LEMBAR SAMPUL EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH DI...
-
Upload
trankhuong -
Category
Documents
-
view
252 -
download
14
Transcript of LEMBAR SAMPUL EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH DI...
i
LEMBAR SAMPUL
EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA DENGAN
MENGGUNAKAN METODE TWO STAGE DATA
ENVELOPMENT ANALYSIS PERIODE 2015-2017
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)
Oleh:
Efendi Zarkasih
11140850000046
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439/2018
ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
iii
LEMBAR UJIAN KOMPREHENSIF
iv
LEMBAR UJIAN SKRIPSI
v
LEMBAR KEASLIAN KARYA ILMIAH
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Pribadi
Nama : Efendi Zarkasih
Alamat : Jl Anggrek Rosliana No 12A Kemanggisan Jakarta Barat
Telepon : 08998168694
Email : efendi(dot)zarkasih17@gmail(dot)com
B. Pendidikan
1. SDN 01 Pagi Jakarta 2001-2007
2. SMPN 88 Jakarta 2007-2010
3. SMAN 16 Jakarta 2010-2013
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (S1) 2014- 2018
C. Pengalaman Organisasi
HMJ Perbankan Syariah UIN Jakarta Dep.Kemahasiswaan (anggota)
DEMA FEB UIN Jakarta Dep.Kajian dan Penelitian
(kordinator)
D. Internship
PT Bank Mandiri (Consumer Credit Risk and Analytics Group) 2017
Bank Indonesia (Departemen Audit Internal) 2018
vii
EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA DENGAN
MENGGUNAKAN TWO STAGE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS
PERIODE 2015-2017
ABSTRACT
This study aims to determine efficiency level of Full Fledged Islamic Bank in
Indonesia during the period 2015-2017 using Data Envelopment Analysis (DEA)
method based on assumption CRS and VRS on the first stage. Furthermore, this study
also aims to look at the factors that affect the level of efficiency of the variables
studied by using the Panel Data Regression method on the second stage. The objects
of this study are 7 BUS in Indonesia on the first quarter to fourth in 2015-2017.
Based on the research results, VRS assumption is more efficient than CRS
assumption. The bank with optimum efficiency is BNI Syariah and BRI Syariah from
VRS assumption, but none of the bank with optimum efficiency in CRS assumption.
Bank Muamalat Indonesia is the lowest level of efficiency in both assumption CRS
and VRS. Moreover, the second stage shows that NOI has negative not significant
impact on efficiency. NI has positive significant impact on the efficiency, and market
share has negative significant impact on the efficiency.
Keywords: Data Envelopment Analysis (DEA), Constant Return to Scale (CRS),
Variable Return to Scale (VRS), Panel Regression
viii
EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA DENGAN
MENGGUNAKAN TWO STAGE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS
PERIODE 2015-2017
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi Bank Umum Syariah di
Indonesia selama periode 2015-2017 menggunakan metode Data Envelopment
Analysis (DEA) berdasarkan asumsi CRS dan VRS pada tahap pertama. Lebih lanjut,
penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi tingkat
efisiensi dari variabel yang diteliti menggunakan Regresi Data Panel pada tahap
kedua. Objek penelitian ini yaitu 7 BUS di Indonesia pada triwulan pertama hingga
triwulan keempat pada tahun 2015-2017. Berdasarkan hasil penelitian, skor efisiensi
dengan asumsi VRS lebih efisien dari pada asumsi CRS. Bank dengan efisiensi
optimal yaitu BNI Syariah dan BRI Syariah pada asumsi VRS, namun tidak ada bank
dengan efisiensi optimal pada asumsi CRS. Bank Muamalat Indonesia memiliki
efisiensi terendah dari kedua asumsi CRS dan VRS. Selanjutnya, pada tahap kedua
menunjukan NOI tidak berpengaruh signifikan negarif terhadap efisiensi, NI
berpengaruh signifikan positif terhadap efisiensi, dan market share berpengaruh
signifikan negatif terhadap efisiensi.
Kata kunci: Data Envelopment Analysis (DEA), Constant Return to Scale (CRS),
Variable Return to Scale (VRS), Regresi Panel
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Alhamdulillahhi Robbil ‘Alamin, segala puji dan syukur peneliti panjatkan kepada
Allah subhanahu wa ta’ala. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta
segala kenikmatan kepada kita semua. Alhamdulillah atas kerja keras serta seizin
Allah subhanahu wa ta’ala, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA DENGAN
MENGGUNAKAN METODE TWO STAGE DATA ENVELOPMENT
ANALYSIS PERIODE 2015-2017”. Selawat dan salam semoga selalu tercurah
kepada Baginda Nabi Besar Muhammad salllallahu alaihi wassalam, beserta para
keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang insyaallah akan mendapat syafaat di
akhir kelak.
Selama proses penulisan dan penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari bahwa
terdapat berbagai kendala yang harus dihadapi serta terdapat kontribusi dari berbagai
pihak berupa doa, arahan, motivasi, bantuan, dan bimbingan yang sangat berarti bagi
peneliti. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua, khususnya ibu yang telah memberikan doa, dukungan,
semangat, serta telah mengajarkan banyak hal dalam hidup saya.
2. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
yang telah memberikan kesempatan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini
sebagai syarat meraih gelar sarjana ekonomi.
x
3. Bapak Dr. Herni Ali, HT, SE, MM, selaku Dosen Pembimbing I yang dengan
sabar telah memberikan ilmu, arahan, saran, dan meluangkan waktunya dalam
proses penyelesaian penelitian skripsi ini hingga selesai.
4. Ibu Santi Yustini, SE., M.Ak selaku Dosen Pembimbing II yang telah berkenaan
mendengarkan dan memberikan solusi, arahan, dan bimbingan atas permasalahan
penelitian yang saya hadapi serta meluangkan waktu selama proses penelitian
skripsi ini hingga selesai.
5. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, SE., MBA., selaku Ketua Jurusan dan Ibu Fitri
Damayanti, SE., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Perbankan Syariah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu dalam
pemenuhan berkas-berkas administrasi saya dan persetujuan proposal penelitian.
6. Ibu Endra Kasni Laila Yuda, S.Ag., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah memberikan banyak masukan dan motivasi dari awal perkuliahan
hingga akhir masa studi.
7. Seluruh jajaran Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu
dan pelajaran hidup yang berguna bagi saya selama perkuliahan.
8. Seluruh saudara saya, khususnya kakak saya Ocie yang berkontribusi besar
selama saya berkuliah serta adik saya Hanum yang berkenan meluangkan waktu
terkait data penelitian yang digunakan.
9. Sahabat saya selama berkuliah, Nurul Aini dan Muhammad Irwan yang tanpa
sengaja telah banyak menghabiskan waktu bersama.
xi
10. Seluruh mahasiswa Perbankan Syariah Angkatan 2014 atas kebersamaannya
selama 4 tahun belajar dan berteman dengan kalian.
11. Teman-teman perbankan lainnya yang dengan sendirinya menjadi akrab, Ipul,
Eggy, Umar, Syahrul, Adi, Firman, Fuad, Wahyu, Melby, dan Fahmi.
12. Teman satu Departemen Litbang, Varrah, Anis, dan Rahmad yang selalu
menghibur serta menyemangati.
13. KKN AKBK 131 yang telah menghabiskan waktu bersama sebulan lamanya di
kota Bogor serta Ibu Nurhansi yang tanpa kontribusi beliau, program pengabdian
tidak akan terlaksana dengan baik.
14. Kak Erna yang sudah berkenan untuk berbagi ilmunya serta saran terkait
pengoperasian aplikasi DEA.
15. Serta seluruh pihak yang telah membantu peneliti yang tidak dapat peneliti sebut
satu persatu. Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua. Aamiin.
Penelitin menyadari bahwa penelitian skripsi ini masih jauh dari kata sempurna
karena keterbatasan pengetahuan maaupun pengalaman yang dimiliki peneliti. Oleh
sebab itu peneliti mengharapkan segala bentuk saran dan masukan yang membangun
untuk pencapaian yang lebih baik.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Jakarta, 19 Mei 2018
Efendi Zarkasih
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR SAMPUL ...................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................................... ii
LEMBAR UJIAN KOMPREHENSIF ......................................................................... iii
LEMBAR UJIAN SKRIPSI ......................................................................................... iv
LEMBAR KEASLIAN KARYA ILMIAH .................................................................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... vi
ABSTRACT ................................................................................................................ vii
ABSTRAK ................................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xvi
DAFTAR GRAFIK .................................................................................................. xviii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 12
C. Batasan Masalah........................................................................................... 13
D. Rumusan Masalah ........................................................................................ 13
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 16
A. Teori terkait dengan variabel penelitian ....................................................... 16
1. Kinerja Keuangan Bank ............................................................................... 16
xiii
a. Pengertian Kinerja Keuangan ................................................................... 16
b. Tujuan Analisis Kinerja Keuangan ........................................................... 17
c. Pengukuran Kinerja Keuangan ................................................................. 18
d. Analisis Kinerja Keuangan Bank .............................................................. 20
2. Efisiensi ........................................................................................................ 23
a. Pengertian Efisiensi .................................................................................. 23
b. Efisiensi dalam Islam ................................................................................ 24
c. Efisiensi dalam Perbankan ........................................................................ 25
d. Teknik Pengukuran Efisiensi Perbankan Syariah ..................................... 27
e. Model Pengukuran Efisiensi DEA ............................................................ 29
f. Hubungan Input dan Output ..................................................................... 33
3. Perbankan Syariah ........................................................................................ 35
a. Pengertian Bank Umum Syariah............................................................... 35
b. Asas, Tujuan dan Fungsi Bank Syariah .................................................... 35
c. Kegiatan Operasional Perbankan Syariah................................................. 37
4. Variabel Input ............................................................................................... 40
a. Dana Pihak Ketiga .................................................................................... 40
b. Aset Tetap ................................................................................................. 43
c. Beban Tenaga Kerja.................................................................................. 44
5. Variabel Output ............................................................................................ 44
a. Pembiayaan ............................................................................................... 44
b. Pendapatan Operasional ............................................................................ 46
c. Kas ............................................................................................................ 46
6. Net Operating Income .................................................................................. 46
7. Net Imbalan .................................................................................................. 47
8. Market Share ................................................................................................ 47
B. Tinjauan Kajian Terdahulu .......................................................................... 49
C. Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 55
D. Keterkaitan Antar Variabel dan Hipotesis Penelitian .................................. 57
xiv
1. Pengaruh Net Operating Income (NOI), Net Imbalan (NI),
dan Market Share secara parsial. ................................................................. 57
a. Pengaruh NOI terhadap Nilai Efisiensi .................................................... 57
b. Pengaruh Market Share terhadap Nilai Efisiensi ...................................... 58
c. Pengaruh Net Imbalan terhadap Nilai Efisiensi ........................................ 59
2. Pengaruh Net Operating Income (NOI), Net Imbalan (NI),
dan Market Share secara simultan. .............................................................. 61
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................................... 62
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 62
B. Metode Penentuan Sampel ........................................................................... 63
C. Metode Pengumpulan Data .......................................................................... 66
D. Metode Analisis Data ................................................................................... 67
1. Data Envelopment Analysis (DEA) ............................................................. 67
a. Constant Return to Scale (CRS) ............................................................... 70
b. Variable Return to Scale (VRS)................................................................ 71
2. Pengujian Pelanggaran Asumsi .................................................................... 72
a. Multikolineraritas...................................................................................... 72
b. Heteroskedastisitas.................................................................................... 73
c. Normalitas ................................................................................................. 74
3. Uji Stasioneritas Data ................................................................................... 74
4. Regresi Data Panel ....................................................................................... 75
a. Metode Common Effect ............................................................................ 76
b. Metode Fixed Effect .................................................................................. 77
c. Uji Chow ................................................................................................... 78
d. Metode Random Effect.............................................................................. 79
e. Uji Hausman ............................................................................................. 79
5. Pengujian Statistik ........................................................................................ 80
a. Uji t ........................................................................................................... 80
b. Uji F .......................................................................................................... 81
c. Uji Adjusted R2.......................................................................................... 82
xv
E. Operasional Variabel Penelitian ................................................................... 82
1. Variabel Dependen (Y) ................................................................................ 83
2. Variabel Independen (X) .............................................................................. 83
BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................................... 86
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................. 86
1. Bank Umum Syariah di Indonesia ................................................................ 86
B. Temuan Hasil Penelitian .............................................................................. 90
1. Statistik Deskriptif ........................................................................................ 90
a. Beban Tenaga Kerja.................................................................................. 91
b. Dana Pihak Ketiga .................................................................................... 92
c. Aset Tetap ................................................................................................. 93
d. Pendapatan Operasional ............................................................................ 94
e. Pembiayaan ............................................................................................... 95
f. Kas ............................................................................................................ 96
2. Hasil Analisis Efisiensi dengan Data Envelopment Analysis (DEA) .......... 97
3. Potential Improvement Efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia ......... 121
4. Hasil Analisis Faktor Penentu Efisiensi ..................................................... 123
a. Pengujian Asumsi Klasik ........................................................................ 123
b. Uji Kelayakan Data (Uji Akar Unit) ....................................................... 126
c. Estimasi Data Panel ................................................................................ 127
d. Pengujian Statistik .................................................................................. 131
e. Model Regresi Data Panel ...................................................................... 135
B. Pembahasan ................................................................................................ 136
1. Analisis Efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia ................................ 136
2. Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi ........................................................ 141
BAB V PENUTUP .................................................................................................... 146
A. Kesimpulan ................................................................................................ 146
B. Saran ........................................................................................................... 148
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 150
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Indikator Utama Perbankan Syariah di Indonesia (Triliun) ......................... 3
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................................... 49
Tabel 3.1 Proses Pengambilan Sampel ....................................................................... 64
Tabel 3.2 Sampel Penelitian ........................................................................................ 65
Tabel 3.3 Spesifikasi Variabel Input dan Output dalam Penelitian ........................... 82
Tabel 4.1 Hasil Pencapaian Efisiensi Optimum dengan Asumsi CRS dan VRS ........ 98
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Efisiensi Rata-rata dengan Asumsi CRS dan VRS ....... 99
Tabel 4.3 Nilai Efisiensi Asumsi CRS Bank Syariah Mandiri (%) .......................... 101
Tabel 4.4 Rincian Nilai Efisiensi Terendah Bank Syariah Mandiri Asumsi CRS 102
Tabel 4.5 Nilai Efisiensi Asumsi CRS Bank Muamalat Indonesia (%) .................... 104
Tabel 4.6 Rincian Nilai Efisiensi
Terendah Bank Muamalat Indonesia Asumsi CRS .................................. 105
Tabel 4.7 Nilai Efisiensi Asumsi CRS BNI Syariah (%) .......................................... 107
Tabel 4.8 Rincian Nilai Efisiensi Terendah BNI Syariah Asumsi CRS ................... 108
Tabel 4.9 Nilai Efisiensi Asumsi CRS BRI Syariah (%) .......................................... 110
Tabel 4.10 Rincian Nilai Efisiensi Terendah BRI Syariah Asumsi CRS ................. 111
Tabel 4.11 Nilai Efisiensi Asumsi CRS BTPN Syariah (%) .................................... 113
Tabel 4.12 Rincian Nilai Efisiensi Terendah BTPN Syariah Asumsi CRS .............. 114
Tabel 4.13 Nilai Efisiensi Asumsi CRS Bank Panin Syariah (%) ............................ 116
Tabel 4.14 Rincian Nilai Efisiensi Terendah Bank Panin Syariah Asumsi CRS 117
Tabel 4.15 Nilai Efisiensi Asumsi CRS Bank Bank Bukopin Syariah (%) .............. 119
xvii
Tabel 4.16 Rincian Nilai Efisiensi
Terendah Bank Bukopin Syariah Asumsi CRS ...................................... 120
Tabel 4.17 Hasil Uji Multikolinearitas...................................................................... 124
Tabel 4.18 Hasil Uji Heteroskedastisitas .................................................................. 125
Tabel 4.19 Hasil Uji Normalitas ............................................................................... 125
Tabel 4.20 Hasil Perhitungan Uji Akar Unit ............................................................. 126
Tabel 4.21 Hasil Pengolahan Common Effect Model (CEM) .................................. 127
Tabel 4.22 Hasil Pengolahan Fixed Effect Model (FEM) ........................................ 128
Tabel 4.23 Hasil Uji Chow........................................................................................ 129
Tabel 4.24 Hasil Pengolahan Random Effect Model (REM) .................................. 130
Tabel 4.25 Uji Hausman ........................................................................................... 130
Tabel 4.26 Hasil Uji t-statistic .................................................................................. 132
Tabel 4.27 Hasil Uji F-statistic ................................................................................. 134
Tabel 4.28 Hasil Uji Adjusted R-Squared ................................................................ 135
Tabel 4.29 Hasil Pemilihan Model Regresi Tebaik .................................................. 136
xviii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Market Share Perbankan Syariah di Indonesia (2015-2017) .................... 6
Grafik 1.2 BOPO Bank Umum Syariah di Indonesia (2015-2017) ........................... 9
Grafik 4.1 Pergerakan Variabel Beban Tenaga Kerja ................................................. 91
Grafik 4.2 Pergerakan Variabel Dana Pihak Ketiga ................................................... 92
Grafik 4.3 Pergerakan Variabel Aset Tetap ................................................................ 93
Grafik 4.4 Pergerakan Variabel Pendapatan Operasional ........................................... 94
Grafik 4.5 Pergerakan Variabel Pembiayaan .............................................................. 95
Grafik 4.6 Pergerakan Variabel Kas ........................................................................... 96
Grafik 4.7 Efisiensi Rata-rata BUS dengan Asumsi CRS dan VRS ......................... 100
Grafik 4.8 Pergerakan Rata-rata Efisiensi
Bank Syariah Mandiri Asumsi CRS 2015-2017 ..................................... 102
Grafik 4.9 Pergerakan Rata-rata Efisiensi Bank Muamalat Indonesia ..................... 105
Grafik 4.10 Pergerakan Rata-rata Efisiensi BNI Syariah Asumsi CRS .................... 108
Grafik 4.11 Pergerakan Rata-rata Efisiensi BRI Syariah Asumsi CRS .................... 111
Grafik 4.12 Pergerakan Rata-rata Efisiensi BTPN Syariah Asumsi CRS ................ 114
Grafik 4.13 Pergerakan Rata-rata Efisiensi Bank Panin Syariah Asumsi CRS ........ 117
Grafik 4.14 Pergerakan Rata-rata Efisiensi Bank Bukopin Syariah Asumsi CRS ... 119
Grafik 4.15 Potential Improvement 7 BUS di Indonesia periode 2015 - 2017 ......... 122
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Alur Operasional Bank Syariah............................................................... 37
Gambar 2.3 Alur Kerangka Pemikiran........................................................................ 55
1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang A.
Kemajuan pesat industri keuangan syariah di Indonesia khususnya perbankan
syariah ditandai dengan dikeluarkannya beberapa regulasi yang mendukung
aktivitas ekonomi berbasis syariah. Hal tersebut dibuktikan dengan berubahnya
UU No. 7 Tahun 1992 menjadi UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, serta
UU No. 21 Tahun 2008 yang mengatur secara khusus mengenai perbankan
syariah. UU No.7 Tahun 1992 menjadi tonggak perkembangan perbankan syariah
dengan didirikannya Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah pertama di
Indonesia. Lebih lanjut, UU No. 10 Tahun 1998 memberikan kesempatan yang
lebih luas untuk perkembangan perbankan syariah dengan ditetapkannya
perizinan dual banking system bagi bank di Indonesia. Sedangkan UU No. 21
Tahun 2008 merupakan peraturan yang secara khusus diperuntukan bagi bank
syariah di Indonesia untuk dapat menjalankan aktivitas operasionalnya.
Secara umum, perbankan syariah di Indonesia terbagi menjadi tiga yaitu Bank
Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS). Menurut UU No. 21 Tahun 2008, bank syariah adalah bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya
terdiri dari Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Sedangkan Unit Usaha Syariah merupakan unit kerja dari kantor pusat Bank
Umum Konvensional yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
2
syariah. Ketiganya merupakan tolak ukur dalam menentukan perkembangan
perbankan syariah di Indonesia.
Berdasarkan Outlook Masyarakat Ekonomi Syariah pada tahun 2016, industri
perbankan syariah Indonesia secara umum telah mengalami kemajuan yang
berarti sejak pertama kali didirikan pada tahun 1992. Dalam rentang periode 9
tahun terakhir, aset perbankan syariah telah tumbuh sebesar sepuluh kali lipat,
dari posisi Rp 26,7 triliun pada tahun 2006, menjadi Rp 272,4 triliun pada
pertengahan tahun 2015 (MES, 2016). Pertumbuhan aset tersebut didukung
dengan penambahan jumlah perbankan syariah hampir di tiap tahunnya. Pada
tahun 2006 hanya tiga BUS yang beroperasi yaitu Bank Muamalat Indonesia,
Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah Indonesia, jumlah tersebut
meningkat secara signifikan hingga pada tahun 2015 jumlahnya sebanyak dua
belas BUS yang beroperasi.
Penguatan aset perbankan syariah terus berkembang hingga tahun berikutnya
yaitu tahun 2016. Pada tahun 2016 dengan adanya konversi Bank Pembangunan
Daerah (BPD) Aceh menjadi Bank Syariah Aceh, aset perbankan syariah
meningkat signifikan di Provinsi Nangroe Aceh Darusalam. Menyebabkan
perbankan syariah yang masih didominasi oleh BUS umumnya terkonsentrasi
pada empat provinsi di Pulau Jawa, yaitu DKI Jakarta sebesar 53,64%, Jawa Barat
sebesar 9,96%, Jawa Timur sebesar 6,42%, dan Jawa Tengah sebesar 5,11%,
dapat menyebar hingga Pulau Sumatra yaitu Nangroe Aceh Darusalam sebesar
3
5,16%. Secara kumulatif kelima provinsi tersebut berkontribusi sebesar 80,29%
terhadap perbankan syariah nasional (LPKS OJK, 2016).
Pada tahun 2016 perkembangan perbankan syariah di Indonesia mengalami
pertumbuhan yang positif. Hal tersebut ditandai dengan beberapa nilai Indikator
Utama Perbankan syariah yaitu Aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Pembiayaan
(PYD) mencapai nilai tertinggi pada tahun 2016 selama kurun waktu tiga tahun
sejak 2015. Bahkan Islamic Financial Service Industry Stability Report 2016
menyebutkan bahwa perbankan syariah Indonesia menjadi salah satu kontributor
perkembangan perbankan syariah global dengan kontribusi sebesar 2,5% dari
total aset keuangan syariah global yaitu $1,9 triliun (LPS OJK, 2016).
Adapun rincian peningkatan indikator utama perbankan syariah dan Bank
Umum Syariah (BUS) di Indonesia selama kurun waktu tiga tahun dari 2015
hingga 2017, baik dari nilai nominal maupun presentase pertumbuhan tiap
tahunnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1.1 Indikator Utama Perbankan Syariah di Indonesia (Triliun)
Indikator Perbankan Syariah BUS
2015 2016 2017 2015 2016 2017
Aset 304,00 365,6 435,0 213,423 254,184 288,027
Pertumbuhan
Aset (yoy)
9,00% 20,28% 18,98% 4,1% 19% 13.31%
DPK 236,02 285,2 341,7 174,895 206,407 238,225
Pertumbuhan
DPK (yoy)
6,37% 20,84% 19,81% 2,4% 18% 15,41%
PYD 218,72 254,7 294,6 154,526 178,043 190,382
Pertumbuhan
PYD (yoy)
7,06% 16,41% 15,66% 4% 15,21% 6,93%
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan 2015-2017 (data diolah)
4
Berdasarkan tabel 1.1, dapat dilihat bahwa hampir seluruh indikator utama
perbankan syariah mengalami kenaikan nilai yang cukup signifikan namun
berfluktuasi pada tingkat pertumbuhannya. Kontribusi nilai paling besar pada tiap
tahunnya yaitu indikator aset mencapai Rp 435 triliun di tahun 2017. Sedangkan
pertumbuhan indikator terbesar ada pada indikator DPK pada tahun 2016 yaitu
20.84% dengan perolehan nilai Rp 285,2 triliun dari nilai Rp 236,02 triliun pada
tahun 2015. Sedangkan indikator aset hanya mencatatkan pertumbuhan 20.28%
dengan perolehan nilai Rp 365,6 triliun pada tahun 2016 dari nilai Rp 304,0
triliun pada tahun 2017. Selanjutnya, berdasarkan pertumbuhan tiap tahunnya dari
tahun 2015 hingga tahun 2017 tiap indikator menunjukan fluktuasi yang
cenderung menurun. Penurunan yang cukup ekstrim terjadi pada tahun 2015
dengan besaran 9% untuk indikator aset, 6,37% untuk indikator DPK, dan 7,06%
untuk indikator pembiayaan. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh pertumbuhan
perekonomian Indonesia pada tahun 2015 merupakan yang terendah dalam kurun
waktu 5 tahun terakhir yaitu sebesar 4,79%. Kondisi tersebut sejalan dengan
pertumbuhan perekonomian global yang cenderung melambat pada tahun yang
sama (LPS OJK, 2015).
Sedangkan untuk BUS di Indonesia terdapat perbedaan tingkat pertumbuhan
indikator utama perbankan syariah. Pertumbuhan tertinggi BUS ada pada
indikator aset sebesar 19% pada tahun 2016 sedangkan pertumbuhan terendah ada
pada indikator DPK sebesar 2,4% pada tahun 2015. Jika dilihat secara
keseluruhan, pertumbuhan BUS sebagai kontributor terbesar pertumbuhan
5
perbankan syariah di Indonesia menunjukan fluktuasi yang cenderung menurun.
Namun penurunan tersebut jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan
pertumbuhan tahun 2015. Selain itu nilai tiap indikator terus mengalami kenaikan
dengan nilai tertinggi pada tahun 2017, tercatat untuk indikator aset dengan nilai
Rp 288,027 triliun, indikator DPK Rp 238,225 triliun, dan indikator pembiayaan
Rp 190,382 triliun. Nilai tersebut memberikan kontribusi lebih dari 50% pada
nilai perbankan syariah keseluruhan yang mengindikasikan peran sentral BUS
dalam perkembangan perbankan syariah di Indonesia.
Sementara itu, dilihat dari kontribusi perbankan syariah terhadap industri
perbankan di tanah air, market share perbankan syariah belum mengalami
pertumbuhan yang relatif besar. Pangsa pasar bank syariah terhadap total pangsa
pasar perbankan nasional hanya mencapai 4,87% pada akhir 2015 atau masih di
bawah target minimal 5%. Menurut Mulya Siregar sebagai Dewan Komisioner
Pengawas Perbankan OJK, pada akhir 2014 market share bank syariah telah
mencapai 4,89%, namun menurun pada triwulan I 2015 menjadi 4,67%
(www.antaranews.com). Hal tersebut mengindikasikan bahwa penetrasi pasar
perbankan syariah di Indonesia cenderung masih belum stabil. Dalam hal tersebut
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai pengawas lembaga jasa keuangan
melakukan usaha berupa terobosan seperti memberikan kelonggaran uang muka
dalam pembiayaan perumahan syariah agar kinerja perbankan syariah dapat
terdongkrak, namun sayangnya hal tersebut belum memberikan dampak yang
signifikan terhadap pembiayaan sampai triwulan II tahun 2015 (MES,2016).
6
Hingga pada tahun 2016 tercatat market share perbankan meningkat sebesar
5,33% dari nilai 4,87% pada tahun 2015. Hal tersebut menunjukan bahwa
akselerasi bisnis bank syariah makin menguat melalui dukungan kebijakan OJK
berupa kemudahan pembukaan kantor cabang. Jika dilihat dari besaran market
share yang dicapai perbankan syariah selama tiga tahun hingga tahun 2017 terus
mengalami peningkatan. Dapat diamati dari grafik berikut ini:
Grafik 1.1 Market Share Perbankan Syariah di Indonesia (2015-2017)
Sumber: cnbcindonesia.com
Berdasarkan grafik 1.1, market share perbankan syariah di Indonesia terus
mengalami peningkatan. Walaupun masih dalam kisaran 5%, namun hal tersebut
sudah menunjukan perkembangan atas keinginan masyarakat untuk menggunakan
jasa keuangan berbasis syariah. Dalam kurun waktu tiga tahun, nilai market share
terendah terjadi pada tahun 2015 yaitu sebesar 4,87% dan tertinggi dengan angka
5,74% pada akhir tahun 2017. Hal tersebut dapat disebabkan oleh indikator utama
4.4 4.6 4.8 5 5.2 5.4 5.6 5.8 6
2015
2016
2017
Market Share
Market Share
7
perbankan syariah yang terus mengalami kenaikan tiap tahunnya. Lebih lanjut
pada tahun 2016 market share perbankan syariah terhadap perbankan nasional
menembus angka psikologis 5% (five percent trap). Per Desember 2016 market
share perbankan syariah mencapai 5,33% meningkat sebesar 0,46% dari 4,87%
pada tahun 2015. Hal tersebut terjadi akibat pertumbuhan BUS yang signifikan
dengan adanya konversi BPD Aceh menjadi Bank Aceh Syariah pada September
2016.
Pencapaian market share perbankan syariah masih sangat jauh dari
pencapaian market share perbankan konvensional. Besaran market share
perbankan syariah sebesar 5,33% yang terdiri dari nilai BUS sebesar 69,52%,
UUS sebesar 27,98%, dan BPRS sebesar 2,50% tidak sebanding dengan market
share bank konvensional yang mencapai 94,67%. Hal tersebut sesuai dengan
pencapaian total aset bank konvensional sebesar Rp 6.487 triliun dibandingkan
dengan Rp 365 triliun yang dicapai oleh perbankan syariah (LPS OJK, 2016).
Rencana implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun
2015 menciptakan iklim usaha yang semakin ketat bagi perbankan syariah.
Perencanaan liberalisasi sektor perbankan mengakibatkan akses pasar keuangan
domestik menjadi terbuka lebar. Hal ini berimplikasi pada persaingan pada
tingkat nasional akan diwarnai dengan pelaku perbankan negara tetangga yang
memiliki permodalan besar dan teknologi yang canggih. Dengan populasi muslim
terbesar di dunia dan pertumbuhan ekonomi yang menjanjikan, industri
8
perbankan di Indonesia telah menjadi daya tarik tersendiri bagi bank asing untuk
memperluas ekspansinya (MES, 2016).
Perbankan syariah perlu melakukan perbaikan internal melalui penerapan
strategi baru guna menghadapi tiap tantangan. Dengan penerapan strategi yang
sesuai, perbankan syariah dapat mempertahankan pasar yang dimilikinya dan
mengembangkan potensi yang ada di masyarakat sehingga besaran indikator
utama perbankan syariah maupun market share dapat terus ditingkatkan. Hal
tersebut tidak dapat terlaksana tanpa adanya pencapaian kinerja yang baik melalui
peningkatan efisiensi.
Efisiensi dalam dunia perbankan adalah salah satu parameter kinerja yang
cukup popular dan banyak digunakan untuk menjawab atas kesulitan-kesulitan
dalam menghitung ukuran-ukuran kinerja perbankan (Hosen & Muhari, 2013). Di
samping itu, efisiensi pada bank syariah juga mencerminkan pelayanan yang
diberikan telah optimal. Pada akhirnya, akan menambah perhatian lebih banyak
deposan dan investor pada bank. Secara keseluruhan, kinerja bank syariah yang
efisien akan meningkatkan perkembangan perbankan dan industri keuangan, dan
menaikkan pertumbuhan ekonomi (Zainal & Ismail, 2012).
Dalam dunia perbankan, efisiensi juga menjadi salah satu komponen dalam
perhitungan tingkat kesehatan dan evaluasi kinerja. Evaluasi kinerja suatu bank
terutama bank syariah biasanya dihitung dengan rasio-rasio antara lain,
Kecukupan Modal Rasio atau Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset
(ROA), Financing to Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional terhadap
9
Pendapatan Operasional (BOPO), serta aspek manajemen dan aspek sensitifitas.
Perhitungan tersebut biasa dikenal dengan istilah CAMELS (Capital, Asset,
Management, Earning, Liability, Sensitifity). Salah satu elemen yang
berhubungan erat dengan efisiensi yaitu Earning yang memuat rasio Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional.
Grafik 1.2 BOPO Bank Umum Syariah di Indonesia (2015-2017)
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan 2015-2017
Berdasarkan grafik 1.2, nilai BOPO selama tiga tahun terakhir terus
mengalami penurunan. Penurunan tersebut menunjukan semakin efisien bank
syariah dalam mengelola sumber daya yang dimiliki. Selama kurun waktu tiga
tahun dari tahun 2015 hingga tahun 2017, penurunan BOPO BUS pada tahun
2016 sebesar 0,79% dan pada tahun 2017 sebesar 1,31%, walaupun nilainya
masih relatif kecil yaitu dibawah 2%. Menurut Aslan Lubis selaku Analis
Eksekutif OJK, penurunan BOPO tersebut terjadi disebabkan oleh bank syariah
yang mulai mengarahkan digitalisasi perbankan. Dengan adanya digitalisasi
93.5
94
94.5
95
95.5
96
96.5
97
97.5
2015 2016 2017
BOPO BUS
BOPO BUS
10
perbankan, bank mulai mengurangi biaya pencandangan sehingga biaya
operasional turun (www.kontan.co.id). Semakin kecil atau bernilai negatif nilai
BOPO maka semakin baik keadaan bank. Karena BOPO menghitung Biaya
Operasional yang dikeluarkan terhadap Pendapatan Operasional yang didapat.
