LARVA TIKUS (Cromileptes altiuelisl TINGKAT YANG BERBEDA

11
Hutapea, J.H.; Wardoyo: dan K.M Setiawati PEMBESARAN LARVA KERAPU TIKUS (Cromileptes altiuelisl DENGAN TINGKAT FOTOPERIOD YANG BERBEDA Jhon H. Hutapea'), Wardoyo*)dan Ketut Maha Setiawati') ABSTRAK Perbenihan kerapu tikus, (lromlle.ptt;s oltiltelis belum mencapai tingkat keberhasilan yang rnenruaskan. disebabkan oleh terbatasnya informasi tentang aspek biologi dan lingkungan larva kerapu yang tersedia. Untuk itu perlu dilakukan berbagai penelitian tentang aspek tersebut, seperti pengaruh lama penyinaran terhadap pertumbuhan dan sintasan larva kerapu tikus. Penelitian ini dilaksanakan selama 30 hari (D-1 sampai D-30) dengan tujuan untuk mengetahui pengamh lama penyinaran (fotoperiod) terhadap sintasan dan pertumbuhan larva kerapu tikus. Adapun perlakuan fotoperiod sebagai berikut: 24 jam terang : 0 jam gelap (24 L : 0 D); 18 jam terang:6 jamgelap (18L:6 D)dan 12 jamterang:12 jamgelap (12L:12D). Masing-masing perlakuan diulang tiga kali. Wadah yang digrnakan adalah wadah serat kaca silinder bervolume 1000 liter sebanyak 12 buah. Bagian dalam tanki di cat warna abu-abu. Kepadatan awal larva baru nrenetas adalah 30.000/tank. Pakan alami adalah rotifer (Brtrchiopus rotundiformis) diberikan rnulai D-3 dengan kepadatan 20-30 ind/ml, naupli artemia mulai D-15 dengan kepadatan 1 ind/larva dan meningkat hingga 100 ind/larva sesuai dengan peningkatan kebutuhan larva. Kedua jenis pakan ini diberikan hingga D-30 dengan frekuensi 2-3 kali per hari untuk mempertahankan jumlah pakan dalanr bak pemeliharaan. Rancangan penelitian adalah rancangan acak kelompok. Hasil yang diperoleh berupa sintasan sebesar l,4O;2,97 dan 3,92% serta panjang total larva sebesar 10,11; 11,93 dan 11,58 mnr berturut-turut pada perlakuan 24 L : 0 D; 18 L: 6 D dan t2 L: t2 D. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa fotoperiod berpengaruh terhadap sintasan (P<0,05), namun tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan (P>0,05). AEISTRACT: Lart,o rearing of polhadots grouper (Cromileptee althtelis) u)ith different photoperiocl. By: Jhon. H. Hutapea, Wardqrc ancl Ketut Maha Setianati. T'e.chnobgy on tlp breeding of polharbls groupe.r, Cromileples a,hilnlie is still rutt deuelolnd, becottse tlv limitc.d inlortnution <tn bioktgy rr.ntl enuircn.ntentul aspec.ts of lanxe . To complete the informu.tiott, some exlx:riments mttst. be done, such. cts tlr,e e-ffect of photoperiod on growth und suruitxtl rate. <>f grottlter lcr,rrrcr,e.'l'he exlnrimenl tDes condu,cted for 30 doys (D-l until D-30). The. purposp. of the experitnen.t tuos kt hnou the- effec.t of plntoperiod on suntiual rate and groutth rate, of Txtlhodots grouper lantac,. Photoperiod treutme.nt: 24 Light (L): O Dark (D), lS L: 6 D and I2 L : 12 D. Each trc,alntent ruo.s applie.d in. tltree- replicates and arranged in o.randornized, block rle.sign.. The e,rpe,riment wos corr.du.t:tc.d in l2 ciruilur fiberglass tanhs of 1000 litre eorh. The inner walls of tanhs ute,re. yxdnk:.d grey . Earh tunh uxut stocked roith 30.000 newly hotche.d laruoe.. Ratifer (Brru:hionus rotundiformis) of 20-,90 ind./ml roe.re girnn to D.,? lanne and nauplii of arte.mia at D-lS to D-:10 . Nuntber of ortemia ghvn lpere gradually increased from I to 100 ind./lan,rn occording lo the age uncl size of lanne. The result shouted that the atnsiuol rate were 1.40,2.97 arul 3.92% roith.tokillengthof 10.1i,,11.9:], IL58mmfor24L:0D, 18L:6Dand12L: 12D treulment respe<:tilnly. Stotistical analysis slnttrcd tlwt th.e suntilt,u,l rote of luruoc was offected signifkrrntly lty lilroloperiod (P<0.0{t) bril not tlte grotuth rate (P>O.O!-I). KEYWORDS: Larva rearing, polhaclote grouper, photoperiod. ") Peneliti pada Loka Penelitian Perikanan Pantai Gondol - Bali 24

Transcript of LARVA TIKUS (Cromileptes altiuelisl TINGKAT YANG BERBEDA

Page 1: LARVA TIKUS (Cromileptes altiuelisl TINGKAT YANG BERBEDA

Hutapea, J.H.; Wardoyo: dan K.M Setiawati

PEMBESARAN LARVA KERAPU TIKUS (Cromileptes altiuelislDENGAN TINGKAT FOTOPERIOD YANG BERBEDA

Jhon H. Hutapea'), Wardoyo*)dan Ketut Maha Setiawati')

