LI Dan Analisis Masalah Uul

26
Nama : Nurul Rizki Syafarina NIM : 04011181320105 Kelas : A PSPD 2013 TINEA CORPORIS a. Definisi Tinea korporis adalah dermatofitosis pada kulit yang tidak berambut (glabrous skin) kecuali telapak tangan, telapak kaki, dan lipat paha (Verma dan Heffernan, 2008). Dermatofitosis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur dermatofita yaitu Epidermophyton, Mycrosporum dan Trycophyton. Terdapat lebih dari 40 spesies dermatofita yang berbeda, yang menginfeksi kulit dan salah satu penyakit yang disebabkan jamur golongan dermatofita adalah tinea korporis (Verma dan Heffernan, 2008). b. Etiologi Dermatofitosis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur dermatofita yaitu Epidermophyton, Mycrosporum dan Trycophyton. Terdapat lebih dari 40 spesies dermatofita yang berbeda, yang menginfeksi kulit dan salah satu penyakit yang disebabkan jamur golongan dermatofita adalah tinea korporis (Verma dan Heffernan, 2008). c. Epidemiologi

description

LI Dan Analisis Masalah Uul

Transcript of LI Dan Analisis Masalah Uul

Page 1: LI Dan Analisis Masalah Uul

Nama : Nurul Rizki Syafarina

NIM : 04011181320105

Kelas : A PSPD 2013

TINEA CORPORIS

a. Definisi

Tinea korporis adalah dermatofitosis pada kulit yang tidak berambut (glabrous skin)

kecuali telapak tangan, telapak kaki, dan lipat paha (Verma dan Heffernan, 2008).

Dermatofitosis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur dermatofita yaitu

Epidermophyton, Mycrosporum dan Trycophyton. Terdapat lebih dari 40 spesies

dermatofita yang berbeda, yang menginfeksi kulit dan salah satu penyakit yang

disebabkan jamur golongan dermatofita adalah tinea korporis (Verma dan Heffernan,

2008).

b. Etiologi

Dermatofitosis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur dermatofita yaitu

Epidermophyton, Mycrosporum dan Trycophyton. Terdapat lebih dari 40 spesies

dermatofita yang berbeda, yang menginfeksi kulit dan salah satu penyakit yang

disebabkan jamur golongan dermatofita adalah tinea korporis (Verma dan Heffernan,

2008).

c. Epidemiologi

Prevalensi infeksi jamur superfisial di seluruh dunia diperkirakan menyerang 20-25%

populasi dunia dan merupakan salah satu bentuk infeksi kulit tersering (Rezvani dan

Sefidgar, 2010). Penyakit ini tersebar di seluruh dunia yang dapat menyerang semua ras

dan kelompok umur sehingga infeksi jamur superfisial ini relatif sering terkena pada

negara tropis (iklim panas dan kelembaban yang tinggi) dan sering terjadi eksaserbasi

(Havlickova et al, 2008). Penyebab tinea korporis berbeda-beda di setiap negara, seperti

di Amerika Serikat penyebab terseringnya adalah Tricophyton rubrum, Trycophyton

mentagrophytes, Microsporum canis dan Trycophyton tonsurans. Di Afrika penyebab

tersering tinea korporis adalah Tricophyton rubrum dan Tricophyton mentagrophytes,

Page 2: LI Dan Analisis Masalah Uul

sedangkan di Eropa penyebab terseringnya adalah Tricophyton rubrum, sementara di Asia

penyebab terseringnya adalah Tricophyton rubrum, Tricophyton mentagropytes dan

Tricophyton violaceum (Verma dan Heffernan, 2008).

