Layang PRB Edisi 5 2012

8
LAYANG PRB YOGYAKARTA – Mendekati akhir 2012, pembangunan hunian tetap (Huntap) bagi sebagian warga yang terkena dampak erupsi Gunung Merapi 2010 baru dimulai. Melihat perkembangan tersebut, penyelesaian pembangunan seluruh Huntap yang ditargetkan selesai pada akhir 2012 terancam meleset dari target. Wijang Wijanarko, Urban Design Expert National Management Consultant Rekompak (Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas) selaku lembaga yang mendapat wewenang untuk membangun Huntap, mengakui proses pembangunan Huntap berjalan agak lamban. Hingga awal November, dari total target pembangunan 2.170 rumah, baru 1.305 rumah yang selesai dibangun (lihat tabel). “Selebihnya masih berstatus penyelesaian fisik, dan 378 rumah baru menginjak persiapan pembangunan. Jika akhir 2012 tidak selesai, penyelesaian diusahakan awal 2013,” jelasnya saat ditemui, Selasa (6/11). Menurut dia, lambannya pembangunan Huntap dipengaruhi banyak faktor. Salah satunya adalah alur kerja yang panjang karena harus mengedepankan keterlibatan warga calon penghuni Huntap. Mereka terlibat mulai dari tahap persiapan, pengorganisasian relawan, peninjauan rencana desa, hingga penyusunan rencana penataan permukiman dan penentuan wilayah aman huni. Warga juga menyusun rancangan teknis penataan lingkungan dan permukiman, mengajukan pencairan Bantuan Dana Lingkungan (BDL) maupun Bantuan Dana Rumah (BDR), serta membentuk Kelompok Pemukim (KP). “Jadi sebenarnya yang lebih penting dari semua proses itu bukanlah pembangunan rumahnya. Rumah hanya sarana untuk meningkatkan kapasitas warga dalam pengurangan risiko bencana. Ada penyadaran di situ. Ini bukan hanya proses memindahkan rumah, melainkan juga memindahkan kehidupan warga,” terang Wijang. Faktor lainnya adalah proses pelepasan lahan lokasi Huntap di sejumlah wilayah yang berjalan alot. Hal ini berdampak pada mundurnya proses penyiapan lahan untuk pembangunan Huntap. Selain itu, sejumlah warga yang tinggal di kawasan rawan bencana (KRB) III menolak direlokasi ke Huntap. Mereka adalah warga di Dusun Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul, dan Srunen di Desa Glagaharjo, serta Dusun Pangukrejo di Desa Umbulharjo. Eling lan waspada ngadhepi bebaya Halaman 6 Opini Dua Tahun Pascaerupsi : Pelajaran dari Merapi Edisi Oktober-November 2012 Halaman 5 Info Jogja & Jateng Musim Hujan, Waspadai Banjir Lahar Dingin Halaman 2 Urun Rembug Urip Bahagia : Relokasi Beriringan dengan Pemulihan Ekonomi dan PRB Huntap Diharapkan Selesai Akhir 2012 Sudah beberapa minggu terakhir Purwaningsih (49) dan Argomulyo. Awal tahun 2012, lokasi Huntara Kuwang keluarganya kembali ke rumah lamanya di Dusun Kliwang, ditetapkan menjadi lokasi Huntap. Oleh karena itu, Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, DIY. beberapa bulan lalu Huntara Kuwang dibongkar sehingga Rumah itu sebenarnya sudah ia tinggalkan karena terkena ia dan penghuni lainnya harus kembali mengungsi sampai banjir lahar dingin pada awal 2011 silam. Namun ia rumah baru mereka selesai dibangun. “Para tetangga yang memutuskan kembali ke rumah itu karena tempat rumahnya masih bisa dipakai juga kembali ke Kliwang. Tapi tinggalnya di hunian sementara (Huntara) dibongkar untuk kan ada juga tetangga yang separuh rumahnya terendam dijadikan lokasi hunian tetap (Huntap). pasir, jadi ya mereka harus cari tempat lain untuk tinggal “Waktu ada banjir lahar, rumah saya hanya diputari pasir, sementara,” ujarnya. jadi masih berdiri dan bisa ditempati. Sebelum pindah ke Purwaningsih menyadari betul bahwa rumahnya di sini lagi, rumah tinggal dibersihkan saja,” ujarnya, Selasa Kliwang masuk dalam area yang tidak layak huni. Banjir (6/11). lahar dingin bisa kembali sewaktu-waktu, terutama pada Saat lahar dingin membanjiri Dusun Kliwang awal 2011 musim penghujan. Oleh karena itu, ia tidak sabar untuk silam, Purwaningsih mengungsi di Huntara Kuwang, Desa segera pindah ke rumah barunya Mengungsi (Lagi) Demi Rumah Baru (bersambung ke hlm. 7) (bersambung ke hlm. 7) IOM/Intan Warga terdampak erupsi Merapi yang sudah mendapat rumah di Huntap Batur, Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, bergotong royong membangun jalan awal Oktober lalu.

description

Informasi tentang kegiatan pemulihan perekonomian paskaerupsi merapi

Transcript of Layang PRB Edisi 5 2012

Page 1: Layang PRB Edisi 5 2012

LAYANG PRB

YOGYAKARTA – Mendekati akhir 2012, pembangunan hunian tetap (Huntap) bagi sebagian warga yang terkena dampak erupsi Gunung Merapi 2010 baru dimulai. Melihat perkembangan tersebut, penyelesaian pembangunan seluruh Huntap yang ditargetkan selesai pada akhir 2012 terancam meleset dari target.

Wijang Wijanarko, Urban Design Expert National Management Consultant Rekompak (Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas) selaku lembaga yang mendapat wewenang untuk membangun Huntap, mengakui proses pembangunan Huntap berjalan agak lamban. Hingga awal November, dari total target pembangunan 2.170 rumah, baru 1.305 rumah yang selesai dibangun (lihat tabel). “Selebihnya masih berstatus penyelesaian fisik, dan 378 rumah baru menginjak persiapan pembangunan. Jika akhir 2012 tidak selesai, penyelesaian diusahakan awal 2013,” jelasnya saat ditemui, Selasa (6/11).

Menurut dia, lambannya pembangunan Huntap dipengaruhi banyak faktor. Salah satunya adalah alur kerja yang panjang karena harus mengedepankan keterlibatan warga calon penghuni Huntap. Mereka terlibat mulai dari tahap persiapan, pengorganisasian relawan, peninjauan rencana desa, hingga penyusunan rencana penataan permukiman dan penentuan wilayah aman huni.