ABSTRAK

Perbenihan kerapu tikus, (lromlle.ptt;s oltiltelis belum mencapai tingkat keberhasilan yangrnenruaskan. disebabkan oleh terbatasnya informasi tentang aspek biologi dan lingkungan larvakerapu yang tersedia. Untuk itu perlu dilakukan berbagai penelitian tentang aspek tersebut,seperti pengaruh lama penyinaran terhadap pertumbuhan dan sintasan larva kerapu tikus.Penelitian ini dilaksanakan selama 30 hari (D-1 sampai D-30) dengan tujuan untuk mengetahuipengamh lama penyinaran (fotoperiod) terhadap sintasan dan pertumbuhan larva kerapu tikus.Adapun perlakuan fotoperiod sebagai berikut: 24 jam terang : 0 jam gelap (24 L : 0 D); 18 jamterang:6 jamgelap (18L:6 D)dan 12 jamterang:12 jamgelap (12L:12D). Masing-masingperlakuan diulang tiga kali. Wadah yang digrnakan adalah wadah serat kaca silinder bervolume1000 liter sebanyak 12 buah. Bagian dalam tanki di cat warna abu-abu. Kepadatan awal larvabaru nrenetas adalah 30.000/tank. Pakan alami adalah rotifer (Brtrchiopus rotundiformis)diberikan rnulai D-3 dengan kepadatan 20-30 ind/ml, naupli artemia mulai D-15 dengankepadatan 1 ind/larva dan meningkat hingga 100 ind/larva sesuai dengan peningkatan kebutuhanlarva. Kedua jenis pakan ini diberikan hingga D-30 dengan frekuensi 2-3 kali per hari untukmempertahankan jumlah pakan dalanr bak pemeliharaan. Rancangan penelitian adalahrancangan acak kelompok. Hasil yang diperoleh berupa sintasan sebesar l,4O;2,97 dan 3,92%serta panjang total larva sebesar 10,11; 11,93 dan 11,58 mnr berturut-turut pada perlakuan 24L : 0 D; 18 L: 6 D dan t2 L: t2 D. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa fotoperiodberpengaruh terhadap sintasan (P<0,05), namun tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan(P>0,05).

AEISTRACT: Lart,o rearing of polhadots grouper (Cromileptee althtelis) u)ith differentphotoperiocl. By: Jhon. H. Hutapea, Wardqrc ancl Ketut Maha Setianati.

T'e.chnobgy on tlp breeding of polharbls groupe.r, Cromileples a,hilnlie is still rutt deuelolnd,becottse tlv limitc.d inlortnution <tn bioktgy rr.ntl enuircn.ntentul aspec.ts of lanxe . To complete theinformu.tiott, some exlx:riments mttst. be done, such. cts tlr,e e-ffect of photoperiod on growth undsuruitxtl rate. <>f grottlter lcr,rrrcr,e.'l'he exlnrimenl tDes condu,cted for 30 doys (D-l until D-30). The.purposp. of the experitnen.t tuos kt hnou the- effec.t of plntoperiod on suntiual rate and groutth rate,of Txtlhodots grouper lantac,. Photoperiod treutme.nt: 24 Light (L): O Dark (D), lS L: 6 D and I2L : 12 D. Each trc,alntent ruo.s applie.d in. tltree- replicates and arranged in o.randornized, blockrle.sign.. The e,rpe,riment wos corr.du.t:tc.d in l2 ciruilur fiberglass tanhs of 1000 litre eorh. The innerwalls of tanhs ute,re. yxdnk:.d grey . Earh tunh uxut stocked roith 30.000 newly hotche.d laruoe.. Ratifer(Brru:hionus rotundiformis) of 20-,90 ind./ml roe.re girnn to D.,? lanne and nauplii of arte.mia atD-lS to D-:10 . Nuntber of ortemia ghvn lpere gradually increased from I to 100 ind./lan,rnoccording lo the age uncl size of lanne. The result shouted that the atnsiuol rate were 1.40,2.97arul 3.92% roith.tokillengthof 10.1i,,11.9:], IL58mmfor24L:0D, 18L:6Dand12L: 12Dtreulment respe<:tilnly. Stotistical analysis slnttrcd tlwt th.e suntilt,u,l rote of luruoc was offectedsignifkrrntly lty lilroloperiod (P<0.0{t) bril not tlte grotuth rate (P>O.O!-I).

KEYWORDS: Larva rearing, polhaclote grouper, photoperiod.

") Peneliti pada Loka Penelitian Perikanan Pantai Gondol - Bali

24

Page 2: LARVA TIKUS (Cromileptes altiuelisl TINGKAT YANG BERBEDA

PENDAHULUAN

Beberapa jenis ikan kernpu merupakan jenisikan laut yang sernakin digernari oleh rnasya-rakat baik dornestik rruupun internasional antaralain kerapu rnacan (Epinephelus fuscoguttatus),kerapu sunu (PJeclropomus maculatus), kerapulumpur (Epinephelus suillus) serta kerapu tikus(Cromileptes altiuelis). Kebutuhan akan ikankerapu tersebut, selarru ini hanya dapat dipenuhimelalui peningkatan peuangkapan dari alarnsecara bebas. Hal tersebut dapat rnenyebabkanterjadinya tangkap lebih (ouer fishin.g't baik darisegi ukuran maupun jumlah. Untuk mengantisi-pasi kondisi di atas rnaka perlu dilakukan upayabudidaya walaupun ketersediaan benih rnasihmenjadi kendala utarna.

