lbm 2

26
FISIOLOGI KESEIMBANGAN

description

lbm 2

Transcript of lbm 2

Page 1: lbm 2

FISIOLOGI KESEIMBANGAN

Page 2: lbm 2
Page 3: lbm 2
Page 4: lbm 2
Page 5: lbm 2

GANGGUAN KESEIMBANGAN

Page 6: lbm 2

1. Vertigo- Definisi

Vertigo adalah perasaan berputar

- Etiologi- Patofisiologi

Rangsangan normal akan selalu menimbulkan gangguan vertigo, misalnya pada tes kalori. Rangsangan abnormal dapat pula menimbulkan gangguan vertigo bila terjadi kerusakan pada sistem vestibulernya, misalnya orang dengan paresis kanal akan merasa ter-ganggu bila naik perahu. Rangsangan normal dapat pula menimbulkan vertigo pada orang normal, bila situasinya berubah, misalnya da-lam ruang tanpa bobot.Sistem vestibuler sangat sensitif terhadap perubahan konsentrasi 02 dalam darah, oleh karena itu perubahan aliran darah yang mendadak dapat menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan timbul bila hanya ada perubahan konsentrasi 02 saja, tetapi harus ada faktor lain yang menyertainya, misalnya sklerosis pada salah satu dari arteri auditiva interna, atau salah satu arteri tersebut terjepit. Dengan demikian bila ada perubahan konsentrasi 02, hanya satu sisi saja yang mengadakan penyesuaian, akibatnya terdapat perbedaan elektro potensial antara vestibuler kanan dan kiri. Akibatnya akan terjadi serangan vertigo.Perubahan konsentrasi 02 dapat terjadi, misalnya pada hipertensi, hipotensi, spondiloartrosis servikal. Pada kelainan vasomotor, mekanisme terjadinya vertigo disebabkan oleh karena terjadi perbedaan perilaku antara arteri auditiva interna kanan dan kiri, sehingga menimbulkan perbedaan potensial antara vestibuler kanan dan kiri.

- Klasifikasi

Sesuai kejadiannya, vertigo ada beberapa macam yaitu, vertigo spontan, vertigo posisi dan vertigo kalori.

Page 7: lbm 2

Dikatakan vertigo spontan bila vertigo timbul tanpa pemberian rangsangan. Rangsangan timbul dari penyakitnya sendiri, misalnya pada penyakit Meniere oleh sebab tekanan endolimfa yang meninggi.Dalam vertigo posisi, vertigo timbul disebabkan oleh perubahan posisi kepala. Vertigo timbul karena perangsangan pada kupula kanalis semisirkularis oleh debris atau pada kelainan servikal. Yang dimaksud sebagai debris ialah kotoran yang menempel pada kupula kanalis semi-sirkularis.Pada pemeriksaan kalori juga dirasakan adanya vertigo, dan vertigo ini disebut vertigo kalori. Vertigo kalori ini penting ditanyakan pada pasien sewaktu tes kalori, supaya ia dapat membandingkan perasaan vertigo ini dengan serangan yang pernah dialaminya. Bila sama, maka keluhan vertigonya adalah betul, sedangkan bila ternyata berbeda, maka keluhan vertigo sebelumnya patut diragukan.

- diagnosis

POSTUROGRAFI

Posturografi adalah pemeriksaan keseim-bangan yang dapat menilai secara obyektif dan kuantitatif kemampuan keseimbangan postural seseorang. Untuk mendapatkan gambaran yang benar tentang gangguan keseimbangan karena gangguan vestibuler, maka input visual diganggu dengan menutup mata dan input proprioseptif dihilangkan dengan berdiri di atas alas tumpuan yang tidak stabil. Dikatakan terdapat gangguan keseimbangan bila terlihat ayun tubuh berlebihan, melangkah atau sam-pai jatuh sehingga perlu berpegangan.Pemeriksaan Posturografi dilakukan dengan menggunakan alat yang terdiri dari alas sebagai dasar tumpuan yang disebut Force platform, komputer graficoder, busa dengan ketebalan 10 cm, untuk mengganggu input proprioseptif, disket data digunakan untuk menyimpan data hasil pengukuran.Teknik pemeriksaan Posturografi :Paseien diminta berdiri tenang dengan tumit sejajar di atas alat mata memandang ke satu titik dimuka, kemudian dilakukan perekaman pada empat kondisi, masing-masing selama 60 detik.1). Berdiri di atas alas dengan mata ter-buka memandang titik tertentu dalam pemeriksaan ini ketiga input sensori bekerja sama. 2). Berdiri di atas alas dengan mata tertutup dalam keadaan ini input visual diganggu. 3). Berdiri di atas alas busa 10 cm dengan mata terbuka, memandang titik tertentu, dalam keadaan ini input proprioseptif diganggu. 4). Berdiri tenang di atas alas busa 10 cm dengan mata tertutup, dalam keadaan ini input visual dan proprioseptif diganggu.jadi hanya organ vestibuler saja yang bekerja, bila terdapat pe-manjangan ayun tubuh berarti terjadi gangguan keseimbangan.

