Latar Belakang Keadilan Bagi Rakyat
description
Transcript of Latar Belakang Keadilan Bagi Rakyat
PETINGNYA HUBUNGAN INTERNSIONAL
Memenuhi Keadilan Dan Kesejahteraan Bagi Rakyatnya
Latar Belakang Keadilan bagi rakyat
Hari-hari ini orang semakin sadar bahwa keadilan merupakan masalah penting dan mendesak
untuk ditangani dalam kehidupan kita bersama, yaitu dalam organisasi masyarakat manusia,
baik kelompok, negara maupun hubungan internasional. Sentimen ini telah lama disuarakan
oleh pemikir keadilan, seperti John Rawls, yang menegaskan bahwa keadilan merupakan
“kebajikan utama dari institusi-institusi sosial”. Rawls mengatakan bahwa sebuah ’teori,
betapapun elegan dan ekonomis, harus ditolak atau diperbaharui jika tidak benar; demikian
juga, hukum dan institusi betapapun efisien dan tersusun dengan sangat baik, harus
dihapuskan atau diperbaharui jika tidak adil’. Maka, keadilan bukanlah salah satu nilai
diantara nilai politik atau filsafat sosial lain seperti demokrasi, nasionalisme, sosialisme,
liberalism. Keadilan, sebaliknya, merupakan landasan penting bagi nilai-nilai itu. Keadilan
harus dijadikan prioritas dan dasar pertimbangan utama dalam proses pengambilan keputusan
oleh orang perorang, kelompok, negara maupun lembaga internasional.
Para pemikir Barat seperti John Locke, Thomas Paine, John Rawls, Ronald Dworkin, Robert
Nozick, Michael Walzer, Karl Marx dan Susan Okin dengan caranya masing-masing telah
mengubah dan memperbaharui ragam tradisi ideologis yang mereka wakili. Kursus yang
mencoba memusatkan perhatian pada pandangan mereka tentang nilai (values) yang
mendasari kehidupan politik, visi mereka tentang “masyarakat yang baik” (good society) dan
pertanyaan tentang apa prinsip keadilan (principles of justice), bagaimana mengembangkaan
distribusi kekayaan (distribution of resources) yang adil, serta berbagai konsep penting yang
lain seperti hak (rights), persamaan (equality), kebebasan (liberty), diharapkan dapat
memperkaya wacana dan pemahaman tentang berbagai masalah keadilan yang berkembang
dalam masyarakat kita dewasa ini. Kajian secara secara lebih saksama terhadap isu-isu
tersebut perlu dilakukan di Indonesia.
Masalah keadilan jelas juga telah menjadi pertanyaan yang sangat penting di Indonesia.
Meskipun Pancasila sebagai dasar negara mengandung nilai keadilan, banyak pandangan
menyebutkan bahwa keadilan merupakan sila Pancasila yang paling sial. Persoalan
pokoknya, seperti dikatakan seorang pengamat Pancasila mungkin ’belum memiliki definisi
Silvia Nur Amalina XI IPA 3
yang jelas secara konseptual maupun operasional mengenai cita-cita, tujuan, serta cara atau
mekanisme untuk mewujudkan cita-cita atau tujuan yang diinginkan’. Salah satu sebabnya,
diyakini, bersumber dari kenyataan bahwa Pancasila tidak sanggup menunjukkan hakikat
dasar dari sesuatu (what is) melainkan lebih sanggup menunjukkan apa yang bukan menjadi
hakikatnya (what is not). Menurut pandangan ini, sebagai sebuah wawasan politik, Pancasila
dianggap terlalu normatif dan ini menjelaskan kenapa Pancasila tidak menjangkau persoalan
ekonomi dan sosial yang kongkrit, seperti kemiskinan dan keadilan sosial, dan karena itu,
secara metodologis, Pancasila juga dianggap lemah dibandingkan ideologi semacam
Marxisme, Sosialisme, Liberalisme atau bahkan ekonomi Islam. Konsep keadilan Pancasila
perlu diperiksa dan dikembangkan secara saksama terutama karena banyak indikasi
menunjukkan berbagai bentuk ketidakadilan dan tingkat kesenjangan ekonomi yang semakin
meningkat di Indonesia dan juga dalam konteks hubungan antar bangsa dengan implikasi-
implikasi yang sangat serius terhadap keamanan, stabilitas, kohesi sosial dan secara umum
kelangsungan hidup manusia di masa depan.
http://psp.ugm.ac.id/kks/
Hubungan Internasional dalam Memenuhi keadilan dan Kesejahteraan bagi Rakyatnya
Hubungan Internasional dilakukan berdasarkan kewajiban bangsa Indonesia untuk turut
membangun Dunia Baru sesuai dengan Pancasila. Di samping itu Hubungan Internasional
dilakukan untuk menjamin dan memajukan kepentingan nasional Indonesia, termasuk untuk
memperkuat Daya Tangkal Bangsa yang telah diuraikan sebelumnya. Kondisi internasional
yang paling sesuai dengan kepentingan nasional Indonesia adalah yang sesuai dengan
Pembukaan UUD 1945, yaitu keadaan dunia yang sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan dengan diliputi ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial. Inilah kondisi internasional yang ingin diwujudkan bangsa
Indonesia berdasarkan Pancasila.