Dilaporkan penyebab dermatofitosis yang dapat dibiakkan di Jakarta adalah T.

rubrum 57,6%, E. floccosum 17,5%, M. canis 9,2%, T. mentagrophytes var. granulare

9,0%, M. gypseum 3,2%, T. concentricum 0,5% (Made, 2001). Di RSU Adam

malik/Dokter Pirngadi Medan spesies jamur penyebab adalah dermatofita yaitu: T.

rubrum 43%, E. floccosum 12,1%, T.mentagrophytes 4,4%, dan M. canis 2%, serta

nondermatofita 18,5%, ragi 19,1% (C. albicans 17,3%, Candida lain 1,8%) (Made, 2001).

d. Klasifikasi Ekologi

Menurut Arnold et al (1990) berdasarkan pada pejamunya, jamur penyebab

dermatofita diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, dimana pembagian ini juga

mempengaruhi cara penularan penyakit akibat dermatofita ini. Pengelompokannya yaitu:

- Geofilik yaitu transmisi dari tanah ke manusia

- Zoofilik yaitu transmisi dari hewan ke manusia, contoh Trycophyton simii (monyet),

Trycophyton mentagrophytes (tikus), Microsporum canis (kucing), Trycophyton

equinum (kuda) dan Microsporum nannum (babi).

- Antrofilik yaitu transmisi dari manusia ke manusia.

e. Patogenesa

Elemen kecil dari jamur disebut hifa, berupa benang-benang filament terdiri dari sel-

sel yang mempunyai dinding. Dinding sel jamur merupakan karakteristik utama yang

membedakan jamur, karena banyak mengandung substrat nitrogen disebut dengan chitin.

Struktur bagian dalam (organela) terdiri dari nukleus, mitokondria, ribosom, retikulum

endoplasma, lisosom, apparatus golgi dan sentriol dengan fungsi dan peranannya masing-

masing. Benang-benang hifa bila bercabang dan membentuk anyaman disebut miselium

(Ryan, 2004). Dermatofita berkembang biak dengan cara fragmentasi atau membentuk

spora, baik seksual maupun aseksual. Spora adalah suatu alat reproduksi yang dibentuk

hifa, besarnya antara 1-3 µ, biasanya bentuknya bulat, segi empat, kerucut atau lonjong.

Spora dalam pertumbuhannya makin lama makin besar dan memanjang membentuk hifa.

terdapat 2 macam spora yaitu spora seksual (gabungan dari dua hifa) dan spora aseksual

(dibentuk oleh hifa tanpa penggabungan) (Hay dan Moore, 2004).

Page 3: LI Dan Analisis Masalah Uul

Infeksi Dermatofita diawali dengan perlekatan jamur atau elemen jamur yang dapat

tumbuh dan berkembang pada stratum korneum. Pada saat perlekatan, jamur dermatofita

harus tahan terhadap rintangan seperti sinar ultraviolet, variasi temperatur dan

kelembaban, kompetensi dengan flora normal, spingosin dan asam lemak. Kerusakan

stratum korneum, tempat yang tertutup dan maserasi memudahkan masuknya jamur ke

epidermis (Verma dan Heffernan, 2008). Masuknya dermatofita ke epidermis

menyebabkan respon imun pejamu baik respon imun nonspesifik maupun respon imun

spesifik. Respon imun nonspesifik merupakan pertahanan lini pertama melawan infeksi

jamur. Mekanisme ini dapat dipengaruhi faktor umum, seperti gizi, keadaan hormonal,

usia, dan faktor khusus seperti penghalang mekanik dari kulit dan mukosa, sekresi

permukaan dan respons radang. Respons radang merupakan mekanisme pertahanan

nonspesifik terpenting yang dirangsang oleh penetrasi elemen jamur. Terdapat 2 unsur

reaksi radang, yaitu pertama produksi sejumlah komponen kimia yang larut dan bersifat

toksik terhadap invasi organisme. Komponen kimia ini antara lain ialah lisozim, sitokin,

interferon, komplemen dan protein fase akut. Unsur kedua merupakan elemen

seluler,seperti netrofil, dan makrofag, dengan fungsi utama fagositosis, mencerna, dan

merusak partikel asing. Makrofag juga terlibat dalam respons imun yang spesifik.Sel-sel

lain yang termasuk respons radang nonspesifik ialah basophil, sel mast, eosinophil,

trombosit dan sel NK (natural killer). Neutrofil mempunyai peranan utama dalam

pertahanan melawan infeksi jamur (Cholis, 2001).