I(entlala dalarn upaya perbenihan herapuadalah terbatasnya irrformasi clasar karena pene-litian mengenai kerapu belum banyak dilakukan.Permasalahan utama dalam pemeliharaan larvakerapu adalah tingginya tingkat kematian padamasa larva, padahal sasaran utama dalam per-benihan adalah meningkatkan sintasan danpertumbuhan larva, namun tingkat kematianyang tinggi sering terjadi pada saat peralihansumber nutrisi dari dalam (endogenous) berupakuning telur (yolA) dan butir minyak (oil globule)ke nutrisi dari luar yang dikenal dengan konsepperiode kritis (May,1974; Hunter, 1976; Imai,1980). Berdasarkan hasil penelitian Aslianti(1996), dengan pencahayaan alami diperolehsintasan larva berkisar antara 0,05-1,9b%.Sintasan larva stadia awal dipengaruhi olehfaktor nutrisi, ukuran makanan, kepadatan dankelengkapan nutrisi pakan dan kondisi perne-liharaan larva termasuk intensitas cahayaoptimal, suhu, salinitas, pH dan oksigen terlarut(Battaglene et al., 1994). Salah satu penyebabtingginya tingkat kematian dalam pemeliharaanawal larva ikan kerapu adalah kegagalan danketerlambatan larva untuk memulai aktivitasmakan dan rendahnya dava pemangsaan larva(Kohno et al.,199O).

Pengaturan cahaya yang tepat sangat pentingdalam pemeliharaan larva kerapu (Susanti el o/.,1993; Tandler & Mason, 1982), khususnyaperiode pencahayaan antara terang dan gelap(Kohno & Duray, f 988) merupakan faktorlingkunga4 hidup yang cocok bagi larva untukmeningkatkan aktivitas makan sehingga akan

Jurnal Perulitian Perihanan In<lonesia Vot.III No.4 Tahun Igg7

berpengaruh terhadap sintasan larva. Selanjut-nya Hunter (1980), menyatakan bahwa larvaikan laut umumnya bersifat "uision feeding"dalam aktivitas pencarian dan pemangsaanpakan. Thorson dalam Nybakken (1988) me-nyatakan bahwa larva juga tanggap terhadapberbagai faktor fisika-kimia seperti cahaya,tekanan dan salinitas. Selanjutnya dikatakanbahwa sebagian besar larva ikan mengapungbebas dan bersifat fototaksis positif pada stadiaawal.

Bertitik tolak pada permasalahan tingginyamortalitas larva kerapu, maka dilakukan pene-litian pengaruh tingkat fotoperiod terhadapsintasan dan pertumbuhan larva kerapu.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di laboratoriumLoka Penelitian Perikanan Pantai Gondol. Baliselama 30 hari. Sebagai hewan uji adalah larvakerapu tikus (C. altiuelis) umur satu hari (D-1)dengan padat tebar awal B0 larva/liter.

Wadah yang digunakan adalah bak serat gelasberbentuk silinder volume 1000 liter sebanyaksembilan buah yang pada awal penebaran diisiair laut sebanyak 700 liter.

Tingkat fotoperiod yang berbeda dijadikansebagai perlakuan yaitu: 24 jam terang : 0 jamgelap (24 L : 0 D); 18 jam terang : 6 jam gelap (18L :6 D) dan 12 jam terang : 12 jam gelap (12 L :

12 D) pada tingkat intensitas cahaya rendah (800lux) dengan menggunakan lampu TL yangdihubungkan dengan pengatur waktu otomatis.Pengukuran intensitas cahaya dilakukan 2-B cmdari atas permukaan air. Masing-masing per-lakuan cliulang tiga kali dengan rancangan per-cobaan adalah rancangan acak kelompok dengansntu perlakuan ditempatkan pada satu ruangan.

Larva umur dua hari dan seterusnya diberiNsnnochloropsis sp.dengan kepadatan 1,0 x 106sel/ml-. Hari ke-3 mulai diberi rotifera (Brachio-nus rotundiformis) sebagai pakan larva dengankepadatan 20-30 ind/ml. Untuk mempertahan-kan kepadatan rotifera dalam bak pemeliharaanlarva, dilakukan penghitungan setiap pagi hari.Mulai hari ke-15, larva diberi pakan naupliartemia dengan jumlah satu naupli/larva/hariuntuk mengetahui apakah larva sudah dapatmakan naupli artemia. Hari berikutnya dihitung

25

Page 3: LARVA TIKUS (Cromileptes altiuelisl TINGKAT YANG BERBEDA

Hutopeo, J.H.; Wardoyo; don K.M. Setbwati

sisa naupli artemia di bak larva, jika ditemukannaupli artemia dalam bak maka tidak perlu di-lakukan penambahan namun jika habis dilaku-kan penambahan sebanyak 5-10 naupliAawalhari. Pada hari ke-30 (D-30) larva tersebut dapatmemakan naupli artemia sebanyak 100 naupli/larva/hari dengan frekuensi pemberian pakan 2- 3kali.

Peubah yang diamati adalah pertumbuhandan sintasan larva. Untuk pengamatan per-tumbuhan yang meliputi panjang total danpanjang standar dilakukan pengambilan larvasecara acak setiap lima hari sekali dimulai dariD-1. Dengan menggunakan mikroskop yang

dilengkapi mikrometer dilakukan pengukuranlarva. Kemudian untuk penghitungan sintasanlarva dilakukan pengambilan contoh secara acakpada malam hari dengan menggunakan pipaberdiameter empat inci dilakukan setiap limahari dan penghitungan seluruh larva pada akhirpenelitian. Pengamatan intensitas cahaya sertakualitas air yang meliputi suhu, pH, salinitasdan oksigen terlarut dilakukan setiap hari.

HA,SIL DAI{ PEMBAHA,SAN

Pengaruh lama penyinaran terhadap sintasanlarva kerapu tikus selama B0 hari pemeliharaandisajikan pada Tabel 1 dan Gambar 1.

Tabel 1. Sintasan Iarva kerapu tikus (C. oltivelie) dengan lama penyinaran berbeda selarna 30 haripemeliharaan.

Toble 1. Suruiual rates of polkadots grouper laruoe (C. oltiuelis) with different lengths of photoperiodduring 30 dnys reoring.

