lembaran daerah kabupaten pacitan nomor 8 tahun 2009 peraturan ...

33
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 8 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN Menimbang : a. bahwa bahan galian pertambangan umum merupakan potensi sumberdaya alam yang strategis dan tidak dapat diperbaharui, sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara berdaya guna, berhasil guna, bertanggung jawab dan berkelanjutan serta pemanfaatannya ditujukan bagi sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat; b. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a diatas, maka perlu mengatur Pengelolaan Pertambangan Umum dengan menuangkan dalam suatu Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah- Daerah Kabupaten di Lingkungan Propinsi Jawa Timur; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043); 3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2831); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2918); 5. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); 6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699); 7. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; 8. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389); 9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);

Transcript of lembaran daerah kabupaten pacitan nomor 8 tahun 2009 peraturan ...

Page 1: lembaran daerah kabupaten pacitan nomor 8 tahun 2009 peraturan ...

LEMBARAN DAERAH

KABUPATEN PACITAN

NOMOR 8 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN

NOMOR 11 TAHUN 2008

TENTANG

PENGELOLAAN PERTAMBANGAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PACITAN

Menimbang : a. bahwa bahan galian pertambangan umum merupakan potensi

sumberdaya alam yang strategis dan tidak dapat diperbaharui, sehingga

pengelolaannya perlu dilakukan secara berdaya guna, berhasil guna,

bertanggung jawab dan berkelanjutan serta pemanfaatannya ditujukan

bagi sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat;

b. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada

huruf a diatas, maka perlu mengatur Pengelolaan Pertambangan Umum

dengan menuangkan dalam suatu Peraturan Daerah.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-

Daerah Kabupaten di Lingkungan Propinsi Jawa Timur;

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043);

3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan

Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 68,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 2831);

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

(Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 2918);

5. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

(Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 3209);

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699);

7. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;

8. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor

53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);

9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 37, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);

Page 2: lembaran daerah kabupaten pacitan nomor 8 tahun 2009 peraturan ...

10. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan

Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 60,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 2916), sebagaimana telah diubah

beberapa kali dan terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 75

Tahun 2001 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah

Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor

11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan

(Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 141, tambahan Lembaran

Negara Nomor 4154);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 tentang Penggolongan

Bahan-bahan Galian (Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 47,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3174);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor

59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838);

14. Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan

Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;

15. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor

555.K/26/MPE/1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pertambangan Umum;

16. Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1996 tentang Ketentuan Pokok

Perjanjian Karya Pertambangan Batubara;

17. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor

1211.K/008/MPE/1995 tentang Pencegahan dan Penanggulangan

Perusakan dan Pencemaran Lingkungan pada Kegiatan Usaha

Pertambangan Umum;

18. Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor

1261.K/25/M.PE/1999 tentang Pengawasan Produksi Pertambangan;

19. Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor

135.K/201/MEM/1996 tentang Pembuktian Kesanggupan dan

Kemampuan Pemohon Kuasa Pertambangan, Kontrak Karya, dan

Kontrak Karya Batubara;

20. Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor

1452.K/40/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan

Tugas Pemerintahan di Bidang Inventarisasi Sumberdaya Mineral dan

Energi, Menyusun Peta Geologi, dan Pemetaan Zona Kerentaan Tanah;

21. Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor

1453.K/10/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan

Tugas Pemerintah di Bidang Pertambangan;

22. Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor

1603.K/27/MEM/2003 tentang Pedoman Pencadangan Wilayah

Pertambangan;

23. Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor 1614

Tahun 2004 tentang Pedoman Pemrosesan Permohonan Kontrak Karya

dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara Dalam

Rangka Penanaman Modal Asing;

24. Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan Nomor 20 Tahun 2007 tentang

Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Pacitan.

Page 3: lembaran daerah kabupaten pacitan nomor 8 tahun 2009 peraturan ...

Dengan persetujuan bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN PACITAN

DAN

BUPATI PACITAN

M E M U T U S K A N

Menetapkan: PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN TENTANG

PENGELOLAAN PERTAMBANGAN UMUM

BAB I.

KETENTUAN UMUM.

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan.:

a. Daerah adalah Kabupaten Pacitan;

b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Pacitan;

c. Bupati adalah Bupati Pacitan;

d. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Pacitan;

e. Dinas teknis adalah Dinas yang membidangi pertambangan dan energi;

f. Pengelolaan pertambangan umum adalah kebijakan perencanaan, pengaturan,

pengurusan, pembinaan, pengawasan, pengendalian, dan pengembangan kegiatan

pertambangan bahan galian di luar minyak bumi, gas alam, dan radioaktif;

g. Usaha pertambangan umum adalah segala kegiatan usaha pertambangan diluar minyak

bumi, gas alam, dan radioaktif yang meliputi beberapa kegiatan antara lain penyelidikan

umum, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan;

h. Bahan galian adalah unsur-unsur kimia, mineral-mineral, bijih-bijih dan segala macam

batuan termasuk batu-batu mulia yang merupakan endapan-endapan alam;

i. Hak tanah adalah hak atas sebidang tanah pada permukaan bumi menurut hukum

Indonesia;

j. Penyelidikan umum adalah penyelidikan secara geologi umum atau geofisika, di daratan,

perairan dan dari udara, segala sesuatu dengan maksud untuk membuat peta geologi

umum atau untuk menetapkan tanda-tanda adanya bahan galian pada umumnya;

k. Eksplorasi adalah segala penyelidikan geologi pertambangan untuk menetapkan lebih

teliti/saksama adanya dan sifat letakan bahan galian;

l. Eksploitasi adalah usaha pertambangan dengan maksud untuk menghasilkan bahan

galian dan memanfaatkannya;

m. Pengolahan dan pemurnian adalah pengerjaan untuk mempertinggi mutu bahan galian

serta untuk memanfaatkan dan memperoleh unsur-unsur yang terdapat pada bahan galian

itu.

n. Pengangkutan adalah segala usaha pemindahan bahan galian dan hasil pengolahan dan

pemurnian bahan galian dari daerah eksplorasi atau tempat pengolahan/pemurnian;

o. Penjualan adalah segala usaha penjualan bahan galian dan hasil pengolahan/pemurnian

bahan galian;

p. Kontrak Karya yang selanjutnya disebut KK adalah perjanjian antara Pemerintah Daerah

dengan perusahaan berbadan hukum Indonesia dalam rangka Penanaman Modal Asing

untuk melaksanakan usaha pertambangan bahan galian, tidak termasuk minyak bumi,

gas alam, panas bumi, radio aktif dan batubara.

q. Kuasa pertambangan (KP) adalah wewenang yang diberikan kepada badan/perseorangan

untuk melaksanakan usaha pertambangan terhadap bahan galian golongan a dan b;

r. Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) adalah wewenang yang

diberikan kepada badan/perseorangan swasta dalam rangka penanaman modal untuk

melaksanakan usaha pertambangan terhadap bahan galian Batu Bara.

Page 4: lembaran daerah kabupaten pacitan nomor 8 tahun 2009 peraturan ...

s. Surat Ijin PertambanganDaerah atau SIPD adalah wewenang yang diberikan kepada

badan/perseorangan untuk melaksanakan usaha pertambangan terhadap bahan galian

golongan c;

t. Surat Keputusan Penugasan Pertambangan (SKPP) adalah Kuasa Pertambangan yang

diberikan oleh Bupati kepada Instansi Pemerintah yang meliputi tahap kegiatan

penyelidikan umum dan eksplorasi;

u. Surat Ijin Pertambangan Rakyat yang selanjutnya disebut SIPR adalah wewenang yang

diberikan kepada koperasi/perseorangan untuk melaksanakan usaha pertambangan

terhadap bahan galian golongan strategis (golongan a) dan vital (golongan b) yang

diusahakan secara sederhana.

v. Surat Keputusan Pemberian Kuasa Pertambangan (SKPKP) adalah Kuasa Pertambangan

yang diberikan oleh Bupati kepada Perusahaan Negara, Perusahaan Daerah, Badan

Usaha Swasta atau Perorangan untuk melaksanakan usaha pertambangan yang meliputi

tahap kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan dan pemurnian,

serta pengangkutan dan penjualan;

w. Perusahaan Negara adalah Perusahaan Negara seperti yang dimaksud dalam Undang-

undang tentang Perusahaan Negara yang berlaku;

x. Perusahaan Daerah adalah Perusahaan Daerah seperti yang dimaksud dalam Undang-

undang tentang Perusahaan Daerah yang berlaku;

y. Pertambangan Rakyat adalah satu usaha pertambangan bahan-bahan galian dari semua

golongan yang dilakukan oleh rakyat setempat secara kecil-kecilan atau secara gotong-

royong dengan alat-alat sederhana untuk pencaharian sendiri;

z. Pencadangan Wilayah Pertambangan adalah proses permohonan dan pelayanan untuk

mendapatkan wilayah pertambangan dalam rangka permohonan Kuasa Pertambangan

(KP), Kontrak Karya (KK), Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara

(PKP2B), Surat Ijin Pertambangan Daerah (SIPD), dan Surat Ijin Pertambangan Rakyat

(SIPR);

aa. Eks Wilayah Pertambangan adalah wilayah pertambangan yang telah diciutkan,

dikembalikan, dicabut atau berakhir masa berlakunya dan belum dimohon atau ditolak

permohonannya;

bb. Wilayah Pertambangan adalah wilayah suatu kawasan atau wilayah dengan batas-batas

tertentu yang diperbolehkan untuk melaksanakan kegiatan pertambangan umum yang

ditetapkan dalam bentuk KP, KK, PKP2B, SIPD, SIPR;

cc. Peta Wilayah Pertambangan adalah peta yang memuat data dan informasi batas-batas

suatu wilayah pertambangan yang digunakan sebagai lampiran KP, KK, PKP2B, SIPD

dan SIPR;

dd. Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan untuk memperbaiki atau menata kegunaan

lahan yang terganggu akibat kegiatan usaha pertambangan umum, agar dapat berfungsi

dan berdaya guna sesuai peruntukannya;

ee. Jaminan reklamasi adalah dana yang disediakan oleh pemegang / pemilik ijin usaha

pertambangan sebagai uang jaminan untuk melakukan kegiatan reklamasi di bidang

pertambangan umum.

ff. Rencana tahunan pengelolaan lingkungan adalah rencana kerja pelaksanaan

pengelolaan lingkungan yang disusun oleh perusahaan untuk setiap tahun dengan

mengacu pada AMDAL dan UKL/UPL yang telah disetujui sesuai peraturan

perundangan yang berlaku;

gg. Perusahaan penjamin adalah Bank atau perusahaan asuransi yang disetujui oleh

Direktur Jenderal untuk memberikan jaminan atas pelaksanaan reklamasi.

hh. “Accounting reserve” adalah dana pelaksanaan reklamasi yang dicadangkan di dalam

pembukuan perusahaan pertambangan setiap tahun.

ii. Jaminan pihak ketiga adalah suatu jaminan yang diberikan oleh pihak ketiga sebagai

penjamin dalam bentuk sertifikat penjamin (surety bond) irrevocable letters of credit

dan Bank garansi.

jj. Jaminan kesungguhan adalah dana yang disediakan untuk membuktikan kesanggupan

dan kemampuan pemohon Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum, Kuasa

Pertambangan Eksplorasi, SIPD Penyelidikan Umum, SIPD Eksplorasi, Pemohon

Kontrak Karya, dan Kontrak Karya Batubara.

Page 5: lembaran daerah kabupaten pacitan nomor 8 tahun 2009 peraturan ...

kk. Surat Keterangan Ijin Peninjauan yang selanjutnya disebut SKIP adalah Surat

keterangan jalan bagi perusahaan / perseorangan untuk mengadakan peninjauan umum

terhadap suatu wilayah tertentu tanpa memberikan hak prioritas apapun kepada

pemegang SKIP tersebut.

ll. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.

mm. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait

yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek

fungsional.

BAB II

PENGGOLONGAN BAHAN GALIAN

Pasal 2

(1) Bahan-bahan galian dibagi atas tiga golongan:

a. golongan bahan galian strategis;

b. golongan bahan galian vital;

c. golongan bahan galian yang tidak termasuk dalam golongan a atau b.

