya Quadra itu dan distribusi ke seluruh Indonesia” (hasil wawancara mendalam dengan Bapak Indersan, 30 April 2012)
Berdasarkan Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2011 Pasal 9 ayat (1) Tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 Tentang Penerapan
Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional
disebutkan bahwa pembiayaan perangkat keras, perangkat lunak, blanko KTP
berbasis NIK, dan pemberian bimbingan teknis pelayanan KTP berbasis NIK oleh
Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan ayat (3), dibebankan
pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Seperti yang telah dijelaskan dalam indikator sebelumnya bahwa pelaksanaan
e-KTP merupakan rangkaian terakhir dari tiga kegiatan strategis nasional di bidang
Kependudukan. Sebelum pelaksanaan e-KTP, telah terlebih dahulu dilaksanakan
kegiatan pemutakhiran data serta penerbitan NIK. Pendanaan dua kegiatan strategis
nasional tersebut juga berasal dari APBN. Dengan demikian, total keseluruhan dana
yang dianggarkan Pemerintah untuk melaksanakan tiga kegiatan strategis nasional
sebesar Rp 6,679 Trilyun dengan rincian Rp 384 Milyar untuk kegiatan pemutakhiran
data di semua Kabupaten/Kota & penerbitan NIK di 329 Kabupaten/ Kota, Rp. 2,468
Trilyun untuk penerbitan NIK di 168 Kabupaten/Kota & pelaksanaan e-KTP di 197
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
106
Universitas Indonesia
Kabupaten/Kota, serta Rp. 3,827 Trilyun untuk kegiatan pelaksanaan e-KTP di 300
Kabupaten/Kota (Kementerian Dalam Negeri, 2011).
Adapun komponen yang dibiayai dari APBN adalah perangkat e-KTP, blanko
KTP ditambah untuk personalisasi (pencetakan), pelatihan (bimbingan teknis), serta
jaringan komunikasi data. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Bapak
Indersan selaku Kasubdit Identitas Penduduk Direktorat Jenderal Administrasi
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri, “pelatihan atau
bintek, jaringan komunikasi data contohnya modem, parabola, Alat sama blanko
KTP elektroniknya tapi emm.. gimana ngomongnya ya. Kalo blanko kosong gini,
berarti ini doang kita kasih, gak ada tulisan namanya. Ini di print juga kan, jadi
tintanya juga” (hasil wawancara mendalam dengan Bapak Indersan, 30 April 2012).
Untuk komponen perangkat e-KTP, dana yang di anggarkan sebesar 5,8
Miliar. Untuk blanko (bahan dasar) e-KTP, dana yang dibutuhkan sekitar 3,7 Miliar.
Jumlah tersebut diperoleh dari perhitungan atas biaya yang dibutuhkan untuk 1
keping blanko e-KTP yang menghabiskan biaya sekitar Rp 20.500 (dua puluh ribu
lima ratus rupiah). Biaya tersebut kemudian dikali dengan jumlah Wajib KTP seluruh
Indonesia yakni sekitar 172 juta jiwa sehingga total biaya adalah sebesar Rp 3,5
Milyar. Jumlah tersebut belum termasuk biaya print (pencetakan) karena tinta yang
digunakan untuk mencetak blanko tersebut adalah tinta yang sudah mendapat
legalisasi dari Lembaga Sandi Negara (LSN) yang mengandung kode-kode tertentu.
Hal tersebut sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Indersan selaku Kasubdit
Identitas Penduduk Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kementerian Dalam Negeri, “Tintanya khusus, gak bisa sembarang. Ya karena ada
itu tadi kode-kode khusus dari lembaga sandi negara, terkait dengan security” (hasil
wawancara mendalam, 30 April 2012).
Komponen selanjutnya yang dibiayai dari APBN terkait implementasi e-KTP
adalah kegiatan pelatihan untuk tenaga operator e-KTP atau lebih dikenal dengan
bimbingan teknis (bintek). Bintek dilaksanakan oleh Kementerian Dalam Negeri
bekerja sama dengan pihak konsorsium yaitu Sucofindo. Dalam bintek ini, para
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
107
Universitas Indonesia
tenaga operator e-KTP menjalani proses pelatihan dimana dalam pelatihan tersebut
biaya selama menjalani pelatihan dibiayai oleh APBN.
Mengingat implementasi program nasional e-KTP di Provinsi DKI Jakarta
berada pada tingkat Kelurahan, maka pendanaan untuk melaksanakan program
nasional e-KTP juga berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Untuk tahun 2011, alokasi anggaran Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk
implementasi program e-KTP sebesar Rp 14.675.425.740 (empat belas milyar enam
ratus tujuh puluh lima juta empat ratus dua puluh lima ribu tujuh ratus empat puluh
rupiah). Jumlah tersebut diasumsikan bahwa tidak semuanya habis terpakai dan rata-
rata penyerapan anggaran tertinggi adalah sebesar 60%. Untuk tahun 2012 yaitu
ketika masa perpanjangan e-KTP, jumlah dana yang di anggarkan tidak sebesar tahun
2011 yakni sekitar Rp. 11.558.622.200 (sebelas milyar lima ratus lima puluh delapan
juta enam ratus dua puluh dua ribu dua ratus rupiah). Jumlah tersebut mengalami
penurunan disebabkan karena ada beberapa komponen yang dibiayai dari APBD
mengalami pengurangan.
Adapun komponen-komponen yang dibiayai dari APBD Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta meliputi honor tenaga operator e-KTP, daya listrik, sosialisasi, serta
sarana dan prasarana. Untuk komponen honor tenaga operator e-KTP, honor yang
diterima oleh tenaga operator e-KTP terbagi menjadi dua yaitu honor yang diterima
per bulan serta uang lembur. Adapun uang lembur yang dibayarkan dihitung
berdasarkan jam. Untuk tahun anggaran 2011, honor lembur hari kerja yang
dibayarkan per jam sebesar Rp 7.800,00 (tujuh ribu delapan ratus rupiah) sementara
untuk lembur hari libur honor yang dibayarkan per jam sebesar Rp 11.000,00 (sebelas
ribu rupiah). Untuk honor yang diterima tenaga operator e-KTP per bulan sebesar Rp.
1.350.000,00 (satu juta tiga ratus lima puluh ribu rupiah). Dengan jumlah tenaga
operator e-KTP di wilayah Jakarta Utara sebanyak 208 orang, maka jumlah
keseluruhan dana yang dibutuhkan untuk honor per bulan sebesar Rp
1.123.200.000,00 (satu milyar seratus dua puluh tiga juta dua ratus ribu rupiah) (Suku
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Administrasi Jakarta Utara)
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
108
Universitas Indonesia
Untuk tahun 2012, jumlah anggaran tidak sebesar tahun anggaran 2011. Hal ini
disebabkan karena terdapat pengurangan jumlah tenaga operator e-KTP yang
digunakan. Jumlah tenaga operator e-KTP yang digunakan di wilayah Jakarta Utara
pada masa perpanjangan e-KTP adalah sebanyak 109 orang. Pada saat masa
perpanjangan e-KTP pada tahun 2012, jumlah warga yang datang ke Kelurahan untuk
melakukan kegiatan perekaman e-KTP tidak terlalu besar. Hal ini berimbas pada
berkurangnya jumlah tenaga operator yang digunakan. Pengurangan jumlah tenaga
operator e-KTP tersebut ternyata justru menambah jumlah honor yang dibayarkan
setiap bulannya yaitu sebesar Rp 1.529.150,00 (satu juta lima ratus dua puluh
sembilan ribu seratus lima puluh rupiah). Kenaikan honor tersebut disebabkan karena
diterbitkannya Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang pada intinya
mengatakan bahwa Honor Minimum Regional adalah Rp. 1.500.000,00 (satu juta
lima ratus ribu rupiah) sehingga jumlah keseluruhan untuk honorarium tenaga
operator e-KTP adalah sebesar Rp 666.709.400,00 (enam ratus enam puluh enam juta
tujuh ratus sembilan ribu empat ratus rupiah)
Komponen selanjutnya yang dibiayai dari APBD adalah penambahan daya
listrik. Untuk mempermudah serta memperlancar implementasi e-KTP, Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta bekerjasama dengan PT.
PLN menambah daya listrik di masing-masing Kelurahan. Hal ini dilakukan karena
dalam pelaksanaan kegiatan perekaman e-KTP, peralatan yang digunakan
menghabiskan daya listrik yang besar. Oleh sebab itu, untuk memperkuat daya listrik
di Kelurahan, maka daya listrik di masing-masing Kelurahan ditambah atau
dinaikkan. Dengan adanya kenaikan daya listrik tersebut, maka Kelurahan tidak
terkena pemadaman listrik secara bergilir. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan
oleh Ibu Alina Balqis selaku Kepala Bidang Data dan Kependudukan Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta dalam wawancara berikut :
“Jadi di kontrak itu jaminan tidak ada mati. Jadi ketika daerah sekitarnya mati disitu ada jaminan bahwa ga boleh mati. Meskipun di kelurahan secara keseluruhan mati, tapi itu ga. Karena itu tersendiri, ga nyantol di kelurahan
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
109
Universitas Indonesia
dan mungkin yang mati itu untuk pelayanan KTP biasa.”(hasil wawancara mendalam dengan Ibu Alina Balqis, 4 April 2012)
Komponen selanjutnya yang dibiayai dari APBD adalah untuk kegiatan
sosialisasi. Kegiatan sosialisasi ini memiliki tujuan untuk menyampaikan isi serta
tujuan dari kebijakan/program kepada kelompok sasaran kebijakan/program.
Demikian pula dengan program nasional e-KTP ini. Untuk menyampaikan tujuan
serta informasi penting lainnya terkait dengan implementasi program nasional e-KTP,
Pemerintah melalui Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil serta Suku Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil mencetak berbagai media publikasi seperti
spanduk, leaflet, dan banner yang dipasang di tempat-tempat umum atau di
Kelurahan-Kelurahan. Berikut adalah gambar brosur e-KTP :
Gambar 5.3 Contoh Leaflet e-KTP
Sumber : Dokumentasi penulis, 2012
Komponen terakhir yang didanai oleh APBD adalah sarana dan prasarana.
Untuk pelaksanaan kegiatan pemassalan e-KTP di Provinsi DKI Jakarta yang
dilakukan di Kelurahan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyediakan sejumlah
sarana dan prasarana seperti tenda, kursi tambahan, parabola, dan sebagainya. Hal ini
dilakukan karena tidak semua Kelurahan di Provinsi DKI Jakarta memiliki fasilitas
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
110
Universitas Indonesia
yang memadai untuk pelaksanaan kegiatan perekaman e-KTP. Hal ini diperkuat
dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Ibu Alina Balqis selaku Kepala Bidang
Data dan Informasi Kependudukan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Provinsi DKI Jakarta, “Di DKI itu relatif mudah ya tapi ada daerah-daerah yang
susah. Misalnya kelurahan mangga dua. Kita kalah dengan gedung-gedung. Jadi
kami harus pasang tower besar tuh.” (hasil wawancara mendalam dengan Ibu Alina
Balqis, 4 April 2012).
Berdasarkan pemaparan dan pernyataan-pernyataan yang dikemukakan oleh
para informan, dapat disimpulkan bahwa dana yang dianggarkan oleh Pemerintah
baik oleh Pemerintah Pusat yang berasal dari APBN maupun oleh Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta yang berasal dari APBD untuk pelaksanaan program nasional e-
KTP sangat besar. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menganggarkan dana pada tahun
2011 sebesar Rp 14.675.425.740 dan Rp 11.558.622.200 pada tahun 2012 sementara
dana yang dianggarkan oleh Pemerintah Pusat yang berasal dari APBN untuk
pelaksanaan program nasional e-KTP adalah sebesar 6,679 Trilyun.
d. Sumber Daya Manusia
Indikator terakhir yang termasuk dalam sumber kebijakan adalah sumber daya
manusia. Sumber daya manusia merupakan sumber daya yang berperan penting
dalam implementasi suatu kebijakan atau program. Hal ini karena suatu
kebijakan/program tidak dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya pihak yang
melaksanakan. Secanggih apapun teknologi yang digunakan untuk menjalankan
program atau kebijakan, tidak dapat berjalan lancar apabila tidak diproses oleh
manusia (Sirait, 2007:3). Demikian dengan program nasional e-KTP ini. e-KTP
merupakan program nasional yang sarat teknologi dan teknologi tersebut tidak
berdaya guna apabila tidak melibatkan peran dari manusia.
Untuk melaksanakan program nasional e-KTP, Pemerintah dalam hal ini
Kementerian Dalam Negeri menggunakan tenaga operator e-KTP sebagai pihak yang
melaksanakan program nasional e-KTP. Untuk tenaga operator e-KTP, ketentuan
yang berasal dari Kementerian Dalam Negeri sebagai pembuat program nasional ini
adalah bahwa tenaga operator e-KTP diambil dari Pemerintah Daerah yang berstatus
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
111
Universitas Indonesia
sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh
Bapak Indersan selaku Kasubdit Identitas Penduduk Direktorat Jenderal
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri, “Operator itu dari
Pemerintah daerah, dari dinas dukcapil. Pokoknya Pemerintah daerah lah. Mau dia
pake dinas dukcapil boleh, mau pake orang di kecamatan boleh. Itu nanti di bintek
sama konsorsium selama 2 hari mereka itu untuk mengoperasionalkan alat
perekaman”(hasil wawancara mendalam dengan Bapak Indersan, 30 April 2012).
Ketentuan tersebut berbeda dengan ketentuan penggunaan tenaga operator e-
KTP di Provinsi DKI Jakarta. Ketentuan yang berlaku dalam hal penggunaan tenaga
operator e-KTP di Provinsi DKI Jakarta adalah menggunakan tenaga kontrak
(outsourcing). Hal ini disebabkan karena keterbatasan jumlah pegawai Administrasi
Kependudukan Dan Pencatatan Sipil yang berada di masing-masing Kelurahan
sementara implementasi program nasional e-KTP ini membutuhkan banyak sumber
daya manusia. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu Alina Balqis selaku Kepala
Bidang Data dan Informasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI
Jakarta, ”Mengingat keterbatasan jumlah pegawai, maka operator pemassalan
pelayanan e-KTP dilakukan melalui outsourcing, sebanyak 1.414 orang yang
ditempatkan di 267 Kelurahan dan 6 Suku Dinas (rata-rata 4-6 orang)”. (hasil
wawancara mendalam dengan Ibu Alina Balqis, 10 April 2012).
Atas dasar itulah yang kemudian membuat Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta sebagai pihak yang bertanggungjawab dalam
memberikan pelayanan kependudukan mengambil keputusan menggunakan tenaga
outsorcing untuk tenaga operator e-KTP. Menindaklanjuti keputusan tersebut, maka
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil mengumumkan penerimaan tenaga
operator e-KTP ke Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil sebagai pihak
yang berwenang untuk melakukan perekrutan tenaga operator e-KTP di lima wilayah
kota Administrasi dan satu Kabupaten Administratif. Hal ini sesuai dengan
pernyataan yang diungkapkan oleh Bapak Syuhada selaku Kepala Seksi Pendaftaran
Penduduk Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Administrasi Jakarta
Utara, “Ehm.. yang melakukan perekrutan untuk tenaga operator e-KTP itu kita,
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
112
Universitas Indonesia
dalam arti suku dinas kependudukan atas perintah dari dinas kependudukan dan
Pencatatan Sipil provinsi DKI Jakarta”(hasil wawancara mendalam dengan Bapak
Syuhada, 13 April 2012).
Perekrutan tenaga operator e-KTP yang dilakukan oleh Suku Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil atas instruksi dari Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta. Perekrutan tenaga operator e-KTP ditujukan
kepada siapa saja yang ingin mendaftar sebagai tenaga operator e-KTP dengan
kualifikasi minimal SLTA, menguasai keahlian komputer, serta memiliki sertifikat
komputer. Proses perekrutan tenaga operator e-KTP dimulai dengan pengumuman
penerimaan tenaga operator e-KTP di semua Kelurahan, kemudian dilakukan
penyortiran berkas-berkas yang masuk, dilanjutkan dengan penyaringan
pemberkasan, bimbingan teknis (bintek), serta proses terakhir adalah penempatan di
Kelurahan-Kelurahan. Proses rekrutmen tersebut sebagaimana yang diungkapkan
oleh Bapak Syuhada selaku Kepala Seksi Pendaftaran Penduduk Suku Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Administrasi Jakarta Utara dalam
wawancara berikut :
”Pertama kita membuat pengumuman penerimaan tenaga operator e-KTPkhususnya bagi yang bisa mengoperasionalkan komputer di semua Kelurahan. Terus pemberkasan, terus penyaringan pemberkasan, baru bimbingan teknis (bintek) yang diselenggarakan oleh pusat atau kemendagri. Dari hasil pengumuman itu banyak peminat kurang lebih 208 orang. Setelah sampe bintek ternyata banyak yang tidak lulus, tidak mampu mengoperasionalkan komputer karena kan persyaratan utamanya harus bisa komputer dan harus punya sertifikat komputer. Kalo yang ga bisa komputer, ya ga bisa diterima. Untuk tenaga operator e-KTP, pendidikan minimal SLA dan mempunyai sertifikat komputerisasi. Tu tenaga operator e-KTP banyakan S1 tuh, S1 komputer. Makanya saya bilang, dari sekian banyak itu banyak yang ga lulus. Nah yang dinyatakan lulus, berarti dia terus. Setelah lulus, baru penempatan. Penempatannya berdasarkan tempat tinggal dia (operator). Kan dia itu dari Kelurahan-Kelurahan, berarti dia dari warga Kelurahan setempat” (hasil wawancara mendalam dengan Bapak Syuhada, 13 April 2012)
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
113
Universitas Indonesia
Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Sanwani selaku Kepala Satuan Pelaksana
(Kasatpel) Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kelurahan Ancol yang mengatakan
bahwa penempatan tenaga operator e-KTP berdasarkan domisili disekitar Kelurahan,
”.. gak mungkin seperti ancol saya ambil orang jauh. Paling gak ya kalo warga sini
punya ijazah kom ya saya terima. yang penting dia bisa menjalankan, ya silahkan”
(hasil wawancara mendalam dengan Bapak Sanwani, 18 April 2012). Lebih lanjut,
Bapak Syuhada juga menambahkan bahwa masa kerja tenaga operator e-KTP adalah
dari awal implementasi kegiatan pemassalan e-KTP sekitar bulan Agustus 2011
hingga batas akhir kegiatan pemassalan e-KTP yaitu akhir April 2012, “Tenaga
operator e-KTP itu kan tenaga outsourcing (kontrak). Kontrak itu kan ada awal ada
akhir. Tadi saya katakan 4 september berakhir 31 Desember, itu masa
operasionalnya kan. Itu abis kan ada masa perpanjangan, jadi kita perpanjang
sampai april 2012”(hasil wawancara mendalam dengan Bapak Syuhada, 13 April
2012).
Jumlah tenaga operator e-KTP yang terdapat di wilayah Jakarta Utara pada
masa perpanjangan e-KTP (Januari-April 2012) berjumlah seratus sembilan orang
sementara pada pelaksanaan program nasional e-KTP tahap pertama sebesar dua ratus
delapan orang. Jumlah tersebut mengalami pengurangan disebabkan karena ketika
masa perpanjangan e-KTP, jumlah warga yang melakukan kegiatan perekaman e-
KTP semakin berkurang. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak
Syuhada selaku Kepala Seksi Pendaftaran Penduduk Suku Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kota Administrasi Jakarta Utara, “Kenapa dikurangin karena
jumlah warga yang melakukan perekaman e-KTP udah berkurang” (hasil wawancara
mendalam dengan Bapak Syuhada, 13 April 2012).
Jumlah tenaga operator e-KTP yang digunakan dalam pelaksanaan program
nasionl e-KTP berbeda antara satu Kelurahan dengan Kelurahan lain. Penentuan
jumlah tenaga operator e-KTP ini tergantung dari jumlah wajib KTP yang dilayani.
Demikian dengan Kelurahan Ancol. Di Kelurahan Ancol, jumlah tenaga operator e-
KTP yang digunakan pada saat awal pelaksanaan kegiatan perekaman e-KTP
sebanyak enam orang akan tetapi jumlah tersebut mengalami pengurangan sekitar
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
114
Universitas Indonesia
empat orang sehingga total tenaga operator e-KTP menjadi dua orang ketika masa
perpanjangan waktu e-KTP yaitu bulan Januari-April 2012. Hal ini sebagaimana yang
dikemukakan oleh Bapak Sanwani selaku Kepala Satuan Pelaksana Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Kelurahan Ancol dalam wawancara berikut :
“Kalo operator gini ya, operator itu ya memang yang nentuin kasudin, banyaknya dikitnya dia. Itu ditinjau dari banyaknya penduduk, yang wajib KTP yang harus direkam. Ya kalo masalah tenaga operator e-KTP itu banyak dikitnya kan ditinjau dari penduduk. Umpama kaya ancol, tenaga operatornya 6 orang karena penduduknya 22.558. alat 2 operatornya 6. Tapi operator itu ya termasuk saya juga bantu cari operator itu” (hasil wawancara mendalam dengan Bapak Sanwani, 18 April 2012).
Dua tenaga operator e-KTP yang berada di Kelurahan Ancol pada
kenyataannya tidak berdomisili di wilayah Kelurahan Ancol. Hal ini diperkuat
dengan pernyataan yang disampaikan oleh dua tenaga operator e-KTP yang
menyebutkan bahwa sebenarnya para tenaga operator berdomisili di luar wilayah
Ancol, yaitu di daerah Jakarta Timur dan Bekasi. Fakta tersebut tentu tidak sesuai
dengan ketentuan yang disebutkan oleh Bapak Syuhada yang mengatakan bahwa
penempatan tenaga operator berdasarkan domisili tenaga operator tersebut. Hal ini
mengindikasikan bahwa telah terjadi ketidaksesuaian antara perintah atau keputusan
yang telah ditetapkan oleh Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil terkait
tenaga operator e-KTP dengan yang terjadi di lapangan. Hal ini diperkuat dengan
pernyataan yang dikemukakan oleh Muhammad Ikrar Idris selaku tenaga operator e-
KTP yang menyebutkan bahwa operator tersebut berdomisili di wilayah Jakarta
Timur, “Saya tinggal di matraman” (hasil wawancara mendalam dengan Muhammad
Ikrar Idris, 18 April 2012).
Demikian pula dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Tony Arifianto,
tenaga operator e-KTP yang juga bertugas di Kelurahan Ancol yang menyebutkan
bahwa Tony berdomisili di Bekasi bukan di wilayah Ancol, “Saya dulu di cakung,
terus di bekasi sekarang” (hasil wawancara mendalam dengan Tony Arifianto, 21
April 2012). Tidak hanya itu, tenaga operator e-KTP yang berada di Kelurahan
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
115
Universitas Indonesia
Ancol juga tidak melalui proses rekrutmen tenaga operator e-KTP sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Tony mengatakan bahwa sebelumnya tidak mengetahui
adanya rekrutmen untuk tenaga operator e-KTP. Tony bertugas sebagai operator
karena direkomendasikan oleh seseorang. Hal ini sebagaimana yang dituturkan oleh
Tony Arifianto selaku tenaga operator di Kelurahan Ancol, ”Sebelumnya gak,
karena dipanggil aja. Karena rekomendasi. Disuruh bawa berkas-berkas, ijazah.
Sama kaya lamaran biasa” (hasil wawancara mendalam dengan Tony Arifianto, 21
April 2012).
Hal senada juga diungkapkan Muhammad Ikrar Idris, yang juga bertugas
sebagai tenaga operator e-KTP di Kelurahan Ancol. Ikrar juga mengatakan bahwa
tidak mengetahui tentang rekrutmen tenaga operator e-KTP dan mengakui bahwa
menjadi tenaga operator e-KTP berawal dari ketidaksengajaan. Berikut hasil
wawancara dengan Muhammad Ikrar Idris :
”Kalo untuk penerimaannya, terus terang secara pribadi saya gak tahu. Kalo misalnya berita e-KTP nya berjalan sama ada yang mau menjadi operator itu sudah tahu tapi ke saya ke sudinnya itu belum tahu kalo mau jadi operator, gitu. Makanya saya tadi bilang secara tidak sengaja. karena waktu itu dibilang sama orang tua untuk bantu Kelurahan. Mereka bilang datang aja ke pademangan barat ketemu pak agus kan. Pas sampe sono baru saya dioper ke sudin, pas di sudin ternyata memang untuk bintek e-KTP” (hasil wawancara mendalam dengan Muhammad Ikrar Idris, 18 April 2012).
Berdasarkan pemaparan yang dikemukakan oleh para informan, dapat dikatakan
bahwa sebenarnya sosialisasi atau pengumuman mengenai penerimaan tenaga
operator e-KTP tidak berjalan dengan lancar dan sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan. Sosialisasi penerimaan tenaga operator e-KTP belum dilakukan secara
terbuka, artinya tidak semua orang mengetahui bahwa terdapat lowongan untuk
menjadi tenaga operator e-KTP di Kelurahan. Hal ini mengindikasikan bahwa telah
terjadi asimetris informasi dimana hanya orang-orang tertentu saja yang
mendapatkan informasi tersebut.
Untuk meningkatkan kemampuan serta keahlian tenaga operator e-KTP dalam
pelaksanaan program nasional e-KTP, Kementerian Dalam Negeri memberikan
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
116
Universitas Indonesia
pembekalan kepada para tenaga operator yang telah melamar untuk mengikuti
kegiatan pelatihan yang disebut juga bimbingan teknis (bintek). Bintek
diselenggarakan oleh Kementerian Dalam Negeri bekerja sama dengan konsorsium
yaitu Sucofindo selaku instruktur pelatihan. Sucofindo merupakan salah satu
perusahaan yang tergabung dalam konsorsium yang menangani bidang sumber daya
manusia. Dalam pelaksanaan bintek, instruktur serta materi pelatihan berasal dari
Sucofindo sementara Kementerian Dalam Negeri berperan dalam hal pengawasan.
Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Indersan selaku Kasubdit Identitas
Penduduk Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian
Dalam Negeri, “Kalo kita pas bintek operator itu memang semua dari konsorsium.
Dari kita ya pengawasan lah. Dari bintek itu yang belum apa, jangan sampe
binteknya gak sesuai kan. Ada masalah apa-apa kita tanya.” (hasil wawancara
mendalam dengan Bapak Indersan, 30 April 2012).
Bimbingan teknis diselenggarakan di dua tempat yang berbeda yaitu di Depok
serta di Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara. Hal ini
sebagaimana yang dituturkan oleh Muhammad Ikrar Idris selaku tenaga operator di
Kleurahan Ancol, “Kalo saya dapetnya di sudin, kan ada yang di depok” (hasil
wawancara mendalam dengan Muhammad Ikrar Idris, 18 April 2012). Selama
pelaksanaan bintek, materi yang diberikan kepada tenaga operator e-KTP adalah
materi pengoperasian alat baik secara teori maupun praktek sebagaimana yang
dikemukakan oleh Tony Arifianto selaku tenaga operator di Kelurahan Ancol,
“Disana teori sama prakteknya aja. teorinya tentang awalnya masuk log in kitanya,
sama ngambil NIK itunya, sama cara merekam data, ehm.. sama tanya jawab” (hasil
wawancara mendalam dengan Tony Arifianto, 21 April 2012). Hal serupa juga
dikemukakan oleh Muhammad Ikrar Idris yang juga tenaga operator e-KTP di
Kelurahan Ancol. Ikrar menuturkan bahwa materi yang diterima selama menjalani
bintek adalah materi yang bersifat teknis dan pengoperasian alat, “pengoperasian.
materi pengoperasian, materi trial and error (kalo misalnya operator menghadapi
kendala pada sistemnya), inilah SOP nya lah paling ga.” (hasil wawancara
mendalam dengan Muhammad Ikrar Idris, 18 April 2012).
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
117
Universitas Indonesia
Materi yang disampaikan dalam bimbingan teknis tersebut hanya bersifat
operasional alat saja, tidak dilengkapi dengan materi seputar program nasional e-
KTP meskipun hanya sebagian kecil. Pemberian materi mengenai program nasional
e-KTP penting dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan tenaga operator e-KTP,
tidak hanya di bidang teknis tetapi juga menambah pengetahuan tentang kebijakan
itu sendiri sehingga tenaga operator e-KTP memiliki pemahaman yang utuh tentang
program nasional ini. Tidak diberikannya materi mengenai program nasional e-KTP
didukung dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Muhammad Ikrar Idris selaku
tenaga operator e-KTP Kelurahan Ancol dalam wawancara berikut :
“ehm.. kalo saya secara gambaran di bintek saya ga bisa dapet ilmunya ya kalo saya pribadi karena mungkin keterbatasan SDM disananya juga memang pada dasarnya di modulnya sendiri pun dijelaskan minimal 5 menit untuk pengambilan perekaman dan itu pun dikasih tahunya cuma sampe Desember. itu yang saya tangkep dari modul ya. Kalo soal kebijakannya sendiri, ga ada yang bisa saya tangkap, hanya cuman pengoperasionalnya saja. Kalo soal kebijakannya sendiri, ga ada yang bisa saya tangkap, hanya cuman pengoperasionalnya saja” (hasil wawancara mendalam dengan Muhammad Ikrar Idris, 18 April 2012).
Hal senada juga diungkapkan oleh Tony Arifianto, selaku tenaga operator e-KTP
Kelurahan Ancol. Tony mengatakan bahwa selama mengikuti pelatihan atau
bimbingan teknis tidak diberikan materi mengenai program nasional e-KTP, “Kalo
gambaran kita gak dikasih ya, kita disuruh hanya pelaksanaan doang. Jadi kita
melaksanakan alat ini, kita kerja disini. Kalo kita dikasih materi tentang itunya gak.
Kita juga gak dikasih tahu e-KTP nya itu kaya gimana” (hasil wawancara mendalam
dengan Tony Arifianto, 21 April 2012).
Selain itu, materi yang diberikan dalam bimbingan teknis di Depok dengan di
Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara sedikit berbeda. Tidak
ada standar baku yang digunakan dalam pemberian materi pelatihan. Hal ini secara
tidak langsung berpengaruh terhadap kualitas dari tenaga operator itu sendiri.
Sebagaimana yang dituturkan oleh Muhammad Ikrar Idris selaku tenaga operator e-
KTP di Kelurahan Ancol. Ikrar mengatakan bahwa bimbingan teknis yang diikuti di
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
118
Universitas Indonesia
Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara berjalan sangat
singkat yaitu hanya satu hari sementara rekannya sesama tenaga operator e-KTP
yang mengikuti bimbingan teknis di Depok menjalani selama 2 hari. Materi pelatihan
bimbingan teknis yang diberikan di Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Jakarta Utara tidak terlalu spesifik, dalam arti materi yang diberikan adalah materi
yang bersifat umum seperti log-in password dan menjalankan alatnya sementara
materi yang diberikan dalam bimbingan teknis yang diselenggarakan di Depok lebih
spesifik. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Muhammad Ikrar Idris selaku
tenaga operator e-KTP:
“Tapi setahu saya yang di depok itu mereka lebih kentel, materinya. materinya yang diberikan itu mungkin 90-100%. Kalo yang di sudin, itu kita sudah didampingin sama mereka yang di depok, gitu” (hasil wawancara mendalam, 18 April 2012)
Berdasarkan pemaparan dari indikator-indikator yang terkandung dalam
dimensi sumber daya kebijakan serta pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh
para informan, maka dapat disimpulkan bahwa sumber daya kebijakan yang
digunakan untuk implementasi program nasional e-KTP di Kelurahan Ancol belum
sepenuhnya terpenuhi. Berdasarkan 4 (empat) indikator yang ada, indikator sarana
dan prasarana yang mendukung serta sumber daya manusia belum menunjang dalam
pelaksanaan program nasional e-KTP di Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan,
Jakarta Utara. Hal ini dapat terlihat dari perangkat e-KTP yang terdapat di Kelurahan
Ancol. Perangkat e-KTP berada dalam kondisi baik akan tetapi jaringan komunikasi
data di Kelurahan tersebut seringkali bermasalah. Hal ini berpengaruh dalam proses
kegiatan perekaman e-KTP di Kelurahan Ancol. Selain itu, prasarana yang
digunakan oleh Kelurahan Ancol untuk pelaksanaan program nasional e-KTP juga
belum sepenuhnya mendukung. Hal ini dapat terlihat dari ruang yang digunakan
untuk kegiatan perekaman e-KTP tidak terlalu luas serta minimnya kursi yang
disediakan untuk para penduduk yang sedang mengantri menunggu giliran
perekaman.
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
119
Universitas Indonesia
Dari indikator sumber daya manusia, secara kuantitas sumber daya manusia
yang digunakan sebagai tenaga operator e-KTP sudah memenuhi ketentuan yang
berlaku yaitu sebanyak 2 orang. Apabila dilihat secara kualitas, dua tenaga operator
e-KTP tersebut memiliki kualitas yang baik akan tetapi dalam proses perekutan
tenaga operator e-KTP, operator-operator tersebut tidak melalui proses awal
rekrutmen yaitu pemberkasan dan penyaringan pemberkasan. Para operator di
Kelurahan Ancol dapat menjadi tenaga operator e-KTP karena rekomendasi dan
langsung menjalani bimbingan teknis. Hal tersebut menandakan bahwa terjadi
ketidaksesuaian antara keputusan atau perintah yang telah ditetapkan dengan
pelaksanaan di lapangan.
3. Komunikasi Antar Organisasi Terkait Dan Kegiatan Pelaksanaan
Komunikasi merupakan bagian yang penting dalam proses implementasi
sebuah kebijakan atau program. Hal ini disebabkan karena dengan adanya
komunikasi yang baik, tujuan sebuah kebijakan atau program dapat disosialisasikan
dengan baik sehingga dapat menghindari adanya distorsi atas kebijakan/program.
Semakin tinggi tingkat pengetahuan kelompok sasaran atas kebijakan/program maka
akan mengurangi tingkat penolakan dan kekeliruan dalam mengaplikasikan
kebijakan/program dalam ranah yang sesungguhnya (Indiahono, 2009:31). Para ahli
komunikasi menyatakan bahwa komunikasi yang efektif adalah hasil dari pemahaman
bersama antar komunikator (penyampai) dan penerima. Komunikator berusaha
menciptakan kesamaan dengan penerima. Dengan demikian Gibson, Ivancevich, and
Donnely (1996:106) mendefinisikan komunikasi sebagai penyampaian informasi dan
pengertian dengan menggunakan tanda-tanda yang sama baik bersifat verbal dan
nonverbal. Gibson, Ivancevich, and Donnely (1996:107) menyebutkan bahwa di
dalam komunikasi terdapat unsur-unsur yang berperan yang terdiri dari penyandian
(encoding), pesan (message), perantara (medium), pengurai sandi, balikan (feedback).
Unsur-unsur tersebut saling terkait satu sama lain sehingga apabila salah satu unsur
tidak ada, maka proses komunikasi akan sedikit terhambat.
Terkait dengan unsur-unsur komunikasi, dalam implementasi program nasional
e-KTP maka pihak Kementerian Dalam Negeri berperan sebagai pihak yang
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
120
Universitas Indonesia
membuat program nasional ini atau dengan kata lain disebut komunikator.
Komunikator harus menyampaikan tujuan dari program nasional e-KTP serta
keputusan atau perintah yang telah dibuat dimana hal tersebut merupakan pesan.
Pesan tersebut disampaikan kepada para pelaksana untuk kemudian dilaksanakan di
lapangan dengan sasaran program adalah masyarakat khususnya wajib KTP di
seluruh Kabupaten/Kota di Indonesia.
Dalam proses komunikasi, secara umum terdapat tiga bentuk komunikasi yaitu
komunikasi ke bawah (downward communication), komunikasi ke atas (upward
communication), serta komunikasi horizontal (horizontal communication).
Komunikasi ke bawah mengalir dari individu di tingkat atas hierarki kepada orang-
orang di tingkat bawah. Komunikasi ke atas adalah komunikasi ke atas mengalir dari
tingkat bawah ke tingkat atas sebuah organisasi sementara komunikasi horizontal
mengalir melintasi berbagai fungsi dalam organisasi (Gibson, Ivancevich, and
Donnely, 1996:110)
Demikian pula dengan program nasional e-KTP. Pelaksanaan program nasional
e-KTP ini melibatkan banyak pihak, tidak hanya dari satu organisasi melainkan antar
organisasi terkait. Oleh sebab itu, komunikasi dalam program nasional e-KTP ini
memiliki peran yang sangat penting. Untuk menilai bagaimana komunikasi dalam
program nasional ini, maka diturunkan ke dalam tiga indikator yang mencakup
transmisi, kejelasan, serta konsistensi. Berikut akan dijelaskan secara lebih mendalam
masing-masing indikator :
a. Transmisi
Indikator pertama yang digunakan untuk menilai dimensi komunikasi antar
organisasi dalam implementasi kebijakan/program adalah transmisi. Transmisi
merupakan proses penyampaian informasi dari pembuat kebijakan kepada para
pelaksana dan sebagai bentuk komunikasi ke bawah (downward communication).
Edwards III dalam Winarno (2012:178) menyebutkan bahwa persyaratan pertama
bagi implementasi kebijakan yang efektif adalah pelaksana harus mengetahui apa
yang harus dilakukan. Keputusan-keputusan kebijakan dan perintah-perintah harus
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
121
Universitas Indonesia
diteruskan kepada personil yang tepat sebelum keputusan dan perintah tersebut
diikuti.
Demikian pula dengan implementasi program nasional e-KTP ini. Sebagai
kebijakan yang didesentralisasikan dimana melibatkan banyak pihak, proses transmisi
harus berjalan dengan baik. Hal ini berarti dalam proses penyampaian kebijakan dan
perintah-perintah dari tingkat pembuat kebijakan hingga tingkat pelaksana harus
seragam dan seirama. Untuk melihat proses transmisi dalam implementasi program
nasional e-KTP, terdapat 4 (empat) sub indikator yang digunakan antara lain :
Pelaksana Memahami Perintah Untuk Melaksanakan Kebijakan/Program Dari
Pembuat Kebijakan
Dalam proses transmisi, pelaksana tidak hanya menerima keputusan dan
perintah-perintah yang disampaikan oleh pembuat kebijakan saja akan tetapi para
pelaksana juga harus memahami isi dari kebijakan dan perintah yang diberikan. Hal
ini penting dilakukan mengingat para pelaksana merupakan ujung tombak
keberhasilan implementasi sebuah kebijakan/program di lapangan.
Implementasi e-KTP di Provinsi DKI Jakarta berada di tingkat Kelurahan.
Sebagai organisasi perangkat daerah terendah dan sebagai garda terdepan dalam
pelayanan perekaman e-KTP, pegawai-pegawai maupun tenaga operator di Kelurahan
harus memahami kebijakan yang didesentralisasikan dari tingkat pusat. Hal ini
dilakukan agar para pegawai atau tenaga operator melaksanakan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Kegiatan perekaman e-KTP di Kelurahan dilaksanakan oleh tenaga operator e-
KTP. Operator sebagai pelaksana teknis bertugas melakukan verifikasi biodata
penduduk yang terdapat dalam database kependudukan. Tenaga operator e-KTP
memiliki standar-standar yang harus dipenuhi ketika melakukan perekaman e-KTP.
Demikian pula dengan Kelurahan Ancol. Tenaga operator e-KTP yang terdapat
di Kelurahan Ancol telah memahami prosedur serta ketentuan dalam pelaksanaan
program nasional e-KTP. Hal ini dapat terlihat dari telah dilakukannya prosedur yang
harus dilakukan seperti harus merekam dengan data penduduk yang valid, tidak boleh
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
122
Universitas Indonesia
mengubah data tanpa ada dasar, dan sebagainya. Hal ini diperkuat dengan pernyataan
yang dikemukakan oleh Muhammad Ikrar Idris selaku tenaga operator e-KTP berikut:
“yang jelas kita harus merekam data yang valid, khususnya pengambilan tanda tangan dan iris mata. Itu ga boleh beda. Kalo misalnya iris mata, softlens itu akan tertolak, begitu juga dengan kacamata. Semua harus dilepas. Yang jelas yang terakhir itu memastikan kevalidan data” (hasil wawancara mendalam dengan Muhammad Ikrar Idris, 18 April 2012).
Hal senada juga diungkapkan oleh Tony Arifianto selaku tenaga operator e-KTP
lainnya yang bertugas di Kelurahan Ancol. Tony mengungkapkan bahwa sebelum
melakukan kegiatan perekaman e-KTP, operator harus melakukan wawancara
mengenai identitas penduduk yang akan direkam datanya. Hal ini dilakukan agar data
yang ada sesuai dengan yang sebenarnya (valid). Berikut adalah hasil wawancara
dengan Tony Arifianto :
“Kita pada intinya tuh gini kita bertanya dulu sama dia pekerjaan, terus golongan darah, kita bertanya dulu, itu kan yang bikin lama kan. Kalo kita hanya merekam-merekam doang dan kita tidak rubah data itu, itu cepet. Karena kita itu pengennya datanya itu bener-bener pas buat dia, tidak ada perubahan dari dia” (hasil wawancara mendalam dengan Tony Arifianto, 21 April 2012).
Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh dua tenaga operator e-KTP, dapat
disimpulkan bahwa para pelaksana dalam hal ini adalah tenaga operator e-KTP telah
memahami prosedur atau perintah pelaksanaan program nasional e-KTP. Hal ini
dapat terlihat dari pemahaman akan prosedur-prosedur dan ketentuan yang dilakukan
sebelum melakukan kegiatan perekaman e-KTP. Tenaga operator harus bertanya
terlebih dahulu mengenai identitas penduduk yang akan direkam. Hal ini dilakukan
untuk memastikan kebenaran data dari penduduk tersebut.
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
123
Universitas Indonesia
Adanya Kesamaan Interpretasi Dari Para Pelaksana Terhadap
Kebijakan/Program
Program nasional e-KTP merupakan program nasional yang bersifat kompleks
dan melibatkan banyak pihak. Oleh sebab itu, diperlukan kesamaan interpetasi dari
berbagai pihak yang terlibat. Demikian dengan yang terjadi di Kelurahan Ancol.
Dalam pelaksanaan program nasional e-KTP di Kelurahan Ancol, para pelaksana
dalam hal ini adalah para tenaga operator e-KTP telah memiliki kesamaan interpretasi
dengan ketentuan serta perintah-perintah dalam pelaksanaan program nasional e-
KTP. Hal ini dapat terlihat dari pernyataan yang dikemukakan oleh Muhammad Ikrar
Idris selaku tenaga operator e-KTP Kelurahan Ancol yang menyebutkan bahwa
dalam pelaksanaan e-KTP, data yang diambil atau direkam adalah data yang valid,
“Karena prinsipnya ini kata kasatpelnya ini namanya juga pemutakhiran.
pemutakhiran itu dikatakan paling akhir, paling akhir itu harus yang paling baik,
yang bagus. Kalo kita ambil datanya dia, setahu saya ketika dia direkam maka tidak
akan bisa dirubah, selamanya.” (hasil wawancara mendalam dengan Muhammad
Ikrar Idris, 18 April 2012). Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh tenaga
operator e-KTP tersebut, dapat dikatakan bahwa tenaga operator tersebut telah
memiliki interpretasi (pemahaman) yang sama dengan perintah dan ketentuan dalam
pelaksanaan program nasional e-KTP.
Koordinasi Di Dalam Dan Antar Organisasi Terkait
Dalam implementasi sebuah kebijakan publik tentu membutuhkan koordinasi
yang baik dengan berbagai pihak yang terlibat. Demikian dengan program nasional e-
KTP. Sebagai program nasional dan tergolong ke dalam kebijakan yang
didesentralisasikan hingga ke tingkat Kelurahan, maka dalam pelaksanaannya
terdapat banyak organisasi yang terlibat. Banyaknya organisasi yang terlibat, maka
membutuhkan koordinasi yang efektif baik koordinasi yang dilakukan di dalam
organisasi itu sendiri maupun koordinasi antar organisasi terkait. Adapun beberapa
organisasi yang terlibat yaitu Kementerian Dalam Negeri khususnya Direktorat
Jenderal Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Dinas Kependudukan dan
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
124
Universitas Indonesia
Pencatatan Sipil, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Kecamatan
hingga Kelurahan.