Jumlah larva (Number of larvoe) (ind.) SintasanSurvival rate

(o/olAwal (Initiotl Akhir (Finoll

PerlakuanTreatment

24L: 0D

18L:6D

l2L: L2D

30.000

30.000

30.000

423

894

1.176

1.40',

2.97 ^b

3.92 b

tAngkadalamkolomyangdiikutihurufsuperskripyangi"o,os,1' Values in column with the Bame auperacript indicated not eignificontly different (b0.05)

15t0t5202530Umur larva/Age of larvae (days)

1. Grafik hubungan antara umw dengan sintasan larva kerapu tilus (C. ottivelid pada lamapenyinaran berbeda.Age and surviuol rate relotionship of polhadats grouper lorvac (C. oltivetis) ot differentlengths of photoperiod.

100

^80N0O

860G'

440cfit.a.s.E 20(n

Gambar

Figure 1.

24L:ODl2L: l2D

EE tgL:6D

26

Page 4: LARVA TIKUS (Cromileptes altiuelisl TINGKAT YANG BERBEDA

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwasintasan larva kerapu tikus pada akhir peneliti-an perlakuan fotoperiod 18 L: 6 D tidak berbedadengan perlakuan 24 L : O D dan 12 L : 12 D,sedangkan sintasan pada perlakuan photoperiod24L: O D lebih rendah dibandingkan perlakuan12L: 12 D (P<0,05). Dari hasil ini terlihat bahwaperiode gelap (antara 6- 12 jam) diperlukan untukkehidupan larva.

Battaglene & Talbot (1990), menyatakanbahwa larva ikan Australian bass (Macquarianouentacu.lalo) dengan penurunan intensitascahaya yang dikombinasikan dengan lama perio-de gelap terang yang sama cenderung meningkat-kan sintasan larva serta dapat meningkatkanfungsi gelembung renang (swim bladder in'flant-ion). Umumnya masa kritis pada berbagai jenislarva ikan air laut selalu dihubungkan antarafaktor cahaya, fotoperiod dan salinitas dengantingkat keberhasilan fungsi gelembung renang.Anonymous (1987). mengemukakan bahwa larvaikan kakap mencapai fungsi gelembung renangmaksimum dalam tangki warna gelap denganintensitas cahaya yang rendah. Bahkan umum-nya Australian bass pada stadia awal dipeliharadalam lingkungan pemeliharaan yang gelap.Namun menurut Fernandes (1979) untuk peme-liharaan larva secara intensif banyak digunakanpencahayaan yang terus-menerus. Selanjutnya

Jurnal Penelilian Perihanan Indonesia VoLIII No.4 Tahun Igg7

Fernandes (1979) serta Tandler & Helps dalamBattaglene et al., (1994), menyatakan bahwa pen-cahayaan yang terus-menerus dapat memper-cepat pertumbuhan selama pemeliharaan larvanamun sering juga ditemui tingkat kematianyang tinggi.

Hasil pengauratan pertumbuhan panjang totaldan panjang standar larva disajikan pada Tabel2 dan Garnbar 2. Berdasarkan Gambar 2. foto-period tidak berpengaruh terha dap p erturnbuhanlarva.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwapertumbuhan larva kerapu tikus pada akhirpenelitian pada semua perlakuan fotoperiodtidak berbeda nyata (P>0,05).

Berdasarkan hasil pengamatan, aktivitasgerak larva tetap mengikuti pola fotoperiod alamiyaitu siang aktif dan malam pasif walaupun di-beri cahaya lampu yang kurang terang (lO5-270lux). Hal tersebut juga dialami pada larva Sillaeociliata Cuvier, yaitu pada malam hari menyebarlebih merata pada bak pemeliharaan dancenderung melayang-layang daripada mencarimakanan (Battaglene et a|.,1994).

Hasil pengamatan kualitas air, secara umummasih layak untuk kehidupan larva ikan (Tabel3). Keadaan tersebut dapat dikontrol d.engansistem pergantian air yang teratur.

Tabel 2. Panjang total dan panjang standar larva kerapu tikus (C. altiuelis) dengan lama penyinaranyang berbeda selama 30 hari pemeliharaan.

Table 2. Total and standard lengtlt. of polhadots grouper laruae (C. altiuelis) with differen,t lengths ofphotoperiod during 30 days rearing.

PerlakuanTreutntent Awal (Initial) Akhir (Final)

Panjang larva (Length of laruae) (mm)

PTPSPT PS

24L: 0D

18L: 6D

lZL L2D

2.37

2.37

2.37

2.26

2.26

2.26

10. 1 1"

11.93.

1 1.58"

8.32

9.89

9.73

PT : Pnnjarrg totnl larva (Ttno.l langth tf lonn.e)PS : Parrjung standar larvn (Nrrlorrrrd/stolxlnrd bnglh tf lanne)* Nilai rlnlam kolorrr rliikrrti rk:rrgun lrrtrtrf yang sarna tirlak lxlrberla nvata (P>0,05)

Arv:ra.ges irt, urlumns ruilh tlv sa.ile F,rpersscripl o.re nril xignificanl.ly differetr,t (P>0.05)

27

Page 5: LARVA TIKUS (Cromileptes altiuelisl TINGKAT YANG BERBEDA

24L:0Dt2

?10

-bo U

()

xo

94bo

5r0 ls 20 25 30Umur larva / Age of larvae (days)

Gambar 2. Grafik hubungan antara umur dan panjang total larva kerapu tikus (C. dttiuetis) pada lamapenyinaran berbeda.

Figure 2. Age and total length relationship of polhadots grouper laruae (C. altivetis) at differentlengths of p hotoperiod.

Tabel 3. Nilai rata-rata kualitas air dan intensitas selama 30 hari pemeliharaan larva.Table 3. Mean ualues of water quality and light intensity during B0 days rearing.