Imunitas spesifik membentuk lini kedua pertahanan melawan jamur setelah jamur

mengalahkan pertahanan nonspesifik. Limfosit T dan limfosit B merupakan sel yang

berperan penting pada pertahanan tubuh spesifik. Sel-sel ini mempunyai mekanisme

termasuk pengenalan dan mengingat organism asing, sehingga terjadi amplifikasi dari

kerja dan kemampuannya untuk merspons secara cepat terhadap adanya presentasi

dengan memproduksi antibodi, sedangkan limfosit T berperan dalam respons seluler

terhadap infeksi. Imunitas seluler sangat penting pada infeksi jamur. Kedua mekanisme

ini dicetuskan oleh adanya kontak antara limfosit dengan antigen (Cholis, 2001).

f. Gambaran Klinis

Gambaran klinis dimulai dengan lesi bulat atau lonjong dengan tepi yang aktif dengan

perkembangan kearah luar, bercak-bercak bisa melebar dan akhirnya memberi gambaran

yang polisiklik, arsinar, dan sirsinar. Pada bagian pinggir ditemukan lesi yang aktif yang

ditandai dengan eritema, adanya papul atau vesikel, sedangkan pada bagian tengah lesi

Page 4: LI Dan Analisis Masalah Uul

relatif lebih tenang. Tinea korporis yang menahun, tanda-tanda aktif menjadi hilang dan

selanjutnya hanya meninggalkan daerah hiperpigmentasi saja (Verma dan Heffernan,

2008). Gejala subyektif yaitu gatal, dan terutama jika berkeringat dan kadang-kadang

terlihat erosi dan krusta akibat garukan (Fransisca, 2000).

Tinea korporis biasanya terjadi setelah kontak dengan individu atau dengan binatang

piaraan yang terinfeksi, tetapi kadang terjadi karena kontak dengan mamalia liar atau

tanah yang terkontaminasi. Penyebaran juga mungkin terjadi melalui benda misalnya

pakaian, perabot dan sebagainya (M. Goedadi dan H. Suwito, 2001).

Gambar penyakit tinea corporis pada badan

Gambar penyakit tinea corporis pada lengan

g. Pemeriksaan Laboratorium

Selain dari gejala khas tinea korporis, diagnosis harus dibantu dengan pemeriksaan

laboratorium antara lain pemeriksaan mikroskopis, kultur, pemeriksaan lampu wood,

biopsi dan histopatologi, pemeriksaan serologi, dan pemeriksaan dengan menggunakan

PCR (Hay dan Moore, 2004). Pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan membuat

preparat langsung dari kerokan kulit, kemudian sediaan dituangi larutan KOH 10%.

Sesudah 15 menit atau sesudah dipanaskan dengan api kecil, dilihat di bawah mikroskop.

Pemeriksaan ini memberikan hasil positif hifa ditemukan hifa (benang-benang) yang

Page 5: LI Dan Analisis Masalah Uul

bersepta atau bercabang, selain itu tampak juga spora berupa bola kecil sebesar 1-3µ (Hay

dan Moore, 2004).

Kultur dilakukan dalam media agar sabaroud pada suhu kamar (25-30⁰C), kemudian

satu minggu dilihat dan dinilai apakah ada pertumbuhan jamur. Spesies jamur dapat

ditentukan melalui bentuk koloni, bentuk hifa dan bentuk spora (Hay dan Moore,2004).

Pemeriksaan lampu wood adalah pemeriksaan yang menggunakan sinar ultraviolet

dengan panjang gelombang 365 nm. Sinar ini tidak dapat dilihat. Bila sinar ini diarahkan

ke kulit yang mengalami infeksi oleh jamur dermatofita tertentu, sinar ini akan berubah

menjadi dapat dilihat dengan memberi warna (fluoresensi). Beberapa jamur yang

memberikan fluoresensi yaitu M. canis, M. audouini, M. ferrugineum dan T. schoenleinii.

(Hay dan Moore, 2004).

h. Diagnosa Banding

Ada beberapa diagnosis banding tinea korporis, antara lain eritema anulare

sentrifugum, eksema numular, granuloma anulare, psoriasis, dermatitis seboroik, pitiriasis

rosea, liken planus dan dermatitis kontak (Verma dan Heffernan, 2008).

i. Diagnosa

Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium yaitu

mikroskopis langsung dan kultur (Verma dan Heffernan, 2008).

j. Pengobatan

Pengobatan infeksi jamur dibedakan menjadi pengobatan non medikamentosa dan

pengobatan medikamentosa.