Dalam pelaksanaan program nasional e-KTP di Provinsi DKI Jakarta,
organisasi yang terlibat adalah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta, Kecamatan, dan
Kelurahan. Kementerian Dalam Negeri khususnya Direktorat Jenderal Administrasi
Kependudukan dan Pencatatan Sipil selaku pembuat kebijakan melakukan koordinasi
dengan berbagai pihak tersebut. Adapun bentuk koordinasi yang dilakukan oleh
Kementerian Dalam Negeri dengan Kelurahan adalah adanya pendamping Kelurahan
(damkel). Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Bapak Indersan selaku
Kasubdit Identitas Penduduk Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kementerian Dalam Negeri, “ya kita itu ada pendamping kelurahan itu. kepanjangan
tangan kita di kelurahan-kelurahan” (hasil wawancara mendalam dengan Bapak
Indersan selaku Kasubdit Identitas Penduduk Direktorat Jenderal Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri, 30 April 2012). Dari pernyataan
tersebut dapat dikatakan bahwa pendamping Kelurahan merupakan pegawai yang
berasal dari Kementerian Dalam Negeri. Pada kenyataannya hal tersebut tidak sesuai
dengan yang terjadi di Kelurahan Ancol. Pendamping Kelurahan di Kelurahan Ancol
justru berasal dari konsorsium yaitu Sucofindo bukan dari Kementerian Dalam
Negeri. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Bapak Sugeng Wibowo selaku
Sekretaris Kelurahan Ancol, “Mana.. ga ada dari DDN, hanya teori aja itu” (hasil
wawancara mendalam Bapak Sugeng Wibowo selaku Sekretaris Kelurahan Ancol, 18
April 2012).
Selain berkoordinasi dengan Kelurahan, Kementerian Dalam Negeri juga
berkoordinasi dengan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI
Jakarta sebagai pihak yang melaksanakan pelayanan e-KTP. Adapun bentuk
koordinasi yang dilakukan antara Kementerian Dalam Negeri dengan Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil adalah dengan rapat koordinasi. Hal ini
sebagaimana yang dikemukakan oleh Bapak Indersan selaku Kasubdit Identitas
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
125
Universitas Indonesia
Penduduk Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian
Dalam Negeri dalam wawancara berikut :
“daerah mana yang belum perekaman, kendala-kendalanya. Jadi sifat koordinasi di tingkat pelayanan itu rata-rata koordinasi secara teknis seperti perangkat rusak, jaringannya gak jalan. Ada juga rapat-rapat. Sebulan sekali dengan dinas, DKI ya. Kalo pas pelaksanaan awal-awal kita sering rapat. Sebenernya sih kita kalo ada masalah, kita langsung gak usah nunggu sebulan sekali bisa langsung dateng kesini, by telepon. Kalo kita nunggu lama, lama ya gak jalan nanti kan, se-segera mungkinlah” (hasil wawancara mendalam dengan Bapak Indersan, 30 April 2012).
Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu Alina Balqis selaku Kepala Bidang Data
dan Informasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta.
Dalam pernyataan tersebut, Ibu Alina menyebutkan bahwa koordinasi yang
dilakukan antara Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta
dengan Kementerian Dalam Negeri adalah rapat koordinasi secara berkala
sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibu Alina Balqis, “Koordinasi antara Dinas
dengan Kemendagri itu ada rapat secara berkala. Pas awal-awal pelaksanaan, itu
bisa seminggu sekali. Biasanya agenda rapatnya itu adalah menyampaikan
permasalahan-permasalahan yang tidak bisa dipecahkan dalam tataran kebijakan
oleh Dinas seperti penambahan alat dan waktu” (hasil wawancara mendalam
dengan Ibu Alina Balqis, 4 April 2012). Dalam rapat koordinasi tersebut, dibahas
masalah-masalah yang terjadi selama pelaksanaan program nasional e-KTP dan
diupayakan pemecahannya secara bersama-sama.
Selain melakukan koordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri, Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil juga melakukan koordinasi dengan masing-
masing Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang terdapat di lima
wilayah serta satu Kabupaten Administratif di Provinsi DKI Jakarta. Koordinasi yang
dilakukan antara Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta
dengan Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil juga dalam bentuk rapat
koordinasi. Dalam rapat tersebut, dibahas mengenai sejumlah permasalahan-
permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing Suku Dinas Kependudukan dan
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
126
Universitas Indonesia
Pencatatan Sipil untuk kemudian dilakukan pemecahan bersama atas permasalahan-
permasalahan yang terjadi. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibu Alina
Balqis selaku Kepala Bidang Data dan Informasi Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta dalam wawancara berikut :
“Sudin itu salah satu unit kerja Dinas Kependudukan DKI Jakarta yang hanya ngelaksanain kebijakan dan permasalahan-permasalahan itu yang dibicarakannnya di tingkat dinas. Permasalahan-permasalahan yang terjadi dilaporkannya ke dinas dan pemecahannya di dinas. Setiap hari Sudin melaporkan pelaksanaan e-KTP kepada Dinas, dan setiap hari Senin dilakukan rapat koordinasi” (hasil wawancara mendalam dengan Ibu Alina Balqis, 4 April 2012).
Permasalahan-permasalahan yang dilaporkan oleh masing-masing Suku Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil tersebut berasal dari Kelurahan-Kelurahan yang
melaksanakan kegiatan perekaman e-KTP. Menurut Ibu Alina Balqis, permasalahan
yang biasa dilaporkan beragam mulai dari perangkat e-KTP yang rusak, jaringannya
error hingga orang-orang yang belum melakukan perekaman e-KTP. Berikut hasil
wawancara mendalam yang dilakukan dengan ibu Alina Balqis :
“Waktu pertama sih, pertama kali.. waktu pertama kali itu ada jaringan dan alat karena alat e-KTP ini alat canggih ya dan baru, heboh tuh yang jaringan lah error lah rusak lah padahal gak gitu emm.. itu keluhan pertama. Kalo permasalahan yang sekarang ya itu orang-orang yang belum terdaftar. Soalnya kan disana.. tapi sudin kan sekarang udah dikasih tahu bagaimana caranya menambah data untuk e-KTP. Kalo sekarang permasalahan utamanya itu di DKI Jakarta itu mobilitasnya tinggi dan orangnya supersibuk ya. Jadi artinya kelurahan-kelurahan tertentu yang khususnya justru ada di pemukiman elit itu masih rendah. Alesannya macem-macem, ya ga sempet lah katanya, yang ke luar negeri mulu lah, ke luar daerah” (hasil wawancara mendalam dengan Ibu Alina Balqis, 4 April 2012).
Berdasarkan pernyataan yang diberikan oleh Ibu Alina Balqis tersebut
diketahui bahwa selama pelaksanaan program nasional e-KTP terdapat sejumlah
permasalahan yang ditemui. Selama awal pelaksanaan program nasional e-KTP ini,
permasalahan yang banyak dilaporkan oleh masing-masing Suku Dinas
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
127
Universitas Indonesia
Kependudukan dan Pencatatan Sipil adalah permasalahan yang diakibatkan dari
perangkat e-KTP serta jaringan yang bermasalah. Selanjutnya, permasalahan yang
dilaporkan oleh masing-masing Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
dalam pelaksanaan program nasional e-KTP pada bulan selanjutnya adalah penduduk
yang namanya belum terdaftar dalam surat pemanggilan e-KTP. Permasalahan yang
ditemui ketika pelaksanaan e-KTP di bulan terakhir adalah penduduk yang belum
melakukan perekaman e-KTP disebabkan karena tingkat kesibukan yang tinggi.
Permasalahan-permasalahan tersebut diupayakan untuk diselesaikan secara
bersama-sama di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Berbagai macam upaya
dilakukan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi seperti mengundang
para Lurah wilayah setempat melalui RT untuk memanggil warganya yang belum
melakukan perekaman, membuat surat pernyataan, pelayanan mobile lebih
ditingkatkan, dan sebagainya. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibu Alina
Balqis selaku Kepala Bidang Data dan Informasi Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta :
”Ya kita sih kalo di selatan ngundang para lurah tolong melalui RT nya dipanggil gitu kalau memang warganya itu tidak ada baik di luar negeri maupun di luar kota harus bikin surat pernyataan, gitu. Terus kalo lagi dipidana, itu sebenarnya kita sudah ke Departemen Hukum dan HAM prinsipnya kita mau melakukan pelayanan untuk di DKI loh ya. Kalo dia sakit, dimana sakitnya apakah di rumah atau di rumah sakit kita juga mau melakukan pelayanan mobile. Prinsipnya itu. Mungkin bulan-bulan terakhir kita lebih konsennya gitu. Banyak operasi pasar eh bahkan pelayanan yang sabtu minggu itu banyak digunakan untuk itu” (hasil wawancara mendalam dengan Ibu Alina Balqis, 4 April 2012)
Dalam pelaksanaan program nasional e-KTP di Kelurahan Ancol, pihak
Kelurahan juga melakukan upaya untuk meningkatkan penyerapan e-KTP. Adapun
upaya yang dilakukan adalah dengan membuat surat pernyataan yang disertai dengan
materai bagi penduduk yang sedang berada di luar kota atau di luar negeri dalam
rangka menempuh pendidikan atau bekerja. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan
oleh Bapak Sanwani selaku Kepala Satuan Pelaksana Kependudukan dan Pencatatan
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
128
Universitas Indonesia
Sipil Kelurahan Ancol, “ya kalo emang dia lagi ada di luar negeri, ya kita kasih
bikin surat pernyataan bahwa yang bersangkutan di luar negeri pake matrai gitu”
(hasil wawancara mendalam dengan Bapak Sanwani, 18 April 2012).
Dalam implementasi program nasional e-KTP di Kelurahan Ancol, pihak
Kelurahan juga melakukan kegiatan koordinasi dengan Suku Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil dalam bentuk koordinasi aktif. Adapun koordinasi aktif yang
dimaksud menurut Bapak Syuhada selaku Kepala Seksi Pendaftaran Penduduk Suku
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Administrasi Jakarta Utara adalah
koordinasi yang dilakukan dengan pihak Kelurahan-Kelurahan berjalan setiap saat
yaitu dengan mengundang para Lurah serta Walikota, “Koordinasi aktif, setiap saat
artinya gak ada komunikasi yang terputus. Kalau ada trouble segera terinformasi
dan segera diatasi. Caranya dengan mengundang kelurahan-kelurahan sama
walikota” (hasil wawancara mendalam dengan Bapak Syuhada, 13 April 2012).
Tidak hanya berkoordinasi dengan organisasi lain saja, Kelurahan Ancol juga
melakukan koordinasi internal. Adapun bentuk koordinasi internal yang dilakukan
oleh pihak Kelurahan adalah dengan menyusun jadwal pemanggilan kepada warga
untuk melakukan kegiatan perekaman e-KTP. Adapun jadwal yang disusun
berdasarkan RW dan RT. Dengan demikian RW dan RT dengan urutan paling awal
mendapat giliran pemanggilan pertama. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh
Bapak Sugeng Wibowo, “bentuk koordinasi di Kelurahan sendiri ya itu nyusun
jadwal pemanggilan per hari. Pemanggilannya berurutan sesuai RT dan RW, biar
mudah mengontrolnya” (hasil wawancara mendalam dengan Bapak Sugeng Wibowo
selaku Sekeratris Kelurahan Ancol, 18 April 2012).
Penyusunan jadwal pemanggilan tersebut dilakukan bersama dengan Kepala
Satuan Pelaksana Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kelurahan Ancol. Untuk
jadwal pemanggilan, masing-masing RW diberi waktu selama dua minggu untuk
memobilisasi para warganya melakukan kegiatan perekaman e-KTP di Kelurahan.
Khusus untuk RW 05 karena jumlah RT yang dimiliki sedikit yaitu tiga RT, maka
jadwal pemanggilannya digabung dengan RW lain yaitu RW 08 sehingga waktu
yang diberikan untuk melakukan kegiatan perekaman lebih lama yaitu tiga minggu.
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
129
Universitas Indonesia
Sayangnya jadwal pemanggilan tersebut disampaikan kepada masing-masing RW
hanya melalui pemberitahuan, tidak disusun secara tertulis. Hal ini sebagaimana
yang dikemukakan Bapak Sanwani selaku Kepala Satuan Pelaksana (Kasatpel)
Kependudukan dan Catatan Sipil Kelurahan Ancol dalam wawancara berikut :
“Untuk pemanggilan warga di kelurahan ini, dilakukan aja pemberitahuan ke RT-RT setempat, tidak ada jadwal tertulis. Jadi kita manggil dan ngumpulin para RW buat ngasih tahu ke RT-RT buat manggilin warga-warganya buat bikin e-KTP. Tiap RW dikasih waktu 2 minggu karena kan masing-masing RW, jumlah RT beda-beda ada yang banyak ada juga yang dikit. Misalnya untuk RW 01 itu kan ada 9 RT, nah 2 minggu itu buat 9 RT. Mengenai teknis pembagiannya, itu RT yang nentuin. Tapi khusus untuk RW 05 karena jumlah RT nya cuma ada 3 maka jadwal pemanggilannya digabung sama RW 08, jadi dikasih waktu 3 minggu.” (hasil wawancara mendalam dengan Bapak Sanwani, 18 April 2012).
Berdasarkan pemaparan serta pernyataan-pernyataan yang dikemukakan oleh
para informan, dapat disimpulkan bahwa koordinasi yang terjadi baik di dalam
maupun antar organisasi terkait dalam implementasi program nasional e-KTP telah
berjalan. Hal ini dapat terlihat dari telah dilakukannya rapat koordinasi secara
berkala antara masing-masing. Dalam rapat koordinasi tersebut dibahas mengenai
masalah-masalah yang terjadi selama pelaksanaan e-KTP dan diupayakan untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut secara bersama-sama.
Koordinasi Organisasi Pelaksana Dengan Kelompok Sasaran Kebijakan
/Program
Dalam implementasi kebijakan/program, koordinasi tidak hanya dilakukan
antar organisasi terkait tetapi koordinasi juga dilakukan dengan kelompok sasaran
dari kebijakan/program. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pencapaian tujuan
kebijaka/program tersebut. Demikian dengan program nasional e-KTP. Dalam
melaksanakan program nasional e-KTP di Provinsi DKI Jakarta, Kelurahan sebagai
organisasi perangkat daerah terendah sekaligus sebagai tempat melakukan pelayanan
e-KTP perlu melakukan koordinasi dengan kelompok sasaran yaitu para wajib KTP.
Untuk mempermudah pencapaian tujuan program nasional e-KTP, Kelurahan Ancol
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
130
Universitas Indonesia
sebagai salah satu Kelurahan yang terdapat di Provinsi DKI Jakarta melakukan tiga
cara koordinasi kepada penduduk yaitu sosialisasi ke masyarakat dengan face to face,
pemasangan spanduk atau banner, dan undangan. Hal ini sebagaimana yang
dikemukakan oleh Bapak Sugeng Wibowo selaku Sekretaris Kelurahan Ancol dalam
wawancara berikut :
“Ya pertama ya tentunya kita kan melakukan sosialisasi, itu pasti penyampaian informasi melalui sosialisasi secara langsung, face to face baik di tingkat Kelurahan maupun tingkat RW di kantor sekretariat RW, dengan pemasangan banner di tempat strategis, spanduk di kantor Kelurahan maupun di tempat strategis lainnya” (hasil wawancara mendalam dengan Bapak Sugeng Wibowo, 18 April 2012)
Bentuk koordinasi pertama yang dilakukan Kelurahan Ancol dengan penduduk
wajib KTP adalah sosialisasi ke masyarakat dengan face to face. Sosialisasi ini
dilakukan dengan menyampaikan informasi secara langsung kepada masyarakat
melalui pertemuan warga. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Sugeng
Wibowo selaku Sekretaris Kelurahan dalam wawancara berikut :
“Jadi kita gini di kelurahan itu kan banyak kegiatan-kegiatan yang melibatkan warga, jadi setiap ada pertemuan dengan warga masyarakat yang terdapat di kelurahan itu selalu kita sampaikan. Contoh misalnya pertemuan PKK, itu tidak murni menyampaikan kegiatan PKK tapi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan program Pemerintah, kegiatan yang ada saat ini di kelurahan Ancol selalu kita sampaikan, kita informasikan. Karena kita sistem sosialisasinya itu bukannya satu masalah, fokus ke masalah itu saja. Karena sosialisasi itu kan lebih bertujuan pada penyampaian informasi. Ini kita sampaikan, ini kita sampaikan. Berbeda dengan presentasi, kan gitu. kalo presentasi kan fokus di satu masalah. Kita sosialisasi sifatnya penyampaiannya” (hasil wawancara mendalam dengan Bapak Sugeng Wibowo, 18 April 2012).
Kegiatan sosialisasi ini dibenarkan oleh salah satu penduduk Kelurahan Ancol
yang telah melakukan kegiatan perekaman e-KTP, “Iya datang, Ya pas kita tu kan
ada KTP juga yang reguler, ya kan. Terus ada NIK, Terus kita pas habis
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
131
Universitas Indonesia
perpanjangnya jadi e-KTP” (hasil wawancara mendalam dengan salah satu warga
Kelurahan Ancol, 28 April 2012). Bentuk koordinasi kedua yang dilakukan oleh
Kelurahan Ancol adalah melalui pemasangan media publikasi seperti spanduk,
banner, atau bentuk pemberitahuan lainnya. Gambar 5.5 adalah salah satu bentuk
publikasi yang dibuat oleh Kelurahan Ancol kepada penduduk.
Gambar 5.4 Salah Satu Bentuk Publikasi Yang Dilakukan Kelurahan Ancol
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2012
Bentuk koordinasi terakhir yang dilakukan oleh Kelurahan Ancol kepada
penduduk adalah melalui undangan. Bagi penduduk yang namanya telah tercantum
dalam undangan tersebut, untuk datang ke Kelurahan melakukan kegiatan perekaman
e-KTP. Adanya pemberian undangan ini didukung dengan pernyataan salah satu
penduduk Kelurahan Ancol yang telah melakukan kegiatan perekaman e-KTP.
Penduduk tersebut mengatakan bahwa mengetahui adanya program nasional e-KTP
dan datang untuk melakukam perekaman e-KTP melalui undangan yang diberikan,
“Saya tahunya dari undangan” (hasil wawancara mendalam dengan salah satu warga
Kelurahan Ancol, 21 April 2012).
Berdasarkan pemaparan serta pernyataan yang dikemukakan oleh para informan
dapat dikatakan bahwa koordinasi yang dilakukan oleh pihak Kelurahan Ancol
dengan penduduk telah cukup baik. Hal ini dapat terlihat dari dilakukannya tiga
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
132
Universitas Indonesia
bentuk koordinasi yang dilakukan oleh Kelurahan Ancol untuk menyampaikan
informasi mengenai pelaksanaan program nasional e-KTP dan mengajak para wajib
KTP untuk datang melakukan perekaman e-KTP ke Kelurahan Ancol.
b. Kejelasan
Indikator selanjutnya untuk menilai komunikasi yang terjadi dalam sebuah
kebijakan/program adalah kejelasan. Seorang komunikator dalam hal ini adalah
pembuat kebijakan harus mampu menyampaikan pesan/informasi secara jelas kepada
para pelaksana sehingga tercipta pemahaman yang seragam terhadap isi atau tujuan
kebijakan/program tersebut. Adapun informasi atau pesan yang harus disampaikan
secara jelas dalam konteks kebijakan publik meliputi petunjuk implementasi,
instruksi-instruksi, dan sebagainya. Seringkali instruksi-instruksi yang diberikan
kepada para pelaksana kabur dan tidak jelas sehingga mengganggu jalannya
implementasi. Ketidakjelasan pesan komunikasi yang disampaikan berkenaan dengan
implementasi kebijakan akan mendorong terjadinya interpretasi yang salah bahkan
mungkin bertentangan dengan makna pesan awal (Winarno, 2012:180)
Dalam implementasi program nasional e-KTP dimana melibatkan banyak aktor,
rawan akan terjadinya ketidakjelasan instruksi atau bahkan menyimpang dari
instruksi awal. Ketidakjelasan yang terjadi dalam komunikasi kebijakan biasanya
disebabkan karena kompleksitas kebijakan publik, kurangnya konsensus mengenai
tujuan-tujuan kebijakan, dan sebagainya. Berikut akan dipaparkan mengenai dua sub
indikator yang digunakan untuk menilai indikator kejelasan yang terdapat dalam
program nasional e-KTP ini :
Kejelasan Instruksi Dan Petunjuk Implementasi Kebijakan/Program Kepada
Para Pelaksana
Instruksi serta petunjuk implementasi merupakan hal yang sangat penting
ketika mengimplementasikan sebuah kebijakan/program. Hal ini bertujuan untuk
memberikan kemudahan bagi para pelaksana dalam melaksanakan kebijakan/program
tersebut. Dalam implementasi program nasional e-KTP juga terdapat instruksi dan
petunjuk-petunjuk yang diberikan. Adapun salah satu instruksi dalam program
nasional e-KTP adalah instruksi yang diberikan oleh Menteri Dalam Negeri untuk
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
133
Universitas Indonesia
memperpanjang pelaksanaan program nasional e-KTP hingga bulan April 2012. Hal
ini dilakukan karena hingga akhir tahun 2011, jumlah wajib KTP di Provinsi DKI
Jakarta yang telah melakukan kegiatan perekaman e-KTP masih jauh dari target.
Instruksi ini diumumkan kepada seluruh pelaksana. Hal tersebut diperkuat dengan
pernyataan yang diberikan oleh Bapak Syuhada selaku Kepala Seksi Pendaftaran
Penduduk Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Administrasi Jakarta
Utara, “Dimulai Agustus – 31 Desember 2011, perpanjangan waktu Januari-April
2012” (hasil wawancara mendalam dengan Bapak Syuhada, 13 April 2012).
Demikian pula yang terjadi di Kelurahan Ancol. Kelurahan ini juga telah
mengikuti instruksi tersebut yaitu dengan memperpanjang proses perekaman e-KTP
hingga April 2012. Instruksi tersebut tertuang dalam Surat Menteri Dalam Negeri No.
471.13/5079/SJ tanggal 20 Desember 2011 tentang Perpanjangan Waktu Pelayanan e-
KTP Secara Massal untuk 197 Kab/Kota. Selain instruksi, petunjuk mengenai
implementasi program nasional e-KTP juga diperlukan. Dalam implementasi
program e-KTP, terdapat petunjuk mengenai tahap perekaman e-KTP. Tahap
perekaman tersebut harus diketahui dan dipahami terutama oleh para tenaga operator
e-KTP karena tenaga operator merupakan pelaksana teknis utama dalam program
nasional e-KTP. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Muhammad Ikrar Idris
selaku tenaga operator e-KTP e-KTP di Kelurahan Ancol dalam wawancara berikut :
”yang jelas kita harus liat dulu tahun berapa dia lahir, ganjil apa genap. ya baru kita wawancara. kita wawancara itu sesuai data yang ketarik tadi. Kalo misalnya ada perubahan. pertama kita suruh ubah dulu di regulernya baru kita tarik lagi. kalo ada perubahan nama, jelas. Kalo ada perubahan di status perkawinan, misalnya di KTP ketariknya nikah, ternyata dia bilang belum nikah. Dasarnya kita harus liat,” (hasil wawancara mendalam dengan Muhammad Ikrar Idris, 18 April 2012).
Berdasarkan pernyataan yang diungkapkan oleh Muhammad Ikrar Idris
tersebut dapat dikatakan bahwa instruksi serta petunjuk implementasi dalam program
nasional e-KTP telah tersampaikan dengan jelas dan dapat dipahami oleh tenaga
operator sehingga dapat menjalankannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
134
Universitas Indonesia
Fleksibilitas Para Pelaksana Dalam Melaksanakan Program Nasional
Sub indikator selanjutnya yang digunakan untuk menilai indikator kejelasan
dalam dimensi komunikasi antar organisasi terkait dan kegiatan pelaksanaan adalah
fleksibilitas para pelaksana. Adapun yang dimaksud dengan fleksibiltas adalah
keleluasaaan para pelaksana dalam melakukan tugasnya. Dalam pelaksanaan suatu
kebijakan/program, terdapat kemungkinan terjadinya ketidaksesuaian antara apa yang
tercantum dalam peraturan dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.
Demikian pula dalam implementasi program nasional e-KTP di Kelurahan
Ancol. Dalam pelaksanaannya, banyak terjadi kesalahan dalam identitas penduduk
seperti kesalahan dalam penulisan nama, tanggal lahir, bulan lahir, tahun lahir, agama
dan sebagainya. Untuk mengubah identitas penduduk dalam hal agama, status
perkawinan, golongan darah, penduduk tidak perlu memperbaikinya dengan
mendatangi Suku Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara tetapi
dapat langsung mengubahnya di Kelurahan dengan syarat penduduk tersebut harus
membawa atau melampirkan bukti yang menunjukkan bahwa perubahan tersebut
benar adanya. Ketentuan ini berbeda ketika terdapat kesalahan dalam penulisan nama,
tanggal lahir, dan tahun lahir, penduduk harus memperbaiki dan mengubahnya
terlebih dahulu dengan mendatangi Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Jakarta Utara untuk melakukan perubahan. Hal ini karena perubahan yang disebabkan
oleh kesalahan dalam nama, tanggal lahir, dan tahun lahir dapat mengubah Nomor
Induk Kependudukan (NIK) sebagaimana yang dikemukakan oleh Tony Arifianto,
“agama itu gak ngerubah NIK. kalo ngerubah tahun tanggal bulan itu bakal
ngerubah. makanya kita suruh rubah” (hasil wawancara mendalam dengan Tony
Arifianto selaku tenaga operator di Kelurahan Ancol, 21 April 2012). Berdasarkan
pernyataan tersebut yang dikemukakan oleh tenaga operator tersebut, dapat dikatakan
bahwa keputusan yang diambil oleh tenaga operator sebagai bentuk dari fleksibilitas
para pelaksana dalam melakukan tugasnya.
c. Konsistensi
Indikator selanjutnya untuk menilai dimensi komunikasi antar organisasi terkait
dan kegiatan implementasi pelaksanaan adalah konsistensi. Sebuah
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
135
Universitas Indonesia
kebijakan/program apabila ingin berjalan dengan efektif, maka perintah pelaksanaan
harus bersifat konsisten. Konsisten sebagaimana yang dimaksud dalam indikator ini
adalah peraturan-peraturan serta perintah pelaksanaan yang berasal dari pembuat
kebijakan dilaksanakan hingga ke tingkat pelaksana secara seragam. Untuk melihat
serta menilai konsistensi yang terjadi dalam implementasi program nasional e-KTP di
Kelurahan Ancol, dapat melihat 3 (tiga) sub indikator berikut :
Kesesuaian Perintah Implementasi Kebijakan/Program Dari Para Pembuat
Kebijakan Kepada Para Pelaksana
Dalam mengimplementasikan sebuah kebijakan/program harus memiliki
kesesuaian antara apa yang diperintahkan atau diinstruksikan oleh para pembuat
kebijakan untuk disampaikan kepada para pelaksana. Dalam implementasi program
nasional e-KTP, terlihat beberapa inkonsistensi antara apa yang telah diputuskan dan
di perintahkan oleh pembuat kebijakan dengan implementasi di lapangan. Di
Kelurahan Ancol, persyaratan (berkas) yang harus dilengkapi untuk melakukan
kegiatan perekaman e-KTP adalah membawa surat undangan pemanggilan e-KTP,
membawa fotocopy KTP Nasional yang masih aktif, serta membawa fotocopy Kartu
Keluarga (KK) nasional. Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Seperti yang disebutkan sebelumnya oleh Ibu Alina Balqis bahwa persyaratan untuk
melakukan perekaman e-KTP adalah hanya membawa surat pemanggilan e-KTP dan
KTP yang masih berlaku. Ketentuan tambahan yang terdapat di Kelurahan Ancol
merupakan sebuah upaya yang dilakukan oleh Kelurahan Ancol untuk melihat
kesesuaian dan kebenaran data penduduk. Hal ini diperkuat dengan pernyataan yang
diungkapkan oleh Muhammad Ikrar Idris selaku tenaga operator Kelurahan Ancol,
“ya kalo saya pribadi mah beda. Karena disini mentingin kualitas bukan kuantitas.”
(hasil wawancara mendalam dengan Mhammad Ikrar Idris, 18 April 2012).
Selain itu, inkonsistensi juga terlihat dari proses rekrutmen tenaga operator e-
KTP di Kelurahan Ancol. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Bapak Syuhada selaku
Kepala Seksi Pendaftaran Penduduk Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kota Administrasi Jakarta Utara bahwa penempatan tenaga operator diutamakan
adalah orang yang berdomisili di sekitar wilayah Kelurahan. Hal ini dilakukan untuk
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
136
Universitas Indonesia
efisiensi waktu dan meningkatkan pelayanan dalam pelaksanaan program nasional e-
KTP. Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Sanwani selaku Kepala Satuan
Pelaksana Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kelurahan Ancol. Bapak Sanwani
menyebutkan bahwa mengenai tenaga operator tersebut tidak mungkin mengambil
tenaga operator dari luar wilayah Ancol karena efisiensi waktu. Berikut adalah hasil
wawancara mendalam dengan Bapak Sanwani :
“kalo saya pribadi gini ya di kelurahan ancol kalo seumpama saya punya operator jauh ya kan ada di jakarta timur tanjung priok ternyata di kampung sini ada punya ijazah Kom, bisa komputer ya kita ambil. Kenapa? Kan dia harus stand by, jam 8 udah stand by kalo kita ambil jarak jauh makan waktunya sampai jam berapa” (hasil wawancara mendalam dengan Bapak Sanwani, 18 April 2012).
Pada kenyataannya hal tersebut tidak sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan. Dua tenaga operator yang terdapat di Kelurahan Ancol justru berdomisili
di luar wilayah Ancol. Hal tersebut menandakan bahwa telah terjadi inkonsistensi
perintah atau instruksi dalam hal perekrutan tenaga operator.
Adanya Keseragaman Tujuan Kebijakan/Program Yang Dikomunikasikan
Dengan Berbagai Sumber Informasi
Sub indikator terakhir digunakan untuk melihat konsistensi dari
kebijakan/program adalah adanya keseragaman tujuan kebijakan/program yang
dikomunikasikan dengan berbagai sumber informasi. Dalam program nasional e-KTP
yang memiliki tujuan untuk mewujudkan kepemilikan satu identitas. Tujuan program
nasional tersebut dikomunikasikan ke berbagai media baik cetak maupun elektronik
dengan tujuan untuk tersampaikan ke kelompok sasaran yaitu masyarakat khususnya
wajib KTP di seluruh wilayah Indonesia. Untuk menyampaikan tujuan serta
informasi mengenai program nasional e-KTP ini, Pemerintah baik Pemerintah tingkat
pusat hingga Pemerintah tingkat Kabupaten/Kota melakukan publikasi kepada
masyarakat dalam berbagai bentuk antara lain melalui sosialisasi maupun di berbagai
media seperti spanduk, banner, dan sebagainya, “Kita itu juga melakukan sosialisasi
baik melalui spanduk atau banner” (hasil wawancara mendalam dengan Kepala Sub
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
137
Universitas Indonesia
Bagian Umum Kecamatan Pademangan, 3 Mei 2012). Pernyataan yang dikemukakan
oleh Kasubag Umum Kecamatan Pademangan tersebut diperkuat dengan pernyataan
yang dikemukakan oleh salah satu penduduk Kelurahan Ancol yang telah
melaksanakan kegiatan perekaman e-KTP. Penduduk tersebut telah mengetahui
tujuan dari program nasional e-KTP, “untuk ke depannya satu KTP semua” (hasil
wawancara mendalam dengan salah satu penduduk Kelurahan Ancol, 21 April 2012).
Berdasarkan pernyataan yang diungkapkan oleh salah satu penduduk Kelurahan
Ancol, terlihat bahwa tujuan dari dibuatnya program nasional e-KTP telah sampai
kepada kelompok sasaran yaitu penduduk wajib KTP. Hal ini menandakan bahwa
telah terjadi keseragaman tujuan yang dikomunikasikan oleh Pemerintah melalui
berbagai sumber informasi atau media publikasi seperti banner dan spanduk.
d. Nasihat Dan Bantuan Teknis Yang Diberikan
Dalam melaksanakan kebijakan/program, bantuan-bantuan teknis yang
diberikan merupakan hal yang penting. Hal ini dilakukan untuk menunjang
pelaksanaan program nasional e-KTP. Demikian yang terjadi dengan pelaksanaan
program nasional e-KTP. Dalam pelaksanaan program nasional e-KTP juga terdapat
bantuan teknis yang diberikan oleh Kementerian Dalam Negeri sebagai pembuat
kebijakan kepada instansi pelaksana. Adapun bantuan teknis yang diberikan oleh
Kementerian Dalam Negeri adalah dalam bentuk pendampingan teknis yang terdapat
di Kelurahan. Pendampingan teknis merupakan kegiatan yang dilakukan dalam
rangka memastikan implementasi perekaman e-KTP berjalan dengan lancar. Hal ini
sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Indersan selaku Kasubdit Identitas
Penduduk Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian
Dalam Negeri. dalam wawancara berikut :
“Kita ada pendampingan sampai di kecamatan. tapi untuk DKI ini kita ada juga pendampingan. Dari kemendagri dari konsorsium juga. Karena itu tadi karena DKI Jakarta jadi sorotan juga, makanya kita terus dampingin. Tugas pendampingan itu untuk memastikan implementasi perekaman. Ya harus dipantau, kita ga bisa iya-iya aja. Ga disini aja kan yang dipantau, tapi di seluruh Indonesia kita pantau semua. Ada yang supervisi, memantau apa masalahnya. Kalau kita percaya aja ga mantau, kalo ga dilaksanain gimana,
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
138
Universitas Indonesia
kalo komputernya dijual atau apa kan. Repot. Jadi harus dipantau terus”(hasil wawancara mendalam dengan Bapak Indersan, 30 April 2012).
Ketentuan tersebut juga berlaku di Kelurahan Ancol. Di Kelurahan ini juga
terdapat pendampingan teknis. Pendamping teknis di Kelurahan Ancol bukan berasal
dari Kementerian Dalam Negeri melainkan berasal dari konsorsium yaitu Sucofindo
sebagaimana yang dikemukakan oleh Muhammad Ikrar Idris selaku tenaga operator
di Kelurahan Ancol, “Damkel (pendamping Kelurahan) itu dari sucofindo,
outsourcing”(hasil wawancara mendalam dengan Muhammad Ikrar Idris selaku
tenaga operator e-KTP di Kelurahan Ancol, 18 April 2012).
Sucofindo merupakan salah satu perusahaan yang tergabung dalam konsorsium
yang memenangkan tender untuk implementasi program nasional e-KTP ini.
Konsorsium merupakan pihak ketiga yang bekerjasama dengan Kementerian Dalam
Negeri dalam pengadaan barang dan jasa untuk melaksanakan program nasional e-
KTP. Konsorsium diketuai oleh Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI) yang
terdiri dari beberapa perusahaan seperti PT. LAN, Sucofindo, Indosat, dan Quadra.
Adapun masa kerja dari pendamping teknis atau damkel dalam implementasi e-
KTP hanya lima bulan yakni dari bulan Agustus-Desember 2011 dan ketika masa
perpanjangan e-KTP keberadaan damkel sudah tidak ada lagi, “Damkel itu kan
masanya cuma smpe 4 bulan itu, agustus sampe desember. kalo sekarang ga ada”
(hasil wawancara mendalam Bapak Sanwani selaku Kepala Satuan Pelaksana
Kelurahan Ancol, 18 April 2012).
Sesuai dengan job description yang ada, damkel bertugas melakukan
pengecekan terhadap perangkat e-KTP setiap harinya. Selain itu, jika terdapat
kerusakan atau masalah dari perangkat e-KTP, damkel yang menangani. Hal ini
diperkuat dengan pernyataan Tony Arifianto selaku tenaga operator e-KTP Kelurahan
Ancol dalam wawancara berikut:
“Damkel disini jumlahnya 1 orang. Dia bagian ngecek per hari. Ya kalo ada apa-apa, seumpama jaringan kita trouble dia yang langsung kesono langsung jalan. Ada masalah sama softwarenya, dia yang jalan. Kerjanya dia setiap
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
139
Universitas Indonesia
hari, dari pagi dia ngecek alat dulu siang dia liat server sorenya itu dia ngitung jumlah total per hari. Karena dia jumlah total per hari sama jumlah keseluruhannya itu dia wajib megang. Ntar dia bertanggung jawabnya ke konsorsium. Mana laporan per hari kamu, dia harus kirim email baru nanti konsorsium nanti konsorsium bertanggung jawab ke kemendagri” (hasil wawancara mendalam, 21 April 2012)
Sebagai pihak yang bertugas melakukan pengecekan terhadap perangkat e-
KTP, damkel seharusnya memiliki kemampuan serta keahlian di bidang teknologi
informasi akan tetapi damkel yang terdapat di Kelurahan Ancol kurang menguasai IT
100%. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Muhammad Ikrar Idris selaku
tenaga operator e-KTP, “Bagaimanapun damkelnya itu mereka hanya ehm..
kebetulan di Kelurahan ini ya damkelnya yang dipake menurut saya tidak 100%
menguasai IT, gitu kebetulan. dia bisa komputer, tapi tidak 100%. Dari sucofindo,
outsourcing” (hasil wawancara mendalam dengan Muhammad Ikrar Idris, 18 April
2012).
Sebagai tenaga yang bertugas secara teknis dalam pelaksanaan program
nasional e-KTP, damkel yang dipersiapkan memiliki keahlian dalam bidang
teknologi informasi. Berdasarkan pemaparan serta pernyataan yang diutarakan oleh
para informan dapat dikatakan bahwa pendampingan teknis di Kelurahan-Kelurahan
merupakan bentuk bantuan teknis yang diberikan oleh Kementerian Dalam Negeri
untuk menunjang pelaksanaan program nasional e-KTP. Seyogyanya, ketika bantuan
teknis diberikan kepada instansi pelaksana sebelumnya telah dipersiapkan baik dari
segi kualitas maupun kuantitas. Pada kenyataannya yang terjadi justru sebaliknya,
damkel yang ada di Kelurahan Ancol justru tidak menguasai IT secara 100%. Hal ini
secara tidak langsung mempengaruhi pelaksanaan program nasional e-KTP di
Kelurahan Ancol.
e. Adanya Berbagai Sanksi Baik Positif Maupun Negatif
Indikator terakhir yang digunakan untuk menilai implementasi
kebijakan/program dilihat dari dimensi komunikasi antar organisasi dan kegiatan
implementasi kebijakan adalah adanya sanksi baik yang bersifat positif maupun
negatif. Implementasi sebuah kebijakan/program dapat berjalan dengan lancar,
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
140
Universitas Indonesia
apabila terdapat sanksi baik sanksi yang bersifat membangun maupun sanksi yang
bersifat negatif. Hal ini karena sanksi bersifat mengikat dan memaksa.
Dalam pelaksanaan program nasional e-KTP, tidak ada sanksi yang diberikan
kepada penduduk yang belum melakukan kegiatan perekaman e-KTP. Hal ini yang
kemudian membuat pelaksanaan program nasional e-KTP menjadi sedikit terhambat.
Hal ini sebagaimana yang dkemukakan oleh Ibu Alina Balqis selaku Kepala Bidang
Data dan Informasi Dinas Kependudukan dan pencatatan Sipil dalam wawancara
berikut :
“Saat ini memang tidak ada sanksi bagi penduduk yang tidak memenuhi pemanggilan untuk pelayanan e-KTP. Namun karena database pelayanan e-KTP menjadi sarana untuk pemutakhiran database kependudukan, maka penduduk yang tidak menggunakan haknya untuk pelayanan e-KTP akan dianggap melepaskan haknya sebagai penduduk DKI Jakarta dan bisa terhapus dari database kependudukan, sehingga nantinya akan kesulitan dalam pengurusan dokumen kependudukan. Selain itu, berdasarkan Perpres 67 Tahun 2011, penggunaan KTP non elektronik dalam pelayanan publik hanya sampai akhir Desember 2012, sehingga mulai Januari 2013 KTP yang berlaku adalah KTP Elektronik.” (hasil wawancara mendalam dengan ibu Alina, 4 April 2012).
Senada dengan ibu Alina Balqis, Bapak Sugeng Wibowo juga mengemukakan hal
sama tidak ada sanksi yang dijatuhkan bagi penduduk yang hingga batas akhir belum
melakukan kegiatan perekaman. Berikut adalah hasil wawancara dengan Bapak
Sugeng Wibowo :
“Sanksinya dengan sendirinya. Ya mereka sendiri yang rugi karena apa itu kan menyangkut identitas kependudukan dia sendiri kan. Kalo dia tidak mengurus, kan yang rugi siapa. Ya itu ngurus apa-apa sulit, itu sanksi kan. Kalo kaya sanksi pidana seperti itu tidak ada. Belum pernah ada satu orang yang dipidana karena tidak punya KTP. Ya itu kembali mindset. Contoh kasus ehm.. setiap mutasi KTP itu kan ada bates waktunya, 5 tahun. 5 tahun diwajibkan untuk memperbarui kan. Tujuannya adalah untuk.. misalnya ada seseorang buat apa bikin KTP, orang saya lahiran sini kok, dari jaman dulu ga usah bikin KTP, nenek saya juga lahiran sini kok. Terus sekali waktu dia membutuhkan pelayanan, dimana pelayanan tersebut membutuhkan rekaman identitas. Rumah sakit harus ada KTP, kita narik uang di bank harus punya
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
141
Universitas Indonesia
KTP, dan lain-lain. dia tidak bisa mendapatkan pelayanan. Oke karna faktor kemanusiaan, rumah sakit membolehkan untuk memberikan pelayanan karena sifatnya darurat tapi administrasinya itu tetap harus diurus. Atau dia dapet kiriman dana darimana umpamanya, dia tidak dapat menunjukkan kartu identitas, dia ga bisa. Walaupun dia mengajak orang satu RT bahwa itu namanya dia tapi kalo dia ga bisa menunjukkan identitasnya dia, ga bisa” (hasil wawancara mendalam dengan Bapak Sugeng Wibowo, 18 April 2012).
Berdasarkan pernyataan yang disebutkan oleh informan diketahui bahwa
ternyata dalam pelaksanaan pemassalan e-KTP tidak disertai dengan sanksi bagi
penduduk yang belum melakukan kegiatan perekaman e-KTP. Hal inilah yang
menjadi faktor paling memengaruhi dalam pelaksanaan program nasional e-KTP di
Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara.
4. Ciri-ciri atau sifat instansi pelaksana
Dimensi keempat yang memengaruhi implementasi suatu kebijakan/program
adalah ciri-ciri atau sifat instansi pelaksana. Instansi pelaksana tentulah berbentuk
organisasi dimana organisasi merupakan sarana atau alat untuk mencapai tujuan. Oleh
karena itu, organisasi merupakan wadah dimana orang-orang yang bekerjasama
dalam usahanya mencapai tujuan. Dalam wadah itu, setiap orang harus jelas tugas,
wewenang, dan tanggungjawab, hubungan dan tata kerjanya. Chester L. Bernard
dalam Syafiie (2006:114) mendefinisikan organisasi sebagai “the systems of
cooperative activitites of two or more person something intangible and impersonal,
largerly a matter of relationship” (organisasi adalah sebuah sistem tentang aktifitas
kerja sama dua atau lebih dari sesuatu yang tidak berwujud atau tidak pandang bulu,
yang sebagian besar tentang persoalan silahturahmi). Dari definisi tersebut dapat
dikatakan bahwa organisasi adalah sebuah wadah dimana terdapat aktifitas kerja
sama di dalamnya antara dua orang atau lebih.
Dalam pelaksanaan program nasional e-KTP terutama di Provinsi DKI Jakarta,
instansi yang melaksanakan adalah Kelurahan. Kelurahan merupakan organisasi
perangkat daerah terendah dan berada di bawah Kecamatan. Untuk melihat
bagaimana sifat instansi pelaksana dimana dalam hal ini adalah Kelurahan Ancol,
maka terdapat 4 (empat) indikator yang digunakan yaitu :
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
142
Universitas Indonesia
Struktur Formal Dari Organisasi
Dalam sebuah organisasi, adanya struktur organisasi merupakan hal yang
sangat penting. Hal ini karena dalam struktur organisasi terdapat pembagian tugas
dan wewenang antara satu dengan yang lain. Selain itu, tujuan utama struktur
organisasi adalah untuk memengaruhi perilaku individu dan kelompok sehingga
dapat mencapai prestasi yang efektif (Gibson, Ivancevich, Donnely, 1996:29).
Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Nomor 147 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kelurahan, Struktur organisasi
Kelurahan Ancol terdiri dari tujuh unit kerja yaitu Seksi Pemerintahan, Ketenteraman
dan Ketertiban; Seksi Perekonomian; Seksi Prasarana dan Sarana; Seksi
Kesejahteraan Masyarakat; Seksi Kebersihan dan Lingkungan Hidup; Seksi
Pelayanan Umum; dan Kelompok Jabatan Fungsional yang terdiri dari Puskesmas
Kelurahan, Satuan Pelayanan Registrasi Kependudukan, dan Satuan Tugas Satuan
Polisi Pamong praja (Satgas Satpol PP). Masing-masing unit kerja tersebut memiliki
tugas yang berbeda. Dalam pelaksanaan program nasional e-KTP, yang bertindak
sebagai pelaksana adalah Kepala Satuan Pelaksana Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kelurahan Ancol dengan dibantu oleh dua tenaga operator. Kepala Satuan
Pelayanan Registrasi Kependudukan secara teknis dan administrasi berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Seksi Dinas Kependudukan dan
Pencatatatan Sipil Kecamatan, serta secara operasional dikoordinasikan Lurah.
Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Satuan Pelayanan
Registrasi Kependudukan secara teknis dan administrasi disampaikan oleh Kepala
Satuan Pelayanan Registrasi Kependudukan kepada Kepala Seksi Dinas
Kependudukan dan Pencatatatan Sipil Kecamatan, serta secara operasional
disampaikan oleh Kepala Satuan Pelayanan Registrasi Kependudukan kepada Lurah.
Nilai-Nilai Yang Berkembang Dalam Organisasi
Dalam sebuah organisasi, baik organisasi swasta atau organisasi publik tentu
memiliki nilai (value) yang dipegang dalam melakukan aktifitas organisasi. Hal ini
karena nilai (value) merupakan suatu tuntunan atau pedoman yang mendasari
bagaimana seseorang atau sebuah organisasi berpikir, mengambil keputusan, bersikap
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
143
Universitas Indonesia
dan bertindak. Nilai-nilai organisasi bukan merupakan nilai yang tertuang dalam
plakat atau visi akan tetapi nilai-nilai organisasi adalah apa yang secara aktual
memang menjadi praktek dari organisasi tersebut. Apa yang disaksikan, diyakini,
dipercaya, dilakukan, dan di praktekkan oleh para pegawai di organisasi tersebut
merupakan nilai riil (nyata).
Kelurahan Ancol sebagai instansi pelaksana teknis dari program nasional e-
KTP di Provinsi DKI Jakarta juga memiliki nilai-nilai organisasi yang diusung dalam
menjalankan kegiatan organisasi. Adapun nilai yang berkembang di dalam organisasi
Kelurahan Ancol adalah nilai kesopanan. Hal ini dapat terlihat dari adanya media
publikasi yang memberitahukan kepada masyarakat bahwa ketika melakukan
perekaman e-KTP berpakaian rapi dan sopan serta tidak diperkenankan memakai
celana pendek.
Gambar 5. 5 Pengumuman Untuk Mengenakan Pakaian Rapi Dan Sopan
Sumber : Dokumentasi penulis, 2012
Hal ini diperkuat dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Muhammad Ikrar
Idris selaku tenaga operator di Kelurahan Ancol. Ikrar menyebutkan bahwa di
Kelurahan tersebut ketika melakukan perekaman e-KTP harus berpakaian rapi serta
tidak memakai celana pendek, “Yang jelas kita menghimbau mereka berpakaian rapi,
gak boleh pakai celana pendek. Kita nyebutnya peraturan instansi dimana-mana
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
144
Universitas Indonesia
yang namanya Pemerintahan, kantor Pemerintahan seharusnya melarang orang
berpakaian mini, minimal selutut ga apa-apa deh” (hasil wawancara mendalam
dengan Muhammad Ikrar Idris, 18 April 2012).
Selain itu, nilai yang berkembang di Kelurahan Ancol berdasarkan hasil
observasi adalah masih terdapatnya nilai kekeluargaan yang cukup tinggi. Hal ini
dapat terlihat dari adanya proses rekrutmen tenaga operator yang dilakukan
berdasarkan atas kekeluargaan dan rekomendasi. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa nilai-nilai yang berkembang di Kelurahan Ancol adalah nilai kesopanan serta
nilai kekeluargaan. Nilai-nilai tersebut pada dasarnya berpengaruh terhadap
implementasi program nasional e-KTP dengan kadar yang kecil.
Pola Hubungan Yang Terjadi Di Internal Birokrasi
Dalam melihat karakteristik badan pelaksana seperti yang dikemukakan oleh
Van Meter dan Van Horn, maka tidak dapat dilepaskan dari struktur birokrasi.
Struktur birokrasi diartikan sebagai karakteristik-karakteristik, norma-norma, dan
pola-pola hubungan yang terjadi berulang-ulang dalam badan-badan eksekutif yang
mempunyai hubungan baik potensial maupun nyata dengan apa yang dimiliki dengan
menjalankan kebijakan.
Dalam pelaksanaan program nasional e-KTP, pola hubungan yang terjadi di
internal birokrasi bersifat hierarkis dan rigid. Hal ini dapat terlihat dari adanya
beberapa lapis birokrasi yang dilewati dalam program nasional ini yaitu dari
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Kecamatan,
hingga Kelurahan untuk pelaksanaan di Provinsi DKI Jakarta. Banyaknya tingkat
birokrasi yang dilalui dapat tercermin dari pernyataan yang dikemukakan oleh Bapak
Sugeng Wibowo selaku Sekretaris Kelurahan Ancol, “Setiap kamis, dilakukan
pelaporan ke bagian tata Pemerintahan walikota kemudian di sampaikan ke biro tata
Pemerintahan Provinsi” (hasil wawancara mendalam dengan Bapak Sugeng
Wibowo, 18 April 2012).
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa alur data penduduk
yang telah direkam e-KTP di Kelurahan melewati beberapa tahap dimana dalam tiap
tahap rawan akan terjadinya manipulasi data. Berikut adalah interaksi data
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
145
Universitas Indonesia
kependudukan melalui Aplikasi SIAK (NIK) yang terintegrasi dengan KTP
elektronik e-KTP :
Gambar 5.6 Interaksi Data kependudukan melalui aplikasi SIAK (NIK) yang terintegrasi dengan KTP elektronik (e-KTP)
Sumber : Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri, 2011
Proses pertama adalah data penduduk yang telah terekam di Kelurahan
disampaikan ke SIAK Kecamatan kemudian dari SIAK Kecamatan, data tersebut
disampaikan ke SIAK Kabupaten/Kota dan proses selanjutnya data yang telah
dilaporkan tersebut kemudian dilaporkan ke SIAK Central yaitu SIAK di
Kementerian Dalam Negeri. Dalam SIAK Central ini dilakukan identifikasi
ketunggalan data penduduk yaitu proses menetukan ketunggalan identitas seseorang
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
146
Universitas Indonesia
melalui pemadanan sidik jari 1:N (N adalah populasi penduduk Indonesia). Apabila
dari hasil identifikasi ketunggalan tersebut, data penduduk bersifat tunggal maka
dapat dilakukan kegiatan personalisasi yaitu memasukkan data penduduk tersebut ke
dalam chip dan kemudian dilakukan pencetakan. e-KTP yang telah dicetak kemudian
di serahkan ke Pemerintah Provinsi untuk kemudian disampaikan ke Kelurahan, yang
selanjutnya di distribusikan ke penduduk yang bersangkutan. apabila e-KTP telah
tiba di Kelurahan, maka dilakukan pemanggilan kedua terhadap penduduk yang e-
KTP nya telah siap. Sebelum diserahkan kepada penduduk, terlebih dahulu dilakukan
verifikasi data dengan melakukan proses finger print terhadap dua jari. Verifikasi ini
dilakukan untuk memastikan kebenaran data dan identitas seseorang. Apabila dalam
proses verifikasi tersebut datanya sesuai, maka e-KTP dapat diserahkan kepada
penduduk.
Alur data penduduk tersebut melewati beberapa instansi atau organisasi. Dari
alur data kependudukan tersebut dapat terlihat bahwa proses birokrasi dalam
pelaksanaan program nasional e-KTP sangat panjang. Proses birokrasi tersebut
mempengaruhi pelaksanaan program nasional e-KTP.
Fragmentasi Organisasi
Indikator terakhir yang digunakan untuk melihat sifat badan pelaksana adalah
fragmentasi organisasi. Adapun yang dimaksud dengan fragmentasi organisasi adalah
adanya pembagian kewenangan dan tugas dari masing-masing instansi pelaksana.
Tanggung jawab bagi suatu bidang kebijakan/program sering tersebar diantara
beberapa organisasi, seringkali pula terjadi desentralisasi kekuasaan tersebut
dilakukan guna mencapa tujuan-tujuan kebijakan/program.
Demikian dengan program nasional e-KTP. Dalam pelaksanaan program
nasional e-KTP terdapat beberapa pihak/organisasi yang terlibat antara lain
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Kecamatan,
serta Kelurahan. Masing-masing organisasi memiliki tanggung jawab dan kewajiban
yang berbeda. Berikut akan dijelaskan mengenai tugas serta kewajiban masing-
masing pihak yang terlibat dalam implementasi program nasional e-KTP :
A. Pemerintah Pusat
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
147
Universitas Indonesia
a) Menyediakan perangkat keras & perangkat lunak.
b) Menyediakan blangko KTP berbasis NIK yang dilengkapi kode keamanan
dan rekaman elektronik.
c) Memberikan Bintek & Damtek pelayanan e-KTP.
d) Memberikan sosialisasi.
B. Pemerintah Provinsi
a) Sosialisasi penerapan e-KTP di Instansi terkait & Kab/Kota di Provinsi.
b) Supervisi, Monitoring dan evaluasi oleh Tim Provinsi.
c) Koordinasi dan konsultasi ke Pusat.
C. Pemerintah Kabupaten/Kota
a) Menyediakan ruang server & ruang pelayanan yg dilengkapi catu daya listrik
cukup & genset di setiap tempat pelayanan.
b) Menyediakan tenaga operator & tenaga pendukung lainnya (kurir, pendaftar,
sorter & keamanan).
c) Menjaga akurasi database kependudukan melalui pelayanan pendaftaran
penduduk & capil menggunakan aplikasi SIAK.
d) Sosialisasi di wilayah Kab/Kota kepada : Instansi terkait, kecamatan /distrik,
desa/Kelurahan, tokoh masyarakat/agama & penduduk.
e) Menyediakan APBD untuk kebutuhan :
1. Kab/Kota.
2. Kecamatan.
3. Desa/Kelurahan.
D. Kecamatan
a) Menandatangani dan menyampaikan surat pemanggilan kepada penduduk
wajb KTP untuk melakukan perekaman data di tempat pelayanan e-KTP.
b) Menyiapkan tempat pelayanan e-KTP seperti ruang pelayanan dilengkapi AC,
ruang/gudang penyimpan e-KTP, perlengkapan kantor untuk pelayanan,
meningkatkan catu daya listrik, tenda & kursi utk ruang tunggu dilengkapi
kamar kecil.
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
148
Universitas Indonesia
E. Desa/Kelurahan
a) Sosialisasi.
b) Menyampaikan surat panggilan kepada penduduk.
c) Mengkoordinasikan dan memfasilitasi mobilisasi penduduk.
Pihak-pihak tersebut juga berperan dalam hal pengawasan. Dalam pelaksanaan e-
KTP di Provinsi DKI Jakarta yang dilaksanakan di tingkat Kelurahan, Kelurahan
harus melaporkan hasil perekaman e-KTP per harinya kepada instansi yang terdapat
di atasnya. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Bapak Sugeng Wibowo selaku
Sekeraris Kelurahan Ancol yang mengatakan bahwa setiap hari kamis dilakukan
pelaporan hasil perekaman e-KTP kepada bagian Tata Pemerintahan Walikota untuk
kemudian disampaikan ke Biro Tata Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta, “Setiap
kamis itu kita melaporkan hasil kegiatan perekaman e-KTP ke Tata Pemerintahan
Walikota untuk kemudian disampaikan ke Biro Tata Pemerintahan Provinsi DKI
Jakarta” (hasil wawancara mendalam dengan Bapak Sugeng Wibowo, 18 April
2012).
5. Sikap Para Pelaksana
Dimensi kelima yang disebutkan oleh Van Meter dan Van Horn memengaruhi
implementasi kebijakan/program adalah sikap para pelaksana. Robbins (2009:92)
mendefinisikan sikap sebagai pernyataan-pernyataan evaluatif terhadap objek, orang,
atau peristiwa. Sikap para pelaksana dapat menentukan keberhasilan implementasi
suatu kebijakan/program. Sebaik apapun sumber daya yang dipersiapkan ataupun
sekuat apapun landasan hukum yang dibuat untuk pelaksanaan kebijakan/program,
tanpa disertai dengan sikap positif para pelaksana terhadap kebijakan/program maka
kebijakan/program tersebut tidak akan berjalan. Hal ini karena apabila terdapat sikap
penolakan dari pelaksana maka pelaksana tersebut akan berusaha menggagalkan
pelaksanaan kebijakan/program tersebut.
Untuk menilai bagaimana sikap para pelaksana terhadap program nasional e-
ktp, terdapat tiga indikator yang digunakan antara lain kognisi (pemahaman)
pelaksana tentang program nasional, arah kecenderungan pelaksana terhadap program
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
149
Universitas Indonesia
nasional, serta intensitas kecenderungan pelaksana. Berikut akan dijabarkan
mengenai masing-masing indikator.
Kognisi (Pemahaman) Pelaksana Tentang Kebijakan/Program
Indikator pertama yang digunakan adalah pemahaman pelaksana tentang tujuan
umum maupun ukuran-ukuran dasar dan tujuan kebijakan merupakan suatu hal yang
sangat penting. Hal ini karena dalam pelaksanaan sebuah kebijakan/program dapat
berhasil apabila diikuti oleh kesadaran terhadap kebijakan tersebut secara
menyeluruh. Hal ini berarti bahwa kegagalan implementasi kebijakan sering
diakibatkan oleh ketidaktaatan para pelaksana terhadap kebijakan. Dalam kondisi
seperti itu persepsi individu memegang peranan.
Dalam implementasi program nasional e-KTP, secara keseluruhan para
pelaksana program telah memahami program ini dengan baik, dari segi prosedur
maupun tujuan dari program nasional e-KTP. Hal ini dapat terlihat dari pernyataan
yang diungkapkan oleh Muhammad Ikrar Idris selaku tenaga operator e-KTP di
Kelurahan Ancol, “SOP dari pengambilan e-KTP harus valid, sedangkan kalo
datanya ga valid, artinya kita ga bisa ngambil dong” (hasil wawancara mendalam
dengan Muhammad Ikrar Idris, 18 April 2012).
Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh Muhammad Ikrar dapat
terlihat bahwa operator tersebut telah mengetahui prosedur-prosedur apa saja yang
harus dilakukan oleh seorang tenaga operator ketika melakukan kegiatan perekaman
e-KTP. Pengetahuan yang didapat oleh tenaga operator hanya sebatas pada
pengetahuan operasional alat atau hal yang bersifat teknis. Hal ini diperkuat dengan
pernyataan yang diungkapkan oleh Tony Arifianto selaku tenaga operator lainnya
yang bertugas di Kelurahan Ancol. Tony mengatakan bahwa ia hanya mengetahui
adanya e-KTP itu untuk menghindari dari KTP atau Kartu Keluarga ganda, “kalo
tujuan e-ktp itu dari awal sebenarnya untuk menghindari dari Kartu Keluarga
ganda, dari NIK ganda, terus juga pembuatan KTP ganda. Pasti itu doang yang kita
tahu” (hasil wawancara mendalam, 2 April 2012).
Kurangnya pengetahuan para tenaga operator mengenai program nasional
secara keseluruhan disebabkan karena dalam proses pelatihan atau bintek, materi
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
150
Universitas Indonesia
yang diberikan hanya bersifat operasional alatnya saja, tidak diberikan materi
mengenai program nasional e-KTP itu sendiri.
Arah Kecenderungan Pelaksana Terhadap Program Kebijakan/Nasional
Indikator kedua yang digunakan untuk menilai sikap para pelaksana terhadap
program nasional e-KTP ini adalah arah kecenderungan pelaksana terhadap program
nasional e-KTP. Arah kecenderungan para pelaksana terhadap program dapat
menentukan implementasi program tersebut. Para pelaksana mungkin gagal dalam
mengimplementasikan kebijakan-kebijakan dengan tepat karena pelaksana menolak
tujuan-tujuan yang terkandung dalam kebijakan/program tersebut. Begitupun
sebaliknya, penerimaan terhadap tujuan serta ukuran-ukuran dasar kebijakan yang
diterima secara luas oleh para pelaksana kebijakan akan menjadi pendorong bagi
mplementasi kebijakan yang berhasil.
Dalam implementasi program nasional e-KTP di Kelurahan Ancol, secara
keseluruhan program nasional ini mendapatkan respon positif dari para pelaksana.
Hal ini dapat tercermin dari pernyataan yang dikemukakan oleh Ibu Alina Balqis
selaku Kepala Bidang Data dan Informasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Provinsi DKI Jakarta, “Pemprov DKI Jakarta mempunyai komitmen yang kuat untuk
melaksanakan pemassalan pelayanan e-KTP, yang tercermin dalam penyediaan
anggaran APBD untuk mendukung pelaksanaan e-KTP di DKI Jakarta.” (hasil
wawancara mendalam dengan Ibu Alina Balqis, 4 April 2012). Berdasarkan
pernyataan yang dikemukakan oleh Ibu Alina Balqis, dapat diketahui bahwa
penyediaan anggaran APBD sebagai bentuk keseriusan Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta terhadap pelaksanaan program nasional e-KTP.
Intensitas Kecenderungan Pelaksana
Indikator terakhir yang digunakan untuk mengukur sikap para pelaksana
terhadap kebijakan/program adalah intensitas kecenderungan pelaksana Intensitas
kecenderungan-kecenderungan pelaksana akan memengaruhi kinerja kebijakan.
Winarno (2012:169) menyebutkan bahwa para pelaksana yang memiliki pilihan-
pilihan negatif akan menunjukkannya sikap menentang tujuan dari program yang
dijalankan.
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
151
Universitas Indonesia
Secara keseluruhan, implementasi program nasional e-KTP di Kelurahan Ancol
mendapat dukungan dari instansi pelaksana baik dari pihak kelurahan itu sendiri
maupun dari pihak operator selaku pelaksana teknis. Para tenaga operator setuju
dengan tujuan dari program ini untuk mewujudkan kepemilikan satu identitas. Hal ini
dapat terlihat dari pernyataan yang dikemukakan oleh Muhammad Ikrar Idris. Dalam
pernyataan tersebut terlihat komitmennya untuk melaksanakan tugas sebagai tenaga
operator hampir setiap hari yaitu dari hari senin-minggu, “kita kalo hari biasa sampe
jam 4. Sabtu minggu kita jam kerja” (hasil wawancara mendalam dengan
Muhammad Ikrar Idris, 18 April 2012). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
apabila dilihat berdasarkan dimensi sikap para pelaksana, sikap para pelaksana dalam
implementasi program nasional e-KTP bersifat positif, dalam arti tidak ada penolakan
terhadap pelaksanaan program nasional e-KTP.
6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, Dan Politik
Teori sistem berpendapat bahwa pembuatan kebijakan publik tidak dapat
dilepaskan dari pengaruh lingkungan. Hal ini karena tuntutan terhadap kebijakan
biasanya berawal dari lingkungan kemudian ditransformasikan ke dalam suatu sistem
politik. Dari lingkungan, biasanya masalah-masalah publik timbul. Lingkungan
kebijakan seperti adanya pengangguran, kriminalitas, krisis ekonomi yang ada pada
suatu negara akan memengaruhi atau memaksa pelaku atau aktor kebijakan untuk
meresponnya, yakni memasukkannya ke dalam agenda Pemerintah dan melahirkan
kebijakan publik untuk memecahkan masalah yang bersangkutan (Subarsono,
2010:14).
Robbins (1994:255) mendefinisikan lingkungan sebagai apa saja yang berada di
luar batas organisasi. Lingkungan terbagi menjadi dua yaitu lingkungan khusus dan
lingkungan secara umum. Lingkungan khusus adalah bagian dari lingkungan yang
secara langsung relevan bagi organisasi dalam mencapai tujuannya sementara
lingkungan umum mencakup kondisi yang mungkin mempunyai dampak terhadap
organisasi, namun relevansinya tidak jelas seperti lingkungan sosial, politik, ekonomi
dan sebagainya.
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
152
Universitas Indonesia
Berdasarkan hal tersebut, Van Meter dan Van Horn mengidentifikasi tiga
lingkungan yang memengaruhi implementasi suatu kebijakan yakni lingkungan
sosial, politik dan ekonomi. Sekalipun indikator tersebut mendapat perhatian yang
kecil pada implementasi kebijakan namun menurut Van Meter dan Van Horn
indikator ini mempunyai efek yang mendalam (Winarno, 2012). Berikut adalah
uraian mengenai tiga lingkungan tersebut :
6.1 Lingkungan sosial
Lingkungan sosial berpengaruh dalam implementasi kebijakan/program. Hal ini
karena sasaran dari kebijakan/program yang dibuat oleh Pemerintah adalah untuk
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam masyarakat.
Kebijakan publik sering dipandang sebagai instrumen untuk menyelesaikan konflik
antara berbagai kelompok dalam masyarakat, dan antara Pemerintah dengan privat.
Demikian pula dengan program nasional e-KTP ini. Program nasional e-KTP
ini dibuat oleh Pemerintah sebagai upaya untuk membenahi sistem administrasi
kependudukan di Indonesia dimana sasaran utamanya adalah masyarakat yang telah
memliki KTP (wajib KTP) dan KTP pemula. KTP pemula sebagaimana yang
dituturkan oleh Bapak Indersan selaku Kasubdit Identitas Penduduk Direktorat
Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri, adalah
penduduk yang telah berusia 17 tahun per 1 Juli 2011. Hal ini karena kontrak
pelaksanaan e-KTP dimulai pada tanggal tersebut, “Sasarannya itu wajib KTP dan
KTP pemula. KTP pemula itu yang umurnya 17 tahun pas tanggal 1 juli karena
kontraknya waktu itu mulai 1 juli ” (hasil wawancara mendalam dengan Bapak
Indersan, 30 April 2012).
Oleh karena sasaran dari program nasional ini adalah masyarakat, maka secara
tidak langsung kondisi sosial masyarakat memiliki pengaruh terhadap
kebijakan/program. Demikian pula dengan Kelurahan Ancol. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta,
Kelurahan Ancol merupakan Kelurahan dengan persentase penyerapan e-KTP
terendah per 31 Maret 2012 yaitu sebesar 62,64%. Kelurahan Ancol ini terdiri dari
tujuh RW dimana dua dari RW tersebut yaitu RW 010 dan RW 011 merupakan
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
153
Universitas Indonesia
pemukiman ekslusif. Sebagaimana yang diutarakan oleh Bapak Sugeng Wibowo,
selaku Sekretaris Kelurahan Ancol pemukiman ekslusif itu adalah wilayah dimana
sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai pengusaha dengan tingkat mobilitas
yang sangat tinggi, “Ekslusif itu kebetulan emm, dimana itu hampir 100%
masyarakatnya adalah orang yang sangat supersibuk, sebagian besar mata
pencahariannya adalah pengusaha”(hasil wawancara mendalam dengan Bapak
Sugeng Wibowo, 18 April 2012). Lebih lanjut, Bapak Sugeng Wibowo juga
menambahkan bahwa selain pengusaha, profesi penduduk Kelurahan Ancol terdiri
dari pengusaha, nelayan, buruh, tenaga profesional dan sebagainya, “Bervariasi, Ada
yang karyawan, PNS, TNI, Polri, buruh harian, tenaga profesional. Tenaga
professional itu misalnya pengacara, bengkel, guru” (hasil wawancara mendalam
dengan Bapak Sugeng Wibowo, 18 April 2012).
Ternyata mata pencaharian penduduk berpengaruh terhadap pelaksanaan
program nasional e-KTP. Rendahnya persentase penyerapan e-KTP di Kelurahan
Ancol juga disinyalir dipengaruhi oleh mata pencaharian penduduk terutama yang
bermata pencaharian sebagai pengusaha. Hal ini diperkuat dengan pernyataan yang
diungkapkan oleh Ibu Alina Balqis selaku Kepala Bidang Data dan Infomasi Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta yang mengatakan bahwa
daerah dengan persentase penyerapan terendah justru berasal dari wilayah dengan
pemukiman elit, “Kalo sekarang permasalahan utamanya itu di DKI Jakarta itu
mobilitasnya tinggi dan orangnya supersibuk ya. Jadi artinya kelurahan-kelurahan
tertentu yang khususnya justru ada di pemukiman elit itu masih rendah” (hasil
wawancara mendalam dengan Ibu Alina Balqis, 4 April 2012).
Berdasarkan pernyataan yang disebutkan oleh para informan, dapat dikatakan
bahwa ternyata tingkat mobilitas penduduk yang tinggi memengaruhi implementasi
program nasional e-KTP terutama di Kelurahan Ancol. Kelurahan-Kelurahan yang
memiliki persentase rendah dalam penyerapan e-KTP justru wilayah yang terdapat
pemukiman elit dimana tingkat kesibukan penduduknya tinggi. Oleh karena tingkat
kesibukan yang tinggi, maka penduduk tidak memiliki waktu untuk melakukan
kegiatan perekaman e-KTP di Kelurahan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan salah
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
154
Universitas Indonesia
satu warga Kelurahan Ancol yang ditemui ketika melakukan kegiatan perekaman e-
KTP, “Ya karena belum sempat, sibuk” (hasil wawancara mendalam dengan salah
satu warga Kelurahan Ancol, 21 April 2012). Tingginya mobilitas penduduk tersebut
yang kemudian membuat pihak Kelurahan Ancol melakukan berbagai upaya untuk
antara lain dengan melakukan kegiatan pelayanan e-KTP pada hari Sabtu dan
Minggu. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Bapak Sugeng Wibowo selaku
Sekretais Kelurahan Ancol, “jadi kalo kita dalam melakukan pelayanan dengan
kondisi seperti itu, jadi kita yang ngalah ya jadi khusus untuk mereka-mereka itu kita
sediakan hari sabtu dan minggu” (hasil wawancara mendalam dengan Bapak
Sugeng Wibowo, 18 April 2012). Kegiatan pelayanan e-KTP hari sabtu dan minggu
tidak hanya diperuntukkan bagi penduduk yang tinggal di RW eksklusif tetapi juga
di peruntukkan untuk penduduk yang tidak bisa datang melakukan perekaman e-KTP
pada hari kerja. Selain kegiatan pelayanan hari sabtu dan minggu, pihak Kelurahan
Ancol juga membuka pelayanan e-KTP malam hari hingga pukul 22.00 WIB. Hal ini
sebagaimana yang dikemukakan oleh Muhammad Ikrar Idris selaku tenaga operator
yang bertugas di Kelurahan Ancol, “kalo dari bulan awal pertama kali mulai sampai
desember itu kita sampai malem terus, sampai jam 10” (hasil wawancara mendalam
dengan Muhammad Ikrar Idris, 18 April 2012).
Kegiatan pelayanan e-KTP hingga malam hari hanya dilakukan ketika
implementasi e-KTP tahap pertama yaitu bulan Agustus hingga bulan Desember
2011. Hal tersebut dilakukan karena ketika implementasi e-KTP pada tahap pertama
warga masyarakat yang ingin melakukan perekaman jumlahnya masih besar
sedangkan ketika masa perpanjangan atau tahap kedua dari implementasi e-KTP, jam
operasional pelayanan e-KTP pada hari senin-jumat kembali normal yakni hingga
jam 16.00 WIB.
Untuk kegiatan pelayanan e-KTP hari sabtu dan minggu, jam operasional yang
diberlakukan di Kelurahan Ancol yaitu jam 08.00 hingga 14.00. Ketentuan mengenai
am operasional tersebut tergantung dari kebijakan masing-masing Kepala Satuan
Pelaksana (Kasatpel) Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa jam operasional antara satu Kelurahan dengan Kelurahan lain dalam
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
155
Universitas Indonesia
pelayanan e-KTP hari sabtu dan minggu berbeda-beda. Hal ini seperti yang
dikemukakan oleh Muhammad Ikrar Idris selaku tenaga operator e-KTP di Kelurahan
Ancol dalam wawancara berikut :
“Dari jam 8 sampai ehmm.. 6 jam, berarti sampe jam 2. Karena memang sudah lengang. Ya tapi jamnya tergantung dari masing-masing sendiri kebijakannya. Kalo kasatpelnya bilang misalnya yaudah kita kan 6 jam nih kita nunggu tapi ternyata jadi ngebludak lagi karna udah mau penghabisan misalnya, kita nambah lagi tuh dan kemungkinan Kelurahan lain tuh berapa jam tergantung kasatpelnya aja, begitu. Jadi kita fleksibel aja” (hasil wawancara mendalam dengan Muhammad Ikrar Idris, 18 April 2012).
Dalam pelayanan e-KTP hari sabtu dan minggu, jumlah rata-rata penduduk yang
direkam tidak menentu. Ketika pelaksanaan e-KTP tahap pertama yaitu bulan
Agustus hingga Desember, jumlah penduduk yang melakukan perekaman e-KTP
besar yaitu sekitar 200 orang sementara ketika pelayanan e-KTP pada tahap kedua
yaitu bulan Januari hingga menjelang April 2012 jumlahnya menurun drastis yaitu
hanya sekitar 15-30 orang. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Tony
Arifianto selaku tenaga operator di Kelurahan Ancol, “kalo yang awal itu ratusan,
bisa sampai 200-orang. Kalo yang akhir-akhir, 15-30 orang. Grafiknya tu ada.
Terakhir kemaren itu total 62 orang. Hari minggu, minggu kemaren tanggal 15
April” (hasil wawancara mendalam dengan Tony Arifianto, 21 April 2012). Upaya
lain yang dilakukan Kelurahan Ancol adalah adanya kegiatan pelayanan e-KTP
mobile. Kegiatan pelayanan e-KTP mobile diperuntukkan untuk warga yang tidak
bisa melakukan perekaman e-KTP karena sakit. Adapun pelayanan e-KTP mobile
yang dilakukan berdasarkan jadwal. Berikut adalah jadwal pelayanan e-KTP mobile
di wilayah Jakarta Utara :
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
156
Universitas Indonesia
Tabel 5.1 Program Pelayanan e-KTP Keliling Suku Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Administrasi Jakarta Utara Tahun 2012
No Kecamatan Kelurahan Petugas Operator Keterangan
1 Koja
Rawa Badak Utara 2 petugas operator
18/01/2012-31/01/2012
Koja tiap KelurahanTugu SelatanRawa Badak SelatanTugu UtaraLagoa
2 Cilincing
Kalibaru 2 petugas operator
01/02/2012-15/02/2012
Cilincing tiap KelurahanSemper BaratMarundaSukapuraRorotanSemper Timur
3 Tanjung Priok
Tanjung Priok 2 petugas operator 16/02/2012-04/032012
Papanggo tiap KelurahanSungai BambuKebon BawangSunter AgungSunter JayaWarakas
4 Penjaringan
penjaringan 2 petugas operator
05/03/2012-15/03/2012
Pejagalan tiap KelurahanKamal MuaraPluitKapuk Muara
5 Kelapa Gading
Pegangsaan dua 2 petugas operator 16/03/2012-24/03/2012
Kelapa Gading Barat tiap KelurahanKelapa Gading Timur
6 Pademangan
AncolPademangan Barat
2 petugas operator tiap Kelurahan 26/03/2012 -
31/032012Pademangan Timur
Sumber : Suku Dinas dan Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Administrasi Jakarta Utara, 2012
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
157
Universitas Indonesia
Masing-masing Kelurahan mendapatkan giliran untuk melakukan pelayanan e-
KTP. Dalam melakukan pelayanan e-KTP mobile, yang terlibat dalam pelayanan
adalah kru pelayanan mobile. Selain kru pelayanan mobile, pihak-pihak lain juga ikut
terlibat yaitu Kasatpel dan Lurah setempat, serta tokoh masyarakat di Kelurahan
tersebut. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Bapak Syuhada selaku Kepala
Seksi Pendaftaran Penduduk Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
Administrasi Jakarta Utara, “operator kita operator sudin, kita punya operator,
namanya kru pelayanan mobile. Kasatpel termasuk lurah setempat hadir pada saat
pelaksanaannya serta tokoh masyarakat sekitarnya” (hasil wawancara mendalam
dengan Bapak Syuhada, 13 April 2012). Kegiatan pelayanan e-KTP mobile baru
dilaksanakan pada awal tahun 2012. Ketika awal pelaksanaan program nasional e-
KTP yaitu pada tahun 2011, kegiatan pelayanan e-KTP mobile belum dilakukan.
Pelayanan e-KTP mobile juga digunakan oleh pihak Kelurahan Ancol untuk
mengejar target perekaman e-KTP. Hal ini dilakukan karena terdapat beberapa
wilayah yang masih rendah tingkat penyerapan e-KTP yaitu RW 05, RW 010, RW
08 sebagaimana yang diungkapkan oleh Tony Arifianto selaku tenaga operator di
Kelurahan Ancol, “karena dia terendah, he’eh. Jadi kita ngambil yang misalnya
presentasenya baru 50 misalnya kita kejer, yang lain misalnya udah 60-70, Kita
kejer, kita ratain semua. Jadi kalo seumpama ada orang kesini tetep, tapi kita jalan
tetep” (hasil wawancara mendalam dengan Tony Arifianto, 21 April 2012). Tony
juga menambahkan tidak semua Kelurahan memiliki kegiatan pelayanan e-KTP,
hanya wilayah dengan persentase rendah yang menyediakan pelayanan e-KTP
mobile, “kalo mobile itu yang presentasenya masih rendah” (hasil wawancara
mendalam dengan Tony Arifianto, 21 April 2012).
Berdasarkan pemaparan serta pernyataan-pernyataan yang dikemukakan oleh
informan, terlihat bahwa upaya yang dilakukan oleh Kelurahan Ancol untuk
mendukung implementasi e-KTP telah dilakukan. Hal ini dapat terlihat dari
dilakukannya berbagai macam cara yaitu dengan melakukan kegiatan pelayanan e-
KTP hingga malam hari serta membuka pelayanan pada hari sabtu dan minggu.
Kegiatan tersebut sangat tepat dilakukan mengingat tingkat mobilitas penduduk
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
158
Universitas Indonesia
terutama di Kelurahan Ancol sangat tinggi sehingga dengan adanya pelayanan
tersebut, penduduk yang tidak memiliki waktu pada hari biasa (kerja) dapat
memanfaatkan pelayanan pada hari sabtu dan minggu. Hal ini didukung pula dengan
pernyataan yang dikemukakan oleh Bapak Krisbudiardjo selaku Ketua Gerakan
Masyarakat Transparansi Pelayanan Publik, “… Tapi kalo dari Kelurahan sendiri
cukup baik di dalam mensosialisasikan maupun di dalam membuka jadwal jamnya
itu sampe malem.” (hasil wawancara mendalam dengan Bapak Krisbudiardjo, 28
April 2012).
Kecenderungan Masyarakat Terhadap Program
Secara keseluruhan, penduduk Kelurahan Ancol yang telah melakukan kegiatan
perekaman e-KTP menyatakan penerimaannya terhadap program nasional e-KTP ini.
Hal ini sebagaimana yang diungkapkan salah satu warga Kelurahan Ancol yang
menyatakan dukungannya terhadap pelaksanaan program nasional e-KTP, “Bagus
juga sih, dia identitas semua tahu gitu . jadi ga ada yang ganda.” (hasil wawancara
mendalam dengan salah satu warga Kelurahan Ancol, 28 April 2012). Warga
Kelurahan Ancol lain yang ditemui juga mengatakan hal serupa yakni menyatakan
dukungannya terhadap pelaksanaannya program nasional e-KTP ini, “Ya sangat
bagus. Kita kan sebagai warga negara Indonesia ya harus mempunyai kartu
identitas, menunjang program Pemerintah, ya kan Pemerintah nyuruh gitu, kita ikutin
gitu. Ini kan demi kebaikan warga” (hasil wawancara mendalam dengan salah satu
warga Kelurahan Ancol, 28 April 2012).
Sebagian besar warga menyatakan dukungannya terhadap pelaksanaan
program nasional ini akan tetapi terdapat warga yang menyatakan rasa pesimis
terhadap program nasional e-KTP, “Kalo saya terus terang pesimis dengan program
ini, bisa tercapai atau gak” (hasil wawancara mendalam dengan salah satu warga
Kelurahan Ancol, 28 April 2012).
Tanggapan masyarakat terhadap program
Tanggapan masyarakat Kelurahan Ancol terhadap program nasional e-KTP
cukup beragam. Ada yang memberikan tanggapan positif, ada yang memberikan
tanggapan negatif serta ada yang acuh terhadap program nasional ini, “Semoga
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
159
Universitas Indonesia
semua rakyat itu diperhatikan gitu, jangan dipersulit aja gitu” (hasil wawancara
mendalam dengan salah satu warga Kelurahan Ancol, 28 April 2012). Hal serupa
juga dikemukakan oleh warga Kelurahan Ancol lain, “mudah-mudahan dengan cara
gini, gak ada KTP double lagi” (hasil wawancara mendalam dengan salah satu warga
Kelurahan Ancol, 28 April 2012). Tidak hanya tanggapan positif, terdapat pula
tanggapan negatif yang berasal dari salah satu warga terhadap pelaksanaan program
nasional e-KTP, “ga ada harapan, ngikutin Pemerintah aja” (hasil wawancara
mendalam dengan salah satu warga Kelurahan Ancol, 28 April 2012). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa tanggapan warga terhadap program nasional e-
KTP ini adalah baik dan positif.
Kondisi masyarakat ketika program dilaksanakan
Ketika program nasional e-KTP di Kelurahan Ancol dilaksanakan, masyarakat
telah diberi sosialisasi terkait dengan program nasional tersebut, baik melalui
undangan maupun melalui tatap muka. Hal ini diperkuat dengan pernyataan yang
diutarakan oleh Bapak Sugeng Wibowo selaku Sekretaris Kelurahan Ancol dalam
wawancara berikut :
“Contoh misalnya pertemuan PKK, itu tidak murni menyampaikan kegiatan PKK tapi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan program Pemerintah, kegiatan yang ada saat ini di kelurahan Ancol selalu kita sampaikan, kita informasikan. Karena kita sistem sosialisasinya itu bukannya satu masalah, fokus ke masalah itu saja. Karena sosialisasi itu kan lebih bertujuan pada penyampaian informasi. Ini kita sampaikan, ini kita sampaikan. Berbeda dengan presentasi, kan gitu. kalo presentasi kan fokus di satu masalah. Kita sosialisasi sifatnya penyampaiannya” (hasil wawancara mendalam, 18 April 2012)
Sosialisasi yang dilakukan oleh pihak Kelurahan telah tersampaikan kepada
kelompok sasaran program ini yaitu masyarakat khususnya wajib KTP. Hal ini dapat
terlihat dari pengetahuan masyarakat tentang program nasional e-KTP. Hal ini
diperkuat dengan pernyataan yang diungkapkan oleh salah satu warga Kelurahan
Ancol yang telah memahami tujuan dari program nasional e-KTP ini, “Apa ya..
hehe.. KTP Nasional nanti, bisa dipake dimana aja, terus udah lebih canggih deh
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
160
Universitas Indonesia
dari KTP biasa. Kalo KTP biasa kan bisa palsu-palsu dikit, kalo e-KTP mungkin
akan lebih susah gitu. Jadi data berapa warga Indonesia kali gitu.. hehe” (hasil
wawancara mendalam dengan salah satu warga Kelurahan Ancol, 28 April 2012).
Berdasarkan pemaparan serta pernyataan yang diperoleh dari para informan,
dapat disimpulkan bahwa lingkungan sosial khususnya di Kelurahan Ancol
memengaruhi implementasi program nasional e-KTP di Kelurahan Ancol,
Kecamatan Pademanga, Jakarta Utara.
6.2 Lingkungan Politik
Lingkungan politik meskipun memiliki pengaruh yang kecil terhadap
kebijakan/program, keberadaannya tidak dapat diabaikan. Untuk mengidentifikasi
bagaimana lingkungan politik memengaruhi implementasi program nasional e-KTP,
maka digunakan 2 (dua) indikator untuk yaitu :
Kecenderungan elit politik terhadap program nasional e-KTP
Indikator pertama yang digunakan adalah kecenderungan elit politik terhadap
program nasional e-KTP. Dalam pelaksanaan program nasional e-KTP, elit-elit
politik dimana dalam hal ini adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Provinsi DKI Jakarta mendukung pelaksanaan program nasional ini. Hal ini dapat
terlihat dari pengawasan yang dilakukan oleh DPRD. Hal ini sebagaimana yang
dikemukakan Bapak Silitonga selaku staff Komisi A DPRD Provinsi DKI Jakarta.
Bapak Silitonga mengatakan bahwa dalam pelaksanaan program nasional e-KTP,
DPRD berperan sebagai pengawas. Hal ini terkait dengan peran DPRD yaitu
controller, budgeting, serta legal drafting, “Dalam pelaksanaan e-KTP di Jakarta,
DPRD mendukung serta mendorong agar pelaksananaanya berjalan dengan lancar.
Kita juga ikut mengawasi karena terkait dengan peran DPRD sebagai controller,
budgeting, serta legal drafting.” (hasil wawancara mendalam dengan Bapak
Silitonga, 3 Mei 2012).
Selain itu dalam pelaksanaan program nasional e-KTP, DPRD juga melakukan
koordinasi dengan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta
untuk mengetahui apa yang menjadi kendala. Hal ini sebagaimana yang
dikemukakan oleh Bapak Silitonga, “Kita juga melakukan koordinasi dengan Dinas
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
161
Universitas Indonesia
Kependudukan bisa dalam bentuk rapat. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apa
saja yang menjadi kendala selama pelaksanaan e-KTP di DKI Jakarta”(hasil
wawancara mendalam dengan Bapak Silitonga, 3 Mei 2012). Berdasarkan
pemaparan serta pernyataan dari para informan diketahui bahwa dalam implementasi
program nasional e-KTP di DKI Jakarta, para elit politik memberi dukungan dan
mendorong agar pelaksanaan program nasional ini berjalan lancar.
Kecenderungan Kelompok-kelompok kepentingan terhadap program nasional e-
KTP
Tidak dapat dielakkan bahwa sebuah kebjakan/program yang dibuat oleh
Pemerintah mengundang pro dan kontra dari berbagai pihak. Hal ini terjadi karena
kebijakan/program bukan merupakan produk akhir yang mutlak berlaku. Demikian
pula dengan program nasional e-KTP ini. ketika diluncurkan pertama kali oleh
Kementerian Dalam Negeri, program nasional ini mengundang pro dan kontra dari
berbagai pihak, salah salah satunya adalah Lembaga Swadaya Masyarakat Gerakan
Masyarakat Transparansi Pelayanan Publik (Gematrappi). Sebagai organisasi yang
bergerak di bidang pelayanan publik ini, mengatakan bahwa program nasional e-KTP
ini tidak berjalan dengan sistematis. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh
Bapak Krisbudiardjo selaku Ketua Gerakan Masyarakat Transpaansi Pelayanan
Publik dalam wawancara berikut :
“e-KTP itu boleh dibilang program tapi tidak tersusun secara sistematik. Gini misalnya diadakan pengumuman dari bulan.. ehmm tiga bulan pertama misalnya kan kemudian ada penundaan yang belum selesai kemudian ada lagi tapi seringkali mesinnya rusak itu yang kemudian merepotkan masyarakat. sedangkan sistemnya sudah bagus dimana hari sabtu minggu sampai malam pun dilakukan. Dari segi jadwal sudah oke tapi dukungan mesinnya seringkali tidak bagus, sering mati-mati sehingga dalam pelayanan ini bukan human error, tapi human machine ya, kadang-kadang tidak mengenakkan masyarakat. masyarakat sudah antri lama tiba-tiba mati dan terjadi di berbagai Kelurahan” (hasil wawancara mendalam dengan Bapak Krisbudiardjo, 28 April 2012).
Lebih lanjut, Bapak Krisbudiardjo mengatakan bahwa meskipun tidak berjalan
dengan sistematis akan tetapi apabila dilihat berdasarkan pelayanan yang dilakukan
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
162
Universitas Indonesia
oleh Kelurahan sudah berjalan dengan baik, “Tetapi kalo dari sudut pelayanan
kelurahan udah bagus hanya seringkali kecewanya karena mati aja, diluar itu gak
ada. Karena faktor alat. Prosesnya sangat mudah sekali, cuma 5 menit” (hasil
wawancara mendalam dengan Bapak Krisbudiardjo, 28 April 2012). Dari
pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Krisbudiardjo dapat
disimpulkan bahwa Gematrappi sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat yang
bergerak dalam pelayanan publik memberikan kecenderungan yang positif terhadap
program nasional e-KTP.