Warga juga menyusun rancangan teknis penataan lingkungan dan permukiman, mengajukan pencairan Bantuan Dana Lingkungan (BDL) maupun Bantuan Dana Rumah (BDR), serta membentuk Kelompok Pemukim (KP). “Jadi sebenarnya yang lebih penting dari semua proses itu bukanlah pembangunan rumahnya. Rumah hanya sarana untuk meningkatkan kapasitas warga dalam pengurangan risiko bencana. Ada penyadaran di situ. Ini bukan hanya proses memindahk an rumah, mela ink an juga memindahkan kehidupan warga,” terang Wijang.

Faktor lainnya adalah proses pelepasan lahan lokasi Huntap di sejumlah wilayah yang berjalan alot. Hal ini berdampak pada mundurnya proses penyiapan lahan untuk pembangunan Huntap.

Selain itu, sejumlah warga yang tinggal di kawasan rawan bencana (KRB) III menolak direlokasi ke Huntap. Mereka adalah warga di Dusun Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul, dan Srunen di Desa Glagaharjo, serta Dusun Pangukrejo di Desa Umbulharjo.

Eling lan waspada ngadhepi bebaya

Halaman 6

Opini

Dua Tahun Pascaerupsi : Pelajaran dari Merapi

Edisi Oktober-November 2012

Halaman 5

Info Jogja & Jateng

Musim Hujan, Waspadai Banjir Lahar Dingin

Halaman 2

Urun Rembug

Urip Bahagia : Relokasi Beriringan dengan Pemulihan Ekonomi dan PRB

Huntap Diharapkan Selesai Akhir 2012

Sudah beberapa minggu terakhir Purwaningsih (49) dan Argomulyo. Awal tahun 2012, lokasi Huntara Kuwang keluarganya kembali ke rumah lamanya di Dusun Kliwang, ditetapkan menjadi lokasi Huntap. Oleh karena itu, Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, DIY. beberapa bulan lalu Huntara Kuwang dibongkar sehingga Rumah itu sebenarnya sudah ia tinggalkan karena terkena ia dan penghuni lainnya harus kembali mengungsi sampai banjir lahar dingin pada awal 2011 silam. Namun ia rumah baru mereka selesai dibangun. “Para tetangga yang memutuskan kembali ke rumah itu karena tempat rumahnya masih bisa dipakai juga kembali ke Kliwang. Tapi tinggalnya di hunian sementara (Huntara) dibongkar untuk kan ada juga tetangga yang separuh rumahnya terendam dijadikan lokasi hunian tetap (Huntap). pasir, jadi ya mereka harus cari tempat lain untuk tinggal

“Waktu ada banjir lahar, rumah saya hanya diputari pasir, sementara,” ujarnya. jadi masih berdiri dan bisa ditempati. Sebelum pindah ke Purwaningsih menyadari betul bahwa rumahnya di sini lagi, rumah tinggal dibersihkan saja,” ujarnya, Selasa Kliwang masuk dalam area yang tidak layak huni. Banjir (6/11). lahar dingin bisa kembali sewaktu-waktu, terutama pada

Saat lahar dingin membanjiri Dusun Kliwang awal 2011 musim penghujan. Oleh karena itu, ia tidak sabar untuk silam, Purwaningsih mengungsi di Huntara Kuwang, Desa segera pindah ke rumah barunya

Mengungsi (Lagi) Demi Rumah Baru

(bersambung ke hlm. 7)(bersambung ke hlm. 7)

IOM/Intan

Warga terdampak erupsi Merapi yang sudah mendapat rumah di Huntap Batur, Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, bergotong royong membangun jalan awal Oktober lalu.

Page 2: Layang PRB Edisi 5 2012

2URUN REMBUG

Alinea empat Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 menyebutkan, salah tujuan dibentuknya Pemerintahan Republik Indonesia adalah melindungi segenap bangsa. Pernyataan tersebut menunjukan komitmen negara untuk melindungi warganya dari ancaman, termasuk ancaman bencana yang dalam satu dekade terakhir ini begitu sering terjadi di Indonesia.

Dalam konteks tersebut, pemerintah telah menetapkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana sebagai pedoman utama dalam menghadapi ancaman bencana. Dengan aturan itu, melindungi segenap bangsa dari ancaman bencana menjadi tugas wajib bagi pemerintah. Oleh karena itu, ketika ada bencana di wilayah NKRI, pemer intah harus segera ber t indak untuk meringankan beban masyarakat yang terkena dampak bencana.

Hak-hak warga yang terkena bencana telah diatur dengan jelas dalam UU No.24 Tahun 2007 pasal 26. Dengan aturan tersebut, warga yang terkena bencana berhak menuntut pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dasarnya seperti tempat tinggal, pendidikan, layanan kesehatan, sumber penghidupan maupun dukungan psikososial.

Dalam konteks erupsi Merapi, salah satu kebutuhan mendasar bagi warga terdampak adalah tempat tinggal. Erupsi maupun lahar dingin telah membuat sekitar 2.500 kepala keluarga kehilangan tempat tinggal sekaligus batas lahan.

Pascaerupsi, warga yang kehilangan rumah sempat hidup di pengungsian sebelum dipindahkan ke hunian sementara (Huntara). Mereka tinggal di Huntara sembari menunggu pembangunan hunian tetap (Huntap) yang ditargetkan selesai pada akhir 2012. Namun hingga dua bulan menjelang akhir 2012, belum semua Huntap selesai dibangun. Ratusan Huntap bahkan baru mulai dibangun. Padahal pembangunan Huntap membutuhkan waktu sedikitnya tiga bulan.

Selain itu, sejumlah Huntap dibangun di lahan yang lokasi Huntara sehingga warga penghuni Huntara harus kembali mengungsi. Mereka harus mencari lokasi pengungsian sendiri. Mereka juga menanggung sendir i biaya pengungsian, meskipun mata pencaharian mereka belum sepenuhnya pulih pascaerupsi Merapi 2010.

Kondisi semacam itu perlu menjadi bahan refleksi bersama dan perlu segera dicari jalan keluarnya. Jangan sampai kondisi semacam itu terulang. Jangan sampai berkali-kali terkena bencana, namun kita masih kerap terlambat menangani dampaknya. (*)

Edisi 2012Oktober-November

LAYANG PRB

TAJUK

Negara Wajib Penuhi Hak Korban Bencana Relokasi Beriringan dengan

Pemulihan Ekonomi dan PRBbencana, dan terbentuknya tim PRB desa. “Untuk evakuasi itu, saya membayangkan nantinya ada sistim encon, artinya desa yang rawan bencana dipasangkan dengan desa tujuan pengungsian sementara. Jadi warga di desa terdampak bencana dengan desa tujuan pengungsian sementara itu sudah menjalin komunikasi dan persaudaraan sebelum bencana terjadi. Ini akan memudahkan proses evakuasi,” tuturnya.