Namun pada kenyataanya, pengukuran efisiensi tidak hanya berhubungan
dengan satu variabel input yang dihubungkan dengan satu variabel output,
melainkan dibutuhkan lebih banyak variabel untuk mengukur efisiensi. Oleh
karena itu rasio BOPO dianggap tidak menggambarkan tingkat efisiensi suatu
bank. Hal tersebut dikarenakan perhitungan tingkat efisiensi menggunakan rasio
BOPO merupakan Partial Efficiency. Selain itu, porsi bobot pada perhitungan
tingkat efisiensi pada metode CAMELS yang hanya sebesar 5% menjadi suatu
perhatian tersendiri, apalagi mengingat pentingnya pengukuran tingkat efisiensi
dalam menggambarkan kinerja suatu bank (Firdaus & Hosen, 2013).
Agar permasalahan pengukuran efisiensi dapat diatasi selain menggunakan
analisis rasio, maka pendekatan frontier dikembangkan untuk mengukur efisiensi
industri perbankan. Salah satu pendekatan frontier yang sudah dikenal luas yaitu
dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) yang pertama
kali dikembangkan oleh Charnes, Chooper, dan Rhodes pada tahun 1978
(Sherman & Zhu, 2006). Selain itu analisis DEA juga termasuk dalam pendekatan
non parametik yang lebih mudah untuk digunakan dibandingkan dengan
pendekatan parametik yang membutuhkan asumsi khusus sebagai acuan dalam
mengukur efisiensi (Gunawan, 2013).
11
Menurut Amirillah (2014) Data Envelopment Analysis merupakan metode
untuk menghitung nilai efisiensi dari tiap unit bank-bank syariah. Data
Envelopment Analysis merupakan prosedur yang dirancang khusus untuk
mengukur nilai efisiensi dengan menggunakan banyak input dan output, di mana
pada umumnya penggabungan antara input dan output tidak dapat dilakukan.
Skor efisiensi Data Envelopment Analysis relatif tergantung pada tingkat efisiensi
dari unit-unit bank syariah lain di dalam sampel. Selain itu Data Envelopment
Analysis juga dapat memberikan rekomendasi faktor-faktor yang perlu
diperhatikan guna mencapai tingkatan efisiensi.
Dalam beberapa penelitian, pengukuran efisiensi dengan metode parametik
maupun non parametik biasanya menggunakan pengukuran tambahan seperti
metode analisis regresi. Seperti penelitian yang dilakukan Achsani dan Saptono
pada tahun 2016 mengenai analisis faktor penentu tingkat efisiensi pada
perbankan di ASEAN, penggunaan analisis regresi dimaksudkan untuk
mengetahui faktor internal dan eksternal yang menentukan efisiensi perbankan.
Sehingga industri perbankan syariah memiliki tolak ukur efisiensi dan dapat
menerapkan strategi yang berhubungan dengan peningkatan efisiensi.
Oleh karena itu, penelitian mengenai efisiensi industri perbankan syariah di
Indonesia penting untuk diteliti mengingat besarnya potensi yang dimiliki. Selain
itu, persaingan usaha yang tidak hanya pada tingkat domestik namun juga antar
negara, sebagai bagian dari liberalisasi perbankan pada kebijakan MEA yang
12
perlu diwaspadai untuk dapat melakukan evaluasi kinerja perbankan syariah agar
dapat terus meningkatkan skala ekonomi yang dimiliki.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai efisiensi dengan metode Data Envelopment Analysis serta
melakukan analisis besarnya pengaruh variabel independen yang peneliti gunakan
terhadap nilai efisiensi. Oleh sebab itu peneliti ingin menuangkan penelitian ini
dalam judul “Efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia dengan
Menggunakan Metode Two Stage Data Envelopment Analysis Periode 2015-
2017”.
Identifikasi Masalah B.
Identifikasi masalah digunakan untuk menjelaskan potensi masalah pada
penelitian. Oleh karena itu identifikasi masalah pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Besarnya potensi Bank Umum Syariah (BUS) sebagai kontributor
perkembangan perbankan syariah di Indonesia dengan kontribusi lebih dari
50% dilihat dari perkembangan indikator utama perbankan syariah, namun
presentase pertumbuhannya relatif berfluktuasi.
2. Efisiensi sangat penting dalam industri perbankan, karena menjadi salah satu
parameter yang populer dalam menjawab kesulitan menghitung ukuran
kinerja perbankan.
13
3. Penerapan rencana kebijakan MEA mulai tahun 2015 menyebabkan
timbulnya potensi liberalisasi perbankan yang mengharuskan bank syariah
melakukan evaluasi kinerja terutama dalam hal efisiensi.
4. Evaluasi kinerja dengan metode CAMELS khususnya efisiensi yang
diwakilkan oleh rasio BOPO hanya sebesar 5%, dianggap hanya
menggambarkan partial efficiency.
5. Pengukuran efisiensi tidak hanya berhubungan dengan satu variabel input dan
satu variabel output, melainkan dibutuhkan lebih banyak variabel guna
menjelaskan tingkat efisiensi suatu bank.
Batasan Masalah C.
Pembatasan suatu masalah digunakan untuk menghindari inkonsistensi serta
pelebaran pokok bahasa penelitian, agar memudahkan dalam pembahasan dan
dapat lebih terarah sehingga tujuan penelitian bisa tercapai. Berikut merupakan
pembatasan masalah pada penelitian ini:
1. Objek penelitian hanya fokus pada Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia
2. Menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) dan berfokus pada
asumsi Constant Return to Scale (CRS) pada pengukuran two stage
3. Rentang waktu pengamatan pada triwulan pertama hingga keempat dari
periode 2015 hingga 2017
Rumusan Masalah D.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
14
1. Bagaimana tingkat efisiensi Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia selama
periode 2015-2017?
2. Bagaimana besaran pengaruh Variabel Net Operating Income, Net Imbalan,
dan Market Share terhadap tingkat efisiensi BUS di Indonesia secara parsial?
3. Bagaimana besaran pengaruh Variabel Net Operating Income, Net Imbalan,
dan Market Share terhadap tingkat efisiensi BUS di Indonesia secara
simultan?
Tujuan dan Manfaat Penelitian E.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk menganalisis tingkat efisiensi Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia
selama periode 2015-2017.
2. Untuk menganalisis besaran pengaruh Variabel Net Operating Income, Net
Imbalan, dan Market Share terhadap tingkat efisiensi BUS di Indonesia secara
parsial.
3. Untuk menganalisis besaran pengaruh Variabel Net Operating Income, Net
Imbalan, dan Market Share terhadap tingkat efisiensi BUS di Indonesia secara
simultan.
Manfaat penelitian yang diperoleh berkaitan dengan analisis efisiensi Bank
Umum Syariah (BUS) bagi beberapa pihak, antara lain:
1. Bagi Perbankan Syariah di Indonesia
15
Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam mengambil keputusan bisnis yang
lebih baik. Serta dapat menjadi pertimbangan dalam menjalankan strategi
peningkatan efisiensi dalam rangka memperbaiki kinerja perbankan syariah.
2. Bagi Institusi
Penelitian ini dapat dijadikan kontribusi dalam ilmu pengetahuan khususnya
di bidang perbankan syariah serta menjadi bahan rujukan untuk penelitian
sejenis selanjutnya.
3. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat menambah wawasan serta pengalaman dalam membuat
karya ilmiah, serta mengembangkan ilmu pengetahuan yang didapat di
bangku kuliah.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Teori terkait dengan variabel penelitian A.
Kinerja Keuangan Bank 1.
a. Pengertian Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah suatu ukuran kinerja yang menggunakan
indikator keuangan. Analisis kinerja keuangan dilakukan untuk menilai
kinerja masa lalu dengan melakukan berbagai analisis sehingga diperoleh
posisi keuangan yang mewakili realitas entitas dan potensi-potensi kinerja
yang akan berlanjut (Halim,2008).
Menurut Riswan dan Kesuma (2014) kinerja keuangan merupakan
gambaran setiap hasil ekonomi yang mampu diraih oleh perusahaan pada
periode tertentu melalui aktivitas-aktivitas perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan secara efektif dan efisien. Kinerja keuangan
digunakan sebagai dasar untuk memprediksi kinerja di masa depan.
Kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat
mengukur keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan dalam
menghasilkan laba (Sucipto, 2003).
Konsep kinerja keuangan menurut Gitosudarmono dan Basri (2002)
adalah rangkaian aktivitas keuangan pada suatu periode tertentu yang
17
dilaporkan dalam laporan keuangan diantaranya laporan laba rugi dan
neraca.
b. Tujuan Analisis Kinerja Keuangan
Pengukuran kinerja keuangan dilakukan bersamaan dengan proses
analisis. Analisis kinerja keuangan merupakan suatu proses pengkajian
kinerja keuangan secara kritis, yang meliputi peninjauan data keuangan,
perhitungan, pengukuran, interpretasi, dan pemberian solusi terhadap
masalah keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu (Hery,2015).
Menurut Munawir (2007) yang menyatakan bahwa tujuan dari pengukuran
kinerja keuangan perusahaan adalah:
1. Mengetahui tingkat likuiditas. Likuiditas menunjukkan kemampuan
suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus
segera diselesaikan pada saat ditagih.
2. Mengetahui tingkat solvabilitas. Solvabilitas menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya
apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik keuangan jangka pendek
maupun jangka panjang.
3. Mengetahui tingkat rentabilitas. Rentabilitas atau yang sering disebut
dengan profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu.
18
4. Mengetahui tingkat stabilitas. Stabilitas menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur
dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar
hutang-hutangnya serta membayar beban bunga atas hutang-hutangnya
tepat pada waktunya.
c. Pengukuran Kinerja Keuangan
Pengukuruan kinerja keuangan merupakan suatu usaha formal untuk
mengevaluasi efisiensi dan efektivitas perusahaan dalam menghasilkan
laba dan posisi kas tertentu. Dengan pengukuran kinerja keuangan, dapat
dilihat prospek pertumbuhan dan perkembangan keuangan perusahaan
dengan mengandalkan sumber daya yang dimilikinya. Perusahaan
dikatakan berhasil apabila perusahaan telah mencapai suatu kinerja
tertentu yang telah ditetapkan (Hery, 2015). Dengan demikian kinerja
keuangan diukur dalam rangka memperbaiki kegiatan operasional
perusahaan dengan harapan perusahaan akan mengalami pertumbuhan
keuangan ke arah yang lebih baik melalui perbaikan efektivitas dan
efisiensi.
Selanjutnya, Hery (2015) menjelaskan bahwa kinerja keuangan dapat
dinilai dengan menggunakan beberapa alat analisis. Berdasarkan
tekniknya, analisis kinerja keuangan dapat dibedakan menjadi 9 macam,
yaitu:
19
1. Analisis perbandingan laporan keuangaan, merupakan teknik analisis
dengan cara membandingkan laporan keuangan dari periode atau lebih
untuk menunjukan perubahan dalam jumlah (absolut) maupun dalam
presentase (relatif).
2. Analisis tren, merupakan teknik analisis yang digunakan untuk
mengetahui tendensi keadaan keuangan dan kinerja perusahaan,
apakah menunjukan kenaikan atau penurunan.
3. Analisis presentase per komponen (common size), merupakan teknik
analisis yang digunakan untuk mengetahui presentase masing-masing
komponen aset terhadap total aset, presentase masing-masing utang
dan modal terhadap total passiva, presentase masing-masing
komponen laporan laba rugi terhadap penjualan bersih.
4. Analisis sumber dan penggunaan modal kerja, merupakan teknik
analisis yang digunakan untuk mengetahui besarnya sumber dan
penggunaan modal kerja selama dua periode waktu yang
dibandingkan.
5. Analisis sumber dan penggunaan kas, merupakan teknik analisis yang
digunakan untuk mengetahui kondisi kas dan perubahan kas pada
peride waktu tertentu.
20
6. Analisis rasio keuangan, merupakan teknik analisis yang digunakan
untuk mengetahui hubungan di antara pos tertentu dalam neraca
maupun laporan laba rugi.
7. Analisis perubahan laba kotor, merupakan teknik analisis yang
digunakan untuk mengetahui posisi laba kotor dari satu periode ke
periode berikutnya, serta sebab-sebab terjadinya perubahan laba kotor
tersebut.
8. Analisis titik impas, merupakan teknik analisis yang digunakan untuk
mengetahui tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan
tidak mengalami kerugian
9. Analisis kredit, merupakan teknik analisis yang digunakan untuk
menilai layak tidaknya suatu permohonan kredit debitor kepada
kreditor, seperti bank.
d. Analisis Kinerja Keuangan Bank
Analisis kinerja keuangan bank adalah penilaian kinerja berdasarkan
suatu acuan penilaian tertentu (benchmark). Benchmark yang dimaksud
merupakan acuan kinerja berdasarkan perbandingan dengan target,
periode sebelumnya, ketentuan regulasi, parameter industri, temuan audit,
dan lain-lain. Kinerja suatu bank atau unit kerja termasuk cabang biasanya
diukur dengan aspek kuantitatif dan kualitatif merujuk pada target kinerja
yang biasa disebut dengan “Key Performance Indicator” (KPI). Kinerja
21
kuantitatif secara konsolidasi dapat dilihat dari laporan keuangan,
sedangan secara kualitatif dapat dilakukan pendekatan penilaian tingkat
kesehatan bank sebagaimana ditetapkan oleh Bank Indonesia (Ikatan
Bankir Indonesia, 2014).
Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No. 09/1/PBI/2007 pengukuran
kinerja bank dapat dilakukan dengan mengetahui tingkat kesehatan bank
dengan metode CAMELS (Capital, Asset quality, Management, Earning,
dan Liquidity) yang kemudian disempurnakan dengan Sensitivity to market
risk. Margareta (2013) menerangkan bahwa pengukuran Capital
menggunakan rasio kecukupan modal bank, Asset quality menggunakan
rasio-rasio kualitas aktiva, Management dengan menggunakan penilaian
kualitas manajemen, Earning dengan menggunakan rasio rentabilitas
bank, Liquidity dengan menggunakan rasio-rasio likuiditas bank, dan
Sensitivity dengan menggunakan pengukuran sensitifitas terhadap risiko
pasar.
Umumnya berbagai rasio yang dihitung untuk menilai kinerja suatu
bank dikelompokkan ke dalam tiga tipe dasar (Dendawijaya, 2003):
1. Analisis Rasio Likuiditas, yaitu analisis rasio yang digunakan terhadap
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban finansial jangka
pendeknya atau kewajiban yang telah jatuh tempo.
22
2. Analiss Rasio Rentabilitas, yaitu alat untuk menganalisis atau
mengukur tingkat efIsiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh
bank yang bersangkutan. Selain itu, rasio-rasio dalam kategori ini
dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank. Dalam
perhitungan rasio-rasio rentabilitas ini biasanya dicari hubungan
timbal balik antar pos yang terdapat pada laporan laba-rugi bank
dengan pos-pos pada neraca bank guna memperoleh berbagai indikasi
yang bermanfaat dalam mengukur tingkat efesiensi dan profitabilitas
bank yang bersangkutan.
3. Analisis Rasio Solvabilitas, yaitu analisis rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka
panjangnya, atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-
kewajibannya jika terjadi likuiditasi bank. Di samping itu, rasio ini
digunakan untuk mengetahui perbandingan antara volume (jumlah)
dana yang diperoleh dari berbagai hutang (jangka pendek dan jangka
panjang) serta sumber-sumber lain diluar modal bank sendiri dengan
volume penanaman dana tersebut pada berbagai jenis aktiva yang
dimiliki bank.
23
2. Efisiensi
a. Pengertian Efisiensi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kemendikbud, 2017)
efisiensi adalah ketepatan cara (usaha, kerja) dalam menjalankan sesuatu
(dengan tidak membuang waktu, tenaga, biaya) atau kemampuan
menjalankan tugas dengan baik dan tepat (dengan tidak membuang waktu,
tenaga biaya).
Rose (1997) dalam Siudek (2008) telah mendefinisikan efisiensi
sebagai indikator yang menunjukkan kemampuan manajer dan staf
perusahaan dalam menjaga tingkat kenaikan pendapatan dan laba di atas
tingkat kenaikan biaya operasional. Selain itu, Jaworski (2006) dalam
Siudek (2008) juga mengungkapkan bahwa kegiatan yang efisien adalah
kegiatan-kegiatan yang tidak hanya mengarah pada pencapaian tujuan
tertentu tetapi juga menjamin manfaat ekonomi yang lebih tinggi dari
input yang digunakan.
Muazaroh et al. (2012) dalam Muljawan (2014) menyatakan bahwa
efisiensi dapat didefinisikan sebagai kemampuan organisasi untuk
memaksimalkan output dengan menggunakan input tertentu atau
menggunakan input secara minimal untuk menghasilkan output tertentu.
Ukuran ini mengacu pada efisiensi teknis atau operasional (TE) yang
mencerminkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh output yang
24
optimal dari suatu input yang digunakan, atau sebaliknya, kemampuan
perusahaan untuk memanfaatkan setidaknya suatu input untuk
menghasilkan jumlah tertentu dari output.
Definisi efisiensi itu sendiri secara umum menurut Martic et.al (2009),
adalah kemampuan suatu unit bisnis untuk mencapai target bisnis dengan
menggunakan seminimal mungkin sumber daya yang tersedia.
b. Efisiensi dalam Islam
Tujuan efisiensi adalah untuk mencapai keuntungan optimal. Dalam
Islam istilah efisiensi tidak dikenal atau tidak dijelaskan secara spesifik.
Menekan biaya yang sebesar-besarnya untuk mendapat keuntungan yang
paling maksimal dalam teori produsen akan mengarahkan pada perbuatan
dzalim yang dilarang oleh agama Islam (Ali, 2010). Dalam Islam,
keuntungan yang optimal didapat dari usaha yang optimal (kerja keras)
dengan tetap menjaga keseimbangan (ta’adul) dan etika syariah. Usaha
atau produktifitas dikatakan efisiensi jika keuntungan yang didapat sesuai
dengan kerja keras atau beban yang dikeluarkan.
Islam mengajarkan bagi seluruh umat manusia untuk dapat melakukan
seluruh potensi sumber daya alam. Allah berfirman:
“Makanlah dari buahnya bila dia berbuah dan tunaikanlah haknya di hari
memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya) dan janganlah kamu
25
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebihan.” (Q.S al-An’am: 141) (Farran, 2006)
Konsep efisiensi memang merupakan salah satu prinsip yang sangat
penting dalam bisnis. Menurut Affandi (2002) dalam Kamaruddin et.al
(2008) dari sudut pandang ekonomi Islam, setiap muslim dalam
menjalankan bisnisnya haruslah memiliki keinginan yang kuat untuk
meningkatkan efisiensi, yaitu dengan mengurangi biaya demi kebaikan
konsumennya. Konsep efisiensi ini sejalan dengan prinsip syariah yang
bertujuan untuk mencapai dan menjaga maqashid syariah yaitu
terpeliharanya al-maal. Konsep ini sebagaimana terkandung dalam Al-
Qur’an Surat Al Israa’ ayat 26-27 (Nabhani, 2000):
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya,
kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah
kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya
pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dam syaitan itu
adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”.
c. Efisiensi dalam Perbankan
Efisiensi dalam perbankan merupakan salah satu tolak ukur dalam
mengukur kinerja bank serta menjadi salah satu solusi dalam mengukur
tingkatan kinerja seperti efisiensi alokasi, efisiensi teknis maupun total
26
efisiensi atau ekonomis. Ketiga efisiensi tersebut dijelaskan sebagai
berikut (Huda dan Edwin 2014):
1. Efisiensi alokasi
Efisiensi terjadi ketika unit ekonomi beroperasi pada tingkat nilai
produk marginal (marginal value product) sama dengan biaya
marginal (marginal cost). Dalam hal ini efisiensi yag digunakan
memasukkan perhitungan biaya, dengan kata lain Decision Making
Unit (DMU) dianggap efisien secara alokatif ketika dapat
menghasilkan ouput dengan biaya seminimal mungkin dengan
menggunakan minimun input.
2. Efisiensi teknis
Kombinasi antara kapasitas dan kemampuan unit ekonomi untuk
memproduksi sampai tingkat output maksimum dari sejumlah input
dan teknologi. Pengukuran efisiensi teknis cenderung terbatas pada
hubungan teknis dan operasional dalam proses konversi input menjadi
output. Dengan demikian tercapainya efisiensi teknis bukan berarti
efisien dalam hal alokatif atau biaya.
3. Efisiensi total atau ekonomis
Merupakan gabungan antara efisiensi alokatif dan efisiensi teknis.
Suatu perusahaan dapat dikatakan efisiensi secara ekonomi jika
perusahaan tersebut bisa meminimalkan biaya produksi untuk
27
menghasilkan output tertentu dengan suatu tingkat teknologi yang
umumnnya digunakan serta harga pasar yang berlaku.
d. Teknik Pengukuran Efisiensi Perbankan Syariah
Menurut Hidayat (2014) terdapat dua pendekatan yang dapat
digunakan dalam mengukur tingkat efisiensi perbankan yaitu pendekatan
nisbah keuangan (financial ratio) dan pendekatan operating research.
Kedua pendekatan tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Pendekatan nisbah keuangan (financial ratio)
Pendekatan ini menggunakan kinerja keuangan bank dalam mengukur
tingkat efisiensi diataranya berupa Return On Asset (ROA), Return On
Equity (ROE), dan Beban Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO).
ROA merupakan nisbah antara pendapatan dengan asset atau
dengan kata lain teknik ini digunakan untuk mengukur tingkat
pendapatan bank dalam kaitannya dengan penggunaan sumber daya
perusahaan dalam hal ini asset. Semakin tinggi nilai ROA maka bank
tersebut akan semakin efisien.
ROE merupakan nisbah antara pendapatan dengan modal para
pemegang saham. Teknik ini digunakan untuk mengukur tingkat
keuntungan dari kontribusi unit modal para pemegang saham. Dengan
28
demikian semakin tinggi nilai ROE maka bank tersebut akan semakin
efisien.
Selanjutnya, BOPO merupakan nisbah beban operasional terhadap
pendapatan operasional. Teknik ini digunakan untuk mengukur tingkat
pendapatan (income) dibandingkan dengan beban yang dikeluarkan
oleh bank. Semakin tinggi nilai BOPO makan bank tersebut tidak
efisien karena kenaikan beban lebih besar dibandingkan kenaikan
pendapatan yang diterima.
2. Pendekatan Operating Research
Pendekatan ini didasarkan pada perilaku institusi yang membentuk
frontier atau batasan. Institusi dalam hal ini bank berupaya untuk
meminimalkan input dan memaksimalkan output yang mana
pencapaian pada batasan tersebut diinterpretasikan sebagai ukuran dari
efisiensi.
Menurut Silkman (1986) pendekatan frontier dalam mengukur
efisiensi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pendekatan frontier
parametrik dan non parametrik. Pendekatan frontier parametrik dapat
diukur dengan tes statistik parametrik seperti menggunakan metode
Stochastic Frontier Approach (SFA), Thick Frontier Approach (TFA)
dan Distribution Free Approach (DFA). Pendekatan frontier non
parametrik diukur dengan tes statistik non parametrik yaitu dengan
29
menggunakan metode Data Envelopment Analisis (DEA) dan Free
Disposal Hull (FDH). Menurut Siegel (1994), tes parametrik adalah
suatu tes yang modelnya menetapkan adanya syarat-syarat tertentu
tentang parameter populasi yang merupakan sumber penelitiannya,
sedangkan tes statistik non parametrik adalah tes yang modelnya tidak
menetapkan syarat-syarat mengenai parameter populasi yang
merupakan induk sampel penelitiannya (Muharam dan Pusvitasari,
2007).
e. Model Pengukuran Efisiensi DEA
Data Envelopment Analysis (DEA) merupakan salah satu teknik
benchmarking terbaik dalam manajemen jasa yang pertama kali
dikembangkan oleh Charmes, Cooper, dan Rhodes (1978) untuk
mengevaluasi perusahaan nonprofit dan organisasi sektor publik (Sherman
and Zhu, 2006). Selanjutnya teknik DEA menjadi sangat popular dalam
mengukur tingkat efisiensi jenis perusahaan lainnya salah satunya
lembaga keuangan yaitu perbankan. DEA merupakan suatu teknik
programa linier yang digunakan untuk mengevaluasi bagaimana suatu
proses pengambilan keputusan dalam suatu unit, dalam hal ini bank
syariah, beroperasi secara relatif dengan bank syariah lain dalam sampel.
Selanjutnya proses tersebut akan membentuk suatu garis frontier yang
terbentuk dari bank-bank yang efisien yang kemudian dibandingkan
30
dengan bank-bank yang tidak efisien untuk menghasilkan nilai
efisiensinya masing-masing. Nilai efisiensi tersebut akan terletak di antara
nol dan satu. Bank yang efisien akan memiliki nilai satu. Namun, dalam
pengertian bank yang paling efisien itu tidak berarti memberikan output
yang paling maksimum di antara sampel bank syariah yang ada, tetapi
memberikan gambaran best practice dari output di antara bank-bank
syariah lainnya. (Yumanita & Ascarya, 2005).
Firdaus dan Hosen (2013) mengatakan bahwa selain menentukan input
dan output penelitian, pada pengukuran tingkat efisiensi terdapat dua
model yang digunakan dalam menganalisis efisiensi suatu Unit Kegiatan
Ekonomi (UKE). Model yang pertama kali dikembangkan adalah model
dengan asumsi constant return to scale (CRS) atau biasa disebut model
CCR (Charnes-Cooper-Rhodes). Dalam model constant return to scale
setiap UKE akan dibandingkan dengan seluruh UKE yang ada di sampel
dengan asumsi bahwa kondisi internal dan eksternal UKE adalah sama.
Menurut Charnes, Cooper, dan Rhodes model ini dapat menunjukkan
technical efficiency secara keseluruhan atau nilai dari profit efficiency
untuk setiap UKE.
Sedangkan model kedua yang dikembangkan dalam pengukuran
tingkat efisiensi adalah model dengan asumsi variable return to scale
(VRS) atau biasa disebut dengan model BCC (Bankers-Charnes-Cooper).
31
Dalam model ini diasumsikan bahwa kondisi semua UKE tidak sama atau
dapat dikatakan bahwa tidak semua UKE beroperasi secara optimal.
Persaingan tidak sempurna, kendala keuangan dan sebagainya mungkin
menyebabkan sebuah perusahaan tidak beroperasi pada skala yang
optimal. Model matematika dengan pendekatan VRS didapat melalui
modifikasi dari model dengan pendekatan CRS dan tetap berpedoman
pada model matematika umum DEA sebagai persamaan dalam mengukur
tingkat efisiensi teknis. Dengan menambahkan kendala konektivitas
(convexity constraint) ke dalam persamaannya (Firdaus & Hosen, 2013).
Perbedaan antara kedua model DEA yaitu terdapat penambahan
kendala pada model VRS yang tidak terdapat pada model CRS. Kendala
ini menyebabkan nilai yang didapat pada model VRS lebih tinggi
dibandingkan model CRS. Selain itu pada model CRS tidak hanya
dihasilkan efisiensi teknis murni namun menghasilkan overall efficiency,
sedangkan model kedua yaitu VRS dapat memisahkan technical efficiency
dengan scale efficiency.
Setiap metodologi tentunya memiliki kelebihan dan kelemahan
masing-masing. Kelebihan dari penggunaan metodologi DEA diantaranya
adalah (Tanjung & Devi, 2013):
32
1. DEA mampu menangani pengukuran efisiensi secara relatif bagi
beberapa Decision Making Unit (DMU) sejenis dengan menggunakan
banyak input dan output.
2. Metode ini tidak memerlukan asumsi bentuk fungsi hubungan antara
variabel input dan output sebagaimana diterapkan pada regresi biasa.
3. Dalam DEA, DMU-DMU tersebut dibandingkan secara langsung
dengan sesamanya.
4. Faktor input dan output dapat memliki satuan pengukuran yang
berbeda, sebagai contoh, misalnya output 1 (X1) dapat berupa jumlah
jiwa yang diselamatkan sedangkan output 2 (X2) jumlah pendapatan
yang diterima dalam satuan rupiah, tanpa perlu melakukan perubahan
satuan dari kedua variabel tersebut.
Disamping beberapa kelebihannya, metode DEA juga memiliki
kelemahan, diantaranya adalah:
1. Karena DEA adalah merupakan extreme point technique, maka
kesalahan-kesalahan pengukuran dapat mengakibatkan masalah yang
signifikan.
2. DEA hanya mengukur efisiensi relatif dari DMU dan tidak mengukur
efisiensi absolut. Atau dengan kata lain, DEA hanya menunjukkan
perbandingan penilaian baik dan buruk suatu DMU dibandingkan
dengan sekumpulan DMU lainnya yang sejenis.
33
3. Dikarenakan DEA adalah teknik non parametrik, maka uji hipotesis
secara sistematik akan sulit dilakukan.
4. Menggunakan perumusan linier programming terpisah untuk setiap
DMU, maka perhitungan secara manual membutuhkan waktu apalagi
untuk masalah dalam skala besar.
f. Hubungan Input dan Output
Menurut Hadad et.al. (2003) dalam Yumanita dan Ascarya (2005), ada
beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan
input dan output dari institusi keuangan, yaitu pendekatan produksi
(production approach), pendekatan intermediasi (intermediation
approach), dan pendekatan aset (asset approach).
1. pendekatan produksi (production approach)
Pendekatan ini melihat institusi finansial sebagai produser dari
rekening tabungan dan kredit pinjaman. Pendekatan ini
mendefinisikan output sebagai penjumlahan dari rekening-rekening
tersebut atau rekening-rekening terkait. Sedangkan input dalam
pendekatan ini dihitung dari jumlah tenaga kerja, pengeluaran modal
pada aktiva tetap dan material lainnya.
Pendekatan produksi melihat aktivitas bank sebagai sebuah produksi
jasa bagi para depositor dan peminjam kredit. Untuk mencapai tujuan
yaitu memproduksi output-output yang diinginkan, seluruh faktor-
34
faktor produksi seperti tanah, tenaga kerja, dan modal dikerahkan
sebagai input.
2. pendekatan intermediasi (intermediation approach)
Pendekatan ini melihat institusi keuangan sebagai perantara. Institusi
keuangan ini merubah dan mentransfer aset-aset keuangan, dari unit-
unit yang kelebihan dana ke unit-unit yang kekurangan dana. Output
dalam pendekatan ini diukur melalui kredit pinjaman dan investasi
keuangan. Sedangkan input institusional adalah biaya tenaga kerja dan
modal serta pembayaran bunga pada deposit.
Pada dasarnya pendekatan intermediasi bersifat komplementer dengan
pendekatan produksi. Pendekatan intermediasi menerangkan aktivitas
perbankan sebagai pentransformasian uang yang dipinjamkan dari
depositor menjadi uang yang dipinjamkan kepada para debitor.
3. pendekatan aset (asset approach).
Pendekatan aset melihat fungsi primer sebuah institusi keuangan
sebagai pencipta kredit pinjaman. Efisiensi aset mengukur kemampuan
perbankan dalam menanamkan dana dalam bentuk kredit, surat-surat
berharga dan alternatif aset lainnya sebagai output. Input diukur dari
harga tenaga kerja, harga dana dan harga fisik modal.
35
3. Perbankan Syariah
a. Pengertian Bank Umum Syariah
Menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008, Bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Sedangkan
Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum
Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah memiliki cakupan yang lebih kecil dibandingkan dengan Bank
Umum Syariah. Perbedaan yang lebih mencolok yaitu Bank Umum
Syariah (BUS) adalah Bank Syariah yang tidak hanya menjalankan fungsi
intermediasi antara surplus unit dengan defisit unit, namun juga dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
b. Asas, Tujuan dan Fungsi Bank Syariah
Sistem lembaga keuangan syariah di dalam operasionalnya harus
mengikuti ketentuan yang berlaku di dalam Al-Quran dan Hadits. Hal ini
sesuai dengan hukum muamalah dimana semua diperbolehkan kecuali ada
hukum Islam yang melarangnya. Maka dari itu dalam melakukan
kegiatannya perbankan syariah harus memiliki asas, tujuan, dan
fungsinya.
36
Asas perbankan syariah menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2008 tentang bank Syariah, menyatakan bahwa dalam kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-
hatian. Sedangkan tujuan bank syariah adalah menjunjung pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan,
kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan ekonomi rakyat (Ikit, 2015).
Menurut Ikit (2015) Setidaknya terdapat empat fungsi utama bank
syariah diantaranya:
1. Fungsi manajemen investasi, dimana bank syariah bertindak sebagai
manajemen investasi dari pemilik dana (sahibul maal) kemudian bank
syariah menyalurkan dana tersebut kepada usaha-usaha yang produktif
sehingga bank dapat menghasilkan keuntungan. Keuntungan yang
didapat oleh bank syariah akan dibagihasilkan kepada pemilik dana
sesuai dengan nisbah yang disepakati diawal akad.
2. Fungsi investor, bank syariah dapat melakukan penanaman atau
menginvestasikan dana kepada sektor-sektor yang produktif dengan
risiko yang kecil.
3. Fungsi jasa keuangan, fungsi ini merupakan pelayanan yang diberikan
oleh bank syariah kepada masyarakat umum. Jasa keuangan
merupakan penunjang kelancaran kegiatan penghimpunan dan
37
penyaluran dana. Semakin lengkap jasa keuangan bank syariah akan
semakin baik dalam pelayanan kepada nasabah.