(2) Golongan bahan galian strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas alam;

b. bitumen padat, aspal;

c. antrasit, batubara, batubara muda;

d. uranium, radium, thorium dan bahan-bahan galian radioaktip lainnya;

e. nikel, kobalt;

f. timah.

(3) Golongan bahan galian vital sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. besi, mangaan, molibden,khrom, wolfram, vanadium, titan;

b. bauksit, tembaga, timbal, seng;

c. emas, platina, perak, air raksa, intan;

d. arsin, antimon, bismut;

e. yttrium, rhutenium, cerium dan 1ogam-logam langka lainnya;

f. berillium, korundum, zirkon, kristal kwarsa;

g. kriolit, fluorspar, barit;

h. yodium, brom, khlor, belerang.

(4) Golongan bahan galian yang tidak termasuk golongan a atau b sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf c meliputi:

a. nitrat-nitrat, pospat-pospat, garam batu (halite);

b. asbes, talk, mika, grafit, magnesit;

c. yarosit, leusit, tawas (alum), oker;

d. batu permata, batu setengah permata;

e. pasir kwarsa, kaolin, feldspar, gips, bentonit;

f. batu apung, tras, obsidian, perlit, tanah diatome, tanah serap (fullers earth);

g. marmer, batu tulis;

h. batu kapur, dolomite, kalsit;

i. granit, andesit, basal, trakhit, tanah liat, dan pasir sepanjang tidak mengandung

unsur-unsur mineral golongan a maupun golongan b dalam jumlah yang berarti

ditinjau dari segi ekonomi pertambangan.

j. bahan galian lainnya yang tidak termasuk golongan A dan golongan B

BAB III

PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN

Bagian Pertama

Bentuk Organisasi Perusahaan Pertambangan

Page 6: lembaran daerah kabupaten pacitan nomor 8 tahun 2009 peraturan ...

Paragraf Kesatu

Umum

Pasal 3

(1) Usaha pertambangan di Daerah dapat dilaksanakan oleh:

a. Instansi Pemerintah yang ditunjuk.

b. Perusahaan Negara.

c. Perusahaan Daerah.

d. Perusahaan dengan modal bersama antara Negara dan Daerah.

e. Koperasi.

f. Badan atau perseorangan swasta yang memenuhi syarat-syarat.

g. Perusahaan dengan modal bersama antara Negara dan/atau Daerah dengan Koperasi

dan/atau Badan/Perseorangan Swasta yang memenuhi syarat-syarat.

h. Pertambangan Rakyat.

(2) Syarat-syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f dan huruf g adalah:

a. Badan Hukum Koperasi.

b. Badan Hukum Swasta yang didirikan sesuai dengan peraturan-peraturan Republik

Indonesia bertempat kedudukan di Indonesia dan bertujuan berusaha dalam lapangan

pertambangan dan pengurusnya mempunyai kewarganegaraan Indonesia dan

bertempat tinggal di Indonesia.

c. Perseorangan yang berkewarganegaraan Indonesia dan bertempat tinggal di

Indonesia.

Paragraf Kedua

Pertambangan Bahan Galian Golongan a

Pasal 4

Usaha pertambangan bahan galian golongan a sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1)

huruf a dilaksanakan oleh:

a. Instansi Pemerintah yang ditunjuk;

b. Perusahaan Negara.

Pasal 5

Bahan galian tersebut dalam pasal 2 ayat (1) huruf a, dapat pula diusahakan oleh Badan

dan/atau Perseorangan Swasta yang memenuhi syarat-syarat sebagai dimaksud dalam pasal 3

ayat (2), apabila berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dari segi ekonomi dan

perkembangan pertambangan lebih menguntungkan bagi Daerah apabila diusahakan oleh

pihak swasta.

Pasal 6

Dalam hal jumlah endapan bahan galian tersebut dalam pasal 2 ayat (1) huruf a sedemikian

kecilnya sehingga lebih menguntungkan jika diusahakan secara sederhana atau kecil-kecilan,

maka endapan bahan galian itu dapat diusahakan secara Pertambangan Rakyat.

Paragraf Ketiga

Pertambangan Bahan Galian Golongan b

Pasal 7

(1) Usaha pertambangan bahan galian tersebut dalam pasal 2 ayat (1) huruf b dilaksanakan

oleh:

a. Negara atau Daerah.

b. Badan atau Perseorangan Swasta yang memenuhi syarat-syarat sebagaimana

dimaksud dalam pasal 3 ayat (2).

Page 7: lembaran daerah kabupaten pacitan nomor 8 tahun 2009 peraturan ...

(2) Usaha pertambangan oleh negara atau daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

a pasal ini dapat dilaksanakan oleh:

a. Instansi Pemerintah yang ditunjuk;

b. Perusahaan Negara;

c. Perusahaan Daerah;

d. Perusahaan dengan modal bersama antara Negara/Perusahaan di satu pihak dan

Perusahaan Daerah di pihak lain

e. Perusahaan dengan modal bersama antara Negara/Perusahaan Negara dan/atau

Daerah/Perusahaan Daerah di satu pihak dengan Badan dan/atau Perseorangan

Swasta di pihak lain yang memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam

pasal 3 ayat (2).

Pasal 8

Dalam hal jumlah endapan bahan galian tersebut dalam pasal 2 ayat (1) huruf b sedemikian

kecilnya sehingga lebih menguntungkan jika diusahakan secara sederhana atau kecil-kecilan,

maka endapan bahan galian itu dapat diusahakan secara Pertambangan Rakyat.

Paragraf Keempat

Pertambangan Bahan Galian Golongan c

Pasal 9

Usaha pertambangan bahan galian tersebut dalam pasal 2 ayat (1) huruf c dilaksanakan oleh:

a. Instansi Pemerintah yang ditunjuk;

b. Perusahaan Negara;

c. Perusahaan Daerah;

d. Perusahaan dengan modal bersama antara Negara dan Daerah.

e. Koperasi;

f. Badan atau perseorangan swasta yang memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud

dalam pasal 3 ayat (2):

g. Perusahaan dengan modal bersama antara Negara dan/atau Daerah dengan Koperasi

dan/atau Badan/Perseorangan Swasta yang memenuhi syarat-syarat;

h. Pertambangan Rakyat.

Bagian Kedua

Penanaman Modal di Bidang Pertambangan

Paragraf Kesatu

Penanaman Modal Asing

Pasal 10

(1) Semua penanaman modal asing di bidang pertambangan dilaksanakan berdasarkan

Kontrak Karya.

(2) Setiap kontrak karya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapatkan

persetujuan DPRD.

(3) Ketentuan dan tata cara penanaman modal asing dilaksanakan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Paragraf Kedua

Penanaman Modal Dalam Negeri

Pasal 11

(1) Penanaman modal dalam negeri dilaksanakan berdasarkan:

a. PKP2B untuk bahan galian batubara;

Page 8: lembaran daerah kabupaten pacitan nomor 8 tahun 2009 peraturan ...

b. KP untuk bahan galian golongan b;

c. SIPD untuk bahan galian golongan c.

(2) Setiap kontrak karya dan PKP2B sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf

b, harus mendapatkan persetujuan DPRD.

(3) Ketentuan dan tata cara Penanaman modal dalam negeri dilaksanakan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku

Bagian Ketiga

Kerjasama Pengusahaan Pertambangan

Pasal 12

(1) Bupati dapat bekerjasama dengan pihak lain apabila diperlukan untuk melaksanakan

pekerjaan-pekerjaan yang dapat dilaksanakan sendiri oleh Instansi Pemerintah atau

Perusahaan Daerah yang bersangkutan selaku pemegang Kuasa Pertambangan atau Surat

Ijin Pertambangan Daerah.

(2) Dalam mengadakan kerjasama dengan pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Instansi Pemerintah atau Perusahaan Daerah harus berpegang pada pedoman-pedoman,

petunjuk-petunjuk dan syarat-syarat yang tercantum dalam ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

(3) Kerjasama pengusahaan pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan

dalam bentuk Perjanjian Kerjasama.

(4) Perjanjian Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus mendapatkan

persetujuan DPRD.

Pasal 13

(1) Selain kerjasama sebagaimana dimaksud dalam pasal 12, kerjasama pengusahaan

pertambangan dapat pula dilakukan dengan jalan penyertaan modal Pemerintah Daerah

kepada perusahaan pertambangan dan/atau bentuk kerjasama lainnya.

(2) Besarnya nilai Penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam

Peraturan Daerah.

(3) Bentuk kerjasama dalam rangka penyertaan modal dan/atau bentuk kerja sama lainnya

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam perjanjian kerjasama.

(4) Perjanjian Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus mendapatkan

persetujuan DPRD

(5) Ketentuan dan tata cara penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Keempat

Pertambangan Rakyat

Pasal 14

(1) Pertambangan Rakyat bertujuan memberikan kesempatan kepada rakyat setempat dalam

mengusahakan bahan galian untuk turut serta membangun di bidang pertambangan

dengan bimbingan Pemerintah Daerah.

(2) Pertambangan Rakyat hanya dilakukan oleh rakyat setempat yang memegang Surat Ijin

Pertambangan Rakyat(SIPR).

(3) Tata cara dan persyaratan ijin pertambangan rakyat diatur oleh Bupati.

Pasal 15

(1) Luas wilayah yang dapat diberikan untuk 1 (satu) Ijin pertambangan rakyat maksimal 5

(lima) hektar.

Page 9: lembaran daerah kabupaten pacitan nomor 8 tahun 2009 peraturan ...

(2) Untuk pemerataan usaha pertambangan rakyat, kepada perseorangan hanya dapat

diberikan 1 (satu) Ijin pertambangan rakyat dengan luas wilayah maksimal 1 (satu)

hektar.

(3) Kepada Koperasi setempat hanya dapat diberikan 1 (satu) Ijin pertambangan rakyat

dengan luas wilayah maksimal 5 (lima) hektar.

Pasal 16

(1) Syarat kedalaman sumuran dan terowongan yang diIjinkan pada usaha pertambangan

rakyat maksimal 25 (dua puluh lima) meter.

(2) Pada usaha pertambangan rakyat dapat menggunakan pompa mekanik, permesinan

dengan jumlah tenaga maksimal 25 (dua puluh lima) PK untuk 1 (satu) lokasi kegiatan

pertambangan rakyat.

(3) Dilarang menggunakan alat-alat berat dan bahan peledak.

(4) Pelaksanaan usaha pertambangan rakyat dilaksanakan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

BAB IV

USAHA PERTAMBANGAN

Pasal 17

Usaha pertambangan bahan-bahan galian meliputi:

a. penyelidikan umum.

b. eksplorasi;

c. eksploitasi;

d. pengolahan dan pemurnian;

e. pengangkutan;

f. penjualan.

BAB V

KUASA PERTAMBANGAN

Bagian Pertama

Umum

Pasal 18

(1) Untuk mengadakan peninjauan di lapangan sebelum usaha pertambangan dilakukan,

perusahaan / perseorangan harus mempunyai SKIP.

(2) Usaha pertambangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 hanya dapat dilakukan oleh

perusahaan atau perseorangan yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam

pasal 3 ayat (2), apabila kepadanya telah diberikan Kuasa Pertambangan (KP), Kontrak

Karya (KK), Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B), Surat Ijin

Pertambangan Daerah (SIPD).

(3) Kuasa Pertambangan (KP) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan dalam bentuk:

a. Surat Keputusan Penugasan Pertambangan (SKPP);

b. Surat Keputusan Ijin Pertambangan Rakyat (SIPR);

c. Surat Keputusan Pemberian Kuasa Pertambangan (SKPKP).

(4) Tata cara dan persyaratan penerbitan Kuasa Pertambangan diatur lebih lanjut oleh

Bupati.

Page 10: lembaran daerah kabupaten pacitan nomor 8 tahun 2009 peraturan ...

