Latar Belakang UKM Usaha Kecil dan Menengah
description
Transcript of Latar Belakang UKM Usaha Kecil dan Menengah
LATAR BELAKANG
PENGERTIAN USAHA KECIL DAN MENENGAH
Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke
jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri.
Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah:
“Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara
mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah
dari persaingan usaha yang tidak sehat.”
Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut:
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus Juta
Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu Miliar
Rupiah)
3. Milik Warga Negara Indonesia
4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar
5. Berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum,
atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
Di Indonesia, jumlah UKM hingga 2005 mencapai 42,4 juta unit lebih. Pemerintah
Indonesia membina UKM melalui Dinas Koperasi dan UKM, di masing-masing
Provinsi atau Kabupaten/Kota.
PERKEMBANGAN UKM DI DUNIA DAN DI INDONESIA
Tingkat kemampuan UKM Indonesia untuk bersaing di era AFTA 2003, atau lebih
luas lagi di era perdagangan bebas dunia (GATT/WTO, 2010 atau 2020) juga sangat
ditentukan oleh dukungan sepenuhnya dari pemerintah. Dukungan sepenuhnya tidak
berarti pemerintah melakukan intervensi langsung di semua aspek bisnis UKM
besar, melainkan dalam bentuk menciptakan suatu lingkungan berusaha yang
kondusif sehingga UKM mampu melakukan pemberdayaan secara optimal.
1
Pengalaman di banyak negara, termasuk Indonesia, pengaruh kebijakan pemerintah
terhadap pengembangan UKM terjadi lewat dua jalur, yakni jalur tidak langsung
(makro), misalnya lewat kebijakan ekonomi makro (seperti kebijakan fiskal, moneter,
kebijakan investasi, dll.), dan jalur langsung (mikro) yakni lewat kebijakan UKM.
Namun, banyak kasus yang menunjukkan bahwa bagaimanapun bagusnya formulasi
dan implementasi kebijakan UKM, semua ini tidak berarti sama sekali jika kebijakan
ekonomi makro bersifat distorsif.
ALASAN MENGAPA UKM MENJADI PENGGERAK PEREKONOMIAN
Di banyak negara di dunia, pembangunan dan pertumbuhan usaha kecil dan
menengah (UKM) merupakan salah satu motor penggerak yang krusial bagi
pertumbuhan ekonomi. Salah satu karakteristik dari dinamika dan kinerja ekonomi
yang baik dengan laju pertumbuhan yang tinggi di negara-negara Asia Timur dan
Tenggara yang dikenal dengan Newly Industrializing Countries (NICs) seperti Korea
Selatan, Singapura, dan Taiwan adalah kinerja UKM mereka yang sangat efisien,
produktif, dan memiliki tingkat daya saing yang tinggi. UKM di negara-negara
tersebut sangat responsif terhadap kebijakan-kebijakan pemerintahnya dalam
pembangunan sektor swasta dan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang
berorientasi ekspor. Di negara-negara sedang berkembang 32% dari nilai total
ekspor, dan 40% dari nilai output dari sektor industri manufaktur dari negara
tersebut. Di beberapa negara di kawasan Afrika, perkembangan dan pertumbuhan
UKM, termasuk usaha mikro, sekarang diakui sangat penting untuk menaikkan
output agregat dan kesempatan kerja (Tambunan, 2000).
Di Indonesia, dilihat dari jumlah unit usahanya yang sangat banyak yang terdapat di
semua sektor ekonomi dan kontribusinya yang besar terhadap kesempatan kerja dan
pendapatan, khususnya di daerah pedesaan dan bagi keluarga berpendapatan
rendah, tidak dapat diingkari betapa pentingnya UKM. Selain itu, selama ini
kelompok usaha tersebut juga berperan sebagai suatu motor penggerak bagi
pembangunan ekonomi dan komunitas lokal. Sekarang, UKM memiliki peranan baru
yang lebih penting lagi yakni sebagai salah satu faktor utama pendorong
perkembangan dan pertumbuhan ekspor non-migas dan sebagai industri pendukung
yang membuat komponen-komponen dan spare parts untuk industri besar (IB) lewat
keterkaitan produksi misalnya dalam bentuk subcontracting. Bukti di NICs
menunjukkan bahwa bukan hanya industri besar (IB) saja, tetapi UKM juga bisa
2
berperan penting di dalam pertumbuhan ekspor dan bisa bersaing di pasar domestik
terhadap barang-barang impor maupun di pasar global.