4. Fungsi sosial, artinya bank syariah dapat menghimpun dana dalam
bentuk Zakat, Infak, Sedekah, dan Wakaf (ZISWAF). Setelah dana
terkumpul bank Syariah dapat menyalurkan kepada pihak-pihak yang
membutuhkan tanpa mengaharapkan keutungan atau imbalan.
c. Kegiatan Operasional Perbankan Syariah
Sumber: Wiroso (2005)
Gambar 1.1 Alur Operasional Bank Syariah
Dari gambar 2.1 dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Dalam menghimpun dana bank syariah menggunakan dua prinsip,
yaitu:
a. Prinsip wadiah yad dhamanah yang diaplikasikan pada giro
wadiah dan tabungan wadiah.
38
b. Prinsip mudharabah mutlaqah yang diaplikasikan pada produk
deposito mudharabah dan tabungan mudharabah
Selain itu, bank syariah juga memiliki sumber dana lain yang berasal
dari modal sendiri. Menurut Dendawijaya (2003), dana bank sendiri
adalah dana yang berasal dari pemilik bank atau pemegang saham, baik
pemegang saham pendiri maupun pihak pemegang saham yang ikut dalam
usaha bank tersebut pada waktu kemudian, termasuk pemegang saham
publik.
Semua penghimpunan dana dan sumber dana tersebut dicampur
menjadi satu dalam bentuk pooling dana. Dalam penghimpunan dana
inilah peran manajemen investasi bank syariah mulai berperan untuk
mengelola dana agar pemilik dana memperoleh pendapatan atau bagi hasil
usaha. Namun pemberian bagi hasil usaha hanya berlaku pada prinsip
mudharabah. Sedangkan pada prinsip wadiah bank syariah boleh
memberikan bonus kepada pemilik dana selama besarannya tidak
ditentukan di awal, karena sifatnya hanya berupa titipan.
1. Dana bank syariah yang dihimpun disalurkan dengan pola-pola
penyaluran dana yang dibenarkan syariah. Secara garis besar
penyaluran dana dilakukan dengan tiga pola penyaluran yaitu:
a. Prinsip jual beli yang meliputi murabahah, salam, istisna
39
b. Prinsip bagi hasil yang meliputi pembiayaan mudharabah, dan
musyarakah
c. Prinsip sewa atau sewa yang dilanjutkan dengan pemindahan
kepemilikan yang meliputi ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik.
Dana yang telah dicampur menjadi satu atau pooling dana, maka
dalam penyalurannya tidak diketahui dengan jelas sumber dananya.
Kecuali menggunakan prinsip mudharabah muqayadah dimana pemilik
dana menentukan jenis usaha yang akan dilakukan kerjasama.
2. Atas penyaluran dana tersebut akan diperoleh pendapatan pada prinsip
jual beli berupa margin, prinsip bagi hasil berupa bagi hasil usaha
yang besarannya berdasarkan nisbah atau presentase keuntungan, dan
ujrah atau upah untuk kegiatan sewa usaha. Pendapatan dari
penyaluran dana ini disebut dengan pendapatan operasional utama,
yang merupakan pendapatan yang akan dibagi hasilkan antara pemilik
dana dan pengelola dana.
3. Disamping itu, bank syariah memperoleh pendapatan operasional
lainnya yang berasal dari pendapatan jasa perbankan yang merupakan
pendapatan sepenuhnya milik bank. Pendapatan tersebut termasuk
dalam fee based income, misalnya pendapatan atas fee kliring, fee
transfer, fee inkaso, termasuk juga didalamnya pendapatan dari
mudharabah muqayadah (investasi terikat) dimana bank Syariah
40
bertindak sebagai agen. Dalam hal ini seperti penyediaan save deposit
box.
4. Variabel Input
a. Dana Pihak Ketiga
Menurut Arifin (2006) Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang
diperoleh dari masyarakat, dalam arti masyarakat individu, perusahaan,
pemerintahan, rumah tangga, koperasi, yayasan, dan lain-lain baik dalam
mata uang rupiah maupun dalam valuta asing. Dana pihak ketiga yang
dihimpun oleh bank dapat berbentuk giro, tabungan, dan deposito. Prinsip
operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana
masyarakat adalah prinsip wadi’ah dan mudharabah (Karim, 2014).
1. Tabungan
Berdasarkan UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,
yang dimaksud dengan tabungan adalah simpanan berdasarkan akad
wadi'ah atau investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad
lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan
tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet
giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Selanjutnya
Karim (2014) menjelaskan mengenai tabungan wadi’ah dan
mudharabah sebagai berikut.
41
a) Tabungan Wadi’ah
Tabungan wadi’ah merupakan tabungan yang dijalankan
berdasarkan akad wadi’ah, yakni titipan murni yang harus dijaga
dan dikembalikan setiap saat sesuai dengan kehendak pemiliknya.
Bank syariah menggunakan akad wadi’ah yad adh-dhamanah.
Dalam hal ini, nasabah bertindak sebagai penitip yang memberikan
hak kepada bank syariah untuk menggunakan atau memanfaatkan
uang, sedangkan bank syariah bertindak sebagai pihak yang dititipi
dana yang disertai hak untuk menggunakan atau memanfaatkan
dana tersebut.
Mengingat wadi’ah yad dhamanah ini mempunyai implikasi
hukum yang sama dengan qardh, maka nasabah penitip dan bank
tidak boleh saling menjanjikan untuk membagihasilkan
keuntungan harta tersebut. Namun demikian, bank diperkenankan
memberikan bonus kepada pemilik harta titipan selama tidak
diisyaratkan di muka. Dengan kata lain pemberian bonus
merupakan kebijakan bank syariah semata yang bersifat sukarela.
b) Tabungan Mudharabah
Tabungan mudharabah adalah tabungan yang dijanjikan
berdasarkan akad mudharabah. Dalam hal ini, bank syariah
bertindak sebagai mudharib (pengelola dana), sedangkan nasabah
42
bertindak sebagai shahibul mal (pemilik dana). Bank syariah
dalam kapasitas sebagai mudharib, mempunyai kuasa untuk
melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah serta mengembangkannya, termasuk melakukan
akad mudharabah dengan pihak lain. Namun, di sisi lain, bank
syariah juga memiliki sifat sebagai wali amanah (trustee), yang
berarti bank harus berhati-hati atau bijaksana serta beritikad baik
dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yag timbul akibat
kesalahan atau kelalaiannya. Dari hasil pengelolaan dana
mudharabah, bank syariah akan membagihasilkan kepada pemilik
dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dan dituangkan
dalam akad pembukaan rekening.
2. Giro
Berdasarkan UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,
yang dimaksud dengan giro adalah simpanan berdasarkan akad
wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah
yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan
cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan
perintah pemindahbukuan.
3. Deposito
43
Berdasarkan UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,
yang dimaksud dengan deposito adalah investasi dana berdasarkan
akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan bank syariah.
b. Aset Tetap
Aset tetap atau aktiva tetap merupakan aktiva berwujud yang dimiliki
perusahaan yang digunakan dalam operasional perusahaan tidak
dimaksudkan untuk dijual dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun. Contoh aset tetap antara lain adalah properti, bangunan, pabrik,
alat-alat produksi, mesin, kendaraan bermotor, furnitur, perlengkapan
kantor, komputer, dan lain-lain. Aset tetap biasanya memperoleh
keringanan dalam perlakuan pajak. Kecuali tanah atau lahan, aset tetap
merupakan subjek dari depresiasi atau penyusutan (Shatu, 2016).
Menurut Munawir (2007) jenis-jenis aktiva tetap adalah sebagai berikur:
1. Tanah yang diatasnya didirikan bangunan atau digunakan operasi,
misalnya sebagai lapangan, halaman, tempat parkir, dan lain
sebagainya.
2. Bangunan, baik bangunan kantor, toko maupun bangunan untuk pabrik
3. Mesin
4. Inventaris
44
5. Kendaraan dan perlengkapan atau alat-alat lainnya.
c. Beban Tenaga Kerja
Menurut Mulyadi (2000), tenaga kerja merupakan usaha fisik atau
mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk. Beban tenaga
kerja atau disebut juga beban personalia adalah biaya yag dikeluarkan
untuk membiayai penggunaan tenaga kerja (manusia) dalam proses
produksi. Beban tenaga kerja dapat berupa biaya gaji, provisi, maupun fee
yang diberikan kepada karyawan (Nizar, 2015).
5. Variabel Output
a. Pembiayaan
Menurut Undang-Undang Perbankan No.21 tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah, pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan
yang dipersamakan dengan itu berupa:
1. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.
2. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahiya bittamlik.
3. Transaksi pinjam-meminjam dalam bentuk piutang qardh.
4. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa.
Sedangkan menurut Antonio (2001) berdasarkan sifat penggunaannya,
pembiayaan dapat dibagi menjadi dua yaitu:
45
1. Pembiayaan produktif yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk
peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan maupun
investasi.
2. Pembiayaan konsumtif yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi
dua hal berikut:
1. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi
kebutuhan (a) peningkatan produksi baik secara kuantitatif, yaitu
jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif yaitu peningkatan
kualitas dan mutu hasil produksi dan (b) untuk keperluan perdagangan
atau peningkatan utility of place dari suatu barang.
2. pembiayaan investasi, pembiayaan ini diperuntukan bagi nasabah
untuk keperluan investasi, yaitu keperluan penambahan modal guna
mendapatkan rehabilitasi, perluasan usaha, ataupun pendirian proyek
baru. Ciri-ciri pembiayaan ini adalah untuk pengadaan barang-barang
modal, mempunyai perencanaan alokasi dana yan matang dan terarah,
berjangka waktu menengah dan panjang.
46
b. Pendapatan Operasional
Pengertian pendapatan menurut PSAK No.23 (IAI 2002), pendapatan
sebagai arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktifitas
normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk itu mengakibatkan
kenaikan, yang tidak berasal dari kontribusi peranan modal. Sedangkan
yang dimaksud pendapatan operasional yaitu pendapatan yang dihasilkan
dari kegiatan utama, rutin, dan berkesinambungan oleh perusahaan.
(Nizar, 2015)
c. Kas
Menurut Taswan (2005) dalam Ismail (2015) Kas merupakan jumlah
seluruh uang tunai yang dimiliki oleh bank, baik uang tunai yang terdapat
di kantor cabang luar negeri maupun dalam negeri. Kas adalah mata uang
kertas dan logam baik dalam valuta rupiah maupun valuta asing yang
masih berlaku sebagai alat pembayaran yang sah. Termasuk dalam kas
adalah mata uang rupiah yang ditarik dari peredaran dan masih dalam
masa tenggang untuk penukaranya kepada Bank Indonesia.
6. Net Operating Income
Net Operating Income merupakan pendapatan operasional bank syariah
dari sumber pendapatan piutang maupun pendapatan bagi hasil yang telah
dikurangi dengan bagi hasil untuk pemilik dana investasi. Pendapatan tersebut
merupakan pendapatan utama yang didapat oleh bank dan bukan bersumber
47
langsung dari peranan modal. Berasal dari hasil kegiatan operasional bank
yang diterima secara tunai maupun non tunai (pendapatan yang masih akan
diterima) (Ismail,2015).
7. Net Imbalan
Net Imbalan merupakan rasio untuk mengukur kemampuan aktiva
produktif dalam menghasilkan laba dan mengendalikan biaya-biaya. Rasio ini
menunjukan secara rata-rata selirih pricing antara dana dengan pembiayaan
bank syariah. Bank yang sehat memiliki rasio NI lebih dari 3%. Adapun
rumus untuk menghitungnya adalah sebagai berikut (Lubis, 2008)
8. Market Share
Dalam sektor perbankan pangsa pasar dapat diukur dengan dana pihak
ketiga dan aset suatu bank. Bank yang memiliki pangsa pasar dana pihak
ketiga tinggi, menunjukkan bank tersebut lebih berhasil dalam menghimpun
dana dari pada bank lain. Selanjutnya Madura (2001) dalam Sudana dan
Chorry (2010) menjelaskan bahwa pangsa pasar merupakan salah satu
karakteristik utama yang mempengaruhi eksposur sebuah perusahaan terhadap
kondisi suatu industri. Perusahaan yang memiliki pangsa pasar lebih besar
daripada pesaing akan mendapatkan keuntungan dari peningkatan permintaan
NI = Margin Income – Margin Expense X 100%
Aktiva Produktif
(2.1)
48
industri. Perusahaan yang memiliki pangsa pasar besar juga terkena dampak
lebih besar dibandingkan perusahaan dengan pangsa pasar kecil pada saat
permintaan industri menurun. Pangsa pasar menjadi tolak ukur penguasaan
pasar oleh perusahaan. Mencerminkan seberapa besar produk atau jasa yang
dinikmati oleh konsumen dari keseluruhan produk maupun jasa yang beredar
di masyarakat.
49
Tinjauan Kajian Terdahulu B.
Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan tema penelitian ini penulis masukan sebagai bahan
pembanding penelitian:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Kesamaan Perbedaan
1. Siti Aisyah
dan
Muhammad
N Hosen
(2017)
“Total
Factor
Productivity
and
Efficiency
Analysis on
Islamic
Banks in
Indonesia”
Data Envelopment
Analysis (DEA) pada First
Stage
Variabel Input:
DPK
Aset Tetap
Beban Tenaga Kerja
Variabel Output:
Pembiayaan
Pendapatan Operasional
Aset Produktif
Pada Second Stage
Model Tobit
Variabel bebas: Total Aset, CAR, ROE,
NOM
Hanya
menggunakan
metode DEA
pada first
stage
Variabel
Output: Kas
Metode
Regresi
Panel
Variabel
bebas: NOI,
NI, Market
Share
Hasil penelitian menunjukan
bahwa hanya 6 dari 11 bank
yang memiliki tingkat
produktifitas yang baik,
sedangkan untuk efisiensi
hanya terdapat 3 bank yang
cukup efisien. Hasil
pengukuran second stage
menunjukan bahwa Total Aset,
CAR, dan ROE memiliki
pengaruh signifikan dengan
arah positif. Sedangkan untuk
variabel Beban Operasional
dan NOM berpengaruh
signifikan dengan arah negatif.
Bersambung ke halaman selanjutnya
50
Tabel 2.1
(Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Kesamaan Perbedaan
2. Noer Azam
Achsani,
Solihin, dan
Imam T.
Saptono
(2016)
“The Islamic
Banking and
The
Economic
Integration
in ASEAN”
Data Envelopment
Analysis (DEA) pada First
Stage
Variabel Input:
DPK
Beban Tenaga Kerja
Beban Operasional lainnya
Kewajiban pada Bank lain
Variabel Output:
Pembiayaan
Penempatan pada bank lain
Surat berharga yang
dimiliki
Pada Second Stage
Model Tobit
Variabel bebas: Ukuran Bank,
Profitabilitas, Operasional,
Ekuitas (Internal), Market
Power 1, Market Power 2,
Inflasi
Variabel
Input: Aset Tetap
Variabel
Output: Kas
Pendapatan
Operasional
Metode
Regresi
Panel dengan
Variabel
bebas : NOI,
NI, Market
Share
Hasil penelitian menunjukan
bahwa skor efisiensi untuk
bank-bank syariah di Malaysia
menunjukan tingkat efisiensi
yang lebih baik dibandingkan
dengan rata-rata bank syariah
ASEAN. Selain itu hasil
pengukuran determinasi
efisiensi perbankan
menunjukan bahwa pada
variabel total aset memiliki
pengaruh signifikan dengan
arah yang negatif. Sedangkan
untuk variabel BOPO memiliki
pengaruh signifikan dengan
arah positif terhadap efisiensi.
Faktor lainnya yang juga
mempengaruhi tingkat
efisiensi total adalah faktor
Market Power 1.
Bersambung ke halaman selanjutnya
51
Tabel 2.1
(Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Kesamaan Perbedaan
3.
Mu’izzuddin
dan Isnurhadi
(2012)
Efisiensi
Perbankan
Syariah di
Indonesia:
Two Stage
Data
Envelopment
Analysis
Approach
Data Envelopment
Analysis (DEA) pada
First Stage
Variabel Input:
DPK, Beban Tenaga
Kerja, Total Asset
Variabel Output:
Total Pembiayaan, Total
Pendapatan
Pada Second Stage
Model Tobit
Variabel bebas: ROA
Bank Size, Biaya, CAR,
NIM, NPF
Variabel
Input: Aset
Tetap
Variabel
Output: Kas
Metode
Regresi
Panel
dengan
Variabel
bebas: NOI
dan Market
Share
Hasil analisis menunjukan
bahwa efisiensi tertinggi terjadi
pada tahun 2007. Pada
pengujian Metode Regresi Tobit
ditemukan bahwa size bank
memiliki pengaruh signifikan
dengan arah negatif sedangkan
Biaya memiliki pengaruh
signifikan dengan arah positif.
Lebih lanjut, perhitungan
variabel CAR dan ROA
menunjukan pengaruh
signifikan, namun variabel NIM
dan NPF menunjukan pengaruh
tidak signifikan.
4. Muhammad
Faza Firdaus
dan Muhamad
Nadratuzzaman
Hosen (2013)
Efisiensi
Bank Umum
Syariah
mengguna-
kan
Pendekatan
Data Envelopment
Analysis (DEA) pada
First Stage Variabel
Input: DPK, Total Aset,
dan Beban Tenaga Kerja.
Variabel Output:
Pembiayaan dan
Pendapatan Operasional.
Variabel
Input: Aset
Tetap
Variabel
Output: Kas
Metode
Regresi
Panel
Hasil analisis menunjukan
bahwa Bank Muamalat
memperoleh tingkat efisiensi
rata-rata tertinggi. Pada
pengujian Metode Regresi Tobit
ditemukan bahwa Variabel
Cabang Bank, NPF, ROA, ROE,
dan CAR memiliki pengaruh
signifikan Bersambung ke halaman selanjutnya
52
Tabel 2.1
(Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Kesamaan Perbedaan
4.
Two Stage
Data
Envelopment
Analysis
Pada Second Stage,
Model Tobit
Variabel bebas: Aset,
Jumlah Cabang Bank,
ROA, ROE, CAR, NPF
dengan
Variabel
bebas : NOI,
NI, dan
Market Share
5. H. Ali Ata
dan Mehmet
Fatih Bugan
(2015)
Factor
Affecting the
Efficiency of
Islamic and
Conventional
Banks in
Turkey
Data Envelopment
Analysis (DEA) pada
First Stage Variabel
Input: Deposits, Interest
Expenses, dan Non-
Interest Expenses
Variabel Output: Loans
and Receivables, Interest
Incomes, dan Non-Interest
Incomes Pada Second
Stage. Model Tobit
Variabel bebas: Bank
Size, NIM, CAR, Credit
Quality, dan Expenses
Objek
penelitian
hanya BUS
Varibel Input:
Aset tetap dan
Beban Tenaga
Kerja Variabel
Output: Kas
Metode
Regresi Panel
Variabel
Bebas: NOI
dan Market
Share
Hasil analisis menunjukan bahwa
bank berbasis syariah menunjukan
tingkat efisiensi yang lebih tinggi
dibandingkan bank konvensional.
Selanjutnya pada pengukuran
Regresi Tobit pada variabel bank
size dan NIM memiliki pengaruh
signifikan terhadap tingkat
efisiensi. Namun pada variabel
CAR menunjukan pengaruh tidak
signifikan, begitu juga dengan
variabel Credit Quality dan
Expenses yang tidak berpengaruh
signifikan.
Bersambung ke halaman selanjutnya
53
Tabel 2.1
(Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Kesamaan Perbedaan
6. Putri Zanufa
Sari dan
Erwin
Saraswati
(2017)
The
Determinant
of Banking
Efficiency in
Indonesia
(DEA
Approach)
Data Envelopment
Analysis (DEA) pada First
Stage Variabel Input:
Beban Tenaga Kerja, Aset
Tetap, DPK
Variabel Output: Pendapatan Bunga,
Operasional lain, dan Non
Operasional.
Pada Second Stage,
Model Tobit
Variabel bebas: ROA,
Size, CAR, NPL, DAN
Kelompok Kepemilikan
Bank
Objek
penelitian
hanya BUS
Variabel
Output: Kas
dan
Pembiayaan
Metode
Regresi
Panel
Variabel
bebas: NOI,
NI, dan
Market Share
Hasil analisis menunjukan bahwa
kelompok bank pada tingkat
efisiensi paling tinggi adalah bank
asing, kemudian disusul oleh bank
umum milik negara/daerah
(pemerintah). Selanjutnya hasil
analisis Regresi Tobit menunjukan
hanya variabel ROA, kepemilikan
pemerintah, dan bank asing yang
terbukti berpengaruh signifikan
terhadap efisiensi. Sedangkan
variabel size CAR, NPL,
kepemilikan campuran, BUSN
Non-Devisa, dan BUSN Devisa
tidak berpengaruh signifikan
terhadap efisiensi.
7. Rae’f Bahrini
(2017)
Efficiency
Analysis of
Islamic
Banks in the
Middle East
Data Envelopment
Analysis (DEA)
Variabel Input:
Beban Tenaga Kerja, Aset
Tetap, DPK
Variabel
Output: Kas
dan
Pendapatan
Operasional
Hasil pengujian menunjukan
bahwa GCC Islamic Banks
memiliki nilai efisiensi yang stabil
selama krisis keuangan global
(2007-2008) dan di periode awal
krisis (2009-2010). Bersambung ke halaman selanjutnya
54
Tabel 2.1
(Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Kesamaan Perbedaan
7.
and North
Africa
Region: A
Bootstrap
DEA
Approach
Variabel Output:
Total Pembiayaan,
Investasi Portofolio
Metode
Regresi
Panel dengan
Variabel
bebas : NOI,
NI, dan
Market Share
Selanjutnya penurunan dari
efisiensi teknis MENA Islamic
Bank berada pada periode 2011-
2012. Hasil rekomendasi
penelitian yaitu MENA Islamic
Bank harus lebih memfokuskan
peningkatan manajemen
dibandingkan peningkatan ukuran
bank.
55
Kerangka Pemikiran C.
Berdasarkan penelitian terdahulu dan tinjauan pustaka, peneliti membuat
kerangka pemikiran yang tepat sesuai konsep dasar penelitian dalam hal ini
efisiensi perbankan syariah di Indonesia.
Gambar 2.2 Alur Kerangka Pemikiran
Laporan Keuangan Publikasi BUS Triwulan I- IV
Tahun 2015 – 2017
(Laporan Neraca, Laba Rugi, dan Rasio Keuangan)
Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia
Variabel Input:
Aset Tetap
DPK
Beban Tenaga Kerja
Variabel Input:
Pembiayaan
Kas
Pendapatan Operasional
Nilai Efisiensi VRS Nilai Efisiensi CRS
Pengukuran Efisiensi menggunakan Metode DEA
Variabel bebas (lingkungan):
Net Operating Income
Net Imbalan
Market Share
Pengolahan Regresi Data Panel
Menentukan model terbaik:
Uji Chow dan Uji Hausman
1. Uji Asumsi Klasik
Uji Stationeritas
2. Pengujian Statistik
Uji t-statistic, Uji F-statistic,
dan Uji Adjusted R2,
Interpretasi hasil penelitian
1. Uji Asumsi Klasik
2. Uji Stationeritas
1. Pengolahan Regresi Data Panel
Menentukan model terbaik:
Common dan Fixed Effect:Uji Chow
Fixed dan Random Effect: Uji Hausman
56
Berdasarkan gambar 2.3, Perbankan syariah di Indonesia yang diwakili oleh
Bank Umum Syariah (BUS) sebagai kontributor terbesar pertumbuhan perbankan
syariah yang akan dilakukan pengukuran efisiensi. Selanjutnya penggunaan data
objek penelitian diperoleh dari laporan keuangan BUS guna mengukur tingkat
efisiensi Bank Umum Syariah triwulan pertama hingga triwulan keempat periode
2015 sampai 2017. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Data
Envelopment Analysis (DEA) dengan pendekatan intermediasi asumsi CRS dan
VRS pada tahap pertama. Variabel yang digunakan berupa variabel input yaitu
Beban Tenaga Kerja, Dana Pihak Ketiga, dan Aset Tetap, sedangkan untuk
variabel output yaitu pembiayaan, pendapatan operasional, dan kas. Hasil nilai
efisiensi selanjutnya akan diinterpretasikan serta digunakan sebagai variabel
dependen pada tahap kedua.
Setelah memperoleh nilai efisiensi dari pengukuran efisiensi dengan
menggunakan metode DEA akan dilakukan pengukuran kedua melalui regresi
data panel. Tahap kedua yang dilakukan pada penelitian ini yaitu menganalisis
variabel independen yang berhubungan dengan nilai efisiensi hasil olahan DEA
menggunakan metode regresi data panel. Pada tahap awal dilakukan uji
pelanggaran asumsi klasik berdasarkan variabel dependen dan independen
penelitian serta dilanjutkan dengan uji stasioneritas data. Berikutnya pada
pengujian regresi data panel Variabel independen yang digunakan yaitu Net
Operating Income, Net Imbalan, dan Market Share. Pada regresi data panel
57
terlebih dahulu dilakukan penentuan model terbaik yaitu dengan menggunakan
Uji Chow untuk model Common Effect dan Fix Effect, dan Uji Hausman untuk
model Fix Effect, dan Random Effect. Setelah model terbaik ditetapkan, tahap
pengujian terakhir yaitu pengujian statistik berupa Uji t-statistc, F-statistic, dan
Adjusted R2. Hasil seluruh tahapan pengujian tersebut akan diinterpretasikan guna
menjawab rumusan masalah dan membuktikan hipotesis penelitian sehingga
tujuan penelitian dapat tercapai.
Keterkaitan Antar Variabel dan Hipotesis Penelitian D.
Pengaruh Net Operating Income (NOI), Net Imbalan (NI), dan Market 1.
Share secara parsial.
a. Pengaruh NOI terhadap Nilai Efisiensi
Pendapatan menjadi aspek penting yang menentukan keberlangsungan
suatu usaha. Besaran pendapatan juga menjadi salah satu tolak ukur
terpenting dalam menilai kinerja maupun tingkat kesehatan perusahaan
termasuk perbankan. Bank yang efisien akan menunjukan kinerja yang
lebih baik dibandingkan bank yang inefisien. Perbankan yang efisien
mampu menekan biaya agar output berupa pendapatan dapat semakin
besar. Hal tersebut juga secara tidak langsung akan meningkatkan
pelayanan kepada nasabah yang dalam jangka panjang akan meningkatkan
laba dan kepuasan nasabah (Lestari, 2017).
58
Penelitian mengenai efisiensi yang dilakukan Yulita (2015) pada
perbankan syariah, menunjukan bahwa variabel pendapatan operasional
sebagai bagian dari Net Operating Income menjadi variabel yang memiliki
pengaruh terbesar terhadap nilai efisiensi. Hal tersebut diperkuat dengan
penelitian Wasilah (2018) yang menyatakan bahwa pendapatan
operasional sebagai penyumbang terbesar atas Nilai Efisiensi Bank Umum
Syariah (BUS). Hal tersebut menunjukan bahwa Net Operating Income
yang besar juga akan menaikan Nilai Efisiensi karena semakin besar
pendapatan operasional bersih yang dihasilkan oleh bank secara tidak
langsung bank tersebut telah dapat mengefisiensikan sumber daya yang
dimiliki.
Maka perumusan hipotesis untuk Variabel Net Operating Income
adalah sebagai berikut:
HO: Tidak terdapat pengaruh signifikan pada Variabel Net Operating
Income terhadap efisiensi BUS di Indonesia pada periode 2015-2017
H1: Terdapat pengaruh signifikan pada Variabel Net Operating Income
terhadap efisiensi BUS di Indonesia pada periode 2015-2017
b. Pengaruh Market Share terhadap Nilai Efisiensi
Indikator posisi perusahaan dalam persaingan industri dapat diukur
dari market share. Semakin tinggi pangsa pasar mencerminkan kekuatan
perusahaan dalam persaingan pasar. Kemampuan perusahaan dalam
59
mempertahankan posisinya dalam persaingan industri dapat berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan yang bersangkutan (Siburian, 2017). Kinerja
perusahaan yang efisien dapat dicapai melalui perolehan nilai market
share dalam menunjang persaingan usaha.
Hasil penelitian tingkat efisiensi beberapa bank syariah di ASEAN
yang dilakukan oleh Achsani et.al (2016) menunjukan bahwa variabel
market share atau pangsa pasar berpengaruh secara signifikan terhadap
nilai efisiensi bank syariah. Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian
Saraswati (2016) yang menunjukan pengaruh signifikan pada Variabel
Pangsa Pasar terhadap tingkat efisiensi. Hasil tersebut menggambakan
bahwa Market Share yang dimiliki suatu bank akan mempengaruhi besar
kecilnya tingkat efisiensi bank tersebut. Maka perumusan hipotesis untuk
Variabel Market Share adalah sebagai berikut:
HO: Tidak terdapat pengaruh signifikan pada Variabel Market Share
terhadap efisiensi BUS di Indonesia pada periode 2015-2017
H1: Terdapat pengaruh signifikan pada Variabel Market Share terhadap
efisiensi BUS di Indonesia pada periode 2015-2017.
c. Pengaruh Net Imbalan terhadap Nilai Efisiensi
Sebagai lembaga intermediasi bank syariah memiliki peranan dalam
mengelola dana yang dihimpun serta menyalurkannya dalam bentuk
pembiayaan. Dari penghimpunan dana investasi, bank memberikan
60
keuntungan kepada pemilik dana berupa margin keuntungan, sedangkan
dalam penyalurannya bank akan menerima keuntungan margin
pembiayaan. Selisih antara keuntungan yang didapat dari pembiayaan
dengan keuntungan yang diberikan kepada pemilik dana akan menjadi
salah satu komponen dalam perhitungan imbalan atau disebut juga rasio
Net Imbalan (NI), dalam perbankan konvensional dikenal dengan istilah
Net Interest Margin (NIM) (Muljawan, 2014). Berdasarkan peraturan BI
No 14/26/PBI/2012 menjelaskan bahwa pencapaian tingkat efisiensi bank
salah satunya dapat diukur melalui rasio NIM atau NI dalam perbankan
syariah. Net Imbalan dapat menunjukan besaran tingkat efisiensi bank
terutama dalam mengelola aktiva produktifnya. Secara umum semakin
tinggi rasio NI makan akan semakin tinggi pendapatan atau laba yang
akan diterima oleh bank, namun akan semakin besar kewajiban yang harus
diberikan kepada pihak ketiga.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Pambuko (2016), yang
menyatakan bahwa Net Imbalan memiliki hubungan signifikan terhadap
efisiensi serta penelitian Ata dan Mehmet (2015) yang menyatakan bahwa
variabel Net Imbalan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap
efisiensi maka perumusan hipotesis untuk Variabel Net Imbalan adalah
sebagai berikut:
61
HO: Tidak terdapat pengaruh signifikan pada Variabel Net Imbalan
terhadap efisiensi BUS di Indonesia pada periode 2015-2017
H1: Terdapat pengaruh signifikan pada Variabel Net Imbalan terhadap
efisiensi BUS di Indonesia pada periode 2015-2017.
Pengaruh Net Operating Income (NOI), Net Imbalan (NI), dan Market 2.
Share secara simultan.
Pengukuran pengaruh variabel secara simultan digunakan untuk
megetahui pengaruh variabel independen yang secara bersamaan
mempengaruhi variabel dependen. Berdasarkan penjelasan tiap variabel
independen yaitu Net Operating Income, Net Imbalan, dan Market Share pada
pengukuran pengaruh variabel secara parsial, maka perumusan hipotesis
pengaruh variabel secara simultan sebagai berikut:
HO: Tidak terdapat pengaruh signifikan pada Variabel Net Operating Income,
Net Imbalan, dan Market Share terhadap efisiensi BUS di Indonesia pada
periode 2015-2017
H1: Terdapat pengaruh signifikan pada Variabel Net Operating Income, Net
Imbalan, dan Market Share terhadap efisiensi BUS di Indonesia pada periode
2015-2017.
62
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif karena tujuan penelitian ini
adalah untuk mengukur tingkat efisiensi perbankan syariah di Indonesia yaitu
Bank Umum Syariah (BUS) dari variabel input dan output berupa angka-angka
yang memiliki satuan hitung dan dapat dihitung secara matematis serta
selanjutnya dilakukan perhitungan guna mencari pengaruh variabel independen
terhadap nilai efisiensi. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu
deskriptif asosiatif (kausal). Menurut Suryani dan Hendriyadi (2016) penelitian
dekspritif adalah penelitian untuk menggambarkan data, baik dalam bentuk
narasi, gambar maupun grafik. Sedangkan penelitian asosiatif merupakan
penelitian yang dilakukan untuk mencari pengaruh antar variabel. Maka dapat
dikatakan bahwa penelitian ini merupakan gabungan antara deskriptif dan
asosiatif – kausal.