Perlakuan Suhu pHTreatment Temperature

fc)

SalinitasSalinity

(ppt)

DO

(ppm)

Int. cahayaLight intensity

(lux)24L:OD

18L:6D

l2L: lZD

27.5

27.7

27.9

7.58

7.50

7.56

4.00

4.00

4.00

ro5-270

L3I-254

165-267

32

32

32

KESIMPULAN

Iama periode gelap (antara 6-12 jam) diperlu-kan untuk meningkatkan sintasan larva keraputikus (C. altiuelis\.

Tingkat fotoperiod yang berbeda tidak ber-pengaruh terhadap pertumbuhan larva kerapubebek.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. L987. Bass and breanr go commercial.Fish Farmer 10 (5):30-32.

Aslianti, T. 1996. Pemeliharaan larva kerapu bebekCromileptes altivelis dengan padat tebar telurberbeda. J. Penel. Perikanan Indonesia II (2) :G-12.

28

Baharona-Fernandes, M.H. 1979. Some effects of lightintensity and photoperiod on the sea bass larvae(Dice-ntrarchus labror L.) reared at the CentreOceanologique de Bretagne. Aquaculture 1Z:811-321.

Battaglene, S.C. and R.B. Talbot. 1990. Initial swimbladder inJlantion in intensively reared Australianbass larvae, Macquaria novemaculata(Steindachner) (Perciformes: Percichthyidae). Aqua-culture 86:43I-442.

Battaglene, S.C., S. McBride and R.B. Talbot. 1994.Swim bladder inllantion in larvae ofcultured sandwhiting, Sillago ciliata Cuvier (Sillaginidae).Aquaculture L28:L7 7 - Lg2.

Hunter, J.R. 1976. Report on the colloquium on larvalfish mortality studies and their relation to fisherv

Page 6: LARVA TIKUS (Cromileptes altiuelisl TINGKAT YANG BERBEDA

Jurnal Pen.clitian Perihanan Indonesia Vot.Iil No.4 Tahun Igg|

research, January 1975. Natl. Ocean. Atmos.admin. Techh. Rep. Natl. Mar. Fish. Serv. Circ.395: l -5.

Hunter, J.R. 1980. The feeding behavior and ecolog.y ofhsh larval. /n Bardach, 8., J. Magnuson, R.C. May.J.M. Reinhart (Eds.). Fish behavior and its use inthe capture of fishes. ICLARM. Conference Proceed-ing (5):512 p.

Imai, T. 1980. Sensory anatom.y and feeding of fishlarvae. In J.E. Baldach, J.J. Magnuson, R.C. Mayand J.M. Reinhart (Editors). Fish behaviour and itsuse in the capture and culture of fishes. ICLRAMConference Proceedings 5, International Centre forthe LivingAquatic Recources Management, Manila.

Kohno, H. and M. Duray. 1988. Effect of continuouslighting of growth and survival of fish feedinglarvae rabbit fish. Sigonas guttatus. Aquaculture(72'l:72-79.

Kohno, H., S. Diani. P. Sanyoto, B. Slarnet and P.T.Imanto. 1990. Early developmental events

associated with change over ofnutrient sources inthe grouper, E p i ne p he I u s f us cog uttat us larvae. Bul l.Penel. Perikanan, special edition (1):41-46.

May, R.C. lgT4.Larvalmortality in marine fishes andcritical period concept. 1n J.H.S. Blaxter (Editor).The Early Life History of Fish Springer-Verlag,Berlin.

Nybakken, J.W. 1988. Marine biology. An ecologicalapproach. Second edition. Harper Collins publisher.541 p.

Susanti, D., P.T. Imanto dan D. yosiva. l9gA.Pengaruh berbagai periode waktu pemberiancahaya (photoperiod) terhadap pertumbuhan dankelangsungan hidup larva ikan kakap putih, lctescalearifer. J. Penel. Budidaya pantai 9(5):l3T_14b.

Tandler, A. and C. Mason. 1982. Light and food densityeffects on growth and survival of larva giltheaiseabream (Sparu.s auratue, Linnu,eua, Spuridae\. J.World Mariculture Sco. (14): 103- 109.

29

Page 7: LARVA TIKUS (Cromileptes altiuelisl TINGKAT YANG BERBEDA

Trijoho; B. Slamet: clan D. Mahatutu

PEMATANGAN INDUK KERAPU BEBEK (CromilepteE altivelislDENGAN RANGSANGAN SUNTIKAN HORMON LHRHA

DAN 17 -u METHYLTESTOSTERON

Tridjoko*), Bejo Slamet*) dan Dahlan Makatutu*)

ABSTRAK

Penelitial i1i bertujuan ultuk nrengetahui jenis hormon yang tepat dalam menunjang tingkatkematangan gonad ikan kerapu bebek Crolli leptes altivelis. Individu yang digunakan adalah ikan

kerapu bebuk det1gan kisaran bobot antara l,l-2,7 kg/ekor dengan panjang total antara 42,O '57 'O

cm. bak yang digunakan adalah bak serat gelas dengan ttkuran volume 5 m" sebanyak empat

buah masing-masing diisi lima ekor intluk kerapu bebek. Sebagai perlakuan adalah suntikan:

hormon LHRH-a, hormon 17-a methyltestosteron, kombinasi Sooln hormon LHRH-a dan 5O%

hormon l7-a methyltestosteron, dan kontrol (tanpa diberi hormon)'

Hasil melgnjukkan bahwa induk kerapu bebek yang disuntik dengan hormon LHRH'a dan

hormon l?-c mehtyltestosteron dengan dosis 50 pg/kg bobot ikan mampu menghasilkan telurdengan diarneter lebih dari400 pm Yang siap memijah.

ABSTRACT: Maturotion on polha dots grouper (Cromileptes altivelis) ind.uced byhormone injection LHRH-a and I7e methyltestosteron. By: Trid'joho' BejoSlamet and. Dahlan Mahatutu.