Untuk mewujudkan itu bukan hal mudah karena berhadapan dengan mereka yang
mempunyai kepentingan yang sangat berbeda, khususnya menjalankan neo-kolonialisme dan
neo-imperialisme serta menegakkan hegemoni atas umat manusia.
Silvia Nur Amalina XI IPA 3
Pertama, kenegarawanan berdasarkan KBK berkepentingan untuk mengadakan pembaruan
dalam susunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang masih terus saja menjadi alat bagi
bangsa-bangsa yang menang Perang Dunia 2 dan mengabaikan perubahan besar yang terjadi
atas dunia setelah berakhirnya penjajahan bagi banyak bangsa di Asia, Afrika dan Amerika
Latin. Sekalipun pembaruan PBB penuh rintangan, namun harus terus kita usahakan.
Selain itu harus dipelihara hubungan internasional dengan tetangga kita yang bergabung
dalam ASEAN. Kondisi ASEAN yang baik akan mendukung usaha kita membangun
Pancasila sebagai kenyataan di Indonesia dan mencegah terjadinya berbagai ancaman .
Juga perlu memelihara hubungan yang baik dengan semua negara yang sedang berkembang
untuk bersama-sama mengusahakan perbaikan hidup dan mengatasi segala pertentangan
dengan negara-negara maju dan kaya.
Indonesia perlu memelihara hubungan yang erat dengan bangsa-bangsa yang mayoritas
penduduknya beragama Islam dalam organisasi OKI. Di samping memajukan umat Islam
pada umumnya juga diusahakan agar radikalisme di lingkungan Islam yang hakikatnya
merugikan umat Islam, dapat ditiadakan.
Kita turut serta dalam usaha mengembangkan persatuan bangsa-bangsa di Asia Timur karena
selain penting bagi perdamaian dunia juga bermanfaat bagi perkembangan ekonomi
Indonesia, khususnya dengan China, Jepang dan Korea.
Hubungan yang paling penting dan paling sukar bagi Indonesia adalah dengan Amerika
Serikat. Sebab banyak hal dari AS tidak sesuai dengan pokok-pokok Keindonesiaan, seperti
individualisme dan liberalisme. Selain itu pelaksanaan politik luar negeri AS yang agressif di
Irak dan Afghanistan kita tolak. Meskipun begitu Indonesia tidak dapat meremehkan apalagi
menolak hubungan dengan satu-satunya adikuasa. Juga sebagai kekuatan ekonomi dan
teknolog utama di dunia AS harus senantiasa kita dekati dengan arif bijaksana. Sebab itu
merupakan hubungan luar negeri kita yang paling sukar.
Semua usaha Hubungan Internasional dan kerjasama dengan bangsa lain sangat dipengaruhi
kekuatan dan kewibawaan yang dapat dipancarkan Indonesia, baik dalam aspek
kesejahteraan maupun aspek keamanan. Indonesia yang kurang kuat dan kurang berwibawa
sebaliknya akan menjadi mangsa dari bangsa lain yang masih terus mengejar kepentingannya
Silvia Nur Amalina XI IPA 3
sendiri. Sebab dalam kenyataan Globalisasi masih sangat dikuasai hukum rimba, yaitu siapa
yang kuat dialah yang hidup (the survival of the fittest0).
Pesoalan Pokok
Sudah diuraikan secara singkat berbagai aspek yang bersangkutan dengan Kepemimpinan
Berwawasan Kebangsaan. Yang menjadi Persoalan Pokok dalam mewujudkan itu adalah
menemukan atau timbulnya orang atau orang-orang yang tepat dan sanggup serta mampu
melakukannya. Ini satu usaha yang tidak mudah. Memang selalu ada orang yang rumangsa
bisa , tapi dalam kenyataan jauh dari bisa. Sedangkan orang yang sebetulnya mampu tidak
dapat timbul karena berbagai hal.