- DD

Sentral PeriferAwitan Bervariasi MendadakSifat Tidak stabil, kepala ringan Berputar, membalikLamanya Konstan, bervariasi Episodic, terkai gerakan, <2-3

hariDapat melelahkan Jarang yaEfek visual Menutup mata tidak mengubah

gejalaMenutup mata memperburuk gejala

Gejala visual Diplopia, bintik buta Penglihatan kaburGejala telinga Tidak ada adaNyeri kepala Ada Tak ada, hny rasa penuh di

telingaEfek sistemik Tak ada Mual muntah

Page 8: lbm 2

Hasil ENG Sakade abnormal Uji kalori unilateral menurun

Page 9: lbm 2
Page 10: lbm 2

- Penatalaksanaan

2. Tinnitus- Definisi- Etiologi- Patofisiologi

Pada tinitus terjadi aktivitas elektrik pada area auditorius yang menimbulkan perasaan adanya bunyi, namun impuls yang ada bukan berasal dari bunyi eksternal yang ditransfor-masikan, melainkan berasal dari sumber impuls abnormal di dalam tubuh pasien sendiri.

Impuls abnormal itu dapat ditimbulkan oleh berbagai kelainan telinga. Tinitus dapat terjadi dalam berbagai intensitas. Tinitus dengan nada rendah, seperti bergemuruh atau nada tinggi, seperti berdengung. Tinitus dapat terus menerus atau hilang timbul terdengar.

Page 11: lbm 2

Tinitus biasanya dihubungkan dengan tuli sensorineural dan dapat juga terjadi karena gangguan konduksi. Tinitus yang disebabkan oleh gangguan konduksi, biasanya berupa .bunyi dengan nada rendah. Jika disertai dengan inflamasi, bunyi dengung ini terasa ber-denyut (tinitus pulsasi).

Tinitus dengan nada rendah dan terdapat gangguan konduksi, biasanya terjadi pada sum-batan liang telinga karena serumen atau tumor, tuba katar, otitis media, otosklerosis dan Iain-lain.

Tinitus dengan nada rendah yang berpulsasi tanpa gangguan pendengaran merupa-kan gejala dini yang penting pada tumor glomus jugulare.

Tinitus objektif sering ditimbulkan oleh gangguan vaskuler. Bunyinya seirama dengan denyut nadi, misalnya pada aneurisma dan aterosklerosis. Gangguan mekanis dapat juga mengakibatkan tinitus objektif, seperti tuba Eustachius terbuka, sehingga ketika bernapas membran timpani bergerak dan terjadi tinitus.

Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius, serta otot-otot pala-tum dapat menimbulkan tinitus objektif.

Bila ada gangguan vaskuler di telinga te-ngah, seperti tumor karotis (carotid-body tumour), maka suara aliran darah akan meng-akibatkan tinitus juga.

Pada tuli sensorineural biasanya timbul tinitus subjektif nada tinggi (4.000 Hz). Pada intoksikasi obat seperti salisilat, kina, streptomysin, dehidro-streptomysin, garamysin,

digitalis, kanamycin, dapat terjadi tinitus nada tinggi, terus menerus atau hilang timbul. Pada hipertensi endolimfatik seperti pe-nyakit Meniere dapat terjadi tinitus pada nada rendah

atau tinggi, sehingga terdengar ber-gemuruh atau berdengung. Gangguan ini di-sertai dengan tuli sensorineural dan vertigo.

Gangguan vaskuler koklea terminal yang terjadi pada pasien yang stres akibat gangguan keseimbangan endokrin, seperti menje-lang menstruasi, hipometabolisme atau saat hamil dapat juga timbul tinitus dan gangguan tersebut akan hilang bila keadaannya sudah normal kembali.