Bagian Kedua

Surat Keputusan Penugasan Pertambangan

Pasal 19

(1) Surat Keputusan Penugasan Pertambangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat

(2) huruf a merupakan penugasan kepada Instansi Pemerintah untuk melaksanakan usaha

pertambangan, memuat ketentuan-ketentuan pelaksanaan dari penugasan tersebut.

(2) Apabila dianggap perlu dalam penugasan termaksud pada ayat (1) pasal ini dapat

diberikan keringanan-keringanan terhadap kewajiban-kewajiban yang ditentukan dalam

Undang-undang Pokok Pertambangan dan peraturan-peraturan pelaksanaannya.

(3) Apabila dalam penugasan termaksud pada ayat (2) pasal ini tidak dicantumkan

ketentuan-ketentuan mengenai keringanan tersebut, maka ketentuan-ketentuan mengenai

Kuasa Pertambangan dalam Peraturan Pemerintah ini berlaku sepenuhnya.

(4) Surat Keputusan Penugasan Pertambangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

diberikan oleh Bupati.

Pasal 20

Surat Keputusan Penugasan Pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1)

dapat dibatalkan apabila:

a. usaha tersebut berubah menjadi suatu perusahaan pertambangan dan untuk ini perlu

dimintakan Surat Keputusan Pemberian Kuasa Pertambangan;

b. usaha tersebut tidak diteruskan.

Bagian Ketiga

Surat Keputusan Ijin Pertambangan Rakyat

Pasal 21

Ijin pertambangan rakyat diberikan untuk jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun dan

dalam hal diperlukan dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama.

Bagian Keempat

Surat Keputusan Pemberian Kuasa Pertambangan

Paragraf Kesatu

Isi Dan Sifat Surat Keputusan Pemberian Kuasa Pertambangan.

Pasal 22

(1) Pemegang Surat Keputusan Pemberian Kuasa Pertambangan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 18 ayat (2) huruf c, mempunyai wewenang untuk melakukan satu atau

beberapa usaha pertambangan yang ditentukan dalam Kuasa Pertambangan yang

bersangkutan.

(2) Surat Keputusan Pemberian Kuasa Pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat berupa:

a. Surat Keputusan Pemberian Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum;

b. Surat Keputusan Pemberian Kuasa Pertambangan Eksplorasi;

c. Surat Keputusan Pemberian Kuasa Pertambangan Eksploitasi;

d. Surat Keputusan Pemberian Kuasa Pertambangan Pengolahan dan Pemurnian;

e. Surat Keputusan Pemberian Kuasa Pertambangan Pengangkutan;

f. Surat Keputusan Pemberian Kuasa Pertambangan Penjualan.

(3) Ralat batas, ijin pengambilan sampel dan ijin ruah penjualan diatur lebih lanjut oleh

Bupati.

Page 11: lembaran daerah kabupaten pacitan nomor 8 tahun 2009 peraturan ...

Pasal 23

(1) Kuasa Pertambangan untuk melakukan usaha pertambangan penyelidikan umum disebut

Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum.

(2) Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum diberikan oleh Bupati untuk jangka waktu

paling lama 1 (satu) tahun atas permintaan yang bersangkutan.

(3) Bupati dapat memperpanjang jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)

sebanyak satu kali untuk jangka waktu 1 (satu) tahun atas permintaan yang bersangkutan

yang harus diajukan sebelum berakhirnya jangka waktu yang telah ditetapkan.

Pasal 24

(1) Kuasa Pertambangan untuk melakukan usaha pertambangan eksplorasi disebut Kuasa

Pertambangan Eksplorasi.

(2) Kuasa Pertambangan Eksplorasi diberikan oleh Bupati untuk jangka waktu paling lama 3

(tiga) tahun.

(3) Bupati dapat memperpanjang jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)

sebanyak 2 (dua) kali, setiap kalinya untuk jangka waktu 1 (satu) tahun atas permintaan

yang bersangkutan, yang harus diajukan sebelum berakhirnya jangka waktu yang telah

ditetapkan.

(4) Dalam hal pemegang Kuasa Pertambangan Eksplorasi telah menyatakan bahwa

usahanya akan dilanjutkan dengan usaha pertambangan eksploitasi, maka Bupati dapat

memberikan perpanjangan jangka waktu Kuasa Pertambangan Eksplorasi paling lama 3

(tiga) tahun lagi untuk pembangunan fasilitas eksploitasi pertambangan, atas permintaan

yang bersangkutan.

Pasal 25

(1) Kuasa Pertambangan untuk melakukan usaha pertambangan eksploitasi disebut Kuasa

Pertambangan Eksploitasi.

(2) Kuasa Pertambangan Eksploitasi diberikan oleh Bupati untuk jangka waktu paling lama

30 (tiga puluh) tahun, atas permintaan yang bersangkutan.

(3) Bupati dapat memperpanjang jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)

sebanyak 2 (dua) kali, setiap kalinya untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun atas

permintaan yang bersangkutan, yang harus diajukan sebelum berakhirnya jangka waktu

yang telah ditetapkan.

Pasal 26

(1) Kuasa Pertambangan untuk melakukan usaha pertambangan pengolahan dan pemurnian

disebut Kuasa Pertambangan Pengolahan dan Pemurnian.

(2) Kuasa Pertambangan Pengolahan dan Pemurnian diberikan oleh Bupati untuk jangka

waktu paling lama 30 (tiga puluh) tahun, atas permintaan yang bersangkutan.

(3) Bupati dapat memperpanjang jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)

setiap kalinya untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun atas permintaan yang

bersangkutan, yang harus diajukan sebelum berakhirnya jangka waktu yang telah

ditetapkan.

Pasal 27

(1) Kuasa Pertambangan untuk melakukan usaha pertambangan pengangkutan dan

penjualan disebut Kuasa Pertambangan Pengangkutan dan penjualan.

(2) Kuasa Pertambangan Pengangkutan dan penjualan diberikan oleh Bupati untuk jangka

waktu paling lama 10 (sepuluh) tahun.

(3) Bupati dapat memperpanjang jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)

setiap kalinya untuk jangka waktu 5 (lima) tahun atas permintaan yang bersangkutan,

yang harus diajukan sebelum berakhirnya jangka waktu yang telah ditetapkan.

Page 12: lembaran daerah kabupaten pacitan nomor 8 tahun 2009 peraturan ...

Paragraf Kedua

Tata Cara Memperoleh Surat Keputusan Pemberian Kuasa Pertambangan

Pasal 28

(1) Permintaan Surat Keputusan Pemberian Kuasa Pertambangan diajukan sesuai dengan

bentuk yang ditetapkan oleh Bupati dengan ketentuan sebagai berikut:

a. untuk satu wilayah Kuasa Pertambangan harus diajukan satu permintaan tersendiri;

b. lapangan-lapangan yang terpisah tidak dapat diminta sebagai satu wilayah Kuasa

Pertambangan.

(2) Dalam permintaan Surat Keputusan Pemberian Kuasa Pertambangan Penyelidikan

Umum, Eskplorasi atau Eksploitasi harus dilampirkan peta wilayah Kuasa

Pertambangan yang diminta dengan penunjukan batas-batasnya yang jelas dengan

ketentuan bahwa khusus mengenai permintaan Kuasa Pertambangan Eksplorasi atau

Eksploitasi peminta harus pula menyebutkan jenis bahan galian yang akan diusahakan.

(3) Peta sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), untuk:

a. Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum adalah peta bagan dengan skala sekecil-

kecilnya 1: 200.000 (satu berbanding dua ratus ribu);

b. Kuasa Pertambangan Eksplorasi adalah peta bagan dengan skala sekecil-kecilnya 1:

50.000 (satu berbanding lima puluh ribu); dan

c. Kuasa Pertambangan Eksploitasi adalah peta bagan dengan skala sekecil-kecilnya

1: 10.000 (satu berbanding sepuluh ribu).

(4) Peta Kuasa Pertambangan Eksploitasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf c

harus menjelaskan dan menunjukan:

a. ukuran arah astronomis dan jarak dari titik batas wilayah Kuasa Pertambangan yang

tidak boleh melebihi 500 (lima ratus) meter;

b. bahwa salah satu titik batas harus dihubungkan dengan salah satu titik triangulasi

atau titik induk tetap lainnya yang tergambar dalam peta dasar yang dikeluarkan

oleh instansi yang berwenang dalam bidang topografi;

c. tempat terdapatnya bahan galian diukur dari salah satu titik batas wilayah Kuasa

Pertambangan; dan

d. gambar letak wilayah Pertambangan Rakyat jika ada.

Pasal 29

Dengan mengajukan permintaan Surat Keputusan Pemberian Kuasa Pertambangan, maka

peminta dengan sendirinya menyatakan telah memilih domisili pada Kantor Kepaniteraan

Pengadilan Negeri Pacitan.

Pasal 30

(1) Untuk menjamin terlaksananya usaha pertambangan tersebut, Bupati berwenang untuk

meminta dan menilai pembuktian kesanggupan dan kemampuan dari pemohon Kuasa

Pertambangan yang bersangkutan.

(2) Kuasa Pertambangan tidak dapat dipergunakan semata-mata sebagai unsur permodalan

dalam menarik kerja sama dengan pihak ketiga.

Pasal 31

Apabila Surat Keputusan Pemberian Kuasa Pertambangan Eksplorasi dan atau Surat

Keputusan Pemberian Kuasa Pertambangan Eksploitasi diajukan atas wilayah yang sama

oleh beberapa perusahaan swasta, maka yang pertama-tama akan mendapat penyelesaian

ialah yang terlebih dahulu mengajukan permintaannya, dengan ketentuan pengutamaan

diberikan kepada Badan Koperasi.

Page 13: lembaran daerah kabupaten pacitan nomor 8 tahun 2009 peraturan ...

Pasal 32

(1) Mereka yang mempunyai hak atas tanah dan/atau mereka yang berkepentingan akan

mendapat kerugian karena adanya pemberian Kuasa Pertambangan, dapat mengajukan

keberatan kepada Bupati dimana usaha pertambangan itu berada paling lambat dalam

jangka waktu 3 (tiga) bulan sesudah dikeluarkannya Kuasa Pertambangan.

(2) Jika dalam jangka waktu paling lambat 4 (empat) bulan setelah tanggal dikeluarkannya

Kuasa Pertambangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Bupati tidak menerima

pernyataan keberatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka masyarakat yang

bersangkutan dianggap telah menyatakan tidak adanya keberatan atas penerbitan Kuasa

Pertambangan.

Paragraf Keempat

Wilayah Kuasa Pertambangan

Pasal 33

(1) Pekerjaan usaha pertambangan berdasarkan suatu Kuasa Pertambangan tidak boleh

dilakukan di tempat yang dinyatakan sebagai wilayah tertutup untuk kepentingan umum,

pada lapangan sekitar lapangan-lapangan dan bangunan-bangunan pertahanan, dan di

tempat-tempat yang secara khusus ditentukan Bupati.

(2) Untuk tempat-tempat yang sebelum ada penetapan Bupati telah dinyatakan sebagai

wilayah yang tertutup untuk kepentingan umum oleh instansi lain, maka penambangan

bahan galian hanya dapat dilakukan atas Ijin Bupati dengan mengingat pendapat dan

pertimbangan dari instansi/pihak yang bersangkutan.

(3) Dalam melakukan usaha pertambangan berdasarkan suatu kuasa pertambangan, maka

Pertambangan Rakyat yang telah ada tidak boleh diganggu, kecuali bilamana Bupati

menetapkan lain demi kepentingan Daerah.

(4) Wilayah pekerjaan usaha pertambangan berdasarkan suatu kuasa pertambangan tidak

meliputi:

a. tempat-tempat kuburan, tempat-tempat yang dianggap suci, pekerjaan-pekerjaan

umum, misalnya jalan-jalan umum, jalan kereta api, saluran air, listrik, gas dan

sebagainya.

b. tempat-tempat pekerjaan usaha pertambangan lain;

c. bangunan-bangunan, rumah tempat tinggal atau pabrik- pabrik beserta tanah-tanah

pekarangan sekitarnya, kecuali dengan Ijin yang berkepentingan.

