Legenda Gunung Batu Hapu

6
Versi file lengkapnya dalam Ms. Wordnya Bisa Di Ambil Di: https://bisnisbook.wordpress.com http://ebookloe.wordpress.com Legenda Gunung Batu Hapu Menurut cerita orang tua-tua, dahulu kala di perbatasan kedua desa itu hiduplah seorang janda miskin bersama putranya. Nama janda itu Nini Kudampai, sedangkan nama putranya Angui. Mereka tidak mempunyai keluarga dekat sehingga tidak ada yang membantu meringankan beban anak beranak itu. Walaupun demikian, Nini Kudampai tidak pernah mengeluh. Ia bekerja sekuat tenaga agar kehidupannya dengan anaknya terpenuhi. Saat itu, Angui masih kecil sehingga ia masih senang bermain, belum ada kesadaran untuk menolong ibunya bekerja. Angui tidak mempunyai teman sebaya sebagai teman bermain. Sebagai gantinya, ia ditemani tiga ekor hewan kesayangannya, yaitu ayam jantan putih, babi putih, dan seekor anjing yang juga putih bulunya. Ke mana pun ia pergi, ketiga ekor hewan kesayangan itu selalu menyertainya. Mereka tampak sangat akrab. Pada suatu hari, ketika Angui sedang bermain di halaman rumah, melintaslah seorang saudagar Keling. Saudagar itu amat tertarik kepada Angui setelah menatap Angui yang sedang bermain. Ia berdiri tidak begitu jauh dari tempat Angui bermain. Angui terus diamatinya. Dari hasil pengamatan itu, ia mendapatkan sesuatu yang menonjol pada penampilan Angui. Air muka Angui selalu jernih dan cerah. Ubun-ubunnya kelihatan berlembah. Dahinya lebar dan lurus. Jari-jarinya panjang dan runcing ke ujung. Di ujung-ujung jari itu terdapat kuku laki yang bagus bentuknya. Satu hal yang memikat adalah adanya tahi lalat yang dimiliki Angui. Tahi lalat seperti itu dinamakan kumbang bernaung. Saudagar Keling mendapat firasat bahwa tanda-tanda fisik yang dimiliki Angui menunjukkan nasib balk atau keberuntungannya. Barang siapa memelihara anak itu akan bernasib mujur. “Aku harus mendapatkan anak itu,” katanya dalam hati. Tanpa menyia-nyiakan waktu, saudagar itu segera menemui Nini Kudampai, sang ibu. Dengan keramahan dan kefasihan lidahnya berbicara selain janji-janji yang disampaikan, ia dapat menaklukkan hati Nini Kudampai. Nini Kudampai tidak keberatan jika Angui diasuh dan dipelihara saudagar itu. Angui pun amat tertarik untuk mengikuti saudagar itu pulang ke negerinya. “Anak lbu tidak akan hilang,” kata saudagar itu meyakinkan. “Percayalah Bu, suatu saat kelak ia pasti kembali menemui ibunya, bukan sebagai Angui yang sekarang ini, tetapi sebagai orang ternama.” Walaupun Nini Kudampai telah merelakan kepergian anaknya, ia tidak dapat menyembunyikan rasa harunya ketika akan berpisah. Kesedihan dan keharuan kian bertambah ketika Angui meminta agar ketiga hewan teman bermainnya selama ini dipelihara sebaik-baiknya oleh ibunya. “Bu, tolong Ibu jaga babi putih, anjing putih, dan ayam putihku. Jangan Ibu sia -siakan!” kata Angui sambil mencium tangan ibunya dengan linangan air mata.

Transcript of Legenda Gunung Batu Hapu

Page 1: Legenda Gunung Batu Hapu

Versi file lengkapnya dalam Ms. Wordnya Bisa Di Ambil Di: https://bisnisbook.wordpress.com http://ebookloe.wordpress.com

Legenda Gunung Batu Hapu

Menurut cerita orang tua-tua, dahulu kala di perbatasan kedua desa itu hiduplah seorang janda

miskin bersama putranya. Nama janda itu Nini Kudampai, sedangkan nama putranya Angui.