Namun demikian rasanya dinamika Alam di Indonesia sejak akhir abad ke 20, dengan segala
penderitaan, kehancuran dan kematian yang tidak sedikit, cenderung mengarah ke perubahan
besar di Bumi Indonesia . Dalam hal itu bangsa Indonesia tidak lepas dari kemurahan Tuhan
Yang Maha Esa yang semoga memberikan ridhoNya agar segala yang kita perjuangkan
menjadi kenyataan.
http://sayidiman.suryohadiprojo.com/?p=1248
Hubungan Internasional yang berdasarkan konsep
PEACE DAN JUSTICE
Sekarang ini, kita dalam posisi yang sulit dalam pemikiran bahwa keadilan adalah sesuatu
yang vital, tetapi tidak menjadi suatu kepastian bagaimana membuang keadilan dari
ketidakadilan dalam karakter kita, institusi atau aksi, atau dalam dunia secara global.
Masalah dalam ketidakpastian fundamental ini telah meninspirasikan refleksi para filsuf
tentang keadilan, sama seperti topik lainnya. Apa yang dimaksud dengan keadilan secara
pasti, dan apakah keadilan menuntut setiap individu dan masyarakat, ada di antara
pertanyaan-pertanyaan filosofis yang paling tua dan paling diperdebatkan. Dapat
digambarkan bahwa keadilan sebagai sebuah bentuk properti manusia. Sumber keadilan yang
dipikirkan mungkin ditujukan untuk menjadi harmoni, tanggapan tentang Tuhan, hukum
alam, atau kreativitas manusia, atau hal itu mungkin dipikirkan dengan tujuan untuk menjadi
sesuatu yang subordinatif kepada sebuah etika standar yang lebih terpusat.
Keadilan dalam politik merupakan konsep yang banyak diperdebatkan. Perdebatan terkenal
Silvia Nur Amalina XI IPA 3
dari kemunculan konsep ini adalah perbedaan pendapat dari dua orang filsuf terkenal yaitu
Rawls dan Nozick. Yang diperdebatkan adalah mengenai masalah yang sering muncul
tentang pengertian keadilan. Pertama Rawls menulis A Theory of Justice (1971) kemudian
Nozick menulis Anarchies, State and Utopia (1974). Dalam bukunya, Rawls menganalisis
pembentukan masyarakat sebagai salah satu bentuk dari keadilan dari kerjasama sosial.
Dalam analisisnya, keadilan menurut Rawls memiliki dua dasar yang diutamakan yang
pertama menjadi prioritas yang kedua. Dasar yang pertama adalah semua orang mempunyai
hak dalam keadilan dan yang kedua adalah hak-hak keadilan dalam sosial dan ekonomi akan
diatur oleh negara, agar semuanya mendapatkan keadilan yang sesuai. Pandangan ini
kemudian dinamakan Keadilan Distributif. Prinsipnya adalah memberikan keadilan pada
seseorang sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat dan kemampuan yang dimilikinya.
Pandangan inilah yang membuat Nozick mengecam pendapat Rawls. Menurut Nozick, hak-
hak dalam masyarakat tidak dapat dipisahkan karena masyarakat pasti akan selalu
berinteraksi. Tidak seharusnya hak-hak warga negara dipisah dan dibedakan. Semuanya harus
memiliki hak yang sama. Sedangkan di sisi lain, negara sebagai penentu keadilan terkesan
membatasi warganya untuk dapat mengeksplorasi dirinya sebagai akibat dari pembatasan hak
sesuai kedudukannya.
Pandangan Rawls dan Nozick memiliki perbedaan. Dalam melihat kedudukan individu,
Rawls menginginkan bahwa keadilan didistribusikan agar tidak terjadi ketimpangan sosial
sedangkan Nozick menilai keadilan tersebut secara individualistik dan bahwa manusia
seharusnya diberi kebebasan dalam keadilan tersebut. Menurut Nozick, yang paling utama
adalah hak-hak individu. Di sinilah Nozick lebih mengutamakan pandangannya akan hak
individu di mana ketika negara ikut campur ke dalamnya, maka hak-hak individu itu akan
berkurang.
Dalam hubungan internasional, keadilan sangat dibutuhkan disegala bidang. hubungan
internasional yang berhubungan dengan setiap individu yang ada. Seluruh dunia
menggunakan justice atau keadilan sebagai salah satu upaya dalam menciptakan keamanan
dan ketertiban dunia. Dari sini, dapat diambil contoh dari setiap permasalahan internasional
yang terjadi sekarang ini. Tak ada lagi yang disebut dengan keadilan dan kedamaian. Di
Darfur, Sudan, telah terjadi kekerasan yang telah merenggut banyak nyawa yang tidak
bersalah. Darfur yang kini menjadi tempat paling horor dan paling berbahaya di dunia itu
tidak lagi layak menjadi tempat hidup dan tumbuh berkembangnya suatu peradaban. Konflik
Silvia Nur Amalina XI IPA 3
intern yang sedang di hadapi Sudan sudah dapat dijadikan bukti bahwa di masa modern ini,
masih saja banyak individu yang bersikap layaknya manusia primitif yang tidak lagi
memikirkan apa risiko dan akibat yang akan diderita dari apa yang mereka lakukan.
