LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …

23
1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG Tahun 2001 Nomor 10 Seri : B No. : 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG PERIZINAN DAN RETRIBUSI DI BIDANG KESEHATAN BUPATI BATANG, Menimbang : a. bahwa kesehatan merupakan kebutuhan dasar masyarakat untuk memper-tahankan keberlangsungan generasi, maka perlu upaya peningkatan pelayanan kesehatan melalui deregulasi perizinan di bidang kesehatan ; b. bahwa adanya pelimpahan wewenang penetapan izin di bidang kesehatan oleh pemerintah pusat kepada daerah, maka dipandang perlu mengatur ketentuan pelayanan perizinan di bidang kesehatan dengan Peraturan Daerah dan dipungut retribusi ; c. bahwa untuk mengatur dan memungut retribusi perizinan dimaksud perlu diatur dengan Peraturan Daerah; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Batang ( Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2757 ); 2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); 3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan ( Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495 ); 4. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685);

Transcript of LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …

Page 1: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …

1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG Tahun 2001 Nomor 10 Seri : B No. : 4

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 10 TAHUN 2001

TENTANG

PERIZINAN DAN RETRIBUSI DI BIDANG KESEHATAN

BUPATI BATANG,

Menimbang : a. bahwa kesehatan merupakan kebutuhan dasar masyarakat untuk

memper-tahankan keberlangsungan generasi, maka perlu upaya peningkatan pelayanan kesehatan melalui deregulasi perizinan di bidang kesehatan ;

b. bahwa adanya pelimpahan wewenang penetapan izin di bidang

kesehatan oleh pemerintah pusat kepada daerah, maka dipandang perlu mengatur ketentuan pelayanan perizinan di bidang kesehatan dengan Peraturan Daerah dan dipungut retribusi ;

c. bahwa untuk mengatur dan memungut retribusi perizinan dimaksud perlu diatur dengan Peraturan Daerah;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah

Tingkat II Batang ( Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2757 );

2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

(Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209);

3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (

Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495 );

4. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi

Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685);

Page 2: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …

2

5. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah ( Lem-baran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839 );

6. Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas

Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana ( Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3285 );

8. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1988 tentang Perubahan

Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan, Kabupaten Daerah Tingkat II Pekalongan dan Kabupaten Daerah Tingkat II Batang ( Lembaran Negara Tahun 1988 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3381 );

9. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga

Kesehatan ;

10. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan Dan Bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah, dan Rancangan Keputusan Presiden ;

11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 920/Menkes/Per/XII/86 tentang

upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di bidang Medik ;

12. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 922/SK/Menkes/X/1993 tentang Perijinan Apotik ;

13. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang

Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah ;

14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah;

15. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 175 Tahun 1997 tentang

Pedoman Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Retribusi Daerah;

16. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1189/A/Menkes/SK/X/99 tentang Wewenang Penetapan Izin di Bidang Kesehatan ;

17. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Batang Nomor 6

Tahun 1987 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan

Page 3: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …

3

Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Batang (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Batang Tahun 1988 Nomor 1);

18. Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 31 Tahun 2000 tentang

Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Kabupaten Batang (Lembaran Daerah Kabupaten Batang Tahun 2000 Nomor 31 Seri D Nomor 24).

Dengan persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BATANG

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG TENTANG

PERIZINAN DAN RETRIBUSI DI BIDANG KESEHATAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

a. Daerah adalah Kabupaten Batang;

b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Batang;

c. Bupati adalah Bupati Batang;

d. Dinas adalah Dinas Kesehatan Dan Kesejahteraan Sosial Kabupaten Batang;

e. Pemohon adalah penanggungjawab lembaga berbadan hukum atau orang pribadi yang mengajukan izin ;

f. Bentuk Pelayanan kesehatan swasta adalah Badan, Yayasan, Lembaga Hukum Perseorangan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan swasta ;

g. Praktek berkelompok Dokter Umum/Dokter Gigi/Dokter Spesialis Swasta adalah kegiatan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan swasta secara bersama-sama dalam satu kelompok pada satu lokasi pelayanan dengan satu penanggung jawab yang telah ditetapkan ;

h. Praktek perorangan adalah penyelenggaraan pelayanan medik oleh seorang dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis atau dokter gigi spesialis dengan atau tanpa menggunakan penunjang medik ;

i. Rumah bersalin adalah tempat untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar kepada wanita hamil, wanita bersalin, wanita menyusui, wanita dalam masa nifas, pelayanan imunisasi, dan pelayanan Keluarga Berencana yang diselenggarakan oleh swasta ;

