LIBERALISASI PERTANIAN DAN ISU PENURUNAN TARIF SEBAGAI BENTUK PENJAJAHAN BARU DUNIA

22
Tugas makalah Politik Internasional LIBERALISASI PERTANIAN DAN ISU PENURUNAN TARIF SEBAGAI BENTUK PENJAJAHAN BARU DUNIA Oleh : Sri Rezeki (0806322962) 1

Transcript of LIBERALISASI PERTANIAN DAN ISU PENURUNAN TARIF SEBAGAI BENTUK PENJAJAHAN BARU DUNIA

Page 1: LIBERALISASI PERTANIAN DAN ISU PENURUNAN TARIF SEBAGAI BENTUK PENJAJAHAN BARU DUNIA

Tugas makalah Politik Internasional

LIBERALISASI PERTANIAN DAN ISU PENURUNAN TARIF

SEBAGAI BENTUK PENJAJAHAN BARU DUNIA

Oleh : Sri Rezeki (0806322962)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS INDONESIA

2009

1

Page 2: LIBERALISASI PERTANIAN DAN ISU PENURUNAN TARIF SEBAGAI BENTUK PENJAJAHAN BARU DUNIA

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

Globalisasi adalah sebuah istilah yang dari artinya saja, yaitu “mendunia”,

memberikan kesan yang tak terjangkau oleh orang-orang dari kalangan tertentu. Menurut

Anthony Giddens, globalisasi adalah “the intensivication of world-wide social relations

which link distant localities in such a way that local happenings are shaped by events

occurring many miles away and vice versa”.1 Menurut Wallerstein, globalisasi adalah proses

integrasi tiada akhir, tidak hanya terjadi dalam domain ekonomi, melainkan juga domain

budaya dan identitas. Menurut Kearney, globalisasi adalah terkait dengan konsep

deteriorisasi, konsep deteriorisasi adalah mengacu pada pemahaman bahwa aktivitas

produksi, konsumsi, ideologi, komunitas, politik, budaya, dan identitas melepaskan diri dari

ikatan lokal. Menurut Robinson, globalisasi adalah time-space compression. Sedangkan

menurut McLuhan, globalisasi adalah global vilage, maksudnya adalah terjadinya proses

penghilangan jarak, dimensi waktu dan tempat yang kita anggap lama dan jauh menjadi

seolah-olah dekat di samping kita. Globalisasi menurut Pieterse adalah suatu proses integrasi

manusia yang melewati batas-batas negara-bangsa.

Selain itu definisi globalisasi juga terkadang disalahartikan sebagai “Amerikanisasi”

atau “Westernisasi”.2 Lebih jauh lagi, globalisasi juga sangat dikaitkan dengan lembaga-

lembaga internasional semacam IMF (International Monetary Fund), Bank Dunia, PBB,

OECD dan sebagainya.3 Lembaga-lembaga tersebut tentu saja bukanlah globalisasi itu

sendiri, melainkan pranata-pranata internasional yang dapat berkontribusi secara positif

terhadap integrasi lintas negara. Di samping itu, globalisasi juga sering dikaitkan dengan

perusahaan-perusahaan multi nasional yang terkenal seantero dunia seperti Coca Cola, Pepsi,

Ford, Mc Donald, Nestle, Adidas, dan sebagainya.

Akibatnya, sering kali konsep globalisasi dikaitkan dengan satu bentuk imperialisme

baru. Imperialisme baru ini sengaja dibuat oleh negara-negara maju terhadap negara-negara

1 Anthony Giddens, (2000), Runaway World: How globalization is reshaping our lives, Routhledge.2 Diakses dari http://www.newsweek.com/id/156343 pada tanggal 6 Desember 2009, pukul 14.23.3 Diakses dari http://plato.stanford.edu/entries/globalization/ pada tanggal 6 Desember 2009, pukul 14.52.

2

Page 3: LIBERALISASI PERTANIAN DAN ISU PENURUNAN TARIF SEBAGAI BENTUK PENJAJAHAN BARU DUNIA

berkembang. Sebenarnya, makna globalisasi tidaklah sesederhana yang kita bayangkan.

