LEIOMIOSARKOMA

46
STUDI KASUS LEIOMIOSARKOMA PADA ANJING : POTENSIAL METASTATIK HANI FITRIANI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

description

sarkoma

Transcript of LEIOMIOSARKOMA

Page 1: LEIOMIOSARKOMA

STUDI KASUS LEIOMIOSARKOMA

PADA ANJING : POTENSIAL METASTATIK

HANI FITRIANI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007

Page 2: LEIOMIOSARKOMA

RINGKASAN

HANI FITRIANI. Studi Kasus Leiomiosarkoma pada Anjing: Potensial Metastatik. Dibimbing oleh EKOWATI HANDHARYANI dan RETNO WULANSARI.

Leiomiosarkoma adalah tumor yang berasal dari otot polos dan sering terjadi pada anjing. Penentuan derajat keganasan tumor sangat penting karena berguna untuk perencanaan pengobatan dan petunjuk prognosis. Salah satu cara untuk menentukan derajat keganasan tumor yaitu dengan menentukan indeks mitotik sel tumor. Penentuan derajat keganasan tumor dapat dilakukan secara makroskopis (staging) maupun mikroskopis (grading). Pada beberapa jenis tumor terutama tumor jenis sarkoma, grade suatu tumor sangat berhubungan dengan kemampuannya bermetastasis, sehingga grade pada tumor disebut juga potensial metastatik.

Studi kasus ini bertujuan untuk mengevaluasi indeks mitotik sel tumor leiomiosarkoma pada anjing yang terjadi pada organ hati, paru-paru, jantung, m. intercostalis, dan ginjal sebagai indikator dari potensial metastatik (keganasan tumor). Indeks mitotik merupakan suatu cara pengukuran laju proliferasi sel yang ditentukan dengan menghitung rata-rata figur mitotik dari 20 lapang pandang yang dipilih secara acak dengan perbesaran objektif 40 kali. Preparat histopatologi diwarnai dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan analisa sidik ragam ANOVA (Analysis of Variance) yang dilanjutkan dengan uji wilayah berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tumor dengan indeks mitotik tertinggi terdapat pada organ hati (6,40 ± 1,729 sel/lapang pandang) dan berbeda nyata dengan organ lainnya. Kajian leiomiosarkoma pada anjing yang yang dievaluasi merupakan tumor yang ganas karena memiliki indeks mitotik yang lebih dari 3 pada setiap lapang pandang. Tumor primer ditemukan pada organ hati karena memiliki ukuran makroskpis yang terbesar serta potensial metastatik yang tertinggi.

Kata Kunci: Tumor, Derajat Keganasan, Anjing

Page 3: LEIOMIOSARKOMA

STUDI KASUS LEIOMIOSARKOMA PADA ANJING : POTENSIAL METASTATIK

HANI FITRIANI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007

Page 4: LEIOMIOSARKOMA

Judul Skripsi : Studi Kasus Leiomiosarkoma pada Anjing: Potensial Metastatik

Nama : Hani Fitriani

NRP : B04103131

Disetujui

drh. Ekowati Handharyani MSi. Ph.D drh. Retno Wulansari MSi. Ph.D

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui

Dr. drh. I Wayan Teguh Wibawan, MS.

Wakil Dekan

Tanggal Lulus:

Page 5: LEIOMIOSARKOMA

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 19 Juni 1985 sebagai putri pertama

dari dua bersaudara dari ayah Hasan Salmun dan ibu Nina Sumartina.

Pendidikan penulis dimulai dari Taman Kanak-Kanak Tunas Rimba 3 pada

tahun 1989 – 1991, Sekolah Dasar Negeri Bangka 3 pada tahun 1991 - 1997,

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Bogor pada tahun 1997 – 2000,

Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Bogor pada tahun 2000 - 2003. Pada tahun

2003 penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan IPB

melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif mengikuti beberapa organisasi

intra kampus, antara lain: HIMPRO Satwa Liar (2004-2005), BEM KM FKH IPB

(2005-2007), Komunitas Seni Steril (2005-2006), Veterinary English Club (2005-

2006), Forum Ilmiah Mahasiswa (2005-2006), serta menjadi asisten praktikum

mata kuliah Histologi Veteriner II pada tahun ajaran 2005/2006.

Page 6: LEIOMIOSARKOMA

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam

studi kasus yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2006 ini ialah Studi Kasus

Leiomiosarkoma pada Anjing: Potensial Metastatik.

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Ibu drh. Ekowati Handharyani MSi. Ph.D dan Ibu drh. Retno Wulansari

MSi. Ph.D sebagai dosen pembimbing skripsi atas kemurahan hati,

kesabaran, bimbingan, saran, dan nasihat hingga karya ini dapat

terselesaikan.

2. Ayah dan Ibu tercinta, serta adik tersayang atas doa dan kasih sayangnya.

3. Staf Laboratorium Patologi, Pak Endang dan Pak Kasnadi yang telah

banyak membantu selama penelitian.

4. Bapak drh. H. Agus Setiyono MS. Ph.D sebagai dosen penilai atas

masukan dan saran yang diberikan.

5. Ibu Ir. Etih Sudarnika MS. sebagai dosen pembimbing akademik yang

telah membimbing penulis selama menjadi mahasiswa Fakultas

Kedokteran Hewan IPB.

6. Teman sepenelitian, Chandra dan Irao yang senasib dan seperjuangan.

7. Rekan-rekan angkatan 40, sahabat-sahabat, Ame, Galuh, Gita, Dincy,

Wiwik, Herli, Iwid, Pritta, Puji, Lina, Tyas, Vidya, dan Indah yang

bersedia meluangkan waktunya untuk memberi masukan dalam

penyelesaian karya tulis ini. Semoga persahabatan kita tetap terjalin

dengan baik.

Penulis menyadari bahwa ada banyak kekurangan dalam tulisan ini, namun

penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat.

Bogor, Agustus 2007

Hani Fitriani

Page 7: LEIOMIOSARKOMA

DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA……………………………………………………………………....... i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………… ii

DAFTAR TABEL………………………………………………………………… iv

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………... v

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………… vi

PENDAHULUAN………………………………………………………………… 1

Latar Belakang……………………………………………………………….. 1

Tujuan Penelitian…………………………………………………………….. 2

TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………... 3

Tumor………………………………………………………………………… 3

Karsinogenesis……………………………………………………………. 3

Klasifikasi Tumor…………………………………………………………. 4

Proses Penyebaran Tumor………………………………………………… 6

Derajat Keganasan Tumor………………………………………………… 7

Pendekatan Diagnosis Tumor pada hewan……………………………….. 8

Pengobatan Tumor pada Hewan………………………………………….. 9

Leiomiosarkoma……………………………………………………………… 9

Mitosis………………………………………………………………………... 10

Anjing………………………………………………………………………… 13

Klasifikasi Anjing………………………………………………………… 13

Anjing Golden Retriever………………………………………………….. 13

MATERI DAN METODE………………………………………………………... 15

Waktu dan Tempat Penelitian………………………………………………... 15

Materi Penelitian……………………………………………………………... 15

Sampel Organ……………………………………………………………... 15

Bahan dan Alat……………………………………………………………. 16

Metode Penelitian…………………………………………………………….. 16

Nekropsi Hewan………………………………………………………….. 16

Pembuatan Preparat Histopatologi............................................................... 16

Page 8: LEIOMIOSARKOMA

Pengamatan Preparat Histopatologi………………………………………. 18

Analisis Statistik........................................................................................... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………………… 20