(5) Berdasarkan pertimbangan demi kepentingan umum, bupati dapat menutup sebagian

atau seluruhnya wilayah pertambangan umum yang sedang diusahakan.

Pasal 34

Suatu wilayah Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum, Kuasa Pertambangan Eksplorasi

dan Kuasa Pertambangan Eksploitasi diberikan dalam proyeksi tegak lurus dari sebidang

tanah yang luasnya ditentukan pada pemberian Kuasa Pertambangan yang bersangkutan.

Pasal 35

(1) Luas wilayah yang dapat diberikan untuk satu Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum

tidak boleh melebihi 5.000 (lima ribu) hektar.

(2) Luas wilayah yang dapat diberikan untuk satu Kuasa Pertambangan Eksplorasi tidak

boleh melebihi 2.000 (dua ribu) hektar.

(3) Luas wilayah yang dapat diberikan untuk satu Kuasa Pertambangan Eksploitasi tidak

boleh melebihi 1.000 (seribu) hektar.

Page 14: lembaran daerah kabupaten pacitan nomor 8 tahun 2009 peraturan ...

Pasal 36

Untuk mendapat satu Kuasa Pertambangan yang luas wilayahnya melebihi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 36, pemohon Kuasa Pertambangan harus terlebih dahulu mendapat

ijin khusus dari Bupati sesuai kewenangannya.

Pasal 37

(1) Jumlah luas wilayah beberapa Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum yang dapat

diberikan kepada satu badan atau seorang Pemegang Kuasa Pertambangan tidak boleh

melebihi 25.000 (dua puluh lima ribu) hektar.

(2) Jumlah luas wilayah beberapa Kuasa Pertambangan Eksplorasi yang dapat diberikan

kepada satu badan atau seorang Pemegang Kuasa Pertambangan tidak boleh

melebihi10.000 (sepuluh ribu) hektar.

(3) Jumlah luas wilayah beberapa Kuasa Pertambangan Eksploitasi yang dapat diberikan

kepada satu badan atau seorang Pemegang Kuasa Pertambangan tidak boleh melebihi

5.000 (lima ribu) hektar.

(4) Untuk mendapat jumlah luas wilayah beberapa Kuasa Pertambangan yang melebihi

luas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), pemohon Kuasa

Pertambangan harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Bupati.

Pargraf Kelima

Pemindahan Kuasa Pertambangan

Pasal 38

(1) Kuasa Pertambangan dapat dipindahkan kepada badan/orang lain dengan Ijin Bupati.

(2) Ijin Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat diberikan jika pihak yang

akan menerima Kuasa Pertambangan tersebut memenuhi syarat-syarat yang ditentukan

dalam peraturan perundang-undangan.

(3) Apabila perorangan yang memegang Kuasa Pertambangan meninggal dan para ahli

warisnya tidak memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), maka

Bupati, Kuasa Pertambangan tersebut dapat dipindahkan kepada badan atau orang lain

yang telah memenuhi syarat-syarat.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemindahan kuasa pertambangan diatur oleh Bupati.

Pasal 39

Dalam pemindahan Kuasa Pertambangan dapat diperhitungkan harga dan nilai dari modal,

alat perusahaan, jasa usaha yang telah ditanamkan atau yang telah dikeluarkan untuk

melaksanakan Kuasa Pertambangan tersebut.

Paragraf Keenam

Hak Dan Kewajiban Pemegang Kuasa Pertambangan

Pasal 40

(1) Pemegang Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum yang menemukan suatu bahan

galian dalam wilayah Kuasa Pertambangannya, mendapat prioritas pertama untuk

memperoleh Kuasa Pertambangan Eksplorasi atas bahan galian tersebut.

(2) Pemegang Kuasa Pertambangan Eksplorasi yang telah membuktikan hasil baik

eksplorasinya atas bahan galian yang disebutkan dalam Kuasa Pertambangannya,

mendapat hak tunggal untuk memperoleh Kuasa Pertambangan Eksploitasi atas bahan

galian tersebut.

Page 15: lembaran daerah kabupaten pacitan nomor 8 tahun 2009 peraturan ...

(3) Apabila pemegang Kuasa Pertambangan Eksplorasi dan atau Kuasa Pertambangan

Eksploitasi menemukan bahan galian lain yang tidak disebutkan dalam Kuasa

Pertambangannya, maka kepadanya diberikan prioritas pertama untuk memperoleh

Kuasa Pertambangan Eksplorasi dan atau Kuasa Pertambangan Eksploitasi atas bahan

galian lain tersebut.

(4) Untuk memperoleh Kuasa Pertambangan dengan prioritas pertama atau hak tunggal

sebagaimana dimaksud pada ayat-ayat (1), (2) dan (3) pasal ini, maka:

a. Pemegang Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum harus sudah mengajukan

permintaan Kuasa Pertambangan Eksplorasi sebelum berakhir jangka waktu Kuasa

Pertambangan Penyelidikan Umumnya;

b. Pemegang Kuasa Pertambangan Eksplorasi harus sudah mengajukan permintaan

Kuasa Pertambangan Eksploitasi sebelum berakhir jangka waktu Kuasa

Pertambangan Eksplorasinya;

c. Pemegang Kuasa Pertambangan Eksplorasi dan atau Kuasa Pertambangan

Eksploitasi harus sudah mengajukan permintaan Kuasa Pertambangan Eksplorasi

dan atau Eksploitasi atas bahan galian lain tersebut, sebelum berakhir jangka waktu

Kuasa Pertambangan Eksplorasi dan/atau Kuasa Pertambangan Eksploitasinya.

Pasal 41

(1) Pemegang Kuasa Pertambangan Eksplorasi berhak melakukan segala usaha untuk

mendapatkan kepastian tentang adanya jumlah kadar, sifat dan nilai bahan galian,

dengan mempergunakan peralatan teknik pertambangan sebaik-baiknya.

(2) Pengangkutan dan penjualan hasil-hasil eksplorasi baru dapat dilakukan apabila telah

diperoleh Kuasa Pertambangan Pengangkutan dan Kuasa Pertambangan Penjualan atau

Ijin khusus dari Bupati.

Pasal 42

(1) Sebelum memulai usahanya, pemegang Kuasa Pertambangan Eksploitasi terlebih

dahulu harus melaporkan rencana usaha penggalian serta target produksinya kepada

Bupati atau pejabat yang ditunjuk.

(2) Pemegang Kuasa Pertambangan Eksploitasi berhak dalam batas-batas ketentuan usaha

pertambangan yang dapat dipertanggungjawabkan melakukan segala usaha untuk

menghasilkan bahan galian yang disebutkan dalam Kuasa Pertambangannya.

(3) Apabila Kuasa Pertambangan Eksploitasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak

sekaligus meliputi Kuasa Pertambangan Pengolahan dan Pemurnian, serta

Pengangkutan dan Penjualan, maka untuk usaha pertambangan pengolahan dan

pemurnian, dan usaha pengangkutan dan penjualan masing-masing harus dimintakan

suatu Kuasa Pertambangan.

Pasal 43

Kepada pemegang Kuasa Pertambangan yang dalam melakukan usaha pertambangannya

mendapat bahan galian lain yang terdapat bersamaan dalam endapan yang bersangkutan,

diberikan prioritas pertama untuk memperoleh Kuasa Pertambangan atas bahan galian lain

tersebut dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 44

(1) Pemegang Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum yang sebelum berakhir jangka

waktu Kuasa Pertambangannya sudah mengajukan permintaan Kuasa Pertambangan

Eksplorasi tetapi belum mendapat keputusan, maka sambil menunggu dikeluarkannya

keputusan tersebut diperkenan-kan melanjutkan usaha pertambangan penyelidikan

umum dalam wilayah seluas wilayah Kuasa Pertambangan Eksplorasi yang dimintanya

untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun lagi, dalam jangka waktu mana Bupati

Page 16: lembaran daerah kabupaten pacitan nomor 8 tahun 2009 peraturan ...

harus sudah mengeluarkan keputusan diterima atau ditolaknya permintaan Kuasa

Pertambangan Eksplorasi tersebut.

(2) Pemegang Kuasa Pertambangan Eksplorasi yang sebelum berakhir jangka waktu Kuasa

Pertambangannya sudah mengajukan permintaan perpanjangan Kuasa Pertam-bangan

Eksplorasi tetapi belum mendapat keputusan, maka sambil menunggu dikeluarkannya

keputusan tersebut diperkenankan melanjutkan usaha pertambangan eksplorasi dalam

wilayah Kuasa Pertambangannya untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun lagi,

dalam jangka waktu mana Bupati harus sudah mengeluarkan keputusan diterima atau

ditolaknya permintaan perpanjangan tersebut.

(3) Pemegang Kuasa Pertambangan Eksplorasi yang sebelum berakhir jangka waktu Kuasa

Pertambangannya sudah mengajukan permintaan Kuasa Pertambangan Eksploitasi

tetapi belum mendapat keputusan, maka sambil menunggu dikeluarkannya keputusan

tersebut diperkenankan melanjutkan kegiatan eksplorasi untuk jangka waktu paling

lama 2 (dua) tahun lagi, dalam jangka waktu mana Bupati harus sudah mengeluarkan

keputusan diterima atau ditolaknya permintaan Kuasa Pertambangan Eksploitasi

tersebut.

(4) Pemegang Kuasa Pertambangan Eksploitasi yang sebelum berakhir jangka waktu

Kuasa Pertambangannya sudah mengajukan permintaan perpanjangan Kuasa

Pertambangan Eksploitasi tetapi belum mendapat keputusan, maka sambil menunggu

dikeluarkannya keputusan tersebut diperkenankan melanjutkan usaha pertambangan

eksploitasi dalam wilayah Kuasa Pertambangannya untuk jangka waktu paling lama 2

(dua) tahun lagi, dalam jangka waktu mana Bupati harus sudah mengeluarkan

keputusan diterima atau ditolaknya permintaan perpanjangan tersebut.

(5) Pemegang Kuasa Pertambangan Pengolahan dan Pemurnian yang sebelum berakhir

jangka waktu Kuasa Pertambangannya sudah mengajukan permintaan perpanjangan

Kuasa Pertambangan Pengolahan dan Pemurnian tetapi belum mendapat keputusan,

maka sambil menunggu dikeluarkannya keputusan tersebut diperkenankan melanjutkan

usaha pertambangan pengolahan dan pemurnian yang telah diperolehnya untuk jangka

waktu paling lama 2 (dua) tahun lagi, dalam jangka waktu mana Bupati harus sudah

mengeluarkan keputusan diterima atau ditolaknya permintaan perpanjangan tersebut.

(6) Para pemegang Kuasa Pertambangan Pengangkutan dan Penjualan yang sebelum

berakhir jangka waktu Kuasa Pertambangannya sudah mengajukan permintaan

perpanjangan Kuasa Pertambangan Pengangkutan dan Penjualan tetapi belum

mendapat keputusan, maka sambil menunggu dikeluarkannya keputusan tersebut

diperkenankan melanjutkan usaha pertambangan pengangkutan dan usaha

pertambangan penjualan yang telah diperolehnya untuk jangka waktu paling lama 1

(satu) tahun lagi, dalam jangka waktu mana Bupati harus sudah mengeluarkan

keputusan diterima atau ditolaknya permintaan per-panjangan tersebut.

Pasal 45

(1) Apabila terdapat suatu keadaan memaksa yang tidak dapat diperkirakan terlebih dahulu,

sehingga pekerjaan dalam suatu wilayah Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum,

Kuasa Pertambangan Eksplorasi dan atau Kuasa Pertambangan Eksploitasi terpaksa

dihentikan seluruhnya atau sebagian, maka Bupati dapat menentukan tenggang

waktu/moratorium yang diperhitungkan dalam jangka waktu Kuasa Pertambangan atas

permintaan pemegang Kuasa Pertambangan yang bersangkutan.

(2) Dalam tenggang waktu/moratorium sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), hak dan

kewajiban pemegang Kuasa Pertambangan tidak berlaku.