http://vanmanuel.wordpress.com/2009/06/18/buat-anak-baru-hahahaha-lumayan-lah/
Contoh peranan penting Hubungan Internasional dalam memenuhi keadilan dan
kesejahteraan bagi rakyat di negara Indonesia, sebagai berikut. Artikel ini diambil dari
pembicaraan Presiden SBY ketika membuka Musyawarah Perencanaan Pembangunan
Nasional tahun 2007 di Bidakara Jakarta, Kamis (3/5) pagi, mengingatkan kembali para
pemimpin daerah tentang harapan rakyat dan tantangan pemerintah. Jakarta : Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono, hari Kamis (3/5) pagi membuka Musrenbangnas (Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Nasional) tahun 2007, di Bidakara Jakarta. Pada sambutannya,
Presiden menyegarkan kembali para pemimpin daerah mengenai pokok pengarahan yang
disampaikan pada tanggal 25 Oktober 2004 di Istana Negara, yaitu tentang harapan rakyat
dan tantangan pemerintah.
Presiden Ajak Pimpinan Daerah Untuk Evaluasi dan Introspeksi
“Saya angkat kembali karena masih
relevan. Saya juga angkat kembali
hal penting yang saya sampaikan
tahun lalu ditempat ini, karena juga
masih relevan dan perlu kita lakukan.
Rakyat berharap Indonesia kedepan
segalanya akan baik, masalah
fundamental dapat diatasi. Rakyat
ingin hidup lebih makmur”, kata
Presiden.
Presiden mengingatkan, agenda kita tahun 2004 – 2009 itu, yaitu peace (perdamaian
dan keamanan), justice (keadilan) demokrasi, dan kesejahteraan atau prosperity. Presiden
Silvia Nur Amalina XI IPA 3
minta para pemimpin daerah yang hadir untuk menelaah apakah ada kemajuan di bidang
yang disebutkan tadi, juga diharapkan untuk berintrospeksi secara jujur.
“Indonesia yang lebih aman dan damai yang saya tetapkan waktu itu, bahwa NKRI tetap
tegak, integrasi nasional semakin kokoh, kedaulatan negara tegak dalam konteks hubungan
internasional. Keamanan dalam negeri terpelihara, separatisme bersenjata dihentikan, konflik
komunal diakhiri, kejahatan diperangi, termasuk terorisme dan kejahatan transnasional,
harmoni dan integrasi social diperkokoh, toleransi umat beragama diperkuat“, jelas Presiden.
“Tujuan untuk tercapainya Indonesia yang lebih adil dijabarkan Presiden sebagai keadilan
sosial yang diperkuat Bangun ideologi ekonomi. Yang kita kejar bukanlah kapitalisme,
apalagi hanya merujuk pada logika dan teori pasar. Tapi ekonomi yang berkeadilan sosial
yang menjadi ciri khas karakter ekonomi dan pembangunan di negeri kita. Persamaan
kesempatan didorong, diskriminasi dihilangkan, kesetiakawanan sosial diperkuat, bukan
hanya di daerah bencana tetapi dimanapun, harus kuat. Hukum ditegakkan, KKN dan
penyimpangan diberantas, penghormatan pada HAM ditingkatkan”, jelas Presiden lebih
lanjut.
“Tujuan yang keempat, kata Presiden, adalah membangun Indonesia yang lebih sejahtera,
prosperity. Pertumbuhan ekonomi terus didorong, meskipun growth atau pertumbuhan bukan
satu - satunya indikator. Dan pertumbuhan itupun harus disertai dengan pemerataan. Growth
with equity. Insya Allah tahun ini kita mencapai pertumbuhan 6 persen. Maka sesungguhnya,
itu jerih payah kita sejak tahun 1998. Makro ekonomi diperkuat dan tetap stabil,
perkembangannya baik, sektor riil dan dunia usaha didorong. Harus kita pastikan kemajuan
dari segi makro ekonomi mengalir disertai dengan kebangkitan dan pengembangan yang
lebih pesat lagi dari sektor riil dan dunia usaha kita. Pengangguran dan kemiskinan dikurangi,
daya beli rakyat ditingkatkan, infrastruktur dibangun, dan kita akan melaksanakan
pembangunan infrastruktur besar - besaran tahun 2007 - 2008 ke depan. Karena itu, untuk
memenuhi keadilan itu, untuk meningkatkan kesejahteraan, dan itu untuk menggerakkan
ekonomi di seluruh tanah air yang akhirnya untuk kepentingan rakyat kita” , kata Presiden.