- Non Medikamentosa

Menurut Badan POM RI (2011), dikatakan bahwa penatalaksanaan non

medikamentosa adalah sebagai berikut:

Gunakan handuk tersendiri untuk mengeringkan bagian yang terkena infeksi atau

bagian yang terinfeksi dikeringkan terakhir untuk mencegah penyebaran infeksi ke

bagian tubuh lainnya.

Jangan mengunakan handuk, baju, atau benda lainnya secara bergantian dengan

orang yang terinfeksi.

Cuci handuk dan baju yang terkontaminasi jamur dengan air panas untuk

mencegah penyebaran jamur tersebut.

Page 6: LI Dan Analisis Masalah Uul

Bersihkan kulit setiap hari menggunakan sabun dan air untuk menghilangkan sisa-

sisa kotoran agar jamur tidak mudah tumbuh.

Jika memungkinkan hindari penggunaan baju dan sepatu yang dapat menyebabkan

kulit selalu basah seperti bahan wool dan bahan sintetis yang dapat menghambat

sirkulasi udara.

Sebelum menggunakan sepatu, sebaiknya dilap terlebih dahulu dan bersihkan

debu-debu yang menempel pada sepatu.

Hindari kontak langsung dengan orang yang mengalami infeksi jamur. Gunakan

sandal yang terbuat dari bahan kayu dan karet

- Medikamentosa

Pengobatan tinea korporis terdiri dari pengobatan lokal dan pengobatan sistemik.

Pada tinea korporis dengan lesi terbatas, cukup diberikan obat topikal. Lama

pengobatan bervariasi antara 1-4 minggu bergantung jenis obat. Obat oral atau

kombinasi obat oral dan topikal diperlukan pada lesi yang luas atau kronik rekurens.

Anti jamur topikal yang dapat diberikan yaitu derivate imidazole, toksiklat,

haloprogin dan tolnaftat. Pengobatan lokal infeksi jamur pada lesi yang meradang

disertai vesikel dan eksudat terlebih dahulu dilakukan dengan kompres basah secara

terbuka (Vermam dan Heffernan, 2008). Pada keadaan inflamasi menonjol dan rasa

gatal berat, kombinasi anti jamur dengan kortikosteroid jangka pendek akan

mempercepat perbaikan klinis dan mengurangi keluhan pasien (Verma dan Heffernan,

2008).

Pengobatan Topikal

Pengobatan topikal merupakan pilihan utama. Efektivitas obat topikal dipengaruhi

oleh mekanisme kerja, viskositas, hidrofobisitas dan asiditas formulasi obat

tersebut. Selain obat-obat klasik, obat-obat derivate imidazole dan alilamin dapat

digunakan untuk mengatasi masalah tinea korporis ini. Efektivitas obat yang

termasuk golongan imidaol kurang lebih sama. Pemberian obat dianjurkan selama

3-4 minggu atau sampai hasil kultur negative. Selanjutnya dianjurkan juga untuk

meneruskan pengobatan selama 7-10 hari setelah penyembuhan klinis dan

mikologis dengan maksud mengurangi kekambuhan (Verma dan Heffernan,

2008).

Pengobatan Sistemik

Page 7: LI Dan Analisis Masalah Uul

Menurut Verma dan Heffernan (2008), pengobatan sistemik yang dapat diberikan

pada tinea korporis adalah:

Griseofulvin. Griseofulvin merupakan obat sistemik pilihan pertama. Dosis

untuk anak-anak 15-20 mg/kgBB/hari, sedangkan dewasa 500-1000 mg/hari

Ketokonazol. Ketokonazol digunakan untuk mengobati tinea korporis yang

resisten terhadap griseofulvin atau terapi topikal. Dosisnya adalah 200

mg/hari selama 3 minggu.

Obat-obat yang relative baru seperti itrakonazol serta terbinafin dikatakan

cukuo memuaskan untuk pengobatan tinea korporis.

