LHS Studio Wilayah

download LHS Studio Wilayah

of 15

Transcript of LHS Studio Wilayah

  • 8/16/2019 LHS Studio Wilayah

    1/15

    LAPORAN HASIL SURVEY

    STUDIO PERENCANAAN WILAYAH TAHUN 2016

    METROPOLITAN 2  I - 1

    PENDAHULUAN1.1.  LATAR BELAKANG

    Sistem Perkotaan terdiri atas dua suku kata, yakni Sistem dan Perkotaan,

    dimana Sistem   adalah Sekumpulan unsur yang berada dalam keadaan saling

     berinteraksi (Ludwig von), sedangkan Perkotaan  adalah Wilayah yang mempunyai

    kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat

     permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan,

     pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi (Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007).

    Berdasarkan dua pengertian tersebut dapat diartikan bahwa Sistem Perkotaan

    adalah Kumpulan kota yang saling terintegrasi/ berinteraksi dan membentuk suatu

     pemusatan kegiatan dan pendistribusian pelayanan yang berfungsi untuk

    mendukung kegiatan penduduknya.

    Dalam suatu kondisi Sistem Perkotaan dengan indikator jumlah penduduk

    sekurang-kurangnya 1.000.000 (satu juta) Jiwa, Sistem Perkotaan tersebut

    dikatakan sebagai Kota Metropolitan.

    Di Provinsi Jawa Timur terdapat penetapan Kota Metropolitan yang disebut

    sebagai Gerbangkertosusila Plus dimana Kota Metropolitan tersebut terdiri dari

     beberapa Kabupaten/ Kota Yakni Kota Surabaya, Kabupaten Tuban, Kabupaten

    Lamongan, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo,

    Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, Kabupaten Jombang, Kabupaten Pasuruan,

    Kota Pasuruan, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten

    Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep.

    Dalam kesatuan sistem Metropolitan tersebut, masing-masing Kabupaten/

    Kota mempunyai fungsi masing-masing, baik fungsi inti maupun fungsi pendukung

    yang menjadikan kesatuan wilayah Kabupaten/ Kota tersebut dalam suatu kondisi

    yang saling berkaitan/ terintegrasi antar satu wilayah dengan wilayah lainnya dan

    membentuk suatu Kota Metropolitan.

  • 8/16/2019 LHS Studio Wilayah

    2/15

    LAPORAN HASIL SURVEY

    STUDIO PERENCANAAN WILAYAH TAHUN 2016

    METROPOLITAN 2  I - 2

    Berdasarkan hal tersebut, sebagai langkah untuk mengetahui fungsi wilayah

    serta hal-hal yang menjadikan beberapa wilayah tersebut saling terintegrasi/ saling

     berinteraksi dilakukanlah kegiatan Studio Perencanaan Wilayah dengan tema

    Sistem Perkotaan atau lebih spesifik terhadap kondisi Metropolitan

    Gerbangkertosusila Plus, dimana hasil kegiatan ini akan diketahuinya fungsi

    masing-masing wilayah terhadap pengembangan wilayah pada masing-masing

    Kabupaten/ Kota serta diketahuinya interaksi antar wilayah yang menjadikannya

    satu kesatuan Kota Metropolitan Gerbangkertosusila Plus.

    1.2.  TUJUAN DAN SASARAN

    Tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dari hasil kegiatan Studio

    Perencanaan Wilayah dengan tema Metropolitan ini adalah sebagai berikut :

    1.2.1.  Tujuan

    Tujuan dilakukannya kegiatan Studio Perencanaan Wilayah dengan tema

    Metropolitan ini adalah :

    1.  Mengetahui fungsi kegiatan masing-masing wilayah, yang nantinya akan

    digunakan sebagai dasar pembagian peranan wilayah dalam pengembangan

    wilayah Gerbangkertosusila Plus, serta pertimbangan konsep perencanaan

    yang tepat dengan kondisi fungsi wilayah tersebut.

    2.  Mengetahui integrasi/ interaksi antar wilayah, yang menjadikan antar

    wilayah tersebut dalam kondisi saling terintegrasi dalam kesatuan sistem

    Metropolitan Gerbangkertosusila Plus.

    1.2.2. 