Page 4: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …

4

j. Balai Pengobatan adalah tempat untunk memberikan pelayanan kesehatan terutama di bidang pengobatan umum/dasar yang diselenggarakan oleh Yayasan atau Badan Hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku ;

k. Organisasi Profesi meliputi Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI), dan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) ;

l. Tenaga Medis adalah Dokter Umum, Dokter Gigi, Dokter Spesialis, dan Apoteker lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi dan pendidikan farmasi dalam maupun luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia ;

m. Tenaga Paramedis adalah Bidan, Asisten Apoteker (AA), lulusan pendidikan kebidanan dan pendidikan AA yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia ;

n. Surat penugasan yang selanjutnya disngkat SP adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Depkes kepada tenaga medis yang telah mendaftarkan diri (registrasi) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku ;

o. Surat Rekomendasi adalah surat pengantar dari organisasi profesi dimana tenaga medis melakukan praktek ;

p. Standar profesi adalah pedoman yang dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi medis dan paramedis ;

q. Surat Izin Praktek yang selanjutnya disingkat SIP adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Bupati kepada tenaga medis dan paramedis ( Dokter spesialis/Dokter umum/Dokter gigi/Bidan) yang menjalankan praktek setelah memnuhi persyaratan sebagai pengakuan kewenangan untuk melakukan pelayanan kesehatan sesuai denga profesinya ;

r. Surat Izin Kerja yang selanjutnya disingkat SIK adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Bupati kepada tenaga Apoteker yang menjalankan praktek setelah memenuhi persyaratan sebagai pengakuan kewenangan untuk melakukan pelayanan sesuai dengan profesinya ;

s. Surat Persetujuan Tempat Praktek yang selanjutnya disingkat SPTP adalah surat persetujuan yang dikeluarkan oleh Bupati bagi tenaga medis dan paramedis yang menjalankan praktek ;

t. Apotik adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaaan kefarmasian atau penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat ;

u. Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekarjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker ;

v. Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di apotek disamping apoteker penanggung jawab apotek (APA) dan atau menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek ;

w. Apoteker Pengganti adalah Apoteker dan menggantikan Apoteker penanggung jawab apotek (APA) selama APA terbeut tidak berada di tempat lebih dari 3 (tiga) bulan secara terus menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan tidak bertindak sebagai APA di apotek lain ;

x. Asisten Apoteker (AA) adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai AA ;

y. Jasa pelayanan adalah imbalan yang diterima pelaksana pelayanan atas jasa yang diberikan pada pasien dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan dan rehabilitasi ;

Page 5: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …

5

z. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang perpajakan daerah atau retribusi daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku ;

aa. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan bentuk apapun, Pesekutuan, Perkumpulan, Firma, Kongsi, Koperasi, Yayasan atau organisasi yang sejenis, Lembaga, Dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya ;

bb. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi terutang ;

cc. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sangsi administrasi berupa denda ;

dd. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi berdasarkan peraturan perundang-undangan retribusi daerah ;

ee. Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya dapat disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi yang terjadi serta menemukan tersangkanya ;

ff. Pengobatan Tradisional adalah salah satu upaya pengobatan atau perawatan cara lain di luar ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan, mencakup cara, obat dan pengobatannya ;

gg. Retribusi perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam memberikan izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atau kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

BAB II BENTUK DAN TATA CARA PERIZINAN

Bagian Pertama

Bentuk Perizinan

Pasal 2

(1) Bentuk perizinan bidang kesehatan terdiri dari : a. Izin Praktek Profesi ; b. Izin Tempat Praktek atau SPTP.

(2) Bentuk izin profesi sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri dari :

a. Surat Izin Praktek ; b. Surat izin Kerja.

(3) Bentuk izin saran prkatek sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah bentuk izin usaha

penyelenggaraan kesehatan dasar swasta.

Page 6: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …

6

(4) Setiap bentuk usaha penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar swasta di wilayah

Kabupaten Batang wajib mendapat izin dari Bupati.

Pasal 3

(1) Bentuk izin usaha penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar swasta sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (4) terdiri dari : a. Izin penyelenggaraan pelayanan kesehatan swasta ; b. Izin penyelenggaraan pelayanan kesehatan praktek perseorangan ; c. Izin penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian.

(2) Bentuk izin usaha penyelenggaraan pelayanan kesehatan swasta sebagaimana dimaksud

ayat (1) huruf a terdiri dari : a. Praktek berkelompok Dokter Umum/Dokter Gigi/Dokter Spesialis ; b. Balai Pengobatan ; c. Rumah Bersalin ;

(3) Bentuk izin pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari : a. Praktek perorangan Dokter Umum/Dokter Gigi/Dokter Spesialis ; b. Praktek Perorangan Bidan.

(4) Bentuk izin pelayanan kesehatan sebagaimanan dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri dari

: a. Apotek ; b. Pedagang eceran obat/Toko obat.