Jadi, di masa mendatang, dengan semakin mengglobalnya perekonomian dunia dan
di era perdagangan bebas nanti, UKM di Indonesia juga sangat diharapkan dapat
menjadi salah satu pemain penting sebagai pencipta pasar di dalam maupun di luar
negeri dan sebagai salah satu sumber penting bagi surplus neraca perdagangan dan
jasa atau neraca pembayaran (balance of payment). Namun, untuk melaksanakan
peranan ini, UKM Indonesia harus membebani diri, yakni meningkatkan daya saing
globalnya.
Secara keseluruhan, di semua sektor ekonomi, jumlah UKM sangat banyak dan terus
bertambah, walau pada masa krisis ekonomi, cukup banyak pengusaha kecil dan
menengah di beberapa sektor yang terpaksa menghentikan kegiatan bisnis mereka
karena berbagai masalah, seperti harga bahan baku impor mahal akibat depresiasi
nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, permintaan pasar menurun akibat nilai riil
pendapatan masyarakat menurun, dan akibat mahalnya biaya investasi karena
tingginya suku bunga pinjaman. Jumlah UKM jauh lebih banyak daripada jumlah
usaha besar (UB), dan mereka, khususnya usaha kecil (UK), termasuk usaha mikro,
terdapat di mana-mana, di daerah perkotaan maupun pedesaan.
UKM di Indonesia sangat penting terutama dalam hal kesempatan kerja.
Argumentasi ini didasarkan pada fakta empiris yang menunjukkan bahwa kelompok
usaha ini mengerjakan lebih banyak orang dibandingkan UB. Mereka diharapkan
bisa tetap menciptakan banyak kesempatan kerja baru lewat pendirian usaha-usaha
baru dan lewat perluasan akses ke pasar-pasar baru termasuk ekspor.
TOKOH-TOKOH YANG BERKONTRIBUSI DALAM BIDANG UKM
Hendy Setiono, Pendiri Kebab Baba Rafi
Ditulis oleh MAM / Kamis, 23 Oktober 2008 10:58 (dikutip dengan penyesuaian)
Sukses bisnis kebab yang dikonsep dengan sistem waralaba dan manajemen yang
solid, membuat Hendy Setiono mendapatkan berbagai award, baik dari dalam
maupun luar negeri. Di antaranya, ISMBEA (Indonesian Small Medium Business
Entrepreneur Award) 2006 oleh menteri Koperasi dan UKM, ASIA’s Best
3
Entrepreneur Under 25 oleh majalah Business Week International 2006. Untuk
meraih award tersebut, dia bersaing dengan 20 kandidat pengusaha lain dari
berbagai negara di Asia. Ia juga mendapatkan penghargaan Citra Pengusaha
Berprestasi Indonesia Abad Ke-21 yang dianugerahkan Profesi Indonesia. Kemudian,
penghargaan Enterprise 50 dari majalah SWA untuk 50 perusahaan yang
berkembang dalam setahun terakhir. Di penghujung 2006, majalah Tempo
menobatkan Hendy menjadi salah seorang di antara sepuluh tokoh pilihan yang
mengubah Indonesia.
DESKRIPSI SINGKAT TENTANG BISNIS KEBAB
Hendy menggeluti bidang usaha makanan cepat saji ala Timur Tengah yang
menggunakan sistem Franchise (Waralaba) dalam operasionalnya.