Seringkali pendapat umum ataupun media massa memberikan pengertian yang kurang tepat

mengenai makna dari globalisasi itu sendiri. Membanjirnya informasi yang salah mengenai

tentang globalisasi, sedikit banyak, membentuk cara berpikir dan cara bersikap masyarakat

umum atas fenomena ini. Tidaklah mengherankan jika globalisasi selama ini lebih dikenal

sebagai Amerikanisasi dan bentuk dominasi baru negara maju atas negara berkembang.4

Globalisasi bisa dibilang membawa dampak yang besar dalam kehidupan umat

manusia sekarang ini. Ada banyak perubahan yang terjadi akibat fenomena ini. Misalnya saja

kehidupan di Indonesia yang sebelumnya cenderung gotong royong, namun sekarang akibat

adanya globalisasi menjadi lebih individualis. Hampir semua orang bersifat pragmatis dan

cenderung egoistis. Dalam dunia perekonomian misalnya ada banyak polemik, debat, diskusi

yang kerap muncul ketika negara-negara maju yang tergabung dalam G-8, yang belakangan

ini berubah menjadi G-20, melakukan pertemuan rutinnya. Banyak pendapat miring

mengenai globalisasi. Dalam hal ini globalisasi sering kali dikaitkan dengan kapitalis global.

Menurut Chase dan Dunn, kapitalis dunia merupakan motor penggerak utama dan mesin

yang memutar roda globalisasi. Peusahaan-perusahaan multi nasional memainkan peranan

penting bagi integrasi ekonomi. Selain itu, ada juga upaya lobi-lobi politik untuk berusaha

membuka negara-negara yang memiliki sistem pasar tertutup agar lebih dapat membuka diri.

Ada banyak penetangan mengenai ide globalisasi ini, umumnya penentangan ide

globalisasi terjadi di negara-negara berkembang. Jose Bove contohnya, merupakan aktor

utama penentang globalisasi yang tergabung dalam gerakan ATTAC yang juga banyak

dikenal sebagai ”Anti-Mindialisation”, melakukan aksi simbolik menentang globalisasi

dengan membuldozer beberapa restoran MCDonald’s di Perancis. Aksi ini merupakan simbol

perjuangan menentang kapitalis global, juga simbol untuk melindungi kepentingan restoran

lokal dari serbuan jaringan restoran asing.5

Mungkin ada banyak konsepsi buruk mengenai globalisasi. Namun demikian, wajah

globalisasi juga bisa berubah menjadi baik dan menyenangkan ketika kita menyaksikan hasil-

hasil yang kita nikmati karena penyebaran tekhnologi ke seluruh dunia. Ada banyak bukti

kemajuan tekhnologi yang semakin mempermudah hidup kita. Jika dahulu kita membutuhkan

waktu berminggu dalam mengirimkan surat kepada seseorang, sekarang kita hanya cukup

menghabiskan waktu beberapa menit dalam proses pengiriman surat. Kemajuan tekhnologi

bukan hanya milik Amerika dan negara-negara Eropa, ada Cina, Jepang, dan Korea Selatan 4 Ibid.5 Firmansyah, Globalisasi; Sebuah Proses Dialektika Sistemik ( Jakarta: Yayasan Sad Satria Bhakti, 2007) hlm. 19-20.

3

Page 4: LIBERALISASI PERTANIAN DAN ISU PENURUNAN TARIF SEBAGAI BENTUK PENJAJAHAN BARU DUNIA

yang juga maju dalam hal pengembangan tekhnologi. Hal ini tentu sulit terjadi jika tidak ada

proses yang saling menghubungkan negara-negara tersebut. Menurut Boswell dan Chase-

Dunn, integrasi pasar merupakan faktor utama penurunan biaya transportasi dan komunikasi.

Integrasi pasar memungkinkan banyak sekali perusahaan yang ingin mengembangkan pasar

dengan menemukan konsumen baru di negara lain.6 Globalisasi kemudian menyebabkan

batas-batas negara menjadi tidak jelas, hal ini memungkinkan adanya interdependensi negara-

negara di dunia. Dalam makalah ini, penulis akan membahas mengenai bentuk globalisasi

dalam perdagangan yaitu melalui suatu organisasi perdagangan internasional yang kita kenal

dengan nama WTO (World Trade Organization). Melalui WTO ini, penulis akan banyak

membahas mengenai isu penurunan tarif dalam liberalisasi pertanian dan dampaknya bagi

negara berkembang seperti Indonesia.