Bagian Kedua

Tata Cara Perizinan

Pasal 4

(1) Permohonan izin diajukan secar tertulis kepada Bupati melalui Kepala Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Kabupaten Batang menggunakan formulis yang disediakan.

(2) Permohonan izin sebagaimana tersebut pada ayat (1) harus dilengkapi dengan persyaratan

yang telah ditentukan dalam Peraturan Daerah ini.

Pasal 5

Sebelum izin dikeluarkan dilakukan kegiatan penelitian persyaratan dan pemeriksaan atas kelayakan peralatan usaha yang bersangkutan sesuai dengan standar umum yang berlaku dan peninjauan tempat usaha.

Pasal 6

(1) Surat Izin Usaha Pelayanan Bidang Kesehatan dikeluarkan paling lama 2 (dua) bulan setelah permohonan izin diajukan.

Page 7: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …

7

(2) Izin diberikan atas nama pemohon dan tidak bisa dipindah tangankan kepada pihak lain.

Pasal 7

Permohonan izin yang tidak memenuhi syarat, dikembalikan kepada pemohon paling lambat 1 (satu) bulan sejak tanggal penerimaan permohonan, dengan menyebutkan syarat-syarat yang masih harus dipenuhi.

Pasal 8

Permohonan izin yang ditolak, dikembalikan kepada pemohon dengan surat pengantar tertulis paling lambat 1 (satu) bulan sejak tanggal dilakukan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 dengan menyebutkan alasan-alasan penolakan.

BAB III

SYARAT-SYARAT PERIZINAN

Bagian Pertama Izin Praktek Berkelompok

Dokter Umum/Dokter Gigi/Dokter Spesialis Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin

Pasal 9

(1) Syarat umum praktek berkelompok Dokter Umum, Dokter Gigi, Dokter Spesialis, Balai

Pengobatan, Rumah Bersalin adalah :

a. Pemohon adalah pimpinan lembaga Berbadan Hukum/Perorangan/Dokter penanggung jawab ;

b. Memenuhi standar minimal sarana/prasarana disertai IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) ;

c. Kelengkapan bangunan pelayanan sesuai dengan syarat kesehatan untuk pelayanan kesehatan ;

d. Daftar tenaga profesi kesehatan dan struktur organisasi pelayanan dan dilengkapi dengan uraian tugas pokok dan fungsinya dalam penyelenggaraan pelayanan ;

e. SP, SIP, dan SPTP dari masing-masing dokter-dokter, bidan atau tenaga pelaksana pelayanan kesehatan swasta;

f. Salinan/foto copy Izin Gangguan. (2) Syarat khusus praktek berkelompok Dokter Umum, Dokter Gigi, Dokter Spesialis, Balai

Pengobatan, dan Rumah Bersalin adalah :

a. Untuk praktek berkelompok, minimal dilaksanakan oleh 3 orang tenaga medis (Dokter Umum, dan atau Dokter Gigi, dan atau Dokter Spesialis), disertai pernayataan

Page 8: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …

8

penunjukkan dokter pimpinan oleh anggota kelompok dan atau penanggung jawab pengelola ;

b. Bagi pemohon berbadan hukum disertai salinan akte pendirian lemabga berbadan hukum ;

c. Penangguung jawab praktek Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin adalah Dokter Umum/Dokter Spesialis ;

d. Untuk pemohon praktek balai Pengobatan dan Rumah Bersalin perorangan, diperlukan riwayat pengalaman kerja yang sahkan oleh instansi tempat yang bersangkutan bekerja dan memiliki surat izin bidan dan ijazah paramedis (Perawat/Bidan) ;

e. Memiliki surat pernyataan bermatere cukup, sanggup melaksanakan kegiatan pelayanan seusai peraturan perundang-undangan yang ditetapkan ;

f. Memiliki surat pernyataan sanggup membina peran serta masyarakat setempat dalam pembangunan kesehatan di lingkungannya.

Bagian Kedua

Izin Praktek Perorangan

Pasal 10

(1) Untuk memperolah izin praktek perseorangan tenaga kesehatan yang akan melakukan pelayanan kesehatan swasta sesuai profesinya sebagaimanan dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b selain ketentuan dalam Pasal 9 ayat (1) juga harus memiliki :

a. Surat penugasan ;

b. Surat keputusan penempatan dalam rangka masa bakti atau surat bukti telah menjalankan masa bakti ;

c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi yang menyatakan kemampuan fisik dan mental yang didasarkan atas keterangan dokter, memiliki kemampuan keilmuan, dan ketrampilan klinis dalam bidang profesinya yang didasarkan atas perolehan angka kredit dalam Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB) atau Pendidikan Dokter Gigi Berkelanjutan (PDGB) serta memiliki moralitas dan etika yang baik untuk melakukan tugas sesuai dengan kode etik profesinya.

d. Surat keterangan dari pejabat setempat yang berwenang menyatakan bahwa pemohon adalah penduduk dan bertempat tinggal tetap di wilayah kewenangannya.

