LEGALITAS LEMBAGA AMIL ZAKAT DALAM HUKUM ISLAM...
Transcript of LEGALITAS LEMBAGA AMIL ZAKAT DALAM HUKUM ISLAM...
LEGALITAS LEMBAGA AMIL ZAKAT DALAM HUKUM
ISLAM DAN PERUNDANG - UNDANGAN DI INDONESIA
(STUDI KASUS BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salahsatu Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
Mohd.Zaki11140430000050
KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUMPROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUMUNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
2018 H/ 1440 M
ii
iii
iv
V
ABSTRAK
Mohd.Zaki. NIM 11140430000050. LEGALITAS LEMBAGA AMILZAKAT DALAM HUKUM ISLAM DAN PERUNDANG-UNDANGAN DIINDONESIA (STUDI KASUS BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN).Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum (PMH), KontsenrasiPerbandingan Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas IslamNegeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440 H/2018 M.
Melaksanakan zakat merupakan salah satu dari kewajiban umat muslim.Sebagai pengelola zakat yang diakui oleh agama dan negara sesuai denganUndang-Undang No.23 tahun 2011. Bahwa pengelola (amil) zakat yang sahadalah pekerja yang diangkat oleh imam (pemerintah).maka setiap pegawai zakatyang berada di provinsi,kabupaten swasta dan Masyarakat (amil tradisional) harusmendapat legalitas dalam rangka melaksanakan kegiatan pengelolaan harta zakat.tujuan diharuskan setiap pegawai zakat mendapat legalitas supaya dalam tatakelola pengelolaan harta zakat menjadi lebih bagus, terstruktur dan selalu dalampengawasan pemerintah sehingga tujuan haqiqi dari kewajiban zakat tercapaiyaitu menjadi negara yang madani dan terlepas dari kemiskinan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana legalitaslembaga amil zakat dalam perpesktif hukum Islam dan Peraturan Perundangan-undangan tentang pengelolaan zakat sebagai salah satu faktor pendorong bagiamil mendapat kebebasan dalam pengelolaan zakat yang yang dibatasi denganhukum Islam dan peraturan tentang pengelolaan zakat di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif,yangmenggambarkan mengenai peristiwa yang terjadi pada masyarakat dan kemudiandianalisis kembali untuk mendapatkan hasil berdasarkan tujuan penelitian.Penelitian ini dilakukan di BAZNAS Kota Tangerang Selatan, yang beralamat diJl. Benda Barat XIV Blok C.32 No. 8 Pamulang Permai II Pamulang TangerangSelatan pada bulan Maret 2018.
Hasil dari penelitian ini dapat digambarkan bahwa BAZNAS adalahmerupakan suatu lembaga pemerintah baik tingkat nasional, provinsi,kota/kabupaten yang mempunyai legalitas yang jelas. Setiap pengelola zakat(amil) yang berbentuk perseorangan atau berbentuk lembaga wajib mendapatlegalitas dari Imam atau pemerintah setempat supaya mendapat kepastian hukum.Tidak terdapat perbedaan yang sangat signifikan dalam hukum Islam danPeraturan Perundang-undangan dalam kewajiban mendapat legalitas pengelolazakat.
Kata kunci: Legalitas Pengelola Zakat, Badan Amil Zakat Nasional
Pembimbing : 1. Dr. A. Mukri Aji, M.A.: 2. Hidayatulloh, M.H.
Daftar Pustaka : 1986 s.d 2017
vi
ABSTRACK
Mohd.Zaki. NIM 11140430000050. LEGALITY OF AMIL ZAKATINSTITUTION IN ISLAMIC LAW AND LEGISLATION IN INDONESIA(CASE STUDI OF BAZNAS IN SOUTH TANGERANG CITY).Comparative Law and Legal Study Program (PMH),Contentration ofComparative Law, Faculty of Sharia and Law, Syarif Hidayatullah StateIslamic University Jakarta, 1440 H/2018 M.
Carrying out zakat is one of the obligations of Muslims. As a zakatmanager recognized by religion and the state in accordance with Law No.23 of2011. That the official (amil) zakat is a worker appointed by the imam(government). Then every zakat employee in the province, private district and Thecommunity (traditional amil) must get legality in order to carry out themanagement of zakat. the goal is required that each zakat employee get legality sothat in the management of zakat assets becomes better, structured and alwaysunder government supervision so that the objective of zakat obligations isachieved, namely to become a civilized state and free from poverty.
The purpose of this study was to find out how the legality of the amil zakatinstitution in the Islamic law and regulations on the management of zakat as oneof the driving factors for amil to get freedom in the management of zakat which islimited by Islamic law and regulations on the management of zakat in Indonesia.
This study uses a qualitative-descriptive method, which describes theevents that occur in the community and then analyzed again to get results basedon the research objectives. This research was conducted in BAZNAS SouthTangerang City, having its address at Jl. Barat Barat XIV Blok C.32 No. 8Pamulang Permai II Pamulang South Tangerang in March 2018.
The results of this study can be illustrated that BAZNAS is a governmentinstitution at the national, provincial, city / district level that has clear legality.Every zakat manager (amil) in the form of an individual or in the form of aninstitution must obtain legality from the Imam or local government in order toobtain legal certainty. There is no very significant difference in Islamic law andlegislation in the obligation to get the legality of zakat managers.
Keywords: Legality of Zakat Management, National Zakat Agency
Advisor : 1. Dr. A. Mukri Aji, M.A.
: 2. Hidayatulloh, M.H.
Bibliography : 1986 s.d 2017
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan
asing (terutama Arab) ke dalam tulisan Latin. Pedoman ini diperlukan terutama
bagi mereka yang dalam teks karya tulisnya ingin menggunakan beberapa istilah
Arab yang belum dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup masih
penggunaannya terbatas.
a. Padanan Aksara
Berikut ini adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin:
Huruf
Arab Huruf Latin Keterangan
ا Tidak dilambangkan
ب b be
ت t te
ث ts te dan es
ج j Je
ح h ha dengan garis bawah
خ kh ka dan ha
د d de
ذ dz de dan zet
ر r Er
ز z zet
س s es
viii
ش sy es dan ye
ص s es dengan garis bawah
ض d de dengan garis bawah
ط t te dengan garis bawah
ظ z zet dengan garis bawah
ع koma terbalik di atas hadap kanan
غ gh ge dan ha
ف f ef
ق q Qo
ك k ka
ل l el
م m em
ن n en
و w we
ه h ha
ء apostrop
ي y ya
b. Vokal
ix
Dalam bahasa Arab, vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia, memilikivokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokaltunggal atau monoftong, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
ــــــــــ a fathah
ــــــــــ i kasrah
ــــــــــ u dammah
Sementara itu, untuk vokal rangkap atau diftong, ketentuan alih aksaranyasebagai berikut:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
ــــــــــي ai a dan i
و ــــــــــ au a dan u
c. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arabdilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
اـــــ â a dengan topi diatas
î i dengan topi atas
وـــــ û u dengan topi diatas
d. Kata Sandang
x
Kata sandang, yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf alifdan lam (ال), dialih aksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti hurufsyamsiyyahatau huruf qamariyyah. Misalnya: اإلجثھاد =al-ijtihâd
=الرخصة al-rukhsah, bukan ar-rukhsah
e. Tasydîd (Syaddah)
Dalam alih aksara, syaddah atau tasydîd dilambangkan dengan huruf,yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah. Tetapi, hal ini tidakberlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandangyang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya: الشفعة = al-syuî ‘ah, tidakditulis asy-syuf ‘ah
f. Ta Marbûtah
Jika ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat contoh 1)atau diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2), maka huruf ta marbûtah tersebutdialihaksarakan menjadi huruf “h” (ha). Jika huruf ta marbûtah tersebut diikutidengan kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihasarakan menjadi huruf “t”(te) (lihat contoh 3).
No Kata Arab Alih Aksara
1 شریعة syarî ‘ah
2 الشریعة اإلسالمیة al- syarî ‘ah al-islâmiyyah
3 مقارنة المذاھب Muqâranat al-madzâhib
g. Huruf Kapital
Walau dalam tulisan Arab tidak dikenal adanya huruf kapital, namundalam transliterasi, huruf kapital ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuanyang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Perlu diperhatikanbahwa jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka huruf yang ditulis denganhuruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal katasandangnya. Misalnya, .al-Bukhâri, tidak ditulis al-Bukhâri =البخاري
Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alihaksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal.Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama yang berasal dari duniaNusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kara nama tersebut
xi
berasal dari bahasa Arab. Misalnya: Nuruddin al-Raniri, tidak ditulis Nûr al-Dînal-Rânîrî.
h. Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism) atau huruf (harf), ditulissecara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara dengan berpedomanpada ketentuan-ketentuan di atas:
No Kata Arab Alih Aksara
1 الضرورة تبیح المحظورات al-darûrah tubîhu almahzûrât
2 اإلقتصاد اإلسالمي al-iqtisâd al-islâmî
3 أصول الفقھ usûl al-fiqh
4 األشیاء اإلباحة األصل فى al-‘asl fi al-asyyâ’ alibâhah
5 المصلحة المرسلة al-maslahah al-mursalah
xii
بسم اهللا الرحمن الرحيمKATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Legalitas Lembaga Amil Zakat Dalam Hukum Islam Dan Perundang-
Undangan di Indonesia ( Studi kasus BAZNAS Kota Tangerang Selatan)”.
Sholawat beserta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan menuju alam yang penuh
dengan Ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan ribuan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini. Terima kasih atas dukungan moril maupun materil yang telah diberikan
kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Perkenankanlah penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Phil. Asep Saepudin Jahar, M.A., Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum serta para Pembantu Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Fahmi Ahmadi, M.Si, ketua Program Studi Perbandingan Mazhab
dan Bapak Hidayatulloh, M.H, Sekretaris Program Studi Perbandingan
Mazhab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang menjadi tempat konsultasi
dalam menyelesaikan perkuliahan dan skripsi
3. Ibu Dewi Sukarti, M.A., Dosen Pembimbing Akademik yang selalu
memberi semangat dan arahan selama proses perkuliahan sampai akhir
penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Dr. A. Mukri Aji, M.A dan Bapak Hidayatulloh, M.H.dosen
pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan masukan dan arahan
serta bimbingan sampai skripsi ini selesai.
xiii
5. Bapak Dr.Fuad Thohari, M.Ag. dan Ibu Dr.Afidah Wahyuni, M.A., dosen
penguji proposal skripsi yang telah membimbing dan memberikan arahan
dan masukan dalam langkah awal skripsi ini.
6. Para dosen di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Yang telah memberikan ilmunya dalam berbagai disiplin keilmuan,
baik dalam dalam kelas maupun diluar perkuliahan, semoga selalu
mendapat balasan dari Allah SWT dan bermanfaat bagi penulis.
7. Tak lupa dan teristimewa, terkhusus ungkapan terima kasih untuk ayahanda
dan ibunda yang tercinta, H. Syech Abdul Qadir dan Hj. Siti Aisyah yang
telah mengurus penulis dari kecil sampai besar. selalu memberikan
dukungan dan doanya setiap waktu.sehingga penulis dapat menyelesaikan
kuliah jenjang strata 1 ini.
8. Buat kakanda Sarbawi serta semua anggota keluarga yang selalu memberi
support memberikan semangat dan dukungan moril semoga mendapat
balasan dari Allah SWT amin..
9. Seluruh pengurus BAZNAS Kota Tangerang Selatan. Terima kasih atas
waktu dan kesediaannya kepada penulis untuk melakukan penelitian di
BAZNAS Kota Tangerang Selatan.
10. Seluruh teman-teman sejawat seperjuangan Program Studi Perbandingan
Mazhab angkat 2014 yang selalu ceria ketika didalam kelas,selalu semangat
mengerjakan tugas kuliah, selalu meluangkan waktu bersama dalam
berdiskusi dan berbagi ilmu.
11. Dewi Mukti Hidayat, Ummi kultsum,Husnul Khotimah, Muharromah, Faza
Asy’ari, Dimas Permadi, Ilham Aprianto, Husnia Laili, yang telah menerima
dan menjadikan penulis sebagai sahabat. penulis berharap persahabatan
tersebut tetap terjalin selamanya.Amin Ya Robbal A’lamin.
12. Teman-teman semangat Skripsi yang penulis banggakan, Muadz Anshory,
Furqon Efendi,Achmad Djazuli dan Fahrul rinaldi waktu kebersamaaan
xiv
bersama kalian tidak akan terlupakan serta adik-adik mahasiswa Program
Studi Perbandingan Mazhab yang selalu memberikan dukungan dan saran
dan masukan kepada penulis.
13. buat my soulmate yang yang selalu memberi dukungan dan doa dalam
menyelesaikan skripsi ini, muda-mudahan Allah selalu memberi limpahan
berkahannya kepada kita. Amin ya robb.
12. Perpustakaan FSH, Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
serta Perpustakaan Imam Jamal Lebak Bulus.Terima kasih telah
memudahkan penulis untuk mencari sumber-sumber dalam menyelesaikan
skripsi ini.
13. Seluruh pihak yang ikut andil memberikan dukungan moril dan materil yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namun sama sekali tidak
mengurangi rasa terima kasih penulis. Semoga rahmat Allah selalu
menyertai mereka.
Semoga segala apa yang telah diberikan kepada penulis, mendapatkan
balasan dari Allah SWT dan penulis memohon maaf atas segala salah dan khilaf
yang telah penulis lakukan selama ini. Penulis sangat menyadari bahwa dalam
penyusunan skripsi ini sangat banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu
penulis berharap setiap saran dan kritik yang membangun untuk penulis dan
pembaca. Semoga skripsi ini memberika banyak kemanfaatan khusus nya bagi
penulis dan pada pembaca pada umumnya.
Jakarta, 18 Oktober 20189 Safar 1440
Penulis
xv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
LEMBAR PENGESAHAN iii
LEMBAR PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
KATA PENGANTAR xii
DAFTAR ISI xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi, Pembatasan Dan Perumusan Masalah 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 9
D. Review Studi Terdahulu 9
E. Batasan Konsep 12
F. Metode Penelitian 14
G.Sistemtika Pembahasan 15
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AMIL ZAKAT
A. Pengertian Tentang Zakat 17
1. Pengertian Zakat 17
2. Dasar Hukum Zakat 19
B. Amil Zakat 23
1. Amil Perseorangan 26
2. Amil Lembaga Hukum/Lembaga Pendidikan 29
C. Ketentuan Amil Zakat Dalam Hukum Islam 31
D. Amil Zakat Dalam Peraturan Perundang-Undangan Di Indonesia 33
BAB III PROFIL BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN
A. Sejarah BAZNAS Kota Tangerang Selatan 37
1. Profile BAZNAS Kota Tangerang Selatan 37
B. Visi Misi Dan Struktur Lembaga 43
1. Visi 43
2. Misi 43
xvi
3. Struktur Lembaga 44
C. Muzakki dan Mustahiq BAZNAS Kota Tangerang Selatan 44
1. Muzakki 44
2. Mustahiq 45
D. Kebijakan Strategis Dalam Mensosialisasikan Zakat Kepada
Masyarakat 46
BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HUKUM (STUDI KOMPATIFE)
DALAM HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO.23 TAHUN 2011
A. Legalitas Amil Zakat Perorangan dan Lembaga Pendidikan/Lembaga
Badan Hukum Menurut Hukum Islam 47
1. Imam Syafi’i 492. Imam Maliki 513. Imam Hanafi 524. Imam Hambali 53
B. Legalitas Amil Zakat Perorangan Dan Lembaga Pendidikan/Lembaga Badan Hukum Menurut UU No.23 Tahun 2011 56
C. Analisis Perbandingan Hukum (Studi Komparatif) Hukum Islam dan
Undang-Undang No.23 tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat 60
1. Legalitas Pengelola Zakat Menurut Hukum Islam 61
2. Legalitas Pengelola Zakat Menurut UU.No.23 Tahun 2011 62
3. Legalitas Pengelola Zakat Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi (MK)
64
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 68
B. Saran 69
DAFTAR PUSTAKA 70
LAMPIRAN 74
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Zakat merupakan salah satu pondasi atau dasar agama Islam. Kewajiban
Zakat telah ditetapkan oleh Al-quran dan Al-hadist, ijma’ dan qiyas. Kedudukan
Zakat sangat sentral, strategis dan luhur dalam ajaran Islam sehingga keberadaan-
nya dianggap sebagai ma’luum minad-diin bidh-dharurah atau di ketahui secara
otomatis adanya dan merupakan bagian mutlak dari keislaman seseorang.1 Zakat
datang untuk mendeklarasikan persamaan, kasih mengasihi, sayang menyayangi,
kerja sama, dan mencongkel akar-akar kejahatan yang mengancam nilai-nilai
luhur, keamanan, kesejahteraan, dan asas- asas yang menjamin kelestarian
manusia untuk kemaslahatan dunia dan akhirat.2 Banyak sekali perintah zakat
secara global didalam Al-qur’an seperti halnya sholat bahkan lebih dibandingkan
dengan perintah sholat.3
Banyak ayat didalam Al-quran yang menjelaskan tentang zakat baik yang
berkenaan dengan hukum melaksanakannya, orang yang mengeluarkannya
(muzakki) dan para penerimanya (mustahiq). Terdapat dua ayat pokok yang
menjelaskan secara jelas yang menggambarkan tentang pengelolaan zakat. Dua
ayat yang dimaksud adalah sebagai berikut. ayat yang terdapat dalam QS Al-
Baqarah{2}; 267
تی ال ض و ر األ ن م نا لكم ج ر ما أخ م و بتم س ا ك طیبات م ن فقوا م نوا أن آم ین یا أیھا الذ نھ تنفقون م بیث وا الخ مم
.(البقرة/ ید م ح ني غ هللا وا أن لم اع وا فیھ و ض م تغ أن یھ إال ذ بآخ تم لس )٢:٢٦٧و
Artinya:“Hai orang-orang beriman, nafkahkanlah( dijalan Allah) sebagian dari
hasil usahamu yang baik- baik dan sebagian dari apa yang kami
1 Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern. (Depok: Gema Insani, 2007),cet. II, h.1.
2 Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Fatawa fi Ahkamiz Zakat. Penerjemah GhazaliMukri, Fiqih Zakat Kontemporer Soal Jawab Ihwal Zakat dari yang Klasik Hingga Terkini(Surakarta: Al-Qowam, 2011), h.2.
3 Al-Qardhawi, Fiqh Zakat, Juz 2.cet 21, (Beirut: Muassasah Risalah, 1993),cet.21,juz.II,h. 541.
2
2
keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang
buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu kamu
sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata
terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji.”(QS.Al-BaQarah; 267).
Firman Allah
قاب و في الر و لفة قلوبھم ؤ الم لیھا و ع لین ام الع و اكین س الم و اء للفقر قات د ا الص إنم ابن و هللا بیل في س و ین ارم الغ
.(التوبة/ كیم لیم ح ع هللا و هللا ن ة م فریض بیل ) ٩:٦٠الس
Artinya;“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang- orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat ( Amil), para mu’allaf
yang di bujuk hatinya,untuk ( memerdekakan) budak, orang- orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam
perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah
maha mengetahui lagi maha bijaksana.”( QS. At-Taubah; 60).
Dua ayat ini dapat diambil suatu kesimpulan bahwa didalam Al-Qur’an
sudah dijelaskan konsep dalam melaksanakan zakat. Surah Al-Baqarah {2}:267
menggambarkan suatu perintah pengambilan harta zakat dari semua bentuk materi
kekayaan.sedangkan ayat kedua At-Taubah {9};60 ini menjelaskan perihal pihak
yang wajib menerima penyaluran dana zakat.4
Syekh al-Qardhawi menjelaskan, para fuqahâ sepakat bahwa penguasa
atau pemerintah wajib mengangkat dan mengirim petugas untuk memungut
zakat. Karena di masyarakat kita banyak orang yang memiliki harta, namun tidak
mengetahui kewajiban zakat atau mereka sudah mengetahui kewajiban zakat tapi
memiliki sifat kikir, maka wajib adanya para pemungut zakat.5
Sebagaimana firman Allah swt yang yang berbunyi:
ل ص بھا و یھم ك تز و ھم قة تطھر د ص الھم و أم ن ذ م .خ لیم یع ع م س هللا و لھم كن تك س ال ص إن لیھم ع
)٩:١٠٣(التوبة/
4 Kuntoro Noor Aflah, Mohd. Nasir Tajang, Zakat & peran Negara. (Jakarta: ForumZakat ( FOZ),2006), h.5.
5 Al-Qardhawi. Fiqh-al-Zakah. (Beirut,Muassasah Risalah,1991), cet.21, Juz.II, h.580
3
Artinya :“Ambillah zakat sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dn mensucikan mereka dan bererdoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu ( menjadi ) ketentraman bagi jiwa
mereka. Dan Allah maha mendengar lagi maha mengetahui,”( QS.At-
Taubah;103).
Jumhur (mayoritas) ulama’ menyimpulkan dari ayat di atas, bahwa yang
berhak mengambil atau yang menghimpun zakat adalah pemerintah, yakni umara’
yang menegakkan syariat Islam. Pemerintah menurut pandangan Islam,
bertanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyatnya. Pemerintah selaku khalifah
Allah menanggung amanat dari Allah swt dan selaku khalifah khulafa’illah. 6
Al-Qardhawi mengatakan: Jumhur ulama” sepakat bahwa pengelolaanzakat harta yang tidak tersimpan (al-zhahirah) adalah kewenangan penuhpenguasa, penguasa berhak memungutnya secara paksa.dikarenakan nabi SAWmengirim seorang utusan untuk mengambil harta zakat, dan memerangi orangyang tidak mau membayarnya. Namun pengelolaan zakat harta yang tersimpan( al-bathinah ) terdapat perbedaan pendapat para imam mazhab. Mazhab Hanafidan Syafi’i memandang bahwa pengelolaan zakat amwal al-bathinah diserahkankepada pemiliknya. Mazhab Maliki berpendapat bahwa orang harus (wajib)menyerahkan seluruh zakatnya baik yang zhahir maupun yang bathin kepadapenguasa meskipun mereka zhalim, sepanjang mereka amanah (adil) dalammengelola zakat. Sedangkan madzhab Hambali berpendapat menyerahkan zakatkepada penguasa adalah tidak wajib. Tetapi diperbolehkan, baik penguasa ituadil maupun zhalim, baik zakat zhahir maupun bathin.7
Pengumpulan zakat telah dilakukan sejak awal Islam oleh nabi
Muhammad (571-632). Menurut pendapat mayoritas dimulai sejak tahun ke -2
hijrah (624).8 Pada masa Rasullullah pengumpulan dan penyaluran zakat di kelola
oleh beliau sendiri. Namun seiring dengan berkembangnya wilayah negara
Islam,Nabi Muhammad kemudian mengangkat “ sejumlah besar” petugas zakat.
6 Fakhruddin, Fiqih dan Management Zakat di Indonesia. (UIN-MalangPress; 2008),h.216
7 Al-Qardhawi. Fiqh-al-Zakah. (Beirut,Muassasah Risalah,1991), cet.21, Juz.II, h.758-761
8 Yusuf Wibisono, Mengelola Zakat di Indonesia Diskursus Pengeolaan Zakat Nasionadari Rezim Undang-undang no 38 Tahun 1999 ke Rezim Undang-undang N0 23 Tahun 2011.(Jakarta; Prenamedia Group,2015), h.133.
4
Hal ini kemudian menjadi landasan secara umum bahwa sejak masa Nabi
Muhammad masalah zakat adalah urusan dan tugas pemerintah.9
Dinamika pengelolaan zakat pada masa awal Islam ini, diriwayatkansecara lengkap oleh Abu ‘Ubayd (w. 224/ 838). Pada awalnya zakat diserahkanlangsung kepada nabi Muhammad SAW atau orang yang dipercayakan nabiuntuk mengelolanya. Di masa Abu Bakar, zakat diserahkan kepada Abu Bakaratau orang yang dipercayakan untuk mengelolanya. Demikian pula dimasa Umar,zakat diserahkan kepada Umar atau orang yang telah dilantik untuk mengelolanya.Hal ini berlanjut dimasa Ustman, dimana Zakat diserahkan kepada Ustman atauorang yang telah diresmikan untuk mengelolanya. Namun pasca ‘Ustmanterbunuh, yaitu sejak masa kekuasaan ‘Ali, terjadi perbedaan pendapat dimasyarakat muslim, sebagian tetap menyerahkan Zakat kepada penguasa dansebagian lainnya mendistribusikan zakat secara langsung kepada mustahik.10
Di Indonesia pun terjadi fenomena yang sangat menarik dalam sejarah
perkembangan praktik pengelolaan zakat. Dari rezim Undang - Undang No. 38
Tahun 1999 rezim Undang-undang No. 23 Tahun 2011. Dalam UU No.38 tahun
1999 itu sangat terbuka peluang membentuk Lembaga Pengelola Zakat. Sehingga
satu demi satu muncul Lembaga pengelola zakat di tanah air.11
pada era ini telah tumbuh kesadaran pada masyarakat muslim untuk
mengelola zakat secara kolektif yang diatur dengan management yang jelas.