I. 2 Rumusan masalah

Bagaimana dampak dari liberalisasi pertanian dan isu penurunan tarif yang diatur

dalam WTO bagi negara berkembang seperti Indonesia?

I. 3 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui dan menjelaskan dampak dari liberalisasi pertanian dan isu

penurunan tarif yang diatur dalam WTO bagi negara berkembang seperti Indonesia

I. 4 Kerangka Teori

Teori globalisasi menurut Chase-Dunn adalah teori interdepedensi dan sangat erat

kaitannya dengan kapitalis global. Globalisasi menyebabkan terjadinya interkoneksi diantara

para aktor sosial dari berbagai macam negara. Dari interkoneksi ini kemudian tercipta suatu

bentuk rasa saling ketergantungan (interdependensi) di antara sesama aktor. Masing-masing

entitas dan institusi tidak dapat berdiri sendiri dan mencukupi kebutuhannya sendiri.

Langsung maupun tidak langsung, terima ataupun tidak terima, kita akan melihat apa saja

yang telah, sedang, dan akan dilakukan oleh pihak lain.7 Proses globalisasi menjadikan

entitas-entitas berada dalam suatu boundary yang terkait satu sama lain.Apapun yang

6 R. Boswell & C. Chase-Dunn. (1996) “The Future of the World-System”, International Journal of Sociology and Social Policy, (16), 7-8, p. 148-179.7 Diakses dari http://www.investorwords.com/2182/globalization.html pada tanggal 3 Desember 2009, pukul 16.12.

4

Page 5: LIBERALISASI PERTANIAN DAN ISU PENURUNAN TARIF SEBAGAI BENTUK PENJAJAHAN BARU DUNIA

dilakukan oleh entitas lain tidak hanya mempengaruhi melainkan juga menentukan apa yang

kita putuskan dan lakukan. Hubungan-hubungan menjadi saling tergantung dan tidak bisa

lepas dari entitas lain. Dengan demikian, konsep menutup diri akan semakin sulit untuk

dilakukan. Saling ketergantungan ini muncul karena sesuatu yang diputuskan atau dihasilkan

oleh suatu institusi di sebuah negara merupakan asupan untuk pengambilan keputusan atau

produksi bagi institusi lain di negara lain. 8 Proses saling ketergantungan ini membuat

masing-masing negara menggunakan tingkat safe guard nya masing-masing untuk

melindungi produksi domestiknya. Karena jika kita bicara tentang WTO, kita otomatis

membicarakan liberalisasi pertanian yang menjadi agenda utama dalam setiap pertemuan

WTO, khususnya dalam Doha round.9 Tingkat kesenjangan kualitas hidup petani dan

kesenjangan teknologi di negara maju dengan negara berkembang selalu menjadi alasan

utama bagi setiap negara, khususnya negara berkembang untuk dapat memproteksi produksi

domestiknya jika tidak mau ”dilindas” produk-produk pertanian negara maju. Belum lagi

dengan adanya isu penurunan tarif untuk komoditi impor yang akan dibicarakan dalam putara

Doha yang dikhawtirkan dapat ”membunuh” komoditi lokal.

BAB II8 Ibid.9 Diakses dari http://www.wto.org/english/tratop_e/dda_e/negotiations_summary_e.htm pada tanggal 3 Desember 2009, pukul 16. 41.

5

Page 6: LIBERALISASI PERTANIAN DAN ISU PENURUNAN TARIF SEBAGAI BENTUK PENJAJAHAN BARU DUNIA

PEMBAHASAN

II. 1 WTO (World Trade Organization)

Gagasan akan perlunya didirikan suatu organisasi internasional yang dapat

mengintegrasikan kerjasama multilateral di bidang ekonomi yang selama ini ditangani oleh

GATT dalam masalah perdagangan yang bersinergi dengan GATS (Trade and Service) serta

TRIPs (Intelectual Property), diungkapkan oleh Kanada pada 1990 yang mendapat dukungan

dari Uni Eropa. Gagasan tersebut tidak mendapat dukungan dari AS karena kekhawatiran

adanya pembatasan dalam kebijakan perdagangan internasional yang tidak menguntungkan

pihak AS. Proposal tentang pendirian sebuah organisasi kerjasama ekonomi internasional

sebenarnya telah mulai dibuat sejak 1955 dmelalui rencana mendirikan Organization for

Trade Cooperation (OTC). Namun gagal mendapat persetujuan Kongres AS.

