Legenda Maling Kundang

19
Legenda Maling Kundang Pada suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak laki-laki yang diberi nama Malin Kundang. Karena kondisi keuangan keluarga memprihatinkan, sang ayah memutuskan untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan mengarungi lautan yang luas. Maka tinggallah si Malin dan ibunya di gubug mereka. Seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan bahkan sudah 1 tahun lebih lamanya, ayah Malin tidak juga kembali ke kampung halamannya. Sehingga ibunya harus menggantikan posisi ayah Malin untuk mencari nafkah. Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang.

description

maling kundang

Transcript of Legenda Maling Kundang

Legenda Maling Kundang

Pada suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak laki-laki yang diberi nama Malin Kundang. Karena kondisi keuangan keluarga memprihatinkan, sang ayah memutuskan untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan mengarungi lautan yang luas.Maka tinggallah si Malin dan ibunya di gubug mereka. Seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan bahkan sudah 1 tahun lebih lamanya, ayah Malin tidak juga kembali ke kampung halamannya. Sehingga ibunya harus menggantikan posisi ayah Malin untuk mencari nafkah. Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang.Setelah beranjak dewasa, Malin Kundang merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Ia berpikir untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah menjadi seorang yang kaya raya. Malin tertarik dengan ajakan seorang nakhoda kapal dagang yang dulunya miskin sekarang sudah menjadi seorang yang kaya raya.Malin kundang mengutarakan maksudnya kepada ibunya. Ibunya semula kurang setuju dengan maksud Malin Kundang, tetapi karena Malin terus mendesak, Ibu Malin Kundang akhirnya menyetujuinya walau dengan berat hati. Setelah mempersiapkan bekal dan perlengkapan secukupnya, Malin segera menuju ke dermaga dengan diantar oleh ibunya. Anakku, jika engkau sudah berhasil dan menjadi orang yang berkecukupan, jangan kau lupa dengan ibumu dan kampung halamannu ini, nak, ujar Ibu Malin Kundang sambil berlinang air mata.Kapal yang dinaiki Malin semakin lama semakin jauh dengan diiringi lambaian tangan Ibu Malin Kundang. Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena ketika peristiwa itu terjadi, Malin segera bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu.Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang ditolong oleh masyarakat di desa tersebut setelah sebelumnya menceritakan kejadian yang menimpanya. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin Kundang setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung halamannya.Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran dengan kapal yang besar dan indah disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggui anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya.Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?, katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tapi apa yang terjadi kemudian? Malin Kundang segera melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh. Wanita tak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku, kata Malin Kundang pada ibunya. Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya, karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan mengenakan baju compang-camping. Wanita itu ibumu?, Tanya istri Malin Kundang. Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku, sahut Malin kepada istrinya. Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menengadahkan tangannya sambil berkata Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu. Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang.Pesan MoralCerita Rakyat Legenda Malin Kundang: Sebagai seorang anak, jangan pernah melupakan semua jasa orangtua terutama kepada seorang Ibu yang telah mengandung dan membesarkan anaknya, apalagi jika sampai menjadi seorang anak yang durhaka. Durhaka kepada orangtua merupakan satu dosa besar yang nantinya akan ditanggung sendiri oleh anak.