KESIMPULAN………………………………………………………………….... 26

Kesimpulan…………………………………………………………………... 26

Saran………………………………………………………………………….. 26

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….. 27

LAMPIRAN……………………………………………………………………… 29

iii

Page 9: LEIOMIOSARKOMA

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Perbedaan sifat antara tumor jinak dan tumor ganas……………………….. 5 2 Penentuan derajat keganasan tumor dengan sistem TNM………………….. 7 3 Perubahan patologi anatomis pada organ anjing yang terkena tumor……… 21 4 Indeks mitotik sel tumor pada organ anjing yang terkena tumor…………... 23

Page 10: LEIOMIOSARKOMA

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Diagram alir karsinogenesis…………………………………………….. 4 2 Proses metastasis melalui pembuluh darah……………………………... 10 3 Siklus sel………………………………………………………………… 11 4 Proses pembelahan sel…………………………………………………... 12 5 Anjing Golden Retriever………………………………………………... 14 6 A Hati: Massa tumor pada hati…………………………………………….. 20 B Paru-paru: Massa tumor pada paru-paru………………………………… 20 7 Gambaran histopatologis sel tumor leiomiosarkoma…………………… 22

Page 11: LEIOMIOSARKOMA

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Analisa Sidik Ragam ANOVA……………………………………………… 30 2 Rataan Hitung dan Standar Deviasi…………………………………………. 31 3 Uji Wilayah Berganda Duncan…………………………………………….... 32

]

Page 12: LEIOMIOSARKOMA

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Anjing merupakan hewan yang banyak disukai untuk dijadikan hewan

kesayangan karena kecerdasannya, sifatnya yang setia, serta kemampuannya

untuk berkomunikasi dengan pemiliknya. Salah satu ras anjing yang diminati

sebagai hewan kesayangan adalah Golden Retriever. Penyakit yang paling

mematikan bagi ras ini adalah tumor ganas atau kanker.

Tumor atau neoplasma merupakan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol

serta bersifat merugikan bagi penderitanya. Tumor merupakan penyakit yang

berbahaya dan dapat menyebabkan kematian bagi penderitanya karena

pertumbuhannya yang terus-menerus dan bersaing dengan sel normal dalam

memperoleh nutrisi sehingga lambat laun jaringan normal akan mengalami

kematian. Leiomiosarkoma merupakan tumor ganas yang berasal dari otot polos.

Tumor jenis ini merupakan tumor yang paling sering ditemukan pada anjing.

Penentuan derajat keganasan tumor sangat penting karena berguna untuk

perencanaan pengobatan dan petunjuk prognosis. Penentuan derajat keganasan

tumor dapat dilakukan secara makroskopis (staging) maupun mikroskopis

(grading). Derajat keganasan tumor secara makroskopis tergantung pada ukuran

tumor primer, keterlibatan kelenjar getah bening, dan penyebaran tumor pada

tubuh penderita. Grade suatu tumor ditentukan oleh derajat diferensiasi dan

indeks mitotik sel tumor.

Pada beberapa jenis tumor terutama tumor jenis sarkoma, grade pada tumor

sangat berhubungan dengan kemampuannya bermetastasis. Oleh sebab itu, grade

pada tumor disebut juga potensial metastatik. Potensial metastatik adalah

kemungkinan suatu tumor berkembang menjadi tumor yang ganas serta menyebar

ke berbagai organ dan dapat ditentukan dengan menghitung indeks mitotik pada

sel tumor. Tinggi rendahnya indeks mitotik merupakan indikator penting yang

menentukan keganasan suatu kejadian tumor (Francken et al. 2003).

Page 13: LEIOMIOSARKOMA

Tujuan

Studi kasus ini bertujuan untuk mengevaluasi indeks mitotik pada sel tumor

leiomiosarkoma pada anjing Golden Retriever yang ditemukan pada organ hati,

paru-paru, jantung, ginjal dan m. intercostalis sebagai indikator dari potensial

metastatik.

2

Page 14: LEIOMIOSARKOMA

TINJAUAN PUSTAKA

Tumor

Tumor atau neoplasma adalah pertumbuhan sel yang berproliferasi tanpa

terkontrol, memiliki kecenderungan untuk mengganggu sel yang normal, tidak

memiliki struktur yang teratur, dan tidak memiliki fungsi (Smith & Jones 1961).

Pertumbuhan tumor akan menimbulkan beberapa efek pada penderita. Massa

tumor yang tumbuh akan menyebabkan penekanan pada jaringan di sekitarnya,

seperti pembuluh darah, saluran viseral, dan syaraf. Penekanan pada pembuluh

darah dan saluran viseral akan menyebabkan penyumbatan yang berlanjut dengan

edema, iskhemia dan nekrosa. Penekanan pada syaraf akan mengakibatkan rasa

sakit pada penderita. Pada umumnya, penderita tumor ganas mengalami kaheksia,

kelemahan, dan anemia. Hal tersebut disebabkan oleh persaingan antara sel

normal dengan sel tumor dalam mendapatkan suplai darah dan nutrisi (Tjarta

2002). Faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya tumor adalah

imunosupresi, keturunan, kelainan genetik, defek kongenital, terkena penyakit

infeksi yang menginduksi terjadinya tumor, dan ma kanan yang mengandung zat

karsinogenik (Sax 1981).

Karsinogenesis

Agen penyebab tumor disebut karsinogen. Menurut Underwood (1992),

karsinogen dapat dikelompokkan menjadi karsinogen kimia (vinyl klorida, obat-

obatan kemoterapi), virus onkogenik (hepatitis B, virus papilloma), radiasi

(ultraviolet, x ray), dan agen biologis (aflatoxin, hormon, parasit). Tahap-tahap

pembentukan tumor (karsinogenesis) adalah inisiasi, promosi, dan progresi.

Page 15: LEIOMIOSARKOMA

KARSINOGENESIS

Detoksifikasi Karsinogen Metabolisme Ekskresi Metabolit

Perbaikan ADN INISIASI Sel normal Berikatan dengan ADN Apoptosis Kerusakan ADN permanen PROMOSI Proliferasi sel Mutasi tambahan, Proliferasi sel PROGRESI Tumor ganas

Gambar 1 Diagram alir karsinogenesis

(Diadaptasi dari Tjarta 2002)

Seperti pada Gambar 1, tahap inisiasi dimulai dari paparan karsinogen

terhadap sel normal sehingga berubah menjadi sel dengan kerusakan Asam

Deoksiribonukleat (ADN) permanen. Promosi adalah tahap proliferasi sel yang

berlebihan. Sel-sel tumor yang tumbuh memiliki ketidakstabilan genetik sehingga

mudah untuk mengalami mutasi tambahan yang menyebabkan heterogenitas

tumor. Hal tersebut dinamakan progresi.

Klasifikasi Tumor

Menurut sifat pertumbuhannya, tumor terbagi atas dua macam, yaitu tumor

jinak (benign) dan tumor ganas (malignant). Perbedaan antara tumor jinak dan

tumor ganas disajikan pada Tabel 1.

4

Page 16: LEIOMIOSARKOMA

Tabel 1 Perbedaan sifat antara tumor jinak dan tumor ganas

Karakteristik Tumor jinak Tumor ganas

Metastasis Tidak ada Biasanya ada

Sifat pertumbuhan Ekspansif Infiltratif

Laju pertumbuhan Lambat Cepat

Diferensiasi sel Baik Buruk

Batasan dengan jaringan Jelas Tidak jelas

sekitar

Sumber: Spector & Spector (1993)

Tidak semua tumor ganas dapat membentuk metastasis, namun semua tumor

yang membentuk metastasis adalah tumor yang ganas (Dunstan 1998). Tumor

jinak memiliki sifat pertumbuhan yang ekspansif, yaitu mendesak jaringan sehat

di sekitarnya dan memiliki kapsula yang membatasi antara jaringan tumor dengan

jaringan yang sehat. Sebaliknya, tumor ganas memiliki pertumbuhan yang

infiltratif, yaitu tumbuh bercabang-cabang ke dalam jaringan sehat di sekitarnya

menyerupai jari-jari kepiting sehingga seringkali disebut kanker (cancer). Tumor

jinak akan memiliki morfologi sel yang mirip dengan jaringan asalnya. Tumor

ganas memiliki laju pertumbuhan yang cepat sehingga ukuran massa tumor cepat

membesar dan apabila dilihat secara mikroskopis banyak ditemukan figur mitotik

(Spector & Spector 1993).