Sebagai seorang entrepreneur, Hendy membawa bendera management PT. Baba Rafi
Indonesia yang memiliki beberapa bisnis unggulan antara lain: usaha Franchise
dengan brand “Kebab Turki Baba Rafi” (sekarang sudah memiliki lebih dari 375
outlet di Indonesia) dan “Roti Maryam Aba-Abi” (sekarang sudah memiliki 30 outlet
yang tersebar di Pulau Jawa dan Bali). Dan dalam waktu dekat akan me-launching
Franchise dengan brand “Piramizza” yang sekarang masih dikelola secara mandiri
dan sudah beroperasi sebanyak 5 (lima) gerai outlet di Surabaya, dengan total omzet
yang diperoleh setiap tahunnya adalah kurang lebih 15,8 Miliyar.
Investasi awal yang dibutuhkan untuk Franchise Kebab Turki Baba Rafi sangat
terjangkau jika diperhitungkan dengan kemudahan dan keuntungan yang akan
diperoleh oleh Franchise (orang yang membeli hak waralaba) selama 5 tahun masa
kerja sama, dari Rp 55.000.000 hingga Rp 105.000.000. Sampai saat ini, Baba Rafi
memiliki 173 orang tenaga kerja yang bergabung dengan PT. Baba Rafi Indonesia.
Karyawan terdiri atas SDM-SDM yang mempunyai beragam talenta dan kreativitas
yang tinggi. *
Kisah Sukses Klenger Burger
29 October 2008 (dikutip dengan penyesuaian)
Burger ternyata memiliki pasar tersendiri di Indonesia, khususnya pangsa pasar
kaum muda. Nah, untuk mengetahui bagaimana perkembangan dan prospektif bisnis
ini, tabloid LeZAT mengulasnya lengkap pada Edisi Khusus 02, terbit 28 Oktober
2008. Salah satunya, mengulas Kisah Sukses Klenger Burger.
4
MAKANAN yang berbau kebarat-baratan seperti burger atau orang sering
menyebutnya sebagai hamburger, kini sudah bukan makanan mewah lagi di Jakarta
dan kota-kota besar lainnya. Di Jakarta misalnya, hampir di setiap sudut pusat-pusat
perbelanjaan dan perkantoran bisa kita temui outlet-outlet yang menjual Burger,
makanan yang identik dengan prestise dan gaya hidup anak-anak muda jaman
sekarang.
Menyebut nama burger, pasti sebagian besar warga ibu kota Jakarta sudah tidak
asing dengan nama Klenger Burger, salah satu pionir makanan fast food di Jakarta.
Klenger Burger terkenal di kalangan anak-anak muda karena selain memiliki cita
rasa yang sangat Indonesia, juga namanya yang unik dan mudah diingat.
Berawal dari usaha mendirikan sebuah restoran Sunda, pemilik dan pendiri Klenger
Burger yakni sepasang suami istri, Velly Kristanti (34) dan Gatut Cahyadi (34),
akhirnya banting setir dan membuka outlet burger pada bulan Februari 2006.
Dengan pertimbangan bahwa memasak makanan tradisional Sunda memerlukan
waktu yang cukup lama dan kurang praktis, sehingga Velly dan Gatut akhirnya
memutuskan untuk membuka usaha fast food. Dan pilihannya jatuh pada burger,
makanan cepat saji yang cukup praktis, enak, mengenyangkan, serta menjadi bagian
dari gaya hidup anak-anak muda jaman sekarang.
Dengan modal seadanya sisa usaha restoran Sunda, akhirnya dibukalah sebuah
outlet kecil Klenger Burger yang menempati lahan bekas usaha restonya.
PERSAINGAN SEHAT
Seiring dengan berjalannya waktu, Klenger Burger semakin berkembang sehingga
yang semula hanya sebuah outlet kecil yang menempati lahan bekas restoran Sunda,
dalam kurun waktu satu tahun saja langsung berkembang hingga 38 outlet.
Ternyata, kesuksesan Klenger Burger diikuti oleh pengusaha makanan yang lain
dengan ramai-ramai membuka outlet burger, sehingga semakin banyak brand-brand
baru burger.
Bahkan, banyak yang mencoba meniru logo Klenger Burger hingga memasang foto
Klenger Burger. Namun, Velly justru merasa tidak tersaingi sedikit pun, karena ia
merasa persaingan yang sehat justru akan semakin meningkatkan kualitas
burgernya.
