LATAR BELAKANG.docx

7
LATAR BELAKANG Sebagaimana dijelaskan dalam undang-undang dasar 1945 yaitu “melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Dan diperjelas dengan undang-undang No 36 tahun 2009 tentang kesehatan tercantum dengan jelas tujuan pembangunan kesehatan yaitu : “Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, keamanan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal’. Sedangkan unsur-unsur yang harus bebas dari gangguan kesehatan salah satunya adalah penularan penyakit demam berdarah (DB) dan demam berdarah dengue (DBD) yang dapat mengurangi kemampuan hidup sehat. Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat serotype virus dari genus Flavivirus, family flaviviridae. Demam berdarah ini ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes Aegypti dan aedes albopictus) yang kemudian menularkan virus dengue dan dapat menyebabkan kematian. Penyakit Demam Berdarah sendiri saat ini masih tinggi angka penderitanya, sementara itu meski kasus penyakit demam berdarah di bandung pada tahun 2011 mengalami penurunan tetapi masih tinggi kejadiannya. Menurut Kepala Bidang Pengendalian

Transcript of LATAR BELAKANG.docx

Page 1: LATAR BELAKANG.docx

LATAR BELAKANG

Sebagaimana dijelaskan dalam undang-undang dasar 1945 yaitu “melindungi segenap

bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Dan diperjelas dengan undang-undang No 36 tahun

2009 tentang kesehatan tercantum dengan jelas tujuan pembangunan kesehatan yaitu :

“Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, keamanan, kemampuan

hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal’. Sedangkan

unsur-unsur yang harus bebas dari gangguan kesehatan salah satunya adalah penularan

penyakit demam berdarah (DB) dan demam berdarah dengue (DBD) yang dapat mengurangi

kemampuan hidup sehat.

Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam

akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan

malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat serotype virus dari genus

Flavivirus, family flaviviridae. Demam berdarah ini ditularkan melalui gigitan nyamuk

demam berdarah (Aedes Aegypti dan aedes albopictus) yang kemudian menularkan virus

dengue dan dapat menyebabkan kematian.

Penyakit Demam Berdarah sendiri saat ini masih tinggi angka penderitanya,

sementara itu meski kasus penyakit demam berdarah di bandung pada tahun 2011 mengalami

penurunan tetapi masih tinggi kejadiannya. Menurut Kepala Bidang Pengendalian Penyakit

dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Bandung, dr. Rita Verita, MH.Kes . Pada

tahun 2009, total masyarakat Kota Bandung yang terkena DBD jumlahnya mencapai 6.678

orang dimana 7 diantaranya meninggal dunia, sedang tahun 2010, jumlah warga Kota

Bandung yang terkena DBD sebanyak 3.435 orang. Dari jumlah tersebut 4 diantaranya

meninggal dunia. Sedang di tahun 2011 sampai Mei tercatat 638 orang belum ada laporan

kematian karena DBD (Dinas Kesehatan Kota Bandung).

Dinas Kesehatan Kota Bandung telah melakukan program penanggulangan penyakit

DBD meliputi sosialisasi dan penyuluhan yang dilakukan secara berjenjang. Kader Juru

Pemantau Jentik Nyamuk (Jumantik) juga diaktifkan kembali dan dilakukan penemuan-

penemuan dengan kader. Sementara itu, pencegahan dan penanngkapan rutin dilakukan.

Page 2: LATAR BELAKANG.docx

Nyamuk Aedes aegypti adalah faktor utama dari penularan penyakit demam berdarah.

Aedes aegypti lebih berperan dalam penularan penyakit ini, karena hidupnya di dalam dan di

sekitar rumah, sedangkan aedes albopictus di kebun, sehingga lebih jarang kontak dengan

manusia (Yudhastuti, 2005).

Untuk mengurangi efek samping yang ditimbulkan oleh bahan kimia dalam

pemberantasan nyamuk aedes aegypti, maka diperlukan cara lain selain bahan kimia yang

dapat digunakan memberantas nyamuk aedes aegypti yang lebih aman untuk manusia dan

lingkungan. Pemanfaatan insektisida alami dalam pemberantasan vektor diharapkan mampu

menurunkan kasus DBD, diharapkan dengan penggunaan insektisida alami tersebut akan

mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia

dan hewan ternak karena residunya mudah hilang. Salah satu contohnya adalah bunga sukun

(Artocarpus altullis).

