Laser kulit CO2 telah menjadi terapi peremajaan kulit utama sejak dikenalkan pada pertengahan...

7

Click here to load reader

description

Laser kulit CO2 telah menjadi terapi peremajaan kulit utama sejak dikenalkan pada pertengahan

Transcript of Laser kulit CO2 telah menjadi terapi peremajaan kulit utama sejak dikenalkan pada pertengahan...

Page 1: Laser kulit CO2 telah menjadi terapi peremajaan kulit utama sejak dikenalkan pada pertengahan 1990.docx

Laser kulit CO2 telah menjadi terapi peremajaan kulit utama sejak dikenalkan pada pertengahan 1990. Baru2 ini, generasi baru dari fraksional atau laser CO2 mikroablatif telah diperkenalkan kepada masyarakat. Berdasarkan konsep fototermolisis fraksional, laser mengablasi bagain kecil dari arsitektur epidermal dan dermal pada daerah yang diobati. Susunan mikroskpik luka bakar adalah dibuat dengan mengablasi epidermis dan dermis dengan zona sangat tipis; berbatasan untuk daerah ini, epidermis dan dermis dipisahkan. Proses mikroablatif pada laser kulit dilaporkan aman dan efektif, tidak ahanya untuk wajah tetapi juga tempat lain pada tubuh dengan baik. Ini bisa memperbaiki kerutan, bekas luka jerawat dan tipe lain dari bekas luka atropi dan lesi benigna berpiemen dengan elastotik, kerusakan kulit karena matahari. Karena mempertahankan area perlektanepdiermis dan dermis dalam prosedur melakukan fractional potottermolisis, penyembuhan lebih cepat dibandingkan dengan laser kulit resurfacing ablasi penuh dan waktu penurunan secara proporsional dikurangi.

Sebuah seri dari 32 pasien yang ssecara terus menerus menjalani singel laser perbaiakn prosedur dengan laser CO2 mikroablativ. Semua pasien diikuti selama 6 bulan dan ditanya untuk melengkapi kuesioner kepuasan pasien.; 6 bulan setelah operasi di evaluasi fotografik dievaluasi dengan seorang dokter , tidak terlibat dalam pengobatab, juga ditunjukan. Dinilai dan dilaorkan pada skala kuartil. Hasil menunjukan lebih dari 50% perbaikan pada hampir semua pasien dengan penggunaan pengobatan pada keriput, epidermal pigmen, atau elastosis matahari menurun lebih besar berubah untuk lebih baik (75%)

Laser kulit resurfacing CO2 telah menjadi standar emas untuk resurfacing kutan wajah dari kerusakan kuli karena cahaya sejak alat itu dipasarkan ke masyarakat pada tahun 1990. Terdiri dari banayk energi tinggi, denyutan dan gelaombang laser Co2( Ȝ = 10 600 nm)yang terus menerus digunakan pada waktu itu- semua dari yang mana melekata pada prinsip dari pototermolisis selektif, tetapi dengan perbedaan pada karakteristik yang tepat pada energi yang dipancarkan. Meskipun teknologi ini sempurna untuk pengobatan kerutan, bekar jerawat, dan kerusakan matahari dan solar elastosis, ini belum desetujui untuk digunakan pada wajah, alat ini memebutuhkan anestesi effektif; alami, dan waktu penurunan behubungan dengan, pengobatan untuk pengnembalian dan signifikan resiko dari diskromia dan pembentukan bekas luka. Eritema posoperasi yang lama dan hiperpigmentasis ering ditemukan; telat (lebih dari satu tahun pos operatif)jipopigemnetasi juga tidak seperti biasanya. Komplikasi dan efek samping merupakan pertimbangan bagi dokter dalam memilih pasien.

Laser resufasing non ablatif dan sistem kedutan cahaya yang intens telah diperkenalkan pada percobaan untuk mengganti ablative CO2 secara penuh dan erbium; YAG laser resurfasing; menjajikan stimulasi remodeling kolagen dermal dan neokolagenesis dengan tanpa kerusakan epidermal dan hampir tidak membutuhakan peneymbuhan atau downtime. Panjang gelombang yang digunakan adalah yang tampak dan mendekati area imfrared. Kedutan sinar laser hijau (585nm dan 595 nm), the 532 nm potassium titanyl phospate (KTP) laser, cahaya yang berkedut terus menerus (IPL; 550-1200 nm) sistem adatalah peralatan dalam kisaran cahaya tampak. Mendekati sistem panjang gelombang infrared adalah 1064nm Nd; YAG, 1320-nm: YAG, 1450 nm dioda laser, dan 1540 nm erbium—doped laser glas. Semua sistem

Page 2: Laser kulit CO2 telah menjadi terapi peremajaan kulit utama sejak dikenalkan pada pertengahan 1990.docx

menunjukan perubahan mkroskopik pada kolagen dermal. Beebrapa sistem telah menunjukan fakta2 histologi dari neokolagenesis, tetapei semua jatuh singkat dari apa saja lebih dari pebaikan klinik sangat ringan pata penampakan kerusakan akibat cahaya pada kulit. Kadang, ini tidak tampak perbaiakn klinik. Sejak tidak ada kerusakan epidermal, ini tidak beraari dalam mengencangkan kerutan, lax, elastoxic kulit akibat cahaya matahari. Ini merupakan jembatan penghubung pada kulit yang tidak berubah diantara zona mikroskopik yang diobati menhgasilakan penyembuhan yang cepat karean penyembuhan terjadi tidak hanya dari adneksa, tetapi juga dari jembatan kulit yang berdekatan.