Mereka tidak mempunyai keluarga dekat sehingga tidak ada yang membantu meringankan beban

anak beranak itu. Walaupun demikian, Nini Kudampai tidak pernah mengeluh. Ia bekerja sekuat

tenaga agar kehidupannya dengan anaknya terpenuhi.

Saat itu, Angui masih kecil sehingga ia masih senang bermain, belum ada kesadaran untuk

menolong ibunya bekerja. Angui tidak mempunyai teman sebaya sebagai teman bermain.

Sebagai gantinya, ia ditemani tiga ekor hewan kesayangannya, yaitu ayam jantan putih, babi

putih, dan seekor anjing yang juga putih bulunya. Ke mana pun ia pergi, ketiga ekor hewan

kesayangan itu selalu menyertainya. Mereka tampak sangat akrab.

Pada suatu hari, ketika Angui sedang bermain di halaman rumah, melintaslah seorang saudagar

Keling. Saudagar itu amat tertarik kepada Angui setelah menatap Angui yang sedang bermain. Ia

berdiri tidak begitu jauh dari tempat Angui bermain. Angui terus diamatinya. Dari hasil

pengamatan itu, ia mendapatkan sesuatu yang menonjol pada penampilan Angui. Air muka

Angui selalu jernih dan cerah. Ubun-ubunnya kelihatan berlembah. Dahinya lebar dan lurus.

Jari-jarinya panjang dan runcing ke ujung. Di ujung-ujung jari itu terdapat kuku laki yang bagus

bentuknya. Satu hal yang memikat adalah adanya tahi lalat yang dimiliki Angui. Tahi lalat

seperti itu dinamakan kumbang bernaung.

Saudagar Keling mendapat firasat bahwa tanda-tanda fisik yang dimiliki Angui menunjukkan

nasib balk atau keberuntungannya. Barang siapa memelihara anak itu akan bernasib mujur.

“Aku harus mendapatkan anak itu,” katanya dalam hati. Tanpa menyia-nyiakan waktu, saudagar

itu segera menemui Nini Kudampai, sang ibu. Dengan keramahan dan kefasihan lidahnya

berbicara selain janji-janji yang disampaikan, ia dapat menaklukkan hati Nini Kudampai. Nini

Kudampai tidak keberatan jika Angui diasuh dan dipelihara saudagar itu. Angui pun amat

tertarik untuk mengikuti saudagar itu pulang ke negerinya.

“Anak lbu tidak akan hilang,” kata saudagar itu meyakinkan. “Percayalah Bu, suatu saat kelak ia

pasti kembali menemui ibunya, bukan sebagai Angui yang sekarang ini, tetapi sebagai orang

ternama.”

Walaupun Nini Kudampai telah merelakan kepergian anaknya, ia tidak dapat menyembunyikan

rasa harunya ketika akan berpisah. Kesedihan dan keharuan kian bertambah ketika Angui

meminta agar ketiga hewan teman bermainnya selama ini dipelihara sebaik-baiknya oleh ibunya.

“Bu, tolong Ibu jaga babi putih, anjing putih, dan ayam putihku. Jangan Ibu sia-siakan!” kata

Angui sambil mencium tangan ibunya dengan linangan air mata.

Page 2: Legenda Gunung Batu Hapu

Versi file lengkapnya dalam Ms. Wordnya Bisa Di Ambil Di: https://bisnisbook.wordpress.com http://ebookloe.wordpress.com

Saudagar Keling pulang ke negerinya dan tiba dengan selamat bersama Angui. Angui diasuh dan

dipeliharanya, tak ubahnya memelihara anak kandung. Angui hidup bermanja-manja karena

kehendaknya selalu dikabulkan orang tua asuhnya. Kemanjaan itu berakibat buruk kepadanya. Ia

lupa diri dan menjadi anak nakal, pemalas, serta pemboros.

