Leaflet Hukum Kesehatan

5
SEMINAR NASIONAL “TANTANGAN PEMBENTUKAN PENGADILAN PROFESI KESEHATAN” SEMARANG, 5 MARET 2005 Kerjasama antara Magister Hukum Unika Soegijapranata dengan Ikatan Alumni Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Diponegoro Sekretariat Magister Hukum Universitas Katolik Soegijapranata Jl.Pawiyatan Luhur IV/1 Bendan Dhuwur Semarang. Telp.(024) 8441555, 8316142 psw 172, psw 115. Fax.(024) 8415429, 8445265. E-mail: [email protected] . A. LATAR BELAKANG Keberadaan regulasi di bidang kesehatan sangat penting dan mutlak diperlukan sebagai bentuk perlindungan bagi masyarakat dalam bidang kesehatan. Salah satunya adalah Undang-undang Praktik Kedokteran (UU No.29 Tahun 2004). Salah satu hal yang perlu dicer- mati berkaitan dengan Undang-undang ini adalah dihapuskannya ketentuan tentang keberadaan Pengadilan Profesi Kesehatan yang semula diatur dalam RUU. Di dalam Pasal 51 Rancangan Undang-undang (RUU) Praktik Kedokteran disebutkan bahwa: (1) Peradilan Disiplin Profesi Tenaga Medis merupakan peradilan khusus yang ber-kedudukan di lingkungan peradilan umum; (2) Peradilan Disiplin Tenaga Medis merupakan salah satu pelaksanaan kekuasaan kehakiman bagi masyarakat pencari keadilan terhadap sengketa akibat tindakan yang dilakukan tenaga medis dalam praktik kedokteran. Pasal 53 RUU tersebut ditegaskan bahwa Pengadilan Disiplin Profesi Tenaga Medis berkedudukan di Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi Disiplin Profesi Tenaga Medis berkedudukan di Pengadilan Tinggi. Pasal 55 RUU tersebut mengatur pula bahwa pembentukan Penga-dilan Disiplin Profesi Tenaga Medis dan Pengadilan Tinggi Disiplin Profesi Tenaga Medis dibentuk dengan Keputusan Ketua Mahkamah Agung. Mengenai susunan Pengadilan seba-gaimana diatur di dalam Pasal 56 RUU, yaitu pada Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi diangkat Ketua, Wakil Ketua, dan Panitera serta Hakim ad hoc Pengadilan Disiplin Profesi Tenaga Medis. Selanjutnya tentang Kekuasaan Pengadilan Disiplin Profesi Tenaga Medis diatur di dalam Pasal 87 dan Pasal 88 RUU bahwa, Pengadilan Disiplin Profesi Tenaga Medis dan Pengadilan Tinggi Disiplin Profesi Tenaga Medis bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa akibat tindakan yang dilakukan dalam praktik kedokteran. Selanjutnya di dalam Pasal 161 dan 162 RUU diatur tentang Kasasi dan Peninjauan Kembali putusan Pengadilan Disiplin Profesi Tenaga Medis. Berdasarkan Pasal 3 Undang- undang Praktik Kedokteran disebutkan bahwa pengaturan praktik kedokteran ditujukan untuk memberikan perlindungan kepada pasien; mempertahankan dan

Transcript of Leaflet Hukum Kesehatan

Page 1: Leaflet Hukum Kesehatan

SEMINAR NASIONAL“TANTANGAN PEMBENTUKAN

PENGADILAN PROFESI KESEHATAN”SEMARANG, 5 MARET 2005

Kerjasama antara Magister Hukum Unika Soegijapranata dengan Ikatan

Alumni Program Doktor Ilmu Hukum

Universitas Diponegoro

Sekretariat Magister Hukum Universitas Katolik Soegijapranata

Jl.Pawiyatan Luhur IV/1 Bendan Dhuwur Semarang. Telp.(024) 8441555, 8316142

psw 172, psw 115. Fax.(024) 8415429, 8445265.

E-mail: [email protected]. LATAR BELAKANG

Keberadaan regulasi di bidang kesehatan sangat penting dan mutlak diperlukan sebagai bentuk perlindungan bagi masyarakat dalam bidang kesehatan. Salah satunya adalah Undang-undang Praktik Kedokteran (UU No.29 Tahun 2004). Salah satu hal yang perlu dicer-mati berkaitan dengan Undang-undang ini adalah dihapuskannya ketentuan tentang keberadaan Pengadilan Profesi Kesehatan yang semula diatur dalam RUU.