Bahkan tidak sedikit muncul badan amil zakat, yang berada ditingkat pusat,
wilayah, daerah dan bahkan ditingkat desa, baik yang dibentuk oleh pemerintah
maupun oleh organisasi sosial keagamaan, seperti Nadhlatul Ulama’,
Muhammadiyah, maupun organisasi keagamaan lainnya12.
Masyarakat muslim pada sekarang ini tidak akan kesulitan untuk
mengeluarkan zakat dimanapun berada karena banyaknya lembaga-lembaga amil
zakat swasta yang dibentuk oleh masyarakat sipil. Bahkan, sekarang telah muncul
9 Yusuf Wibisono, Mengelola Zakat di Indonesia Diskursus Pengeolaan Zakat Nasionadari Rezim Undang-undang no 38 Tahun 1999 ke Rezim Undang-undang N0 23 Tahun 2011. (Jakarta; Prenamedia Group, 2015), h.134.
10 Yusuf Wibisono, Mengelola Zakat di Indonesia Diskursus pengeolaan Zakat Nasionadari Rezim Undang-undang no 38 Tahun 1999 ke Rezim Undang-undang N0 23 Tahun 2011, h.139.
11 Kuntoro Noor Aflah, Mohd. Nasir Tajang, Zakat & Peran Negara. (Jakarta: ForumZakat ( FOZ),2006), h.ix
12 Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern. (Depok: Gema Insani, 2007),cet.II, h.6.
5
beragam model pelayanan yang bersedia membantu atau melayani menghitung
harta zakat yang akan dikeluarkan yang berbentuk komunitas dan perseorangan
(alim ulama) seperti panitia zakat yang dibentuk oleh DKM yang terdapat pada
Masjid dan Muholla- musholla yang ada di Indonesia dan lembaga hukum atau
lembaga pendidikan yang menarik zakat kepada para murid atau siswanya.
Kelahiran Undang - Undang No. 23 Tahun 2011 memberi angin segar
dalam pengelolaan zakat untuk mencapai tujuan yang dimaksud yaitu
meningkatkan efektivitas dan efesiensi pelayanan dalam mengelola zakat,
mensejahterakan umat dan menanggulangi kemiskinan. UU No. 23 Tahun 2011
merupakan bentuk UU Syariah yang dimasukkan dalam UU positif supaya
mencapai tata kelola yang baik (good governance) dalam zakat nasional.13
UU No. 23/2011 secara drastis merubah rezim zakat nasional dengan
mensentralisasi pengelolaan zakat nasional sepenuhnya oleh pemerintah melalui
BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) yang melaksanakan seluruh aspek
pengelolaan zakat meliputi fungsi regulator ( pasal 7 ayat 1 huruf a,c, dan d)
maupun fungsi operator (pasal 7 ayat 1 huruf b). 14 Sedangkan pengakuan
pengelola zakat yang berbentuk komunitas atau perseorangan terdapat dalam
peraturan pemerintah (PP) No.14 tahun 2014 pasal 66 ayat (1) dan (2).15
BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) sebagai pemegang mutlak
pengelola zakat yang disahkan oleh negara, maka peran masyarakat sipil dalam
pengelolaan zakat nasional yang disebut Lembaga Amil Zakat (LAZ) kini hanya
merupakan sebagai pembantu BAZNAS ( pasal 17).16 UU No. 23/2011 memberi
13 Budi Rahmat Hakim,” Analisis terhadap Undang-Undang No.23 Tahun 2011 tentangPengelolaan Zakat ( perspektif hukum Islam,”Syariah jurnal ilmu hukum,15,2, (Desember:2015),h.159.
14 Yusuf Wibisono, Mengelola Zakat di Indonesia Diskursus PengeolaanZzakat Nasionadari Rezim Undang-undang no 38 Tahun 1999 ke Rezim Undang-Undang N0 23 Tahun 2011.(Jakarta; Prenamedia Group,2015), h. 113.
15 UU No.23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat16Yusuf Wibisono, Mengelola Zakat di Indonesia Diskursus Pengeolaan Zakat Nasional
dari Rezim Undang-undang no 38 Tahun 1999 ke Rezim Undang-Undang N0 23 Tahun 2011.h.114
6
penguatan yang signifikan kepada BAZNAS yaitu ditetapkan sebagai satu-
satunya lembaga yang berwenang dalam pengelolaan zakat nasional ( pasal 6).17
Ket:*kerangka pengelolaan zakat ini berdasarkan pada pada Undang-Undang No 23 Tahun
2011 dan peraturan pemerintah No.14 Tahun 2014 tentang pengelolaan zakat.
UU No. 23/2011 tentang pengelolaan zakat dan PP No. 14 Tahun 2014
tentang pelaksaan UU No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, bahwa
pengelola zakat di Indonesia ada tiga:18
1. BAZNAS ( tingkat nasional,provinsi, dan kabupaten/ kota).
2. LAZ ( tingkat nasional,provinsi, dan kabupaten/ kota).
17Yusuf Wibisono, Mengelola Zakat di Indonesia Diskursus Pengeolaan Zakat Nasionadari Rezim Undang-undang no 38 Tahun 1999 ke Rezim Undang-Undang N0 23 Tahun 2011.h.114
18 Lihat UU No.23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
KERANGKAPENGELOLAAN ZAKAT DI
INDONESIA*
BAZNAS
BAZNASNASIONAL PRESIDEN
BAZNASPROVINSI GUBERNUR
BAZNAS KAB/KOTA
BUPATI/WALIKOTA
LAZ
LAZ NASIONAl MENTERI AGAMA
LAZ PROVINSI DIRJEN ZAKAT
LAZ KAb/ KotaKAKANWILKEMENAGPROVINSI
AMIlTRADISIONAL KUA
7
3. Pengelola zakat perseorangan atau kumpulan perseorangan dalam suatu
komunitas masyarakat atau wilayah yang belum terjangkau oleh
BAZNAS dan LAZ.
Di Indonesia fenomena memberikan zakat kepada lembaga amil zakat
yang berbentuk lembaga pendidikan atau lembaga hukum dan kepada amil
perseorangan seperti pengurus atau takmir masjid atau para tokoh merupakan
aktifitas yang sering dilakukan, maka dengan munculnya Undang-Undang yang
mengatur tentang pengelolaan zakat yang dimasukkan kedalam bagian dari
Undang-undang positif memberikan pertanyaan dan kegunggahan pada
masyarakat selama ini.bagaimana keabsahan dan hukum memberikan zakat
kepada amil zakat diatas yang belum tentu mereka mendapat legalitas dari negara
dan apakah mereka termasuk amil syar’i sesuai dengan syariah setelah adanya
Undang-undang yang mengatur tentang pengelolaan zakat.
Dengan beberapa permasalahan yang penulis paparkan diatas, skripsi ini
akan membahas dan mengetahui lebih lanjut mengenai “LEGALITAS
LEMBAGA AMIL ZAKAT DALAM HUKUM ISLAM DAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA (STUDI KASUS BAZNAS
KOTA TANGERANG SELATAN)
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis telah kemukakan di atas,
maka problematika yang berhubungan dengan zakat merupakan suatu hal yang
sangat penting untuk dibahas, karena salah satu tujuan diwajibnya zakat adalah
mewujudkan kesejahteraan ekonomi pada masyarakat dan ini merupakan salah
satu alternatife yang membantu pemerintah menyelesaikan kondisi krisis yang
melanda bangsa Indonesia. Adanya ikut campur tangan pemerintah dalam
pengelolaan zakat merupakan salah satu dasar yang dapat difahami bahwa zakat
ketika dapat dikelola dengan sistem yang baik ( good governance) maka akan
tercapai tujuan yang hakiki dari kewajiban melaksanakan zakat.
Beberapa masalah yang dapat penulis identifikasikan sebagai berikut :
8
a. Dasar hukum pengelolaan zakat?
b. Apakah amil perorangan dan lembaga pendidikan/lembaga hukum
termasuk kategori amil syar’i?
c. Bagaimana hukum memberikan zakat kepada amil perorangan dan
Lembaga pendidikan?
d. Bagaimana bentuk legalitas yang harus di pegang oleh pengelola zakat?
2. Pembatasan Masalah
Agar kajian ini tidak terlalu luas dan terbatas mengingat terlalu banyak
problematika yang timbul dalam penelitian ini, oleh karenanya penulis membatasi
dalam mengkaji legalitas sangatlah penting, berdasarkan hal itu maka penulis
membatasi fokus masalah mengenai legalitas amil zakat dalam konteks hukum
Islam dan peraturan perundangan-undangan tentang pengelolaan zakat yang ada di
Indonesia. Yang mana berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas maka
penulis ingin membahas dan mengetahui lebih lanjut lagi mengenai analisis
perbandingan terhadap legalitas amil zakat menurut hukum Islam dan peraturan
perundang- undangan di Indonesia.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka penulis
merumuskan masalah pokok penelitian ini adalah bagaimana Legalitas Lembaga
Amil Zakat Dalam Hukum Islam dan Peraturan Perundang-undangan di Indonesia
(Studi Kasus BAZNAS Kota Tangerang Selatan). Untuk menjawab masalah-
masalah tersebut, terlebih dahulu akan dijawab pertanyan-pertanyaan yang lebih
spesifik mengenai masalah pokok. Sub-sub pertanyaan-pertanyaan itu adalah
sebagai berikut:
a. Bagaimana legalitas Amil zakat perorangan (tradisional) dan lembaga
pendidikan/lembaga hukum menurut Hukum Islam dan peraturan
perundangan di Indonesia ?
b. Bagaimana perbandingan perspektif fiqih Mazhab dan peraturan
perundang-undangan di Indonesia tentang amil zakat ?
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
Dalam penelitian ini penulis memiliki tujuan, yaitu:
a. Untuk mengetahui konsep legalitas lembaga Amil zakat menurut hukum
Islam dan peraturan perundang-undangan di Indonesia
b. Untuk mengetahui perbandingan Fiqih mazhab dan peraturan perundang –
undangan tentang legalitas lembaga Amil zakat
2. Manfaat
a. Secara akademik, penulisan skripsi ini di harapkan dapat
menambahkhazanah pengetahuan dan keilmuan di bidang hukum islam
khususnya zakat
b. Skripsi ini diharapkan akan menjadi pelengkap penelitian penelitian
sebelumnya.
c. Memberikan sumbangan kepada siapa saja baik mahasiswa, akademisi
ataupun siapa saja sebagai bahan referensi yang konsen dengan
permasalahan ini.
d. Memberikan penjelasan kepada masyarakat dalam penaplikasian tentang
legalitas suatu lembaga amil zakat dan memberikan penjelasan amil syar’i
yang di akui oleh negara.
D.Review Studi Terdahulu
Setelah membaca dan menelaah ulang dari beberapa skripsi tedahulu
untuk penelitian saya, maka studi pendahulu yang terkait dengan penelitian saya,
yaitu:
1. Rabshanjani R.A, pengaruh penerapan undang-undang pengelolaan zakat
nomor 23 tahun 2011 terhadap kinerja pengelolaan zakat di lazis PP
Muhammadiyah, prodi Muamalat 2014.19 Skripsi ini membahas tentang respon
LAZ terhadap UU No.23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat. Penulis skripsi
ini berfokus pada legalitas amil zakat (study komparatife menurut hukum Islam
dan UU peraturan perundang-undangan di Indonesia).
19 Rabshanjani R.A, Pengaruh Penerapan Undang-undang Pengelolaan Zakat nomor 23Tahun 2011 terhadap Kinerja Pengelolaan Zakat di lazis PP Muhammadiyah, (Skripsi S1Fakultas Syariah dan Hukum,UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2014).
10
2. Siti Sarah Salim, analisis kinerja keuangan lembaga amil zakat, prodi Akuntasi
2016.20 Skripsi ini membahas tentang kinerja lembaga amil zakat. Penulis skripsi
ini berfokus pada legalitas amil zakat (study komparatife menurut hukum Islam
dan peraturan perundang-undangan di Indonesia).
3. Bunga Ariyanti,persepsi pimpinan dan lembaga amil zakat terhadap Undang-
Undang No 23. Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, Prodi muamalat 2014.21
Skripsi ini membahas tentang persepsi LAZ terhadap UU No.23 tahun 2011.
Penulis skripsi ini berfokus pada legalitas amil zakat (study komparatife menurut
hukum Islam dan peraturan perundang-undangan di Indonesia).
4. Rena Soraya, Efektifitas sanksi bagi pengelola zakat ilegal menurut Undang-
undang No 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, Prodi Hukum keluaraga
Islam 2015,22Skripsi ini membahas efektifits sanksi bagi pengelola zakat ilegal.
Penulis skripsi ini berfokus pada legalitas amil zakat (study komparatife menurut
hukum Islam dan peraturan perundang-undangan di Indonesia).
5. Nur Azizah, Implementasi Undang-Undang No 38 tahun 1999 dan No. 23
tahun 2011 tentang pengelolaan zakat di kua kecamatan limo kota depok, prodi
hukum keluarga 2015, 23 Skripsi ini membahas implementasi Undang-Undang
tentang pengelolaan zakat. Penulis skripsi ini berfokus pada legalitas amil zakat
(study komparatife menurut hukum Islam dan peraturan perundang- undangan di
Indonesia).
20 Siti Sarah Salim, Analisis Kinerja Keuangan Lembaga Amil Zakat,(Skripsi S1 FakultasEkonomi dan Bisnis,UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2016).
21 Bunga Ariyanti, Persepsi Pimpinan dan Pelaksana LAZ terhadap UU No.23 Tahun2011 tentang Pengelolaan zakat. (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN SyarifHidayatullah Jakarta,2014).
22 Rena Soraya, Efektifitas Sanksi bagi Pengelola Zakat Ilegal menurut Undang-undangNo 23 tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum,UINSyarif Hidayatullah Jakarta,2015).
23 Nur Azizah, Implementasi Undang-Undang No 38 tahun 1999 dan No. 23 tahun 2011tentang Pengelolaan Zakat di KUA kecamatan Limo Kota Depok,(Skripsi S1 Fakultas Syariah danHukum,UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2015).
11
6. Sri Rahayu, analisis pendayagunaan dana zis untuk program unggulan pada
badan amil zakat dan lembaga amil zakat, prodi muamalat 2014,24 skripsi ini
membahas tentang pendayagunaan Dana ZIS. Penulis skripsi ini berfokus pada
legalitas amil zakat (study komparatife menurut hukum Islam dan peraturan
perundang- undangan di indonesia).
7. Lani, Efektifitas pengelolaan dana zakat,infak dan Shadaqah lazis nadhlatul
ulama untuk program nupreneur, prodi Muamalat 2013.25 Skripsi ini membahas
tentang efektifitas pengelolaan dana zakat.Penulis skripsi ini berfokus pada
legalitas lembaga amil zakat (study komparatife menurut hukum Islam dan
peraturan perundang-undangan di Indonesia).
8. Luthfi Hidayat, Implementasi Undang-Undang nomor 23 tahun 2011 tentang
pengelolaan zakat di baznas kabupaten Tangerang, prodi Ekonomi Syariah
2017.26Skripsi ini membahas tentang implementasi UU No 23 tahun 2011 pada
baznas kabupaten tangerang. Penulis skripsi ini berfokus pada legalitas amil zakat
(study komparatife menurut hukum Islam dan peraturan perundang-undangan di
Indonesia).
9. M.Yudistira Kusuma, respon pengurus forum organisasi zakat terhadap
Undang-Undang N0 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, prodi Manajemen
Dakwah 2013.27 Skripsi ini membahas tentang tentang respon pengurus forum
organisasi zakat terhadap undang- undang zakat. Penulis skripsi ini berfokus pada
legalitas amil zakat (study komparatife menurut hukum Islam dan peraturan
perundang- undangan di Indonesia).
24 Sri Rahayu, Analisis Pendayagunaan Dana Zis untuk Program Unggulan pada BadanAmil Zakat dan Lembaga Amil Zakat,(Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN SyarifHidayatullah Jakarta,2015).
25 Lani, Efektifitas Pengelolaan Dana ZakatIinfak dan Shadaqah Lazis Nadhlatul Ulamauntuk Program Nupreneur,(Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum,UIN Syarif HidayatullahJakarta,2013).
26 Luthfi Hidayat, Implementasi Undang-Undang nomor 23 tahun 2011 tentangPengelolaan Zakat di BAZNAS kabpaten Tangerang,(Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum,UINSyarif Hidayatullah Jakarta,2017).
27 M.Yudistira Kusuma, Respon Pengurus Forum Organisasi Zakat Terhadap Undang-Undang N0 23 tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat,(Skripsi S1 Fakultas Dakwah,UIN SyarifHidayatullah Jakarta,2013).
12
10. Ahmad Dedaat Saddam Alhaqque, strategi pengelolaan zakat dalam upaya
meningkatkan kepercayaan muzakki pada badan amil zakat infaq dan shadaqah
(bazis) DKI Jakarta, prodi Ekonomi Syariah 2017. 28Skripsi ini membahas tentang
strategi pengelolaan zakat untuk meningkatkan kepada muzakki pada amil zakat
di DKI Jakarta. Penulis skripsi ini berfokus pada legalitas amil zakat (study
komparatife menurut hukum Islam dan peraturan perundang- undangan di
Indonesia).
E. Batasan Konsep
Batasan konsep dari penulis hukum mengenai “ Legalitas Lembaga Amil
Zakat dalam Hukum Islam dan Perundang-Undangan di Indonesia ( Studi Kasus
BAZNAS Kota Tangerang Selatan )” adalah:
1. Legalitas
Dalam kamus bahasa Indonesia dijelaskan sebagai berikut:
Legal : hukum, sesuai dengan hukum atau undang-undang
yangberlaku sah; resmi; sah; absah; halal; 29 benar;
berlaku; halal; resmi; sahih; valid.30
Legalitas : sifat legal; keabsahan; kesahihan; keresmian;
kehalalan; kelegalan. 31 Keabsahan; kesahihan;
validitas.32
2. Lembaga Amil Zakat
LAZ adalah lembaga yang dibentuk masyarakat yang memiliki tugas
membantu pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.33
28 Ahmad Dedaat Saddam Alhaqque, Strategi Pengelolaan Zakat Dalam UpayaMeningkatkan Kepercayaan Muzakki pada Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah ( Bazis) DKIJakarta ,(Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum,UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2017).
29 Daniel Haryono, kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, ( Jakarta: PT.MediaPustaka Phoenix,2009), H.527
30 Eko Handoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, ( Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,2009), H. 370
31 Daniel Haryono, kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru. H.52732 Eko Handoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, H. 37033 Lihat UU No.23 tahun 2011 BAB 1 ketentuan umum pasal1 ayat (8)
13
3. Hukum Islam
Menurut Ahmad Rofiq sebagaimana yang dikutip oleh Barzah latupono
dKK hukum Islam adalah seperangkat kaidah-kaidah hukum yang
berdasarkan pada wahyu Allah SWT dan Sunnah Rasul mengenai tingkah
laku mukallaf ( orang-orang yang sudah dapat dibebani kewajiban) yang
diakui dan diyakini, yang mengikat bagi semua pemeluk agama Islam.34
Sedangkan menurut Zainuddin Ali, hukum Islam adalah hukum yang
diinterprestasikan dan dilaksanakan oleh sahabat nabi yang merupakan
hasil ijtihad dari para mujtahid dan hukum-hukum yang dihasilkan oleh
ahli hukum Islam melalui metode qiyas dan metode ijtihad lainnya.35
4. Perundang-Undangan
Perundang-Undangan ialah semua bentuk peraturan yang bersifat
mengikat secara umum yang dikeluarkan oleh Badan Perwakilan rakyat
bersama Pemerintah baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah, serta
semua keputusan badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik ditingkat
pusat maupun ditingkat daerah, yang juga bersifat mengikat secara
umum.36
Sedangkan dalam UU No. 12 tahun 2011 dijelaskan bahwa peraturan
perundang-Undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma
hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh
lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang
ditetapkan dalam Peraturan Perundang-Undangan.37
5. BAZNAS
Badan Amil Zakat nasional yang disingkat menjadi BAZNAS adalah
lembaga yang melakukan pengelolaan zakat secara nasional.38 Sedangkan
34 Barzah Latupono, La Ode Angga dkk, Bahan Ajar Hukum Islam. ( Yogyakarta:Deepublish,2017), H. 3.
35 H Zainuddin Ali, Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta; Sinar Grafika,2010), H.4
36 Lihat Undang-Undang No 5 Tahun 1986 tentang peradilan Tata Usaha Negara37 Lihat UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan38 UU.NO 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
14
dalam peraturan BAZNAS menjelaskan bahwa BAZNAS adalah lembaga
yang berwenang melaksanakan tugas pengelolaan zakat secara nasional.39
6. Kota Tangerang Selatan
Kota adalah pusat pemukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai
batasan wilayah administrasi yang diatur dalam Peraturan Perundangan
serta pemukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan
perkotaan.40Kota Tangerang Selatan adalah sebuah kota yang terletak di
Tatar Pasundan Provinsi Banten, Indonesia. Kota Ini terletak 30 Km
sebelah barat Jakarta dan 90 Km sebelah tenggara Serang, Ibu kota
provinsi Banten. Dari segi jumlah penduduk, Tangerang Selatan
merupakan kota terbesar kedua provinsi Banten setelh kota Tangerang
serta terbesar kelima dikawasan Jabodetabek setelah Jakarta, Bekasi,
Tangerang, dan Depok. Wilayah kota Tangerang Selatan merupakan hasil
pemekaran dari kabupaten Tangerang.41
F. Metode Penelitian
1.Penelitian Hukum Normatif
Penelitian merupakan suatu upaya dalam pencaharian suatu kebenaran.
Sutrisno Hadi dalam karya yang berjudul Metodologi Research memberikan
suatu pengertian, yaitu metodologi penelitian diambil dari dua kata, yaitu metode
dan penelitian. Metode dalam hal ini diartikan sebagai suatu cara yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan alat-alat tertentu.
Sedangkan penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan
menguji suatu pengetahuan yakni usaha dimana dilakukan dengan menggunakan
metode-metode tertentu.42
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan penelitian hukum
normatif. Penelitian hukum normatif dilakukan dengan cara mengambil dan
mengkaji seluruh bahan- bahan kepustakaan terkait masalah penelitian. Oleh
karena itu dalam data penelitian yang digunakan adalah bahan hukum primer,
39 Peraturan Badan Amil Zakat Nasional No.01 Tahun 2014 BAB I pasal 1 ayat (1)40 Peraturan menteri dalam negeri No.2 tahun 1987 pasal 141 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kota42 Sutrisno Hadi, Metodologi Research. (Yogyakarta;UGM Press, 1997), h.3
15
bahan hukum sekunder dan bahan tersier. Menurut Amiruddin dalam karyanya
menjelaskan penelitian hukum normatif sepenuhnya menggunakan data sekunder
(bahan kepustakaan). 43 Hal- hal yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi
kegiatan pengumpulan data, penyusunan data, analisis, dan interpretasi arti data
yang sah yang telah diperoleh yang berhubungan dengan materi judul yang
penulis bahas dalam skripsi ini.
2. Subjek Dan Objek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah Badan Amil Zakat
Nasional ( BAZNAS) kota Tangerang Selatan yang beralamat di Jl. Benda Barat
XIV Blok C.32 No. 8 Pamulang Permai II Pamulang Tangerang Selatan. No.
Telepon / Fax (021) 29511458. www.baznaskotatangsel.com, email:
[email protected]. Adapun objek penelitian ini adalah mengenai
legalitas lembaga amil zakat menurut hukum Islam dan peraturan perundang-
undangan di Indonesia.
3. Data Penelitian
a. Sumber Data
1) Metode kepustakaan yaitu dengan cara mengumpulkan data-data dari
literatur buku dan teks-teks tulisan lain, membaca , dan menghayati serta
menganalisa hal yang berkaitan dengan pengelolaan zakat.
2) Metode wawancara 44 yaitu melakukan penelitian berupa wawancara
(interview) langsung secara mendalam kepada pihak terkait untuk
kelengkapan data.45 Dalam skripsi ini penulis akan melakukan penelitian
pada BAZNAS kota Tangerang Selatan.