6.3 Lingkungan ekonomi
Lingkungan ekonomi juga turut memengaruhi implementasi sebuah kebijakan
publik seperti lingkungan sosial dan lingkungan politik. Untuk menilai dan melihat
seberapa besar lingkungan ekonomi memengaruhi implementasi kebijakan/program,
maka digunakan dua indikator yakni sumber-sumber ekonomi dalam organisasi
pelaksana serta kondisi perekonomian ketika program dilaksanakan.
Sumber-sumber ekonomi dalam organisasi pelaksana
Indikator pertama yang digunakan adalah sumber-sumber ekonomi dalam
organisasi pelaksana. Seperti diketahui bersama bahwa ketika Pemerintah
memutuskan untuk melaksanakan kebijakan publik/program tentu menghabiskan
dana yang tidak sedikit. Demikian pula dengan program nasional e-KTP ini. Untuk
melaksanakan program ini Pemerintah menganggarkan dana sebesar Rp 6,679
Trilyun. Jumlah tersebut tidak hanya di anggarkan untuk pelaksanaan e-KTP di
semua Kabupaten/Kota di Indonesia akan tetapi juga untuk kegiatan pemutakhiran
data penduduk serta penerbitan NIK. Untuk implementasi program nasional e-KTP di
Provinsi DKI Jakarta, pembiayaan juga berasal dari APBD yang meliputi pembiayaan
honor tenaga operator e-KTP, penambahan daya listrik, kegiatan sosialisasi berupa
pencetakan undangan dan kegiatan publikasi. Adapun dana yang di anggarkan untuk
tahun anggaran 2011 sebesar Rp. 14.675.425.740,00 (empat belas miliar enam ratus
tujuh puluh lima juta empat ratus dua puluh lima ribu tujuh ratus empat puluh rupiah)
sementara untuk tahun 2012, dana yang di anggarkan sedikit berkurang yakni sebesar
Rp 11.558.622.200,00 (sebelas miliar lima ratus lima puluh delapan juta enam ratus
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
163
Universitas Indonesia
dua puluh dua ribu dua ratus rupiah). Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh
Ibu Alina Balqis selaku Kepala Bidang Data dan Informasi Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta dalam wawancara berikut :
“jumlahnya untuk tahun 2011 itu 11.558.622 200. ini anggaran loh ya. Saya lihat sih gak semua diserap. Kayanya separuh-separuh sih diserapnya. Wilayah.. ehmm.. jakarta Utara juga rendah nih penyerapannya, separuhnya hampir sepertiganya. Utara itu. ini kan hanya untuk 4 bulan. Asumsinya kalo mereka sabtu minggu bisa lembur, tapi ternyata kan pada ga begitu” (hasil wawancara mendalam dengan Ibu Alina Balqis, 4 April 2012).
Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa jumlah anggaran baik untuk tahun
2011 dan tahun 2012 yang dibuat oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terbilang
cukup besar yang mencakup pembiayaan honor tenaga operator e-KTP, penambahan
daya listrik, kegiatan sosialisasi, hingga pada penyediaan sarana dan prasarana. Dari
Jumlah anggaran untuk tahun 2012 sedikit berkurang dibandingkan dengan anggran
untuk tahun 2011. Pengurangan jumlah anggaran tersebut salah satunya disebabkan
karena adanya pengurangan jumlah tenaga operator yang digunakan sehingga dana
yang di anggarkan untuk tenaga operator menjadi berkurang.
Kondisi perekonomian ketika program dilaksanakan
Indikator kedua yang digunakan untuk menilai seberapa besar lingkungan
ekonomi memengaruhi implementasi program nasional e-KTP terutama di Kelurahan
Ancol. Ketika program nasional ini pertama kali diluncurkan, kondisi perekonomian
Indonesia berada dalam kondisi baik. Kondisi Perekonomian Indonesia pada tahun
2012 bahkan diproyeksikan solid, dan memiliki peningkatan hingga 6,7%. Hal ini
tentu akan memiliki dampak positif terhadap implementasi program nasional ini.
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
164
Universitas Indonesia
BAB 6SIMPULAN DAN REKOMENDASI
6.1 Simpulan
Berdasarkan pemaparan dari bab sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan
bahwa dari enam faktor yang memengaruhi implementasi kebijakan sebagaimana
yang terdapat dalam model implementasi kebijakan Van Meter dan Van Horn,
terdapat empat faktor yang paling memengaruhi implementasi program nasional e-
KTP di Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara. Keempat faktor
tersebut adalah yaitu ukuran dan tujuan kebijakan, sumber-sumber kebijakan,
komunikasi antar organisasi terkait dan kegiatan pelaksanaan, serta lingkungan sosial
masyarakat. Keempat faktor tersebut yang menjadi penyebab penyerapan e-KTP di
Kelurahan Ancol rendah.
6.2 Rekomendasi
Berdasarkan simpulan yang telah disebutkan, maka rekomendasi yang
disarankan adalah sebagai berikut :
1. Penggunaan sistem stelsel aktif dalam pelaksanaan program nasional e-KTP masih
belum tepat dilaksanakan di Indonesia. Sistem stelsel aktif adalah suatu sistem
dimana penduduk berperan aktif dalam melaporkan kejadian penting atau
peristiwa kependudukan yang terjadi pada penduduk tersebut seperti melaporkan
pindah tempat tinggal, melapor adanya kelahiran, dan sebagainya. Sistem tersebut
dirasa belum tepat digunakan di Indonesia mengingat tingkat kesadaran penduduk
Indonesia masih rendah. Seharusnya Pemerintah tidak mengandalkan sistem itu
saja tetapi juga ikut berperan aktif dalam menciptakan administrasi kependudukan
yang tertib.
2. Perlu dilakukan pengecekan kembali terhadap database kependudukan yang
didapat dari kegiatan pemutakhiran penduduk karena berdasarkan hasil observasi
yang dilakukan di Kelurahan Ancol masih ditemukan penduduk yang belum
mengganti NIK menjadi NIK Nasional sehingga data penduduk tersebut terkunci
164
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
165
Universitas Indonesia
dan tidak dapat secara langsung melakukan perekaman e-KTP.
3. Pendamping Kelurahan (damkel) yang terdapat di Kelurahan sebaiknya tidak
hanya dari konsorsium tetapi juga ada perwakilan dari Kementerian Dalam Negeri.
Hal ini dilakukan agar Kementerian Dalam Negeri dapat mengetahui secara
langsung kondisi di lapangan dan dapat menangani apabila terdapat masalah.
4. Kementerian Dalam Negeri perlu membuat dan memberlakukan sanksi yang tegas
misalnya berupa sanksi administratif kepada para penduduk yang belum
melakukan kegiatan perekaman e-KTP. Hal ini perlu dilakukan agar para
penduduk menjadi peduli terhadap program nasional ini.
5. Pelayanan e-KTP mobile perlu ditingkatkan di wilayah Kelurahan Ancol. Hal ini
dilakukan karena salah satu kendala yang dihadapi di Kelurahan tersebut adalah
tingkat mobilitas dari penduduknya yang sangat tinggi.
6. Kementerian Dalam Negeri harus menumbuhkan kesadaran kepemilikan identitas
seperti KTP kepada penduduk. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mulai
memperbaiki kualitas pelayanan administrasi kependudukan secara bertahap baik
di tingkat Kelurahan maupun di tingkat Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
yang selama ini dikenal dengan adanya berbagai pungutan liar yang dilakukan
oleh oknum pegawai Kependudukan. Diharapkan dengan mulai diperbaikinya
pelayanan administrasi kependudukan, tingkat kesadaran penduduk terhadap
kepemilikan identitas menjadi meningkat dan menimbulkan dampak positif
terhaap program nasional e-KTP ini.
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
166
Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
Buku:Bungin, M. Burhan. (2008). Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi,
Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Predana Media Group.
Budiardjo, Miriam. (1992). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Dunn, William N. (2000). Pengantar Analisis kebijakan publik edisi kedua. (penerjemah Muhadjir Darwin dan Samodra Wibawa). Yogyakarta: GadjahMada University Press.
Gerston, Larry N. (2002). Public Policy Making In A Democratic Society : A Guide To Civic Engagement. England: M.E Sharpe.
Gibson, James L., John M. Ivancevich, James H. Donnely. (1996). Organisasi Jilid 2(Savitri Soekrisno & Agus Dharma, Penerjemah). Jakarta: Erlangga.
Holmes, Douglas. (2001). E-Gov : E-Business Strategies For Government. London: Nicholas Brealey Publishing.
Howlett, Michael & M. Ramesh. (2003). Studying Public Policy Cycles And Policy Subsystems, Second Edition. Canada: Oxford University Press.
Indiahono, Dwiyanto. (2009). Kebijakan Publik : Berbasis Dynamic Policy Analysis. Yogyakarta: Gava Media.
Indrajit, Richardus Eko,dkk. (2005). E-government in action : ragam kasus implementasi sukses di berbagai belahan dunia. Yogyakarta: ANDI.
Irawan, Prasetya. (2006). Penelitian kualitatif dan kuantitatif untuk ilmu-ilmu sosial.
Depok: Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI.
Islamy, M. Irfan. (2004). Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.
Jannah, Lina & Bambang Prasetyo. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif : Teori Dan Aplikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Kusumanegara, Solahuddin. (2010). Model Dan Aktor Dalam Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gava Media.
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
167
Universitas Indonesia
Mertokusumo, Sudikno. (2003). Mengenal Hukum : Suatu Pengantar. Yogyakarta: Liberty.
Miles, Matthew B. dan A Michael Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru (Terjemahan). (Tjetjep Rohendi Rohidi, Penerjemah). Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Moleong, Lexy J. (2006). Metodologi penelitian kualitatif edisi revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nazir, Mohammad. (1999). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Palumbo, Dennis J. (1994). Public Policy In America : Government In Action. USA: Harcourt Brace College.
Parson, Wayne. (2008). Public Policy : Pengantar Teori & Analisis Kebijakan (Cetakan Ketiga). (Tri Wibowo Budi Santoso, Penerjemah). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Robbins, Stephen P. (1994). Teori Organisasi : Struktur Desain Dan Aplikasi Edisi 3. (Jusuf Udaya, Penerjemah). Jakarta: Arcan.
Robbins, Stephen P & Timothy A. Judge. (2009). Perilaku Organisasi Edisi 12. (Diana Angelica, Ria Cahyani, dan Abdul Rosyid, Penerjemah). Jakarta: Salemba Empat.
Rusli, Said. (1985). Pengantar Ilmu Kependudukan. Bogor.LP3ES.
Silalahi, Ulber. (2010). Metode penelitian sosial. Bandung: Refika Aditama.
Sirait, Justin T. (2007). Memahami aspek-aspek pengelolaan sumber daya manusia dalam organisasi. Jakarta: PT Grasindo.
Subarsono, AG. (2006). Analisis Kebijakan Publik. Konsep, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suharto, Edi. (2005). Analisis Kebijakan Publik: Panduan Praktis Mengkaji Masalah Dan Kebijakan Sosial. Bandung: Alfabeta.
Syafiie, Inu Kencana. Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia (SANRI). (2006). Bandung: Bumi Aksara.
Wahab, Solichin Abdul. (2005). Analisis Kebijaksanaan: Dari Formulasi Ke Implementasi Kebijaksanaan Negara Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara.
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
168
Universitas Indonesia
Wibawa. Samodra. (1994). Kebijakan Publik: Proses dan analisis. Jakarta: Intermedia.
Widodo, Joko. (2001). Good Governance : telaah dari dimensi akuntabilitas dan kontrol birokrasi pada era desentralisasi dan otonomi daerah. Surabaya: Insan Cendikia.
Winarno, Budi. (2012). Kebijakan publik : teori, proses, dan studi kasus. Yogyakarta: CAPS.
Peraturan Perundang-Undangan
Republik Indonesia. Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan.
Republik Indonesia. Peraturan Presiden No. 26 Tahun 2009 Tentang Penerapan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasionalsebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden No. 35 tahun 2010.
Republik Indonesia. Keputusan Kementerian Dalam Negeri No. 471.130.5-335 Tahun 2010 tentang Pembentukan Tim Teknis Penerbitan NIK Secara Nasional.
Republik Indonesia. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 147 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kelurahan.
Republik Indonesia. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Penerapan KTP Berbasis NIK Nasional.
Publikasi Lainnya :“Apa dan Mengapa e-KTP”. http://www.e-ktp.com/2011/06/hello-world/ [2011,
Oktober]
Badan Pusat Statistik. “Penduduk Indonesia menurut Provinsi 1971, 1980, 1990, 1995, 2000 dan 2010”. bps.go.id.http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=12¬ab=1 [2011, Oktober]
Desikapemita, “Pembuatan e-KTP Masih Berantakan”. citizen6.liputan6.com 25 September 2011. http://citizen6.liputan6.com/read/355042/pembuatan-ektp-masih-berantakan [2011, September]
Geohive. “Global Statistics / Population Statistics”. http://www.geohive.com/ [2011, Oktober]
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
169
Universitas Indonesia
Himatesil. “Iris dan Vein Biometric”. Himatesil.ipb.ac.id. himatesil.ipb.ac.id/.../BIOMETRIC%20IRIS%20DAN%20VENA.pdf [2012, Mei]
Kementerian Dalam Negeri. “Dari Penduduk untuk Penduduk”. Depdagri.go.id 9 Februari 2010. http://www.depdagri.go.id/article/2010/02/09/sistem-ktp-baru [2011, Oktober]
______________. “Jumlah Penduduk Indonesia 259 Juta”. Depdagri.go.id 19 September 2011. http://www.depdagri.go.id/news/2011/09/19/jumlah-penduduk-indonesia-259-juta [2011, Oktober]
______________. (2011). Pedoman Penerapan KTP elektronik (e-KTP) di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil
______________. (2011). Kewenangan Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan. Jakarta: Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil
______________. (2008). Kebijakan nasional administrasi kependudukan berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2006, Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2007, dan Peraturan Presiden RI No. 25 Tahun 2008. Jakarta: Sekretariat Jenderal Administrasi Kependudukan Kementerian Dalam Negeri
______________. (2011). Program Strategis Nasional Di Bidang Kependudukan Dan Pencatatan Sipil. Jakarta: Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil
______________. (2011). Penerapan NIK dan e-KTP di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kristanti, Aryani. “KTP Ganda di Jakarta Mencapai 250 Ribu”. Koran Tempo 3 Agustus 2011. http://www.tempo.co/read/news/2011/08/03/057349802/KTP-Ganda-di-Jakarta-Mencapai-250-Ribu [2011, Agustus]
Kristin, Lamtiur. “Mau Daftar e-KTP, Puluhan Warga Ditolak”. Okezone.com 18 November 2011. http://news.okezone.com/read/2011/11/18/338/530998/mau-daftar-e-ktp-puluhan-warga-ditolak [2011, November]
Muhammad, Djibril. “e-KTP Baru Siap di Sepuluh Kelurahan”. Republika.co.id 1 Agustus 2011. http://www.republika.co.id/berita/regional/jabodetabek/11/08/01/lp8e37-ektp-baru-siap-di-sepuluh-kelurahan [2011. Agustus]
Nuchasin. “40 dari 56 Kelurahan di Jakbar Siap Layani e-KTP”. Barat.jakarta.go.id 7 September 2011. http://barat.jakarta.go.id/v09/index.php?option=com_content&view=article&i
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
170
Universitas Indonesia
d=598:40-dari-56-Kelurahan-di-jakbar-siap-layani-e-ktp&catid=16:umum&Itemid=151 [2011, Oktober]
Priliawito, Eko dan Dwifantya Aquina. “250 Ribu KTP Ganda Tersebar di Jakarta”. vivanews.com 3 Agustus 2011. http://metro.vivanews.com/news/read/237856-250-ribu-ktp-ganda-tersebar-di-jakarta [2011, Agustus]
“Penduduk”. http://singkawangkota.go.id/spektakuler2012/images/filePDF/data2008/04%20Penduduk.PDF [2008, Oktober]
Aditya, Yusuf. (2011). Implementasi Kebijakan Administrasi Kependudukan Oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta Dalam Upaya Pencegahan Aksi Terorisme. Depok: FISIP UI
Hutagalung, Johny Anthony M. (2001). Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Kebijakan Retribusi (Studi Kasus Kebijakan Retribusi KTP Di Propinsi DKI Jakarta). Depok: FISIP UI
Siskamya, Ria. (2008). Implementasi Kebijakan Administrasi Kependudukan Pada Pemerintahan Kota Depok. Depok: FISIP UI
Suandi, I Wayan. (2010). Eksistensi Kebijakan Publik Dan Hukum Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Jurnal Ilmiah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Vol. I No. 01, 18
World Bank. “Definition of E-Government”. Web.worldbank.org. http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/TOPICS/EXTINFORMATIONANDCOMMUNICATIONANDTECHNOLOGIES/EXTEGOVERNMENT/0,,contentMDK:20507153~menuPK:702592~pagePK:148956~piPK:216618~theSitePK:702586,00.html [2011, September]
Wandi, dkk. “Warga Kecewa, Alat Pembuat e-KTP Ngadat”. Poskota online 10 September 2011. http://poskota.co.id/berita-terkini/2011/09/10/warga-kecewa-alat-pembuat-e-ktp-ngadat [2011, September]
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
172
Universitas Indonesia
Lampiran 1
PEDOMAN WAWANCARA
Skripsi : Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Implementasi Program Nasional KTP
Elektronik (e-KTP) Di Kelurahan Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakarta
Utara
Informan : Perwakilan Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan
Sipil, Kementerian Dalam Negeri
Latar belakang dibuatnya program nasional e-KTP
Landasan hukum implementasi program nasional e-KTP
Tujuan dari program nasional e-KTP
Sasaran dari program nasional e-KTP
Waktu Implementasi program Nasional e-KTP
Perbedaan antara SIAK dengan e-KTP
Standard Operating Procedure (SOP) dalam implementasi program Nasional e-
KTP
Sanksi yang diberikan kepada pihak yang tidak mematuhi program nasional e-
KTP
Koordinasi Kementerian Dalam Negeri dengan Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta) mengenai implementasi program nasional
e-KTP
Bentuk pengawasan Kementerian Dalam Negeri terhadap implementasi program
nasional e-KTP
Pelatihan dan pendidikan bagi para operator dalam melaksanakan program
nasional e-KTP
Materi yang diberikan dalam pelatihan dan pendidikan
Jumlah sarana dan prasarana yang dibutuhkan per Kelurahan melaksanakan
program nasional e-KTP
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
173
Universitas Indonesia
Informan : Perwakilan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI
Jakarta dan Perwakilan Suku Dinas Kependudukan Dan PenPencatatan Sipil
Kota Administrasi Jakarta Utara
Peraturan yang menjadi landasan hukum implementasi program nasional e-KTP
Sasaran dari program nasional e-KTP
Waktu Implementasi program Nasional e-KTP
Standard Operating Procedure (SOP) dalam implementasi program Nasional e-
KTP
Sanksi yang diberikan kepada pihak yang tidak mematuhi program nasional e-
KTP
Jumlah sarana dan prasarana yang dibutuhkan per Kelurahan melaksanakan
program nasional e-KTP
Koordinasi antara Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI
Jakarta Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota administrasi Jakarta
Utara
Koordinasi antara Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
Administrasi Jakarta Utara dengan Kelurahan-Kelurahan di wilayah Jakarta Utara
Perbedaan antara SIAK dengan e-KTP
Koordinasi yang dilakukan pihak Kementerian Dalam Negeri kepada Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta
Koordinasi yang dilakukan pihak Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kota Administrasi Jakarta Utara
Komitmen pelaksana terhadap program nasional e-KTP
Kondisi sumber daya manusia dalam implementasi program nasional e-KTP
(kualitas dan kuantitas)
Pihak yang melakukan perekrutan tenaga operator
Persyaratan tenaga operator
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
174
Universitas Indonesia
Informan : Camat Pademangan
Waktu pelaksanaan e-KTP di Kecamatan Pademangan
Pelaksanaan e-KTP dari awal pelaksanaan hingga saat ini
Peran Kecamatan Pademangan dalam pelaksanaan e-KTP
Koordinasi yang dilakukan Kecamatan Pademangan dengan kelurahan-kelurahan
di wilayah Pademangan
Upaya yang ditempuh oleh Kecamatan Pademangan terkait pelaksanaan e-KTP
Informan : Lurah Kelurahan Ancol dan Kepala Satuan Pelaksana
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kelurahan Ancol
Waktu pelaksanaan e-KTP di kelurahan Ancol
Pelaksanaan e-KTP dari awal pelaksanaan hingga saat ini
Koordinasi Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Administrasi
Jakarta Utara dengan kelurahan Ancol
Koordinasi yang dilakukan Kelurahan Ancol dengan masyarakat
Koordinasi di dalam organisasi kelurahan Ancol
Standard Operating Procedure (SOP) dalam pelaksanaan program Nasional e-
KTP
Pemahaman lurah dan pegawai kelurahan terhadap program nasional e-KTP
Komitmen kelurahan Ancol terhadap program nasional e-KTP
Kondisi alat yang diterima kelurahan (kuantitas dan kualitas)
Kondisi tenaga operator (kualitas dan kuantitas)
Hambatan yang ditemui dalam kegiatan pelaksanaan e-KTP
Upaya yang ditempuh untuk mengatasi hambatan
Informan : Tenaga Operator
Waktu pelaksanaan e-KTP di kelurahan Ancol
Pelaksanaan e-KTP dari awal pelaksanaan hingga saat ini
Standard Operating Procedure (SOP) tenaga operator
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
175
Universitas Indonesia
Kondisi alat yang diterima kelurahan (kuantitas dan kualitas)
Kondisi tenaga operator (kualitas dan kuantitas)
Persyaratan umum dan khusus untuk menjadi tenaga operator
Pemahaman tenaga operator mengenai program nasional e-KTP
Pendidikan dan pelatihan bagi tenaga operator e-KTP
Waktu dan tempat pelatihan dan pendidikan bagi para operator dalam
melaksanakan program nasional e-KTP
Materi yang diberikan selama pelatihan dan pendidikan bagi tenaga operator
Hambatan yang ditemui selama menjadi operator
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan yang ditemui
Informan : Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi DKI
Jakarta
Tanggapan Anggota DPRD terhadap implementasi program nasional e-KTP di
Provinsi DKI Jakarta
Peran DPRD dalam implementasi program nasional e-KTP
Informan : Masyarakat wajib KTP yang telah melaksanakan program nasional
e-KTP
Pengetahuan masyarakat mengenai program nasional e-KTP
Tanggapan masyarakat terhadap program nasional e-KTP
Sosialisasi yang dilakukan pihak Kelurahan kepada masyarakat
Realisasi program nasional e-KTP di lapangan
Kekurangan-kekurangan dari implementasi program nasional e-KTP
Lampiran 2 Hasil Wawancara
Transkip Wawancara
Informan :Indersan
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
176
Universitas Indonesia
Jabatan :Kepala Seksi Kartu Tanda Penduduk, Direktorat Jenderal
Kependudukan dan Catatan Sipil, Kementerian Dalam Negeri
Hari/Waktu :Senin, 30 April 2012, pukul 10.00 WIB
Desti : Sebenarnya latar belakang dibuatnya program nasional e-KTP ini apa sih pak?
Indersan : e-KTP? ehm.. yang jelas KTP kita ini kan.. emm.. sistem administrasi kependudukan di Indonesia itu masih lemah, paling lemah di dunia. Jadi identitas kita itu bisa dipalsukan, bisa dibuat orang lain, terus bisa digandakan, 1 orang bisa 2, 3, 4 KTP atau identitas lah sesuai dengan kebutuhan dia. Liat kondisi begitu, banyak kasus-kasus misalnya kalo di perbatasan itu kan orang-orang asli sana, keturunan ya. Kakeknya meninggal, masuk lagi orang dari luar, bikin KTP atas nama kakeknya, nah bertambah kan jumlah penduduk kita, padahal dia itu orang asing. Jadilah orang Indonesia udah punya KTP. terus para pengusaha mau usaha di jakarta, mau usaha di Palembang KTP nya masing-masing semua, per wilayah. Jadi kita ini apa.. dengan adanya eh sebelum adanya administrasi kependudukan ini kita atur, jumlah penduduk kita ini gak jelas, belum ada kepastian. Sensus BPS itu kan 10 tahun sekali, iya kan? 10 tahun sekali terus pake sampel lagi. ya kan? Ya.. gak ada bukti otentik yang bisa dipegang bahwa data mereka itu benar, akurat.
Desti : oo.. jadi data BPS itu belum akurat pak?Indersan : dia itu kan pake sampel, 10 tahun sekali. Coba deh kamu liat data
BPS, pake sampel dia. Itu juga gak semua penduduk itu di data. Kalo kita enggak, semua penduduk harus mengisi biodata penduduk melalui formulir F1-01, jadi biodata itu diisi per orang. Nah berangsur-angsurlah yang dulunya kita carut marut apa emm,, administrasi kependudukan Indonesia ya kan? KTP ganda, orang asing bisa sembarang bikin KTP. KTP itu kan dokumen kependudukan, artinya apa tanda bukti seorang bahwa dia warga negara Indonesia. Kalo ga memiliki KTP itu, waduuuhh bahaya banget, itu bisa di.. kekayaan kita ini kan kalo orang gak punya KTP, kita gak bisa mengontrol. nah itulah asal mulanya jadi karena carut marut administrasi kependudukan kita ini maka mulai sejak 2006 itulah kita mulai kepikiran untuk tertib administrasi. Kalo kita gak begini, kapan lagi. Kalo udah tertib itu kita bisa.. data kependudukan kita bisa valid. Ko valid sih pak? Karena penduduk sendiri yang ngisi, iya kan? Itu kan mereka sendiri yang buat, bukan kita yang buat-buat. Akhirnya kita kumpul terus kita masukin ke database kependudukan. gimana pak yang belum ngisi? Yang belum ngisi ya belum kita
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
177
Universitas Indonesia
masukin ke database. Jadi kalo yang belum ngisi, ya ngisi dulu di F1-01, formulirnya biar kita masukin databasenya sehingga kita bisa pertanggungjawabkan data yang ada. Cuman memang perlu waktu, karna kan 66 tahun Indonesia merdeka dari 45 sampe 2006 itu kan. Itu tahun 2006 itu masa transisi Undang-Undang administrasi kependudukan jadi, kan masih proses-proses kan. Jadi ya perlu waktu pembenahan-pembenahan. Terakhir itu ya sekarang ini KTP elektronik. Kalo dulu kan kita ada sistem SIAK, Sistem Informasi Administrasi Kependudukan, kita ada program SIAK. Udah ada dulu tahun 2006 apa 2005, ada rintisan untuk kabupaten/kota, sudah online ke pusat. Akhirnya bermasalah ya karena datanya belum bisa seluruh Indonesia. Sekarang makanya ya ada ide ini, KTP elektronik. KTP elektronik itu pertama dia online, kedua jati diri penduduk itu ada di KTP itu, sidik jari, iris mata, jari tangan, foto. Jadi kemungkinan dipalsukan atau digandakan itu susah. Ya makanya ide itu.
Desti : sebenarnya sejarah dan perkembangan KTP di Indonesia itu gimana sih pak sebelum adanya Undang-Undang No. 23 tahun 2006 itu?
Indersan : sebelumnya itu kita kenal apa itu KTP kuning. Tahu gak?Desti : Ga tau pak
Indersan : bukan KTP kuning sih, KTP manual lah karena masing-masing daerah beda-beda. Ya kan, tapi dasarnya memang kuning. Yang di ketik, itu yang di ketik manual terus di foto kita tuh putih, belakangnya kuning. Ya kan
Desti : oh itu KTP nya masing-masing daerah beda pak?Indersan : beda. Apanya maksudnya yang beda? Ehmm.. Penyebutan. Ehm
penyebutannya yang beda. Ada yang nyebutnya KTP kuning, ada juga yang nyebutnya KTP manual biasa. Terus itu juga backgroundnya bisa diatur lah, pake lambang daerah masing-masing, yang depannya itu
Desti : bukan garuda pak lambangnya?Indersan : bukan. Masih kedaerahan. Saya gak punya contohnya sih. Itu
udah lama banget. Hehe..Desti : KTP manual itu sudah ada setelah Indonesia merdeka atau
gimana pak?Indersan : pertama merdeka waduh itu referensinya nyari dimana ya, susah
juga. Hehe.. Itu sebelum KTP itu kita ada juga surat kaya akte. Surat kena lahir, Undang-Undang No. 1 tahun 74, itu barulah ada akte ada blankonya. Nah KTP juga begitu.
Desti : sebelum ada Undang-Undang No. 23 tahun 2006 itu mengacunya kemana pak untuk administrasi kependudukan?
Indersan : gak adaDesti : ooh.. Undang-Undang No.1 tahun 74 itu bukan pak?
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
178
Universitas Indonesia
Indersan : bukan, itu untuk akte kelahiran. Kita gak ada apa regulasi yang terkait dengan kependudukan, yang pasti. Sebelum Undang-Undang itu kita ada buat itu Perpres 28 tahun 2005. Itu juga baru perpres apa kepres, lupa saya. Perpres kalo gak salah, kurang kuat kan itu. Nah itu dulu yang jadi acuan kita untuk registrasi pendaftaran penduduk. Mungkin kita dulu semaunya kalo pindah kemana bikin KTP baru lagi. mau buat KTP di suatu daerah, mau buat 10 aja bisa, dimana kita tinggal semau kita kan. Dampaknya apa, dampaknya jumlah penduduk Indonesia secara pasti dan real itu kita gak tau. Orang kaya bisa 5 KTP Jakarta punya, Palembang punya, Medan punya. Kalo ngikutin KTP yang ada, berapa kali lipat jumlah penduduk. Jadi mulai dari Indonesia merdeka itu dasar hukumnya gak ada tentang administrasi kependudukan, tapi dasar dari Undang-Undang Dasar 45 ada kan. Pasal 5 ayat (1), ayat (2). Coba liat di UUD 45 setelah amandemen Pasal 5, Pasal 28 (b), pasal 28 (e). jadi memang kita gak ada dasar hukum yang jelas ya. Kalo Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang administrasi kependudukan itu kan jelas ya. Jadi pindah datanya semaunya aja. Memang kita di Pemerintahan ada ini kan emm.. penunjukkan KTP, ya tergantung daerah masing-masing, ya kan. Formatnya aja begini, ada lambang daerah masing-masing kan. Iya jadi depannya putih belakangnya kuning. Jadi administrasi kependudukan kita itu dari merdeka sampe 2006 lah ya ibarat benang kusut, bercabang-cabang kemana-mana bisa semau kita kan, suka-suka kita lah. Mungkin akte kelahiran yang agak tertib sedikit. itu juga bingung, kelahiran manual juga kan. Iya jadi gitu benang kusut. Mulainya kita pelan-pelan, hati-hati jangan sampe putus. Tapi untuk mewujudkan itu juga ada pihak-pihak yang berkepentingan kan, yang gak suka begitu. Karena aktifitas sehari-hari mereka ya kaya calo, TKI. Semau dia kan.
Desti : emm.. proses yang dilalui setelah disahkannya Undang-Undang kependudukan tahun 2006 hingga sekarang sebelum e-KTP itu apa aja pak?
Indersan : ya itu SIAK itu, Sistem Informasi Administrasi Kependudukan. setiap kabupaten/ kota itu kita mulai bangun database melalui SIAK. Di 2006 apa 2007 itu stimulan komputer, server kita kasih, di 497 kab/kota.
Desti : itu udah semua pak?Indersan : udah semua. Ada yang belum jalan, ya pokonya kita kasih juga
tetap. Karena kebayang kalo data kependudukan di Indonesia valid, bank data itu ada begitu besar manfaatnya bagi Indonesia, ya kan? Mulai dari apa pembangunan. Kita liat misal di kabupaten/ kota, jumlah wajib belajar dari 5 atau 6 tahun sampai 9 tahun itu berapa. Kalo besar, oh berarti di daerah itu perlu
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
179
Universitas Indonesia
bangun SD Inpres. Ooh ini misalnya jumlah kelahiran 0-5 tahun itu banyak, berarti harus dibangun puskesmas. Kalo dulu-dulu kan kita kan bangun SD Inpres sembarang aja dimana kira-kira, akhirnya apa sekolah banyak yang gak ditunggu, gak diurus kan? Jadinya dihuni sama kambing segala macem kan. Puskesmas juga begitu. Jadi dengan adanya database itu nanti, kita mau buat Indonesia ini maju bisa, kita mau buat Indonesia ini hancur bisa. Makanya kerahasiaan itu dijaga sama negara, ada security-nya sendiri. Gak bisa orang asing memiliki akses untuk punya database itu, itu jadi incaran semua negara untuk buat Indonesiajadi gimana. makanya itu pertama, kedua dari orang-orang indonesia Indonesia sendiri yang tidak mau tertib. Ya alasan mereka lah dengan pola pikir yang sempit kalo mau usaha susah, ini susah, ya banyak kan tantangan kita, penghambat untuk sistem KTP elektronik ini. tapi kita maju aja terus. Itikad kita kan baik, kalo maju baik, ya mudah-mudahan yang maha kuasa bantu. Emang berat, kita akuin berat. Indonesia ini kan luas dari sabang sampai merauke. Jadi sekarang ini tergantung sama anak bangsa sendiri, sama orang Indonesia sendiri mau dibawa kemana. Kalo KTP elektronik ini sukses, maka harapan kita, cita-cita kita untuk tertib administrasi bisa tercapai.
Desti : Kenapa pak baru tahun 2006 dibuat Undang-Undang administrasi kependudukan?
Indersan : memang kita apa kan dulu kan kita ini.. minduk ini 2001 apa 2002 baru berdiri. Jadi dulu kita ini kepanjangan tangan dari BAKNAS
Desti : BAKNAS itu apa pak?Indersan : BAKNAS itu.. Badan Kependudukan Nasional
Desti : Oohh..Indersan : nah itu dari transmigrasi. Jadi kan sebelum berdirinya kita ini
dulu kan dari BAKNAS, ada apalagi itu selain BAKNAS lupa saya, ya kan akhirnya berdirilah Minduk
Desti : oohh.. jadi dulu bukan di kemendagri pak?Indersan : bukan, di transmigrasi. Bergabung di transmigrasi. Jadi karena
ada perdebatan-perdebatan. Eh masalah kependudukan ini sebenarnya siapa sih yang ngurus. Setelah kita lihat, syarat suatu negara itu apa, penduduk, ya kan? Jadi penduduk itu harus diurusi negara. kalo negara yang ngurus, berarti kementerian atau departemen yang berhak paling berhak untuk mengurusi negara ini siapa, dan jatuhlah kepada Kementerian Dalam Negeri. Karena kan Kementerian Dalam Negeri kan memang mengurusi semua urusan Pemerintahan dalam negeri seluruh Indonesia, termasuklah penduduk maka dimasukkanlah ke Dalam Negeri. Maka BAKNAS itu kemudian jadi Minduk karena bener kan. Kalo masuk ke transmigrasi, link ke daerah-daerah itu gak ada.
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
180
Universitas Indonesia
Kalo kementerian dalam negeri, sampe kecamatan desa kelurahan itu kan dia harus satu format kan dari jakarta. iya kenapa, kalo gak kementerian dalam negeri susah, sampe ke desa-desa itu kita kan ada. Makanya memang itu salah satu syarat juga kan, penduduk itu harus diurusi, kita juga bisa mengawasi desa/kelurahan. Walaupun kendalanya di jalan masih banyak lah. Banyaklah ya kita perlu waktu, mengubah paradigma orang desa. Bikin KTP mah gampang lah, nanti ketik aja selesai. Nah sekarang gak bisa kan. Kalo ilang gimana pak? Ya bikin surat kehilangan. Karena kan KK, KTP sekarang bukan sekedar identitas, dokumen kepenudukan sama dengan ijazah, sama dengan paspor, sama dengan buku nikah. Ya kalo ilang, mesti lapor polisi, terutama KTP. Apalagi sekarang ada KTP elektronik. Masyarakat suka nanya ngapain sih pak KTP elektronik, lama jadinya. Kalo dulu kan dia bikin KTP tinggal ketik-ketik dan langsung bayar administrasi gitu kan. Kalo sekarang gak bisa, harus isi formulir dulu, nanti diproses. KTP elektronik ini kan kita tes dulu, dari daerah bikin datanya ke pusat, di Kemendagri. Di data center kita di tes ketunggalan dan kegandaannya apakah iris, sidik jari itu yakin tunggal baru kita kirim lagi ke daerah. Nantinya kan kalo tidak ada masalah, baru kita cetak. Udah di cetak, baru didistribusiin ke daerah-daerah. Orang-orang taunya kan lama banget jadinya, Pemerintah pusat boong aja ni. Gitu kata orang-orang.
Desti : bedanya SIAK dengan e-KTP itu apa pak?Indersan : bedanya kalo SIAK itu kan dia emm.. pertama dia belum online
ke pusat, jadi ada SIAK yang sudah online tapi itu kan berat, mereka via telpon gitu. Ada sih beberapa kab/kota yang online, gak banyak. Ada yang pake jaringan ini tower, tapi gak banyak. Jadi bedanya itu kalo dari.. ini dari apa dulu. Bedanya kalo dari jaringan komunikasi data, SIAK tidak terkoneksi ke pusat, kalo KTP elektronik terkoneksi ke pusat. Dari bahan bakunya..
Desti : maksudnya bagaimana pak?Indersan : ya artinya.. ini sendiri apa blanko, bukan blanko ya, apalah
blanko namanya, blanko KTP. Kalo dari bahan baku ini, SIAK dari kertas biasa. Kalo KTP elektronik ini gak, sudah dilengkapi dengan chip. Di chip itulah data kependudukan kita disimpan. Kalo KTP biasa yang kita punya, ini biodata kita kan terus ada tanda tangan dari kepala Dinas.
Desti : emm.. kalo bahan baku yang buat KTP elektronik ini namanya apa pak?
Indersan : apa saya lupa namanya. Hehe.. ini spesifikasinya ada di Permendagri Nomor 6, kalo ini spesifikasinya ada di Permendagri No. 9a dengan 35a. Nah itu dari bahan baku, kemudian dari teknologi yang digunakan. Kalo ini kan (KTP
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
181
Universitas Indonesia
biasa), standar biasa kan, print terus laminating. Kalo ini gak, ini pake sidik jari terus ada tanda tangan ini kita rekam dan foto juga kita rekam terus dimasukin ke dalam chip itu tadi. Teknologinya biometric dan chip. Tanda tangan, foto, sidik jari kita ada disini untuk apa menyatakan bahwa KTP ini memang punya kita. Tapi kalo yang ini (KTP biasa) bisa aja kita ganti. Misal hari ini saya buat, terus besok saya buat lagi dengan nama rudi, bisa aja kan karena gak ada biometricnya, teknologi yang digunakan gak ada yang bisa meyakinkan bahwa KTP ini adalah punya kita. Kalo sekarang gak bisa karena ada sidik jari kita. Untuk pengambilan kan, harus dilakukan pemadanan sidik jari kan, itu artinya yang ngambil sidik jari itu kan bener KTP nya ini. Kalo misalnya diambil sama orang lain, itu gak bisa, ditolak sama sistem dan kita juga petugas gak bisa memberikan kepada penduduk karena sidik jarinya bukan yang kita minta
Desti : kok gak sama pak antara e-KTP yang di sosialisasikan di poster yang ada kelurahan dengan yang sebenarnya?
Indersan : ini kan terdiri dari 9 lapisan. Chip itu ditaro di lapisan kelima, kenapa di lapisan kelima? karena untuk keamanan. Jadi kita masukin di lapisan kelima terus kita lapisin lagi. nah di lapisan terakhir kita laminating. Jadi ini udah di laminating, gak usah di laminating lagi. coba kalo ATM atau kartu kredit, itu kan dia chipnya diluar. Kalo chipnya di dalem, susah untuk keamanan. Jadi untuk security keamanan data kita, data kita itu bukannya mau diobral sembarangan. Begitu juga di databasenya, securitynya ada.
Desti : oohh.. kemudian hologram dalam e-KTP untuk apa?Indersan : Itu untuk security juga
Desti : Jadi perbedaan antara SIAK sama e-KTP dari tiga hal itu aja pak?
Indersan : iya.. kalo dari aplikasinya rata-rata sama lah, cuman pengembangan-pengembangan aja. Di e-KTP pake aplikasi SIAK, ya pengembangan. Kalo dulu kan aplikasi sederhana, model pengembangan kan baru mulai. Bikin data penduduknya, grafik kependudukannya, penduduk lahir, mati, pindah, penduduk datang.
Desti oohh.. emm target dalam pelaksanaan e-KTP ini apa aja sih pak?Indersan kalo e-KTP kita emm schedule kita.. jadi schedule kita itu dari
2010 ada tiga istilahnya itu kegiatan strategis nasional.Desti : apa aja itu pak?
Indersan : 2010 itu pertama pemutakhiran data kependudukan secara nasional. Pemutakhiran data kependudukan itu apa, itu untuk membersihkan data penduduk, benar salah, kurang atau kurang lengkap, mana yang kurang itu semua dibersihin. jadi sebelum e-KTP ini jalan, itu harus dibersihin semua seluruh Indonesia
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
182
Universitas Indonesia
Desti : Caranya gimana pak?Indersan : ya itu kita print out F1-01 pemutakhiran. Kita kasih ke penduduk,
biar mereka yang koreksi datanya, bukan kita. Makanya bisa kita pertanggungjawabkan datanya.
Desti : kalo ada penduduk yang tidak jujur gimana pak?Indersan : nah kalo orang yang gak jujur, artinya dia hari ini pake nama ini,
besok pake nama lain, dia nanti kena sanksi, kan di Undang-Undangnya ada. Kalo penduduk yang membuat data lebih dari satu KTP, membohongi data kependudukannya itu kena sanksi. Ada sanksi pidananya kalo gak salah 2 tahun penjara denda 25 juta. Di Undang-Undang 26 itu eh UU 23 tahun 2006. Kalo pasal sanksi pidana itu 95 sampai 98 ke atas deh, itu sanksinya. Kalo kita petugas kena sanksi juga, kalo kita macem-macem, dibayar orang misalnya kan, kena sanksi. Makanya kalo petugas, ditambah sepertiga sanksinya.
Desti : maksudnya pak?Indersan : tadi kan dendanya 25 juta penjara 2 tahun, nah di tambah
sepertigaDesti : jadinya berapa tuh pak?
Indersan : enam tahun eh tiga tahunan yaDesti : terus pak pas pemutakhiran data itu, banyak gak pak data yang
salah?Indersan : Banyak. Ada yang salah, keliru, harus diperbaiki. kumpul lagi
kan masyarakat lalu kita benerin terutama NIK. NIK itu kan nomor identitas, nah inilah yang berlaku tunggal dan seumur hidup. Kemanapun kita pergi, NIK ini gak akan berubah. Enam digit pertama dalam NIK itu kode wilayah, enam digit terakhir itu tanggal bulan dan tahun lahir, empat digit terakhir itu by sistem. Di rumus demografi penduduk, untuk membedakan laki-laki dan perempuan itu kalo perempuan harus ditambah 40. Jadi kalo penduduknya cewek harus ditambah 40. Ya maka itu dia nomornya cuma satu.
Desti : emm.. yang dua digit terakhir itu gimana pak?Indersan : itu by system artinya sistem yang buat. misalnya hari ini buat e-
ktp pake aplikasi SIAK, maka itu yang keluar, urutan ke berapa, kalo pertama, pertama kalo urutannya kedua, ya kedua kalo ketiga, ya ketiga
Desti : oo.. emang yang digit terakhir itu sampai ratusan pak?Indersan : ada aja. Kalo misalnya pengurusan e-KTP per hari bisa sampai
100 atau 200. Berarti berdasarkan pengurusan KTP per hari. Iya kan?
Desti : oo.. terus pak apakah digit terakhir dalam NIK itu berbeda antara satu dengan yang lain?
Indersan : beda pasti, ya walau misalnya urutan digit terakhirnya sama, tanggal lahirnya kan beda. Nah jadi dikoreksi, diliat, bener
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
183
Universitas Indonesia
dikembalikan lagi ke petugas dikumpul lagi ke petugas emm.. jadi database di seluruh kabupaten/kota itu diperbaiki berdasarkan hasil F1-01 pemutakhiran itu tadi dari penduduk
Desti : apakah NIK dengan kode keamanan itu berbeda pak?Indersan : Emm gimana ya.. kode keamanan.. Ya betis lah, beda-beda tipis.