Di dalam Pasal 51 Rancangan Undang-undang (RUU) Praktik Kedokteran disebutkan bahwa: (1) Peradilan Disiplin Profesi Tenaga Medis merupakan peradilan khusus yang ber-kedudukan di lingkungan peradilan umum; (2) Peradilan Disiplin Tenaga Medis merupakan salah satu pelaksanaan kekuasaan kehakiman bagi masyarakat pencari keadilan terhadap sengketa akibat tindakan yang dilakukan tenaga medis dalam praktik kedokteran. Pasal 53 RUU tersebut ditegaskan bahwa Pengadilan Disiplin Profesi Tenaga Medis berkedudukan di Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi Disiplin Profesi Tenaga Medis berkedudukan di Pengadilan Tinggi. Pasal 55 RUU tersebut mengatur pula bahwa pembentukan Penga-dilan Disiplin Profesi Tenaga Medis dan Pengadilan Tinggi Disiplin Profesi Tenaga Medis dibentuk dengan Keputusan Ketua Mahkamah Agung. Mengenai susunan Pengadilan seba-gaimana diatur di dalam Pasal 56 RUU, yaitu pada Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi diangkat Ketua, Wakil Ketua, dan Panitera serta Hakim ad hoc Pengadilan Disiplin Profesi

Tenaga Medis. Selanjutnya tentang Kekuasaan Pengadilan Disiplin Profesi Tenaga Medis diatur di dalam Pasal 87 dan Pasal 88 RUU bahwa, Pengadilan Disiplin Profesi Tenaga Medis dan Pengadilan Tinggi Disiplin Profesi Tenaga Medis bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa akibat tindakan yang dilakukan dalam praktik kedokteran. Selanjutnya di dalam Pasal 161 dan 162 RUU diatur tentang Kasasi dan Peninjauan Kembali putusan Pengadilan Disiplin Profesi Tenaga Medis.

Berdasarkan Pasal 3 Undang-undang Praktik Kedokteran disebutkan bahwa pengaturan praktik kedokteran ditujukan untuk memberikan perlindungan kepada pasien; mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi; selain itu memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter gigi. Untuk melaksanakan tujuan tersebut maka di dalam Undang-undang Praktik Kedokteran diatur lebih lanjut tentang Konsil Kedokteran Indonesia yang terdiri atas Konsil Kedokteran dan Konsil Kedokteran Gigi yang bertanggung jawab kepada Presiden dan Konsil Kedokteran Indonesia ini berkedudukan di Ibukota negara RI (Pasal 4). Konsil Kedokteran Indonesia sebagaimana diatur dalam Pasal 6 Undang-undang tersebut mem-punyai fungsi pengaturan, pengesahan, pene-tapan, serta pembinaan dokter dan dokter gigi yang menjalankan praktik kedokteran, dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan medis.

Selanjutnya beradasarkan Pasal 55, Pasal 56, Pasal 57, dan Pasal 59 Undang-undang tersebut diatur bahwa untuk mene-gakkan disiplin dokter dan dokter gigi dalam penyelenggaraan

Page 2: Leaflet Hukum Kesehatan

praktik kedokteran, dibentuk Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indo-nesia (MKDKI). MKDKI ini merupakan lembaga otonom dari Konsil kedokteran Indonesia yang keanggotaannya terdiri dari 3 orang dokter, 3 orang dokter gigi dari organisasi profesi masing masing, seorang dokter dan seorang dokter gigi mewakili assosiasi rumah sakit dan 3 orang sarjana hukum. MKDKI bertanggung jawab kepada Konsil kedokteran Indonesia. Kedu-dukan MKDKI ini menurut Pasal 57 Undang-undang tersebut ditentukan berada di Ibukota Negara RI dan dapat dibentuk di tingkat Propinsi atas usul MKDKI. MKDKI bertugas menerima pengaduan, memeriksa, dan memu-tuskan kasus pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi yang diajukan; dan menyusun pedoman dan tata cara penangan kasus pelanggaran disiplin dokter atau dokter gigi. Namun demikian, pengaturan mengenai pelak-sanaan fungsi dan tugas MKDKI, tata cara penanganan kasus, tata cara pengaduan, dan tata cara pemeriksaan serta pemberian kepu-tusan diatur dengan Peraturan Konsil Kedok-teran Indonesia - yang sampai saat ini masih belum ada. Ketentuan keberadaan MKDKI ini tidak terdapat dalam Rancangan Undang-undang Praktik Kedokteran.

Dengan tidak diakomodasikannya ketentuan tentang Pengadilan Profesi Kese-hatan tersebut, maka muncul tiga pertanyaan besar: (1) Apakah MKDKI berfungsi sebagai Pengadilan Profesi Kesehatan? Lalu masuk dalam lingkungan Peradilan yang mana?; (2) Bagaimana hukum acara MKDKI?; (3) Bagaimana kekuatan Hukum untuk Putusan MKDKI, proses pengajuan keberatannya, serta pelaksanaannya/eksekusinya?.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka Program Magister Hukum Unika Soegijapranata bekerjasama dengan Ikatan Alumni Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Diponegoro mengadakan Seminar Nasional dengan tema: “TANTANGAN PEMBENTUKAN PENGADILAN PROFESI KESEHATAN”

B. MAKSUD DAN TUJUANSeminar Nasional ini dimaksudkan

untuk mengkritisi dan menggagas urgensi pembentukan Pengadilan Profesi Kesehatan.Adapun tujuan dari Seminar Nasional ini adalah:1. Menemukan masalah dan tantangan

yang akan muncul dalam rangka pembentukan Pengadilan Profesi Kesehatan;

2. Memberikan solusi atas masalah dan tantangan yang akan muncul dalam rangka pembentukan Pengadilan Profesi Kesehatan;

3. Memberikan rekomendasi kepada instansi terkait tentang urgensi pembentukan Pengadilan Profesi Kesehatan

C. PESERTAPeserta Seminar Nasional terdiri dari:1. Organisasi Profesi Bidang Kesehatan;2. Organisasi Profesi Bidang Hukum;3. Akademisi;4. Praktisi;5. LSM;6. Rumah Sakit dan institusi pelayanan

kesehatan;7. Dinas Kesehatan;8. Mahasiswa;9. Masyarakat umum yang berminat di

bidang Hukum Kesehatan.