43 Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum.( Jakarta:PT Raja Grapindo Persada,2004)h.119
44 Menurut Soejono Soekanto, dalam penelitian lazimnya dikenal tiga jenis alatpengumpul data, yaitu studi dokumen atau bahan pustaka, pengamatan atau observasi, danwawancara atau interview. Lihat, Soerjono Soekanto,pengantar penelitian hukum,(Jakarta: UI-Press,1986),h.21,66,201.
45wawancara merupakan metode yang digunakan untuk pengumpulan data atau keterangan lisan
dari seseorang yang disebut responden melalui suatu percakapan yang sistematis dan terorganisasi.Ulbersilalahi,Metode Penelitian Sosial.( Bandung: PT Reflika Aditama,2012) cet.III,h.312
16
4. Jenis Data
Ada tiga jenis data yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini:
a. Data primer (primary data) : Data-data yang berasal dari Al-quran, Hadis,
kitab-kitab, dan perundang-undangan Indonesia yang membahas tentang
pengelolaan zakat, dan wawancara.
b. Data sekunder (secondary data) : Data-data yang berupa dokumen yang
terdapat di dalam majalah, artikel, jurnal karya ilmiah, dan surat yang
relevan dan berkaitan dengan tema skripsi ini sebagai data penunjang
untuk pustaka referensi.
c. Data tersier : Adapun data tersier yang digunakan di dalam penelitian ini
adalah kamus hukum.
5. Sifat Penelitian
Sifat penelitian yang digunakan oleh penulis di dalam penelitiannya adalah
deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk memaparkan hasil pengamatan
lapangan melalui wawancara kemudian digabungkan dengan teori – teori, asas-
asas, dan kaidah hukum yang diperoleh dari penelitian pustaka sehingga
menghasilkan jawaban dari rumusan permasalahan.
6. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan penulis di dalam penelitiannya adalah
penelitian normatif empiris. Dengan menggunakan pendekatan ini untuk
memberikan penjelasan mengenai legalitas lembaga amil zakat menurut hukum
Islam dan peraturan perundang- undangan di indonesia yang berkaitan dengan
tema penelitian ini.
B.Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini adalah studi naskah
dan kepustakaan ( library research) yaitu dengan mengumpulkan data-data yang
membahas, berkaitan dan mengenai pengelolaan zakat dalam undang-undang di
Indonesia dan menggunakan penelitian lapangan ( field research ) melalui
wawancara. Setelah data-data tersebut semuanya terkumpul dari berbagai sumber,
maka penulis memaparkan data-data tersebut dan kemudian penulis analisa.
17
Secara teknis penulisan ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.”
G. Sistematika Pembahasan
Sebagaimana layaknya satu karya ilmiah hasil penelitian dalam bentuk
skripsi, maka dalam penulisan skripsi ini penulis membagi menjadi beberapa
sistematika pembahasan. Hal ini dilakukan mempermudah peneliti dalam
penyusunan skripsi serta mempermudah para pembacanya dalam membaca dan
memahami isi dari skripsi ini. Maka dalam uraian skripsi ini dimulai dengan
menjelaskan prosedur standar suatu penelitian dalam bentuk skripsi, karena itu
penulis memulai uraian ini dengan menjelaskan latar belakang masalah mengapa
penelitian ini dilakukan kemudian identifikasi, pembatasan dan perumusaan
masalah. Di samping itu, tentu saja penulis juga menjelaskan apa tujuan dan
manfaat penelitian, studi review terdahulu, menentukan metode apa yang
digunakan untuk penelitian serta sistematika penulisan. Uraian ini ditempatkan
pada Bab I dengan judul Pendahuluan.
Selanjutnya untuk memberikan gambaran umum kepada pembaca tentang
masalah pengelola zakat (amil) dengan segala bentuknya dalam kajian Fiqih Islam
dan peraturan perundang-undangan maka penulis akan memaparkan tentang
pengertian zakat, dan dasar hukum zakat. kemudian penulis membagi pengelola
zakat (Amil) menjadi dua sub yakni Amil perorangan dan Amil lembaga
pendidikan. Kemudian menjelaskan ketentuan Amil zakat dalam hukum Islam.
Terakhir penulis memaparkan Amil zakat dalam peraturan perundang-undangan
di Indonesia. Uraian ini dimaksudkan sebagai pintu gerbang bagi pembaca untuk
memahami konsep-konsep dasar tentang amil zakat. Uraian ini ditempatkan pada
BAB II dengan Judul Tinjauan umum tentang lembaga amil zakat.
Selanjutnya pada BAB III. Penulis akan menjelaskan tentang pengelolaan
zakat di Tangerang selatan, yang menjadi tempat penelitian adalah Badan amil
zakat kota Tangerang. Yang akan penulis bahas pada bab ini adalah meliputi:
A. Sejarah BAZNAS Kota Tangerang Selatan
B. Visi dan misi dan struktur lembaga
C. Skruktur lembaga
18
D. Kebijakan strategis BAZNAS Kota Tangerang Selatan dalam
mensosialisasikan zakat kepada masyarakat
Kemudian pada Bab IV. Penulis akan menguraikan tentang analisis
perbandingan hukum mengenai pengelolaan zakat dalam hukum Islam dan
peraturan perundang- undangan di Indonesia. Meliputi; pertama, legalitas Amil
zakat perorangan dan lembaga pendidikan menurut hukum Islam (Mazhab Fiqih).
Kedua, legalitas Amil zakat perorangan dan lembaga pendidikan menurut
peraturan perundang- undangan di Indonesia.
Sebagai bagian akhir dari skripsi ini adalah penutup. Penulis memaparkan
hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan sebagaimana tergambar dalam skripsi
ini dan kemudian diakhiri dengan saran. Saran yang penulis pandang relevan
untuk perbaikan dari apa yang sudah ada sekarang ini.
19
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA AMIL ZAKAT
Berbicara mengenai lembaga amil zakat dalam hal aturan zakat maka ini
tidak bisa dilepaskan dari eksitensi keberadaan pengelola zakat ( a’milin a’laiha)
Dalam menunaikan zakat. Baik itu keberadaannya maupun izinnya. Oleh sebab itu
maka dalam pembahasan pada bab ini di awali dengan pengertian zakat baru
kemudian di lanjutkan mengenai pengertian tentang amil zakat menurut imam
mazhab.
A. PENGANTAR TENTANG ZAKAT
a. Pengertian zakat
Zakat telah di wajibkan di Madinah pada bulan Syawal tahun kedua hijrah
setelah kepada umat Islam diwajibkan berpuasa Ramadhan.46
firmannya Allah dalam Al-Qur’an yang berbunyi:
آتوا ة و ال وا الص أقیم اة و ك یرالز بص لون م ا تع بم هللا إن ند هللا دوه ع یر تج خ ن م م ك نفس وا أل م ا تقد م ◌ و
)٢:١١٠.(البقرة /
Artinya “Dan dirikanlah sholat dan tunaikan zakat. Dan kebaikan apapunyang kamu usahakan bagi dirimu, tentu akan mendapatkan pahala disisi Allah.Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan."(QS.Al-Baqarah;43)47
Surah At-Taubah ayat (103)
الھم و أم ن ذ م لیمخ یع ع م س هللا و لھم كن تك س ال ص إن لیھم ع ل ص بھا و یھم ك تز و ھم قةتطھر د .◌ ص
)٩:١٠٣(النوبة /
Artiya “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
46 Widi Noviardo, “Urgensi Berzakat Melalui Amil Dalam Pandangan Ilmu EkonomiIslam”, ( Jurnal Ilmiah Syariah)”,15,1,(Januari Juni, 2016),H.87
47 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnnya, (Bandung: CV. PenerbitDiponegoro, 2000), H.14
20
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.QS. At- Taubah : 103)48
Zakat bisa di sebut dengan Shodaqoh, atau demikian sebaliknya. Zakat
secara etimologis yaitu bertambah (an-namậ), sesuatu dikatakan zaka apabila ia
tumbuh dan berkembang, dan seseorang disebut zaka, jika orang tersebut baik dan
terpuji.49
Definisi senada di lontarkan al-Wahidi sebagaimana dikutip Qardhawi
bahwa kata dasar zaka berarti tambah dan tumbuh, sehingga bisa dikatakan bahwa
“tanaman itu zaka”, artinya tanaman itu tumbuh. Juga dapat dikatakan bahwa tiap
sesuatu yang bertambah adalah zaka (bertambah). Bila satu tanaman tumbuh
tanpa cacat, maka kata zaka di sini berarti bersih.50
Sedangkan zaka” di tinjau dari terminologi para pakar Islam (para
Fuqoha) seperti yang dikemukan oleh pengarang Tauseh A’la Ibnu
Qasim,Muhammad Nawawi Bin Umar Al-jawii zakat berarti “suatu nama bagi
harta benda yang sudah di khususkan, di ambil dari harta benda yang sudah
ditentukan atas jalan atau sistem yang di syariatkan kemudian di berikan kepada
golongan- golongan tertentu 51 . Jumlah yang dikeluarkan dari kekayaan itu
disebut zakat karena yang dikeluarkan itu menambah banyak, membuat lebih
berarti, dan melindungi kekayaan itu dari kebinasaan.52
Dalam Undang-Undang No.23 Tahun 2011 ayat dua (2) yang mengatur
rambu-rambu tentang pengelolaan zakat di Indonesia menjelaskan tentang
pengertian zakat sebagai berikut; zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh
48 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnnya, (Bandung:CV. PenerbitDiponegoro, 2000), h.162
49 Sudirman, Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas. (UIN - Malang Press : 2007), h.1050 Sudirman, Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas. ( UIN-Malang;2007), h.1051Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawii,Tauseh A’la Ibni Qosim. (t.p: Darul Kutub al-
Islamiyah: 2002), cet.I, Juz. I, h. 19552 Sudirman, Zakat dalam pusaran arus modernitas,h.14
21
seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya sesuai dengan syariat Islam.53
Terkait dengan intensitas penggunaan kata zakat dalam al-qur’an,
Sudirman menukil pendapat Qardhawi bahwa kata zakat dalam bentuk ma’rifat
(definisi) disebutkan 30 (tiga puluh) kali di dalam al-Qur’an, di antaranya 27
(dua puluh tujuh) kali disebutkan dalam satu ayat bersama shalat, dan hanya satu
kali disebutkan dalam konteks yang sama dengan shalat tetapi tidak di dalam satu
ayat, yaitu surat al-Mu’minun yang berbunyi sebagai berikut:54
) نون م ؤ الم أفلح (١قد ون ع اش خ تھم ال في ص ھم ین ھ ٢) الذ ین الذ () و ون رض ع و م اللغ ن ع )٣م ھم ین الذ و
) لون اة فاع ك )٤-٢٣:١المؤمنون /.)٤للز
Artinya: "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, ( yaitu) orang-
orang yang khusyu’ dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan
diri dari ( perbutan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-
orang yang menunaikan zakat."(QS.Al-Mu’minun;1-4)55
Sudirman menukil pendapat Syech Al- Qardhawi menjelaskan bahwa
dalam Al-quran 30 (tiga puluh) kali kata zakat disebutkan, 8 (delapan) kali
terdapat didalam surat-surat yang turun di Makkah (Makkiyyah) sedangkan
lainnya diturunkan di Madinah (Madaniyyah).56
b. Dasar hukum zakat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dijalankan, dan di
nyatakan dalam Al-quran secara bersamaan dengan shalat sebanyak 82 ayat.
Pada masa permulaan Islam di Mekkah, kewajiban zakat ini masih bersifat global
dan belum ada ketentuan mengenai jenis dan kadar ( ukuran) harta yang wajib di
zakati. Hal itu untuk menumbuhkan kepedulian dan kedermawanan umat Islam.
zakat baru benar-benar di wajibkan pada tahun 2 Hijriyah, namun ada perbedaan
53 UU No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat54 Sudirman, Zakat dalam pusaran arus modernitas.(UIN-Malang Press; 2007), h.1555 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnnya, (Bandung: CV. Penerbit
Diponegoro, 2000),H. 27356 Sudirman, Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas.h.15
22
pendapat mengenai bulannya. Pendapat yang masyhur menurut ahli hadist adalah
pada bulan Syawal tahun tersebut. 57
Sudirman menambahkan Syekh Qardhawi menyebutkan bahwa pendapat
Ibnu Asir yang menegaskan bahwa zakat diwajibkan pada tahun 9 H. Sebagian
ulama’ menguatkan pendapatnya itu dengan peristiwa panjang Sa’labah bin
Hatib. Setelah ayat tentang zakat turun,Nabi mengirim petugas (amil) untuk
memungutnya. Menurut Asir, hal itu adalah jizyah atau semacam jizyah,
sedangkan jizyah itu baru diwajibkan pada tahun kesembilan, yang berarti zakat
diwajibkan pada tahun kesembilan itu.58
Dasar pijakan hukum di syariatkannya zakat dalam agama Islam
berdasarkan dalil Al-quran,hadist dan Ijma.59
a. Al-Qur’an
Dasar diwajibkannya Zakat yang berasal dari Al-quran antara lain firman
Allah SWT.
1) al-Baqarah
هللا إن ند هللا دوه ع یر تج خ ن م كم نفس موا أل ا تقد م اة و ك آتوا الز ة و ال أقیموا الص .(البقرة/و یر بص لون م ا تع )٢:١١٠بم
Artinya; “Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja
yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala
nya dari Allah. Allah maha melihat apa- apa yang kamu
kerjakan.”(QS.Al-Baqarah;110)
ة ال وا الص أقیم ini dorongan dari Allah SWT bagi (Dan dirikanlah Sholat)و
mereka disamping kesibukan mereka melakukan hal-hal yang berguna bagi
mereka dan mendatangkan kemaslahatan bagi mereka, yaitu mendirikan shalat
dan menunaikan zakat. mengedepankan penyebutan perkara yang mendatangkan
57 Abdul Azis Muhammad Azzam, Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah. (Jakarta: Amzah, 2013 ), cet.III,h. 344
58 Sudirman, Zakat dalam pusaran arus modernitas.(UIN-Malang Press; 2007),h.2959 Sudirman, Zakat dalam pusaran arus modernitas. h.17
23
pahala bagi mereka, dan agar Allah meneguhkan dan menolong mereka terhadap
orang-orang yang menyelisihi mereka.60
2) al-Taubah
قاب في الر و لفة قلوبھم ؤ الم لیھا و ع لین ام الع و اكین س الم و اء للفقر قات د ا الص إنم ابن و هللا بیل في س و ین ارم الغ و
.(التوبة / كیم لیم ح ع هللا و هللا ن ة م فریض بیل )٩:٦٠الس
Artinya; “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang- orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat ( Amil), para mu’allaf
yang di bujuk hatinya,untuk ( memerdekakan) budak, orang- orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam
perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah
maha mengetahui lagi maha bijaksana.” (QS.Att-Taubah; 60)
Kalimat ا إنم termasuk bentuk kalimat pembatasan, dan ta’rif-nya Kata
قات د -menunjukkan jenis, yakni: jenis zakat ini terbatas hanya untuk golonganالص
golongan tersebut saja, tidak lebih dari itu. Bahkan zakat itu hanya untuk mereka
bukan selain mereka.61
Pengertisn delapan Asnaf yang dimaksud dalam surah At-Taubah diatas
adalah:62
a) Faqir: adalah orang yang kemiskinannya menghancurkan tulang-
tulangnya.
b) Miskin: adalah orang karena kemiskinannya duduk (tinggal dirumah), dan
disebut orang yang tak mampu keluar rumah
c) Pengurus zakat; adalah orang yang memgumpul, melindungi,
mendistribusi dan menghitung zakat.
60 Imam Syaukani, Tahqiq dan Takhrij Sayyid Ibrahim, Tafsir Fathul Qadir,Jakarta;Pustaka Azzam, 2008),cet I,Juz I, H.502
61 Imam Syaukani, Tahqiq dan Takhrij Sayyid Ibrahim, Tafsir Fathul Qadir,(Jakarta;Pustaka Azzam, 2010),cet 4,Juz I, H.719
62 Kamal Faqih Imani, Tasir Nuzul Quran Sebuah Tafsir Sederhana Menuju Cahaya Al-Quran, ( Jakarta: Al-Huda, 2004),cet I, 487- 489.
24
d) Muallaf: orang yang tidak punya hasrat untuk memeluk Islam. lalu,
dengan mengeluarkan sejumlah tertentu sebagai zakat, hati mereka dapat
menerima.
e) Untuk memerdekakan tawanan-tawanan dan berjihad melawan tindakan
perbudakan
f) Pengeluaran untuk orang-orang yang berhutang
g) Orang-orang yang berada dijalan Allah (Fi Sabilillah)
h) Adalah orang-orang yang tengah melakukan perjalanan (Ibn Sabil)
3) al-Taubah
إن لیھم ع ل ص بھا و یھم ك تز و ھم قة تطھر د ص الھم و أم ن ذ م .(التوبة خ لیم یع ع م س هللا و لھم كن تك س ال ص
/٩:١٠٣(
Artinya:“Ambillah zakat sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dn mensucikan mereka dan bererdoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu ( menjadi ) ketentraman bagi jiwa mereka.
Dan Allah maha mendengar lagi maha mengetahui”.(QS.Al-
Taubah;103)
Perintah tuhan ini merupakan suatu dalil yang jelas bahwa pemimpin
pemerintah Islam berkewajiban mengambil “zakat” dari masyarakat. Ini dilakukan
bukan dengan cara menunggu sampai orang-orang tersebut berkeinginan untuk
membayarkannya.63
4) al-Bayyinah
اة و ك توا الز یؤ ة و ال وا الص یقیم نفاء و ح ین لھ الد ین لص خ م بدوا هللا لیع وا إال ر ا أم م ة.(البینة و القیم لك دین ذ
/٩٨:٥(
Artinya; “Padahal mereka hanya diperintahkan menyembah Allah, dengan
ikhlas menaati-nya karena ( menjalankan)agama dan juga agar
63 Kamal Faqih Imani, Tasir Nuzul Quran Sebuah Tafsir Sederhana Menuju Cahaya Al-Quran, ( Jakarta: Al-Huda, 2004),cet I, 571.
25
melaksanakan shalat dan menunaikan zakat;yang demikian itulah
agama yang lurus ( benar).”(QS.Al-Bayyinah;5)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah tidak memerintahkan kepada
kaum Yahudi dan Kaum Nasrani kecuali menyembah kepadanya. Lakukanlah
ketaatan dan jangan dicampuri dengan sesuatu yang berbau syirik,kemudian kaum
Yahudi melakukan perbuatan syirik seraya berkata bahwa Uzair adalah anaknya
Allah. Kaum Nasrani berkata Bahwa Al-Masih anaknya Allah, seraya mereka
tidak mempercayai kenabian Muhammad SAW.64
a) Hadist
Hadist yang telah mengungkapkan tentang kewajiban zakat, yaitu:
یم أبي نع ن ، ع أبان د بن م ح دثنا م : ح ة قال یر أبي ھر ن دثني أبي، ع : ح ثیر قال ك ید بن ع نبس س دثنا أبو الع ، ح
: سلم لیھ و لى هللا ع ص سول هللا ر یقیم «قال ، و هللا إلھ إال ال وا أن ھد تى یش ، ح الناس أقاتل أن ت ر ة، أم ال وا الص
مت ر اة، ثم ح ك توا الز یؤ و لى هللا ع ابھم س ح و الھم و أم و ھم اؤ لي دم 65ع
Artinya:“Muhammad Bin Abban telah menceritakan kepada kami dari AbuNa’im , Abu Al- Anbas Sa’id bin Katsir telah menceritakan kepada kami,ia berkata: ayahku telah menceritakan kepadaku dari Abu Hurairah, iaberkata, “ Rasulullah SAW bersabda, “ aku diperintahkan untukmemerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada tuhan kecualiAllah SWT , melaksanakan shalat dan menunaikan zakat. setelah itu,darah dan harta mereka menjadi terjaga sementara perhitungan merekamenjadi wewenang Allah SWT.”66
: باس قال ع ابن ن ة، ع ر م أبي ج ن ید، ع ز ني ابن اد یع م نا ح بر ة، أخ بد ع د بن م دثنا أح تھ یق ح ع م فد س م و : قد ول
ب ر ن ي م ا الح ھذ إن سول هللا : یا ر لم فقال س لیھ و لى هللا ع ص سول لى الر بد القیس ع بیننا ع الت ح قد ة، و یع
، ف ام ر ھر الح في ش إال لص نا نخ لس ، و ر مض فار ك م بینك : و نا قال اء ر و ن و إلیھ م ع ند ه و ذ نأخ ء ي نا بش ر م
اة، « ك الز إیتاء ة و ال الص إقام ، و
تؤ أن فت و ز الم النقیر، و ، و نتم الح ، و باء الد ن ع م أنھاك ، و تم نم ا غ م س م .67»دوا خ
64 Abu Ja’far At-Thobary, Tafsir At-Thobary, ( T.TP: Darul hijr, 2001), Juz 24,h.55365 Abu Bakar Muhammad Bin Ishak Bin Khuzaemah bin Mughirah Bin Sholeh Bin Bakar
As-Salami An- Naisabury, Shohih Ibnu Khuzaemah,( Maktab Islami: Bairut,TTh), Juz,4.H.866Muhammad Musthafa Al A’zhami, Shahih Ibnu Khuzaimah. penerjemah Abdul Syukur,
Abdul Razaq, cet 1, Jilid 4 ( Jakarta; Pustaka Azzam, 2009), h.967 Abu Bakar Muhammad Bin Ishak Bin Khuzaemah bin Mughirah Bin Sholeh Bin Bakar
As-Salami An- Naisabury, Shohih Ibnu Khuzaemah,( Maktab Islami: Bairut,TTh), Juz,4.H.6
26
Artinya: “Ahmad bin Abdah telah menceritakan kepada kami, Hammad Ya’ni(bin Zaid) memberitahukan kepada kami, dari Abi Hamzah, dari IbniAbbas, ia berkata: saya mendengar berkata, suatu hari datangseseorang utusan Bani Al-Qis kepada Rasulullah SAW, wahai Rasulullahsesungguhnya kami dari kabilah Rabi’ah, terdapat penghalang antarakami dengan kalian oleh orang- orang kafir Mudhar, dan kami tidakdapt mengunjungi kaliam kecuali di bulan Haram, maka perintahkanlahkepada kami dengan sesuatu yang dapat kami ambil dan kami bisamengajak orang- orang dibelakang kami. Rasulullah menjawab: akumemerintahkan kepada kalian dengan empat perkara dan melarangkepada kalian dari empat perkara, aku perintahkan kepada kaliandengan beriman kepada Allah SWT, dan bersaksi bahwa tiada tuhankecuali Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan memberiseperlima dari harta rampasan kalian, dan aku melarang kepada kalianmembuat arak di dalam tempat yang di buat dari labu, tempat yangdibuat dari tanah, tempat yang dibuat dengan cara melubangkan batangpokok atau tempat yang dilumuri dengan tar’.68
Posisi Sunnah menguatkan dan menjelaskan apa yang dinyatakan secara
global (mujmal) oleh Al-Quran. Dalam hal ini, Sunnah merupakan interpretasi
lisan dan pelaksanaan konkret dari apa yang dinyatakan al-quran dengan
mnjelaskan yang samar, mempertegas yang belum jelas, memberi batas yang
belum tegas, dan menjadikannya lebih spesifik (khusus) apa yang masih terlalu
umum.69
b) Ijma’
Kesepakatan para ulama merupakan hukum Islam yang tidak bisa di
ingkari setelah Al-qur’an dan Al-Hadist. Para ulama’ telah sepakat bahwa zakat
merupakan salah satu kewajiban syariah yang wajib di laksanakan.70
Ijma” (kesepakatan) mayoritas para ulama’ baik salaf (klasik) maupun
khalaf (kontemporer) mengenai kewajiban zakat sudah ada sejak zaman di
utusnya Rasulullah SAW hingga sekarang tanpa ada yang mengingkarinya.71
68Muhammad Musthafa al- A’zhami, Shahih Ibnu Khuzaimah. penerjemah Abdul Syukur,Abdul Razaq. h.5
69 Sudirman, Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas, cet. (UIN-Malang Press;2007), h.157070 Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, (UIN-Malang Press ;2008),
Cet I, h. 23.71 Ibnu Qudamah, Al- Mughni,ter. (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), Jilid.III, h. 433.
