LATAR BELAKANG.docx
-
Upload
triyanuari-puspa-dewi -
Category
Documents
-
view
217 -
download
5
Transcript of LATAR BELAKANG.docx
LATAR BELAKANG
Sebagaimana dijelaskan dalam undang-undang dasar 1945 yaitu “melindungi segenap
bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Dan diperjelas dengan undang-undang No 36 tahun
2009 tentang kesehatan tercantum dengan jelas tujuan pembangunan kesehatan yaitu :
“Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, keamanan, kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal’. Sedangkan
unsur-unsur yang harus bebas dari gangguan kesehatan salah satunya adalah penularan
penyakit demam berdarah (DB) dan demam berdarah dengue (DBD) yang dapat mengurangi
kemampuan hidup sehat.
Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam
akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan
malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat serotype virus dari genus
Flavivirus, family flaviviridae. Demam berdarah ini ditularkan melalui gigitan nyamuk
demam berdarah (Aedes Aegypti dan aedes albopictus) yang kemudian menularkan virus
dengue dan dapat menyebabkan kematian.
Penyakit Demam Berdarah sendiri saat ini masih tinggi angka penderitanya,
sementara itu meski kasus penyakit demam berdarah di bandung pada tahun 2011 mengalami
penurunan tetapi masih tinggi kejadiannya. Menurut Kepala Bidang Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Bandung, dr. Rita Verita, MH.Kes . Pada
tahun 2009, total masyarakat Kota Bandung yang terkena DBD jumlahnya mencapai 6.678
orang dimana 7 diantaranya meninggal dunia, sedang tahun 2010, jumlah warga Kota
Bandung yang terkena DBD sebanyak 3.435 orang. Dari jumlah tersebut 4 diantaranya
meninggal dunia. Sedang di tahun 2011 sampai Mei tercatat 638 orang belum ada laporan
kematian karena DBD (Dinas Kesehatan Kota Bandung).
Dinas Kesehatan Kota Bandung telah melakukan program penanggulangan penyakit
DBD meliputi sosialisasi dan penyuluhan yang dilakukan secara berjenjang. Kader Juru
Pemantau Jentik Nyamuk (Jumantik) juga diaktifkan kembali dan dilakukan penemuan-
penemuan dengan kader. Sementara itu, pencegahan dan penanngkapan rutin dilakukan.
Nyamuk Aedes aegypti adalah faktor utama dari penularan penyakit demam berdarah.
Aedes aegypti lebih berperan dalam penularan penyakit ini, karena hidupnya di dalam dan di
sekitar rumah, sedangkan aedes albopictus di kebun, sehingga lebih jarang kontak dengan
manusia (Yudhastuti, 2005).
Untuk mengurangi efek samping yang ditimbulkan oleh bahan kimia dalam
pemberantasan nyamuk aedes aegypti, maka diperlukan cara lain selain bahan kimia yang
dapat digunakan memberantas nyamuk aedes aegypti yang lebih aman untuk manusia dan
lingkungan. Pemanfaatan insektisida alami dalam pemberantasan vektor diharapkan mampu
menurunkan kasus DBD, diharapkan dengan penggunaan insektisida alami tersebut akan
mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia
dan hewan ternak karena residunya mudah hilang. Salah satu contohnya adalah bunga sukun
(Artocarpus altullis).