Beberapa jenis produk obat nyamuk yang dijumpai di sekitar kita pada dasarnya

memiliki potensii bahaya tertentu. Memang hal itu sudah diminimalisir dengan berbagai

faktor dan batasan tertentu sehingga dapat digunakan pada dosis tertentu. Bahaya ini tentu

saja muncul karena penggunaan bahan kimia yang digunakan sebagai penyusun komposisi

produk akhir tersebut. Risiko bahaya ini dapat diketahui dari dokumen Material Safety Data

Sheet untuk bahan kimia atau produk tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

Indonesian Pharmaceutical Watch (IphW), 2001. Lembaga ini menemukan kandungan

senyawa kimia berbahaya bagi kesehatan manusia dalam seluruh obat anti nyamuk yang

beredar dipasaran dalam negeri, baik berupa obat semprot, bakar, maupun cair. Diantaranya

yaitu Diklorocos, propoxuran, dan beberapa jenis pyrethroid berupa d-alletrhtin, transflutrin,

bioallethrin, d-phenothrin, serta esbiothrin (Anonim, 2011).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Eddyman dkk, 2010. Yang berjudul

“Eksplorasi Bunga Sukun sebagai penggangti isi ulang (Refill) Obat Nyamuk Elektrik”. Hasil

penelitian menyebutkan bahwan bunga sukun dapat digunakan sebagai penolak nyamuk,

sekaligus bisa membunuhnya. Setelah dibandingkan dengan obat nyamuk elektrik, temuan ini

lebih efektif dan tahan lama, dan tentunya lebih ekonomis. Hasil lain yang didapat dari

penelitian ini menunjukkan bahwa bunga sukun yang digunakan sebagai penolak nyamuk

lebih ramah lingkungan, karena bahan yang dikandungnya tidak bersifat racun terhadap

manusia. Selain itu produk inovatif ini lebih ekonomis dan bisa terjangkau oleh semua

kalangan, terlebih bagi mereka yang di dekat rumahnya ada pohon sukun (Eddyman, 2010).

Page 3: LATAR BELAKANG.docx

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

PERBEDAAN OBAT NYAMUK ELEKTRIK BUNGA SUKUN (Artocarpus altillis)

DENGAN OBAT NYAMUK ELEKTRIK KIMIA TERHADAP KEMATIAN NYAMUK

Aedes aegypti.

Analisa :

1. Penjelasan ruang lingkup latar belakang diatas sesuai dengan topik yang dibahas yaitu

menjelaskan mengenai penyebaran kasus penyakit yang diakibatkan nyamuk aedes

aegypti serta penelitian yang dilakukan oleh ahli guna mengurangi populasi nyamuk.

2. Penjelasan tentang pentingnya masalah (justifikasi) berupa fakta dan ukuran dampak

dalam bentuk angka, hasil penelitian orang lain, pengalaman dan tingkat keprihatinan

(unmet need). Dapat juga berupa perbandingan terhadap kelemahan dan kekurangan

teknologi yang telah ada.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Indonesian Pharmaceutical Watch

(IphW), 2001. Lembaga ini menemukan kandungan senyawa kimia berbahaya bagi

kesehatan manusia dalam seluruh obat anti nyamuk yang beredar dipasaran dalam

negeri, baik berupa obat semprot, bakar, maupun cair. Diantaranya yaitu Diklorocos,

propoxuran, dan beberapa jenis pyrethroid berupa d-alletrhtin, transflutrin,

bioallethrin, d-phenothrin, serta esbiothrin (Anonim, 2011).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Eddyman dkk, 2010. Yang berjudul

“Eksplorasi Bunga Sukun sebagai penggangti isi ulang (Refill) Obat Nyamuk

Elektrik”. Hasil penelitian menyebutkan bahwan bunga sukun dapat digunakan

sebagai penolak nyamuk, sekaligus bisa membunuhnya. Setelah dibandingkan dengan

obat nyamuk elektrik, temuan ini lebih efektif dan tahan lama, dan tentunya lebih

ekonomis. Hasil lain yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa bunga

sukun yang digunakan sebagai penolak nyamuk lebih ramah lingkungan, karena

bahan yang dikandungnya tidak bersifat racun terhadap manusia. Selain itu produk

inovatif ini lebih ekonomis dan bisa terjangkau oleh semua kalangan, terlebih bagi

mereka yang di dekat rumahnya ada pohon sukun (Eddyman, 2010).