Legenda Pulau Kemaro

Konon dahulu kala, di Bhumi Sriwijaya memerintahlah seorang raja yang adil dan bijak sana. Raja ini memiliki seorang puteri yang cantik jelita bernama Siti Fatimah. Banyak pemuda-pemuda tampan dari berbagai penjuru nusantara datang, namun tidak satu pun yang bisa menaklukkan hati puteri Siti Fatimah.Namun pada suatu hari, datanglah sebuah kapal besar dari negeri Cina, bersama dengan rombongan yang dipimpin seorang pangeran bernama Tam BUn An.Hmmm Haiya. Ini ternyata kerajaan Sriwijaya yang terkenal itu. Kotanya memang megah, penduduknya ramah-ramah dan makanan pempeknyauenaksekali, ya. Haiya. Kata sang pangeran.Pangeran Tam Bun An mau langsung menemui puteri Siti Fatimah? Tanya sang nahkoda kapal.Iyalah. Aku kan jauh-jauh ke Bhumi Sriwijaya ini karena tertarik kecantikan sang puteri Siti Fatimah, haruslah aku datang menemuinya sesegera mungkin. Kata pangeran Tam Bun An.Ayo, pengawal. Kita langsung ke istana untuk menemui puteri raja. Siapkan barongsai dan musik perkusi yang meriah untuk menarik hatinya. Kata sang nahkoda kapal.Lalu rombongan pangeran dari Cina ini masuk ke kota Sriwijaya dengan meriah, di depan ada barongsai singa dengan dua orang pembawa pangeran Tam Bun An dan sang nahkoda. Di belakangnya ada 10 orang pengawal dengan barongsai naganya. Kemudian yang terakhir adalah rombongan 10 orang membawa serta menabuh gendang dan perkusi lainnya.Rombongan barongsai ini memainkan musik dan atraksinya tepat di depan istana raja Sriwijaya dan keramaian itu membuat puteri Siti Fatimah tertarik melihatnya.Dayang, ada apa gerangan di luar sana? Seperti ada keramaian dan musik yang menarik? Kata sang puteri.Sepertinya ada rombongan penari barongsai tuan puteri. Kabarnya sudah dua hari mereka berlabuh di dermaga dipimpin oleh pangeran tampan dari Cina. Kata si dayang.Oh, aku ingin sekali melihat atraksi mereka dayang. Mari kita ke pintu gerbang! Dan puteri Siti Fatimah bersama dayang serta beberapa pengawal menonton pertunjukan barongsai itu sambil bertepuk tangan senang sekali.Wah, tarian dan gerakan silat serta musik kalian begitu indah sekali, dari manakah gerangan tuan? Tanya sang puteri.Haiya..Saya Tam Bun An dari negeri Cina, ingin sekali bertemu dengan puteri Siti Fatimah yang cantik jelita. Segala musik dan gerak tari serta gerakan kung-fu yang tadi kami peragakan, semuanya untuk dipersembahkan pada sang puteri jelitaHaiya..Oh, terima kasih pangeran tampan. Kalau boleh saya tahu apakah maksud kedatangan pangeran ke mari ? Tanya sang puteri dengan pipi merona merah.Haiya.Saya datang kemari hanya untuk satu tujuan menemui sang puteri Siti Fatimah yang kabarnya seperti bidadari. Ternyata kabar itu benar sekali, saya malahan seperti melihat 7 bidadari dari kahyangan. Haiya Sang pangeran merayu, membuat puteri tambah malu-malu. Begitu banyak pangeran di nusantara yang menyatakan rasa suka, namun baru sekali ini hati puteri Siti Fatimah menjadi bergelora oleh rasa cinta.Seperti sudah ada perasaan kenal lama, keduanya pun saling suka dan dalam 3 kali pertemuan bertekad menyatukan cinta.Lalu ada bangsawan istana yang pernah ditolak cintanya oleh Siti Fatimah iri hati dan memberitahukan ke raja tentang hal ini. Dia mengatakan bahwa sang pangeran mau membawa puteri pergi ke negeri Cina.Cepat panggil pangeran Cina itu menghadapku! Kata Raja Bhumi Sriwijaya.Hamba menghadap raja. Kata sang pangeran Cina.Apa benar kau dan puteriku Siti Fatimah saling mencinta?Benar raja. Hamba benar-benar mencintai puteri raja yang gagah perkasa.Anak muda, adat istiadat kita berbeda dan beta tidak bersedia anakku kau bawa ke negeri Cina! Kata sang Raja.HaiyaSaya sudah belajar adat istiadat sini raja dan saya bersedia tinggal dan bekerja dagang di Bhumi Sriwijaya duhai raja. Sang