- klasifikasi- diagnosis

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam anamnesis adalah : lama serangan tinitus, bila berlangsung dalam waktu 1 menit biasanya akan hilang sendiri, hal ini bukan keadaan patologik. Bila berlangsung dalam 5 menit merupakan keadaan patologik Riwayat minum obat sebelumnya khususnya golongan aspirin dan kebiasaan sehari-hari seperti merokok dan peminum kopi. Semua pertanyaan tersebut penting, walaupun tinitus dapat terjadi pada semua umur. penyebab tinitus mempunyai faktor predileksi terhadap umur dan jenis kelamin. Tinitus karena kelainan vaskuler, umumnya terjadi pada wanita muda. Pasien dengan myoklonus palatal terjadi pada usia muda yang dihubungkan dengan keiainan neuorologi.

Pasien hendaknya ditanyakan tentang riwayat cedera kepala, pajanan bising, trauma akustik, minum obat ototoksik, riwayat infeksi telinga dan operas! telinga. Gejala dan tanda gangguan audiovestibuler lam seperti otore, kehilangan pendengaran. vertigo dan gangguan keseimbangan harus ditanyakan pada pasien.

Pasien diharapkan dapat mendiskripsikan lokasi suara tinitus (unilateral, bilateral atau tidak dapat ditentukan secara pasti), frekuensi timbulnya tinitus (intermiten atau menetap), kualitas suara (nada mumi, bising, suara multipel, bunyi klik, meietup-letup (popping), suara angin (blowing), berpulsasi (pulsing), intensitas suara secara subyektif (keras atau lembut), bunyi tinitus menetap, berkurang atau bahkan ber-tambah berat berdasarkan siklus ^arian atau dihubungkan dengan gejala di penyakit di telinga dan sistemik.6

Pada tinitus subyektif unilateral periu di-curigai adanya kemungkinan neuroma akustik atau trauma kepala, sedangkan yang bilateral kemungkinan intoksikasi obat, press akjsis, trauma bising dan penyakit sistemik. Paca pen-derita yang sukar membedakan apakah tinitus sebelah kanan atau kiri, hanya mengatakan di tengah kepala, kemungkinan besar terjadi ke-lainan patologis di saraf pusatj misalnya serebro-vaskuler, siringomelia dan sklerosis multiple.

Page 12: lbm 2

Kelainan patologis pada putaran basal koklea, saraf pendengar perifer dan sentral pada umumnya bernada tinggi (mendenging). Tinitus yang bernada rendah seperti gemuruh cirri khas penyakit telinga koklear (hidrops endolymfe).

- DD

- penatalaksanaan

Penatalaksanaan terkini yang dikemukakan oleh Jastreboff, berdasar pada model neurofisiologinya adalah kombinasi konseling terpimpin, terapi akustik dan medika mentosa bila diperlukan. Metode ini yang disebut sebagai Tinnitus Retraining Therapy. Tujuan dari Tinnitus Retraining Therapy (TRT) adalah memicu dan menjaga reaksi habituasi dan persepsi tinitus dan atau suara lingkungan yang mengganggu. Habituasi diperoleh sebagai hasil modifikasi hubungan sistem auditorik ke sistem limbik dan sistem saraf otonom. TRT walau tidak dapat menghi-langkan tinitus dengan sempurna, tetapi dapat memberikan perbaikan yang bermakna berupa penurunan tolernsi terhadap suara.TRT dimulai dengan anamnesis awal untuk mengidentifikasi masalah dan keluhan pasien, menentukan pengaruh tinnitus dan penurunan toleransi terhadap suara disekitarnya, mengevaluasi kondisi emosional dan derajat stres pasien, mendapatkan informasi untuk memberikan konseling yang tepat dan membuat data dasar yang akan digunakan untuk evaluasi terapi.

Pada umumnya pengobatan gejala tinitus dibagi dalam 4 cara yaitu :1. Psikologik, dengan memberikan konsultasi psikologik untuk meyakinkan pasien bahwa penyakitnya tidak membahayakan, mengajar-kan relaksasi setiap hari.2. Elektrofisiologik yaitu memberi stimulus elektro akustik dengan intensitas suara yang lebih keras dari tinitusnya, dapat dengan alat bantu dengar atau tinitus masker.3. Terapi medikamentosa sampai saat ini belum* ada kesepakatan yang jelas di-antaranya untuk meningkatkan aliran darah koklea, tranquilizer, antidepresan sedatif, neurotonik, vitamin dan mineral,4. Tindakan bedah dlakukan pada tumor akustik neuromaPasien yang menderita gangguan ini perlu diberikan penjelasan yang balk, sehingga rasa takut tidak memperberat keluhan tersebut.