Di tengah persaingan usaha burger yang semakin ramai, Klenger Burger semakin
melebarkan sayapnya hingga kini telah memiliki 55 outlet yang tersebar di wilayah
Jabodetabek, Bandung, Bali, Surabaya, dan Malang. Bahkan sampai akhir tahun ini,
masih akan ada beberapa cabang baru lagi di beberapa kota besar di Indonesia.
5
MILIKI KEUNGGULAN
Nama Klenger Burger memang mudah sekali mendapat tempat di hati para penikmat
burger. Karena selain mengandalkan cita rasa burger-nya yang sangat Indonesia dari
segi bumbunya, juga nama Klenger sendiri sangat mudah diingat orang. Klenger
sendiri diambil dari Bahasa Jawa, yang artinya makan sampai kenyang tapi tetap
bikin orang ketagihan untuk mencobanya lagi. Dengan filosofi itulah akhirnya nama
Klenger Burger dipatenkan menjadi brand burger miliknya.
Keistimewaan Klenger Burger terletak pada daging dan rotinya yang empuk, serta
bumbunya yang disesuikan dengan lidah orang Indonesia. Velly dan Gatut telah
meracik bumbu burger yang sangat khas melalui riset yang cukup lama. Selain itu,
porsinya pun cukup membuat orang yang makan sampai merasa klenger karena
kenyang.
Selain varian menunya yang bervariasi, dari sisi harganya pun sangat terjangkau,
yakni berkisar antara Rp 7.000 hingga Rp 20.000. Tersedia juga paket-paket khusus,
misalnya untuk acara-acara di kampus atau di sekolah-sekolah.
Untuk mencari outlet Klenger Burger sendiri tidaklah sulit, karena lokasinya selalu
dekat dengan perumahan, perkantoran, dan tempat-tempat hang out anak-anak
muda.
Untuk tetap bertahan di tengah maraknya bisnis serupa, Klenger Burger terus
melakukan inovasi baik dari segi menu maupun kualitas pelayanannya. Termasuk
menyediakan jasa pesan antar atau delivery order untuk area tertentu,
meningkatkan brand communicationnya dan terus menerus mau melakukan inovasi
produk. Termasuk inovasi untuk menambah varian menu dengan menambah menu
burger dengan varian sea food. Selain menjual burger di outlet-outlet, banyak juga
pesanan untuk acara-acara gathering, atau acara-acara ulang tahun.
MENJAGA KUALITAS
Untuk menjaga kualitas rasanya, maka Klenger Burger menjalin kerjasama dengan
para penyuplai bahan baku. Untuk rotinya, Klenger Burger disuplai oleh King
Burger, yakni brand burger terkenal dari luar sehingga kualitasnya pun tidak kalah
dengan burger dari luar negeri. Sedangkan dagingnya, menggunakan daging
kualitas terbaik di negeri ini. Hebatnya, kapasitas produksi Klenger Burger justru
lebih tinggi dibanding King Burger. Hingga saat ini, Klenger Burger mampu menjual
hingga sekitar 150 ribu burger per bulan. Besar kecilnya angka penjualan di setiap
outlet memang tidaklah sama, tergantung tempatnya juga. Seperti di Salemba dan
6
Bogor yang outletnya buka hingga 24 jam, tentu saja angka penjualannya lebih tinggi
dibanding outlet yang lain.
POLA KEMITRAAN
Untuk mengembangkan usaha burgernya, Velly dan Gatut memilih untuk bermitra
dengan pengusaha lain. Dengan mengadopsi sistem dari luar, akhirnya dipilihlah
cara franchise. Selain untuk lebih mengembangkan Klenger Burger, hal itu dipilih
sebagai alternatif mengatasi keterbatasan modal.
Persyaratan untuk menjadi franchise Klenger Burger sendiri juga tidak terlalu sulit.
Dengan modal sekitar Rp 200 juta, calon franchise sudah akan mendapat paket
franchise selama 5 tahun, lengkap dengan peralatannya dan training karyawan.