    Sasaran

    Sasaran yang ingin dicapai dari hasil kegiatan ini adalah sebagai berikut :

    1. 

    Diketahuinya fungsi kegiatan masing-masing wilayah;2.

     

    Diketahuinya peranan masing-masing wilayah dalam Metropolitan

    Gerbangkertosusila Plus;

    3.  Diketahuinya kondisi interaksi/ integrasi kegiatan antar wilayah

    Metropolitan Gerbangkertosusila Plus;

    4.  Diketahuinya konsep perencanaan yang tepat untuk masing-masing wilayah

    dengan masing-masing fungsinya;

  • 8/16/2019 LHS Studio Wilayah

    3/15

    LAPORAN HASIL SURVEY

    STUDIO PERENCANAAN WILAYAH TAHUN 2016

    METROPOLITAN 2  I - 3

    1.3.  RUANG LINGKUP

    Ruang lingkup kegiatan Studio Perencanaan Wilayah dengan tema

    Metropolitan ini dibagi menjadi lingkup lokasi dan lingkup materi, adapun

     penjelasan masing-masing adalah sebagai berikut :

    1.3.1. 

    Lingkup Lokasi

    Lingkup lokasi kegiatan Studio Perencanaan Wilayah dengan tema

    Metropolitan ini dilaksanakan di Kota Surabaya pada bagian Surabaya barat dan

    Kecamatan di Kabupaten Gresik yang berbatasan dengan Kota Surabaya. adapun

    Kecamatan-kecamatan tempat dilakukannya studi dari masing-masing wilayah

    Kabupaten Gresik maupun Kota Surabaya adalah sebagai berikut :

    Tabel 1. 1 Lokasi Studi Kelompok Metropolitan 2

    No Nama Kabupaten/ Kota Nama Kecamatan

    1Kota Surabaya 

    (Bagian Surabaya Barat) 

    Kecamatan Benowo

    Kecamatan Pakal

    Kecamatan Asemrowo

    Kecamatan Sukomanunggal

    Kecamatan Tandes

    Kecamatan Sambikerep

    Kecamatan Lakarsantri

    2

    Kabupaten Gresik  

    (Wilayah Kecamatan

    Yang Berbatasan Dengan

    Surabaya)

    Kecamatan Gresik

    Kecamatan Kebomas

    Kecamatan Cerme

    Kecamatan Menganti

    Kecamatan Driyorejo

    Adapun untuk lebih jelasnya mengenai lingkup lokasi ini dapat dilihat pada

    Peta 1.1 dibawah ini.

  • 8/16/2019 LHS Studio Wilayah

    4/15

    LAPORAN HASIL SURVEY

    STUDIO PERENCANAAN WILAYAH TAHUN 2016

    METROPOLITAN 2  I - 4

    Peta

    1.1

    Lin

    gkupWilayahStudi

  • 8/16/2019 LHS Studio Wilayah

    5/15

    LAPORAN HASIL SURVEY

    STUDIO PERENCANAAN WILAYAH TAHUN 2016

    METROPOLITAN 2  I - 5

    1.3.2.  Lingkup Materi

    Lingkup materi pembahasan yang diulas dalam kegiatan Studio

    Perencanaan Wilayah dengan tema Metropolitan ini ialah :

    1. 

    Pengertian Metropolitan

    Metropolitan adalah kawasan perkotaan yang terdiri atas sebuah kawasan

     perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan

     perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional yang

    dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi dengan

     jumlah penduduk secara keseluruhan sekurang-kurangnya 1.000.000 (satu juta)

     jiwa.

    Secara umum, metropolitan dapat juga didefinisikan sebagai suatu pusat

     permukiman besar yang terdiri dari satu kota besar dan beberapa kawasan yang

     berada di sekitarnya dengan satu atau lebih kota besar melayani sebagai titik hubung

    (hub) dengan kota-kota di sekitarnya tersebut. Suatu kawasan metropolitan

    merupakan aglomerasi dari beberapa kawasan permukiman, tidak harus kawasan

     permukiman yang bersifat kota, namun secara keseluruhan membentuk suatu

    kesatuan dalam aktivitas bersifat kota dan bermuara pada pusat (kota besar yang

    merupakan inti) yang dapat dilihat dari aliran tenaga kerja dan aktivitas komersial.