(2) Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi sarana pelayanan

kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan rujukan. (3) Syarat Izin Praktek harus dipajang pada ruang periksa dan nomor surat izin praktek harus

dicantumkan pada kertas resep.

Pasal 11

(1) Izin praktek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b dapat diberikan kepada tenaga medis lulusan dalam negeri dan tenaga medis lulusan luar negeri.

Page 9: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …

9

(2) Izin praktek diberikan kepada tenaga kesehatan lulusan dalam negeri apabila :

a. Warga Negara Indonesia ; b. Memiliki surat-surat sebagaimana tersebut dalam Pasal 10 ayat (1) ;

(3) Izin praktek dapat diberikan kepada tenaga medis lulusan luar negeri apabila memenuhi

persyaratan sebagaimana dimaksud ayat (2) dan ayat (4) pasal ini ditambah surat keterangan selesai melakukan adaptasi.

(4) Setiap tenaga medis yang melaksanakan tugas profesinya berkewajiban untuk mengikuti

pendidikan kedokteran berkelanjutan (PKB) atau Pendidikan Kedokteran Gigi Berkelanjutan untuk meningkatkan kemampuan keilmuan dan atau ketrampilan klinis bidang profesinya.

Pasal 12

(1) SIP dapat diberikan maksimal di 3 (tiga) tempat sarana pelayanan kesehatan termasuk di

sarana pelayanan kesehatan tempat tenaga medis ditugaskan (Rumah Sakit dan atau Puskesmas) kecuali apabila menurut penilaian Bupati masih kekurangan tenaga medis untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat.

(2) Khusus bagi dokter spesialis izin praktek dapat diberikan maksimal di 3 (tiga) tempat

sarana pelayanan kesehatan di maksimal 2 (dua) wilayah Kabupaten/Kota. (3) Setiap tempat sarana pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus

dicantumkan SIP.

Bagian Ketiga Izin Kefarmasian

Paragraf Pertama

Apotek

Pasal 13 (1) Permohonan izin apotek diajukan oleh apoteker kepada Bupati melalui Dinas Kesehatan

dan Kesejahteraan Sosial. (2) Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker memiliki atau apoteker yang bekerja sama

dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.

(3) Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi

lainnya di luar sediaan farmasi. (4) Apotek dapat melaksanakan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi.

Page 10: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …

10

(5) Persyaratan sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi :

a. Memiliki ijazah apoteker yang terdaftar pada Departemen Kesehatan ;

b. SIK atau SP apoteker sesuai denga ketentuan yang berlaku ;

c. Kartu Tanda Penduduk dan surat pernyataan tempat tinggal ;

d. Daftar alat perlengkapan apotek ;

e. Surat keterangan sehat jasmani dan rohani dari dokter untuk melaksanakan tugasnya seabgai apoteker ;

f. Memiliki kepustakaan wajib apotek.

Pasal 14

Apoteker berkewajiban :

a. Menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahanannya terjamin, memusnahkan obat dan perbekalan farmasi lainnya yang sudah tidak dapat digunakan lagi atau dilarang untuk digunakan dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan ;

b. Pemusnahan sebagaimanana dimaksud ayat (1) harus dibuatkan Berita Acara Pemusnahan ;

c. Apoteker berkewajiban melayani resep dokter, dokter gigi, dan dokter hewan sesuai dengan tanggunng jawab dan keahlian proofesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat ;

d. Apoteker tidak diizinkan untuk mengganti obat generic yang ditulis dalam resep dengan obat paten, kecuali dengan persetujuan dokter yang menulis resep ;

e. Memberikan informasi yang berkaitan dengan, penggunaan obat secara tepat, aman, rasional, atas permintaan masyarakat ;

f. Memberikan informasi yang berkaitan dengan, penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien ;

g. Apabila dianggap dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang kurang tepat, apoteker harus memberitahukan kepada dokter yang menulis resep.

Pasal 15

Dalam pengelolaan dan pelayanan apotek diatur lebih lanjut oleh Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial.

Pasal 16

Bupati dapat menerima atau menolak permohonan izin setelah mendapat pertimbangan dari Tim Pemeriksa atau izin apotek dari Kepala Balai Pengawasan Obat Makanan Propinsi.

Pasal 17

Pada setiap pengalihan tanggung jawab pengelolaan kefarmasian yang disebabkan karena penggantian apoteker pengelola apotek kepada apoteker pengganti, wajib dilakukan serah

Page 11: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …

11

terima resep, narkotika, obat, dan perbekalan farmasi lainnya serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika, dan dibuatkan Berita Acara serah terima.