Page 13: lbm 2

Obat penenang atau obat tidur dapat diberikan saat menjelang tidur pada pasien yang tidurnya sangat terganggu oleh tinitusKepada pasien harus dijelaskan bahwa gangguan itu sukar diobati dan dianjurkan agar ber-adaptasi dengan gangguan tersebut.

3. Labyrintis- Patofisiologi

Otitis media supuratif kronis terutama yang dengan kolesteatoma, dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada bagian vestibuler labirin, sehingga terbentuk fistula. Pada keadaan ini infeksi dapat masuk, sehingga terjadi labirinitis dan akhirnya akan terjadi komplikasi tuli total atau meningitis.Labirinitis terjadi oleh karena penyebaran infeksi ke ruang perilimfa. Terdapat dua bentuk labirinitis, yaitu labirinitis serosa dan labirinitis supuratif. Labirinitis serosa dapat berbentuk labirinitis serosa difus dan labirinitis serosa sirkumskripta. Labirinitis supuratif dibagi dalam bentuk labirinitis supuratif akut difus dan labirinitis supuratif kronik difus.Pada labirinitis serosa toksin menyebabkan disfungsi labirin tanpa invasi sel radang, sedangkan pada labirinitis supuratif, sel radang menginvasi labirin, sehingga terjadi kerusakan yang ireversibel, seperti fibrosis dan osifikasi.

- Klasifikasi

Labirinitis yang mengenai seluruh bagian labirin, disebut labirinitis umum (general), dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf berat, sedangkan labirinitis yang terbatas (labirinitis sirkumskripta) menyebabkan terjadinya vertigo saja atau tuli saraf saja.

- Diagnosis

Fistula di labirin dapat diketahui dengan tes fistula, yaitu dengan memberikan tekanan udara positif ataupun negatif ke liang telinga melalui otoskop Siegel dengan corong telinga yang kedap atau balon karet dengan bentuk elips pada ujungnya yang dimasukkan ke dalam liang telinga. Balon karet dipencet dan udara di dalamnya akan menyebabkan perubahan tekanan udara di liang telinga. Bila fistula yang terjadi masih paten maka akan terjadi kompresi dan ekspansi labirin membran. Tes fistula positif akan menimbulkan nistagmus atau vertigo. Tes fistula bisa negatif, bila fistulanya sudah tertutup oleh jaringan granulasi atau bila labirin sudah mati/ paresis kanal.Pemeriksaan radiologik tomografi atau CT scan yang baik kadang-kadang dapat memper-lihatkan fistula labirin, yang biasanya ditemu-kan di kanalis semisirkularis horisontal.

- Penatalaksanaan

Pada kedua bentuk labirinitis itu operasi harus segera dilakukan untuk menghilangkan infeksi dari telinga tengah. Kadang-kadang di-perlukan juga drenase nanah dari labirin untuk mencegah terjadinya meningitis. Pemberian antibiotika yang adekuat terutama ditujukan kepada pengobatan otitis media kronik dengan / tanpa kolesteatoma.

4. Meniere- Definisi

Penyakit ini ditemukan oleh Meniere pada tahun 1861, dan dia yakin bahwa penyakit ini berada di dalam telinga, sedangkan pada wak-tu itu para ahli banyak menduga bahwa penyakit itu berada pada otak. Pendapat Meniere dibuktikan oleh Hallpike dan Cairn tahun

Page 14: lbm 2

1938, dengan ditemukannya hidrops endolimfa, setelah memeriksa tulang temporal pasien Meniere.

- Etiologi

Penyebab past! penyakit Meniere belum diketahui. Penambahan volume endolimfa di-perkirakan oleh adanya gangguan biokimia cairan endolimfa dan gangguan klinik pada membran labirin.

- Patofisiologi Gejala klinis penyakit Meniere disebabkap oleh adanya hidrops endolimfa pada kaklea

dan vestibulum. Hidrops yang terjadi mendadak dan hilang timbul diduga disebabkan oleh : 1. meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri, 2. berkurangnya tekanan osmotik di dalam kapiler, 3. meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler, 4. jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehing-' ga terjadi penimbunan cairan endolimfa.

Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal, ditemukan pelebaran dan perubahan morfologi pada membran Reissner. Terdapat penonjolan ke dalam skala vestibuli, terutama di daerah apeks koklea Helikotrema. Sakulus juga mengalami pelebaran yang dapat me-nekan utrikulus. Pada awalnya pelebaran skala media dimulai dari daerah apeks koklea, kemu-dian dapat meluas mengenai bagian tengah dan basal koklea. Hal ini yang dapat menjelas-kan terjadinya tuli saraf nada rendah pada penyakit Meniere.

- ManifestTerdapat trias atau sindrom Meniere yaitu vertigo, tinitus dan tuli sensorineural terutama nada rendah. Serangan pertama sangat berat, yaitu vertigo disertai muntah. Setiap kali ver-usaha untuk berdiri dia merasa berputar, mual dan terus muntah lagi. Hal ini berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu, meski-pun keadaannya berangsur baik. Gejala yang lain menjadi tanda khusus adalah perasaan penuh di dalam telinga.Dari keluhan vertigonya kita sudah dapat membedakan dengan penyakit yang lainnya yang juga mempunyai gejala vertigo, seperti penyakit Meniere, tumor N.VIII, sklerosis multipel, neuritis vestibuler atau Vertigo posisi paroksismal jinak(VPPJ).Pada tumor N VIII serangan vertigo perio-dik, mula-mula lemah dan makin lama makin kuat. Pada sklerosis multipel, vertigo periodik, tetapi intensitas serangan sama pada tiap serangan. Pada neuritis vestibuler serangan vertigo tidak periodik dan makin lama makin menghilang. Penyakit ini diduga disebabkan virus. Biasanya penyakit ini timbul setelah menderita influenza. Vertigo hanya didapatkan pada permulaan penyakit. Penyakit ini akan sembuh total bila tidak disertai dengan kompli-kasi. Vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ), keluhan vertigo datang secara tiba-tiba ter-utama pada perubahan posisi kepala dan ke¬luhan vertigonya terasa sangat berat, kadang-kadang disertai rasa mual sampai muntah, berlangsung tidak lama.

- Diagnosis Diagnosis dipermudah dengan dibakukan-nya kriteria diagnosis, yaitu : 1. vertigo hilang

timbul, 2. fluktuasi gangguan pendengaran berupa tuli saraf, 3. menyingkirkan kemung-kinan penyebab dari sentral, misalnya tumor N VIII. Bila gejala-gejala khas penyakit Meniere pada anamnesis ditemukan, maka diagnosis penyakit Meniere dapat ditegakkan.

Pemeriksaan fisik diperlukan hanya untuk menguatkan diagnosis penyakit ini. Bila dalam anamnesis terdapat riwayat fluktuasi pendengaran, sedangkan pada pemeriksaan ternyata terdapat tuli sensorineural, maka kita sudah dapat mendiagnosis penyakit Meniere, sebab tidak ada penyakit lain yang bisa menyebabkan adanya perbaikan dalam tuli sensorineural, kecuali pada penyakit Meniere. Dalam hal yang meragukan kita dapat membuktikan adanya hidrops dengan tes gliserin. Selain itu tes gliserin ini berguna untuk menentukan prognosis tindakan operatif pada pembuatan "shunt". Bila terdapat hidrops, maka operasi diduga akan berhasil dengan baik.

Page 15: lbm 2

- DD- Penatalaksanaan

Pada saat datang biasanya diberikan obat-obat simtomatik, seperti sedatif, dan bila diperlukan dapat diberikan anti muntah. Bila diagnosis telah ditemukan, pengobatan yang paling baik adalah sesuai dengan penyebabnya.Khusus untuk penyakit Meniere, diberikan obat-obat vasodilator perifer untuk Tnengurangi tekanan hidrops endolimfa. Dapat pula tekanan endolimfa ini disalurkan ke tempat lain dengan jalan operasi, yaitu membuat "shunt".Obat-obat antiskemia, dapat pula diberikan sebagai obat alternatif dan juga diberikan obat neurotonik untuk menguatkan sarafnya.

5. Paralysis nervus facialis- Fisiologi N. Fasialis

N. fasialis merupakan saraf kranial ter-panjang yang berjalan di dalam tulang, se-hingga sebagian besar kelainan. n. fasialis terletak di dalam tulang temporal.