27
B. AMIL ZAKAT
Amil merupakan Masdar dari lafadz A’mila Ya’malu A’milan yang berarti
bekerja. Fungsi amil adalah memungut, mengumpulkan dan menyalurkan dan
membuat laporan harta zakat dari para Muzakki kepada para penerima zakat. amil
zakat dalam kinerjannya membantu Imam72 atau pemerintah73 dalam pengelolaan
zakat.
sebagaimana yang di jelaskan dalam dalam qaidah fiqhiyyah sebagai
berikut:
د اص ق لم ا م ك ح ل ئ سا و ل ا “Hukum sarana adalah mengikuti hukum capaian yang dituju”,
dan Qaidah Fiqhiyyah
م ا ب اج لو ا م ت ی اال 74ب اج و و ھ ف ھ ب ال
“Sesuatu kewajiban yang hanya bisa diwujudkan dengan melakukan sesuatu
perkara, maka perkara tersebut hukumnya menjadi wajib.”
Amil zakat boleh mendapat harta zakat sebagai upah yang dijadikan
imbalan oleh Allah. karena Amil merupakan bagian dari kelompok (asnap) yang
delapan sebagai orang yang sudah ditentukan berhak menerima harta zakat.75
Firman Allah dalam surat Al-Taubah (9) ayat 103
قاب في الر و لفة قلوبھم ؤ الم لیھا و ع لین ام الع و اكین س الم و اء للفقر قات د ا الص إنم ابن و هللا بیل في س و ین ارم الغ و
.( التوبة / كیم لیم ح ع هللا و هللا ن ة م فریض بیل )٩:١٠٣الس
72 Imam dalam pemerintahan Indonesia adalah presiden RI73 UU No.38 Tahun 1999 Bab III pasal 6, di jelaskan sbb:
(1) pengelolaan zakat dilakukan oleh badan amil zakat yang dibentuk oleh pemerintah.(2) pembentukan badan amil zakat:
a. nasional oleh presiden atas usul menterib.daerah provinsi oleh gubernur atas usul kepala kantor wilayah departemen agama
provinsic. daerah kabupaten atau daerah kota oleh bupati atau wali kota atas usul kepala kantor
departemen agama kabupaten atau kota.d. kecamatan oleh camat atas usul kepala kantor urusan agama kecamatan74 Qadhi Abu Ya’la, Muhammad Bin Husein Bin Muhammad Bin Khalaf Ibn Fara’,Al-
U’ddah Fi Ushulul Fiqh, ( T.tp; T.P: 1990),cet,II,Juz,II,h.41975 Syarakshi. Al-Mabsuth.(Bairut:Darul Ma’rifah:1993) cet... juz.3 h.9
28
Artinya; “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang- orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat ( Amil), para mu’allaf
yang di bujuk hatinya,untuk ( memerdekakan) budak, orang- orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam
perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah
maha mengetahui lagi maha bijaksana.” (QS. Al-Taubah; 103)
Imam Al-Qadhi Abdul Haq bin Ghalib al-Andalusi al-Maliki menjelaskan
definisi amil dalam tafsirnya al-Muharrar Al-Wajiz sebagai berikut:
ن م ف ر ص ی ن م ل ك ، و م ھ ات ق د ص ع م ج و اس ى الن ل ي ع ع ي الس ف ام م اإل بھ ی ن ت س ي ی ذ ل ا ل ج الر و ھ ف ل ام لع ا ا م أ و
ن و ع لع ا ن م و ھ ف ھ ن ى ع ن غ ت س ی ال أل لین يع ى الس ل ع س النا ر ش ح ی ھ ن ام
Adapun amil adalah orang yang mengganti Imam dalam menarik zakat,
dan setiap orang yang bekerja membantu amil yang pasti dibutuhkannya.maka ia
termasuk golongan amil dikarenakan dia mengumpulkan manusia dalam
melakukan penarikan zakat.76
Sedangkan Imam Nawawi menjelaskan dalam karyanya Tauseh A’la Ibni
Qosim :
ھ ل م ع ت س ا ن م ل ام ع ل ا اھ ی ق ح ت س م ا ل ھ ع ف د و ات ق د الص ذ خ ى ا ل ع ام م اال
Bahwa yang dinamakan Amil adalah seseorang atau pegawai yang di
angkat oleh imam atau pemerintah untuk memungut,melaporkan, mengumpulkan
harta zakat dan membagikannya kepada para orang yang berhak untuk
menerimanya ( Mustahiqin).77
Qardhawi menjelaskan bahwa yang dinamakan Amil dalam kontesk zakat
adalah pihak yang bekerja dalam institusi yang melaksanakan segala urusan yang
berhubungan dengan zakat dan upah Amil tersebut di ambil dari harta zakat yang
dijadikan oleh Allah sebagai imbalan.78
Komisi fatwa majelis ulama Indonesia (MUI) memberikan penjelasan
bahwa amil zakat adalah; seseorang atau sekelompok orang yang di angkat oleh
76 abdul Haq bin Ghalib al-Andalusi, al-Muharrar al-wajiz fi at-Tafsir al-Kitab al-A’ziz.(Bairut: Dar al-Kutub al-Islamiyh,1422).cet.I. Juz .III,h.49
77Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawii,Tauseh A’la Ibni Qosim.(tp: Darul Kutub Al-Islamiyah: 2002), cet.I,Juz.I, h. 215
78 Al-Qardhawi, Fiqih al-Zakah. (Beirut; Muassasah Risalah,1993), cet.21,Juz.II.h.579
29
pemerintah untuk mengelola pelaksanaan ibadah zakat atau seseorang atau
sekelompok yang dibentuk oleh masyarakat dan disahkan oleh pemerintah untuk
mengelola pelaksanaan ibadah zakat.79
Dalam peraturan Undang-undang tentang pengelolaan zakat di jelaskan
bahwa yang dimasksud dengan Amil zakat adalah Badan Amil Zakat (BAZ)
yang dibentuk pemerintah dari tingkat pusat sampai tingkat kecamatan dan
lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk masyarakat dan di kokohkan
pemerintah dan amil perseorangan atau lembaga hukum yang mendapat izin dari
kantor urusan agama (KUA) setempat.80
Para fuqahâ secara umum bersepakat bahwa penguasa wajib mengangkat
dan mengirim petugas untuk memungut zakat. Karena di masyarakat terdapat
orang yang memilik harta, namun tidak mengetahui kewajiban zakat atau sudah
mengetahui kewajiban zakat, namun memilik sifat kikir,maka wajib adanya para
pemungut zakat.81
1. Amil perorangan
zakat yang merupakan salah satu rukun Islam yang ketiga mempunyai
tujuan yang paling luhur dalam agama Islam. Sudirman mengutip pendapat
Qardhawi menyebutkan bahwa zakat mempunyai dua tujuan penting dalam
kehidupan, yaitu untuk kehidupan individual dan kehidupan sosial.82
Zakat yang dipahami sebagai kewajiban tanpa memikirkan segi sosialnya
maka zakat hanya sebatas penunaian syariat. Mengakibatkan banyak organisasi
zakat dikalangan masyarakat masih bersifat kelompok –kelompok, yang sehingga
mustahik lain yang bukan kelompoknya tidak ikut mengambil manfaat.
Lingkungan terbatas itu bisa saja para kyai, guru ngaji, ulama setempat atau
pemimpin organisasi Islam dimana yang bersangkutan menjadi anggotanya. Hal
79 Majelis Ulama Indonesia,Fatwa, No.8 Tahun 201180 UU No.23 Tahun 201181 Al-Qardhawi, Fiqh al- Zakah.( Beirut; Muassasah Risalah,1993), cet.21, Juz.II.h.480.82 Sudirman, Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas, cet. (UIN-Malang Press;2007), h.53
30
ini berakibat pembagian zakat antara satu kelompok dengan kelompok lain
berbeda, tergantung pada banyak sedikitnya muzakki dan mustahik.83
Berdasar dari pemahaman ayat al-Quran surah al-Taubah didalam Al-
Qur’an:
ع لین ام الع و اكین س الم و اء للفقر قات د ا الص إنم ابن و هللا بیل في س و ین ارم الغ قاب و في الر و لفة قلوبھم ؤ الم لیھا و
.(التوبة / كیم لیم ح ع هللا و هللا ن ة م فریض بیل )١٠٣: ٩الس
Artinya: "Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang- orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat ( Amil), para mu’allaf
yang di bujuk hatinya,untuk ( memerdekakan) budak, orang- orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam
perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah
maha mengetahui lagi maha bijaksana.”( QS. Al-Taubah;103)84
{ لیھا ع لین العام {و
“ pengurus- pengurus zakat ( Amil).
Banyak bermunculan amil-amil zakat tanpa legalitas resmi dari pemerintah
atau Imam atau atas prakarsa masyarakat sendiri terutama di akhir bulan
ramadhan,dan panitia tersebut bersifat temporer bukan permanent (panitia
tahunan) sehingga tujuan murni dari kewajiban zakat belum terlaksana secara
sempurna, yaitu meningkatkan keadilan dan kesejahteraan Masyarakat.
Dalam kitab Mauhibah Dzi al- Fadhal karya Syech Muhammad Mahfud
bin Abdillah al- Turmusi di jelaskan
م ما اال ھ ث ع ب ي ی ذ ل ي ا اع الس م ھ ن م ا ) و ھ ی ل ع ن و ل ام لع ا (و س لم الخ ف ن )الص و ھ ل و (ق ب اج و ھ ث ع ب و ات و ك الذ ذ خ ال
ات و ك الز ن م ة ال م الع ذ خ ي ا ف ام م اال ھ ب ص ن ن ي م ن ع ا) اي الذكاة ی ھ ی ل ع ن و ل ام لع ا و
83 Syukri Ghozali DKK, pedoman zakat. ( Jakarta: proyek peningkatan sarana keagamaanIslam,Zakat dan Wakaf , 1997/1998), cet.16, h. 364
84 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnnya, (Bandung: CV. PenerbitDiponegoro, 2000), h.156
31
yang di namakan Amil adalah mereka antara lain adalah Sa’i yang di utus
penguasa untuk menarik zakat, dan pengangkatan amil tersebut adalah wajib,
amil zakat adalah orang yang diangkat Imam untuk menjadi pegawai penarik
zakat.85
Sedangkan dalam kitab kifayatul Al- Ahyar fi Hali Ghoyatil Ikhtisor karya
Abu Bakar Bin Muhammad Bin Abdul Mu’min dijelaskan;
زالي واجتماع الغ اء قال ھ تنفیذ قض ج تھد المستقل فالو ج ن الم ر ع ذر في عصرنا لخلو العص تع وط م ر ه الش ھذ
ا ھذ ي و افع الر سلمین قال الح الم تتعطل مص قا لئال اھال أو فاس ج ان إن ك كة و و لطان ذو ش أحسنكل من واله س
Bahwa Imam Al-Ghozali berkata, sempurnanya persyaratan ini pada
masa sekarang sangat sulit, karena tidak adanya seseorang yang mencapai derajat
mujtahid mustaqil, maka konsekuensi hukumnya adalah sah pemerintahannya
orang yang mempunyai kekuatan (Syaukah) meskipun terbilang bodoh, tujuannya
adalah supaya tidak terjadi kekosongan atas kemaslahatan orang- orang muslim.
Imam Rofi’i mengatakan ini lebih baik.86
Dalam peraturan badan amil zakat nasional (BAZNAS) Nomor 2 tahun
2016 pasal 9 ayat (1) dan (2) dijelaskan sebagai berikut:87
(1) UPZ masjid negara, masjid raya, masjid, mushalla, langgar, surau, ataunama lainnya, atau masjid instuisi sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1)huruf g, pasal 4 ayat (1) huruf f, dan pasal 5 ayat (1) huruf f dapat melakukanpengumpulan zakat dari masyarakat.
(2) UPZ masjid negara, masjid raya, masjid, mushalla, langgar, surau, ataunama lainnya, atau masjid instuisi sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1)huruf g, pasal 4 ayat (1) huruf f, dan pasal 5 ayat (1) huruf f dapat melakukanpendistribusian dan pendayagunaan infak, sedekah, dan DSKL secara mandiri.88
85 Muhammad Mahfud, Mauhibah Dzi al-Fadhal. ( Jeddah; Darul Minhaj, 2011),cet.I,Juz.IV,h. 130
86 Abu Bakar Bin Muhammad Bin Abdul Mu’min Bin Hariz Bin Mukli al- Husainy,Kifayatul Akhyar Fi Hali Ikhtisor. (Damaskus: Darul Khoi, 1994),cet.I,Juz.I, h.551
87 Lihat Peraturan BAZNAS No.2 Tahun 201688 Lihat Peraturan Bdaan Amil Zakat No 2 Tahun 2016 tentang pembentukan dan tata
kerja unit pengumpul zakat bab II kedudukan , tugas dan fungsi pasal 9 ayat 1 dan 2
32
Dalam rangka pengembangan organisasi zakat perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut;89
a. Pengertian dan kesadaran zakat dikalangan masyarakat Islam perlulebih diintensifkan. Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam menanamkanpendidikan keagamaan, khususnya zakat, kurang dipahami dikalanganumat Islam.
b. Sikap Tradisional masyarakat yang memberikan zakat hanya kepadaguru ngaji, kyai atau ulama dilingkungannya perlu diluruskan. Harusdingatkan bahwa seluruh umat Islam adalah saudara dan hasilpengumpulan zakat secara keseluruhan diperuntukkan bagi umat Islamseluruhnya.
c. Perlu diberikan penjelelasan bahwa adanya lembaga- lembagakeagamaan termasuk adanya organisasi zakat tidak akan menimbulkanpenciutan logistik dan ruang gerak organisasi mereka.
d. Masih ada kekuatiran dan sementara masyarakat bahwa zakat yangdisampaikan tidak akan dibagi sebagaimana mestinya. Karena yangbersangkutan berkemungkinan menyerahkan langsung kepada yang iakehendaki.
e. Masih adanya anggapan yang kurang menguntungkan dari sudut politikdalam pengorganisasian zakat. sehingga hal ini tidak jarang menjadipenghambat.
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 86/ PUU –X/ 2012 tanggal 31
oktober 2013 perihal pengujian Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang
pengelolaan zakat menjelaskan untuk perkumpulan orang, perseorangan, tokoh
umat Islam (alim ulama’), atau pengurus/ Takmir masjid/ musholla disuatu
komunitas dan wilayah yang belum terjangkau oleh BAZ dan LAZ, dapat
melakukan kegiatan pengelolaan zakat dengan memberitahukan secara tertulis
kepada pejabat yang berwenang.90
89 Syukri Ghozali DKK, Pedoman Zakat. (Jakarta: proyek peningkatan sarana keagamaanIslam,zakat dan wakaf , 1997/1998),cet.16, h. 366
90 Lihat Putusan Mahkamah konstitusi Nomor 86 tahun 2012
33
2. Amil lembaga hukum / lembaga pendidikan
Sebagaimana di jelaskan di atas bahwa yang dinamakan Amil adalah
seseorang atau lembaga yang dibentuk (legal) oleh Imam atau pemerintah91
untuk memungut harta zakat kaum muslimin,melaporkan, mendistribusikan dan
membagikannya kepada yang berhak menerima harta zakat tersebut (mustahiqin).
Dasar hukum berdirinya lembaga pengelola zakat di Indonesia adalah UU
No.38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, keputusan MENAG No.581 tahun
1999 tentang pelaksana UU No.38 tahun 1999, keputusan Direktur Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No.D/291 tahun 2000 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat, dan UU No.17 tahun 2000 tentang Pajak
Penghasilan.92
Dalam peraturan pemerintah RI nomor 14 tahun 2014 Pasal 66 ayat (2)
menjelaskan kegiatan pengelolaan zakat oleh amil zakat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) “ dalam hal di suatu komunitas dan wilayah tertentu belum
terjangkau oleh BAZNAS dan LAZ , kegiatan pengelolaan zakat dapat dilakukan
oleh perkumpulan orang, perseorangan tokoh umat Islam (alim ulama’) atau
pengurus / takmir masjid/ musholla sebagai amil zakat”. dilakukan dengan
memberitahukan secara tertulis kepala kantor urusan agama kecamatan { KUA}.93
Dalam putusan Mahkamah Konstitusi No 86 / PUU-X / 2012 menyatakan,
pembentukan oleh masyarakat dapat dilakukan oleh organisasi kemasyarakatan
Islam yang mengelola bidang pendidikan, dakwah, dan sosial, atau lembaga
berbadan hukum setelah memenuhi persyaratan yang diatur dalam ketentuan
peraturan perundang- undangan dan mendapat izin menteri atau pejabat yang
ditunjuk oleh menteri.94
91 Dijelaskan dalam kitab I’anatut Thalibin A’la hali al fazhi fathul mu’in, juz II cet Itahun 1997 bahwa pengangkatan oleh Imam ini hukumnya wajib.
92 Sudirman, Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas, cet. (UIN-Malang Press;2007), h.9593 Lihat peraturan pemerintah RI No 14 Tahun 2014 pasal 66 ayat (2)94 Lihat putusan mahkamah konstitusi No 86/puu-x/ 2012
34
.Dalam peraturan badan amil zakat nasional ( BAZNAS ) Nomor 2 tahun
2016 bab I ketentuan umum pasal 1 ayat ( 19) dan (20) menyatakan sebagai
berikut :95
(19) Instuisi yang menaungi UPZ adalah lembaga negara, kementerian/lembaga pemerintah non kementerian, badan usaha milik negara, perusahaanswasta nasional dan asing, perwakilan republik Indonesia di luar negeri, kantor-kantor perwakilan negara asing/ lembaga asing, masjid negara, kantor instuisivertikal, kantor satuan kerja perangkat daerah/ lembaga daerah provinsi, badanusaha milik daerah provinsi, perusahaan swasta skala provinsi, perguruan tinggi,masjid raya, kantor satuan kerja pemerintah daerah/ lembaga daerah kabupaten/kota, kantor instuisi vertikal tingkat kabupaten/ kota, badan usaha milik daerahkabupaten/ kota, perusahaan swasta skala kabupaten/ kota, masjid, mushalla,langgar, surau atau nama lainnya, sekolah/ madrasah dan lembaga pendidikanlain, dan kecamatan atau nama lainnya.
(20) Pimpinan Instuisi adalah pimpinan / ketua/ kepala/ direktur ataupejabat/ pegawai/ anggota yng ditunjuk oleh pimpinan/ ketua/ kepala/ direkturdilembaga negara, kementerian/ lembaga pemerintah non kementerian, badanusaha milik negara, perusahaan swasta nasional dan asing, perwakilan republikIndonesia diluar negeri, kantor- kantor perwakilan negara asing/ lembaga asing,masjid negara, kantor instuisi vertikal, kantor satuan kerja perangkat daerah/lembaga daerah provinsi, badan usaha milik daerah provinsi, perusahaan swastaskala provinsi, perguruan tinggi, masjid raya, kantor satuan kerja pemerintahdaerah/ lembaga daerah kabupaten / kota, kantor instuisivertikal tingkat daerah/lembaga daerah kabupaten/ kota, badan usaha milik daerah kabupaten/ kota,perusahaan swasta skala kabupaten/ kota, masjid, mushalla, langgar, surau ataunama lainnya, sekolah/ madrasah dan lembaga pendidikan lain, dan kecamatanatau nama lainnya.
C. KETENTUAN AMIL ZAKAT DALAM HUKUM ISLAM
Zakat merupakan salah satu dari ibadah mahdhah dalam islam.banyak
hikmah dalam menunaikan zakat bagi Muzakki.
Sebagaimana firman Allah dalam Al-quran dalam surah At-Taubah
yang berbunyi:
هللا و لھم ن ك تك س ال ص إن لیھم ع ل ص بھا و یھم ك تز و ھم قة تطھر د ص الھم و أم ن م ذ .(التوبة /خ لیم یع ع م )٩:١٠٣س
95 Lihat Peraturan Badan Amil Zakat ( BAZNAS) No 2 Tahun 2016 tentangpembentukan dan tata kerja unit pengmpul zakat
35
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harga mereka, dengan zakat tersebut
kamu membersihkan dan menyucikan mereka.”( QS.At-Taubah;103)96
Begitu pentingnya zakat dalam islam maka ada beberapa ketentuan yang
harus di penuhi supaya zakat tersebut berjalan dengan maksimal.
1. Syarat- Syarat amil zakat.
Imam Nawawi dalam karya nya menjelaskan bahwa syarat- syarat amil
ada 3 yaitu:97
a. Ahliyatus Syahadat
b. Islam
c. Bukan keturunan bani Hasyim dan bani Muthalib dan bukan budak yang
dimerdekakan dari bani Hasyim dan bani Muthalib.
Sedangkan Syekh Qardhawi menjelaskan dalam karyanya fiqih zakat
bahwa untuk menjadi amil ada beberapa syarat yang harus dipenuhi sebagai
berikut;98
1) Agama Islam ( مسلم )
Seseorang di syaratkan beragama Islam untuk menjadi amil karena zakat
merupakan urusan atas orang Islam maka di syaratkan dalam urusan tersebut
seorang amil harus beragama Islam. dari urusan tersebut dapat dikecualikan
dengan sesuatu yang tidak berhubungan dengan pemungutan dan pembagian harta
zakat. Al-Qardhawy menukil pendapat Imam Ahmad menjelaskan dengan melihat
keumuman lafadz ( (العلملین علیھا maka orang islam maupun kafir boleh menjadi
amil zakat tetapi yang lebih utama adalah harus seorang muslim.99
2) Mukallaf ( ال اق ع غ ل ب )
3) Orang yang jujur ( ان ی م ا )
4) Mengetahui dan memahami tentang hukum-hukum zakat ( ة كا الز ام ك ح ا ب م ل ع ل ا .
5) Mampu melaksanakan tugas ( ل م ع ل ل ة ی اف ك ل ا )
96 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnnya, (Bandung: CV. PenerbitDiponegoro, 2000), H.14
97 Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawii,Tauseh A’la Ibni Qosim.( Darul Kutub Al-Islamiyah: 2002), cet.I,Juz.I,h. 215
98 Al-Qardhawi, Fiqih al-Zakah.(Beirut; Muassasah Risalah,1993), cet.21,Juz.II,h.58699 Al-Qardhawi, Fiqih al-Zakah.h.586
36
6) Bukan keturunan nabi ( ىب ر ي الق و ذ ن م ن و ك ی ال )
7) Harus seorang laki- laki ( ار ك ذ )
8) Merdeka ( ار ح )
Sedangkan menurut Didin Hafidhuddin selain syarat amil diatas
seseorang amil harus ada kesungguhan untuk melaksanakan tugasnya yaitu
dengan menjadikan tugas ini sebagai kegiatan utamanya (penuh waktu) bukan
sebagai pekerjaan sambilan.100
Dengan demikian dapat digambarkan bahwa pengelola (amil zakat)
merupakan wilayah syar’iyyah sebagaimana yang dijelaskan oleh Zakaria al-
Anshary dalam karya fathul Wahhab:
ل ام ط الع شر ل و یر ذ ر إلى غ ك ذ ل د لف ع ك م لم س م ات " أي أھلیة الشھاد اة " بأن ك فقھ ز في بابھا " و ا ذكر م ك م
اء القض ور ك م ه األ لھذ ت یة فافتقر ع ر یة ش لك وال ذ ن ذ أل یأخ ن م ذ و خ ا یؤ م رف یع
Artinya: “syarat seorang amil adalah seorang saksi (muslim, Mukallaf, adil,
seorang laki-laki) selain perkara yang sudah disebutkan sudah disebutkan dalam
bab-nya. Dan mengetahui tentang zakat sekiranya seorang amil tersebut
mengetahui harta zakat yang diambil dan muzakki yang mempunyai harta karena
masalah tersebut adalah ruang lingkup Syar’iah dengan demikian syarat-syarat
tersebut dibutuhkan seperti Qadhi”.101
D. AMIL ZAKAT DALAM PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN
INDONESIA
Di negara Indonesia yang mayoritas penduduk muslim dalam rangka
mewujudkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat maka negara mengeluarkan
undang- undang tentang pengelolaan zakat supaya lebih maksimal dan tujuan dari
zakat tercapai.
Dalam Undang- undang RI nomor 23 tahun 2011 bab 1 pasal 1 ayat 7,8,9,
dan 10 menyatakan sebagai berikut:102
100 Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern.(Depok: Gema Insani, 2007),cet.11,h.45
101 Zakaria bin Muhammad al-Anshary, Fath al-Wahhab bi Syarh ath-Thullab (DarulFikr:1999)Juz.II,h.36
102 UU No.23 /2011 BAB I Pasal I ayat (7),(8),(9) dan (10).
37
7. Badan Amil Zakat Nasional yang disebut BAZNAS adalah lembaga yang
melakukan pengelolaan zakat secara Nasional.
8. lembaga Amil Zakat yang selanjutnya disingkat LAZ adalah lembaga yang
dibentuk masyarakat yang memiliki tugas membantu pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
9. Unit pengumpul Zakat yang selanjutnya disingkat UPZ adalah satuan
organissasi yang dibentuk oleh BAZNAS untuk membantu pengumpulan Zakat.