Paragraph Kedua

Pedagang Eceran Obat/Toko Obat

Pasal 18

(1) Untuk mendirikan toko obat/pedagang eceran obat harus ada izin dari Bupati Batang melalui Kepala Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial

Kabupaten Batang. (2) Peratangggungjawaban teknis farmasi terletak pada seorang Aisten Apoteker. (3) Pedagang eceran obat dapat diusahakan oleh Perusahaan Negara, Perusahaan Daerah,

Perusahaan Swasta atau Perorangan.

Pasal 19

(1) Pemberian izin pedagang obat eceran diajukan oleh pemilik sarana kepada Bupati Batang melalui Kepala Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Kabupaten Batang.

(2) Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diajukan secara tertulis

dengan menggunakan formulir yang telah disediakan dengan dilampiri syarat-syarat :

a. alamat dan denah tempat usaha ;

b. nama dan alamat pemohon ;

c. nama dan alamat Asisten Apoteker ;

d. salinan ijazah dan surat keputusan Asisten Apoteker yang telah dilegalisir oleh yang berwenang.

Pasal 20

(1) Pedagang eceran obat dilarang menerima atau melayani resep dokter. (2) Pedagang eceran obat dilarang membuat obat, membungkus atau membungkus kembali

obat. (3) Obat yang termasuk daftar obat bebas terbatas (OBT) harus disimpan dalam almari khusus

dan tidak boleh dicampur dengan obat-obat atau barang-barang lain.

Pasal 21

(1) Pedagang eceran obat/toko obat harus memasang papan nama dengan tulisan “Toko Obat Berizin, Tidak Menerima Resep Dokter, nama toko , nomor izin” di depan tokonya.

Page 12: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …

12

(2) Tulisan harus berwarna hitam di atas dasar putih, tinggi huruf harus paling sedikit 5 (lima) cm tebalnya 5 (lima) mm.

(3) Ukuran papan tersebut ayat (1) paling sedikit lebar 40 (empat puluh) cm dan panjang 60

(enam puluh) cm (4) Di depan tokonya, pada iklan-iklan dan barang-barang cetakan, toko obat tidak boleh

memasang nama yang sama atau menyamai Apotek, Pabrik Obat atau PBF yang dapat menimbulkan kesan seakan-akan toko obat tersebut adalah sebuah apotek atau ada hubungannya dengan apotek, pabrik farmasi atau pedagang besar farmasi.

Pasal 22

(1) Pedagang eceran obat/toko obat harus memasang papan nama yang memuat tulisan “ Toko

Obat Berizin, Tidak terima resep dokter, nama toko obat dan nomor izin”. (2) Kepala Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial atas nama Bupati dapat mencabut surat

izin pedagang eceran obat/toko obat apabila :

a. Toko Obat tidak dapat memenuhi ketentuan pasal 19 ayat (2) ;

b. Tidak memenuhi ketentuan sesuai denegan peraturan yang berlaku ;

BAB IV MASA BERLAKUNYA IZIN

Pasal 23

(1) Izin praktek profesi sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) berlaku untuk 5 (lima)

tahun. (2) Izin penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar swasta sebagaimanana dimaksud dalam

pasal 3 ayat (1) berlaku untuk 1 (satu) tahun dan dapat diperbarui lagi. (3) Pembaruan izin sebagaimana dimaksud ayat (1) diajukan selambat-lambatnya 3 (tiga)

bulan sebelum berakhirnya izin, oleh pemohon atau penanggungjawab.

Pasal 24

Pembaruan/perpanjangan permohonan izin sebagimana dimaksud dalam pasal 23 ayat (1) diajukan kepada Bupati dengan melampirkan copy surat izin yang lama dan rekommendasi dari organisasi profesinya.

Pasal 25

Pembaruan/perpanjangan permohonan izin dilakukan apabila : a. masa berlakunya izin sudah berakhir ; b. Pindah tempat ;

Page 13: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …

13

c. Penangung jawab meninggal dunia, berpindah tempat tinggal ke Kabupaten/Kota lain, berhenti atas permohonan sendiri, oleh pemilik dan diganti dengan penanggung jawab yang baru.

BAB V

JASA PELAYANAN

Pasal 26

Jasa pelayanan praktek dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis, balai pengobatan, dan rumah bersalin sebagai berikut : a. Komponen jasa pelayanan meliputi :

1. Jasa konsultan ;

2. Biaya suntikan dan obat-obatan ;

3. Jasa tindakan medik ;

4. Jasa penunjang medik ;

5. Jasa perawatan termasuk sewa kamar dan makan, khusus untuk Rumah Bersalin ;

6. Komponen lain untuk menunjang pelayanan kesehatan atas persetujuan Kepala Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Kabupaten Batang.

b. Terhadap masyarakat yang tidak mampu atau dinyatakan oleh pejabat berwenang tidak

mampu, dan atau cacat veteran harus diberikan pelayanan dengan tariff seringan-ringannya ; c. Terhadap kasus kecelakan ; terutama dalam keadaan gawat/darurat harus diberikan

pelayanan sesuai dengan etika profesi kesehatan, tanpa terlebih dahulu memungut uang muka.