Penolakan wargaMeski begitu, ia mengakui proses relokasi di Kabupaten

Sleman tidak berjalan sesuai rencana karena ada warga yang menolak. Berdasarkan data BPBD Sleman, saat ini masih ada 592 kepala keluarga yang belum bersedia mengikuti relokasi.

Warga yang menolak relokasi itu tersebar di Dusun Kalitengah lor, Kalitengah Kidul dan Srunen (Desa Glagaharjo) dan Dusun Pangukrejo (Desa Umbulharjo).

Relokasi warga dari hunian sementara (Huntara) ke Empat dusun itu termasuk dalam daftar sembilan dusun hunian tetap (Huntap) bukan sekadar memindahkan yang tidak direkomendasikan menjadi wilayah hunian. manusia, namun juga kehidupannya. Oleh karena itu, proses Menurut dia, warga tidak mau direlokasi karena dalam relokasi harus dilakukan beriringan dengan upaya erupsi lalu lahan mereka tidak terkena dampak erupsi secara pemulihan mata pencaharian dan peningkatan kapasitas langsung, melainkan terkena ses atau debu dari material warga dalam upaya pengurangan risiko bencana (PRB). erupsi. Rumah mereka memang hancur, namun batas lahan

Kepala BPBD Kabupaten Sleman Urip Bahagia mereka masih jelas sehingga mereka memilih kembali menuturkan, saat ini pembangunan Huntap sebagai bagian menempati lahan tersebut. dari proses relokasi masih berjalan. Pembangunan Huntap Berdasarkan pemantauannya di lapangan, sejumlah ditujukan bagi warga di daerah yang rawan terkena erupsi warga yang mampu telah membangun rumah di kawasan Merapi maupun banjir lahar dingin. tersebut. Terkait dengan kondisi itu, pihaknya masih

Menurut dia, proses relokasi itu dilakukan beriringan menunggu perkembangan. dengan upaya pemulihan ekonomi dan PRB. Saat ini, “Sementara ini kami tidak melakukan intervensi di dusun-pemulihan ekonomi tengah dilakukan bekerjasama dengan dusun tersebut, termasuk untuk program pemulihan berbagai instansi dan lembaga terkait. ekonomi. Namun kami tetap membangun jalur evakuasi,

Adapun untuk PRB, upaya yang sudah dilakukan adalah sistem peringatan dini, dan memberikan pelatihan membangun kembali sistem peringatan dini dan jalur peningkatan kapasitas warga dalam hal pengurangan risiko evakuasi, serta meningkatkan kapasitas warga dengan bencana (PRB),” jelasnya. (RAS)merancang rencana kontinjensi mulai dari tingkat kabupaten hingga dusun. Rencana kontijensi itu disusun bagi 22 dusun yang rawan bencana erupsi dan banjir lahar dingin di wilayah Sleman.

Rencana kontinjensi itu mencakup empat hal, yaitu penyusunan prosedur standard (SOP) untuk evakuasi manusia, evakuasi ternak, sistim komunikasi tanggap

IOM / Idha

Urip Bahagia(Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sleman )

LAYANG PRB

PENANGGUNG JAWAB PRODUKSI : Diana Setiawati (IOM), Danang Samsurizal (Koordinator Forum PRB DIY) PENYUNTING : Diana Setiawati, Idha Saraswati (IOM ), Aris Sustiyono (Forum PRB DIY), Mariana Pardede (Forum PRB DIY) REPORTER : Idha Saraswati, Lubabun Ni’am LAYOUT : Sampur Ariyanto (IOM) KONTRIBUTOR : Aris Sustiyono, Mariana Pardede.

Alamat Redaksi : Gedung KESBANGLINMAS DIY Lt 2, Jl Sudirman No 5, Yogyakarta email : [email protected]

Redaksi Layang PRB menerima tulisan opini sepanjang 5000 karakter (termasuk spasi) dilengkapi biodata singkat penulis. Bagi tulisan yang dimuat, redaksi akan memberikan honor sepantasnya.

... proses relokasi harus dilakukan beriringan dengan upaya pemulihan mata pencaharian dan

peningkatan kapasitas warga dalam upaya pengurangan risiko bencana (PRB).

- Urip Bahagia-

Page 3: Layang PRB Edisi 5 2012

3INFO FORUM PRB

kesiapsigaan maupun pengurangan risiko bencana di tingkat lokal. Total ada 17 lembaga anggota FPRB yang menyemarakkan pameran ini. Mereka antara lain IMDFF-DR, T-Nol, MercyCorps, LPTP Surakarta, Hijau GPL, Combine, Yakkum Emergency Unit (YEU), IDEA dan Koperasi Kaliadem Sejahtera, YP2SU, KYPA, Perkumpulan Lingkar, Sentra Advokasi Perempuan, Difabel, dan Anak (SAPDA),

YOGYAKARTA – Bersamaan dengan agenda Asian Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Ministerial Conference on Disaster Risk Reduction atau DIY, PALUMA, Yayasan Lestari Indonesia (YLI), Jogja Cepat AMCDRR ke-5, 22 – 25 Oktober di Jogja Expo Center, Tanggap (JTC), dan PKPU. Yogyakarta, Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB DIY) Masing-masing peserta menampilkan informasi menyelenggarakan pameran bertajuk “Kampoeng PRB” di mengenai proses maupun hasil kegiatan pendampingan halaman Hotel Royal Ambarukmo Yogyakarta. Pameran ini masyarak at yang pernah di lakuk an, termasuk d i i k u t i l e m b a g a ya n g b e rg e ra k d a l a m u p aya menampilkan produk-produk kar ya masyarakat mendapatkan informasi tentang bencana dan upaya untuk penanggulangan bencana di tingkat lokal hingga dampingan. Informasi tersebut dituangkan dalam leaflet, mengurangi risikonya, sehingga bisa membangun internasional. poster, sticker, PIN, maupun buku yang dibagikan secara kesiapsiagaan di tempat tinggalnya masing-masing. Selain

Selain menyemarakkan kegiatan AMCDRR, “Kampoeng gratis kepada pengunjung pameran. dikunjungi masyarakat Yogyakarta, “Kampoeng PRB” juga PRB” digelar guna menyebarluaskan informasi dan Dengan membagikan informasi tersebut, masyarakat dikunjungi peserta AMCDRR yang berasal dari berbagai p e n g e t a h u a n m e n g e n a i u p aya m e n i n g k at k a n yang mengunjungi “Kampoeng PRB” diharapkan bisa negara. (MD)

Edisi 2012Oktober-November

LAYANG PRB

latar belakang kultural, dan sebagainya.Tujuh butir rekomendasi Deklarasi Yogyakarta juga

dilengkapi dengan pernyataan sikap dari perwakilan anak dan remaja, masyarakat sipil, organisasi dan individu yang bergerak di isu disabilitas, organisasi dan individu yang bergerak di isu gender, pemerintah lokal, palang merah dan bulan sabit merah, parlemen, sektor swasta, peneliti dan akademisi, serta media yang berkomitmen mendukung upaya pengurangan risiko bencana. Hasil dari AMCDRR ini akan dibawa ke tingkat global, yakni dalam Global Platform for Disaster Reduction pada Mei 2013 di Genewa, Swiss.