The purpose of tha study was to httow the effeetiue d<tsage and type of hormone to stimulate thegonad dewktpnrent ofgntuper Cromile;rtes altivelis. The grouper spawners weighing l.I-2.7kg/pes, loto,l length 42.0 57.0 (,n urcr( rearecl in 4 fibre glass tanhs of 5 nt7 capacity eaeh withstoching densitl,of 5 fish per tanle. Dosages of hormon, i.e 50 pg LHRH'I/he fish, 50 pg l7-antethyltestosteron and. 50% LHRH-a and 50% 17-a methyltt'stosleron in rcnr.bination uere appliedas trcatrncnt.s.

The result of the sturly shouted thal spawners injected with LHRH-a and I7-d methyltestosteron50 pg/hg fish bodyweight could induee the gonad deuelopm.ent. Diameter of eggs had developedkt bc ntorc than 400pnt and. aII the I'ish tuere sucrpsfttlly spautned.

KEYWORDS: horrnon injectiott, grouper, gonad' d'eueloprnent'

PENDAHULUAN

Ikan kerapu dapat memijah secara alami,buatan dan pijah rangsang. Pada dasarnya ada

tiga cara untuk memacu perkembangan gonad,

yaitu dengan manipulasi lingkungan, pakan danhormonal. Banyak jenis hormon yang dapatdigunakan untuk merangsang perkembangangonad, namun masing-masing jenis hormonmempunyai dosis yang berbeda untuk injeksiikan sehingga mampu mempercepat tingkatkematangan gonad (Chen et al.,1977; Vanstone el

al..1977\.

Secara alami perkembangbiakan banyak ter-gantung pada kesiapan induk yang matang telurdan biasanya hanya terjadi pada musim'musimtertentu saja. Usaha perkembangbiakan sectrra

buatan dengan manipulasi hormonal dapat di-

Peneliti pada Loka Penelitian Perikanan Pantai Gondol - Bali

30

lakukan dengan cara penyuntikan LHRH'a,17-amethyltestosteron dan HCG (Vanstone et aI.,1977;Lee et al., 1986; Kuo et ol., 1988). HormonLHRH-a dosis 100 pg dapat memacu pematangangonad ikan bandeng (Prijono et al.,1993). Bertitiktolak pada permasalahan tersebut, penelitian inibertujuan untuk mengetahui jenis dan dosishormon yang tepat dalam memacu tingkat ke-matangan gonad ikan kerapu bebek (Cromileptesaltiuelis\.

BAHAN DAN METODE

Perc:obaan ini dilakukan di Loka PenelitianPerikanan Pantai Gondol Bali selama 4,5 bulanyaitu dari bulan Oktober 1995 sampai Februarii996. Individu vang digunakan dalam penelitianini adalah ikan kerapu bebek (C. altiuelis) dengankisaran bobot antara l,l-2,7 kg/ekor dengan

Page 8: LARVA TIKUS (Cromileptes altiuelisl TINGKAT YANG BERBEDA

panjang total antara 42,0-57,0 cm/ekor. Bak betonvolume 20 ton digunakan untuk aklimatisasi,kemudian ikan dipindahkan ke dalam bak seratgelas volume lima ton sebanyak empat buah yangdiisi lima ekor kerapu bebek belum matang gonadpada masing-masing bak. Induk ikan yang belummatang gonad dapat dilihat dengan cara kanu-lasi yaitu memasukkan pipa plastik kecil dia-meter I mm ke dalam saluran pelepasan telur,kemudian disedot dan dilihat di bawah mikroskopdan ternyata tidak ada telurnya (kosong). Padabak pemeliharaan dilengkapi aerasi dan perganti-an air sebanyak 300%/hari dengan sistem airmengalir.

Hormon yang digunakan adalah LHRH-a danl7-a methyltestosteron yang berupa serbuk,kemudian masing-masing diambil I mg dan di-tambahkan aquabidest 5 mL sehingga berupalarutan supaya didapatkan 20O 1tg setara denganI cc. Sebagai perlakuan adalah penyuntikanhormon berupa larutan yang sudah disetarakandengan dosis 5O pg sebagai berikut: (l) HormonLHRH-a; (2) Hormon l7-c methyltestosteron; (3)Kombinasi \Oo/n hormon LHRH-a dan iD:o/o

hormon I 7-c methyltestosteron; (4) Kontrol (tidakdisuntik hormon). Hormon tersebut disuntikkansecara intramuskular di bawah sirip dorsal (sofldorsal fin\ dengan dosis 50 pglkg bobot badan dandisuntikkan setiap bulan sekali.

Selama pemeliharaan induk diberi pakanberupa ikan rucah dan cumi-cumi sebanyak 3-5o/o

biomassa per hari yang ditambahkan vitamin Cdan B kompleks dengan dosis 0,5 mg/kg bobotikan. Penambahan vitamin C dan B kompleksgdalah berupa tablet yang dimasukkan ke dalamikan rucah atau cumi-cumi yang telah dipotongyang diberikan setiap tiga hari sekali. Pengamat-an tingkat kematangan gonad berdasarkan per-kembangan atau ukuran telur (oocytsl dilakukansetiap bulan dengan cara membius dan melaku-kan kanulasi pada saluran pelepasan telur kemu-dian disedot perlahan-lahan untuk mengetahuiada tidaknya sel telur atau sperma. Hasil darikanulasi dilihat di bawah mikroskop yang di-lengkapi dengan mikrometer untuk mengetahuidiameter telur atau keragaan sperma. Induk ikandisadarkan kembali dengan cara melepaskanikan tersebut pada media air yang segar, se-lanjutnya dilepas kembali ke dalam masing-masing bak pemeliharaan semula. Pengamatankualitas air dilakukan setiap dua minggu sekali