“Investasi digalakkan, ekspor ditingkatkan, kualitas hidup masyarakat atau hak dasar
ditingkatkan. Pendidikan dan kesehatan ditingkatkan, lingkungan hidup ditingkatkan
kualitasnya, dan peran perempuan ditingkatkan. Mari kita rasakan, adakah sasaran dibidang
kesejahteraan rakyat itu telah dicapai oleh saudara - saudara di kabupaten, kota, dan provinsi.
Silvia Nur Amalina XI IPA 3
Saudara para pimpinan daerah, di tingkat nasional, para menteri, termasuk saya dan Wakil
Presiden, juga harus melakukan evaluasi dan introspeksi sejauh mana yang telah bisa kita
capai untuk mencapai sasaran - sasaran itu, lanjutnya.
http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2007/05/03/1788.
Membina Perdamaian Dunia
Kebebasan Dipandang Dari Sudut Pandang Hubungan Internasional
Semua manusia di muka bumi ini tidak mungkin bisa hidup sendiri atau bisa mencukupi
kebutuhan hidupnya sendiri, pasti mereka membutuhkan barang atau kebutuhan-kebutuhan
hidup dari buatan orang lain. Dalam lingkup yang sangat kecil, manusia saling berhubungan
atau berinteraksi dan saling melengkapi di lingkungan bertetangga, dalam satu pulau, maupun
dalam kehidupan bernegara terdapat interaksi antara warga negara dengan pemerintah.
Kemudian dalam lingkup yang bisa dikatakan paling besar, yaitu hubungan antar negara, baik
antara pemerintah negara 1 dengan negara yang lain, maupun antar warga negara. Apalagi di
zaman globalisasi sekarang ini, mereka biasanya berhubungan dalam pasar internasional yang
mempengaruhi kebijakan pemerintah dan kekayaan serta kesejahteraan warga negaranya.
Hubungan negara atau warga negara dengan negara atau warga negara lain disebut hubungan
internasional.
Kebebasan merupakan salah satu nilai dasar yang diharapkan bisa ditegakkan dengan baik
dalam suatu negara, baik kebebasan pribadi, kebebasan nasional, maupun kebebasan
internasional. Karena dengan adanya nilai dasar kebebasan dalam hubungan internasional
atau dalam kehidupan masyarakat global diharapkan tidak ada penjajahan atau perampasan
kemerdekaan antar negara, sehingga negara satu dengan negara lain bisa saling menghargai
dan perdamaian dunia dapat terwujud.
Misalnya, dalam kebebasan nasional yaitu kebebasan pemerintah dalam mengatur rakyatnya
atau biasa disebut kedaulatan negara. Setiap negara mempunyai kedaulatan sendiri-sendiri di
dalam negaranya misalnya mengenai kebijakan-kebijakan, pembuatan undang-undang,
subsidi pemerintah, pajak dan lain-lain yang kesemuanya itu tidak bisa dicampuri negara lain
atau dengan kata lain negara lain sama sekali tidak boleh campur tangan mengenai
kedaulatan suatu negara tersebut.
Silvia Nur Amalina XI IPA 3
Kemudian mengenai kebebasan pribadi, contohnya semua warga negara bebas
mengemukakan pendapat, mengeluarkan kekreativitasan, bebas berbudaya dan lain-lain
asalkan tidak melanggar aturan-aturan di negaranya dan kebebasan tersebut merupakan
kebebasan yang bertanggung jawab dan bersifat membangun.
Selanjutnya, yaitu kebebasan dalam lingkup internasional. Contohnya yaitu, setiap orang
menginginkan kebebasan di negaranya sendiri seperti dalam pernyataan “kita tidak dapat
bebas kecuali negara kita bebas juga” hal ini terjadi pada masa penjajahan. Dengan
berakhirnya masa penjajahan maka masyarakat dunia berharap akan tercapainya perdamaian
dunia. Perdamaian menjadikan perubahan internasional yang progresif menjadi mungkin,
yaitu penciptaan suatu dunia yang lebih baik. Pendekatan tersebut pada studi politik dunia
merupakan cirri khas teori-teori kaum liberal HI (Hubungan Internasional) (Claude 1971).
Pendekatan ini bergerak pada asumsi bahwa hubungan internasional dapat dicirikan sebagai
dunia dimana negara-negara bekerjasama satu sama lain untuk memelihara perdamaian dan
kebebasan serta mengejar perubahan progresif.
Jelaslah bahwa kebebasan dapat mewujudkan perdamaian dunia, karena dengan adanya
kebebasan maka tidak ada negara yang terampas kemerdekaanya oleh negara lain, sehingga
menimbulkan peperangan antar negara. Kemudian dengan adanya kebebasan di semua negara
saat ini walaupun belum tercapai secara sempurna (misalnya negara Irak dan Iran), maka
semua negara bisa hidup berdampingan dan saling melengkapi satu sama lain, bahu-
membahu untuk tercapainya perdamaian dunia dan bisa mengejar perubahan progresif.