(3) Bupati mengeluarkan keputusan mengenai tenggang waktu/moratorium tersebut dengan

memperhatikan pertimbangan dinas teknis terkait.

(4) Bupati harus mengeluarkan keputusan diterima atau ditolaknya permintaan tenggang

waktu/moratorium sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dalam jangka waktu paling

lambat 6 (enam) bulan sesudah diajukannya permintaan tersebut.

Page 17: lembaran daerah kabupaten pacitan nomor 8 tahun 2009 peraturan ...

Pasal 46

(1) Pemegang Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum diwajibkan menyampaikan

laporan mengenai hasil penyelidikannya kepada Bupati secara berkala setiap 3 (tiga)

bulan sekali.

(2) Disamping kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Pemegang Kuasa

Pertambangan Penyelidikan Umum diwajibkan pula menyampaikan laporan mengenai

hasil seluruh penyelidikannya kepada Bupati paling lambat 3 (tiga) bulan sesudah

berakhirnya jangka waktu Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umumnya.

Pasal 47

(1) Pemegang Kuasa Pertambangan Eksplorasi diwajibkan menyampaikan laporan

triwulan dan tahunan mengenai hasil penyelidikannya kepada Bupati.

(2) Disamping kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pemegang Kuasa

Pertambangan Eksplorasi diwajibkan pula menyampaikan laporan seluruh hasil

eksplorasinya kepada Bupati paling lambat 6 (enam) bulan sesudah berakhirnya jangka

waktu Kuasa Pertambangan Eksplorasinya.

Pasal 48

(1) Dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sesudah diperolehnya Kuasa Pertambangan

Eksploitasi, pemegang Kuasa Pertambangan yang bersangkutan diwajibkan

memberikan batas pada wilayah termaksud dalam Kuasa Pertambangannya dengan

membuat tanda-tanda batas yang jelas.

(2) Pembuatan tanda batas termaksud pada ayat (1) pasal ini harus sudah selesai sebelum

dimulai usaha pertambangan eksploitasi tersebut.

Pasal 49

(1) Pemegang Kuasa Pertambangan Eksploitasi diwajibkan menyampaikan laporan

triwulan dan tahunan mengenai perkembangan kegiatan yang telah dilakukannya

kepada Bupati.

(2) Para pemegang Kuasa Pertambangan Pengolahan dan Pemurnian, Kuasa Pertambangan

Pengangkutan, dan Penjualan, diwajibkan menyampaikan laporan triwulan dan

tahunan mengenai perkembangan kegiatan yang telah dilakukannya kepada Bupati.

Pasal 50

(1) Pemegang Kuasa Pertambangan, Kontrak Karya, PKP2B, SIPD sesuai dengan tapan

dan skala usahanya wajib untuk melaksanakan program pengembangan masyarakat

dan pengembangan wilayah (community development) pada masyarakat setempat dan

sekitarnya yang meliputi pengembangan sumber daya manusia, kesehatan dan

pertumbuhan ekonomi.

(2) Tata cara dan persyaratannya diatur lebih lanjut oleh Bupati.

Pasal 51

(1) Kepada pemegang Kuasa Pertambangan diberikan prioritas untuk melakukan

pembangunan prasarana yang diperlukan bagi pelaksanaan usaha pertambangannya.

(2) Pembangunan prasarana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi syarat-

syarat yang ditentukan oleh dinas teknis yang bersangkutan.

(3) Dalam hal berbagai macam pemegang Kuasa Pertambangan mempunyai

kepentingan yang bersamaan atas pembangunan prasarana sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2), maka pelaksanaannya dilakukan

atas dasar musyawarah.

Page 18: lembaran daerah kabupaten pacitan nomor 8 tahun 2009 peraturan ...

(4) Bilamana tidak dicapai kata sepakat mengenai hal sebagaimana dimaksud

pada ayat (3), maka keputusan terakhir ditetapkan oleh Bupati.

(5) Setiap pemegang Kuasa Pertambangan diwajibkan untuk memberikan kesempatan

kepada pemegang Kuasa Per-tambangan lain di dalam wilayah Kuasa Pertambangannya

guna mendirikan/membangun saluran-saluran air dan penjernihan udara dan hal-hal lain

yang bersangkutan, yang diperlukan dalam pelaksanaan usaha pertam bangannya, tanpa

merugikan satu sama lain.

Paragraf Ketujuh

Berakhirnya Kuasa Pertambangan

Pasal 52

Kuasa pertambangan berakhir:

a. Karena dikembalikan;

b. Karena dibatalkan;

c. Karena habis waktunya.

Pasal 53

(1) Pemegang kuasa pertambangan dapat menyerahkan kembali kuasa pertambangannya

dengan pernyataan tertulis kepada Bupati.

(2) Pernyataan tertulis yang dimaksud data ayat (1) pasal ini disertai dengan Laporan dan

alasan-alasannya yang cukup apa sebabnya pernyataan itu disampaikan.

(3) Pengembalian kuasa pertambangan dinyatakan sah setelah disetujui oleh Bupati.

Pasal 54

Kuasa Pertambangan Eksplorasi dapat dibatalkan oleh Bupati dalam hal-hal tersebut di

bawah ini:

a. Jika ternyata pekerjaannya belum dimulai dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sesudah

pemberian Kuasa Pertambangan tersebut;

b. Atas permintaan pemilik tanah atau pihak ketiga, jika pekerjaan dimulai sebelum

dibayar sejumlah ganti rugi atau sebelum diberikan jaminan sebagaimana dimaksud

dalam peraturan Perundang-undangan yang berlaku;

c. Terdapat kekeliruan dalam penentuan koordinat batas wilayah, sebagai akibat

kesalahan/revisi dari pemohon;

d. Adanya pelanggaran teknis yang dipandang dapat mengancam/membahayakan

lingkungan hidup;

e. Melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku;

f. Tidak mematuhi dan atau mengindahkan petunjuk yang diberikan oleh pejabat yang

berwenang mengenai penyelenggaraan usaha pertambangan dan atau tidak

mengindahkan kewajiban-kewajiban yang tercantum dalam Surat Keputusan

Pemberian Kuasa Pertambangan Eksplorasi;

g. Dibatalkan Bupati demi untuk kepentingan Negara dan Umum.

Pasal 55

(1) Dengan pemberitahuan 6 (enam) bulan sebelumnya, Bupati dapat membatalkan Kuasa

Pertambangan Eksploitasi dalam hal-hal tersebut di bawah ini:

a. jika ternyata pekerjaan persiapan eksploitasi belum dimulai dalam jangka waktu 6

(enam) bulan sesudah pemberian Kuasa Pertambangan tersebut;

b. jika ternyata pekerjaan eksploitasi belum dimulai dalam jangka waktu 1 (satu)

tahun sesudah pemberian Kuasa Pertambangan tersebut;

c. atas permintaan pemilik tanah atau pihak ketiga, jika pekerjaannya dimulai sebelum

dibayar sejumlah ganti rugi atau sebelum diberikan jaminan sebagaimana dimaksud

dalam peraturan Perundang-undangan yang berlaku;

Page 19: lembaran daerah kabupaten pacitan nomor 8 tahun 2009 peraturan ...

d. jika ternyata pemegang Kuasa Pertambangan tanpa pemberitahuan kepada Bupati

telah meninggalkan usaha pertambangannya lebih dari 6 (enam) bulan;

e. jika pemegang Kuasa Pertambangan tidak menyetorkan jaminan reklamasi dan

tidak melakukan kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

f. Terdapat kekeliruan dalam penentuan koordinat batas wilayah, sebagai akibat

kesalahan/revisi dari pemohon;

g. Adanya pelanggaran teknis yang dipandang dapat mengancam/membahayakan

lingkungan hidup;

h. Melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku;

i. Tidak mematuhi dan atau mengindahkan petunjuk yang diberikan oleh pejabat yang

berwenang mengenai penyelenggaraan usaha pertambangan dan atau tidak

mengindahkan kewajiban-kewajiban yang tercantum dalam Surat Keputusan

Pemberian Kuasa Pertambangan Eksploitasii;

j. Dibatalkan Bupati demi untuk kepentingan Negara dan Umum.

(2) Pembatalan Kuasa Pertambangan Eksploitasi dilakukan setelah diberikan kesempatan

kepada pemegang Kuasa Pertambangan untuk membela kepentingannya.

(3) Pembelaan kepentingan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus dikemukakan

dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah pemberitahuan Bupati mengenai maksud

akan dibatalkannya Kuasa Pertambangan Eksploitasi tersebut.

Pasal 56

Kuasa Pertambangan Pengolahan dan Pemurnian, Kuasa Pertambangan Pengangkutan, dan

Kuasa Pertambangan Penjualan, dibatalkan oleh Bupati dalam hal-hal tersebut di bawah ini:

a. jika ternyata pemegang Kuasa Pertambangan tidak memenuhi syarat yang ditetapkan

dalam Surat Keputusan Pemberian Kuasa Pertambangan yang bersangkutan;

b. jika Pemegang Kuasa Pertambangan tidak memenuhi petunjuk yang diberikan oleh

Bupati kepadanya atau tidak memenuhi kewajibannya.

c. Terdapat kekeliruan dalam penentuan koordinat batas wilayah, sebagai akibat

kesalahan/revisi dari pemohon;

d. Adanya pelanggaran teknis yang dipandang dapat mengancam/membahayakan

lingkungan hidup;

e. Melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku;

f. Tidak mematuhi dan atau mengindahkan petunjuk yang diberikan oleh pejabat yang

berwenang mengenai penyelenggaraan usaha pertambangan dan atau tidak

mengindahkan kewajiban-kewajiban yang tercantum dalam Surat Keputusan Pemberian

Kuasa Pertambangan Pengolahan dan Pemurnian;

g. Dibatalkan Bupati demi untuk kepentingan Negara dan Umum.

Pasal 57

Pemegang Kuasa Pertambangan diwajibkan mengembalikan bagian-bagian dari wilayah

Kuasa Pertambangannya apabila tidak diperlukan lagi dan cara pengembalian tersebut

ditentukan dalam masing-masing Kuasa Pertambangannya.

Pasal 58

(1) Apabila waktu yang ditentukan dalam suatu kuasa pertambangan telah berakhir,

sedangkan untuk kuasa pertambangan tersebut tidak diberikan perpanjangan maka

kuasa pertambangan tersebut berakhir menurut hukum.

(2) Apabila dalam jangka waktu yang ditentukan dalam pemberian Kuasa Pertambangan

yang bersangkutan tidak diajukan permintaan Kuasa Pertambangan lain atau

permintaan perpanjangan, maka berakhirlah Kuasa Pertambangan tersebut dan segala

usaha pertambangan harus dihentikan.

Page 20: lembaran daerah kabupaten pacitan nomor 8 tahun 2009 peraturan ...

Paragraf Kedelapan

Hak Milik Pada Bekas Wilayah Kuasa Pertambangan

Pasal 59

(1) Paling lambat dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sesudah Kuasa Pertambangan

Penyelidikan Umum berakhir, atau 6 (enam) bulan sesudah Kuasa Pertambangan

Eksplorasi berakhir atau 1 (satu) tahun sesudah Kuasa Pertambangan Eksploitasi

berakhir, Bupati menetapkan jangka waktu dimana kepada Pemegang Kuasa

Pertambangan yang bersangkutan diberikan kesempatan terakhir untuk mengangkat

keluar segala sesuatu yang menjadi miliknya yang masih terdapat dalam bekas wilayah

Kuasa Pertambangannya, kecuali benda-benda dan bangunan-bangunan yang telah

dipergunakan untuk kepentingan umum sewaktu Kuasa Pertambangan yang

bersangkutan masih berlaku. Segala sesuatu yang belum diangkat keluar setelah

lampaunya jangka waktu tersebut, menjadi milik Daerah.