Beberapa jenis produk obat nyamuk yang dijumpai di sekitar kita pada dasarnya
memiliki potensii bahaya tertentu. Memang hal itu sudah diminimalisir dengan berbagai
faktor dan batasan tertentu sehingga dapat digunakan pada dosis tertentu. Bahaya ini tentu
saja muncul karena penggunaan bahan kimia yang digunakan sebagai penyusun komposisi
produk akhir tersebut. Risiko bahaya ini dapat diketahui dari dokumen Material Safety Data
Sheet untuk bahan kimia atau produk tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Indonesian Pharmaceutical Watch (IphW), 2001. Lembaga ini menemukan kandungan
senyawa kimia berbahaya bagi kesehatan manusia dalam seluruh obat anti nyamuk yang
beredar dipasaran dalam negeri, baik berupa obat semprot, bakar, maupun cair. Diantaranya
yaitu Diklorocos, propoxuran, dan beberapa jenis pyrethroid berupa d-alletrhtin, transflutrin,
bioallethrin, d-phenothrin, serta esbiothrin (Anonim, 2011).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Eddyman dkk, 2010. Yang berjudul
“Eksplorasi Bunga Sukun sebagai penggangti isi ulang (Refill) Obat Nyamuk Elektrik”. Hasil
penelitian menyebutkan bahwan bunga sukun dapat digunakan sebagai penolak nyamuk,
sekaligus bisa membunuhnya. Setelah dibandingkan dengan obat nyamuk elektrik, temuan ini
lebih efektif dan tahan lama, dan tentunya lebih ekonomis. Hasil lain yang didapat dari
penelitian ini menunjukkan bahwa bunga sukun yang digunakan sebagai penolak nyamuk
lebih ramah lingkungan, karena bahan yang dikandungnya tidak bersifat racun terhadap
manusia. Selain itu produk inovatif ini lebih ekonomis dan bisa terjangkau oleh semua
kalangan, terlebih bagi mereka yang di dekat rumahnya ada pohon sukun (Eddyman, 2010).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
PERBEDAAN OBAT NYAMUK ELEKTRIK BUNGA SUKUN (Artocarpus altillis)
DENGAN OBAT NYAMUK ELEKTRIK KIMIA TERHADAP KEMATIAN NYAMUK
Aedes aegypti.
Analisa :
1. Penjelasan ruang lingkup latar belakang diatas sesuai dengan topik yang dibahas yaitu
menjelaskan mengenai penyebaran kasus penyakit yang diakibatkan nyamuk aedes
aegypti serta penelitian yang dilakukan oleh ahli guna mengurangi populasi nyamuk.
2. Penjelasan tentang pentingnya masalah (justifikasi) berupa fakta dan ukuran dampak
dalam bentuk angka, hasil penelitian orang lain, pengalaman dan tingkat keprihatinan
(unmet need). Dapat juga berupa perbandingan terhadap kelemahan dan kekurangan
teknologi yang telah ada.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Indonesian Pharmaceutical Watch
(IphW), 2001. Lembaga ini menemukan kandungan senyawa kimia berbahaya bagi
kesehatan manusia dalam seluruh obat anti nyamuk yang beredar dipasaran dalam
negeri, baik berupa obat semprot, bakar, maupun cair. Diantaranya yaitu Diklorocos,
propoxuran, dan beberapa jenis pyrethroid berupa d-alletrhtin, transflutrin,
bioallethrin, d-phenothrin, serta esbiothrin (Anonim, 2011).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Eddyman dkk, 2010. Yang berjudul
“Eksplorasi Bunga Sukun sebagai penggangti isi ulang (Refill) Obat Nyamuk
Elektrik”. Hasil penelitian menyebutkan bahwan bunga sukun dapat digunakan
sebagai penolak nyamuk, sekaligus bisa membunuhnya. Setelah dibandingkan dengan
obat nyamuk elektrik, temuan ini lebih efektif dan tahan lama, dan tentunya lebih
ekonomis. Hasil lain yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa bunga
sukun yang digunakan sebagai penolak nyamuk lebih ramah lingkungan, karena
bahan yang dikandungnya tidak bersifat racun terhadap manusia. Selain itu produk
inovatif ini lebih ekonomis dan bisa terjangkau oleh semua kalangan, terlebih bagi
mereka yang di dekat rumahnya ada pohon sukun (Eddyman, 2010).