Saudagar Keling sering tercenung seorang diri.

“Firasatku ternyata salah,” katanya dalam hati, “rupanya keadaan lahir belum tentu

mencerminkan sifat dan watak seseorang.”

Saudagar Keling merasa tidak mampu lagi menjadi orang tua asuh Angui. Kehadiran Angui

dalam keluarga itu hanya menyusahkannya saja. Tidak ada jalan lain yang dapat ditempuh selain

mengusir Angui. Saudagar Keling itu tidak mau memeliharanya lagi.

Angui amat menyesali kelakuannya selama ini. Apa dayanya karena sesal kemudian tiada guna.

Ia hidup luntang-lantung tiada arah. Kesempatan baik telah disia-siakannya.

Syukurlah, lambat laun Angui mampu mengatasi keputusasaannya.

“Aku harus menjadi manusia yang berhasil,” katanya penuh tekad.

Ia menanggalkan sikap malasnya dan mau bekerja membanting tulang. Ia tidak merasa malu

melakukan pekerjaan apa pun, asal pekerjaan itu halal.

Beberapa tahun kemudian, berkat kerja keras dan kejujurannya dalam bekerja, is menjadi

seorang saudagar kaya. Kekayaannya tidak kalah dibanding kekayaan saudagar Keling yang

pernah menjadi orang tua asuhnya. Ketenarannya melebihi saudagar Keling itu.

Akhirnya, kekayaan Angui melebihi kekayaan siapa pun di negeri Keling itu. Namanya makin

terkenal setelah is berhasil menyunting putri raja Keling menjadi istrinya. Sejak menjadi

menantu raja, Angui mendapat nama baru, yakni Bambang Padmaraga.

Meskipun sudah kaya, Angui alias Bambang Padmaraga sering terkenang kampung halamannya.

Ia amat rindu kepada ibunya, Nini Kudampai. Ia juga teringat pada babi putih, anjing putih, dan

ayam putih, ketiga teman bermain yang disayanginya. Selain itu, ia ingin memperkenalkan

istrinya kepada ibunya dan menunjukkan keberhasilannya di perantauan. Ia ingin

membahagiakan ibunya yang bertahun-tahun ditinggalkannya tanpa berita.

Pada suatu hari, Angui mempersiapkan sebuah kapal yang lengkap dengan anak buahnya. Tidak

lupa pula bekal untuk perjalanan jauh dan cendera mata, Inang pengasuh bagi istrinya turut serta

dalam pelayaran ke negerinya. Ia dan istrinya menempati sebuah bilik khusus di dalam kapal

yang ditata begitu apik seperti dalam sebuah istana.

Page 3: Legenda Gunung Batu Hapu

Versi file lengkapnya dalam Ms. Wordnya Bisa Di Ambil Di: https://bisnisbook.wordpress.com http://ebookloe.wordpress.com

Berita kembalinya Angui dan istrinya, putri raja Keling, dengan naik kapal segera tersiar ke

seluruh penjuru. Nini Kudampai pun mendengar dengan penuh rasa syukur dan sukacita. Apalagi

kapal putranya itu konon merapat dan bersandar tidak berapa jauh dari kediamannya.

Nini Kudampai segera berangkat ke pelabuhan dengan menggiring ketiga hewan piaraan teman

bermain Angui, yaitu babi putih, anjing putih, dan ayam putih. Ia berharap agar Angui segera

mengenalinya dengan melihat ketiga hewan itu.

Nini Kudampai pun berseru melihat Angui berdiri berdampingan dengan istrinya di atas kapal,

“Anakku!”

Sebenarnya, Angui mengenali ibunya dan ketiga hewan piaraannya. Akan tetapi, ia malu

mengakuinya di hadapan istrinya karena penampilan ibunya sangat kumal. Jauh berbeda dengan

ia dan istrinya. Ia memalingkan muka dan memberi perintah kepada anak buahnya, “Usir

perempuan jembel itu!”

