lbm 1 part1
-
Upload
adianavikasanti -
Category
Documents
-
view
213 -
download
0
description
Transcript of lbm 1 part1
2. Test Thermal.Test termis (panas dan dingin) merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi vitalitas pulpa atau sesnsitivitas pulpa. Tes dingin dengan menggunakan batangan es, chloretil, dan air dingin. Penggunaan yang paling sering adalah dengan chloretil yang disemprotkan pada cotton pellet kemudian ditempelkan pada permukaan gigi yang karies yang telah dilakukan eskavasi terlebih dahulu, atau pada bukal dipertengahan mahkota. Apabila respon terhadap rangsang dingin positif menandakan bahwa pulpa gigi tersebut masih vital, sedangkan apabila gigi tersebut tidak merespon menandakan bahwa pulpa gigi dalam keadaan nonvital atau nekrosis.
Tes panas tidak dilakukan secara rutin, berguna jika ada keluhan pada gigi yang sulit dilokalisir. Respon yang hebat dan menetap merupakan indikasi dari pulpitis irreversibel. Tes panas dapat menggunakan air panas, burnisher, atau menggunakan gutta percha yang dipanaskan, bahan dan alat diletakkan pada kavitas yang sudah dikeringkan kemudian diangkat dan amati respon pasien.
1. Test ElektrisAlat yang digunakan yaitu EPT (Electic Pulp Test) merupakan alat pembantu dalam menentukan vitalitas gigi dengan menggunakan aliran listrik yang bertahap untuk mendapatkan respon dari pulpa. Angka yang ditunjukkan oleh alat tidak terlalu berperan.
Masyarakat yang hidup dalam lingkungan modern memiliki gaya hidup yang lebih bervariasi.
Hal ini terlihat dari meningkatnya kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman ringan yang
mengandung zat asam. Menurut para ahli, zat asam yang terkandung dalam makanan dan
minuman ringan merupakan faktor utama penyebab terjadinya erosi gigi, yaitu suatu proses
hilangnya jaringan permukaan gigi yang tidak berhubungan dengan faktor mekanis (1).
Erosi gigi harus dibedakan dari karies gigi walaupun keduanya mempunyai kesamaan yaitu
terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi akibat asam. Perbedaannya bahwa karies gigi
berasal dari asam yang merupakan hasil fermentasi karbohidrat sisa-sisa makanan oleh bakteri
dalam tubuh sedangkan erosi gigi terjadi karena proses kimia tanpa melibatkan bakteri (2).
Belakangan ini, prevalensi erosi gigi dilaporkan semakin meningkat terutama di kalangan kaum
muda sebagai konsumen primer minuman ringan, oleh karena itu, sama seperti karies, masalah
ini perlu mendapat perhatian. Minuman ringan merupakan minuman yang tidak mengandung
alcohol (non-alkohol), merupakan minuman yang berkarbonat. Minuman ringan mengandung
bahan pemanis, asam dan bahan perasa alami maupun buatan. Bahan alami dapat berupa kacang-
kacangan, buah-buahan, sayur-sayuran. Kopi, teh, susu serta coklat bukan merupakan minuman
ringan, yang termasuk minuman ringan adalah cola, lemon, orange dan kopi bir serta anggur.(3)
Minuman ringan yang berbahaya bagi enamel adalah minuman yang mengandung karbohidrat
yang mudah difermentasi, sangat asam dan mempunyai adesi termodinamik yang sangat tinggi,
sehingga minuman ini tidak mudah dihilangkan oleh saliva (5). Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor yang mempengaruhi proses demineralisasi, yaitu jenis dan konsentrasi asam minuman
yang tidak berdisosiasi, kandungan karbohidrat dalam minuman, pH dan kapasitas dapar
minuman serta kandungan fosfat dan f1uor yang ada dalam minuman. (3,4)
Ada dua penyebab utama yang dapat menjelaskan mengapa minuman ringan (kecuali susu dan