(2) Dalam hal Bupati tidak menentukan jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1), maka paling lambat dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sesudah Kuasa

Pertambangan Penyelidikan Umum berakhir, atau 1 (satu) tahun sesudah Kuasa

Pertambangan Eksplorasi berakhir, atau 2 (dua) tahun sesudah Kuasa Pertambangan

Eksploitasi berakhir, segala sesuatu yang belum diangkat keluar dari bekas wilayah

Kuasa Pertambangan yang bersangkutan menjadi milik Daerah karena hukum, dan

berada di bawah pengawasan Bupati.

(3) Dalam hal hak milik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak dipergunakan untuk

kepentingan umum dan tidak dapat diangkat keluar dari bekas wilayah Kuasa

Pertambangan yang bersangkutan, maka oleh Bupati dapat diberikan Ijin khusus untuk

memindahkan hak milik tersebut kepada pihak lain.

(4) Sebelum meninggalkan bekas wilayah Kuasa Pertambangannya, baik karena

pembatalan maupun karena hal yang lain, pemegang Kuasa Pertambangan harus

terlebih dahulu melakukan usaha-usaha pengamanan terhadap benda-benda maupun

bangunan-bangunan dan keadaan tanah di sekitarnya yang dapat membahayakan

keamanan umum.

(5) Bupati dapat menetapkan pengaturan keamanan bangunan dan pengendalian keadaan

tanah yang harus dipenuhi dan ditaati oleh pemegang Kuasa Pertambangan sebelum

meninggalkan bekas wilayah Kuasa Pertambangannya.

BAB V

SURAT IJIN PERTAMBANGAN DAERAH.

Pasal 60

(1) Dalam hal pengelolaan pertambangan bahan galian yang tidak termasuk dalam

golongan bahan galian vital dan golongan bahan galian strategis sebagaimana dimaksud

pada pasal 2 ayat (4), Kuasa Pertambangan yang dikeluarkan untuk melaksanakan

usaha pertambangan disebut Surat lzin Pertambangan Daerah atau SIPD.

(2) SIPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:

a. Surat Ijin Pertambangan Daerah (SIPD) penyelidikan umum;

b. Surat Ijin Pertambangan Daerah (SIPD) eksplorasi :

c. Surat Ijin Pertambangan Daerah (SIPD) eksploitasi;

d. Surat Ijin Pertambangan Daerah (SIPD) Pengolahan dan Pemurnian;

e. Surat Ijin Pertambangan Daerah (SIPD) Pengangkutan

f. Surat Ijin Pertambangan Daerah (SIPD) Penjualan

(3) Tata cara dan persyaratannya diatur lebih lanjut oleh Bupati.

Page 21: lembaran daerah kabupaten pacitan nomor 8 tahun 2009 peraturan ...

BAB VI

PENCADANGAN WILAYAH

Bagian Pertama

Umum

Pasal 61

(1) Untuk mendapatkan wilayah pertambangan, setiap pemohon KK, PKP2B, KP, atau

SIPD, harus terlebih dahulu mengajukan pencadangan wilayah kepada Bupati atau

pejabat yang ditunjuk.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pencadangan wilayah sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diatur oleh Bupati.

Bagian Kedua

Prinsip Dasar Pencadangan Wilayah Pertambangan

Pasal 62

(1) Penyelenggaraan pelayanan pencadangan wilayah pertambangan dilakukan dengan

menggunakan Sistem Informasi Wilayah Pertambangan yang terintegrasi.

(2) Sistem Informasi Wilayah Pertambangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dimaksudkan untuk penyeragaman mengenai :

a. Sistem koordinat

b. Peta Dasar Wilayah Pertambangan

c. Peta Wilayah Pertambangan

d. Tatacara Pencadangan Wilayah

(3) Wilayah pertambangan harus berpedoman pada tata ruang.

Bagina Ketiga

Sistem Informasi Wilayah Pertambangan (SIWP)

Pasal 63

(1) SIWP merupakan suatu sistem database Wilayah Pertambangan yang memuat

informasi seluruh wilayah eks, wilayah pertambangan KP/KK/PKP2B/SIPD/SIPR,

status wilayah dan gambaran umum situasi daerah.

(2) SIWP sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan menerapkan teknologi

Sistem Informasi Geografi (SIG) yang bersifat universal.

Pasal 64

(1) Peta Dasar Wilayah Pertambangan digunakan sebagai dasar bagi pengujian dan

pemetaan wilayah usaha pertambangan umum.

(2) Peta Dasar Wilayah Pertambangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan

peta digital SIWP yang berpedoman pada peta Rupa Bumi/Topografi dan sistem

penomoran lembar peta secara nasional dengan skala yang memadai.

Pasal 65

(1) Wilayah Pertambangan wajib dibatasi oleh garis yang sejajar dengan garis-garis lintang

dan garis-garis bujur dengan kelipatan sepersepuluh detik (0,1”) serta menggunakan

sistem koordinat geografis.

(2) Peta Wilayah Pertambangan wajib menggambarkan batas dan luas Wilayah

Pertambangan, lokasi administratif, tanggal penerbitan peta, jenis perIjinan/bentuk

perijinan, informasi status lahan serta dilampiri daftar koordinat batas wilayah.

Page 22: lembaran daerah kabupaten pacitan nomor 8 tahun 2009 peraturan ...

(3) Situasi daerah yang tertera dalam Peta Dasar Wilayah Pertambangan dan Peta Wilayah

Pertambangan merupakan gambaran umum wilayah dan batas wilayah yang berlaku

berdasarkan koordinat yang tertera dalam daftar koordinat.

Pasal 66

(1) Sistem koordinat pemetaan Wilayah Pertambangan menggunakan Datum Geodesi

Nasional 1995 (DGN-95) yang mempunyai nilai parameter sama dengan parameter

Ellipsoid Word geodetic System 1984 (EWGS84).

(2) Perwujudan DGN-95 sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berupa Jaring Kontrol

Horisontal Nasional (JKHN) orde nol dan kerangka kerapatannya.

Bagian Keempat

Tata Cara Pencadangan Wilayah Pertambangan

Pasal 67

(1) Permohonan Pencadangan Wilayah Pertambangan diajukan kepada Bupati atau Pejabat

yang ditunjuk.

(2) Pelaksanaan pelayanan Pencadangan Wilayah Pertambangan wajib menerapkan sistem

permohoan pertama yang telah memenuhi persyaratan mendapat prioritas pertama

untuk mendapatkan Wilayah Pertambangan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pencadangan wilayah akan diatur oleh

Bupati.

Pasal 68

(1) Pemohon yang menginginkan hasil penentuan luas dan koordinat batas wilayah, maka

kepada pemohon diwajibkan mengganti biaya perhitungan dan penetapan koordinat

batas wilayah dan penerbitan peta permohonan KP/KK/PKP2B sebesar Rp. 20.000.000

(dua puluh juta rupiah) untuk setiap blok wilayah yang dimohon.

(2) Pemohon yang menginginkan hasil penentuan luas dan koordinat batas wilayah, maka

kepada pemohon diwajibkan mengganti biaya perhitungan dan penetapan koordinat

batas wilayah dan penerbitan peta permohonan SIPD / SIPR sebesar Rp. 2.000.000 (dua

juta rupiah) untuk setiap blok wilayah yang dimohon.

Bagian Kelima

Eks Wilayah Pertambangan

Pasal 69

(1) Eks Wilayah Pertambangan diklasifikasikan menjadi kelas A, B dan C berdasarkan

kelengakapan data berupa intisari data eksplorasi/eksploitasi dan daftar data/peta yang

ada.

(2) Eks Wilayah Pertambangan diberikan kepada pemohon yang dapat membuktikan

kesungguhan dan kemampuan untuk melaksanakan usaha pertambangan dengan

memanfaatkan data eksplorasi/eksploitasi hasil kegiatan pemegang ijin terdahulu. P

(3) rosedur dan Tata Cara Pelayanan Jasa Informasi untuk pencadangan eks wilayah

pertambangan diatur lebih lanjut oleh Bupati.

Page 23: lembaran daerah kabupaten pacitan nomor 8 tahun 2009 peraturan ...

Pasal 70

Biaya kompensasi, Kompilasi dan Evaluasi Data sebagai berikut :

LUAS WILAYAH

DIMOHON (Ha)

BIAYA KOMPILASI DAN

EVALUASI DATA (Rp Juta) BIAYA

NON

BATUBARA

BATUBARA Kompensasi

Prioritas

Wilayah Eks

(Rp Juta) Klas

A

Klas

B

Klas

C

Klas

A

Klas

B

Klas

C

1 2 3 4

< 2.000 50,- 25,- 0 75,- 25,- 0 100,-

> 2.000 – 10.000 75 50 0 100,- 50,- 0 200,-

> 10.000 – 50.000 100 75 0 150,- 75,- 0 300,-

> 50.000 – 100.000 150 100 0 200,- 100,- 0 400,-

> 100.000 200 150 0 250,- 150,- 0 500,-

Pasal 71

Eks Wilayah Pertambangan yang sudah 3 (tiga) kali dibuka tetapi tetap tidak ada yang

berminat, maka wilayah tersebut menjadi wilayah bebas yang bisa diminta dengan

mengikuti prosedur biasa.

Pasal 72

Pemegang ijin yang wilayahnya berimpitan atau berada di dalam eks wilayah pertambangan

dapat diberikan prioritas untuk mendapatkan wilayah eks tersebut. Prioritas dapat diberikan

berdasarkan pertimbangan kesinambungan dan percepatan pengembangan pertambangan di

wilayah tersebut.

BAB VII

JAMINAN KESUNGGUHAN

Pasal 73

(1) Untuk membuktikan kesanggupan dan kemampuan Pemohon Kuasa Pertambangan

Penyelidikan Umum dan Kuasa Pertambangan Eksplorasi, Pemohon Kontrak Karya

yang bersangkutan wajib menyetor uang jaminan kesungguhan dalam rekening Bupati.

(2) Uang jaminan kesungguhan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditempatkan dalam

deposito berjangka atas nama Bupati qualita qua (q.q) pemohon yang bersangkutan.

(3) Surat perintah penyetoran uang jaminan kesungguhan sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) wajib dikeluarkan oleh Kepala Dinas Teknis

(4) Tanda bukti penyetoran uang jaminan kesungguhan sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) wajib dilampirkan pada permohonan Pemohon Kuasa Pertambangan Penyelidikan

Umum dan Kuasa Pertambangan Eksplorasi, Pemohon Kontrak Karya.

(5) Dalam hal bukti penyetoran uang jaminan kesungguhan tidak dilampirkan, permohonan

Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum dan Kuasa Pertambangan Eksplorasi,

Pemohon Kontrak Karya ditolak.

Pasal 74

(1) Uang jaminan kesungguhan sebagaimana dimaksud dalam pasal 74 sebesar

Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) untuk pemegang KP/KK/PKP2B, dan sebesar

Rp. 20.000.000 (dua puluh juta rupiah) untuk pemegang SIPD di atas 5 Ha.

Page 24: lembaran daerah kabupaten pacitan nomor 8 tahun 2009 peraturan ...

(2) Dalam hal luas wilayah yang dimohon melebihi ketentuan yang berlaku, uang jaminan

kesungguhan ditetapkan sebesar Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah) untuk pemegang

KP/KK/PKP2B, dan sebesar Rp. 40.000.000 (empat puluh juta rupiah) untuk pemegang

SIPD diatas 5 Ha.

Pasal 75

(1) Uang jaminan kesungguhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (2)

dikembalikan sepenuhnya kepada pemohon sesuai jumlah nominal yang telah

disetorkan beserta bunganya.

(2) Pengembalian uang jaminan kesungguhan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dilakukan secara bertahap dan dikaitkan dengan pelaksanaan tahapan.

(3) Tahapan pencairan atau pelepasan jaminan kesungguhan disesuaikan dengan ketentuan

sebagai berikut :

a. 40% setelah Menyampaikan laporan kegiatan dan Nyata-nyata melakukan kegiatan

sesuai tahapan yang diminta.

b. 60% setelah Kegiatan tahapan dinyatakan selesai oleh Bupati.