Gagasan tersebut muncul kembali pada Pertemuan Dewan ECOSOC di PBB yang

kemudian memutuskan untuk mendirikan UN Agency yang baru yaitu UNCTAD melalui

Resolusi PBB pada 1964. Melalui UNCTAD diharapkan dapat dibentuk aturan main dalam

perdagangan internasional secara lebih adil terutama bagi negara berkembang yang terlalu

melihat GATT sebagai perpanjangan kepentingan negara besar. Pendirian UNCTAD

diharapkan dapat mewujudkan satu tekad negara berkembang melalui PBB untuk membentuk

Tata Ekonomi Dunia Baru yang dapat mengintegrasikan kepentingan seluruh negara anggota

PBB secara lebih adil. Namun harapan tersebut ternyata tidak dapat diwujudkan. Karena

itulah ketika muncul gagasan dari Kanada dan Uni Eropa tentang pendirian Organisasi

Internasional yang menangani masalah perdagangan internasional, negara berkembang

memberikan dukungan penuh dengan harapan bahwa organisasi internasional tersebut dapat

mewadahi kepentingan ekonomi negara-negara anggota secara lebih adil. Karena itulah pada

1995 berdiri World Trade Organization yang tetap melandaskan diri pada prinsip dasar

GATT yaitu non-diskriminasi dan prinsip timbal balik (reciprocity).10

Cakupan, Fungsi dan Struktur dari WTO

10 Keith L. Shimko, International Relations: Perspectives and Controversies (Boston: Houghton Mifflin Company, 2008) hlm.157-158.

6

Page 7: LIBERALISASI PERTANIAN DAN ISU PENURUNAN TARIF SEBAGAI BENTUK PENJAJAHAN BARU DUNIA

Cakupan, Fungsi dan Struktur WTO yaitu :11

a. Sebagai institusi yang bertanggungjawab terhadap sistem perdagangan multilateral,

maka WTO memperoleh status yang sama dengan World Bank dan IMF. WTO memiliki

keanggotaan legal dan memiliki hak-hak istimewa dan kekebalan seperti yang dimiliki UN

special agency lainnya.

a. WTO dipimpin oleh para menteri yang mewakili negara

anggota pada Pertemuan Tingkat Tinggi minimal satu kali dalam dua tahun. Sementara

pertemuan menteri perdagangan anggota dijadwalkan lebih intens.

b. WTO dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan

kerangka umum secara institusional untuk mengatur hubungan dagang di antara

anggotanya dalam kaitannya dengan kesepakatan dan merujuk pada instrumen legal yang

termasuk dalam butir-butir kesepakatan.

c. Terdapat empat butir kesepakatan yang memuat hak-

hak subastantif dan kewajiban anggota. Butir pertama terdiri atas tiga bagian yaitu

pertama, berintukan tentang Kesepakatan Multilateral dalam Perdagangan barang-barang,

kedua merujuk pada GATS (General Agreement Trade and Services) dan ketiga adalah

kesepakatan tentang TRIPs (Intelectual Propoerties). Sedangkan butir yang kedua

merujuk pada Pengertian bersama tentang aturan dan prosedur untuk menyelesaikan

pertikaian di antara negara anggota (WTO common of dispute settlement mechanism).

d. Bila dibandingkan dengan OECD yang memiliki 3000

staf, IMF 2000 staf dan World Bank leih kurang 6000 staf, maka WTO memiliki staf

yang terbatas. Pada tahun 1985 WTO hanya memiliki modal awal 84 milyar US Dollar

untuk kebutuhan gaji staf dan termasuk biaya operasional yang dianggarkan 70% dari

pengeluaran secara keseluruhan.

e. Kontribusi keuangan dari WTO berdasarkan apa yang

telah digariskan GATT pada 1947. Pemasukkan WTO berasal dari kontribusi anggota

berdasarkan perhitungan dari volume perdagangan yang dimiliki masing-masing anggota.