pangeran Cina menyanggupi.Kalau begitu duduk perkaranya. Baiklah, kau boleh menjadi menantuku dengan syarat, kau memberikan uang mahar sejumlah 9 guci besar berisi emas untuk meminang puteriku. Kata sang raja.Baiklah raja, permintaan raja akan saya sampaikan.Lalu pangeran membuat surat yang dititipkan ke merpati pos yang terbang sampai ke istana orang tuanya di negeri Cina.Ayahanda sang pangeran mengirim surat balik dan menyatakan menyanggupinya.Lalu bangsawan Cina itu mengirimkan 9 buah guci berisi emas batangan. Akan tetapi supaya jangan diincar oleh penjahat bajak laut dari Somalia, maka ayah si pangeran memerintahkan, Masukkan sayur-mayur di bagian paling atas guci-guci itu, supaya para bajak laut Somalia tidak tertarik merampok dan menguasai kapal kita.Perintah dilaksanakan tuan! Kata si pelayan bangsawan Cina.Dan 2 bulan kemudian, sampailah kapal beserta 9 guci itu ke Bhumi Sriwijaya. Pangeran dengan bahagia menyampaikan kabar itu pada puteri Siti Fatimah dan ayahandanya.HaiyaSembilan guci kiriman ayahanda sudah datang tuanku Raja. Mari kita ke kapal untuk melihatnya.Mari para pengawal dan puteriku. Kita pergi ke dermaga. Kata sang raja.HaiyaItu guci ada 9 dan besar-besar sekali. Itu persembahan dari papa dan mama saya tuanku raja.. Si pangeran Tam Bun An pun tertawa senang.Tetapi saat dia membuka ke 9 guci tersebut, dia melihat isinya hanya sayur-sayuran yang sudah membusuk.Ha? Kenapa papa dan mama tega berbuat seperti ini? Papa dan mama berjanji kirimkan 9 guci berisi emas untuk meminang kekasihku Siti Fatimah? Tetapi kenapa dikirimkan sayur-sayuran dalam guci-guci ini? Maaf, saya malu tuanku raja. Biarlah saya buang guci-guciini ke Sungai Musi. Papa dan mama jahat sekali dengan aku anaknyaSudahlah, kakanda. Janganlah berburuk sangka dengan ayahanda di Cina sana. Mungkin saja ada orang lain yang jahat menukar isinya dengan sayur-sayuran. Jangan marah dengan orang tua kakanda. Kata sang puteri menyabarkannya.Tidak bisa! Ini benar-benar kelewatan. Saya benci pada papa dan mama saya. Saya buang saja guci-guci bersayur busuk itu! Sang pangeran pun melempar guci-guci yang berat itu ke sungai.Satu! Dua! Tiga!4,5,6,7,8.Dan Saat guci ke-9 dia angkat, pangeran Tam Bun An sudah kecapaian. Lalu guci terlepas dan pecah di lantai kapal.Olala..Tampaklah diantara pecahan guci itu emas batangan yang berkilauan.Ha? Emas batangan?Iya, kakanda, ternyata benar papa dan mama kakanda mengirimkan emas-emas batangan di guci-guci lainnya juga. Sayur-sayuran tadi hanya untuk mengelabui saja kakanda. Kata puteri Siti Fatimah.Ya, sudahlah pangeran. Saya percaya akan niat baik orang tuamu. Biarlah saja guci-guci yang sudah jatuh ke Sungai Musi itu. Tanpa itu semua kau masih kuijinkan menikahi puteriku. Kata Raja.Tidak tuanku Raja. Saya menyesal telah berburuk sangka dengan papa dan mama di Cina. Saya telah durhaka memarahi mereka. Biarlah saya mengambil kembali semua emas-emas yang saya buang ke sungai itu. Tunggu aku adinda. Dan walaupun sudah berusaha dicegah oleh puteri dan pengawal istana pangeran Tam Bun An tetap terjun ke Sungai Musi.Satu jam, dua jam, setengah hari pangeran Tam Bun An tidak muncul-muncul lagi.Kanda, saya sangat mencintai kakanda. Saya akan menyusul kakanda mencari emas itu. Bila saya tidak kembali dan muncul endapan tanah di tengah sungai ini, anggaplah itu tempat kami berdua memadu janji. Lalu tanpa diduga si puteri pun melompat ke Sungai Musi dan tidak muncul-muncul lagi.Bertahun-tahun kemudian, lambat laun muncullah endapan tanah di tempat kedua kekasih itu terjun di tengah Sungai Musi.Di sana dibuatkan oleh penduduk setempat sebuah kelenteng dan sebuah mesjid tempat sembahyang yang berdampingan.Setiap perayaan Cap Go Meh pulau itu ramai dikunjungi warga Palembang.