Selain itu, calon franchise harus merasa yakin dalam menjalani bisnisnya, karena itu
sangat berpengaruh terhadap perkembangan usahanya ke depan.
Hingga saat ini telah banyak permintaan dari calon frachise yang datang dari luar
Jawa. Sehingga para penggemar burger yang berada di luar Jawa pun masih bisa
menikmati kelezatan Klenger Burger, yang merupakan burgernya Indonesia. *
Zainur, Puluhan Tahun Hidup dari Bisnis Hewan Menjijikkan
Senin, 09 Agustus 2010 16:42
Tak pernah terlintas dalam benak Zainur, warga Lugosobo, Kabupaten Purworejo
bahwa dirinya akan menggantungkan hidup dari usaha yang dilakoninya sekarang.
Usaha yang digeluti memang tergolong tidak lazim, yakni bisnis jual beli hewan
menjijikkan.
Kendatipun dia tidak bekecil hati. Justru dia merasa bangga karena tanpa harus
menggantungkan lapangan pekerjaan yang tersedia, dia justru mampu Mandiri
menciptakan pekerjaan. Bukan hanya untuk dirinya, tapi beberapa karyawannya
yang menggantungkan hidup dari usahanya itu.
Tidak sengaja. Itulah respon awal dia soal asal mula dia menggeluti usaha itu.
Awalnya tahun 1988 tanpa sengaja dia mendapatkan peluang pasar untuk hewan-
hewan menjijikkan. Antara lain katak, tokek, ular, dan belut.
7
"Awalnya saya mencari sendiri kemudian saya jual. Kok lama-lama prospeknya bagus
sampai saya kewalahan memenuhi pesanan. Akhirnya saya menjadi pengepul. Itung-
itung berbagi rezeki dengan orang lain," katanya.
Bukan tanpa risiko dia menjalankan bisnis tersebut. Baginya yang terasa cukup
menyakitkan adalah cibiran sejumlah orang, termasuk pemuka agama yang
menegaskan bahwa pekerjaan yang dia lakoni itu termasuk pekerjaan haram. "Saya
sampai harus pindah tempat usaha beberapa kali karena cibiran ini," katanya.
Tapi mungkin itulah bagian dari kendala usaha yang dihadapi. Dia berkeyakinan
sejauh dia tidak memakannya, maka apa yang dia lakukan itu sah-sah saja. Toh dia
merasa rezeki yang dihasilkan bukan lantaran dia mencuri, merampok, atau tindakan
kriminal lainnya. Tapi lewat proses jual beli.
Hewan-hewan yang menjijikkan itu dia peroleh dari warga yang menangkapnya dari
sawah atau kebun. Setelah terkumpul dia menjualnya ke bakul langganannya.
Biasanya diambil setiap hari.
Untuk ular bakul langganannya berasal dari Surabaya. Ular ini diekspor ke luar
negeri untuk lauk di sana. Beberapa ada yang digunakan untuk obat. "Harganya
berkisar Rp 11.000 hingga Rp 25.000 per kilogram," katanya.
Demikian juga tokek dijual ke Surabaya. Hewan menjijikkan ini juga diekspor untuk
keperluan bahan baku obat dan sebagian makanan oleh orang-orang di Thailand.
"Harga per ekornya Rp 1.250," katanya.
Untuk katak biasanya dia mengolah dulu dengan cara dikuliti. Daging katak hijau itu
setiap harinya diambil bakul langganannya dari Semarang dan Solo. "Sehari bisa
setor 1.000 ekor. Harganya Rp 26.000 per kilogramnya," ujarnya menambahkan
daging katak juga diekspor ke luar negeri.
Satu-satunya hewan yang lazim dikonsumsi banyak orang dan dijual Zainur adalah
belut. Awal musim hujan lalu pasokan dari para pencari belut sangat banyak. Setelah
terkumpul biasanya dia menjualnya ke Yogyakarta dan ke Magelang. Dalam sehari
bisa menjual hingga setengah kwintal.