Tatanama pada tumor disusun berdasarkan asal jaringan serta keganasan

tumor tersebut. Jaringan asal tumor terbagi atas jaringan mesenkim dan jaringan

epitel. Jaringan mesenkim meliputi jaringan ikat, otot bergaris melintang, otot

polos, sel-sel darah, sel endotel, meningen, synovium, dan mesothelium. Jaringan

epitel termasuk epitel pada kulit, saluran pernapasan, saluran pencernaan, saluran

kemih, saluran reproduksi, kelenjar, dan sel yang berasal dari neuroektoderm

seperti melanosit. Tumor yang berasal dari jaringan mesenkim diberi akhiran –

oma apabila jinak, dan –sarkoma apabila ganas. Tumor jinak yang berasal dari

jaringan epitel diberi akhiran –papiloma, sedangkan akhiran -karsinoma diberikan

apabila tumor tersebut ganas. Tumor yang terdapat pada kelenjar diberi akhiran –

adenoma jika jinak dan –adenokarsinoma jika ganas (Cullen et al. 2002).

5

Page 17: LEIOMIOSARKOMA

Proses Penyebaran Tumor

Spector dan Spector (1993) menjelaskan bahwa tumor dapat bermetastasis

dengan tiga cara, yaitu melalui pembuluh limfatik, pembuluh darah, dan

transplantasi langsung (transcoelomic). Tiga faktor penting yang menentukan

kecenderungan penyebaran sekunder tumor adalah sifat sel tumor itu sendiri, daya

tahan hospes, dan kerentanan organ terhadap sel tumor.

Penyebaran tumor melalui pembuluh limfatik disebut juga penyebaran

limfogen. Pembuluh limfatik memiliki membrana basalis yang tipis sehingga

mudah untuk ditembus oleh sel tumor (Cullen et al. 2002). Sel tumor yang telah

menembus pembuluh limfe diangkut oleh cairan getah bening sebagai embolus,

kemudian sel tumor tersebut akan tersangkut pada kelenjar getah bening regional.

Biasanya, tumor yang menyebar melalui pembuluh limfatik adalah tumor jenis

karsinoma (Tjarta 2002).

Tumor jenis sarkoma biasanya menyebar melalui pembuluh darah karena

sel-sel tersebut biasanya memiliki laju proliferasi sel yang tinggi dan memiliki

adhesi yang rendah satu sama lain. Mula-mula, tumor primer akan menyebar

melalui vena cava atau vena porta. Sel tumor akan terperangkap dalam pembuluh

kapiler pertama yang dilaluinya. Filter kapiler pertama pada drainase vena cava

adalah paru-paru, sedangkan hati adalah daerah mikrovaskuler pertama yang

menerima darah dari vena porta. Dari daerah tersebut, tumor dapat menyebar ke

pembuluh darah lainnya (Cullen et al. 2002).

Penyebaran sel tumor melalui transplantasi langsung biasanya terjadi pada

tumor yang terletak pada rongga serosa seperti rongga perut dan rongga pleura.

Contohnya pada tumor ganas lambung, sel-selnya akan menembus serosa. Gaya

berat akan menyebabkan sel tumor jatuh ke dalam rongga pelvis, kemudian sel

tumor akan menempel pada serosa ovarium atau rektum dan membentuk

metastasis (Tjarta 2002).

Derajat Keganasan Tumor

Menurut Tjarta (2002), derajat keganasan tumor dapat ditentukan dengan

dua cara yaitu secara makroskopis (staging) dan mikroskopis (grading).

Penentuan derajat keganasan tumor secara makroskopis yang umum digunakan

adalah berdasarkan sistem Tumor-Nodus-Metastasis (TNM). T menunjukkan

6

Page 18: LEIOMIOSARKOMA

ukuran dari tumor primer, N adalah keterlibatan kelenjar getah bening, dan M

berarti metastasis. Cullen et al. (2002) menjelaskan bahwa sistem TNM pada

hewan digunakan berdasarkan sistem yang dikembangkan oleh World Health

Organization (WHO).

Tabel 2 Penentuan derajat keganasan tumor pada hewan berdasarkan sistem

TNM

Faktor Keterangan

To Tidak ada tumor

T1 Tumor berdiameter < 1 cm, tidak

invasif.

T2 Tumor berdiameter 1-3 cm, invasi

secara lokal.

T3 Tumor memiliki diameter > 3cm dan

menginvasi jaringan sekitarnya.

No Limfonodus regional membesar.

N1 Limfonodus pada jaringan sekitar

membesar.

N2 Limfonodus yang terlibat berada di

luar daerah tumor primer

Mo Tidak ada metastasis

M1 Ada metastasis di dekat tumor primer

M2 Metastasis ke tempat yang jauh

Sumber: Cullen et al. (2002)

Tumor primer diklasifikasikan menjadi T1 hingga T4, sesuai peningkatan

ukurannya. Ketika tidak ada limfonodus yang terlibat, maka dinyatakan sebagai

No. Keterlibatan limfonodus yang progresif dilaporkan sebagai N1 sampai N2.

Adanya metastasis dilaporkan dengan skala M1 atau M2. Apabila tidak terdapat

metastasis, maka dilaporkan sebagai Mo.

Penentuan derajat keganasan tumor secara mikroskopis dinamakan grading.

Pada tumor jenis sarkoma, grade tumor sangat berhubungan dengan

kemampuannya bermetastasis, sehingga grade tumor jenis ini disebut juga

7

Page 19: LEIOMIOSARKOMA

potensial metastatik. Setiap tumor terdiri atas subklonal sel tumor yang memiliki

potensial metastatik yang berbeda (Tjarta 2002). Potensial metastatik dapat

ditentukan melalui pengukuran laju proliferasi sel. Salah satu cara untuk

mengetahui laju proliferasi sel adalah dengan menghitung indeks mitotik. Indeks

mitotik pada sel tumor tergantung dari karakteristik sel tumor itu sendiri, seperti

panjang siklus sel, daya tahan sel, dan lama hidup sel. Indeks mitotik pada

umumnya ditentukan menggunakan metode penghitungan figur mitotik pada

perbesaran objektif 10 atau 40x dan menetapkan rataan hitungnya (Cullen et al.

2002). Pewarnaan untuk penghitungan figur mitotik dapat menggunakan

Hematoksilin Eosin atau imunohistokimia seperti PCNA (Proliferating Cell

Nuclear Antigen) dan Ki-67 (Handharyani et al. 1999). Menurut Romansik et al.

(2007), indeks mitotik merupakan perbandingan antara jumlah sel yang sedang

melakukan pembelahan dan jumlah sel secara keseluruhan. Francken et al. (2003)

menjelaskan bahwa tinggi rendahnya indeks mitotik merupakan indikator penting

yang menentukan keganasan suatu kejadian tumor dan berguna untuk menentukan

prognosa terhadap pasien. Penentuan indeks mitotik suatu tumor juga bermanfaat

untuk pengobatan karena sel-sel yang sedang melakukan pembelahan sangat

sensitif terhadap obat-obatan antitumor dan penyinaran (Kintzios 2004).