air) dapat menyebabkan kerusakan gigi. Pertama, pH yang rendah dan keasaman minuman
ringan sehingga menyebabkan permukaan enamel gigi mengalami erosi. Kedua, gula yang
terkandung di dalam minuman ringan akan dimetabolisme oleh mikroorganisme plak untuk
menghasilkan asam penyebab demineralisasi sehingga mengakibatkan terbentuknya kavitas atau
karies (5). Proses erosi gigi dimulai dari adanya pelepasan kalsium enamel gigi, bila hal ini
berlanjut terus akan menyebabkan kehilangan sebagian elemen enamel, dan apabila telah sampai
ke dentin maka penderita akan merasa ngilu. (6)
Sebagaimana diketahui bahwa enamel sebagian besar terdiri dari hidroksiapatit (CalO (PO4)6
(OH)2) atau Fluoroapatit (CalO (PO4)6 F2), kedua unsur tersebut dalam suasana asam akan larut
menjadi Ca2+; PO4 -9 dan F-, OH-. Ion H+ akan beraksi dengan gugus PO4 -9, F-, atau
OHmembentuk HSO4 -; H2SO4- HF atau H2O, sedangkan yang kompleks terbentuk CaHSO4;
CaPO4 dan CaHPO4. (3,7) Kecepatan melarutnya enamel dipengaruhi oleh derajat keasaman
(pH), konsentrasi asam, waktu melarut dan kehadiran ion sejenis kalsium, dan fosfat. (8)
Minuman ringan yang menyebabkan demineralisasi enamel gigi adalah minuman yang
mempunyai pH rendah dan kapasitas dapar tinggi. Kapasitas dapar adalah jumlah basa yang
diperlukan untuk menaikkan pH minuman ke pH netral. (2) Reaksi kimia pelepasan ion kalsium
dari enamel gigi dalam medium yang bersifat asam, yaitu pada pH 4,5 sampai 6 merupakan
reaksi orde nol. Adapun pengaruh pH terhadap koefisien laju reaksi menunjukkan, bahwa
semakin kecil atau semakin asam media, maka makin tinggi laju reaksi pelepasan ion kalsium
dari enamel gigi. (9) Reaksi kimia pelepasan ion kalsium dari enamel gigi dalam suasana asam
ditunjukkan dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
Pada dasarnya, semua jenis zat asam baik yang bersumber dari dalam (zat asam intrinsik)
maupun luar tubuh (zat asam ekstrinsik) dapat mengakibatkan demineralisasi pada enamel dan
dentin. Zat asam instrinsik berasal dari isi lambung yang naik ke esophagus dan mencapai
rongga mulut seperti yang terjadi pada penderita GERD (Gastro-esophageal Reflux Disease) dan
bulimia, sedangkan zat asam ekstrinsik adalah zat-zat asam yang terdapat pada makanan,
minuman, dan obat-obatan. Kebanyakan buah-buahan dan jus buah memiliki pH rendah
(keasaman tinggi) sehingga sangat berpotensi menyebabkan terjadinya erosi gigi. Selain itu,
beberapa makanan seperti makanan vegetarian dengan kandungan buah-buahan 6%, beberapa
jenis bir dan teh herbal dengan pH rendah, makanan yang diawetkan serta minuman ringan yang
mengandung kafein juga dapat menyebabkan erosi gigi. (5)
Salah satu bagian tubuh yang mampu melindungi enamel gigi dari zat asam adalah saliva. Saliva
akan membasahi gigi dengan larutan jenuh yang kaya kalsium dan fosfor, sehingga enamel gigi
tetap konstan saat demineralisasi struktur gigi terjadi. Selain itu, saliva akan bertindak sebagi
bufer untuk mencegah agar rongga mulut tidak terlalu asam. Pada waktu zat asam yang
terkandung dalam minuman ringan masuk ke dalam rongga mulut, maka aliran saliva akan
meningkat disertai meningkatnya pH, sehingga dalam beberapa saat keasaman dapat dinetraliser
dan pH menjadi normal kembali. (5)
Sudah banyak upaya yang dilakukan oleh pabrik pembuat minuman ringan dengan mencoba
memodifikasi komposisi minuman ringan untuk mengurangi efeknya pada gigi. Caranya adalah
dengan menambah atau mengurangi komponen tertentu dalam minuman ringan. Frekuensi dan
cara mengonsumsi minuman ringan juga dapat mempengaruhi kemampuan erosifnya.