Jurnal Penelitian Perihanan Indonesia Vol.III No.4 Tahun IggT

yang meliputi: suhu, salinitas,fosfat dan amonia. Datadiskriptif.

pH, nitrit, nitrat,dianalisis secara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan terhadap persentase per-kembangan telur dalam gonad ikan kerapu bebek(C. altiuelis) setiap individu pada masing.masingperlakuan dan waktu pengamatan dapat dilihatpada Tabel I. Dari Tabel 1 terlihat bahwa hasilpengamatan perkembangan gonad induk kerapubebek menunjukkan ada peningkatan setiapbulannya. Pada awal percobaan (Oktober 1995)semua perlakuan 100% dalam keadaan PY (preui-telogenetic) yang ditunjukkan adanya calon seltelur atau kosong. Sampai dengan bulan Februari1996 terdapat jantan +2 sebanyak20% dan betina40% dengan diameter telur >400 pm. Pada per-lakuan hormon 17-c methyltestosteron, sampaidengan bulan Februari 1996 tidak ditemukaninduk jantan yang matang, sedang yang betinadiameter >400 pm sebesar 2O%. Pefiakuan cam-puran hormon 50% LHRH-a 5oo/o 17-cr methyl-testosteron, menunjukkan bahwa sampai denganbulan Februari terdapat induk jantan yangmatang gonad +2 sebesar 20o/o dan betinadiameter telur antara 301-400 pm sebesar 20%.Sedangkan untuk kontrol (tanpa disuntikhormon) hingga bulan Februari 1996 tidak di-temukan induk yang jantan dan yang betina 60%diameter telur <100pm, 2O%o diameter telurantara 101-200 pm dan 2oo/o diameter telurantara 201-300 pm. Dengan demikian indukkerapu bebek yang disuntik dengan hormonmemperlihatkan adanya perkembangan gonadyang lebih cepat dibandingkan dengan yang tidakdisuntik (kontrol).

Di dalam proses reproduksi, sebelum terjadipemijahan sebagian besar hasil metabolismebertujuan untuk perkembangan gonad. Bobotgonad bertambah sejalan dengan meningkatnyadiameter telur, di mana bobot maksimum dicapaisaat ikan memijah, kemudian bobot gonad akanmenurun dengan cepat selama pemijahan ber-langsung sampai selesai (Effendie, I979;Mayunar, 1992). Secara alami perkembang-biakan ikan banyak tergantung dari kesiapaninduk yang matang telur dan hal ini biasanyahanya terjadi pada musim-musim tertentu. Hasilpenangkapan ikan para nelayan ternyata ikan

3l

Page 9: LARVA TIKUS (Cromileptes altiuelisl TINGKAT YANG BERBEDA

Trijoho; B. Slantet; dan D. Mahatutu

Tabel 1. Perkembangan tingkat kematangan gonad selama percobaan (%).

Table 1. Gonacl deuelopnrcnt stage during experinten't (%).

Perlakuan Diametertelur TingkatanTreatnrent Egg Diameter I sperma

(pm) Stage ofSPerm

okt.Oct.

Nov.Nou.

Des.Dec,

Jan.Jan.

Feb.Feb.

LHRH-a

< 100101-200201 - 300301 - 400

> 400

100 60

20

20

402020

T

+++++

20

io20

40

io

io202020

20

17-a MT

< 100101 - 200201 -300301 -400

> 400

100 8020 i,

204020

80

20

20204020

-t

+++++

KombinasiContbinotion

< i00101-200201 -300301-400

> 400

100 6020

6020

20

204020

204020

-l-

+++++

202020

KontrolControl

< 100101 - 200201 -300301 - 400

> 400

100 80

20

8020

602020

602020

+++

+++

kerapu bebek sulit didapatkan yang matangtelur. Dengan pengalaman yang demikian usahamematangkan gonad secara buatan sangatlahpenting. Dan ternyata dengan penyuntikanhormon LHRH-a dan 17-u methyltestosterondapat memacu perkembangan gonad ikan kerapubebek. Jenis hormon tersebut telah berhasil mem-

32

percepat perkembangan gonad dan pemijahanpada beberapa spesies ikan, seperti halnya jugapada ikan bandeng (Vanstone et al.,1977;Lee eto/., 1986; Kuo el o/., 1988) dan ikan Nassaugrouper Epinephelu,s striatus (Watanabe et al.,1995). Keberhasilan ini telah dibuktikan padaimplantasi kristal hormon I 7-- methyltestosteron

Page 10: LARVA TIKUS (Cromileptes altiuelisl TINGKAT YANG BERBEDA

untuk pemijahan ikan bandeng dengan bobotantara 3,7-5.5 kg dan berhasil dengan baik(Prijono et a|..1993\.

Hasil penelitian Weber & Lee (1985) menyata-kan, hormon 17-c methyltestosteron berpengaruhbaik pada androgen yang menghasilkan spermapada ikan belanak, stichlebach dan fundulu.s.Telah dibuktikan juga secara histologis bahwa 17-

c methyltestosteron dapat memperbaiki sistemperkembangan testis pada ikan. Hormon 17-cmethyltestosteron dalam gonad induk ikanadalah untuk mengaktifkan vitelogenesis danberfungsi untuk menyiapkan kesempurnaankuning telur (Marte et al., 1980) dan didugaberfungsi timbal balik secara aktif dalam kelenjarhipofisis atau otak. Oleh karena itu, hormon

Ju.rnal Penelitian Perihanan Indonesia Vol,Iil No.4 Tahun 1997

terrsebut dapat memperbaiki fungsi utamakelenjar hipopisis untuk membentuk gonado-tropin di dalam tahapan perkembangan gonad(Tamaru el o/., 1988). Penggunaan hormon untukproses pematangan gonad, efektif apabila diguna-kan bertepatan pada saat musim pemijahan dialam (Tamaru el al., f 987). Demikian juga hasilpenelitian Crim el al. dalam Tamaru (1990) me-nyimpulkan bahwa organ yang berperan untukproses pematangan gonad pada ikan dipengaruhioleh adanya perubahan musim dan hormonal.