    Menurut Wackerman (2000), kota metropolitan dapat dibedakan antara kota

    metropolitan internasional, nasional dan regional, dengan definisi sebagai berikut :

    a.  Kota Metropolitan Internasional :

     Memiliki populasi yang secara kualitataif aktivitasnya berada di

    tingkat internasional dan berada di jaringan perdagangan raksasa,

     Memiliki pelayanan tingkat internasional di bidang teknologi,

    konsultasi dan riset; Memiliki infrastruktur untuk penyelenggaraan aktivitas

    internasional seperti : kongres, festival, dll

     Memiliki komunitas tenaga kerja asing yang merepresentasikan

     perusahaan dan institusi multinasional yang jumlahnya cukup untuk

    mempengaruhi kehidupan local;

     Memiliki citra internasional terutama dalam bidang pariwisata dan

     budaya.

  • 8/16/2019 LHS Studio Wilayah

    6/15

    LAPORAN HASIL SURVEY

    STUDIO PERENCANAAN WILAYAH TAHUN 2016

    METROPOLITAN 2  I - 6

     b.  Kota Metropolitan Nasional :

     Dalam hal ini hampir seluruh kota metropolitan nasional memiliki

    kriteria seperti kota metropolitan internasional;

     

    Di negara-negara berkembang, kota-kota metropolitan secara umum

    adalah kota-kota yang sangat besar dari segi demografik (hingga

    mencapai jutaan jiwa);

     Kota-kota tersebut tidak selalu memiliki karakter kota metropolitan,

    namun sebagian telah masuk ke dalam proses internasionalisasi dan

    globalisasi;

    c.  Kota Metropolitan Regional

     

    Kota yang memilki peran besar dalam perekonomian Negara;

      Ibukota regional;

     Pusat pertumbuhan wilayah dan tempat berpusatnya sebagian besar

     pelayanan perkotaan;

     Menjadi gerbang wilayah untuk berhubungan dengan wilayah lain

    di tingkat nasional dan internasional.

    2. 

    Ciri-ciri Metropolitan

    Berdasarkan definisi, Ciri-ciri Metropolitan ditunjukkan oleh beberapa

    aspek, antara lain besaran penduduk, kegiatan ekonomi, mobilitas aktivitas

     penduduk, dan struktur kawasan.

    a.  Besaran Jumlah Penduduk

    Besaran jumlah penduduk menjadi aspek pertimbangan utama dalam

    menentukan definisi suatu metropolitan. Namun, sejumlah pakar

     perkotaan menetapkan batas yang berbeda-beda untuk penetapan jumlah minimal penduduk kawasan metropolitan.

     b.  Kegiatan Ekonomi

    Pada kawasan metropolitan terjadi aglomerasi kawasan permukiman

    dan lapangan pekerjaan. Dengan kata lain, kawasan metropolitan

    merupakan kawasan perkotaan dengan spesialisasi fungi aktivitas sosial

    ekonomi. Spesialisasi ekonomi tersebut merupakan sektor industri dan

     jasa. Proses spesialisasi di kawasan metropolitan terjadi karena selalu

  • 8/16/2019 LHS Studio Wilayah

    7/15

    LAPORAN HASIL SURVEY

    STUDIO PERENCANAAN WILAYAH TAHUN 2016

    METROPOLITAN 2  I - 7

     berkembangmya teknologi produksi, distribusi, dan komunikasi

    (Angotti, 1993 dalam Winarso et al, 2006). Kegiatan industri dan jasa

    merupakan sektor yang dominan berkembang di kawasan metropolitan.

    Kegiatan ekonomi yang berlangsung di kawasan metropolitan bersifat

    heterogen dan memiliki peran sebagai sentral/pusat kegiatan-kegiatan

    ekonomi dalam skala regional, baik dalam lingkup propinsi atau negara

     bagian maupun lingkup nasional.

    Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi perkotaan merupakan faktor

     pendorong terjadinya metropolitan dan akan terus berpengaruh

    terhadap prospek metropolitan di masa depan.

    c. 