Margareta Wahlstrom, Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana, dalam siaran persnya menekankan bahwa isi Deklarasi Yogyakarta sudah beranjak dari kesepakatan sebelumnya yang lebih fokus pada upaya penanganan darurat pascabencana ke perencanaan strategi menghadapi

Rekomendasi keempat adalah membangun daya bencana. Deklarasi Yogyakarta juga memberi pemahaman YOGYAKARTA – Sebanyak 50 negara peserta lenting masyarakat di tingkat lokal. Praktik-praktik bahwa upaya PRB harus diprioritaskan pada komunitas konferensi tingkat menteri bidang pengurangan risiko penguatan daya lenting komunitas yang baik perlu lokal. “Kita harus mengukur keberhasilan penerapan HFA bencana atau Asian Ministerial Conference on Disaster Risk diinformasikan agar menjadi inspirasi bagi komunitas lain. lebih ke depan. Dalam dua atau empat tahun awal Reduction (AMCDRR) ke-5, 22 – 25 Oktober 2012,

Rekomendasi kelima berisi ajakan bagi negara-negara pelaksanaan HFA memang belum kelihatan hasilnya. menghasilkan komitmen bersama yang disebut peserta untuk mengidentifikasi hal-hal yang akan dicapai Sepuluh tahun barulah waktu yang cukup,” ujar Margareta.“Yogyakarta Declaration on Disaster Risk Reduction in Asia pasca-2015. Kemampuan pemerintah, komitmen politik, Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB and the Pacific 2012”. Deklarasi Yogyakarta tersebut berisi keterlibatan publik, dan pengetahuan masyarakat tentang Sugeng Triutomo mengatakan, Deklarasi Yogyakarta rekomendasi pengarusutamaan pengurangan risiko bencana harus dievaluasi. m e r u p a k a n k o m i t m e n p e m e r i n t a h u n t u k bencana dalam agenda pembangunan pasca-2015.

Rekomendasi kelima ini disampaikan terkait dengan penanggulangan bencana. Komitmen tersebut diturunkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana akan berakhirnya Hyogo Framework of Action (HFA) pada pada ranah perundang-undangan, kelembagaan, (BNPB) Syamsul Maarif membacakan Deklarasi Yogyakarta 2015 mendatang. HFA merupakan rencana kerja termasuk pendanaan. itu dalam penutupan AMCDRR di Jogja Expo Center, pengurangan risiko bencana alam periode 2005–2015. HFA Pada ranah kelembagaan, Sugeng menganggap, PRB Yogyakarta, Kamis (25/10). Deklarasi itu berisi tujuh butir dirumuskan pada 2005 lalu dalam World Disaster dalam kerangka nasional sudah terpenuhi dengan adanya rekomendasi.Reduction Conference di Kobe, Hyogo, Jepang. Hingga BNPB. Penerapan PRB di tingkat lokal, terutama soal Rekomendasi pertama menyebut pentingnya 2012, HFA sudah diadopsi oleh 168 negara. kelengkapan kelembagaan, adalah prioritas awal yang mengintegrasikan upaya pengurangan risiko bencana di

Rekomendasi keenam menyatakan perlunya akan dilakukan setelah AMCDRR. “Sekarang kita lihat di tingkat lokal dan adaptasi perubahan iklim dalam mengurangi faktor-faktor risiko bencana. Sedangkan daerah. Apakah sudah punya peraturan daerah tentang perencanaan pembangunan nasional. Rekomendasi rekomendasi ketujuh menyatak an pentingnya penanggulangan bencana? Apakah sudah punya BPBD? kedua menyatakan pentingnya kajian terhadap risiko memasukkan isu-isu lintas sektoral dalam HFA. Ini bisa Apakah sudah punya juga anggarannya? Itulah mengapa finansial akibat bencana. Rekomendasi ketiga menyebut dilakukan dengan melakukan upaya pengurangan risiko PRB perlu diterapkan sampai di tingkat lokal,” urainya. (LBB, pentingnya penguatan tata kelola dan kemitraan dalam bencana yang inklusif, memperhatikan gender, disabilitas, RAS)menghadapi risiko bencana di tingkat lokal.

Negara Asia – Pasifik Berkomitmen Laksanakan Deklarasi Yogyakarta

Informasi Pengurangan Risiko Bencana di “Kampoeng PRB”

Suasana "Kampoeng PRB" yang digelar dalam rangka AMCDRR ke-5 di halaman Hotel Royal Ambarukmo, akhir Oktober silam

PSB / Sigit

Page 4: Layang PRB Edisi 5 2012

4INFO JOGJA & JATENG Edisi 2012Oktober-November

LAYANG PRB

IMDFF-DR Kuswiyanto menjelaskan, mekanisme IMDFF-DR menampilkan kreasi perancang busana Lulu Lutfi Labibi YOGYAKARTA – Aneka produk para pelaku usaha dibentuk untuk memobilisasi dana internasional guna dan Lia Popperca. Lulu menampilkan kreasi busana terdampak erupsi Gunung Merapi di Sleman, Provinsi DI mendukung upaya Pemerintah Indonesia dalam bertema “Local Modernity” yang diolah dari kain batik karya Yogyakarta ditampilkan secara atraktif lewat pertunjukan menangani bencana di berbagai wilayah. Saat ini, IMDFF- kelompok Batik Lereng Merapi di Desa Umbulharjo, seni dalam Side Event “The 5th Asian Ministerial Conference DR mendapat dukungan dari Pemerintah Selandia Baru. Kecamatan Cangkringan, Sleman, DIY. in Disaster Risk Reduction (AMCDRR)”, Senin (22/10) di Jogja