BAB VI KETENTUAN RETRIBUSI

Bagian Pertama

Nama, Obyek, Subyek Retribusi

Pasal 27

Dengan nama Retribusi Perizinan di Bidang Kesehatan dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan perizinan di bidang kesehatan.

Pasal 28

Obyek retribusi adalah jasa pelayanan atas pemberian izin pelayanan di bidang kesehatan.

Page 14: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …

14

Pasal 29

Subyek retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang diberikan izin praktek pelayanan di bidang kesehatan.

Pasal 30

Wajib retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang diwajibkan membayar atas izin praktek pelayanan di bidang kesehatan yang dikeluarkan.

Bagian Kedua Golongan Retribusi

Pasal 31

Retribusi perizinan di bidang kesehatan digolongkan sebagai retribusi perizinan tertentu.

Bagian Ketiga Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 32

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan atas jumlah dan jenis izin yang dikeluarkan.

Bagian Keempat Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan

Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 33

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tariff didasarkan pada tujuan untuk sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin di bidang kesehatan.

Bagian Kelima Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 34

Setiap izin usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 2, dikenakan retribusi setiap tahun yang besarnya ditentukan sebagai berikut :

a. Untuk izin praktek berkelompok Dokter Umum/Dokter Gigi/Dokter Spesialis sebesar Rp 240.000,- (dua ratus empat puluh ribu rupiah) ;

b. Untuk izin Balai Pengobatan atau Rumah Bersalin sebesar Rp 120.000,- (seratus dua puluh ribu rupiah) ;

c. Untuk izin apotek sebesar Rp 300.000,- (tiga ratus ribu rupiah);

d. Untuk izin Dokter Umum/Dokter Gigi sebesar Rp 90.000,- (sembilan puluh ribu rupiah) ;

Page 15: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …

15

e. Untuk izin Dokter Spesialis sebesar Rp 120.000,- (seratus dua puluh ribu rupiah) ‘

f. Untuk izin bidan sebesar Rp 60.000,- (enam puluh ribu rupiah) ;

g. Untuk izin pedagang obat eceran/toko obat sebesar Rp 60.000,- (enam puluh ribu rupiah).

Bagian Keenam Wilayah Pemungutan

Pasal 35

Retribusi yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat pelayanan perizinan di bidang kesehatan diberikan.

Bagian Ketujuh Masa Retribusi dan Saat Retribusi Terutang

Pasal 36

Masa retribusi adalah suatu jangka waktu 1 (satu) tahun yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa perizinan.

Pasal 37

Retribusi terutang terjadi pada saat diterbitkannya SKRD.

Bagian Kedelapan Tata Cara pemungutan Retribusi

Pasal 38

(1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan. (2) Retribusi dipungut dengan mengunakan SKRD.

Bagian Kesembilan Tata Cara Pembayaran

Pasal 39

(1) Pembayaran Retribusi harus dilaksanakan secara tunai/lunas. (2) Pembayaran retribusi dilakukan di Kas Daerah sesuai waktu yang ditentukan dengan

menggunakan SKRD. (3) Apabila pembayaran retribusi dilakukan di tempat lain yang ditunjuk hasil penerimaan

retribusi harus disetor ke Kas daerah paling lambat 1 (satu) kali 24 (dua puluh empat) jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh Bupati.

Page 16: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …

16

Pasal 40

(1) Setiap pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud dalam pasal 39 diberikan tanda bukti pembayaran.

(2) Setiap pembayaran dicatat dalam buku penerimaan. (3) Bentuk, isi, kualitas, ukuran buku penerimaan dan tanda bukti pembayaran retribusi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Bupati.

Bagian Kesepuluh Tata Cara Penagihan

Pasal 41

(1) Surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan 7 (tujuh) hari

sejak saat tempo pembayaran.

(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak tanggal surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis disampaikan wajib retribusi harus melunasi retribusi yang terutang.

(3) Surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dikeluarkan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk.

Bagian Kesebelas Pengurangan, Keringanan, dan Pembebasan retribusi

Pasal 42

(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan, dan pembebasan retribusi. (2) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) ditetapkan oleh Bupati.

Bagian Keduabelas Kadaluarsa Penagihan

Pasal 43

(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kadaluarsa setelah melampui jangka waktu 3

(tiga) tahun terhitung sejak terutang retribusi kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi.