    Mobilitas Aktivitas Penduduk

    Salah satu ciri kawasan metropolitan ditunjukkan dalam bentuk

    kemudahan mobilitas yang menurut Angotti (1993) terlihat dalam 3

     bentuk (Winarso et al, 2006), yaitu:

    Mobilitas pekerjaan (Employment mobility), dicirikan dengan

    mudahnya orang berpindah tempat kerja tanpa harus berpindah tempat

    tinggal karena banyaknya jenis dan variasi pekerjaan yang tersedia.

    Mobilitas Perumahan (Resdential Mobility), terjadi sejalan dengan

    mobilitas tempat kerja.

    Mobilitas Perjalanan (Trip Mobility), terjadi karena mobilitas tempat

    kerja dan tempat tinggal.

    d.  Struktur Kawasan

    Struktur kawasan metropolitan dapat terdiri dari dua jenis, yaitu

    kawasan metropolitan yang hanya memiliki satu pusat (monocentric)

    dan kawasan metropolitan dengan lebih dari satu pusat (polycentric)(Winarso, 2006).

    Kota-kota yang saling berhubungan dalam satu kawasan metropolitan

    terutama memiliki ikatan secara fungsi kegiatan ekonomi dan sosial dan

    tidak harus selalu berhubungan dalam segi fisik melalui perwujudan

    kawasan terbangun (built-up area).

    Selain itu, struktur kawasan metropolitan juga ditunjukkan oleh adanya

    sistem infrastruktur yang saling menghubungkan antar area-area di

  • 8/16/2019 LHS Studio Wilayah

    8/15

    LAPORAN HASIL SURVEY

    STUDIO PERENCANAAN WILAYAH TAHUN 2016

    METROPOLITAN 2  I - 8

    dalam kawasannya sehingga secara keseluruhan menjadi suatu kawasan

     permukiman dengan segala aktivitas pendukungnya dalam skala yang

     besar dan luas.

    3.  Konsep Kawasan Metropolitan

    Pengertian tentang metropolitan sering dikenal dengan istilah ruang

    metropolitan (metropolitan space) yang merupakan suatu kawasan perkotaan yang

    memenuhi kriteria tertentu dengan manajemen perkotaan tertentu.

    Kota Metropolitan diartikan sebagai kota yang memiliki lebih dari satu juta

     penduduk di dalam batas administrasi kotanya. Umumnya kota ini merupakan

    kutub pertumbuhan wilayah dan memiliki peran menstimulasi perkembangan kota-

    kota disekitarnya serta membangkitkan pertumbuhan ekonomi regional dan

    nasional.

    Kawasan Metropolitan adalah suatu kawasan perkotaan yang dibentuk oleh

    suatu sistem kota besar dan wilayah sekitarnya dengan jumlah penduduk

    keseluruhan melebihi satu juta jiwa.

    Kawasan metropolitan dihasilkan dari proses konurbasi dari suatu kota

    (gejala sub-urbanisasi). Adapula yang menyebutkan, metropolitan areas are large

    urban settlements with high population densities, complex and diversified

    economies, and a high degree of functional integration across a larger geographic

    area than the normal jurisdiction of a municipality.

    Dengan demikian kawasan metropolitan adalah ruang metropolitan yang

    terbentuk dari proses urbanisasi, yaitu ketika pertumbuhan suatu kota (kota inti)

    menjangkau wilayah pinggiran kota (sub-urban), hingga suatu ketika wilayah

     pinggiran tersebut akan memperkuat dirinya sebagai suatu kutub pertumbuhantersendiri dan mulai melepaskan ketergantungannya dengan kota inti.

    Kriteria untuk menentukan kawasan metropolitan (atau metropolitan area)

    adalah :

    a. 

    Menunjukkan konurbasi (continously built up area)

     Area berkepadatan penduduk tinggi;

     Tingkat pergerakan penduduk, barang dan jasa tinggi;

     Perkembangan yang ekstensif;

  • 8/16/2019 LHS Studio Wilayah

    9/15

    LAPORAN HASIL SURVEY

    STUDIO PERENCANAAN WILAYAH TAHUN 2016

    METROPOLITAN 2  I - 9

     Area distrik bisnis dan area industri banyak.

     b.  Pusat kegiatan ekonomi dengan perekonomian yang kompleks dan beragam

    c. 