Acara dilanjutkan dengan pertunjukan seni. Para penari Sedangkan Lia Popperca menampilkan kreasi dompet Expo Center, Yogyakarta. Pertunjukan tersebut laki-laki dan perempuan yang mengenakan pakaian dan tas yang diolah dari karya sulam bermotif flora dan menggambarkan ketangguhan warga Lereng Merapi tradisional dan rias wajah atraktif membuat komposisi fauna dari Kelompok Merapi Crafts di Dusun Kuwang, Desa untuk bangkit dari bencana, sekaligus memperkenalkan gerak untuk menceritakan kisah warga Lereng Merapi. Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, DIY.sektor potensial yang mendapat dukungan dari “The

Pertunjukan seni itu dibagi dalam tiga babak yang Diana Setiawati, National Project Manager IOM selaku Indonesia Multi Donor Fund Facility (IMDFF-DR)”.menggambarkan kondisi warga sebelum bencana, saat koordinator Side Events menjelaskan, produk-produk yang Side Event itu diselenggarakan lembaga pelaksana terjadi bencana, dan kondisi ketika mereka berupaya untuk ditampilkan merupakan karya kelompok usaha terdampak program Merapi dan Mentawai Livelihood Recovery (Joint-bangkit dari bencana dengan dukungan dari pemerintah erupsi Gunung Merapi yang sedang mendapat Programme) IMDFF-DR, yaitu IOM, UNDP, FAO dan ILO dan lembaga internasional. Di akhir pertunjukan, para pendampingan dari Joint-Programme IMDFF-DR. Selain untuk memperkenalkan program pendampingan yang penari membagikan produk seperti bakpia ubi ungu, pendampingan teknis seperti pelatihan sesuai sektor dan sudah dilakukan, sekaligus mempromosikan produk keripik jamur, stik sayuran dan salak kepada penonton komoditas mereka, mereka juga diperkenalkan dengan pelaku usaha yang didampingi.yang berasal dari berbagai negara. upaya peningkatan kualitas dan nilai tambah produk. (RAS)A c a r a d i a w a l i d e n g a n t a l k s h o w u n t u k

Acara dilanjutkan dengan peragaan busana yang memperkenalkan program IMDFF-DR. Ketua Tim Teknis

Produk Warga Merapi Ditampilkan dalam Side Event AMCDRR

Para model menampilkan karya perancang busana Lulu Luthfi Labibi. Rancangan tersebut dibuat dari kain batik karya kelompok “Batik Lereng Merapi” dari Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, DIY.

IOM/Intan

IMDFF-DR, IOM dan LPTP mempersembahkan

Upaya Pemulihan Mata Pencaharian Dan Pengurangan Risiko Bencana Pascaerupsi Gunung Merapi

IOM • OIM

Didukung oleh :

- Warga terdampak erupsi Merapi - Perwakilan Pemerintah - Lembaga Swadaya Masyarakat

Narasumber

Waktu Tayang

Obrolan Angkringan Minggu 11 November & 9 Desember 2012

TVRI Yogyakarta

Radio Sonora 97,4 FM

Talkshow InteraktifSetiap Kamis & SelasaMulai 6 November s/d 11 Desember 2012Jam 18.00 - 19.00 wib.

IOM/SampurKetua Tim Teknis IMDFF-DR Kuswiyanto menyampaikan kata sambutan dalam side events AMCDRR, Senin (22/10) di Jogja Expo Center.

Page 5: Layang PRB Edisi 5 2012

5INFO JOGJA & JATENG

warga di yang tinggal di sekitar aliran sungai Boyong dan yang tinggal di wilayah hulu, pihaknya tidak terkena YOGYAKARTA – Memasuki musim hujan, masyarakat Code di Kota Yogyakarta harus waspada. “Di sungai dampak langsung banjir lahar dingin. Meski begitu, ia dan yang tinggal di sekitar sungai yang berhulu di Gunung tersebut material lahar dingin yang sebenarnya tidak warga desa lain yang terkena dampak erupsi Merapi Merapi diminta waspada. Kemungkinan terjadinya banjir mudah turun menjadi banjir. Namun warga harus tetap merasa ikut bertanggungjawab untuk memantau banjir lahar dingin masih besar karena saat ini sisa material erupsi waspada, karena kalau sampai terjadi banjir, Sungai lahar dingin dan menyampaikan informasinya kepada di Gunung Merapi diperkirakan mencapai 77 juta meter Boyong yang berlanjut ke Sungai Code itu melewati warga di bawah. Dengan begitu, warga bisa menyiapkan kubik.kawasan padat penduduk,” jelasnya. diri menghadapi banjir lahar dingin. “Kami juga selalu Hal itu disampaikan Kepala Balai Penyelidikan dan

Sriyanto, warga Desa Kepuharjo, Kecamatan berusaha ngabari sedulur (memberi kabar kepada saudara-Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Badan Cangkringan, Kabupaten Sleman yang juga mengisi saudara) di bawah,” ujarnya. (RAS)Geologi Yogyakarta Subandriyo, saat berbicara dalam program Obrolan Angkringan menuturkan, sebagai warga pengambilan gambar program “Obrolan Angkringan” di

Stasiun Televisi Republik Indonesia (TVRI) Yogyakarta, Jumat (2/11). Program bertema “Merapi Menyambut Musim Hujan” yang diselenggarakan IOM, LPTP, bersama TVRI Yogyakarta tersebut disiarkan pada Minggu (11/11).

Dalam acara itu, Subandriyo menjelaskan bahwa setiap tahun sisa material erupsi berkurang sekitar 20 persen. Oleh karena itu, kemungkinan terjadinya lahar dingin pada musim hujan masih akan terus ada hingga beberapa tahun mendatang. Adapun besar kecilnya ancaman banjir lahar dingin tergantung pada tingginya curah hujan.

Saat ini, 40 persen volume lahar dingin berada di bagian selatan atau mengarah ke wilayah Yogyakarta. Sedangkan sekitar 30 persen volume lahar dingin lainnya berada di wilayah barat atau mengarah ke Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Meskipun sisa material di wilayah selatan lebih banyak, kemungkinan terjadinya banjir lahar dingin lebih besar di bagian barat karena jenis material sisa erupsi di wilayah barat lebih halus dan sangat mudah terbawa air hujan. Oleh karena itu, warga di Kabupaten Magelang harus meningkatkan kewaspadaan.