(2) Kadaluarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) tertangguh apabila :

a. Diterbitkan surat teguran atau

Page 17: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …

17

b. Ada pengakuan utang retribusi dari hasil retribusi baik langsung maupun tidak langsung.

BAB VII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 44

(1) Setiap usaha yang telah memperoleh izin berkewajiban :

a. Melaporkan kegiatan usahanya kepada bupati melalui Dinas Kesehatan dan Kasejahteraan Sosial ;

b. Melaporkan kepada Bupati selambat-lambatmya 3 (tiga) bulan apabila :

1. Terjadi perubahan pimpinan, nama, dan alamat tempat usaha;

2. Tidak lagi melakukan kegiatan usaha atau menutup usahanya.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a menyangkut proses penyelenggaraan dan masalah pokok yang dihadapi dalam lingkup tanggung jawabnya.

Pasal 45

(1) Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pelayanan medik dasar swasta

ditugaskan kepada Kepala Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial dan instansi terkait, organisasi profesi terkait sepanjang menyangkut bidang tugasnya.

(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi :

a. kewajiban yang harus dilaksanakan sebagaimana ditentukan dalam izin yang bersangakutan;

b. kebersihan, kesehatan, keindahan, dan ketertiban lingkungan tempat usaha;

c. dan lain-lain agar mutu pelayanan meningkat dan tetap memenuhi persyaratan medik sesuai dengan prosedur, teknis, dan etis.

(3) Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pengobatan tradisional

dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Soaial dan instansi terkait serta wajib saftar sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal 46

(1) Tenaga medis dan para medis dilarang :

a. melakukan perbuatan yang bertentangan dengan standar profesi;

b. menjalankan praktek diluar ketentuan yang tercantum dalam surat izin praktek;

c. memberikan atau meracik obat, kecuali suntikan;

d. menjalankan praktek dalam keadaan fisik dan mental terganggu.

Page 18: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …

18

(2) larangan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b tidak berlaku:

a. bagi tenaga medis yang bertugas didaerah terpencil yang tak ada apotik ;

b. bagi tenaga medis yang menolong orang sakit dalam keadaan darurat.

BAB VIII SANKSI

Pasal 47

(1) Bupati menetapakan sanksi administrative kepada pengusaha yang telah memperoleh izin

tetap yanga melamggar ketentuan pasal 20, 21, 22, 23, 24, 25 dari surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor 920/Menkes/ Per/XII/86, berupa :

a. teguran lisan atau tertulis oleh Kepala Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial berdasarkan adanyan laporan Kepala Puskesmas setempat terhadap Balai pengobatan atau Rumah Bersalin swasta;

b. teguran lisan atau tertulis oleh Kepala Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Kabupaten Batang terhadap Balai Pengobatan atau Rumah Bersalin atau dokter Umum atau Dokter Gigi;

c. peringatan atau penutupan sementara oleh Kepala Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sasial atas perintah Bupati;

d. pencabutan izin tetap oleh Bupati. (2) Izin dapat dicabut apabila :

a. pemegang izin tidak mengindahkan teguran peringatan yang diberikan dan tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana ditentukan dalam izin;

b. menimbulkan gangguan terhadap ketertiban dan ketentraman yang tidak dapat diatasi;

c. karena perkembangan wilayah yang menurut pertimbangan benar-benar mengharuskan kepin-dahannya ke lokasi yang sesuai dengan rencana umum tata ruang kota/daerah.

Pasal 48

Setiap pemegang izin yang tidak membayar atau kurang membayar dikenakan denda 2 % (dua persen) atau sebesar 4 (empat) kali retribusi setiap bulan.

Pasal 49

(1) Sebelum keputusan pencabutan izin ditetapkan, Bupati terlebih dahulu mendengar pertimbangan dari Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan (MDTK).

(2) Pencabutan izin dilakukan oleh Bupati berdasarkan :

a. Keputusan Pengadilan ;

Page 19: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …

19

b. Rekomendasi dari Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan ;

c. Rekomendasi dari Organisasi Profesi; dan atau

d. Permintaan dari yang bersangkutan.

Pasal 50

(1) Keputusan pencabutan izin disampaikan kepada pemilik izin yang bersangkutan dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak tanggal keputusan ditetapkan.

(2) Dalam keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disebutkan lamanya jangka waktu

pencabutan izin. (3) Dalam hal keputusan dimaksud pada ayat (1) tidak dapat diterima, yang bersangkutan

dapat melakukan keberatan kepada Bupati melalui Kepala Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah keputusan diterima.

(4) Pengajuan kembali izin terhadap pengajuan keputusan pencabutan sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) dan (3) dapat diajukan kembali sesuai prosedur yang telah ditetapkan.