8
Belut ini digunakan sebagai bahan baku kripik yang banyak dijual di warung-warung.
Ada juga yang membeli untuk pengobatan penyakit. "Harganya 11.000 per kilogram
kalau pasokan banyak. Kalau terbatas ya bisa melambung hingga Rp 23.000 per
kilogram," katanya.
Terkesan sepele usaha yang dilakoni Zainur ini. Tapi jangan cepat-cepat apriori.
Tahukan Anda bahwa omset bulanan yang diperoleh bisa mencapai Rp 30 juta. Luar
biasa bukan? (*/SM/Nur Kholiq)
Astawa, Berhasil dengan Ukiran Khas Bali
Kamis, 05 Agustus 2010 10:30
Produk kerajinan ukir khas Bali, yang dikerjakan perajin Bali tetap prospektif untuk
digeluti. Bahkan selain didominasi pembeli lokal, permintaan ukiran juga datang dari
pembeli asing. Tak tanggung-tanggung omzet per bulannya mencapai puluhan juta
rupiah.
Meski membutuhkan skill khusus, tak menutup kemungkinan siapa saja bisa
menggeluti bisnis ini, asalkan ada kemauan belajar pasti bisa dikerjakan. Dari
penuturan Astawa, salah satu pemilik bengkel kerajinan ukir di kawasan Jalan Gatot
Subroto, bisnis ukir adalah bisnis yang mengutamakan keterampilan.
Makin bagus kualitas ukiran akan makin dicari pelanggan. "Siapa saja bisa mengukir
asalkan tekun dalam waktu tiga bulan sudah bisa," kata dia baru-baru ini.
Astawa mengaku, permintaan memang didominasi pelanggan lokal, tapi beberapa
kali pernah mengerjakan pesanan dari warga asing untuk dikirim ke luar negeri. Ia
mengaku, saat ini pesanan cukup banyak, bahkan dalam sebulan bisa mengerjakan
10 hingga 15 pesanan yang sebagian besar berasal dari penduduk sekitar dan
beberapa dari pengelola hotel dan vila.
Meski tergolong usaha kecil, keuntungan yang didapat lumayan besar. Ia mengaku,
nilai untuk setiap pesanan bisa mencapai jutaan rupiah, sehingga dalam sebulan
mampu meraih omzet hingga puluhan juta rupiah.
9
Seperti halnya untuk satu pengerjaan bale Bali saka enam, ia mengaku menarik
bayaran hingga Rp 60 juta, sudah termasuk bahan baku dan ongkos pengerjaan.
Untuk menyelesaikan satu bangunan bale Bali, Astawa menghabiskan waktu
maksimal 2 hingga 3 bulan.
Selain bale Bali, ukiran yang juga banyak dicari adalah jenis ukiran kerawangan
(ventilasi ukir), ring-ring, incut adegan, pintu, dan daun jendela ukir. Dengan harga
berkisar antara Rp 100.000 hingga Rp 6-jutaan. (*/Bisnis Bali)
Mintarya Sonjat, Sukses dengan Jamur Merang
Kamis, 05 Agustus 2010 09:24
Mintarya Sonjat, pendiri usaha jamur Solagracia, tak pernah membayangkan jika
dirinya bakal menjadi pengusaha jamur sukses seperti sekarang.
Semula pria kelahiran Cianjur, Jawa Barat, ini hanya iseng membudidayakan bibit
jamur merang di sekeliling rumahnya. Tanpa dinyana, hasilnya bagus. Produk
jamurnya disukai para tetangga dan lingkungan sekitar rumah. Karena makin banyak
yang suka, Mintarya bertekad untuk memproduksi jamur lebih banyak. Terlebih,
anggota keluarganya juga menyukai masakan dari bahan baku jamur. Dengan modal
sekitar Rp1 juta yang didapat dari pinjaman salah seorang temannya, dia pun
memulai usaha jamur.
Uang tersebut digunakan untuk membuat tempat pengolahan jamur berukuran 1x2
meter di rumahnya. “Karena saya yakin usaha jamur ini bagus, saya mantap
menggunakan uang pinjaman untuk modal awal usaha,” ungkap Mintarya.
