leukimia.docx

2
Leukemia merupakan keganasan yang paling sering terjadi pada anak – anak, yaitu sekitar 40% dari seluruh penyakit keganasan pada anak – anak yang berusia dibawah 15 tahun. Secara genetik terjadi abnormalitas pada sel – sel hematopoietik yang menyebabkan peningkatan proliferasi yang tidak terkontrol dan penurunan apoptosis sel darah sehingga pertumbuhan sel yang melebihi biasanya namun bentuk dan fungsinya menjadi tidak normal dan menimbulkan gejala – gejala leukemia. Akibatnya pada sumsum tulang dapat terjadi gangguan bahkan kegagalan fungsi. Leukemia dibagi menjadi Leukemia Limfoblastik Akut dan Kronis, Leukemia Mieloblastik Akut dan Kronis. 1,2 Leukimia adalah kanker anak yang paling sering, mencapai lebih kurang 33% dari keganasan pediatrik. Leukimia limfoblastik akut (LLA) berjumlah kira-kira 75% dari semua kasus, dengan insidensi tertinggi pada umur 4 tahun. Leukimia mieloid akut (LMA) berjumlah kira-kira 20% dari leukimia, dengan insidensi yang tetap dari lahir sampai umur 10 tahun, meningkat sedikit pada masa remaja. Leukimia sisanya adalah bentuk kronis, leukimia limfositik kronik (LLK) jarang ditemukan pada anak. 3 Insidensi tahunan keseluruhan dari leukimia adalah 4,21 tiap juta anak kulit putih dan 24,3 tiap juta anak kulit hitam. Perbedaan itu terutama disebabkan oleh rendahnya kejadian LLA pada kulit hitam. Gambaran umum klinis dari leukimia adalah serupa karena semuanya melibatkan kerusakan hebat fungsi sumsum tulang. Tetapi, gambaran klinis dan laboratorium spesifik berbeda

Transcript of leukimia.docx

Leukemia merupakan keganasan yang paling sering terjadi pada anak anak, yaitu sekitar 40% dari seluruh penyakit keganasan pada anak anak yang berusia dibawah 15 tahun. Secara genetik terjadi abnormalitas pada sel sel hematopoietik yang menyebabkan peningkatan proliferasi yang tidak terkontrol dan penurunan apoptosis sel darah sehingga pertumbuhan sel yang melebihi biasanya namun bentuk dan fungsinya menjadi tidak normal dan menimbulkan gejala gejala leukemia. Akibatnya pada sumsum tulang dapat terjadi gangguan bahkan kegagalan fungsi. Leukemia dibagi menjadi Leukemia Limfoblastik Akut dan Kronis, Leukemia Mieloblastik Akut dan Kronis.1,2 Leukimia adalah kanker anak yang paling sering, mencapai lebih kurang 33% dari keganasan pediatrik. Leukimia limfoblastik akut (LLA) berjumlah kira-kira 75% dari semua kasus, dengan insidensi tertinggi pada umur 4 tahun. Leukimia mieloid akut (LMA) berjumlah kira-kira 20% dari leukimia, dengan insidensi yang tetap dari lahir sampai umur 10 tahun, meningkat sedikit pada masa remaja. Leukimia sisanya adalah bentuk kronis, leukimia limfositik kronik (LLK) jarang ditemukan pada anak. 3Insidensi tahunan keseluruhan dari leukimia adalah 4,21 tiap juta anak kulit putih dan 24,3 tiap juta anak kulit hitam. Perbedaan itu terutama disebabkan oleh rendahnya kejadian LLA pada kulit hitam. Gambaran umum klinis dari leukimia adalah serupa karena semuanya melibatkan kerusakan hebat fungsi sumsum tulang. Tetapi, gambaran klinis dan laboratorium spesifik berbeda dan ada perbedaan dalam respons terhadap terapi dan perbedaan dalam prognosis. 3Leukemia akut biasanya merupakan penyakit yang bersifat agresif dengan transformasi ganas yang menyebabkan terjadinya akumulasi progenitor hemopoietik sumsum tulang dini (sel blas). Kegagalan sumsum tulang seperti anemia, neutropenia dan trombositopenia adalah akibat dari akumulasi leukosit ganas dalam sumsum tulang walaupun dapat juga terjadi infiltrasi melalui darah menuju ke jaringan pada organ seperti hepar, lien, kelenjar getah bening, meninges, otak, kulit atau testis. Apabila tidak diobati penyakit ini biasanya cepat bersifat fatal, namun lebih mudah diobati dibandingkan dengan leukemia kronik yang progresinya lebih lambat namun lebih sulit diobati.4

Saat ini dengan metode diagnosis yang lebih tepat, terapi yang efektif dan perawatan suportif yang lebih baik, prognosis dari anak anak dengan leukemia telah meningkat secara bermakna. Kini lebih dari dua per tiga pasien dengan Leukemia Limfoblasik Akut yang diberi pengobatan akan bebas gejala selama 5 tahun atau lebih, bahkan pada kebanyakan kasus, pasien pasien tersebut akan sembuh.6