Liberalisme dan Neo-Liberalisme

5

Click here to load reader

description

Kaum liberal sangat percaya mengenai adanya demokrasi liberal yang akan mengembalikan perdamaian di dunia. Menurut Kant, perdamaian bisa bersifat abadi, karena itulah perang itu tidak alami dan tidak masuk akal. Bahkan ditambahkan oleh Paine dalam The Rights of Man, “sistem perang” dibuat untuk mempertahankan kekuasaan serta jabatan raja, negarawan, tentara, diplomat, serta perusahaan-perusahaan perlengkapan perang, dan melanggengkan ketiranian mereka kepada rakyat. Perang adalah kanker dalam tubuh politik dan hanya dapat disembuhkan oleh demokrasi dan perdagangan bebas. (Burchill, 2009 : 41-42).

Transcript of Liberalisme dan Neo-Liberalisme

Page 1: Liberalisme dan Neo-Liberalisme

Nama : Maleona Sarah L.C.NIM : 070912042 / Kelas CMata Kuliah : Teori Hubungan Internasional

Liberalisme dan Neo-Liberalisme

Liberalisme adalah salah satu teori klasik dalam Hubungan Internasional yang

merupakan teori balasan atas munculnya neo-realisme. Liberalisme lahir pada abad ke

17-18, tepatnya saat John Locke dan Jeremy Bentham yang mengatakan mengenai betapa

pentingnya hukum internasional untuk menciptakan kehidupan yang bebas (Rosenblum,

1978: 101). Teori liberalis sendiri muncul setelah manusia menghadapi kenyataan bahwa

kaum realis tidak mampu bekerja optimal. Perspektif realis yang cenderung pesimis dan

memandang balance of power sebagai salah satu cara untuk mencapai perdamaian, sudah

tidak sesuai lagi dengan keadaan dunia saat ini. Dalam perspektif liberalisme, diperlukan

sebuah kebebasan, kerjasama, perdamaian, dan kemajuan bersama untuk mencapai

perdamaian. (Sorensen, 1998 : 142). Liberalisme didasarkan pada pandangan positif

mengenai manusia, pentingnya perhatian terhadap kemajuan sosial dan terjadinya

kerjasama yang dilakukan antar bangsa (Shimko, 2005 : 51). Menurut Fukuyama,

Liberalisme lahir setelah adanya Perang Dingin, tepatnya setelah hancurnya komunisme

Uni Soviet, yang menunjukkan bahwa liberlisme adalah suatu teori yang tak terhindarkan

lagi dari sebuah proses fundamental yang berjalan (Burchill, 2009 : 37).

Kaum liberal sangat percaya mengenai adanya demokrasi liberal yang akan

mengembalikan perdamaian di dunia. Menurut Kant, perdamaian bisa bersifat abadi,

karena itulah perang itu tidak alami dan tidak masuk akal. Bahkan ditambahkan oleh

Paine dalam The Rights of Man, “sistem perang” dibuat untuk mempertahankan

kekuasaan serta jabatan raja, negarawan, tentara, diplomat, serta perusahaan-perusahaan

perlengkapan perang, dan melanggengkan ketiranian mereka kepada rakyat. Perang

adalah kanker dalam tubuh politik dan hanya dapat disembuhkan oleh demokrasi dan

perdagangan bebas. (Burchill, 2009 : 41-42).

Menurut saya, kaum liberalis sebenarnya mengganggap bahwa manusia mampu

melakukan perdamaian tanpa melakukan perang. Hal tersebut dapat dilakukan melalui

kerjasama antar negara yang menguntungkan seperti melalui Pasar Bebas dan

Page 2: Liberalisme dan Neo-Liberalisme

international cooperation serta demokrasi. Mengapa perlu melakukan kerjasama?

