LEARNING ISSUE Ferry TB Kelenjar

4
TB Kelenjar / Limfadenitis Tuberkulosis Limfadenitis merupakan peradangan pada kelenjar limfe atau getah bening. Jadi, limfadenitis tuberkulosis (TB) merupakan peradangan pada kelenjar limfe atau getah bening yang disebabkan oleh basil tuberkulosis (Ioachim, 2009). Apabila peradangan terjadi pada kelenjar limfe di leher disebut dengan scrofula (Dorland, 1998) . Limfadenitis pada kelenjar limfe di leher inilah yang biasanya paling sering terjadi (Kumar, 2004). Istilah scrofula diambil dari  bahasa latin yang berarti pembengkakan kelenjar. Hippo crates (460-377 S.M.) menyebutkan istilah tumor skrofula pada sebuah tulisannya (Mohaputra, 2009). Penyakit ini juga sudah dikenal sejak zaman raja-raja Eropa pada zaman pertengahan dengan nama “  King’s evil ”, dimana dipercaya bahwa sentuhan tangan raja dapat menyembuhkannya (McClay, 2008). Infeksi M.tuberculosis pada kulit disebabkan oleh perluasan langsu ng tuberkulosis ke kulit dari struktur dasar atau terpajan melalui kontak dengan tuberkulosis disebut dengan  scrofuloderma (Dorland, 1998). Epidemiologi Selama beberapa abad tuberkulosis merupakan salah satu penyakit terparah pada manusia. Dari semua penyakit infeksi, tuberkulosis masih merupakan penyebab kematian tersering. WHO memprediksikan insidensi penyakit tuberkulosis ini akan terus meningkat, dimana akan terdapat 12 juta kasus baru dan 3 juta kematian akibat penyakit tuberkulosis setiap tahun. Sepertiga dari peningkatan jumlah kasus baru disebabkan oleh epidemi HIV, dimana tuberkulosis menyebabkan kematian pada satu orang dari tujuh orang yang menderita AIDS (Ioachim, 2009). Indonesia pada tahun 2009 menempati peringkat kelima negara dengan insidensi TB tertinggi di dunia sebanyak 0,35-0,52 juta setelah India (1,6-2,4 juta), Cina (1,1-1,5 juta), Afrika Selatan (0,40-0,59 juta), dan Nigeria (0,37-0,55 juta) (WHO, 2010). Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menempatkan TB sebagai penyebab kematian t erbesar ketiga setelah penyakit kardiovaskular dan penyakit saluranpernapasan, dan merupakan nomor satu terbesar dalam kelompok penyakit infeksi (Depkes, 2007). Tuberkulosis dapat melibatkan berbagai si stem organ di tubuh. Meskipun TB pulmoner adalah yang paling banyak, TB ekstrapulmoner juga merupakan salah satu masalah klinis yang penting. Istilah TB ekstrapulmoner digunakan pada tuberkulosis yang terjadi selain pada  paru-paru. Berdasarkan epidemiologi TB ekstrapulmoner merup akan 15-20% dari semua kasus TB pada pasien HIV-negatif, dimana limfadenitis TB merupakan bentuk terbanyak (35% dari semua TB ekstrapulmoner). Sedangkan pada pasien dengan HIV-positif TB

Transcript of LEARNING ISSUE Ferry TB Kelenjar

Page 1: LEARNING ISSUE Ferry TB Kelenjar

8/11/2019 LEARNING ISSUE Ferry TB Kelenjar

http://slidepdf.com/reader/full/learning-issue-ferry-tb-kelenjar 1/4

TB Kelenjar / Limfadenitis Tuberkulosis

Limfadenitis merupakan peradangan pada kelenjar limfe atau getah bening. Jadi, limfadenitis

tuberkulosis (TB) merupakan peradangan pada kelenjar limfe atau getah bening yang

disebabkan oleh basil tuberkulosis (Ioachim, 2009). Apabila peradangan terjadi pada kelenjar

limfe di leher disebut dengan scrofula (Dorland, 1998). Limfadenitis pada kelenjar limfe di

leher inilah yang biasanya paling sering terjadi (Kumar, 2004). Istilah scrofula diambil dari

 bahasa latin yang berarti pembengkakan kelenjar. Hippocrates (460-377 S.M.) menyebutkan

istilah tumor skrofula pada sebuah tulisannya (Mohaputra, 2009). Penyakit ini juga sudah

dikenal sejak zaman raja-raja Eropa pada zaman pertengahan dengan nama “ King’s evil ”,

dimana dipercaya bahwa sentuhan tangan raja dapat menyembuhkannya (McClay, 2008).

Infeksi M.tuberculosis pada kulit disebabkan oleh perluasan langsung tuberkulosis ke kulit

dari struktur dasar atau terpajan melalui kontak dengan tuberkulosis disebut dengan

 scrofuloderma (Dorland, 1998).

Epidemiologi

Selama beberapa abad tuberkulosis merupakan salah satu penyakit terparah pada manusia.

Dari semua penyakit infeksi, tuberkulosis masih merupakan penyebab kematian tersering.

WHO memprediksikan insidensi penyakit tuberkulosis ini akan terus meningkat, dimana

akan terdapat 12 juta kasus baru dan 3 juta kematian akibat penyakit tuberkulosis setiap

tahun. Sepertiga dari peningkatan jumlah kasus baru disebabkan oleh epidemi HIV, dimana

tuberkulosis menyebabkan kematian pada satu orang dari tujuh orang yang menderita AIDS

(Ioachim, 2009).