    Area tunggal dimana diperlukan perencanaan pembangunan yang

    terintegrasi

    d.  Memiliki hubungan sosial dan ekonomi yang erat antara unit-unit

     pembentuknya.

    Wilayah Metropolitan (metropolitan region) adalah suatu wilayah

     bercirikan perkotaan yang meliputi dua atau lebih kota atau daerah yang

     berdekatan, terangkai dalam batas-batas administrasi dan memiliki jumlah

     penduduk keseluruhan melebihi satu juta jiwa. Wilayah metropolitan dihasilkan

    dari proses defragmentasi dari kawasan-kawasan perkotaan. Koridor Perkotaan

    (metropolitan coridor) adalah kawasan yang berciri perkotaan yang

    menghubungkan kawasan-kawasan metropolitan.

    Dari empat istilah yang berkaitan dengan metropolitan tersebut

    memperlihatkan ciri-ciri yang sama dalam hal jumlah penduduk (Iebih dari satu juta

     jiwa), memiliki ciri perkotaan, adanya kota inti, adanya keterkaitan yang erat antara

    kota inti dengan built area yang berkembang di sekitarnya dan memiliki fungsi

    sebagai pusat pertumbuhan bagi daerah atau kota-kota sekitarnya bahkan nasional.

    Sesuai dengan pengertian di atas, maka deliniasi kawasan metropolitan

    dilakukan sebagai berikut :

    a.  Penentuan batasan fisik kota melalui identifikasi kawasan yang telah

     berfungsi sebagai kota (dominasi kegiatan pertanian dan permukiman) atau

    functional urban area (FUA) dari kota-kota untuk melihat penjalaran fisik

    kota.

     b. 

    Identifikasi kota-kota yang memiliki kecenderungan beraglomerasi dengansatu kota besar (yang berperan sebagai inti), yang dicirikan dengan kuatnya

    keterkaitan antar kota-kota tersebut dalam kegiatan ekonomi, transportasi,

     budaya, dan telekomunikasi

    c. 

    Identifikasi terhadap besarnya harian (komuter, aliran jasa, perdagangan dan

    finansial) yang terjadi antara kota utama dengan kota-kota disekitarnya

    d.  Satu kesatuan daya dukung fisik lahan terhadap pengembangan perkotaan

    seperti konsep greenbelt dan daerah hijau untuk keseimbangan lingkungan

  • 8/16/2019 LHS Studio Wilayah

    10/15

    LAPORAN HASIL SURVEY

    STUDIO PERENCANAAN WILAYAH TAHUN 2016

    METROPOLITAN 2  I - 10

    Penjabaran dari ketentuan delineasi kawasan metropolitan maka

    mempertimbangkan dasar penetapan batas suatu kawasan metropolitan meliputi 3

    faktor penting, yaitu:

    a. 

    Faktor Pola Pergerakan;

    Sistim struktur ruang yang dituju dalam kawasan Metropolitan,

    mempengaruhi pola tumbuh dan berkembangnya pusat-pusat kegiatan

     penduduk.

    Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi serta kelengkapan

     prasarana lainnya secara signifikan akan mempengaruhi percepatan

     perkembangan pusat-pusat kegiatan yang dimaksud yang pada akhirnya

    menjadi sebuah kota. Perkiraan pertumbuhan kota-kota terkait kawasan

    metropolitan pada masa yang akan datang menjadi pertimbangan penting

     penetapan batas wilayah kawasan metropolitan, untuk mengantisipasi

    dampak dari interaksi antar kota yang terkait.

     b.  Faktor Hidrologi dan Geologi;

    Pertimbangan keberlanjutan kawasan perkotaan sangat dipengaruhi oleh

    kemampuan pemeliharaan sumber daya air secara terus menerus. Pola

     pemanfaatan ruang sebaiknya mempertimbangkan daya dukung kawasan

    terhadap keberlangsungan sumber daya air kawasan.

    Batas wilayah sungai dan daerah aliran sungai merupakan faktor penting

     penentuan batas wilayah kawasan metropolitan. Informasi daya dukung

    terkait keberadaan wilayah sungai dan daerah aliran sungai

    diimplmentasikan selanjutnya pada aspek pengendalian pemanfaatan ruang.

    c.  Faktor Batas Administrasi;

    Batas administrasi terkait wilayah kawasan metropolitan menjadi faktor penting pada kelembagaan kawasan metropolitan, terutama didasarkan pada

    keberadaan otonomi daerah.