Pasal 51

Tanaga medis dan para medis yang melangggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 dan pasal 46 ayat (1) dapat dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan izin praktek :

a. Untuk pelanggaran ringan pencabutan izin selama-lamanya 3 (tiga) bulan ;

b. Untuk pelanggaran sedang pencabutan izin selama-lamanya 6 (enam) bulan ;

c. Untuk pelanggaran berat pencabutan izin selama-lamanya 1 (satu) tahun.

Pasal 52

Tehadap Tenaga Medis dan Paramedis yang dengan sengaja :

a. Melakukan pelayanan kesehatan tanpa memiliki surat izin praktek sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ;

b. Melakukan pelayanan kesehatan tanpa terlebih dahulu melakukan adaptasi sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, dan/ atau ;

c. Melakukan pelayanan kesehatan yang tidak sesuai dengan standar profesi ; Dapat dipidana denda paling banyak Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).

Pasal 53

Pencabutan izin Apotek dapat dilakukan oleh Bupati apabila :

a. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan dimaksud dalam pasal 10 ;

b. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan yang dimaksud pasal 11 ;

Page 20: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …

20

c. Surat izin kerja Apoteker pengelola Apotek dicabut;

d. Pemilik sarana Apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-perundangan di bidang obat.

BAB IX PENYIDIKAN

Pasal 54

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang

khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah.

(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas ;

b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubuungan dedngan tindak pidana retribusi daerah tersebut ;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah ;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah ;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut ;

f. minta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah ;

g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e ;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah ;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi ;

j. menghentikan penyidikan ;

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan

Page 21: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …

21

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahuun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB X KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 55

Izin Praktek, Izin Apotek, dan Izin Tempat Usaha atau Izin sejenisnya yang telah dikeluarkan sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini tetap berlaku sampai dengan saat pendaftaran ulang yang ditentukan dalam izin tersebut, untuk kemudian diberikan izin baru sesuai dengan Peraturan Daerah ini.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 56

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini akan diatur kemudian oleh Bupati sepanjang mengenai pelaksanannya

Pasal 57

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Batang.

Ditetapkan di Batang Pada tanggal 15 September 2001

BUPATI BATANG, Pelaksana Tugas Harian

dto

ABDUL SYUKUR

Diundangkan di Batang Pada tanggal 15 September 2001 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BATANG dto ABDUL SYUKUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2001 NOMOR 10 SERI : B NO.: 4

Page 22: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …

22

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 10 TAHUN 2001

TENTANG

PERIZINAN DAN RETRIBUSI DI BIDANG KESEHATAN

I. UMUM Bahwa sebagai perwujudan pelimpahan kewenangan-kewenangan kepada daerah

dipandang perlu adanya pengaturan perizinan di bidang kesehatan dan dikenakan retribusi.

Kewenangan perizinan di bidang kesehatan termasuk salah satu kewenangan Pemerintah Pusat yang dilimpahkan kepada Daerah Kabupaten sehingga dipandang perlu ditata kembali berdasarkan kewenangan kabupaten untuk dapat melindungi masarakat dari praktek tidak membahayakan keselamatan dan kesehatan dan untuk mempertahankan keberlangsungan generasi.

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 s/d Pasal 10 : Cukup jelas Pasal 11 ayat (3) : Bagi tenaga kesehatan untuk jenis tenaga medis dan

tenaga kefarmasian lulusan dari lembaga pendidikan di luar negeri disyaratkan melakukan adaptasi untuk dapat melakukan tindakan kesehatan atau upaya kesehatan.

Adaptasi dilakukan dengan maksud tenaga kesehatan

untuk jenis tenaga medis dan tenaga kefarmasian memperoleh penyesuaian ilmu pengetahuan yang diperoleh dari luar negeri dengan ilmu pengetahuan yang sesuai untuk melakukan tugas profesi di bidang kesehatan di Indonesia.

Adaptasi perlu dilakukan sebab karakter dan tingkat

kesehatan serta lingkungan masyarakat Indonesia ber-beda dengan di luar negeri, sehingga suatu jenis penyakit tertentu di luar negeri akan memerlukan analisa dan pendekatan serta upaya pengobatan yang berbeda dengan Indonesia.

Page 23: LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG PERATURAN …

23

Dengan demikian diharap-kan ilmu pengetahuan tenaga kesehatan jenis tenaga medis dan tenaga kefarmasian yang diperoleh dari luar negeri dapat diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi masya-rakat Indonesia.

Pasal 12 s/d 44 : Cukup jelas. Pasal 45 ayat (3) : Wajib daftar dimaksudkan sebagai pengawasan dan

pembinaan terhadap praktek pengobatan tradisional serta sebagai upaya perlindungan terhadap masyarakat.

Pasal 46 s/d 57 : Cukup jelas.

============ooooooooooo============