Apakah perdamaian dunia mungkin tercapai?
sebuah pertanyaan klise yang mengandung kemungkinan-kemungkinan yang berujung pada
entah dan ketidakpastian....namun Dunia kita tidak hanya terdiri dari para penghasut perang,
akan tetapi ada juga yang mempunyai kemauan keras untuk menciptakan dunia yang damai.
Sebagian bekerja sendiri-sendiri, namun banyak yang telah bersatu dan mendirikan organisasi
untuk berdiskusi dan tukar-pikiran mencari jalan mempromosikan perdamaian dunia.
Perbincangan tersebut, dengan kedamaian sebagai tujuan bersama, telah terjadi berkali-kali di
dalam organisasi-organisasi yang berbeda di dunia. Organisasi tersebut telah menanamkan
waktu, uang, dan tenaga yang sangat besar untuk pertemuan dan konferensi untuk
Silvia Nur Amalina XI IPA 3
mempromosikan cinta dan kesatuan di antara bangsa-bangsa. Mereka juga memberikan
penghargaan tahunan untuk meningkatkan kesadaran dan pengakuan kerja keras orang-orang
yang mengusahakan perdamaian dunia sepanjang hidup mereka.
Meskipun kita mengagumi dan memberi tepuk-tangan akan dedikasi orang-orang yang terus
mengejar perdamaian tersebut, sesungguhnya perdamaian dunia yang nyata masih belum
tercapai. Perang dan perselisihan masih terus berlangsung tanpa henti. Perdamaian dunia
yang nyata masih blum terjadi karena kita masih saja gagal memahami penyebabnya di akar
terdalam. Kita masih blum mengerti arti dari perdamaian, di mana dapat ditemukan, dan
bagaimana menanam dan mengembangkannya.
Meskipun umat manusia terdiri dari berbagai penduduk dari bangsa, bahasa, agama,
kebudayaan, tradisi yang berbeda-beda, kita mempunyai persamaan dalam pencarian panjang
akan kebahagiaan nyata dan arti kehidupan yang merupakan aspirasi yang patut dihargai.
Namun apakah itu kedamaian dan kebahagiaan, dan dari mana asalnya? Jika kita tidak tahu
jawaban dari pertanyaan tersebut, bagaimana kita dapat menemukan kedamaian dan
kebahagiaan? Karena kita tidak mengetahuinya, kita terus-menerus mengejar impian tersebut
berdasarkan kebijaksanaan dan wawasan kita. Namun, apabila kebijaksanaan kita masih
belum berkembang seluruhnya, pengejaran kita akan menjadi tidak terarah dan teratur,
menjadikan tujuan perdamaian kita sembarangan. Dengan pengertian yang tidak sempurna
akan tujuan kita, sebaiknya kita mencari air dari batu atau ikan di dalam padang pasir.
Kita harus menyadari bahwa meskipun upaya perdamaian seperti konferensi internasional
antar pemimpin bangsa-bangsa, pemberian penghargaan serta rancangan pembangunan
masyarakat dapat ambil bagian dalam menciptakan dunia yang damai. Perdamaian dunia
hanya akan terjadi ketika setiap orang mengambil bagian dengan mengikuti jejak menuju
perdamaian batin. Setiap pribadi yang melakukan hal tersebut adalah pahlawan sejati yang
pantas menerima penghargaan perdamaian terhormat. Jika kita dapat membuat setiap
pemimpin bangsa di dunia untuk mulai berlatih meditasi sehingga mereka pun mengalami
dan memahami arti kedamaian batin, kita akan dapat mengubah arah dunia ini bergerak
menjadi lebih damai.
jadi jawabannya pasti namun bersyarat>>mungkin saja tercapai asalkan**** ada
kemungkinan juga kemungkinan itu akan lebur dengan sendirinya jikalau ....andai
Silvia Nur Amalina XI IPA 3
saja.....point-point penting pemersatuan tidak bisa di jalankan oleh satu pihak....berbagai
pihak.....banyak pihak....bahkan tak menutup kemungkinan semua pihak lebih
mengedepankan ego dan kepentingan kelomppoknya masing-masing...
seperti halnya Amerika dan Israel yang tega membunuh hanya tuk mendapatkan dan
menguasai sumber minyak dunia..
jadi jikalau kerakusan demi kerakusan masih merajalela.....jangan harap perdamaian dunia
akan tercapai!!!