Karena gimana ya.. Kalo NIK itu identik tunggal terus seumur hidup berdasarkan by sistem kan 4 digit terakhir . ehem.. kalo kode keamanan bisa diidentikkan dengan NIK, bisa aja. Karena NIK itu tunggal dy dan by sistem kan, Cuma tidak ada tambahan.. elemen-elemen khusus di NIK itu terkait keamanan itu misalnya kan emm.. untuk KTP elektronik, KTP elektronik itu kan dicetak, dipersonalisasi itu kan pake tinta. Tinta itu ditambah kode-kode keamanan khusus dari lembaga sandi negara, ada tambahan di tinta itu. mahal itu tintanya, jadi kalo kita beli tinta sembarangan itu gak bisa. Harus tinta yang ada legalisasi dari lembaga sandi negara tapi kalo NIK gak ada. Cuma NIK itu unik kan dia, kode Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, tanggal lahir itu dari aplikasi itu. jadi kalo mau memalsukan NIK bisa, Cuma dari sistem itu ketauan kan by sistemnya itu dari.. bisa di cek. NIK ini bener gak namanya ini, di database yang udah kerekam. Sebelum NIK itu kan perekaman data kita, setelah perekaman data kita selesai baru kita dapet NIK. Kalo kita gak merekam, kita bisa karang-karang sendiri kan NIK nya Cuma setelah di cetak di database itu ada gak. Jadi kalo dikatakan sama dengan kode keamanan, ya bisa juga Cuma dia gak ada elemen-elemen khusus.
Desti : proses pemutakhirannya itu berapa lama pak?Indersan : satu tahun, 2010. Tahun 2010 itu kita pemutakhiran data di
seluruh Indonesia.Desti : mulai pemutakhirannya dari awal tahun pak?
Indersan : mungkin mulainya gak dari januari sih, mungkin bulan maret atau april lah ya persiapannya. Jadi 2010 itu pemutakhiran data seluruh Indonesia dan penerbitan NIK, Jadi setelah pemutakhiran data itu di semua wilayah itu selesai kita terbitkan juga NIK di tahun 2010 itu di 300 kabupaten/kota
Desti : Kenapa cuma di 300 kab/kota aja pak?Indersan : karena ada yang belum selesai pemutakhiran datanya. Kalo yang
belum selesai, ya kita lanjutkan penerbitan NIKnya di 2011. Karena kan Indonesia itu luas, kan tadi udah saya bilang. Kalo kita liat jakarta, masa sih setahun gak kelar. Tapi kalo liat seluruh Indonesia, bisa jadi
Desti : kemudian setelah penerbitan NIK, apa lagi pak?Indersan : jadi penerbitan NIK di 300 kabupaten/kota. Itu ada emm.. dari
dinas ya mengeluarkan Surat Penerbitan atau kita nyebutnya SP NIK. SP NIK itulah yang jadi biodata kita, identitas kita kan kalo
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
184
Universitas Indonesia
NIK kita bener nama kita bener, tanggal lahir kita bener. 2011 setelah pemutakhiran, kita mulai lanjut ke penerapan KTP elektronik di 197 kabupaten/kota dan penerbitan NIK di 167 kabupaten/kota
Desti : oh jadi barengan pak antara penerapan KTP elektronik dengan penerbitan NIK?
Indersan : yang 2010 kita cuman dua kegiatan pemutakhiran dan penerbitan NIK di 330 kabupaten/kota. 2011 pelaksanaan KTP elektronik di 197 dan penerbitan NIK lagi yang belum di 167 kabupaten/kota. Yang 2010 belum itu kan kita terbitin di 2011.
Desti : apakah sekarang NIK udah di terbitkan semua di kabupaten/kota pak?
Indersan : Iyaa.. jadi per 31 Desember 2011 kemarin, pak Menteri Dalam negeri menyampaikan apa emm.. menyampaikan secara publik lah ya ke media massa bahwa seluruh penduduk Indonesia sudah memiliki NIK. Ya karena 2 tahun itu kita harus ada hasil kan, 2010-2011 kan udah diterbitin NIK. Jadi masyarakat berhak untuk meminta SP NIK ke Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Itu harus punya.
Desti : terus apa lagi pak? Indersan : Tiga kegiatan strategis itu kita mulai tahun 2010, 2011, dan 2012.
2010 itu tadi kan pemutakhiran dan penerbitan NIK. 2011 e-KTP di 197 dan penerbitan NIK. 2012 e-KTP di 300 kabupaten/kota. Ini udah mulai jalan kan dari bulan Januari terus ada juga yang belum, lagi persiapan-persiapan segala macem lah.
Desti : Dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan program e-KTP itu darimana pak?
Indersan : Ya dari Pemerintah, dari APBNDesti : Yang didanai dari APBN itu apa aja pak?
Indersan : Alat sama blanko KTP elektroniknya tapi emm.. gimana ngomongnya ya. Kalo blanko kosong gini, berarti ini doang kita kasih, gak ada tulisan namanya. Ini di print juga kan, jadi tintanya juga. Tintanya khusus, gak bisa sembarang. Ya karena ada itu tadi kode-kode khusus dari lembaga sandi negara, terkait dengan security. Kalo gak begitu kan orang bisa aja beli mesinnya, tintanya ah beli aja diluar bahan bakunya beli sendiri terus dia cetak sendiri. kalo tinta khusus itu kan ada inisialnya, di readernya KTP nya kebaca kan. Oh ini yang asli ini yang palsu
Desti : Untuk perangkat e-KTP, dana yang dianggarkan dari APBN itu sekitar berapa pak?
Indersan : oo.. itu besar tu. Milyaran, trilyunan itu. 5,8 apa 6,2 ya? Ya kira-kira 5,8 lah. Dana yang dianggarkan itu kecil dibandingkan dengan keseluruhan APBN yang jumlahnya sekitar 200 Trilyun. Kecil itu dibandingkan dengan manfaatnya e-KTP nanti
Desti Sebenernya alasan pemilihan DKI Jakarta sebgai pilot project
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
185
Universitas Indonesia
program ini apa pak?Indersan : sebenernya bukan pilot project kalo saya pribadi. Kalo saya pikir
jakarta ini bukan pilot project tapi sorotan kalo saya pribadi ya. Karena ibukota negara, ibukota provinsi, semua dunia seluruh Indonesia sorotannya ke jakarta. ah jakarta aja belum, itu kata orang di daerah. Dunia juga, ngeliatnya ke jakarta dulu. wah jakarta udah tuh karena jadi sorotan itu.
Desti : Ada hal lain gak pak yang membuat jakarta jadi pilot project e-KTP?
Indersan : Emm.. kalo saya pribadi dari sarana dan prasarananya itu juga kan, gampang, cepat, arus informasinya cepat. jadi kita gak susah-susah kan. Semua terjangkau kita ini kan. Iklim budaya teknologi bisa kan jadi terjangkau semua kan di jakarta ini. apa sih yang gak ada di jakarta. jadi makanya cepat kan kita ininya mengantisipasi kalo ada masalah segala macem.
Desti : Pelaksanaan e-KTP di jakarta itu mulai dari kapan pak?Indersan : 2011, eh mulainya emm.. sebenernya sih kita mulai e-KTP gak
terlepas dari mulai pemutakhiran. Itu memang urutannya begitu. Pemutakhiran dulu, penerbitan NIK baru e-KTP. Jadi urutannya begitu. Gak bisa kita langsung buat e-KTP tanpa pemutakhiran dulu tanpa penerbitan NIK dulu. Jelas otomatis data yang ada nanti belum valid. Makanya itu kita perlu pemutakhiran.
Desti : oohh.. iya jadi proses mulai kegiatan perekaman e-KTP di Jakarta itu kapan pak?
Indersan : 2011 untuk DKIDesti : Bulan apa pak?
Indersan : kita kontraknya 1 Juli ya, emm.. Agustus lah mulainya. mulainya itu bukan langsung perekaman loh, tapi persiapan-persiapan
Desti : Kenapa pelaksanaan e-KTP di kelurahan-kelurahan Jakarta itu ga serentak bulan agustus pak?
Indersan : Kendalanya pertama jaringan, peralatannya, binteknya, operator. Karna kita ini kan program baru, alih teknologi, dari teknologi sederhana ke teknologi baru. Kita perlu persiapan-persiapan, nah persiapan itu yang bikin waktu pelaksanaan perekaman jadi agak mundur. Persiapan-persiapannya itu yang bikin mundur. Kita cek dulu, peralatan ke kelurahan-kelurahan. Itu distribusinya, settingannya, belum lagi aplikasinya pemanggilan kan perlu waktu gak harus 1 agustus tek semua jalan. Jaringan komunikasi datanya kan pake satelit indosat itu kan, 1 hari masang 1 hari setting kan
Desti : emang pasangnya susah ya pak?Indersan : masangnya mungkin kalo jakarta gak, cuman nyari jaringannya
itu sinyalnya itu agak repot dia. Jadi kendala itu tadi, teknis ajaDesti : sarana dan prasarana yang diberikan ke kelurahan itu apa aja
pak?
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
186
Universitas Indonesia
Indersan : ini apa peralatannya ya,, emm.. iris mata, finger print, signature pad, server, UPS.
Desti : UPS itu gunanya untuk apa pak?Indersan : UPS itu kaya batre, untuk menyimpan arus listrik
Desti alat-alatnya itu darimana pak?Indersan sebenernya program kita itu sampai kecamatan. Loh kok pak ada
yang sampai kelurahan? Nah boleh tapi dia mengajukan surat resmi ke Menteri Dalam Negeri bahwa mereka ingin mengadakan di Kelurahan. Di Indonesia ini ada dua yang mengajukan sampai kelurahan yaitu DKI Jakarta sama kota Surabaya karena mereka pasti dikasih sarana prasarananya, operatornya segala macem siap di kelurahan, gedungnya itu udah siap, udah layak lah di Kelurahan. Karena terkait dengan kontrak kita sampai kecamatan, ada daerah yang minta sampe kelurahan. Nah yang kelurahan itu biaya sendiri. jadi kita cuman hanya apa memfasilitasi sampai kecamatan. yang kelurahan itu biaya dari pemda masing-masing untuk menambah peralatan itu. Itu yang dari kita, memang jalurnya begitu. Cuma kalo berapa besar biayanya, kita gak tau kan tambahannya. Yang jelas kita stimulan setiap kecamatan itu 2
Desti oohh.. emm.. berarti kabupaten/kota yang lain itu sampai kecamatan ya pak?
Indersan IyaDesti yang mengoperasionalkan peralatannya itu siapa pak?
Indersan : OperatorDesti operatornya itu darimana pak?
Indersan Operator itu dari Pemerintah daerah, dari dinas dukcapil. Pokoknya Pemerintah daerah lah. Mau dia pake dinas dukcapil boleh, mau pake orang di kecamatan boleh. Itu nanti di bintek sama konsorsium selama 2 hari mereka itu untuk mengoperasionalkan alat perekaman.
Desti binteknya siapa yang ngadain pak?Indersan Konsorsium, karena kan kita kerjasama dengan konsorsium
pengadaan alat, barang, pelaksanaan. Jadi kontrak kita itu konsorsium yang melaksanakannya. Kita juga memantau, membantu lah, jadi kita ada konsorsium yang bergerak khusus untuk persiapan dan pelaksanaan lah.
Desti oh jadi konsorsium itu beda-beda pak?Indersan gak, satu bendera dia konsorsium. Jadi konsorsiumnya diketuai
sama PNRI, Percetakan Negara Indonesia.Desti oohh.. jadi maksudnya konsorsium itu terdiri dari beberapa
perusahaan gitu pak?Indersan iya. Jadi ada PNRI, ada indosat jaringan indosat, ada untuk
bintek itu pendamping kabupaten/kota, desa/kelurahan Kecamatan itu sucofindo. Ada yang untuk aplikasinya itu PT.
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
187
Universitas Indonesia
LAN, ada untuk alatnya itu kuadra. Kalo untuk pengadaan alatnya, dicari solusinya Kuadra itu dan distribusi ke seluruh Indonesia
Desti oohh.. terus tugas Kemendagri pas pelaksanaan bintek itu apa pak?
Indersan kalo kita pas bintek operator itu memang semua dari konsorsium. Dari kita ya pengawasan lah. Dari bintek itu yang belum apa, jangan sampe binteknya gak sesuai kan. Ada masalah apa-apa kita tanya.
Desti materi binteknya itu siapa yang nyusun pak?Indersan dari konsorsium, dari sucofindo itu binteknya tapi kalo untuk
masalah konsorsium itu gak perlu lah dimasukin, itu teknis aja. Artinya gini mbak setiap melaksanakan kegiatan itu kita ada pihak ketiga mbak. Misalnya kita mau mengadakan pembelian komputer, kita gak bisa langsung beli dalam Pemerintahan itu. gitu juga dalam e-KTP ini karena terkait dengan peralatan kan, teknologi. Kita kalo untuk koordinasi dan konsultasi kita bisa itu dari desa/kelurahan namun kalo untuk IT repot juga kan makanya kita pake pihak ketiga, konsorsium
Desti Untuk pelaksanaan di Kelurahan itu ada pendampingan pelaksanaan gak pak?
Indersan ada, kita ada pendampingan sampai di kecamatan. tapi untuk DKI ini kita ada juga pendampingan. Dari kemendagri dari konsorsium juga. Karena itu tadi karena DKI Jakarta jadi sorotan juga, makanya kita terus dampingin.
Desti jumlah pendamping di 1 kelurahan itu ada berapa pak? Indersan itu ada 1 atau 2 orang deh.
Desti 2 orang itu dari Kemendagri?Indersan Ya
Desti terus kalo orang dari konsorsiumnya berapa orang pak?Indersan 1 orang
Desti oohh.. terus orang yang mendampingi itu tugasnya setiap hari di Kelurahan?
Indersan Iya.. tiap hari dia harus mantau artinya dia harus stand by disitu dari pagi sampai sore, dia pantau terus. Pas dia dateng ada masalah, ya dia lapor misalnya ada yang rusak atau apa.
Desti tugasnya pendamping itu apa pak?Indersan memastikan pelaksanaan perekaman. Ya harus dipantau, kita gak
bisa iya-iya aja. Gak disini aja kan yang dipantau, tapi di seluruh Indonesia kita pantau semua. Ada yang supervisi, memantau apa masalahnya. Kalau kita percaya aja gak mantau, kalo gak dilaksanain gimana, kalo komputernya dijual atau apa kan. Repot. Jadi harus dipantau terus.
Desti pembagian tenaga pendampingnya itu bagaimana pak?Indersan ya gak lah. Ya kita kerjasama aja. Ya sesuai dengan tupoksi
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
188
Universitas Indonesia
masing-masing lah, kalo bentrok itu gak.Desti emm.. bedanya damtek sama damkel itu apa pak?
Indersan damtan sama damkel kali?Desti bukan pak, damtek sama damkel pak
Indersan emm.. damtek itu mungkin pendampingan teknisi kalo damkel itu pendampingan kelurahan
Desti Bedanya apa pak?Indersan ya itu tadi, teknisi kan terkait sama peralatan itu. kalo damkel itu
mendampingi kalo pak lurahnya bingung bikin jadwal aturannya gimana alurnya. Damkel itu dari kita. Dari kita juga ada 2 orang, 1orang
Desti sebenernya SOP dalam pelaksanaan e-KTP ini gimana pak?Indersan ya SOPnya itu ada tapi saya lupa. Garis besarnya aja ya. Pertama
untuk melakukan pemutakhiran ya kan terus penerbitan SP NIK. Dari SP NIK akan ada pemanggilan untuk pelayanan KTP elektronik. Dikeluarkanlah surat perekaman. Setelah surat perekaman terus data itu dikirim ke data center di pusat itu di verifikasi ketunggalannya. Setelah yakin tunggal baru dikirim ke untuk sekarang ini pelaksanaan e-KTP ada dua item kegiatan besar, massal dan reguler. Massal ni ya sekarang ini, reguler nanti setelah selesai sekarang ini. jadi kita bicara yang massal dulu ya, jadi setelah di verifikasi ketunggalannya dikirim ke biro personalisasi dan di personalisasi KTP kita. Personalisasi apa? Memasukkan data kita ke dalam chip. Nah itu personalisasi. Jadi setelah itu setelah dipersonalisasi, dicetak KTP kita itu barulah dikirim ke dinas terus ke kecamatan. kalo DKI ke kelurahan. Tetap harus ada tanda terima kalo di dinas, kalo di kecamatan berita acara namanya itu penerimaan barang. Setelah itu setelah barangnya tiba di Kecamatan atau kelurahan dilakukan pemanggilan kedua. Pemanggilan kedua itulah untuk menerima KTP. Panggil dateng di verifikasi pemadanan 1:1 KTP lama kita diambil kan, biar penduduk gak punya KTP dobel.
Desti oohh begitu ya pak prosedurnyaIndersan iya.. prosedur ini untuk keamanan data itu sendiri. untuk tertib
administrasi lah, dikoreksi datanya.Desti DKI jakarta kan sudah lebih dahulu melakukan kegiatan
perekaman e-KTP sementara daerah lain ada yang belum melaksanakannya, itu bagaimana pak dengan proses identifikasi ketunggalannya?
Indersan ya diadu sama yang sudah. Yang terekam di data center itu yang diakuin yang sudah dilakukan perekaman. Kalo misalnya ditemukan dua data yang sama di data center, maka data itu akan dikembalikan ke daerah. Suruh milih penduduknya, mau jadi penduduk daerah mana. Kalo dia pilih misal daerah Bandung, maka data dia yang di Jakarta dihapus. Gak boleh 2 lagi. Untuk
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
189
Universitas Indonesia
mengetahui pasti perkembangan data penduduk, kalo gak begitu kan masih banyak KTP ganda.
Desti oohh.. jadi yang diprioritaskan itu yang sudah terekam pak?Indersan iya. Kalo dia belum merekam, ya kita kembalikan lagi. Kita itu
kan menggunakan stelsel aktif artinya penduduk yang aktif untuk kependudukan dan catatan sipil ini. penduduk yang harus melapor peristiwa kependudukan dan peristiwa penting seperti lahir, mati, pindah, datang, KTP KK, itu harus melapor. Memang gitu, bukannya kita yang lapor. Memang harus paham stelsel aktif itu.
Desti selama pelaksanaan e-KTP ini masalah yang muncul seperti apa pak?
Indersan ya itu tadi pengumpulan dan pengiriman datanya aja. Dari daerah ke pusat
Desti kalo di Jakarta sendiri seperti apa pak?Indersan Alhamdulillah lancar, karena deket kan. Kalo dari daerah lain
karena jauh kan banyak masalahnyaDesti kalo dari alatnya gimana pak?
Indersan kalo alat biasa itu kan. Rusak, hilang, kebakar banyak di daerah-daerah juga gitu. Kalo jakarta ada juga yang rusak-rusak gitu. Nah itu tadi pendamping kelurahan itu melapor. Kelurahan ini rusak, kelurahan ini ganti.
Desti oohh kalo rusak diganti alat baru pak?Indersan gak, kan ada garansi alatnya itu kan
Desti apa yang menyebabkan ada masa perpanjangan e-KTP pak?Indersan karena belum selesai
Desti masa perpanjangan itu khusus DKI Jakarta aja atau untuk semua daerah?
Indersan DKI.. gak juga. Seluruh Indonesia. DKI ada juga yang belum selesai, makanya diperpanjang kan
Desti koordinasi antara Kemendagri dengan Kelurahan sebagai unit pelaksana dalam program ini bagaimana pak?
Indersan ya kita itu ada pendamping kelurahan itu. kepanjangan tangan kita di kelurahan-kelurahan
Desti kemudian koordinasi antara kemendagri dengan dinas dukcapil itu bentuknya seperti apa pak?
Indersan daerah mana yang belum perekaman, kendala-kendalanya. Jadi sifat koordinasi di tingkat pelayanan itu rata-rata koordinasi secara teknis seperti perangkat rusak, jaringannya gak jalan. Ada juga rapat-rapat. Sebulan sekali dengan dinas, DKI ya. Kalo pas pelaksanaan awal-awal kita sering rapat. Sebenernya sih kita kalo ada masalah, kita langsung gak usah nunggu sebulan sekali bisa langsung dateng kesini, by telepon. Kalo kita nunggu lama, lama ya gak jalan nanti kan, se-segera mungkinlah.
Desti setelah selesai masa pemassalan 30 april ini, bagaimana pak
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
190
Universitas Indonesia
apabila ada warga yang belum perekaman e-KTP?Indersan yang belum?
Desti IyaIndersan berarti dia masuk reguler. Dia bisa melakukan perekaman di
Kelurahan. 30 April dianggap selesai untuk e-KTP 2011Desti oohh.. setelah tanggal 30 April ini masih bisa melakukan
perekaman di Kelurahan pak?Indersan masih, jadi peralatan itu tetap akan di stand by kan di Kelurahan
karena kan diberikan kan, di stimulan. Kalo kita di Kecamatan itu kita kasih. Kalo misalnya dari pemda provinsi ngasih, ya berarti tetap di Kelurahan
Desti kalo pemda cuma meminjamkan alat tersebut gimana pak?Indersan dipinjemin? siapa yang minjemin? Pemda berarti kalo di
Kelurahan, ya kan. Iya.. jadi setelah 30 April ini tetap melakukan perekaman tapi yang reguler. Reguler itu ya daerah sendiri yang tanggung jawab kan
Desti bagi warga yang belum melakukan perekaman e-KTP secara massal ada sanksi gak sih pak?
Indersan oh iya adaDesti bentuknya seperti apa pak?
Indersan kalo sebatas KTP lamanya belum jadi ya gak apa-apa. Tapi kalo KTP lamanya udah jadi, ya dia kena sanksi. Sanksinya apa? yang jelas dia harus bayar. Karena kan Pemerintah pusat hanya menanggung satu tahun
Transkip Wawancara
Informan : Alina Balqis
Jabatan : Kepala Bidang Data dan Kependudukan Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta
Hari/Waktu : Rabu, 4 April 2012, pukul 09.30 WIB
Desti : Apa saja dasar hukum yang menjadi landasan program nasional e-KTP bu?
Alina : Dasar hukumnya ada Undang-Undang 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, Perpres 26 Tahun 2009 tentang Penerapan KTP Berbasis NIK Nasional sebagaimana beberapa kali dirubah terakhir dengan Perpres 67 Tahun 2011, Permendagri Nomor 6 Tahun 2011 tentang Spesifikasi Perangkat Keras, Lunak, Blanko e-KTP, Permendagri Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Penerapan KTP Berbasis NIK Nasional, SE Mendagri Nomor 471.13/4141/SJ tanggal 13 Oktober 2011 tentang Penerbitan NIK dan Persiapan
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
191
Universitas Indonesia
Penerapan e-KTP, Surat Mendagri Nomor 471.13/2927/SJ tanggal 29 Juli 2011 tentang Pemberitahuan Jadwal Pengiriman Perangkat KTP Elektronok (e-KTP) dan Pelayanan Penerbitan e-KTP, Surat Mendagri No. 471.13/5079/SJ tanggal 20 Desember 2011 tentang Perpanjangan Waktu Pelayanan e-KTP Secara Massal untuk 197 Kab/Kota, Keputusan Gubernur No. 844 Tahun 2011 tentang Tim Pelaksana Penerbitan KTP Elektronik (e-KTP) Provinsi DKI Jakarta, Pergub No. 76 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penerbitan KTP Elektronik (e-KTP), Instruksi Gubernur Nomor 58 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Penerbitan KTP Elektronik (e-KTP)
Desti : Sasaran dari program ini apa bu?
Alina : Sasaran dari program ini terutama sasaran di wilayah DKI Jakarta itu ada dua, yang pertama ehm.. terlaksananya proses perekaman data kependudukan yang mencakup biodata, tanda tangan, pas photo, Iris, dan sidik jari tangan penduduk yang bersangkutan bagi seluruh penduduk wajib e-KTP di seluruh wilayah kota administrasi DKI Jakarta. Kemudian yang kedua itu terdistribusinya e-KTP yang telah dipersonalisasi ke 267 Kelurahan di 6 wilayah kota/kabupaten administrasi DKI Jakarta, untuk kemudian di serahkan kepada penduduk yang bersangkutan
Desti : Oohh begitu. kapan program Nasional e-KTP ini dilaksanakan di DKI Jakarta bu?
Alina : Pemassalan e-KTP dilaksanakan melalui dua tahap. Tahap pertama dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2011 kemudian tahap dua dilanjutkan pada bulan Januari sampai dengan April 2012.
Desti : Standard Operating Procedure (SOP) dalam pelaksanaan program Nasional e-KTP apa saja bu?
Alina : SOP nya itu ada Permendagri Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Penerapan KTP Berbasis NIK Nasional. Kemudian untuk e-KTP di DKI nya kita mengeluarkan Peraturan Gubernur Nomor 76 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Penerbitan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP).
Desti : Peraturan-peraturan tersebut di publish di internet atau tidak bu?
Alina : ehm.. kalo permendagri bisa, bisa diliat. Ada di internet
Desti : kalo yang Instruksi Gubernur di publish juga atau tidak bu?
Alina : Kalo Peraturan Gubernur kayanya enggak. Tapi isinya gak beda jauh. Intinya prosedur tentang pelaksanaan pelayanan e-KTP, dari kecamatan secara massal yang artinya waktunya terbatas untuk WNI dan WNA. Pemassalan itu untuk WNI dan WNA. WNI aja udah susah ya, hehe.. WNA itu juga, yang punya KITAP, izin tinggal tetap. Jadi isi KITAP itu kan di DKI atau di daerah itu jadi penduduk. dia itu
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
192
Universitas Indonesia
punya KTP, KK dia. Jadi yang namanya penduduk itu bisa WNI danWNA. Tapi kalo WNA yang punya KITAP, kalo KITAS (izin tinggal sementara) kan terbatas. Jadi kalo izin tinggal tetap bisa jadi penduduk. Jadi intinya itu pelayanan KTP secara massal bagi WNI dan WNA. Lalu yang pelayanan e-KTP secara reguler ada yang setelah massal ini itu
Desti : kalau pemassalan e-KTP itu prosedur-prosedurnya apa saja bu?
Alina : ehh.. kalo prosedurnya.. yang jelas kan dia dapet undangan harus .. jadi kan karena sebelum e-KTP sebenarnya daerah itu diwajibkan untuk menuju tahap penerapan e-KTP daerah itu diwajibkan melakukan pemutakhiran data dulu. Jadi DKI sudah melakukan pemutakhiran data yaitu dengan pengisian formulir F1-01. Setelah pemutakhiran data, lalu daerah diwajibkan untuk memberikan NIKNAS. Jadi kepada setiap penduduk di daerah itu wajib diberikan NIKNAS. Kalo DKI itu 31 depannya, kalo dulu kan NIK daerah depannya 09. Nah NIKNAS itu harus diberikan kepada warga, di DKI itu bulan November eh desember 2010 itu setiap keluarga ada surat pemberitahuan NIKNAS (SPN) yang ditujukan kepada kepala keluarga. Nih loh NIK anda sekian sekian sekian anggotanya siapa siapa aja. Setelah dapet pemberitahuan NIKNAS, ada himbauan tuh pada warga yang tidak mendapatkan pemberitahuan NIKNAS, tetapi dia punya dokumen ehm.. dokumen DKI diminta untuk datang ke Kelurahan supaya dia diberikan itu dan dia dokumennya diganti. Jadi warga yang sudah diberikan NIKNAS ditambah sama warga yang complain-complain tadi, Itulah yang dipanggil, panggilan untuk pelayanan e-KTP secara massal. Dipanggillah surat itu atau surat undangan itu kepada warga. surat pemanggilan ini diberikan melalui RT. Surat undangan/surat panggilan ini diberikan melalui RT. Jadi berdasarkan surat panggilan itu warga datang cuman syaratnya surat pemanggilan sama KTP asli doang. Ya kan, datanglah ke tempat pelayanan. Kalo di DKI itu di Kelurahan. Prosedurnya kaya gitu, masyarakat datang dengan membawa surat pemberitahuan dengan KTP asli, itu saja. Begitu datang, maka petugas ehm.. kan dapat nomor antrian, tunggu, dipanggil. Kita mulai dari foto dulu terus finger print, iris, terus tanda tangan setelah itu sidik jari lagi yah 2 untuk memastikan bahwa bener apa engga. Setelah selesai, maka ke petugas lagi, undangannya di paraf kan sama petugasnya. Iya di paraf, bahwa ini sudah melakukan perekaman. Lalu pulang, KTP aslinya di bawa lagi kan. Nanti teorinya seperti itu. itu baru penyerapannya lalu setelah diserap oleh petugas artinya direkam, data itu disimpan dan secara online dikirim ke departemen dalam negeri melalui jaringan. Nah oleh departemen dalam negeri, data itu dilakukan identifikasi ketunggalan. Identifikasi ketunggalan itu jadi katakanlah data adik dikirim ke DDN lalu ehm dilakukan identifikasi ketunggalan dipastikan bahwa data ini
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
193
Universitas Indonesia
cuma satu di Indonesia. Jadi diadu dengan daerah-daerah lain data itu. kegiatan itu namanya kegiatannya identifikasi ketunggalan. Jadi diadu lah dengan daerah-daerah lain, data ini ada apa enggak di daerah lain. kalau data ini ternyata ada, oh ni double ternyata terdaftar di daerah A, di daerah B juga ada maka data itu akan dikembalikan ke daerah karena datanya ga bersih, gitu dan harus dilakukan pembersihan. Nanti kepada yang bersangkutan ga langsung jadi tuh e-KTP nya karena harus milih mana yang mau dipilih. Tapi kalo data itu bersih, oh bener nih cuma satu maka oleh departemen dalam negeri langsung dilakukan personalisasi artinya memasukkan data itu data yang sudah bersih itu ke dalam chip. Kegiatan itu namanya personalisasi artinya jadi data-data itu dimasukkinlah ke kartu. Setelah selesai kegiatan personalisasi, oleh departemen dalam negeri yang udah jadi nih e-KTP nya dikirim lagi ke daerah, ke DKI. Provinsi disampein ke sudin, sudin nanti disampein ke Kelurahan masing-masing. Nah masing-masing Kelurahan ini nanti mengundang bisa berupa undangan bisa juga informasi, Orang itu harus dateng ke Kelurahan. Nanti dilakukan ini identifikasi lagi, jadi kartu e-KTP itu di card reader ditempelin terus melalui sidik jari di identifikasi lagi bener gak nih yang ngambil. Kalo misalnya diambil sama orang lain gak bisa karena akan tertolak dan ini seperti ATM fungsinya. Jadi pendaftaran itu yang ke DDN sana itu melalui sidik jari, seperti itu ini kalo yang massal. Kalo yang reguler saya pikir sama aja. Hanya saja kalau reguler itu yang melakukan personalisasi itu daerah karena sesuai dengan perpresnya itu, yg terakhir 67 itu pengadaan blanko pertama yang massal ini diadain oleh DDN tapi ketika reguler daerah masing-masing. Jadi departemen dalam negeri kalo reguler itu hanya melakukan identifikasi ketunggalan nih ketika bersih, daerah sendiri, DKI sendiri yang melakukan personalisasi. Masalahnya makanya mungkin orang yang e-KTP secara massal gak bisa langsung jadi e-KTP nya karena kita belum ngadain itu, pengadaan. mungkin baru tahun ini tapi kita juga belum tahu.
Desti : Perbedaan antara SIAK dengan e-KTP itu apa bu?
Alina : SIAK (Sistem Informasi Administrasi Kependudukan) merupakan sistem yang digunakan dalam penyelenggaraan pelayanan administrasi kependudukan, termasuk dalam pelayanan e-KTP.
Desti : Dana yang di anggarkan untuk pelaksanaan e-KTP berapa bu?
Alina : Rp 11. 558.622 200 ini anggaran loh ya. Saya lihat sih gak semua diserap. Kayanya separuh-separuh sih diserapnya. Wilayah.. ehmm.. Jakarta Utara juga rendah nih penyerapannya, separuhnya hampir sepertiganya. Utara itu. ini kan hanya untuk 4 bulan. Asumsinya kalo mereka sabtu minggu bisa lembur, tapi ternyata kan pada gak begitu dan keliatan kok mereka kerja sampe jam berapa. jadi gak usah
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
194
Universitas Indonesia
bohong sih, saya udah kerja sampe malem. Kan aktif tuh, dia mengoperasionalkan sampe jam berapa itu dia termonitor. Oohh.. tahun 2011 itu Rp 14.675.425.740. ini anggarannya loh ya, bukan yang dihabiskan. Kayanya ini banyak yang dikembaliin. Rata-rata paling tinggi itu 60% karena itu biaya lembur, kalo dia gak lembur ya gak dikasih.
Desti : Itu keliatannya di DDN?
Alina : Iya. Kami pun tahu orang lagi kerja, misalnya di Kelurahan nih, kami tahu disini bisa monitor, di lantai 4. dia ngerjain apa, sehari berapa tahu kerjanya. sudah online soalnya karena ada masing-masing passwordnya tahu. Jadi gak bisa tuh pelayanan operator saya hari ini 100, padahal gak segitu. Bisa direkap, kami bisa menyajikannya. Itu kan alat kontrol kami. Itulah dikira anak-anak yang di Kelurahan itu kan bukan pegawai dia kerja malem-malem ngerjain apa tahu. biasanya kalo malem-malem tuh aktif, kita cek petugas satpelnya, lagi dimana. Dia jawab di rumah. Lah itu siapa yang di Kelurahan, cek langsung, ternyata orang yang bantu-bantu itu, jadi keliatan di DDN juga disini juga
Desti : Rincian yang didanai dari APBD apa saja bu?
Alina : Kalo penambahan listik itu dinas, cetak panggilan dinas. Sosialisasi yang cetak-cetak itu sudin tapi kalo sosialisasi tatap muka itu dinas. Terus tenda sudin, operator sudin. Spanduk yang 2011 itu dinas, kalo yang masa perpanjangan itu sudin.
Desti : Oohh begitu ya bu..
Alina : Iya
Desti : Misalnya batas maksimalnya 1 juta tapi ternyata tagihan di Kelurahan 1,5 juta. Itu kelebihannya Kelurahan yang bayar bu?
Alina : Tapi belum pernah soalnya kita mematoknya maksimal.. jadi belum ada tuh. belum ada yang nombokin. Bahkan kayanya sih PLN nya yang untung. Hehe..
Desti : Kalau ada pemadaman bergilir, Kelurahan tempat pelayanan e-KTP terkena atau tidak bu?
Alina : Ini gak. Ada jaminan gak. Jadi di kontrak itu jaminan tidak ada mati. Jadi ketika daerah sekitarnya mati di situ ada jaminan bahwa gak boleh mati. Meskipun di Kelurahan secara keseluruhan mati, tapi itu gak. Karena itu tersendiri, gak nyantol di Kelurahan dan mungkin yang mati itu untuk pelayanan KTP biasa
Desti : Jumlah sarana dan prasarana yang dibutuhkan per Kelurahan melaksanakan program nasional e-KTP.
Alina : Sesuai dengan Pasal 2 Perpres 26 Tahun 2009 dan Surat Sekjen Kemendagri Nomor 471.13/2927/SJ tanggal 29 Juli 2011, maka perangkat e-KTP, jaringan, aplikasi, bintek dan damkel, serta blanko
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
195
Universitas Indonesia
e-KTP untuk pertama kali disediakan oleh Pemerintah Pusat. Pemassalan pelayanan e-KTP di DKI Jakarta dilaksanakan di tingkat Kelurahan, sedangkan peralatan yang dihibahkan oleh Kemendagri basisnya adalah kecamatan (2 unit per kecamatan), sehingga secara keseluruhan DKI Jakarta mendapat hibah 88 unit, sedangkan jumlah perangkat e-KTP di Kelurahan selebihnya bersifat pinjaman yang akan ditarik oleh Depdagri setelah April 2012.
Desti : Setelah selesai masa pemassalan e-KTP, itu kan e-KTP reguler, bagaimana dengan perangkat e-KTP nya bu?
Alina : Iya kami kan alatnya gak punya, jadi berdasarkan surat dari Kementerian Dalam Negeri masih memaafkan daerah sampe akhir desember. DDN masih mau melakukan personalisasi. Daerah lain gak masalah karena alatnya dihibahkan dari kementerian dalam negeri. Yang masalah itu DKI karena pelayanannya di Kelurahan. Kalo saja sekarang yang dibagi udah semua gak masalah tapi yang jadi baru dikit, baru 2 juta, kan masih ada 3 juta lebih. Kecamatan berbondong-bondong kan 2 jut dibagi 44 kecamatan sebanyak apa itu, berbahaya. Kami memahami kesulitan DDN karena data ini masih harus diadu dengan daerah lain dan saya denger sih ditemuin ratusan ribu yang ganda. Kalo ganda kan gak bisa di print harus dikarifikasi. Jadi kita udah dapet informasi
Desti : Bagaimana dengan sumber daya manusia dalam pelaksanaan program nasional e-KTP baik secara kualitas maupun kuantitas ?
Alina : Mengingat keterbatasan jumlah pegawai, maka operator pemassalan pelayanan e-KTP dilakukan melalui outsourcing, sebanyak 1.414 orang yang ditempatkan di 267 Kelurahan dan 6 Suku Dinas (rata-rata 4-6 orang)
Desti : Jakarta kan sudah melaksanakan e-KTP lebih dahulu dibanding dengan daerah lain di Indonesia. Bagaimana dengan data penduduk yang sudah merekam di Jakarta tapi penduduk tersebut terdaftar juga di daerah lain?
Alina : Ya berarti yang dimenangin yang disini. Yang sudah jadi. Orang kalo mau bikin di.. katakanlah ujung pandang, saya di DKI udah nih, saya pulang kampung. Saya disana dipanggil juga, KTP saya udah jadi tuh di DKI maka untuk supaya saya bisa diserap disana, saya harus pindah dulu dari Jakarta kesana. Soalnya dua-duanya gak bisa. Kalo nunggu semua daerah perekaman, ya gak jadi-jadi dong e-KTP nya. Ya itulah, lamanya tadinya itu. DKI itu kan termasuk yang duluan sekali nih, jadi nunggu sekian ratus daerah dulu. Orang kan udah mulai nagih-nagih nih, idealnya memang setelah semuanya tapi karena orang-orang udah pada nagih. Akhirnya ya sudah.. berarti ketika orang sudah datang di DKI, berarti memilihnya DKI. Kalo ternyata dia double, maka di daerah lain yang dihapus. Kalo mau tetep yang di daerah, pindahin. Dia harus bikin surat pindah. Surat pindah gampang kok. Itulah karena orang males ngurus ya gitu ya. Tapi saya bingung loh males ngurusnya
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
196
Universitas Indonesia
hanya di DKI. Saya ngurus di Kecamatan, di daerah lain itu cepet kok. Kalo di daerah kan ngurusnya di Kecamatan, di dinas kependudukan, jauh banget itu tapi orang mau ngurus. Padahal di DKI relatif aksesnya gampang, itulah. Di DKI Jakarta itu tahun 2010 ya itu mencatat orang yang double-double itu sekitar 250 ribu, baik double sesama DKI maupun diluar DKI. Ada yang dengan Ujung Pandang, ada yang dengan Medan. Ada yang orangnya sudah Gubernur di daerah lain, dia KTP nya double karena dia rumahnya masih disini. Kebanyakan terkait dengan itu. ya jadi penyebabnya banyak tapi penyebab terbesar adalah kepemilikan kendaraan bermotor, rumah, usaha, perusahaan bahkan orang yang sudah di luar negeri masih KTP DKI. Akhirnya peraturan di langgar, ya abis gimana dia butuh. Ketentuannya orang yang berdomisili di luar negeri, gak perlu itu.
Desti : Ada sanksi atau tidak bu bagi yang memiliki KTP ganda?
Alina : Kalo ganda jelas, sanksinya jelas 25 juta
Desti : Oohh.. tapi kok jumlahnya masih banyak saja bu?
Alina : Ya itu makanya setelah e-KTP gak mungkin, ketahuan. Makanya ketika kami sosialisasi, khususnya bapak-bapak ni yang istrinya lebih dari satu mulai dari sekarang di perhatiin, itu ternyata gawat, bagi orang-orang tertentu gawat. Pada ketahuan, tadinya kan pada gak ketahuan. Tapi memang kami mendesak DDN untuk segera apa ya ehm.. draft-draft kerjasamanya, MoU nya dengan semua Departemen tapi kayanya belum tapi dengan BPN sudah itu. dulu kan klo mau beli tanah atau rumah, persyaratannya kalo dulu harus pake KTP setempat tapi sekarang enggak. Itu yang memicu orang buat bikin KTP setempat. Hal-hal tersebut memang terjadi diluar kebijakan, tapi itu berpengaruh. Ini kan kebijakan Pemerintah pusat. Permasalahan-permasalahan ini sudah kami laporkan ke pusat. Tolong kebijakan ini di sinkronkan dengan kebijakan lain sehingga saling mendukung.
Desti : Ada sanksi tidak yang diberikan kepada pihak yang tidak mematuhi program nasional e-KTP?
Alina : Saat ini memang tidak ada sanksi bagi penduduk yang tidak memenuhi pemanggilan untuk pelayanan e-KTP. Namun karena databasepelayanan e-KTP menjadi sarana untuk pemutakhiran database kependudukan, maka penduduk yang tidak menggunakan haknya untuk pelayanan e-KTP akan dianggap melepaskan haknya sebagai penduduk DKI Jakarta dan bisa terhapus dari database kependudukan, sehingga nantinya akan kesulitan dalam pengurusan dokumen kependudukan. Selain itu, berdasarkan Perpres 67 Tahun 2011, penggunaan KTP non elektronik dalam pelayanan publik hanya sampai akhir Desember 2012, sehingga mulai Januari 2013 KTP yang berlaku adalah KTP Elektronik. Mulai tahun depan, pelayanan yang
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
197
Universitas Indonesia
mensyaratkan KTP adalah sudah menggunakan e-KTP. Jadi hukumannya itu di DKI Jakarta, kalo gak e-KTP, datanya bisa terhapus itu. Kalo orang jahat akan diperlakukan jahat balik. Kecuali kalo yang sudah ada pernyataan itu ya. Jadi kalo memang gak e-KTP juga akan kita singkirin dari database. Setelah April itu, database yang digunakan untuk orang dewasa adalah yang sudah e-KTP, kalo belum nanti akan terhapus.
Desti : Kedudukan serta peran dinas kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta dalam pelaksanaan program nasional e-KTP apa sih bu?
Alina : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil merupakan perangkat daerah yang melaksanakan pelayanan e-KTP, yang meliputi : proses perekaman sidik jari, Iris, tanda tangan dan foto Penduduk Wajib KTP. Selain itu melaksanakan sosialisasi penerapan e-KTP kepada instansi di Kab/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan, RT/RW dan masyarakat, menyediakan ruang server & ruang pelayanan yang dilengkapi catu daya listrik cukup & genset di Kepulauan Seribu, menyediakan tenaga operator dan tenaga pendukung lainnya (kurir, pendaftar dll, memobilisasi penduduk wajib KTP ke tempat pelayanan e-KTP melalui pencetakan undangan, menjaga akurasi database kependudukan melalui pelayanan dafduk dan capil menggunakan aplikasi SIAK, supervisi, monev dan koordinasi/konsultasi ke Pusat;
Desti : Job description Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta
Alina : Iya monitor. dia yang mengeluarkan kebijakanlah, itu peraturan-peraturan atau instruksi-instruksi itu kan keluarnya dari dinas.dinas lah yang melakukan monitoring, evaluasi.
Desti : Koordinasi antara Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta dengan Direktorat Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil Kementerian Dalam Negeri
Alina : Yang jelas kami ada rapat-rapat selain antar tim teknis ya. Kalo antar tim teknis sih udah gak kehitung lah, siang malem sore. DKI karena deket, kami sering banget rapat-rapat di tingkat DDN. Kalo yang sifatnya kebijakan, itu biasanya rapat. Setahun 2x Menterinya dateng. Kalo yang pas awal-awal kita intens sekali rapat, pernah dua minggu sekali tergantung permasalahannya. Kalo yang sekarang ini kita lebih ke kita cari penyebabnya, ini kenapa-kenapa, terus yang sisa-sisa ini kemana, cenderung mandek ya. Nanti bakal bikin itu ehmm.. keluarganya kemana.
Desti : Bagaimana bentuk koordinasi antara Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil provinsi DKI Jakarta dengan Kementerian DalamNegeri bu?
Alina : Sama.. mulai dari kita nawar alat penambahan alat, ya permasalahan-permasalahan yang ditemui di lapangan. Ada yang bisa selesai di tim teknis ada yang tidak seperti tadi penambahan alat, kan tim teknis gak bisa, itu kan kebijakan. Lalu apa lagi ya.. perpanjangan waktu terus
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
198
Universitas Indonesia
kalo permintaan data-data. Kita juga diundang sama LSM-LSM. Jadi mereka yang peduli terhadap itu, kita diundang sebagai informan.