N. fasialis terdiri dari 3 komponen, yaitu komponen motoris, sensoris dan parasimpatis. Komponen motoris mensarafi otot wajah, kecuali m.levator palpebra superior. Selain otot

wajah n. fasialis juga mensarafi m.stapedius dan venter posterior m. digastrikus. Komponen sensoris mempersarafi dua-pertiga anterior lidah untuk mengecap, melalui n.

korda timpani. Komponen parasimpatis memberikan per-sarafan pada glandula lakrimalis, glandula

submandibula dan glandula lingualis. N. fasialis mempunyai dua inti, yaitu inti superior dan inti inferior. Inti superior mendapat

persarafan dari korteks motor secara bilateral, sedangkan inti inferior hanya mendapat per-arafan dari satu sisi. Serabut dari ke dua inti berjalan mengelilingi inti (nukleus) nervus abdusen (rvVI), kemudian meninggalkan pons bersama-sama dengan n.VIII (nervus koklea) dan nervus intermedius (Whrisberg), masuk ke dalam tulang temporal melalui porus akustikus interus. Setelah masuk ke dalam tulang temporal, n.VII (n. fasialis) akan berjalan dalam suatu saluran tulang yang disebut kanal Fallopi.

Dalam perjalanan di dalam tulang temporal, n.VII dibagi dalam 3 segmen, yaitu seg-men labirin, segmen timpani dan segmen mastoid.

Segmen labirin terletak antara akhir kanal akustik internus dan ganglion genikulatum. Panjang segmen ini 2-4 milimeter.

Segmen timpani (segmen vertikal), terletak di antara bagian distal ganglion genikulatum dan berjalan ke arah posterior telinga tengah, kemudian naik ke arah tingkap lonjong (fenestra ovalis) dan stapes, lalu turun dan kemudian terletak sejajar dengan kanal semi-sirkularis horisontal. Panjang segmen ini kira-kira 12 milimeter.

Segmen mastoid (segmen vertikal), mulai dari dinding medial dan superior kavum tim-pani. Perubahan posisi 'dari segmen timpani menjadi segmen mastoid, disebut segmen piramidal atau genu eksterna. Bagian ini me-rupakan bagian paling posterior dari n.VII, sehingga mudah terkena trauma pada saat operasi. Selanjutnya segmen ini berjalan ke arah kaudal menuju foramen stilomastoid. Panjang segmen ini 15-2 milimeter.

Setelah keluar dari dalam tulang mastoid, n.VII menuju ke glandula parotis dan membagi dini untuk mensarafi otot-otot wajah.

Di dalam tulang temporal n.VII memberi-kan 3 cabang penting, yaitu nervus petrosus superior mayor, nervus stapedius dan korda timpani.

Nervus petrosus superior mayor yang ke luar dari ganglion genikulatum. Saraf mem-berikan rangsang untuk sekresi pada kelenjar lakrimalis.

Page 16: lbm 2

Nervus stapedius yang mensarafi mus-kulus stapedius dan .berfungsi sebagai pere-dam suara.

Korda timpani yang memberikan serabut perasa pada duapertiga lidah bagian depan.

- Def- Etiologi

Kongenital: paling utama mrpk sindroma Trauma : - langsung kena saraf kepala : ● intra cranial ● intra temporal longitudinal

transfersal Radang : neuritis bakterial/viral ( herpes ) Neoplasma : pd sarafnya/di luar saraf ( jinak ) Kelainan vascularisasi Ggn metabolisme Proses degenerasi

- Patofisiologi- klasifikasi- diagnosis- DD- penatalaksanaan

6. Nistagmus- Definisi

gerak bola mata kian kemari yang terdiri dari dua fase, yaitu fase larnbat dan fase cepat. Fase lambat merupakan reaksi sistem vestibuler terhadap rangsangan, sedangkan fase cepat merupakan reaksi kompensasinya.

Page 17: lbm 2

- Klasifikasi

Page 18: lbm 2

Nistagmus merupakan parameter yang akurat untuk menentukan aktivitas sistem vestibuler. Nistagmus dan vertigo adalah gejala yang berasal dari satu sumber, meskipun nistagmus dan vertigo tidak selalu timbul bersama. Dalam keadaan terlatih baik, vertigo bisa tidak dirasakan, meskipun nistagmus ada. Pada kelainan vestibuler perifer, gejala vertigo dapat dihilangkan dengan latihan yang baik.

Nistagmus juga diberi nama sesuai de ngan arah komponen cepatnya, sehingga ada yang dinamakan nistagmus horizontal, nistagmus vertikal dan nistagmus rotatoar.Nistagmus, merupakan parameter penting dalam tes kalori. la dapat menentukan normal tidaknya sistem vestibuler, dan dapat juga menduga adanya kelainan vestibuler sentral. Nistagmus yang juga penting sebagai pegang-an dalam menentukan diagnosis adalah de-ngan tes nistagmus posisi.