Adapun untuk wilayah Yogyakarta, kemungkinan terjadinya banjir lahar dingin lebih kecil karena jenis materialnya merupakan endapan awan panas yang lebih padat dan tidak mudah terbawa aliran air hujan. Namun

Edisi 2012Oktober-November

LAYANG PRB

Musim Hujan, Waspadai Banjir Lahar Dingin

Ia menjelaskan, di tingkat desa ada organisasi perkembangan terkini di puncak Merapi,” terangnya.MAGELANG – Warga Desa Jumoyo, Kecamatan Salam, pengurangan risiko bencana. Organisasi tersebut Pemerintah Desa Jumoyo juga memetakan daerah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah meningkatkan beranggota lebih dari 100 orang. Mereka dilengkapi rawan banjir lahar dingin berkoordinasi dengan Badan kesiapsiagannya dalam menyambut musim penghujan. fasilitas seperti alat komunikasi berupa handy talkie, motor Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Hal itu dilakukan guna menghindari banjir lahar dingin di trail, dan ambulans. Magelang. Menurut Sungkono, hampir seluruh wilayah di desa mereka.

Desa Jumoyo juga memiliki radio komunitas bernama pinggir Kali Putih rawan terkena banjir lahar dingin, mulai Sungkono, Kepala Desa Jumoyo, menuturkan Lahara 101,7 FM. Ketika situasi sedang tenang, radio ini dari Dusun Dowakan (125 rumah), Kenduran (225 rumah), masyarakat di Jumoyo telah mendapat informasi lebih banyak memutar lagu. Namun di saat mulai terjadi Seloiring (215 rumah), dan Gempol (seluruh rumah). “Kami mengenai endapan material sisa erupsi yang siap banjir, radio komunitas ini menjadi media utama bagi menyiapkan leaflet supaya informasi tentang banjir ini meluncur ke bawah dari Balai Penyelidikan dan warga yang ingin mendapatkan informasi tentang Gunung dapat dikomunikasikan. Kami akan selalu mengingatkan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Merapi. “Kami pun bekerja sama dengan BMKG (Badan kepada masyarakat akan bahaya banjir. Kami selalu Yogyakarta. “Ini yang membuat pemerintah desa beserta Metereologi, Klimatologi dan Geofisika), BPPTK mengadakan pertemuan rutin dan penyuluhan kepada relawan bersiap-siap menghadapi musim hujan Yogyakarta, dan Universitas Gadjah Mada terkait masyarakat,” tambahnya. (LBB)2012–2013,” ujarnya, saat ditemui akhir Oktober silam.

Warga Jumoyo Bersiaga Sambut Hujan

IOM / Sampur

Suasana pengambilan gambar program “Obrolan Angkringan” di Stasiun TVRI Yogyakarta, Jum’at (2/11).

Page 6: Layang PRB Edisi 5 2012

Dua Tahun Pascaerupsi : Pelajaran dari Merapi

OPINI 6

Sukiman Mochtar PratomoOleh :

Koordinator Radio Komunitas Lintas Merapi di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah

Bagi warga, dahsyatnya letusan Merapi bukan menjadi mengusulkan untuk direlokasi ke tempat lain yang dinilai Rp 30.000. Jika mereka harus mengungsi selama 45 hari, hal yang perlu ditakutkan, tetapi justru menjadi lebih aman. Namun sampai sekarang mereka belum maka mereka membutuhkan Rp 1,2 juta. Jika Merapi pembelajaran. Yakni bahwa kesiapsiagaan dan mendapat kejelasan mengenai kelanjutan program meletus setiap empat tahun sekali, maka mereka perlu pengurangan risiko bencana tidak bergantung seratus relokasi tersebut. menyisihkan dana Rp 300.000 per tahun, atau Rp 25.000 persen pada program pemerintah, melainkan menjadi per bulan. Jika pemerintah menyediakan makan selama menjadi tanggungjawab pribadi, keluarga, dan kelompok pengungsian, dana yang ditabung itu akan digunakan Kemandirian wargamasyarakat yang hidup di kawasan rawan bencana. untuk membiayai evakuasi ternak. Lain cerita dengan warga di sebelah timur Sungai Woro,

Masyarakat yang enggan meninggalkan bekas Menarik untuk menyimak obrolan warga saat yakni di Desa Sidorejo dan Tegalmulyo Kecamatan kampung halaman bukan berarti tidak tahu sewaktu- cangkrukan (berkumpul). Menurut mereka, saat Merapi Kemalang, Klaten. Erupsi Merapi 2010 mendorong warga waktu Merapi mengancam jiwanya. Tetapi mereka merasa kembali meletus, pemerintah perlu mempertimbangkan membangun kesiapsiagaan secara bergotong royong. bisa hidup nyaman menghadapi ancaman yang bisa pilihan-pilihan berikut : Meraka mendirikan Tim Siaga Desa (TSD) secara mandiri. datang kapan saja tersebut. Warga juga secara mandiri dan sadar mewujudkan

Kenyamanan bagi warga Merapi tentu saja berbeda 1. Menyediakan pakan ternak saat Merapi Waspada, atau makna hidup ‘nyaman’ di sekitar Merapi dengan dengan makna “nyaman” bagi warga di luar Merapi. mengganti ternak yang mati.mengantisipasi dampak bencana di berbagai aspek. Sektor Kenyamanan warga Merapi muncul karena mereka ekonomi, sosial, budaya dan pendidikan, semuanya mempunyai cara sendiri untuk mengantisipasi terjadinya 2. Melayani pengungsi, atau melibatkan masyarakat berorientasi pada kesiapsiagaan mengadapi ancaman erupsi di kemudian hari. Warga mempunyai modal berupa sehingga tidak perlu melayani melainkan hanya erupsi Merapi. Bahkan salah satu Rukun Warga (RW) sudah kebersamaan, gotong-royong serta saling berbagi tugas menyediakan bahan makanan.mempunyai prosedur tetap (Protap) RW. baik sebelum maupun sesudah bencana. Untuk meningkatkan kesiapsiagaan, masing-masing

Sedangkan bagi sebagian warga yang bukan dari 3. Menyediakan fasilitas mandi cuci kakus (MCK) dan air, warga diajak menabung lewat program Tabungan Siaga Merapi, yang dimaksud “nyaman” mungkin adalah atau membangun barak Pengungsian.Bencana yang dikelola oleh masing-masing Rukun meninggalkan kampung halaman untuk menjauhi Merapi. Tetangga (RT). Tabungan itu disimpan di bank secara Akan tetapi jika mau mengikuti pendapat itu, beberapa 4. Membangun kebersamaan dengan masyarakat, atau kolektif. Dana Tabungan Siaga Bencana itu berguna bagi faktor terkait program relokasi untuk pengurangan risiko memilih terjadinya konflik berkepanjangan di lokasi warga yang harus tinggal di pengungsian ketika Merapi bencana justru menimbulkan ketidaknyamanan bagi pengungsian.kembali meletus. sebagian warga. Bagi dua RW di Desa Sidorejo yang berjarak empat