10. Setiap orang adalah orang perseorangan atau badan hukum.
Kemudian dalam bab 2 pasal 11 di jelaskan persyaratan untuk dapat
diangkat sebagai anggota BAZNAS sebagaimana di maksud dalam pasal 10
paling sedikit harus:103
1. Warga negara Indonesia
2. Beragama Islam
3. Bertakwa kepada Allah SWT
4. Berakhlak mulia
5. Berusia minimal 40 ( empat puluh) tahun
6. Sehat jasmani dan rohani
7. Tidak menjadi anggota partai politik
8. Memiliki kompetensi di bidang pengelolaan zakat dan
9. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan yang
di ancam dengan pidana penjara paling singkat 5 ( lima ) tahun.
Dalam peraturan pemerintah RI Nomor 14 Tahun 2014 BAB VII bagian
keempat (Amil Zakat perseorangan atau perkumpulan orang dalam masyarakat)
pasal 66 ayat 1 dan 2 menjelaskan:104
1. Dalam hal di suatu komunitas atau wilayah tertentu105 belum terjangkau oleh
BAZNAS dan LAZ , kegiatan pengelolaan zakat dapat di lakukan oleh
103 UU No.23/2011 BAB II Pasal II104 P.Pemerintah No.14 Tahun 2014 Bab VII Pasal 66 ayat (1) dan (2)105 Yang dimaksud dengan “ komunitas atau wilayah tertentu belum terjangkau oleh
BAZNAS dan LAZ” adalah komunitas muslim yang berada disuatu wilayah yang secara geografisjaraknya cukup jauh dari BAZNAS dan LAZ dan tidak memiliki infrastruktur untuk membayarkanzakat kepada BAZNAS dan LAZ. Lihat penjelasan atas peraturan pemerintah RI NO 14 Tahun
38
perkumpulan orang, perseorangan tokoh umat Islam ( alim ulama), atau pengurus/
Takmir masjid/ musholla sebagai amil zakat.
2. Kegiatan pengelolaan zakat oleh amil zakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dengan memberitahukan secara tertulis kepada kepala kantor agama
( KUA) kecamatan106
Dalam BAB X sanksi administratif pasal 78 juga menjelaskan bahwa
amil zakat dalam pasal 66 yang tidak memberitahukan kepada kantor urusan
agama kecamatan tentang kegiatan yang dilakukan dan juga melakukan tugas
sesuai dengan peruntukan yang di ikrarkan maka dikenakan sanksi
administratif.107
Sedangkan dalam BAB VIII pasal 38 di jelaskan sebagai berikut : “setiap
orang dilarang dengan sengaja bertindak selaku amil zakat melakukan
pengumpulan, pendistribusian, atau pendayagunaan zakat tanpa izin pejabat
yang berwenang”.108
Berdasarkan peraturan perundang- undangan di Indonesia Undang-
undang No. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat dan peraturan pemerintah
republik Indonesia No 14 tahun 2014 pelaksanaan undang- undang no 23 tahun
2011 zakat maka terdapat beberapa amil di Indonesia, yaitu :109
1. BAZNAS ( tingkat nasional,provinsi, dan kabupaten/ kota).
2. LAZ ( tingkat nasional,provinsi, dan kabupaten/ kota).
3. Pengelola zakat perseorangan atau kumpulan perseorangan dalam
suatu 110komunitas masyarakat atau wilayah yang belum terjangkau oleh
2014 tentang pelaksaan undang- undang Nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat pasal66.
106 Lihat peraturan pemerintah RI no 14 tahun 2014 bab VII bagian keempat pasal 66 ayat(1 ) dan (2)
107 Lihat peratura pemerintah RI no 14 tahun 2014 bab X sanksi administratif pasal 78ayat (1) dan (2)
108 Lihat Undang- undang No 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat bab VIII pasal38
109 Lihat Undang –Undang No.23 tahun 2011 dan P.Pemerintah No.14 Tahun 2014110 Yang dimaksud dengan “komunitas dan wilayah tertentu belum terjangkau oleh
BAZNAS dan LAZ ” adalah komunitas muslim yang berada disuatu wilayah yang secarageografis jaraknya cukup jauh dari BAZNAS dan LAZ dan tidak memiliki infrastruktur untuk
39
BAZNAS dan LAZ dengan memberitahukan secara tertulis kepada kepala
kantor urusan agama (KUA) kecamatan111.
Dengan demikian dapat di ambil kesimpulan, Dari tiga pengelola zakat
yang ada di Indonesia, hanya BAZNAS yang diangkat oleh pemerintah,
sedangkan lembaga amil zakat ( LAZ) hanya mendapat izin untuk pengelolaan
zakat dan pengelola zakat perseorangan atau kumpulan perseorangan dalam
komunitas masyarakat hanya mendapat pengakuan dari BAZNAS.
membayarkan zakat kepada BAZNAS dan LAZ.lihat penjelasan atas Peraturan pemerintah RINo.14 tahun 2014 tentang pelaksanaan UU No.23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat pasal 66.
40
BAB III
PROFIL BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN
A. Sejarah BAZNAS Kota Tangerang Selatan
1. Profil BAZNAS Kota Tangerang Selatan
Badan Amil Zakat Nasional kota Tangerang Selatan yang selanjutnya
disingkat BAZNAS adalah suatu lembaga pemerintah tingkat kota atau kabupaten.
BAZNAS didirikan bertujuan untuk berkhidmah dalam memajukan kesejahteraan
umum bagi seluruh masyarakat melalui pendayagunaan yang dilakukan secara
produktif dana Zakat,Infaq dan Shodaqoh ( ZIS) dan dana lainnya dari para
dermawan baik dari perseorangan, lembaga,perusahaan dan instansi lainnya.112
BAZNAS Kota Tangerang Selatan berdiri pada tahun 2009 bersamaan
dengan berdirinya Kota Tangerang Selatan. Lembaga ini merupakan realisasi dari
pemberlakuan Undang-– Undang No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat
oleh pemerintah. Awal berdirinya BAZNAS mempunyai nama BAZDA sesuai
dengan Undang – undang zakat No 38 Tahun 1999 yang diangkat oleh PLT
walikota Tangerang Selatan bapak H. Muhammad Sholeh,MT. Melalui surat
keputusan No. 451.12/Kep 73- Huk.Org/2009, tentang pengurus Badan Amil
Zakat Kota Tangerang Selatan periode 2009-2012,tanggal 02 Juli 2009.113
Kemudian diperbaharui dengan keputusan Walikota No. 451.12/Kep 252-
Huk. / 2010, tanggal 23 Juli 2010. Tentang pembentukan pengurus Badan Amil
Zakat Daerah ( BAZDA) Kota Tangerang Selatan anggaran 2009-2012 sebagai
realisasi dari UU No.38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat di Kota Tangerang
selatan.Seiring dengan itu diterbitkan pula instruksi Walikota Tangerang Selatan
No.02 Tahun 2009 tentang pengumpulan Zakat,Infaq dan Shodaqoh dari para
112 Endang Saefuddin Dkk, BAZDA Kota Tangerang Selatan ( Tangerang selatan:BAZDA TANGSEL,2011)h.8
113 Endang Saefuddin Dkk, BAZDA Kota Tangerang Selatan ( Tangerang selatan:BAZDA TANGSEL,2011)h.9
41
pejabat/ pegawai pemerintah,swasta dan masyarakat di Kota Tangerang Selatan,pada
tanggal 26 Agustus 2009.114
Kemudian nama tersebut di Tranformasi dengan lahirnya Undang – Undang
tentang pengelolaan zakat No 23 Tahun 2011 dengan diganti menjadi BAZNAS.
Terbentuknya BAZNAS pada bulan Maret Tahun 2016 yang dilantik oleh Walikota
Tangsel HJ.Airin Rachmi Diani,S.h.MH melalui surat keputusan No.451.12/
Kep.281-Huk / 2016.115
Munculnya Undang-Undang No.23 tahun 2011 dan PP No.14 tahun 2014
menurut Endang Saefuddin 116 ini sangat membantu kinerja amil atau pengurus
BAZNAS dalam mengelola harta zakat. Dengan Undang-Undang tersebut legalitas
BAZNAS menjadi lebih kuat. Pengelola zakat (amil) jadi lebih jelas. Pengelola zakat
bisa terarah dan terbatas Sehingga 117 amil Tradisional tidak bisa mengelola lagi
karena amil tersebut sudah tidak dianggap tidak legal.
Latar belakang berdirinya BAZNAS terdiri dari beberapa faktor:118
pertama. karena terpisahnya kabupaten Tangerang dengan Tangerang Selatan
sehingga pemerintah kota Tangerang Selatan mendirikan BAZNAS untuk
merealiasasikan Undang-undang No 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan Zakat
Kedua. Dana zakat,Infaq dan Shodaqoh diyakini mampu bersumbangsih
dalam mendukung keadilan sosial dan pembangunan sosial dan mengurangi angka
kemiskinan. Indonesia dengan negara yang mayoritas beragama Islam mempunyai
potensi Zakat,Infaq dan Shodaqoh yang cukup tinggi sehingga apabila dana tersebut
dikelola dengan maksimal maka akan memberikan dampak yang sangat signifikan
dalam penyelesaian masalah yang terjadi pada masyarakat.atas dasar tersebut perlu
adanya lembaga yang mengatur tentang pelaksanaan zakat secara baik dan benar.
114 Endang Saefuddin,Ketua BAZNAS Kota TANGSEL, Interview Pribadi,18 Maret 2018115 Endang Saefuddin,Ketua BAZNAS Kota TANGSEL, Interview Pribadi,18 Maret 2018116 Endang Saefuddin,Ketua BAZNAS Kota TANGSEL, Interview Pribadi,18 Maret 2018117 Amil tradisional yaitu mereka yang mengklaim yaitu atau mengambil inisiatif
mengumpulkan dana zakat seperti halnya terjadi sebelum adanya pemerintah mengeluarkan peraturantentang pengelolaan zakat seperti memberikan zakat kepada guru ngaji masing2, dukun beranak, ataurumah zakat yang belom mendapat izin yang tidak mendapat surat keputusan ( SK) sebagai amil danini masih banyak terjadi pada masyarakat kita sehingga menjadi kendala bagi BAZNAS dalampengumpulan dana zakat. Endang Saefuddin,Ketua BAZNAS Kota TANGSEL, Interview Pribadi,18Maret 2018
118 Endang Saefuddin Dkk, BAZDA Kota Tangerang Selatan ( Tangerang selatan: BAZDATANGSEL,2011)h.
42
Ketiga. Dana zakat,Infaq dan Shodaqoh diyakini mampu bersumbangsih
dalam mendukung keadilan sosial dan pembangunan sosian dan mengurangi angka
kemiskinan. Indonesia dengan negara yang mayoritas beragama Islam mempunyai
potensi Zakat,Infaq dan Shodaqoh yang cukup tinggi sehingga apabila dana tersebut
dikelola dengan maksimal maka akan memberikan dampak yang sangat signifikan
dalam penyelesaian masalah yang terjadi pada masyarakat.atas dasar tersebut perlu
adanya lembaga yang mengatur tentang pelaksanaan zakat secara baik dan benar.
Ketua BAZNAS Endang Saefuddin mengatakan: 119 walaupun BAZNAS
merupakan lembaga resmi dalam pengelolaan zakat di Kota Tangerang Selatan tidak
menutup kemungkinan bahwa keberhasilan pengelolaan zakat belom maksimal
walaupun potensi dana zakat di kota Tangerang Selatan sangat besar di bandingkan
dengan kabupaten atau kota lain yang berada dalam provinsi Banten, hal ini
kemungkinan terdapat beberapa kendala :
a. Banyaknya lembaga pengumpul zakat selain BAZNAS. Di antaranya:
1) D. Dhuafa
2) Lembaga Amil Zakat (LAZ)
3) Rumah Zakat
4) Dan adanya lembaga-lembaga lain yang memungut dan
mengumpulkan zakat secara ilegal ( tidak mempunyai legalitas ).
a. Kemungkinan belum sepenuhnya masyarakat memahami tentang kewajiban
zakat menurut Islam
b. Kemungkinan tingkat kepercayaan masyarakat masih rendah kepada Badan
Amil Zakat Nasional ( BAZNAS ) sehingga banyak para muzakki
menyalurkan zakat secara langsung.
BAZNAS Kota Tangerang Selatan dalam programnya dituntut untuk menjadi
wadah yang eksis dan dipercaya sebagai landasan yang kuat dalam pemberdayaan
ekonomi umat, memiliki nilai iman dan ketakwaan berdasarkan Al-Quran dan As-
Sunnah dalam rangka pengentasan kemiskinan dan mewujudkan masyarakat madani
Kota Tangerang Selatan.120
119 Endang Saefuddin,Ketua BAZNAS Kota TANGSEL, Interview Pribadi,18 Maret 2018120 Endang Saefuddin Dkk, BAZDA Kota Tangerang Selatan ( Tangerang selatan: BAZDA
TANGSEL,2011)h.9
43
BAZNAS Kota Tangerang Selatan senantiasa selalu memproduksi Program-
program pendayagunaan secara kreatif yang mampu menjawab perubahan dan
problem sosial yang selalu berkembang pada masyarakat.
Dalam memudahkan kinerja BAZNAS, dalam upaya pengentasan
kemiskinan serta mensosialisasikan kewajiban zakat kepada masyarakat agar potensi
zakat dapat diberdayakan secara produktif pengurus di setiap kecamatan mengontrol
langsung keinginan masyarakat kota Tangerang Selatan untuk menyalurkan zakatnya
dan melaporkan semua aktifitas yang ada di kawasannya masing-masing ke
BAZNAS Kota Tangerang Selatan sehingga dana zakat tersebut dapat terorganisir
pada satu tempat serta memudahkan pengambilan kebijakan untuk pendistrubusian
dana zakat tersebut.
Dalam pengelolaan dana zakat dari Muzakki baik itu dari perseorangan,
lembaga dan instansi swasta maupun pemerintah BAZNAS Kota Tangerang Selatan
BAZNAS selalu melakukannya secara transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan.121
1. Tugas, Fungsi dan Tanggung Jawab BAZNAS Kota Tangerang Selatan
a. Tugas Pokok122
Sebagai pengelola zakat, tugas pokok BAZNAS adalah:
1) Menggali potensi zakat
2) Mengumpulkan harta / zakat
3) Mengelola harta/ zakat yang telah terkumpul
4) Mendistribusikan zakat kepada mustahiq secara proporsional
5) Mendayagunakan dana zakat
6) Mengupayakan pengembangan zakat baik dari segi sumber maupun
pemanfaatannya
7) Menyusun pedoman zakat yang sederhana dan mudah dipahami oleh muzakki
b. Fungsi
Sebagai pengelola zakat, BAZNAS akan menfungsikan diri sebagai lembaga
pelayanan masyarakat yang akan berzakat (Muzakki) dan bagi orang- orang yang
membutuhkan bantuan dana zakat ( Mustahiq)123
121 Endang Saefuddin,Ketua BAZNAS Kota TANGSEL, Interview Pribadi,18 Maret 2018.122 Endang Saefuddin Dkk, BAZDA Kota Tangerang Selatan ( Tangerang selatan: BAZDA
TANGSEL,2011)h.16
44
c. Tanggung Jawab
Amanah yang dibebankan kepada BAZNAS adalah (1) memperbaiki keadaan
dan tarap perekonomian masyarakat, dalam hal ini; adalah mustahiq. (2)
menyediakan fasilitas yang akan menunjang perbaikan penghasilan bagi umat. (3)
melakukan penataan administrasi umum, personalia dan keuangan zakat.124
d. Tujuan125
Tujuan BAZNAS Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:
1) Tersalurnya dana umat sesuai dengan ketentuan Syariat Islam
2) Terwujudnya pengelolaan zakat sesuai dengan tuntunan syariah dan perundang-
undangan di Indonesia
c. Pendistribusian dan pendayagunaan dana zakat BAZNAS Kota
Tangerang Selatan.
Sejak tahun 2009 ( sejak berdirinya BAZNAS KOTA Tangerang Selatan) ZIS
yang terkumpul dari para muzakki diwilayah Kota Tangerang Selatan didistribusikan
dan didayagunakan melalui penggolongan asnaf oleh BAZNAS Kota Tangerang
Selatan sebagai berikut:126
a. Asnaf Riqab terdiri dari:
1) .Bantuan Kesehatan
2) Rehab dan Bedah Rumah
3) Bantuan berdasarkan Proposal
b. Asnaf Gharimin terdiri dari:
1) Bantuan sarana keagamaan yaitu:
a). TPQ / TPA
b). Majelis Taklim
c). Mushalla dan Masjid
d). Marbot
2) Bantuan dana bergulir
c. Asnaf Muallaf terdiri dari:
1) Bantuan pembinaan Muallaf
2) Bantuan masyarakat Dhu’afa
123 Endang Saefuddin Dkk, BAZDA Kota Tangerang Selatan.( Tangerang Sekatab: BAZDATANGSEL,2011),h.16
124 Endang Saefuddin Dkk, BAZDA Kota Tangerang Selatan. h.17125 Endang Saefuddin Dkk, BAZDA Kota Tangerang Selatan. h.17126 Endang Saefuddin Dkk, BAZDA Kota Tangerang Selatan. h.29
45
d. Asnaf Ibnu Sabil terdiri dari:
1) Bantuan Beasiswa berkelanjutan:
a) Siswa SD /MI
b) Siswa SLTP
c) Siswa SLTA
e. Asnaf Fi Sabilillah terdiri dari :
1) Bantuan guru ngaji
2) Bantuan guru TPQ / TPA
Penggolongan bantuan yang diberikan BAZNAS sewaktu-waktu dapat
berubah sesuai dengan ketersediaan dana dan kebutuhan bantuan. Dan selain bantuan
kelima Asnaf di atas, BAZNAS Kota Tangerang Selatan melayani juga bantuan yang
sifatnya spontanitas ( sewaktu-waktu) yang kemudian disesuaikan dengan asnaf
pemohon.127
KEADAAN DANA BAZNAS PER-DESEMBER 2017128
No Bulan Pengeluaran Pendistribusian Piutang Jumlah Total
1 Jan 95.763.100 111.900.000 Kesra 25.000.0
00
2 Feb 168.611.000 33.700.000 Ibu.Khodi
jah
23.000.0
00
3 Mar 19.439.750 51.500.000 Syahreza 6.000.00
0
4 Apr 137.406.900 29.750.000 Bpk.Lili 1.000.00
00
5 Mei 267.439.000 88.550.000
6 Jun 172.503.900 34.900.000
7 Jul 112.023.000 10.000.000
8 Agust 86.349.500 68.150.000
9 Sep 53.527.300 11.450.000
10 Okt 270.244.650 482.350.000
11 Nov 100.269.500 171.000.000
12 Des 73.928.700 47.600.000
13 JML 1.557.506.30
0
1.140.850.000 JUM 55.000.0
00
2.753.356.300
127 Endang Saefuddin,Ketua BAZNAS Kota TANGSEL, Interview Pribadi,18 Maret 2018.128 BAZNAS Kota Tangerang Selatan
46
No Pemasukan Jumlah Pengeluaran Jumlah Saldo
1 2,5 Fitrah 112.459.225 Pengeluaran 1.557.506.300
2 JAN-DES 1.827.717.56
4
Pendistribusi
an
1.140.850.000
3 MAL 68.589.420 Piutang 55.000.000
4 I.Haji 27.660.000
5 Hibah 500.000.000
6 Bonus 24.772.034
7 Pengembalia
n
500.000.000
8 Jumlah 3.061.198.243 307.841.943
B.Visi misi dan skruktur lembaga
1. Visi129
Adapun visi BAZNAS Kota Tangerang Selatan adalah menjadikan Badan
Amil Zakat Nasional ( BAZNAS) sebagai lembaga pengelolaan zakat yang dipercaya
dalam membangkitkan ekonomi umat dalam rangka memerangi dan mengentaskan
kemiskinan.
2. Misi130
a. Menggali potensi umat untuk meningkat kesejahteraan masyarakat Kota
Tangerang Selatan dalam upaya memperkecil kemiskinan. Mendaya-gunakan dana
umat bagi peningkatan kwalitas umat yang Islami.
b. Memudahkan pelayanan para muzakki,munfiq dan mufashaddiq dalam
menunaikan Zakat,Infaq dan Shodaqoh ( ZIS).
c. Mendistribusikan zakat kepada mustahiq ( yang berhak menerima zakat)
sesuai dengan hukum dan syariat serta Undang – undang yang berlaku.
129 Endang Saefuddin Dkk, BAZDA Kota Tangerang Selatan ( Tangerang selatan: BAZDATANGSEL,2011)h.15
130 Endang Saefuddin Dkk, BAZDA Kota Tangerang Selatan.15
47
3. Skruktur Lembaga
Skruktur lembaga BAZNAS Kota Tangerang Selatan
SK. Walikota Tangerang Selatan No.451.12/ Kep.281-Huk/ 2016131
No Jabatan Nama Kinerja BAZNAS Kota Tangerang Selatan
1. Ketua Drs. KH. EndangSaefuddin, MA.
2 Wakil Ketua1
Teten Kustiawan,Ak., CA
a. Pelaksana Layanan MuzakkiPerorangan Atau Badan
b. Pelaksana Layananan Muzakki UnitPengumpul Zakat
c. Pelaksana Konter Administrasi danDatabase
3 Wakil KetuaII
H. MuhammadSalbini, LC.
a. Pelaksana Layanan Santunan Mustahiqb. Pelaksana dalam Pemberdayaanc. Pelaksana Administrasi dan Databas
4 Wakil KetuaIII
Drs. H. UcupYusuf, M.Pd.
a. Pelaksana Perencanaan danPengembangan
b. Pelaksana keuanganc. Pelaksana Akuntasi dan Pelaporan
5 Wakil KetuaIV
H.MuhamadThohir. SQ.
a. Pelaksana HRD dan Legalb. Pelaksana Administrasi dan Humasc. Pelaksana IT dan Umum
C. Muzakki dan Mustahiq BAZNAS Kota Tangerang Selatan
1. Muzakki
Dalam kewajiban menunaikan zakat BAZNAS Kota Tangerang Selatan tetap
berpedoman dengan ketentuan yang telah diatur oleh syariah dan Undang-undang
yang berlaku. BAZNAS Kota Tangerang Selatan menjelaskan muzakki sebagai
berikut:Muzakki adalah orang-orang yang berkewajiban menunaikan / membayar
zakat.132 Termasuk dalam kategori muzakki dalam BAZNAS Kota Tangerang selatan
yaitu dana dari zakat profesi dan pegawai negeri sipil ( PNS) yang berada dalam
wilayah pemkot Kota Tangerang Selatan.133
131 Struktur BAZNAS Kota Tangerang Selatan sesuai SK Wali Kota Tangerang Selatan132 Endang Saefuddin Dkk, BAZDA Kota Tangerang Selatan ( Tangerang selatan: BAZDA
TANGSEL,2011)h.54133 Endang Saefuddin,Ketua BAZNAS Kota TANGSEL, Interview Pribadi,18 Maret 2018.
48
Dalam membantu para mutahiq BAZNAS mendapatkan dana dari orang-
orang yang mau berzakat ( Muzakki) yang harta kekayannya sudah mencukupi haul
dan nishob dalam kewajiban zakat sesuai dengan tuntutan Al-Qur’n dan As-
Sunnah.134
2. Mustahiq
Adalah orang-orang yang berhak menerima dana zakat. Menurut Baznas Kota
tangerang Selatan semua kelompok (Asnaf) yang dijelaskan dalam Al-Qur’an dalam
surah At-Taubah ayat (60) dan itu adalah orang-orang yang berhak mendapat bantuan
dana zakat dari BAZNAS Kota Tangerang Selatan tetapi tetap prioritas utama
didalam kategori delapan (8) kelompok tersebut adalah orang faqir dan
miskin.135Mustahiq bisa mendapat bantuan dana zakat BAZNAS dengan memenuhi
beberapa syarat sebagai berikut:136
a. Surat keterangan tidak mampu dari kelurahan (KTM)
b. Fhoto kopi KTP
c. Fhoto kopi KK
d. sakit. Surat keterangan sakit dari dokter
e. surat permohonan ke BAZNAS
f. harus ada rekomendasi dari unit pengumpul zakat ( UPZ ) setempat.