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080813214822AAxf3Xy
Mewujudkan Perdamaian Dunia, Perlu Ada Gerakan Global
Dunia kini sarat dengan konflik. Setiap kawasan tengah mempertontonkan pertikaian yang
tak berkesudahan. Terakhir, dunia melihat bagaimana agresi militer Israel terhadap Lebanon
dan Palestina telah menodai perdamaian di kawasan itu. Berbagai fasilitas dan bangunan
dihancurkan, korban jiwa pun berjatuhan. Mahalnya sebuah perdamaian ini melahirkan
keprihatinan mendalam berbagai kalangan.
Sebagai bagian dari kontribusi untuk turut menyerukan dan mewujudkan perdamaian dunia,
Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah bekerjasama dengan Multiculture Society, menggelar
World Peace Forum (WPF) yang berlangsung di Jakarta pada 14-16 Agustus 2006. Acara ini
diikuti oleh tokoh lintas agama, lintas kultural, dan politisi dari berbagai negara.
Lalu apa yang sebenarnya diharapkan dari gelaran internasional tersebut? Berikut petikan
wawancara dengan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin: Sebenarnya apa
urgensi dari penyelenggaraan World Peace Forum (WPF) ini, bisa Anda jelaskan?
Kita melihat bahwa kini terjadi sebuah kondisi akan ketiadaan perdamaian atau absence of
peace. Ketiadaan perdamaian ini telah mewujud dalam beragam manifestasinya. Jadi tak
hanya dalam bentuk perang dan konflik, tetapi juga mewujud dalam sebuah kesenjangan,
kelaparan, dan kemiskinan.
Silvia Nur Amalina XI IPA 3
Ketiadaan perdamaian yang terjadi sekarang ini, juga telah dan akan beresonansi terhadap
kehidupan nasional kita. Dalam kehidupan ekonomi, misalnya, konflik Arab-Israel yang telah
diredusir menjadi konflik Israel-Hizbullah, pada akhirnya akan berpengaruh pada harga
minyak dunia.
Konflik ini juga berpengaruh terhadap kehidupan sosial. Bila konflik tersebut terus
berlangsung tanpa ada upaya untuk menghentikan, maka konflik itu akan mendorong
terjadinya radikalisme dalam masyarakat. Pun akan memicu adanya konflik antara kelompok.
Kita harus menetapkan langkah strategis untuk menghentikannya.
Penyelenggaraan WPF ini merupakan salah satu sarana penting untuk menyamakan
pandangan dari berbagai kalangan masyarakat dunia untuk mendorong terwujudnya
perdamaian. Ini layaknya interfaith dialogue yang berupaya untuk menyamakan pandangan
guna mencegah dan meredam konflik agama dan upaya untuk saling memahami
antarpemeluk agama.
Apa sebenarnya akar penyebab ketiadaan perdamaian ini?
Dalam pandangan saya, ketiadaan perdamaian ini disebabkan rusaknya sistem dunia. Sebuah
sistem dunia yang tak lagi melahirkan sebuah rasa saling menghormati. Sebab hanya negara
adi kuasalah yang menguasai dan mengarahkan sistem tersebut. Kita bisa melihat negara adi
kuasa menguasai kekuatan militer dan ekonomi.
Dengan kedua kekuatan inilah kemudian negara adi kuasa berupaya menguasai negara-negara
lainnya. Mereka mendesakkan sistem kapitalisme global. Mereka juga memaksakan
liberalisme baik dalam bidang politik maupun budaya. Di sisi lain, terjadi pula apa yang
dinamakan sebagai kekerasan komunal yang bersumber dari perbedaan etnis dan agama.
Namun, selama ini tampaknya tokoh-tokoh agama telah gagal melakukan tugasnya
membantu mengatasi masalah ini. Bagaimana pendapat Anda?
Ya, memang harus diakui bahwa tokoh-tokoh agama selama ini gagal memainkan perannya
untuk membantu mewujudkan perdamaian. Mestinya mereka dapat menyampaikan pesan dari
ajaran agama yang sarat perdamaian kepada masyarakatnya.
Silvia Nur Amalina XI IPA 3
Tokoh agama memang belum mampu melawan sistem dunia yang telah rusak itu. Mereka
belum mampu melawan kekuasaan ekonomi dan militer negara adi kuasa yang begitu kuat.
Bila telah mampu mengatasinya, kemungkinan mereka akan mampu pula memainkan
perannya dengan baik.
Meski demikian, kita memang mesti terus berharap agar agama dan tokoh agama kemudian
memainkan peran penting untuk mencegah terjadinya konflik di tengah masyarakat. Agama
dan tokoh agama diharapkan mampu berkontribusi dalam mewujudkan perdamaian, sebab
ajaran agama mengajarkan kedamaian.