Desti : Koordinasi antara Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta dengan Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Administrasi itu bagaimana bu ?
Alina : Ya tadi. Sudin itu salah satu unit kerja Dinas Kependudukan DKI Jakarta yang hanya ngelaksanain kebijakan dan permasalahan-permasalahan itu yang dibicarakannnya di tingkat dinas. Permasalahan-permasalahan yang terjadi dilaporkannya ke dinas dan pemecahannya di dinas. Setiap hari Sudin melaporkan pelaksanaan e-KTP kepada Dinas, dan setiap hari Senin dilakukan rapat koordinasi.
Desti : Oohh jadi sudin itu hanya melaksanakan saja ya bu?
Alina : Iya.. kebijakan itu di tingkat dinas.
Desti : Biasanya pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang dilaporkan oleh sudin itu seperti apa bu?
Alina : Ya katakanlah kaya gini, upaya-upaya apa.. mulai dari pertama lah dulu ehm.. kita mau sistemnya seperti apa dalam merekrut pegawai eh tenaga operator. Yang memandu siapa. Lalu ketika ada ehm.. permasalahan-permasalahan.. katakanlah apa upaya-upaya untuk ehm.. mempercepat ehm.. atau lebih.. ehm.. kita kan sudah lebih.. misal di Kelurahan ini udah gak ada orang-orang lagi. Apa upaya-upayanya. Lalu ketika ada permasalahan ini, ada orang tambahan.. tambahan penduduk yang belum dipanggil, padahal dia KTP DKI tapi belum dipanggil tolong didata lagi. Jadi ngerjain yang nanti yang memasukkan data lagi buat e-KTP dari sini. Pelayanan orang yang baru didata sekarang. Ya kalo ada permasalahan-permasalahan lah
Desti : Ehm.. permasalahan yang biasanya dilaporin sudin-sudin itu apa aja bu?
Alina : Waktu pertama sih, pertama kali.. waktu pertama kali itu ada jaringan dan alat karena alat e-KTP ini alat canggih ya dan baru, heboh tuh yang jaringan lah error lah rusak lah padahal gak gitu ehm.. itu keluhan pertama. Kalo permasalahan yang sekarang ya itu orang-orang yang belum terdaftar. Soalnya kan disana.. ehm..tapi sudin kan sekarang udah dikasih tahu bagaimana caranya menambah data untuk e-KTP. Kalo sekarang permasalahan utamanya itu di DKI Jakarta itu mobilitasnya tinggi dan orangnya supersibuk ya. Jadi artinya Kelurahan-Kelurahan tertentu yang khususnya justru ada di pemukiman elit itu masih rendah. Alesannya macem-macem, ya gak sempet lah katanya, yang dia ke luar negeri melulu lah, ke luar daerah. Jadi di daerah-daerah di hampir 5 wilayah, kalo elit coba diliat Kelurahannya.. daya itunya agak minim, rendah. Ternyata justru orang menengah ke atas yang agak susah. Itu yang di jakarta selatan ada yang di bawah 50% itu daerah.. ehm.. daerah senayan. Orangnya kan
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
199
Universitas Indonesia
jarang ada tuh Desti : Terus upaya apa yang dilakukan bu?
Alina : Ya kita sih kalo kemarin di selatan ngundang para lurah tolong melalui RT nya dipanggil gitu kalau memang warganya itu tidak ada baik di luar negeri maupun di luar kota harus bikin surat pernyataan, gitu. Terus kalo lagi dipidana, itu sebenarnya kita sudah mencoba keDepartemen Hukum dan HAM prinsipnya kita mau melakukan pelayanan untuk di DKI loh ya. Kalo dia sakit, dimana sakitnya apakah di rumah atau di rumah sakit kita juga mau melakukan pelayanan mobile. Prinsipnya itu. Mungkin bulan-bulan terakhir kita lebih konsennya kesitu. Banyak operasi pasar eh bahkan pelayanan yang sabtu minggu itu banyak digunakan untuk itu, pelayanan e-KTP.
Desti : Terus kalo penduduk yang sedang sekolah di luar negeri dan kembali ke Indonesia itu gimana bu?
Alina : Itu dia masuk e-KTP reguler
Desti : Masih terkait dengan koordinasi antara Dinas Kependudukan DKI Jakarta dengan Suku Dinas kependudukan di masing-masing wilayah kota Administrasi, ada waktu khusus tidak bu untuk membahas dan memecahkan permasalahan-permasalahan yang dilaporkan suku dinas?
Alina : Minimal hari senin, ehm.. setiap senin kita ngumpul dengan kasudin-kasudin dan tidak kemungkinan juga banyak instruksi-instruksi lah. Apalagi yang pertama kali dilaksanain, instruksi-instruksi. Pas pertama kali itu kan SIAK nya berubah-ubah itu DDN, jadi waktu pertama kalinya tuh yang heboh jadi melalui sms melalui email, wajib tuh jadi pokoknya 24 jam gak boleh ditutup. Kalo sekarang udah agak ayem hehe.. Paling tidak setiap senin
Desti : Jadi dalam sebulan berapa kali bu?
Alina : Empat kali, dan setiap hari sabtu ada tim keliling. ke wilayah-wilayah, di sudin-sudin.
Desti : Yang ikut dalam kegiatan keliling itu siapa aja bu?
Alina : Giliran, ada jadwalnya. kalo yang dari dinas itu per Kelurahan?Enggak, kalo dinas itu kan sifatnya monitoring tuh, ada SK tim nya. Jadi enggak ehm.. per sudin ada 1, minimal 1 orang, per wilayah kota. Jadi tim suku dinas mangkal minimal tiap sudin ada 1 terus suku dinas juga bisa mobile kemana-mana.
Desti : Biasanya daerah yang dituju untuk kegiatan e-KTP keliling itu daerah yang bagaimana bu?
Alina : Gak, kalo yang ehmm.. yang sudah pasti adalah orang yang sedang sakit, sudah lumpuh, sudah jompo itu didatengin ke rumah. terus.. ehmm.. sebenernya itu ditujukannya untuk itu. Hanya saja sekaranguntuk operasi pasar, setiap pelayanan baik yang terpadu yang
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
200
Universitas Indonesia
dilakukan malam hari, terus yang sabtu siang, kita di pos-pos . Untuk orang yang mengaku sibuk lah, tapi gak ada kriteria, kita bergilir lah, bergilir di Kelurahan-Kelurahan itu. Tapi memang diutamakan daerah yang pencapaian persentasenya rendah.
Desti : Kalau orang yang sedang di rawat di rumah sakit bagaimana bu?
Alina : Kita dateng ke rumah sakit. Misalnya ada orang lapor anggota keluarga sakit, dia lapor ke RT. Di satu Kelurahan dikumpulin yah, nah jadi supaya tim itu dateng, tim ini dari sudin. Itu yang perangkatnya itu datengnya dari sudin, jadi orang-orangnya juga orang sudin. Nah jadi dikumpulin di Kelurahan itu ada berapa orang, nanti dijanjiin ya, misalnya beberapa orang, beberapa rumah. Jadi datanya sudah siap tuh. Kita minta datanya dulu jadi di inventarisin dulu datanya. Terus kalo yang dirawat di rumah sakit, ya tergantung kondisinya. Kalo memang orang itu di bisanya hanya di tempat tidur, ya kita di tempat tidur melayaninya.
Desti : Terus mobil yang digunakan untuk pelayanan e-KTP keliling itu jumlahnya ada berapa bu?
Alina : masing-masing wilayah sekarang 3.
Desti : Masing-masing mobil itu terdiri dari berapa perangkat bu?
Alina : Satu perangkat, tapi sebenernya bisa dua tiga alat, soalnya kan laptop. Ada yang berupa PC ada yang berupa laptop. Jadi bisa tergantung keperluan atau kondisinya. Kalo musim hujan, ya ditaro aja soalnya kan bisa masuk mobil cuma satu ya. Biasanya kalo pelayanan mobilenya itu kalo tempatnya luas, enak kita bisa banyak tuh perangkatnya.
Desti : Komitmen pelaksana terhadap program nasional e-KTP
Alina : Ya Pemprov DKI Jakarta mempunyai komitmen yang kuat untuk melaksanakan pemassalan pelayanan e-KTP, ditunjukkan dengan anggaran. Kita itu banyak kegiatan tadi, menyediakan untuk menyukseskan ini ya. Ehm.. sosialisasi terus pengadaan operator, terus penambahan listrik, tempat-tempat juga bahkan ada tenda lalu apa lagi ya.. pemberitahuan melalui media berupa apa sih.. ehmm.. pamflet-pamflet, spanduk. Kayanya DKI udah super-super lah.
Desti : Kalo dari sisi orang yang melaksanakannya gimana bu?
Alina : Kita ada pendampingan, sampe ke RT-RT, kita kan turun sampe ke masyarakat. Walikota, camat, lurah turun. Semua unit-unit terkait kita sosialisasiin, biar mereka tahu. Tidak hanya dari dinas kependudukan saja.
Desti : Yang menyelenggarakan pelatihan operator itu siapa bu?
Alina : Iya, bimbingan teknis itu outsourcing. Kemarin kalo gak salah dari sucofindo, yang nyelenggarain DDN, departemen dalam negeri
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
201
Universitas Indonesia
Desti : Apakah sudah semua bu wajib KTP di DKI Jakarta ini terekam e-KTP?
Alina : Ya kita diapresiasi 100%. Hehe..
Desti : dari data yang saya lihat per 30 april, masih ada yg belum bu?
Alina : iya jadi ketika ehhmm.. itulah problemnya DKI Jakarta. banyak orang yang terdaftar di DKI jakarta tapi domisilinya tidak disana. Kita kan gak tahu persis ni. Ini sudah di halo-halo tapi kok gak datang-datang. Jadi asumsinya 100% itu bagi orang yang tinggal disitu. Karena ada juga orang DKI Jakarta yang mobilitasnya tinggi ya, kadang-kadang yang sekolah di luar negeri, yang keluar daerah, terus yang pindah ke sesama DKI tapi gak bilang pindahnya, kan ada juga begitu. Kita sudah halo-halo sudah mengumumkan lah. Jadi departemen dalam negeri menganggapnya kan udah tinggal satu dua sudah habis
Desti : pada saat pelayanan e-KTP reguler, masih ada pelayanan sabtu minggu gak bu di Kelurahan?
Alina : Tidak ada kewajiban, kalo memang ada yang buka, hebat dia. Jadi tidak ada kewajiban dan tidak ada larangan. Tapi pelayanan mobileada. Pelayanan mobile kan tiap sabtu.
Transkip Wawancara
Informan : Syuhada
Jabatan : Kepala Seksi Pendaftaran Penduduk Suku Dinas
Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Administrasi
Jakarta Utara
Hari/Waktu : Jumat, 13 April 2012, pukul 09.30 WIB
Desti : Peraturan yang menjadi landasan hukum pelaksanaan program nasional e-KTP apa pak?
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
202
Universitas Indonesia
Syuhada : Ehm.. peraturannya itu antara lain Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No 471.13/2715/SJ Tgl 5 Juli 2010 Perihal Pemutakhiran Data Kependudukan, Penerbitan NIK dan Persiapan Penerapan E-KTP, Instruksi Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 58 tahun 2011 tentang pelaksanaan KTP elektronik., Keputusan Kepala Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta No. 182 Tahun 2011 tentang Penunjukkan Pejabat Penanggung Jawab Penyedia Tenaga Operator Dalam Rangka Penerapan Pemassalan E-KTP Di Provinsi DKI Jakarta
Desti : Sasaran dari program nasional e-KTP ini apa pak?Syuhada : antara lain satu orang hanya satu identitas diri atau hanya satu KTP
dimanapun ia tinggal atau beradaDesti : Pelaksanaan program Nasional e-KTP ini dimulai kapan pak?
Syuhada : Dimulai 15 Agustus – 31 Desember 2011, perpanjangan waktu Januari-April 2012, nanti akan terbaca disitu satu orang satuidentitas
Desti : Sanksi yang diberikan kepada pihak yang tidak mematuhi program nasional e-KTP
Syuhada : Udah ada di brosur yang warna biru itu. Ambil dari situ yaDesti : Dana yang di anggarkan itu berapa ?
Syuhada : Nanti hubungi ibu bendahara ya. Memang yang menggaji tenaga operator itu kita sudin. Memang ada masa kontraknya awal sampe akhir. Berapa banyak, berapa upahnya. Karena tenaga operator itu tenaga honorer
Desti : Jumlah sarana dan prasarana yang dibutuhkan per kelurahan melaksanakan program nasional e-KTP berapa pak?
Syuhada : Sarana dan prasarana di drop dari pusat atau Departemen Dalam Negeri. komputernya apa apanya dipinjamkan dari kementerian dalam negeri atau Pemerintah pusat. Karena itu skupnya se Indonesia.
Desti : Sumber daya manusia yang digunakan dalam pelaksanaan program nasional e-KTP (kualitas) ini bagaimana pak?
Syuhada : SDM yang ada mampu mengoperasionalkan komputer. Semua serba computerizing, artinya ga ada yang manual (kesisteman) secara sistem
Desti : Pihak yang melakukan rekrutmen tenaga operator itu siapa pak?Syuhada : Ehm.. yang melakukan perekrutan untuk tenaga operator e-KTP itu
kita, dalam arti suku dinas kependudukan atas perintah dari dinas kependudukan dan Pencatatan Sipil provinsi DKI Jakarta
Desti : SOP dalam melakukan rekrutmen tenaga operator itu yang menyusun siapa pak?
Syuhada : SudinDesti : Proses rekrutmen tenaga operator itu seperti apa pak?
Syuhada : Pertama kita membuat pengumuman penerimaan tenaga operator khususnya bagi yang bisa mengoperasionalkan komputer di semua
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
203
Universitas Indonesia
kelurahan. Terus pemberkasan, terus penyaringan pemberkasan, baru bimbingan teknis (bintek) yang diselenggarakan oleh pusat atau kemendagri. Dari hasil pengumuman itu banyak peminat kurang lebih 208 orang. Setelah sampe bintek ternyata banyak yang tidak lulus, tidak mampu mengoperasionalkan komputer karena kan persyaratan utamanya harus bisa komputer dan harus punya sertifikat komputer. Kalo yang ga bisa komputer, ya ga bisa diterima. Untuk tenaga operator, pendidikan minimal SLA dan mempunyai sertifikat komputerisasi. Tu tenaga operator banyakan S1 tuh, S1 komputer. Makanya saya bilang, dari sekian banyak itu banyak yang ga lulus. Nah yang dinyatakan lulus, berarti dia terus. Setelah lulus, baru penempatan. Penempatannya berdasarkan tempat tinggal dia (operator). Kan dia itu dari kelurahan-kelurahan, berarti dia dari warga kelurahan setempat”.
Desti : Masa kerja tenaga operator itu berapa lama pak?Syuhada : Tenaga operator itu kan tenaga outsourcing (kontrak). Kontrak itu
kan ada awal ada akhir. Tadi saya katakan 4 september berakhir 31 Desember, itu masa operasionalnya kan. Itu abis kan ada masa perpanjangan, jadi kita perpanjang sampai april 2012
Desti : Status tenaga operator setelah bulan April 2012 itu bagaimana pak?Syuhada : Ya sudah selesai, udah berakhir.
Desti : Kenapa sih pak jumlah tenaga operator itu berkurang ketika masa perpanjangan?
Syuhada : Kenapa dikurangin karena jumlah warga yang melakukan perekaman e-KTP udah berkurang
Desti : Bagaimana peran dan kedudukan Suku Dinas Kependudukan dan Pncatatan Sipil Kota Administrasi Jakarta Utara dalam pelaksanaan program nasional e-KTP ini?
Syuhada : Teknik pelaksana operasional daripada penyelesaian e-KTP per wilayah kota masing-masing. Kan ada 5 wilayah ni barat selatan pusat timur utara termasuk Kepulauan Seribu
Desti : Bagaimana koordinasi antara Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Administrasi Jakarta Utara dengan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil?
Syuhada : Ya ada. Koordinasinya kan semuanya sama. Jadi ada komunikasi aktif, disana jalan disana jalan. Sama waktu dan pelaksanaannya sama di lima wilayah. Secara rutinitas, jadi ga terputus, setiap saat baik detik, jam itu selalu koordinasi. Koordinasi itu saling terkait ibarat mata rantai artinya ga ada yang terputus
Desti : Bagaimana koordinasi antara Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Administrasi Jakarta Utara dengan kelurahan-kelurahan di wilayah Jakarta Utara?
Syuhada : Koordinasi aktif, setiap saat artinya ga ada komunikasi yang terputus. Kalau ada trouble segera terinformasi dan segera diatasi. Caranya dengan mengundang kelurahan2 sama walikota
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
204
Universitas Indonesia
Desti : Bagaimana komitmen pelaksana terhadap program nasional e-KTPSyuhada : Ya ada komitmen. Masalahnya itu kebijakan, bersifat rahasia
Desti : Upaya yang dilakukan dalam mengatasi permasalahan-permasalahan dalam pelaksanaan e-KTP
Syuhada : Monitoring dan pengawasan secara rutinitas smpai pada kelurahan-Kelurahan secara estafet, sabtu minggu ada kegiatan pelayanan khususnya pemassalan e-KTP ini tetap berjalan (tidak libur) di semua kelurahan, layanan mobile (jemput bola) e-KTP secara terjadwal. Terjadwal per kecamatan setiap minggu. Kecamatan kan beberapa kelurahan tuh, jadi pindah-pindah
Desti : Jadwal kegiatan pelayanan e-KTP mobile itu kapan aja pak?Syuhada : Pelayanan mobile itu kita lakukan dua kali. Yang pertama tiap
sabtu, itu rutin, yang kedua itu pada hari kerja kalo ada orang yang sakit, kita datengin dia kalo seumpama dia sakit di rumah ya kita datengin rumahnya kalo dia di rumah sakit ya kita ke rumah sakit
Desti : Terus dalam pelayanan mobile itu yang turun ke lapangan itu siapa aja pak?
Syuhada : Ya operator kita, operator sudin, kru pelayanan mobileDesti : Kasatpelnya ikut gak pak?
Syuhada : Kasatpel termasuk lurah setempat ikut dalam pelaksanaannya entah tokoh masyarakat sekitarnya. Jadi kita bergantian dari sau kelurahan ke kelurahan lain. paham maksudnya? Tidak pernah berhenti dan tidak pernah libur
Desti : Pelayanan itu hari sabtu aja atau sabtu minggu pak?Syuhada : Sabtu yang rutin dan di hari kerja pun bila ada yang sakit dan minta
bantuan tuh kita kunjungin ke rumah maupun ke rumah sakit.Desti : Selama pelaksanaan kegiatan e-KTP mobile, rumah sakit mana saja
pak yang sudah didatangi?Syuhada : Iya ada.. udah banyak. Rumah sakit koja.. rumah sakit islam
sukapura, rumah sakit yang ada di jakarta utara yang jelas di rawat di rumah sakit mana, nanti petugas kita datang. Kalau masih terjangkau kita kunjungin rumah sakit mana.
Desti : Selama pelaksanaan pelayanan mobile ini, ada kendala gak sih pak yang dihadapi?
Syuhada : Ya kalo kendala ya pasti ada contohnya misalnya data yang kurang sinkron tapi itu dapat diatasi terkadang alamat yang kurang jelas, kemudian apalagi ehmm.. jaringannya kan pake apa.. ehm.. saya rasa tidak begitu banyak kesulitan yang layanan KTP mobile itu cuma kita memindahkan ke server kelurahannya. mana kita apa namanya memindahkan data ke server per kelurahan masing-masing.
Desti : Memang gak bisa pak langsung dihubungin ke Kemendagri?Syuhada : Ya gak bisa. Kan lewat laptop, ya gak bisa langsung. Itu kan
nariknya hari-hari tertentu, terbatas. Dia kan nariknya ga wilayah itu aja, kan se Indonesia. Kalo untuk pusat kan gitu. Kalo unutk itu
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
205
Universitas Indonesia
kita ga ada hambatan, maslaah pusat yang menangani masalah ituDesti : Saya kira bisa langsung dihubungin langsung pak ?
Syuhada : Itu kewenangan mereka bukan kewenangan kita lagi, kita hanya sampai ke server
Desti : Kalo yang dari mobil itu gimana pak?Syuhada : Lah itu di mobil.. itu dengan unit mobil juga dengan motor keliling
juga. jadi itu pelayanannya di mobil bukan di kantor atau di rumah. Di mobilnya makanya saya bilang itu misalnya di RW berapa nih nanti masyarakat pada dateng ke RW itu, kita panggilin satu-satu namanya. Data kan masuk nih ke laptop abis itu kita transfer ke data server, kelurahan mana. Nah itu yang kita lakukan.
Transkip Wawancara
Jabatan : Kepala Sub Bagian Umum, Kecamatan Pademangan,
Jakarta Utara
Hari/Waktu : Kamis, 3 Mei 2012, pukul 13.00 WIB
Desti : Pelaksanaan program nasional e-KTP di Kecamatan Pademangan itu kapan pak?
Warga : Kalo gak salah mulai Agustus
Desti : Peran kecamatan pademangan dalam pelaksanaan program nasional e-KTP ini bagaimana pak?
: Peran kita itu melakukan monitoring, pengawasan kegiatan pelaksanaan e-KTP di Kelurahan-Kelurahan yang ada di Kecamatan Pademangan. Terus kita juga ada pelaporan kegiatan
: Bagaimana pelaksanaan e-KTP di Kelurahan-Kelurahan yang terdapat Kecamatan Pademangan pak?
: Serentak, kita mulainya di tiga Kelurahan itu serentak
: Bagaimana koordinasi antara Kecamatan Pademangan dengan Kelurahan-Kelurahan yang terdapat di Kecamatan Pademangan?
: Koordinasinya itu kita ada rakor (rapat koordinasi) setiap bulan. Jadi lurah-lurah diundang buat rapat. Kita itu juga melakukan sosialisasi baik melaui spanduk atau banner. Kalo sosialisasi. Ga cuma itu, kalo sosialisasi yang diadain sama kelurahan, ada perwakilan dari Kecamatan yang dateng ke Kelurahan tersebut. Selain dari kepala seksi kependudukan dan pencatatan sipil Kecamatan yang dateng, Camat atau wakil Camat atau kalo gak bisa Sekretaris Camat.
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
206
Universitas Indonesia
: Upaya yang dilakukan pihak Kecamatan Pademangan untuk memperlancar pelaksanaan e-KTP apa pak?
: Ya itu ada pelayanan malam hari. Itu akan membantu pelaksanaan karena bagi warga yang tidak bisa dateng pagi atau siang hari, bisa dateng malem hari.
Transkip Wawancara
Informan : Sugeng Wibowo
Jabatan : Sekretaris Kelurahan Ancol
Hari/waktu : Rabu, 18 April 2012, pukul 08.30 WIB
Desti : Luas wilayah Ancol berapa pak?Sugeng : Kelurahan Ancol merupakan kelurahan dengan wilayah terluas di
seluruh Jakarta, yang luasnya mencapai 500 ha lebih. Apalagi nanti ada reklamasi pantai. Luasnya nanti akan bertambah, totalnya bisa 1000 ha. Wilayah Kelurahan Ancol itu sampai pelabuhan sunda kelapa, mangga dua square dan WTC mangga dua itu masih masuk wilayah kita
Desti : Kelurahan Ancol ada berapa RW pak?Sugeng : Ada 11 RW. Di 2 RW itu ekslusif ya Desti : Maksudnya wilayah ekslusif gimana itu pak?
Sugeng : Ekslusif itu kebetulan emm, dimana itu hampir 100% masyarakatnya adalah orang yang sangat supersibuk, sebagian besar mata pencahariannya adalah pengusaha. jadi kalo kita dalam melakukan pelayanan dengan kondisi seperti itu, jadi kita yang ngalah ya jadi khusus untuk mereka-mereka itu kita sediakan hari sabtu dan minggu. Jadi dengan kata lain kepada warga yang pada hari kerja mereka belum sempat untuk entri data e-KTP, kita persilakan hadir hari sabtu dan minggu. Kalo warga masyarakat lainnya umumnya ya .. tapi seandainya kalo sabtu minggu pun mereka mau dateng ya silakan. Sistimnya adalah kita emm.. dengan membagikan undangan. Menyebarkan undangan itu untuk yang wajib mempunyai KTP gitu. Sistem pendistribusian undangan melalui pengurus RT
Desti : Wilayah yang termasuk wilayah ekslusif itu RW mana aja pak?Sugeng : RW 010 dan RW 011Desti : Dua RW aja pak?
Sugeng : Iya dua RW Desti : Lokasinya itu dimana pak?
Sugeng : Itu RW 011. Yang satunya deket Jaya Ancol ya.. bersebelahan
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
207
Universitas Indonesia
dengan itu apa emm.. taman impian jaya ancol Desti : Nama perumahan yang termasuk RW 010 dan RW 011 apa pak?
Sugeng : Perumahannya banyak. Puri jimbaran, puri jimbaran residence, nusa dua, marina, the bukit, the coast, banyak sekali marina tom house
Desti : Kelurahan Ancol terdiri dari berapa RT dan RW pak?Sugeng : 7 RW, 66 RT Desti : Apakah warga yang telah menerima undangan telah
melaksanakan perekaman e-KTP terutama di 2 RW ekslusif tersebut?
Sugeng : Hampir 100% mereka sudah. kenapa saya katakan 100%, penduduk di kelurahan ancol terutama di dua RW eksklusif emm mungkin waktunya dalam satu tahun itu 6 bulan di Indonesia bukan di Kelurahan Ancol ya dan 6 bulan mereka berada di luar negeri. Di Indonesia itu bisa saja mereka ada di Surabaya, ada di Semarang atau ada dimana saja, seperti itu. makanya tetep aja ada yang kemari.
Desti : Persebaran penduduk di Kelurahan Ancol ini bagaimana pak?Sugeng : Persebaran penduduk dalam arti pemegang identitas atau
persebaran penduduk secara umum?Desti : Maksudnya pak?
Sugeng : Jadi gini, di dalam administrasi kependudukan itu ada dua macam. Pertama pemegang KTP setempat berarti warga yang memiliki identitas yang dikeluarkan oleh kelurahan ancol dan emm penduduk ancol tapi tidak mempunyai identitas kelurahan ancol. Misalnya dia emm.. disini sifatnya kontrak, jadi dia kost kan tentunya mereka punya identitas atau masyarakat-masyarakat dari daerah yang bekerja di kelurahan ancol. Karena mereka kerjanya kontrak, mereka kan hanya sekedar kost. Jadi secara de facto mereka ada tapi de jure nya mereka bukan warga kelurahan ancol. Yang tadi ade maksud yang mana?
Desti : Yang saya maksud tadi adalah penduduk yang memiliki identitas yang dikeluarkan kelurahan ancol pak
Sugeng : Itu hampir merata sih. Merata. Tapi yang bukan pemegang kartu identitas terbitan kelurahan ancol, persebarannya merata tapi khusus untuk di 2 RW emm itu 70% etnis cina, kalo yang 5 RW lainnya itu 90% pribumi
Desti : Sebagian besar mata pencaharian penduduk di Kelurahan Ancol apa aja pak?
Sugeng : Yang 2 RW itu pengusaha. Desti : RW yang lainnya bagaimana pak?
Sugeng : Bervariasi, Ada yang karyawan, PNS, TNI, Polri, buruh harian, tenaga profesional. Tenaga professional itu misalnya pengacara, bengkel, guru
Desti : Cara yang dilakukan oleh kelurahan ancol untuk melaksanakan
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
208
Universitas Indonesia
e-KTP?Sugeng : Ya pertama ya tentunya kita kan melakukan sosialisasi, itu pasti
penyampaian informasi melalui sosialisasi secara langsung, face to face baik di tingkat kelurahan maupun tingkat RW di kantor sekretariat RW, dengan pemasangan banner di tempat strategis, spanduk di kantor kelurahan maupun di tempat strategis lainnya
Desti : Kemudian ada lagi ga pak upaya yang dilakukan?Sugeng : Emm ya kita memberikan undangan, terjadwal pada warga
masyarakatnya melalui pengurus RT dan RW masing-masing. Contoh : untuk RT 01/01 itu tanggal pelayanannya tanggal 2 januari sampai dengan tanggal 4 januari misalnya seperti itu.
Desti : Kalo misalnya ada warga yang tidak bisa datang pada jadwal tersebut gimana pak?
Sugeng : Ya tetep kita beri kesempatan untuk hari berikutnya. Tapi kenapa dengan jadwal itu maka agar warga masyarakat di lingkungan RT yang sudah terjadwal itu dapat diberikan pelayanan secara prioritas. Tujuannya adalah agar warga masyarakat tahu kapan dia harus dateng karena kalo kita tidak pake pola itu masyarakat merasa ah ntar-ntaran aja. Semuanya merasa ntar-ntaran aja, gagal dong perekaman data. Misalnya nih kita dapet undangan jam 9, logikanya sebelum jam sembilan kita harus udah ada di tempat kan. Kata dia palingan jam sembilan belum pada ngumpul, ngaret, ya kan. Mindset kita masih seperti itu kan
Desti : Sosialisasinya itu bulan apa pak?Sugeng : Aduh saya lupa tapi emm.. terus berkesinambungan dari satu
bulan sebelum program e-KTP dilaksanakan sampe saat ini pun kita tetep melakukan sosialisasi. sosialisasi kan ada banyak bentuknya ya. Melalui face to face ada, melalui leaflet dan banner juga ada. Jadi seperti itu
Desti : Kelurahan Ancol pertama kali melaksanakan program nasional e-KTP itu kapan pak?
Sugeng : Aduh saya lupa. Emm.. tanya pak sanwani aja ya Desti : Terus koordinasi antara kelurahan ancol dengan sudin
kependudukan dan catatan sipil itu seperti apa pak?Sugeng : Pasti ada, tapi untuk lebih detailnya silakan tanya petugasnya
karena mereka kan operator. Jadi koordinasi, pelaksanaan dan lain-lainnya itu
Desti : Jadi kelurahan ini cuma memfasilitasi saja pak?Sugeng : Iya. Karena itu kan programnya DDN, Kemendagri kan Desti : Hingga saat ini, apakah masih ada warga yang belum melakukan
perekaman e-KTP?Sugeng : Pasti masih ada lah, pasti masih ada. Makanya tetep kita berikan
pelayanan terus Desti : Terus upaya yang dilakukan apa pak?
Sugeng : Ya itu kita tetep memberikan pelayanan dan undangan. Kita tetep
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
209
Universitas Indonesia
melakukan pemberitahuan-pemberitahuan melalui pengurus RT dan RW nya
Desti : Apakah ada sanksi pak bagi warga yang belum melakukan perekaman e-KTP?
Sugeng : Sanksinya dengan sendirinya. Ya mereka sendiri yang rugi karena apa itu kan menyangkut identitas kependudukan dia sendiri kan. Kalo dia tidak mengurus, kan yang rugi siapa. Ya itu ngurus apa-apa sulit, itu sanksi kan. Kalo kaya sanksi pidana seperti itu tidak ada. Belum pernah ada satu orang yang dipidana karena tidak punya KTP. Ya itu kembali mindset. Contoh kasus emm.. setiap mutasi KTP itu kan ada bates waktunya, 5 tahun. 5 tahun diwajibkan untuk memperbarui kan. Tujuannya adalah untuk.. misalnya ada seseorang buat apa bikin KTP, orang saya lahiran sini kok, dari jaman dulu ga usah bikin KTP, nenek saya juga lahiran sini kok. Terus sekali waktu dia membutuhkan pelayanan, dimana pelayanan tersebut membutuhkan rekaman identitas. Rumah sakit harus ada KTP, kita narik uang di bank harus punya KTP, dan lain-lain. dia tidak bisa mendapatkan pelayanan. Oke karna faktor kemanusiaan, rumah sakit membolehkan untuk memberikan pelayanan karena sifatnya darurat tapi administrasinya itu tetap harus diurus. Atau dia dapet kiriman dana darimana umpamanya, dia tidak dapat menunjukkan kartu identitas, dia ga bisa. Walaupun dia mengajak orang satu RT bahwa itu namanya dia tapi kalo dia ga bisa menunjukkan identitasnya dia, ga bisa
Desti : Masih terkait sosialisasi pak, ada waktu khusus tidak pak terkait pemberian sosialisasi ke masyarakat?
Sugeng : Jadi kita gini di kelurahan itu kan banyak kegiatan-kegiatan yang melibatkan warga, jadi setiap ada pertemuan dengan warga masyarakat yang terdapat di kelurahan itu selalu kita sampaikan. Contoh misalnya pertemuan PKK, itu tidak murni menyampaikan kegiatan PKK tapi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan program Pemerintah, kegiatan yang ada saat ini di kelurahan Ancol selalu kita sampaikan, kita informasikan
Desti : Oohh.. jadi ada semacam selingan ya pak?Sugeng : Iya tetap. Karena kita sistem sosialisasinya itu bukannya satu
masalah, fokus ke masalah itu saja. Karena sosialisasi itu kan lebih bertujuan pada penyampaian informasi. Ini kita sampaikan, ini kita sampaikan. Berbeda dengan presentasi kan gitu, kalo presentasi kan fokus di satu masalah. Kita sosialisasi sifatnya penyampaiannya
Desti : Bagaimana respon masyarakat pak ketika program ini pertama kali dilaksanakan?
Sugeng : Antusias, antusias lah. Karena kalau mereka tidak antusias, ya mereka rugi sendiri.
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
210
Universitas Indonesia
Desti : Jumlah alat e-KTP di Kelurahan ini ada berapa pak ?Sugeng : Ada dua. Itu kamu bisa lihat di bawahDesti : Ada ga sih pak keluhan dari masyarakat ?
Sugeng : Keluhan secara umum tidak ada. Paling dilihatnya yang timbul itu emm.. dalam pengisian database itu kan bener-bener harus akurat. Nah jadi terkadang emm.. masalahnya salah satunya adalah alat yang ada di kita itu terkadang itu seringkali bermasalah, misalnya jaringan. Jaringan servernya bermasalah. Tapi itu tidak dirasakan secara langsung oleh pemohon oleh masyarakat tapi lebih banyak dirasakan oleh operator kita. Sekarang saya kasih gambaran, kamu harus online terus mendadak jaringannya bermasalah, itu kamu stress ga? Terus ditunggu oleh orang banyak. Mereka nanya terus, jam berapa pak, jam berapa pak, waktu saya terbatas nih tolong dong cepet. Masyarakat cuma tahu pelayanannya ga beres. Tapi apa mereka tahu bahwa operator itu sampe stress karena apa dia untuk koneksi di jaringannya itu, dia bermasalah
Desti : Memang ga ada bantuan dari Kemendagri pak?Sugeng : Ya kalo kita liat pendamping itu kan mereka tenaga kontrak.
Apakah kemampuan, penguasaan IT nya mereka sudah sesuai harapan?
Desti : Ohh jadi pendamping itu tenaga kontrak pak?Sugeng : Kontrak. Mana.. ga ada dari DDN, hanya teori aja itu.
penguasaan IT nya juga belum beres. Terus ditambah juga kecepatan alat-alat kerjanya juga lemot, stress ga kira-kira?
Desti : Itu ga ada tindakan lebih lanjut dari Kemendagri terkait masalah tersebut?
Sugeng : Terlalu jauhDesti : Terus yang dilakukan oleh pihak Kelurahan terkait masalah
tersebut apa pak?Sugeng : Ya paling kita lapor sudin. Ya tapi apakah sudin itu hanya
melayani satu kelurahan saja? Kan tidak. Saya kasih gambaran, jumlah penduduk Kota Jakarta itu 11 juta sekian. Yang wajib mempunyai KTP itu 7 juta sekian yang tersebar di 267 Kelurahan. Pada saat yang bersamaan, semua Kelurahan menginput data, logika aja kan pasti kalo situasinya seperti itu, … lama atau bahkan ga bisa. Nah apalagi di kota metropolitan. itu
Sugeng : Sekarang gini itu khusus tingkat Jakarta yang dimana itu emm.. untuk IT nya SDM nya dibandingkan kota lain lebih tinggi sekarang kalo kamu bayangkan itu di daerah terpencil, dimana jaringan internetnya saja masih sulit. Itu baru tahap IT nya saja ya, belum lagi SDM nya
Desti : Di Kelurahan ini, sudah dibagikan e-KTP nya belum pak?Sugeng : Belum. Pada saat ini belum. Nah itu salah satu kendala juga itu.
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
211
Universitas Indonesia
banyak yang nanya juga.
Transkip Wawancara
Informan :Sanwani
Jabatan :Kepala Satuan Pelaksana (Kasatpel) Kependudukan dan
Catatan Sipil Kelurahan Ancol
Hari/Waktu :Rabu, 18 April 2012, pukul 09.30 WIB
Desti : uhukk.. uhukk.. Udah semua belum sih pak dari semua RW di kelurahan ini merekam data e-KTP?
Sanwani : yah klo semua RW sih ya belum semua mba. Kan td saya bilang kendalanya itu orang sudah tidak berdomisili di tempat itu. dia masa kontrak kerjanya habis dia pirgi.
Desti : itu kebanyakan dari RW mana pak ?Sanwani : Ya kalo dari RW mananya kita ga bisa sebutin satu-satu memang
semua RW ada yang di luar negeri, ada yang berlayar. Seperti RW 08 kebanyakan berlayar, memang kebanyakan orang bugis nelayan, berlayar. Kalo RW 010 komplek RW 011 itu kebanyakan anaknya pada di luar negeri, sekolah ya kerja disana.
Desti : Oh begitu. Terus ada ga sih pak upaya yang dilakukan kelurahan buat orang yang belum e-KTP?
Sanwani : ya kalo emang dia lagi ada di luar negeri, ya kita kasih bikin surat pernyataan bahwa yang bersangkutan di luar negeri pake matrai gitu
Desti : ooh orang tuanya?Sanwani : iya. umpama dari 4 orang keluarga yang foto 2 yang 2 di luar
negeri. Ya dia harus surat pernyataan 2, nama masing-masing.Desti : oo.. Kalau misalnya dia udah kembali dari luar negeri bagaimana
pak?Sanwani : Yang penting kewajiban dia kartu keluarga harus dia ganti. Yang
NIK nya sudah nasional. Ya mudah-mudahan dengan ada pernyataan itu, ya Mendagri atau Pemerintah pusat pun punya kebijakan. Yang dikasih kan surat pernyataan pernyataan pakai materai. Upaya sih surat edaran dari lurah juga udah berapa kali. Emang orangnya udah ga ada di tempat mau kata apa. Saya juga udah tanya RT nya, ya memang orangnya udah ga ada di tempat ya pegimana. Ya makanya saya bilang undangan yang dikembalikan itu RT pun harus tanggung jawab. Dalam arti apa dia harus stempel, kasih keterangan pindah tanpa lapor, kan begitu. Jadi bukan dari kita aja, RT pun tanggung jawab yang tahu wilayahnya dan tahu warganya. ini mbak contohnya. kalo
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
212
Universitas Indonesia
undangan di pulangin, RT harus kasih stempel, kasih keterangannya apa dia warga itu.
Desti : yg ini keterangannya pak?Sanwani : Iya, ini apa keterangannya?
Desti : Sekolah di luar negeriSanwani : kan RT kan
Desti : Di kelurahan ini, ada orang dari Kementerian Dalam Negeri atau damkel ga sih pak?
Sanwani : Damkel kan masanya cuma smpe 4 bulan itu, agustus sampe desember. kalo sekarang ga ada
Desti : damkelnya jumlahnya berapa orang pak?Sanwani : Kalo tiap kelurahan ya 1
Desti : Tugas damkel apa aja pak?Sanwani : dia, ya kalo alatnya bermasalah, ya urusan dia, lapornya sama
dia. Jaringan putus apa ini ga berfungsi, rusak, kita lapor sama dia. Biar damkel langsung ke damkotnya dan damkotnya lapor ke konsorsium.
Desti
Sanwani
:
:
Uhuukk.. jadi damkelnya itu datangnya kalau ada keluhan aja ya pak?enggak, datang tiap hari, wajib. selama 4 bulan itu agustus, september, oktober, november, desember, 5 bulan lah
Desti : Kalau ga ada apa-apa tetep datang pak?Sanwani : Dateng. Kan dia buat memback-up. Kalo umpama server ini ga ke
kirim, nah dia urusannya.Desti : terus kenapa pas masa perpanjangan ga ada damkel pak?
Sanwani : ya kalo masalah damkel sekarang ga ada itu urusan kemendagriDesti : ooh jadi itu urusan kemendagri ya pak. Uhuk.. uhukk..Desti : yang menentukan tenaga operator itu siapa pak?
Sanwani : yang menentukan tenaga operator itu ya paling ga ya antara suku dinas kependudukan
Desti : ooh.. trus syarat-syarat jadi operator itu apa pak?Sanwani : Yang penting dia punya ijazah, kom. silahkan
Desti : Tenaga operator itu langsung jadi operator atau bagaimana pak ?Sanwani : ya paling ga kan kita adain mm.. istilah kata apa ya itu
sebutannya.. mm.. kalo itu pelatihan dipanggil apa (bertanya ke orang lain). kita adain bintek dulu 2,5 hari ya 3 hari lah
Desti : setelah bimtek itu, langsung jadi operator pak?Sanwani : Iya
Desti : di kelurahan ini yang melamar menjadi tenaga operator berapa orang pak?
Sanwani : Kalo operator gini ya, operator itu ya memang yang nentuin kasudin, banyaknya dikitnya dia. Itu ditinjau dari banyaknya penduduk, yang wajib KTP yang harus direkam. Ya kalo masalah tenaga operator itu banyak dikitnya kan ditinjau dari penduduk. Umpama kaya ancol, tenaga operatornya 6 orang krn
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
213
Universitas Indonesia
penduduknya 22.558. alat 2 operatornya 6. Tapi operator itu ya termasuk saya juga bantu cari operator itu
DestiSanwani
::
maksudnya bantu cari itu bagaimana pak?tenaganya, ga mungkin seperti ancol saya ambil orang jauh. Paling ga ya kalo warga sini punya ijazah kom ya saya terima. yang penting dia bisa menjalankan, ya silahkan
Desti : kalo misal dia bisa mengoperasikan tapi dia ga punya sertifikat komputer itu gimana pak?
Sanwani : ya itu kalo itu kalo memang dia bisa tapi ga punya sertifikat, ya itu tergantung dari kebijakan Kelurahan
Desti : oo.. emm jadi untuk tenaga operator yang diprioritasin dari orang-orang yang tinggal deket sini?
Sanwani : bukan prioritas, kalo saya pribadi gini ya di kelurahan ancol kalo seumpama saya punya operator jauh ya kan ada di jakarta timur tanjung priok ternyata di kampung sini ada punya ijazah Kom, bisa komputer ya kita ambil. Kenapa? Kan dia harus stand by, jam 8 udah stand by kalo kita ambil jarak jauh makan waktunya sampai jam berapa
Desti : dari awal pelaksanaan e-KTP, tenaga operatornya tetap pak dalam arti ga ganti orang?
Sanwani : seumpama operator 6, ya enam-enam nya harus bisa. Ya nanti kan kita rolling, operator, pendaftaran gitu
Desti : emm.. tempat melakukan perekamannya disini pak?Sanwani : (Mengangguk)
Desti : ini alatnya pak?Sanwani : Iya
Desti : Cuma satu pak alatnya?Sanwani : yang satunya ada di dalem. Saya pasang satu. kalo dua-duanya itu
kan waktu pertama bejubel. Nah sekarang pas masa perpanjangan kan udah ga bejubel. Jadi pas pelaksanaan pertama kita pake dua meja ini.
Desti : oo.. saya kira ga disini pak tempat perekamannya, saya kira di aula gitu pak?
Sanwani : ga, kan kalo di aula itu yang memang ruangannya ga dapet, kan ini ada
Desti : dalam sehari itu biasanya berapa orang pak yang melakukan perekaman?
Sanwani : ya kagak tentu, kalo pas pertama bisa dapet 100-150. Ya kalo sekarang perpanjangan paling 10-12. ya tinggal sisanya aja istilah katanya
Desti : emm.. biasanya orang baru melakukan perekaman itu kenapa sih pak?
Sanwani : satu ya baru sempat, kedua ya memang belum dapet undangan karena KK nya bermasalah mungkin baru diperbaikin baru bisa. Bisa aja KTP nya mati belom perpanjang
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
214
Universitas Indonesia
Desti : oohh.. jadi kalo KTP nya mati harus di perpanjang dulu pak baru bisa bikin e-KTP pak?