Pendekatan Diagnosis Tumor pada Hewan

Pendekatan diagnosis tumor dapat diperoleh melalui pemeriksaan klinis

maupun laboratoris. Beberapa gambaran klinis yang menunjukkan kecurigaan

diagnosis tumor ganas adalah badan lemah, anoreksi, dan berat badan turun.

Anamnese merupakan langkah awal penentuan diagnosis, hal ini meliputi riwayat

penyakit yang pernah diderita, jenis makanan yang diberikan, serta paparan bahan

kimia pada hewan. Pemeriksaan klinis yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan

fisik, radiologik, dan endoskopi. Pemeriksaan laboratoris dilakukan dengan

pemeriksaan preparat dengan bahan yang diperoleh dari biopsi untuk menentukan

jenis dan sifat keganasan tumor. Pengujian biokimia tidak dapat digunakan untuk

mendiagnosa tumor, namun dapat membantu dalam ketepatan pengobatan (Tjarta

2002).

8

Page 20: LEIOMIOSARKOMA

Pengobatan Tumor pada Hewan

Menurut Martin (1989), pengobatan tumor pada hewan kecil biasanya

dilakukan dengan pembedahan yang dikombinasikan dengan kemoterapi. Obat-

obatan kemoterapi diantaranya adalah:

• Antimetabolit. Obat ini mengganggu sintesis DNA sel.

• Pengalkilasi. Sifatnya radiomimetik dan menyerang tahap sintesis DNA

saat interfase. Contohnya adalah nitrogen mustard.

• Hormon, khususnya untuk tumor yang pertumbuhannya disebabkan oleh

faktor hormonal seperti tumor pada prostat atau pada payudara.

• Antibiotik antitumor, contohnya Doxorubicin.

Radioterapi jarang dilakukan pada hewan karena harganya mahal. Selain itu,

tumor yang bermetastasis secara luas tidak efektif jika diberikan terapi jenis ini

(Thornburg 2000).

Leiomiosarkoma

Leiomiosarkoma merupakan tumor ganas yang berasal dari otot polos.

Tumor primer dari jenis ini biasanya dapat ditemukan pada uterus, hati, limpa,

sekum, usus halus, lambung, vesika urinaria, serta jaringan lunak lainnya pada

hewan domestik (Wang et al. 2005). Menurut Cullen et al.(2002), leiomiosarkoma

merupakan kasus tumor yang paling sering terjadi pada anjing, terutama yang

berumur di atas 6 tahun. Secara makroskopis, massa tumor berwarna putih

kekuningan sampai merah muda, memiliki konsistensi kenyal, dan tidak

berkapsul.

Tumor jenis ini biasanya menyebar melalui pembuluh darah karena

memiliki ikatan antar sel yang lemah. Proses metastasis melalui pembuluh darah

dibagi atas beberapa tahap, yaitu invasi matriks ekstraseluler, penyebaran

vaskuler, ekstravasasi sel tumor, serta pertumbuhan dan perkembangan sel tumor

yang menetap pada suatu bagian tubuh. Matriks ekstraseluler pada tubuh hewan

terdiri dari membrana basalis dan jaringan ikat interstisial. Mula-mula sel tumor

melepaskan diri dari tumor primer, kemudian, sel tumor akan melekat pada

membrana basalis dan atau jaringan ikat interstisial. Untuk menghancurkan

membrana basalis dan jaringan ikat interstisial, sel tumor akan mensekresikan

enzim proteolitik, kemudian sel tumor akan masuk ke dalam aliran darah yang

9

Page 21: LEIOMIOSARKOMA

bersirkulasi. Sel tumor cenderung berkelompok di dalam aliran darah, baik

dengan sel tumor yang lain maupun dengan platelet untuk menghindari sistem

kekebalan tubuh penderita. Ekstravasasi akan dimulai dengan perlekatan sel tumor

dengan sel endotel yang diikuti dengan penembusan membrana basalis sel endotel

dan jaringan ikat interstisial, sama dengan proses invasi. Tempat sel membentuk

tumor sekunder dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah organ

tempat tumbuhnya tumor primer dan drainase vaskuler pada organ tersebut,

molekul adhesi pada sel tumor, serta reseptor pada endotel pembuluh darah

(Tjarta 2002).

Gambar 2 Proses metastasis melalui pembuluh darah (Anonim 2007b)

Mitosis

Mitosis adalah pembelahan suatu sel menjadi dua buah sel yang identik dan

terjadi pada sel-sel somatik. Kesalahan pada proses mitosis dapat berbahaya bagi

makhluk hidup karena berpotensi menyebabkan kecacatan apabila terjadi pada

saat pembelahan zigot, serta kelainan ataupun mutasi genetik yang dapat

mengarah pada tumor. Mitosis adalah pembelahan sel yang menghasilkan susunan

kromosom sel anak tetap sama dengan induknya. Mitosis terbagi atas tahap

persiapan (interfase) dan tahap pembelahan (Yatim 1991).

Tahap persiapan sel membutuhkan waktu sekitar 23 jam, terdiri atas tahap

G1, S, dan G2. Pada tahap G1 terjadi sintesa Asam Ribonukleat (ARN) dan

protein. Tahap S meliputi replikasi ADN yang akan membentuk sepasang

10

Page 22: LEIOMIOSARKOMA

kromatin anak yang memiliki rangkap dua untuk persiapan pembelahan inti,

sedangkan tahap G2 merupakan persiapan pembelahan sitoplasma.

Gambar 3 Siklus sel (Anonim 2007c)

Tahap pembelahan sel atau mitosis hanya memerlukan waktu 30 menit

sampai dengan 1 jam yang terdiri atas kariokinesis dan sitokinesis. Kariokinesis

adalah tahap pembentukan inti sel dan substansinya, sedangkan sitokinesis adalah

pembentukan sitoplasma untuk sel yang baru. Kariokinesis terdiri atas profase,

metafase, anafase, dan telofase (Hopson & Wessells 1990).

Pada saat tahap persiapan, kromatin inti telah memiliki rangkap dua.

Memasuki tahap profase, pilinan ADN pasangan kromatin inti akan memadat dan

menjadi bentuk yang lebih pendek dan tebal yang disebut kromosom. Kromosom

yang memiliki rangkap dua disebut kromatid. Nukleolus membesar, kemudian

pecah. Sentrosom merenggang dan pergi ke kutub yang bersebrangan, kemudian

membentuk serat mikrotubul dan mikrofilamen yang disebut gelendong.

Kromosom menggantung pada sentromernya melalui serat mikrotubul gelendong.

Pada sel hewan yang sedang membelah, di sekeliling sentrosom juga ada

mikrotubul dan mikrofilamen pendek yang bersusun radial sehingga tampak

seperti bintang. Oleh karena itu, sel hewan yang sedang membelah disebut

bintang kutub. Pada tahap metafase, kromosom bergerak ke suatu bidang khayal

yang membagi badan sel menjadi dua bagian yang sama besar. Bidang khayal

11

Page 23: LEIOMIOSARKOMA

tersebut dinamakan ekuator. Sentromer dari tiap kromosom membelah menjadi

dua bagian pada tahap anafase, kemudian kromatid dari kromosom yang sama

berpisah dan pergi ke kutub yang bersebrangan. Kemudian, tahap pembelahan sel

memasuki telofase. Kromosom mengalami pelonggaran pilinan ADN sehingga

bentuknya kembali menjadi panjang dan halus. Serat gelendong menghilang,

disusul oleh terbentuknya selaput inti di sekeliling kromosom. Sitokinesis adalah

pembentukan sitoplasma untuk inti yang baru. Bahan-bahan yang digunakan pada

tahap ini adalah bahan-bahan yang disintesis pada tahapan G1 dan G2 (Yatim

1991).