Terdapat dua tahapan dalam pengukuran efisiensi yang akan dilakukan. Tahap
pertama merupakan pengukuran non parametik yang berusaha menghubungkan
input dan output dari data historis sehingga mengasilkan tingkat efisiensi
perbankan. Pengukuran efisiensi pada tahap pertama menggunakan variabel input
yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK), Aset Tetap, dan Beban Tenaga Kerja serta
variabel output yaitu Pembiayaan, Pendapatan Operasional, dan Kas
63
menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA). Selain pengukuran efisiensi,
dilakukan pengukuran lanjutan guna melihat variabel yang mempengaruhi tingkat
efisiensi. Dari hasil pengukuran DEA, akan dilakukan perhitungan tingkat kedua
dengan menghubungkan variabel independen berupa Net Operating Income, Net
Imbalan, dan Market Share, terhadap hasil perhitungan efisiensi menggunakan
regresi Data Panel sehingga diketahui variabel yang mempengaruhi tingkat
efisiensi pada Bank Umum Syariah di Indonesia.
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data panel. Data Laporan
Keuangan BUS di Indonesia dari triwulan pertama Maret 2015 sampai dengan
triwulan keempat Desember 2017 yang dikeluarkan oleh website resmi BUS.
Metode Penentuan Sampel B.
Populasi adalah kumpulan dari semua kemungkinan orang-orang, benda-
benda, dan ukuran lain yang menjadi objek perhatian atau kumpulan seluruh
objek yang menjadi perhatian (Purwanto, 2004). Populasi dalam penelitian ini
adalah Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia yang terdaftar di Otoritas Jasa
Keuangan pada triwulan I tahun 2015 hingga triwulan IV tahun 2017 yaitu
sebanyak 13 Bank Umum Syariah (SPS OJK, 2017).
Metode penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan penarikan
sampel non-probabilitas dengan teknik pertimbangan tertentu (purposive
sampling). Penarikan sampel non-probabilitas merupakan suatu prosedur
penarikan sampel yang bersifat subjektif, dalam hal ini probabilitas atau peluang
64
pemilihan elemen-elemen populasi tidak dapat ditentukan. Hal ini disebabkan
setiap elemen populasi tidak memiliki peluang yang sama untuk dipilih sebagai
sampel. Sedangkan teknik purposive sampling merupakan bentuk penarikan
sampel yang didasarkan kriteria-kriteria tertentu (Hermawan & Husna, 2009).
Adapun kriteria dalam penentuan sampel dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. BUS yang beroperasi di Indonesia yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan
atau Bank Indonesia selama periode pengamatan 2015-2017.
2. Menyajikan laporan keuangan selama periode pengamatan 2015-2017 dan
telah dipublikasikan di website resmi BUS yang bersangkutan.
3. Termasuk dalam peringkat tertinggi aset pada BUS, sehingga dapat mewakili
sebagian besar aset dari populasi BUS. Secara rinci jumlah total aset sampel
yang dipilih yaitu pada BUS dengan total aset Per Desember 2017 yaitu lebih
dari Rp 6 triliun.
4. Tidak memiliki nilai atau bobot negatif pada variabel input dan output di
dalam laporan keuangan, hal ini merupakan syarat analisis efisiensi dengan
metode DEA.
Berikut merupakan proses pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang
telah ditentukan di atas:
Tabel 3.1 Proses Pengambilan Sampel
No Keterangan Jumlah
1. Populasi Bank Umum Syariah yang 13 BUS
65
terdaftar di OJK
2. Bank Umum Syariah di Indonesia yang
sudah mempublikasikan laporan keuangan
triwulan selama periode 2015-2017 dan
telah dipublikasikan di website masing-
masing Bank Umum Syariah di Indonesia
8 BUS
3. Bank Umum Syariah di Indonesia yang
telah memiliki aset lebih dari Rp 6 triliun
7 BUS
4. Bank Umum Syariah yang tidak memiliki
nilai negatif pada variabel penelitian
7 BUS
4. Bank Umum Syariah yang memenuhi
kriteria untuk dijadikan sampel penelitian
7 BUS x 4
(triwulan) x 3
tahun
5. Jumlah data sampel yang diobservasi 84 observasi Sumber: data diolah
Dari tabel 3.1 diperoleh 7 BUS di Indonesia sebagai sampel penelitian sesuai
kriteria yang telah ditetapkan. Sample penelitian dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 3.2 Sampel Penelitian
No Nama Bank Umum Syariah Kode
1. Bank Syariah Mandiri BSM
2. Bank Muamalat Indonesia BMI
3. BRI Syariah BRIS
4. BNI Syariah BNIS
5. Bank Panin Dubai Syariah BPS
6 Bank BTPN Syariah BTPNS
7 Bank Bukopin Syariah BBS
Sumber: Daftar BUS di Otoritas Jasa Keuangan tahun 2017
66
Metode Pengumpulan Data C.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Panel (Pooling
Data). Data panel adalah jenis data yang merupakan antara data runtut waktu
(time series) dengan data seksi silang (cross section). Oleh karenanya, data panel
memiliki gabungan karakteristik, yaitu: (1) terdiri dari beberapa objek, dan (2)
meliputi beberapa periode waktu (Ghozali & Dwi, 2013).
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data
sekunder. Data sekunder merupakan struktur data historis mengenai variabel-
variabel yang telah dikumpulkan dan dihimpun sebelumnya oleh pihak lain.
Sumber data sekunder bisa diperoleh dari dalam suatu perusahaan (sumber
internal), berbagai internet websites, perpustakaan umum maupun lembaga
pendidikan (Hermawan & Husna, 2009). Dalam hal ini data-data diperoleh
langsung dari publikasi Otoritas Jasa Keuangan berupa Statisik Perbankan
Syariah Indonesia, laporan keuangan dari bank terkait, hasil penelitian terdahulu,
dan jurnal.
Proses pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode sebagai
berikut:
1. Field Research
Penelitian menggunakan data sekunder berupa data runtut waktu (time series)
berupa Statistik Perbankan Syariah dari Maret atau triwulan pertama tahun
2015 sampai dengan Desember atau triwulan keempat tahun 2017 dan
67
Laporan Perkembangan Perbankan Syariah yang diperoleh dari situs resmi
Otoritas Jasa Keuangan.
2. Library Research
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa literatur
seperti buku, artikel, jurnal nasional dan interasional, dan sejenisnya yang
dapat mendukung bahan kajian penelitian dan juga sebagai landasan untuk
menganalisa permasalahan serta upaya memperoleh data yang valid.
Metode Analisis Data D.
Analisis data pada penelitian ini menggunakan alat analisis yang sudah teruji
dan banyak digunakan dalam pengukuran efisiensi yaitu menggunakan Data
Envelopment Analysis (DEA) dengan Software DEA Frontier serta Microsoft
Excel 2016, dan Software Eviews 9.5 untuk menjalankan Model Regresi Data
Panel sehingga dapat dilihat faktor penentu efisiensi model.
1. Data Envelopment Analysis (DEA)
DEA merupakan metodologi non-parametik yang didasarkan pada linier
programming dan digunakan untuk menganalisis fungsi produksi melalui
suatu pemetaan frontier produksi (Anderson 2014). Coelli (1998) menyatakan
bahwa DEA diperkenalkan pertama kali oleh Charnes, Cooper, dan Rhodes
(1978). Metode DEA dibuat sebagai alat bantu untuk evaluasi kinerja suatu
aktivitas dalam sebuah unit entitas (organisasi). Pada dasarnya prinsip kerja
model DEA adalah membandingkan data input dan output dari suatu
68
organisasi data (decision making unit, DMU) dengan data input dan output
lainnya pada DMU yang sejenis. Perandingan ini dilakukan untuk
mendapatkan suatu nilai efisiensi. (Krisnamurthi, 2013).
Secara khusus, DEA merupakan pengembangan teknik pemograman linier
yang di dalamnya terdapat fungsi tujuan dan fungsi kendala. Berikut adalah
persamaan umum pada metode Data Envelopment Analysis (DEA).
Dimana hs menunjukkan efisiensi teknis bank s; uis menunjukkan bobot output
i yang dihasilkan; yis adalah bobot input i yang diproduksi; vjs adalah bobot
input j; dan xjs = jumlah input j yang diberikan oleh bank s.
Dalam hal ini, termasuk juga menemukan nilai untuk u dan v, sebagai
sebuah pengukuran efisiensi hs yang maksimal. Dengan tujuan untuk kendala
bahwa semua ukuran efisiensi haruslah kurang atau sama dengan satu, salah
satu masalah dengan formulasi atau rumusan rasio ini adalah bahwa ia
memiliki sejumlah solusi yang tidak terbatas (infinite). Untuk menghindari hal
ini, maka kita dapat menentukan kendala yang akan menspesifikasikan dan
memudahkan dalam proses selanjutnya menggunkan teknik komputasi yang
terus mengalami perkembangan. Adapun fungsi kendala tersebut adalah:
(3.1)
69
dimana N menunjukkan jumlah bank dalam sampel.
Pertidaksamaan pertama menunjukkan adanya efisiensi rasio untuk
perusahaan lain tidak lebih dari 1, sementara pertidaksamaan kedua berbobot
positif. Angka rasio akan bervariasi antara 0 sampai dengan 1. Bank dikatakan
efisien apabila memiliki angka rasio mendekati 1 atau 100 persen, sebaliknya
jika mendekati 0 menunjukkan efisiensi bank semakin rendah. Pada DEA,
setiap bank dapat menentukan pembobotnya masing-masing dan menjamin
bahwa pembobot yang dipilih akan menghasilkan ukuran kinerja yang terbaik.
(Firdaus & Hosen, 2013).
Model DEA digunakan sebagai perangkat untuk mengukur kinerja
setidaknya memiliki beberapa keunggulan dibandingkan model lain.
Keunggulan tersebut antara lain: (Krisnamurthi, 2013).
1. Model DEA dapat mengukur banyak variabel input dan variabel output
2. Tidak diperlukan asumsi hubungan fungsional antara variabel-variabel
yang diukur.
3. Variabel input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang
berbeda.
Selain menentukan input dan output penelitian, pada pengukuran tingkat
efisiensi DEA menggunakan dua model yang digunakan dalam menganalisis
(3.2)
70
efisiensi suatu Unit Kegiatan Ekonomi (UKE). Model tersebut yaitu constant
return to scale (CRS) atau biasa disebut model CCR (Charnes-Cooper-
Rhodes) dan variable return to scale (VRS) atau biasa disebut dengan model
BCC (Bankers-Charnes-Cooper).
a. Constant Return to Scale (CRS)
Dalam model CRS terdapat model matematika yang telah diterangkan
pada persamaan umum Metode DEA sebelumnya. Dalam persamaan
tersebut dijelaskan bahwa nilai dari pengukuran efisiensi dibatasi dari
rentang 0 sampai dengan 1 dan bobot nilai harus positif. Dari rentang
tersebut dapat disimpulkan bahwa bank akan efisien ketika mendekati
angka 1 atau 100%, sebaliknya jika mendekati 0 akan menunjukan
efisiensi yang semakin rendah.
Dalam persamaan tersebut dijelaskan bahwa fungsi tujuan dari
persamaan tersebut adalah memaksimalkan output dengan fungsi kendala
bahwa nilai input sama dengan satu, sehingga nilai output yang dikurangi
nilai input nilainya kurang atau sama dengan 0. Hal itu berarti semua bank
akan berada atau di bawah tingkat efisiensi teknis.
(3.3)
71
b. Variable Return to Scale (VRS)
Pada model VRS diasumsikan bahwa kondisi semua UKE atau dapat
dikatakan bahwa tidak semua UKE beroperasi secara optimal. Beragam
faktor seperti persaingan tidak sempurna, kendala keuangan, dan
penyebab lainnya mungkin berakibat pada perusahaan tidak beroperasi
pada skala yang optimal. Model matematika dengan pendekatan VRS
didapat melalui modifikasi dari model dengan pendekatan CRS dan tetap
berpedoman pada model matematika umum DEA sebagai persamaan
dalam mengukur tingkat efisiensi teknis. Dengan menambahkan kendala
konektivitas (convexity constraint) ke dalam persamaan sehingga rumus
matematisnya menjadi:
Dimana U0 merupakan penggal yang dapat bernilai positif atau negatif.
(Firdaus & Hosen 2003)
Perhitungan hasil analisis efisiensi menggunakan metode DEA
merupakan tahap awal atau first stage. Perhitungan dilakukan
menggunakan dua model yaitu CRS dan VRS untuk memberikan
gambaran hasil efisiensi dari bank syariah ketika beroperasi pada skala
(3.4)
72
optimal maupun tidak optimal. Pada tahap kedua atau second stage nilai
efisiensi yang digunakan didapat dari nilai model CRS. Hal tersebut
dilakukan guna melihat variabel lingkungan yang mempengaruhi nilai
efisiensi pada skala optimal.
2. Pengujian Pelanggaran Asumsi
Uji pelanggaran asumsi dilakukan dalam rangka menghasilkan model
yang efisien, visibel dan konsisten. Uji pelanggaran asumsi dilakukan dengan
mendeteksi gangguan waktu (time-related disturbance), gangguan antara
individu atau antar sektor ekonomi, dan gangguan akibat keduanya. (Gujarati,
2003)
a. Multikolineraritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam metode
regresi ditemukan adanya korelasi yang tinggi atau sempurna antar
variabel independen. Jika antar variabel independen X’s terjadi
multikolinearitas sempurna, maka koefisien regresi variabel X tidak dapat
ditentukan dan nilai standar error menjadi tak terhingga. Pengaruh dari
multikolinearitas hanyalah sulit untuk mendapatkan koefisien dengan
standar error yang kecil. Hal ini juga akan terjadi jika jumlah observasi
kecil atau sering disebut dengan micronumerocity (Ghozali & Dwi, 2013).
Multikolineratitas dapat dideteksi dengan melakukan pengujian
Correlation dari seluruh variabel independen. Lebih lanjut, jika nilai
73
Correlation antar variabel independen menunjukan nilai di atas 0,80 hal
tersebut menunjukan adanya hubungan antar variabel independen atau
dengan kata lain terdapat permasalahan multikolineraritas pada data
penelitian.
b. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan suatu keadaan dimana varian residual
tidak konstan tetapi bervariasi. Hal tersebut merupakan pelanggaran salah
satu asumsi yaitu homoskedastisitas. Homoskedastistas dalam model
regresi berarti sama (homo) dan sebaran (scedasticity) memiliki variance
yang sama (equal variance). (Ghozali & Dwi, 2013)
Agar dapat mengetahui adanya pelanggaran asumsi berupa
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama yaitu
melakukan metode grafik, dengan mengamati hasil grafik olahan yang
dihasilkan. Metode grafik jauh lebih mudah dilakukan namun memiliki
kelemahan yaitu jumlah pengamatan mempengaruhi tampilan hasil.
Semakin sedikit jumlah pengamatan semakin sulit untuk
menginterpretasikan hasil grafik plots. Selain itu, perbedaan interpretasi
yang berbeda dari tiap orang mungkin dapat terjadi. sedangkan cara kedua
dapat dilakukan dengan melakukan pengujian formal. Pengujian secara
formal diperlukan karena lebih dapat menjamin keakuratan hasil. Oleh
74
sebab itu pengujian secara formal menjadi rekomendasi dalam
mengidentfikasi pelanggaran Heteroskedastisitas.
Ada beberapa pengujian secara formal yang dapat digunakan untuk
mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas salah satunya yaitu pengujian
White. Uji White dapat dilakukan dengan meregres residual kuadrat
dengan variabel independen, variabel independen kuadrat, dan perkalian
(interaksi) antar variabel independen. Hipotesis alternatif yang diajukan
adalah ada heteroskedastisitas dlama model ditolak. Jika hasil pengujian
menunjukan bahwa nilai Obs*R-squared mempunyai nilai probabilitas
Chi-Square yang signifikan (nilai p=0.0000), maka hipotesis alternatif
adanya heteroskedastisitas tidak dapat ditolak (Ghozali & Dwi 2013)
c. Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji kenormalan dari suatu data.
Salah satu uji normalitas yang cukup dapat digunakan yaitu Uji Jarque
Bera. Hasil pengujian Jarque Bera dapat dilihat dari nilai probabilitas
Jarque Bera. Jika nilai probabilitas melebihi 5% maka dapat dikatakan
bahwa tidak terdapat permasalahan normalitas pada data penelitian
(Ghozali & Dwi, 2013).
3. Uji Stasioneritas Data
Sebelum melakukan analisis, terlebih dahulu perlu diketahui apakah sudah
stasioner runtut waktu (time series) yang digunakan. Untuk itulah dibutuhkan
75
uji formal dalam menentukan stationeritas data. Ada dua macam pengujian
secara formal yang dapat dilakukan, yakni Korelogram atau Unit Root Test
(Ghozali & Dwi, 2013). Dalam penelitian ini menggunakan uji akar unit (unit
root test) yang dikembangkan oleh Dickey-Fuller. Jika suatu variabel data
mengandung unit root maka data tersebut tidak stationer.
Metode yang digunakan untuk unit root test adalah Augmented Dicky
Fuller (ADF). Agar dapat mengetahui apakah ada unit root pada variabel data
yang digunakan, maka nilai Augmented Dicky-Fuller (ADF) t-Statistic harus
lebih besar dibandingkan dengan test critical values atau nilai kritis pada
derajat kebebasan 5% (Winarno, 2007). Dapat juga dilihat pada nilai
probabilitasnya, apabila nilai probabilitasnya kurang dari 5% maka data
tersebut stasioner pada taraf tersebut. (Hidayat, 2014).
4. Regresi Data Panel
Data panel sering disebut juga pooled data (pooling time series dan cross-
section) yang memiliki makna pergerakan sepanjang waktu dari unit cross-
sectional. Secara sederhana, data panel dapat didefinisikan sebagai sebuah
kumpulan data (dataset) di mana perilaku unit cross-sectional diamati
sepanjang waktu. (Ghozali & Dwi,2013).
Hasion (2003) dalam Ghozali dan Dwi (2013) menyatakan bahwa
penggunaan data panel memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan
menggunakan data cross-section maupun time series, diantaranya yaitu:
76
1. Data panel dapat memberikan penelitian jumlah pengamatan yang besar,
meningkatkan degree of freedom (derajat kebebasan), data memiliki
variablitas yang besar, dan mengurangi kolinieritas antar variabel
independen sehingga mengasilkan estimasi ekonometri yang efisien.
2. Data panel dapat memberikan informasi lebih banyak yang tidak dapat
diberikan hanya oleh data cross-section atau time series saja.
3. Data panel dapat memberikan penyelesaian yang lebih baik dalam
inferensi perubahan dinamis dibandingkan data cross-section.
Pada umumnya sebelum melakukan analisis regresi data panel, sebelumnya
terdapat tiga macam estimasi yang harus digunakan:
a. Metode Common Effect
Merupakan model yang paling sederhana, dimana pendekatan yang
dilakukan tidak mempertimbangkan dimensi waktu dan ruang yang
dimiliki oleh data panel. Estimasi model ini juga dikenal dengan istilah
model OLS (Ordinary Least Square). Bentuk model linier yang digunakan
sebagai berikut (Suliyanto, 2011):
Yit= β0 + β1X1it + β2X2it + εit
keterangan:
Yit : observasi dari unit ke-i dan diamati pada periode waktu ke-t
Xit : vektor k-variabel independen dari unit ke-i & diamati di waktu ke-t
εit : komponen eror yang diasumsikan harga mean 0 & variasi homogen
(3.5)
77
b. Metode Fixed Effect
Gujarati (2005) dalam Setiawati & Setiawan (2012) menjelaskan
bahwa pendekatan fixed effect model (FEM) diasumsikan bahwa nilai
slope masingmasing variabel adalah tetap, namun nilai intersep berbeda-
beda untuk setiap unit cross section dan tetap untuk setiap unit time series.
Estimasi pada metode Fixed Effect dapat dilakukan dengan
pembobot (cross section weight) atau General Least Square (GLS) atau
tanpa pembobot (no weighted) atau Least Square Dummy Variabel
(LSDV). Tujuan dilakukannya pembobotan adalah untuk mengurangi
heterogenitas antar unit cross section (Gujarati, 2003). pendekatan FEM
yakni sebagai berikut:
Yit = β0 + β1X1it + β2X2it + β3D1i + β5D2i +…..+ Ɛ it
keterangan:
Yit : observasi dari unit ke-i dan diamati pada periode waktu ke-t
Xit : vektor k-variabel independen dari unit ke-i & diamati di waktu ke-t
Di : variabel dummy (semu) untuk unit ke-i
εit : komponen eror yang diasumsikan harga mean 0 & variasi homogen
(3.6)
78
c. Uji Chow
Uji Chow bertujuan untuk memilih model terbaik antara model
Common Effect dengan Fixed Effect Model. Nilai yang harus diperhatikan
pada uji chow adalah nilai probabilitas dari F-Statistik (Lestari,2017).
Hipotesis yang digunakan dalam uji chow adalah sebagai berikut:
H0 : Common Effect Model (CEM)
Ha : Fixed Effect Model (FEM)
Jika nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari tingkat signifikasi
(5%), maka tolak H0. Begitu pula sebaliknya jika nilai probabilitas F-
statistik lebih besar dari tingkat signifikasi (5%), maka menerima H0.
Dasar penolakan terhadap hipotesis nol adalah dengan menggunakan F-
statistik seperti yang dirumuskan sebagai berikut:
keterangan:
RRSS
: Restricted Residual Sum Square (diperoleh dari estimasi data
panel dengan metode pooled least square).
URSS : Unrestricted Residual Sum Square (diperoleh dari estimasi
data panel dengan metode fixed effect).
N : Jumlah data cross section
T : Jumlah data time series
(3.7)
79
K : Jumlah variabel bebas
d. Metode Random Effect
Metode efek random digunakan untuk mengatasi kelemahan metode
tetap yang menggunakan variabel semu, metode efek random
menggunakan residual, yang diduga memiliki hubungan antarwaktu dan
antarobjek. Namun, untuk menganalisis dengan metode efek random ada
satu syarat, yaitu objek data silang harus lebih besar daripada banyaknya
koefisien (Winarno, 2011). Adapun model persamaan regresinya sebagai
berikut:
Yit = α + α1DX1 it + α2DX2 it + α3DX3 it + α4DX4 it + α5DX5 it +
ß1X1 it ß2X2 it + γ1 (X1) + γ2 (X2) + γ3 (X3) + γ4 (X4) + γ5 + µit
keterangan:
Yit : observasi dari unit ke-i dan diamati pada periode waktu ke-t
Xit : vektor k-variabel independen dari unit ke-i & diamati di waktu ke-t
Di : variabel dummy (semu) untuk unit ke-i
εit : komponen eror yang diasumsikan harga mean 0 & variasi homogen
e. Uji Hausman
Uji Hausman digunakan untuk memilih model mana yang cocok
digunakan untuk penelitian ini. Model estimasi dengan pendekatan CEM
tidak ikut diujikan dalam penelitian ini karena estimasi dengan pendekatan
(3.8)
80
ini memiliki keterbatasan dalam menjelaskan individualitas unit cross
section. Pengujian ini didasarkan pada hipotesis sebagai berikut:
H0 : Random Effect Model (REM)
Ha : Fixed Effect Model (FEM)
Jika nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari tingkat signifikasi
0.005 (5%), maka menolak H0. Begitu pula sebaliknya jika nilai
probabilitas F-statistik lebih besar dari tingkat signifikasi (5%), maka
menerima H0. Adapun persamaan uji hausman dapat ditulis sebagai
berikut:
Adapun persamaan uji hausman dapat ditulis sebagai berikut:
H=(βRE - βFE)1 (ΣFE – ΣRE)
-1 (βRE – βFE)
keterangan:
βRE : Random Effect Estimator
βFE : Fixed Effect Estimator
ΣFE : Matriks Kovarians Fixed Effect
ΣRE : Matriks Kovarians Random Effect
5. Pengujian Statistik
a. Uji t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel individu independen secara individu dalam menerangkan variabel
dependen (Ghozali & Dwi, 2013). Jika nilai probabilitas lebih kecil
(3.9)
81
daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi 5%), maka variabel independen
secara satu persatu berpengaruh terhadap variabel dependen, sedangkan
jika nilai probabilitas lebih besar dari pada 0,05 maka variabel independen
secara satu persatu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen
(Purwanto, 2004). Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:
H0 : ß = 0, Tidak terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara
variabel independen terhadap variabel dependen.
Ha : ß ≠ 0, Terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara variabel
independen terhadap variabel dependen.
Dasar pengambilan keputusan adalah :
Jika Probabilitas < 0.05 maka H0 ditolak
Jika Probabilitas > 0.05 maka H0 diterima
b. Uji F
Uji F digunakan untuk membuktikan apakah variabel-variabel
independen (X) secara simultan bersama-sama mempunyai pengaruh
terhadap variabel dependen (Y). Jika nilai probabilitas lebih kecil daripada
0,05 (untuk tingkat signifikansi 5%), maka variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Sedangkan jika
nilai probabilitas lebih besar daripada 0,05 maka variabel independen
secara serentak tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Hipotesis
yang digunakan adalah sebagai berikut:
82
Ho: ß = 0, Tidak terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara
variabel independen terhadap variabel dependen.
Ha: ß ≠ 0, Terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara varibel
independen terhadap variabel dependen.
Dasar pengambilan keputusan adalah:
Jika Probabilitas < 0.05 maka ditolak
Jika Probabilitas > 0.05 maka diterima
c. Uji Adjusted R2
Uji Adjusted R2
dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel
independen dapat menjelaskan variabel dependen. Semakin besar nilai
Adjusted R2
maka variabel independen penelitian semakin mampu
menjelaskan variabel dependennya.
Operasional Variabel Penelitian E.
Berikut spesifikasi variabel input dan output pendekatan intermediasi yang
dapat digunakan untuk mengukur kinerja efisiensi dalam penelitian ini.
Tabel 3 3 Spesifikasi Variabel Input dan Variabel Output dalam Penelitian
Variabel Input Sumber
1. Dana Pihak Ketiga Neraca
2. Aset Tetap Neraca
3. BebanTenaga Kerja Laporan Laba Rugi
Variabel Output Sumber
83
1. Pembiayaan Neraca
2. Kas Neraca
3. Pendapatan Operasional Laporan Laba Rugi
Selanjutnya spesifikasi variabel dependen dan independen yang digunakan
dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel
independen. Variabel dependen pada penelitian ini yaitu nilai efisiensi yang
didapat dari hasil perhitungan menggunakan aplikasi DEAFrontier terhadap
variabel input; dana pihak ketiga, aset tetap, dan beban tenaga kerja dan
variabel output; pembiayaan, kas dan pendapatan operasional. Nilai efisiensi
berada diantara 0 dan 1 yang mana 1 menunjukan nilai efisiensi optimum
100%. Nilai efisiensi yang didapat merupakan hasil perhituangan dari model
Constant Return to Scale (CRS).
2. Variabel Independen (X)
a. Net Operating Income (NOI) (X1)
Net Operating Income merupakan pendapatan operasional yang diperoleh
dari penyaluran dana yang bersumber dari pendapatan piutang
(murabahan, istisna, dan ijarah) serta pendapatan dari bagi hasil
(mudarabah dan musyarakah), dan sumber lainnya. Pendapatan tersebut
84
akan dikurangi dengan bagi hasil untuk pemilik dana investasi. Dalam
perhitunganya menggunakan rumus sebagai berikut:
b. Net Imbalan (NI) (X2)
Net Imbalan merupakan rasio untuk mengukur kemampuan aktiva
produktif dalam menghasilkan laba dan mengendalikan biaya-biaya. Rasio
ini menunjukan secara rata-rata selirih pricing antara dana dengan
pembiayaan bank syariah. Dalam perhitunganya menggunakan rumus
sebagai berikut:
c. Market Share (X3)
Secara umum market share atau pangsa pasar merupakan ukuran
presentase bisnis berupa besaran penjualan yang mampu dicapai dari
keseluruhan pelaku usaha dalam hal ini merupakan para pesaing. Dalam
sektor perbankan sebagai lembaga intermediasi, pangsa pasar dapat diukur
dengan dana pihak ketiga maupun pembiayaan yang disalurkan. Bank
yang memiliki pangsa pasar dana pihak ketiga tinggi, menunjukkan bank
tersebut lebih berhasil dalam menghimpun dana dari pada bank lain.
NI = Margin Income – Margin Expense X 100%
Aktiva Produktif
NOI = Pendapatan Operasional – Bagi hasil pemilik DPK (3.10)
(3.11)
85
Dalam penelitia ini, nilai Market Share didapat dari natural logaritma
Total Dana Pihak Ketiga.
86
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Bank Umum Syariah di Indonesia
a. Bank Syariah Mandiri
PT Bank Syariah Mandiri merupakan bank umum syariah yang
terbentuk dari hasil konversi PT Bank Susila Bakti pada September 1999
dan mulai beroperasi secara remsi pada November 1999. Penggabungan
empat bank milik pemerintah yaitu Bank Dagang Negara, Bank Bumi
Daya, Bank Exim, dan Bapindo menjadi satu bank yang kokoh dengan
nama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Kebijakan penggabungan tersebut
juga menetapkan kepemilikan mayoritas PT Bank Susila Bakti dimiliki
oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. UU No. 10 tahun 1998 yang
mengizinkan dual banking system pada perbankan yang juga
melatarbelakangi pengembangan layanan perbankan syariah di kelompok
perusahaan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Selanjutnya, melalui Surat
Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/
1999, BI menyetujui perubahan nama Bank Susila Bakti menjadi PT Bank
Syariah Mandiri. Hingga kini Bank Syariah Mandiri telah bertransformasi
menjadi bank syariah terbesar di Indonesia (www.syariahmandiri.co.id).
87
b. Bank Muamalat Indonesia
PT Bank Muamalat Indonesia merupakan bank umum syariah pertama
di Indonesia yang didirikan pada 1 November 1991 dan resmi beroperasi
pada 1 Mei 1992. Pendirian PT Bank Muamalat Indonesia digagasa oleh
Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia
(ICMI) dan pengusaha muslim yang kemudian mendapat dukungan dari
Pemerintah Republik Indonesia. Pada 27 Oktober 1994, PT Bank
Muamalat Indonesia mendapatkan izin sebagai bank devisa dan terdaftar
sebagai perusahaan public yang tidak listing di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Tidak hanya beroperasi di Indonesia, sejak tahun 2009 PT Bank
Muamalat Indonesia mendapatkan izin untuk membuka kantor cabag di
Kuala Lumpur, Malaysia. Hingga kini PT Bank Muamalat Indonesia terus
bertransformasi untuk menjadi entitas yang semakin baik dengan strategi
yang terarah untuk mewujudkan visi menjadi “The Best Islamic Bank and
Top 10 Bank in Indonesia with Strong Regional Presence”
(www.bankmuamalat.co.id).
c. BNI Syariah
PT BNI Syariah (BNI Syariah) merupakan hasil proses spin off dari Unit
Usaha Syariah (UUS) PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) pada
19 Juni 2010. Corporate Plan UUS BNI tahun 2000 memang menempatkan
status UUS hanya bersifat temporer hingga dilakukannya spin off menjadi
88
Bank Umum Syariah (BUS) berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Bank
Indonesia No. 12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010. Pendirian BNI
Syariah juga tak lepas dari faktor eksternal berupa diberlakukannya UU No.21
tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Dengan komitmen untuk memberikan
yang terbaik bagi nasabah, BNI Syariah terus mengalami pertumbuhan usaha
yang berada di atas rata-rata pertumbuhan industry perbankan syariah di
Indonesia. Menjadi salah satu BUS yang terbesar diantara pemain di industry
perbankan syariah nasional. (www.bnisyariah.co.id)
d. BRI Syariah
BRI Syariah merupakan salah satu Bank Umum Syariah yang berasalah
dari proses spin off dari Unit Usaha Syariah dari bank induk konvensional
yaitu PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (Bank BRI). Sebelumnya
Bank BRI melakukan akuisisi terhadap Bank Jasa Arta pada Berawal dari
akuisisi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk terhadap Bank Jasa Arta
pada 19 Desember 2007 dan mulai beroperasi pada tanggal 17 November
2008 setelah mendapat izin dari Bank Indoneisa melalui surat No.
10/67/KEP.GBI/DpG/2008. Salah satu inovasi yang dilakukan BRI Syariah
yaitu pada tahun 2015 sebagai Bank Syariah pertama di Indonesia yang
meluncurkan Laku Pandai Syariah BRISSMART. (www.brisyariah.co.id).
e. BTPN Syariah
89
BTPN Syariah lahir dari perpaduan dua kekuatan yaitu PT Bank Sahabat
Purbadanarta dan Unit Usaha Syariah BTPN. Bank Shabat Purbadanarta
merupakan bank umum non devisa yang berdiri pada Maret 1991 serta 70%
sahamnya diakuisis oleh PT Bank Tabungan Negara Pensiunan Nasional, Tbk
(BTPN). Unit Usaha Syariah BTPN yang telah beroperasi sejak Maret 2008
kemudian di spin off dan bergabung ke BTPN Syariah pada Juli 2014
(www.btpnsyariah.co.id).
f. Bank Panin Syariah
Panin Dubai Syariah Bank didirikan berdasarkan akta Perseroan Terbatas
No. 12 tanggal 8 Januari 1972, yang dibuat oleh Moeslim Dalidd, notaris di
Malang dengan nama PT Bank Pasar Bersaudara Djaja. Bank Panin Dubai
Syariah telah beberapa kali melakukan perubahan nama berturut-turut menjadi
PT Bank Bersaudara Djaja, berdasarkan akta berita acara rapat No. 25 tanggal
8 Januari 1990, yang dibuat oleh Indrawati Setiabudhi, S.H., notaris di
Malang. Kemudian menjadi PT Bank Harfa berdasarkan akta berita acara No.