Sanwani : iya.. harus di perpanjang duluDesti : oohh.. saya kira bisa langsung bikin e-KTP pak
Sanwani : ga bisa kalo saya ga bisa mba karena itu kan namanya dia mati itu kan ada dasar hukumnya. Dia harus bayar retribusi dendanya. Kalo kita rekam begitu berarti kita udah salah dong. Nanti kan pengambilan e-KTP, keadaan KTP harus hidup. Nanti tinggal tuker. Kalo umpamanya dia mati pegimana
Desti : cara sosialisasi ke masyarakat mengenai program e-KTP ini gimana pak?
Sanwani : Undangan mba, ya undangan itu.Desti : lewat undangan aja pak?
Sanwani : dapet undangan aja, kalo sosialisasi kan udah lewat media-media gitu seperti Koran, tivi
Desti : Undangannya itu langsung disampaikan kepada warga atau gimana pak?
Sanwani : undangannya itu kita sampaikan ke RT nanti RT yang menyampaikan ke warganya. Karena itu yang mengetahui RT.
Desti : Kalo jadwal pemanggilan kepada warganya gimana pak?Sanwani : Untuk pemanggilan warga di kelurahan ini, dilakukan aja
pemberitahuan ke RT-RT setempat, tidak ada jadwal tertulis. Jadi kita manggil dan ngumpulin para RW buat ngasih tahu ke RT-RT buat manggilin warga-warganya buat bikin e-KTP. Tiap RW dikasih waktu 2 minggu karena kan masing-masing RW, jumlah RT beda-beda ada yang banyak ada juga yang dikit. Misalnya untuk RW 01 itu kan ada 9 RT, nah 2 minggu itu buat 9 RT. Mengenai teknis pembagiannya, itu RT yang nentuin. Tapi khusus untuk RW 05 karena jumlah RT nya cuma ada 3 maka jadwal pemanggilannya digabung sama RW 08, jadi dikasih waktu 3 minggu.
Desti : Apakah semua kelurahan menerapkan waktu yang sama untuk penjadwalan pemanggilan warga?
Sanwani : Engga mba. Itu disesuaikan sama jumlah penduduknya. Kalo di kelurahan ini, itu saya yang bikin, per RW itu dikasih waktu 2 minggu.
Desti : emm.. kalo misal tanggal 30 April masih ada warga yang belum merekam e-KTP itu gimana pak?
Sanwani : kalo emang dia belom kerekam setelah tanggal 30 April, kita cek datanya dia ada dimana. Karena kan undangannya dikembalikan ke Kemendagri. Seumpama RT nya ngasih keterangan pindah ya kita bikin pindah. Jadi saya sama RT biar satu bahasa. Ya makanya walaupun dia jauh, kan denger program e-KTP. Kenapa ko dia ga mau melaksanakan. Ya dia terima resiko sendiri, itu berarti namanya nantangin Pemerintah. RT juga nyari-nyari nama
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
215
Universitas Indonesia
dia tapi ga ketemu udah ga berdomiili di RT itu lagi. Nah gimana nih caranya biar klop dengan undangan penduduk, nah saya bikin keterangan, RT pun juga bikin keterangan. Keterangannya apa pindah tanpa lapor, Begitu.
Transkip Wawancara
Informan : Silitonga
Jabatan : Staf Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Provinsi DKI Jakarta
Hari/Waktu : Kamis, 3 Mei 2012, pukul 10.00 WIB
Desti : Tanggapan Anggota DPRD terhadap implementasi program nasional e-KTP di DKI Jakarta
Silitonga : Dalam pelaksanaan e-KTP di Jakarta, DPRD mendukung serta mendorong agar pelaksananaanya berjalan dengan lancar. Kita juga ikut mengawasi karena terkait dengan peran DPRD sebagai controller, budgeting, serta legal drafting
Desti : Terus ada koordinasi tidak pak dengan pihak terkait ?
Silitonga : Kita juga melakukan koordinasi dengan Dinas Kependudukan bisa dalam bentuk rapat. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apa saja yang menjadi kendala selama pelaksanaan e-KTP di DKI Jakarta
Desti : Kendala yang dihadapi apa saja pak yang dilaporkan
Silitonga : Alatnya kadang suka rusak, terus ngantrinya lama.
Desti : Terus ada laporan tidak pak dari warga yang dikenai biaya pas pelaksanaan e-KTP?
Silitonga : Ada, tapi pas kita kroscek ke Kelurahannya, ga ada. itu ulah oknum aja
Transkip Wawancara
Informan : Muhammad Ikrar Idris
Jabatan : Tenaga Operator di Kelurahan Ancol
Hari/Waktu : Rabu, 18 April 2012, pukul 11.00 WIB
Desti : Mas, bertugas jadi operator di Kelurahan ini sejak kapan?Ikrar : Dari bulan.. saya kan pengoperan dari pademangan barat tadinya.
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
216
Universitas Indonesia
Disini karena 4 orang, saya dialihkan kemari. Karena disana pertama itu sekitar 10 orang, dipangkas 8. 8 kebanyakan juga karena itu dioper kemari termasuk saya. Begitu Desember selesai, yang satu dipindah disana dikembalikan, saya dipertahankan disini, gitu
Desti : jadi dari bulan Agustus mas jadi operator disini?Ikrar : ehm.. kebetulan.. dari September 2011 sampe sekarangDesti : terus bagaimana sih mas awal mula jadi tenaga operator di Kelurahan
ini?Ikrar : kalo saya kebetulan ehm.. untuk masalah bidang komputer dari dulu
memang suka tapi tidak terlalu menguasai. awal tahu untuk e-KTP ini justru secara tidak sengaja.
Desti : maksudnya bagaimana mas?Ikrar : karena waktu itu dibilang sama orang tua untuk bantu Kelurahan.
Mereka bilang datang aja ke pademangan barat ketemu pak agus kan. Pas sampe sono baru saya dioper ke sudin, pas di sudin ternyata memang untuk bintek e-KTP
Desti : mas tahu atau tidak tentang rekrutmen tenaga operator?Ikrar : Kalo untuk penerimaannya, terus terang secara pribadi saya ga tahu.
Kalo misalnya berita e-KTP nya berjalan sama ada yang mau menjadi operator itu sudah tahu tapi ke saya ke sudinnya itu belum tahu kalo mau jadi operator, gitu. Makanya saya tadi bilang secara tidak sengaja.
Desti : proses menjadi operator itu gimana sih mas?: kalo dari sudin itu biasanya mereka yang pertama diambil itu jelas
adalah yang paling deket dulu, seperti di wilayah ini. he’eh diprioritaskan seperti itu dulu. Kalo misalnya seandainya sudahterpenuhi itu berarti seharusnya kan sudah ga ganti lagi ternyata malah kurang jadi akhirnya dipakailah sebagian ada yang memang diprioritaskan sebagian memang dari luar, dicampur. Ya contohnya kaya saya
Desti : memang mas tinggal dimana?Ikrar : saya tinggal di matramanDesti : oo.. kok yang diambil jadi operator itu yang tinggalnya jauh sih mas?Ikrar : iya untuk enam orang itu, enam orang itu memang yang lima memang
dari daerah siniDesti : terus hal apa yang membuat mas dipilih jadi tenaga operator disini
padahal mas tidak berdomisili di daerah sini? Ikrar : itu penilaian juga. Pertahanan operator itu penilaian dari kasatpelnya
sendiri yang bersangkutan ya kan. kalo misalnya katakanlah maaf saya juga mungkin masih agak kurang jadi kalo misalnya ada kelebihan itu biasanya dipertahankan atahu disini diperbantukan. Bagaimanapun damkelnya itu mereka hanya ehm.. kebetulan di Kelurahan ini ya damkelnya yang dipake menurut saya tidak 100% menguasai IT, gitu kebetulan. dia bisa komputer, tapi tidak 100%
Desti : Emang damkelnya itu dari mana?Ikrar : Dari sucofindo, outsourcing
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
217
Universitas Indonesia
Desti : ooh.. saya kira damkelnya itu orang dari kemendagriIkrar : ga..itu outsourcing. Kita itu outsourcing juga sebenernya cuma untuk
pengambilan operatornya memang dari sudin, gituDesti : oo.. apakah mas melalui proses awal rekrutmen tenaga operator?Ikrar : Ya itu saya ga sengaja. Jadi waktu ke pademangan barat disuruh ke
sudin. Karna saya pikir harus ada secara tertulisnya kali kerja di kependudukan. Pas sampe sana ya udah banyak orang, saya pikir mereka mau ngapain. Mereka udah bawa surat lamaran semuanya. Begitu sampai sana ternyata nama saya sudah ada. Itu pun selang dari saya dateng., Agustus.. Agustus awal ya saya disuruh ke sana sekitar tanggal 10 atau 11 lah saya agak lupa-lupa inget. Jadi memang sudah dipersiapkannya disana.
Desti : terus ada pelatihan gitu ga sih mas untuk tenaga operator?Ikrar : ada, bintekDesti : oo.. binteknya dimana tuh mas?Ikrar : di sudin jakarta utara. Kalo saya dapetnya di sudinDesti : oohh.. emang beda-beda tempat binteknya?Ikrar : iya, kan ada di depok.Desti : oo.. ehm.. dasar pembagian tempat bintek itu apa mas?Ikrar : pembagian apa?Desti : iya pembagian lokasi binteknya antara yang di depok dan di sudin itu
berdasarkan apa?Ikrar : Ooh saya ga terlalu ngerti, tapi setahu saya yang di depok itu mereka
lebih kentel, materinya. materinya yang diberikan itu mungkin 90-100% Kalo yang di sudin, itu kita sudah didampingin sama mereka yang di depok, gitu. Ngerti ga? Jadi kalo saya menilainya 1 Kelurahan itu harus ada yang dibintek di depok minimal 1 orang. Jadi ketua regunya ya, kalo menurut saya ya. Walaupun kita ga ada ketentuannya ya. Yang di depok itu materinya lebih kentel
Desti : oohh begitu. Terus pemberi materi yang bintek di sudin itu darimana mas?
Ikrar : kebetulan kalo yang saya tahu itu dari sucofindonya ehm.. karna kita pengoperasian alat, sucofindo kan buat perekrutan SDM damkelnya. Kebetulan untuk alat itu namanya kuadra. Itu pihak ketiga memang yang memberi materi
Desti : itu binteknya berapa hari mas yang di sudin?Ikrar : saya?Desti : iya, mas berapa hari?Ikrar : Satu hariDesti : oo.. kalo yang binteknya di depok berapa hari mas?Ikrar : tiga hari-anDesti : oo.. berarti yang binteknya di sudin itu semuanya cuma satu hari mas?Ikrar : IyaDesti : di bintek itu materi yang diberikan apa aja mas?Ikrar : pengoperasian. materi pengoperasian, materi trial and error (kalo
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
218
Universitas Indonesia
misalnya operator menghadapi kendala pada sistemnya), inilah SOP nya lah paling ga.
Desti : terus apa lagi mas?Ikrar : apa.. makan paling. Haha..Desti : oo.. waktu binteknya berapa lama mas?Ikrar : saya dari pagi itu, seinget saya selesainya itu kira-kira jam 10, itu
seinget saya ya . ehm.. tapi memang saya tidak dibekali ehm.. ininya modulnya
Desti : oohh dikasih modul juga mas?Ikrar : saya itu tidak dibekali modul. Kebetulan saya orangnya itu gratil,
begitu alat dateng, memang belum dipasang ya, belum di rakit. Tapi ada beberapa modul kebetulan saya deket sama damkel yang di pademangan barat, modulnya saya diberi tahu. Jadi sebelum saya kesana pun saya juga sudah tahu apa saja yang akan dimaterikan disana. Kalo itu pribadi saya. Jadi apa yang disana saya sudah tahu
Desti : modulnya itu isinya apa aja mas?Ikrar : materi-materi di dalemnya ehm.. yang materi pengoperasional-an.
Disana udah ada alatnya terus diperagain tentang cara perekaman buat e-KTP
Desti : Kalo yang bintek di depok apakah seperti itu atau tidak mas?Ikrar : kayanya mereka lebih spesifik deh. Karna kan tiga hari, cuma untuk
ehmm.. jadi mungkin kalo misalnya kita cuma dikasih tahu cara masuknya gimana, ngisi password loginnya gimana, tapi kalo mereka mungkin di kasih tahu step-stepnya gimana. Kalo kita kan cuma tahunya ini aplikasinya, masuk, ini username, password terus tinggal ngejalanin, singkat. Tapi kalo mereka aplikasinya didalemnya di kasih tahu, ini alat-alatnya. Jadi mereka memang lebih spesifik
Desti : ehm.. di bintek itu mas dapet materi tentang gambaran program e-KTP secara umum ga?
Ikrar : eehm.. maksudnya gambaran program e-KTPnya gimana nih?Desti : iya misalnya tentang tujuan e-KTP, sasarannya dari program iniIkrar : ehm.. kalo saya secara gambaran di bintek saya ga bisa dapet ilmunya
ya kalo saya pribadi karena mungkin keterbatasan SDM disananya juga memang pada dasarnya di modulnya sendiri pun dijelaskan minimal 5 menit untuk pengambilan perekaman dan itu pun dikasih tahunya cuma sampe Desember. itu yang saya tangkep dari modul ya. ehm apa lagi ya.. yang jelas kita ga bisa memberikan data orang yang sudah kita rekam ke orang lain. kalo misalnya dia bilang dia cerai, hanya saya sama dia yang tahu kalo dia cerai dan untuk validasi data misal dia udah menikah disitu harus nunjukkin kalo dia udah menikah. Kalo soal kebijakannya sendiri, ga ada yang bisa saya tangkap, hanya cuman pengoperasionalnya saja. Tapi yang penting adalah tidak membocorkan data ke orang lain, tidak boleh merubah tanpa ada dasar, gitu aja. Di dalem binteknya itu ga ada, kalo saya ya kurang tahu kalo yang di depok
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
219
Universitas Indonesia
Desti : Latar belakang pendidikannya mas apa?Ikrar : S1 HI Sospol Desti : oo.. lah saya kira lulusan IT masIkrar : ya itulah saya bilang tadi, saya ga sengaja. Kalau saya pribadi sospol,
mungkin yang lain ITDesti : oo.. tapi punya sertifikat komputer ga mas?Ikrar : SMA, komputer dasar. Gratil komputer ya game, tukang ngajarin
komputer hehe, saya belajar sendiri. saya aja bilang saya ga sengaja, ya gitu mbaknya aja nangkepnya beda dari politik jatuhnya ke IT. Karena saya melihatnya penerimaan ini mungkin agak rancu juga. Disini kan persyaratannya bilang punya sertifikat komputer. sertifikat komputer itu kan global,itu kan ada hardware, software, dan lain-lain. Kalo mereka itu bilang punya ijazah komputer, kalo mbak punya ijazah SMP komputer pun bisa masuk, logikanya gitu aja. Kecuali kalo mereka bilang ijazah komputer bidang software misalnya saya udah ga mungkin masuk. Mungkin ada beberapa yang memiliki sertifikat komputer, ada yang kuliah tapi alhamdulillah sih yang di ancol ini kita memang punya sertifikat komputer, ada yang dari SMA ada juga yang dari D3. Setahu saya yang di ancol ya, ga tahu kalo Kelurahan lain.
Desti binteknya waktu itu diselenggarain kapan mas?Ikrar : kalo saya ga salah.. Agustus sih mba. Sebelum mulaiDesti : oo.. sebelum mulai e-KTPnya?Ikrar : he’eh. Kalo ga salah antara tanggal 1 atau 10-anDesti : oo.. binteknya itu dilaksanain hari apa mas?Ikrar : Kalo ga salah hari sabtu deh karna saya ingetnya waktu itu hari liburDesti : terus pengalamannya mas selama jadi operator gimana? Suka
dukanya?Ikrar : kalo saya sih nyebutnya duka ya, tapi duka itu saya bilang sukaDesti : emang kenapa mas?Ikrar : jelas, tadinya kan setelah kuliah itu, kerja itu bisa menemui banyak
orang. Ternyata kita kerja begini saya jadi tahu karakter banyak orang. Mana yang bisa diatur, mana yang tidak. mana yang memang harus kita bantu secara fisik, bukan yang lain ga saya bantu tapi mereka mampu secara fisik. Mana yang bohong, mana yang ga. Karakter itu udah terbentuk sendiri. Karena pada saat di SOP nya kita harus wawancarain dia, dia bohong atau ga pasti ketahuan, data boleh boong, tapi mimik wajah tidak
Desti banyak ga mas kasus seperti itu?Ikrar MenganggukDesti oo.. contohnya kaya gimana mas?Ikrar misalnya dia lahirnya tahun 78, eh maaf lahirnya masih muda misalnya
belum 17 tahun terus dari wajahnya keliatan lebih muda, ngeliatnya gitu aja
Desti maaf mas saya masih belum ngertiIkrar misalnya aslinya dia lahir tahun 98 tapi di komputer ketariknya tahun
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
220
Universitas Indonesia
94. Itu kita wawancara, itu dia gelagepan, entah dia secara ga sengaja kepleset atahu dia pasti nengok orang yang bawa dia
Desti maksudnya mas?Ikrar biasanya ditemenin entah oleh ibunya, kakaknyaDesti oo.. kalo memang dia nengok karena ada hal lain gimana mas?Ikrar ga, kita kan bisa tahu dia bohong atau ga, gitu. karena prinsipnya ini
kata kasatpelnya ini namanya juga pemutakhiran. pemutakhiran itu dikatakan paling akhir, paling akhir itu harus yang paling baik, yang bagus. Kalo kita ambil datanya dia, setahu saya ketika dia direkam maka tidak akan bisa dirubah, selamanya.
Desti oo.. kan berlakunya lima tahunan mas?Ikrar perubahan, perubahan data itu kan urusan kementerian. yang kita tahu
ya, yang kita tahu kalo misalnya data itu tidak valid, SOP dari pengambilan e-KTP harus valid, sedangkan kalo datanya ga valid, artinya kita ga bisa ngambil dong. Kita perbaiki menjadi baik atau kita teruskan yang salah. Itu pilihannya. Tetep kita kasih pilihan ke orang itu, mau terus direkam atahu tidak.
Desti kalo misal seseorang ketahuan bohong, itu bagaimana mas?Ikrar balikin lagi. sekarang mas sebenernya lahir tahun sekian tapi disini
tahun sekian. Mas mau pake yang mana kalo mau pake yang bener, ini saya ambil tapi kalo mas mau ngelanjutin yang sama dengan di aplikasinya. kalo ga perbaiki dulu nanti ga bisa direkam, gitu aja. Makanya saya bilang kendala yang paling sering adalah seperti yang tadi sudah disebutkan kasatpel adalah pertama adalah dari penduduknya dan kedua dari perbaikan identitas. Jadinya sekarang e-KTP itu mau liat kualitas apa kuantitas. Kalo mau liat kuantitas, kita ga perlu ada perbaikan, langsung rekam aja. Yang salah, salah udah biarin aja.
Desti biasanya warga yang ada masalah sama identitasnya itu gimana mas?Ikrar ehm.. biasanya kalo yang.. kalo misalnya dia, ehm.. biasanya dia hanya
jadi korban ya. Kan biasanya kalo kasus gitu ada oknum yang maen, ada pihak ketiga yang maen. “Oh saya ga tahu, waktu itu ngurusnya sama si ini nih” berarti dia kan korban. Kalo misalnya tanggal lahirnya sama, kita cek dulu di komputer reguler itu betul ga NIK ini yang punya dia. Karna kan undangan e-KTP itu dibentuk 2010. Dari 2010 ke 2011, bisa aja yang punya KTP itu narik lagi, dibetulkan lagi sama yang punya.
Desti SOP tenaga operator itu apa aja mas?Ikrar Kalo secara gamblang dibuka itu ga bisa karena menyangkut
kerahasiaan, secara sederhana aja ya. yang jelas kita harus merekam data yang valid, khususnya pengambilan tanda tangan dan iris mata. Itu ga boleh beda. Kalo misalnya iris mata, softlens itu akan tertolak, begitu juga dengan kacamata. Semua harus dilepas. Yang jelas yang terakhir itu memastikan kevalidan data
Desti kalo misal ada yang bohong gimana mas?
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
221
Universitas Indonesia
Ikrar ya kalo misal dia bohong, dia ga yakin, itu akan jadi permasalahannya dia ke depan. Kan tanda tangan di surat pernyataan, kita ga maksa.
Desti emang ada surat pernyataan mas?Ikrar ada.. ehm.. mbak waktu perekaman e-KTP 2x tanda tangan ga? Yang
terakhir kan telunjuk kanan telunjuk kiri. Abis itu kan tanda tangan, ya itu surat pernyataannya. Yang paling krusial ya itu tanda tangan sama mata. Itu aja yang krusial
Desti Tahap-tahap perekaman e-KTP itu gimana sih mas?Ikrar Kalo disini mereka pas dateng daftar pertama. Setelah daftar, absen..
absen daftar ya, jadi tanda tangan itu ada dua, absen daftar. Mereka nunggu dipanggil terus masuk, setelah keluar mereka tanda tangan kedua, ya seperti itu aja. Yang jelas kita menghimbau mereka berpakaian rapi, ga boleh pakai celana pendek. Kita nyebutnya peraturan instansi dimana-mana yang namanya Pemerintahan, kantor Pemerintahan seharusnya melarang orang berpakaian mini, minimal selutut ga apa-apa deh
Desti urutan kegiatan dalam perekaman e-KTP apa aja mas? Ikrar yang jelas kita harus liat dulu tahun berapa dia lahir, ganjil apa genap.Desti memang kenapa?Ikrar beda backgroundnya. Kalo itu kan cuman filter buat di datanya aja.
Jadi supaya keliatan. Yang lahir genap keliatan, yang lahir ganjil keliatan. Kalo genap backgroundnya biru, kalo ganjil backgroundnya merah.
Desti tahap selanjutnya apa mas?Ikrar ya baru kita wawancara. kita wawancara itu sesuai data yang ketarik
tadi. Kalo misalnya ada perubahan. pertama kita suruh ubah dulu di regulernya baru kita tarik lagi. kalo ada perubahan nama, jelas. Kalo ada perubahan di status perkawinan, misalnya di KTP ketariknya nikah, ternyata dia bilang belum nikah. Dasarnya kita harus liat,
Desti dasarnya itu darimana?Ikrar kan kita e-KTP itu orang itu harus bawa KK sama KTP fotocopy-nya
kalo disini. Kalo misalnya disitu tulisannya nikah tapi dia tetep kekeuhbilang belum menikah, dia bikin surat pernyataan. Kalo status udah cerai, terus dia bilang dibikin cerai aja mas, itu surat lampirannya juga harus dibawa sama dia. pindah agama surat baptis, surat masjid itu harus dibawa, kalo disini
Desti memang setiap Kelurahan beda ya mas?Ikrar ya kalo saya pribadi mah beda. Karena disini mentingin kualitas bukan
kuantitas. Desti tahap selanjutnya apa lagi mas?Ikrar foto, tanda tangan, sidik jari, iris mata, yang terakhir itu verifikasi sidik
jari. Sidik jari hanya dua jari aja. Kalo misalnya dapetnya.. kita ikutin yang pertama telunjuk. Kalo telunjuk ga bisa, ya jari tengahnya. Sesuai urutan aja, tapi kalo misalnya dia dua-duanya dapet yang kanan dan kiri di telunjuk, ya udah 2 jari kanan 2 jari kiri. Terus verifikasi data
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
222
Universitas Indonesia
disertai tanda tangan pernyataan yang benar (valid)Desti ehm.. ada ga mas masyarakat yang suka protes gitu?Ikrar ya balik lagi karakter orang kan beda-beda. Ada yang keras, ada yang
maunya diduluinDesti terus upaya yang dilakukan apa mas?Ikrar ya kita nyikapin aja pelan-pelan. kalo mereka tetep maksa, ya kita
bilang ke forum di depan orang banyak, kan dia akan malu Desti uhuukk.. untuk tenaga operator, ada evaluasi ga sih mas dari
Kemendagri?Ikrar Evaluasi dalam arti apa ini?Desti ya evaluasi selama pelaksanaan e-KTPIkrar mereka udah kasih tahu, karena.. kenapa saya bilang mereka udah
kasih tahu ehm.. kita ini di lapangan tahu kualitas kita di lapangan itu terakhir pas masa pemutusan kontrak, kan ga semuanya diperpanjang kan. Karena kasudinnya sendiri pun sudah bilang minta maaf kalo selama ini kita benturan sama warga, maaf kalo kita sudah apa namanya memakai kita sebagai tenaga operator. Dalam arti minta maaf itu mereka juga berterima kasih, jadi bukan berterima kasih karena kita bersalah. Jadi kasudin itu berterima kasih dan meminta maaf karena kita kan harusnya selesai jam 10 tapi kita kejar waktu sampai jam 12 malem gitu kan karena memang undangan di atas meja pendaftaran itu memang harus habis, gitu. Jadi ga bisa jam 4 tutup, jam 4 selesai. Tapi ya kita di lapangan, kalo disini ya enjoy-enjoy aja, ga ada apa-apa. Makanya pas pemutusan bulan Desember itu kasudin itu secara pribadi minta maaf karena mereka sebenernya juga sudah tahu di lapangan itu seperti apa karena kan pasti kasatpel sendiri menyambungkan suara yang di lapangan itu kesana. Jadi evaluasi itu mereka ga harus terjun langsung. Kadang mereka terjun, kadang mereka hanya melalui kasatpelnya saja, gitu
Desti di Kelurahan ini, pelayanan e-KTP sampai jam berapa?Ikrar kalo dari bulan awal pertama kali mulai sampai Desember itu kita
sampai malem terus, sampai jam 10Desti jam 10 itu masih ada warga yang dateng?Ikrar ada, dan itu bukan ada aja yang dateng karena emang harus ngabisin.
Kadang ada yang daftarnya siang, sorenya dia baru dateng selesai pulang kerja
Desti oo.. jadi bisa ditinggal gitu?Ikrar he’eh. Jadi begitu dia liat di meja pendaftaran sudah banyak, kira-kira
kapan pak? bapak dapet urutan ke 100 sekian. Satu undangan itu bisa4-5 orang. Kita batesin waktu, kita bilang abis makan siang nanti dateng, bener pas dia dateng abis makan siang emang urutannya. Yang naronya sore, ya pasti malem dapetnya, gitu aja. Kita ga mau daftar sekarang, dateng besok, ga mau. Ga bisa kita kalo digituin. Daftar sekarang, ya harus dateng sekarang
Desti Terus kalo yang masa perpanjangan gimana mas?
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
223
Universitas Indonesia
Ikrar kita kalo hari biasa sampe jam 4. Sabtu minggu kita jam kerja.Desti jam berapa tuh mas?Ikrar dari jam 8 sampai ehm.. 6 jam, berarti sampe jam 2. Karena memang
sudah lengang. Ya tapi jamnya tergantung dari masing-masing sendiri kebijakannya. Kalo kasatpelnya bilang misalnya yaudah kita kan 6 jam nih kita nunggu tapi ternyata jadi ngebludak lagi karna udah mau penghabisan misalnya, kita nambah lagi tuh dan kemungkinan Kelurahan lain tuh berapa jam tergantung kasatpelnya aja, begitu. Jadi kita fleksibel aja
Desti oo.. terus mas yang memberi upah tenaga operator siapa?Ikrar Sudin karena kan mereka yang merekrutDesti oo.. bukan Kelurahan?Ikrar bukan, kan beda kedinasannya. Memang satu atap, tapi kedinasannya
beda. Ini kan kebijakannya kependudukanDesti ehm.. upahnya setiap berapa kali mas? Ikrar sebulan sekaliDesti upah yang diterima tenaga operator sama atau beda?Ikrar Itu yang saya kurang tahu. Saya kurang tahu. Bisa aja di timur beda, di
selatan beda, di utara beda. Kalo itu terus terang saya kurang tahu. karena memang…. Saya belum pernah ketemu Untuk e-KTP saya masuk tiap hari jadi kita untuk keluar ke Kelurahan lain pun. Jangankan ke satu wilayah utara, saya di matraman sendiri jarang ngobrol karena memang waktunya ga ketemu. Kita dituntut datang kerja, dateng kerja. Kerja doang. Masalah gaji dan waktu pun kita masih belum tahu gimana keadaan diluar.
Desti setelah pemassalan e-KTP selesai, bagaimana dengan nasib operator?Ikrar ya balik lagi, karena kita belum tahu april ini. sama kaya kasus
sebelumnya Desember. kita kan ga tahu Desember itu selesai itu diperpanjang apa ga kita ga tahu. Begitu kita sudah di farewell sama pak kasudin, besokannya kita dipanggil lagi. jadi kita masih belum tahu april ini perpanjang atau ga.
Transkip Wawancara
Informan : Tony Arifianto
Jabatan : Tenaga Operator di Kelurahan Ancol
Hari/Waktu : Rabu, 21 April 2012, pukul 10.00 WIB
Desti : Mas, disini bertugas dari kapan?Tony : Dari bulan.. dari pas mulai..bulan.. dari bulan agustus.Desti : Tanggal berapa mas?Tony : Tanggal 15Desti : Sampai sekarang?
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
224
Universitas Indonesia
Tony : IyaDesti : mas tahu tidak ada penerimaan tenaga operator untuk pelaksanaan e-
KTP?Tony : penerimaan operator itu kita dari sudin dipanggil, dari sudin
kependudukanDesti : bukan, maksud saya mas tahu gak ada pengumuman penerimaan
tenaga operator?Tony : sebelumnya gak, karena dipanggil aja. Karena rekomendasiDesti : ooh karena rekomendasi?Tony : IyaDesti : Jadi prosesnya itu langsung dipanggil aja?Tony : bawa berkas-berkas, ijazah. Sama kaya lamaran biasa.Desti : Mas tinggal di daerah sini?Tony : Di bekasi. Desti : oohh di bekasi. Bukan daerah sini?Tony : Dulu di cakung, terus di bekasi sekarangDesti : kenapa yang dipakai justru malah yang dari daerah lain, bukan dari
daerah ancol?Tony : kalo operator itu yang dari sini 3, yang di luar 3.Desti : maksudnya bagaimana mas?Tony : iya jadi yang tinggal di wilayah sini 3, yang tinggal di wilayah luar
ada 3Desti : terus kenapa yang bertugas sekarang ini operator yang berasal dari
luar daerah ancol?Tony : operator yang dari daerah ancol masih ada tapi mereka hanya
membantu sementara doang. Kalo yang disini buat manggil warga-warganya, itu doang karena mereka kan yang tahu wilayahnya.
Desti : oo.. latar belakang pendidikannya mas apa?Tony : SLTADesti : oo jadi pas ngelamar pake ijazah SLTA?Tony : IyaDesti : trus ada ijazah komputer gak?Tony : ada, sertifikatDesti : sertifikatnya dapet dari mana mas?Tony : dari lesDesti : gimana sih mas ehm.. pelaksanaan e-KTP di kelurahan ini dari pas
awal pelaksanaan sampai sekarang? Tony : maksudnya?Desti : iya pelaksanannya e-KTP di kelurahan ancol gimana? Adakah
hambatan yang ditemui?Tony : kalo hambatan sih gak ada ya. Paling karena kalo awal kan rame, jadi
kita ngantri. Biasanya orang-orang minta buru-buru karena pengen kerja. Jadi kita kasih tahu, makanya kalo buat orang yang kerja itu ada pelayanan sabtu minggu, jadi kesempatan dia. Kalo hari sabtu dan minggu mereka kan libur, ya itu doang, Kalo masalah, kayanya
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
225
Universitas Indonesia
hampir gak ada sih di kelurahan iniDesti : oohh.. berarti kalo yang awal-awal orang-orang pada berebutan ya?Tony : iya, rata-rata semua kaya gituDesti : terus mas kalo pelaksanaan pas masa perpanjangan gimana mas?Tony : masa perpanjangan udah sepi, udah gak ada masalah.Desti : kalo pelayanan sabtu minggu itu dibukanya dari jam berapa sampai
jam berapa mas ?Tony : dari jam sembilan sampai jam empat.Desti : terus pelayanan yang hari sabtu dan minggu itu biasanya dalam sehari
berapa orang?Tony : yang sabtu dan minggu itu.. ehm.. yang awal apa yang akhir?Desti : dua-duanya masTony : kalo yang awal itu ratusan, bisa sampai 200-orang. Kalo yang akhir-
akhir, 15-30 orang. Grafiknya tu ada. Terakhir kemaren itu total 62 orang. Hari minggu, minggu kemaren
Desti : tanggal berapa tuh mas?Tony : tanggal 15 aprilDesti : itu yang diakumulasiin atau hari minggu aja?Tony : Hari minggu. kita ambil hari minggu. kan per hari kita ngambil
datanyaDesti : trus kalo yang pas awal-awal itu sehari yang bukan sabtu-minggu
berapa orang? Tony : biasanya itu.. yang awal apa yang akhir?Desti : yang awalTony : hampir sama.. ada yang 150, ada yang 200. itu kita gak tentu,
namanya grafik kan naik turunDesti : Trus kalo yang akhir-akhir berapa orang?Tony : Kalo yang akhir-akhir ini, bangsa 15-20 orang.Desti : ehm.. tenaga operator disini itu ada pelatihannya gak sih mas?Tony : bintek? AdaDesti : binteknya itu dimana mas?Tony : Di sawangan, depok.Desti : itu berapa hari?Tony : 2 hari 2 malemDesti : ohh.. nginep ya?Tony : Iya nginepDesti : Tempat binteknya dimana mas?Tony : apanya?Desti : di kantor apa ?Tony : Di BLK, balai latihan kerja.Desti : Disana ngapain aja mas?Tony : Disana teori sama prakteknya ajaDesti : teorinya apa aja mas?Tony : teorinya tentang awalnya masuk log in kitanya, sama ngambil NIK
itunya, sama cara merekam data
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
226
Universitas Indonesia
Desti : Terus apa lagi mas? Tony : ehm.. sama tanya jawab.Desti : Maksudnya tanya jawab itu gimana mas?Tony : Tanya jawabnya masalah ehm.. karena awal kita gak tahu, misalnya
kalo ini loncat kesini gimana. Misalnya dari foto loncat ke iris mata, gimana. Di data awal kan karena belom update-an datanya masih berat, jadi datanya berentet aja. Jadi dari foto ke tanda tangan, dari tanda tangan sidik jari dari sidik jari ke iris mata. Itu doang.
Desti : ehm.. terus di bintek itu dikasih materi tentang e-KTP secara umum gak?
Tony : e-KTP secara umum ada,Desti : apa tuh mas?Tony : modulnya kan?Desti : bukan mas. Maksud saya apakah di bintek itu mas di kasih materi
seputar kebijakan e-KTP itu sendiri? Misal tujuan e-KTP, landasan hukumnya apa?
Tony : kalo tujuan e-ktp itu dari awal sebenarnya untuk menghindari dari Kartu Keluarga ganda, dari NIK ganda, terus juga pembuatan KTP ganda. Pasti itu doang yang kita tahu
Desti : terus pas di bintek di kasih gambaran umum tentang e-KTP gak?Tony : materi, kaya buku panduan gitu?Desti : bukan mas, tentang gambaran e-KTP secara umum dikasih apa gak?Tony : Kalo gambaran kita gak dikasih ya, kita disuruh hanya pelaksanaan
doang. Jadi kita melaksanakan alat ini, kita kerja disini. Kalo kita dikasih materi tentang itunya gak. Kita juga gak dikasih tahu e-KTP nya itu kaya gimana
Desti : oohh.. gak di kasih tahu mas?Tony : kita cuma di kasih tahunya gambar programnya. Udah gitu ajaDesti : terus tadi kan di bintek itu di kasih teori sama praktek, prakteknya itu
seperti apa?Tony : Kita hanya menjalankan ini doang.Desti : Menjalankan apanya mas?Tony : Alatnya. Dari foto, iris mata, sidik jari, finger printDesti : terus bintek yang di depok, pemberi materinya sama gak dengan
pemberi materi yang di sudin?Tony : sama. dari konsorsium semuaDesti : Dari mana?Tony : Dari konsorsiumDesti : binteknya kan 2 hari mas, itu pembagiannya bagaimana mas?Tony : 1 hari teori. 1 hari praktekDesti : binteknya itu tanggal berapa mas?Tony : waduh.. saya agak lupa tuh mbaDesti : kira-kira bulan apa mas?Tony : Kalo gak salah agustus awal deh mba.. ehh.. juli-juli akhir deh. Desti : uhukk.. terus pengalamannya mas selama jadi operator bagaimana
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
227
Universitas Indonesia
mas?Tony : pengalaman apa nih?Desti : iya pengalaman mas selama jadi operator? Suka dan dukanya gitu
mas?Tony : Kalo sukanya ya.. sukanya ya kita yang ngejalanin lancar, gak ada
kendala. Kalo dukanya tiba-tiba orang dateng supaya minta duluan, marah-marah.. disuruh antri gak mau
Desti : terus upaya yang dilakukan apa mas?Tony : upayanya kita ngejelasin bahwa disini gak cuma mas aja yang
ngantri, banyak yg ngantri. kita gituin aja. Kita liat banyak orang tua, masa mas mau melangkahi orangtua. Begitu doang. dengan menasehati..
Desti : dengan cara itu mereka mau ngerti?Tony : Alhamdulillah lah semua orang-orang itu bahwa liat orang kaya gitu,
ya mereka ngerti Desti : ehm.. di kelurahan ini ada gak sih mas upaya lain yang ditempuh buat
ngejar target selain pelayanan sabtu dan minggu?Tony : pelayanan kita ngambil pake laptop kalo ngejar target, namanya
pelayanan mobile. Kita jalan ke kantor RW, kita jalan kesono.Desti : Itu udah dilakukan? Tony : UdahDesti : di daerah mana aja mas?Tony : di RW 05, RW 010, terus.. sama RW 08Desti : itu kenapa di RW sana aja?Tony : karna itu yg kemaren kita harus kejar, karna dia masih kurang Desti : oohh.. terus di RW lain gimana mas?Tony : di RW lain udah, Alhamdulillah udahDesti : oohh.. alat yang digunakan untuk pelayanan mobile itu ada berapa
mas?Tony : satu Desti : apakah itu cukup?Tony : sekarang ada dua karena kita pake gantian. Karena di sini ada berapa
kelurahan. Jadi kita bergantian aja pakenya.Desti : oohh. Jadi pakenya gantian sama kelurahan lain?Tony : iya, Jadi kita liat kalo dia ini, kita langsung kesono. Seumpama ada
orang sakit. Orang sakit kan gak mungkin dateng ke kelurahan, jadi kita datengin ke rumahnya.
Desti : alat yang dipakai buat pelayanan mobile itu dari mana mas?Tony : dari provinsinya semuaDesti : bukan dari sudin?Tony : ditempatinnya di sudin, ditaronya di sudin. Jadi kita minjem di
jadwal. Desti : Ooh.. jadi 1 kelurahan dipinjemin 1 alat?Tony : iya. Misal hari senin kelurahan ini, hari selasa kelurahan ini, hari rabu
kelurahan ini. pokonya kalo presentasenya masih rendah, itu yang
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
228
Universitas Indonesia
dipinjemin. Desti : ooh..Tony : kecuali kalo presentasenya tinggi dan benar-benar ada orang sakit.
sakit stroke, sakit di rumah sakit, abis melahirkan itu baru dipinjeminDesti : di kelurahan ancol udah dicetak belum sih mas e-KTPnya?Tony : belom.Desti : Terus ada keluhan ga sih mas dari masyarakat tentang e-ktp yang
belum dicetak?Tony : apanya nih? Ehm.. mereka sih cuma nanya, KTP nya kapan jadi.
Paling itu doang. Saya bilang KTP lama masih aktif, masih aja dipegang aja dulu untuk sementara. Yang jadi itu kan Departemen Dalam Negeri yang cetak. Kita hanya dikasih, terus barulah kita sebarkan, gitu. Jadi memang kita ngasih tahunya begitu. Kalo ngeluh, sampai saat ini belom ada
Desti : uhuk.. kalo dari yang pelayanan mobile itu ada kendala yang dihadapi gak mas?
Tony : kendalanya gak ada, kalo di mobile paling lama doang karena dia kan laptop, lain ama PC dan dia gak menggunakan jaringan, hanya disimpen di harddisk terus dipindahin ke server sini. Paling berat, setiap orang foto, nyimpen, jadi beban, jadi lama. Itu doang
Desti : biasanya dalam perekaman e-KTP, ada masalah gitu gak sih mas?Tony : masalahnya yang disini, dia itu kadang-kadang lupa sama tanggal
lahirnyaDesti : Kok bisa lupa mas?Tony : Itulah.. namanya udah lanjut usiaDesti : OohhTony : terus yang susahnya itu sidik jari mba. Sidik jari kalo orang udah
manula, ditempelin, kadang-kadang dia gak mau ngebaca karena kualitas udah pecah-pecah, jadi udah susah. Jadi paling dibasuh dulu pake air. Baru ditempelin ke finger print
Desti : memang hal itu berpengaruh ya? Tony : sidik jari ngaruh, jangan salah sama sidik jari. Sidik jari kalo udah
pecah, di tempelin di kaca, itu gak ada uapnya atau sedikit uapnya jadi itu gak mau nempel. Bekasnya itu kadang juga gak ada
Desti : terus kalo yang orang manula itu ada lagi gak?Tony : ga adaDesti : ada gak sih mas warga yang gak mau melakukan tahap iris mata?Tony : kita ngasih tahu dari awal bahwa disini ada iris mata, foto,
Alhamdulillah disini pada ngerti, pada mau. softlens dilepas pada mau
Desti : kalo warganya gak bawa cairan buat softlens gimana mas?Tony : kita nyiapin mbaDesti : oohh nyiapinTony : kita tahu kalo orang-orang itu pasti lupaDesti : oo.. ehm.. sampai saat ini masih ada gak mas warga yang belum pada
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
229
Universitas Indonesia
foto e-KTP?Tony : masih ada yang belum foto, masih. Desti : di daerah mana aja tuh mas?Tony : rata sih mba. Rata semuaDesti : terus kenapa yang pelayanan mobile di tiga RW itu aja?Tony : karena dia terendah, he’eh. Jadi kita ngambil yang misalnya
presentasenya baru 50 misalnya kita kejer, yang lain misalnya udah 60-70, Kita kejer, kita ratain semua. Jadi kalo seumpama ada orang kesini tetep, tapi kita jalan tetep
Desti : oohh.. jadi ada dua?Tony : Jadi seumpama ada orang dateng kesini, kita layanin yang mobile
juga kita layaninDesti : ehm.. biasanya warga yang belum e-KTP itu kenapa sih mas?Tony : kebanyakan.. karna dia kerja, karna dia gak ada liburnya. Materi juga
mba jangan salah. Materi untuk dia ongkos dari sono kesini juga kadang-kadang gak terjangkau sama mereka. Dia harus pake ojek dulu, makanya kita samperinlah RW itu
Desti : emang RW mana mas? Tony : RW 05.. mangga dua tahu kan?Desti : WTC?Tony : WTC.. harco-harco..Desti : ehm.. gak tahu masTony : WTC deh. kan ada rel. kesini lagi disitu ada rumah wargaDesti : oohh.. kampung bandan?Tony : bukan. Nih WTC ni. Kan ada rel, disitu ada pos FBR, disitu ada
wargaDesti : oohh disana alasannya karena gak ada materi ya mas?Tony : IyaDesti : oohh,, berarti disana masih wilayah Ancol ya mas?Tony : masih.. perbatasanDesti : perbatasan sama daerah mana tuh mas?Tony : Antara mangga dua selatan sama wilayah AncolDesti : ooh.. berarti wilayahnya masih luas ya?Desti : itu yang di RW situ masih banyak mas?Tony : itu keliatannya masih banyak mba tapi banyak yang sudah pindah
tanpa lapor. itulah mba pindah tanpa lapor. Kita udah cari dia tapi gak ketemu.