Hancur Iuluh hati Nini Kudampai diusir dan dipermalukan putra kandung yang dilahirkan dan

dibesarkannya. Angui mendurhakainya sebagai ibu kandung. Ibu yang malang itu segera pulang

ke rumah. Tiba di rumah, is memohon kepada Yang Mahakuasa agar Angui menerima kutukan.

Belum pecah riak di bibir, begitu selesai Nini kudampai menyampaikan permohonan kepada

Tuhan, topan pun mengganas. Petir dan halilintar menggelegar membelah bumi. Kilat sabung-

menyabung dan langit mendadak gelap gulita. Hujan deras bagai dituang dari langit. Gelombang

menggulung kapal bersama Angui dan istri serta anak buahnya. Kapal dan segenap isinya itu

terdarnpar di antara Tambarangan dan Lawahan. Akhirnya, kapal dan isinya berubah menjadi

batu.

Page 4: Legenda Gunung Batu Hapu

Versi file lengkapnya dalam Ms. Wordnya Bisa Di Ambil Di: https://bisnisbook.wordpress.com http://ebookloe.wordpress.com

THE LEGEND OF BATU HAPU MOUNTAIN

According to the stories of elders, long ago on the border of the two villages there lived a poor

widow with her son. Name Nini Kudampai widow, while his son name Angui.

They do not have a close family so no one to help ease the burden that children bear. However,

Nini Kudampai never complained. He works hard for his life with her son fulfilled.

At that time, Angui still small, so he still likes to play, there is no awareness to help his mother

worked. Angui has no peer as a friend to play. Instead, he accompanied three favorite animals,

namely a white rooster, white pig, and a dog who is also white fur. Wherever he went, the three

tails pet that always accompany it. They looked very familiar.

One day, when Angui was playing in the yard, a merchant melintaslah Keling. The merchant was

very interested to Angui after staring Angui who is playing. He stood not far from where Angui

play. Angui continue observes. From the observation that, he got something that stands out in

appearance Angui. Angui mien always clear and bright. Berlembah top of his head visible. His

forehead was wide and straight. Her fingers were long and tapering to the tip. At the ends of the

finger nails are a good man shape. One thing that lure is the presence of a mole that is owned

Angui. Such moles are called beetle shelter.

Merchant Keling got a hunch that the physical signs that indicate the fate Balk Angui owned or

luck. Any person who maintains the child would lucky.

"I have to get the boy," he said to himself. Without wasting time, the merchant immediately meet

Nini Kudampai, the mother. With friendliness and fluency of her tongue to speak in addition to

the promises made, he can conquer the hearts Nini Kudampai. Nini Kudampai not mind if Angui

nurtured and maintained that merchant. Angui was very interested to follow the merchant

returned to his country.

"The boy's mother will not be lost," said the merchant convincing. "Believe Mom, someday he

would return to see his mother, not as Angui that right now, but as a famous person."

Although Nene Kudampai has given up her son's departure, he could not hide his harunya when

it will split. Growing sadness and compassion when all three animals Angui requested that his

playmate had been best preserved by his mother.

"Mom, please keep the pork a white mother, white dog, and my white chicken. Do not waste

your Mother! "Angui said, kissing her mother's hand with tears.

Merchant Keling returned to his country and arrived safely with Angui. Angui nurtured and

dipeliharanya, any more than maintaining biological children. Angui life be spoiled-spoiled

because his will is always granted his foster parents. Comforting it be bad to him. He forgot

himself and became a bad boy, lazy, and waster.

Merchant Keling often stunned by himself.

"Something was wrong," he said to himself, "seems to circumstances of birth do not necessarily

reflect the nature and character of a person."

Merchant Keling was no longer able to become foster parents Angui. Angui presence in the

family was only troubled him alone. There is no other way that can be taken in addition to expel

Page 5: Legenda Gunung Batu Hapu

Versi file lengkapnya dalam Ms. Wordnya Bisa Di Ambil Di: https://bisnisbook.wordpress.com http://ebookloe.wordpress.com

Angui. Keling merchant would not maintain it anymore.