Page 8: LI Dan Analisis Masalah Uul

ANATOMI DAN HISTOLOGI KULIT

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasi dari lingkugan

hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15 % berat badan.

Kulit mempunyai variasi mengenai lembut, tipis, dan tebalnya : kulit yang longgar dan elastis

terdapat pada palpebra, bibir dan prepitium.

Kulit yang tebal dan tegang terdapat di telapak kaki dan tangan dewasa. Kulit yang

tipis terdapat pada muka, yang lembut dan leher dan badan, dan yang berambut kasar terdapat

pada kepala.

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas 3 lapisan utama :

1. Lapisan epidermis / kutikel

2. Lapisan dermis / kutisvera

3. Lapisansubkutis

Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan

adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak.

1. Lapisan epidermis

a. Stratum korneum (lapisantanduk)

Lapisan kulit paling luar dan terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati,

tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk)

Page 9: LI Dan Analisis Masalah Uul

b. Stratum lusidum

Terdapat langsung di bawah lapisan korneum, merupakan lapisan sel-sel gepeng

tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjad iprotein yang disebut

eleidin.Tampak lebih jelas pada telapak tangan dan kaki

c. Stratum granulosum ( lapisankeratohialin)

Merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan

terdapat inti diantaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas keratohialin. Mukosa

biasanya tidak mempunyai lapisan ini. Stratum granulosum juga tampak jelas di

telapak tangan dan kaki

d. Stratum spinosum (stratum malphigi) / prickle cell layer (lapisanakanta)

Terdiri atas beberapa sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda

karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak

mengandung glikogen, dan inti terletak di tengah tengah. Sel sel ini makin dekat

permukaan makin gepeng bentuknya.

Diantara sel stratum spinosum terdapat jembatan antarsel (intercellular bridge)

yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril / keratin. Perlekatan antar jembatan ini

membentuk penebalan kecil yang disebut nodulus bizzozero. Diantara sel - sel

stratum spinosum mengandung banyak glikogen

e. Stratum basale

Terdiri atas sel – sel berbentuk kubus (kolumnar) yang tersusun vertical pada

perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar. Merupakan lapisan epidermis

yang paling bawah. Sel - sel basal ini mengadakan mitosis dan berfungsi reduktif.

Lapisan ini terdiri atas 2 jenis sel yaitu :

a) Sel – sel berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong dan

besar, di hubungkan dengan jembatan antarsel

b) Sel pembentuk melanin (melanosit) / clear cell berwarna muda, dengan

sitoplasma basofilik dan inti gelap, dan mengandung butir pigmen

( melanosomes)

Page 10: LI Dan Analisis Masalah Uul

2. Lapisan dermis

Lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapisan ini

terdiri atas lapisan elastic dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selulaer dan

folikel rambut. Di bagi menjadi 2 bagian :

a. Pars papilare

Bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh

darah

b. Pars retikuler

Bagian di bawahnya yang menonjol ke arah subkutan, bagian ini terdiri atas

serabut – serabut penunjang misalnya : serabutkolagen, elastin, dan retikulin.

Dasar (matriks) lapisan ini terdriri atas cairan kental asam hialuronat dan

kondroitin sulfat, di bagian ini terdapat pula fibroblas.

Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblas, membentuk ikatan (bundel) yang

mengandung hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat lentur

dengan bertambahnya umur menjadi kurang larut sehingga makin stabil. Retikulin

mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk amorf dan

mudah mengenbang serta lebih elastis.

Page 11: LI Dan Analisis Masalah Uul

3. Lapisan subkutis

Kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel – sel lemak di

dalamnya, sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir

sioplasma lemak yang bertambah.

Sel – sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lainya oleh

trabekula yang fibrosa. Lapisan sel – sel lemak disebut panikulus adiposa, berfungsi

sebagai cadangan makanan. Di lapisan – lapisan ini terrdapat ujung – ujung saraf tepi,

pembuluh darah dan getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama,

bergantung lokasinya.