Tidak semua program relokasi itu baik, demikian pula kilometer dari puncak Merapi, tidak mengikuti relokasi sebaliknya, tergantung bagaimana pelaksanakan program bukan berarti tidak melakukan upaya menghindari risiko tersebut. Contohnya terjadi pada warga Desa Balerante, bencana erupsi Merapi. Jika Merapi kembali meletus, Kecamatan Kemalang, Klaten, Jawa Tengah yang terkena mereka sudah merencanakan untuk pindah sementara dampak erupsi Merapi. Dari 165 Kepala Keluarga (KK) yang waktu ke lokasi yang aman dengan membawa ternak serta dianjurkan untuk ikut relokasi, hingga artikel ini ditulis baru harta bendanya. 31 KK yang menyetujui. Keengganan warga untuk Kepindahan sementara itu akan ditopang dana menyetujui program relokasi itu muncul karena mereka Tabungan Siaga Bencana. Mereka sudah menghitung melihat pengalaman warga yang telah mengikuti program perkiraan jumlah uang minimal yang dibutuhkan relokasi. selama mengungsi. Setiap hari, masing-

Warga Balerante yang menyetujui relokasi telah masing individu akan membutuhkan ditempatkan di dekat Balai Desa. Lokasi tersebut masih uang makan sekitar Rp 25.000 – berada di kawasan rawan bencana karena berada di dekat Sungai Woro. Mengutip Radio Lintas Merapi yang menerangkan bahwa awan panas mengalir mengikuti sungai yang berhulu di kawah gunung Merapi, warga pun

Edisi 2012Oktober-November

LAYANG PRB

Doc. Pribadi

Isi dari artikel yang berupa opini dalam Layang PRB ini adalah tanggung jawab penulis dan

tidak mewakili opini lembaga.

Page 7: Layang PRB Edisi 5 2012

7Edisi 2012Oktober-November

LAYANG PRB

Huntap ... (sambungan hlm. 1)

Kawasan rawan bencanaPembangunan 2.170 unit rumah bagi warga

terdampak erupsi Merapi dilakukan di sembilan desa di wilayah Kabupaten Sleman, Provinsi DI Yogyakarta, dan empat desa di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Pembangunan Huntap Merapi ini dilaksanakan di luar Kawasan Rawan Bencana (KRB) III.

KRB III telah ditetapkan sebagai kawasan tidak layak huni. Oleh karena itu warga yang sebelumnya tinggal di KRB III direlokasi ke kawasan lain, baik secara mandiri (membangun Huntap di tanah sendiri) maupun kolektif (Huntap dibangun di lahan yang disediakan pemerintah daerah).

Untuk pembangunan Huntap itu, pemerintah memberikan stimulus senilai Rp 30 juta per unit rumah. Satu unit rumah diberikan kepada satu kepala keluarga. Rumah yang dibangun adalah rumah tipe 36 yang konstruksinya dirancang tahan gempa. Luas lahan untuk setiap rumah 100 meter persegi, ditambah fasilitas umum seluas 50 meter persegi per rumah.

Wijang menjelaskan, konsep uluran pemerintah kepada korban Merapi adalah bantuan. “Jadi itu bukan ganti rugi. Makanya ketika jumlah bantuan pemerintah tidak bisa mengganti keseluruhan harta benda korban yang lenyap karena bencana erupsi, maka itulah batas kemampuan pemerintah,” tandasnya.

Secara terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sleman Urip Bahagia menuturkan, pembangunan perumahan bagi warga terdampak erupsi dan banjir lahar dingin Merapi di Kabupaten Sleman ditargetkan selesai pada akhir 2012. Rumah dikatakan selesai jika sudah memenuhi unsur RM2, yakni rapet (dinding, atap, jendela dan pintu sudah terpasang), murup (listrik menyala) dan mancur (air mengalir). “Semuanya sekarang sedang dalam proses pembangunan,” katanya. (LBB, RAS)

yang saat ini sedang dibangun. “Saya belum tahu rumah itu Ia menuturkan, pembangunan Huntap Dongkelsari jadinya kapan,” tambahnya. direncanakan selesai pada Desember 2012. Selama masa

Jika Purwaningsih memilih kembali ke rumah, Ahmad Kardan pembangunan, warga yang dulu menghuni Huntara itu harus (37) kini mengungsi di bangunan berdinding anyaman bambu pindah. Keputusan untuk pindah sementara waktu itu sudah dan tripleks. Ahmad sekeluarga tinggal di bangunan semi disepakati warga. Mereka pun pindah dari Huntara tanpa bantuan permanen itu bersama sekitar 30 warga lainnya. Ia tak punya biaya dari pihak manapun. pilihan tempat mengungsi lain karena rumahnya di Dusun Jika Ahmad dan 30 warga memilih tinggal di bangunan Srodokan, Desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringan, sudah semipermanen, ada warga lain yang memilih mengontrak rumah, hancur terkena erupsi Merapi. ada pula yang pindah di huntara lain yang tidak berpenghuni.

Bangunan semi permanen yang bersekat-sekat itu disediakan Separuh lebih penghuni huntara mengungsi di rumah famili di pemerintah bagi eks penghuni Huntara Dongkelsari. Huntara di lokasi yang terpencar-pencar.Desa Wukirsari ini juga dibongkar karena dijadikan lokasi Menurut Ahmad, pembangunan Huntap Dongkelsari pembangunan Huntap. terbilang lamban. “Padahal kepastian tempat pembangunan

Ahmad yang pandai merancang rumah adalah salah satu huntap di sini sudah lama, dari sekitar Maret,” paparnya. Ketua Kelompok Pemukim (KP) di Huntap Dongkelsari. Sebagai Meski demikian, ia dan warga yang lain sudah merasa nyaman Ketua KP, ia bertugas memastikan pembangunan sekitar 70 untuk tinggal di lokasi tersebut. “Di sini air melimpah, akses jalan rumah dari total 146 rumah yang sedang dibangun di lokasi juga mudah. Warga senang di sini,” ujarnya datar. (LBB, RAS)tersebut.