Gambar 4 Proses pembelahan sel (Anonim 2007c)

Pada sel tumor, kontrol mitosis berkurang atau hilang sama sekali. Lama

siklus sel pada sel tumor pada umumnya sama dengan sel normal, namun proporsi

sel yang aktif melakukan pembelahan lebih tinggi daripada sel normal dengan

jenis yang sama. Selain itu, jarak antar siklus sel tumor biasanya lebih pendek

daripada sel normal sehingga laju proliferasi selnya lebih tinggi. Sel tumor juga

biasanya memiliki umur yang lebih panjang daripada sel normal, sehingga sel

tumor terakumulasi dan menyebabkan massa tumor semakin besar (Hopson &

Wessels 1990).

12

Page 24: LEIOMIOSARKOMA

Anjing

Anjing merupakan hewan peliharaan yang memiliki hubungan paling dekat

dengan manusia. Kedekatan hubungan ini disebabkan oleh sifatnya yang setia dan

tingkat kecerdasannya yang rata-rata lebih tinggi dibandingkan hewan yang lain

sehingga dapat dilatih untuk membantu manusia (Prajanto & Andoko 2004).

Klasifikasi Anjing

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Kelas : Mamalia

Ordo : Carnivora

Famili : Canidae

Genus : Canis

Spesies : Canis lupus

Subspesies : Canis lupus familiaris

(Linnaeus 1758 dalam Anonim 2007d)

Anjing Golden Retriever

Anjing Golden Retriever merupakan campuran Tweed Water Spaniel yang

sekarang telah punah dan Yellow Retriever. Anjing jenis ini mudah dikenali

karena warna krem hingga keemasan pada rambutnya. Golden Retriever memiliki

rambut tebal yang lurus atau bergelombang dan tahan air. Pada awalnya, ras ini

dibiakkan untuk teman berburu burung atau unggas liar lainnya. Ketika buruan

tertembak dan jatuh, anjing ini akan mengambil dan menyerahkannya kepada

tuannya secara utuh. Kemampuan inilah yang menyebabkan ras ini disebut

Retriever. Golden Retriever jantan memiliki tinggi badan sekitar 23 – 24 inci dan

berat badan sekitar 29.5 – 34 kg, sedangkan betina memiliki tinggi badan sekitar

21.5 – 22.5 inci dan berat badan sekitar 25 – 29.5 kg (Larkin & Stockman 2001).

Golden Retriever digolongkan ke dalam anjing pemburu oleh Federation

Cynologique Internationale (FCI) Brussel, dan sebagai anjing sport oleh

American Kennel Club (AKC). Anjing ini memiliki stamina, daya tahan, dan

kekuatan yang tinggi sehingga biasa dijadikan kawan pemburu, khusus untuk

13

Page 25: LEIOMIOSARKOMA

menangkap burung. Anjing jenis ini tidak cocok dijadikan sebagai anjing penjaga

(Untung 1991).

Golden Retriever termasuk ras yang sangat populer karena sifatnya yang

bersahabat dan jinak sehingga aman sebagai tema n bermain anak-anak Selain itu,

Golden Retriever juga mudah bergaul dengan manusia maupun hewan lain di

sekitarnya. Sifat-sifat tersebut menjadikan Golden Retriever banyak dipilih

sebagai anjing peliharaan kesayangan keluarga. Anjing jenis ini merupakan anjing

yang dapat dilatih sehingga sering digunakan sebagai anjing penuntun bagi tuna

netra, anjing pelacak, dan pencari jejak (Sayer 1994). Menurut Anonim 2007a,

penyakit yang sering terjadi pada ras ini diantaranya adalah:

• Kanker, yang paling sering terjadi adalah hemangiosarkoma,

limfosarkoma, dan osteosarkoma.

• Hip displasia.

• Penyakit jantung, khususnya cardiomyopathy dan stenosis katup jantung.

• Penyakit pada persendian, terutama luxatio pattela.

• Hemofilia

Gambar 5 Anjing Golden Retriever (Anonim 2007a)

14

Page 26: LEIOMIOSARKOMA

MATERI DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Studi kasus ini dilakukan pada bulan Agustus 2006 sampai dengan Juni

2007 di Bagian Patologi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas

Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Materi Penelitian

Sampel Organ

Bahan yang diperiksa berasal dari satu ekor anjing ras Golden Retriever

betina berumur 3,5 tahun. Atas usulan dari pemilik hewan dan dengan

pertimbangan dokter hewan, dilakukan tindakan euthanasia karena kondisi hewan

semakin buruk. Hasil pemeriksaan fisik sebelumnya menunjukkan bahwa anjing

tersebut memiliki keadaan umum kurus, turgor buruk, anus kotor, mukosa anemis,

dan terdapat massa yang dapat diraba di antara tulang rusuk. Hasil pemeriksaan

radiografi menunjukkan kebengkakan hati, apex jantung tumpul, dan ditemukan

massa pada paru-paru.

Bahan dan Alat

Alat-alat yang digunakan adalah gelas objek, rak gelas objek, gelas penutup,

cetakan blok parafin, pinset, tissue processor, mikrotom, inkubator, mikroskop

cahaya, dan fotomikroskop.

Bahan-bahan yang digunakan adalah larutan buffer formalin 10%, alkohol

dengan konsentrasi bertingkat (70%, 80%, 90%, 95% dan alkohol absolut), xilol,

litium karbonat, pewarna Hematoksilin Mayer, pewarna Eosin, paraffin histoplast,

dan Canada Balsem.

Metode Penelitian

Metode yang dilakukan dalam studi kasus ini adalah teknik patologi anatomi

yaitu dengan melakukan nekropsi pada kadaver hewan yang dilanjutkan dengan

teknik histopatologi, yaitu dengan cara membuat preparat histopatologi dengan

pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE).

Page 27: LEIOMIOSARKOMA

a. Nekropsi Hewan

Tatacara nekropsi dilakukan pada hewan, kemudian dilanjutkan

pemeriksaan pada organ-organ tubuh hewan. Pada rongga perut terjadi ascites.

Pada subkutan ditemukan massa tumor multinodular dengan warna putih dan

konsistensi firm dengan lokasi menempel pada pertengahan rusuk ke-3 sampai ru-

suk ke-13 di sebelah kanan. Pada hati ditemukan massa tumor pada lobus lateralis

dextra dengan ukuran 17x15x12 cm, multinodular, putih, konsistensi firm dengan

nekrosis dan daerah-daerah yang mengalami pendarahan, sebagian besar jaringan

hati digantikan oleh massa tumor. Limpa mengalami kongesti. Pada ginjal

ditemukan lesio metastatik bilateral. Pada paru-paru ditemukan metastasis pada

lobus diafragmatika sinistra dengan ukuran 9x9x9 cm, sedangkan pada lobus lain

ditemukan sekitar 100 nodul kecil. Pada jantung ditemukan dilatasi ventrikel

bilateral, degenerasi serabut otot jantung, massa tumor multinodular ditemukan

pada septa antar ventrikel dan nodul-nodul kecil pada valvula bikuspidalis dan

trikuspidalis. Saluran pencernaan anemis, sepanjang usus mengalami peradangan

kattharalis dan pendarahan.

b. Pembuatan Preparat Histopatologi

Pembuatan preparat histopatologi dibuat dengan tahapan fiksasi jaringan,

penipisan jaringan, dehidrasi, penjernihan (clearing), pencetakan (embedding),

pengirisan (sectioning), pewarnaan (staining), dan penutupan jaringan dengan

gelas penutup (mounting).