Vaskularisasi di kulit di atur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di atas dermis

(pleksus superficialis) dan terletak di subkutis (pleksus profunda). Pleksus di dermis

bagian atas mengadakan anastomosis di papil dermis, pleksus yang terletak di

subkutis dan di pars retikulare juga mengadakan anastomosis, di bagian ini pembuluh

darah berukuran lebih besar. Bergandengan dengan pembuluh darah terdapat saluran

getah bening.

Page 12: LI Dan Analisis Masalah Uul

ADNEKSA KULIT

Adneksa kulit terdiri atas kelenjar- kelnjar kulit, rambut , dan kuku.

1. Kelenjarkulit,

Kelenjar kulit terdapat di lapisan dermis, yang terdiri atas :

a. Kelenjar keringat

a) Kelenjar ekrin : kecil, di dermis, di pengaruhi oleh saraf kolinergik, factor

panas, dan stress emosional

b) Kelenjar apokrin : besar, sekret, dipengaruhi oleh saraf adrenergic

b. Glandula sebasea

Terletak di seluruh permukaan kulit manusia kecuali telapak tangan dan kaki.

Kelenjar sebasea disebut juga kelenjar holokrin karena tidak berlumen dan

sekret kelenjar ini berasal dari dekomposisi sel – sel kelenjar.

Kelenjar ini biasanya terletak di samping akar rambut dan muaranya terdapat

pada lumen akar rambut (folikel rambut). Sebum mengandung trigliserida,

asam lemak bebas, skualen, wax ester, dan kolesterol. Sekresi dipengaruhi

oleh hormon androgen

2. Kuku

Adalah bagian terminal lapisan tanduk (stratum korneum) yang menebal. Kecepatan

tumbuh kuku kira-kira 1 mm per minggu Terdapat bagian – bagian dari kuku terdiri

atas:

a. Nail root : bagian yang terbenam dalam kulit

b. Nail plate : bagianterbukadiatasjaringanlunak

c. Nail groove : alur kuku

d. Eponikium : kulit tipis yang menutupi kuku bagian proksimal disebut

e. Hiponikium : kulit yang di tutupi bagian kuku bebas disebut

Page 13: LI Dan Analisis Masalah Uul

3. Rambut

Terdiri atas akar rambut dan batang rambut. Macam – macam tipe rambut :

a. Lanugo : rambut halus , tidak mengandung pigmen, terdapat pada bayi

b. Terminal : lebih kasar, banyak pigmen, mempunyai medula, terdapat pada

orang dewasa

Rambut tumbuh secara siklik, melalui fase – fase, yaitu :

a. Fase anagen : pertumbuhan 2-6 tahun

b. Fase telogen : istirahat

c. Fase katagen : involusi temporer

Page 14: LI Dan Analisis Masalah Uul

FISIOLOGI KULIT

1. Fungsi Proteksi

Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap:

a. Gangguan fisis/ mekanis misal tekanan, gesekan, tarikan

b. Gangguan kimiawi, misalnya :zat-zat kimia terutama yang bersifat iritan.

Contoh: lisol, karbol, dll

c. Gangguan yang bersifat panas, mis.radiasi,sengatan sinar ultraviolet

d. Gangguan infeksi luar à kuman/bakteri maupun jamur

Hal tersebut dimungkinkan karena adanya:

a. Bantalan lemak tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang

yang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis.

b. Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena stratum korneum yang

impermeabel terhadap pelbagai zat kimia dan air, dismping itu terdapat lapisan

keasaman kulit yang melindungi kontak zat-zat kimia dengan kulit. (terbentuk

dari hasil eskresi keringat dan sebum)

c. Keasaman kulit menyebabkan pH kulit berkisar pada pH 5-6.5 , sehingga

merupakan perlindungan kimiawi terhadap infeksi bakteri maupun jamur

d. Proses keratinisasi sebagai sawar mekanis karena sel-sel mati melepaskan diri

secara teratur

2. Fungsi Absorbsi

Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan

yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitupun yang larut lemak.

Permeabilitas kulit terhadap O2,CO2,dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil

bagian pada fungsi respirasi.

Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembapan,

metabolisme dan jenis vehikulum.

Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antara sel, menembus sel-sel epidermis

atau melalui muara saluran kelenjar; tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel

epidermis daripada yang melalui muara kelenjar.