3. Terdapat teori yang melatarbelakangi masalah yang diteliti, masalah yang diteliti

berupa inovasi terbaru untuk mengurangi populasi nyamuk aedes aegypti yang

merupakan penyebab penyakit DBD. Oleh karena itu, teori yang melatarbelakangi

masalah tersebut berupa jenis nyamuk dan serotype penyebab demam berdarah.

Page 4: LATAR BELAKANG.docx

Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit

demam akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang

mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat serotype

virus dari genus Flavivirus, family flaviviridae. Demam berdarah ini ditularkan

melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes Aegypti dan aedes albopictus) yang

kemudian menularkan virus dengue dan dapat menyebabkan kematian.

Nyamuk Aedes aegypti adalah faktor utama dari penularan penyakit demam

berdarah. Aedes aegypti lebih berperan dalam penularan penyakit ini, karena

hidupnya di dalam dan di sekitar rumah, sedangkan aedes albopictus di kebun,

sehingga lebih jarang kontak dengan manusia (Yudhastuti, 2005).

Selain itu untuk mendukung masalah yang akan diteliti penulis menjelaskan

penelitian yang telah dilakukan oleh ahli bahwa obat nyamuk yang beredar di pasaran

dalam negeri terdapat bahan kimia berbahaya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Indonesian Pharmaceutical Watch

(IphW), 2001. Lembaga ini menemukan kandungan senyawa kimia berbahaya bagi

kesehatan manusia dalam seluruh obat anti nyamuk yang beredar dipasaran dalam

negeri, baik berupa obat semprot, bakar, maupun cair. Diantaranya yaitu Diklorocos,

propoxuran, dan beberapa jenis pyrethroid berupa d-alletrhtin, transflutrin,

bioallethrin, d-phenothrin, serta esbiothrin (Anonim, 2011).

4. Terdapat pertanyaan peneliti yang akan dijawab yaitu berupa penelitian melihat

PERBEDAAN OBAT NYAMUK ELEKTRIK BUNGA SUKUN (Artocarpus altillis)

DENGAN OBAT NYAMUK ELEKTRIK KIMIA TERHADAP KEMATIAN NYAMUK

Aedes aegypti.

5. Pernyataan alternatif mengenai pemecahan masalah dan alternatif yang dipilih untuk

memecahkan masalah terdapat didalam latar belakang masalah penelitian ini, dapat

dilihat pada paragraf berikut

Setelah dibandingkan dengan obat nyamuk elektrik, temuan ini lebih efektif

dan tahan lama, dan tentunya lebih ekonomis. Hasil lain yang didapat dari penelitian

ini menunjukkan bahwa bunga sukun yang digunakan sebagai penolak nyamuk lebih

ramah lingkungan, karena bahan yang dikandungnya tidak bersifat racun terhadap

manusia. Selain itu produk inovatif ini lebih ekonomis dan bisa terjangkau oleh

Page 5: LATAR BELAKANG.docx

semua kalangan, terlebih bagi mereka yang di dekat rumahnya ada pohon sukun

(Eddyman, 2010).

Pernyataan alternatif tersebut di dapat dari hasil penelitian yang telah

dilakukan ahli.

6. Latar belakang disusun dalam bentuk piramida terbalik dari penjelasan umum ke

penjelasan khusus hal ini dibuktikan dengan pernyataan diawal paragraf yang

menjelaskan Undang-Undang RI dan UU kesehatan mengenai pentingnya menjaga

dan menciptakan lingkungan yang sehat kemudian pada paragraf selanjutnya

dijelaskan faktor yang tidak mendukung pada lingkungan sehat tersebut yaitu

terdapatnya nyamuk penyebab penyakit DBD, pada beberapa paragraf selanjutnya

terdapat penjelasan dari penelitian beberapa ahli yang menyebutkan obat nyamuk

yang biasa digunakan untuk mengurangi populasi penyebab penyakit DBD ternyata

malah mengandung bahan kimia berbahaya yang dapat menyebabkan penyakit lain

muncul, setelah itu diakhir paragraf dijelaskan bahwa terdapat penelitian dengan

inovasi terbaru berupa obat nyamuk yang ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan.

Nama : Triyanuari Puspa Dewi