27 tanggal 27 Maret 1997 yang dibuat oleh Alfian Yahya, S.H., notaris di
Surabaya. Kemudian menjadi PT Bank Panin Syariah sehubungan bank
perubahan kegiatan usaha dari semula menjalankan kegiatan usaha perbankan
konvensional menjadi kegiatan usaha bank syariah dengan prinsip bagi hasil
berdasarkan syariat Islam, berdasarkan akta Berita acara RUPS luar Biasa No.
1 tanggal 3 Agustus 2009, yang dibuat oleh Drs. Bambang Tedjo Anggono
90
Budi, S,H., M.Kn., pengganti dari Sutjipto, S.H., notaris di Jakarta
(https://panindubaisyariah.co.id).
g. Bank Syariah Bukopin
PT Bank Bukopin Syariah berasal dari PT Bank Bukopin, Tbk yang
mengakuisisi PT Bank Persyarikatan Indonesia. Kemudian, pada tahun 2008
memperolah izin kegiatan usaha bank umum yang beroperasi berdasarkan
prinsip syariah melalui surat keputusan Gubernur Bank Indonesia nomor
10/69/KeP.GBI/ DpG/2008 tanggal 27 Oktober 2008 tentang Pemberian Izin
Perubahan Kegiatan Usaha Bank Konvensional Menjadi Bank Syariah, dan
Perubahan Nama PT Bank Persyarikatan Indonesia menjadi PT Bank Syariah
Bukopin. Perseroan sebagai bank syariah secara resmi mulai efektif
beroperasi pada tanggal 9 Desember 2008 (www.syariahbukopin.co.id).
B. Temuan Hasil Penelitian
1. Statistik Deskriptif
Sebelum melakukan perhitungan efisiensi bank syariah, tahap awal yang
harus dilakukan yaitu menentukan variabel input dan output dari sampel bank
syariah yang menjadi objek penelitian. Dalam penelitian ini variabel input
yang dipilih yaitu Beban Tenaga Kerja, Dana Pihak Ketiga, dan Aset Tetap.
Sedangkan variabel output yang digunakan yaitu Pendapatan Operasional,
Pembiayaan, dan Kas. Selanjutnya penggunaan statistik deskriptif bertujuan
untuk memberikan informasi umum mengenai data penelitian guna
91
memudahkan peneliti untuk memahami sebaran data yang akan diolah.
Berikut merupakan ringkasan deskripsi Bank Umum Syariah di Indonesia
yang mencakup variabel input dan output dalam objek penelitian ini:
a. Beban Tenaga Kerja
Grafik 4.1 Pergerakan Variabel Beban Tenaga Kerja
Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2015-2017, data diolah.
Berdasarkan Grafik 4.1, pergerakan variabel beban tenaga kerja
menunjukan nilai yang beragam pada rentang waktu triwulan pertama hingga
triwulan keempat periode 2015-2017. Nilai tertinggi variabel beban tenaga
kerja dihasilkan oleh Bank Syariah Mandiri dengan besaran mencapai Rp 1,92
triliun, sedangkan nilai terendah dihasilkan oleh Bank Panin Syariah dengan
nilai Rp 17,34 miliar. Selanjutnya pada seluruh periode pengamatan, Bank
Syariah Mandiri memiliki nilai tertinggi beban tenaga kerja di tiap
triwulannya sedangkan nilai terendah seluruh periode pengamatan dihasilkan
oleh Bank Bukopin Syariah dan Bank Panin Syariah dengan selisih antar
0
500000
1000000
1500000
I 2015 II 2015 III2015
IV2015
I 2016 II 2016 III2016
IV2016
I 2017 II 2017 III2017
IV2017
Beban Tenaga Kerja
BSM BMI BNIS BRIS BTPNS BPS BBS
92
kedua bank tersebut yang relatif kecil. Secara keseluruhan variabel beban
tenaga kerja mengalami penurunan nilai pada triwulan pertama tiap tahun dan
mengalami fluktuasi peningkatan hingga pada triwulan keempat tiap
tahunnya.
b. Dana Pihak Ketiga
Grafik 4.2 Pergerakan Variabel Dana Pihak Ketiga
Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2015-2017, data diolah.
Berdasarkan Grafik 4.2, pergerakan variabel dana pihak ketiga
menunjukan nilai yang beragam pada rentang waktu triwulan pertama
hingga triwulan keempat periode 2015-2017. Nilai tertinggi variabel dana
pihak ketiga dihasilkan oleh Bank Syariah Mandiri dengan besaran
mencapai Rp 77,90 triliun, sedangkan nilai terendah dihasilkan oleh
BTPN Syariah dengan nilai Rp 2,86 triliun. Selanjutnya Pada seluruh
periode pengamatan, Bank Syariah Mandiri memiliki nilai tertinggi dana
pihak ketiga di tiap triwulannya serta tertinggi selanjutnya dihasilkan oleh
0
10000000
20000000
30000000
40000000
50000000
60000000
70000000
I 2015 II 2015 III2015
IV2015
I 2016 II 2016 III2016
IV2016
I 2017 II 2017 III2017
IV2017
Dana Pihak Ketiga
BSM BMI BNIS BRIS BTPNS BPS BBS
93
Bank Muamalat Indonesia. Sedangkan nilai terendah seluruh periode
pengamatan dihasilkan oleh BTPN Syariah, Bank Bukopin Syariah, dan
Bank Panin Syariah dengan selisih antar ketiga bank tersebut yang relatif
kecil. Secara keseluruhan variabel dana pihak ketiga dari tiap bank
memiliki kecenderungan yang meningkat pada tiap tahunnya.
c. Aset Tetap
Grafik 4.3 Pergerakan Variabel Aset Tetap
Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2015-2017, data diolah.
Berdasarkan Grafik 4.3, pergerakan variabel aset tetap menunjukan
nilai yang beragam pada rentang waktu triwulan pertama hingga triwulan
keempat periode 2015-2017. Nilai tertinggi variabel aset tetap dihasilkan
oleh Bank Muamalat Indonesia dengan besaran mencapai Rp 2,65 triliun,
sedangkan nilai terendah dihasilkan oleh Bank Panin Syariah dengan nilai
Rp 29,67 miliar. Selanjutnya Pada seluruh periode pengamatan, Bank
0
500000
1000000
1500000
2000000
2500000
I 2015 II2015
III2015
IV2015
I 2016 II2016
III2016
IV2016
I 2017 II2017
III2017
IV2017
Aset Tetap
BSM BMI BNIS BRIS BTPNS BPS BBS
94
Muamalat Indonesia memiliki nilai tertinggi aset tetap di tiap triwulannya
serta tertinggi selanjutnya, lebih rendah dengan perbedaan yang cukup
besar yang dihasilkan oleh Bank Syariah Mandiri. Sedangkan nilai
terendah seluruh periode pengamatan dihasilkan oleh BNI Syariah, BRI
Syariah, BTPN Syariah, Bank Bukopin Syariah, dan Bank Panin Syariah
dengan selisih antar ketiga bank tersebut relatif kecil dibandingkan dua
bank peringkat tertinggi. Secara keseluruhan variabel aset tetap dari tiap
bank memiliki kecenderungan meningkat namun juga terdapat bank yang
memiliki kecenderungan menurun pada triwulan keempat tiap tahunnya.
d. Pendapatan Operasional
Grafik 4.4 Pergerakan Variabel Pendapatan Operasional
Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2015-2017, data diolah.
Berdasarkan Grafik 4.4, pergerakan variabel pendapatan operasional
menunjukan nilai yang beragam pada rentang waktu triwulan pertama
0
1000000
2000000
3000000
4000000
5000000
I 2015 II 2015 III 2015IV 2015 I 2016 II 2016 III 2016IV 2016 I 2017 II 2017 III 2017IV 2017
Pendapatan Operasional
BSM BMI BNIS BRIS BTPNS BPS BBS
95
hingga triwulan keempat periode 2015-2017. Nilai tertinggi variabel
pendapatan operasional dihasilkan oleh Bank Syariah Mandiri dengan
besaran mencapai Rp 4,92 triliun, sedangkan nilai terendah dihasilkan
oleh Bank Bukopin Syariah dengan nilai Rp 34,86 miliar. Selanjutnya
Pada seluruh periode pengamatan, Bank Syariah Mandiri memiliki nilai
tertinggi pendapatan operasional, berikutnya ditempati oleh Bank
Muamalat Indonesia, BNI Syariah, dan BTPN Syariah dengan nilai yang
berfluktuasi, namun pada tahun 2017 BTPN Syariah mampu mencatatkan
nilai pertumbuhan yang relatif lebih tinggi dari ketiganya. Lebih lanjut,
nilai terendah seluruh periode pengamatan dihasilkan oleh BRI Syariah,
Bank Panin Syariah, dan Bank Bukopin Syariah dengan selisih antar
ketiga bank tersebut relatif kecil. Secara keseluruhan variabel pendapatan
operasional menunjukan fluktuasi yang cenderung meningkat.
e. Pembiayaan
Grafik 4.5 Pergerakan Variabel Pembiayaan
Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2015-2017, data diolah.
0
20000000
40000000
60000000
I 2015 II2015
III2015
IV2015
I 2016 II2016
III2016
IV2016
I 2017 II2017
III2017
IV2017
Pembiayaan
BSM BMI BNIS BRIS BTPNS BPS BBS
96
Berdasarkan Grafik 4.5, pergerakan variabel pembiayaan menunjukan
nilai yang beragam pada rentang waktu triwulan pertama hingga triwulan
keempat periode 2015-2017. Nilai tertinggi variabel pembiayaan
dihasilkan oleh Bank Syariah Mandiri dengan besaran mencapai Rp 60,47
triliun, sedangkan nilai terendah dihasilkan oleh BTPN Syariah dengan
nilai Rp 2,61 triliun. Selanjutnya Pada seluruh periode pengamatan, Bank
Syariah Mandiri memiliki nilai tertinggi pembiayaan di tiap triwulannya
serta tertinggi selanjutnya dihasilkan oleh Bank Muamalat Indonesia.
Sedangkan nilai terendah seluruh periode pengamatan dihasilkan oleh
BTPN Syariah, Bank Panin Syariah, dan Bank Bukopin Syariah dengan
selisih antar ketiga bank tersebut yang relatif kecil. Secara keseluruhan
variabel pembiayaan dari tiap bank memiliki kecenderungan yang
meningkat tiap tahunnya.
f. Kas
Grafik 4.6 Pergerakan Variabel Kas
Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2015-2017, data diolah.
0
500000
1000000
1500000
I 2015 II2015
III2015
IV2015
I 2016 II2016
III2016
IV2016
I 2017 II2017
III2017
IV2017
Kas
BSM BMI BNIS BRIS BTPNS BPS BBS
97
Berdasarkan Grafik 4.6, pergerakan variabel kas menunjukan nilai
yang beragam pada rentang waktu triwulan pertama hingga triwulan
keempat periode 2015-2017. Nilai tertinggi variabel kas dihasilkan oleh
Bank Syariah Mandiri dengan besaran mencapai Rp 1,61 triliun,
sedangkan nilai terendah dihasilkan oleh Bank Panin Syariah dengan nilai
Rp 9,75 triliun. Selanjutnya Pada seluruh periode pengamatan, Bank
Syariah Mandiri memiliki nilai tertinggi kas, berikutnya ditempati oleh
Bank Muamalat Indonesia, dengan nilai yang fluktuasi yang cenderung
menurun hingga awal periode 2017 pada kedua bank tersebut. Lebih
lanjut, nilai terendah seluruh periode pengamatan dihasilkan oleh Bank
Panin Syariah dan Bank Bukopin Syariah dengan selisih antar kedua bank
tersebut relatif kecil. Secara keseluruhan variabel kas menunjukan
fluktuasi yang cenderung menurun dengan kenaikan terbesar pada
triwulan ketiga 2017.
2. Hasil Analisis Efisiensi dengan Data Envelopment Analysis (DEA)
Berdasarkan data BUS di Indonesia selama periode pengamatan yaitu
triwulan kesatu hingga keempat periode 2015-2017, diperoleh perhitungan
tingkat efisiensi dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA)
menggunakan asumsi Constant Return Scale (CRS) dan asumsi Variable
Return Scale (VRS). Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut yang sudah
98
peneliti olah guna memudahkan dalam menjelaskan pencapaian hasil efisiensi
optimum dengan asumsi CRS dan VRS:
Tabel 4.1 Hasil Pencapaian Efisiensi Optimum dengan Asumsi CRS dan VRS
Asumsi CRS
Bank 2015 2016 2017
Total Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
BSM 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
BMI 1 1 1 1 1 1 1 7
BNIS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
BRIS 1 1 1 1 1 1 1 7
BTPNS 1 1 1 1 1 1 6
BPS 1 1 1 1 1 1 6
BBS 1 1 1 1 1 1 1 1 8
Asumsi VRS
Bank 2015 2016 2017
Total Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
BSM 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
BMI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
BNIS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
BRIS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
BTPNS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
BPS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
BBS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Sumber: DEA Frontier, data diolah
Hasil perhitungan DEA menggunakan asumsi CRS menunjukan bahwa
BUS yang mencapai efisiensi maksimum jumlahnya lebih sedikit
dibandingkan hasil perhitungan menggunakan variabel VRS. Bahkan pada
asumsi CRS tidak terdapat BUS yang mampu mencapai efiiensi optimum
sedangkan selebihnya hanya dua BUS yang hampir mencapai efisiensi
99
optimum dari tahun 2015 hingga tahun 2017 pada asumsi VRS. Walaupun
pada asumsi VRS hanya terdapat dua BUS yang mampu mencapai efisiensi
optimum namun lima BUS lainnya hampir mencapai efisiensi optimum dari
tahun 2015 hingga tahun 2017.
Selanjutnya dilakukan perhitungan rata-rata tingkat efisiensi pada tiap
BUS berdasarkan asumsi CRS dan VRS untuk dapat melihat secara garis besar
tingkat efisiensi yang diperoleh oleh tiap Bank, berikut ini hasil perhitunganya
efisiensi rata-rata 7 BUS di Indonesia:
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Efisiensi Rata-rata dengan Asumsi CRS dan VRS
Bank CRS VRS
Bank Mandiri Syariah 99,73% 99,83%
Bank Muamalat Indonesia 96,89% 98,39%
BNI Syariah 99,65% 100,00%
BRI Syariah 98,92% 100,00%
BTPN Syariah 98,63% 99,66%
Bank Panin Syariah 97,22% 98,75%
Bank Bukopin Syariah 97,51% 98,72%
Rata-Rata 98,36% 99,33%
Sumber: DEA Frontier, data diolah
Berdasarkan tabel 4.2, terdapat dua BUS yang mencapai efisiensi
optimum pada asumsi VRS, namun pada asumsi CRS tidak satupun BUS
mencapai tingkat efisiensi optimum. Nilai efisiensi terbesar pada asumsi CRS
terdapat pada Bank Mandiri Syariah dengan nilai 99,73%, hanya selisih
0,08% dengan BNI Syariah pada peringkat kedua dengan nilai 99,65%.
Sedangkan pada asumsi VRS terdapat dua BUS yang mampu mencapai
100
efisiensi optimum yaitu BNI Syariah dan BRI Syariah. Selisih 0,17% di
peringkat selanjutnya yaitu Bank Mandiri Syariah dengan nilai 99,83%. Lebih
lanjut, Bank Muamalat Indonesia menunjukan pencapaian terendah pada
kedua asumsi efisiensi yaitu sebesar 96,89% pada asumsi CRS dan sebesar
98,39% pada asumsi VRS. Secara keseluruhan rata-rata nilai efisiensi asumsi
VRS lebih tinggi dengan nilai 99,44% selisih 0.93% dibandingkan dengan
asumsi CRS dengan nilai 98,51%. Jika digambarkan akan terlihat pada grafik
dibawah ini:
Grafik 4.7 Efisiensi Rata-rata BUS dengan Asumsi CRS dan VRS
Sumber: DEA Frontier, data diolah
Jika dlihat dari grafik 4.7, dapat terlihat dengan jelas perbedaan tingkat
efisiensi BUS yang dicapai dengan asumsi CRS maupun VRS. Dari ketujuh
BUS yang menjadi obyek penelitian, tiga diantaranya menunjukan nilai yang
lebih rendah pada kedua asumsi dibandingkan BUS lainnya. Bank Muamalat
Indonesia di posisi terendah, hanya terpaut 0,33% dengan Bank Panin Syariah
95
96
97
98
99
100
101
BankMandiriSyariah
BankMuamalatIndonesia
BNI Syariah BRI Syariah BTPNSyariah
Bank PaninSyariah
BankBukopinSyariah
Rata-Rata
VRS CRS
101
(97,22%) pada asumsi CRS dan Bank Bukopin Syariah (98,72%) pada asumsi
VRS. Hanya Bank Syariah Mandiri yang mencatatkan selisih terendah antara
tingkat efisiensi asumsi CRS dan asumsi VRS sebesar 0.10%.
Berikut ini akan dibahas hasil pengukuran tingkat efisiensi Bank Umum
Syariah di Indonesia secara individu dengan pendekatan intermediasi
menggunakan asumsi CRS.
a. Bank Syariah Mandiri (BSM)
Berikut ini adalah hasil olah data tingkat rata-rata efisiensi dengan
asumsi CRS Bank Syariah Mandiri:
Tabel 4.3 Nilai Efisiensi Asumsi CRS Bank Syariah Mandiri (%)
Periode 2015 2016 2017
Triwulan I 100.00 100.00 98.90
Triwulan II 100.00 99.84 100.00
Triwulan III 100.00 97.98 100.00
Triwulan IV 100.00 100.00 100.00
Rata-rata 100.00 99.46 99.73
Sumber: DEA Frontier, Asumsi CRS data diolah
Berdasarkan tabel 4.3, pada tahun 2015 nilai rata-rata efisiensi Bank
Syariah Mandiri mencapai nilai maksimum. Namun, pada tahun 2016
nilainya menurun sebesar 0,54% dengan nilai 99.46%, karena terjadi
inefisiensi pada triwulan II dan III. Sedangkan pada tahun 2017 nilai
efisiensi mencapai 99,73% dengan inefisiensi terjadi hanya pada triwulan
I. Lebih lanjut, pergerakan tingkat efisiensi rata-rata dapat dilihat dari
grafik berikut ini.
102
Grafik 4.8 Pergerakan Rata-rata Efisiensi Bank Syariah Mandiri Asumsi CRS
2015-2017
Sumber:DEA Frontier,Asumsi CRS data diolah
Berdasarkan grafik 4.8 terlihat bahwa pergerakan tingkat efisiensi
menurun pada tahun 2016 sedangkan pada tahun 2017 nilai efisiensi
meningkat namun tidak sebesar tingkat efisiensi tahun 2015. Secara
keseluruhan pergerakan efisiensi Bank Syariah Mandiri tiap tahunnya
masih terhitung aman.
Selanjutnya, akan dijelaskan mengenai manajemen Bank Syariah
Mandiri dalam mengambil sebuah keputusan untuk mencapai efisiensi
optimum:
Tabel 4.4 Rincian Nilai Efisiensi Terendah Bank Syariah Mandiri Asumsi CRS
Bank dan Efisiensi Variabel Actual Target
To
Gain Achieved
Bank Syariah
Mandiri Beban Tenaga Kerja 1.393.253
1.365.102 2.02 97.98
2016 Triwulan III Dana Pihak Ketiga 65.977.531 64.644.446 2.02 97.98
97,98% Aset Tetap 930.369 598.627 35.66 64.34
Pendapatan
Operasional 3.052.821
3.052.821 0.00 100.00
9999.2
99.4
99.6
99.8
100
100.2
2015 2016 2017
BSM
BSM
103
Pembiayaan 53.047.287 53.047.287 0.00 100.00
Kas 947.214 1.165.011 18.69 81.31
Sumber: DEA Frontier, Asumsi CRS data diolah
Berdasarkan tabel 4.4, Bank Syariah Mandiri pada bulan September
2016 merupakan tingkat efisiensi terendah selama kurun waktu tiga tahun.
Semua variabel input mengalami inefisiensi sedangkan hanya satu
variabel output yang mengalami inefisiensi. Pada Beban Tenaga Kerja
efisiensi yang dicapai senilai 97,98%. Agar mencapai efisiensi optimum
perlu dilakukan perbaikan dengan cara menurunkan Beban Tenaga Kerja
sebesar 2,02%. Pencapaian Beban Tenaga Kerja sebesar Rp 1.393.253
juta, sedangkan hanya dibutuhkan Rp 1.365.102 juta untuk mencapai
efisiensi optimum.
Pada Dana Pihak Ketiga pencapaian efisiensi sama dengan Beban
Tenaga Kerja sebesar 97,98%. Perbaikan yang dapat dilakukan yaitu
menurunkan Dana Pihak Ketiga sebesar 2,02% untuk mencapai efisiensi
optimum. Pencapaian Dana Pihak Ketiga sebesar Rp 65.977.531 juta,
sedangkan hanya dibutuhkan Rp 64.644.446 juta untuk mencapai efisiensi
optimum. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pencapaian nilai Dana
Pihak Ketiga yang melebihi target perlu dibarengi dengan pengelolaan
yang optimal.
Begitu pula dengan Aset Tetap yang pencapaian efisiensinya terendah
sebesar 64,34%. Perbaikan yang dapat dilakukan yaitu menurunkan Aset
104
Tetap sebesar 35,66% untuk mencapai efisiensi optimum. Pencapain Aset
Tetap sebesar Rp 930.369 mengindikasikan adanya pemborosan karena
hanya dengan Rp 598.627 juta saya telah mencapai efisiensi yang
optimum.
Adapaun untuk variabel output yang mengalami inefisiensi yaitu Kas
dengan nilai 81,31%. Perbaikan yang dapat dilakukan yaitu dengan
menaikan Kas sebesar 18,69% untuk mencapai efisiensi optimum.
Pencapaian Kas sebesar Rp 947.214 juta perlu ditingkatkan sesuai target
yang dibutuhkan yaitu Rp 1.165.011 juta agar mencapai efisiensi yang
optimum.
b. Bank Muamalat Indonesia (BMI)
Berikut ini adalah hasil olah data tingkat rata-rata efisiensi dengan
asumsi CRS Bank Muamalat Indonesia:
Tabel 4.5 Nilai Efisiensi Asumsi CRS Bank Muamalat Indonesia (%)
Periode 2015 2016 2017
Triwulan I 100.00 100.00 100.00
Triwulan II 100.00 100.00 92.31
Triwulan III 100.00 98.53 87.42
Triwulan IV 100.00 98.54 85.92
Rata-rata 100.00 99.27 91.41
Sumber: DEA Frontier, Asumsi CRS data diolah
Berdasarkan tabel 4.5, pada tahun 2015 nilai rata-rata efisiensi Bank
Muamalat Indonesia mencapai nilai maksimum. Namun, pada tahun 2016
nilainya menurun sebesar 0,73% dengan nilai 99.27%, karena terjadi
105
inefisiensi pada triwulan III dan IV. Sedangkan pada tahun 2017 nilai
efisiensi mencapai 91,41% dengan nilai efisiensi hanya pada triwulan I.
Lebih lanjut, pergerakan tingkat efisiensi rata-rata dapat dilihat dari
grafik berikut ini:
Grafik 4.9 Pergerakan Rata-rata Efisiensi Bank Muamalat Indonesia
Asumsi CRS
Sumber: DEA Frontier, Asumsi CRS data diolah
Berdasarkan grafik 4.9 terlihat bahwa pergerakan tingkat efisiensi
terus mengalami penurunan baik pada tahun 2016 maupun 2017. Secara
keseluruhan pergerakan efisiensi Bank Mualamat Indonesia tiap tahunnya
masih perlu ditingkatkan.
Selanjutnya, akan dijelaskan mengenai manajemen Bank Muamalat
Indonesia dalam mengambil sebuah keputusan untuk mencapai efisiensi
optimum:
Tabel 4.6 Rincian Nilai Efisiensi Terendah Bank Muamalat Indonesia Asumsi CRS
Bank dan Efisiensi Variabel Actual Target
To
Gain Achieved
85.00
90.00
95.00
100.00
105.00
2015 2016 2017
BMI
106
Bank Muamalat
Indonesia Beban Tenaga Kerja 802.493 497.061 38.06 61.94
2017 Triwulan IV Dana Pihak Ketiga 48.686.342 41.830.326 14.08 85.92
85,92% Aset Tetap 2.653.439 2.235.249 15.76 84.24
Pendapatan
Operasional 1.168.507 1.168.507 0.00 100.00
Pembiayaan 41.331.822 41.331.822 0.00 100.00
Kas 792.451 1.193.669 33.61 66.39
Sumber: DEA Frontier, Asumsi CRS data diolah
Berdasarkan tabel 4.6, Bank Mumalat Indonesia pada bulan Desember
2017 merupakan tingkat efisiensi terendah selama kurun waktu tiga tahun.
Semuan variabel input mengalami inefisiensi sedangkan hanya satu
variabel output yang mengalami inefisiensi. Pada Beban Tenaga Kerja
efisiensi yang dicapai senilai 61,94% terendah dari variabel lainnya. Agar
mencapai efisiensi optimum perlu dilakukan perbaikan dengan cara
menurunkan Beban Tenaga Kerja sebesari 38,06%. Pencapaian Beban
Tenaga Kerja sebesar Rp 802.493 juta, sedangkan hanya dibutuhkan Rp
497.061 juta untuk mencapai efisiensi optimum.
Pada Dana Pihak Ketiga pencapaian efisiensi sebesar 85,92% lebih
tinggi dari variabel input lainnya. Perbaikan yang dapat dilakukan yaitu
menurunkan Dana Pihak Ketiga sebesar 14,08% untuk mencapai efisiensi
optimum. Pencapaian Dana Pihak Ketiga sebesar Rp 48.686.342 juta,
sedangkan hanya dibutuhkan Rp 41.830.326 juta untuk mencapai efisiensi
optimum.
Begitu pula dengan Aset Tetap yang pencapaian efisiensinya sebesar
84,24%. Perbaikan yang dapat dilakukan yaitu menurunkan Aset Tetap
107
sebesar 15,76% untuk mencapai efisiensi optimum. Pencapain Aset Tetap
sebesar Rp 2.653.439 mengindikasikan adanya pemborosan karena hanya
dengan Rp 2.235.249 juta saya telah mencapai efisiensi yang optimum.
Adapaun untuk variabel output yang mengalami inefisiensi yaitu Kas
dengan nilai 66,39%. Perbaikan yang dapat dilakukan yaitu dengan
menaikan Kas sebesar 33,61% untuk mencapai efisiensi optimum.
Pencapaian Kas sebesar Rp 792.451 juta perlu ditingkatkan sesuai target
yang dibutuhkan yaitu Rp 1.193.669 juta agar mencapai efisiensi yang
optimum.
c. BNI Syariah (BNIS)
Berikut ini adalah hasil olah data tingkat rata-rata efisiensi dengan
asumsi CRS BNI Syariah:
Tabel 4.7 Nilai Efisiensi Asumsi CRS BNI Syariah (%)
Periode 2015 2016 2017
Triwulan I 100.00 100.00 100.00
Triwulan II 100.00 96.77 100.00
Triwulan III 100.00 100.00 99.07
Triwulan IV 100.00 100.00 100.00
Rata-rata 100.00 99.19 99.77
Sumber: DEA Frontier, Asumsi CRS data diolah
Berdasarkan tabel 4.7, pada tahun 2015 nilai rata-rata efisiensi Bank
BNI Syariah mencapai nilai maksimum. Namun, pada tahun 2016 nilainya
menurun sebesar 0.81% dengan nilai 99.19%, karena terjadi inefisiensi
pada triwulan II. Sedangkan pada tahun 2017 nilai efisiensi mencapai
108
99,77% dengan nilai inefisiensi hanya pada triwulan III. Selanjutnya,
pergerakan tingkat efisiensi rata-rata dapat dilihat dari grafik berikut:
Grafik 4.10 Pergerakan Rata-rata Efisiensi BNI Syariah Asumsi CRS
Sumber: DEA Frontier, Asumsi CRS data diolah
Berdasarkan grafik 4.10 terlihat bahwa pergerakan tingkat efisiensi
menurun pada tahun 2016 sedangkan pada tahun 2017 nilai efisiensi
meningkat namun tidak sebesar tingkat efisiensi tahun 2015.
Selanjutnya, akan dijelaskan mengenai manajemen BNI Syariah
Indonesia dalam mengambil sebuah keputusan untuk mencapai efisiensi
optimum:
Tabel 4.8 Rincian Nilai Efisiensi Terendah BNI Syariah Asumsi CRS
Bank dan
Efisiensi Variabel Actual Target
To
Gain Achieved
BNI Syariah Beban Tenaga Kerja 378.504 366.281 3.23 96.77
2016 Triwulan
II Dana Pihak Ketiga 21.834.360
20.658.685 5.38 94.62
77% Aset Tetap 139.386 134.885 3.23 96.77
Pendapatan
Operasional 895.028 895.028 0.00 100.00
Pembiayaan 18.978.364 18.978.364 0.00 100.00
Kas 183.347 206.031 11.01 88.99
Sumber: DEA Frontier, Asumsi CRS data diolah
98.6098.8099.0099.2099.4099.6099.80
100.00100.20
2015 2016 2017
BNIS
109
Berdasarkan tabel 4.8, BNI Syariah pada bulan Juni 2016 merupakan
tingkat efisiensi terendah selama kurun waktu tiga tahun. Semuan variabel
input mengalami inefisiensi sedangkan hanya satu variabel output yang
mengalami inefisiensi. Pada Beban Tenaga Kerja efisiensi yang dicapai
senilai 96,77%. Agar mencapai efisiensi optimum perlu dilakukan
perbaikan dengan cara menurunkan Beban Tenaga Kerja sebesari 3,23%.
Pencapaian Beban Tenaga Kerja sebesar Rp 378.504 juta, sedangkan
hanya dibutuhkan Rp 366.281 juta untuk mencapai efisiensi optimum.
Pada Dana Pihak Ketiga pencapaian efisiensi sebesar 94.62% lebih
rendah dari variabel input lainnya. Perbaikan yang dapat dilakukan yaitu
menurunkan Dana Pihak Ketiga sebesar 5,38% untuk mencapai efisiensi
optimum. Pencapaian Dana Pihak Ketiga sebesar Rp 21.834.360 juta,
sedangkan hanya dibutuhkan Rp 20.658.685 juta untuk mencapai efisiensi
optimum.
Begitu pula dengan Aset Tetap yang pencapaian efisiensinya sebesar
96.77%. Perbaikan yang dapat dilakukan yaitu menurunkan Aset Tetap
sebesar 3,23% untuk mencapai efisiensi optimum. Pencapain Aset Tetap
sebesar Rp 139.386 mengindikasikan adanya pemborosan karena hanya
dengan Rp 134.885 juta saja telah mencapai efisiensi yang optimum.
Adapaun untuk variabel output yang mengalami inefisiensi yaitu Kas
dengan nilai 88.99%. Perbaikan yang dapat dilakukan yaitu dengan
110
menaikan Kas sebesar 11,01% untuk mencapai efisiensi optimum.
Pencapaian Kas sebesar Rp 183.347 juta perlu ditingkatkan sesuai target
yang dibutuhkan yaitu Rp 206.031 juta agar mencapai efisiensi yang
optimum.
d. BRI Syariah (BRIS)
Berikut ini adalah hasil olah data tingkat rata-rata efisiensi dengan
asumsi CRS BRI Syariah:
Tabel 4.9 Nilai Efisiensi Asumsi CRS BRI Syariah (%)
Periode 2015 2016 2017
Triwulan I 100.00 99.83 100.00
Triwulan II 100.00 100.00 100.00
Triwulan III 99.66 100.00 98.19
Triwulan IV 99.70 100.00 89.60
Rata-rata 99.84 99.96 96.95
Sumber: DEA Frontier, Asumsi CRS data diolah
Berdasarkan tabel 4.9, pada tahun 2015 nilai rata-rata efisiensi BRI
Syariah mencapai nilai terendah karena terjadi inefisiensi pada triwulan III
dan triwulan IV. Namun, pada tahun 2016 nilainya meningkat sebesar
0.12% dengan nilai 99.96%, karena inefisiensi terjadi hanya pada triwulan
I. Sedangkan pada tahun 2017 nilai efisiensi mencapai 96,95% dengan
nilai inefisiensi terjadi pada triwulan III dan triwulan IV. Selanjutnya,
pergerakan tingkat efisiensi rata-rata dapat dilihat dari grafik berikut:
111
Grafik 4.11 Pergerakan Rata-rata Efisiensi BRI Syariah Asumsi CRS
Sumber: DEA Frontier, Asumsi CRS data diolah
Berdasarkan grafik 4.11 terlihat bahwa pergerakan tingkat efisiensi
meningkat pada tahun 2016. Namun pada tahun 2017 nilai efisiensi
menurun lebih rendah dari tingkat efisiensi tahun 2015.
Selanjutnya, akan dijelaskan mengenai manajemen Bank BRI Syariah
dalam mengambil sebuah keputusan untuk mencapai efisiensi optimum:
Tabel 4.10 Rincian Nilai Efisiensi Terendah BRI Syariah Asumsi CRS
Bank dan
Efisiensi Variabel Actual Target
To
Gain Achieved
BRI Syariah Beban Tenaga Kerja 615.268 551.297 10.40 89.60
2017 Triwulan IV Dana Pihak Ketiga 26.359.084 23.618.450 10.40 89.60
89,60% Aset Tetap 171.737 148.337 13.63 86.37
Pendapatan Operasional 1.635.576 1.635.576 0.00 100.00
Pembiayaan 19.011.728 19.321.632 1.60 98.40
Kas 347.997 347.997 0.00 100.00
Sumber: DEA Frontier Asumsi CRS data diolah
Berdasarkan tabel 4.10, BRI Syariah pada bulan Desember 2017
merupakan tingkat efisiensi terendah selama kurun waktu tiga tahun.