D. Kebijakan strategis dalam mensosialisasikan zakat kepada masyarakat
Program pendayagunaan dana ZIS yang dilakukan BAZNAS Kota Tangerang
Selatan difokuskan pada pendayagunaan produktif yang terdiri dari:137
1. Pemberdayaan ekonomi masyarakat
2. Pengembangan pendidikan
3. Pelayanan sosial dan keagamaan
Program tersebut dijabarkan dalam berbagai pendayagunaan yang tetap fokus
pada sasaran yang disusun berdasarkan analisis kebutuhan pada masyarakat. Dalam
merealisasikan kebijakan tersebut BAZNAS Kota Tangerang Selatan tetap berpegang
teguh dengan prinsip-prinsip syariah.
Dalam melaksanakan program tersebut untuk disosialisasikan kepada
masyarakat supaya masyarakat tahu tentang kesadaran kewajiban berzakat maka
134 Endang Saefuddin,Ketua BAZNAS Kota TANGSEL, Interview Pribadi,18 Maret 2018.135 Endang Saefuddin Dkk, BAZDA Kota Tangerang Selatan. h.55136 Endang Saefuddin,Ketua BAZNAS Kota TANGSEL, Interview Pribadi,18 Maret 2018.137 Endang Saefuddin,Ketua BAZNAS Kota TANGSEL, Interview Pribadi,18 Maret 2018.
49
BAZNAS Kota Tangerang Selatan melakukan beberapa kebijakan strategis sebagai
berikut:138
a. Berusaha mensosialisasikan pada tiap-tiap kelurahan melalui penerangan atau
unit pengumpul zakat (ZIS) dari BAZNAS Kota Tangerang Selatan
b. Memasang pada tempat tertentu berupa spanduk dan banner
c. Melakukan penyiaran dengan media berupa:
1). Koran
2). Surat-surat edararan (imbauan).
3). Dll
138 Endang Saefuddin,Ketua BAZNAS Kota TANGSEL, Interview Pribadi,18 Maret 2018.
50
BAB IV
ANALISIS PERBANDINGAN HUKUM (STUDY KOMPARATIF) HUKUM
ISLAM DAN UNDANG-UNDANG ZAKAT NO.23 TAHUN 2011 TENTANG
PENGELOLAAN ZAKAT
A. Legalitas Amil Zakat Perorangan Dan Lembaga Pendidikan/Lembaga Badan
Hukum Menurut Hukum Islam.
Pada awal masa pengelolaan zakat di Indonesia negara tidak terlibat campur
tangan dalam pengelolaan zakat. dengan demikian, pengelolaan zakat dijalan secara
individual-tradisional sehingga muncul berbagai amil zakat baik berbentuk
perseorangan ataupun lembaga yang mana mereka mengklaim diri mereka sebagai
amil yang bisa mengelola dana zakat dari muzakki untuk disalurkan kepada para
mustahiq atau masyarakat yang membutuhkan bantuan.Tetapi dengan berjalannya
waktu pemerintah menilai bahwa Undang-Undang No.38 tahun 1999 tidak sesuai lagi
dengan perkembangan zaman dan hukum dalam menjawab permasalahan pengelolaan
zakat. Oleh sebab itu perlu adanya transformasi Undang-undang zakat No. 38 tahun
1999 ke undang-Undang zakat yang Baru yang lebih terorganisir dan terarah
sehingga akan tercapai tata kelola yang baik (good goverment). Maka dikeluarkanlah
Undang-Undang tentang pengelolaan zakat yang baru yaitu Undang-Undang No.23
tahun 2011 tentang pengelolaan zakat yang disahkan oleh Presiden RI Susilo
Bambang Yudhoyono pada tanggal 25 November 2011.
Didalam Islam. pengelolaan zakat telah menjadi ruang ijtihad yang sangat
luas berbasis maslahah. Perubahan politik dan komitmen keagamaan penguasa
memberi dampak besar dan menimbulkan diskursus yang tajam diantara pada
fuqaha yang terekam dalam kajian fiqih klasik..139
Dalam rangka mengoptimalisasikan potensi zakat nasional yang belum banyak
tergali, dibutuhkan pelengkap berupa pendekatan top down yang memiliki kekuatan
intervensi. UU No.23/2011 memberi penguatan kepada zakat di mana negara
diamanatkan untuk turut membangun zakat nasional. Peran negara yang semakin
besar dan posisi BAZNAS yang semakin kuat harus dimanfaatkan sebaik-baiknya
139 Budi Rahmat Hakim,”Analisis terhadap Undang-undang No.23 tahun 2011 tentangpengelolaan zakat ( Perspektif Hukum Islam)”, 15,2,( Desember,2015),h.159
51
untuk integrasi zakat dalam kebijakan negara, khususnya kebijakan fiskal dan
penanggulangan kemiskinan.140
Munculnya Undang-Undang No.23 tahun 2011 akan memberi dampak positif
pada pengelolaan zakat, sehingga zakat dapat dikelola dengan baik (good goverment)
oleh lembaga amil zakat yang bentuk langsung oleh pemerintah yaitu Badan Amil
Zakat ( BAZ) maupun lembaga yang diusulkan oleh masyarakat yaitu lembaga Amil
Zakat (LAZ).Undang-Undang No.23 tahun 2011 juga mengatur adanya sanksi bagi
pengelola yang tidak amanah.
Dalam kitab tafsir Al-Misbah dijelaskan dalam pembahasan para pakar hukum
menyangkut lafazh ( لیھاو ع لین عام mereka adalah yang melakukan pengelolaan.(ال
terhadap zakat,baik mengumpulkan,menentukan siapa yang berhak,mencari
mereka,maupun membagi dan mengantarkannya kepada mereka. Kata ( لیھا ع )
memberi kesan bahwa para pengelola itu melakukan kegiatan mereka dengan
sungguh-sungguh dan mengakibatkan keletihan. sedangkan kata( لي ع ) memberi kesan
makna penguasaan dan kemantapan atas sesuatu. 141
Dalam hasil Munas Nu di NTB pada tanggal 23-25 November 2017 dijelaskan
bahwa dalam pengangkatan amil zakat harus melalui beberapa prosedur untuk
mendapat legalitas pengelola zakat, prosedur yang harus dilalui adalah sebagai
berikut:142
1. Pengangkatan amil dilakukan dengan lafal-lafal yang mengesahkan wilaya (
kekuasaan) amil
2. Muwalli ( pemimpin tertinggi negara atau pejabat pembantunya) mengetahui
bahwa Muwalla ( calon amil zakat) memenuhi syarat diangkat sebagai amil
3. Dalam pengangkatannya disebutkan tugas amil zakat adalah menganani
urusan zakat
4. Dalam pengangkatannya disebutkan wilayah kerjanya
5. Diangkat secara langsung ( bi al-lafzhi musyafahah) atau tidak langsung (ma’a
al-ghaibah murasalatan wa mukatabatan)
140 Budi Rahmat Hakim,”Analisis terhadap Undang-undang No.23 tahun 2011 tentangpengelolaan zakat ( Perspektif Hukum Islam)”, 15,2,( Desember,2015),h.160
141 M.Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah.( Ciputat;lentera hati:2012). Cet. V,Volume 5.h.142-143
142 Munas Nu pada tgl 23-25 Nopember 2017
52
6. Muwalla (calon amil) mengetahui bahwa muwalli berhak mengangkatnya,
telah mengangkatnya, dan berhak menggantikan ( mendelegasikan ) tugasnya
dalam urusan zakat
7. Muwalla menyampaikan menjawab atas kesanggupannya atau langsung
bekerja
8. Muwalla resmi menjadi amil
Para imam mazhab menjelaskan pengertian amil zakat dengan berdasarkan
ijtihadnya masing-masing sebagai berikut:
1) Imam Syafi’i:
Imam Syafi’i memberikan definisi tentang pegawai zakat (amil) dalam kitab
al-Umm adalah:
ھا م قس ھا و الي قبض ه الو ال و ن لیھا م ع لون ام الع و
Amil zakat orang-orang yang diserahi tugas oleh imam atau penguasa untuk
mengambil dan membagikan zakat”.143
Sedangkan Dalam kitab Al-Hawie Kabier karya Imam Mawardi menjelaskan
sebagai berikut.
تفریقھا، ھا و ا قبض لو ا تو إذ قات ثابت د لى الص ع لین ام ھم الع س نا أن ر ك لى قال الماوردي: وقد ذ ا تو نھا إذ اقط م س و
الم ب بار ي للقیام لنفس لین ام ھم الع ذ س اتھ أنا آخ ك المال المتولي للتفریق ز ب ر قال ھ فإن بنفس قة ال في التفر ل م لع
تفریقھا ن ھا و ام قبض م ه اإل ال و ن م ل ام الع ن أل ز یج لم لین ام قام الع م ا ھو إنم ال الم ب ر قات، و د الص أھل ن یابة ع
ه یر لیھا لغ ع كیال و یكون وز أن یج نھ ال ھ أل نفس ن ع نائب
bahwa seorang amil adalah seseorang yang ditugaskan oleh Imam untuk
menerima,dan mengurus harta zakat sehingga seseorang yang mengaku amil tidak
boleh mengambil dari bagian para amil walaupun orang tersebut melakukan pekerjaan
seperti para amil dari menerima,mengumpul dan membagikan harta zakat.144
Syech Zakaria Bin Muhamad al-Anshory menjelaskan pegawai zakat adalah
seseorang yang diutus oleh Imam untuk mengambil atau mengurus harta zakat dan
masuk dalam kategori pegawai zakat (amil) adalah:145
a. seseorang yang ditugasi mengambi/menarik harta zakat (As-Sa’i)
b. seseorang yang ditugasi untuk menulis barang yang sudah diambil dan
diserahkan (Al-Katib)
143 As-Syafi’i. Al-Umm.( Bairut:Darul Ma”rifat;1990).Cet....Juz.2.H.91144 Al-Mawardi.Al-Hawie Kabier.( Libanon: Darul Kutub Ilmiah-Bairut:1999).cet
I.Juz.8.H.493-494145 Zakaria Al-Anshory.Asna Mutholib Fi Syarhi Raudhi Tholib.([Darul Kutub Al-
Islamy;t.th)Juz.4.H.395
53
c. seseorang yang bertugas mendistribusikan harta zakat yang berhak
menerimanya (Al-Qosim) dan pengumpul orang-orang yang wajib zakat dan
orang-orang yang berhak menerima harta zakat (Al-Hasir).
d. seseorang yang bertugas pemberi informasi tentang orang-orang yang berhak
menerima zakat dan orang yang wajib zakat kepada penarik zakat (Al-A’rif).
e. seseorang yang ditugasi untuk membagi (pengkalkulasi nishab dan kadar) dan
menjaga harta zakat ( Al-Hasib dan Al-Hafizh) dan termasuk dalam kategori
amil zakat yaitu Al-jundy dan Al-Jaby.
ا م م ك ام م لى اإل ) ع ب اج ات (و و ك ذ الز خ ثھ) أل بع نیا (و غ كان إن ) و ل ام الع (الثالث نف الص اء ر بیانھ في باب أد
ھ م في اس ل خ ید اة (و ك ید الز ذ و خ ا یؤ م تب یك ن م ھو ) و اتب الك ات (و و ك ذ الز خ ام أل م ثھ اإل الذي یبع ھو ي) و فع الساع
ا باب أر رف الذي یع ھو ) و ریف الع (و ال و م األ باب ع أر م الذي یج ھو ) و ر اش الح م و القاس النقیب (و ك ھو قاق و تح س ال
ي) ف القاض الي و الو ام و م اإل ابي (ال الج ندي و الج و ال و م افظ) لأل الح و ب اس الح قبیلة (و لل اة بل ك في الز ق لھم ح ال
الح د للمص ص مس المر مس الخ في خ قھم امة رز الع
2) Imam Maliki
ا ذ ك م و القاس ھو ) ، و ق فر م اب و ج لھ (و لیھا بقو ع ل ام الع ھو نف الثالث، و إلى الص ار أش الذي و ھو ، و ر اش ح و اتب ك
ارس ح اع و ر ال نھم ذ م خ لأل ال و م األ باب ع أر م یج
Menurut Imam Maliki tentang penjelasan amil zakat ialah: “amil ialah orang-
orang yang bertugas mengumpulkan harta zakat karena mereka mengambil harta
tersebut dari para muzakki”.146
Imam Maliki dalam karyanya yang lain menjelaskan tentang pengertian amil
zakat sebagai berikut:147
ا، ھ ی ل ع ن ی ل ام لع ا و ن ی ك سا لم ا و اء ر ق ف ل ل ت قا د لص ا ا م ن ى: {إ ال ع ت ھ ل و ي ق ف ة ر و ك ز الم ة این م لث ا اف ن ص أل ل اة ك الز ف ر ص ت
ل ی ب ي س ف و ن ی م ار ، والغ اب ق ي الر ف ، و م ھ ب و ل ق ة ف ل ؤ الم و ن ریضة م ف یل ب الس ، وابن هللا هللا ) ، 1لیم حكیم} (ع وهللا
ط ر ت ش ی .و یر ق الف ن أسوأ حاال م و ھ ، ف ھ ل ب س ك ال و علیھ ق نف ن ی م د وج ال ی یئا و ش ك ل م ی ن ال م و ھ :و ین ك س الم -یا ان :ث م ھ و
ث والمسكین قیر ي الف ف : الحریة شروط ة ث ال ذا إ اف ن م عبد بن م اش ھ ل س ا من ن م نھ م ل ك ون ك ی ، وأن ال الم س ، واإل
أو اب ن ج ، م اة ك الز ة ای ب لج ھ اإلمام ل م ع ت س ا ن كل م ل شتم :وی اة ك على الز ل ام الع -م من الزكاة.ثالثا فیھ ا یك عطوا م أ
ة ر ج األ ل ی ب ى س ل یا ع ن غ ان ك و ل و ل ام لع ل اة ك ى الز .. إلخ، وتعط م اس أو ق ر اش ح
Menurut Imam Maliki amil ialah tiap-tiap orang yang diberikan mandat oleh
imam atau pemerintah untuk menarik harta zakat.Sedangkan Imam Qurthubi
menjelaskan:148
146 Al-Maliki.Hasyiah Ad-Dasuki A’la Syarhil Kabir.( Darul Fikr) juz.I.thn.... cet.....h.495147 Al-Hajjah Kaukibul A’bid. Fiqih Ibadah Ala Mazhabil Maliki.( Siria: percetakan Al-insa”
Damaskus:1986 )cet.I.juz I h.292
54
ال یل ص ام لتح م اإل ثھم یبع ین باة الذ الج اة و ع ني الس لیھا) یع ع لین العام الى: (و لھ تع لكقو لى ذ ع كیل اة بالتو ك ز
“Amil zakat ialah para petugas dan pemungut zakat yang diutus oleh imam untuk
mendapatkan zakat tersebut dengan menggunakan akad wakalah (taukil) dalam
melaksanakan tugas pemungutan zakat.”
3) Imam Hanafi
Imam Syarakhsi 149 memberikan penjelasan tentang pengertian amil zakat
sebagai berikut: yaitu orang-orang yang ditugaskan oleh Imam untuk mengumpulkan
shodaqoh.150
قات د ع الص م لى ج ام ع م اإل لھم م تع یس ین الذ ھم لیھا، و ع لین ام الع انھم و و فایة أع ك و كفایتھم ون ع م ا یج م م یھم ط یع و
Di dalam karya yang lain Imam Abdur Rahman Bin Muhammad I’wadh Al-
Jaziry menukil dari pendapatnya Imam Hanafi dalam karya Fiqih A’la Mazhabil
Arba’ah menjelaskan tentang pengertian amil zakat sebagai berikut:
ھ ب ص ي ن لذ ا و " ھ ل ام لع ا و " ام م اإل ات ق د الص ذ خ ألAmil adalah orang-orang yang diangkat oleh Imam dalam mengambil shodaqoh.151.
Dalam kitab Badai’us Shonai’ Fi Tartibi Syaroi’ karya U’la Uddin Al-Hanafi
bahwa pegawai zakat (amil) berbeda hak penerimaan zakat dengan kelompok yang
lain (asnaf delapan) yang juga ada hak dalam menerima harta karena hak pegawai
zakat adalah pekerjaannya (i’malah) sehingga walaupun pegawai zakat (amil)
merupakan orang yang kaya mereka masih diperbolehkan menerima harta zakat
tersebut.152
دى إلیھ ؤ ع إلى الم ج ا الذي یر أم و یكون أن إال ني اة إلى الغ ك الز ف ر وز ص یج ا فال فقیر یكون نھا أن اع: م فأنو
الم لیھا و ع لین ام الع و اكین س الم و اء للفقر قات د ا الص الى {إنم لھ تع لیھا لقو ع ال ام لفة قلوبھم ع قاب ؤ في الر و
} [ا السبیل ابن و بیل هللا في س و ین ارم الغ ٦٠لتوبةو م ف الال ر بح كورین ذ ناف الم ص قات لأل د الى الص تع هللا ل ع ] ج
از ص ج قاقھا فلو تح باس ھم اص تص ي اخ اص فیقتض تص خ أنھ لال و وز یج ھذا ال و اص تص خ اال لبطل یرھم فھا إلى غ ر
یھم ام أس تلفت اخ إن و ھم قیھا و تح س م فھا و ار مص قات و د ع الص اض و م لبیان ت ج ر یة خ اآل قاق في و تح س اال بب فس
ة اج الح ھو د و اح و الكل لیھاإال ع لین ام الع ر ك ا نذ الة لم م الع قھم في ح بب الس ن الة؛ أل م الع قون تح یس ناھم ع غ م فإنھم
اء م س ه األ اني ھذ ع م بیان ن بد م ثم ال
148 Al-Qurthubi.Tafsir Qurtubhi.(Kairo:Darul Kutub Al-Misriah:1964).cet 2.Juz.8.h.177149 Ashabus Hanafi150 Syarakshi. Al-Mabsuth.(Bairut:Darul Ma’rifah:1993) cet... juz.3 h.9151 Abdurrahman.Fiqih A’la Mazhabil Arba’ah.( Libanon: Darul Kutub Ilmiah-Bairut:2003)
cet.II.Juz.I.H.263152 U’la Uddin al-Hanafi. Badai’us Shonai’ Fi Tartibi Syaroi’.([Darul Kutub
Ilmiah:1986).cet.II.Juz.II.H.43
55
4) Imam Hambali
Syech Abdurrahman menukil dari pendapat Imam Hambali menjelaskan
tentang amil sebagai berikut:
یا ن غ و ل . و ھ ت ر ج أ ر د ق ا ب ھ ن ى م ط ع ی ، ف اة ك الز یل ص ح ي ت ف ھ ی ل إ اج ت ح ا ی م ل ك و " ھ ھا ی ل ع ل ام و"الع
Bahwa yang dinamakan Amil adalah setiap sesuatu yang membutuhkan pada petugas
didalam menghasilkan zakat,maka petugas tersebut diberi upah sekadarnya walaupun
petugas tersebut orang kaya.153
Sedangkan Syech Ibnu Qudamah 154 menjelaskan bahwa yang dinamakan
amil adalah :155
ع لین ام ني الع لھا) یع افظون الح باة لھا، و الج ھم اة، و ك لى الز ع لین ام الع : (و ألة؛ قال س م نف الص ھم اة، و ك لى الز
ین اة الذ السع ھم اة، و ك ناف الز أص ن م ام الثالث م اإل ثھم ذ یبع خ أل ن م نقلھا، و ھا و فظ ح ھا و ع م ج بابھا، و أر ن ھا م
ا و ان ز الو و یال الك و اتب الك و ب اس الح لك ذ ك لھا، و م یح اھا و ع یر وقھا و یس من م ینھم تاج إلیھ فیھا یع یح ن م كل داد، و لع
لفھافإنھ یع ع ك نتھا، فھو ؤ م ن لك م ذ ن نھا؛ أل تھ م ر طى أج
Amil zakat adalah: para petugas yang diutus oleh Imam untuk mengumpulkan zakat
dari muzakki.
Dalam kitab Mulkhosul Fiqh karangan Sholeh bin Fauzan bin Abdillah al-
Fauzan menjelaskan tentang penjelasan amil zakat sebagai berikut:156
ى ل ا ع ھ ون ع وز ی ا، و ھ ن و ظ ف ح ی ا، و ھ اب ح ص ن أ م اة ك الز ع م ج ب ون وم ق ی ین ذ ال ال م الع م ھ ا، و ھ ی ل ع ن و ل ام ع ل : ا ث ال الث
؛ إ م ھ ل م ع ة ر ج أ ر د ق اة ك الز ن م ون عط ی ، ف ین م ل س الم ام م إ ر م أ ا ب تھ ق ح ت س م ن م ب ات و م ر ھ ل ب ت ر د ق ر م األ ي ل و ان ك إن ال
؛ فإن العمال ت ق ا الو ذ ي ھ ي ف ار ا ھو الج م ؛ ك ن الزكاة یئا م وا ش عط ن ی أ ز و ج ی ال ؛ ف ل م ا الع ذ ى ھ عل ال الم ت ی ب
ا یئ ش وا من الزكاة ذ أخ أن ی م علیھ ام حر ؛ فھؤالء في الزكاة م ھ ل م ى ع ل انتدابات ع ون ذ أخ ی ، ف ة ل و الد بل ن ق م ون ط ع ی
.اھ ر ی ن غ م م ھ عمل ة ر ج وا أ عط م؛ ألنھم قد أ ھ عن عمل
Al-amilina a’laiha yaitu pekerja/pegawai yang bertugas mengumpulkan
zakat,menjaga dan membagi harta zakat kepada mustahiq zakat,kemudian pegawai
zakat tersebut diberi upah dari harta zakat..
Ketika dalam memberikan kewenangan pengelolaan zakat kepada pemerintah
Al-Qardhawi memberikan syarat bahwa otoritas memungut zakat ini hanya berlaku
untuk pemerintahan Islam, dimana Islam ditetapkan sebagai dasar hukum
pemerintahan dan kehiduppan bernegara, termasuk politik, ekonomi, sosial dan
153Abdurrahman.Fiqih A’la Mazhabil Arba’ah.( Libanon: Darul Kutub Ilmiah-Bairut:2003)cet.II.Juz.I.H.565
154 Ashab Hambali155Ibn Qudamah.Mughni Li Ibn Qudamah (Maktabah al-Qohiroh:1968).cet...Juz.6.H.473.156 Sholeh bin Fauzan.Mulkhos Fiqh.( Arab Saudi: Darul Ashimah: 1423). Cet.I.Juz.I,H,362
56
budaya. Pemerintahan sekuler yang mendasarkan diri pada ideologi non-Islam tidak
berhak dan dilarang memungut zakat.157
Namun Abu Bakar Bin Muhammad Bin Abdul Mu’min menjelaskan dalam
kitab kifayatul Al- Ahyar fi hali ghoyatil
زالي واجتماع الغ اء كل قال ھ تنفیذ قض ج تھد المستقل فالو ج ن الم ر ع ذر في عصرنا لخلو العص تع وط م ر ه الش ھذ
ھذا أحس ي و افع الر الح المسلمین قال تتعطل مص قا لئال اھال أو فاس ج إن كان كة و و لطان ذو ش نمن واله س
Bahwa Imam Al-Ghozali berkata, sempurnanya persyaratan ini pada masa
sekarang sangat sulit, karena tidak adanya seseorang yang mencapai derajat mujtahid
mustaqil, maka konsekuensi hukumnya adalah sah pemerintahannya orang yang
mempunyai kekuatan ( Syaukah) meskipun terbilang bodoh, tujuannya adalah supaya
tidak terjadi kekosongan atas kemaslahatan orang- orang muslim. Imam Rofi’i
mengatakan ini lebih baik.158
Dari penjelasan Fiqih di atas dapat diambil kesimpulan dari beberapa pendapat
imam mazhab bahwa petugas (amil) zakat yang perseorangan maupun lembaga
pendidikan atau lembaga badan hukum yang tidak mendapat izin atau pengangkatan
dari Imam/pemerintah 159 setempat maka mereka bukannlah amil syar’i sehingga
ketika mereka mengambil sebagian dari harta zakat sebagai upah atau jerih payah
mereka selama bekerja tidak diperbolehkan.
Pendapat Imam Mazhab Empat (4) tentang Amil
No Mazhab Pendapat Sumber Bacaan
1 Syafi"i Orang-orang yang
diserahi tugas oleh imam
atau penguasa untuk
mengambil dan
membagikan harta zakat.
a. Al-Umm karya As-
Syafi’i
b. Al-Hawie-Kabier karya
Al-Mawardi
c. Asna Mutholib karya
Zakaria Al-Anshory
2 Maliki Orang-orang yang
mendapatkan mandat
untuk mengumpulkan
a. Hasyiyah Ad-Dasuki
A’la Syarhil kabier karya
Al-Maliki
157 Al-Qardhawi, Fiqih al-Zakah (terj.).Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa,1988).h.762158 Abu Bakar Bin Muhammad Bin Abdul Mu’min Bin Hariz Bin Mukli al- Husainy,
Kifayatul Akhyar Fi Hali Ikhtisor. ( Damaskus: Darul Khoi, 1994),cet.I,Juz.I, h.551159 Gubernur,Bupati/Walikota,Menteri Agama,Dirjen Zakat, Kakanwil Kemenag provinsi dan
Kabupaten Beserta KUA.