Dehidrasi adalah suatu proses penarikan air dari jaringan dan mencegah

terjadinya pengerutan sampel yang diuji. Sampel jaringan didehidrasi dalam

alkohol bertingkat (alkohol 70%, 80%, 90%, 95%, alkohol absolut I dan II), xilol

(I dan II), dan parafin (I dan II) dengan menggunakan tissue processor. Proses ini

dilakukan pada masing-masing cairan selama 2 jam.

Penjernihan yaitu proses pengangkatan sisa-sisa alkohol pada jaringan agar

parafin dapat berpeneterasi dengan baik ke dalam jaringan. Zat yang digunakan

dalam proses ini adalah xilol.

Pencetakan adalah suatu proses pembuatan blok parafin. Proses ini

dikerjakan di dekat sumber panas dengan alat-alat yang telah dihangatkan terlebih

dahulu untuk mencegah pembekuan parafin sebelum proses selesai. Zat yang

16

Page 28: LEIOMIOSARKOMA

digunakan adalah paraffin histoplast yang memiliki titik cair 56o-57oC. Irisan

sampel jaringan direndam dalam parafin cair selama 2 jam. Cetakan diisi dengan

parafin cair, kemudian jaringan diletakkan di dalamnya dengan menggunakan

pinset. Blok parafin yang sudah setengah beku diberi label untuk memudahkan

identifikasi jaringan. Tahap selanjutnya adalah pendinginan blok parafin pada

suhu 4-5oC, setelah itu blok parafin dilepaskan dari cetakannya. Blok parafin siap

untuk dipotong menggunakan mikrotom.

Pengirisan adalah tahap pemotongan jaringan menggunakan alat mikrotom.

yang terdiri dari tahap pemotongan kasar dan tahap pemotongan halus. Kemudian,

potongan jaringan ditempatkan pada gelas objek dan dimasukkan ke inkubator

dengan suhu 37º C selama 24 jam sampai jaringan melekat sempurna.

Preparat ini diwarnai dengan pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE). Pertama-

tama, preparat dideparafinisasi dengan dicelupkan secara bertahap ke dalam

larutan xilol I dan xilol II masing-masing selama 2 menit. Preparat dicelupkan ke

dalam alkohol absolut selama 2 menit, kemudian dicelupkan ke dalam alkohol

95%, 90%, dan 80% masing-masing selama 1 menit. Setelah itu preparat dicuci

dengan air mengalir selama 1 menit. Pewarnaan Hematoksilin Mayer dilakukan

dengan merendam preparat di dalam larutan Hematoksilin Mayer selama 8 menit,

kemudian dicuci pada air yang mengalir selama 30 detik. Setelah itu, preparat

dicelupkan ke dalam litium karbonat selama 30 detik dan dicuci kembali dengan

air yang mengalir selama 2 menit. Untuk pewarnaan Eosin, preparat direndam di

dalam larutan Eosin selama dua hingga tiga menit, kemudian dicuci dengan air

yang mengalir selama 30 detik. Proses berikutnya, preparat dicelupkan masing-

masing sebanyak 10 celupan ke dalam alkohol 95% dan alkohol absolut (I dan II).

Kemudian, dilakukan perendaman secara bertahap dalam alkohol absolut dan xilol

I, masing-masing selama 1 menit, kemudian xilol II selama 2 menit.

Penutupan jaringan dilakukan dengan cara menempatkan gelas objek pada

kertas tisu pada tempat yang datar, kemudian ditetesi dengan bahan perekat, yaitu

Canada Balsem yang telah diencerkan dengan xilol. Setelah itu, jaringan ditutup

dengan gelas penutup secara hati-hati untuk mencegah terbentuknya gelembung

udara.

17

Page 29: LEIOMIOSARKOMA

c. Pengamatan Preparat Histopatologi

Pengamatan preparat histopatologi dilakukan di bawah mikroskop cahaya

dengan perbesaran objektif 4x dan 10x untuk mengetahui letak tumor pada

jaringan, kemudian pada perbesaran 40x dilakukan penghitungan figur mitotik sel

tumor pada 20 lapang pandang yang dipilih secara acak.

d. Analisis Statistik

Indeks mitotik ditentukan dengan menentukan rataan hitung dari figur

mitotik pada masing-masing organ. Kemudian, standar deviasi ditentukan dengan

rumus:

S² = ? (xi -µ )² n-1

Keterangan

S : Standar deviasi µ: Indeks mitotik

xi: Jumlah figur mitotik pada satu

lapang pandang pada suatu organ

n: Jumlah lapang pandang

Sumber: Sudjana (2001)

Untuk membandingkan laju proliferasi sel tumor, dilakukan analisa sidik ragam

ANOVA dengan hipotesis sebagai berikut :

Ho: µ hati = µ paru-paru= µ jantung = µ m.intercostalis= µ ginjal

H1: µ pada organ hati, paru-paru, jantung, m.intercostalis dan ginjal tidak

seluruhnya sama

Keterangan:

µ: indeks mitotik

18

Page 30: LEIOMIOSARKOMA

Dari hasil analisa sidik ragam ANOVA, didapatkan hasil bahwa jumlah

indeks mitotik pada organ hati, paru-paru, jantung, ginjal dan m. intercostalis

tidak seluruhnya sama (P<0,05). Oleh karena itu, untuk membandingkan indeks

mitotik pada masing-masing organ, uji statistik ini dilanjutkan dengan Uji

Wilayah Berganda Duncan.

19

Page 31: LEIOMIOSARKOMA

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tumor jenis leiomiosarkoma biasanya menyebar melalui pembuluh darah

karena memiliki ikatan antar sel yang lemah. Pertumbuhan sel tumor pada suatu

organ dipengaruhi oleh kecepatan aliran darah pada organ tersebut, ketebalan

dinding pembuluh darah, dan derajat kesesuaian antara molekul adhesi pada

permukaan sel tumor dan reseptor pada permukaan endotel pembuluh darah

(Cheville 1994).

Sel tumor akan lebih mudah untuk bermetastasis pada organ dengan

pembuluh darah yang tipis dengan ukuran kecil serta aliran darah yang lambat

sehingga memungkinkan sel tumor menempel pada endotel pembuluh darah.

Organ anjing yang terkena tumor adalah hati, paru-paru, jantung, ginjal, dan m.

intercostalis. Sebagian besar jaringan hati digantikan oleh massa tumor sehingga

terdapat penurunan fungsi hati. Gangguan sintesis protein menyebabkan

rendahnya kadar protein dalam darah (hipoproteinemia) sehingga daya ikat air

oleh protein plasma menurun dan cairan plasma merembes ke dalam ruang

interstisium. Selain itu, massa tumor menyebabkan aliran darah portal terhambat

dan menyebabkan kongesti dan edema. Kedua hal tersebut menyebabkan

terkumpulnya cairan pada rongga perut yang disebut ascites. Perubahan patologi

anatomis pada organ anjing yang terkena tumor disajikan pada Tabel 3.

Gambar 6 Hati: Massa tumor pada hati (A); Paru-paru: Massa tumor pada paru-paru (B)

Bar = 2cm

A B

Page 32: LEIOMIOSARKOMA

Tabel 3 Perubahan patologi anatomis organ anjing yang terkena tumor

leiomiosarkoma Lokasi Perubahan patologi anatomis

Hati Ditemukan massa tumor berukuran 17x15x12 cm pada

lobus lateralis dextra dengan konsistensi firm,

multinodular, berwarna putih dengan nekrosis dan daerah-

daerah yang mengalami pendarahan. Sebagian besar

jaringan hati digantikan oleh massa tumor.