Semuan variabel input mengalami inefisiensi sedangkan hanya satu
95
96
97
98
99
100
101
2015 2016 2017
BRIS
112
variabel output yang mengalami inefisiensi. Pada Beban Tenaga Kerja
efisiensi yang dicapai senilai 89,60%. Agar mencapai efisiensi optimum
perlu dilakukan perbaikan dengan cara menurunkan Beban Tenaga Kerja
sebesari 10,40%. Pencapaian Beban Tenaga Kerja sebesar Rp 615.268
juta, sedangkan hanya dibutuhkan Rp 551.297 juta untuk mencapai
efisiensi optimum.
Pada Dana Pihak Ketiga pencapaian efisiensi sebesar 89,60% sama
dengan Beban Tenaga Kerja. Perbaikan yang dapat dilakukan yaitu
menurunkan Dana Pihak Ketiga sebesar 10.40% untuk mencapai efisiensi
optimum. Pencapaian Dana Pihak Ketiga sebesar Rp 26.359.084 juta,
sedangkan hanya dibutuhkan Rp 23.618.450 juta untuk mencapai efisiensi
optimum.
Begitu pula dengan Aset Tetap yang pencapaian efisiensinya sebesar
86,37% lebih rendah dari variabel input lainnya. Perbaikan yang dapat
dilakukan yaitu menurunkan Aset Tetap sebesar 13,63% untuk mencapai
efisiensi optimum. Pencapain Aset Tetap sebesar Rp 171.737
mengindikasikan adanya pemborosan karena hanya dengan Rp 148.337
juta saja telah mencapai efisiensi yang optimum.
Adapaun untuk variabel output yang mengalami inefisiensi yaitu
Pembiayaan dengan nilai 98,40%. Perbaikan yang dapat dilakukan yaitu
dengan menaikan Pembiayaan sebesar 1,6% untuk mencapai efisiensi
113
optimum. Pencapaian Pembiayaan sebesar Rp 19.011.728 juta perlu
ditingkatkan sesuai target yang dibutuhkan yaitu Rp 19.321.632 juta agar
mencapai efisiensi yang optimum.
e. BTPN Syariah (BTPNS)
Berikut ini adalah hasil olah data tingkat rata-rata efisiensi dengan
asumsi CRS BTPN Syariah:
Tabel 4.11 Nilai Efisiensi Asumsi CRS BTPN Syariah (%)
Periode 2015 2016 2017
Triwulan I 94.47 100.00 100.00
Triwulan II 97.64 97.46 100.00
Triwulan III 96.70 100.00 98.69
Triwulan IV 100.00 98.64 100.00
Rata-rata 97.20 99.03 99.67
Sumber: DEA Frontier, Asumsi CRS data diolah
Berdasarkan tabel 4.11, pada tahun 2015 nilai rata-rata efisiensi BTPN
Syariah mencapai nilai terendah karena efisiensi hanya terjadi pada
triwulan IV. Namun, pada tahun 2016 nilainya meningkat sebesar 1,83%
dengan nilai 99.03%, karena inefisiensi terjadi hanya pada triwulan II dan
IV. Peningkatan juga terjadi pada tahun 2017 yaitu nilai efisiensi
mencapai 99,67% dengan nilai inefisiensi hanya terjadi pada triwulan III.
Selanjutnya, pergerakan tingkat efisiensi rata-rata dapat dilihat dari grafik
berikut:
114
Grafik 4.12 Pergerakan Rata-rata Efisiensi BTPN Syariah Asumsi CRS
Sumber: DEA Frontier, Asumsi CRS data diolah
Berdasarkan grafik 4.12 terlihat bahwa pergerakan tingkat efisiensi
terus meningkat dari tahun 2015 hingga tahun 2017.Selanjutnya, akan
dijelaskan mengenai manajemen BTPN Syariah dalam mengambil sebuah
keputusan untuk mencapai efisiensi optimum:
Tabel 4.12 Rincian Nilai Efisiensi Terendah BTPN Syariah Asumsi CRS
Bank dan Efisiensi Variabel Actual Target To Gain Achieved
Bank BTPN Syariah Beban Tenaga Kerja 139.799 132.066 5.53 94.47
2015 Triwulan I Dana Pihak Ketiga 2.863.484 2.705.095 5.53 94.47
94,47% Aset Tetap 141.388 116.388 17.68 82.32
Pendapatan
Operasional 300.152 325.164 7.69 92.31
Pembiayaan 2.609.360 2.609.360 0.00 100.00
Kas 94.371 111.344 15.24 84.76
Sumber: DEA Frontier, Asumsi CRS data diolah
Berdasarkan tabel 4.12, BTPN Syariah pada bulan Maret 2015
merupakan tingkat efisiensi terendah selama kurun waktu tiga tahun.
Semuan variabel input mengalami inefisiensi sedangkan dua variabel
output yang mengalami inefisiensi. Pada Beban Tenaga Kerja efisiensi
95
96
97
98
99
100
2015 2016 2017
BTPNS
115
yang dicapai senilai 94,47%. Agar mencapai efisiensi optimum perlu
dilakukan perbaikan dengan cara menurunkan Beban Tenaga Kerja
sebesar 5,53%. Pencapaian Beban Tenaga Kerja sebesar Rp 139.799 juta,
sedangkan hanya dibutuhkan Rp 132.066 juta untuk mencapai efisiensi
optimum.
Pada Dana Pihak Ketiga pencapaian efisiensi sebesar 94,47% sama
dengan Beban Tenaga Kerja. Perbaikan yang dapat dilakukan yaitu
menurunkan Dana Pihak Ketiga sebesar 5,53% untuk mencapai efisiensi
optimum. Pencapaian Dana Pihak Ketiga sebesar Rp 2.863.484 juta,
sedangkan hanya dibutuhkan Rp 2.705.095 juta untuk mencapai efisiensi
optimum.
Begitu pula dengan Aset Tetap yang pencapaian efisiensinya sebesar
82,32% lebih rendah dari variabel input lainnya. Perbaikan yang dapat
dilakukan yaitu menurunkan Aset Tetap sebesar 17,68% untuk mencapai
efisiensi optimum. Pencapain Aset Tetap sebesar Rp 141.388
mengindikasikan adanya pemborosan karena hanya dengan Rp 116.388
juta saja telah mencapai efisiensi yang optimum.
Adapaun untuk variabel output yang mengalami inefisiensi yaitu
Pendapatan Operasional dengan nilai 92,31%. Perbaikan yang dapat
dilakukan yaitu dengan menaikan Pendapatan Operasional sebesar 7,69%
untuk mencapai efisiensi optimum. Pencapaian Pendapatan Operasional
116
sebesar Rp 300.152 juta perlu ditingkatkan sesuai target yaitu Rp 325.164
juta agar mencapai efisiensi yang optimum.
Selanjutnya variabel output yang belum mencapai efisiensi yaitu Kas
dengan nilai 84,76%. Perbaikan yang dapat dilakukan yaitu dengan
menaikan Kas sebesar 15,24% untuk mencapai efisiensi optimum.
Pencapaian Kas sebesar Rp 94.371 juta perlu ditingkatkan sesuai target
yaitu Rp 111.344 agar mencapai efisiensi yang optimum.
f. Bank Panin Syariah (BPS)
Berikut ini adalah hasil olah data tingkat rata-rata efisiensi dengan
asumsi CRS Bank Bank Panin Syariah:
Tabel 4.13 Nilai Efisiensi Asumsi CRS Bank Panin Syariah (%)
Periode 2015 2016 2017
Triwulan I 100.00 100.00 100.00
Triwulan II 100.00 91.80 94.78
Triwulan III 100.00 91.45 96.80
Triwulan IV 100.00 95.00 96.82
Rata-rata 100.00 94.56 97.10
Sumber: DEA Frontier, Asumsi CRS data diolah
Berdasarkan tabel 4.13, pada tahun 2015 nilai rata-rata efisiensi Bank
Panin Syariah mencapai nilai efisiensi optimum. Namun, pada tahun 2016
nilainya menurun sebesar 5,44% dengan nilai 94.56%, karena efisiensi
terjadi hanya pada triwulan I. Peningkatan efisiensi terjadi pada tahun
2017 yaitu mencapai 97,10%, meskipun efisiensi hanya terdapat pada
117
tiwulan I. Selanjutnya, pergerakan tingkat efisiensi rata-rata dapat dilihat
dari grafik berikut:
Grafik 4.13 Pergerakan Rata-rata Efisiensi Bank Panin Syariah Asumsi CRS
Sumber: DEA Frontier, Asumsi CRS data diolah
Berdasarkan grafik 4.13, terlihat bahwa pergerakan tingkat efisiensi
menurun pada tahun 2016 namun meningkat pada tahun 2017 walaupun
nilainya tidak sebesar tahun 2015.
Selanjutnya, akan dijelaskan mengenai manajemen Bank Panin
Syariah dalam mengambil sebuah keputusan untuk mencapai efisiensi
optimum:
Tabel 4.14 Rincian Nilai Efisiensi Terendah Bank Panin Syariah Asumsi CRS
Bank dan Efisiensi Variabel Actual Target
To
Gain Achieved
Bank Panin Syariah Beban Tenaga Kerja 68.973 58.489 15.20 84.80
2016 Triwulan III Dana Pihak Ketiga 6.607.711 6.042.668 8.55 91.45
91,45% Aset Tetap 72.957 47.749 34.55 65.45
Pendapatan Operasional 215.667 215.667 0.00 100.00
Pembiayaan 5.889.790 5.889.790 0.00 100.00
Kas 16.348 16.348 0.00 100.00
Sumber: DEA Frontier, Asumsi CRS data diolah
90
92
94
96
98
100
102
2015 2016 2017
BPS
118
Berdasarkan tabel 4.14, Bank Panin Syariah pada bulan September
2016 merupakan tingkat efisiensi terendah selama kurun waktu tiga tahun.
Semuan variabel input mengalami inefisiensi sedangkan untuk variabel
output seluruhnya telah mencapai efisiensi. Pada Beban Tenaga Kerja
efisiensi yang dicapai sebesar 84,80%. Agar mencapai efisiensi optimum
perlu dilakukan perbaikan dengan cara menurunkan Beban Tenaga Kerja
sebesar 15,20%. Pencapaian Beban Tenaga Kerja sebesar Rp 68.973 juta,
sedangkan hanya dibutuhkan Rp 58.489 juta untuk mencapai efisiensi
optimum.
Pada Dana Pihak Ketiga pencapaian efisiensi sebesar 91,45%.
Perbaikan yang dapat dilakukan yaitu menurunkan Dana Pihak Ketiga
sebesar 8,55% untuk mencapai efisiensi optimum. Pencapaian Dana Pihak
Ketiga sebesar Rp 6.607.711 juta, sedangkan hanya dibutuhkan Rp
6.042.668 juta untuk mencapai efisiensi optimum.
Begitu pula dengan Aset Tetap yang pencapaian efisiensinya sebesar
65,45% lebih rendah dari variabel input lainnya. Perbaikan yang dapat
dilakukan yaitu menurunkan Aset Tetap sebesar 34,55% untuk mencapai
efisiensi optimum. Pencapain Aset Tetap sebesar Rp 72.957
mengindikasikan adanya pemborosan karena hanya dengan Rp 47.749 juta
saja telah mencapai efisiensi yang optimum.
119
g. Bank Bukopin Syariah (BBS)
Berikut ini adalah hasil olah data tingkat rata-rata efisiensi dengan
asumsi CRS Bank Bukopin Syariah:
Tabel 4.15 Nilai Efisiensi Asumsi CRS Bank Bank Bukopin Syariah (%)
Periode 2015 2016 2017
Triwulan I 100.00 100.00 95.51
Triwulan II 100.00 100.00 94.12
Triwulan III 100.00 100.00 90.31
Triwulan IV 100.00 100.00 90.14
Rata-rata 100.00 100.00 92.52
Sumber: DEA Frontier, Asumsi CRS data diolah
Berdasarkan tabel 4.15, pada tahun 2015 dan 2016 nilai rata-rata
efisiensi Bank Bukopin Syariah telah mencapai efisiensi optimum.
Namun, pada tahun 2017 terjadi inefisiensi pada keseluruhan triwulan I
hingga triwulan IV. Pada tahun 2017 nilai efisiensi sebesar 92,50%. Nilai
efisiensi terendah terdapat pada triwulan IV dengan nilai 90.14%
Selanjutnya, pergerakan tingkat efisiensi rata-rata dapat dilihat dari grafik
berikut:
Grafik 4.14 Pergerakan Rata-rata Efisiensi Bank Bukopin Syariah Asumsi CRS
Sumber: DEA Frontier, Asumsi CRS data diolah
85
90
95
100
105
2015 2016 2017
BBS
120
Berdasarkan grafik 4.14 terlihat bahwa pergerakan tingkat efisiensi
mengalami penurunan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa
pada 2015 dan 2016 pergerakan konstan dengan efisiensi yang optimum
namun pada tahun 2017 terjadi penuruan efisiensi.
Selanjutnya, akan dijelaskan mengenai manajemen Bank Bukopin
Syariah dalam mengambil sebuah keputusan untuk mencapai efisiensi
optimum:
Tabel 4.16 Rincian Nilai Efisiensi Terendah Bank Bukopin Syariah Asumsi CRS
Bank dan Efisiensi Variabel Actual Target To Gain Achieved
Bank Bukopin
Syariah Beban Tenaga Kerja 100.073 73.660 26.39 73.61
2017 Triwulan 4 Dana Pihak Ketiga 5.498.424 4.956.322 9.86 90.14
90,14% Aset Tetap 228.913 113.433 50.45 49.55
Pendapatan Operasional 158.018 158.018 0.00 100.00
Pembiayaan 4.534.091 4.534.091 0.00 100.00
Kas 48.133 52.724 8.71 91.29
Sumber: DEA Frontier, Asumsi CRS data diolah
Berdasarkan tabel 4.16, Bank Bukopin Syariah pada bulan Desember
2017 merupakan tingkat efisiensi terendah selama kurun waktu tiga tahun.
Semuan variabel input mengalami inefisiensi sedangkan dua variabel
output yang mengalami inefisiensi. Pada Beban Tenaga Kerja efisiensi
yang dicapai sebesar 73,61%. Agar mencapai efisiensi optimum perlu
dilakukan perbaikan dengan cara menurunkan Beban Tenaga Kerja
sebesar 26,39%. Pencapaian Beban Tenaga Kerja sebesar Rp 100.073 juta,
121
sedangkan hanya dibutuhkan Rp 73.660 juta untuk mencapai efisiensi
optimum.
Pada Dana Pihak Ketiga pencapaian efisiensi sebesar 90,14%.
Perbaikan yang dapat dilakukan yaitu menurunkan Dana Pihak Ketiga
sebesar 9,86% untuk mencapai efisiensi optimum. Pencapaian Dana Pihak
Ketiga sebesar Rp 5.498.424 juta, sedangkan hanya dibutuhkan Rp
4.956.322 juta untuk mencapai efisiensi optimum.
Begitu pula dengan Aset Tetap yang pencapaian efisiensinya sebesar
49,55% lebih rendah dari variabel input lainnya. Perbaikan yang dapat
dilakukan yaitu menurunkan Aset Tetap sebesar 50,45% untuk mencapai
efisiensi optimum. Pencapain Aset Tetap sebesar Rp 228.913
mengindikasikan adanya pemborosan karena hanya dengan Rp 113.433
juta saja telah mencapai efisiensi yang optimum.
Adapaun untuk variabel output yang mengalami inefisiensi yaitu Kas
dengan besaran 91,29%. Perbaikan yang dapat dilakukan yaitu dengan
menaikan Kas sebesar 8,71% untuk mencapai efisiensi optimum.
Pencapaian Kas sebesar Rp 48.133 juta perlu ditingkatkan sesuai target
yaitu Rp 52.724 juta agar mencapai efisiensi yang optimum.
3. Potential Improvement Efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia
Berdasarkan hasil pengolahan DEA dengan pendekatan intermediasi serta
asumsi CRS terdapat sejumlah Bank Umum Syariah di Indonesia yang
122
menunjukan hasil inefisiensi. Hasil inefisiensi tersebut lebih rinci dapat dilihat
dari hasil variabel input dan output yang telah di tentukan untuk pengolahan
DEA. Pengelompokan berdasarkan jenis variabel input dan output dari
seluruh objek penelitian dilakukan guna memperoleh nilai potential
improvement yang dapat digunakan untuk tindakan koreksi pencapain
efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia. Berikut ini merupakan hasil
pengolahan nilai potential improvement berdasarkan variabel input dan
output:
Grafik 4.15 Potential Improvement 7 BUS di Indonesia periode 2015 - 2017
Sumber: DEA Frontier, Asumsi CRS data diolah
Dari grafik 4.15, dapat diketahui besaran potensial improvement
berdasarkan variabel input dan output yang telah diolah. Pada variabel input
nilai inefisiensi terbesar berada pada aset tetap dengan nilai 37% sedangkan
variabel lainnya yaitu biaya tenaga kerja dengan nilai 24% dan dana pihak
24%
9%
37%
8% 1%
21%
Potential Improvement Efisiensi BUS
Beban Tenaga Kerja
Dana Pihak Ketiga
Aset Tetap
Pendapatan Operasional
Pembiayaan
Kas
123
ketiga dengan nilai 9%. Selanjutnya pada variabel output nilai inefisiensi
terbesar berada pada kas dengan nilai 21% sedangkan variabel pendapatan
operasional dengan nilai 8% dan pembiayaan dengan nilai 1%. Lebih lanjut,
potential improvement Bank Umum Syariah di Indonesia sebagai Decision
Making Unit (DMU) dapat menjadi acuan dalam menjalankan kebijakan
pengambilan keputusan yaitu berupa melakukan pengurangan terhadap input
yang berlebih dan menaikan output yang belum mencapai target guna
memperoleh nilai efisiensi optimum.
4. Hasil Analisis Faktor Penentu Efisiensi
a. Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik lazim digunakan pada analisis regresi agar
dapat memperkuat validitas dari nilai pengujian statistik yang diperoleh.
Pengujian yang dilakukan antara lain Multikolinearitas,
Heteroskedastisitas, dan Normalitas. Adapun hasil uji asumsi klasik yang
dilakukan sebagai berikut:
1) Multikolineritas
Uji multikolinearitas dilakukan guna melihat adanya hubungan
antar variabel bebas. Pada analisis regresi hubungan yang saling
mempengaruhi terjadi antar variabel terikat dengan variabel bebas,
bukan terjadi antara variabel bebas dengan variabel bebas lainnya
dalam penelitian. Dalam perhitungan menggunakan Eviews akan
124
dihasilkan nilai matriks korelasi antar variabel bebas. Nilai korelasi
antar variabel bebas yang melebihi 0,8 mengindikasikan adanya
korelasi atau terjadi multikolinearitas pada variabel bebas penelitian.
Berikut ini merupakan hasil perhitungan menggunakan Eviews 9.5
untuk uji multikolinearitas:
Tabel 4.17 Hasil Uji Multikolinearitas
Sumber: Eviews 9.5, data diolah
Berdasarkan Tabel 4.17 hasil output matriks korelasi di atas,
korelasi antara NOI dan NI sebesar 0,1554, korelasi antara NOI dan
MS sebesar 0,5893, dan korelasi antara NI dan MS sebesar -0,4019.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas antar
variabel bebas.
2) Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui homogenitas
varian dari sebuah data. Uji White dilakukan untuk melihat ada
tidaknya heteroskedastisitas dengan cara melihat probabilitas Chi-
square dari nilai Obs*R-squared. Hasil nilai probabilitas yang
signifikan menunjukan adanya heteroskedastisitas. Berikut ini
NOI NI MS
NOI 1 0.15536799... 0.58934660...
NI 0.15536799... 1 -0.4018820...
MS 0.58934660... -0.4018820... 1
125
merupakan hasil perhitungan menggunakan Eviews 9.5 untuk uji
heteroskedastisitas:
Tabel 4.18 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Eviews 9.5, data diolah
Berdasarkan tabel 4.18, nilai probablitas Chi-square pada Obs*R-
squared menunjukan hasil yang tidak signifikan yaitu 0,2860. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas
pada data.
3) Normalitas
Langkah terakhir dari pengujian asumsi klasik penelitian ini yaitu
uji normalitas. Nilai probabilitas JB yang signifikan menunjukan
bahwa data tidak terdistribusi normal. Berikut ini merupakan hasil
perhitungan menggunakan Eviews 9.5 untuk uji normalitas:
Tabel 4.19 Hasil Uji Normalitas
Sumber: Eviews 9.5, data diolah
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 1.238461 Prob. F(6,77) 0.2962
Obs*R-squared 7.392854 Prob. Chi-Square(6) 0.2860
Scaled explained SS 8.061049 Prob. Chi-Square(6) 0.2337
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 04/24/18 Time: 12:13
Sample: 1 84
Included observations: 84
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.003674 0.003302 -1.112849 0.2692
NOI01^2 2.26E-10 4.00E-10 0.566355 0.5728
NOI01*NI01 -6.02E-08 2.00E-07 -0.301100 0.7641
NOI01*MS01 -1.62E-07 3.05E-07 -0.531712 0.5965
NI01^2 6.10E-05 4.38E-05 1.393239 0.1676
NI01*MS01 -0.000101 8.22E-05 -1.223713 0.2248
MS01^2 0.000308 0.000216 1.421167 0.1593
0
2
4
6
8
10
-0.06 -0.04 -0.02 0.00 0.02 0.04
Series: Residuals
Sample 1 84
Observations 84
Mean 0.000264
Median 0.000693
Maximum 0.035502
Minimum -0.063272
Std. Dev. 0.021602
Skewness -0.578616
Kurtosis 3.373828
Jarque-Bera 5.176265
Probability 0.075160
126
Berdasarkan tabel 4.19, nilai JB sebesar 5,1762 dan tidak
signifikan dengan nilai probabilitas sebesar 0,07. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal
b. Uji Kelayakan Data (Uji Akar Unit)
Langkah awal sebelum melakukan estimasi model regresi, terlebih
dahulu dilakukan uji akar unit untuk mengetahui stasioneritas dari data
tersebut. Adapaun pengujian akar unit dengan melihat nilai Augmented
Dickey-Fuller (ADF) dari pengolahan data.
Tabel 4.20 Hasil Perhitungan Uji Akar Unit
Variabel Level 1st difference
ADF t-Critical Prob ADF t-Critical Prob
CRS -4.054798 -2.896779 0.0019 -9.549920 -2.897223 0.0000
NOI -1.964303 -2.898623 0.3019 -4.806921 -2.898623 0.0001
NI -1.893373 -2.896779 0.3329 -8.916805 2.897223 0.0000
MS -1.508997 -2.896779 0.5243 -9.604231 -2.897223 0.0000
Sumber: Eviews 9.5, data diolah
Berdasarkan tabel 4.20, dapat dilihat hasil pengolahan data uji akar
unit yang menunjukan bahwa hanya variabel efisiensi yang stasioner pada
tingkat level, dibuktikan dari nilai ADF yang lebih besar dari nilai t-
Critical dan nilai probabilitas dibawah 0,05. Sedangkan variabel lainnya
yaitu Net Operating Income, Net Imbalan, dan Market Share stasioner
pada tingkat first difference atau first stage.
127
c. Estimasi Data Panel
Analisis regresi data panel mengharuskan adanya estimasi pada tiga
jenis model yaitu Common Effect Model (CEM), Fixed Effect Model
(FEM), dan Random Effect Model (REM).
1) Common Effect Model (CEM)
Langkah pertama dilakukan pengolahan data menggunakan
pendekatan yang paling sederhana yaitu CEM yang diestimasi dengan
model Ordinary Least Square (OLS). Hasil pengolahan menggunakan
program Eviews 9.5 didapatkan hasil analisis data sebagai berikut:
Tabel 4.21 Hasil Pengolahan Common Effect Model (CEM)
Sumber: Eviews 9.5, data diolah
Dependent Variable: CRS
Method: Panel Least Squares
Date: 04/24/18 Time: 11:27
Sample: 2015Q1 2017Q4
Periods included: 12
Cross-sections included: 7
Total panel (balanced) observations: 84
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.922002 0.088681 10.39684 0.0000
NOI 2.25E-09 5.15E-09 0.436304 0.6638
NI 0.000429 0.000420 1.022875 0.3095
MS 0.003342 0.005427 0.615811 0.5398
R-squared 0.036655 Mean dependent var 0.983650
Adjusted R-squared 0.000529 S.D. dependent var 0.031806
S.E. of regression 0.031798 Akaike info criterion -4.012409
Sum squared resid 0.080887 Schwarz criterion -3.896656
Log likelihood 172.5212 Hannan-Quinn criter. -3.965877
F-statistic 1.014646 Durbin-Watson stat 0.560240
Prob(F-statistic) 0.390705
128
2) Fixed Effect Model (FEM)
Langkah kedua dilakukan pengolahan data menggunakan estimasi
FEM. Dalam hal ini estimasi FEM akan secara otomatis memasukkan
dummy perusahaan sebagai bagian dalam memasukkan individualitas
perusahaan. Hasil pengolahan menggunakan program Eviews 9.5
didapatkan hasil analisis data sebagai berikut:
Tabel 4.22 Hasil Pengolahan Fixed Effect Model (FEM)
Sumber: Eviews 9.5, data diolah
3) Uji Chow
Langkah berikutnya yaitu memilih model data panel yang akan
digunakan dari dua estimasi model yang telah didapat. Metode yang
digunakan yaitu dengan melakukan Uji Chow. Uji Chow digunakan
untuk memilih metode terbaik antara Common Effect Model (CEM)
Dependent Variable: CRS
Method: Panel Least Squares
Date: 04/24/18 Time: 11:25
Sample: 2015Q1 2017Q4
Periods included: 12
Cross-sections included: 7
Total panel (balanced) observations: 84
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 2.060527 0.329922 6.245496 0.0000
NOI -1.80E-09 4.93E-09 -0.364379 0.7166
NI 0.024147 0.004058 5.950362 0.0000
MS -0.078741 0.020541 -3.833445 0.0003
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.431916 Mean dependent var 0.983650
Adjusted R-squared 0.362825 S.D. dependent var 0.031806
S.E. of regression 0.025389 Akaike info criterion -4.397695
Sum squared resid 0.047699 Schwarz criterion -4.108312
Log likelihood 194.7032 Hannan-Quinn criter. -4.281365
F-statistic 6.251388 Durbin-Watson stat 1.028838
Prob(F-statistic) 0.000002
129
dan Fixed Effect Model (FEM). Berikut merupakan hasil pengujian
menggunakan Uji Chow:
Tabel 4.23 Hasil Uji Chow
Sumber: Eviews 9.5, data diolah
Nilai yang perlu diperhatikan dari Uji Chow yaitu nilai
probabilitas dari F-Statistic. Hipotesis yang digunakan dalam Uji
Chow adalah sebagai berikut:
H0: Common Effect Model (CEM)
Ha: Fixed Effect Model (FEM)
Jika nilai probabilitas F-Statistik lebih kecil dari tingkat
signifikansi 5% maka tolak H0. Dari tabel di 4.23 dapat dilihat bahwa
nilai probabilitas F-Statistik sebesar 0,0000, sehingga kesimpulan
yang diambil adalah menolak H0 dan memilih model terbaik yaitu
Fixed Effect Model (FEM).
4) Random Effect Model (REM)
Langkah berikutnya dengan melakukan estimasi model persamaan
regresi terakhir yaitu REM menggunakan Generalized Least Square
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 8.581296 (6,74) 0.0000
Cross-section Chi-square 44.364034 6 0.0000
130
(GLS). Hasil pengolahan menggunakan program Eviews 9.5
didapatkan hasil analisis data sebagai berikut:
Tabel 4.24 Hasil Pengolahan Random Effect Model (REM)
Sumber: Eviews 9.5, data diolah
5) Uji Hausman
Uji Hausman digunakan untuk memilih metode terbaik antara
Common Effect Model (CEM) dan Random Effect Model (REM).
Berikut merupakan hasil pengujian menggunakan Uji Hausman:
Tabel 4.25 Uji Hausman
Sumber: Eviews 9.5, data diolah
Dependent Variable: CRS
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 04/24/18 Time: 11:28
Sample: 2015Q1 2017Q4
Periods included: 12
Cross-sections included: 7
Total panel (balanced) observations: 84
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.913690 0.093143 9.809528 0.0000
NOI 5.60E-11 4.46E-09 0.012559 0.9900
NI 0.000583 0.000467 1.248545 0.2155
MS 0.003891 0.005641 0.689810 0.4923
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 0.008161 0.0937
Idiosyncratic random 0.025389 0.9063
Weighted Statistics
R-squared 0.016991 Mean dependent var 0.657228
Adjusted R-squared -0.019872 S.D. dependent var 0.030769
S.E. of regression 0.031073 Sum squared resid 0.077241
F-statistic 0.460922 Durbin-Watson stat 0.577507
Prob(F-statistic) 0.710356
Unweighted Statistics
R-squared 0.032252 Mean dependent var 0.983650
Sum squared resid 0.081256 Durbin-Watson stat 0.548971
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 42.832319 3 0.0000
131
Nilai yang perlu diperhatikan dari Uji Husman yaitu nilai
probabilitas dari F-Statistic. Hipotesis yang digunakan dalam Uji
Hasuman adalah sebagai berikut:
H0: Random Effect Model (REM).
Ha: Fixed Effect Model (FEM)
Jika nilai probabilitas F-Statistik lebih besar dari tingkat
signifikansi 5% maka H0 tidak dapat ditolak atau Random Effect
Model (REM) yang akan dipilih. Dari tabel 4.25 dapat dilihat bahwa
nilai probabilitas F-Statistik sebesar 0,0000, sehingga kesimpulan
yang diambil adalah menolak H0 dan memilih model terbaik yaitu
Fixed Effect Model (FEM).
d. Pengujian Statistik
Berdasarkan hasil pengujian regresi dengan menggunakan model
terbaik yaitu Fixed Effect Model, selanjutnya akan didapat hasil penilaian
statistik berupa Adjusted R2, F-statistic, dan t-statistic. Adapaun hasil
penilaian tersebut adalah sebagai berikut:
a.Uji t-statistic
Uji t-statistic digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat secara parsial. Jika nilai probabilitas <
0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga disimpulkan bahwa
variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat,
132
sedangkan apabila nilai probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan H1
ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel bebas
berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel terikat. Berikut
merupakan hasil analisis uji t-statistic sebagai berikut:
Tabel 4.26 Hasil Uji t-statistic
Sumber: Eviews 9.5, data diolah
Berdasarkan hasil uji t-statistik pada tabel 4.26 maka
penjelasannya adalah sebagai berikutt:
a) Pengaruh Net Operating Income terhadap Nilai Efisiensi
Hasil pengujian analisis regresi data panel menunjukan nilai
coefficient Net Operating Income (NOI) sebesar -1,80 menunjukan
bahwa arah koefisien negatif pada variabel dependen yang artinya
jika Net Operating Income (NOI) meningkat maka Efisiensi akan
menurun. Sedangkan probabilitas Net Operating Income (NOI)
sebesar 0,7166 yang berarti H0 tidak ditolak, sehingga dapat
Dependent Variable: CRS
Method: Panel Least Squares
Date: 04/24/18 Time: 11:25
Sample: 2015Q1 2017Q4
Periods included: 12
Cross-sections included: 7
Total panel (balanced) observations: 84
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 2.060527 0.329922 6.245496 0.0000
NOI -1.80E-09 4.93E-09 -0.364379 0.7166
NI 0.024147 0.004058 5.950362 0.0000
MS -0.078741 0.020541 -3.833445 0.0003
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.431916 Mean dependent var 0.983650
Adjusted R-squared 0.362825 S.D. dependent var 0.031806
S.E. of regression 0.025389 Akaike info criterion -4.397695
Sum squared resid 0.047699 Schwarz criterion -4.108312
Log likelihood 194.7032 Hannan-Quinn criter. -4.281365
F-statistic 6.251388 Durbin-Watson stat 1.028838
Prob(F-statistic) 0.000002
133
disimpulkan bahwa Net Operating Income (NOI) tidak
berpengaruh signifikan terhadap Efisiensi.
b) Pengaruh Net Imbalan terhadap Nilai Efisiensi
Hasil pengujian analisis regresi data panel menunjukan nilai
coefficient Net Imbalan (NI) sebesar 0,0241 menunjukan bahwa
arah koefisien positif pada variabel dependen yang artinya jika Net
Imbalan (NI) meningkat maka Efisiensi akan meningkat.
Sedangkan probabilitas Net Imbalan (NI) sebesar 0,0000 yang
berarti H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan
bahwa Net Imbalan (NI) berpengaruh signifikan terhadap
Efisiensi.
c) Pengaruh Market Share terhadap Nilai Efisiensi
Hasil pengujian analisis regresi data panel menunjukan nilai
coefficient Market Share (MS) sebesar -0,0787 menunjukan bahwa
arah koefisien negatif pada variabel dependen yang artinya jika
Market Share (MS) meningkat maka Efisiensi akan menurun.