Menurut Sorensen (1999 : 141,236) Liberalisme mendorong perdamaian serta mendorong

hubungan yang kolaboratif antar individu. Dengan adanya individu sebagai aktor utama

dalam melakukan kerjasama, maka akan terbentuk aksi sosial yang kolaboratif dan

kooperatif , baik domestik maupun internasional, yang menghasilkan manfaat besar bagi

setiap orang baik di dalam negeri maupun di luar negeri serta keuntungan yang besar

(absolute gains).

Adanya kerjasama tidak hanya saling menguntungkan dalam negara namun juga

menguntungkan dalam lintas batas internasional seperti yang ada pada NAFTA, APEC,

WTO, dan CAFTA (China ASEAN Free Trade Area) telah ditandatangani pula

pemerintah negara ASEAN dan China pada 2004 dan diberlakukan sejak 1 Januari 2010.

Selain itu, juga dilakukan demokrasi yang dapat untuk memudahkan dalam mengontrol

kinerja pemerintahan, jadi jika pemimpin dianggap tidak mampu untuk memimpin maka

rakyat dapat menurunkannya secara paksa. Aktor liberalisme adalah individu-individu

yang berada di luar negara. Diharapkan dengan adanya individu sebagai aktor utama, dan

bukan malah pemerintah, maka keuntungan yang dihasilkan akan maksimum. Jadi, pada

liberalisme, ekonomi berjalan sesuai dengan hukumnya sendiri tanpa adanya politiik

yang mempengaruhi. Pada kenyataannya, memang pasar memiliki dinamika ekonominya

sendiri.

Semenjak kemunculan liberalisme, muncul pendapat lain dari Robert Keohane,

Joseph Nye, dan James Rosenau yang disebut dengan ‘neoliberalisme’ atau liberalisme

interpedensi. Menurut Hass, Keohane, dan Nye, teoritisi kaum neoliberal mempelajari

bagaimana kerjasama di satu wilayah transaksi membuka jalan bagi kerjasama di wilayah

lainnya. (Sorensen, 1998 : 63). Neo-Liberalisme sendiri terdiri dari beberapa elemen

penting yaitu interdependence complex, interdependence absolute, anarchy, cooperation,

dan international regimes.

Adanya sistem interdependence complex dalam negara-negara Barat yaitu banyak

bentuk hubungan antar masyarakat sebagai tambahan pada hubungan politik pemerintah

termasuk TNC di antara perusahaan-perusahaan bisnis (Sorensen, 1998 : 64). Menurut

saya, dari sini dapat diketahui bahwa salah satu aktor dari paham neo-liberal adalah TNC.

Namun yang membedakan dengan liberal adalah perubahan paham utopia liberalis yang

Page 3: Liberalisme dan Neo-Liberalisme

berusaha untuk menghalau negara menjadi aktor. Neoliberal menerima negara menjadi

salah satu aktor yang berperan dalam kegiatan hubungan internasional meskipun tidak

menjadi aktor utama seperti TNC.

Burchill menjelaskan bahwa sistem internasional dalam neoliberal adalah anarki.

Namun anarki menurut kaum neoliberal adalah hubungan internasional yang jauh lebih

kompleks. Anarki tidak memiliki akibat yang secara eksklusif negatif seperti yang

dikatakan kaum neorealis, ada juga anarki positif yang menimbulkan perdamaian yang

terjamin diantara negara-negara demokrasi liberal kuat. Dalam neoliberal, faktor militer

tidak lagi menjadi dominan, sebaliknya perdagangan bebas lebih penting daripada militer.

Referensi :Asrudin. (2009). Refleksi Teori Hubungan Internasional dari Tradisional ke

Kontemporer. Graha Ilmu-JakartaBurchill, Scott & Andrew L. (2009). Teori-Teori Hubungan Internasional.

Bandung:Penerbit Nusa Media.Jackson, R. & Sorensen, G. (1999). Pengantar Studi Hubungan Internasional.

Yogyakarta:Pustaka PelajarRosenblum, N. L. (1978). Bentham’s Theory of the Modern State, Cambridge,

Mass : Harvard University Press Shimko, Keith L. (2005). International Relations Perspectives and Controversies.

Boston:Houghton Mifflin Company.