Berbekal pinjaman Rp1 juta, Mintarya dengan tekun memulai usaha. Dia
memutuskan untuk serius menekuni budi daya jamur pada 2002. Fokusnya adalah
budi daya jamur merang. “Saya memilih jamur merang karena produksinya lebih
gampang,” kata lelaki yang juga berprofesi sebagai pendeta ini.
Di tahun 2007 Mintarya memutuskan mencari kredit lunak untuk pengembangan
usaha. Keputusan ini diambil dua tahun sejak dirinya ditawari oleh bank untuk
mengajukan kredit. Sebelumnya Mintarya cenderung takut meminjam dana dari
bank.
10
Untuk mencapai produksi hingga 50 kg per hari, Mintarya meluaskan tempat
produksi jamurnya menjadi ukuran 6x12 meter sehingga dia mampu membukukan
omzet antara Rp20–30 juta per bulan. Kini usahanya kian maju, aset usaha jamur
milik Mintarya telah tembus ke angka ratusan juta rupiah. Menariknya, Mintarya
mempelajari semuanya secara autodidak. Mintarya kerap membaca literatur soal
jamur di toko-toko buku untuk mengetahui selukbeluk pembudidayaannya.
Dia pun tak segan melancong ke luar daerah untuk belajar lebih dalam tentang budi
daya jamur dari petani lain agar pengetahuannya bertambah. Usahanya untuk terus
belajar dan menimba ilmu dari banyak petani jamur lain terbukti membuahkan hasil.
Mintarya bahkan sukses membudidayakan jamur di wilayah Cianjur yang sebenarnya
kurang cocok untuk budi daya jamur karena letaknya di daratan rendah. “Banyak
orang yang mengatakan tidak akan jadi kalau memproduksi jamur di suhu yang tidak
cocok. Namun,karena saya penasaran dan mencoba, akhirnya berhasil juga. Terbukti
saya bisa memproduksi hingga sekarang,” ujarnya.
Menurutnya, usaha budi daya jamur sangat menguntungkan. Selain menghasilkan
produk bernilai ekonomi tinggi, bahan baku usaha ini mudah didapat. Serbuk gergaji
yang menjadi bahan baku produksi mudah diperoleh lantaran sebagian orang
menganggap serbuk gergaji adalah limbah. Menurut ayah dari seorang putra ini,
faktor lokasi atau kendala lainnya bukan menjadi sebuah alasan untuk tidak memulai
usaha budi daya jamur. Asal tahu ilmunya dan belajar tentang perkembangan
teknologi pertanian mutakhir, hambatan apa pun bisa dilalui.
Terbukti, Mintarya yang mengembangkan usaha di dataran rendah tetap mampu
menghasilkan produk jamur yang kualitasnya setara dengan produk-produk jamur
dari dataran tinggi. Produk jamur usaha Mintarya dengan nama Solagracia, yang
berarti “karena anugerah”, telah menyebar ke banyak daerah seperti Lembang,
Ciledug, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Lelaki tamatan SLTA ini mengaku senang
karena usahanya berkembang.
Dia semakin bersyukur, Solagracia mampu mewujudkan cita-citanya untuk turut
memajukan masyarakat sekitar. “Banyak masyarakat di sini yang ikut bekerja kepada
kami. Kami harap, setelah mereka mendapatkan ilmu, nantinya bisa membuat usaha
sendiri agar mereka mampu Mandiri,” tutur Mintarya. (*/SI/Ricky Susan)
11
SUMBER REFERENSI / DAFTAR PUSTAKA
Tambunan, Tulus. 2002. Peranan UKM bagi Perekonomian Indonesia dan
Prospeknya. Manajemen Usahawan Indonesia no. 07 th. XXXI: 3-15.
http://id.wikipedia.org/wiki/Usaha_Kecil_dan_Menengah
http://www.wartaekonomi.co.id
http://arrohman.blogspot.com/2008/10/kisah-sukses-klenger-burger.html
http://ciputraentrepreneurship.com
12