WTO juga menerima dana dari sembilan negara yang memiliki volume perdagangan

terbesar serta dari Uni Eropa. Sedangkan sumbangan sukarela juga diberikan oleh proses

industrialisasi ekonomi untuk tujuan khusus seperti bantuan teknis atau pelatihan staf

operasional di negara berkembang

11 Diakses dari http://www.wto.org/english/thewto_e/whatis_e/wto_dg_stat_e.htm pada tanggal 5 desember 2009, pukul 15.47.

7

Page 8: LIBERALISASI PERTANIAN DAN ISU PENURUNAN TARIF SEBAGAI BENTUK PENJAJAHAN BARU DUNIA

Proses Pengambilan Keputusan WTO

Sebagian besar dari proses pengambilan keputusan dalam WTI dilakukan dengan

dasar negosiasi dan konsensus. Konsensus merupakan tradisi yang telah ada sejak masa

GATT. Tujuan utama dari terbentuknya WTO adalah untuk membentuk pasar yang lebih adil

(market fairer) sehingga pengambilan keputusan pun di dasarkan pada one vote one country

ataupun negosiasi.12

Terdapat tiga bentuk aturan dalam pengambilan keputusan :

Decision making rule Type of issue

Unanimity Amandemen berhubungan dengan

Prinsip-prinsip tertentu seperti

Pemberlakuan Most Favorable States

Prinsip tiga perempat suara Intepretasi dari pokok-pokok

mayoritas Kesepakatan dan tingkat kepatuhan

Anggota

Prinsip dua pertiga suara mayoritas Amandemen yang berkaitan dengan isu

Di luar prinsip-prinsip dasar

Konsensus Dimana tidak ada spesifikasi khusus.

II. 2 Liberalisasi Pertanian dan Isu Penurunan Tarif

Secara umum kita mengetahui bahwa kita mengetahui tujuan perundingan yang

dilakukan oleh negara-negara anggota WTO khususnya negara-negara maju adalah

mendorong lahirnya kebijakan-kebijakan WTO yang baru dengan tujuan ”mempercepat

proses liberalisasi ekonomi dunia”.13 Isu yang paling krusial dalam beberapa dekade ini

12 Diakses dari http://www.wto.org/english/thewto_e/whatis_e/tif_e/agrm3_e.htm pada tanggal 3 Desember 2009, pukul 15. 25.13 Diakses dari http://www.wto.org/english/thewto_e/whatis_e/tif_e/dev4_e.htm pada tanggal 5 Desember 2009, pukul 14. 36.

8

Page 9: LIBERALISASI PERTANIAN DAN ISU PENURUNAN TARIF SEBAGAI BENTUK PENJAJAHAN BARU DUNIA

adalah mengenai liberalisasi pertanian. Beberapa prinsip-prinsip utama WTO untuk

mendorong percepatan liberalisasi pertanian adalah:14

1. Menghilangkan/menghapuskan beban biaya pertanian dengan cara pemotongan/

pengurangan tarif.

2. Meningkatkan/memperbesar kompetisi/persaingan

Pembayaran tarif yang murah, akses jalan masuknya komoditi yang murah berakibat

pada harga produk yang murah; sehingga berdampak pada:15

1. Menguntungkan negara-negara yang mampu bersaing.

2. Merugikan negara-negara negara-negara importer yaitu khususnya produk-produk

domestik terancam oleh produk-produk dari luar.

Negara-negara maju menginginkan agar negara-negara berkembang menurunkan tarif

setinggi mungkin untuk memudahkan dan memperbaiki akses pasar mereka.16 Penurunan

bound tariff yang tajam akan berpengaruh pada penurunan applie tariff yang cukup

signifikan untuk komoditi tertentu. Penurunan terhadap applied tariff bertujuan agar barang-

barang import dari negara lain dapat masuk dengan akses yang mudah dan harga yang

murah,17 dan akibatnya adalah produk-produk pertanian dari negara lain dapat dengan mudah

masuk ke Indonesia dan menghancurkan pangsa pasar Indonesia karena perbedaan harga dan

perbedaan kualitas yang membuat konsumen Indonesia beralih ke produk-produk pertanian

impor.

Berikut ini adalah negara-negara yang terkena penurunan tarif:18

1. Negara-negara Amerika Latin : Argentina, Brazil, Cili, Kolombia, Meksiko, Kosta

Rica, Peru, Uruguay, dan Venezuela.