Pasal 76

(1) Dalam hal pemegang Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum atau Kuasa

Pertambangan Eksplorasi tidak pernah menyampaikan laporan kegiatan dan nyata-

nyata tidak melakukan kegiatan sejak diberikan Kuasa pertambangan dimaksud, maka

pada masa berakhirnya atau dibatalkannya Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum

atau Kuasa Pertambangan Eksplorasi uang jaminan kesungguhan atau sisanya beserta

bunganya menjadi milik Daerah.

(2) Pengecualian ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberlakukan dalam hal

keadaan memaksa (force majeure).

Pasal 77

Ketentuan lebih lanjut mengenai jaminan kesungguhan diatur oleh Bupati.

BAB VIII

JASA PENEMUAN BAHAN GALIAN

Pasal 78

(1) Kepada Warganegara Indonesia yang menemukan suatu endapan bahan galian diberikan

prioritas pertama untuk memperoleh Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum dan atau

Kuasa Pertambangan Eksplorasi.

(2) Apabila kepadanya tidak diberikan Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum dan atau

Kuasa Pertambangan. Eksplorasi termaksud pada ayat (1) pasal ini, maka kepadanya

dapat diberikan jasa penemuan endapan bahan galian tersebut, oleh Pemerintah Daerah

atau pihak yang kemudian memperoleh Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum dan

atau Kuasa Pertambangan Eksplorasi.

BAB IX

HUBUNGAN KUASA PERTAMBANGAN DENGAN

HAK-HAK TANAH

Pasal 79

(1) Pemegang kuasa pertambangan diwajibkan mengganti kerugian akibat dari usahanya

pada segala sesuatu yang berada di atas tanah kepada yang berhak atas tanah di dalam

lingkungan daerah kuasa pertambangan maupun di luarnya, dengan tidak memandang

Page 25: lembaran daerah kabupaten pacitan nomor 8 tahun 2009 peraturan ...

apakah perbuatan itu dilakukan dengan atau tidak dengan sengaja, maupun yang dapat

atau tidak dapat diketahui terlebih dahulu.

(2) Kerugian yang disebabkan oleh usaha-usaha dari dua pemegang kuasa pertambangan

atau lebih, dibebankan kepada mereka bersama.

Pasal 80

Apabila telah didapat Ijin pertambangan atas sesuatu daerah atau wilayah menurut hukum

yang berlaku, maka kepada mereka yang berhak atas tanah diwajibkan memperbolehkan

pekerjaan pemegang kuasa pertambangan atas tanah yang bersangkutan atas dasar mufakat

dengan ketentuan:

a. sebelum pekerjaan dimulai, dengan diperlihatkannya surat kuasa pertambangan atau

salinannya yang sah, diberitahukan kepadanya tentang maksud dan tempat pekerjaan-

pekerjaan pertambangan itu akan dilakukan;

b. diberi ganti kerugian atau jaminan ganti kerugian terlebih dahulu oleh pemegang kuasa

pertambangan.

Pasal 81

(1) Apabila telah ada hak tanah atas sebidang tanah yang bersangkutan dengan wilayah

kuasa pertambangan, maka kepada yang berhak diberikan ganti rugi yang jumlahnya

ditentukan bersama antara pemegang kuasa pertambangan dan yang mempunyai hak atas

tanah tersebut atas dasar musyawarah dan mufakat, untuk pengantian sekali atau selama

hak itu tidak dapat dipergunakan.

(2) Jika yang bersangkutan tidak dapat mencapai kata mufakat tentang ganti rugi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, maka penentuannya diserahkan kepada

Bupati.

(3) Jika yang bersangkutan tidak dapat menerima penentuan Bupati tentang ganti rugi

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini, maka penentuannya diserahkan kepada

Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi daerah/wilayah yang bersangkutan.

(4) Ganti rugi yang dimaksud pada ayat (1), (2) dan (3) pasal ini beserta segala biaya yang

berhubungan dengan itu dibebankan kepada pemegang kuasa pertambangan yang

bersangkutan.

BAB X

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Bagian Pertama

Umum

Pasal 82

(1) Pemerintah Daerah bertanggung jawab dalam pelaksanaan pengawasan pengelolaan dan

pemantauan lingkungan yang dilaksanakan oleh pemegang Kuasa Pertambangan sesuai

dengan peraturan dan perundang yang berlaku.

(2) Tanggungjawab sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatas meliputi pemberian

persetujuan:

a. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang terdiri dari Kerangka

Acuan, Andal, Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan

Lingkungan (RPL).

b. Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)

untuk yang tidak wajib Amdal, yang disusun oleh masing-masing pemegang Kuasa

Pertambangn selaku pemrakarsa dengan mengacu kepada Pedoman Teknis

Penyusunan Amdal dan UKL-UPL.

(3) Pemegang Kuasa Pertambangan wajib melakukan pengelolaan dan pemantauan

lingkungan serta reklamasi lahan bekas tambang sesuai dengan Dokumen Amdal atau

UKL-UPL bagi yang tidak wajib AMDAL.

Page 26: lembaran daerah kabupaten pacitan nomor 8 tahun 2009 peraturan ...

(4) Pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam ayat

(3) dilakukan selama usaha pertambangan umum berlangsung dan pasca tambang.

(5) Peruntukan lahan bekas tambang hasil pengelolaan lingkungan ditetapkan oleh Bupati

dengan mengikutsertakan masyarakat sekitar tambang.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai AMDAL dan UKL-UPL diatur lebih lanjut oleh Bupati.

Pasal 83

(1) Pemegang KP/KK/PKP2B/SIPD pada tahap eksploitasi atau produksi wajib

menyampaikan Laporan Rencana Tahunan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

(RTKPL).

(2) Pemegang KP/KK/PKP2B/SIPD pada saat memulai tahap eksploitasi atau produksi

wajib menyampaikan Laporan Rencana Tahunan Pengelolaan Lingkunga (RTPL).

(3) Pemegang KP/KK/PKP2B/SIPD pada saat memulai tahap eksploitasi atau produksi

wajib menempatkan dana jaminan reklamasi pada bank pemerintah atau bank devisa

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(4) Uang jaminan reklamasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak menghilangkan

kewajiban untuk melaksanakan reklamasi lahan

Pasal 84

Pembuangan limbah yang berasal dari kegiatan pertambangan bahan galian harus memenuhi

persyaratan baku mutu lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang–undangan

yang berlaku.

Pasal 85

Apabila selesai melakukan penambangan bahan galian pada suatu tempat pekerjaan,

pemegang kuasa pertambangan yang bersangkutan diwajibkan mengembalikan tanah

sedemikian rupa, sehingga tidak menimbulkan bahaya penyakit atau bahaya lainnya bagi

masyarakat sekitarnya.

Pasal 86

Pemegang Kuasa Pertambangan eksploitasi wajib melaksanakan kegiatan reklamasi lahan

bekas wilayah pertambangan sesuai dengan Dokumen Amdal atau UKL-UPL bagi yang

tidak wajib AMDAL sebagaimana dimaksud dalam pasal 83 ayat (3).

Bagian Kedua

Penetapan Jaminan Reklamasi

Pasal 87

(1) Jumlah jaminan reklamasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 84 ayat (3) ditetapkan

berdasarkan biaya reklamasi sesuai dengan Rencana Tahunan Pengelolaan Lingkungan

untuk jangka waktu 5 tahun.

(2) Bagi perusahaan pertambangan yang umur tambangnya kurang dari 5 tahun, jumlah

jaminan reklamasi ditetapkan sesuai dengan rencana reklamasi jangka waktu umur

tambangnya.

Pasal 88

(1) Biaya rencana reklamasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 88 ayat (1) harus

diperhitungkan berdasarkan dengan anggapan bahwa reklamasi tersebut akan

dilaksanakan oleh pihak ketiga.

Page 27: lembaran daerah kabupaten pacitan nomor 8 tahun 2009 peraturan ...

(2) Komponen biaya reklamasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:

a. Biaya langsung, meliputi :

1) Biaya pembongkaran fasilitas tambang (bangunan, jalan, emplasement).

Kecuali ditentukan lain.

2) Biaya penetapan kegunaan lahan yang terdiri dari :

a) Sewa alat-alat berat dan mekanis

b) Pengisian kembali lahan bekas tambang

c) Pengaturan permukaan lahan

d) Penebaran tanah pucuk

e) Pengendalian erosi dan pengelolaan air.

3) Biaya revegetasi dapat meliputi :

a) Analisis kualitas tanah

b) Pemupukan

c) Pengadaan bibit

d) Penanaman

e) Pemeliharaan tanaman

4) Biaya pencegahan dan penanggulangan air asam tambang

5) Biaya untuk pekerjaan sipil sesuai peruntukan lahan pasca tambang

b. Biaya tidak langsung, meliputi :

1) Biaya mobilisasi dan demobilisasi alat-alat berat

2) Biaya perencanaan reklamasi

3) Biaya administrasi dan keuntungan kontraktor pelaksana reklamasi

(3) Biaya-biaya tersebut di atas sudah harus diperhitungkan pajak-pajak yang berlaku

Pasal 89

(1) Perhitungan biaya rencana reklamasi dapat dibuat dalam nilai mata uang rupiah atau

dollar Amerika.

(2) Bentuk Jaminan reklamasi dapat berupa deposito berjangka, dan atau “Accounting

reserve” dan atau jaminan pihak ketiga dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Deposito Berjangka ditempatkan pada Bank Pemerintah atas nama Bupati qq.

Perusahaan pertambangan yang bersangkutan.

b. Irrecovable letters of credit (LC) atau Bank Garansi atau sertifikat penjaminan.

1). Diterbitkan di Bank Pemerintah atau Lembaga Penjamin milik pemerintah atau

Bank Devisa.

2). Untuk jangka waktu lima tahun dengan rincian tahunan.

(3) Bentuk jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang diusulkan oleh perusahaan

pertambangan harus mendapatkan persetujuan dari Bupati.

Pasal 90

Perusahaan pertambangan dapat menempatkan jaminan reklamasi dalam bentuk accounting

reserve, apabila perusahaan pertambangan tersebut memenuhi salah satu persyaratan sebagai

berikut:

a. Perusahaan publik yang terdaftar dibursa efek di Indonesia maupun di luar Indonesia;

b. Anak perusahaan dari sebuah perusahaan publik baik yang terdaftar di Indonesia atau

yang terdaftar dibursa efek di luar Indonesia; atau

b. Perusahaan mempunyai jumlah modal sendiri yang tidak kurang dari Rp.

250.000.000.000. seperti dinyatakan dalam laporan keuangan yang telah diaudit.

Pasal 91

Perusahaan pertambangan yang menempatkan jaminan reklamasi dalam bentuk Accounting

reserve, wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan

publik dan bagi perusahaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 91 huruf b harus

menyampaikan pernyataan jaminan pelaksanaan reklamasi dari perusahaan induknya.

Page 28: lembaran daerah kabupaten pacitan nomor 8 tahun 2009 peraturan ...

Bagian Ketiga

Penempatan Jaminan Reklamasi

Pasal 92

(1) Jaminan reklamasi harus ditempatkan sebelum melakukan kegiatan penambangan atau

operasi eksploitasi/produksi.

(2) Perusahaan pertambangan harus mengajukan kepada Bupati bentuk jaminan reklamasi

yang akan ditempatkan.

Pasal 93

(1) Surat perintah pelaksanaan jaminan reklamasi diterbitkan oleh Bupati atau pejabat yang

ditunjuk.

(2) Perusahaan pertambangan dapat mengajukan perubahan bentuk jaminan reklamasi

dalam jumlah yang sama kepada Bupati.

(3) Bupati dapat menetapkan perubahan bentuk jaminan reklamasi apabila perusahaan

pertambangan tidak dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

Bagian Keempat

Pencairan Atau Pelepasan Jaminan Reklamasi

Pasal 94

(1) Perusahaan pertambangan dapat mengajukan pencairan atau pelepasan jaminan

reklamasi kepada Bupati sesuai dengan tahapan pelaksanan reklamasi.