D. PEMBICARAPembicara/Nara Sumber dalam Seminar Nasional ini adalah:1. Prof.DR. B.Arief Sidharta,SH (Guru

Besar FH Universitas Parahyangan) (dalam konfirmasi)

2. Prof.DR.Satjipto Rahardjo,SH (Guru Besar Emeritus FH Universitas Diponegoro)

3. Otto Hasibuan,SH.,MM. (Ketua PERADI)

4. Dr.dr. Fachmi Idris, M. Kes. (Ketua terpilih PB IDI)

5. dr.Moetmainnah Prihadi,Sp.OG(K) (Ketua MKEK IDI Wilayah Jawa Tengah)

E. PELAKSANAANSeminar Nasional ini akan dilaksanakan pada:Hari/Tanggal : Sabtu, 5 Maret 2005Pukul : 08.00-13.00 WibTempat : R.Theatre Lt.III

Gd.St.Thomas Aquinas Unika Soegijapranata

F. SUSUNAN ACARA08.00-09.00

Registrasi

09.00-09.15

Sambutan dan Pembukaan oleh Rektor Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

09.15-13.00

Paparan dan Diskusi:Sesi I:1. Prof.DR. B.Arief Sidharta,SH

: “Tinjauan Etis terhadap Pengadilan Profesi Kesehatan”

2. Prof.DR. Satjipto Rahardjo,SH: “Tinjauan Sosiologis terhadap Pengadilan Profesi Kesehatan”

Mod.: dr.Sofwan Dahlan,Sp.F.

Page 3: Leaflet Hukum Kesehatan

Sesi II :1. Otto Hasibuan,SH.,MM.:

“Penegakan Hukum Kesehatan Indonesia dalam Praktek di Indonesia”

2. DR.dr.Fahmi Idris, M.Kes : “Peran Konsil Kedokteran Indonesia Dalam Pengadilan Profesi Kesehatan”

3. dr.Moetmainah,Sp.OG.(K): “Peran Organisasi Profesi dalam Pengadilan Profesi Kesehatan”

Mod.: DR.A.Widanti S,SH.,CN.13.00 - selesai

Penutupan dan Makan Siang

G. PENDAFTARANPendaftaran paling lambat tanggal 3 Maret 2005Biaya pendaftaran : Rp.100.000,- Pembayaran dapat dikirimkan melalui Bank NISP Kantor Kas Unika Soegijapranata (a.n Endang Wahyati Y, qq Magister Kesehatan No.Rek.035.130.00765.2). Tempat pendaftaran : Sekretariat Magister Hukum Universitas Katolik Soegijapranata Jl.Pawiyatan Luhur IV/1 Bendan Dhuwur Semarang tiap hari pada jam kerja. Telp.(024) 8441555, 8316142 psw 172, psw 115. Fax.(024) 8415429,8445265.E-mail: [email protected].

Formulir Pendaftaran

Nama :………………………………………

Institusi:……………………………………

Alamat :………………………………………

……………………………………….

Biaya : Rp.100.000,-

Pembayaran melalui : (pilih salah satu)

Tunai Bank (Bank NISP Kantor Kas

Unika Soegijapranata (a.n Endang Wahyati Y, qq Magister Kesehatan No.Rek.035.130.00765.2).

Mohon didaftarkan menjadi peserta

………………2005

* formulir ini dapat diperbanyak (difotokopi)

Formulir Pendaftaran

Nama :………………………………………

Institusi:……………………………………

Alamat :………………………………………

……………………………………….

Biaya : Rp.100.000,-

Pembayaran melalui : (pilih salah satu)

Tunai Bank (Bank NISP Kantor Kas

Unika Soegijapranata (a.n Endang Wahyati Y, qq Magister Kesehatan No.Rek.035.130.00765.2).

Mohon didaftarkan menjadi peserta

………………2005

* formulir ini dapat diperbanyak (difotokopi)

Page 4: Leaflet Hukum Kesehatan

Formulir Pendaftaran

Nama :………………………………………

Institusi:……………………………………

Alamat :………………………………………

……………………………………….

Biaya : Rp.100.000,-

Pembayaran melalui : (pilih salah satu)

Tunai Bank (Bank NISP Kantor Kas

Unika Soegijapranata (a.n Endang Wahyati Y, qq Magister Kesehatan No.Rek.035.130.00765.2).

Mohon didaftarkan menjadi peserta

………………2005

* formulir ini dapat diperbanyak (difotokopi)