Asal Mula SelatBali

Pada jaman dulu di kerajaan Daha hiduplah seorang Brahmana yang benama Sidi Mantra yang sangat terkenal kesaktiannya. Sanghyang Widya atau Batara Guru menghadiahinya harta benda dan seorang istri yang cantik. Sesudah bertahun-tahun kawin, mereka mendapat seorang anak yang mereka namai Manik Angkeran.Meskipun Manik Angkeran seorang pemuda yang gagah dan pandai namun dia mempunyai sifat yang kurang baik, yaitu suka berjudi. Dia sering kalah sehingga dia terpaksa mempertaruhkan harta kekayaan orang tuanya, malahan berhutang pada orang lain. Karena tidak dapat membayar hutang, Manik Angkeran meminta bantuan ayahnya untuk berbuat sesuatu. Sidi Mantra berpuasa dan berdoa untuk memohon pertolongan dewa-dewa. Tiba-tiba dia mendengar suara, Hai, Sidi Mantra, di kawah Gunung Agung ada harta karun yang dijaga seekor naga yang bernarna Naga Besukih. Pergilah ke sana dan mintalah supaya dia mau memberi sedikit hartanya.Sidi Mantra pergi ke Gunung Agung dengan mengatasi segala rintangan. Sesampainya di tepi kawah Gunung Agung, dia duduk bersila. Sambil membunyikan genta dia membaca mantra dan memanggil nama Naga Besukih. Tidak lama kernudian sang Naga keluar. Setelah mendengar maksud kedatangan Sidi Mantra, Naga Besukih menggeliat dan dari sisiknya keluar emas dan intan. Setelah mengucapkan terima kasih, Sidi Mantra mohon diri. Semua harta benda yang didapatnya diberikan kepada Manik Angkeran dengan harapan dia tidak akan berjudi lagi. Tentu saja tidak lama kemudian, harta itu habis untuk taruhan. Manik Angkeran sekali lagi minta bantuan ayahnya. Tentu saja Sidi Mantra menolak untuk membantu anakya.Manik Angkeran mendengar dari temannya bahwa harta itu didapat dari Gunung Agung. Manik Angkeran tahu untuk sampai ke sana dia harus membaca mantra tetapi dia tidak pernah belajar mengenai doa dan mantra. Jadi, dia hanya membawa genta yang dicuri dari ayahnya waktu ayahnya tidur.Setelah sampai di kawah Gunung Agung, Manik Angkeran membunyikan gentanya. Bukan main takutnya ia waktu ia melihat Naga Besukih. Setelah Naga mendengar maksud kedatangan Manik Angkeran, dia berkata, Akan kuberikan harta yang kau minta, tetapi kamu harus berjanji untuk mengubah kelakuanmu. Jangan berjudi lagi. Ingatlah akan hukum karma.Manik Angkeran terpesona melihat emas, intan, dan permata di hadapannya. Tiba-tiba ada niat jahat yang timbul dalam hatinya. Karena ingin mendapat harta lebih banyak, dengan secepat kilat dipotongnya ekor Naga Besukih ketika Naga beputar kembali ke sarangnya. Manik Angkeran segera melarikan diri dan tidak terkejar oleh Naga. Tetapi karena kesaktian Naga itu, Manik Angkeran terbakar menjadi abu sewaktu jejaknya dijilat sang Naga.Mendengar kematian anaknya, kesedihan hati Sidi Mantra tidak terkatakan. Segera dia mengunjungi Naga Besukih dan memohon supaya anaknya dihidupkan kembali. Naga menyanggupinya asal ekornya dapat kembali seperti sediakala. Dengan kesaktiannya, Sidi Mantra dapat memulihkan ekor Naga. Setelah Manik Angkeran dihidupkan, dia minta maaf dan berjanji akan menjadi orang baik. Sidi Mantra tahu bahwa anaknya sudah bertobat tetapi dia juga mengerti bahwa mereka tidak lagi dapat hidup bersama.Kamu harus mulai hidup baru tetapi tidak di sini, katanya. Dalam sekejap mata dia lenyap. Di tempat dia berdiri timbul sebuah sumber air yang makin lama makin besar sehingga menjadi laut. Dengan tongkatnya, Sidi Mantra membuat garis yang mernisahkan dia dengan anaknya. Sekarang tempat itu menjadi selat Bali yang memisahkan pulau Jawa dengan pulau Bali.