Sebaliknya, kandungan lain dalam minuman ringan seperti kalsium, fosfat dan fluor dapat
mengurangi kemampuan erosifnya.
Ada beberapa hal yang disarankan agar bisa mengonsumsi minuman ringan dengan aman yaitu:
(5)
Mengikuti anjuran pabrik pembuatnya, apakah bisa diminum langsung atau harus
dicairkan.
Meminum minuman ringan hanya pada waktu makan.
Waktu minum tidak boleh lama.
Sebaiknya menggunakan pipet (sedotan).
Meminum minuman ringan yang didinginkan karena kurang bersifat erosif.
Tidak dibolehkan mengulum minuman dalam mulut.
Jangan menyikat gigi segera setelah mengonsumsi minuman ringan.
Usahakan minum susu, air putih atau makan keju setelah mengonsumsi minuman
ringan yang mengandung asam.
Bila memungkinkan, sebaiknya mengganti minuman ringan mengandung asam
dengan minuman lain yang kurang bersifat erosif.
Kesimpulan dan saran pada artikel ini adalah dengan mencegah agar suasana di dalam rongga
mulut tidak terlalu asam, baik yang dihasilkan oleh bakteri atau makanan atau minuman,
sehingga dapat menghambat pelepasan ion kalsium dari enamel gigi. Mengurangi proses
demineralisasi dapat dilakukan dengan menghentikan difusi asam, yaitu mengurangi kontak
asam dengan gigi, misal mengurangi intake asam atau minum minuman ringan dengan memakai
sedotan, cara lain yaitu dengan menghentikan terbentuknya persenyawaan kompleks kalsium
fosfat dengan meningkatkan ketahanan enamel melalui fluoridasi air minum atau topikal aplikasi
dengan fluor atau penambahan ion fluor dalam minuman. (1)
Perawatan ErosiArea erosi dapat menjadi sensitif dan harus direstorasi dengan conventional operative procedure.Dokter gigi mengganti gigi yang erosi dengan material restorasi. Jika erosinya ekstensif, harus dibuat crown.
Menurut Watson, 1985; & Lewis, 1973 (dalam Wijaya, 1996:6) :
Atrisi : Terkikisnya substansi gigi atau restorasi akibat penguyahan pada saat gigi -gigi
berkontak. Umumnya dataran yang berfungsi yang terkena.
Erosi : Terkikisnya jaringan keras gigi akibat proses kimia tanpa melibatkan bakteri.
Abrasi : Terkikisnya substansi gigi atau restorasi akibat faktor lain selain kontak antara gigi -
gigi.Sebab-sebab kerusakan email (Harshanur, 1995:31) :
1. Abrasi: Karena mekanis, misalnya karena menyikat gigi dengan cara yang salah
2. Erosi : Karena khemis, misalnya karena suka makanan yang mengandung cuka (asam)
atau minum air yang mengandung zat khem is (mis. Pb)
3. Atrisi : Karena banyaknya dipakai untuk mengunyah
Atrisi adalah keausan pada gigi karena proses pengunyahan (Pindborg, 1970 dalam
Koerniati, 2006:123). Cirinya permukaan oklusal gigi geraham terlihat aus, tonjol palatinal
molar (geraham) atas aus, molar bawah tonjol bukalnya terlihat aus, dentin terlihat dan kalau
ausnya banyak, warna dentin berubah. Ini terlihat jelas pada gigi depan bawah berwarna coklat
seperti terbakar (Pindborg, 1970 dalam Koerniati, 2006:124)