- Diagnosis

Dalam anamnesis ditekankan mengenai keluhan vertigo, kapan mulai serangan per-tama, dan sudah berapa kali serangan sampai sekarang ini. Ditanyakan pula intensitas berat-nya serangan apakah tetap, makin berat atau malahan menurun. Pada penyakit Meniere se-rangan pertama yang paling berat dan pada serangan-serangan berikutnya kekuatan se-rangan menjadi lebih ringan. Harus diwas-padai adanya serangan yang makin meningkat, sebagai tanda kemungkinan adanya tumor N VIII. Pada setiap serangan harus ditanyakan pula kemungkinan adanya fluktuasi pende-ngaran, yaitu bila terdapat serangan pende-ngaran menjadi berkurang, akan tetapi bila tidak ada serangan, pendengaran baik kembali.Tinitus biasanya menyertai vertigo dan fluktuasi pendengaran. Sering tinitus ini mendahului serangan vertigo, sehingga pasien merasa akan terjadi serangan bila mendengar suara berdengung Penyakit Meniere bisa didiagnosis hanya dengan anamnesis, melalui wawancara yang baik, sistematis dan terarah.

Penyakit lain yang juga menimbulkan keluhan vertigo harus ditanyakan, misalnya; trau ma kepala, intoksikasi streptomisin, hipertensi, hipotensi, diabetes, infeksi telinga tengah, dan penyakit kardiovaskuler.Sebelum pemeriksaan fungsi vestibuler dilakukan, pasien harus bebas obat penenang, obat tidur, antihistamin dan obat-obat anti muntah selama seminggu.Untuk memeriksa fungsi vestibuler dilakukan tes kalori cara Kobrak, tes kalori bitermal, elektro nistagmografi dan tes nistagmus posisi.

Page 19: lbm 2

7. MastoiditisDefinisiMastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak pada tulang temporal. Biasanya timbul pada anak-anak atau orang dewasa yang sebelumnya telah menderita infeksi akut pada telinga tengah. Gejala-gejala awal yang timbul adalah gejala-gejala peradangan pada telinga tengah, seperti demam, nyeri pada telinga, hilangnya sensasi pendengaran, bahkan kadang timbul suara berdenging pada satu sisi telinga (dapat juga pada sisi telinga yang lainnya)

Etiologi * Streptococcus pneumoniae – Most frequently isolated pathogen in acute mastoiditis, prevalence of approximately 25% * Group A beta-hemolytic streptococci * Staphylococcus aureus * Streptococcus pyogenes * Moraxella catarrhalis * Haemophilus influenzae * Pseudomonas aeruginosa * Mycobacterium species * Aspergillus fumigatus and other fungi * Nocardia asteroides - Recent case report

Page 20: lbm 2

EpidemiologiMasih belum diketahui secara pasti , tetapi biasanya terjadi pada pasien-pasien muda dan pasien dengan gangguan system imu.

Patofisiologi / EtiologiMastoiditis adalah hasil dari infeksi yang lama pada telinga tengah, bakteri yang didapat pada mastoiditis biasanya sama dengan bakteri yang didapat pada infeksi telinga tengah. Bakteri gram negative dan streptococcus aureus adalah beberapa bakteri yang paling sering didapatkan pada infeksi ini. Seperti telah disebutkan diatas, bahwa keadaan-keadaan yang menyebabkan penurunan dari system imunologi dari seseorang juga dapat menjadi faktor predisposisi mastoiditis. Pada beberapa penelitian terakhir, hampir sebagian dari anak-anak yang menderita mastoiditis, tidak memiliki penyakit infeksi telinga tengah sebelumnya. Bakteri yang berperan pada penderita anak-anak ini adalah S. Pnemonieae.Seperti semua penyakit infeksi, beberapa hal yang mempengaruhi berat dan ringannya penyakit adalah faktor tubuh penderita dan faktor dari bakteri itu sendiri. Dapat dilihat dari angka kejadian anak-anak yang biasanya berumur di bawah dua tahun, pada usia inilah imunitas belum baik. Beberapa faktor lainnya seperti bentuk tulang, dan jarak antar organ juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit. Faktor-faktor dari bakteri sendiri adalah, lapisan pelindung pada dinding bakteri, pertahanan terhadap antibiotic dan kekuatan penetrasi bakteri terhadap jaringan keras dan lunak dapat berperan pada berat dan ringannya penyakit.