Beberapa tolok ukur peubah kualitas airseperti: suhu, salinitas, oksigen, pH, fosfat, nitrit,nitrat dan amonia berada pada kisaran yangoptimal dalam menunjang perkembangan gonadikan kerapu bebek (Tabel 2).

Tabel 2. Kisaran parameter kualitas air selama penelitian.Table 2. Range of uariables of water quality during the experintent.

VariabelVariables

Perlakuan (Treatmentl

IvNIIISuhu (Temp.) ("c)

Salinitas (Salinitv) (ppt)

pH

DO (ppm)

Fosfat (Phosphate) (ppm)

Nitrit (Nitrite) (ppm)

Nitrat (Nitrate\ (ppm)

Amonia(Antntonio\ (ppm)

28.0 - 30.5

32.0 - 34.0

8.00 . 8.32

7.O2 - 7.54

0.027 -0.550

0.010 - 0.043

0.038 - 0.114

0.031 - 0.051

28.1 -30.4

32.0 - 34.0

8.00 - 8.31

7.OO . 7.50

0.025 - 0.540

0.010-0.042

0.035 - 0.117

0.030 - 0.050

28.0 - 30.4

32.0 - 34.0

8.00 - 8.43

7.OO - 7.49

0.022 -0.500

0.010-0.043

0.034 - 0.119

0.032 - 0.051

28.1 - 30.5

32.0-34.0

8.00 - 8.28

7.01 - 7.50

0.027 .0.540

0.011 - 0.045

0.034 - 0.120

0.030 - 0.051

33

Page 11: LARVA TIKUS (Cromileptes altiuelisl TINGKAT YANG BERBEDA

Trijoho; B. Slonu't: clan. D. Makatulu

KESIMPULAN

Hormon LHRH-a dan 17-c methvltestosterondosis 50 pglkg bobot ikan, cukup baik dalammenunjang perkembangan gonad induk kerapubebek betina dan mampu menghasilkan telurdengan diameter >400 pm yang siap memijah.

DAFTAR PUSTAKA

Chen, !'.Y., M.Chrlw., T.M.Chao and R.Lim. l!17?

Artificial spawning and larval rearing of thegrouper, Ephinepheltts 111111tina ( Forskal) irr

Singapore, Singapore J. Pri. Ind. l-r(l):1-21

Effendi, M.L 1979. Metode biologi perikanan. Cetakanpertama. Penerbit Yavasan Dewi Sri Ciktrrai Bogor:

1121t.

Kuo. C.M., Y.Y. Ting and S.L.Yeh. 1988. Intluced sexreversal and sparvning of blue'spotted grotrper'Eltinephelus /orio. Aquaculture 74 1\!l-126

Lee. C.S.. C.S. Tamaru, and C.D. Kelly. 1986.

Technique for making chronic release LHRFI-a andl?-alpha methyltestosteron pellet for intramuscular'implantation in fishes. Aquaculture 59: t61-168.

Marte, C.L., L.W Crim and N.M Sherwood. 1980.

Induced gonadal maturation and retnatttration inmilkfish limited succes with chronic atlministrationof testosterone and gonadothropin releasinghormon analogtte (GnRha). Aquacultut'e 74:l3l'146.

Mayunar. 1992. Pijah rangsang dan pemeliharaanlarva kerapu lumpur', Epineph.elus tauuina. Oceana.Vol; XVII, Nomor 2:69-82.

Prijono, A.. G.Sumiarsa dan Z.l. Azwar.1993. Uji coba

irnplantasi kristal hormon l7-alpha methvltestos-

t.elon turtuk pemijahan induk bandeng, Chanosr h anils Forskal 9(I\:37 -42

Tanraru. C.S.. C.S. Lee.. C.D. Kelly, and J.E. Banno.198?. Effectiviness of chronic LHRH-a and 17-alphan.reth.vltestosteron. therapy, administered atdifferent times prior to the spwaning season, on thenraturation of milkfish (Chanos ehanos\, A ThesisSrrbnritted the Graduate Division of the Universityo{'Tokvo. Faculty of Agriculture, 40-44 p.

Tamaru, C.S., C.S.Lee, C.D. Kelly, J.E. Banno, P.Y.Ha, K. Aida, and L Hanyu. 1988. Characterizingthe stage of maturity most receptive to an acuteLHRH-a therapy for inducing milkfish (Chanoschan.os) to spawn, Aqua-culture 7 4:147 -163

Tamaru, C.S. 1990. Studies on the use of chronic andacute LHRH-a treatments on controlling matu-ration and spawning in the milkfish (Chanost'hanos Forsskal) 1n A Thesis Submitted to theGraduate Division of the University of Tokyo.Factrlty of Agriculture 4O-44 p.

Vanstone. W.E., L.B. Tiro, Jr.A.C.Villaluz, D.C. Barnesand C.E. Duenas. 1977. Breeding and larval rearingof milkfish Chanos chanos (Pisces: Chanidae).SEAFDEC Aquaculture Department Tech. Report3:3- l7

Watanabe,W.O., Simon, C.E., Eileen, P.E.. William,O.H., Christopher, D.K., Aaron, M., Cheng, S.L.,and Paul, K.B. 1995. Progress in controlledbreeding of Nassau grouper Epinephelus striatusbroodstock by hormone induction. Aquaculture138:205-2 19.

Weber. G.M., and C.S. Lee. 1985. Effect of 17-alphamethyltestosteron on spermatogenesis and Sperma-tion in the grey mullet, Mugil cephalas, JournalFish Biology 26:77-84.

34