    Batas Administrasi menjadi pertimbangan penting penetapan batas wilayah

    kawasan metropolitan yang selanjutnya diimplementasikan pada

    kesepakatan program lintas wilayah terkait.

  • 8/16/2019 LHS Studio Wilayah

    11/15

    LAPORAN HASIL SURVEY

    STUDIO PERENCANAAN WILAYAH TAHUN 2016

    METROPOLITAN 2  I - 11

    1.4.  METODOLOGI

    Dalam kegiatan ini, metode penyusunannya terbagi menjadi dua macam

    metode yakni metode pengumpulan data dan metode analisis data yang berguna

    untuk merumuskan fungsi, peranan, karakteristik dan kondisi integrasi wilayah

    studi, adapun penjelasan lebih rinci mengenai metodologi yang digunakan adalah

    sebagai berikut :

    1.4.1.  Metode Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data dalam perumusan metropolitan ini dilakukan

    dengan 2 cara yakni :

    1.  Survey Primer

    Pengumpulan data primer untuk kegiatan ini dilakukan melalui :

    a.  Penyaringan aspirasi masyarakat yang dilaksanakan melalui kegiatan

    wawancara mengenai kegiatan perekonomian, wawancara pergerakan

     penduduk serta wawancara mengenai permasalahan yang ada diwilayah

    studi.

     b.  Pengenalan kondisi fisik di wilayah studi secara langsung melalui

    kegiatan observasi ke semua bagian wilayah studi. Adapun data yang

    dihimpun dari kegiatan observasi ini adalah :

    (1)  Keadaan Geografis Wilayah;

    (2)  Pola Penggunaan Lahan; dan

    (3)  Jaringan Prasarana.

    2.  Survey Sekunder

    Survey sekunder yaitu melakukan pendataan melalui data instansi terkait,

    adapun data yang dihimpun dalam pengumpulan data sekunder ini meliputi:

    a. 

    Peta dasar : peta batas administrasi; b.

     

    Kebijakan : kebijakan pembangunan terkait wilayah kabupaten,

    kebijakan penataan ruang, kebijakan pembangunan sektoral atau

    kebijakan kawasan strategis terkait pengembangan wilayah di wilayah

    studi.

    c.  Kependudukan : aspek kualitas dan pertumbuhan dari sumber daya

    manusia, aspek komposisi dan kualitas sumber daya manusia, pola

    sebaran dan mobilitas penduduk.

  • 8/16/2019 LHS Studio Wilayah

    12/15

    LAPORAN HASIL SURVEY

    STUDIO PERENCANAAN WILAYAH TAHUN 2016

    METROPOLITAN 2  I - 12

    d.  Penggunaan lahan : data/informasi terkait penggunaan lahan.

    e.  Identifikasi ekonomi : PDRB wilayah studi.

    f. 

    Prasarana wilayah yang meliputi sistem jaringan transportasi, sistem

     jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumberdaya air serta sistem

     jaringan prasarana lainnya yaitu jaringan prasarana lingkungan yang

    mencakup jaringan persampahan, dan sumber air.

    1.4.2. 

    Metode Analisa Data

    Metode analisis data yang digunakan dalam kegiatan ini adalah sebagai

     berikut :

    1. 

    Analisa Fisik Dasar

    Dalam menganalisis kesesuaian fisik kawasan yang dilakukan dalam

     pelaksanaan penyusunan produk rencana adalah menilai kondisi fisik dasar pada

    saat sekarang dan disesuaikan dengan perubahan serta perkembangan yang ada di

    lapangan agar rencana-rencana tersebut bersifat dinamis terhadap perkembangan

    yang terjadi tetapi memiliki prinsip dasar, serta berfungsi sebagai penunjang dan

     pengendali program-program pembangunan secara keseluruhan agar lebih berhasil

    guna dan berdaya guna. Adapun aspek yang digunakan dalam melakukan analisis

    kesesuaian fisik kawasan adalah sebagai berikut :

    a.  Topografi;

     b.  Hidrologi;

    c.  Klimatologi;

    d. 

