Laurelin - The Elves and the Shoemaker

4
The Elves and the Shoemaker (Peri dan Pembuat Sepatu) Retold by BookBox (diceritakan kembali oleh BookBox) Although Peter Schumaker worked hard and was kind to everyone in the village, he could never earn enough money making shoes (Meskipun Peter Schumaker bekerja keras dan baik hati kepada setiap orang di desa, dia tidak pernah menghasilkan cukup uang dari membuat sepatu). On this particularly cold and snowy day, all he had left in his workroom was enough leather to make one last pair of shoes (Pada hari yang dingin dan bersalju, semua yang dia tinggalkan di ruang kerjanya adalah kulit yang cukup untuk membuat sepasang sepatu terakhir). That evening, Peter carefully cut up his precious leather and laid it aside for the morning, when he would sew them together (Malam itu, Peter dengan hati- hati menggunting kulit berharganya dan meletakkannya di samping untuk pagi hari, dimana dia akan menjahit mereka bersama-sama). The sun rose the next morning and Peter was ready to start work, but to his great surprise an exquisitely crafted pair of shoes sat on his worktable (Matahari terbit pada esok pagi dan Peter siap untuk mulai bekerja, tetapi ia sangat terkejut melihat sepasang sepatu yang sangat indah berada di

description

story

Transcript of Laurelin - The Elves and the Shoemaker

The Elves and the Shoemaker (Peri dan Pembuat Sepatu)Retold by BookBox (diceritakan kembali oleh BookBox)

Although Peter Schumaker worked hard and was kind to everyone in the village, he could never earn enough money making shoes (Meskipun Peter Schumaker bekerja keras dan baik hati kepada setiap orang di desa, dia tidak pernah menghasilkan cukup uang dari membuat sepatu). On this particularly cold and snowy day, all he had left in his workroom was enough leather to make one last pair of shoes (Pada hari yang dingin dan bersalju, semua yang dia tinggalkan di ruang kerjanya adalah kulit yang cukup untuk membuat sepasang sepatu terakhir).

That evening, Peter carefully cut up his precious leather and laid it aside for the morning, when he would sew them together (Malam itu, Peter dengan hati-hati menggunting kulit berharganya dan meletakkannya di samping untuk pagi hari, dimana dia akan menjahit mereka bersama-sama). The sun rose the next morning and Peter was ready to start work, but to his great surprise an exquisitely crafted pair of shoes sat on his worktable (Matahari terbit pada esok pagi dan Peter siap untuk mulai bekerja, tetapi ia sangat terkejut melihat sepasang sepatu yang sangat indah berada di atas meja kerjanya). “What magic!” said Cecilia, his wife (“Sungguh ajaib!” kata Cecilia, istrinya). They quickly put the shoes in the shop window, for the holiday shopping season had just begun (Mereka segera meletakkan sepatu itu di jendela toko, untuk musim belanja liburan yang telah dimulai).

As luck would have it, the shoes fitted the finicky Mrs. Sniggins perfectly, and she paid a generous sum for the fine fit (Sungguh beruntung, sepatu itu sangat cocok sekali dengan Ny. Sniggins yang sangat rewel, dan dia membayar dengan sangat mahal untuk sepatu itu). With the money, Peter went to buy more leather, enough for two more pairs (Dengan uang itu, Peter pergi membeli lagi kulit, cukup untuk dua pasang sepatu). That evening, he once again set to work cutting his leather, and he left the pieces on the table when he went to bed

(Malam itu, dia sekali lagi menggunting kulit sepatunya, dan dia meninggalkan potongan kulit itu di meja ketika dia pergi tidur). Hoping for a good design, he fell asleep dreaming of shoes (Berharap untuk model yang bagus, dia tertidur dan bermimpi tentang sepatu). When he awoke early the next morning, he again found to finely crafted pairs of shoes before his eyes (Ketika dia terbangun esok paginya, dia menemukan kembali sepasang sepatu yang bagus di depan matanya). Customers bought these up quickly, for they were masterpieces (Pelanggan membeli sepatu itu segera, sepatu itu adalah karya besar).

Now Peter could buy enough leather for four pairs of shoes (Sekarang Peter dapat membeli cukup kulit untuk empat pasang sepatu). This magical business went on for some time, and Schumaker’s name became well-known for the finest shoes in town (Bisnis ajaib ini berjalan terus, dan nama Schumaker menjadi terkenal untuk sepatu terbaik di kota). These days, life was much better for Peter and Cecilia (Hari ini, kehidupan menjadi lebih baik untuk Peter dan Cecilia). One day Cecilia said, “I wonder who has been helping us so much?” (Suatu hari Cecilia berkata, “Saya penasaran siapa yang telah banyak membantu kita?”) Peter announced: “Tonight, we will hide in the workshop and see what goes on there!” (Peter berkata: “Malam ini, kita akan bersembunyi di ruang kerja dan melihat apa yang terjadi di sana!”) And so they did (Dan mereka melakukannya).

At exactly midnight, two tiny elves tiptoed in and began to work, swiftly making the fine shoes (Tepat tengah malam, dua peri kecil berjingkat masuk dan mulai bekerja, membuat sepatu yang baik dengan cepat). They were shabbily dressed and weren’t even wearing shoes themselves (Mereka memakai baju compang-camping dan tidak memakai sepatu mereka sendiri). Before daybreak, they had already dashed off, leaving several pairs of shoes ready for sale that day (Sebelum fajar, mereka menghilang, meninggalkan beberapa pasang sepatu yang siap dijual hari itu).

Peter and Cecilia were grateful to these little elves, and worried about them working so hard in such cold weather (Peter dan Cecilia sangat berterima kasih pada peri-peri kecil ini, dan khawatir kepada mereka yang bekerja sangat keras

dalam cuaca yang dingin). So Peter set to work making two tiny pairs of shoes, and Cecilia stitched two warm sets of clothing for each of them (Jadi Peter membuat dua pasang sepatu kecil, dan Cecilia menjahit dua set baju hangat untuk mereka masing-masing). On Christmas eve, instead of leather pieces, they set the little shoes and clothes out and hid themselves again (Pada malam Natal, sebagai pengganti potongan kulit, mereka meletakkan sepatu dan baju kecil dan bersembunyi lagi). At midnight, the elves popped in and saw the new clothes (Pada tengah malam, peri-peri itu muncul dan melihat baju baru itu). In a flash, they had them on their little bodies! (Dalam sekejap, mereka memakai baju tersebut pada tubuh kecil mereka!). They were so happy that they laughed and chuckled, and danced right out the window, never to be seen again (Mereka sangat senang dan mereka tertawa dan tertawa kecil, dan menari keluar jendela, dan tidak pernah terlihat lagi).

Peter continued making shoes everyday, and he and Cecilia lived a very happy and contented life for many years (Peter tetap membuat sepatu setiap hari, dan dia dan Cecilia hidup sangat bahagia dan hidup berkecukupan untuk beberapa tahun). As did the elves! (Seperti yang dilakukan oleh peri-peri!)