Desti : Emang warga yang pindah tersebut pindahnya gak bilang ?Tony : gak bilang sama ketua RTnyaDesti : Ehm.. ada gak sih mas warga yang udah di kasih undangan tapi gak
dateng? Tony : Ada. Alesannya karna saya gak mau ngantri. kita udah bilang udah
gak ngantri lagi. terpaut jarak itu juga ada mba, Karena jauh kesininya, dia gak ada yang nganterin. Makanya kita mobile, kita samperinlah ke warga itu. kurang apa tuh warga. Hehe.. uhuuk
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
230
Universitas Indonesia
Desti : yang melakukan sosialisasi itu siapa mas?Tony : Satpel sini, sama pak lurah sama RT RW ajaDesti : kalo RW yang jauh gimana mas?Tony : Ya tetep disuruh dateng.Desti : oo.. jadi nanti RW nya yang sosialisasiin ke masyarakat?Tony : he’em.. ke RT dulu, baru nanti ke warga.Desti : uhuuukk.. ehm.. sebenernya tahap perekamannya itu harus berurutan
atau gak sih mas?Tony : tahap apa?Desti : Tahap perekaman masTony : oo.. kebanyakan loncat-loncat gitu sih. Masalahnya orang itu lagi ke
luar kota, baru dateng berlayar, dia baru tahu. Atau yang berlayar Desti : Emang disini sebagian besar mata pencaharian penduduknya apa sih
mas?Tony : Kalo sebagian masyarakat disini itu seperti nelayan, berlayar, ke luar
kota kita gak tahu. Atau mungkin..kaya RW 010 ada yang sekolah di luar negeri dang a mungkin dia bisa dateng, tapi lagi itu ada yang sempet bela-belain dari luar negeri kesini hari itu juga
Desti : Maksudnya? oo.. dia abis itu balik lagi ?Tony : dibelain cuma buat e-KTP. Emang ada yang patuh, ada yang engga,
ya gitu aja. Kadang dia di tempat itu, dia di situ ya dia gak mau mikirin. mungkin dia pikir gak ada gunanya. Makanya dia santai-santai-santai. mungkinkan biasanya diakhirnya selesainya itu dia rugi sendiri. Kita kan gak tahu kemunculan e-KTP ini akan seperti apa. Mungkinkah buat ini, mungkin buat ini. ya begitulah warga kan ada yang patuh, ada yang gak. Sampe saking patuhnye ampe dari luar negeri aje dateng, dia bela-belain buat e-KTP sedangkan orang yang ada di sini, kadang yang pasti ada di tempat ini kadang nyepelein, katanya ribet, ngantri. padahal kita udah kasih kabar kalo udah gak ngantri
Desti : Terus kalo udah selesai tgl 30, gimana nasib operator mas?Tony : kita? Kita ini paling.. kalo ada perpanjangan, kita udah diperpanjang
dari tgl 15 otomatis kan. Tapi sekarang belum ada, saya tidak tahu sih, kalo tiba-tiba mendadak. Kita gak tahu uhuuk
Desti : biasanya kalo kegiatan perekaman itu ada minimal waktunya gak sih mas?
Tony : kegiatan perekaman batas waktu satu orang gitu? kayanya sih kalo dulu ada, tapi kita udah.. karena kita jalannya cepet, gak ada. Kita itungannya itu,, kan awal-awalnya itu ada yang sampe 2 menit perekaman. Kita pada intinya tuh gini kita bertanya dulu sama dia pekerjaan, terus golongan darah, kita bertanya dulu, itu kan yang bikin lama kan. Kalo kita hanya merekam-merekam doang dan kita tidak rubah data itu, itu cepet. Karena kita itu pengennya datanya itu bener-bener pas buat dia, tidak ada perubahan dari dia. seumpama ada perubahan dari dia, kita minta seperti agama misalnya ngerubah
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
231
Universitas Indonesia
agama, pemandiannya ada atau tidak, ada yang Kristen ke IslamDesti : itu ngerubahnya langsung mas? Tony : kita minta dulu, kita rubah kesono bahwa orang ini sudah merubah
agamanya. Kita fax kesonoDesti : Jadi orang itu gak perlu sendiri yang ngurus?Tony : gak perlu.. kita yang ngasih tahu kalo dia udah merubah agamanya.
ini golongan darahnya kalo dia ganti umur, tahun. Misalnya ada kesalahan di Ijazah lahir tahun 87 ternyata dia di ijazahnya itu 88. Ada sering kesalahan seperti itu. kita menyuruh dia buat ngerubah, kita suruh ke sudin dulu. Karna kita gak mau nanti dia di e-KTP ini terus berlanjut, salah, karna kasian kan
Desti : Ooo.. kalo kasus seperti itu gak bisa kaya ngerubah agama gitu? Tony : laen. Kalo NIK baru, agama itu gak ngerubah NIK. kalo ngerubah
tahun tanggal bulan itu bakal ngerubah. makanya kita suruh rubahDesti : oo.. jadi dia harus ngerubah golongan darah gak perlu ke sudin dulu?Tony : gak perlu. Kita hanya menerima berkasnya nanti baru kita kirimDesti : kalo ngubah status perkawinan gitu gimana mas?Tony : kalau memang dia sudah menikah, kita minta tunjukkin buktiDesti : bukti apa tuh? Tony : Surat nikah, emang bener kalo dia sudah menikah. Atau surat kalo
yang agama Kristen surat dari catatan sipil, sama akte nikahnyaDesti : buat ngerubah itu perlu ke sudin juga apa gak mas?Tony : disini.. Kalo dia gak menunjukkan itu, kita gak bisa ngerubah, kita
butuh dasarnya. Dasarnya itu seperti apaDesti : kalo misalnya gak ngerubah apa-apa itu biasanya waktunya berapa
menit?Tony : kalo tidak merubah apa-apa 1,5 menitDesti : Kalo yang manula itu biasanya menghabiskan waktu berapa menit? Tony : lama mba, Sidik jarinya, kadang-kadang dia fotonya miring, kita
harus ngerapiin dia dulu, kurang lebih sekitar 5 menit kita harus pelan-pelan bilangin dia
Desti : Kalo misalnya namanya ada kesalahan gitu, dia harus mengubah ke Sudin dulu apa bisa langsung diubah disini?
Tony : sudin dulu karena dia ngerubah dulu KTP dia yang reguler, Baru kesini, baru kita fotoin buat bikin e-KTP.
Desti : em.. selama pelaksanaan e-KTP, ada evaluasi gak sih mas dari Kemendagri atau Sudin?
Tony : Ada, ada evaluasi dulu disonoDesti : Evaluasinya itu kaya gimana mas?Tony : dia yang ikut (menunjuk)Desti : Cuma 1 doang?Tony : jadi disini evaluasinya kesono, ke sudin.Desti : berapa orang mas?Tony : kalo saya di depok, tiga orang yang disiniDesti : jadi evaluasinya itu per bintek ?
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
232
Universitas Indonesia
Tony : Jadi pas bintek doang ujiannya. Iya pas bintek doang. Alatnya kalo praktek di sudin 1 doang
Desti : Kalo yang di depok? Tony : Banyaak. 1 orang 1 PC. Misalnya golongan dari utara.. kelurahan dari
utara itu satu per satu. Terus kelurahan dari barat satu per satu juga.Desti : di kelurahan ini ada petugas dari kemendagri gak sih mas?Tony : Damkel? Damkel adaDesti : terus kalo damtek ada gak mas?Tony : Damkel doangDesti : Damkel itu tugasnya ngapain mas?Tony : Damkel itu bagian ngecek per hariDesti : Berapa jumlah damkelnya ?Tony : 1 orang. Ya kalo ada apa-apa, seumpama jaringan kita trouble dia
yang langsung kesono, langsung jalan, ada masalah sama softwarenya, dia yang jalan
Desti : Jadi dia ngecek-ngecek doang?Tony : iya jadi dia ngecek-ngecek doangDesti : Terus damkelnya kerjanya gimana?Tony : kerjanya dia paling.. dari pagi dia ngecek alat dulu, siang dia liat
serverDesti : Damkelnya itu datengnya setiap hari? Tony : Setiap hari. sorenya itu dia ngitung jumlah total per hari. Karena dia
jumlah total per hari sama jumlah keseluruhannya itu dia wajib megang. Ntar dia bertanggung jawabnya ke konsorsium. Mana laporan per hari kamu, dia harus kirim email baru nanti konsorsium nanti konsorsium bertanggung jawab ke kemendagri
Desti : ehm.. pelayanan sabtu minggu itu ada di setiap kelurahan gak mas?Tony : ada semuaDesti : terus kalo pelayanan mobile ada di setiap kelurahan apa gak mas?Tony : gak, kalo mobile itu yang presentasenya masih rendah
Transkip Wawancara
Informan : Krisbudiardjo
Jabatan : Ketua Gerakan Masyarakat Transparansi Pelayanan Publik
Indonesia (Gematrappi)
Hari/Waktu : Rabu, 28 April 2012, pukul 14.00 WIB
Desti : menurut pandangan LSM Gematrappi, pelaksanaan e-KTP di DKI Jakarta itu bagaimana sih pak?
Krisbudiardjo : e-KTP itu boleh dibilang program tapi tidak tersusun secara sistematik.
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
233
Universitas Indonesia
Desti : maksudnya gimana pak?Krisbudiardjo : Gini misalnya diadakan pengumuman dari bulan.. ehmm tiga
bulan pertama misalnya kan kemudian ada penundaan yang belum selesai kemudian ada lagi tapi seringkali mesinnya rusak itu yang kemudian merepotkan masyarakat. sedangkan sistemnya sudah bagus dimana hari sabtu minggu sampai malam pun dilakukan. Dari segi jadwal sudah oke tapi dukungan mesinnya seringkali tidak bagus, sering mati-mati sehingga dalam pelayanan ini bukan human error, tapi human machine ya, kadang-kadang tidak mengenakkan masyarakat. masyarakat sudah antri lama tiba-tiba mati dan terjadi di berbagai Kelurahan celakanya mereka dijadwal dengan waktu tertentu dan mesin ini mobile juga, komputer tidak per Kelurahan jadi pindah dari ke kelurahan sini, ke kelurahan sana seolah-olah tidak pakai modal ya padahal biayanya sangat besar, itu yang terjadi. Tapi kalo dari kelurahan sendiri cukup baik di dalam mensosialisasikan maupun di dalam membuka jadwal jamnya itu sampe malem.
Desti : kalau dilihat dari segi SDM bagaimana pelaksanaan e-KTP menurut Gematrappi?
Krisbudiardjo : Saya kira SDM sudah cukup ya karena anak-anak muda apakah itu kontrak saya tidak tahu, sopan cekatan tapi kalo mesinnya rusak mau diapain, sering hang ya. Nah hang-nya itu apakah faktor dari listrik PLN atau dari faktor komputernya. Seringkali katanya itu kita tidak tahu persis ya di pusatnya. Apa benar itu alatnya .. tapi intinya orang tidak terlayani karena mesinnya, tidak berfungsi hingga harus balik lagi, nah untuk balik ini kadang-kadang waktunya bisa lupa, bisa macem-macem. Itu dalam tahap program pertama. Kemudian untuk program tahap kedua itu lebih longgar karena orang bisa dateng agak bebas tetapi tetap harus mendaftar karena ada yang sudah terdaftar ke NIK baru ada yang belum hingga orang yang belum punya terpaksa harus membuat NIK baru lagi, nah ini yang repot Secara umum pelayanan e-KTP cukup sederhana, sangat sederhana dan masyarakat cukup antusias melaksanakan e-KTP ini. mungkin sekarang sudah selesai semua ya?
Desti : masih ada yang belum sih pakKrisbudiardjo : nah belom itu bisa 2 masalah. Memang kalo di kelurahan
deket sini ya, saya ambil datanya itu tapi sudah enam bulan yang lalu, pake daftar nama-nama yang belum. Tapi itu 6 bulan yang lalu, kalo sekarang udah ga valid ya penyebabnya adalah hubungan kelurahan kan ke RT, RT nya ini yang kadang-kadang tidak aktif atau mereka sudah tidak lagi jadi penduduk sana. Jadi penduduk saya tapi tidak ber KTP di
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
234
Universitas Indonesia
saya. Tentu ga mau dong saya layani. Ini yang menjadi masalah di kota besar. Saya kira tidak hanya di jakarta. kalo RT atau RW melayani yang tidak ber KTP di wilayahnya maka tidak mau. Itu yang menjadikan tidak akan selesai. Sedangkan e-KTP itu pendataan kan belum ketauan KTP nya seperti apa. Jadi kalo yang dikatakan selesai itu selesai apanya , mungkin pendataannya. Mungkin e-KTP yang terjadi sekarang adalah pendataannya. Belum menggunakan KTP yang baru masih yang lama. Ga tau daerah lain gimana. Nah itu masalah yang terjadi berdasarkan data yang ada itu karena sudah tidak ada di tempat orangnya. Ada juga memang orangnya tinggal diditu tapi berada luar negeri atau sedang kuliah di luar negeri . jadi prinsipnya adalah warga yang bersangkutan tidak ada di tempat. Nah itu yang mengakibatkan pendataan itu tidak selesai. Tetapi kalo dari sudut pelayanan kelurahan udah bagus hanya seringkali kecewanya karena mati aja, diluar itu ga ada. Karena faktor alat. Prosesnya sangat mudah sekali, cuma 5 menit hanya saja saya baru tahu kalo memang konon ceritanya saya liat di yahoo harus fotocopy KTP lama kalo orang yang punya urusan dengan perbankan, karena nomornya berubah kan. Nah itu yang dikeluhkan oleh banyak teman bahwa harus ngerubah semua dokumen yang kita miliki, mudah-mudahan tidak merubah dengan SIM, tidak berpengaruh terhadap kepemilikan mobil dan sebagainya. Kalo itu berpengaruh akan merepotkan sekali sehingga perubahan ini harusnya diintegrasikan dengan lembaga-lembaga lain secara otomatis seharusnya. Tapi karena saya belum ngalamin saya belum berani. hanya keluhan yang masuk ke kita yang sudah memiliki KTP baru itu berbeda dengan nomer KTP lama. Nah itu berdampak pada tidak diakuinya oleh perbankan, nah itu bahaya. Sehingga begitu orang selesai harus ada sosialisasi untuk segera melakukan approve secara sendiri-sendiri. Ya kalo tidak KTP akan ditolak karena beda nomer KTP nya karena oang yang terdaftar di perbankan itu harus punya KTP. Bagaimana dengan kartu kredit, bagaimana dengan kredit-kredit yang lain, bagaimana dengan akte jual beli yang belum terlaksana, nah itu perlu dipikirkan. Itu yang kemungkinan akan timbul masalah. Kemungkinan ya karena ini tidak semua pake e-KTP ya. Saya berpikir bahwa akan timbul seperti itu. karena masing-masng sektoral belum terintegrasi, terkoordinasi sehingga orang mau tidak mau suka tidak suka harus menyimpan KTP lama, fotocopy. Karena kan akan ditarik tuh atau ada juga yang akal-akalan lapor hilang supaya masih menyimpan KTP lama. tujuannya adalah hanya untuk
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
235
Universitas Indonesia
sekedar. Ini loh KTP saya yang lama terus diganti baru, itu saja. Itu yang akan terjadi karena perbedaan nomor induk warga negara, NIK itu. NIK dulu kan hanya ada di ehm.. KK tidak tercantum di KTP. Ini yang akan jadi masalah di kemudian hari, nah apakah antisipasi ini udah dilakukan? ini yang kita tidak tahu. harusnya Kementerian Dalam Negeri mensosialisasikan kode-kode ke lembaga lain, ke perbankan dari nomor ini ke nomor ini. jadi harus ada database yang menyebutkan secara otomatis nomor ini pindah kesini, demikian juga kepada pihak kepolisian, Jangan sampe pihak kepolisian menerbitkan KTP baru, wah celaka.. dengan alasan apapun. E-KTP ini kan supaya single identity tujuannya kan ya, nah kalo itu terjadi bahaya .. tapi keluhan ke kita sudah mask seperti itu. saran yang kita berikan sementara ini adalah sebelum pindah KTP coba fotocopy dulu atau tahan KTP jangan diserahkan. Banyak keluhan
Desti : keluhannya seperti itu aja pak?Krisbudiardjo : iya. Perubahan nomer KTP ini dianggap menyusahkan padahal
gak susah bagi yang ngerti karena kan tidak semua orang ngerti dan tidak mau susah. Karena perubahan nomer KTP ini sangat mengganggu sekali sama saja dengan perubahan jalan karena semua nya ganti KK ganti, dan lain-lain kaya perubahan jalan. Ya memang begitulah yang terjadi. Yang penting data utama tidak hilang
Desti : kalau pelaksanaan e-KTP ditinjau dari segi regulasinya bagaimana pak?
Krisbudiardjo : ehhmm kalau maksud dan tujuannya sih bagus tapi apakah itu bisa harmonis dengan aturan-aturan yang lain. seorang di Jakarta kan ga bisa beli tanah di Jawa atau tidak terlayani membeli tanah di Kalimantan. Tidak mudah aturannya seperti faktanya di lapangan. Itu yang membuat orang terpaksa membuat KTP ganda, untuk bisa bertransaksi di wilayahnya. e-KTP ini dimaksud single identity dimanapun orang berada menggunakan satu KTP. Akan tetapi di satu sisi banyak daerah-daerah yang jauh lebih baik dari e-KTP, Jembrana misalnya itu chipnya bisa untuk medical record jadi dengan satu KTP, penyakit seseorang bisa dideteksi. Bisa juga untuk mencari sekolah, itu jauh lebih maju. Bahkan chip itu bisa menanadakan anda gratis atau bayar di rumah sakit, terbaca di chip. Itu di Balikpapan juga sama. Jadi kemajuan KTP di daerah itu jauh lebih maju dibandingkan KTP nasional, contohnya Balikpapan dan Jembrana. Dengan adanya e-KTP, seluruh program yang nilainya milyaran itu hilang. Oke gak apa-apa, tapi pertanyaannya kalo kemudian e-KTP diterapkan secara nasional, kemudian terjadi transaksi-transaksi property
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
236
Universitas Indonesia
sudah bisa berlaku atau belum. Nah ini masing-masing daerah harus ini, terlayani atau tidak. Contoh saya punya property di samarinda, tapi KTP nya Jakarta apa bisa nantinya. Kadang-kadang daerah tidak bisa terlayani, dulu. Nah sekarang kan belum teruji e-KTP ini maunya seperti apa. Tetapi memang kalo e-KTP ini benar berlaku nasional dan tidak ada ganda, itu luar biasa karena menghindari banyak masalah misalnya untuk menghindari kawin banyak, kemudian untuk menghindari kejahatan dimana seringkali orang punya double dan juga memudahkan pelacakan pajak. kemudian validasi jumlah penduduk. Jadi kalo memang itu dijadikan kebijakan nasional itu tepat sekali cuma apakah e-KTP ini alat-alatnya bisa permanen di setiap kecamatan atau tidak, itu yang kita gak tahu. tapi kalo database yang disentralisir di Jakarta, servernya kemudian juga ada server-server di daerah sehingga ada terjadi apa namanya double server, itu akan aman. dan yang paling penting tatkala orang belum terdaftar, bisa gak daftar lagi. kan sekarang belum 100 % omong kosong. Bagaimana dengan orang-orang yang selama ini belum ber KTP. Orang Indonesia yang belum ber KTP itu jutaan loh, kenapa itu? karena tidak ada surat nikah, tidak punya surat KTP seperti suku-suku yang ada di hutan-hutan. Karena mereka harus mencantumkan agama yang bukan agamanya, yang lama. Nah kan kalo yang baru kan boleh menyebut ehm.. agama saya keyakinan, itu boleh kata Undang-Undang. Soalnya orang baduy dalem itu gak punya KTP, sekarang mungkin bisa punya KTP atau suku sangkit, itu jumlahnya puluhan ribu di daerah Riau karena dia harus mencantumkan yang bukan agamanya. Apakah e-KTP ini bisa menjangkau mereka? Nah itu untuk kepentingan nasional. Orang-orang itu kan gak pernah mobile, hanya disitu-situ aja, namanya juga terpencil. Tapi semuanya cukup banyak. Mereka tidak ber KTP, tidak memiliki surat nikah, surat kelahiran. oohh begitu pak. Terus jadinya bagaimana itu pak?
Krisbudiardjo : jakarta juga banyak. Contoh orang-orang di pinggir jalan, gelandangan itu. mereka punya KTP gak?
Desti : gak tahu pakKrisbudiardjo : mau penduduk mana, RT mana. Mana ada RT pinggir jalan.
Terus manusia gerobak, yang tidur makan di gerobak. Kemudian orang-orang yang menempati tanah-tanah negara seperti misalnya di tanah merah, tanjung priok itu sebagian besar ada yang tidak punya KTP, KTP kampung adanya, itu juga sudah mati. Saya gak tahu itu jalan keluarnya gimana.
Desti : oohh jadi penduduk tersebut belum e-KTP?Krisbudiardjo : KTP biasa aja gak bisa apalagi e-KTP
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
237
Universitas Indonesia
Desti : terus memang gak ada upaya yang dilakukan pak?Krisbudiardjo : Nah itu negara. karena kan di KTP harus jelas tempat tinggal.
Kalo tempat tinggalnya gak jelas gimana. Belum suku kubu, yang hidup di hutan, yang hidupnya berpindah-indah apakah mereka punya KTP, tidak. Itu kalo kita bicara kebijakan KTP, tidak semua warga di negara ni yang tidak ber-KTP, jadi penduduk kita tidak pernah valid. Nah dengan adanya e-KTP diharapkan tidak tahu berapa lama itu tergantung dari Pemerintah daerahnya dalam melaksanakan program ini karena sentralistik dan apakah walaupun dengan teknologi canggih adminduk dari kementerian dalam negeri bisa menjangkau walaupun secara teoritis itu mudah, sangat mudah karena kan dengan teknologinya. Jadi kalo data server udah terdata gampang kan. Cuma ya itu kebijakan secara nasional, saya yakin 100% di kota-kota tertentu dengan tanda kutip tidak termasuk yang saya bilang tadi manusia-manusia tidak jelas, oleh negara dianggap tidak jelas walaupun di Undang Undang Dasar dijamin oleh negara tapi orang ini tidak jelas warga mana dan tidak diakui oleh warga. Anak-anak jalanan lahirnya aja gak tahu, gak ada akte kelahirannya. e-KTP belum mampu menjangkau mereka termasuk Jakarta. hehehehe.. tapi itu yang terjadi
Desti : kalo dari kemendagri, apa yang udah dilakukan?Krisbudiardjo : Itu urusan kemensos dalam tanda kutip penanganannya tapi
dalam pelayanan kemendagri itu tergantung usulan dari lurah. Basic dari KTP itu kan dari Kelurahan. Yang terhimpun di pusat, kemedagri tidak bisa menjangkau mereka. Warganya kan warga daerah punya. Pertanyaannya mereka warga desa mana?
Desti : gak tahu pakKrisbudiardjo : Nah itu, orang dia pindah-pindah. Tetapi data mereka tentu
ada di Kementerian Sosial, itu kewenangan Kementerian Sosial. Jumlahnya cukup besar, puluhan ribu.
Desti : Kalo dari segi transparansi data penduduk yang sudah terekam e-KTP, apakah masyarakat mudah mengakses data tersebut?
Krisbudiardjo : Sampe hari ini belum ada data itu. seharusnya sih gampang, bisa dan kalo tidak bisa ehmm.. karena gak pernah ada yang minta ke kita jadi gak pernah kita umumkan. Tapi kalo misalnya ada yang minta, kita sarankan untuk ke ditjen adminduk kemendagri di Kalibata. Tiga kali minta gak dikasih, mereka kita tuntut. Tapi sampe hari ini.. kita ini bergerak kan kalo ada yang minta.
Desti : jadi kasus-kasus yang banyak dikeluhkan itu hanya yang tadi aja pak?
Krisbudiardjo : Iya yang itu saja
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
238
Universitas Indonesia
Desti : Gak ada yang sampe di advokasi gitu pak?Krisbudiardjo : Kayanya gak ada, apa yang mau di advokasi
Desti : Oohh.. keluhan dari masyarakat misalnya di persulit di Kelurahan gitu ada gak pak?
Krisbudiardjo Gak ada. artinya selama ini kita ninjau di beberapa tempat ya itu tidak pernah terjadi warga yang tidak dilayani, warga ber KTP ya kecuali warga tidak ber KTP, itu banyak. Terutama orang-orang yang kerja di luar kota itu kebanyakan belum daftar e-KTP seperti kerja di batam, singapura. Nah itu kita gak tahu nanti setelah program ini selesai
Desti : kalo keluhan dari masyarakat mengenai adanya pungutan liar dalam pembuatan e-KTP ada tidak pak?
Krisbudiardjo : gak ada. on the track jalan bagus. Pelayanan dalam e-KTP terkecuali alat rusak boleh dibilang tidak ada keluhan. Yang mengeluh adalah ketidaktahuan. Misalnya dia belum mempunyai NIK. Yang belum punya NIK tidak bisa dilayani e-KTP. Nah itu dia harus urus lagi. nah itu yang sering ngamuk-ngamuk. Karena ketidaktahuan. Kan harus punya NIK, banyak loh yang gak punya. Saya aja yang menemui langsung ada 4 orang gak punya NIK. Tapi kalo punya NIK langsung aja. Kan ada dua yang panggilan dan yang gak panggilan. Yang kedua gak panggilan. Kalo punya NIK langsung bisa, tapi kalo gak punya NIK gak bisa. Harus proses dulu dari KTP lama ke KTP baru beberapa hari kemudian baru dipanggil untuk bikin e-KTP. Hehe..
Krisbudiardjo : di Jakarta ada KTP musiman loh, jangan salah ya. Gak tahu ya? Para pekerja malam itu rata-rata KTP nya musiman. KTP musiman itu begini mereka terdata katakanlah di Jakarta jangka waktu enam bulan, dikasih KTP sementara, itu. Itu perda namanya
Desti : Itu kenapa begitu pak?Krisbudiardjo : Ya karena perda nya begitu
Desti : Terus kenapa orang itu gak bikin yang resmi aja yang jangka waktu berlakunya lima tahun?
Krisbudiardjo : Ya karena KTP dia masih di kampung, KTP numpang. Itu ratusan ribu jumlahnya. Saya khawatir yang dimaksud itu. itu banyak terjadi, KTP musiman, nah itu yang nembak
Desti : Jadi kalo KTP itu habis gimana pak?Krisbudiardjo : Ya dia perpanjang lagi. itu makanannya RT-RT di kota.
Ahahahaha.. kalo gak dia ditangkep. Di samarinda, di balik papan sama. Itu kan basicnya seluruh Indonesia. Misalnya warga daerah lebaran di Jakarta dalam waktu yang lama, harus lapor RT, kalo gak bakal ditangkep. Namanya operasi yustisi. Nah diharapkan dengan adanya e-KTP, hal tersebut tidak terjadi karena satu identitas secara nasional. Tidak perlu bikin
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
239
Universitas Indonesia
KTP setempat lagi. kalo pemerataannya benar. Di Ancol KTP musimannya juga banyak.
Desti : Saran dari gematrappi terhadap program nasional e-KTP ini apa pak?
Krisbudiardjo : Adminduk harus memberikan sosialisasi kepada lembaga terkait dengan perubahan NIK, dari perubahan KTP lama ke NIK. Itu yang belum terlaksana. Seperti perbankan, pertanahan, kepolisian
Transkip Wawancara Warga Kelurahan Ancol (1)
Hari/waktu : Sabtu, 21 April 2012, pukul 10.00 WIB
Desti : Apakah mba sudah melakukan kegiatan perekaman e-KTP?
Warga : Iya ini baru
Desti : Alasan mba kenapa baru datang untuk melakukan kegiatan perekaman sekarang?
Warga : Ehm.. karena sibuk terus ganti-ganti jadwal
Desti : Mba dari RW mana?
Warga : Berapa ya.. ehmm.. RW 01
Desti : Apa yang mba ketahui tentang e-KTP?
Warga : Untuk ke depannya satu KTP semua
Desti : Oohh.. terus menurut mba proses pembuatan e-KTP itu bagaimana?
Warga : Prosesnya cepat
Desti : Mba tahu tidak kegunaan e-KTP?
Warga : Biar datanya lebih akurat
Transkip Wawancara Warga Kelurahan Ancol (2)
Hari/waktu : Sabtu, 21 April 2012, pukul 10.10 WIB
Desti : Apakah bapak sudah melakukan kegiatan perekaman e-KTP?
Warga : Udah, udah lama
Desti : Bapak dari RW berapa?
Warga Saya dari RW 06
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
240
Universitas Indonesia
Desti : oo.. terus yang bapak ketahui tentang e-KTP apa?
Warga : Ehm.. identitas kita
Desti : Menurut Bapak, proses e-KTP itu bagaimana?
Warga : Susah-susah gampang ya
Desti : Bapak tahu ada program e-KTP dari mana pak?
Warga : Saya tahu melalui undangan
Desti : Menurut bapak ada tidak yang harus diperbaiki dari pelayanan e-KTP ini?
Warga : Gak ada
Transkip Wawancara Warga Kelurahan Ancol (3)
Hari/waktu : Sabtu, 21 April 2012, pukul 10.15 WIB
Desti : Apakah bapak sudah membuat e-KTP?
Warga : Ini baru buat
Desti : Kenapa baru buat sekarang pak?
Warga : Ya karena belum sempat, sibuk
Desti : Bapak dari RW mana?
Warga : RW Ancol.. saya lupa RW berapa
Desti : Yang bapak tahu tentang e-KTP apa pak?
Warga : Ga tau, cuma gantiin KTP, gak ada sesuatu yang lebih baik
Desti : Menurut bapak proses membuat e-KTP ini bagaimana pak?
Warga : Prosesnya lancar
Desti : Sebelum adanya program e-KTP ini, ada pemberitahuan tidak pak di lingkungan tempat tinggal bapak?
Warga : Saya lupa kapan sosialisasinya
Desti : Menurut bapak, ada yang perlu diperbaiki tidak dari pelayanan e-KTP ini?
Warga : Gak ada
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
241
Universitas Indonesia
Transkip Wawancara Mendalam (4)
Hari/waktu : Sabtu, 21 April 2012, pukul 10.20 WIB
Desti : Apakah ibu sudah membuat e-KTP?
Warga : Ini baru bikin
Desti : Kenapa baru bikin e-KTP sekarang bu?
Warga : Karena baru tahu
Desti : Ibu dari RW mana?
Warga : Mana ya lupa saya..
Desti : Yang ibu ketahui tentang e-KTP apa bu?
Warga : Apa ya? Kurang tahu
Desti : Prosesnya bagaimana bu?
Warga : Baik
Desti Ada tidak bu pemberitahuan sebelum pelaksanaan e-KTP ini?
Warga Aduh lupa saya
Desti Menurut ibu, ada tidak yang perlu diperbaiki dalam pelayanan e-KTP ini?
Warga Gak ada
Transkip Wawancara Warga Kelurahan Ancol (5)
Hari/waktu : Sabtu, 28 April 2012, pukul 09.00 WIB
Desti : apakah bapak sudah melakukan perekaman KTP elektronik?Warga : SudahDesti : kapan pak waktunya melakukan perekaman itu?
Warga : dari.. ehm.. sebulan lebih ya .. udah 2 bulanDesti : oohh berarti pas masa perpanjangan ya pak?
Warga : IyaDesti : ehm.. alasan bapak melakukan perekaman ketika masa perpanjangan e-
KTP ini apa pak?Warga : oo.. lagi sibuk kita sihDesti : bapak dari RW mana pak?
Warga : Ehmm.. di Ancol sih.. di deket mangga dua squareDesti : Yang bapak tahu tentang e-KTP apa pak?
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
242
Universitas Indonesia
Warga : Apanya?Desti : Iya yang bapak tahu tentang e-KTP itu apa ?
Warga : Bisa buat pakeDesti : Apakah Bapak tahu kegunaan e-KTP?
Warga : Kegunaannya itu buat identitas.. diriDesti : Menurut bapak pelaksanaan e-KTP di Kelurahan ini gimana pak?
Warga : Bagus, cepat,Desti : Harapan bapak terhadap program e-KTP ini apa pak?
Warga : Bagus juga sih, dia identitas semua tahu gitu . jadi ga ada yang ganda.Desti : Selama ini bapak punya berapa identitas?
Warga : SatuDesti : Sebelum pelaksanaan e-KTP, dikasih tahu atau tidak pak sama RT?
Warga : IyaDesti : Terus bapak hadir atau tidak pas pemberitahuan itu?
Warga : Iya datangDesti : Apa saja pak yang dikasih tahu?
Warga : Ya pas kita tu kan ada KTP juga yang reguler, ya kan. Terus ada NIK, , Terus kita pas habis perpanjangnya jadi e-KTP
Desti : Pas pemberitahuan itu, dikasih liat contohnya ga sih pak nanti bentuk e-KTP itu seperti apa?
Warga : Iya dikasih tahuDesti : Menurut bapak, ada ga sih yang perlu diperbaiki dari program e-KTP
ini?Warga : Apa ya.. ehmm.. belum semua lah lapisan masyarakatDesti : Maksudnya pak?
Warga : Iya belum semua lapisan masyarakat, Ya dari kelurahan itu perlu diperbaiki
Transkip Wawancara Warga Kelurahan Ancol (6)Hari/waktu : Sabtu, 21 April 2012, pukul 09.15 WIB
Desti : Yang bapak tahu tentang KTP elektronik apa pak?Warga : Itu kan sebagai pengganti apa ya KTP yang lama kan .. KTP yang
kita pake sehari-hari itu diganti ke elektronik, ga bisa dipalsukanDesti : Apakah bapak tahu tentang kegunaan KTP elektronik?
Warga : KTP elektronik ya ibaratnya seperti ini ya emm identitas diri kita. Ya membantu Pemerintah lah istilahnya untuk ini ya ehmm apa ya. Ini kan nanti bisa ikut pilkada ini. kalo ga ada KTP elektronik kan ga bisa ikut, pemilihan gubernur
Desti : Di lingkungan tempat tinggal bapak, sebelum pelaksanaan KTP elektronik ini ada pemberitahuan ga pak? Kaya dikumpulin gitu?
Warga : Ada, Desti : Yang memberitahu siapa pak?
Warga : RTDesti : Dikasih tahunya gimana pak?
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
243
Universitas Indonesia
Warga : Ya melalui surat itu, dikasih selebaran gitu lah. diharuskan membuat ini KTP elektonik
Desti : Terus ada warga yang keberatan gitu ga sih pak?Warga : Tapi saya warga ga keberatan, karena membantu kita juga. Desti : Terus dikasih tahu ga pak KTP elektronik itu nanti seperti apa
bentuknya?Warga : Belum. Hanya disuruh membuat ajaDesti : Terus menurut bapak pelaksanaan e-KTP gimana pak?
Warga Ga ribet. Kan kita udah membuat itu kan udah membuat. Saya hari ini disuruh dateng, disuruh foto
Desti Dikasih tahu ga pak e-KTP itu dicetaknya kapan?Warga Ya.. katanya paling-paling 2 mingguDesti Harapan bapak terhadap program KTP elektronik apa pak?
Warga Ya sangat bagus. Kita kan sebagai warga negara Indonesia ya harus mempunyai kartu identitas, menunjang program Pemerintah, yak an Pemerintah nyuruh gitu, kita ikutin gitu. Ini kan demi kebaikan warga.
Transkip Wawancara Warga Kelurahan Ancol (7)
Hari/waktu : Sabtu, 28 April 2012, pukul 09.20 WIB
Desti : Bapak berasal dari RW berapa?Warga : RT 011 RW 08Desti : Apakah bapak sudah melakukan perekaman e-KTP?Warga : Ehmm.. waktu itu saya udah dapet suratnya tapi belom sempet
waktunya. Kebetulan juga abis perpanjang KTP krn udah abis masa berlakunya.
Desti : Oohh.. begitu pak. Ehhmm yang bapak tahu tentang e-KTP itu apa sih pak?
Warga : Ya katanya kalo e-KTP itu istilahnya sifatnya nasional, jadi untuk ehm.. di daerah gak bisa digandakan.
Desti : Di tempat tinggal bapak, ada pemberitahuan atau tidak pak sebelum pelaksanaan e-KTP ini?
Warga : Ada tapi kita gak datengDesti : Menurut bapak, bagaimana pelaksanaan e-KTP ini?Warga : Kalo buatnya sih ga ribet, cuman yg saya tahu selama ini yang udah
pada daftar, itu belom pada dapet. Begitu katanya Desti : Harapan bapak dengan program e-KTP ini apa pak?Warga : Semoga semua rakyat itu diperhatikan gitu, jangan dipersulit aja gitu.
Hehe..
Transkip Wawancara Kelurahan Ancol (8)
Hari/waktu : Sabtu, 28 April 2012, pukul 09.30 WIB
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
244
Universitas Indonesia
Desti : Apakah ibu sudah melakukan perekaman e-KTPWarga : Iya udah, kan penutupan tanggal 30Desti : Tepatnya kapan bu?
Warga : Lama kali yaDesti : Pas awal pelaksanaan atau pas masa perpanjangan?
Warga : Gak pas awal-awal, soalnya dari kampung juga kan. Ehmm.. maret kayanya
Desti : Ibu dari RW berapa?Warga : RW 08Desti : Sebelum ada e-KTP, ada pemberitahuan
Warga : AdaDesti : Dalam pemberitahuan itu dikasih taunya apa aja bu?
Warga : Suruh ke kelurahan, fotokopi KK sama KTP, terus foto gituDesti : Ohh begitu ya bu.. terus yang ibu tahu tentang e-KTP itu apa
sih?Warga : Apa ya.. hehe.. KTP Nasional nanti, bisa dipake dimana aja, terus
udah apa sih namanya lebih canggih deh dari KTP biasa. Kalo KTP biasa kan bisa palsu-palsu dikit, kalo e-KTP mungkin akan lebih susah gitu. Jadi data berapa warga Indonesia kali gitu.. hehe
Desti : Terus ketika ada pemberitahuan tentang e-KTP, dikasih tahu gak bu kegunaan e-KTP itu apa?
Warga : Lupa.. udah pikunDesti : Terus ketika ibu datang untuk melakukan perekaman, itu nagntri
apa gak?Warga : Gak. Hari minggu kesininyaDesti : Kenapa memilih hari minggu bu?
Warga : Karena sehari-harinya kerjaDesti : Menurut ibu proses e-KTP gimana?
Warga : Prosesnya gampang Desti : Terus kalo dari segi alatnya gimana bu?
Warga : Termasuk canggihDesti : Menurut ibu, hambatan pelaksanaan e-KTP ini apa?
Warga : Ehmm apa ya, ga ada sih. Paling orang-orangnya aja yang pada males, suka menunda-nunda, itu doang. Orang cepet, pas hari minggu itu juga langsung selesai
Desti : Harapan ibu terhadap program e-KTP ini apa bu?Warga : Ya itu aja biar ga gampang dipalsuin identitas.. hehe
Transkip Wawancara Warga Kelurahan Ancol (9)
Hari/waktu : Sabtu, 28 April 2012, pukul 09.40 WIB
Desti : Apakah mba sudah membuat e-KTP?Warga : Ini baruDesti Kenapa baru bikin mba?
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
245
Universitas Indonesia
Warga Karena baru bikin KTP regulerDesti Mba tinggal di RW dimana?
Warga : Di RT berapa ya.. ehmm.. RT 013 RW 05Desti Ooh.. yang deket WTC mangga dua ya?
Warga IyaDesti : Yang mba tahu tentang e-KTP ini apa mba?
Warga : Hehe.. kurang tahuDesti : Sebelum pelaksanaan e-KTP, ada pemberitahuan gak dari RT?
Warga : AdaDesti : Dikumpulin gitu warganya?
Warga : Gak tahu sih, waktu itu saya pulang ke banjar. Makanya ini baru datang abis itu besok pergi lagi
Desti : Menurut mba, pelaksanaan e-KTP di kelurahan ini gimana mba?Warga : Gak susah sihDesti : Ada saran gak mba untuk pelaksanaan e-KTP di Kelurahan ini?
Warga : Gak adaDesti : Harapan mba dengan adanya program e-KTP apa ?
Warga : Ya semoga identitas semakin jelasTranskip Wawancara Warga Kelurahan Ancol (10)
Hari/waktu : Sabtu, 28 April 2012, pukul 09.50 WIB
Desti : Apakah ibu sudah membuat e-KTP?
Warga : Udah
Desti : Kapan bu membuatnya?
Warga : Udah lama, ehmm.. pas awal-awal tuh
Desti : Apa yang ibu ketahui tentang e-KTP?
Warga : Gak tahu, KTP bagus sih sebenernya..
Desti : Sebelum program e-KTP dilaksanakan, ada pemberitahuan tidak bu di sekitar tempat tinggal ibu?
Warga : Dari dalam negeri,
Desti : Menurut ibu, pelaksanaan e-KTP bagaimana bu?
Warga : Lumayan lancar
Desti : Menurut Ibu, ada yang perlu diperbaiki tidak bu dari pelayanan e-KTP?
Warga : Lama
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
246
Universitas Indonesia
Desti : Apa harapan ibu terhadap e-KTP ini?
Warga : Gak ribet, mudah-mudahan dengan cara gini gak ada KTP double-double lagi
Transkip Wawancara Warga Kelurahan Ancol (11)
Hari/Waktu : Sabtu, 28 April 2012, Pukul 10.15 WIB
Desti : Apakah bapak sudah membuat e-KTP?
Warga : Ini baru bikin
Desti : Apa yang membuat bapak baru membuat e-KTP?
Warga : Karena kesibukan
Desti : Apa yang bapak ketahui tentang e-KTP?
Warga : Untuk menggantikan KTP lama dan untuk penyeragaman
Desti : Sebelum ada program e-KTP ini, ada pemberitahuan tidak pak dari RT atau RW?
Warga : Ada
Desti : Bentuknya seperti apa pak pemberitahuannya?
Warga : Melalui undangan aja, gak di kumpulin di RW
Desti : Menurut bapak, bagaimana pelaksanaan e-KTP di Kelurahan ini?
Warga : Pelaksanaannya bagus
Desti : Apa harapan bapak terhadap program e-KTP ini?
Warga : Gak ada harapan, cuma ngikutin Pemerintah aja
Transkip Wawancara Warga Kelurahan Ancol (12)
Hari/waktu : Sabtu, 28 April 2012, pukul 10.00 WIB
Desti : Apakah mba sudah membuat e-KTP?
Warga : Ini baru buat
Desti : Kenapa baru buat e-KTP mba?
Warga : Sebenernya udah tahu, tapi belum ada surat panggilan
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
247
Universitas Indonesia
Desti : Apa yang mba ketahui tentang e-KTP?
Warga : KTP baru yang dibentuk sama Pemerintah
Desti : Sebelum pelaksanaan e-KTP, ada pemberitahuan tidak mba di sekitar tempat tinggal mba?
Warga : Sosialisasinya kurang, gak semua orang tahu
Desti : Menurut mba, proses pembuatan e-KTP bagaimana?
Warga : Prosesnya lancar, persyaratannya ribet
Desti : Apa harapan mba terhadap program e-KTP?
Warga : Harapannya biar jakarta sepi dari orang-orang pendatang karena jakarta rame, terus biar aman dan gak di palsuin
Transkip Wawancara Warga Kelurahan Ancol (13)
Hari/waktu : Sabtu, 28 April 2012, pukul 10.10 WIB
Desti : Apakah Bapak sudah membuat e-KTP?
Warga : Udah
Desti : Kapan lebih tepatnya bapak melakukan perekaman e-KTP?
Warga : Ehm.. pas masa perpanjangan sih kayaknya. Saya ini baru pindah, sebelum e-KTP ini di penjaringan. KTP istri saya di tambora, saya di penjaringan, tapi pas e-KTP nama saya ada di Ancol
Desti : Oohh.. apa yang bapak ketahui tentang e-KTP?
Warga : e-KTP ini untuk menghindari KTP ganda
Desti Menurut bapak, pemberitahuan tentang pelaksanaan e-KTP ini bagaimana pak?
Warga Agak kurang ya
Desti : Menurut Bapak, pelayanan e-KTP di Kelurahan ini bagaimana pak?
Warga : Pelayanan di Kelurahan ini agak kurang ya. Masa kita nunggu giliran buat bikin e-KTP berdiri. Harusnya kursinya ditambah. Terus dibikin line seperti kalo kita mengantri di bank itu ya biar jelas yang dateng duluan, dipanggilnya duluan. Perlu juga dipasang kipas angin, kan gerah juga kalo nunggu
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
248
Universitas Indonesia
Desti : Apa harapan bapak dengan program e-KTP ini?
Warga : Kalo saya terus terang pesimis dengan program ini, bisa tercapai atau gak
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012
171
Universitas Indonesia
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Destiani Afriana
Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 11 Desember 1990
Alamat : Jln. K. S. Tubun No. 6 RT 006/01 Kel. Kota
Bambu Selatan, Kec. Palmerah Jakarta Barat
11420
Nomor Telepon, Surat Elektronik : 085710378677, [email protected]
Nama Orang Tua :
Ayah : Arief Ginaryoko
Ibu : Ikah Djuhriah
Riwayat Pendidikan Formal:
SD : SDN Kota Bambu 05 Pagi (1996-2002)
SMP : SMPN 61 Jakarta Barat (2002-2005)
SMA : SMAN 35 Jakarta Pusat (2005-2008)
S1 : Ilmu Administrasi Negara FISIP UI (2008-2012)
Faktor-faktor yang..., Destiani Afriana, FISIP UI, 2012