Mengungsi ... (sambungan hlm. 1)

Status Lokasi Kategori Jumlah

Selesai Proses Fisik Persiapan

Desa Umbulharjo Tersebar Mandiri 31 31 Huntap Karangkendal Mandiri & TKD 81 81 Huntap Plosokerep TKD 70 35 Desa Kepuharjo Tersebar Mandiri 226 226 Huntap Batur TKD 204 184 10 10 Huntap Pagerjurang TKD 301 301 Desa Wukirsari Tersebar Mandiri 82 82 Huntap Gondang 3 TKD 36 36 Huntap Gondang 2 TKD 89 89 Huntap Dongkelsari TKD 147 147 Desa Glagaharjo Tersebar Mandiri 38 38 Huntap Gading TKD 62 59 3 Huntap Jetis Sumur TKD 81 77 4 Huntap Banjarsari TKD 178 169 9 Desa Argomulyo Tersebar Mandiri 36 31 5 Huntap Kuwang TKD 138 138 Huntap Randusari TKD 122 122 Desa Sindumartani Tersebar Mandiri 49 26 23 Huntap Kuripan TKD 38 38 Desa Bimomartani Mandiri 3 3 Desa Selomartani Mandiri 1 1 Desa Sendang Agung Mandiri 22 22 Jumlah di DI Yogyakarta 2035 1305 317 378 4 Desa di Magelang, Jawa Tengah 135 0 135 0 Jumlah DI Yogyakarta dan Jawa Tengah 2170 1305 452 378

Perkembangan Pembangunan Hunian Tetap Merapi

Sumber: Buletin REKOMPAK edisi Oktober 2012 dan pemutakhiran data hasil wawancara dengan Wijang Wijanarko pada Selasa, 8 November 2012.

*TKD adalah Tanah Kas Desa

Sejumlah warga masih menghuni dan beraktivitas di Huntara Gondang 3 yang sudah dibongkar untuk dijadikan lokasi Huntap.

IOM / Idha

Page 8: Layang PRB Edisi 5 2012

Dompet berbahan kain denim yang dihias dengan pola untuk membantu perekonomian keluarga. Hal itu terjadi Purwaningsih mengatakan, anggota “Merapi Crafts” sulam cantik menarik minat para pengunjung pameran karena dalam satu hari, mereka maksimal hanya bisa yang aktif membuat karya sulam dan assesoris saat ini dalam rangka The 5th Asian Ministerial Conference on Disaster membuat tiga buah dompet berjumlah sekitar 29 orang. Mereka berharap bisa Risk Reduction (AMCDRR), 22 -25 Oktober silam, di halaman Selama ini, selain menunggu pesanan dari UGM, warga mengembangkan usahanya. “Kami ingin usaha ini Hotel Royal Ambarukmo, Yogyakarta. Dompet-dompet juga mengandalkan pemasaran produknya melalui berkembang sehingga hasilnya bisa diandalkan,” tuturnya. cantik itu adalah buah tangan para perempuan dari Desa pameran serta menitipkannya ke Dinas Perdagangan dan (RAS)Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, DI Perindustrian Kabupaten Sleman. Oleh karena itu, mereka Yogyakarya, dalam usahanya untuk bangkit pascaerupsi bercita-cita bisa membuat dompet dan memasarkannya Gunung Merapi 2010. sendiri tanpa tergantung pihak lain.

Para perempuan pembuat dompet sulam itu tergabung Melalui program pendampingan pemulihan mata dalam kelompok “Merapi Crafts”. Mereka membuat dompet pencaharian dan pengurangan risiko bencana yang secara manual. Dompet tersebut dilapisi dengan bahan difasilitasi The Indonesia Multi Donor Fund for Disaster yang empuk sehingga bisa dipakai sebagai wadah telepon Recovery (IMDFF-DR), International Organization for genggam maupun hardisc eksternal. Permukaan dompet itu Migration (IOM) berupaya meningkatkan kapasitas anggota dihiasi dengan guntingan kain perca batik warna alam yang “Merapi Crafts” untuk bisa mengembangkan usahanya. membentuk pola tertentu, seperti Gunung Merapi, rumah, Tujuannya agar mereka bisa mengembangkan berbagai awan, burung-burung, bunga, maupun pepohonan. Pola- variasi produk serta meningkatkan kualitasnya. pola itu dipercantik dengan sentuhan benang sulam. Salah satu upaya mengembangkan produk dilakukan

Purwaningsih (49), Ketua Kelompok “Merapi Crafts” dengan menggandeng perancang busana Lia Popperca menuturkan, usaha pembuatan dompet sulam itu dimulai untuk berkolaborasi dengan anggota “Merapi Crafts”. akhir 2011 silam. “Waktu itu ada program pendampingan Kolaborasi itu menghasilkan aneka jenis tas dan dompet dari Universitas Gadjah Mada, saya dan para perempuan di bernuansa modern, dengan tetap mempertahankan ciri shelter Kuwang diajari membuat dompet yang dihias khas produk “Merapi Crafts”. Hasil kolaborasi itu antara lain dengan sulam,” tuturnya. ditampilkan dalam Side Event AMCDRR akhir Oktober lalu di

Dalam pelatihan itu, mereka diajari jenis-jenis tusuk Gedung Jogja Expo Center. dalam menyulam. Jenis-jenis tusuk itulah yang diterapkan Di sisi pemasaran, selain mempromosikan produk dalam menghias dompet. “Merapi Crafts” melalui pameran, IOM juga berupaya

Usai pelatihan, mereka mendapat pasokan kain untuk menghubungkan kelompok ini dengan pelaku pasar melayani pesanan dompet dari UGM. Masing-masing khususnya di wilayah DI Yogyakarta.anggota “Merapi Crafts” membuat sendiri dompet-dompet itu dari bahan baku hingga menjadi barang jadi. Mereka memotong kain, menjahit, memasang resleting lalu menghiasinya dengan benang sulam. Untuk setiap dompet yang sudah jadi, mereka mendapat upah Rp 5.000.

Seiring waktu, mereka memperbanyak jenis produk yang dibuat. Selain dompet, mereka juga membuat wadah komputer jinjing, tas selempang, maupun tas dari kain blacu dengan hiasan sulam. Mereka juga membuat aneka assesoris dari manik-manik, seperti gelang, kalung, dan bros.

Menurut Purwaningsih, usaha membuat dompet itu bisa mengisi waktu luang para anggotanya. Meski demikian, hasilnya masih terlalu kecil sehingga belum bisa diharapkan

PROFIL

Produksi Layang PRB ini didukung oleh :

NEW ZEALANDMINISTRY OF FOREIGN AFFAIRS & TRADE

ProgrammeAid

NZ

Edisi 2012Oktober-November

LAYANG PRB 8

Sulam Cantik dari Sulam Cantik dari Merapi Crafts

MERAPI CRAFTSwww.merapi-kuwang.com

Salahsatu hasil perpaduan karya dari perajin Merapi Crafts dan designer Lia Popperca.

IOM/Intan

IOM/Intan

IOM/Intan