Angui very sorry for his behavior during this. What regret later charged because there is no

order. He lives go alone no direction. Have a good chance of utter siakannya.

Thankfully, Angui gradually able to overcome her despair.

"I have to become a successful human being," she says with determination.

He took the attitude of lazy and willing to work fingers to the bone. He does not feel ashamed to

do any job, provided it is lawful employment.

Several years later, thanks to hard work and honesty in work, is becoming a wealthy merchant.

His net worth is not less than the wealth Keling merchant who had been a foster parent. Keling's

fame exceeds the merchant.

Finally, wealth exceeds the wealth Angui anyone in the country that Keling. His name is more

famous after successfully editing Keling princess became his wife. Since becoming law of the

king, Angui got a new name, namely Bambang Padmaraga.

Despite the already wealthy, Angui aka Bambang Padmaraga often remembered hometown. He

greatly longed to her mother, Nini Kudampai. He also remembered the white pigs, white dog,

and a white chicken, three friends who loved to play. In addition, he wanted to introduce his wife

to his mother and show its success in overseas. He wants his mother happy that many years left

with no news.

On one day, Angui prepare a ship complete with his men. Do not forget also equipped for long

trips and souvenirs, Host caregiver for his wife participated in the voyage to the country. He and

his wife occupy a special chamber within the ship which laid out so beautifully as in a palace.

News return Angui and his wife, daughter of the king Keling, with increased ship immediately

spread to all corners. Nini Kudampai was heard with great gratitude and joy. Moreover, his son

was said to moor the ship and leaned some distance from his residence.

Nini Kudampai immediately went to the port with the third herd of pets playmate Angui, namely

white pigs, white dog, and a white chicken. He hopes for Angui immediately recognize it by

looking at the third animal.

Nini Kudampai was called to see Angui standing side by side with his wife on board, "My son!"

Actually, Angui recognize his mother and three pets. However, he was ashamed to admit it in

front of his wife because his mother is very disheveled appearance. Far different from he and his

wife. He turned away and gave orders to his subordinates, "Throw it tacky woman!"

Shattered hearts Iuluh Nini Kudampai expelled and humiliated son who was born and

dibesarkannya bladder. Angui mendurhakainya as the biological mother. The poor mother

immediately went home. Arriving at the house, is begging to the Almighty for Angui receive the

curse.

Not to burst ripple on the lips, once completed Nini kudampai submit a request to the Lord, even

hurricane raged. Thunder boomed and lightning split the earth. Quick cocks-fight and suddenly

the sky was pitch black. Heavy rain poured from the sky like. Waves roll along the vessel Angui

and wife and their men. The ship and all its contents were terdarnpar between Tambarangan and

Lawahan. Finally, the ship and its contents turned to stone.

Page 6: Legenda Gunung Batu Hapu

Versi file lengkapnya dalam Ms. Wordnya Bisa Di Ambil Di: https://bisnisbook.wordpress.com http://ebookloe.wordpress.com

GENERIC STRUCTURE

ORIENTATION

long ago on the border of the two villages there lived a poor widow with her son. Name Nini

Kudampai widow, while his son name Angui.

COMPLICATION

Nini Kudampai never complained. He works hard for his life with her son fulfilled.

At that time, Angui still small, so he still likes to play, there is no awareness to help his mother

worked. Angui has no peer as a friend to play. Instead, he accompanied three favorite animals,

namely a white rooster, white pig, and a dog who is also white fur. Wherever he went, the three

tails pet that always accompany it.

RESOLUTION

Nini kudampai submit a request to the Lord, even hurricane raged. Thunder boomed and

lightning split the earth. Quick cocks-fight and suddenly the sky was pitch black. Heavy rain

poured from the sky like. Waves roll along the vessel Angui and wife and their men. The ship

and all its contents were sinks between Tambarangan and Lawahan. Finally, the ship and its

contents turned to stone.

REORIENTATION

love your parents because of them we can see the world