Sedangkan probabilitas Market Share (MS) sebesar 0,0003 yang
berarti H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan
bahwa Market Share (MS) berpengaruh signifikan terhadap
Efisiensi.
134
b. Uji F-statistic
Berikut ini merupakan hasil pengujian F-statistic pada model
regresi data panel:
Tabel 4.27 Hasil Uji F-statistic
Sumber: Eviews 9.5, data diolah
Hipotesis pada Uji F- F-statistic yaitu:
H0: tidak terdapat pengaruh signifikan antara Net Operating Income,
Net Imbalan, dan Market Share terhadap Efisiensi secara simultan
H1: terdapat pengaruh signifikan antara Net Operating Income, Net
Imbalan, dan Market Share terhadap Efisiensi secara simultan
Berdasarkan tabel 4.27, nilai probabilitas F-statistik sebesar
6,251388 dengan Probabilitas F-statistik sebesar 0.000002
menggunakan tingkat signifikansi 0.05 (5%) yang menjelaskan bahwa
terdapat pengaruh Net Operating Income, Net Imbalan, dan Market
Share secara simultan terhadap Efisiensi. Maka keputusan yang
diambil yaitu menolak H0 yang berarti terdapat pengaruh simultan
antara variabel dependen dengan variabel independen.
Dependent Variable: CRS
Method: Panel Least Squares
Date: 04/24/18 Time: 11:25
Sample: 2015Q1 2017Q4
Periods included: 12
Cross-sections included: 7
Total panel (balanced) observations: 84
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 2.060527 0.329922 6.245496 0.0000
NOI -1.80E-09 4.93E-09 -0.364379 0.7166
NI 0.024147 0.004058 5.950362 0.0000
MS -0.078741 0.020541 -3.833445 0.0003
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.431916 Mean dependent var 0.983650
Adjusted R-squared 0.362825 S.D. dependent var 0.031806
S.E. of regression 0.025389 Akaike info criterion -4.397695
Sum squared resid 0.047699 Schwarz criterion -4.108312
Log likelihood 194.7032 Hannan-Quinn criter. -4.281365
F-statistic 6.251388 Durbin-Watson stat 1.028838
Prob(F-statistic) 0.000002
135
c. Koefisien Determinasi (Adjusted R-Squared)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur sebesar besar
kemampuan model dalam penelitian menjelaskan variabel dependen.
Dapat dilihat dari besaran Adjusted R-Squared yang dihasilkan. Hasil
perhitungan koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.28 Hasil Uji Adjusted R-Squared
Sumber: Eviews 9.5, data diolah
Berdasarkan tabel 4.28, nilai Adjusted R-Squared adalah 0,362825.
Hal ini menunjukan bahwa variabel independen yaitu tingkat efisiensi
dapat dijelaskan oleh variabel independen (Net Operating Income, Net
Imbalan, dan Market Share) sebesar 36,28% yang mana sisanya 63,72%
(100% - 36,28%) dijelaskan oleh variabel lain di luar model regresi
penelitian.
e. Model Regresi Data Panel
Model regresi data panel yang dapat dirumuskan antara variabel dependen
(Efisiensi) dengan variabel independen (Net Operating Income, Net Imbalan,
Dependent Variable: CRS
Method: Panel Least Squares
Date: 04/24/18 Time: 11:25
Sample: 2015Q1 2017Q4
Periods included: 12
Cross-sections included: 7
Total panel (balanced) observations: 84
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 2.060527 0.329922 6.245496 0.0000
NOI -1.80E-09 4.93E-09 -0.364379 0.7166
NI 0.024147 0.004058 5.950362 0.0000
MS -0.078741 0.020541 -3.833445 0.0003
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.431916 Mean dependent var 0.983650
Adjusted R-squared 0.362825 S.D. dependent var 0.031806
S.E. of regression 0.025389 Akaike info criterion -4.397695
Sum squared resid 0.047699 Schwarz criterion -4.108312
Log likelihood 194.7032 Hannan-Quinn criter. -4.281365
F-statistic 6.251388 Durbin-Watson stat 1.028838
Prob(F-statistic) 0.000002
136
dan Market Share) dari model terbaik yang telah ditentukan yaitu Fixed Effect
Model.
Tabel 4.29 Hasil Pemilihan Model Regresi Tebaik
Sumber: Eviews 9.5, data diolah
Dari tabel 4.29 diatas, persamaan regresi data panel yang dapat dirumuskan yaitu:
EFi,t = a + b1 NOI i,t + b2 NIi,t + b3 MSi,t + et
Pembahasan B.
1. Analisis Efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia
Berdasarkan hasil perhitungan efisiensi dengan menggunakan metode
DEA pendekatan intermediasi terhadap tujuh bank umum syariah di Indonesia
Dependent Variable: CRS
Method: Panel Least Squares
Date: 04/24/18 Time: 11:25
Sample: 2015Q1 2017Q4
Periods included: 12
Cross-sections included: 7
Total panel (balanced) observations: 84
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 2.060527 0.329922 6.245496 0.0000
NOI -1.80E-09 4.93E-09 -0.364379 0.7166
NI 0.024147 0.004058 5.950362 0.0000
MS -0.078741 0.020541 -3.833445 0.0003
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.431916 Mean dependent var 0.983650
Adjusted R-squared 0.362825 S.D. dependent var 0.031806
S.E. of regression 0.025389 Akaike info criterion -4.397695
Sum squared resid 0.047699 Schwarz criterion -4.108312
Log likelihood 194.7032 Hannan-Quinn criter. -4.281365
F-statistic 6.251388 Durbin-Watson stat 1.028838
Prob(F-statistic) 0.000002
137
diperoleh hasil efisiensi dengan asumsi CRS dan VRS. Secara keseluruhan
asumsi VRS menghasilkan perhitungan efisiensi yang lebih tinggi sebesar
99,33% dibandingkan dengan asumsi CRS sebesar 98,36%. Hal tersebut
sesuai dengan teori efisiensi DEA yang menyatakan bahwa hasil perhitungan
asumsi VRS akan jauh lebih tinggi, karena pada asumsi CRS pengukuran
efisiensi dari tiap Decision Making Unit (DMU) menghasilkan nilai yang
optimal. Selain itu, jumlah observasi yang mampu mencapai nilai optimum
pada asumsi CRS lebih kecil yaitu 53 observasi, sedangkan pada asumsi VRS
jumlahnya sebanyak 72 observasi dari total 84 observasi.
Pada asumsi CRS nilai efisiensi rata-rata tertinggi dihasilkan oleh Bank
Syariah Mandiri sebesar 99,73% dan BNI Syariah sebesar 99,65%, sedangkan
pada asumsi VRS nilai efisiensi rata-rata tertinggi dihasilkan oleh BNI
Syariah dan BRIS Syariah dengan nilai efisiensi maksimum yaitu 100%. Pada
asumsi CRS nilai efisiensi rata-rata terendah dihasilkan oleh Bank Panin
Syariah sebesar 97,22% dan Bank Muamalat Indonesia sebesar 96,89.
Sedangkan pada asumsi VRS nilai efisiensi rata-rata terendah dihasilkan oleh
Bank Bukopin Syariah dengan nilai 98,72 dan Bank Muamalat Indonesia
sebesar 98,39%. Pada kedua asumsi baik CRS dan VRS nilai terendah
efisiensi terdapat pada Bank Muamalat Indonesia sedangkan nilai yang
menunjukan hasil yang relatif konstan pada kedua asumsi yaitu Bank Syariah
Mandiri dengan selisih nilai efisiensi 0,1%. Hal tersebut dapat disebabkan
138
karena dari variabel input dan output pada Bank Syariah Mandiri menunjukan
hasil yang tinggi namun merata, sedangkan pada Bank Muamalat, variabel
input berupa aset tetap lebih dominan dibandingkan variabel lainnya
sedangkan aset tetap menjadi salah satu penyumbang terbesar inefisiensi
sebesar 37%.
Berdasarkan perhitungan asumsi CRS didapatkan besaran potensial
improvement berdasarkan variabel input dan output yang telah diolah.
Berdasarkan potential improvement Bank Umum Syariah di Indonesia sebagai
Decision Making Unit (DMU) dapat melakukan pengurangan terhadap input
yang berlebih dan menaikan output yang belum mencapai target guna
memperoleh nilai efisiensi optimum. Pada variabel input nilai inefisiensi
terbesar berada pada aset tetap dengan nilai 37% sedangkan variabel lainnya
yaitu beban tenaga kerja dengan nilai 24% dan dana pihak ketiga dengan nilai
9%. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Lestari (2017) dan Nizar
(2015) yang menyatakan bahwa aset tetap dan beban tenaga kerja menjadi
faktor penyebab inefisiensi terbesar bagi Bank Umum Syariah. Hal tersebut
dapat disebabkan karena ekspansi bisnis perbankan syariah yang progresif
sehingga dibutuhkannya aset tetap yang cukup besar guna menunjang
kegiatan operasional perbankan seperti pengadaan mesin ATM dan
pembukaan kantor baru. namun besaran aset tetap yang cukup besar tersebut
139
jika tidak dikelola dan dimanfaatkan secara optimal akan mempengaruhi
likuiditas dari perbankan itu sendiri.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan guna mengatasinya yaitu
melakukan kebijakan office chanelling guna mengatasi inefisiensi pada aset
tetap. Terutama bagi Bank Umum Syariah hasil spin off Bank Konvensional,
kebijakan office chanelling yang memungkinkan layanan syariah dapat
dilakukan pada kantor bank konvensional. Selain itu, fasilitas pendukung
kegiatan operasional seperti ATM dapat dilakukan melalui kerjasama berupa
ATM bersama. Strategi lainnya yang dapat dilakukan yaitu menggunakan
mekanisme branchless banking yang memungkinkan perluasan kegiatan
operasional bank tanpa perlu mendirikan kantor bank.
Variabel input lain yaitu beban tenaga kerja dan dana pihak ketiga perlu
diturunkan nilainya guna mencapai nilai efisiensi optimum. Pada beban
tenaga kerja, inefisiensi dapat diakibatkan dari kebutuhan sumber daya insani
sebagai tenaga kerja. Peningkatan tenaga kerja juga mengakibatkan
meningkatnya beban tenaga kerja yang ada. Selain itu besarnya demand
sumber daya insani bagi bank syariah tidak sebanding dengan minimnya
supply sumber daya insani yang berkualitas, sehingga dibutuhkan pelatihan
dan pendidikan lebih lanjut sebelum siap untuk terjun ke lapangan. Kebijakan
pemenuhan sumber daya insani bank umum syariah perlu ditingkatkan
sehingga ketimpangan antara supply dan demand tenaga kerja dapat diatas.
140
Selain itu inovasi digitalisasi perbankan juga dapat mengurangi kegiatan
operasional yang dilakukan secara manual. Sedangkan untuk dana pihak
ketiga nilai inefisiensi masih terhitung rendah. Hal tersebut disebabkan oleh
market share bank syariah yang mulai merangkak naik dari besaran lebih dari
5%. Tingginya dana pihak ketiga perlu diimbangin dengan penyaluran
pembiayaan yang berkualitas. Hal lainnya yang dapat dilakukan dalam
pengelolaan dana pihak ketiga yaitu meningkatkan dana murah yang dimiliki
bank umum syariah karena saat ini proporsi terbesar dana pihak ketiga
diperoleh dari dana mahal nasabah berupa deposito.
Pada variabel output, inefisiensi terbesar bank umum syariah terdapat
pada kas sebesar 21% dan berikutnya pendapatan operasional sebesar 8%,
sedangka pembiayaan hanya sebesar 1%. Kas merupakan aset lancar yang
memiliki peranan penting dalam suatu perusahaan. Kas dibutuhkan guna
menjaga likuiditas bank guna memenuhi kewajiban jangka pendek yang harus
tersedia. Kas yang kecil juga dapat diakibatkan oleh pemenuhan aktiva dalam
menjalankan kegiatan operasional. Sedangkan aktiva memiliki nilai inefisiensi
terbesar pada variabel input. Namun jika kas terlalu besar maka akan
menurunkan efisiensi yang dalam jangka panjang akan menurunkan
profitabilitas. Solusi yang dapat dilakukan yaitu berupa manajemen kas yang
baik serta meningkatkan dana segar dengan cara penambahan modal usaha
guna menjaga likuiditas dan ekspansi bisnis yang dilakukan. Selanjunya pada
141
pendapatan operasional sebagai faktor inefisiensi kedua terbesar pada variabel
output perlu adanya peningkatan guna mencapai nilai efisiensi yang optimum.
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wicaksono (2014)
yang menyatakan bahwa pendapatan operasional menjadi salah satu faktor
terjadinya inefisien pada variabel output yaitu sebesar 8,96%. Peningkatan
pendapatan operasional erat hubungannya dengan pembiayaan yang nilai
efisiensinya hanya sebesar 1%. Peningkatan pendapatan operasional dapat
diperoleh dengan menaikan volume usaha berupa peningkatan volume
pembiayaan dan jenis pembiayaan. Namun perlu dicermati bahwa
peningkatan pembiayaan juga akan menaikan resiko pembiayan oleh karena
itu perlu juga adanya monitoring terhadap kualitas pembiayaan serta
pemantauan dan penyelesaian terhadap debitur bermasalah. Pendapatan
operasional juga dapat ditingkatkan dengan mengurangi cost of fund berupa
menaikan dana murah yang dimiliki bank umum syariah. Sehingga
pendapatan dari penyaluran dana tidak tergerus oleh cost of fund yang tinggi.
Variabel lainnya yaitu pembiayaan dengan nilai inefisiensi yang rendah dapat
diakibatkan oleh besaran dana pihak ketiga yang dapat dihimpun bank umum
syariah.
2. Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi
Berdasarkan hasil uji t-statistik diperoleh faktor yang berpengaruh
terhadap tingkat efisiensi bank umum syariah di Indonesia, sebagai berikut:
142
a. Pengaruh Net Operating Income (NOI) terhadap Nilai Efisiensi
Berdasarkan hasil uji t, Net Operating Income tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap Nilai Efisiensi. Hasil pada penelitian ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Endri (2011).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh tidak
signifikan dengan arah negative atau dengan kata lain bank umum syariah
yang efisien cenderung memiliki NOI yang kecil. Net Operating Income
tercermin dari pendapatan dari kegiatan operasional yang diperoleh bank
syariah. Namun pendapatan yang besar belum tentu mencerminkan
besarnya keuntungan yang dihasilkan perbankan syariah. Hal tersebut
diperkuat dengan teori yang dikemukakan oleh Rose (1997) dalam Siudek
(2008) yang menyatakan bahwa efisiensi merupakan kemampuan dalam
menjaga tingkat kenaikan pendapatan di atas tingkat kenaikan beban
operasional yang berarti pendapatan yang besar harus dibarengi dengan
beban yang mampu diturunkan. Sedangkan pada variabel input Beban
Tenaga Kerja mencatatkan inefisiensi yang cukup besar yaitu 24% sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Nazir (2015), jika dibandingkan dengan
variabel input berupa pendapatan operasional yang masih perlu
ditingkatkan sebesar 8% untuk mencapai efisiensi optimum sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Wicaksono (2012). Selain itu, indikator
yang memiliki peranan terbesar dalam peningkatan beban operasional
143
yaitu berasal dari beban tenaga kerja dan beban kerugian penurunan nilai
aset yang bersumber dari aset yang dimiliki oleh bank umum syariah.
Dengan demikian Net Operating Income sebagai bagian dari pendapatan
menunjukan hasil yang tidak signifikan sesuai dengan hasil penelitian
Endri (2011).
Namun hasil penelitian lain yang dilakukan Lestari (2017)
menunjukan hasil yang sebaliknya, bahwa variabel NOI yang tercermin
dari pendapatan operasional memiliki hubungan signifikan yang positif.
Hal tersebut disebabkan adanya perbedaan sampel, objek, dan periode
yang dilakukan oleh peneliti.
b. Pengaruh Market Share terhadap Nilai Efisiensi
Berdasarkan hasil uji t, Market Share memiliki pengaruh signifikan
terhadap efisiensi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sufian dan Noor (2009).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh signifikan
dengan arah negatif atau dengan kata lain semakin kecil nilai dari Market
Share maka akan menyebabkan bank umum syariah semakin efisien.
Temuan ini sejalan dengan Sufian dan Noor (2009) yang mengungkapkan
bahwa bank syariah yang efisien lebih didominasi oleh bank syariah yang
memiliki penguasaan pangsa pasar yang kecil.
144
Selain itu, Market Share dalam penelitian ini yang tercermin dari nilai
Natural Logaritma Dana Pihak Ketiga mengindikasikan bahwa semakin
besar nilai Market Share suatu bank maka semakin besar pula dana pihak
ketiga yang dihimpun. Dengan demikian, semakin banyak dana yang
dihimpun maka dibutuhkan kemampuan ekstra untuk dapat mengubahnya
menjadi aset-aset produktif seperti pembiayaan dan investasi portofolio.
Jika dana tersebut tidak dapat terserap secara optimal pada penyaluran
dana maka akan timbul idle money atau dana menganggur, sehingga
kinerja bank dalam alokasi dana akan berkurang.
Namun hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ata
dan Bugan (2016) yang menyebutkan bahwa Market Share berpengaruh
positif. dengan kata lain semakin besar pencapaian Market Share maka
akan meningkatkan pencapain efisiensi. Hal tersebut disebabkan adanya
perbedaan sampel, objek, dan periode yang dilakukan oleh peneliti.
c. Pengaruh Net Imbalan (NI) terhadap Nilai Efisiensi
Berdasarkan hasil uji t, Net Imbalan memiliki pengaruh signifikan
terhadap efisiensi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pambuko (2016).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh signifikan
dengan arah positif atau dengan kata lain semakin besar nilai dari NI maka
akan menyebabkan bank umum syariah semakin efisien. NI
145
mencerminkan biaya intermediasi keuangan yang secara khusus fokus
pada perbedaan antara biaya pinjaman dan simpanan. Artinya semakin
besar rasio NI yang dimiliki suatu bank, maka semakin besar pula
keuntungan yang didapatkan oleh perbankan dari kegiatan penyaluran
dana. Dengan adanya keuntungan yang besar, maka bank syariah akan
lebih mudah dalam menjalankan kegiatan usaha sehingga tercapai kinerja
yang efisien.
Namun hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Mu’izzuddin (2012) yang menyebutkan bahwa NI tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap Efisiensi. Hal tersebut disebabkan adanya
perbedaan sampel, objek, dan periode yang dilakukan oleh peneliti.
146
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganlisis tingkat efisiensi Bank Umum
Syariah di Indonesia periode 2015-2017 dengan menggunakan Data
Envelopment Analysis (DEA) pada tahap pertama berdasarkan asumsi CRS
dan VRS. Selanjutnya pada tahap kedua digunakan metode Regresi Data Panel
untuk menganalisis variabel yang mempengaruhi nilai efisiensi hasil olahan
DEA. Penelitian ini menggunakan 7 sampel BUS di Indonesia pada triwulan
pertama sampai dengan keempat pada tahun 2015-2017. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dijelaskan pada bab IV, maka ditemukan beberapa
kesimpulan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian, hasil efisiensi BUS di Indonesia menunjukan
bahwa pada asumsi VRS ditemukan lebih banyak bank yang mencapai
efisiensi optimum dibandingkan dengan perolehan efisiensi asumsi CRS.
Bank BNI Syariah dan BRI Syariah menjadi bank yang mampu mencapai
efisiensi optimum pada asumsi VRS. Sedangkan Bank Muamalat
Indonesia memperoleh pencapaian efisiensi terkecil dari kedua asumis
CRS dan VRS. Selanjutnya untuk bank syariah yang cenderung konsisten
dalam hasil efisiensi dari kedua asumsi yaitu Bank Syariah Mandiri
dengan selisih efisiensi hanya 0,10%. Dari perhitungan tiap variabel input
147
dan output diperoleh hasil potential improvement dengan variabel terbesar
penyebab inefisiensi yaitu variabel input berupa Aset Tetap pada variabel
output berupa Kas. Dengan demikan bank syariah dapat menurunkan input
dan menaikan output guna mencapai efisiensi yang optimum.
2. Berdasarkan hasil pengujian variabel yang berpengaruh terhadap efisiensi
secara parsial, menunjukan bahwa:
a. Variabel NOI tidak berpengaruh signifikan dengan arah negatif.
Sehingga semakin besar nilai NOI maka semakin rendah nilai efisiensi
yang diperoleh. Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian yang
dilakukan Endri (2011)
b. Variabel Market Share berpengaruh signifikan dengan arah negatif.
Dengan kata lain bank yang efisien cenderung memiliki nilai Market
Share yang rendah. Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Sufian dan Noor (2009).
c. Variabel Net Imbalan berpengaruh signifikan dengan arah positif.
Sehingga semakin besar nilai Net Imbalan yang dihasilkan bank
syariah maka semakin besar pula pencapaian efisiensi bank tersebut.
Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Pambuko (2016).
148
3. Berdasarkan hasil pengujian variabel secara simultan menunjukan bahwa
variabel Net Operating Income (NOI), Net Imbalan, dan Market Share
secara bersamaan memiliki pengaruh signfikan dengan variabel efisiensi.
Saran B.
1. Bagi Manajemen Bank Syariah
Bagi pihak manajemen bank diharapkan dapat meningkatkan efisiensi
kinerja melalui peningkatan pengelolaan sumber daya dengan menerapkan
beberapa strategi seperti manajemen kas dan manajemen aset tetap yang lebih
baik lagi. Sehingga peningkatan daya saing usaha dapat tercapai sebagai
upaya untuk memajukan indutri keuangan syariah khususnya perbankan
syariah.
2. Bagi Akademisi
Penelitian mengenai efisiensi lembaga keuangan syariah perlu dikaji lebih
dalam. Adapaun bagi penelitian selanjutnya penggunaan variabel input dan
output yang berbeda dalam perhitungan dapat memberikan hasil yang lebih
bervariasi. Objek penelitian yang digunakan dapat diperluas tidak hanya pada
Bank Umum Syariah (BUS) namun juga dapat dilakukan penelitian pada Unit
Usaha Syariah (UUS) maupun Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Selain itu metode parametik seperti Scholastic Frontier Analysisi (SFA) juga
dapat digunakan sehingga memperkuat hasil pengukuran efisiensi yang
dilakukan. Selanjutnya penambahan pada variabel independen yang
149
mempengaruhi efisiensi juga dapat dilakukan guna memperkaya hasil temuan.
Adapun metode analisis lain yang dapat digunakan yaitu Regresi Tobit yang
menekanakan pada data tersensor.
3. Bagi Pemerintah/Regulator
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dukungan dari pemerintah maupun
regulator berupa kebijakan yang dapat mendukung pencapain pertumbuhan
perbankan syariah khususnya efisiensi kinerja Bank Umum Syariah.
Dukungan tersebut bisa berupa kebijakan yang dapat mendorong peningkatan
dana murah bank syariah sehingga cost of fund atau biaya dana yang harus
dialokasikan pada kewajiban bagi hasil investasi dapat diturunkan guna
mencapai efisiensi kinerja yang lebih baik.
150
DAFTAR PUSTAKA
Achsani, Noor Azam., & Imam T Saptono. 2016. The Islamic Banking and The
Economic Integration in ASEAN. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan
Vol. 19 No.1, Intitut Pertania Bogor.
Aisyah, Siti., & M Nadratuzzaman Hosen. 2017. Total Factor Productivity and
Efficiency Analysis on Islamic Banks in Indonesia. Jurnal Keuangan dan
Perbankan Vol.22.
Ali, M Mahbubi., Ascarya. 2010. Analisis Efisiensi Baitul Wat Tamwil dengan
Pendekatan Two Stage Data Envelopment Analysis (Studi Kasus Kantor
Cabang BMT MMU dan BMT UGT Sidogiri). Islamic Finance & Business
Review Vol.5, 110-125.
Amirillah, Afif. 2014. Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia. JEJAK Journal of
Economics and Policy, 100-202.
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik. Jakarta:
Gema Insani.
Ata, H Ali., & Mehmet Fatih Bugan. 2016. Factor Affecting The Efficiency of Islamic
and Conventional Banks in Turkey. Journal of Islamic Economics, Banking
and Finance Vol.12 No.1
Bahrini, Raef. 2017. Efficiency Analysis of Islamic Banks in the Middle East and
North Africa Region: A Bootstrap DEA Approach. International Journal of
Finance Studies 2017.
Dendawijaya, Lukman. 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Endri. 2011. Evaluasi Efisiensi Teknis Perbankan Syariah di Indonesia: Aplikasi
Two-Stage Data Envelopment Analysis. STIE Tazkia.
Farran, Al Ahmad Musthafa.2006. Tafsir Imam Syafi’i. Jakarta: Almahira.
Firdaus, Muhammad Faza., & M Nadratuzzaman Hosen. 2013. Efisiensi Bank Umum
Syariah menggunakan Two Stage Data Envelopment Analysis. Buletin
Ekonomi Moneter dan Perbankan, 167-188.
151
Ghozali, Imam., & Dwi Ratmono. 2013. Analisis Multivariat dan Ekonometrika
Teori, Konsep, dan Aplikasi dengan Eviews 8. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Gitsudarmono, Indriyo., & Basri. 2002. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE.
Gujarati, Damodar. 2003. Basic Economics. USA: McDraw Hill.
Gunawan, Firman Aji. 2013. Analisis Tingkat Efisiensi Bank BUMN dengan
Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA). Jurnal Ilmu dan Riset
Manajemen Vol.2, STIESIA Surabaya.
Halim, Abdul. 2008. Auditing (Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan). Yogyakarta:
STIM YKPN.
Hermawan, Asep., Husna Leila Yusran. 2009. Penelitian Bisnis Pendekatan
Kuantitatif. Jakarta: Prenada Media Group.
Hery. 2015. Analisis Kinerja Keuangan. Jakarta: Grasindo.
Hidayat, Rahmat. 2014. Efisiensi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik. Bekasi:
Gramata Publishing.
Hosen, M Nadratuzzaman., & Syafaat Muhari. 2013. Efficiency of the Sharia Rural
Bank in Indonesia Lead to Modified Camel. International Journal of
Academic Research in Economics and Management Sciences, 34-53.
Huda, Nurul., & Mustafa Edwin Nasution. 2014. Cuurent Issues Lembaga Keuangan
Syariah. Jakarta: Prenada Media Group.
IAI. 2002. Standar Akutansi Keuangan (PSAK No.23 Pendapatan). Jakarta: Salemba
Empat.
Ikatan Bankir Indonesia (IBI). 2014. Mengelola Bank Syariah. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Ikit. 2015. Akutansi Penghimpunan Dana Bank Syariah. Yogyakarta: Deepublish.
Iskandar, Syamsyu. 2013. Akuntansi Perbankan: Dalam Rupiah dan Valuta Asing.
Jakarta: In Media.
152
Ismail. 2015. Akuntansi Bank Teori dan Aplikasi dalam Rupiah. Jakarta: Prenada
Media Group.
Kamaruddin, Badrul Hisham., dkk. 2008. Assesing Production Efficiency of Islamic
Banks and Conventional Bank Islamic Windos in Malaysia. International
Journal of Business and Management Science Vol 1, 31-48.
Karim, Adiwarman. 2014. Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Krisnamurthi, Bayu. 2013. Ekonomi Gula. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Lestari, Erna Putri. 2017. Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Umum Syariah
(BUS) di Indonesia dan Pakistan dengan Menggunakan Metode Data
Envelopment Analysis (DEA). UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Lubis, Abdul Fattah. 2008. Analisa Pertumbuhan Bisnis Bank Syariah (Studi pada
Bank DKI Syariah). UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Margareta, Farah., & Marsheilly Pingkan Z. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kinerja Keuangan Perbankan Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akutansi Vol.4.
Martic, Milan M., dkk. 2009. Data Envelopment Analysis – Basic Models and Their
Utilization. Organizacija Vol.42, 37-43.
Muharam, Harjum., Rizki Pusvitasari. 2007. Analisis Perbandingan Efisiensi Bank
Syariah Mandiri di Indonesia dengan Metode Data Envelopment
Analysis.Universitas Diponegoro Semarang.
Mu’izzudin., Isnurhadi. 2011. Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia: Two- Stage
Data Envelopment Analysis Approach. Sumatera Selatan, Univesitas
Sriwijaya.
Muljawan, Dadang., & Juar Hafidz., dkk. 2014. Faktor-faktor Penentu Efisiensi
Perbankan Indonesia Serta Dampaknya Terhadap Perhitungan Suku Bunga
Kredit. Bank Indonesia.
Mulyadi. 2000. Akuntansi Biaya (5th
ed). Yogyakarta: Aditya Media.
Munawir, S. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
153
Nabhani, Taqi al Din. 2000. The Economic System of Islam. London: Al-Khilafah
Publication.
Nizar, Ahmad. 2015. Analisis Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah Sebelum dan
Sesudah Spin Off. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pambuko, Bagus Zulfikar. 2016. Determinasi Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah di
Indonesia: Two Stage Data Envelopment Analysis. Cakrawala Vol XI No.2.
Purwanto., Suharyadi. 2004. Statistik Untuk Ekonomi Dan Keuangan Modern.
Jakarta: Salemba Empat.
Riswan., &Yolanda Patricia K. 2014. Analisis Laporan Keuangan Sebagai Dasar
dalam Penilaian Kinerja Keuangan PT Budi Satria Wahana Motor. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Vol.5: Univesitas Bandar Lampung.
Saraswati, Gerhana Ika. 2016. Analisis Efisiensi Bank Perkreditan Rakyat Syariah di
Indonesia dengan Metode Two-Stage Data Envelopment Analysis Tahun
2013-2015. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sari. Putri Zanufa., & Erwin Lubis. 2017. The Determinant of Banking in Indonesia
(DEA Approach). Journal of Accounting and Business Education: Universitas
Brawijaya Malang.
Setiawati, Alifta K., & Setiawan. 2012. Pemodelan Presentase Penduduk Miskin di
Jawa Timur dengan Pendekatan Ekonometrika Panel Spasial. Jurnal Sains
dan Seni Vol. 1, ITS Surabaya.
Shatu, Yayah Pudin. 2016. Kuasai Detail Akutansi Perkantoran. Jakarta: Pustaka
Ilmu Semesta.
Sherman, H.D., Zhu J. 2006. Service Productivity Management Improving Service
Performance Using Data Envelopment Analysis (DEA). New York: Springer.
Siburian, Frenky S., dkk. 2017. Analisis Kinerja Keuangan Berbasis Market Share
pada Industri Telekomunikasi di Indonesia (Studi Kasus pada Perusahaan
Telekomunikasi yang Terdaftar di BE 2011-2015). Jurnal EMBA Vol.5,
Univesitas Sam Ratulangi Sulawesi Utara.
154
Siudek, Tomasz. Theoretical Foundations of Banks Efficiency and Empricical
Evidance from Poland. Social Research Warsaw University of Life and
Sciences, 150-158.
Sucipto. 2003. Penilaian Kinerja Keuangan. Jurnal Akuntansi: Univesitas Sumatera
Utara.
Sudana, I Made., & Chorry Sulistiyowati. 2010. Pangsa Pasar Dana Pihak Ketiga
dan Return On Assets Bank Umum di Indonesia. Majalah Ekonomi XX.No.2,
Univesitas Airlangga Surabaya.
Sufian, F dan Noor Mohammad. 2009. The Determinants of Islamic Bank Efficiency
Changes: Empirical Evidance from the MENA and Asian Banking Sector.
Journal The Middle East Business ad Economic Review.
Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan - Teori dan Aplikasi dengan SPSS.
Yogyakarta: ANDI.
Suryani., & Hendryadi. 2015. Metode Riset Kuantitatif Teori dan Aplikasi Pada
Penelitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam. Jakarta: Prenada Media
Group.
Tanjung, H. & Devi A. 2013. Metode Penelitian Ekonomi Islam. Jakarta: Gramata
Publising.
Wasilah, Siti. 2018. Analisis Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah (BUS) di
Indonesia Periode 2011-2015 Dengan Menggunakan Non-Parametik Data
Envelopment Analysis (DEA). UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Wicaksono, Anggit. 2014. Efisiensi Teknis Perbankan Indonesia Pada Bank yang
Merger – Akuisis dan Spin Off. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Winarno, Wing Wahyu. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistik dengan Eviews.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Wiroso. 2005. Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah.
Jakarta: Grasindo.
155
Yulita. Ika. 2015. Perbandingan Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah Antara
Malaysia dan Indonesia. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Yumanita, Diana., & Ascarya. 2005. Bank Syariah: Gambaran Umum. Pusat
Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia Jakarta.
Zainal, Noor Saliza., & M. Ismail. 2012. Islamic Banking Efficiency: a DEA
Approach. 3rd
International Conference On Business and Economic Research
(3rd
ICBER) Proceeding, 1952-1965.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2017. Kemendikbud.
Sharia Economic Outlook 2016, Masyarakat Ekonomi Syariah.