Konsep dari fraksional pototermolisis teal didskripsikan oleh maninsten et al in 2004. Fractional photothermolysis thermally merubah hanya bagian keci dari arsitektur epidermal atau dermal meningggalkna drah yang tidak berubah. Ini merupakan jembatan penghubung pada kulit yang tidak berubah diantara zona mikroskopik yang diobati menhgasilakan penyembuhan yang cepat karean penyembuhan terjadi tidak hanya dari adneksa, tetapi juga dari jembatan kulit yang berdekatan.

Laser pertama menggunak konsep FP adalah dalam mendekati sampai pertangahan panjanggelombang infra merah range; semua mempertimbangkan fraksional non ablative pada dasarnya.panjang gelombang yang digunaka 1550nm erbium-doped serat laser, 1540 nm erbium laser glas, 1320 nm Nd; YAG dan 1440 nm Nd; YAG laser. Sistem laser ini masuk ke dalam dermis, dengan sedikt samapi ke sedikit efek ablasi pada epidermis, dan menyebabkan inti kecil pada koagulasi termal mikroskop didalam dermis. Inti dari nekrosis kougulasi dalam dermis mencekung melebihi beberapa hari dan neokuogulagenesis dan remodeling kolagen terjadi. Dengan adanya beberapa gangguan epidermal secara signifikan, suhu, , nonablative fractional resurfacing telah dikerjakan. Keuntungan , nonablative fractional resurfacing dibandingkan dengan ablasi CO2 standar resurfacing adalah lebih cepat penyembuhan minmal downtime, dan sedikit efek samping. Meskipun pasien secara pertemanan menguntungkan, hasil penobatan non ablasi fraksional masih meninggalkan banyak pkeinginan dalm dalam pengobatan rhytides, bekas luka, kerusakan cahaya, dan elastotic kulit karena sinar matahari.

Bundel telah berayun secara bertahap kembali ke balativ resurfacing karena dokter dan pasien mengingankan hasil klinik yang lebih dramatis. Kombinasi dari fractional photothermolysis and CO2 lasers memngembangkan penggunaan teknologi or microablative CO2laser dikemudian hari. Ablative fractional skin resurfacing dengan lasetr CO2 ablasi porsi dari epidermis dan dermis. Itu sukse mengobati kerutan, bekas luka jerawat, dan bentuk lain dari bekas luka, striae, lesi pigmen benigna seperti lentigines, elastosis solar, dan penampakan lain dari penuaan atau kerusakan kulit karena cahaya. Untuk kedepan Fp, itu bisa digunakan pada wajah pada wajah dan seluruh bagian tubuh; seperti leher, daada dan ekstremitas atas dan bawah, bisa diobati dengan ablative fractional resurfacing.

Page 3: Laser kulit CO2 telah menjadi terapi peremajaan kulit utama sejak dikenalkan pada pertengahan 1990.docx

Untuk tambahan, agar mudah digunakan di wajah, ablative technology bisa juga megurangi pengobatan dan downtime sama potensial seperti untuk efek samping dan komplikasi berhubungan dengan tradisional, laser kulit ablasi CO2 penuh resurfacing. Ketika kualitas ablasi dalam pengobatan mendapatkan hasil yang sempurna pada penobatan mengurangi ketidaknyamanan in intra oprasi, sakit ppot oprasi, dan waktu pengobatan dan mengijinkan untuk mengobati wajah dan abgian lain dari tubuh.

METHODS

Sebuah sistem mikroablatif CO2 memeuat 30 W lase CO2 dan sebuah tangan skenimng DOT, tealh dievaluasi untuk pengobatan keriput, bekas jerawat, striae, actinic bronzing dan lesii pigmentasi behubungan dengan elastotik solar, kerusakan kulit karena sinar. Perangkat lunak dari pada laser mengizinkan scaner menyeken multipel kutub yang sangat kecil dari kerusakan termal ablasi ke epidermis dan dermis. Range pilihan yang luas dalam parameter dari laser dan skening software pengatur watt, durasi kedutan dan pitch DOT atau spasi diantar setiap area mikrosko kerusakan suhu membuat laser cakap dalam berbagai hal. Ukuran maksimum titik pada permuakaan kulit adalah 350 mikron dan kekuatan maksimum adalh 30 W. Variasi durasi kedutan diantara 200 dan 2000 μm. Pengguanaan variabel lain meliputi

The maximum spot size on the surface of the skin is 350 microns (μm) and the maximum power is 30 W. The pulse duration varies between 200 and 2000 microseconds (μsec); the DOT pitch or spacing – the distance between the DOTs – varies between 200 and 2000 μm (Figure 2). Other user variables include the “stacking” of pulses and the number of passes over a given treatment area. The level of dermal penetration varies according to the thickness of the skin and the treatment parameters chosen and ranges from superficial to deep dermal. Depending upon the nature of the problem being treated, the microablative CO2 laser can be used in a variety of different ways. In addition to microablative resurfacing, the laser also can be used as a continuous wave, scanned, fully blative CO2 laser and, with a change of hand pieces, the scanner can be removed and cutting or sculpting hand pieces can be used. The latter are particularly useful in the treatment of trophic acne scars.