57
dan menarik harta zakat b. Fiqih Ibadah A’la
Mazhab Maliki karya Al-
Hajjah Kaukibul A’bid
c. Tafisr Qurthuby karya
Al-Qurthuby
3 Hanafi Orang - Orang yang
ditugaskan oleh Imam
Untuk mengambil dan
mengumpulkan
Shodaqoh
a. Al-Mabsuth karya Imam
Syarakhsy
b. Fiqih A’la Mazhabil
Arba’ah karya
Abdurrahman
c. Badai’us Shonai’ fi
Tartibi Syaroi’ karya
U’la Uddin al-Hanafy
4 Hambali Amil adalah seseorang
yang bertugas/bekerja
untuk menghasilkan
harta zakat kemudian
petugas tersebut
mendapat upah dari
pekerjaannya
a. Fiqih Ala Mazhabil
Arba’ah karya
Abdurrahman
b. Mughni Li Ibn Qudamah
karya Ibn Qudamah
c. Mulkhos Fiqh karya
Sholeh bin Fauzan
B. Legalitas Amil Zakat Perorangan Dan Lembaga Pendidikan/Lembaga Badan
Hukum Menurut Undang-Undang No.23 Tahun 2011
Munculnya Undang-Undang No.23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat
merupakan transformasi dari Undang-Undang No.38 tahun 1999.Berdasarkan
Undang-Undang No.38 tahun 1999 ini, zakat dapat dikelola dengan baik oleh
lembaga bentukan pemerintah yaitu Badan Amil Zakat ( BAZ) maupun oleh lembaga
amil bentukan masyarakat yaitu Lembaga Amil Zakat ( LAZ). Undang-Undang ini
juga mengatur adanya sanksi bagi organisasi pengelola zakat (OPZ) yang tidak
amanah.160Namun permasalahan yang paling utama dalam UU No.38 tahun 1999 ini
yaitu lemahnya kerangka regulasi dan institusional zakat nasional.Undang-Undang ini
160 UU.No.38/1999 BAB VII Pasal 21 ayat (1),(2) dan (3)
58
tidak memberi kerangka untuk tata kelola yang baik (good governance) sehingga akan
mencegah penyalahgunaan dana sosial Islam dan memberi perlindungan yang
memadai bagi pembayar zakat.161
Dalam Undang-Undang No.11 tahun 2011,pemerintah adalah pemegang
pengelolaan zakat nasional yaitu melalui Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS). Sedangkan LAZ adalah tetapi diakui tapi legalitas LAZ dalam
pengelolaan zakat adalah sebagai pembantu BAZNAS.Undang-Undang No.23 tahun
2011 yang disahkan oleh DPR memberi perubahan baru dalam pengelolaan zakat
nasional.
Dalam Undang-Undang No.23 tahun 2011 bab I ketentuan umum pasal I ayat
7,8,9,10 sebagai berikut162:
Ayat (7) Badan Amil Zakat Nasional yang selanjutnya disebut BAZNASadalah lembaga yang melakukan pengelolaan zakat secara nasional.ayat (8)Lembaga Amil Zakat yang selanjutnya disingkat LAZ adalah lembaga yang dibentukmasyarakat yang memiliki tugas membantu pengumpulan, pendistribusian, danpendayagunaan zakat.ayat (9) Unit Pengumpul Zakat yang selanjutnya disingkat UPZadalah satuan organisasi yang dibentuk oleh BAZNAS untuk membantu pengumpulanzakat.ayat (10) setiap orang adalah perseorangan atau badan hukum.
Kemudian dalam Undang-Undang No.23 tahun 2011 pada bab II bagian
keempat ( Lembaga Amil Zakat) pasal 18 ayat (1) dan (2) menjelaskan bahwa izin
dapat diberikan kepada suatu organisasi untuk mengelola dana zakat ketika organisasi
tersebut merupakan suatu organisasi yang mengelola bidang pendidikan,dakwah dan
sosial serta berbentuk lembaga berbadan hukum.163
Begitu juga dijelaskan dalam peraturan pemerintah RI No.14 tahun 2014 bab
VII bagian kesatu pasal 57 yaitu LAZ sebagai Lembaga Amil Zakat dalam
pengelolaan dana zakat untuk membantu BAZNAS maka wajib mendapat izin164
161 Yusuf Wibisono, Mengelola Zakat di Indonesia Diskursus PengeolaanZzakat Nasiona dariRezim Undang-undang no 38 Tahun 1999 ke Rezim Undang-Undang N0 23 Tahun 2011.( Jakarta;Prenamedia group,2015), h.45
162 UU No.23 tahun 2011 bab I pasal I ayat 7,8,9 dan 10163 UU No.23/2011 Bab II pasal 18 ayat (1) dan (2)164 PP.No,14 tahun 2014 BAB VII bagian kedua mekanisme perizinan pasal 58 : (1) izin
pembentukan LAZ sebagaimana dimaksud dalam pasal 57 dilakukan dengan permohonan tertulis.(2)permohonan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh pimpinan organisasikemasyarakatan Islam dengan melampirkan :
a. Anggaran dasar organisasib. Surat keterangan terdaftar sebagai organisasi yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang dalam negeric. Surat keputusan pengesahan sebagai badan hukum dari kementerian yang menyelenggrakan
urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusiad. Surat rekomendasi dari BAZNAS
59
Menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri setelah memenuhi persyaratan
sebagai berikut:165
a. Terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang mengelola bidangpendidikan, dakwah dan sosial, atau lembaga berbadan hukum
b. Mendapat rekomendasi dari BAZNASc. Memiliki pengawas syariatd. Memiliki kemampuan teknis, administrative, dan keuangan untuk
melaksanakan kegiatannyae. Bersifat nirbalaf. Mememiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan umat
dang. Bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala
Dalam peraturan pemerintah republik Indonesia nomor 14 tahun 2014 tentang
pengelolaan zakat sebagai pelaksana dari Undang-Undang tentang pengelolaan zakat
menjelaskan bahwa amil zakat perseorangan atau perkumpulan orang dalam
masyarakat ( komunitas) 166 bisa melakukan kegiatan pengelolaan zakat berupa
pelaksanaan pengumpulan zakat,pendistribusian dan pendayagunaan zakat dengan
syarat167 :
1) wilayah tersebut belom terjangkau oleh BAZNAS dan LAZ
2) kegiatan pengelolaan zakat dilakukan dengan memberitahukan secara tertulis
kepada kepala kantor urusan agama kecamatan (KUA)
Dengan demikian bahwa peraturan pemerintah RI No.14 tahun 2014
menjelaskan secara tegas bahwa setiap pegawai zakat (Amil Tradisional) yang
terdapat pada masyarakat harus ada izin secara tertulis dari pemerintah untuk
mendapat legalitas dalam pengelolaan zakat.
ketika pegawai zakat tersebut tidak memberitahukan kepada kepala kantor
urusan agama (KUA) kecamatan maka amill zakat tersebut dikenakan sanksi
administratif berupa penghentian dari kegiatan pengelolaan zakat dan teguran tertulis
sebagaimana terdapat dalam peraturan pemerintah RI No.14 tahun 2014 bab X pasal
(78) dan pasal (83).168
e. Susunan dan pernyataan bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala danf. Program pendayagunaan zakat bagi kesejahteraan umat
165.P.Pemerintah No.14 tahun 2014 Bab VII pasal 57166 Yang dimaksud dengan “komunitas dan wilayah tertentu belum terjangkau oleh BAZNAS
dan LAZ ” adalah komunitas muslim yang berada disuatu wilayah yang secara geografis jaraknyacukup jauh dari BAZNAS dan LAZ dan tidak memiliki infrastruktur untuk membayarkan zakat kepadaBAZNAS dan LAZ.lihat penjelasan atas Peraturan pemerintah RI No.14 tahun 2014 tentangpelaksanaan UU No.23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat pasal 66.
167 Peraturan pemerintah No.14 tahun 2014 BAB VII bagian keempat pasal 66 ayat (1) dan (2)168 PP No.14 tahun 2014 bab X pasal 78 dan 83
60
Bunyi pasal (78) dan pasal (83) adalah sebagai berikut:
a) pasal (78) :
(1) Amil zakat sebagaimana dimaksud dalam pasal 66 ayat (1) yang tidak
memberitahukan kepada kepala kantor urusan agama kecamatan,dikenakan sanksi
administratif.
b) Pasal (83) :
(1) Amil zakat sebagaimana dimaksuds dalam pasal 78 ayat (1) dikenakan sanksi
administratif berupa penghentian kegiatan pengelolaan zakat
(2) Amil zakat sebagaimana dimaksud dalam pasal 78 ayat (2) dikenakan sanksi
administratif berupa teguran tertulis.
Dalam amar putusan putusan Mahkamah Konstitusi yang dilakukan secara
terbuka untuk umum yang diketuai oleh Hamdan Zoelva dan anggota hakim
konstitusi lainnya pada tanggal 31 Oktober tahun 2012 menyatakan bahwa amil
perkumpulan orang, perseorangan tokoh umat Islam (alim ulama), atau
pengurus/takmir masjid/ musholla disuatu komunitas dan wilayah yang belum
terjangkau oleh BAZ dan LAZ, cukup dengan memberitahukan kegiatan pengelolaan
zakat dimaksud kepada pejabat yang berwenang.169
Dalam bab VIII larangan Undang-Undang NO.23 tahun 2011 pasal (38)
dijelaskan bahwa setiap orang dilarang dengan sengaja bertindak selaku amil zakat
melakukan pengumpulan ,pendistribusian, atau pendayagunaan zakat tanpa izin
pejabat yang berwenang.kemudian dalam bab IX ketentuan pidana pasal (41)
menjelaskan juga bahwa setiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum
melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 38 dipidana dengan pidana
kurungan paling lama1( satu) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp
50.000.000.00 ( lima puluh juta rupiah)170.
Mahkamah Konstitusi memberikan penafsiran pada pasal 38 dan 41 Undang-
Undang No. 23 tahun 2011 bahwa frasa “Setiap orang” yang terdapat dalam pasal 38
dan 41 adalah mengecualikan perkumpuln orang, perseorangan tokoh umat Islam
(alim ulama), atau pengurus/ takmir masjid/ musholla disuatu komunitas dan wilayah
yang belum terjangkau oleh BAZ dan LAZ , dan telah memberitahukan kegiatan
pengelolaan zakat dimaksud kepada pejabat yang berwenang.171
169 Putusan Mahkamah Konstitusi No.86/PUU-X/2012,h.107-108170 UU No.23 Tahun 2011 bab VIII pasal 38 dan bab IX pasal 41171 Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 86/PUU-X/2012
61
C. Perbandingan Hukum (Studi Komparatif) Dalam Hukum Islam Dan
Undang-Undang No.23 tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.
Zakat adalah ibadah yang sangat luhur dalam agama umat Islam. satu sisi
zakat memberi manfaat kesejahteraan pembangunan ekonomi umat.Karena
pengelolaan zakat berhubungan langsung dengan harta masyarakat maka pengelolaan
zakat perlu disempurnakan menjadi badan hukum supaya efektifitas dan dalam
pelayanan pengelolaan zakat dalam pengumpulan,pendistribusian dan pendayagunaan
zakat lebih efiensi.
Indonesia merupakan negara hukum, maka dalam pelaksanaan kegiatan-
kegiatan bermasyarakat dan bernegara harus sejalan dengan prinsip negara
berdasarkan peraturan perundang-undangan sebagai hukum positif guna menciptakan
serta menjamin adanya kepastian hukum. 172 Dengan demikian adanya Undang-
Undang adanya Undang-undang No.23 tahun 2011 tentang pengelolaan adalah
bentuk Undang-Undang Syariah yang menjadi hukum positif sehingga suatu lembaga
mendapat kepastian hukum dalam pengelolaanya.173
Berdasarkan pembahasan yang telah penulis sampaikan pada bab
sebelumnya,Undang-Undang zakat merupakan tranformasi dari peraturan yang
terdapat dalam syariah. Adanya peraturan perundangan-undangan tentang pengelolaan
zakat supaya lembaga-lembaga yang terdapat pada masyarakat jelas identitas dirinya
dan tidak sembarangan seseorang dengan gampang mengakui dirinya sebagai
pengelolaan zakat dan pengelolaan zakat menjadi lebih baik (good goverment).
Sehingga tujuan sejati yang terkandung didalam kewajiban menunaikan zakat
tercapai.
1. Legalitas Pengelola Zakat Dalam Hukum Islam
Mengenai legalitas lembaga amil zakat tentang pengelolaan zakat dalam
hukum Islam yaitu berlandaskan dengan sejarah Islam. Sejak awal Islam
pengumpulan zakat langsung dilakukan oleh Nabi Muhammad sebagai seorang
Rasul yang diutus oleh Allah SWT yang mengurus permasalahan umat Islam.
Namun dengan bertambahnya populasi umat Islam waktu itu sampai
kebebarapa negara sehingga Nabi Muhammad mengangkat para sahabat sebagai
petugas zakat (amil zakat). Termasuk para sahabat Nabi yang terkenal seperti “
172 Pasal I ayat 3 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945173 Budi Rahmat Hakim,”Analisis terhadap Undang-undang No.23 tahun 2011 tentang
pengelolaan zakat ( Perspektif Hukum Islam)”, 15,2,( Desember,2015),h.160
62
Umar dan Ali”, untuk menarik zakat dari masyarakat Muslim. 174 Al-Qardhawi
menyatakan dalam karyanya Fiqh Al-Zakah bahwa mayoritas (Jumhur) Ulama
menjelaskan bahwa amil yang sah adalah amil yang diangkat oleh Imam/ pemerintah
secara langsung.175
Namun menurut Al-Qurthubi (Ashab Imam Maliki) lebih menjelaskan bahwa
pengutusan petugas zakat (amil zakat) pengangkatan amil zakat oleh Imam harus
menggunakan akad wakalah (taukil).176 Pengutusan atau pengangkatan amil adalah
bersifat wajib sehingga yang dinamakan amil yang sah ( amil syar’i) adalah amil yang
diutus oleh Imam177.
Diriwayatkan secara lengkap oleh Abu ‘Ubayd (w. 224/ 838) dikutip olehYusuf Wibisono menggambarkan. Pada awalnya zakat diserahkan langsung kepadaNabi Muhammad SAW atau orang yang dipercayakan nabi untuk mengelolanya.Dimasa Abu Bakar, zakat diserahkan kepada Abu Bakar atau orang yangdipercayakan untuk mengelolanya. Demikian pula dimasa Umar, zakat diserahkankepada Umar atau orang yang telah dilantik untuk mengelolanya. Hal ini berlanjutdimasa Ustman, Namun pada masa Khalifah namun pasca ‘Ustman terbunuh, yaitusejak masa kekuasaan ‘Ali, terjadi perbedaan pendapat di masyarakat muslim,sebagian tetap menyerahkan Zakat kepada penguasa dan sebagian lainnyamendistribusikan zakat secara langsung kepada mustahik. 178 Hal ini kemudianmenjadi landasan secara umum bahwa sejak masa Nabi Muhammad masalah zakatadalah urusan dan tugas pemerintah.179
Kemudian dalam Al-Qur’an juga dijelaskan dalam surat At-Taubah yang
berbunyi:
هللا و لھم ن ك تك س ال ص إن لیھم ع ل ص بھا و یھم ك تز و ھم قة تطھر د ص الھم و أم ن م ذ .(التوبة /خ لیم یع ع م )٩:١٠٣س
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harga mereka, dengan zakat tersebut kamu
membersihkan dan menyucikan mereka.”( QS.At-Taubah;103)
Jumhur ulama” menafsiri Perintah dalam ayat (“ambillah zakat dari harta
mereka”) diatas ditujukan kepada nabi Muhammad dan kepada setiap orang yang
174 Yusuf Wibisono, Mengelola Zakat di Indonesia Diskursus PengeolaanZzakat Nasiona dariRezim Undang-undang no 38 Tahun 1999 ke Rezim Undang-Undang N0 23 Tahun 2011.( Jakarta;Prenamedia group,2015), h.134
175 Al-Qardhawi, Fiqih al-Zakah. (Beirut; Muassasah Risalah,1993), cet.21,Juz.II.h.580176 Al-Qurthubi.TafsirAl-qurtubhi.(Kairo:Darul KutubAl-Misriah:1964) .cet 2.Juz.8.h.177177 Muhammad Mahfud, Mauhibah Dzi al-Fadhal. (Jeddah; Darul Minhaj, 2011),
cet.I,Juz.IV,h. 130178 Yusuf Wibisono, Mengelola Zakat di Indonesia Diskursus PengeolaanZzakat Nasiona dari
Rezim Undang-undang no 38 Tahun 1999 ke Rezim Undang-Undang N0 23 Tahun 2011. h.139.179 Yusuf Wibisono, Mengelola Zakat di Indonesia Diskursus Pengeolaan Zakat Nasiona dari
Rezim Undang-undang no 38 Tahun 1999 ke Rezim Undang-undang N0 23 Tahun 2011, h.134.
63
mengurus urusan kaum muslimin sesudahnya.180 Perintah tuhan ini merupakan suatu
dalil yang jelas bahwa pemimpin pemerintah Islam berkewajiban mengambil “zakat”
dari masyarakat. Ini dilakukan bukan dengan cara menunggu sampai orang-orang
tersebut berkeinginan untuk membayarkannya.181
2. Legalitas Pengelola Zakat Dalam Undang-Undang No.23 Tahun 2011
Tentang Pengelolaan Zakat
Pengelolan zakat di Indonesia mengalami sepak terjal yang berliku dalam
kurun waktu yang sangat panjang. Zakat menjadi salah satu alat untuk kesejahteraan
umat dan meningkatkan pembangunan ekonomi bangsa. Zakat merupakan suatu
kegiatan yang berhubungan langsung dengan masyarakat dengan demikian setiap
lembaga yang mengelola zakat harus mendapat legalitas hukum supaya ada kepastian
hukum dalam pengelolaannya. Disisi lain untuk menghindari adanya ketidak adilan
dalam mendistribusi dan mendayagunakan harta zakat.
Dalam perkembangan waktu pengelolaan zakat di Indonesia dari Undang-
Undang No.38 tahun 1999 menjadi Undang-Undang No.23 tahun 2011 mendapat
kritikan dari para pihak pengelola lembaga zakat. Dari sebagian pihak menjelaskan
bahwa dalam Undang-Undang No.23 tahun 2011 terdapat unsur diskrminasi kepada
para pengelola zakat yang bukan diangkat langsung oleh pemerintah.Undang-Undang
zakat No.38 tahun 1999 pasal (6) dan (7) menyatakan bahwa Badan Amil Zakat (
BAZ) didirikan oleh pemerintah dan Lembaga Amil Zakat ( LAZ) didirikan oleh
masyarakat sipil untuk mencapai pengelolaan zakat yang baik.182
Menyingkapi Undang-Undang No.38 tahun 1999 pemerintah menyatakan
bahwa terdapat kelemahan dalam tata kelola zakat sehingga tujuan sejati yang
terkandung dalam kewajiban zakat tercapai dengan maksimal.Sehingga pemerintah
memunculkan dan mentranformasi dari Undang-Undang No.38 tahun 1999 memjadi
Undang-Undang No 23 tahun 2011.183
Dalam Undang-Undang No.23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat
dijelaskan dalam bab I pasal I ketentuan umum ayat (7) dan (8) bahwa BAZNAS
180 Al-Qardhawi, Fiqih al-Zakah (terj.).Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa,1988).h.733-734181 Kamal Faqih Imani, Tasir Nuzul Quran Sebuah Tafsir Sederhana Menuju Cahaya Al-
Quran, ( Jakarta: Al-Huda, 2004),cet I, 571.182 Undang-Undang Zakat No.38 tahun 1999183 Yusuf Wibisono, Mengelola Zakat di Indonesia Diskursus PengeolaanZzakat Nasiona
dari Rezim Undang-undang no 38 Tahun 1999 ke Rezim Undang-Undang N0 23 Tahun 2011.( Jakarta;Prenamedia group,2015), h.45
64
adalah lembaga yang melakukan pengelolaan zakat secara nasional sedangkan LAZ
adalah sebagai pembantu.184
kemudian dalam peraturan pemerintah RI No.14 tahun 2014 BAB VII bagian
keempat pasal 66 ayat (1) dan (2) amil perseorangan atau komunitas bisa dikatakan
amil dengan syarat ada pemberitahuan dan pengakuan dari pemerintah setempat
(KUA).185
Begitu juga dijelaskan dalam peraturan pemerintah RI No.14 tahun 2014 bab
VII bagian kesatu pasal 57 yaitu LAZ sebagai Lembaga Amil Zakat dalam
pengelolaan dana zakat untuk membantu BAZNAS maka wajib mendapat izin
Menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri untuk mendapat legalitas lembaga
tersebut. Ketika suatu lembaga melakukan pengelolaan zakat tanpa adanya ijin dari
pemerintah maka lembaga tersebut dikenakan sanksi administratif.186
Endang Saefuddin selaku ketua BAZNAS Tangerang Selatanmengungkapkan bahwa:187
munculya Undang- Undang No.23 tahun 2011 dan PP No.14 tahun 2014Dengan Undang-Undang tersebut menjadikan legalitas BAZNAS menjadilebih kuat. Pengelola zakat (amil) jadi lebih jelas. Sehingga pengelola zakatbisa terarah dan terbatas. Dalam arti kata dapat difahami hanya amilin yangbisa mengelola. Amil yang sudah ditentukan oleh BAZNAS itu sendiri. AmilTradisional tidak bisa mengelola lagi karena amil tersebut sudah tidakdianggap tidak legal. Amil ( pengelola zakat) itu hanya khusus orang yangdiangkat oleh BAZNAS tersebut.
Dengan demikian menurut Undang-Undang No.23 tahun 2011 amil yang sah
dan diakui baik itu berbentuk lembaga atau perseorangan dan komunitas adalah amil
yang di angkat oleh Imam ( Presiden) dan para menterinya.di sahkannya Undang-
Undang No.23 tahun 2011 adalah suatu bentuk perubahan perkembangan hukum
dalam pengelolaan zakat dari Undang-Undang No.38 tahun 1999. Undang-Undang
No.23 tahun 2011 memberikan legalitas yang sah bagi suatu lembaga yang
mengelola zakat dan menguatkan legalitas amil perseorangan menjadi Unit
pengumpul Zakat (UPZ). Munculnnya Undang-Undang zakat yang baru memberikan
kepahaman bahwa dana zakat yang diterima atau dikelola oleh lembaga atau amil
perseorangan dan komunitas terjaga dan dikelola dengan aman.
184 UU. No.23/2011 tentang Pengelolaan Zakat185 UU.No.23/2011 tentang Pengelolaan Zakat186 P.Pemerintah No.14 Tahun 2014 Pelaksana UU.No.23/2011187 Endang Saefuddin,Ketua BAZNAS Kota TANGSEL, Interview Pribadi,18 Maret 2018.
65
3. Legalitas Pengelola Zakat Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi (MK).
Munculnya Undang-Undang zakat Nomor 23 Tahun 2011 banyak
menimbulkan pro dan kontra dalam sistem pengelolaannya. sehingga kemunculan
Undang-Undang tersebut berakhir pada keputusan mahkamah konstitusi. permohonan
uji materil (jucial review) UU No.23/2011 diajukan ke MK oleh puluhan LAZ
termasuk LAZ terbesar, Dompert Duafa dan Rumah Zakat yang tergabung dalam
Koalisi Masyarakat Zakat ( KOMAZ) Indonesia pada 16 Agustus 2012.188
Langkah tabayyun konstitusi oleh KOMAZ ini menjadi “bersejarah” karena
untuk pertama kalinya di Indonesia sebuah Undang-Undang “Syariah” digugat ke MK
oleh masyarakat muslim sendiri. Melalui proses penantian yang panjang, pada 31
Oktober 2013 MK menolak sebagian besar gugatan utama dan hanya mengabulkan
sebagian kecil gugatan turunan189.
beberapa lembaga pengelola zakat yang kontra dengan kemunculan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2011 berdalih bahwa Undang-Undang tersebut akan
mengakibatkan kerugian secara konstitusional.bahkan bisa mematikan proses program
operasional pengelolaan zakat yang telah berjalan selama ini. Dikarenakan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun mengandung suatu diskriminasi pasal (18 angka (2) ayat
(1)) , marjinalisasi, sentralisasi pasal (5,6,dan 7), sub-ordinasi,dan kriminalisasi pasal
(38). 190
Dalam putusan No.86/PUU-X/2012, MK hanya mengabulkan sebagian kecil
gugatan pemohon dan menolak sebagian besar lainnya. Putusan MK ini cukup
mengejutkan mengingat dalam persidangan pemohon menunjukkan argumentasi yang
kokoh dan bahkan didukung oleh ahli MK sendiri.191
188 Yusuf Wibisono, Mengelola Zakat di Indonesia Diskursus PengeolaanZzakat Nasionadari Rezim Undang-undang no 38 Tahun 1999 ke Rezim Undang-Undang N0 23 Tahun 2011.( Jakarta;Prenamedia group,2015), h.168
189 Budi Rahmat Hakim,” Analisis terhadap Undang-Undang No.23 Tahun 2011 tentangPengelolaan Zakat ( perspektif hukum Islam,”Syariah jurnal ilmu hukum,15,2,( Desember:2015),h.157.