3. Terdapat teori yang melatarbelakangi masalah yang diteliti, masalah yang diteliti
berupa inovasi terbaru untuk mengurangi populasi nyamuk aedes aegypti yang
merupakan penyebab penyakit DBD. Oleh karena itu, teori yang melatarbelakangi
masalah tersebut berupa jenis nyamuk dan serotype penyebab demam berdarah.
Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit
demam akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang
mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat serotype
virus dari genus Flavivirus, family flaviviridae. Demam berdarah ini ditularkan
melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes Aegypti dan aedes albopictus) yang
kemudian menularkan virus dengue dan dapat menyebabkan kematian.
Nyamuk Aedes aegypti adalah faktor utama dari penularan penyakit demam
berdarah. Aedes aegypti lebih berperan dalam penularan penyakit ini, karena
hidupnya di dalam dan di sekitar rumah, sedangkan aedes albopictus di kebun,
sehingga lebih jarang kontak dengan manusia (Yudhastuti, 2005).
Selain itu untuk mendukung masalah yang akan diteliti penulis menjelaskan
penelitian yang telah dilakukan oleh ahli bahwa obat nyamuk yang beredar di pasaran
dalam negeri terdapat bahan kimia berbahaya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Indonesian Pharmaceutical Watch
(IphW), 2001. Lembaga ini menemukan kandungan senyawa kimia berbahaya bagi
kesehatan manusia dalam seluruh obat anti nyamuk yang beredar dipasaran dalam
negeri, baik berupa obat semprot, bakar, maupun cair. Diantaranya yaitu Diklorocos,
propoxuran, dan beberapa jenis pyrethroid berupa d-alletrhtin, transflutrin,
bioallethrin, d-phenothrin, serta esbiothrin (Anonim, 2011).
4. Terdapat pertanyaan peneliti yang akan dijawab yaitu berupa penelitian melihat
PERBEDAAN OBAT NYAMUK ELEKTRIK BUNGA SUKUN (Artocarpus altillis)
DENGAN OBAT NYAMUK ELEKTRIK KIMIA TERHADAP KEMATIAN NYAMUK
Aedes aegypti.
5. Pernyataan alternatif mengenai pemecahan masalah dan alternatif yang dipilih untuk
memecahkan masalah terdapat didalam latar belakang masalah penelitian ini, dapat
dilihat pada paragraf berikut
Setelah dibandingkan dengan obat nyamuk elektrik, temuan ini lebih efektif
dan tahan lama, dan tentunya lebih ekonomis. Hasil lain yang didapat dari penelitian
ini menunjukkan bahwa bunga sukun yang digunakan sebagai penolak nyamuk lebih
ramah lingkungan, karena bahan yang dikandungnya tidak bersifat racun terhadap
manusia. Selain itu produk inovatif ini lebih ekonomis dan bisa terjangkau oleh
semua kalangan, terlebih bagi mereka yang di dekat rumahnya ada pohon sukun
(Eddyman, 2010).
Pernyataan alternatif tersebut di dapat dari hasil penelitian yang telah
dilakukan ahli.
6. Latar belakang disusun dalam bentuk piramida terbalik dari penjelasan umum ke
penjelasan khusus hal ini dibuktikan dengan pernyataan diawal paragraf yang
menjelaskan Undang-Undang RI dan UU kesehatan mengenai pentingnya menjaga
dan menciptakan lingkungan yang sehat kemudian pada paragraf selanjutnya
dijelaskan faktor yang tidak mendukung pada lingkungan sehat tersebut yaitu
terdapatnya nyamuk penyebab penyakit DBD, pada beberapa paragraf selanjutnya
terdapat penjelasan dari penelitian beberapa ahli yang menyebutkan obat nyamuk
yang biasa digunakan untuk mengurangi populasi penyebab penyakit DBD ternyata
malah mengandung bahan kimia berbahaya yang dapat menyebabkan penyakit lain
muncul, setelah itu diakhir paragraf dijelaskan bahwa terdapat penelitian dengan
inovasi terbaru berupa obat nyamuk yang ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan.
Nama : Triyanuari Puspa Dewi