Laporan Perkembangan Keuangan Syariah (LPKS) 2016, Otoritas Jasa Keuangan
Statistik Perbankan Syariah (SPS) 2015, Otoritas Jasa Keuangan
Statistik Perbankan Syariah (SPS) 2016, Otoritas Jasa Keuangan
Statistik Perbankan Syariah (SPS) 2017, Otoritas Jasa Keuangan
https://www.syariahmandiri.co.id
https://www.bankmuamalat.co.id
https://www.bnisyariah.co.id
https://www.brisyariah.co.id
https://www.btpnsyariah.co.id
https://www.panindubaisyariah.co.id
https://www.syariahbukopin.co.id
https://www.antaranews.com/berita/546856/ojk-pangsa-pasar-perbankan-syariah-487
diakses pada tanggal 2 Mei 2018
https://www.cnbcindonesia.com/syariah/20180403173601-29-9547/mengukur-
kekuatan-hasil-merger-syariah-btn-bni diakses pada tanggal 2 Mei 2018
https://keuangan.kontan.co.id/news/bopo-turun-cermin-efisiensi-perbankan diakses
pada tanggal 07 Mei 2018
156
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Data Sekunder Sebelum Diolah
2. Hasil Efisiensi DEA Asumsi CRS (Hasil output DEA Frontier)
3. Hasil Efisiensi DEA Asumsi VRS (Hasil output DEA Frontier)
4. Target to Optimum DEA Asumsi CRS (Hasil output DEA Frontier)
5. Hasil Uji Akar Unit
157
Lampiran 1: Data Sekunder Sebelum Diolah
Perusahaan Tahun CRS NOI NI MS
BSM 2015Q1 1.00000 1155358 6.31 17.8964
BSM 2015Q2 1.00000 1590933 6.27 17.89583
BSM 2015Q3 1.00000 2595360 6.36 17.90497
BSM 2015Q4 1.00000 3606798 6.53 17.94446
BSM 2016Q1 1.00000 976379 6.49 17.96119
BSM 2016Q2 0.99840 1987715 6.54 17.97114
BSM 2016Q3 0.97979 3052821 6.58 18.00482
BSM 2016Q4 1.00000 4243724 6.16 18.06329
BSM 2017Q1 0.98895 1135178 6.26 18.07869
BSM 2017Q2 1.00000 2385566 7.13 18.09633
BSM 2017Q3 1.00000 3642902 6.47 18.12967
BSM 2017Q4 1.00000 4914787 7.35 18.17098
BMI 2015Q1 1.00000 672062 4.4 17.6707
BMI 2015Q2 1.00000 1122151 4.21 17.54769
BMI 2015Q3 1.00000 1627431 4.18 17.56219
BMI 2015Q4 1.00000 606912 4.09 17.6239
BMI 2016Q1 1.00000 440225 3.67 17.52871
BMI 2016Q2 1.00000 866319 3.65 17.50166
BMI 2016Q3 0.98532 1219906 3.47 17.53088
BMI 2016Q4 0.98539 1498723 3.21 17.55127
BMI 2017Q1 1.00000 314457 2.74 17.586
BMI 2017Q2 0.92306 614111 2.69 17.63004
BMI 2017Q3 0.87417 921409 2.63 17.67234
BMI 2017Q4 0.85918 1168507 2.48 17.70091
BNIS 2015Q1 1.00000 383139 7 16.68125
158
BNIS 2015Q2 1.00000 715399 7.11 16.66682
BNIS 2015Q3 1.00000 1058577 6.85 16.75275
BNIS 2015Q4 1.00000 1397310 6.66 16.81741
BNIS 2016Q1 1.00000 374217 6.33 16.8251
BNIS 2016Q2 0.96771 782546 6.49 16.85697
BNIS 2016Q3 1.00000 1208176 6.48 16.86921
BNIS 2016Q4 1.00000 1598700 8.38 16.90742
BNIS 2017Q1 1.00000 402012 5.73 16.95131
BNIS 2017Q2 1.00000 799467 5.57 16.99204
BNIS 2017Q3 0.99070 1198365 5.79 17.04862
BNIS 2017Q4 1.00000 1635576 5.84 17.08732
BRIS 2015Q1 1.00000 383913 8.12 16.67329
BRIS 2015Q2 1.00000 767969 8.15 16.66745
BRIS 2015Q3 0.99660 1171919 8.21 16.75627
BRIS 2015Q4 0.99790 1589291 8.25 16.77679
BRIS 2016Q1 0.99830 437840 8.17 16.85616
BRIS 2016Q2 1.00000 895028 8.19 16.899
BRIS 2016Q3 1.00000 1368004 8.2 16.9408
BRIS 2016Q4 1.00000 1896324 8.32 17.00323
BRIS 2017Q1 1.00000 532488 8.4 17.06627
BRIS 2017Q2 1.00000 1082025 8.23 17.0989
BRIS 2017Q3 0.98192 1658448 8.24 17.13453
BRIS 2017Q4 0.89603 2217774 8.1 17.1958
BTPNS 2015Q1 0.94469 300152 32.16 14.86755
BTPNS 2015Q2 0.97638 581743 32.57 15.03161
BTPNS 2015Q3 0.96695 937463 34.01 15.03557
BTPNS 2015Q4 1.00000 1315469 34.31 15.15313
159
BTPNS 2016Q1 1.00000 412619 35.2 15.20974
BTPNS 2016Q2 0.97462 885766 34.87 15.4274
BTPNS 2016Q3 1.00000 1393144 35.65 15.34546
BTPNS 2016Q4 0.98640 1936172 35.78 15.4996
BTPNS 2017Q1 1.00000 572692 37.18 15.54457
BTPNS 2017Q2 1.00000 1198545 36.73 15.60047
BTPNS 2017Q3 0.98691 1862940 36.44 15.63448
BTPNS 2017Q4 1.00000 2559653 35.96 15.69435
BPS 2015Q1 1.00000 64433 3.59 15.45859
BPS 2015Q2 1.00000 128012 3.87 15.53009
BPS 2015Q3 1.00000 208501 3.61 15.56905
BPS 2015Q4 1.00000 289958 3.82 15.59526
BPS 2016Q1 1.00000 76692 3.72 15.57435
BPS 2016Q2 0.91797 146296 3.49 15.68929
BPS 2016Q3 0.91449 215667 3.39 15.70375
BPS 2016Q4 0.95004 295275 3.49 15.74689
BPS 2017Q1 1.00000 81781 3.58 15.83491
BPS 2017Q2 0.94775 165385 3.41 15.92092
BPS 2017Q3 0.96794 247148 3.29 15.86781
BPS 2017Q4 0.96815 312803 3.31 15.83377
BBS 2015Q1 1.00000 34863 2.91 15.18039
BBS 2015Q2 1.00000 71387 2.96 15.21695
BBS 2015Q3 1.00000 113005 3.07 15.28288
BBS 2015Q4 1.00000 158487 3.14 15.37498
BBS 2016Q1 1.00000 44659 3.07 15.42045
BBS 2016Q2 1.00000 90714 3.13 15.46401
BBS 2016Q3 1.00000 140786 3.16 15.50705
160
BBS 2016Q4 1.00000 197734 3.31 15.50977
BBS 2017Q1 0.95512 40523 2.63 15.49338
BBS 2017Q2 0.94125 77257 2.47 15.54436
BBS 2017Q3 0.90314 122980 1.16 15.57103
BBS 2017Q4 0.90141 158018 2.44 15.51997
161
Lampiran 2: Hasil Efisiensi DEA Asumsi CRS (Hasil output DEA Frontier)
a. Bank Syariah Mandiri
DMU No.
DMU Name
Input-Oriented
CRS
Efficiency
Sum of
lambdas RTS
1 BSM2015Q1 1.00000 1.000 Constant
2 BSM2015Q2 1.00000 1.000 Constant
3 BSM2015Q3 1.00000 1.000 Constant
4 BSM2015Q4 1.00000 1.000 Constant
5 BSM2016Q1 1.00000 1.000 Constant
6 BSM2016Q2 0.99840 0.979 Increasing
7 BSM2016Q3 0.97979 0.992 Increasing
8 BSM2016Q4 1.00000 1.000 Constant
9 BSM2017Q1 0.98895 1.176 Decreasing
10 BSM2017Q2 1.00000 1.000 Constant
11 BSM2017Q3 1.00000 1.000 Constant
12 BSM2017Q4 1.00000 1.000 Constant
b. Bank Muamalat Indonesia
Input-Oriented
CRS Sum of
DMU
No. DMU Name Efficiency lambdas RTS
1 BMI2015Q1 1.00000 1.000 Constant
2 BMI2015Q2 1.00000 1.000 Constant
3 BMI2015Q3 1.00000 1.000 Constant
4 BMI2015Q4 1.00000 1.000 Constant
5 BMI2016Q1 1.00000 1.000 Constant
6 BMI2016Q2 1.00000 1.000 Constant
7 BMI2016Q3 0.98532 0.965 Increasing
8 BMI2016Q4 0.98539 0.977 Increasing
9 BMI2017Q1 1.00000 1.000 Constant
10 BMI2017Q2 0.92306 1.005 Decreasing
11 BMI2017Q3 0.87417 0.997 Increasing
12 BMI2017Q4 0.85918 1.000 Decreasing
162
c. BNI Syariah
Input-Oriented
CRS Sum of
DMU No. DMU Name Efficiency lambdas RTS
1 BNIS2015Q1 1.00000 1.000 Constant
2 BNIS2015Q2 1.00000 1.000 Constant
3 BNIS2015Q3 1.00000 1.000 Constant
4 BNIS2015Q4 1.00000 1.000 Constant
5 BNIS2016Q1 1.00000 1.000 Constant
6 BNIS2016Q2 0.96771 1.029 Decreasing
7 BNIS2016Q3 1.00000 1.000 Constant
8 BNIS2016Q4 1.00000 1.000 Constant
9 BNIS2017Q1 1.00000 1.000 Constant
10 BNIS2017Q2 1.00000 1.000 Constant
11 BNIS2017Q3 0.99070 1.079 Decreasing
12 BNIS2017Q4 1.00000 1.000 Constant
d. BRI Syariah
Input-Oriented
CRS Sum of
DMU No. DMU Name Efficiency lambdas RTS
1 BRIS2015Q1 1.00000 1.000 Constant
2 BRIS2015Q2 1.00000 1.000 Constant
3 BRIS2015Q3 0.99660 0.975 Increasing
4 BRIS2015Q4 0.99790 0.936 Increasing
5 BRIS2016Q1 0.99830 1.025 Decreasing
6 BRIS2016Q2 1.00000 1.000 Constant
7 BRIS2016Q3 1.00000 1.000 Constant
8 BRIS2016Q4 1.00000 1.000 Constant
9 BRIS2017Q1 1.00000 1.000 Constant
10 BRIS2017Q2 1.00000 1.000 Constant
11 BRIS2017Q3 0.98192 1.044 Decreasing
12 BRIS2017Q4 0.89603 1.077 Decreasing
163
e. Bank Panin Syariah
Input-Oriented
CRS Sum of
DMU No. DMU Name Efficiency lambdas RTS
1 BPS2015Q1 1.00000 1.000 Constant
2 BPS2015Q2 1.00000 1.000 Constant
3 BPS2015Q3 1.00000 1.000 Constant
4 BPS2015Q4 1.00000 1.000 Constant
5 BPS2016Q1 1.00000 1.000 Constant
6 BPS2016Q2 0.91797 1.070 Decreasing
7 BPS2016Q3 0.91449 1.050 Decreasing
8 BPS2016Q4 0.95004 1.114 Decreasing
9 BPS2017Q1 1.00000 1.000 Constant
10 BPS2017Q2 0.94775 1.400 Decreasing
11 BPS2017Q3 0.96794 1.322 Decreasing
12 BPS2017Q4 0.96815 1.248 Decreasing
f. BTPN Syariah
Input-Oriented
CRS Sum of
DMU
No. DMU Name Efficiency lambdas RTS
1 BTPNS2015Q1 0.94469 0.632 Increasing
2 BTPNS2015Q2 0.97638 0.719 Increasing
3 BTPNS2015Q3 0.96695 0.716 Increasing
4 BTPNS2015Q4 1.00000 1.000 Constant
5 BTPNS2016Q1 1.00000 1.000 Constant
6 BTPNS2016Q2 0.97462 0.982 Increasing
7 BTPNS2016Q3 1.00000 1.000 Constant
8 BTPNS2016Q4 0.98640 0.929 Increasing
9 BTPNS2017Q1 1.00000 1.000 Constant
10 BTPNS2017Q2 1.00000 1.000 Constant
11 BTPNS2017Q3 0.98691 0.986 Increasing
12 BTPNS2017Q4 1.00000 1.000 Constant
164
g. Bank Bukopin Syariah
Input-Oriented
CRS Sum of
DMU
No. DMU Name Efficiency lambdas RTS
1 BBS2015Q1 1.00000 1.000 Constant
2 BBS2015Q2 1.00000 1.000 Constant
3 BBS2015Q3 1.00000 1.000 Constant
4 BBS2015Q4 1.00000 1.000 Constant
5 BBS2016Q1 1.00000 1.000 Constant
6 BBS2016Q2 1.00000 1.000 Constant
7 BBS2016Q3 1.00000 1.000 Constant
8 BBS2016Q4 1.00000 1.000 Constant
9 BBS2017Q1 0.95512 1.306 Decreasing
10 BBS2017Q2 0.94125 1.323 Decreasing
11 BBS2017Q3 0.90314 1.216 Decreasing
12 BBS2017Q4 0.90141 1.058 Decreasing
165
Lampiran 3: Hasil Efisiensi DEA Asumsi VRS (Hasil output DEA Frontier)
a. Bank Syariah Mandiri
Input-Oriented
VRS Optimal Lambdas
DMU No. DMU Name Efficiency with Benchmarks
1 BSM2015Q1 1.00000 1.000 BSM2015Q1
2 BSM2015Q2 1.00000 1.000 BSM2015Q2
3 BSM2015Q3 1.00000 1.000 BSM2015Q3
4 BSM2015Q4 1.00000 1.000 BSM2015Q4
5 BSM2016Q1 1.00000 1.000 BSM2016Q1
6 BSM2016Q2 0.99866 0.082 BSM2015Q1
7 BSM2016Q3 0.98029 0.036 BSM2015Q1
8 BSM2016Q4 1.00000 1.000 BSM2016Q4
9 BSM2017Q1 1.00000 1.000 BSM2017Q1
10 BSM2017Q2 1.00000 1.000 BSM2017Q2
11 BSM2017Q3 1.00000 1.000 BSM2017Q3
12 BSM2017Q4 1.00000 1.000 BSM2017Q4
b. Bank Muamalat Indonesia
Input-Oriented
VRS Optimal Lambdas
DMU No. DMU Name Efficiency with Benchmarks
1 BMI2015Q1 1.00000 1.000 BMI2015Q1
2 BMI2015Q2 1.00000 1.000 BMI2015Q2
3 BMI2015Q3 1.00000 1.000 BMI2015Q3
4 BMI2015Q4 1.00000 1.000 BMI2015Q4
5 BMI2016Q1 1.00000 1.000 BMI2016Q1
6 BMI2016Q2 1.00000 1.000 BMI2016Q2
7 BMI2016Q3 0.99930 0.416 BMI2015Q3
8 BMI2016Q4 1.00000 1.000 BMI2016Q4
9 BMI2017Q1 1.00000 1.000 BMI2017Q1
10 BMI2017Q2 0.93203 0.361 BMI2015Q2
11 BMI2017Q3 0.87486 0.769 BMI2015Q2
12 BMI2017Q4 1.00000 1.000 BMI2017Q4
166
c. BNI Syariah
Input-
Oriented
VRS Optimal Lambdas
DMU
No. DMU Name Efficiency with Benchmarks
1 BNIS2015Q1 1.00000 1.000 BNIS2015Q1
2 BNIS2015Q2 1.00000 1.000 BNIS2015Q2
3 BNIS2015Q3 1.00000 1.000 BNIS2015Q3
4 BNIS2015Q4 1.00000 1.000 BNIS2015Q4
5 BNIS2016Q1 1.00000 1.000 BNIS2016Q1
6 BNIS2016Q2 1.00000 1.000 BNIS2016Q2
7 BNIS2016Q3 1.00000 1.000 BNIS2016Q3
8 BNIS2016Q4 1.00000 1.000 BNIS2016Q4
9 BNIS2017Q1 1.00000 1.000 BNIS2017Q1
10 BNIS2017Q2 1.00000 1.000 BNIS2017Q2
11 BNIS2017Q3 1.00000 1.000 BNIS2017Q3
12 BNIS2017Q4 1.00000 1.000 BNIS2017Q4
d. BRI Syariah
Input-
Oriented
VRS Optimal Lambdas
DMU
No. DMU Name Efficiency with Benchmarks
1 BRIS2015Q1 1.00000 1.000 BRIS2015Q1
2 BRIS2015Q2 1.00000 1.000 BRIS2015Q2
3 BRIS2015Q3 1.00000 1.000 BRIS2015Q3
4 BRIS2015Q4 1.00000 1.000 BRIS2015Q4
5 BRIS2016Q1 1.00000 1.000 BRIS2016Q1
6 BRIS2016Q2 1.00000 1.000 BRIS2016Q2
7 BRIS2016Q3 1.00000 1.000 BRIS2016Q3
8 BRIS2016Q4 1.00000 1.000 BRIS2016Q4
9 BRIS2017Q1 1.00000 1.000 BRIS2017Q1
10 BRIS2017Q2 1.00000 1.000 BRIS2017Q2
11 BRIS2017Q3 1.00000 1.000 BRIS2017Q3
12 BRIS2017Q4 1.00000 1.000 BRIS2017Q4
167
e. Bank Panin Syariah
Input-Oriented
VRS Optimal Lambdas
DMU No. DMU Name Efficiency with Benchmarks
1 BPS2015Q1 1.00000 1.000 BPS2015Q1
2 BPS2015Q2 1.00000 1.000 BPS2015Q2
3 BPS2015Q3 1.00000 1.000 BPS2015Q3
4 BPS2015Q4 1.00000 1.000 BPS2015Q4
5 BPS2016Q1 1.00000 1.000 BPS2016Q1
6 BPS2016Q2 0.92949 0.689 BPS2015Q2
7 BPS2016Q3 0.92039 0.141 BPS2015Q2
8 BPS2016Q4 1.00000 1.000 BPS2016Q4
9 BPS2017Q1 1.00000 1.000 BPS2017Q1
10 BPS2017Q2 1.00000 1.000 BPS2017Q2
11 BPS2017Q3 1.00000 1.000 BPS2017Q3
12 BPS2017Q4 1.00000 1.000 BPS2017Q4
f. BTPN Syariah
Input-
Oriented
VRS Optimal Lambdas
DMU
No. DMU Name Efficiency with Benchmarks
1 BTPNS2015Q1 1.00000 1.000 BTPNS2015Q1
2 BTPNS2015Q2 1.00000 1.000 BTPNS2015Q2
3 BTPNS2015Q3 1.00000 1.000 BTPNS2015Q3
4 BTPNS2015Q4 1.00000 1.000 BTPNS2015Q4
5 BTPNS2016Q1 1.00000 1.000 BTPNS2016Q1
6 BTPNS2016Q2 0.97778 0.069 BTPNS2015Q2
7 BTPNS2016Q3 1.00000 1.000 BTPNS2016Q3
8 BTPNS2016Q4 0.99332 0.268 BTPNS2015Q3
9 BTPNS2017Q1 1.00000 1.000 BTPNS2017Q1
10 BTPNS2017Q2 1.00000 1.000 BTPNS2017Q2
11 BTPNS2017Q3 0.98797 0.028 BTPNS2015Q1
12 BTPNS2017Q4 1.00000 1.000 BTPNS2017Q4
168
g. Bank Bukopin Syariah
Input-
Oriented
VRS Optimal Lambdas
DMU
No. DMU Name Efficiency with Benchmarks
1 BBS2015Q1 1.00000 1.000 BBS2015Q1
2 BBS2015Q2 1.00000 1.000 BBS2015Q2
3 BBS2015Q3 1.00000 1.000 BBS2015Q3
4 BBS2015Q4 1.00000 1.000 BBS2015Q4
5 BBS2016Q1 1.00000 1.000 BBS2016Q1
6 BBS2016Q2 1.00000 1.000 BBS2016Q2
7 BBS2016Q3 1.00000 1.000 BBS2016Q3
8 BBS2016Q4 1.00000 1.000 BBS2016Q4
9 BBS2017Q1 1.00000 1.000 BBS2017Q1
10 BBS2017Q2 1.00000 1.000 BBS2017Q2
11 BBS2017Q3 0.93576 0.355 BBS2016Q2
12 BBS2017Q4 0.91086 0.576 BBS2015Q4
169
Lampiran 4: Target to Optimum DEA Asumsi CRS (Hasil output DEA Frontier)
a. Bank Syariah Mandiri
DMU
No. DMU Name
Efficient Input Target
Efficient Output Target
Beban Tenaga Kerja Dana Pihak Ketiga Aset Tetap
Pendapatan Operasional Pembiayaan Kas
1 BSM2015Q1 379704.00000 59198066.00000 676080.00000
1155358.00000 46202654.00000 1295402.00000
2 BSM2015Q2 966425.00000 59164461.00000 546191.00000
1590933.00000 50255984.00000 1593428.00000
3 BSM2015Q3 1276046.00000 59707778.00000 510070.00000
2595360.00000 50405127.00000 1457385.00000
4 BSM2015Q4 1685208.00000 62112879.00000 1034911.00000
3606798.00000 50893511.00000 1611125.00000
5 BSM2016Q1 491390.00000 63160283.00000 986300.00000
976379.00000 50567308.00000 1176594.00000
6 BSM2016Q2 955929.86835 63690323.83695 644843.82534
1987715.00000 52520809.00000 1532977.57759
7 BSM2016Q3 1365102.13652 64644446.14909 598627.46275
3052821.00000 53047287.00000 1165010.76713
8 BSM2016Q4 1844686.00000 69949861.00000 901042.00000
4243724.00000 55388246.00000 1086569.00000
9 BSM2017Q1 491202.41697 70250479.25717 836872.27760
1352137.56762 55214118.00000 1519699.36275
10 BSM2017Q2 930289.00000 72299651.00000 805557.00000
2385566.00000 57854877.00000 1558247.00000
11 BSM2017Q3 1463005.00000 74750718.00000 770641.00000
3642902.00000 58503373.00000 956108.00000
12 BSM2017Q4 1922849.00000 77903143.00000 777000.00000
4914787.00000 60471700.00000 113560.00000
170
b. Bank Muamalat Indonesia
DMU
No. DMU Name
Efficient Input Target
Efficient Output Target
Beban Tenaga Kerja Dana Pihak Ketiga Aset Tetap
Pendapatan Operasional Pembiayaan Kas
1 BMI2015Q1 241343.00000 47237649.00000 2254477.00000
672062.00000 40616387.00000 954595.00000
2 BMI2015Q2 476489.00000 41770048.00000 2233691.00000
1122151.00000 41371362.00000 1201268.00000
3 BMI2015Q3 700753.00000 42380242.00000 2248122.00000
1627431.00000 40891193.00000 1116831.00000
4 BMI2015Q4 227947.00000 45077653.00000 2394217.00000
606912.00000 40706151.00000 1194368.00000
5 BMI2016Q1 267667.00000 40984915.00000 2304367.00000
440225.00000 39877001.00000 963586.00000
6 BMI2016Q2 534150.00000 39890896.00000 2410281.00000
866319.00000 39696616.00000 1207251.00000
7 BMI2016Q3 520633.12606 40470623.78425 2159264.47004
1219906.00000 39790041.00000 1136223.03258
8 BMI2016Q4 644116.55118 41307658.35055 2194483.31513
1498723.00000 40050448.00000 1106822.94749
9 BMI2017Q1 181064.00000 43401093.00000 2599486.00000
314457.00000 39650394.00000 587836.00000
10 BMI2017Q2 330068.18589 41865510.97015 2302599.17000
674267.42657 40619657.00000 1067691.00000
11 BMI2017Q3 483554.12017 41361288.99215 2252915.68924
1080721.99894 40994153.00000 1198412.66845
12 BMI2017Q4 497061.40198 41830326.30072 2235249.03783
1168507.00000 41331822.00000 1193669.14461
171
c. BNI Syariah
DMU
No. DMU Name
Efficient Input Target
Efficient Output Target
Beban Tenaga Kerja Dana Pihak Ketiga Aset Tetap
Pendapatan Operasional Pembiayaan Kas
1 BNIS2015Q1 201839.00000 17422874.00000 103997.00000
383913.00000 15697752.00000 120693.00000
2 BNIS2015Q2 337158.00000 17321427.00000 99009.00000
767969.00000 16741370.00000 180136.00000
3 BNIS2015Q3 519228.00000 18930220.00000 105399.00000
1171919.00000 16971124.00000 149631.00000
4 BNIS2015Q4 646364.00000 19322756.00000 148805.00000
1589291.00000 17765096.00000 145966.00000
5 BNIS2016Q1 164730.00000 20918881.00000 142438.00000
437840.00000 18044641.00000 138932.00000
6 BNIS2016Q2 366281.44188 20658684.58199 134884.98155
895028.00000 18978364.00000 206031.41364
7 BNIS2016Q3 566346.00000 22766399.00000 136138.00000
1368004.00000 19532253.00000 153097.00000
8 BNIS2016Q4 724498.00000 24233009.00000 206002.00000
1896324.00000 20493609.00000 159912.00000
9 BNIS2017Q1 188291.00000 25810050.00000 214138.00000
532488.00000 21262433.00000 155865.00000
10 BNIS2017Q2 385706.00000 26665896.00000 209938.00000
1082025.00000 22554704.00000 253459.00000
11 BNIS2017Q3 635399.18358 26556304.00066 206520.61065
1658448.00000 22527133.00000 200579.25055
12 BNIS2017Q4 673381.00000 29379291.00000 2333483.00000
2217774.00000 23596719.00000 233726.00000
172
d. BRI Syariah
DMU
No. DMU Name
Efficient Input Target
Efficient Output Target
Beban Tenaga Kerja Dana Pihak Ketiga Aset Tetap
Pendapatan Operasional Pembiayaan Kas
1 BRIS2015Q1 121797.00000 17562001.00000 142518.00000
383139.00000 15092241.00000 263161.00000
2 BRIS2015Q2 310295.00000 17310457.00000 127261.00000
715399.00000 16071213.00000 285493.00000
3 BRIS2015Q3 395681.98722 18799580.59372 128136.39895
1058577.00000 16469173.00000 291631.96789
4 BRIS2015Q4 478212.17112 20081407.11924 127340.39725
1397310.00000 16660266.00000 294082.48039
5 BRIS2016Q1 172382.38475 20244540.90445 139925.66759
469859.44639 16893232.00000 288490.37367
6 BRIS2016Q2 279094.00000 20935807.00000 137262.00000
782546.00000 17855236.00000 368357.00000
7 BRIS2016Q3 458215.00000 21193644.00000 131911.00000
1208176.00000 17740605.00000 313560.00000
8 BRIS2016Q4 538227.00000 22019067.00000 137247.00000
1598700.00000 18035124.00000 318105.00000
9 BRIS2017Q1 141530.00000 23007023.00000 135353.00000
402012.00000 17982662.00000 296528.00000
10 BRIS2017Q2 289276.00000 23963433.00000 145333.00000
799467.00000 18524237.00000 483495.00000
11 BRIS2017Q3 437104.88341 22710985.44459 139945.63534
1198365.00000 18657671.00000 330923.00000
12 BRIS2017Q4 551296.70900 23618449.62090 148336.97884
1635576.00000 19321631.84805 347997.00000
173
e. Bank Panin Syariah
DMU
No. DMU Name
Efficient Input Target
Efficient Output Target
Beban Tenaga Kerja Dana Pihak Ketiga Aset Tetap
Pendapatan Operasional Pembiayaan Kas
1 BPS2015Q1 17340.00000 5171092.00000 29910.00000
64433.00000 4778788.00000 9747.00000
2 BPS2015Q2 36225.00000 5554336.00000 29666.00000
128012.00000 5419736.00000 18678.00000
3 BPS2015Q3 56591.00000 5775013.00000 48903.00000
208501.00000 5646569.00000 13708.00000
4 BPS2015Q4 76656.00000 5928346.00000 54139.00000
289958.00000 5716720.00000 17484.00000
5 BPS2016Q1 22551.00000 5805681.00000 64212.00000
76692.00000 5458930.00000 13252.00000
6 BPS2016Q2 41922.84731 5978631.85915 34728.34102
149466.23852 5835531.00000 19220.35342
7 BPS2016Q3 58489.01386 6042667.54964 47749.15047
215667.00000 5889790.00000 16348.00000
8 BPS2016Q4 78564.42159 6554317.79862 58543.38000
295275.00000 6346929.00000 18193.11871
9 BPS2017Q1 25744.00000 7533778.00000 82618.00000
81781.00000 6805701.00000 18374.00000
10 BPS2017Q2 51163.31525 7781446.09316 41955.40602
180987.07785 7593127.00000 26042.55698
11 BPS2017Q3 67447.22503 7536186.77645 53744.26163
247148.00000 7338474.00000 22415.00000
12 BPS2017Q4 83417.62271 7285590.28751 60151.56019
312803.00000 7044812.91822 22183.00000
174
f. BTPN Syariah
DMU
No. DMU Name
Efficient Input Target
Efficient Output Target
Beban Tenaga Kerja Dana Pihak Ketiga Aset Tetap
Pendapatan Operasional Pembiayaan Kas
1 BTPNS2015Q1 132066.25484 2705095.22733 116387.59652
325163.83301 2609360.00000 111344.19775
2 BTPNS2015Q2 279422.49465 3294329.70946 131407.26681
711487.25488 3195014.00000 127631.00000
3 BTPNS2015Q3 376191.55824 3275428.76345 130286.77910
942800.09520 3190164.00000 131973.00000
4 BTPNS2015Q4 605148.00000 3809967.00000 175319.00000
1315469.00000 3678027.00000 108438.00000
5 BTPNS2016Q1 181804.00000 4031873.00000 184767.00000
412619.00000 3885961.00000 181183.00000
6 BTPNS2016Q2 357766.50070 4885070.86412 182450.36994
1047039.13073 4606968.00000 190884.00000
7 BTPNS2016Q3 554419.00000 4617951.00000 181604.00000
1393144.00000 4501238.00000 184465.00000
8 BTPNS2016Q4 650317.55949 5314274.85203 173165.89610
1936172.00000 4996812.00000 191662.00000
9 BTPNS2017Q1 195547.00000 5635334.00000 181652.00000
572692.00000 5118231.00000 193086.00000
10 BTPNS2017Q2 391611.00000 5959322.00000 180790.00000
1198545.00000 5769982.00000 143349.00000
11 BTPNS2017Q3 593435.32815 6084793.25109 182906.28551
1862940.00000 5753032.00000 185622.63991
12 BTPNS2017Q4 793667.00000 6545879.00000 190264.00000
2559653.00000 6053273.00000 228525.00000
175
g. Bank Bukopin Syariah
DMU
No. DMU Name
Efficient Input Target
Efficient Output Target
Beban Tenaga Kerja Dana Pihak Ketiga Aset Tetap
Pendapatan Operasional Pembiayaan Kas
1 BBS2015Q1 19024.00000 3915239.00000 78732.00000
34863.00000 3757505.00000 40298.00000
2 BBS2015Q2 39506.00000 4061048.00000 76820.00000
71387.00000 3841601.00000 72713.00000
3 BBS2015Q3 54159.00000 4337818.00000 75058.00000
113005.00000 4012790.00000 45837.00000
4 BBS2015Q4 73145.00000 4756303.00000 110755.00000
158487.00000 4336201.00000 47118.00000
5 BBS2016Q1 20358.00000 4977566.00000 109555.00000
44659.00000 4613652.00000 42354.00000
6 BBS2016Q2 42149.00000 5199152.00000 109688.00000
90714.00000 4801737.00000 60236.00000
7 BBS2016Q3 65942.00000 5427808.00000 103905.00000
140786.00000 4777897.00000 44266.00000
8 BBS2016Q4 91294.00000 5442608.00000 138779.00000
197734.00000 4803895.00000 47444.00000
9 BBS2017Q1 24848.00442 5113849.66238 102835.00231
45535.95343 4907827.00000 52634.82349
10 BBS2017Q2 42627.85071 5303192.52226 102512.21998
77257.00000 5041931.00000 80942.60009
11 BBS2017Q3 62006.42191 5225970.46483 107492.45785
122980.00000 4875805.00000 77762.08446
12 BBS2017Q4 73660.47692 4956322.03708 113432.53151
158018.00000 4534091.00000 52724.01194
176
5. Hasil Uji Akar Unit
a. Variabel Efisiensi asumsi CRS (level)
b. Variabel Net Operating Income (level)
c. Variabel Net Operating Income (1 Difference)
d. Variabel Net Imbalan (level)
Null Hypothesis: CRS has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=11)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.054708 0.0019
Test critical values: 1% level -3.511262
5% level -2.896779
10% level -2.585626
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: NOI has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 4 (Automatic - based on SIC, maxlag=11)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.964303 0.3019
Test critical values: 1% level -3.515536
5% level -2.898623
10% level -2.586605
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(NOI) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 3 (Automatic - based on SIC, maxlag=11)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.806921 0.0001
Test critical values: 1% level -3.515536
5% level -2.898623
10% level -2.586605
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: NI has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=11)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.893373 0.3339
Test critical values: 1% level -3.511262
5% level -2.896779
10% level -2.585626
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
177
e. Variabel Net Imbalan (1 Difference)
f. Variabel Market Share (level)
g. Variabel Market Share (1 Difference)
Null Hypothesis: D(NI) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=11)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.916805 0.0000
Test critical values: 1% level -3.512290
5% level -2.897223
10% level -2.585861
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: MS has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=11)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.508997 0.5243
Test critical values: 1% level -3.511262
5% level -2.896779
10% level -2.585626
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(MS) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=11)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.604231 0.0000
Test critical values: 1% level -3.512290
5% level -2.897223
10% level -2.585861
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.