190 Yusuf Wibisono, Mengelola Zakat di Indonesia Diskursus PengeolaanZzakat Nasiona dariRezim Undang-undang no 38 Tahun 1999 ke Rezim Undang-Undang N0 23 Tahun 2011.( Jakarta;Prenamedia group,2015), h.168-170
191 Yusuf Wibisono, Mengelola Zakat di Indonesia Diskursus PengeolaanZzakat Nasionadari Rezim Undang-undang no 38 Tahun 1999 ke Rezim Undang-Undang N0 23 Tahun 2011.h.183
66
Putusan Mahkamah Konstitusi tentang permohonan pengujian UU
No.23/2011.192
Permohonan yang
dikabulkan Putusan Mahkamah Konstitusi (MK)
Pasal 18 ayat (2) huruf a
dan huruf b UU No.
23/2011
Syarat pendirian LAZ harus “ terdaftar sebagai ormas
Islam” berbentuk lembaga berbadan Hukum” yang
semula bersifat kumulatif, diubah menjadi bersifat
alternatif, dan tetap harus mendapatkan izin dari
pejabat yang berwenang. Adapun untuk amil
perseorangan dan amil tradisional (tikoh umat Islam,
alim ulama’dan pengurus masjid) di wilayah yang
belum terjangkau BAZ dan LAZ, cukup dengan
memberitahukan kegiatan pengelolaan zakat kepada
pejabat yang berwenang.
Pasal 18 ayat (2) huruf d
UU No, 23/2011
Syarat pendirian LAZ harus “ memiliki pengawas
syariat” diubah menjadi memiliki pengawas syariat
baik internal dan eksternal.
Pasal 38 dan 41 UU
No.23/2011
Frasa “ setiap orang” dalam pasal 38 dan pasal 41 UU
No.23/2011 diubah dengan mengecualikan amil
perseorangan dan amil tradisional (tokoh umat Islam,
alim ulama’ dan pengurus masjid) diwilayah yang
belum terjangkau oleh BAZ dan LAZ dan telah
memberitahukan kegiatan pengelolaan zakat kepada
pejabat yang berwenang.
Permohonan yang
ditolak Putusan Mahkamah Konstitusi (MK)
Pasal 5, 6, dan 7 UU
No.23/2011
Pasal 5 ayat (1) dan (3) pasal 6 dari pasal 7 ayat (1),(2)
dan (3) UU No.23/2011 tidak bertentangan dengan
UUD 1945.
Pasal 17, 18, dan 19 UU Kecuali pasal ayat (2) huruf a, b,dan d, pasal 17,18,
192 Yusuf Wibisono, Mengelola Zakat di Indonesia Diskursus pengeolaan Zakat Nasiona dariRezim Undang-undang no 38 Tahun 1999 ke Rezim Undang-undang N0 23 Tahun 2011, h. 185.
67
No.23 /2011 dan 19 UU No.23/2011 tidak bertentangan dengan
UUD 1945
Pasal 38 dan 41 UU
No.23/2011
Selain frasa “ setiap orang”, pasal 38 dan 41 UU
No.23/2011 tidak bertentangan dengan UUD 1945
Sumber: Putusan Mahkamah Konstitusi No.86/PUU-X/2012, tertanggal 28 Februari 2013, diucapakan
31 Oktober 2013,hlm.107-109.
Dengan demikian dapat diambil suatu kesimpulan hasil dari putusan
Mahkamah Konstitusi ( MK) dalam legalitas pengelolaan zakat setelah melakukan uji
materil terhadap Undang-Undang No 23 tahun 2011 sebagai berikut:193
1) Pasal 18 ayat (2) huruf a dan b : terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatanIslam yang mengelola bidang pendidikan, dakwah, dan sosial”; “b. berbentuklembaga berbadan hukum”. harus mendapatkan izin dari pejabat yangberwenang, sedangkan untuk perkumpulan orang, perseorangan tokoh umatIslam (alim ulama), atau pengurus/takmir masjid/musholla di suatu komunitasdan wilayah yang belum terjangkau oleh BAZ dan LAZ, cukup denganmemberitahukan kegiatan pengelolaan zakat dimaksud kepada pejabat yangberwenang”.
2) Pasal 18 ayat (2) memiliki pengawas syariah baik internal maupun eksternal.3) Frasa, “Setiap orang” dalam Pasal 38 dan Pasal 41 Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat mengecualikan perkumpulan orang,perseorangan tokoh umat Islam (alim ulama), atau pengurus/takmirmasjid/musholla di suatu komunitas dan wilayah yang belum terjangkau olehBAZ dan LAZ, dan telah memberitahukan kegiatan pengelolaan zakatdimaksud kepada pejabat yang berwenang”.
193 Putusan Mahkamah Konstitusi No.86/PUU-X/2012.
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian yang telah penulis paparkan pada bab-bab sebelumnya, maka
sebagai akhir dari bagian penelitian penulis akan menarik kesimpulan untuk
menjawab permasalahan yang penulis teliti yang terdiri dari beberapa bagian sebagai
berikut:
1. Bahwa dalam hukum Islam dan peraturan perundang-undangan tentang
pengelolaan zakat di Indonesia (UU No.23 tahun 2011 dan Peraturan
Pemerintah No.14 tahun 2014) yang berhubungan dengan legalitas amil
zakat perorangan (amil tradisional) dan lembaga pendidikan atau lembaga
hukum didalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan harta zakat harus mendapatkan legalitas
dari Imam atau pemerintah setempat dan ini bersifat wajib. Legalitas tersebut
menjadikan amil perorangan (amil tradisional) dan amil lembaga pendidikan/
lembaga hukum mendapatkan suatu kepastiam hukum, mendapatkan batasan-
batasan dalam pengelolaan harta zakat dan mendapat pengawasan secara tidak
langsung dari pemerintah sehingga menjadi jelas dalam pendayagunaan harta
muzakki. Legalitas pengelola zakat ini juga berlaku untuk semua lembaga
yang mengelola harta zakat, sehingga tujuan yang terkandung dalam
kewajiban zakat akan tercapai.
2. Dalam perspektif Fiqih Mazhab (Syafi’i, Maliki, Hanafi, Hambali) bahwa
yang dinamakan amil syar’i adalah seseorang yang bertugas
mengumpulkan,mengambil dan membagikan harta zakat serta diangkat oleh
Imam atau pemerintah secara langsung, Syech Al-Qurthubi menambahkan
dalam pengangkatan amil harus menggunakan akad wakalah. Sedangkan
dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia (UU.No.23 tahun 2011,
Peraturan Pemerintah RI No.14 tahun 2014 dan putusan Mahkamah
Konstitusi) bahwa yang dinamakan amil adalah setiap yang melakukan
kegiatan meliputi perencanaan,pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam
pengumpulan, pendistribusian serta pendayagunaan zakat serta diangkat oleh
Imam (presiden) atau pemerintah. Dengan demikian tidak ditemukan
perbedaan yang begitu signifikan dalam kewajiban mendapat suatu legalitas
69
pengelola zakat. bahkan dapat penulis artikan bahwa Undang-Undang zakat
yang baru sudah sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Hadis serta Fiqih serta
Peraturan-Perundang-undangan zakat yang baru memberikan
perinciaan/penjelasan yang lebih detail dan jelas dan ini merupakan suatu
bentuk bahwa negara peduli dan ikut peran dalam pengelolaan zakat di
Indonesia.Undang-Undang No.23 tahun 2011 menjadikan pengelolaan zakat
yang ada di Indonesia menjadi lebih efisien dan terjamin dengan kepastian
hukum untuk mencapai tata kelola yang baik ( good goverment). Undang-
Undang zakat yang No.23 tahun 2011 menolak adanya suatu liberalisasi
(pengakuan seabagai amil) dalam pengelolaan zakat, sehingga pengelolaan
zakat menjadi terbatas kepada setiap orang.
B. SARAN
Sebagai catatan akhir maka penulis memberikan saran:
1. Legalitas dalam pengelolaan zakat merupakan suatu keharusan untuk
mendapat atau menjamin kepastian hukum dan hak-hak pengelola zakat
2. Pemerintah dan badan amil zakat ( BAZNAS) sebagai regulator penuh dalam
pengelolaan zakat secara nasional harus mensosialisasikan peraturan tentang
pengelolaan zakat terutama tentang legalitas kepada masyarakat yang mana
dengan adanya legalitas tersebut pengelolaan zakat menjadi lebih efisien dan
terkendali dan bebas dari liberalisasi pengelolaan zakat.
3. Khusus kepada penulis,kita harus mendalami tentang khazanah pengelolaan
zakat di Indonesia. Karena pengelolaan zakat yang baik sangat berfungsi
dalam memberantas kemiskinan dan membantu dalam pembangunan ekonomi
umat.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Utsaimin, Muhammad bin Shalih. Fatawa Fi Ahkamiz Zakat. Penerjemah GhazaliMukri, Fiqih Zakat Kontemporer Soal Jawab Ihwal Zakat dari yang Klasikhingga Terkini . Semanggi, Surakarta: Al-Qowam, 2011
Al-Qardhawi, Fiqh Zakat. Juz II. Cet 21. Beirut: Muassasah Risalah, 1993
Aflah, Kuntoro Noor. Mohd. Tajang,Nasir. Zakat & Peran Negara. Jakarta: ForumZakat ( FOZ), 2006.
Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Raja GrapindoPersada, 2004.
Al- Andalusi, Abdul Haq bin Ghalib, Al-Muharrar al-Wajiz Fi at-Tafsir al-Kitab al-A’ziz. Cet.I. Juz.III, Bairut: Dar al-Kutub al-Islamiyh, 1422.
Al-Jawii, Muhammad Nawawi bin Umar, Tauseh A’la Ibni Qosim. Cet I. Juz I. T.tp:Darul Kutub Islamiyah, 2002.
At- Thobary, Abu Ja’far, Tafsir At-Thobary,T.TP: Darul hijr, 2001
Al-A’zhami, Muhammad Mustafa, Shahih Ibnu Khuzaimah , Penerjemah AbdulSyukur, Abdul Razaq, cet I, Jilid 4. Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.
An- Naisabury, Abu Bakar Muhammad Bin Ishak Bin Khuzaemah bin Mughirah BinSholeh Bin Bakar As-Salami, Shohih Ibnu Khuzaemah, Maktab Islami:Bairut,T.Th.
Al-Husaini, Abu Bakar Bin Muhammad Bin Abdul Mu’min Bin Hariz Bin Mukli.Kifayatul Akhyar Fi Hali Ikhtisor. Damaskus: Darul Khoir, 1994.
Al- Anshary Muhammad bin Zakaria, Fath al-Wahhab bi Syarh ath-Thullab, Juz II,T.tp: Darul Fikr, 1999.
As-Syafi’i. Al-Umm. Juz II, Bairut:Darul Ma”rifat, 1990.
Al-Mawardi. Al-Hawie Kabier. Cet I. Juz 8. Libanon: Darul Kutub Ilmiah-Bairut,1999.
Al-Maliki. Hasyiah Ad-Dasuki A’la Syarhil Kabir. Juz I. T.tp: Darul Fikr. T.t
Abid, Kaukibul, Al-Hajjah. Fiqih Ibadah Ala Mazhabil Maliki, cet.I. Juz.I. Siria:Percetakan Al-Insa” Damaskus, 1986.
Alhaqque, Ahmad Dedaat Saddam, “ Strategi Pengelolaan Zakat dalam UpayaMeningkatkan kepercayaan Muzakki pada Badan Amil Zakat, Infaq danShodaqoh ( BAZIS) DKI Jakarta”, Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum,Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
70
Azizah, Nur, Implementasi Undang-Undang No.38 Tahun 1999 dan No.23 Tahun2011 Tentang Pengelolaan Zakat di KUA Kecamatan Limo Kota Depok,Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Syarif HidayatullahJakarta, 2015.
Ali, Zainuddin, Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, Jakarta; Sinar Grafika,2010.
Al-Qurthubi. Tafsir Al-Qurtubhi. Cet II. Juz 8. Kairo: Darul Kutub Al-Misriah, 1964.
Abdurrahman. Fiqih A’la Mazhabil Arba’ah, Cet II. Juz I. Libanon: Darul KutubIlmiah-Bairut, 2003.
Ariyanti, Bunga, “ Persepsi Pimpinan dan Pelaksana LAZ Terhadap UU No. 23Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat”, Skripsi Fakultas Syari’ah danHukum,Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Fakhruddin, Fiqih dan Manajemen Zakat di Indonesia. UIN-Malang Press, 2008.
Fara’, Qadhi Abu Ya’la, Muhammad Bin Husein Bin Muhammad Bin Khalaf Ibn,Al-U’ddah Fi Ushulul Fiqh,T.tp; T.P: 1990.
Ghozali, Syukri Dkk. Pedoman Zakat. Cet XVI. Jakarta: Proyek Peningkatan SaranaKeagamaan Islam, Zakat dan Wakaf, 1997.
Hafidhuddin, Didin. Zakat dalam perekonomian modern. Cet 11. Depok; GemaInshani, 2007.
Hakim, Budi Rahmat. Analisis terhadap undang-undang No. 23 Tahun 2011 tentangpengelolaan ( perspektif hukum Islam,”Syariah Jurnal Ilmu Hukum, 15, 2,(2015).
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research.Yogyakarta; UGM Press, 1997
Hidayat, Luthfi, “ Implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 TentangPengelolaan Zakat di BAZNAS Kabupaten Tangerang”, Skripsi FakultasSyari’ah dan Hukum, Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017
Haryono, Daniel. kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, Jakarta: PT.MediaPustaka Phoenix, 2009.
Handoko, Eko, Tesaurus Bahasa Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,2009.
Imani, Kamal Faqih, Tasir Nuzul Quran Sebuah Tafsir Sederhana Menuju Cahaya Al-Quran, Jakarta: Al-Huda, 2004.
Kusuma, M.Yudistira, “ Respon Pengurus Forum Organisasi Zakat Terhadap Undang-Undang No.23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat”, Skripsi FakultasDakwah, Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta,2013.
Latupono, Barzah, La Ode Angga dkk, Bahan Ajar Hukum Islam.Yogyakarta:Deepublish,2017.
71
Lani, “Efektifitas Pengelolaan Dana Zakat, Infak dan Shodaqoh LAZIS NadhlatulUlama untuk Program Nupreneur”, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum,Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
Qudamah, Ibnu Mughni Li Ibn Qudamah. Juz 6. Maktabah Al Qohiroh, 1968.
Mahfud, Muhammad. Mauhibah Dzi Al-Fahdal. Juz IV. Jeddah: Darul Minhaj, 2011.
Munas NU di NTB pada 23-25 Nopember 2017.
R.A, Rabshanjani, “ Pengaruh Penerapan Undang-Undang Pengelolaan Zakat Nomor23 Tahun 2011 Terhadap Kinerja Pengelolaan Zakat di LAZIS PPMuhammadiyah”, Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas IslamSyarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Rahayu, Sri, “Analisis Pendayagunaan Dana ZIS untuk Program Unggulan padaBadan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat”, Skripsi Fakultas Syariah danHukum, Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014
RI, Departemen Agama, Al-Qur’an Dan Terjemahnnya,Bandung: CV. PenerbitDiponegoro, 2000.
Syarakshi. Al-Mabsuth. Juz III. Bairut:Darul Ma’rifah, 1993.
Soekanto, Soejono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI- Press, 1986.
Silalahi, Ulber. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Reflika Aditama, 2012.
Saefuddin, Endang, Dimyati Sajari DKK. BAZDA Kota Tangerang Selatan. BAZDA;TANGSEL, 2011
Sudirman. Zakat Dalam Pusaran Arus Modernitas. UIN-Malang Press, 2007.
Shihab, Quraish, M. Tafsir Al-Misbah. Cet.V, Volume 5. Ciputat; lentera hati, 2012.
Salim, Siti Sarah, “ Analisis Kinerja Keuangan Lembaga Amil Zakat”, SkripsiFakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta,2016
Syaukani, Imam, Tahqiq dan Takhrij Sayyid Ibrahim, Tafsir Fathul Qadir,Jakarta;Pustaka Azzam, 2008.
Soraya, Rena, Efektifitas Sanksi Bagi Pengelola Zakat Ilegal Menurut Undang-Undang No.23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat’,Skripsi FakultasSyari’ah dan Hukum, Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
Wibisono, Yusuf. mengelola Zakat di Indonesia diskursus pengeolaan zakat Nasionadari Rezim Undang-undang no 38 tahun 1999 ke Rezim Undang-undang N023 tahun 2011. Jakarta; Prenamedia group, 2015.
Wahhab, Sayyed Abdul, Abdul Azis muhammad Azzam Hawwas. Fiqih Ibadah.CetIII. Jakarta: Amzah, 2013
Qudamah, Ibnu. Al-Mughni, ter. Jilid III. Jakarta:Pustaka Azzam, 2007
72
PERUNDANG - UNDANGAN
Fatwa MUI No.8 Tahun 2011
Peraturan Badan Amil Zakat Nasional Nomor 01 Tahun 2014
Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 tentang Tengelolaan Zakat
Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No.23tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
Putusan Mahkamah konstitusi Nomor 86/PUU-X/2012
Peraturan menteri dalam negeri No.2 tahun 1987
INTERNET
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kota
Wawancara
Endang, Saefuddin. Ketua BAZNAS Kota TANGSEL, tanggal 18 Maret 2018. DiKantor BAZNAS Kota Tangerang Selatan
73
LAMPIRAN
74
FORMAT WAWANCARA
NO Poin Wawancara Pertanyaan Keterangan
1. Profile Objek Wawancara Nama : Drs.KH.Endang Saefuddin,MA.Jabatan: Ketua BAZNAS TangSelAlamat: Jl. Benda Barat XIV No.8
pamulang permai IINo HP :0813 1051 9016Masa Jabatan: BAZDA 2009-2016
BAZNAS 2016-20212. Seputar BAZNAS Isi Wawancara :
Sejarah berdirinya BAZNAS KotaTangselVisi dan misi BAZNASStruktur BAZNASKendala BaznasMuzakki dan Mustahiq dalam IjtihadBAZNAS Kota Tangerang SelatanProsedur mustahiq mendapatkan zakatbeserta syarat-syaratnyaKebijakan Strategis BAZNAS KotaTangerang Selatan
3. Inti dari pertanyaanwawancara
1. Menurut anda, apakah adaperkembangan yang sangatsignifikan bagi BAZNAS KotaTangerang Selatan setelah UUSyariah tentang pengelolaanzakat menjadi UU Positif ?
2. Menurut anda, bagaimanadengan munculnya UU No.23Tahun 2011 tentangpengelolaan zakat dan PP No.14Tahun 2014?
3. Menurut anda, Bagaimanadengan adanya amil Tradisional/amil yang belom mendapat SKyang terjadi pada masyarakat?
4. Menurut anda,apakah amilTradisional bisa meminimalisirVisi dan Misi BAZNAS?
5. Menurut anda, bagaimanaseharusnya pengelolaan zakatdilakukan di Indonesia?
1. Menurut anda, apakah perkembangan yang sangat signifikan bagi BAZNASKota Tangerang Selatan Setelah UU Syariah tentang pengelolaan menjadi UUPositif ?
Bagi BAZNAS Kota Tangerang Selatan dengan dimasukkannya Undang-UndangSyariah ke Undang-Undang Positif No.23 tahun 2011 dan peraturan pemerintahNo.14 tahun 2014 sampai saat ini belom ada perkembangan yang sangat signifikan
dalam pencapaian pengumpulan dana zakat dari muzakki. Tapi pengurus BAZNASTangerang Selatan selalu berusaha mensosialisasikan kepada masyarakat tentangkeberadaan dan pengelolaan dana zakat, infak dan Sodaqoh (ZIS) secaratransparan.Undang-Undang No.23 tahun 2011 sangat membantu BAZNAS dalampengumpulan dana karena dengan Undang-undang tersebut maka Cuma BAZNASyang bisa mengelola dana zakat. maka wajib bagi muzakki memberikan sebagianharta zakatnya kepada BAZNAS bukan dengan kehendaknya sendiri.
2. Menurut anda, bagaimana dengan kemunculan UU No.23 tahun 2011 dan PPNo.14 tahun 2014?
Undang- Undang No.23 tahun 2011 dan PP No.14 tahun 2014 sangat bagus. DenganUndang-Undang tersebut legalitas BAZNAS menjadi lebih kuat. Pengelola zakat(amil) jadi lebih jelas. Sehingga pengelola zakat bisa terarah dan terbatas. Dalam artikata dapat difahami hanya amilin yang bisa mengelola. Amil yang sudah ditentukanoleh BAZNAS itu sendiri. Amil Tradisional tidak bisa mengelola lagi karena amiltersebut sudah tidak dianggap tidak legal. Amil ( pengelola zakat) itu hanya khususorang yang diangkat oleh BAZNAS tersebut.
3. Menurut anda, Bagaimana dengan adanya amil Tradisional yang terjadi padamasyarakat?
Amil tradisional yaitu mereka yang mengklaim atau mengambil inisiatifmengumpulkan dana zakat seperti halnya terjadi sebelum adanya pemerintahmengeluarkan peraturan tentang pengelolaan zakat seperti memberikan zakat kepadaguru ngaji masing2, dukun beranak, atau rumah zakat yang belom mendapat izin yangtidak mendapat surat keputusan ( SK) sebagai amil dan ini masih banyak terjadi padamasyarakat kita sehingga menjadi kendala bagi BAZNAS dalam pengumpulan danazakat. Dan untuk saat ini sebahagian sudah bisa diminimalisir karena BAZNASTangerang Selatan memiliki otoritas untuk mengangkat mereka sebagai amil yangmenjadi unit pengumpul zakat ( UPZ) supaya mereka tetap mendapat zakat inipunbagi mereka yang menginduk kepada UPZ.
4. Menurut anda,apakah amil Tradisional bisa meminimalisir Visi dan MisiBAZNAS?
Tidak bisa, dikarenakan diantara visi dan misi BAZNAS yaitu supaya masyarakatsadar akan berzakat. Dan supaya kaum Dhuafa’ bisa terangkat. Dan amil tradisionalyang terjadi pada masyarakat itu akan memberi pengaruh pada visi dan misiBAZNAS sebab tidak adanya pemerataan dari amil tradisional tersebut. Amiltradisional yang menjadi UPZ dan menginduk kepada BAZNAS maka ini bisameminimalisir terhadap visi dan misi BAZNAS. Dan amil tradisional yang belummendapat SK maka mereka akan berjalan sesuai dengan kehendaknya sendiri dalamarti kata dana zakat yang didapat belum tentu dibagi ratakan sehingga tujuan darizakat belum tercapai dengan maksimal.
5. Menurut anda, bagaimana seharusnya pengelolaan zakat dilakukan diIndonesia?
Pengelolaan zakat itu idealnya dengan timbulnya undang-undang tentang pengelolaanzakat dan peraturan pemerintah itu sudah sangat bagus. Hanya tinggal bagaimanapenegasan dan respon dari pemerintah daerah masing-masing dan didukung pejabatdan penguasa daerah dan dalam memaksimalkan pengumpulan dana zakat ini harusdilaksanakan. karena tanpa adanya dukungan dari pemerintah atau pejabat daerahmaka sulit untuk memaksimalkan pengumpulan dana zakat. Pengurus BAZNASdengan para pejabat atau para pimpinan daerah hatus bekerja sama memotivasi untukberzakat kemudian BAZNAS mengelola secara baik mengumpulkan danmenyalurkan dana zakat tersebut secara transparan sesuai dengan asnaf yangditentukan oleh agama. Dan dukungan dari pemerintah itu sangatn diperlukan.