2. Negara-negara Afrika : Afrika Selatan, Tunisia, Mesir, Moroko.

3. Negara-negara Asia : India, Indonesia, Korea, Malaysia, Pakistan, Filipina,

Singapura, Thailand.

4. Negara-negara Timur Tengah : Bahrain, Israel, Turki, Kuwait, Qatar, dan UAE.

Menurut Patrick A. Messerlin yang merupakan seorang Profesor Ekonomi di Institut

d'Etudes Politiques de Paris (Sciences Po) dan merupakan direktur dari the Groupe

14 Dikutip dari kuliah tamu oleh Ediarto Sitinjak, “Perluasan & Perbaikan Akses Pasar Melalui Harmonisasi Tarif Perdagangan Dunia” Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia.15 Ibid.16 Diakses dari http://74.125.153.132/search?q=cache:DpHJfAPPVtkJ:digitool.library.mcgill.ca:8881/thesisfile19629.pdf+the+effects+of+agricultural+liberalization+on+developing+countries&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a pada tanggal 5 Desember 2009, pukul 14.56.17 Ediarto Sitinjak, Op.cit,.18 Ibid.

9

Page 10: LIBERALISASI PERTANIAN DAN ISU PENURUNAN TARIF SEBAGAI BENTUK PENJAJAHAN BARU DUNIA

d'Economie Mondiale de Sciences Po (GEM), formula yang digunakan untuk pengurangan

tarif dikenal dengan ”simple swiss formula.”19 Persenan angka penurunan tarif ditentukan

oleh koefisien yang digunakan sebagai bilangan pengali. Berikut ini adalah cara

penghitungannya :

[(tarif x koefisien) : tarif +koefisien)]

Contoh : Bila bound tarif 5 %, dengan koefisien 15%, maka bound tarif yang baru

adalah 3,75% [(5 x 15) : (5 + 15) = 3, 75].

II. 3 Dampak dari Liberalisasi Pertanian dan Isu Penurunan Tarif bagi

Indonesia

Indonesia sebagai negara berkembang merupakan salah satu negara yang terkena

dampak dari isu liberalisasi pertanian. Kenapa dirugikan? Pertimbangannya adalah bahwa

produk pertanian bagi negara berkembang bukan cuma sebuah komoditi perdagangan belaka,

namun juga merupakan mata pencaharian rakyat banyak dan terkadang menjadi satu-satunya

sumber pemenuhan kehidupan sehari-hari. Selain itu infrastruktur dan kebijakan sektor

pertanian di negara berkembang tidak selengkap dan sebesar yang ada di negara maju,

sehingga hasilnya pun tentu jauh berbeda.20

Pada tahun 2008 sekitar 41,7 juta rakyat Indonesia berada di bawah garis

kemiskinan.21 Sementara menurut UN Millenium Development Project, dari sekitar80 persen

penderita kemiskinan akut berada di wilayah pedesaan. Nilai Tukar Petani (NTP) yang

berfluktuasi pada angka yang rendah, menandakan pendapatan petani sudah tidak sebanding

dan bahkan jauh dengan biaya yang dikeluarkan untuk keperluan hidupnya sehari-hari. Di

Indonesia terdapat setidaknya 25,3 juta keluarga petani. Jika sektor pertanian diliberalisasikan

maka negara berkembang termasuk Indonesia tidak memiliki kemampuan bersaing dengan

negara-negara maju. Ini disebabkan karena pertanian maju mendapatkan berbagai macam

kebijakan dan subsidi yang sangat besar dari pemerintahnya, hasilnya tentu saja

19 Messerlin, Patrick,"Agricultural Liberalization in the Doha Round," Global Economy Journal: 2005 Vol. 5 : Iss. 4, Article 2.