    Geologi;

    e.  Jenis tanah;

    Dari aspek-aspek tersebut, nantinya akan dilakukan analisa kesesuaian

    lahan yang mana akan diketahui kesesuain lahan untuk kawasan lindung maupun

    kawasan budidaya. Adapun teknik yang dipakai dalam analisa kesesuaian lahan

    adalah teknik overlay peta aspek dasar. Adapun untuk lebih jelasnya mengenai

    analisa kesesuaian lahan tersebut dapat dilihat pada gambar 1.1. dan gambar 1.2.

    dibawah ini :

  • 8/16/2019 LHS Studio Wilayah

    13/15

    LAPORAN HASIL SURVEY

    STUDIO PERENCANAAN WILAYAH TAHUN 2016

    METROPOLITAN 2  I - 13

    Gambar 1. 1  Bagan Analisis Kesesuaian Fisik Dasar

    Gambar 1. 2  Ilustrasi Super Impose Peta

    2.  Analisa Kegiatan Ekonomi

    Analisa kegiatan ekonomi dilakukan untuk mengetahui fungsi wilayahdengan kondisi kegiatan apa yang dominan, unggulan maupun potensial. Analisa

    kegiatan ekonomi ini akan menggunakan metode Location Quotient (LQ).

    3. 

    Analisa Mobilitas Aktivitas Penduduk

    Analisa mobilitas aktivitas penduduk ini dilakukan untuk mengetahui

     pergerakan-pergerakan penduduk maupun barang/jasa yang ada diwilayah studi.

    Adapun untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

    Peta Topografi Peta Hidrologi JenisTanah

    SUPER IMPOSE

    Daerah layak

    direncanakanDaerah layak

    terbatas

    Daerah tidak layak

    dikembangkan

    Analisis

    KesesuaianLahan

    Peta Geologi Klimatologi

  • 8/16/2019 LHS Studio Wilayah

    14/15

    LAPORAN HASIL SURVEY

    STUDIO PERENCANAAN WILAYAH TAHUN 2016

    METROPOLITAN 2  I - 14

    Gambar 1. 3  Ilustrasi aspek yang dianalisa dalam analisa mobilitas penduduk

    4.  Analisa Struktur Kawasan

    Analisa struktur kawasan ini dilakukan untuk mengetahui fungsi dan

     peranan masing-masing wilayah dalam satu kesatuan Kota Metropolitan, dimana

    hasil analisa ini dapat diketahui mana wilayah inti kegiatan maupun wilayah yang

     berperan sebagai pendukung dari kegiatan inti tersebut. Adapun untuk lebih

     jelasnya dapat dilihat pada gambar ilustrasi dibawah ini :

    Gambar 1. 4  Ilustrasi Hasil Analisa Struktur Kawasan

    1.5. 

    SISTEMATIKA PEMBAHASANSistematika pembahasan merupakan uraian singkat mengenai isi dari

    Laporan pada tiap bab, adapun sistematika laporan hasil survey kegiatan Studio

    Perencanaan Wilayah dengan Tema Metropolitan adalah sebagai berikut:

    BAB I PENDAHULUAN

    Menguraikan latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup

     pembahasan, metode yang digunakan, dan sistematika pembahasan.

  • 8/16/2019 LHS Studio Wilayah

    15/15

    LAPORAN HASIL SURVEY

    STUDIO PERENCANAAN WILAYAH TAHUN 2016

    METROPOLITAN 2  I - 15

    BAB II RANCANGAN SURVEY

    Berisikan hal-hal terkait aspek yang disurvey dalam pembahasan

    Metropolitan yakni desain survey, schedule survey, kebutuhan data, dll.

    BAB III HASIL SURVEY

    Berisikan data-data primer maupun sekunder yang didapat dari hasil

    survey yang telah dilakukan, adapun hasil survey yang telah dilakukan

    adalah hal yang terkait dengan kondisi metropolitan yang terdiri dari

    kondisi-kondisi eksisting diwilayah studi.

    BAB IV PENUTUP

    Berisikan kesimpulan dan saran dari hasil survey yang telah dilakukan.