Sejarah Tapaktuan denganLegenda Tuan Tapa dan Putri Naga

pada satu masa dahulu kala; sepasang Naga (jantan dan betina) dari negri China mengejar sebuah kapal layar yang di dalam kapal tersebut ditumpangi oleh keluarga Raja dari negri China, yang terdiri dari Raja, Permaisuri, dan seorang Putri mereka yang sangat cantik beserta awak kapal (ABK) dan pengawal Raja untuk berlayar mengelilingi Samudra Hindia, sepasang Naga tersebut sangat menginginkan anak Raja dari China itu untuk dipelihara oleh sang Naga. Namun anak Raja yang cantik itu tidak ditemukan oleh sang Naga karena Raja menyembunyikan dan menjaga anak mereka dengan baik.

Di tengah-tengah perjalanan kapal tersebut berhenti karena melihat keindahan alam (tepatnya di Tapaktuan sekarang), dan mereka pun berhenti di sana, rombongan Raja beserta keluarganya berhenti untuk menikmati keindahan alam. Sambil menikmati keindahan alam, Raja beserta keluarganya bermandi-mandian dan beristirahat di tepi laut. Tiba-tiba tanpa disangka oleh Raja muncullah sang Naga yang telah lama mengincar putrinya kemudian mengambil putri Raja yang sedang mandi lalu dibawa lari oleh sang Naga ke daerah pengunungan (gunong tuan, antara desa Panju Pian dan Batu Itam). Akhirnya sang Raja dan seluruh awak kapal panik karena putri Raja telah hilang diambil oleh sepasang Naga.

Karena putri Raja telah hilang sehingga Raja memerintahkan seluruh anak buah kapal dan pengawalnya untuk mencari putrinya sampai dapat. Maka sejak kejadian itu, mereka yang mulanya ingin berhenti sejenak akhirnya menetap disana sampai beberapa waktu untuk mencari putri Raja. Bertahun-tahun lamanya Raja mencari putrinya namun tidak ditemukan. Naga tersebut telah menyembunyikan anak Raja dan menjadikan Putri Raja sebagai anak mereka (anak Naga), berkurun waktu lamanya, sang Naga telah membesarkan sang putri dan membawanya mengelilingi negri Pala tersebut. Singkat cerita setelah melakukan pencarian bertahun-tahun, Raja akhirnya menemukan putrinya yang sedang dimandikan oleh sepasang Naga di daerah Tingkat Tujoh dan putri Raja tersebut sudah besar dengan paras sangat cantik.

Dengan rasa yang sangat haru bercampur dendam kepada sepasang Naga, Raja mengintip anaknya yang sedang mandi bersama sepasang Naga. beberapa saat kemudian Naga pun pergi meninggalkan sang putri mandi sendirian. Pada saat itulah Raja dan pengawalnya keluar dari semak-semak untuk mengambil dan membawa lari anaknya. Akhirnya Raja berhasil membawa lari putrinya kembali ke kapal, beberapa saat kemudian Naga kembali ke tempat permandian tersebut dan melihat sang putri tidak ada lagi. Merasa kesal dan marah besar, sepasang Naga mengejar kembali Raja yang telah membawa lari sang putri. Dan Naga melihat bahwa sang putri telah berada didalam kapal yang mau berlayar, akhirnya Naga meluncur dari gunung (Gunung Guliran Naga sekarang) kelaut dan terjadilah kejar-kejaran antara Naga dengan kapal Raja.