A series of 32 consecutive patients, ages 33 to 76, seven men and 25 women, with Fitzpatrick skin types 1 to 3 were treated over a 3-month period from January 2008 to April, 2008. Areas treated included the face, neck, trunk and extremities. In facial resurfacing, no spot treatments were performed. If the entire face was not treated, entire cosmetic units were treated. Spot treatments were only used for benign pigment off the face, striae and scars. Exclusion criteria included any history of immunoincompetence or active systemic disease that might interfere with wound healing; any active local or systemic infection; a history of keloid formation, connective tissue disorders, or oral retinoids during the 12 months prior to treatment; a history of topical steroids or topical retinoids during the 3 months prior to treatment; any other laser or cosmetic treatment to the area being treated during the 6 months prior to treatment. Other exclusion criteria were pregnancy and/or lactation, a history of allergy to any medications necessary for treatment, unrealistic expectations or body dysmorphic disorder. Although Fitzpatrick skin types 4 to 6 were not included in this study, it is possible

Page 4: Laser kulit CO2 telah menjadi terapi peremajaan kulit utama sejak dikenalkan pada pertengahan 1990.docx

to treat such patients with strict management of the postoperative course and the patients’ understanding that postinflammatory hyperpigmentation will occur.

A single laser resurfacing treatment was performed. Preoperative photographs were taken immediately prior to treatment and postoperative photographs were taken at 1 week, 2 weeks and 4 weeks, 3 months, and 6 months following treatment. Some patients had punch biopsies taken from the postauricular areas to demonstrate the histologic sequence of healing. Anesthesia varied from topical anesthetics and forced cold air to intravenous sedation and general anesthesia depending upon patient preference and other procedures being simultaneously performed. If topical anesthetic creams were used, they were completely removed prior to treatment and the skin was thoroughly degreased and dried to remove any moisture that could interfere with the ability of the laser to reach the desired target. If the eyelids or periorbital areas were being treated, stainless steel corneal shields were employed; topical tetracaine drops and appropriate lubrication on the inner, concave surface of the corneal shields was also employed.

Depending upon the severity of the problems being addressed by microablative CO2 laser resurfacing (DOT Therapy™), a single or multiple passes – with or without stacking of pulses – was employed. Pulse energies ranged from 10 mJ to 60 mJ per pulse and DOT spacing ranged from 200 microns to 800 microns. Most patients (28 out of 32 [88%]) were treated with topical anesthetics and forced cold air; the topical anesthetic was thoroughly removed and the skin degreased with acetone prior to commencing laser treatment. Four patients were treated under intravenous sedation or general anesthesia either at their request or because they were undergoing other simultaneous procedures that required such anesthetic management.

All patients were given oral antiviral prophylaxis starting the day prior to treatment and extending until the completion of reepithelialization. Oral antibiotics were given during the same time period as well. No oral or topical antifungal agents and no oral steroids were used.

Immediate postoperative care consisted of application of cold compresses, followed by lubrication of the treated skin surface with 1% hydrocortisone ointment in a base of plain white petrolatum. The patients were encouraged to gently wash the treated areas every 3 or 4 hours to prevent desiccation and crusting of the ointment and serum. Patients were seen in follow-up at day 2, day 7, and day 14 and month 1, month 3, and month 6 after the procedure was performed. Following complete reepithelialization, makeup was applied if desired. Sunscreen and sun avoidance was advocated during the first several months postoperatively. An independent physician, not involved in the treatment, evaluated patient photographs. Patients were also given satisfaction questionnaires to fill out at the end of their 6 month follow-up period. Responses of the patients and the independent physician evaluator were graded and reported on a quartile scale: 0 = no improvement; 1= <25% improvement; 2 = 26 – 50% improvement; 3 = 51 – 75% improvement; 4 = 75 – 100% improvement. All patients enrolled in the study completed the 6 month follow-up evaluation.

Page 5: Laser kulit CO2 telah menjadi terapi peremajaan kulit utama sejak dikenalkan pada pertengahan 1990.docx

Normal expected side effects of erythema, edema, oozing, crusting; less common side effects of milia and dyschromia; and complications of infection, and visible scarring were evaluated and graded by the patients and the investigators during and at the completion of the 6-month follow-up period. Overall post-operative results were evaluated and graded only at 6 months postoperatively.