Paru-paru Massa tumor terbesar ditemukan pada lobus diafragmatika

sinistra dengan ukuran 9x9x9 cm. Pada lobus lain

ditemukan sekitar seratus nodul kecil.

Jantung Ditemukan massa tumor multinodular pada septa

antarventrikel dengan ukuran 3 cm dan nodul-nodul kecil

pada valvula bikuspidalis dan trikuspidalis.

M. intercostalis Massa tumor multinodular berwarna putih dengan

konsistensi firm ditemukan menempel pada pertengahan

rusuk ke-3 sampai rusuk ke-13 dengan diameter terbesar 3

cm.

Ginjal Massa tumor multinodular ditemukan pada ginjal kiri.

Massa terbesar berdiameter 5 cm menyebabkan per-

luasan pyelum. Pada ginjal kanan ditemukan massa tumor

sebanyak 3 buah dengan diameter 0,5 cm. Pada bagian

anteriornya terbentuk massa berwarna kemerahan.

Sumber: Laboratorium Patologi FKH IPB

21

Page 33: LEIOMIOSARKOMA

Gambar 7 Gambaran histopatologis sel tumor leiomiosarkoma pada paru-paru disertai figur mitotik (ß). Pewarnaan HE, perbesaran objektif 40x.

Bar = 40µm

Hasil evaluasi secara histopatologis menunjukkan bahwa sel tumor

berbentuk lonjong seperti cerutu, memiliki inti di tengah, ukuran inti dan

sitoplasmanya berbeda-beda (pleomorfik). Sitoplasmanya berwarna kemerahan

dan inti selnya berwarna ungu dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE).

Susunan selnya teratur dan bergelombang (Gambar 7). Figur mitotik adalah sel

dalam keadaan sedang membelah. Pada mikroskop cahaya dengan perbesaran

objektif 40x, figur mitotik memiliki ukuran sel yang lebih besar daripada sel

tumor yang lain. Inti selnya juga lebih besar daripada inti sel tumor yang lain dan

mengambil warna lebih gelap dengan bentuk seperti bintang. Beberapa inti

terlihat sedang melakukan pembelahan.

22

Page 34: LEIOMIOSARKOMA

Tabel 3 Indeks mitotik sel tumor pada organ anjing yang terkena tumor leiomiosarkoma Lokasi Indeks mitotik sel tumor

(sel / lapang pandang)

Hati 6.40 ± 1.729a

Paru-paru 5.10 ± 2.150b

Jantung 4.95 ± 2.481b

M. intercostalis 4.35 ± 1.310b

Ginjal 4.00 ± 1.309b

Keterangan: Indeks mitotik dengan huruf superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan secara

nyata.

Indeks mitotik merupakan perbandingan antara jumlah sel yang sedang

melakukan pembelahan dengan jumlah sel secara keseluruhan dan digunakan

sebagai pengukuran terhadap laju proliferasi sel (Romansik et al. 2007). Nilai

indeks mitotik suatu sel tergantung dari karakteristik sel itu sendiri, seperti

panjang siklus sel, daya tahan sel, dan lama hidup sel. Tabel 3 memperlihatkan

bahwa indeks mi totik sel tumor pada masing-masing organ yang terkena tumor

memiliki nilai yang berbeda-beda. Tumor memiliki ketidakstabilan genetik

sehingga mudah terjadi mutasi dan mengakibatkan heterogenitas karakteristik sel

tumor yang tumbuh pada masing-masing organ (Cullen et al. 2002).

Indeks mitotik sel tumor yang tertinggi (6.40 ± 1.729 sel/lapang pandang)

terdapat pada organ hati dan berbeda secara nyata dengan tumor yang tumbuh

pada paru-paru, jantung, m. intercostalis dan ginjal. Artinya, sel tumor pada hati

memiliki laju proliferasi yang paling tinggi diantara organ yang lainnya. Menurut

Delmann dan Brown (1992), hati merupakan organ yang mendapat suplai zat

makanan langsung dari saluran pencernaan melalui vena porta. Maka, hati

merupakan organ yang sangat rentan terhadap paparan zat-zat karsinogenik yang

masuk melalui saluran pencernaan. Pada hati, terdapat pembuluh darah khusus

yang disebut sinusoid. Sinusoid merupakan pembuluh darah kapiler yang tidak

memiliki membrana basalis. Oleh karena itu, sel tumor dapat dengan mudah

menembusnya. Secara makroskopis, massa tumor terbesar (17 x 15 x 12cm)

23

Page 35: LEIOMIOSARKOMA

terletak pada hati. Tumor dengan ukuran makroskopis terbesar serta memiliki

potensial metastatik tertinggi terdapat pada organ ini, sehingga dapat disimpulkan

bahwa tumor ini berasal dari organ hati.

Indeks mitotik pada organ paru-paru, jantung, m. intercostalis, dan ginjal

tidak berbeda nyata satu sama lain. Oleh sebab itu, laju proliferasi sel tumor pada

organ-organ tersebut relatif sama.

Tumor pada paru-paru yang memiliki ukuran makroskopis yang kedua

terbesar setelah hati (9x9x9 cm). Paru-paru merupakan organ yang sangat

potensial untuk menjadi tempat bermetastasis bagi sel tumor leiomiosarkoma

yang menyebar melalui aliran darah karena paru-paru menerima darah dari

seluruh vena sistemik. Hal tersebut memungkinkan sel tumor terbawa masuk ke

dalam organ ini dalam jumlah besar. Selain itu, laju aliran darah pada paru-paru

cukup lambat sehingga sel tumor dapat dengan mudah untuk menempel pada

endotel pembuluh darah. Pembuluh darah di antara rongga alveolus dengan

ukuran yang sangat kecil tidak terhitung jumlahnya sangat sesuai untuk menjadi

tempat berkumpulnya sel-sel tumor. Menurut Tjarta (2002), penyebaran tumor

melalui pembuluh darah arteri sangat sulit terjadi, kecuali apabila terdapat

metastasis pada paru-paru. Oleh karena itu, apabila ditemukan massa tumor pada

paru-paru maka kemungkinan besar metastatsis telah menyebar ke seluruh tubuh.

Ginjal menerima darah arteri sebanyak 20% dari cardiac output

(Cunningham 1997). Maka, ginjal berpotensi untuk menjadi tempat bermetastasis

tumor yang tumbuh di paru-paru dan menyebar melalui pembuluh darah arteri.

Pada ginjal terdapat jutaan glomerulus yang ukurannya sangat kecil serta

strukturnya yang rumit sehingga memungkinkan sel tumor untuk menempel pada

dindingnya. Pori-pori pada glomerulus memungkinkan sel tumor menyebar pada

organ ini.

Organ jantung sangat jarang menjadi tempat untuk bermetastasis karena

pembuluh darah pada jantung memiliki dinding yang tebal dengan aliran darah

yang deras sehingga sel tumor sulit untuk menempel pada pembuluh darah dan

menembusnya. Pada kasus leiomiosarkoma kali ini ditemukan massa tumor yang

menginfiltrasi otot jantung. Ukuran massa tumor yang terbesar berdiameter 3 cm

dan tidak menyebar luas pada seluruh organ.

24

Page 36: LEIOMIOSARKOMA

M. intercostalis merupakan otot pernapasan. Tumor tumbuh menginfiltrasi

otot ini mulai dari rusuk ke-3 sampai rusuk ke-13. Massa tumor yang tumbuh

pada otot ini terpalpasi ketika dilakukan pemeriksaan fisik.

Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa walaupun memiliki indeks mitotik

yang sama, ukuran makroskopis massa tumor yang terbentuk berbeda-beda.

Perbedaan ukuran massa tumor dengan laju proliferasi sel yang sama dipengaruhi

oleh perbedaan waktu kejadian tumor. Maka urutan kejadian tumor dapat

diperkirakan yaitu tumor berasal dari hati, kemudian bermetastasis pada paru-

paru. Setelah itu, tumor menyebar ke ginjal, kemudian tumor tumbuh di otot

rangka. Organ yang terakhir kali terkena tumor adalah jantung. Faktor lain yang

dapat mempengaruhi perbedaan ukuran massa tumor adalah laju kematian sel

tumor pada masing-masing organ memiliki nilai yang berbeda.

Menurut Handharyani et al. (1999), indeks mitotik yang lebih dari 3 sel per

lapang pandang, merupakan suatu indikator bahwa tumor tersebut adalah tumor

yang ganas. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tumor pada otot polos ini

merupakan tumor ganas.

25

Page 37: LEIOMIOSARKOMA

KESIMPULAN

Kesimpulan

Kajian leiomiosarkoma pada anjing yang yang dievaluasi merupakan

tumor yang ganas karena memiliki indeks mitotik yang lebih dari 3 pada setiap

lapang pandang. Tumor primer ditemukan pada organ hati karena memiliki

ukuran makroskpis yang terbesar serta potensial metastatik yang tertinggi.

Saran

Perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut untuk mengetahui potensial

metastatik pada setiap kejadian awal tumor.

Page 38: LEIOMIOSARKOMA

DAFTAR PUSTAKA

[Anonim]. 2007a. Golden Retriever. www.wikipedia.com/golden_retriever.htm.. [16 Juli 2007]

[Anonim]. 2007b. Invasion and Metastasis. www.wikipedia.com/cancer.htm. [16

Juli 2007] [Anonim]. 2007c. Mitosis. www.wikipedia.com/mitosis.htm. [26 Agustus 2007] [Anonim]. 2007d. Anjing. www.wikipedia.org. [28 Agustus 2007] Cheville NF. 1994. Ultrastructural Pathology. Ed ke-1. Ames: Iowa State

University Press. Cullen JM et al. 2002. An Overview of Cancer Pathogenesis, Diagnosis, and

Management. Didalam: Tumor in Domestic Animals. Ed ke-4. Iowa: Blackwell Publishing Company.

Cunningham JG. 1997. Textbook of Veterinary Physiology. Philadelphia: WB

Saunders Company. Dellmann HD, Brown EM. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner II. Hartono R,

penerjemah ; Ed ke-3. Jakarta : UI Press. Terjemahan dari : Textbook of Veterinary Histology.

Dunstan RW. 1998. Tumor in the Skin and Soft Tissue. Di dalam: Aiello SP,

editor. Merck Veterinary Manual. Ed ke-8. New Jersey: Merck&Co, Inc. Francken AB et al. 2003. The Prognostic Importance of Tumor Mitotic Rate

Confirmed in 1317 Patients With Primary Cutaneous Melanoma and Long Follow-Up. www.annaljournal.com/v_11/htm. [16 Juli 2007]

Goldschmidt MH. 1995. Breed Related Cancers.

www.vet.unpenn.edu/schoolresources/communications/publications/bellwether/43/canine.html. [29 Januari 2007]

Handharyani et al. 1999. Canine Hemangiopericytoma : an Evaluation of

Metastatic Potential. J Vet Diagn Invest 11:474-478.

Hopson JL, Wessells NK. 1990. Essentials of Biology. New York: Mc.Graw-Hill

Inc.

Page 39: LEIOMIOSARKOMA

Kintzios SE. 2004. What do We Know about Cancer and It’s Therapy. Di dalam: Kintzios SE, Barberaki MG, editor. Plants that Fight Cancer. Boca Raton: CRC Press.

Larkin P, Stockman M. 2001. The Ultimate Encyclopedia of Dogs: Dogs Breeds

and Dogs Care. London: Southwater. Martin RJ. 1989. Small Animal Therapeutics. London: Wright. Messick et al. 2001. Abdominal Mass in Dog. Vet Clinical Pathol 30:25-27. Prajanto, Andoko A. 2004. Membuat Anjing Sehat dan Pintar. Jakarta:

Agromedia Pustaka. Romansik EM et al. 2007. Mitotic Index Is Predictive for Survival for Canine

Cutaneous Mast Cell Tumors. Vet Pathol 44:335–341. Sax I. 1981. Cancer Causing Chemicals. New York: Van Nostrand Reinhold. Sayer A. 1994. The Complete Dog. London: Multimedia Publications Ltd. Spector WG, Spector TD. 1993. Pengantar Patologi Umum. Soetjipto et al,

penerjemah; Moelyono MP, editor. Yogyakarta : GM University Press. Sudjana. 2001. Metoda Statistika. Ed ke-6. Bandung: Penerbit Tarsito. Smith HA, Jones TC. 1961. Veterinary Pathology. Philadelphia: Lea & Febiger. Thornburg L. 2000. Treatment of Cancer in Canine. www.caninecancer.net. [29

Januari 2007] Tjarta A. 2002. Neoplasia. Di dalam : Pringgoutomo S, Himawan S, Tjarta A,

editor. Buku Ajar Patologi Umum. Ed ke-1. Jakarta : Sagung Seto. hlm171-238.

Underwood JCE. 1992. General and Systematic Pathology. London: Churchill

Livingstone Inc. Untung, O. 1994. Merawat dan Memelihara Anjing. Jakarta: Penebar Swadaya. Wang, FI et al. 2005. Ephiteloid leiomyosarcoma in the visceral peritoneum in

American badger (Taxidea taxus). J Vet Diagn Invest 17:86-89. Yatim W. 1991. Biologi Modern: Biologi Sel.Bandung: Penerbit Tarsito.

28

Page 40: LEIOMIOSARKOMA
Page 41: LEIOMIOSARKOMA

Lampiran 1 Analisa Sidik Ragam ANOVA

The SAS System The GLM Procedure Dependent Variable: respon

Source DF Sum of Squares

Mean Square

F Value

Pr > F

Model 4 67.7400000 16.9350000 4.30 0.0031

Error 95 374.1000000 3.9378947

Corrected Total

99 441.8400000

R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean

0.153313 40.00833 1.984413 4.960000

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

Organ 4 67.74000000 16.93500000 4.30 0.0031

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

Organ 4 67.74000000 16.93500000 4.30 0.0031

29

Page 42: LEIOMIOSARKOMA

Lampiran 2 Rataan hitung dan standar deviasi

The SAS System The GLM Procedure

Level of perlakuan

N respon

Mean Std Dev

M. intercostalis 20 4.35000000 1.30887658

Ginjal 20 4.00000000 2.05195670

Hati 20 6.40000000 1.72900945

Jantung 20 4.95000000 2.48098028

Paru 20 5.10000000 2.14966338

30

Page 43: LEIOMIOSARKOMA

Lampiran 3. Uji Wilayah Berganda Duncan

The SAS System The GLM Procedure Duncan's Multiple Range Test for mitotic index Note: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 95

Error Mean Square 3.937895

Number of Means 2 3 4 5

Critical Range 1.246 1.311 1.354 1.386

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N perlakuan

A 6.4000 20 Hati

B 5.1000 20 Paru

B

B 4.9500 20 Jantung

B

B 4.3500 20 M. intercostalis

B

B 4.0000 20 Ginjal

31

Page 44: LEIOMIOSARKOMA
Page 45: LEIOMIOSARKOMA
Page 46: LEIOMIOSARKOMA