20 Institute for Global Justice, diakses dari www.globaljust.org. 21 Data LIPI 2008.

10

Page 11: LIBERALISASI PERTANIAN DAN ISU PENURUNAN TARIF SEBAGAI BENTUK PENJAJAHAN BARU DUNIA

berlimpahnya produk panen mereka dan akan menggilas pasar negara-negara berkembang

seperti Indonesia.22

Belum lagi dengan adanya isu penurunan tarif terhadap komoditi impor, yang jika

direalisasikan maka akan semakin banyak komoditi-komoditi impor yang masuk dan sebagai

akibatnya, ketika hasil pertanian lokal tidak mampu bangkit akibat ”terjangan” komoditi

pertanian impor dan akibat paling buruknya adalah jika produksi pertanian lokal kita berada

pada titik terendah, maka bahan pangan bagi jutaan perut rakyat Indonesia akan sangat

bergantung dari hasil impor produksi pertanian dari negara maju.23

Sektor pertanian bukan hanya mengenai produk pertanian saja, namun juga mengenai

ketahanan pangan sebuah negara. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dua tahun lalu ketika

membuka G-33 Ministrial Meeting, Maret 2007 di Jakarta mengatakan bahwa ”Sektor

pertanian sangat penting artinya bagi arah dan strategi pembangunan Indonesia, karena sektor

tersebut tidak hanya mempengaruhi pendapatan masyarakat Indonesia yang sebagian besar

merupakan masyarakat pedesaan dan sumber penghidupan bagi sekitar 25 juta petani, akan

tetapi sektor pertanian sangat menentukan kelangsungan hidup bagi 50 persen masyarakat

miskin Indonesia”.24

Lalu kenapa sebaiknya pemerintah menolak penurunan tarif? Jawabannya adalah

karena dampak dari penurunan tarif adalah melemahnya kemampuan komoditi domestik

untuk bersaing dengan kemampuan impor. Kenapa harus ada tarif? Karena tarif adalah pajak

yang dikenakan pada produk dari luar negeri yang dijual di dalam negeri. Tujuannya

diantaranya untuk melindungi sektor yang memproduksi barang tersebut.25 Tarif juga menjadi

pendapatan pemerintah. Misalnya saja sebutir apel Washinton yang seharga 5 ribu rupiah

dikenakan tarif sebesar 20 persen (atau 1000 rupiah), maka harga apel Washinton tersebut

menjadi 6000 rupiah. Nilai 1000 rupiah menjadi pendapatan bagi pemerintah Indonesia.

Sementara dengan kenaikan harga menjadi 2400 rupiah, diharapkan produk buah-buahan

lokal tetap kompetitif dari sisi harga sehingga konsumen akan tetap memilih produksi apel

dari petani lokal . Dengan demikian produk lokal akan tetap mampu bersaing sehingga petani

apel Malang misalnya akan terus menanam apel.

Dalam perdagangan internasional, tarif dianggap menjadi penghambat yang

menjadikan arus lalu lintas perdagangan lebih lambat. Tarif menjadikan harga produk impor

22 Diakses dari http://www.twnside.org.sg/title2/susagri/susagri009.htm pada tanggal 5 Desember 2009, pukul 15.55.23 Institute for Global Justice, Op.cit,.24 Ibid.25 Ibid

11

Page 12: LIBERALISASI PERTANIAN DAN ISU PENURUNAN TARIF SEBAGAI BENTUK PENJAJAHAN BARU DUNIA

menjadi lebih mahal dari produk lokal. Karenanya penurunan tarif atau menghilangkannya

sama sekali akan membuat arus perdagangan antar negara lebih lancar dan meningkat. 26

BAB III

KESIMPULAN

26 J. Panglaykim, Bisnis Internasional: Indonesia, Asean, dan Dunia ( Jakarta: Yayasan Proklamasi Centre for Strategic and International Studies, 1980) hlm. 134.

12

Page 13: LIBERALISASI PERTANIAN DAN ISU PENURUNAN TARIF SEBAGAI BENTUK PENJAJAHAN BARU DUNIA

Globalisasi adalah satu isu yang ada dan sangat dapat dirasakan efeknya terhadap

kehidupan umat manusia khususnya pada abad ke-21 seperti sekarang ini. Globalisasi sangat

erat kaitannya dengan proses saling ketergantungan antara negara satu dengan negara lainnya.

Akan ada pola resiprositas di dalam globalisasi itu sendiri. Akibatnya satu negara tidak dapat

hidup sendiri dan memenuhi kebutuhannya sendiri, negara tersebut tetap membutuhkan

negara lain dalam mempertahankan eksistensinya. Globalisasi juga sangat erat kaitannya

dengan kapitalisme global badan-badan seperti WTO (World Trade Organizatin) dapat

dijadikan alat untuk menyuburkan konsep kapitalisme global ini.