(2) Tahapan pencairan atau pelepasan jaminan reklamasi disesuaikan dengan ketentuan

sebagai berikut:

a. 60% setelah selesai:

1) Pengisian kembali bekas tambang dan penataan kembali lahan bekas

tambang dan penataan lahan bagi pertambangan yang kegiatannya tidak

dilakukan pengisian kembali atau

2) Bagi kegiatan pertambangan yang kegiatannya tidak dapat dilakukan sesuai

dengan peruntukannya sebagaimana disepakati dalam rencana pengelolaan

lingkungan.

b. 20% setelah selesai:

1) Melakukan revegetasi kecuali ditentukan lain

2) Pekerjaan sipil dan atau kegiatan reklamasi lainnya sebagaimana disepakati

dalam rencanatahunan pengelolaan lingkungan

c. 20% setelah keseluruhan kegiatan reklamasi dinyatakan selesai oleh Bupati.

(3) Permohonan pencairan atau pelepasan jaminan reklamasi diajukan kepada Bupati

dengan disertai laporan pelaksanaan rencana tahunan pengelolaan lingkungan.

(4) Keputusan atau permohonan pencairan atau pelepasan jaminan reklamasi diberikan

oleh Bupati paling lambat 45 (empat puluh lima) hari sejak permohonan tersebut

diterima. Apabila dalam jangka waktu tersebut Bupati belum memberi keputusan, maka

permohonan tersebut dianggap telah disetujui.

Pasal 95

(1) Jaminan reklamasi dalam bentuk deposito berjangka berikut bunga deposito.

(2) Bunga dari jaminan dalam bentuk deposito berjangka menjadi milik perusahan

pertambangan .

Page 29: lembaran daerah kabupaten pacitan nomor 8 tahun 2009 peraturan ...

Bagian Kelima

Pelaksanaan Reklamasi

Pasal 96

(1) Sebagai bahan pertimbangan Bupati dalam memberikan keputusan terhadap penilaian

pelaksanaan reklamasi apabila diperlukan peninjauan lapangan maka peninjauan

tersebut harus sudah dilakukan 15 (lima belas) hari setelah diterima permohonan

pencairan pelepasan jaminan reklamasi yang disampaikan oleh perusahaan.

(2) Dalam hal tidak ada kesesuaian atas hasil penilaian sebagaimana dimaksud ayat (1)

perusahaan pertambangan dapat mengajukan keberatan kepada Bupati selambat-

lambatnya 1 (satu) minggu setelah hasil penilaian tersebut disampaikan kepada

perusahaan pertambangan.

(3) Hasil peninjauan lapangan harus dibuatkan dalam berita acara yang memuat

hasil laporan yang disampaikan oleh realisasi di lapangan.

Pasal 97

(1) Kekurangan biaya untuk menyelesaikan reklamasi dari jaminan yang telah ditetapkan

menjadi tanggungjawab perusahaan pertambangan.

(2) Kelebihan biaya untuk menyelesaikan reklamasi dan jaminan yang ditetapkan akan

dikembalikan kepada perusahaan pertambangan paling lambat 45 (empat puluh lima)

hari sejak diselesaikannya reklamasi.

Pasal 98

Apabila perusahaan pertambangan telah mendapatkan penghargaan maka kepada perusahaan

pertambangan tersebut diberikan 50% keringanan dari besarnya jumlah jaminan reklamasi

yang telah ditetapkan untuk satu tahun berikutnya.

Pasal 99

(1) Bupati memberikan peringatan secara tertulis kepada perusahaan pertambangan apabila

tidak menunjukkan kesungguhan, gagal atau lalai dalam melaksanakan reklamasi sesuai

dengan rencana tahunan pengelolaan lingkungan.

(2) Apabila dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari setelah menerima surat peringatan

pada ayat (1) perusahaan pertambangan tidak melaksanakan reklamasi Bupati

melakukan tindakan sebagai berikut :

a. menunjuk pihak ketiga untuk menyelesaikan reklamasi dengan menggunakan

sebagian atau seluruh jaminan reklamasi yang ditempatkan.

b. menghentikan atau menutup sementara sebagian atau seluruh kegiatan usaha

pertambangannya.

(3) Perusahaan pertambangan yang kegiatan usaha pertambangannya dihentikan karena

lalai atau gagal melaksanakan kewajiban reklamasi maka perusahaan pertambangan

dan pemegang saham mayoritas tidak diberikan lagi kesempatan untuk berusaha di

bidang pertambangan umum.

BAB XI

PELEDAK

Pasal 100

(1) Pendirian dan penggunaan gudang bahan peledak untuk keperluan usaha pertambangan

umum dilakukan setelah mendapatkan Ijin dari Bupati.

(2) Ijin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun

dan dapat diperpanjang.

(3) Tata cara dan persyaratan ijin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur lebih

lanjut oleh Bupati.

Page 30: lembaran daerah kabupaten pacitan nomor 8 tahun 2009 peraturan ...

Pasal 101

(1) Setiap pemilikan, penguasaan, pembelian, penyimpanan/penimbunan, pengangkutan,

penggunaan dan pemusnahan bahan peledak dalam kegiatan usaha pertambangan umum

harus mendapat Ijin.

(2) Ijin pemilikan, penyimpanan/penimbunan, penguasaan bahan peledak sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh instansi yang berwenang setelah

dikeluarkannya Ijin pendirian dan penggunaan gudang bahan peledak oleh Bupati sesuai

dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Ijin Pembelian, pengangkutan, penggunaan, dan pemusnahan peledak sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh instansi yang berwenang setelah mendapatkan

rekomendasi dari Bupati sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

(4) Penggunaan bahan peladak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh juru

ledak.

(5) Juru ledak sebagaimana dimaksud pada ayat (5) harus mendapatkan Ijin dari Bupati atau

pejabat yang ditunjuk.

BAB XII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PERTAMBANGAN

Pasal 102

(1) Dinas yang membidangi Pertambangan dan Energi dapat melaksanakan bimbingan

teknis, memberikan pedoman, arahan dan melakukan pemetaan serta eksplorasi bahan

galian yang belum dimanfaatkan di daerah Kabupaten.

(2) Dinas yang membidangi Pertambangan dan Energi dalam rangka penyelenggaraan

pengelolaan usaha pertambangan menyiapkan dan memberikan pendidikan dan

pelatihan kepada aparat Pemerintah Daerah.

Pasal 103

(1) Pengawasan Usaha Pertambangan Umum dilakukan oleh Bupati dan dilaksanakan oleh

Dinas Teknis sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan pada semua tahapan

usaha pertambangan sampai dengan pasca tambang yang mencakup aspek-aspek :

a. Eksplorasi;

b. Eksploitasi /produksi;

c. Pemasaran;

d. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3);

e. Lingkungan Hidup;

f. Konservasi bahan galian;

g. Keuangan, investasi, barang modal;

h. Tenaga Kerja;

i. Penggunaan produksi dalam negeri;

j. Pengusahaan, pengembangan dan penerapan teknologi;

k. Penerapan standar pertambangan.

(3) Pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibawah koordinasi

Kepala Dinas teknis selaku Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang (KAPIT).

(4) Pelaksanaan Pengawasan Langsung dilapangan terhadap aspek produksi dan

pemasaran, konservasi, K3 serta lingkungan hidup oleh Dinas Teknis dilakukan

sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali.

(5) Jika dana reklamasi tidak dipergunakan oleh pihak pengusaha sedangkan berdasarkan

penelitian kegiatan tersebut wajib dikerjakan, maka Bupati melakukan kegiatan dengan

menggunakan dana yang tertera dalam Dokumen Amdal.

Page 31: lembaran daerah kabupaten pacitan nomor 8 tahun 2009 peraturan ...

Pasal 104

(1) Pelaksanaan Pengawasan terhadap aspek K3 dan lingkungan dilaksanakan oleh

Inspektur Tambang atau pelaksana yang ditunjuk oleh Kepala Pelaksana Inspeksi

Tambang.

(2) Pelaksanaan Pembinaan dan Pengawasan K3, lingkungan dan tata cara pengawasan

serta pelaporannya berpedoman kepada Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 105

(1) Pelaksanaan pengawasan tenaga kerja, barang modal, jasa pertambangan, pelaksanaan

penggunaan produksi dalam negeri, penerapan standard pertambangan, investasi,

divestasi dan keuangan adalah berdasarkan hasil evaluasi atas laporan dari pemegang

ijin tentang rencana dan realisasi yang ditindak lanjuti dengan uji petik dilapangan

yang biayanya dibebankan kepada pemegang ijin.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan pengawasan diatur oleh Bupati.

BAB XIII

SANKSI-SANKSI

Bagian Pertama

Sanksi Administrasi

Pasal 106

(1) Setiap orang atau badan yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana diatur dalam

Peraturan Daerah ini, Bupati dapat mencabut KP/KK/PKP2B/SIPD yang dimiliki

dengan Keputusan.

(2) Pencabutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat didahului dengan teguran tertulis

atau tidak.

(3) Teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sebanyak-banyaknya 3

(tiga) kali dengan selang waktu masing-masing paling lama 1 (satu) bulan.

Bagian Kedua

Sanksi Pidana

Pasal 107

(1) Setiap orang yang melakukan usaha pertambangan tanpa memiliki Ijin dari pejabat yang

berwenang diancam dengan hukuman kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda

paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima Puluh Juta Rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

Pasal 108

(1) Selain tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 107 ayat (1), tindak pidana

yang menyebabkan kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan diancam pidana sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah kejahatan.

Page 32: lembaran daerah kabupaten pacitan nomor 8 tahun 2009 peraturan ...

BAB XIV

PENYIDIKAN

Pasal 109

(1) Selain penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri Sipil

tertentu dilingkungan Pemerintah Kabupaten Pacitan diberi wewenang khusus sebagai

penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang PerIjinan Usaha

Pertambangan Umum Daerah;

(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan

berkenaan dengan tindak pidana dibidang perIjinan usaha pertambangan umum

agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau

badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan

tindakpidana dibidang perIjinan usaha pertambangan umum;

c. Meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan

dengan tindak pidana dibidang perIjinan usaha pertambangan umum;

d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan

dengan tindak pidana dibidang perIjinan usaha pertambangan umum;

e. Melakukan pengeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatatan

dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti

tersebut;

f. Meminta tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana

dibidang perIjinan usaha pertambangan umum;

g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada

saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau

dokumen yang dibawa sebagaimana yang dimaksud pada huruf e;

h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana dibidang perIjinan usaha

perikanan;

i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka

atau saksi;

j. Menghentikan penyidikan;

k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana

dibidang PerIjinan usaha pertambangan umum menurut hukum yang berlaku.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan

dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan

ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana.

BAB XV

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 110

(1) Semua bentuk Kontrak Karya (KK)/Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan

Batubara (PKP2B)/Kuasa Pertambangan (KP)/Surat Izin Pertambangan Daerah (SIPD)

yang diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten Pacitan sebelum diterbitkannya Peraturan

Daerah ini tetap berlaku sampai berakhirnya KK, KP, PKP2B,vdan SIPD dimaksud.

(2) Semua bentuk Kontrak Karya (KK)/Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan

Batubara (PKP2B)/Kuasa Pertambangan (KP)/Surat Izin Pertambangan Daerah (SIPD)

yang pada saat diterbitkannya Peraturan Daerah ini sedang diproses penerbitannya,

harus menyesuaikan dengan Peraturan Daerah ini.

Page 33: lembaran daerah kabupaten pacitan nomor 8 tahun 2009 peraturan ...

Pasal 111

Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan

Nomor 11 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Pertambangan Umum dinyatakan dicabut dan

tidak berlaku lagi.

BAB XVI

KETENTUAN PENUTUP.

Pasal 112

Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini

dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Pacitan.

Disahkan di Pacitan

Pada tanggal 31 - 10 - 2008

BUPATI PACITAN

Cap. ttd.

H. S U J O N O

Diundangkan di Pacitan

Pada tanggal 22 – 1 – 2009

SEKRETARIS DAERAH

Cap. ttd

Ir. MULYONO, MM

Pembina Utama Muda

NIP. 080 062 150

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN TAHUN 2009 NOMOR 8