GejalaDari keluhan penyakit didapatkan keluarnya cairan dari dalam telinga yang selama lebih dari tiga minggu, hal ini menandakan bahwa pada infeksi telinga tengah sudah melibatkan organ mastoid. Gejala demam biasanya hilang dan timbul, hal ini disebabkan infeksi telinga tengah sebelumnya dan pemberian antibiotik pada awal-awal perjalanan penyakit. Jika demam tetap dirasakan setelah pemberian antibiotik maka kecurigaan pada infeksi mastoid lebih besar. Rasa nyeri biasanya dirasakan dibagian belakang telinga dan dirasakan lebih parah pada malam hari, tetapi hal ini sulit didapatkan pada pasien-pasien yang masih bayi dan belum dapat berkomunikasi. Hilangnya pendengaran dapat timbul atau tidak bergantung pada besarnya kompleks mastoid akibat infeksi.

Page 21: lbm 2

Dari pemeriksaan fisik didapatkan

* Kemerahan pada kompleks mastoid * Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lendir (warna bergantung dari bakteri) * Matinya jaringan keras (tulang, tulang rawan) * Adanya abses (kumpulan jaringan mati dan nanah) * Proses peradangan yang tetap melebar ke bagian dan organ lainnya. * Riwayat infeksi pada telinga tengah sebelumnnya.

Pemeriksaan penunjang yang dapat diminta adalah, pemeriksaan kultur mikrobiologi, pengukuran sel darah merah dan sel darah putih yang menandakan adanya infeksi, pemeriksaan cairan sumsum untuk menyingkirkan adanya penyebaran ke dalam ruangan di dalam kepala. Pemeriksaan lainnnya adalah CT-scan kepala, MRI-kepala dan foto polos kepala.

TatalaksanaPengobatan dengan obat-obatan seperti antibiotik, anti nyeri, anti peradangan dan lain-lainnya adalah lini pertama dalam pengobatan mastoiditis. Tetapi pemilihan anti bakteri harus tepat sesuai dengan hasil test kultur dan hasil resistensi. Pengobatan yang lebih invasif adalah pembedahan pada mastoid. Bedah yang dilakukan berupa bedah terbuka, hal ini dilakukan jika dengan pengobatan tidak dapat membantu mengembalikan ke fungsi yang normal.

8. Mastoiditis Akut

DEFINISI

Mastoiditis Akut adalah suat infeksi bakteri pada prosesus mastoideus (tulang yang menonjol di belakang telinga).

PENYEBAB

Penyakit ini biasanya terjadi jika otitis media akut yang tidak diobati secara tuntas menyebar dari telinga tengah ke tulang di sekitarnya, yaitu prosesus mastoideus.

GEJALA

Page 22: lbm 2

Biasanya gejalamuncul dalam waktu 2 minggu atau lebih setelah otitis media akut, dimana penyebaran infeksi telah merusak bagian dalam dari prosesus mastoideus.

Di dalam tulang juga bisa terbentuk abses (penimbunan nanah).Kulit yang melapisi prosesus mastoideus menjadi merah, membengkak dan nyeri bila ditekan.

Daun telinga terdorong ke samping dan ke bawah.Gejala lainnya adalah demam, nyeri di sekitar dan di dalam telinga serta keluarnya cairan kental dari telinga.

Nyeri cenderung menetap dan berdenyut.Terjadi ketulian yang berkembang secara progresif.Jika tidak diobati bisa terjadi ketulian, sepsis, meningitis, abses otak atau kematian.

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.

Dengan CT scan bisa dilihat bahwa sel-sel udara dalam prosesus mastoideus terisi oleh cairan (dalam keadaan normal terisi oleh udara) dan melebar.

Contoh cairan dari telingan dibiakkan di laboratorium untuk mengetahui organisme penyebabnya.

PENGOBATAN

Pengobatan biasanya diawali dengan pemberian suntikan antibiotik lalu disambung dengan antibiotik per-oral (melalui mulut), minimal selama 2 minggu.

Jika pemberian antibiotik tidak berhasil mengatasi keadaan ini, dilakukan mastoidektomi (pengangkatan sebagian tulang dan pembuangan nanah).

Page 23: lbm 2

PENCEGAHAN

Obati infeksi telinga secara tuntas.