WTO sebagai lembaga yang membidangi perdagangan internasional sering kali

sangat bias ke pihak negara-negara pemilik modal. Padahal tujuan dibentuknya badan ini

sendiri adalah untuk menghilangkan non-diskriminasi dalam perdagangan global. Namun

ternyata, yang terjadi adalah semakin terciptanya diskriminasi perdagangan global.

Diskriminasi perdagangan global ini dapat kita lihat pada konsep liberalisasi pertanian dan

isu penurunan tarif yang sangat didukung oleh negara maju. Disinilah dilema yang terjadi,

negara maju yang menginginkan agar negara-negara berkembang membuka pasarnya

sebebas-bebasnya, menurunkan tarif terhadap terhadap komoditi pertanian impor, khususnya

komoditi pertanian negara maju.

Sedangkan negara berkembang seperti Indonesia belum siap untuk

pengimplementasian hal tersebut. Hal ini dirasa wajar karena negara berkembang yang tentu

saja kekuatan pasarnya belum begitu bagus ditunjang dengan tekhnologi pas-pasan akan

semakin terdiskriminasi dalam perdagangan global khususnya dalam sektor pertanian jika

mereka membuka pasar pertaniannya sebebas-bebasnya. Negara berkembang kemudian

khawatir jika pasarnya akan dikuasai oleh negara maju. Karena jika sampai hal tersebut

terjadi, maka yang tersisa adalah bentuk pejajahan baru dalam bentuk penjajahan ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

13

Page 14: LIBERALISASI PERTANIAN DAN ISU PENURUNAN TARIF SEBAGAI BENTUK PENJAJAHAN BARU DUNIA

Buku:

Firmansyah, Globalisasi; Sebuah Proses Dialektika Sistemik ( Jakarta: Yayasan Sad Satria

Bhakti, 2007) hlm. 19-20.

Giddens, Anthony (2000), Runaway World: How globalization is reshaping our lives,

Routhledge.

J. Panglaykim, Bisnis Internasional: Indonesia, Asean, dan Dunia ( Jakarta: Yayasan

Proklamasi Centre for Strategic and International Studies, 1980) hlm. 134.

Messerlin, Patrick,"Agricultural Liberalization in the Doha Round," Global Economy

Journal: 2005 Vol. 5 : Iss. 4, Article 2.

R. Boswell & C. Chase-Dunn. (1996) “The Future of the World-System”, International Journal of Sociology and Social Policy, (16), 7-8, p. 148-179.

Shimko, Keith L. , International Relations: Perspectives and Controversies (Boston: Houghton Mifflin Company, 2008) hlm.157-158.

Artikel Internet :

Diakses dari http://www.twnside.org.sg/title2/susagri/susagri009.htm pada tanggal 5 Desember 2009, pukul 15.55.Institute for Global Justice, diakses dari www.globaljust.org. Diakses dari http://74.125.153.132/search?q=cache:DpHJfAPPVtkJ:digitool.library.mcgill.ca:8881/

thesisfile19629.pdf+the+effects+of+agricultural+liberalization+on+developing+countries&cd=2&hl=id&ct=cln

k&gl=id&client=firefox-a pada tanggal 5 Desember 2009, pukul 14.56.

Diakses dari http://www.wto.org/english/thewto_e/whatis_e/tif_e/dev4_e.htm pada tanggal 5 Desember 2009, pukul 14. 36.Diakses dari http://www.wto.org/english/thewto_e/whatis_e/tif_e/agrm3_e.htm pada tanggal 3 Desember 2009, pukul 15. 25.Diakses dari http://www.wto.org/english/tratop_e/dda_e/negotiations_summary_e.htm pada

tanggal 3 Desember 2009, pukul 16. 41.

Diakses dari http://www.newsweek.com/id/156343 pada tanggal 6 Desember 2009, pukul 14.23.Diakses dari http://plato.stanford.edu/entries/globalization/ pada tanggal 6 Desember 2009, pukul 14.52.Diakses dari http://www.investorwords.com/2182/globalization.html pada tanggal 3 Desember 2009, pukul

16.12.

Kutipan :

Dikutip dari kuliah tamu oleh Ediarto Sitinjak, “Perluasan & Perbaikan Akses Pasar Melalui Harmonisasi Tarif Perdagangan Dunia” Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia.

14