Apakah Anda yakin melalui WPF yang merupakan bagian dari gerakan moral ini,
perdamaian kemudian akan segera terwujud?
Kita memiliki keyakinan bahwa perdamaian di dalam masyarakat baik nasional maupun
dunia dapat terwujud. Upaya ini merupakan bagian untuk mengetuk hati nurani semua pihak
agar mereka sadar akan pentingnya sebuah perdamaian.
Semua pihak memang dituntut berperan aktif dalam mengupayakan terwujudnya perdamaian
tersebut. Di dalam negeri, misalnya, perdamaian tak hanya tugas dari pemerintah untuk
mewujudkannya, tetapi juga masyarakat.
Di sisi lain, pemerintah juga harus memiliki kesadaran akan pentingnya perdamaian.
Misalnya, pemerintah harus mampu menjalankan pemerintahannya dengan efektif. Karena,
tidak efektifnya pemerintah, akan memicu munculnya konflik dan ketiadaan perdamaian.
Dengan demikian, kami berharap akan ada sebuah gerakan global yang menyerukan
perdamaian, sehingga lambat laun perdamaian baik di tingkat nasional maupun internasional
dapat terwujud. Tak ada lagi konflik yang berkepanjangan di tengah masyarakat.
http://www.cmm.or.id/cmm-ind_more.php?id=A2634030M
Silvia Nur Amalina XI IPA 3
Pidato SBY: Indonesia Aktif Jaga Perdamaian Dunia
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan, Indonesia tidak memiliki negara yang
dianggap sebagai musuh, dan sebaliknya tidak ada negara yang memusuhi Indonesia.
“Indonesia saat ini menghadapi lingkungan
strategis baru yang unik. Untuk pertama
kalinya tidak ada negara yang kita anggap
musuh, dan tidak ada negara yang memusuhi
Indonesia,” kata Presiden pada Pidato
Kenegaraan di depan Rapat Paripurna DPR
RI, di Gedung MPR/DPR, Jakarta, Jumat.
Menurut Presiden, Indonesia akan terus
berkontribusi dalam menciptakan tatanan
dunia yang aman, adil dan sejahtera dengan
menjalankan diplomasi bebas aktif secara total dan konsekuen. “Peran, tanggung jawab dan
kontribusi Indonesia di dunia internasional, merupakan amanah UUD 1945, bahwa Indonesia
harus turut aktif dalam melaksanakan ketertiban dan perdamaian dunia,” katanya.
Kepala Negara menjelaskan, Indonesia akan terus berkontribusi dalam menciptakan tatanan
dunia yang aman, adil dan sejahtera dengan terus membangun hubungan luar negeri atas
dasar kemandirian, kesetaraan dan saling menguntungkan. “Kita akan senantiasa aktif
menjaga perdamaian dunia yang masih terus dirundung konflik yang berkepanjangan,” kata
Presiden.
Indonesia tetap konsisten mendorong reformasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),
termasuk Dewan Keamanan PBB, dan mereformasi lembaga keuangan dunia agar lebih
mencerminkan realitas perubahan kekuatan ekonomi dunia.
Dijelaskan Presiden, peran Indonesia terus membantu perjuangan bangsa Palestina untuk
mewujudkan cita-citanya menjadi negara yang merdeka, berdaulat dan utuh. Selain itu,
Indonesia juga akan tetap berjuang menciptakan dunia yang lebih sejahtera. “Keanggotaan di
ASEAN, G-20, APEC, ASEM, D-8, Organisasi Konferensi Islam (OKI), akan selalu kita
manfaatkan untuk memajukan kerjasama dan kesejahteraan internasional,” ujarnya.
Silvia Nur Amalina XI IPA 3
Presiden Yudhoyono melanjutkan, Indonesia harus berikhtiar agar tidak terlindas oleh roda-
roda globalisasi, namun justru dapat meraih keuntungan dan manfaat darinya. “Ini hal yang
sangat langka dalam sejarah republik. Lingkungan strategis ini memberikan peluang yang
sangat besar bagi diplomasi bebas aktif Indonesia untuk semakin berkibar,” katanya.
Pada kesempatan itu, Presiden Yudhoyono menyatakan, Indonesia harus makin jeli
memandang dunia internasional bukan sebagai momok atau ancaman, namun sebagai
peluang, aset dan bagian dari kekuatan dan keunggulan bangsa. “Negara-negara yang paling
berhasil melakukan transformasi dalam dua atau tiga dasawarsa terakhir, adalah negara-
negara yang paling jeli mengambil keuntungan dari dunia internasional,” ujarnya.(*z/ant)
http://matanews.com/2009/08/14/pidato-sby-indonesia-aktif-jaga-perdamaian-dunia/
Silvia Nur Amalina XI IPA 3