Page 15: LI Dan Analisis Masalah Uul

3. Fungsi Ekskresi

kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi/sisa metabolisme

dalam tubuh berupa NaCl,urea, as.urat,amonia.

4. Fungsi Persepsi

Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis :

a. Terhadap rangsangan panas à badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis

b. Terhadap rangsangan dingin à badan-badan Krause di dermis

c. Terhadap rabaan halus à badan taktil Meissner di papilla dermis

d. Terhadap rabaan kasar à badan Merkel Ranvier di epidermis

e. Terhadap tekanan à badan Paccini di epidermis

5. Fungsi Pengatur Suhu Tubuh

Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot

berkontraksi) pembuluh darah kulit

6. Fungsi Pembentukan Pigmen

Sel pembentuk pigmen (melanosit), terletak di lappisan basal, dan sel ini berasal dari

rigi saraf. Pada pulasan H.E. sel ini jernih berbentuk bulat dan merupakan sel dendrit,

disebut pula sebagai clear cell.

Page 16: LI Dan Analisis Masalah Uul

Melanosom dibentuk oleh alat Golgi dengan bantuan enzim tirosinase,ion Cu dan O2.

Pajanan sinar matahari memperngaruhi produksi melanosom.

Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan-tangan dendrit, sedangkan ke lapisan

dibawahnya dibawa oleh sel melanofag (melanofor)

Nb: warna kulit tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh pigmen kulit, melainkan juga oleh

tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi Hb, dan karoten.

7. Fungsi Keratinisasi

Keratinosit dimulai dari sel basal mengadakan pembelahan, sel basal yang lain akan

berpindah keatas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel

menjadi makin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti

menghilang dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung

seumur hidup.

8. Fungsi Pembentukan Vitamin D

Dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar

matahari. Tetapi kebutuhan tubuh akan vit.D tidak cukup hanya dari hal tersebut,

sehingga pemberian vit.D sistemik masih tetap diperlukan.

Nb: pada manusia kulit dapat pula mengespresikan emosi karena adanya pembuluh

darah, kelenjar keringat, dan otot-otot dibawah kulit.

Page 17: LI Dan Analisis Masalah Uul

ANALISIS MASALAH

1. Bagaimana penyebab dan mekanisme dari keluhan rambut rontok?

Jamur bisa masuk ke kulit kepala melalui luka atau goresan yang mungkin bisa

disebabkan karena garukan berulang. Setelah berhasil menembus penghalang tersebut,

jamur berkembang biak dan menyebar dalam lingkaran seperti riak air yang terbentuk

apabila kita melempar batu ke kolam. Jamur juga sangat menyukai area di sekitar folikel

rambut yang sedang tumbuh dan masuk ke dalam serat-serat rambut, menggantikan

intrapilar keratin dan meninggalkan kortex rambut secara utuh. Akhirnya kekuatan

dinding folikel rambut menjadi sangat hilang dan jadi sangat mudah rontok.

2. Bagaimana penyebab dan mekanisme dari bercak tebal keabuan bersisik sebesar uang

logam?

3. Bagaimana makna klinis “keluhan di kulit selain kepala disangkal”?

4. Apa diagnosis kerja pada kasus?

Tinea capitis tipe gray patch

5. Apa saja faktor resiko dari diagnosis pada kasus?

- Umur. Tinea kapitis sering pada anak-anak usia sekolah.

- Berada pada lingkungan yang padat penduduk, sebab infeksi akan lebih cepat

menyebar pada kontak fisik yang terlalu intens.

- Pemelihara hewan. Terkadang hewan yang terinfeksi tidak menunjukkan suatu tanda

klinis yang berarti, sehingga pemelihara hewan pun bisa terinfeksi melalui hewan

(zoonosis)

6. Bagaimana upaya preventif dari diagnosis pada kasus?

- Hindari penggunaan alat-alat pribadi bersama-sama.

- Jaga kebersihan diri.

- Hindari berdekatan dengan hewan peliharaan yang terlihat berpenyakit.

- Rutin mengonsultasikan kondisi hewan peliharaan ke dokter hewan.