Indonesia pada tahun 2009 menempati peringkat kelima negara dengan insidensi TB tertinggi

di dunia sebanyak 0,35-0,52 juta setelah India (1,6-2,4 juta), Cina (1,1-1,5 juta), Afrika

Selatan (0,40-0,59 juta), dan Nigeria (0,37-0,55 juta) (WHO, 2010). Survei Kesehatan Rumah

Tangga (SKRT) tahun 1995 menempatkan TB sebagai penyebab kematian terbesar ketiga

setelah penyakit kardiovaskular dan penyakit saluranpernapasan, dan merupakan nomor satu

terbesar dalam kelompok penyakit infeksi (Depkes, 2007).

Tuberkulosis dapat melibatkan berbagai sistem organ di tubuh. Meskipun TB pulmoner

adalah yang paling banyak, TB ekstrapulmoner juga merupakan salah satu masalah klinis

yang penting. Istilah TB ekstrapulmoner digunakan pada tuberkulosis yang terjadi selain pada

 paru-paru. Berdasarkan epidemiologi TB ekstrapulmoner merupakan 15-20% dari semua

kasus TB pada pasien HIV-negatif, dimana limfadenitis TB merupakan bentuk terbanyak

(35% dari semua TB ekstrapulmoner). Sedangkan pada pasien dengan HIV-positif TB

Page 2: LEARNING ISSUE Ferry TB Kelenjar

8/11/2019 LEARNING ISSUE Ferry TB Kelenjar

http://slidepdf.com/reader/full/learning-issue-ferry-tb-kelenjar 2/4

Page 3: LEARNING ISSUE Ferry TB Kelenjar

8/11/2019 LEARNING ISSUE Ferry TB Kelenjar

http://slidepdf.com/reader/full/learning-issue-ferry-tb-kelenjar 3/4

Patogenesis

Secara umum penyakit tuberkulosis dapat diklasifikasikan menjadi TB pulmoner dan TB

ekstrapulmoner. TB pulmoner dapat diklasifikasikan menjadi TB pulmoner primer dan TB

 pulmoner post-primer (sekunder). TB primer sering terjadi pada anak-anak sehingga sering

disebut child-type tuberculosis, sedangkan TB post-primer (sekunder) disebut juga adult-type

tuberculosis karena sering terjadi pada orang dewasa, walaupun faktanya TB primer dapat

 juga terjadi pada orang dewasa (Raviglione, 2010).

Basil tuberkulosis juga dapat menginfeksi organ lain selain paru, yang disebut sebagai TB

ekstrapulmoner. Menurut Raviglione (2010), organ ekstrapulmoner yang sering diinfeksi oleh

 basil tuberkulosis adalah kelenjar getah bening, pleura, saluran kemih, tulang, meningens,

 peritoneum, dan perikardium.

TB primer terjadi pada saat seseorang pertama kali terpapar terhadap basil tuberkulosis

(Raviglione, 2010). Basil TB ini masuk ke paru dengan cara inhalasi droplet. Sampai di paru,

 basil TB ini akan difagosit oleh makrofag dan akan mengalami dua kemungkinan. Pertama,

 basil TB akan mati difagosit oleh makrofag. Kedua, basil TB akan dapat bertahan hidup dan

 bermultiplikasi dalam makrofag sehingga basil TB akan dapat menyebar secara limfogen,

 perkontinuitatum, bronkogen, bahkan hematogen. Penyebaran basil TB ini pertama sekali

secara limfogen menuju kelenjar limfe regional dihilus, dimana penyebaran basil TB tersebut

akan menimbulkan reaksi inflamasi di sepanjang saluran limfe (limfangitis) dan kelenjar

limfe regional (limfadenitis). Pada orang yang mempunyai imunitas baik, 3 –  4 minggu

setelah infeksi akan terbentuk imunitas seluler. Imunitas seluler ini akan membatasi

 penyebaran basil TB dengan cara menginaktivasi basil TB dalam makrofag membentuk suatu

fokus primer yang disebut fokus Ghon. Fokus Ghon bersama-sama dengan limfangitis dan

limfadenitis regional disebut dengan kompleks Ghon. Terbentuknya fokus Ghon

mengimplikasikan dua hal penting. Pertama, fokus Ghon berarti dalam tubuh seseorang

sudah terdapat imunitas seluler yang spesifik terhadap basil TB. Kedua, fokus Ghon

merupakan suatu lesi penyembuhan yang didalamnya berisi basil TB dalam keadaan laten

yang dapat bertahan hidup dalam beberapa tahun dan bisa tereaktivasi kembali menimbulkan

 penyakit (Datta, 2004).

Jika terjadi reaktivasi atau reinfeksi basil TB pada orang yang sudah memiliki imunitas

seluler, hal ini disebut dengan TB post-primer. Adanya imunitas seluler akan membatasi

 penyebaran basil TB lebih cepat daripada TB primer disertai dengan pembentukan jaringan

keju (kaseosa). Sama seperti pada TB primer, basil TB pada TB post-primer dapat menyebar

terutama melalui aliran limfe menuju kelenjar limfe lalu ke semua organ (Datta, 2004).

Page 4: LEARNING ISSUE Ferry TB Kelenjar

8/11/2019 LEARNING ISSUE Ferry TB Kelenjar

http://slidepdf.com/reader/full/learning-issue-ferry-tb-kelenjar 4/4

Kelenjar limfe hilus, mediastinal, dan paratrakeal merupakan tempat penyebaran pertama dari

infeksi TB pada parenkim paru (Mohapatra, 2009).

Basil TB juga dapat menginfeksi kelenjar limfe tanpa terlebih dahulu menginfeksi paru. Basil

TB ini akan berdiam di mukosa orofaring setelah basil TB masuk melalui inhalasi droplet. Di

mukosa orofaring basil TB akan difagosit oleh makrofag dan dibawa ke tonsil, selanjutnya

akan dibawa ke kelenjar limfe di leher (Datta, 2004).