Aksi kejar-kejaran tersebut ternyata membuat seorang yang sedang bertapa di dalam gunung (yang disebut dengan Tuan Tapa) tersentak hatinya karena mendengar teriakan dari tengah laut. Dan ia pun beranjak dari pertapaannya untuk turun melihat apa yang sedang terjadi di laut. Melihat dua ekor Naga yang sedang menghancurkan kapal rombongan Raja china tersebut akhirnaya tuan Tapa pun menjadi marah dan menghentakkan kakinya ketanah hingga membekas (di bibir pantai Gunong Lampu) serta melawan Naga tersebut. Maka terjadilah pertarungan singit antara tuan Tapa dengan sepasang Naga. kekuatan tuan Tapa ternyata dapat mengalahkan sepasang Naga itu, mulanya tuan Tapa membunuh Naga betina didekat kapal yang telah dihancurkan Naga dengan tongkatnya sehingga Naga betina mati dan darahnya berhamburan ditepi laut (Batu Merah sekarang), begitu juga dengan hatinya yang hitam berceceran didaerah pinggir pantai (Batu Itam sekarang).

Melihat sang Naga betina mati dibunuh oleh tuan Tapa, sehingga Naga Jantan melarikan diri kearah Bakongan, Naga tersebut bersembunyi dibelakang pulau ditengah laut. Tuan Tapa yang melihat Naga yang bersembunyi dibelakang pulau itu langsung memukul dengan tongkatnya sehingga pulau itu terbelah dua (Pulau Dua sekarang). Namun pukulan tersebut tidak mengenai sang Naga kemudian Naga pun lari pontang panting ketakutan kearah Singkil, tapi tuan Tapa terus mengejarnya. Tepatnya di tengah laut Naga kembali bersembunyi dibelakang pulau, dan tuan Tapa kembali memukul Naga yang bersembunyi itu dengan tongkatnya sehingga pulau itu hancur berkeping-keping (jadilah pulau Banyak sekarang). Akhirnya Naga tersebut tidak tau lagi harus bersembunyi dimana, ia pun sudah merasa kelelahan berlari karena dikejar oleh tuan Tapa, Naga meminta ampun kepada tuan Tapa untuk tidak membunuhnya tetapi tuan Tapa tidak mempedulikan permintaan maaf sang Naga, sebab Naga telah membunuh manusia. Perbuatan sang Naga dilnilai telah melampaui batas, Naga pun akhirnya dibunuh oleh tuan Tapa. Setelah membunuh dua ekor Naga, kemudian tuan Tapa menancapkan tongkatnya yang berlumuran darah ke tengah laut dan ia pun kembali kepertapaannya.Legenda Tangkuban Perahu

Pada jaman dahulu, di Jawa Barat hiduplah seorang putri raja yang bernama Dayang Sumbi. Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Sangkuriang. Anak tersebut sangat gemar berburu di dalam hutan. Setiap berburu, dia selalu ditemani oleh seekor anjing kesayangannya yang bernama Tumang. Tumang sebenarnya adalah titisan dewa, dan juga bapak kandung Sangkuriang, tetapi Sangkuriang tidak tahu hal itu dan ibunya memang sengaja merahasiakannya.

Pada suatu hari, seperti biasanya Sangkuriang pergi ke hutan untuk berburu. Setelah sesampainya di hutan, Sangkuriang mulai mencari buruan. Dia melihat ada seekor burung yang sedang bertengger di dahan, lalu tanpa berpikir panjang Sangkuriang langsung menembaknya, dan tepat mengenai sasaran. Sangkuriang lalu memerintah Tumang untuk mengejar buruannya tadi, tetapi si Tumang diam saja dan tidak mau mengikuti perintah Sangkuriang. Karena sangat jengkel pada Tumang, maka Sangkuriang lalu mengusir Tumang dan tidak diijinkan pulang ke rumah bersamanya lagi.

Sesampainya di rumah, Sangkuriang menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya. Begitu mendengar cerita dari anaknya, Dayang Sumbi sangat marah. Diambilnya sendok nasi, dan dipukulkan ke kepala Sangkuriang. Karena merasa kecewa dengan perlakuan ibunya, maka Sangkuriang memutuskan untuk pergi mengembara, dan meninggalkan rumahnya.

Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali perbuatannya. Ia berdoa setiap hari, dan meminta agar suatu hari dapat bertemu dengan anaknya kembali. Karena kesungguhan dari doa Dayang Sumbi tersebut, maka Dewa memberinya sebuah hadiah berupa kecantikan abadi dan usia muda selamanya.

Setelah bertahun-tahun lamanya Sangkuriang mengembara, akhirnya ia berniat untuk pulang ke kampung halamannya. Sesampainya di sana, dia sangat terkejut sekali, karena kampung halamannya sudah berubah total. Rasa senang Sangkuriang tersebut bertambah ketika saat di tengah jalan bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik jelita, yang tidak lain adalah Dayang Sumbi. Karena terpesona dengan kecantikan wanita tersebut, maka Sangkuriang langsung melamarnya. Akhirnya lamaran Sangkuriang diterima oleh Dayang Sumbi, dan sepakat akan menikah di waktu dekat. Pada suatu hari, Sangkuriang meminta ijin calon istrinya untuk berburu di hatan. Sebelum berangkat, ia meminta Dayang Sumbi untuk mengencangkan dan merapikan ikat kapalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi, karena pada saat dia merapikan ikat kepala Sangkuriang, Ia melihat ada bekas luka. Bekas luka tersebut mirip dengan bekas luka anaknya. Setelah bertanya kepada Sangkuriang tentang penyebab lukanya itu, Dayang Sumbi bertambah tekejut, karena ternyata benar bahwa calon suaminya tersebut adalah anaknya sendiri.

Dayang Sumbi sangat bingung sekali, karena dia tidak mungkin menikah dengan anaknya sendiri. Setelah Sangkuriang pulang berburu, Dayang Sumbi mencoba berbicara kepada Sangkuriang, supaya Sangkuriang membatalkan rencana pernikahan mereka. Permintaan Dayang Sumbi tersebut tidak disetujui Sangkuriang, dan hanya dianggap angin lalu saja.

Setiap hari Dayang Sumbi berpikir bagaimana cara agar pernikahan mereka tidak pernah terjadi. Setelah berpikir keras, akhirnya Dayang Sumbi menemukan cara terbaik. Dia mengajukan dua buah syarat kepada Sangkuriang. Apabila Sangkuriang dapat memenuhi kedua syarat tersebut, maka Dayang Sumbi mau dijadikan istri, tetapi sebaliknya jika gagal maka pernikahan itu akan dibatalkan. Syarat yang pertama Dayang Sumbi ingin supaya sungai Citarum dibendung. Dan yang kedua adalah, meminta Sangkuriang untuk membuat sampan yang sangat besar untuk menyeberang sungai. Kedua syarat itu harus diselesai sebelum fajar menyingsing.

Sangkuriang menyanggupi kedua permintaan Dayang Sumbi tersebut, dan berjanji akan menyelesaikannya sebelum fajar menyingsing. Dengan kesaktian yang dimilikinya, Sangkuriang lalu mengerahkan teman-temannya dari bangsa jin untuk membantu menyelesaikan tugasnya tersebut. Diam-diam, Dayang Sumbi mengintip hasil kerja dari Sangkuriang. Betapa terkejutnya dia, karena Sangkuriang hampir menyelesaiklan semua syarat yang diberikan Dayang Sumbi sebelum fajar.

Dayang Sumbi lalu meminta bantuan masyarakat sekitar untuk menggelar kain sutera berwarna merah di sebelah timur kota. Ketika melihat warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira kalau hari sudah menjelang pagi. Sangkuriang langsung menghentikan pekerjaannya dan merasa tidak dapat memenuhi syarat yang telah diajukan oleh Dayang Sumbi.

Dengan rasa jengkel dan kecewa, Sangkuriang lalu menjebol bendungan yang telah dibuatnya sendiri. Karena jebolnya bendungan itu, maka terjadilah banjir dan seluruh kota terendam air. Sangkuriang juga menendang sampan besar yang telah dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh tertelungkup, lalu menjadi sebuah gunung yang bernama Tangkuban Perahu.